OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU WILLY ARISTAKING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU WILLY ARISTAKING"

Transkripsi

1 OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU WILLY ARISTAKING PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Optimasi Teknis Perikanan Gillnet Millenium di Desa Karangsong, Indramayu adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2012 Willy Aristaking

3 ABSTRAK WILLY ARISTAKING, Optimasi Teknis Perikanan Gillnet Millenium di Desa Karangsong, Indramayu, Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHJU dan SUGENG HARI WISUDO. Perairan di Utara Pulau Jawa sudah lama dikenal sebagai salah satu perairan paling produktif di Indonesia. Pembangunan PPI Karangsong merupakan salah satu kebijakan pembangunan perikanan Kabupaten Indramayu sebagai pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah. Salah satu alat tangkap yang paling diminati di PPI Karangsong adalah gillnet millenium. Penggunaan gillnet millenium oleh para nelayan di Indramayu, memiliki berbagai variasi dari segi teknis alat dan metode operasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan unit penangkapan gillnet millennium yang memiliki nilai optimasi teknis paling baik. Penelitian dilakukan dengan cara survei lapang dimana data diambil dengan metode purposive sampling. Data kemudian dianalisis dengan menggunakan analisi teknis dan analisi optimasi dengan fungsi nilai. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kapal yang beroperasi di PPI Karangsong berbahan dasar kayu dengan ukuran kapal <10 GT, 20 GT, 30 GT, >40 GT. Jaring millenium yang digunakan oleh nelayan terbuat dari bahan polyamide monofilament, ukuran jaring millenium yang dioperasikan bervariasi berdasarkan ukuran kapal yakni sepanjang pieces. Nelayan di Karangsong sebagian besar merupakan nelayan penuh. Nilai total fungsi nilai untuk keempat kelompok kapal objek penelitian adalah 0,18 (< 10 GT), 2,812 (20 GT), 1,824 (30 GT), dan 2,89 (> 40 GT). Faktor-faktor yang berpengaruh dalam optimasi teknis gillnet millennium di Karangsong adalah tinggi badan jaring, lama trip, dan lokasi DPI. Kata kunci : gillnet millenium, optimasi teknis, Desa Karangsong

4 ABSTRACT WILLY ARISTAKING, Technical Optimization of Gillnet Millenium Fisheries in Karangsong, Indramayu. Under direction of RONNY IRAWAN WAHJU and SUGENG HARI WISUDO Northern Java Sea has already know as one of the most productive sea in Indonesia. Development of PPI Karangsong, is one of Fisheries development policies of Indramayu Regency for increasing the regional economic growth. Gillnet millennium is one of the most popular fishing gear in PPI Karangsong. Fishermen in Karangsong use gillnet millennium in some variation type of technical and operation method. This study aims to determine which gillnet millennium variation type has the best optimization score. This study was held by using survey method, and the data collected by purposive sampling method. Based on the results of the study revealed that the ship that operate in the PPI Karangsong made of wood with the size of the 5 GT, 20 GT, 30 GT, 40 GT and 60 GT..Gillnet millenium that are used by fishermen made of polyamide monofilament material, the size of the gillnet millenium that is operated on the basis of the size of the ship is all 20 pieces up to 110 pieces. The fishermen in karangsong most of the fishermen are full. The score of the function for four groups as studies object are 0,18 (< 10 GT), 2,812 (20 GT), 1,824 (30 GT), and 2,89 (> 40 GT). Production factors that influence the optimization of gillnet millennium are depth of the net, number of day of the trip, and the fishing location. Key words : gillnet millenium, technical optimization, Karangsong village

5 Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan tersebut hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

6 OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU WILLY ARISTAKING Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

7 Judul Penelitian : Optimasi Teknis Perikanan Gillnet Millenium di Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu Nama NIM Program Studi : Willy Aristaking : C : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Disetujui: Komisi Pembimbing Ketua, Anggota, Dr. Ir. Ronny Irawan Wahyu, M. Phil Dr. Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si NIP: NIP: Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc. NIP: Tanggal Ujian: 15 Oktober 2012 Tanggal Lulus:

8 PRAKATA Puji syukur kehadirat TUHAN YME yang telah memberi rahmat dan bimbingan Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditujukan untukk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2011 ini adalah Optimasi Teknis Perikanan Gillnet Millenium di Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Dr. Ir. Ronny Irawan Wahyu, M. Phil dan Dr.Ir. Sugeng Hari Wisudo, M.Si selaku dosen pembimbing atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan; 2. Orang tua saya, Tn. Suryono dan Ny. Juwita yang sudah memberikan segala dukungan, motivasi, dan doa. 3. Dr. Roza Yusfiandayani, S.Pi selaku dosen penguji tamu. 4. Dr. Ir. Muhammad Imron, M,Si selaku Komisi Pendidikan Departemen PSP. 5. Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si, Dr. Yopi Novita, S.Pi, M.Si., dan seluruh dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas dukungan dan bimbingannya. 6. Bapak Cartisa yang telah memberikan informasi dan kemudahan dalam memperoleh data perikanan gillnet millenium. 7. Pertamina Foundation yang telah memberikan beasiswa dan pelatihan selama masa studi penulis. 8. Baginda, Diki, Ochim, Ryan, Cut Pinta, Kusnadi, dan seluruh rekan-rekan PSP. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Bogor, Oktober 2012 Willy Aristaking

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 29 November 1989 dari pasangan Bapak Suryono dan Ibu Juwita. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis lulus dari SMAN 33 Jakarta pada tahun 2007 dan pada tahun yang sama melanjutkan pendidikannya di IPB melalui Jalur USMI dengan Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kegiatan organisasi dan pernah menjadi pengurus International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) dan Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN). Selama tahun , penulis juga aktif mengikuti kompetisi Program Kreatifitas Mahasiswa, dimana 12 proposal yang dibuatnya lolos didanai Dikti. Penulis juga mengikuti Program Mahasiswa Wirausaha IPB pada tahun Pada awal tahun 2012, penulis berhasil mendapatkan penganugerahan Pemenang Terbaik II Nasional Wirausaha Muda Mandiri Untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, penulis menulis sebuah skripsi dengan judul Optimasi Teknis Perikanan Gillnet Millenium di Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu.

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR GAMBAR... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium Kapal dan nelayan gillnet millenium Metode pengoperasian Hasil tangkapan Faktor Teknis Pengoperasian Gillnet Warna jaring Ukuran mata jaring (mesh size) Ketegangan rentangan tubuh jaring Bahan jaring Pengerutan Tinggi jaring Faktor Produksi Optimasi METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Analisis Data Analisis teknis Analisis optimasi... 12

11 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Keadaan Iklim Indramayu Oceanografi Demografi Keadaan Perikanan Kabupaten Indramayu PPI Karangsong Unit penangkapan ikan Alat tangkap Kapal Nelayan Koperasi Volume dan nilai produksi Daerah penangkapan ikan HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknis Gillnet Millenium Unit penangkapan ikan Kegiatan operasi penangkapan ikan Hasil Tangkapan Analisis Faktor-Faktor Teknis Produksi Gillnet Millenium Optimasi Teknis KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN aa a xi

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah hari hujan dan curah hujan Kecamatan Indramayu Jumlah penduduk menurut mata pencaharian Karangsong Jenis dan jumlah alat tangkap PPI Karangsong tahun Jumlah armada penangkapan di Indramayu tahun Jumlah nelayan di Indramayu tahun Volume dan nilai produksi di Indramayu tahun Volume dan nilai produksi PPI Karangsong Volume produksi berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan Hasil produksi perikanan untuk kapal 40 GT Hasil produksi perikanan untuk kapal 30 GT Hasil produksi perikanan untuk kapal 20 GT Hasil produksi perikanan untuk kapal < 10 GT Nilai Fn dan X total xii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Proses pengoperasian gillnet millenium Kantor KPL Mina Sumitra, Karangsong Presentasi volume produksi gillnet millenium di PPI Karangsong Daerah penangkapan ikan gillnet millenium Kapal gillnet millenium Ukuran 30 GT Konstruksi jaring millenium untuk kapal gillnet > 40 GT Proses persiapan perbekalan melaut Alat bantu gillnet millenium Kegiatan lelang di PPI Karangsong.. 31 xiii

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta lokasi penelitian Gambar fasilitas di PPI Karangsong Gambar kapal gillnet millenium Gambar kegiatan perikanan di PPI Karangsong Alat penangkap ikan di TPI Karansong Tahun Volume produksi gillnet millenium di PPI Karangsong berdasarkan jenis ikan pada tahun Volume produksi gillnet millenium di PPI Karangsong berdasarkan jenis ikan pada tahun Peta Pembagian WPP Republik Indonesia xiv

15 aa 1 a 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan di Utara Pulau Jawa sudah lama dikenal sebagai salah satu perairan paling produktif di Indonesia. Salah satu daerah yang memiliki aktifitas penangkapan ikan paling ramai di Utara Jawa adalah Kabupaten Indramayu. Kabupaten Indramayu terletak di provinsi Jawa Barat dan memiliki garis pantai sepanjang 114 km, yang merupakan garis pantai terpanjang di Jawa Barat. Kabupaten Indramayu memiliki angka produksi perikanan tangkap yang tinggi. Pada tahun 2011, 60 % hasil produksi perikanan laut Jawa Barat berasal dari Indramayu (Humas Indramayu, 2012). Salah satu kebijakan strategis pembangunan kegiatan ekonomi perikanan di Kabupaten Indramayu adalah melalui pengembangan kawasan PPI Karangsong di desa Karangsong, Kecamatan Indramayu. Perkembangan jumlah produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Karangsong pada tahun 2006 sebesar ton dan meningkat menjadi ton pada tahun 2010 yang merupakan 48% dari hasil produksi perikanan laut Indramayu (KPL Mina Sumitra, 2011). Jenis ikan yang mempunyai angka produksi tertinggi di PPI Karangsong adalah ikan tongkol. Diduga bahwa sebagian besar hasil produksi tersebut dihasilkan oleh gillnet. Ini dapat dilihat dari begitu banyaknya jumlah unit penangkapan ikan dengan gillnet di Indramayu. Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan dari tingginya angka produksi ini adalah faktor pemilihan alat tangkap. Berdasarkan data dinas perikanan Kabupaten Indramayu tahun , gillnet merupakan alat tangkap yang paling banyak digunakan oleh nelayan Indramayu. Jenis gillnet yang sangat populer di kalangan nelayan Karangsong adalah gillnet yang dibuat dengan modifikasi tertentu yang disebut gillnet millenium. Pada tahun 2010, 57% hasil produksi perikanan laut di Karangsong dihasilkan dari gillnet millennium. Penggunaan gillnet millenium oleh para nelayan di Indramayu, khususnya di Karangsong memiliki berbagai variasi dari segi teknis alat dan metode operasi. Hal inilah yang mendorong penulis untuk mengadakan suatu penelitian tentang optimasi unit penangkapan gillnet millenium dari segi teknis yang melibatkan

16 2 faktor seperti ukuran jaring, ukuran kapal, lama operasi, jumlah ABK, dan kebutuhan BBM. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena pemilihan teknis dan metode operasi alat tangkap secara optimal dapat meminimumkan biaya operasi dan memaksimalkan hasil tangkapan yang selanjutnya akan mempengaruhi keuntungan secara finansial. 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengestimasi nilai optimasi teknis dari unit penangkapan gillnet millenium yang dimiliki oleh nelayan di desa Karangsong, Indramayu. 2) Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi optimasi teknis dari unit penangkapan gillnet millennium di desa Karangsong, Indramayu. 1.3 Manfaat Penelitian ini bermanfaat untuk: 1) Memperdalam pengetahuan penulis tentang optimasi teknis dari unit penangkapan gillnet millenium di desa Karangsong, Indramayu. 2) Sebagai acuan bagi pengusaha dan nelayan unit penangkapan gillnet millenium dalam mengoptimalkan unit penangkapan yang dimilikinya dari segi teknis. 3) Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi Dinas Perikanan daerah dalam mengelola unit penangkapan gillnet millenium.

17 aa 3 a 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium Menurut Ramdhan (2008) gillnet millenium, atau yang biasa dikenal sebagai jaring gondrong oleh nelayan Indramayu, adalah alat tangkap yang termasuk ke dalam jenis jaring insang. Jaring insang adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan berjenis jaring monofilament atau multifilament yang dirangkai menjadi bentuk empat persegi panjang. Gillnet memiliki jumlah mata jaring horisontal jauh lebih banyak dibanding dengan jumlah mata jaring arah vertikal. Badan jaring gillnet bagian atas dilengkapi dengan pelampung dan bagian bawahnya dilengkapi dengan pemberat sehingga memungkinkan untuk dipasang dalam keadaan tegak guna menghadang biota perairan (Martasuganda, 2008). Metode pengoperasian gillnet millenium diklasifikasikan ke dalam jaring insang hanyut (drift gillnet). Menurut Martasuganda (2008), jaring insang hanyut adalah jaring insang yang cara pengoperasiannya dibiarkan hanyut di perairan, baik dihanyutkan di permukaan perairan, kolom perairan, atau di dasar perairan. Drift gillnet sendiri dikelompokkan menjadi tiga yakni surface drift gillnet (drift gillnet yang dioperasikan di dekat permukaan perairan), mid water drift gillnet (drift gillnet yang dioperasikan di kolom perairan), dan bottom drift gillnet (drift gillnet yang dioperasikan di dasar perairan). Gillnet millenium masih merupakan alat tangkap yang tergolong baru di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari konstruksi alat tangkap yang mengalami modifikasi dari alat tangkap jaring insang yaitu pada bahan jaring, pengoperasian yang jauh dari pantai, hasil tangkapan, dan alat bantu roller dalam pengoperasian. Gillnet millenium memiliki badan jaring yang terbuat dari bahan senar/pe monofilament berwarna putih dengan nomor benang D15, dengan ukuran bukaan mata jaring (mesh size) 3-4 inch dalam keadaan tegang. Dengan warna yang putih transparan, maka jaring akan mengeluarkan cahaya apabila dipasang di dalam air, sehingga akan menarik perhatian ikan-ikan yang melakukan migrasi. Panjang setiap piece jaring adalah 90 meter, atau sekitar 1620 mata. Lebar jaring adalah 9 meter atau sekitar 101 mata. Jumlah pelampung yang digunakan dalam satu piece

18 4 jaring gillnet millenium adalah sebanyak 61 buah dengan jarak antar pelampung 150 cm. Gillnet millenium memiliki jumlah pemberat sebanyak 11 buah dalam satu piece jaring dengan jarak antara pemberat 10 m (Ramdhan, 2008) Kapal dan nelayan gillnet millenium Kegiatan perikanan gillnet millenium di desa Karangsong dilakukan nelayan dengan menggunakan 3 jenis kapal, yaitu perahu motor tempel berukuran 5 GT, kapal motor 15 GT, dan kapal motor 30 GT dengan bahan bakar berupa solar. Untuk perahu yang lebih kecil, bahan bakar solar seringkali diganti dengan minyak tanah guna mengurangi biaya melaut. Tiap kapal biasanya dilengkapi dengan roller yang berfungsi untuk menarik jaring pada saat penarikan jaring (hauling). Nelayan untuk gillnet millenium dibedakan menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik adalah nelayan yang memiliki unit penangkapan ikan dan penyedia modal untuk kebutuhan melaut. Nelayan buruh dalam satu kapal gillnet millenium biasanya terdapat 4-5 orang nelayan untuk kapal yang berukuran 5 dan 15 GT, dan orang nelayan untuk kapal berukuran 30 GT. Pembagian tugas dari tiap-tiap nelayan tersebut adalah sebagai juru mudi, fishing master, teknisi mesin, dan ABK. Rata-rata nelayan yang mengoperasikan jaring millenium adalah nelayan asli Indramayu, dan hanya sedikit yang adalah pendatang dari Cirebon dan Jakarta (Putra, 2007) Metode pengoperasian Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Ramdhan (2008), pengoperasian gillnet millenium biasanya dilakukan pada sore sampai malam hari dan berlangsung sepanjang tahun. Satu trip pengoperasian gillnet millenium biasanya membutuhkan waktu 1-2 hari. Berikut ini adalah proses pengoperasian gillnet millenium:

19 5 Berangkat menuju fishing ground pukul selama 3-4 jam Jaring diturunkan di fishing ground pada pukul Pelampung tanda pada tadi selambar diturunkan, kemudian piece pertama, kedua, dan selanjutnya diturunkan hingga pelampung tanda terakhir Setelah 5-6 jam, pelampung tanda mulai diangkat, dan jaring ditarik menggunakan roller Hasil tangkapan langsung dimasukkan ke dalam cool box yang berisi es Gambar 1 Proses Pengoperasian Gillnet Millenium Hasil tangkapan Ikan hasil tangkapan utama jaring millenium adalah ikan tongkol (Auxis thazard) dan ikan tenggiri (Scomberomorus commersoni). Hasil tangkapan sampingannya yaitu pepetek (Leiognathus sp), bawal hitam (Formio niger), golok-golok (Chirocentrus dorab), kembung (Rastrelliger sp), manyung (Arius thalassinus), tetengkek (Megalaspis cordyla), cendro (Tylosurus sp) (Ramdhan, 2008).

20 6 2.2 Faktor Teknis Pengoperasian Gillnet Warna jaring Untuk penangkapan ikan dengan gillnet, sebaiknya warna jaring di dalam air diusahakan tidak mudah terlihat oleh ikan. Pada umumnya, warna jaring akan disesuaikan dengan warna perairan daerah penangkapan dan tidak membuat kontras dengan warna dasar perairan (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981). Warna jaring di dalam air akan dipengaruhi oleh sinar bulan, sinar matahari, dan kemampuan melihat ikan. Menurut Nomura dan Yamazaki (1977), pada pengoperasian sembilan sardine drift gillnet dengan warna jaring yang berbeda yaitu putih, kuning, oranye, merah, hijau, biru, abu-abu, coklat, dan hitam yang dioperasikan pada kedalaman 50-60m dengan cuaca terang menunjukkan bahwa jaring warna putih memiliki catch ratio terendah, sedangkan catch ratio jaring warna abu-abu merupakan yang tertinggi. Selanjutnya, penelitian di perairan laut Pasifik Utara dengan kecerahan rendah, yakni di sore hari menunjukkan bahwa jaring warna hijau hitam merupakan jaring yang paling efektif dalam menangkap ikan. Nukun dan Narayaman vide Paryono (1980) mengatakan bahwa penggunaan bahan jaring serat sintetis lebih baik daripada bahan jaring serat alami karena bahan jaring serat sintetis memiliki bentuk yang lebih halus dengan derajat rendah terlihat oleh ikan Ukuran mata jaring (mesh size) Secara umum, alat tangkap yang termasuk dalam jaring insang memiliki sifat yang selektif. Ukuran mata jaring tertentu hanya dapat menangkap ikan dengan ukuran tertentu pula, dengan demikian ukuran mata jaring harus benarbenar diperhatikan (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981). Dalam menentukan ukuran mata jaring yang optimal untuk bisa menangkap jenis ikan tertentu perlu dipertimbangkan faktor-faktor mengenai elastisitas tubuh ikan, kemuluran twine, bentuk ikan, tegangan tubuh ikan, dan gaya-gaya eksternal yang bekerja pada tubuh jaring seperti gaya yang disebabkan dari arus, gelombang, dan gaya-gaya yang dihasilkan ikan saat menggelepar ketika terjerat (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981).

21 Ketegangan rentangan tubuh jaring Ketegangan rentangan tubuh jaring memaksudkan rentangan jaring ke arah panjang maupun ke arah lebar. Ketegangan rentangan akan mengakibatkan terjadinya tension pada float line ataupun pada tubuh jaring. Ketegangan rentangan ini akan berpengaruh pula terhadap ikan hasil tangkapan. Jaring yang direntangkan terlalu tegang akan membuat ikan sulit terjerat, bahkan ikan yang sudah terjerat akan dengan mudah dapat lolos kembali. Ketegangan rentangan tubuh jaring ditentukan oleh gaya apung pelampung, berat tubuh jaring, talitemali, gaya dari pemberat dan shortening (Nomura dan Yamazaki, 1977; Ayodhyoa, 1981) Bahan jaring Untuk penangkapan udang atau ikan dengan cara membelit, bahan benang (twine) pembentuk jaring hendaklah memiliki sifat yang lembut dan tidak kaku, serta memiliki sifat pliancy dan supplenesss (Ayodhyoa, 1981). Beberapa bahan jaring sintetik yang memiliki sifat-sifat demikian adalah nilon, amilon, polyester, polypropylene, dan polyvinylalcohol. Bahan serat alami seperti sifat-sifat di atas dimiliki bahan sutera. Penggunaan serat sintetik lebih diutamakan dibandingkan penggunaan serat jaring alami. Hal ini disebabkan bahan serat jaring sintetis banyak memberikan keuntungan seperti tidak mudah membusuk, menyerap sedikit air, lebih kuat, dan memunyai daya mulur yang baik, yakni antara 25%- 30% (Murdiyanto, 1975) Pengerutan (shortening) Pengerutan jaring sangat penting pada alat tangkap gillnet, khususnya untuk menangkap ikan secara membelit (entangled). Pengerutan adalah perbandingan antara beda panjang jaring dalam keadaan teregang sempurna dengan panjang jaring setelah dijuraikan pada tali ris dengan panjang jaring dalam keadaan teregang sempurna. Nilai tersebut kemudian dinyatakan dalam persentase (Ayodhyoa, 1981).

22 Tinggi jaring Tinggi jaring adalah jarak antar tali ris atas (float line) ke tali ris bawah (sinker line) pada saat jaring telah terpasang di perairan (Ayodhyoa, 1981). Pada umumnya, tinggi jaring bottom gillnet lebih kecil daripada surface gillnet dan drift gillnet. Demikian pula jenis jaring yang menangkap ikan dengan cara gilled lebih lebar daripada jaring yang menangkap ikannya dengan cara terbelit (entangled). Tinggi jaring bergantung pada swimming layer jenis ikan yang akan ditangkap dan kedalaman perairan fishing ground. 2.3 Faktor Produksi Produksi adalah segala kegiatan untuk menciptakan atau menambah guna atas sesuatu benda, atau segala kegiatan yang ditujukan untuk memuaskan orang lain melalui pertukaran (transaksi). Produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai tingkat output per satuan waktu. Dalam proses produksi, terdapat hubungan yang sangat erat antara faktor-faktor produksi yang digunakan dan produk yang dihasilkan (Partadiredja 1981 diacu dalam Ariestine 2001). Dalam suatu usaha, pertimbangan yang dilakukan tidak hanya dari segi ekonomi, tetapi juga dari segi teknis (Gaspersz, 1992). Soekartawi (1993) menyatakan bahwa analisa fungsi produksi sering dilakukan oleh para peneliti, karena mereka menginginkan informasi tentang bagaimana sumberdaya yang terbatas dapat dikelola secara baik sehingga produksi maksimum dapat tercapai. Maragunung (1986) menyatakan bahwa produksi adalah sebuah proses transformasi dari berbagai faktor-faktor produksi dalam suatu satuan ekonomi sehingga menghasilkan output atau material yang dapat memberikan manfaat kepada manusia. Hubungan antara berbagai faktor produksi dan output yang dihasilkan dalam suatu kegiatan produksi dapat dijelaskan dengan suatu fungsi produksi. Menurut Teken dan Asnawi (1981) dalam Sugiarta (1992), fungsi produksi adalah hubungan teknis antara produksi yang dihasilkan per satuan waktu dengan jumlah faktor-faktor produksi yang dipakai, tanpa memperhatikan harga faktor-faktor produksi maupun produksi itu sendiri. Jadi, fungsi produksi merupakan hubungan matematik antara produksi (output) dan faktor-faktor produksi (input). Hubungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut:

23 9 Y = f (X 1, X 2, X 3,..., X n ), dimana X 1, X 2, X 3,..., X n merupakan faktor produksi (input) yang dipakai untuk menghasilkan output (Y). Fungsi di atas hanya menerangkan bahwa produk yang dihasilkan bergantung pada faktor-faktor produksi, tetapi belum memberikan hubungan kuantitatif antara faktor-faktor produksi dengan produksi. Hubungan kuantitatif didapatkan dengan cara membuat fungsi tersebut dalam bentuk khusus seperti fungsi Cobb Douglass, fungsi linier, dan fungsi kuadratik (Teken dan Asnawi, 1984). Menurut Supranto (1983), apabila dalam persamaan garis regresi terdapat dua jenis variabel yaitu variabel tak bebas (dependent variable) dan variabel bebas (independent variable), maka fungsi-fungsi produksi yang umum dipakai adalah fungsi linier dan analisa regresi. Oleh karena itu, maka regresi ini dinamakan regresi liner berganda (multiple linear regression). Dalam regresi ini, variabel tak bebas (Y) bergantung pada dua atau lebih variabel bebas. Persamaan garis tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Y= b 1 + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X b n X n 2. 4 Optimasi Suatu perusahaan perikanan harus memiliki faktor produksi yang cukup dengan kombinasi yang tepat untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Faktorfaktor produksi yang dimaksud adalah kekayaan alam (seperti sumberdaya perikanan), tenaga kerja (nelayan), keterampilan yang dimiliki manusia dan modal finansial (Panjaitan,1986). Keterbatasan faktor-faktor produksi ini menyebabkan diperlukannya suatu pengaturan dalam alokasi sumberdaya agar dapat mencapai keseluruhan atau sebagian tujuan yang diinginkan. Dalam upaya mengalokasikan faktor-faktor produksi ini agar dapat digunakan secara efektif dan efisien, maka digunakanlah teknik optimasi. Teknik optimasi diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan berkaitan dengan keterbatasan sumberdaya yang ada dengan tujuan yang ingin dicapai. Pada dasarnya optimasi adalah suatu proses pencarian hasil terbaik dari setiap alternatif yang dipertimbangkan, kemudian dari hasil itu dipilihlah alternatif yang menghasilkan keadaan terbaik (Gaspersz, 1992).

24 10 Menurut Beveridge, et al. (Burhani, 1990), optimasi merupakan kemampuan proses untuk mendapatkan suatu kondisi yang dibutuhkan dalam mencapai hasil terbaik dari situasi tertentu. Persoalan optimasi dapat berbentuk maksimasi atau minimasi, dan apabila terdapat sebuah fungsi kendala, maka dapat berbentuk persamaan atau pertidaksamaan. Teori optimasi mencakup studi kuantitatif tentang titik optimum dan cara-cara untuk mencarinya (Haluan 1985 diacu dalam Kurniawati 2005). Salah satu model optimasi berkendala adalah pemrograman secara linear (Gaspersz, 1992). Model optimasi ini memiliki batasan-batasan yang dapat ditentukan. Apabila batasan-batasan tersebut sukar untuk ditentukan, maka penyelesaian optimasi dapat dilakukan dengan menggunakan model optimasi tanpa kendala yang memiliki arti bahwa tidak ada kendala yang ditempatkan pada fungsi dibawah pertimbangan. aa a

25 11 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2011 bertempat di desa Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Penelitian lapang ini dilakukan pada pertengahan bulan Juli 2011 sampai dengan akhir bulan Juli Bahan dan Alat Penelitian Obyek penelitian adalah unit penangkapan gillnet millenium (kapal, alat tangkap, dan nelayan), dan data hasil wawancara dari berbagai pihak yang terkait. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Alat tulis 2) Kalkulator 3) Kuesioner 4) Datasheet 5) Video kamera 3.3 Metode Penelitian dan Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan metode survei observasi lapangan, pengambilan data dilakukan dengan cara purposive sampling. Wawancara dilakukan terhadap 22 unit kapal gillnet millenium dengan rincian sebagai berikut: 1. Kapal gillnet millenium berukuran 10 GT sebanyak 7 sampel 2. Kapal gillnet millenium berukuran 20 GT sebanyak 7 sampel 3. Kapal gillnet millenium berukuran 30 GT sebanyak 4 sampel 4. Kapal gillnet millenium berukuran 40 GT sebanyak 4 sampel. Responden adalah pemilik dan nelayan unit penangkapan gillnet millenium, pihak TPI, dan pegawai Dinas Perikanan Indramayu. Data diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui kegiatan wawancara dan pengisian kuesioner terhadap nelayan, pemilik kapal, dan pihak TPI. Data primer yang dikumpulkan dari nelayan berupa: dimensi utama kapal, panjang jaring, lama trip, jumlah produksi 2 trip terakhir, kebutuhan BBM per trip, kelengkapan kapal, daerah

26 12 penangkapan ikan, metode pengoperasian gillnet millenium, waktu dan musim penangkapan ikan, dan jenis ikan hasil tangkapan. Data primer dari pemilik kapal berupa: nilai produksi 2 trip terakhir, desain alat tangkap, jumlah ABK, dan sistem bagi hasil. Data primer yang dikumpulkan dari pihak TPI antara lain: sarana perikanan di PPI Karangsong, prosedur lelang, dan retribusi TPI. Data sekunder berasal dari Dinas Perikanan Indramayu berupa data armada penangkapan ikan dan data produksi perikanan Kabupaten Indramayu selama lima tahun (tahun ). Data sekunder mengenai jumlah dan jenis armada penangkapan ikan di Karangsong dan data hasil lelang PPI Karangsong berasal dari KPL Mina Sumitra. Data ini termasuk jenis ikan yang didaratkan berdasarkan alat tangkap yang digunakan, serta jumlah dan nilai produksinya. 3.4 Analisis Data Analisis teknis Analisis teknis dari unit penangkapan gillnet millenium terdiri dari kapal, alat tangkap, nelayan dan metode pengoperasian alat..data analisis unit penangkapan tersebut didapatkan dari survei observasi lapangan dan wawancara dengan nelayan dan pemilik kapal gillnet millenium Analisis optimasi Optimasi pada dasarnya adalah suatu proses pencarian hasil terbaik. Proses ini dalam analisis sistem diterapkan terhadap alternatif yang dipertimbangkan, kemudian dari hasil itu dipilih alternatif yang menghasilkan keadaan terbaik (Gaspersz, 1992). Langkah-langkah dalam perhitungan untuk optimasi terhadap faktor-faktor teknis yang berpengaruh adalah sebagai berikut: Langkah 1 : Mencari produktivitas rata-rata per trip dari masing-masing kelompok kapal ( X ). Langkah 2 : Mencari rata-rata volume produktivitas harian (A) dari masingmasing kelompok kapal dengan rumus: X (kg) A= lama trip (hari)

27 13 Langkah 3 : Mencari volume produktivitas harian per luasan jaring (B). B = A (kg/hari) luasan jaring (m 2 ) Karena terdapat perbedaan ukuran antara 1 piece jaring gillnet kapal 30GT dan >40GT dengan ukuran 1 piece jaring gillnet kapal ukuran 10GT dan 20GT, maka satuan yang digunakan untuk variabel B adalah satuan luas g/m 2, Langkah 4 : Mencari rata-rata produktivitas harian per ABK (C). C = A (kg/hari) jumlah ABK (orang) Langkah 5 : Mencari produktivitas per liter BBM dalam 1 kali trip (D). D = X (kg), asumsi BBM terpakai habis. kebutuhan BBM (liter) Langkah 6 : Melakukan perhitungan fungsi nilai untuk masing-masing Langkah 7 Langkah 8 variabel rumus Fn xi = X X i max A, B, C, dan D pada setiap kelompok kapal dengan - X - X min min : Membuat tabel optimasi : Mencari nilai optimasi untuk masing-masing kelompok kapal aa dengan rumus X 2 = Fn 1 + Fn 2 + Fn 3 a aa a Nilai X 2 yang didapatkan untuk masing-masing faktor teknis akan dibandingkan satu sama lain. Nilai X 2 yang terbesar menunjukkan keoptimalan tertinggi, sedangkan nilai X 2 yang paling kecil menunjukan nilai yang paling tidak optimal untuk setiap komposisi teknis yang dihitung.

28 14 Keterangan: X = melambangkan variabel A, B, C, dan D X = produktivitas rata-rata per trip A = Produktivitas harian (kg) B = Produktivitas harian per luas jaring (gr/m 2 ) C = Produktivitas harian per ABK (kg/orang/hari) D = Produktivitas per liter BBM per trip (kg/liter) Fn A = Fungsi nilai untuk A Fn B = Fungsi nilai untuk B Fn C = Fungsi nilai untuk C Fn D = Fungsi nilai untuk D X 2 = Total Fn

29 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada koordinat ' ' BT dan 6 15' 6 40' LS. Kabupaten Indramayu terdiri dari 31 kecamatan dan 205 desa yang tersebar dalam wilayah dengan luas 2040,11 km 2, dimana 10 kecamatan di antaranya berbatasan langsung dengan laut. Indramayu memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut: 1) Sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa; 2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sumedang, Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Cirebon; 3) Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Cirebon; dan 4) Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Subang. Kabupaten Indramayu merupakan daerah pertanian yang subur, dari wilayah seluas Ha, 41,9% merupakan areal persawahan, dan sisanya berupa rawa, tambak, dan pekarangan. Kabupaten Indramayu memiliki ketinggian antara 0-18 m di atas permukaan laut dengan kemiringan lahan antara 0%-2%. Sehingga bila curah hujan tinggi maka di daerah-daerah tertentu akan terjadi genangan air dan bila kemarau akan terjadi kekeringan (Pemerintah Kabupaten Indramayu, 2011). 4.2 Keadaan Iklim Indramayu Secara iklim, Kabupaten Indramayu termasuk ke dalam tipe iklim Aw. Tipe iklim Aw merupakan tipe iklim hujan tropis dengan musim basah dan kering dan mempunyai curah hujan tahunan di bawah 2500 mm. Curah hujan pada bulan terkering lebih kecil dari 60 mm serta suhu udara rata-rata bulanan terdingin lebih dari 18 0 C dan suhu bulan terpanas lebih besar dari 22 o C. Curah hujan tertinggi di Kecamatan Indramayu terjadi pada bulan Januari-Maret dan curah hujan terendah terjadi pada bulan Juli-September. Seperti keterangan pada Tabel 1, Desa Karangsong yang merupakan bagian dari Indramayu memiliki curah hujan rata-

30 16 rata sebanyak 200 mm/tahun dengan suhu udara rata-rata 29 o C (Profil desa Karangsong, 2011). Tabel 1 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Kecamatan Indramayu Tahun 2009 Bulan Jumlah hari hujan Curah hujan (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni 6 79 Juli 1 1 Agustus 1 3 September - - Oktober 4 6 November Desember (Sumber: Profil desa Karangsong tahun 2011) 4.3 Oseanografi Kondisi laut di pesisir Indramayu memiliki karakteristik seperti berikut: bulan Desember sampai Februari ketika bertiup angin barat, arus laut bergerak dari arah Barat ke Timur dan sebaliknya antara bulan Juli sampai Agustus arus laut bergerak dari arah Timur ke Barat karena pengaruh angin timur. Periode bulan Maret sampai Mei dan September sampai November merupakan periode peralihan arah arus. Pada periode peralihan arus, kekuatan arus relatif rendah dan laut dalam kondisi relatif tenang. Di sekitar pesisir Indramayu, kecepatan arus permukaan pada musim barat dan musim angin timur diperkirakan mencapai 25 cm/detik sementara pada periode peralihan diperkirakan hanya berkisar 12 cm/dt. Kondisi perairan di pantai utara Jawa pada umumnya, pasang-surut yang terjadi di wilayah perairan kabupaten Indramayu termasuk kedalam tipe campuran condong harian tunggal. Untuk tipe pasang surut campuran condong harian tunggal, dalam 1 hari (24 jam) terjadi satu kali pasang dan satu kali surut, akan tetapi kadang-kadang untuk terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Wilayah desa Karangsong mengalami pasang surut dua kali sehari dengan perbedaan tinggi pasang surut antara cm.

31 Demografi Jumlah penduduk Kabupaten Indramayu pada tahun 2010 sebanyak orang. Penduduk desa Karangsong berjumlah jiwa pada tahun 2011, penduduk laki-laki berjumlah jiwa dan penduduk perempuan berjumlah Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di desa Karangsong dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Jumlah penduduk menurut mata pencaharian di desa Karangsong pada 2011 No. Mata Pencaharian Jumlah (Orang) 1 Petani Buruh Tani Buruh/Swasta 20 4 Pegawai Negeri 58 5 Pedagang Peternak 6 7 Montir 7 (Sumber: Profil Desa Karangsong tahun 2011) 4.5 Keadaan Perikanan Kabupaten Indramayu Usaha perikanan di Kabupaten Indamayu dibagi menjadi dua, yakni usaha perikanan darat dan perikanan laut. Perikanan darat mencakup tambak, sungai, dan kolam. Perikanan laut bergerak di kegiatan penangkapan. Produksi perikanan Indramayu didominasi hasil produksi dari kegiatan penangkapan ikan di laut. Berkembangnya usaha perikanan laut di Indramayu tidak lepas dari kegiatan pembangunan daerah pesisir dan sarana kegiatan perikanan tangkap seperti pelabuhan, TPI, dan koperasi perikanan. Kabupaten Indamayu memiliki 37 desa nelayan yang tersebar di 11 kecamatan, dengan 14 pusat kegiatan pendaratan ikan (PPI dan TPI) dan 14 koperasi perikanan PPI Karangsong PPI Karangsong berjarak 4,5 km dari pusat kota Indramayu dan terletak pada koordinat 06 18'45" dan 06 19'45" LS dan '30" dan '30" BT. PPI Karangsong berada di pesisir Laut Jawa dan masuk ke bagian dalam dari bibir pantai. PPI Karangsong sendiri memiliki topografi yang datar dengan ketinggian dari permukaan laut sebesar 0,5 Mdl (Profil Desa Karangsong, 2011). Keberadaan

32 18 PPI Karangsong juga ditunjang oleh adaya aliran Sungai Prajagumiwang yang berfungsi sebagai alur keluar masuk kapal atau perahu ke pelabuhan (Omat, 2008). PPI Karangsong memiliki fasilitas-fasilitas sebagai berikut: TPI, koperasi, eskavator, kantor administrasi, papan informasi DPI, keranjang ikan, alat timbang, pabrik es, TPI, dan drum, kantor administrasi, dan papan informasi DPI. PPI Karangsong memberlakukan kebijakan retribusi sebesar 3% dari nelayan dan 3% dari bakul. Biaya ini lebih besar dibandingkan yang ditetapkan oleh pemerintah. Hal ini sudah disepakati oleh para juragan pemilik kapal, bakul, KUD, dan pihak TPI disepakati dalam rapat anggota tahunan. PPI Karangsong beroperasi sejak pukul sampai pukul setiap hari Unit penangkapan ikan Terdapat tiga unsur yang sangat penting dalam kegiatan penangkapan ikan, yang mempengaruhi keberhasilan operasi penangkapan ikan. Ketiga unsur tersebut adalah alat tangkap yang digunakan, kapal penangkap ikan, dan nelayan sebagai pengguna kedua unsur tersebut. 1. Alat tangkap Nelayan di Kabupaten Indramayu menggunakan berbagai macam alat tangkap seperti payang, dogol, pukat cincin, pukat pantai, gillnet, jaring klitik, trammel net, pancing, sero, dan alat tangkap lainnya. Ada 2 jenis alat penangkap ikan yang banyak diminati di PPI Karangsong. Kedua alat tangkap tersebut adalah jaring rampus dan gillnet millenium. Seperti yang terlihat pada Tabel 3, alat tangkap lain yang umum digunakan di PPI karangsong adalah payang dan pancing, namun jumlahnya tidak sebanyak jaring rampus maupun gillnet millenium.

33 19 Tabel 3 Jenis dan jumlah alat tangkap yang beroperasi di PPI Karangsong tahun Alat Tangkap Yang Beroperasi (unit) Bulan Payang Jaring Rampus Gillnet millenium Pancing Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember (Sumber: Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra 2010) 2. Kapal Di Kabupaten Indramayu, terdapat tiga kategori kapal yang digunakan yakni kapal motor, kapal motor tempel, dan perahu tanpa motor. Dinas perikanan Indramayu mengelompokkan kapal motor dalam 5 kelas yakni < 5 GT, 5-10 GT, GT, GT, dan kapal > 50 GT. Kapal motor tempel hanya memiliki 2 kelas yaitu dibawah 5 GT dan kapal berukuran 5-10 GT. Perahu motor tempel yang berukuran lebih kecil dari 5 GT adalah armada penangkap ikan yang paling banyak di Kabupaten Indramayu. Perahu motor tempel ini menggunakan bahan bakar solar dengan kekuatan mesin 20PK. Perahu tanpa motor jumlahnya pada tahun 2009 hanya 1,34% dari keseluruhan armada penangkapan ikan yang berada di Kabupaten Indramayu, ini menunjukkan bahwa motorisasi kapal sudah terlaksana dengan baik. Jumlah armada penangkapan ikan di Indramayu dapat dilihat pada Tabel 4.

34 20 Tabel 4 Jumlah armada penangkapan di Indramayu tahun Tahun Kapal Motor Motor Tempel Jumlah Kenaikan(%) ,46 % % (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu ) 3. Nelayan Nelayan merupakan bagian yang sangat penting dari unit penangkapan ikan karena nelayan menggunakan dan mengoperasikan alat serta kapal penangkap ikan. Nelayan memegang peranan kunci dalam keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan. Nelayan di Indramayu dibagi berdasarkan kepemilikan alat tangkap, yaitu: 1) Juragan atau nelayan pemilik yang merupakan pemilik fasilitas produksi seperti kapal dan alat penangkap ikan. Juragan bertanggung jawab dalam membiayai kegiatan operasi dan pemasaran hasil tangkapan. 2) Nelayan buruh, adalah nelayan yang turun langsung dalam kegiatan operasi penangkapan ikan. Nelayan buruh hanya menyediakan tenaga dan keahlian dalam operasi penangkapan ikan karena seluruh biaya dan komponen operasi disediakan oeh nelayan pemilik. Tabel 5 memperlihatkan bahwa jumlah nelayan pemilik dan nelayan buruh meningkat dari tahun 2006 ke tahun 2007, setelah itu jumlahnya cenderung tetap hingga tahun Tabel 5 Jumlah nelayan di Indramayu tahun Tahun Nelayan Pemilik Nelayan Buruh Jumlah (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu ) Jumlah nelayan dalam suatu unit penangkapan ikan bergantung pada ukuran kapal tersebut. Kapal penangkapan ikan 5 GT memiliki jumlah nelayan sebanyak 4-5 orang, kapal 30 GT sebanyak orang nelayan, dan pada kapal 40 GT - 60 GT jumlahnya sekitar orang nelayan.

35 Koperasi Koperasi perikanan yang ada di desa Karangsong bernama Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra. Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra melayani administrasi empat desa nelayan yakni desa Paoman, Margadadi, Karangsong, dan Pabean Udik. Hasil pencatatan administratif Koperasi Mina Sumitra berasal dari TPI Karangsong. Koperasi Mina Sumitra berdiri pada tahun 1918 yang dulu masih berbentuk KUD. Pada tahun 2006 berubah nama menjadi KPL Mina Sumitra dari nama sebelumnya KUD Mandiri. KPL Mina Sumitra melayani unit pelelangan, pencatatan hasil lelang dan penimbangan hasil lelang. Unit usaha koperasi mencakup penyediaan BBM, warung serba ada, BAP (sparepart peralatan perikanan), perbekalan, penyediaan basket, simpan pinjam untuk bakul dan juragan, perkreditan, toserba angota, unit es dan sembako. KPL Mina Sumitra juga turut mengelola PPI Karangsong. Pendapatan KPL Mina sumitra berasal dari jasa lelang sebanyak 2% dari anggota dan non anggota. Selain itu, pendapatan KPL Mina sumitra juga berasal dari retribusi yang berdasarkan Rapat Anggota Tahunan dimana para pengusaha bakul wajib membayar 3% dari hasil lelang dan nelayan juga membayar 3% dari hasil penjualan lelang. Biaya ini digunakan untuk pengelolaan TPI dan biaya keruk kolam pelabuhan dan aliran sungai yang berada di PPI Karangsong. KPL Mina Sumitra juga memberikan asuransi bagi anggotanya yang meninggal akibat kecelakaan di laut.

36 22 Gambar 2 Kantor KPL Mina Sumitra, Karangsong Produksi dan nilai produksi Produksi perikanan Kabupaten Indramayu berasal dari 14 koperasi perikanan yang mengelola kegiatan di daerahnya masing-masing. Perkembangan produksi perikanan selama periode , produksi tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan yang terendah terjadi pada tahun Jumlah produksi dan nilai produksi tidak selalu berbanding lurus, misalnya pada tahun 2006 dan 2007, meskipun jumlah produksi perikanan mengalami penurunan, namun nilai produksinya mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan perbedaan harga ikan di pasaran dan jenis serta kualitas ikan yang didaratkan. Hal ini dapat dilihat seperti pada tabel 6. Tabel 6 Perkembangan volume dan nilai produksi di Indramayu tahun Tahun Produksi Nilai Rupiah (Rp) , , , , , , , , , ,00 (Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu ) PPI Karangsong merupakan PPI dengan volume dan nilai produksi yang tertinggi jika dibandingkan dengan 13 pusat pendaratan ikan yang ada di Kabupaten Indramayu. Tabel 7 memperlihatkan bahwa volume produksi PPI Karangsong terus meningkat sejak tahun dengan puncak jumlah dan

37 23 nilai produksi terjadi pada tahun 2010, yakni sebesar kg dan nilai produksi Rp ,00. Tabel 7 Perkembangan volume dan nilai produksi di PPI Karangsong tahun Tahun Produksi (kg) Kenaikan Nilai Rupiah (Rp) Kenaikan ,58% ,29% ,75 % ,09% ,38% ,02% ,96% ,44% Volume produksi perikanan di PPI Karangsong selama periode mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan volume produksi yang paling besar terjadi pada tahun 2010 yakni sebesar 16,96%. Peningkatan volume produksi tidak selalu berbanding lurus dengan peningkatan nilai produksi. Tahun 2009, ketika volume produksi mengalami kenaikan sebesar 5,38%, nilai produksi mengalami penurunan sebesar 4,02%. Hal ini dapat diakibatkan oleh harga jual ikan hasil tangkapan, jenis ikan yang ditangkap, dan kualitas ikan. Tabel 8 menunjukkan komposisi dan volume hasil tangkapan gillnet millennium pada tahun 2010.

38 24 Tabel 8 Volume produksi gillnet millenium berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan tahun 2010 Gillnet Millenium No Jenis ikan kg Presentase 1 Bawal Hitam (Formio niger) ,97 % 2 Tongkol (Auxis thazard) ,91% 3 Klayaran (Makaira indica) ,99% 4 Tenggiri (Scomberomorus ,01% commersoni ) 5 Alamkao (Psettodes erumeri) ,86% 6 Manyung (Arius thalassinus) ,81% 7 Remang (Congresox talabon) ,66% 8 Cucut (Carcharhinus sp.) ,88% 9 Pari (Dasyatis sp.) ,81% 10 Kakap Putih (Lates calcarifer) ,17% 11 Blidah (Chirocentrus dorab) ,01% 12 Kakap Merah (Lutjanus ,76% malabaricus) 13 Krempul (Caranx sexfasciatus) ,79% 14 Ikan Campur ,36% Jumlah % Gambar 3 Presentasi Volume Produksi Gillnet Millenium di PPI Karangsong (Sumber: Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra 2010)

39 Daerah penangkapan ikan Daerah penangkapan ikan untuk kapal motor tempel 5-10 GT berada di wilayah Indramayu sampai dengan Pulau Biawak. Daerah penangkapan ikan untuk kapal dengan kapasitas GT berada di wilayah perairan Karimunjawa, Masalembu, dan Selat Karimata. Kapal dengan kapasitas GT melakukan kegiatan penagkapan ikan di perairan Masalembu, Karimun Jawa, Selat Karimata, dan Kepulauan Natuna (Lintang 1-3)..Posisi daerah penangkapan ikan dapat dilihat pada Gambar 4. Indonesia Keterangan: Perairan Pulau Biawak Perairan Masalembu PerairanLaut Jawa Perairan Laut Cina Selatan Perairan Selat Karimata Gambar 4 Daerah Penangkapan Ikan Gillnet Millenium.

40 aa 26 aa a a 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknis Gillnet Millenium Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang mengoperasikan alat tangkap gillnet millenium merupakan kapal kayu yang menggunakan solar sebagai bahan bakar. Kapal gillnet millenium dikelompokkan menjadi empat ukuran, yakni kapal berukuran 10 GT, 20GT, 30GT, 40 GT. Kapal gillnet millenium yang berukuran 10 GT memiliki dimensi kapal 7 m x 2,5 m x 1,5 m dengan mesin berupa motor tempel berkekuatan 24 PK dengan jumlah trip per bulan sebanyak kali bergantung dengan musim. Setiap trip kapal gillnet millenium berukuran 5-10 GT membutuhkan bahan bakar sebanyak 50 liter. Kapal berukuran 20 GT memiliki dimensi 14 m x 4,1 m x 1,8 m, dengan mesin inboard berkekuatan 120 PK. Lama satu kali trip biasanya 20 hari. Dalam satu kali trip, kapal ini membutuhkan bahan bakar sebesar liter. Kapal berukuran 30 GT memiliki dimensi 18 m x 4,7 m x 1,8 m dan memakai mesin motor inboard berkekuatan 160 PK. Lama trip hari, dengan kebutuhan bahan bakar per trip sebesar liter. Kapal 40 GT menggunakan mesin inboard dengan kekuatan 220 PK. Kapal berukuran 40 GT memiliki dimensi 20 m x 5,3 m x 2,2 m, sedangkan kapal berukuran 60 GT memiliki dimensi 22,5 m x 6 m x 2,6 m. Kapal 40 GT dan 60 GT melakukan trip selama hari, dengan kebutuhan bahan bakar mencapai liter. Kapal GT biasanya sudah dilengkapi dengan GPS, echosounder, radio, freezer, dan line hauler. Gambar 5 Kapal Gillnet Millenium Ukuran 30 GT

41 27 2) Alat tangkap Gillnet millenium terbuat dari bahan jaring polyamide multifilament berdiameter 0,15 0,17 cm dengan warna putih transparan dan jumlah pilinan sebanyak Setiap mata jaring berukuran 4 inchi. Dalam 1 piece jaring terdapat dua jenis pelampung yakni, pelampung tali ris berbahan styrofoam dengan jarak masing-masing pelampung 25 meter (17 depa) dan pelampung badan jaring berbahan plastik bertipe Y8 dengan jarak antar pelampung sebesar 1 meter. Setiap piece jaring juga dilengkapi dengan pemberat yang terbuat dari semen dengan berat 1,4 kg- 1,5 kg dan jarak antar pemberat sepanjang 10 meter. Ukuran jaring gillnet millenium pada masing-masing kapal yaitu: 1) Jaring gillnet millenium kapal <10 GT sepanjang 20 piece (panjang 120 m/piece, tinggi 9 m); 2) Jaring gillnet millenium kapal 20 GT sepanjang 60 piece (panjang 120 m/piece, tinggi 9 m); 3) Jaring gillnet millenium kapal 30 GT sepanjang 80 piece (panjang 98 m/piece, tinggi 24 m); dan 4) Jaring gillnet millenium kapal 40 GT sepanjang 110 piece (panjang 98 m/piece, tinggi 27 m). Gambar 6 Konstruksi jaring gillnet millennium untuk kapal gillnet > 40 GT

42 28 3) Nelayan Nelayan gillnet millenium sebagian besar merupakan nelayan penuh, yaitu nelayan yang menghabiskan seluruh waktu kerjanya dalam kegiatan penangkapan ikan. Nelayan gillnet millenium dikelompokkan menjadi dua, yakni nelayan pemilik (juragan) dan nelayan buruh..nelayan juragan adalah pemilik kapal, alat tangkap, dan penyedia modal serta perbekalan melaut. Nelayan buruh dibagi menjadi juru mudi dan bendega (ABK). Juru mudi bertugas untuk mengemudikan kapal dan menentukan DPI. Anak buah kapal bertugas untuk mengoperasikan alat tangkap serta menyiapkan semua kelengkapan kapal lainnya..sjumlah nelayan pada kapal 5 GT sebanyak 4 orang, 20 GT sebanyak 9 orang, 30 GT sebanyak 12 orang, dan 40 GT sebanyak 13 orang. Pendapatan bagi masing-masing nelayan ditentukan dengan sistem bagi hasil. Pertama-tama pendapatan dari hasil penjualan hasil tangkapan akan dikurangi dengan biaya retribusi, BBM, dan biaya perbekalan. Nelayan pemilik akan mendapatkan bagian sebesar 60% pada kapal berukuran 30 GT dan 40 GT, sementara nelayan buruh mendapatkan bagian sebesar 40% yang dibagi rata untuk setiap nelayan, terkecuali juru mudi yang mendapat bagian 2 kali dari ABK. Pada kapal 20 GT dan kapal 5-10 GT, sistem bagi hasil antara juragan dan nelayan buruh sebesar masing-masing 50% setelah dipotong seluruh pengeluaran Kegiatan operasi penangkapan ikan 1) Persiapan Nelayan gillnet millenium melakukan beberapa persiapan dasar sebelum melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan, yang mencakup persiapan alat tangkap, pemeriksaan mesin dan alat bantu penangkapan, pengecekan alat navigasi, pengisian bahan bakar dan es, serta pengisian bekal melaut. Persiapan alat tangkap dilakukan dengan memeriksa dan memperbaiki jaring yang rusak. Pemeriksaan dan persiapan juga dilakukan terhadap mesin kapal, roller, line hauler, dan alat bantu navigasi seperti echosounder, radio, dan GPS agar dapat menunjang kegiatan penangkapan dengan baik. Kegiatan persiapan kemudian dilanjutkan dengan pengisian bekal untuk melaut, es balok, dan bahan bakar.

43 29 (1) (2) (3) (4) Gambar 7 Proses persiapan perbekalan melaut (1) Nelayan memperbaiki jaring (2) Balok es dimuat ke dalam kapal, (3) Nelayan memeriksa line hauler, (4) Pengisian bahan bakar. 2) Metode operasi Pengoperasian alat tangkap gillnet millenium diawali dengan penentuan fishing ground yang biasanya ditentukan oleh juru mudi. Setting jaring gillnet millenium biasa dilakukan selama 2 jam, yakni pada pukul WIB. Awalnya, pelampung tanda yang berada di ujung tali selambar diturunkan, kemudian kapal terus bergerak secara perlahan seraya nelayan terus menurunkan badan jaring hingga piece terakhir. Jaring gillnet millenium dapat dioperasikan pada permukaan air, kolom perairan, dan dasar perairan..hal ini dapat dilakukan dengan cara mengatur jumlah pelampung styrofoam. Biasanya, ketika langit terang, maka badan jaring diturunkan ke dasar perairan, sedangkan bila langit sedang gelap, maka badan jaring dipasang di kolom perairan. Kedalaman jaring gillnet millenium diatur untuk menangkap ikan tenggiri dan tongkol. Lama perendaman jaring adalah selama 6 jam, lalu pada pukul 24.00

44 30 WIB jaring diangkat (hauling), penarikan jaring dilakukan dengan menggunakan mesin line hauler.. Proses hauling pada kapal berukuran 30 GT dan 40 GT, berlangsung mulai pukul WIB dan berakhir pada pukul WIB, atau selama 8 jam..hasil tangkapan kemudian dimasukkan ke dalam palka yang sudah diisi es. (1) (2) Gambar 8 Alat bantu gillnet millenium (1) Line hauler pada kapal 5 GT, (2) Serok Bila palkah sudah penuh dengan hasil tangkapan dan persediaan BBM sudah menipis, maka kapal gillnet millennium akan kembali ke fishing base untuk mendaratkan hasil tangkapannya. Sementara apabila palkah sudah penuh dengan hasil tangkapan namun persediaan BBM di kapal masih banyak, maka juru mudi akan menghubungi kapal lain milik juragan yang sama untuk menitipkan hasil tangkapannya. 3) Penanganan hasil tangkapan Ikan hasil tangkapan yang terjerat oleh gillnet millenium langsung dilepas seraya proses hauling terus berlangsung. Ikan yang tertangkap kemudian disortir berdasarkan jenis dan ukuran, dan kemudian dimasukkan ke dalam palka yang telah berisi es. 4) Pendaratan hasil tangkapan Proses pembongkaran ikan segera dilaksanakan ketika kapal sudah bersandar. ABK kapal akan menurunkan hasil tangkapan yang sudah dimuat dalam keranjang dan drum..ikan hasil tangkapan kemudian langsung diangkut

45 31 menuju TPI Karangsong untuk dilelang. Proses pelelangan hasil tangkapan setelah diturunkan dari kapal adalah sebagai berikut: 1) Nelayan mengantri untuk mendapatkan nomor lelang kapal. 2) Hasil tangkapan dibawa untuk dilakukan proses penimbangan. 3) Keranjang ikan ditandai berdasarkan nama juragan dan diberi nomor urut lelang. 4) Proses lelang diselenggarakan yang dipimpin oleh juru lelang 5) Pemenang lelang adalah pihak yang membayar dengan harga tertinggi. 6) Petugas lelang menandai keranjang berdasarkan nama pemenang lelang. 7) Pemenang lelang membayarkan ikan yang dibelinya kepada pihak TPI 8) Pihak TPI kemudian membayarkan hasil pelelangan ikan ke juragan. Gambar 9 Kegiatan lelang di PPI Karangsong.

46 Hasil tangkapan Hasil tangkapan gillnet millenium yang didaratkan di PPI Karangsong antara lain bawal hitam (Formio niger), tongkol (Auxis thazard), klayaran (Makaira indica), manyung (Arius thalassinus), tenggiri (Scomberomorus commersoni), kakap merah (Lutjanus malabaricus), kakap putih (Lates calcarifer), cucut (Charcharinus sp.), remang (Congresox talabon), pari (Dasiatys sp.), sebelah (Psettodes erumei), lidah (Chirocentrus dorab) dan selar (Caranx sexfasciatus). 5.2 Analisis Faktor-Faktor Teknis Produksi Penangkapan Gillnet Millenium Faktor-faktor produksi yang dipilih pada penelitian ini adalah yang berpengaruh langsung dalam kegiatan produksi perikanan. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh dalam usaha perikanan gillnet millenium adalah: 1) Ukuran kapal Ukuran kapal diduga sebagai faktor penting yang mempengaruhi hasil produksi perikanan gillnet millenium. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin besar ukuran kapal maka daya jelajah kapal dan daya tampung juga semakin besar. Hal ini berpengaruh positif terhadap jumlah hasil tangkapan. Kapal diukur berdasarkan volume yaitu gross tonnage (GT). 2) Panjang jaring Panjang jaring memiliki pengaruh yang penting dalam hasil produksi perikanan gillnet millenium karena panjang jaring berkaitan dengan area luasan badan jaring yang direntangkan untuk menghadang ruaya ikan target tangkapan sehingga ikan dapat terjerat. Panjang jaring didasarkan pada satuan piece. 3) Lama Hari Gillnet millenium dioperasikan dengan tempo waktu harian. Berdasarkan hal tersebut, maka jumlah hari operasi armada penangkapan ikan akan berpengaruh besar dalam jumlah produksi hasil tangkapan. 4) Kebutuhan Bahan Bakar,Pemakaian rata-rata kapal yang berukuran 5 GT menggunakan BBM sebesar 50 liter/trip, kapal 20 GT sebesar liter/trip, kapal 30 GT sebesar liter/trip, dan kapal 60 GT sebesar liter/trip.

47 33 5) Jumlah ABK Tenaga kerja pada setiap kapal dibagi menjadi nahkoda dan anak buah kapal. Jumlah tenaga kerja pada masing-masing kapal sebanyak 4 hingga 13 orang. 5.3 Optimasi Teknis Perhitungan optimasi teknis gillnet millenium dilakukan dengan menggunakan empat kelompok data yang disusun berdasarkan ukuran kapal. Keempat ukuran kapal tersebut adalah kapal ukuran > 40 GT, 30 GT, 20 GT, dan 10 GT. Perbedaan ukuran kapal gillnet millenium juga disertai oleh perbedaan faktor teknis lainnya pada masing-masing ukuran kapal. Faktor teknis yang mengikutinya yaitu panjang jaring (piece), lama trip (hari), jumlah ABK (orang), dan kebutuhan BBM (liter). Tabel 9 Hasil Produksi Perikanan untuk Kapal 40 GT Kapal 40 GT Luas jaring (m 2 ) Lama trip (hari) Volume produksi trip 1 (kg) Volume produksi trip 2 (kg) Jumlah ABK (orang) Kebutuhan BBM/trip (liter) Atlantik hari kg kg 13orang L Atlantik kg kg 13orang L Atlantik kg kg 13orang L Atlantik kg kg 13orang L Dari Tabel 9 di atas, dilakukan perhitungan mengenai rata-rata jumlah hasil produksi per trip, jumlah produktivitas harian, jumlah produktivitas harian per luasan jaring, jumlah produktivitas harian per ABK, dan jumlah produktivitas BBM/trip. Berikut adalah hasil perhitungan dari komponen-komponen tersebut: o Produktivitas rata-rata per trip = Jumlah rata - rata volume produksi = = kg 4

48 34 o Produktivitas harian produktivitas rata - rata per trip kg A = = lama trip 60 hari = 641,667 kg/hari o Produktivitas harian per luas jaring produktivitas harian B= luas jaring gram = m = 2,48 g/m2 o Produktivitas harian per ABK C= produktivitas harian 641,667 kg = jumlah ABK 13 orang = = 49,359 kg /orang/hari o Produktivitas BBM/Trip produktivitas rata - rata per trip D= Kebutuhan BBM kg = =3,5kg /liter Liter Dari perhitungan di atas, didapati bahwa kelompok kapal gillnet millenium berukuran > 40 GT menangkap ikan rata-rata sejumlah kg dalam satu kali trip atau setara dengan 641,667 kg ikan per hari. Setiap 1 meter persegi jaring mampu menghasilkan ikan sebanyak 2,48 gram. Perbandingan jumlah hasil tangkapan dengan jumlah ABK adalah 49,359 kg ikan untuk 1 orang ABK. Setiap satu liter BBM yang digunakan dalam trip menghasilkan 3,5 kg ikan. Tabel 10 Hasil Produksi Perikanan untuk Kapal 30 GT Kapal 30 GT Luas jaring (m 2 ) Lama trip (hari) Jumlah produksi trip 1kg) Jumlah produksi trip 2 (kg) Jumlah ABK (orang) Kebutuhan BBM/trip (liter) Andora B Andora A Andora 18 Andora Dari tabel di atas, dilakukan perhitungan mengenai rata-rata jumlah hasil produksi per trip, jumlah produktivitas harian, jumlah produktivitas harian per luasan jaring, jumlah produktivitas harian per ABK, dan jumlah produktivitas BBM/trip. Berikut adalah hasil perhitungan dari komponen-komponen tersebut:

49 35 o Produktivitas rata rata-rata per trip = Jumlah rata - rata volume produksi 4 o Produktivitas harian = kg 4 = kg produktivitas rata - rata per trip A = lama trip kg = 40hari = 409,375 kg/hari o Produktivitas harian per luas jaring produktivitas harian B = luas jaring o Produktivitas harian per ABK g = m2 = 2,45 g/m2 C= produktivitas harian 409,375 kg/hari = jumlah ABK 12 orang = 34,114 kg/orang/hari o Produktivitas BBM/Trip produktivitas rata - rata per trip D= Kebutuhan BBM kg = =3,275 kg/liter 5000 Liter Dari perhitungan di atas, didapati bahwa kelompok kapal gillnet millenium berukuran 30 GT menangkap ikan rata-rata sejumlah kg dalam satu kali trip atau setara dengan 409,375 kg ikan per hari. Setiap 1 meter persegi jaring mampu menghasilkan ikan sebanyak 2,45 gram. Perbandingan jumlah hasil tangkapan dengan jumlah ABK adalah 34,114 kg ikan untuk 1 orang ABK. Setiap satu liter BBM yang digunakan dalam trip menghasilkan 3,275 kg ikan.

50 36 Tabel 11 Hasil Produksi Perikanan untuk Kapal 20 GT Kapal 20 GT Luas jaring (m 2 ) Lama trip (hari) Jumlah produksi trip1(kg) Jumlah produksi trip 2(kg) Jumlah ABK (orang) Kebutuhan BBM/trip (liter) Tambah hari Muncul Sundora Tambah Kukuh Barokah Samiasih Sinar Jaya Abadi Dari tabel di atas, dilakukan perhitungan mengenai rata-rata jumlah hasil produksi per trip, jumlah produktivitas harian, jumlah produktivitas harian per luasan jaring, jumlah produktivitas harian per ABK, dan jumlah produktivitas BBM/trip. Berikut adalah hasil perhitungan dari komponen-komponen tersebut: o Produktivitas rata-rata per trip Jumlah rata - rata volume produksi = 7 o Produktivitas harian = = 5.335,714 kg 7 produktivitas rata - rata per trip 5335,714 kg A = = =266,785 kg /hari lama trip 20hari o Produktivitas harian per luas jaring produktivitas harian B = luas jaring g = m = 4,12 g/m2 o Produktivitas harian per ABK C= produktivitas harian 266,785 kg /hari = jumlah ABK 9 orang =29,642 kg /hari/orang o Produktivitas BBM/Trip Produktivitas rata - rata per trip 5.335,714 kg D= = Kebutuhan BBM 1200 Liter =4,446kg/L

51 37 Dari perhitungan di atas, didapati bahwa kelompok kapal gillnet millenium berukuran 20 GT menangkap ikan rata-rata sejumlah 5.335,714 kg dalam satu kali trip atau setara dengan 266,785 kg ikan per hari. Setiap 1 meter persegi jaring mampu menghasilkan ikan sebanyak 4,12 gram. Perbandingan jumlah hasil tangkapan dengan jumlah ABK adalah 29,642 kg ikan untuk 1 orang ABK. Setiap satu liter BBM yang digunakan dalam trip menghasilkan 4,446 kg ikan. Tabel 12 Hasil Produksi Perikanan untuk Kapal < 10 GT Kapal <10 GT KM Nurhidayah KM Agung Jaya KM Arif Putra KM Laksana KM Eka Jaya KM UntungJaya KM Puncak Jaya Luas jaring (m 2 ) Lama trip (hari) Jumlah produksi trip 1 (kg) Jumlah Produksi trip 2 (kg) Jumlah ABK (orang) Kebutuhan BBM/trip (liter) Dari tabel di atas, dilakukan perhitungan mengenai jumlah produktivitas harian, jumlah produktivitas harian per luasan jaring, jumlah produktivitas harian per ABK, dan jumlah produktivitas BBM/trip. Berikut adalah hasil perhitungan dari komponen-komponen tersebut: o Produktivitas harian Jumlah rata - rata volume produksi A = 7 o Produktivitas harian per luas jaring produktivitas harian B = luas jaring kg = m 378 = = 54 kg/ hari 7 = 2,5 kg/m2

52 38 o Produktivitas harian per ABK C= produktivitas harian 54 kg /hari = jumlah ABK 4 orang =13,5 kg/orang/hari o Produktivitas BBM/Trip Produktivitas rata - rata per trip D= = Kebutuhan BBM 54 kg 50 Liter =1,08kg/L Dari perhitungan di atas, didapati bahwa kelompok kapal gillnet millenium berukuran < 10 GT menangkap ikan rata-rata 54 kg/hari, dimana setiap 1 meter persegi jaring mampu menghasilkan ikan sebanyak 2,5 gram. Perbandingan jumlah hasil tangkapan dengan jumlah ABK adalah 13,5 kg ikan untuk 1 orang ABK. Setiap satu liter BBM yang digunakan dalam trip menghasilkan 1,08 kg ikan. Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka kita dapatkan komponenkomponen untuk menghitung optimasi teknis. Tabel 13 Tabel Optimasi No Kapal A Fn A B Fn B C Fn c D Fn D X2 1. <10 GT ,5 0,03 13,5 0 1,08 0 0, GT 266,785 0,362 4, ,642 0,45 4, , GT 409,375 0,604 2, ,114 0,57 3,275 0,65 1, >40 GT 641, ,48 0,017 49, ,5 0,72 2,737 Keterangan: A Fn A = Produktivitas harian (kg) = Fungsi nilai untuk A B = Produktivitas harian per luas jaring (gr/m 2 ) Fn B C Fn C D Fn D X2 = Fungsi nilai untuk B = Produktivitas harian per ABK (kg/orang/hari) = Fungsi nilai untuk C = Produktivitas BBM/Trip (kg/liter) = Jumlah fungsi nilai untuk D = Total fungsi nilai Berikut adalah perhitungan untuk mencari nilai F n untuk produktivitas harian masing-masing kategori kapal:

53 39 Fn A1 = A A 1 max - A min - A min = , = 587,667 = 0 Fn A2 = A A 2 max - A - A min min = 266, , , 785 = = 0, ,667 Fn A3 = A A 3 max - A - A min min = 409, , ,375 = = 0, ,667 Fn A4 = A A 4 max - A - A min min = 641, , = 1 Berikut adalah perhitungan untuk mencari nilai F n dari Produktivitas harian per luas jaring untuk masing-masing kategori kapal: Fn B1 = B B 1 max - B - B min min = 2,5-2,45 4,12-2,45 0,05 = = 0,03 1,67 Fn B2 = B B 2 max - B - B min min = 4,12-2,45 1,67 = = 1 4,12-2,45 1,67 Fn B3 = B B 3 max - B min - B min = 2,45-2,45 0 = 4,12-2,45 1,67 = 0 Fn B4 = B B 4 max - B - B min min = 2,48-2,45 0,03 = =0,017 4,12-2,45 1,67 Berikut adalah perhitungan untuk mencari nilai F n dari produktivitas harian per ABK untuk masing-masing kategori kapal: C1 - C min 13,5-13,5 0 Fn C1 = = = = 0 C - C 49,359-13,5 35,859 max min Fn C2 = C C 2 max - C - C min min = 29,642-13,5 16,142 = = 0,45 49,359-13,5 35,859 C Fn C3 = C C Fn C4 = C 3 max 4 max - C min - C - C - C min min min = = 34,114-13,5 20,614 = = 0,57 49,359-13,5 35,859 49,359-13,5 = 1 49,359-13,5

54 40 Berikut adalah perhitungan untuk mencari nilai F n dari produktivitas BBM per trip untuk masing-masing kategori kapal: Fn D1 = Fn D2 = D D D D D Fn D3 = D D Fn D4 = D 1 max 2 max 3 max 4 max - D min - D - D - D - D - D - D - D min min min min min min min = = = = 1,08-1,08 4,446-1,08 4,446-1,08 =1 4,446-1,08 0 = 3,366 = 0 3,275-1,08 2,195 = = 0,65 4,446-1,08 3,366 3,5-1,08 4,446-1,08 2,42 = = 0,718 3,366 Berdasarkan tabel di atas, maka ditentukanlah nilai X2 untuk masing-masing kelompok kapal adalah sebagai berikut: a. X2 (10GT) = Fn A1 + Fn B1 + Fn C1 + Fn D1 = 0,18 b. X2 (20GT) = Fn A2 + Fn B2 + Fn C2 + Fn D2 =2,812 c. X2 (30GT) = Fn A3 + Fn B3 + Fn C3 + Fn D3 =1,824 d. X2 (40GT) = Fn A4 + Fn B4 + Fn C4 + Fn D4 =2,89 Berdasarkan nilai F na, semakin besar ukuran kapal maka semakin besar pula produktivitas hariannya. Kelompok kapal dengan ukuran > 40 GT memiliki nilai produktivitas harian yang paling tinggi dibandingkan ketiga kelompok kapal lain. Kapal dengan ukuran di atas > 40 GT yang memiliki jumlah hari trip sebanyak 60 hari, memiliki indeks fungsi nilai bernilai 1. Sementara kapal dengan ukuran 30 GT dengan jumlah hari trip sebanyak 40 hari memiliki rata-rata produktivitas harian tertinggi kedua, yakni dengan indeks fungsi nilai sebesar 0,604. Kelompok kapal ketiga, yakni kapal berukuran 20 GT dengan jumlah hari trip sebanyak 20 hari memiliki produktivitas harian tertinggi ketiga dengan indeks fungsi nilai sebesar 0,362. Kapal dengan ukuran <10 GT yang beroperasi harian (one day fishing) memiliki nilai produktivitas harian yang terendah yakni dengan indeks 0. Selain mempengaruhi lamanya trip operasi penangkapan ikan dan daya jelajah kapal, ukuran kapal juga mempengaruhi lokasi penangkapan ikan seperti

55 41 yang telah diatur oleh undang-undang perikanan tahun Kapal gillnet millenium berukuran > 40 GT memiliki area operasi di jalur tangkap III yakni lebih dari 12 mil lepas pantai. Kapal berukuran 20 GT dan 30 GT memiliki daerah operasi di jalur tangkap II yakni 6-12 mil lepas pantai. Kapal gillnet millenium berukuran < 10 GT hanya diizinkan beroperasi di jalur tangkap 1a dan 1b, yakni sejauh 0-6 mil dari pantai (KKP, 2011). Kapal berukuran 30 GT dan > 40 GT memiliki daerah penangkapan ikan sampai ke perairan Belitung, Selat Karimata, Madura, Karimun Jawa, dan Kepulauan Natuna yakni pada WPP (Wilayah Pengelolaan Perikanan) 711 yang memiliki status stok pelagis besar under exploited. Kapal dengan ukuran 20 GT memiliki DPI terjauh sampai Belitung dan Selat Karimata yang juga berada pada WPP 711. Kapal dengan ukuran dibawah 10 GT hanya beroperasi di sekitar pantai Indramayu sampai dengan pulau Biawak yang berada pada WPP 712 dengan status stok overfishing (Forum Nasional Kebijakan SDI di WPP, 2009). Menurut Hamdan,et al. (2006) hasil tangkapan nelayan di Perairan Utara Jawa kurang dari 12 mil tidak terlalu banyak. Kecilnya indeks F na untuk kelompok kapal berukuran < 10 GT juga diduga dipengaruhi oleh tingkat persaingan untuk kapal berukuran < 10 GT sangat tinggi apabila dibandingkan dengan kelompok kapal lainnya yang berukuran lebih besar. Hal ini terlihat dari proporsi ukuran kapal di Kabupaten Indramayu dimana kapal berukuran < 10 GT sangat mendominasi dengan jumlah sebanyak 5375 unit kapal atau 89% dari jumlah keseluruhan kapal pada tahun 2009 (Pemerintah Kabupaten Indramayu, 2011). Ketatnya persaingan antar armada dan daerah penangkapan yang sudah mengalami overfishing, mengakibatkan produktivitas harian kapal gillnet millenium < 10 GT adalah yang terendah dibandingkan ketiga kelompok kapal lainnya. Untuk produktivitas per meter persegi jaring, kapal gillnet millenium berukuran 20 GT memiliki produktivitas per meter persegi yang paling tinggi dengan indeks fungsi nilai sebesar 1, diikuti dengan kapal berukuran < 10 GT, > 40 GT, dan kapal 30 GT dengan masing-masing nilai indeks fungsi nilai sebesar 0,03, 0,017, dan 0. Produktivitas jaring per meter persegi mengartikan banyaknya massa ikan (gram) yang tertangkap per 1 meter persegi jaring gillnet millenium.

56 42 Ini berarti ikan yang tertangkap pada jaring gillnet millenium dengan ukuran kapal 20 GT memiliki sebaran yang lebih rapat dibandingkan ketiga kelompok kapal lainnya. Bila dilihat komposisi hasil tangkapan ikan yang didaratkan di PPI Karangsong pada tahun 2010, 40,86% di antaranya adalah jenis ikan demersal dan ikan karang. Jumlah ini diduga dihasilkan oleh jaring gillnet millenium dengan kedalaman 9 m yang dimiliki oleh kapal ukuran 20 GT dan < 10 GT. Perairan Belitung, Laut Jawa, dan Selat Karimata yang menjadi fishing ground armada gillnet millenium ukuran 20 GT merupakan perairan yang dangkal karena termasuk dalam paparan sunda. Bila dilihat berdasarkan sifat gillnet millennium yang dapat dioperasikan hanyut di permukaan, kolom, dan dasar perairan, serta kemungkinannya untuk hanyut sampai ke daerah pantai, maka tidak heran apabila jenis ikan yang tertangkap adalah ikan-ikan demersal dan karang seperti bawal hitam (Formio niger), manyung (Arius thalassinus), kakap merah (Lutjanus malabaricus), kakap putih (Lates calcarifer), remang (Congresox talabon), pari (Dasiatys sp.), sebelah (Psettodes erumei), dan selar (Caranx sexfasciatus). Alat tangkap yang dimiliki armada gillnet millenium ukuran 30 GT dan > 40 GT memiliki jaring dengan ketinggian 24 meter dan 27 meter yang ditujukan untuk menghadang ruaya ikan tongkol dengan tenggiri yang memiliki swimming layer m dan berenang secara schooling (Pauly, 1996). Pada Tabel 13, indeks jumlah produktivitas harian per luasan jaring (B) untuk kapal dengan ukuran 20 GT dan < 10 GT lebih besar dibandingkan indeks B yang dimiliki oleh kapal dengan ukuran 30 GT dan > 40 GT yang memiliki ketinggian jaring 24 m dan 27 m. Angka yang terdapat pada kolom F nb memperlihatkan bahwa luas jaring tidak berbanding lurus dengan jumlah hasil tangkapan. Selain tidak efisien, ukuran jaring gillnet millennium di desa Karangsong juga tidak ramah lingkungan karena badan jaring yang terlalu tinggi menghadang semua biota perairan baik permukaan, kolom, maupun dasar perairan. Berdasarkan nilai F nc untuk produktivitas harian per ABK, dari tabel optimasi kita dapat melihat bahwa produktivitas harian per ABK berbanding lurus

57 43 dengan besarnya ukuran kapal. Semakin besar kapal, maka semakin banyak jumlah ABK-nya. Kapal dengan ukuran 40GT memiliki nilai F nc tertinggi dengan indeks nilai bernilai 1, diikuti dengan kelompok kapal 30 GT dengan indeks nilai bernilai 0,57, kemudian kelompok kapal 20GT dengan indeks nilai 0,45, dan kelompok kapal dibawah 10 GT dengan indeks nilai 0. Angka Fn C pada produktivitas harian per ABK menunjukkan berapa hasil yang dicapai oleh rata-rata setiap ABK dalam satu hari penangkapan. Kapal dengan ukuran > 40 GT memiliki produktivitas harian per ABK yang paling tinggi karena meskipun hanya beranggotakan 13 ABK, kelompok kapal ini dapat mengumpulkan hasil tangkapan lebih banyak dari yang kelompok kapal yang lain. Artinya, penggunaan tenaga manusia paling optimal terjadi pada kelompok kapal ini. Ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabowo, et. al (2012) yang menyatakan bahwa ada kecenderungan produksi ikan meningkat dengan bertambahnya jumlah ABK yang ikut serta. Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara di lapangan pada kelompok kapal ukuran > 40 GT, setiap ABK-nya diwajibkan untuk dapat menggantikan peran ABK yang lain, dan wajib ikut serta dalam operasi penangkapan bila sedang tidak bertugas. Kewajiban ini berdampak positif pada penggunaan jumlah ABK yang ikut dalam operasi penangkapan. Jumlah ABK dapat diminimalisir karena bahkan juru masak dan ahli mesin juga terlibat dalam kegiatan penangkapan, sehingga penggunaan tenaga kerja juga lebih efisien. Syamsul dan Tanjung (2003) menjelaskan bahwa adanya perputaran tugas (job rotation), perluasan pekerjaan, dan pemerkayaan pekerjaan dapat menambah kualitas, kerjasama, dan motivasi pekerja Berbeda halnya dengan kelompok kapal ukuran > 40 GT, pada kapal ukuran < 10 GT, operasi penangkapan ikan cukup dilakukan oleh 2 orang nelayan. Sementara itu, 2 nelayan lainnya yang berfungsi sebagai juru mudi dan juru mesin jarang terlibat dalam operasi penangkapan. Berkenaan dengan nilai F nd (produktivitas BBM per trip), kapal dengan ukuran 20 GT memiliki nilai F nd yang tertinggi yakni 1, diikuti dengan kapal berukuran >40GT dengan nilai F nd 0,72 kemudian kapal berukuran 30 GT dengan nilai F nd 0,65. Nilai F nd terendah dimiliki oleh kapal berukuran <10GT. Salah satu

58 44 faktor yang menyebabkan perbedaan nilai F nd adalah keahlian fishing master dalam menentukan fishing ground. Kelompok kapal berukuran 20 GT memiliki nilai F nd tertinggi karena memiliki ukuran yang lebih kecil dan lama trip 12 hari dengan DPI yang tidak terlalu jauh, namun produktif, yakni pada WPP 711, di daerah Belitung dan Selat Karimata yang berstatus under exploited (Forum Nasional Kebijakan SDI di WPP, 2009). Kapal berukuran < 40 GT meskipun memiliki produktivitas harian tertinggi, namun penggunaan BBM nya lebih boros karena harus beroperasi 12 mil dari garis pantai selama 60 hari. Akibatnya, produktivitas per liter BBM kelompok kapal ini lebih rendah dibandingkan kelompok kapal berukuran 20 GT. Sedangkan pada kapal < 10 GT yang beroperasi di sekitar pantai utara Laut Jawa yang memiliki persaingan tinggi dan berstatus overfishing, untuk mensiasati kondisi ini, biasanya nelayan skala kecil melakukan penangkapan di fishing ground yang lebih jauh (Prabowo, et. al, 2012). Hasil perhitungan optimasi yang didasarkan atas produktivitas harian, produktivitas jaring per luasan wilayah, produktivitas harian per ABK, dan produktivitas BBM per trip menunjukkan bahwa kapal dengan ukuran 20 GT adalah kapal dengan nilai optimal paling tinggi dengan indeks nilai total 2,812, diikuti dengan kapal berukuran < 40 GT dengan nilai 2,737, kemudian kapal berukuran 30 GT dengan nilai 1,824, dan kapal 10 GT dengan nilai 0,03. Kelompok kapal berukuran 20 GT merupakan kelompok kapal yang paling efisien dari segi teknis, namun nilainya tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan kelompok kapal berukuran < 40 GT. Meskipun kelompok kapal 20 GT lebih efisien dari segi teknis, namun penelitian yang dilakukan oleh Ritonga (2012) menunjukkan bahwa kelompok kapal berukuran < 40 GT lebih unggul dari segi analisis finansial karena memiliki nilai R/C dan return of investment yang lebih tinggi dibandingkan ketiga kelompok kapal lainnya. Salah satu hal yang menyebabkan hal ini adalah ikan hasil tangkapan kapal ukuran < 40 GT memiliki nilai jual yang lebih baik dibandingkan ketiga kelompok kapan lainnya.

59 45 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1) Kelompok kapal gillnet millenium berukuran 20 GT memiliki nilai optimasi teknis dengan indeks fungsi nilai sebesar 2,812, diikuti dengan kapal berukuran > 40 GT dengan nilai 2,737, kemudian kapal berukuran 30 GT dengan nilai 1,824, dan kapal > 10 GT dengan nilai 0,18. 2) Perbedaan nilai optimasi teknis berbagai ukuran kapal dipengaruhi oleh lokasi DPI, lama trip, dan tinggi badan jaring gillnet millennium. 6.2 Saran 1) Perlunya dilakukan penelitian berkaitan dengan optimasi yang dibagi berdasarkan kedalaman jaring dan hasil tangkapan yang didapatkan pada berbagai area kedalaman jaring. 2) Dibutuhkan kombinasi teknis yang dipadukan dengan analisis finansial guna menentukan optimasi dari segi ekonomi dan teknis. 3) Perlunya peran pemerintah dalam membatasi jumlah dan mengatur wilayah operasi kapal berukuran < 10 GT dan memperbanyak kapal berukuran 20 GT dan > 40 GT. 4) Perlunya pengawasan lebih ketat berkenaan dengan ukuran jaring gillnet millennium yang digunakan nelayan di Desa Karangsong. aa a

60 aa46 a DAFTAR PUSTAKA Ariestine D Analisis faktor teknis perikanan jaring nilon di perairan Teluk Jakarta Muara Angke Jakarta Utara [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Ayodhyoa AU Metode Penangkapan Ikan. Bogor: Yayasan Dewi Sri. Burhani D Analisa Optimasi Produksi Unit-Unit Penangkapan Ikan di Kecamatan Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan Propinsi Bengkulu [Skripsi]. Bogor. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dinas Perikanan Indramayu Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu Laporan Tahunan Statistik Produksi Perikanan tahun Dinas Perikanan Kabupaten Indramayu. Dewan Riset Daerah Jawa Tengah Laporan Diskusi Kebijakan Modernisasi Kapal Penangkapan Ikan Dewan Riset Jawa Tengah. Gaspersz V Analisis Sistem Terapan Berdasarkan Pendekatan Teknik Industri. Bandung: Tarsito. Hamdan, Monintja D, Purwanto J, Budiharsono S, dan Purbayanto A Analisis Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Buletin PSP 15 (3): Humas Kabupaten Indramayu Indramayu Pasok 60 Persen Perikanan Jawa Barat. [18 Juli 2012]. Kecamatan Indramayu Profil Desa Karangsong tahun Kabupaten Indramayu.

61 47 [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Jaring Millenium. [15 Juli 2012]. Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra tahun Koperasi Mina Sumitra Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra tahun Koperasi Mina Sumitra. Kurniawati W Optimasi Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPN Pemangkat Kabupaten Sambas Provinsi Kalimantan Barat [Tesis]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Petanian Bogor. Maragunung Model Produksi Unit Penangkapan Tangguk dan Pancing di Kotamadya Sibolga, Sumatera Utara [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Martasuganda S Jaring Insang (Gillnet). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB. Murdiyanto B Suatu Pengenaan Tentang Fishing Gear Material. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Nomura M dan Yamazaki T Fishing Techniques (1). Tokyo: Japan International Cooperation Agency. Omat Implikasi Keberadaan PPI terhadap Pertumbuhan Kawasan Ekonomi Perikanan (Studi Kasus: PPI Karangsong Kecamatan Indramayu Provinsi Jawa Barat) [Tesis]. Semarang: Magister Teknik Pembangunan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro. 21 hal. Panjaitan JP Model Optimasi Produksi Penangkapan Ikan di Kotamadya Pekalongan, Jawa Tengah [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Pauly D, Cabanban A and Torres Jr FSB, Fishery biology of 40 trawlcaught teleosts of western Indonesia. p In D. Pauly and P. Martosubroto (eds.) Baseline studies of biodiversity:the fish resource of western Indonesia. ICLARM Studies and Reviews 23). Pemerintah Kabupaten Indramayu Keadaan Geogfrafis Dan Topografis. [9 September 2011]. Paryono T Usaha Perikanan Drift Gillnet di Kotamadya Tegal, Propinsi Jawa Tengah [Skripsi]. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor.

62 48 Prabowo, Wiyono ES, Haluan J, dan Iskandar BH Sensitivitas Usaha Perikanan Gillnet di Kota Tegal, Provinsi Jawa Tengah. Buletin PSP 20 (2): Putra I Deskripsi dan Analisis Hasil Tangkapan Jaring Millenium di Indramayu [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 37 hal. Ramdhan D Keramahan Gillnet Millenium Indramayu Terhadap Lingkungan: Analisis Hasil Tangkapan [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 68 hal. Ritonga Baginda Budiman Analisis Sistem Usaha Perikanan Gillnet Millenium di Desa Karangsong, Kabupaten Indramayu [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 44 hal. Soekartawi Agribisnis Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Sugiarta IW Model Optimasi Teknis Unit Penangkapan Purse Seine di Pengambengan KAbupaten Jembrana, Bali [Skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Supranto J Ekonometrika, Buku 1 dan 2. Jakarta: FE-UI. Syamsul M dan Tanjung H Manajemen Operasi. Jakarta: PT Gamedia Widisarana Indonesia. Teken IB dan Asnawi Teori Mikro. Bogor: Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

63 46 aa a LAMPIRAN

64 Lampiran 1 Peta Lokasi Penelitian 50

65 51 Lampiran 2 Gambar fasilitas di PPI Karangsong Papan informasi DPI Unit waserda Unit BAP / Spare parts Unit perbekalan Tempat pelelangan ikan Unit keranjang dan drum Unit depot es Mesin pengeruk dasar sungai

66 52 Lampiran 3 Gambar kapal gillnet millenium Kapal 5 GT - Panjang (LoA) : 7 m - Lebar (BoA) : 2,5 m - Tinggi : 1,5 m - Mesin motor tempel 24 Pk Kapal 20 GT - Panjang (LoA) : 14 m - Lebar (BoA) : 4,1 m - Tinggi : 1,8 m - Mesin motor inboard 120 Pk Kapal 30 GT - Panjang (LoA) : 18 m - Lebar (BoA) : 4,7 m - Tinggi : 1,8 m - Mesin motor inboard 160 Pk Sumber: Dokumentasi penelitian

67 53 Lampiran 3 (Lanjutan) Kapal 40 GT - Panjang (LoA) : 20 m - Lebar (BoA) : 5,3 m - Tinggi : 2,2 m - Mesin motor inboard 220 Pk Kapal 60 GT - Panjang (LoA) : 22,5 m - Lebar (BoA) : 6 m - Tinggi : 2,6 m - Mesin motor inboard 220 Pk Sumber: Dokumentasi penelitian

68 54 Lampiran 4 Gambar kegiatan perikanan di PPI Karangsong Pendaratan ikan di TPI Petugas lelang Penimbangan ikan Persiapan alat untuk melaut KPL Mina Sumitra Dinas Perikanan dan Kelautan Indramayu Sumber: Dokumentasi penelitian

69 55 Lampiran5AlatPenangkapIkan di TPI KaransongpadaTahun Bulan Payang JaringR ampus Jaring Unyil Jaring Udang Tahun 2007 Gillnet Millenium Dogol Pancing Jumlah Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber :KoperasiPerikananLaut Mina Sumitra Indramayu2011 Bulan Payang JaringR ampus Jaring Unyil Jaring Udang Tahun 2008 Gillnet Millenium Dogol Pancing Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber :KoperasiPerikananLaut Mina Sumitra Indramayu2011

70 56 Lampiran5 (Lanjutan) Bulan Payang JaringR ampus Jaring Unyil Jaring Udang Tahun 2009 Gillnet Millenium Dogol Pancing Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber :KoperasiPerikananLaut Mina Sumitra Indramayu 2011 Bulan Payang JaringR ampus Jaring Unyil Jaring Udang Tahun 2010 Gillnet Millenium Dogol Pancing Jumlah Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Sumber :KoperasiPerikananLaut Mina Sumitra Indramayu 2011

71 57 Lampiran5( Lanjutan) Tahun 2011 Bulan Payang JaringR ampus Jaring Unyil Jaring Udang Gillnet Millenium Dogol Pancing Jumlah Januari Februari Maret April Mei Sumber :KoperasiPerikananLaut Mina Sumitra Indramayu 2011

72 Lampiran 6 Volume produksi gillnet millenium di PPI Karangsong berdasarkan jenis ikan pada tahun 2010 No 1 2 Jenis Ikan Bawal Hitam (Formio niger) Tongkol (Auxis thazard) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) 19,511 19,006 20,762 21,099 21,775 27,821 32,547 30,347 19,275 31,210 24,540 16, , , , , , , , , , , ,384 3 Klayaran (Makaira sp.) 12,210 15,768 28,982 20,986 21,567 18,763 6,054 13,020 10,733 21,115 9,984 12,067 4 Tenggiri (Scomberomorus sp.) 85, , , ,595 86, , , ,009 64,753 33,258 98, ,412 5 Alamkao (Psettodes sp.) 7, ,233 9,972 1,736 31,559 12,985 18,937 11,382 23,421 34,285 7,120 6 Manyung (Arius sp.) 102,223 89, , , , ,880 81, ,214 63,220 96, ,558 90,741 7 Remang (Congresox sp.) 181, ,532 44,878 90,551 93, ,811 86, ,462 30,896 67, , ,254 8 Cucut (Carcharhinus sp.) 30,554 41,561 37,517 33,371 35,421 51,652 35,520 51,981 11,507 26,221 88,985 24,185 9 Pari (Dasyatis sp.) 5,619 4,557 4,107 5,081 7,525 6,993 9,514 12,053 2,087 10,981 6,545 3, Kakap Putih (Lates sp.) 4,795 4,984 6,784 5,875 6,585 9,145 11,452 11,214 8,541 12,528 19,851 10, Blidah (Chirocentrus dorab) 5,535 8,264 8,378 5,443 6,993 6,665 9,085 9,106 5,199 16,852 9,045 7, Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) 50,551 34,754 36,028 25,445 30,302 37,067 32,116 63,292 11,507 29,581 71,235 43, Krempul (Caranx Sp.) 5,820 8,540 11,271 3,905 6,323 5,463 7,520 5,950 3,087 8,830 6,109 2, Ikan Campur 8,546 11,965 11,499 10,521 10,115 11,967 4,048 11,963 8,507 13,692 18,134 9,012 Jumlah 826, , , , , , , , , , , ,621 Sumber : Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra Indramayu 2010

73 Lampiran 7 Volume produksi gillnet millenium di PPI Karangsong berdasarkan jenis ikan pada tahun 2011 No Jenis Ikan Januari Februari Maret April Mei (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) 1 Bawal Hitam (Formio niger) Tongkol (Auxis thazard) Klayaran (Makaira sp.) Tenggiri (Scomberomorus sp.) Alamkao (Psettodes sp.) Manyung (Arius sp.) Remang (Congresox sp.) Cucut (Carcharhinus sp.) Pari (Dasyatis sp.) Kakap Putih (Lates sp.) Blidah (Chirocentrus dorab) Kakap Merah (Lutjanus malabaricus) Krempul (Caranx Sp.) Ikan Campur Jumlah Sumber : Koperasi Perikanan Laut Mina Sumitra Indramayu 2011

74 Lampiran 8 Peta Pembagian WPP Republik Indonesia Sumber: Forum Nasional Kebijakan Pemanfaatan SDI di WPP RI, 2009

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN aa 26 aa a a 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Teknis Gillnet Millenium 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang mengoperasikan alat tangkap gillnet millenium merupakan kapal kayu yang menggunakan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap Alat tangkap gillnet millenium aa3 a 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.1.1 Alat tangkap gillnet millenium Jaring insang adalah salah satu dari jenis alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau

Lebih terperinci

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN IIN SOLIKHIN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN

TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 1 Mei 2013: 63-71 ISSNN 2087-4871 TINGKAT KETERGANTUNGAN NELAYAN GILLNET DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU TERHADAP SUMBERDAYA IKAN (DEPENDENCY OF

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5 HASIL DAN PEMBAHASAN aa 23 a aa a 5.1 Analisis Teknis Perikanan Gillnet Millenium 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal gillnet millenium yang beroperasi di PPI Karangsong adalah kapal berbahan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASI UNIT PENANGKAPAN GILLNET MILLENIUM 30 GT DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU DHIMAS SETIADI

MANAJEMEN OPERASI UNIT PENANGKAPAN GILLNET MILLENIUM 30 GT DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU DHIMAS SETIADI MANAJEMEN OPERASI UNIT PENANGKAPAN GILLNET MILLENIUM 30 GT DI PPI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU DHIMAS SETIADI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM USAHA PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU

ANALISIS SISTEM USAHA PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU 1 ANALISIS SISTEM USAHA PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI KARANGSONG, KABUPATEN INDRAMAYU BAGINDA BUDIMAN RITONGA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN

KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN 28 KERAMAHAN GILLNET MILLENIUM INDRAMAYU TERHADAP LINGKUNGAN: ANALISIS HASIL TANGKAPAN DIMAS RAMDHAN SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan 6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan Daerah penangkapan ikan kakap (Lutjanus sp.) oleh nelayan di Kabupaten Kupang tersebar diberbagai lokasi jalur penangkapan.

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi

(Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi GILL NET (Jaring Insang) Riza Rahman Hakim, S.Pi Pendahuluan Gill net (jaring insang) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pemberat pada tali ris bawahnya dan pelampung

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak pada lintang LS LS dan BT. Wilayah tersebut 34 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak dan Geografis Desa Gebang Mekar Kabupaten Cirebon Cirebon merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang terletak pada lintang 06 30 LS-07 00

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta

Sumber : Wiryawan (2009) Gambar 9 Peta Teluk Jakarta 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Teluk Jakarta Secara geografis Teluk Jakarta (Gambar 9) terletak pada 5 o 55 30-6 o 07 00 Lintang Selatan dan 106 o 42 30-106 o 59 30 Bujur Timur. Batasan di sebelah

Lebih terperinci

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON

5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON 28 5 KEADAAN PERIKANAN TANGKAP KECAMATAN MUNDU KABUPATEN CIREBON Perikanan tangkap di Kabupaten Cirebon memiliki prasarana perikanan seperti pangkalan pendaratan ikan (PPI). Pangkalan pendaratan ikan yang

Lebih terperinci

OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA BAKAMBAT KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN

OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA BAKAMBAT KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN OPTIMASI TEKNIS PERIKANAN GILLNET MILLENIUM DI DESA BAKAMBAT KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TECHNICAL OPTIMAZATION OF MILLENIUM GILLNET FISHERY ON BAKAMBAT DISTRICT OF BANJAR SOUTH KALIMANTAN Eni

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar

3.2.1 Spesifikasi alat tangkap Bagian-bagian dari alat tangkap yaitu: 1) Tali ris atas, tali pelampung, tali selambar 21 3METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada tanggal 15 September 11 Desember 2010 ini bertempat di TPI Palabuhanratu. Sukabumi Jawa Barat. Kegiatan penelitian meliputi eksperimen langsung

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gill net) Jaring insang (gill net) yang umum berlaku di Indonesia adalah salah satu jenis alat penangkapan ikan dari bahan jaring yang bentuknya empat persegi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERKREDITAN KPL (KOPERASI PERIKANAN LAUT) MINA SUMITRA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN GILLNET DI DESA KARANGSONG KABUPATEN INDRAMAYU

PENGARUH PERKREDITAN KPL (KOPERASI PERIKANAN LAUT) MINA SUMITRA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN GILLNET DI DESA KARANGSONG KABUPATEN INDRAMAYU PENGARUH PERKREDITAN KPL (KOPERASI PERIKANAN LAUT) MINA SUMITRA TERHADAP PENDAPATAN NELAYAN GILLNET DI DESA KARANGSONG KABUPATEN INDRAMAYU The Effect of Credit KPL (Marine Fisheries Cooperatives) Mina

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK

PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP DINAMIKA JARING KEJER PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK SINGGIH PRIHADI AJI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPP SUNGAILIAT, BANGKA DODY SIHONO SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN)

BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) BAB II DESKRIPSI (OBJEK PENELITIAN) 2.1 Potensi dan Usaha Perikanan di Indonesia 2.1.1 Perikanan dan Potensi Indonesia Berdasarkan UU. No 31 tahun 2004. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 33 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil 5.1.1 Unit penangkapan ikan 1) Kapal Kapal yang digunakan merupakan sarana untuk mengangkut nelayan beserta alat tangkap ke daerah penangkapan ikan. Kapal yang biasa

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI

ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI ANALISIS HASIL TANGKAPAN UTAMA DAN SAMPINGAN PADA ALAT TANGKAP DOGOL DI GEBANG MEKAR, KABUPATEN CIREBON, JAWA BARAT ISTRIANA RACHMAWATI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

HASAN BASRI PROGRAM STUDI

HASAN BASRI PROGRAM STUDI PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP TAMPILAN GILLNET : UJI COBA DI FLUME TANK HASAN BASRI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian penangkapan ikan dengan menggunakan jaring arad yang telah dilakukan di perairan pantai Cirebon, daerah Kecamatan Gebang, Jawa Barat

Lebih terperinci

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember 2011. Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan SAMBUTAN Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahnya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA

ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN JARING INSANG HANYUT DAN KOMPOSISI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR PULAU BENGKALIS, SELAT MALAKA Enjah Rahmat Teknisi pada Balai Penelitian Perikanan Laut, Muara Baru

Lebih terperinci

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU

KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU KAJIAN UNIT PENANGKAPAN PURSE SEINE DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI INDRAMAYU PROGRAM STUD1 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Cirebon Armada penangkapan ikan di kota Cirebon terdiri dari motor tempel dan kapal motor. Jumlah armada penangkapan ikan dikota Cirebon

Lebih terperinci

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel.

KELOMPOK SASARAN. 1. Nelayan-nelayan yang telah mempunyai pengalaman dan keterampilan dalam pengoperasian jaring trammel. JARING TRAMMEL Trammel net (Jaring trammel) merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang banyak digunakan oleh nelayan terutama sejak pukat harimau dilarang penggunaannya. Di kalangan nelayan, trammel

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0

Lebih terperinci

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank

ABSTRAK Desty Maryam. Pengaruh kecepatan arus terhadap komponen desain jaring millenium (percobaan dengan prototipe dalam flume tank PENGARUH KECEPATAN ARUS TERHADAP KOMPONEN DESAIN JARING MILLENIUM (Percobaan dengan Prototipe dalam Flume Tank) Desty Maryam SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 35 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara 4.1.1 Letak geografis dan topografi Jakarta Utara Muara Angke berada di wilayah Jakarta Utara. Wilayah DKI Jakarta terbagi menjadi

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS

5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS 32 5 PERKEMBANGAN PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN TANGERANG DAN PPI CITUIS 5.1 Perkembangan Perikanan Tangkap Kabupaten Tangerang Perkembangan perikanan Provinsi Banten dan Kabupaten Tangerang sebagai sektor

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI

PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI PENGARUH KECEPATAN ARUS DAN MESH SIZE TERHADAP DRAG FORCE DAN TINGGI JARING GOYANG PADA PERCOBAAN DI FLUME TANK MUHAMMAD RIFKI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia yang masih

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Gebang Mekar Kabupaten Cirebon (Lampiran 1). Survey dan persiapan penelitian seperti pencarian jaring,

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun

KATA PENGANTAR. Jakarta, Nopember Penyusun KATA PENGANTAR Buku materi penyuluhan teknologi penangkapan ikan merupakan informasi yang memuat gambaran umum, klasifikasi, rancang bangun, metode pengoperasian, daerah penangkapan, tingkah laku ikan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan

4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL. 4.1 Pendahuluan 4 KONDISI PERIKANAN DEMERSAL DI KOTA TEGAL 4.1 Pendahuluan Secara geografis Kota Tegal terletak pada posisi 06 0 50 LS sampai 06 0 53 LS dan 109 0 08 BT sampai 109 0 10 BT. Kota Tegal merupakan daerah

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN KEBUTUHAN OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KARANGANTU, KOTA SERANG DEDE SEFTIAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat

Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Pemberdayaan masyarakat nelayan melalui pengembangan perikanan tangkap di Desa Majakerta, Indramayu, Jawa Barat Roisul Ma arif, Zulkarnain, Sulistiono P4W LPPM IPB

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 2.1 Geografis dan Administratif Sebagai salah satu wilayah Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Kendal memiliki karakteristik daerah yang cukup

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat

Lampiran 1. Peta Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat LAMPIRAN 72 Lampiran 1. Peta Kabupaten Indramayu Provinsi Jawa Barat Sumber :Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Indramayu 2013 73 Lampiran 2. Peta Letak PPI Karangsong, Kabupaten Indrmayu Jawa Barat

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M

ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M ANALISIS KAPASITAS PENANGKAPAN (FISHING CAPACITY) PADA PERIKANAN PURSE SEINE DI KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM Y U S T O M SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pemetaan Partisipatif Daerah Penangkapan Ikan kurisi dapat ditangkap dengan menggunakan alat tangkap cantrang dan jaring rampus. Kapal dengan alat tangkap cantrang memiliki

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth

TINJAUAN PUSTAKA. jika dibandingkan dengan panjangnya, dengan perkataan lain jumlah mesh depth TINJAUAN PUSTAKA Alat Tangkap Jaring Insang (Gillnet) Gillnet adalah jaring dengan bentuk empat persegi panjang, mempunyai mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh jaring, lebar jaring lebih pendek

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Pengaruh Lampu terhadap Hasil Tangkapan... Pemalang dan Sekitarnya (Nurdin, E.) PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA Erfind Nurdin Peneliti

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU

V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU V. KEADAAN UMUM WILAYAH DESA PABEAN UDIK KECAMATAN INDRAMAYU, KABUPATEN INDRAMAYU Wilayah Kabupaten Indramayu terletak pada posisi geografis 107 o 52 sampai 108 o 36 Bujur Timur (BT) dan 6 o 15 sampai

Lebih terperinci

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base.

4 HASIL. Gambar 8 Kapal saat meninggalkan fishing base. 31 4 HASIL 4.1 Unit Penangkapan Ikan 4.1.1 Kapal Jumlah perahu/kapal yang beroperasi di Kecamatan Mempawah Hilir terdiri dari 124 perahu/kapal tanpa motor, 376 motor tempel, 60 kapal motor 0-5 GT dan 39

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN

7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 78 7 SOLUSI KEBIJAKAN YANG DITERAPKAN PEMERINTAH TERKAIT SISTEM BAGI HASIL NELAYAN DAN PELELANGAN 7.1 Kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah terkait sistem bagi hasil nelayan dan pelelangan Menurut

Lebih terperinci

Trammel Net Fishermen Revenue Analysis in the village of Siklayu, Batang, Central Java.

Trammel Net Fishermen Revenue Analysis in the village of Siklayu, Batang, Central Java. ANALISIS PENDAPATAN NELAYAN JARING GONDRONG (TRAMMEL NET) DI DESA SIKLAYU, KABUPATEN BATANG, JAWA TENGAH. Trammel Net Fishermen Revenue Analysis in the village of Siklayu, Batang, Central Java. Fredi Priadana,

Lebih terperinci

ESTIMASI PRODUKSI PERIKANAN DAN KUNJUNGAN KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

ESTIMASI PRODUKSI PERIKANAN DAN KUNJUNGAN KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN Akuatik- Jurnal Sumberdaya Perairan Volume 1. Nomor. 1. Tahun 216 1 ISSN 1978-1652 ESTIMASI PRODUKSI PERIKANAN DAN KUNJUNGAN KAPAL DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN Fisheries

Lebih terperinci