Solusi Menekan Interferensi Co-Channel dan Adjacent Channel pada Sistem Seluler WCDMA Multi Operator

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Solusi Menekan Interferensi Co-Channel dan Adjacent Channel pada Sistem Seluler WCDMA Multi Operator"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (214) Solusi Menekan Interferensi Co-Channel dan Adjacent Channel pada Sistem Seluler WCDMA Multi Operator Wahyu Pratama, Endroyono, dan Suwadi. Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya wahyu.pratama1@mhs.ee.its.ac.id, endroyono@ee.its.ac.id, suwadi@ee.its.ac.id Abstrak Perkembangan sistem komunikasi seluler akan selalu diikuti dengan semakin meningkatnya jumlah pemakai, untuk itu dibutuhkan teknik supaya dapat meningkatkan kapasitas serta kualitas dari sebuah sistem komunikasi seluler. Secara nasional, frekuensi yang digunakan sistem seluler diatur oleh pemerintah melalui alokasi spektrum agar frekuensi yang terbatas itu dapat menghasilkan kinerja atau performansi yang bagus tanpa harus saling mengganggu. Pada kondisi di lapangan ternyata masih terdapat permasalahan. Selain faktor noise, redaman dan fading, permasalahan yang akan diangkat dari tugas akhir ini adalah interferensi yang terjadi akibat adanya sinyal lain yang mempunyai frekuensi sama (co-channel) dan juga akibat dari daya sinyal dari pengganggu yang cukup besar serta biasanya terjadi dengan alokasi kanal yang berdekatan (adjacent channel). Solusi yang ditawarkan dalam tugas akhir ini adalah dengan memanfaatkan filter yang dipasangkan pada perangkat operator agar menekan interferensi yang terjadi sehingga performansi dari sinyal kembali bagus. Melalui simulasi MatLab akan dilakukan analisis pengaruh filter terhadap kinerja sistem yang mengalami interferensi dan dikorelasikan hasilnya dengan hasil pengukuran di lapangan. Pemanfaatan filter tambahan terbukti memperbaiki kinerja sistem seluler dengan perbaikan gain mencapai 4 db. P Kata Kunci Interferensi, Filter, WCDMA I. PENDAHULUAN ermasalahan pada sistem komunikasi sangatlah komplek, noise, interferensi, redaman, dan fading merupakan contoh dari gangguan yang dapat menurunkan kinerja dari sistem komunikasi. Pada aplikasi sistem seluler multi-operator gangguan interferensi menjadi faktor utama penurunan kinerja jaringan. Saat kinerja turun akan membuat pertukaran informasi menjadi terganggu. Gangguan tersebut terjadi akibat adanya sinyal dari BTS lain yang mempunyai frekuensi sama (cochannel) dan juga akibat dari daya sinyal dari pengganggu yang cukup besar serta biasanya terjadi dengan alokasi kanal yang berdekatan (adjacent channel) adapula intersystem interferensi yang terjadi akibat sistem komunikasi radio lain yang menggunakan frekuensi sama dalam satu area yang sama[1]. Hal itu masih terjadi meskipun telah dilakukan channeling plan oleh operator, maupun pemerintah yang sebenarnya sudah mengeluarkan berbagai regulasi yang mengatur tentang hal tersebut. Karena interferensi sifatnya merugikan, maka biasanya dilakukan penanganan oleh operator dengan mengukur terlebih dahulu pada pengguna frekuensi multi operator. Dari pembagian kanal sampai alokasi frekuensi dicek kembali sesuai penggunaan yang sudah ditetapkan masing-masing operator. Hasilnya adalah solusi sesaat di lapangan dan solusi hukum apabila benar-benar tidak dapat diselesaikan secara teknis. Maka dari itu diperlukan penelitian dan pencarian solusi secara teknis, yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, sebagaimana yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini. II. INTERFERENSI SISTEM KOMUNIKASI SELULER Pada sistem komunikasi, umumnya interferensi diartikan sebagai sinyal lain yang tidak diinginkan yang mempengaruhi atau menggangu sinyal informasi yang ditransmisikan kepada rangkaian penerima (receiver). Gangguan tersebut dapat berupa sinyal lain yang memancarkan daya atau energi pada pita frekuensi yang sama dengan suatu sinyal informasi yang sebenarnya [2]. Interferensi merupakan noise yang timbul karena operasional dari sistem komunikasi yang lain [3]. Interferensi akan mempengaruhi besar daya sinyal yang diterima pada suatu receiver. Besarnya suatu tingkat interferensi akan bergantung pada jarak antara sistem penerima dan sistem pengirim (transmitter) dibandingkan dengan faktor lainnya. Kasus yang akan dibahas dalam Tugas Akhir ini adalah masalah interferensi kanal bersebelahan (adjacent channel interference). Interferensi ini bisa timbul karena ketidak sempurnaan power amplifier pada pemancar [4] ataupun pada proses filtering di sisi penerima. ACI dapat disebabkan oleh adanya beberapa operator jaringan komunikasi yang berada pada area geografis yang sama. Interferensi antara beberapa operator tersebut dapat timbul ketika pita frekuensi operator operator tersebut cukup berdekatan satu sama lain [5]. Gambar 1. Adjacent Channel Interference

2 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (214) Ketika filter yang digunakan pada sisi penerima tidak sesuai maka akan terjadi interferensi. Penangana interferensi ini bisa dilakukan dengan pemasangan filter tambahan pada BTS yang mengalami interferensi.. III.METODOLOGI Pada perencanaan pembuatan filter, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain dengan mengetahui terlebih dahulu kondisi dari gangguan itu sendiri dalam hal ini interferensi. Setelah mengetahui jenis gangguan, selanjutnya menentukan spesifikasi dari filter yang tepat. Banyak jenis filter yang bisa digunakan tetapi hanya jenis filter tertentu yang akan menghasilkan sesuai yang diinginkan. Gambar 3. Bandpass filter two half section Parameter Tabel 2.Parameter Simulasi Komponen Pasif - Z in - Z out Frekuensi kerja Model filter yang digunakan Spesifikasi 5Ω 5Ω MHz BPF two half section 2. Penanganan Interferensi Saat terjadi gangguan pada kualitas sinyal disisi penerima, maka perlu dilakukan pengecekan ke lokasi yang dianggap bermasalah agar mengetahui permasalahan apa yang muncul. Berikut merupakan alur yang dilakukan dalam penanganan gangguan di lokasi site. Gambar 2. Diagram alir Pengujian dan Simulasi Untuk nilai dari parameter seluler yang akan dijadikan tolak ukur dalam mengetahui apakah ada suatu gangguan ataupun tidaknya dapat terlihat pada Tabel berikut : Tabel 1. Parameter Seluler Parameter Deskripsi RTWP > = -1 VSWR 1.3 DTF Simulasi dengan MatLab Simulasi filter menggunakan Bandpass Filter Respone dengan desain Bandpass Filter pada Gambar 3, serta parameter yang akan digunakan pada saat simulasi filter pada software MatLab yang ditunjukkan pada Tabel 2.

3 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (214) Gambar 4. Diagram alir penanganan interferensi di lapangan Pada saat pengecekan di lapangan dilakukan pengukuran dengan alat Site Master dan juga bantuan software NodeB Huawei. Pengukuran menggunakan Site Master dilakukan dengan mengacu pada standart yang ada pada KPI. Sebagaimana penggunaan alat ukur maka harus dilakukan kalibrasi terlebih dahulu, setelah itu memasukkan parameter seperti frekuensi kerja yang akan dilakukan pengukuran dalam hal ini menggunakan frekuensi tengah 195 MHz. Pengukuran dilakukan di site Mastrip Jln, Mastrip Surabaya pada operator Axis. Gambar 6. Tampilan interferensi sinyal 3G pada LMT BTS 39 Adapun tampilan dapat terlihat dalam bentuk angka pada software LMT ini. Besarnya nilai yang bisa disebut normal yaitu saat nilainya berada pada range -1 dbm sampai dengan -14,5 dbm, namun pada gambar di bawah ini menampilkan kondisi RTWP yang buruk yaitu mempunyai nilai -92 dbm. Gambar 5. Pengukuran sinyal pada sektor 3G yang terkena interferensi ( 211 MHz- 217 MHz ) Pengukuran ini dilakukan pada posisi downlink ( 211 MHz- 217 MHz ) dengan besarnya interferensi -52dB. Dengan menggunakan software LMT BTS 39 dapat terlihat jelas sinyal yang ditampilkan. Gambar 7. Tampilan interferensi sinyal 3G pada LMT BTS 39 dalam bentuk angka Setelah mengetahui adanya gangguan interferensi terhadap kanal Axis yang bekerja pada frekuensi 1,92-1,98 GHz, maka perlu pemasangan filter pada perangkat Node B DTRU type BTS Penentuan spesifikasi perangkat Digunakan spesifikasi filter di bawah ini (Tabel 3) dikarenakan pada pengecekan di lapangan sebelumnya diadakan pengukuran menggunakan Site Master dengan jenis Anritsu MS2723B yang terlihat pada Gambar 3.8 Digunakan spesifikasi filter di bawah ini (Tabel 3.2) dikarenakan pada pengecekan di lapangan sebelumnya diadakan pengukuran menggunakan Site Master dengan jenis Anritsu MS2723B yang terlihat pada Gambar 8.

4 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (214) Key features: Impedance Stop Band Stop Band Rejection Tabel 3. Spesifikasi filter 1.Outdoor module 2.45 db rejection ( MHz) 3.DC Bypass function 5 ohms MHz >45 db( mhz) Pass Band MHz(RX) MHz(TX) Insertion Loss < 1.2 db( mhz) < 1.7 db( mhz) <.5 db( mhz) Return Loss >15 db( mhz) >18 db( mhz) RF Power Handling >5 dbm (average power, MHz) >57 dbm (peak power, MHz) Passive Intermodulation < -16dBc (Intermodulation products in RX band, with 2*4W CW signals) DC-bypass Yes Application Outdoor IP grade IP67 Operating Temperature -1~+65 Relative Humidity 5%~95% MTBF 5 hours Lightning Protection 8kA,8/2us Weight 1Kg(estimate) Dimensions(W*H*L) 163.4mm*156mm*353.8mm(estimate) RF connectors ANT: 7/16 DIN female BTS: 7/16 DIN female Installation Wall and pole mounting Number of unit Dual Filter yang digunakan terdiri 3 buah untuk 3 sektor, yang bekerja pada frekuensi ( Mhz). Pemasangan filter tersebut dipasang pada sektor 3G DTRU BTS 39 sebelum masuk ke combiner. Filter yang digunakan harus tepat saat pemasangan dan juga rapi. Apabila tidak teliti maka akan menyebabkan kebocoran sinyal yang kondisi tersebut sama saja tidak ada perubahan saat sebelum dipasang filter. Pada pemasangan di outdoor membutuhkan ketelitian yang sangat tinggi, dikarenakan tempat terbuka yang rentan terhadap hujan yang mengakibatkan sinyal bertambah buruk. Berikut pemasangan filter di indoor dan outdoor. IV. Evaluasi Simulasi dan Pengukuran Lapangan Pada tahapan ini menunjukkan respon filter dalam mengatasi permasalahan Adjacent Channel interference yang terjadi pada sistem seluler. Bagian ini menunjukkan hasil simulasi pemanfaatan BPF (Band Pass Filter) untuk meredam interferensi pada jaringan seluler menggunakan MatLab. Sinyal input dibangkitkan dengan frekuensi center 1,95 Ghz dengan panjang sampling 496. Frekuensi center didapatkan dengan perhitungan : Fc=(Fh-Fl)/2+Fl dimana : Fc=frekuensi center Fh=Frekuensi cut-off atas Fl=Frekuensi cut-off bawah Fc = (1,98 Ghz-1,92 Ghz) / 2+1,92 Ghz Fc = 1,95 Ghz Demikian juga untuk membangkitkan noise sebagai inteferensi menggunakan parameter frekuensi blocker sebesar 1,9Ghz dengan panjang sampling sebesar 496 yang sudah di inject ke sinyal asli. Sehingga pada simulasi akan muncul seperti gambar dibawah ini : Gambar 8. Tampilan Site Master MS2723B Adapun standart yang harus dicapai dengan menggunakan filter yang terpasang diperangkat. KPI disini merupakan tetapan yang harus dipenuhi agar kualitas dari sinyal bagus. Tabel 4. Standart sinyal yang harus dicapai dengan menggunakan filter Item KPI RTWP > = -1 VSWR 1.3 Rejection 45dBm DTF 1.3 A. Hasil Simulasi Gambar 9. Sinyal input dengan interferensi Pada simulasi menggunakan band pass filter untuk meredam frekuensi diluar frekuensi yang diperbolehkan. Konfigurasi filter menggunakan kombinasi antara high pass filter dan low pass filter.high pass filter digunakan untuk melewatkan frekuensi diatas 1,92 Ghz dan low pass filter digunakan untuk melewatkan frekuensi dibawah 1,98 Ghz. Sehingga penggabungan dari kedua filter diatas akan tampak seperti pada gambar dibawah ini (hasil simulasi menggunakan MatLab).

5 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (214) V SW R J TS S O 41 M A S TR IP 1A B F R 1.5 M 1 : M H z 1.4 V S W R Li m i t : 1.3 Phase (degrees) Magnitude (db) Magnitude -5 Bandpass Filter freq * Frequency (Hz) Filter 1-1 input+noise output Frequency (Hz) Magnitude (Volts) Gambar 1. Simulasi Band Pass Filter Simulasi karateristik peredaman pada frekuensi yang tidak dingiinkan dapat dilihat pada gambar dibawah ini dengan rejection 45 db. 3dB 45dB Gambar 11. Simulasi Peredaman BPF pada -45db Redaman 45dB merupakan rejection yang dibutuhkan agar pada saat batas tersebut frekuensinya akan diredam/dihilangkan. Spektrum Karakteristik Filter & Noise Input. x Frequency (Hz) x 1 9 Gambar 12. karakteristik hasil simulasi filter B. Evaluasi performansi Node-B setelah penggunaan filter Kualitas sinyal yang mengalami gangguan dalam hal ini interferensi sangatlah berpengaruh pada sisi penerima / user. Interferensi yang terjadi yaitu pada kanal 3G operator Axis yang bersebelahan dengan kanal operator Smartfren. Pada pembahasan sebelumnya sudah dibicarakan bagaimana penanganan yang dilakukan pada kasus interferensi. Pengukuran nilai VSWR, DTF, dan RL dilakukan menggunakan alat ukur Site Master. Berikut merupakan hasil capture di lapangan : M Frequency ( MHz) R es olution: 259 C A L:O N (C O A X ) C W : O N Std: UMTS /W C DMA /3G C hannel: N /A D ate: F eb/11/214 Tim e: 16:1:15 Model: S331D Serial #: 5489 V S W R Li m i t : 1. 5 D istance-to-fault J TS S O 41 M A S TR IP 1A B F R M1 : Meter M2 : 4.7 Meter M3 : Meter M4 : 4.97 Meter M1 M2 M3 M Distance ( Meter) R es olution: 259 C A L:O N (C O A X ) C W : O N Std: UM TS /W C DM A /3G C hannel: N /A Date: 2/11/214 Time: 16:1:4 Ins.Loss:.dB /m Model: S331D Serial #: 5489 Prop.Vel:.8 d B Gambar 13. Tampilan VSWR menggunakan Site Master sektor 1 pada board DTRU Terlihat pada gambar nilai VSWR yang diukur pada posisi Transceiver di sektor 1 mencapai lebih dari 1,2 pada frekuensi 2-27 MHz. Pengukuran di sisi RX mempunyai nilai VSWR sama tingginya dengan pengukuran di sisi TX yaitu sebesar 1,2. Gambar 14. Tampilan DTF menggunakan Site Master sektor 1 pada board DTRU. Pada pengukuran setelah penggunaan filter nilai DTF menjadi 1,2 pada jarak 35 m, jarak 4 43 m memiliki nilai DTF sebesar 1, M 1 : d M H z Limit : -27. M1 Return Loss J TS S O 41 M A S TR IP 1A B F R Frequency ( MHz) R es olution: 259 C A L:O N (C O A X ) C W : O N Std: UMTS /W C DMA /3G C hannel: N /A D ate: F eb/11/214 Tim e: 16:1:26 Model: S331D Serial #: 5489 Gambar 15. Tampilan RL menggunakan Site Master sektor 1 pada board DTRU.

6 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (214) C. Perbandingan evaluasi sebelum dan sesudah pemasangan filter Dari hasil simulasi juga menunjukkan bahwa pada kasus interferensi yang terjadi dapat digunakan jenis Butterworth bandpass filter two half-sections. Jenis filter ini merupakan double BPF yang akan menghasilkan respon filter yang meruncing.. Untuk pemasangan filter tersebut diperoleh hasil yang sangat signifikan dari kondisi sebelumnya. Dari mulai VSWR, DTF dan Return Loss menghasilkan keluaran yang bagus. Adapun hasil perbandingan sebelum dan sesudah penggunaan filter sebagai berikut Hasil Pengukuran Parameter Tabel 5. Perbandingan hasil pada saat sebelum dan setelah pemasangan filter. Sebelum Pemasangan filter Setelah Pemasangan filter VSWR sektor 1 >1,5 1,2 VSWR sektor 2 >5 1,3 VSWR sektor 3 >1,5 1,23 DTF sektor 1 1,2 ( 15 m) 1, ( 15 m) DTF sektor 2 1,5 ( 1 m) 1,3 ( 15 m) DTF sektor 3 1,22 ( 15 m) 1.2 ( 15 m) RL sektor 1-5 db ( MHz) -5dB ( MHz) -5 db ( MHz) -5dB ( MHz) RL sektor 2-2 db ( MHz) -2dB ( MHz) -2 db ( MHz) -2dB ( MHz) RL sektor 3-2 db ( MHz) -25dB ( MHz) -35 db ( MHz) -48dB ( MHz) mempunyai hasil respon filter yang sesuai perencanaan yaitu dengan nilai VSWR 1,3 dan DTF 1,3. 2. Pengaplikasian Filter pada simulasi dan pemasangan pada perangkat dapat mengurangi interferensi adjacent channel yang terjadi pada dunia telekomunikasi dengan menggunakan desain BPF butterworth two half section. 3. Hasil dari simulasi dan penggunaan filter dilapangan mempunyai respon filter yang mirip sehingga hasil dari simulasi dapat diaplikasikan dalam perangkat. 4. Masalah interferensi dapat diminimalisasikan dengan mengaplikasikan filter yang dipasang pada perangkat. 5. Perbaikan Gain mencapai 4 db setelah pemasangan filter, sehingga dapat mengatasi masalah penurunan kualitas sinyal pada sistem seluler dalam hal ini operator axis. DAFTAR PUSTAKA [1] Rappaport, T.S., Wireless Communications: Principles and Practice, Prentice Hall Inc., New Jersey, USA, 22. [2] Brown, T.X., Notaros, O., Jadhav. N. Lab 7 Interference In Cellular Radio Systems, TLEN 532 Wireless Systems Lab Colorado,Boulder. [3] Corinex Link, Interference Issues, Corinex Global Corp., 21. [4] Povey, G., Gatzoulis, L., Stewarts L. Dan Band I., WCDMA inter operator interference and dead zones, Elektrobit (UK) Ltd dan University of Edinburgh. [5] Chaufray,J.M., Adjacent Channel Interference in WCDMA Networks equipped with Multiple Antennas Mobile Stations. [6] Heiska, K., Wacker A., WCDMA Radio Network Planning : case studies with npsw, NOKIA, 8 Maret 22. Sebelum terpasang filter, kondisi VSWR sangat tinggi yaitu mencapai >1,5. Setelah terpasang filter nilai VSWR bisa mencapai 1,2 yang berarti semakin nilai VSWR mendekati angka 1 maka kualitas sinyal yang dihasilkan semakin bagus. Bila hasil DTF dibandingkan dengan VSWR berarti pada jarak tertentu pada pembacaan alat ukur menunjukkan nilai VSWRnya. Sebagai contoh bila nilai DTF 1,5 pada jarak 15 m, maka pada jarak 15 m dihitung m dari titik alat ukur ke ujung kabel hingga ujung antena di dapat nilai VSWR sebesar 1,5. Disisi RX pada hasil VSWR menunjukkan hasil yang bagus setelah pemasangan filter di perangkat. Disisi TX pada hasil Return loss juga menunjukkan hasil yang bagus setelah pemasangan filter di perangkat. Untuk posisi RX pun juga menunjukkan hasil yang bagus sehingga kualitas yang dicapai telah memenuhi kriteria. Dari hasil simulasi menunjukkan hasil yang memuaskan, dengan respon filter sinyal dalam domain frekuensi. Kedua sinyal diblok pada 1,983 GHz dan banyak noise secara signifikan dilemahkan/diredam. Semua dikarenakan ada rejection sebesar 45dBm, sehingga membuat hasil yang sangat bagus. V. KESIMPULAN Dari hasil proses simulasi dan penggunaan filter yang telah dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan : 1. Hasil dari pencampuran LPF dan HPF dijadikan filter BPF yang dapat dimodifikasi menjadi double BPF yang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan pada sistem komunikasi nirkabel dan bergerak sangatlah kompleks seperti noise, fading, dan interferensi. Permasalahan tersebut merupakan gangguan yang

Lebih terperinci

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR MENGATASI ADJACENT CHANNEL INTERFERENCE 3G/WCDMA PADA KANAL 11 & 12 MILIK OPERATOR AXIS DENGAN MENGUNAKAN BAND PASS FILTER STUDI KASUS SITE PURI KEMBANGAN Diajukan guna melengkapi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan trafik dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring trend berkomunikasi yang cenderung memerlukan data rate tinggi, hal ini terlihat dari kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA SISTEM PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900 DENGAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

ANALISA PERFORMANSI RECEIVED TOTAL WIDEBAND POWER (RTWP) TERHADAP KUALITAS PERFORMANSI JARINGAN PADA JARINGAN WCDMA IBC TELKOMSEL

ANALISA PERFORMANSI RECEIVED TOTAL WIDEBAND POWER (RTWP) TERHADAP KUALITAS PERFORMANSI JARINGAN PADA JARINGAN WCDMA IBC TELKOMSEL ANALISA PERFORMANSI RECEIVED TOTAL WIDEBAND POWER (RTWP) TERHADAP KUALITAS PERFORMANSI JARINGAN PADA JARINGAN WCDMA IBC TELKOMSEL Ardiansyah, Dian Widi Astuti Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGUKURAN VSWR MENGGUNAKAN SITE MASTER ANRITSU TYPE S332B

PENGUKURAN VSWR MENGGUNAKAN SITE MASTER ANRITSU TYPE S332B PENGUKURAN VSWR MENGGUNAKAN SITE MASTER ANRITSU TYPE S332B TUJUAN: Dalam Workshop ini memberikan pemahaman dasar dalam melakukan pengukuran VSWR, Return Loss, Distance to Fault dan Cable Loss. Setelah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1]

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Receiver [1] BAB II DASAR TEORI 2.1. Receiver Penerima (Receiver) adalah sebuah alat yang menerima pancaran sinyal termodulasi dari pemancar (transmitter) dan mengubah sinyal tersebut kembali menjadi sinyal informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan BTS (Base Transceiver Station) untuk jaringan WCDMA (Wideband Code Division Multiple Access) atau jaringan generasi ketiga (3G) dari GSM (Global System

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sistem komunikasi bergerak seluler GSM (Global System For Mobile Communication) merupakan sebuah sistem komunikasi dengan daerah pelayanan dibagi menjadi daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Multi Network Combiner System Dari artinya ialah system penggabung jaringan lebih dari satu, yaitu perangkat yang menggabungkan banyak sinyal menjadi satu keluaran sehingga lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

BAB I PENDAHULUAN. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi digital dalam paruh dekade terakhir mencuat dari pusat-pusat kekuatan teknologi modern yang merupakan revolusi teknologi dalam bidang televisi. Untuk itu bangsa

Lebih terperinci

BAB III IMPLEMENTASI GLOBAL FREQUENCY PLANNING

BAB III IMPLEMENTASI GLOBAL FREQUENCY PLANNING BAB III IMPLEMENTASI GLOBAL FREQUENCY PLANNING 3.1 STRATEGI PRA IMPLEMENTASI Pada implementasi GFP ini diperlukan suatu strategi pembebasan kanal yang disebabkan karena dampak interferensi uplink yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu komponen yang sangat mempengaruhi perkembangan teknologi telekomunikasi pada daerah frekuensi gelombang mikro atau microwave adalah sebuah filter microwave.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri Telekomunikasi berkembang sangat cepat. Hal itu disebabkan kebutuhan manusia untuk mendapatkan informasi tanpa mengenal batas waktu dan ruang.

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN 54 LAMPIRAN 1 Pengukuran VSWR Gambar 1 Pengukuran VSWR Adapun langkah-langkah pengukuran VSWR menggunakan Networ Analyzer Anritsu MS2034B adalah 1. Hubungkan antena ke salah satu port, pada Networ

Lebih terperinci

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI

LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI LAPORAN LAB TEKNIK PENGUKURAN FREKUENSI TINGGI Percobaan No.1 Pengukuran Karakteristik Low Pass Filter (LPF) Oleh: Kelompok III/Kelas 3B 1. Aulia Rahman Hakim/131331041 2. Byan Arsyul Kamil/131331042 3.

Lebih terperinci

# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s

# CDMA1900, khususnya kanal 12 untuk 3G/WCDMA. Dengan penataan ulang yang dilakukan oleh pihak regulator berdampak juga terhadap pengguna komunikasi s BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kemajuan teknologi terus meningkat dalam penggunaan perangkat telekomunikasi, terutama telekomunikasi selular. Beberapa operator telekomunikasi selular gencar

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013 ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2013 PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER BERBASIS MIKROSTRIP MENGGUNAKAN METODE SQUARE LOOP RESONATOR PADA FREKUENSI 1710-1785

Lebih terperinci

BAB III PRINSIP KERJA COMBINER

BAB III PRINSIP KERJA COMBINER BAB III PRINSIP KERJA COMBINER 3.1. Multi Network Combiner System Multi Network Combiner System terdiri dari susunan susunan filter, Multiplexer, Diplexer dan Coupler yang didesain khusus untuk memenuhi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DANINFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DANINFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DANINFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASIANTARA PENYELENGGARA TELEKOMUNIKASI YANG MENERAPKAN PERSONAL COMMUNICATION SYSTEM 1900

Lebih terperinci

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse.

I. Pembahasan. reuse. Inti dari konsep selular adalah konsep frekuensi reuse. I. Pembahasan 1. Frequency Reuse Frequency Reuse adalah penggunaan ulang sebuah frekuensi pada suatu sel, dimana frekuensi tersebut sebelumnya sudah digunakan pada satu atau beberapa sel lainnya. Jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pengguna layanan telekomunikasi yang menuntut fleksibilitas dalam berkomunikasi sehingga dapat menunjang aktivitas yang dilakukan oleh pengguna, oleh karena

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT

KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT KARAKTERISASI KANAL PROPAGASI VHF BERGERAK DI ATAS PERMUKAAN LAUT Putri Kusuma Ningtyas 2206100144 1) 1) Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-6011

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF 1/6 ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF I Gusti Putu Raka Sucahya - 2206100124 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk merancang dan membuat jaringan WLAN dan penempatan Access Point sesuai dengan keadaan bangunan yang berada di gedung

Lebih terperinci

BAB IV SIMULASI PERHITUNGAN INTERFERENSI

BAB IV SIMULASI PERHITUNGAN INTERFERENSI BAB V SMULAS PERHTUNGAN NTERFERENS 4.1 nterferensi Kanal yang Berfrekuensi Sama (ochannel nterference) ochannel nterference merupakan gangguan interferensi yang berasal dari sel-sel lain yang menggunakan

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Seminar Tugas Akhir Selasa, 24 Januari 2012 Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 436,9 Mhz untuk Portable Transceiver Ground Station Satelit Iinusat-01 Riski Andami Nafa 2209106071 Pembimbing :

Lebih terperinci

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS)

Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS) JURNAL TEKNIK ITS Vol. (Sept, 0) ISSN: 0- A- Manajemen Interferensi Femtocell pada LTE- Advanced dengan Menggunakan Metode Autonomous Component Carrier Selection (ACCS) Gatra Erga Yudhanto, Gamantyo Hendrantoro,

Lebih terperinci

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL. Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT

BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL. Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT BAB IV PENERAPAN DAN ANALISIS HASIL 4.1 Pengamatan Awal Pengamatan awal dilakukan dengan capture RTWP menggunakan LMT browser pada sisi RNC untuk mengetahui real time RTWP dan Selanjutnya pengamatan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN

BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN BAB 2 PERENCANAAN CAKUPAN 2.1 Perencanaan Cakupan. Perencanaan cakupan adalah kegiatan dalam mendesain jaringan mobile WiMAX. Faktor utama yang dipertimbangkan dalam menentukan perencanaan jaringan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL

BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL BAB III ANALISIS TRAFIK DAN PARAMETER INTERFERENSI CO-CHANNEL Proses pengukuran dan pemantauan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas dari jaringan GSM yang ada, Kemudian ditindak lanjuti dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Telekomunikasi data mobile saat ini sangat diminati oleh masyarakat karena mereka dapat dengan mudah mengakses data dimana saja dan kapan saja. Untuk mengimbangi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi semakin cepat dan beragam, sehingga muncul standar teknologi yang baru dan semakin canggih. Di dalam suatu komunikasi umumnya terdapat

Lebih terperinci

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE

SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE SIMULASI DAN ANALISIS MANAJEMEN INTERFERENSI PADA LTE FEMTOCELL BERBASIS SOFT FREQUENCY REUSE Pitkahismi Wimadatu 1), Uke Kurniawan Usman 2), Linda Meylani 3) 1),2),3 ) Teknik Telekomunikasi, Telkom University

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP JURNAL TEKNIK ITS Vol., No. 1, (215) ISSN: 2337539 (231-9271 Print) A Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP Desrina Elvia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Komunikasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting. untuk memperoleh informasi baik dari manusia maupun dunia maya semakin meningkat, sehingga manusia

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE RF FILTER UNTUK MENURUNKAN NILAI RTWP (RECEIVED TOTAL WIDEBAND POWER) PADA SISTEM UMTS

PENERAPAN METODE RF FILTER UNTUK MENURUNKAN NILAI RTWP (RECEIVED TOTAL WIDEBAND POWER) PADA SISTEM UMTS TESIS PENERAPAN METODE RF FILTER UNTUK MENURUNKAN NILAI RTWP (RECEIVED TOTAL WIDEBAND POWER) PADA SISTEM UMTS MADE ADI SURYA ANTARA NIM 1491761013 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO-MAGISTER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A.

BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA. radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A. 76 BAB IV HASIL PENGUKURAN DAN ANALISA Pada Bab IV ini akan disajikan hasil penelitian analisa performansi kinerja radio IP menggunakan perangkat Huawei radio transmisi microwave seri 950 A. Pada penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK

PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK Jurnal Teknologi Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN: 286-9479 PERANCANGAN DAN REALISASI BANDPASS FILTER DENGAN METODE OPEN LOOP SQUARE RESONATOR UNTUK MICROWAVE LINK Naufal Rizki Rinditayoga 1 dan Dian

Lebih terperinci

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem D-MIMO Siherly Ardianta 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG

PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG ISSN : 2442-5826 e-proceeding of Applied Science : Vol.1, No.2 Agustus 2015 Page 1322 PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 2G PT. INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG Interference Problem Solving On 2G

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FILTER INFINITE IMPULSE RESPONSE (IIR) DENGAN RESPON BUTTERWORTH DAN CHEBYSHEV MENGGUNAKAN DSK TMS320C6713

IMPLEMENTASI FILTER INFINITE IMPULSE RESPONSE (IIR) DENGAN RESPON BUTTERWORTH DAN CHEBYSHEV MENGGUNAKAN DSK TMS320C6713 IMPLEMENTASI FILTER INFINITE IMPULSE RESPONSE (IIR) DENGAN RESPON BUTTERWORTH DAN CHEBYSHEV MENGGUNAKAN DSK TMS320C6713 INFINITE IMPULSE RESPONSE (IIR) FILTER IMPLEMENTATION WITH BUTTERWORTH AND CHEBYSHEV

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 18 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Konsep Perencanaan Sistem Seluler Implementasi suatu jaringan telekomunikasi di suatu wilayah disamping berhadapan dengan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3

BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI LEVEL DAYATERIMA DAN SIGNAL INTERFERENSI RATIO (SIR) UE MENGGUNAKAN RPS 5.3 3.1 Jaringan 3G UMTS dan HSDPA Jaringan HSDPA diimplementasikan pada beberapa wilayah. Untuk

Lebih terperinci

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang)

Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang) Analisa Perencanaan Power Link Budget untuk Radio Microwave Point to Point Frekuensi 7 GHz (Studi Kasus : Semarang) Subuh Pramono Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Semarang E-mail : subuhpramono@gmail.com

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK

METODE PENGUJIAN ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2018 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN/ATAU PERANGKAT TELEKOMUNIKASI WIRELESS LOCAL AREA NETWORK METODE PENGUJIAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS

BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS BAB IV PENGUKURAN DAN ANALISIS 4.1 Syarat Pengukuran Pengukuran suatu antena yang ideal adalah dilakukan di suatu ruangan yang bebas pantulan atau ruang tanpa gema (Anechoic Chamber). Pengukuran antena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai Tinjauan Umum Teknologi MetSat (Meteorological-Satellite) Service, pengertian filter, Combline Filter Bandpass Filter dengan karakteristik ideal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perubahan regulasi frekuensi CDMA 1900 MHz oleh pemerintah melalui KM (Keputusan Menteri) Kominfo No.20/2006 tanggal 6 Januari 2006 perihal penetapan alokasi frekuensi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM Sistem monitoring ini terdiri dari perangkat keras (hadware) dan perangkat lunak (software). Perangkat keras terdiri dari bagian blok pengirim (transmitter) dan blok penerima

Lebih terperinci

PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER

PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER PENGARUH UKURAN GAP ANTAR RESONATOR PADA PERANCANGAN COUPLED EDGE BANDPASS FILTER Ayudya Tri Lestari 1), Dharu Arseno, S.T., M.T. 2), Dr. Ir. Yuyu Wahyu, M.T. 3) 1),2) Teknik Telekomunikasi, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER

BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER BAB IV PERANCANGAN DAN REALISASI FILTER Pada bab ini akan dibahas mengenai bagaimana proses perancangan dan realisasi band pass filter square open-loop, mulai dari perhitungan matematis, perancangan ukuran,

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN BAB III METODELOGI PENELITIAN Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi yang dilakukan dalam perancangan sampai merealisasikan dual-band band pass filter untuk melewatkan sinyal pada frekuensi 3G yaitu

Lebih terperinci

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT

Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Rancang Bangun Demodulator FSK pada Frekuensi 145,9 MHz untuk Perangkat Receiver Satelit ITS-SAT Respati Loy Amanda, Eko Setijadi, dan Suwadi Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL

PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL PERENCANAAN AWAL JARINGAN MULTI PEMANCAR TV DIGITAL BERBASIS PENGUKURAN PROPAGASI RADIO DARI PEMANCAR TUNGGAL Yanik Mardiana 2207 100 609 Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

Metode RF Filter untuk Perbaikan Kinerja Received Total Wideband Power pada Sistem UMTS

Metode RF Filter untuk Perbaikan Kinerja Received Total Wideband Power pada Sistem UMTS Teknologi Elektro, Vol.15, No.1, Januari - Juni 2016 61 Metode RF Filter untuk Perbaikan Kinerja Received Total Wideband Power pada Sistem UMTS M. Adi Surya Antara 1, N. Gunantara 2, NMAED Wirastuti 3

Lebih terperinci

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA

Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA Teknik Multiple Akses FDMA, TDMA, CDMA OVERVIEW Dalam sistem komunikasi wireless, efisiensi pemakaian lebar bidang frekuensi diusahakan diantaranya melalui teknik multiple akses, agar dalam alokasi frekuensi

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA

ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA SINGUDA ENSIKOM VOL. 6 NO.2 /February ANALISIS PENINGKATAN KINERJA SOFT HANDOFF TIGA BTS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PROPAGASI OKUMURA Ari Purwanto, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen

Lebih terperinci

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI

DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. Arjuni Budi P. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK-UPI DASAR TELEKOMUNIKASI ARJUNI BP JPTE-FPTK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Pendahuluan Telekomunikasi = Tele -- komunikasi Tele = jauh Komunikasi = proses pertukaran informasi Telekomunikasi = Proses pertukaran

Lebih terperinci

2012, No BATASAN LEVEL EMISI SPEKTRUM (SPECTRUM EMISSION MASK) YANG WAJIB DIPENUHI OLEH PENYELENGGARA PCS1900

2012, No BATASAN LEVEL EMISI SPEKTRUM (SPECTRUM EMISSION MASK) YANG WAJIB DIPENUHI OLEH PENYELENGGARA PCS1900 2012, No.1014 12 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 300TAHUN 2012 TENTANG PROSEDUR KOORDINASI ANTARA PENYELENGGARA TELEKOMUNIKASI YANG MENERAPKAN PERSONAL

Lebih terperinci

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2

Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2 STUDI ANALISIS PENGARUH INTERFERENSI CO-CHANNEL BCCH (BROADCAST CONTROL CHANNEL) TERHADAP KUALITAS SEL SISTEM JARINGAN DCS (DIGITAL CELLULAR SYSTEM) 1800 Setyo Budiyanto 1,Mariesa Aldila 2 1,2 Jurusan

Lebih terperinci

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano

Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-160 Perancangan dan Pembuatan Tahap RF Downlink 2.4 GHz Untuk Pengiriman Citra Pada Sistem Komunikasi Satelit Nano Rochmawati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Telkom University sedang mengembangkan satelit mikro yang mengorbit pada ketinggian 600-700 km untuk wahana pembelajaran space engineering. Sebelum satelit

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G

PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G PERHITUNGAN PATHLOSS TEKNOLOGI 4G Maria Ulfah 1*, Nurwahidah Jamal 2 1,2 Jurusan Teknik Elektronika, Politeknik Negeri Balikpapan * e-mail : maria.ulfah@poltekba.ac.id Abstract Wave propagation through

Lebih terperinci

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi

TEKNIK DIVERSITAS. Sistem Transmisi TEKNIK DIVERSITAS Sistem Transmisi MENGAPA PERLU DIPASANG SISTEM DIVERSITAS PARAMETER YANG MEMPENGARUHI : AVAILABILITY Merupakan salah satu ukuran kehandalan suatu Sistem Komunikasi radio, yaitu kemampuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN JUDUL

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN JUDUL BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG DAN PENGERTIAN JUDUL Peranan filter penting dalam instrumentasi dan industri komunikasi RF dan gelombang mikro serta mampu meloloskan sinyal dengan frekuensi yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SFN

BAB III PERANCANGAN SFN BAB III PERANCANGAN SFN 3.1 KARAKTERISTIK DASAR SFN Kemampuan dari COFDM untuk mengatasi interferensi multipath, memungkinkan teknologi DVB-T untuk mendistribusikan program ke seluruh transmitter dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur.

BERITA NEGARA. No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1013, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Frekuensi Radio 2.3GHz. Layanan Wireless Broadband. Prosedur. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

Kata kunci: Eksternal Interferensi, RTWP, Throughput

Kata kunci: Eksternal Interferensi, RTWP, Throughput PENANGANAN INTERFERENSI PADA JARINGAN SELULER 3G PT.INDOSAT UNTUK AREA BANDUNG Interference Problem Solving On 3g Celuler Network PT.INDOSAT For Bandung Area Gilang Donny Karunia 1 Yuyun Siti Rohmah, S.T.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Rangkaian EMG Dilengkapi Bluetooth

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Rangkaian EMG Dilengkapi Bluetooth BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambar Rangkaian EMG Dilengkapi Bluetooth Gambar 4. 1 Rangkaian keseluruhan EMG dilengkapi bluetooth Perancangan EMG dilengkapi bluetooth dengan tampilan personal computer

Lebih terperinci

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel

BAB II PEMODELAN PROPAGASI. Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel BAB II PEMODELAN PROPAGASI 2.1 Umum Kondisi komunikasi seluler sulit diprediksi, karena bergerak dari satu sel ke sel yang lain. Secara umum terdapat 3 komponen propagasi yang menggambarkan kondisi dari

Lebih terperinci

Definisi Filter. Filter berdasar respon frekuensinya : 1. LPF 2. HPF 3. BPF 4. BRF/BSF

Definisi Filter. Filter berdasar respon frekuensinya : 1. LPF 2. HPF 3. BPF 4. BRF/BSF FILTER AKTIF Definisi Filter Filter adalah rangkaian yang berfungsi untuk menyaring frekuensi pada suatu band tertentu Filter berdasarkan komponennya : 1. Filter Aktif Terdiri dari Op-Amp dan R, L C 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2]

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Blok diagram sistem radar [2] BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi begitu pesat, dari generasi ke generasi lahir berbagai inovasi yang merupakan objek pembaharuan penunjang kehidupan manusia. Di bidang komunikasi

Lebih terperinci

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT

FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT FILTER AKTIF SHUNT 3 PHASE BERBASIS ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) UNTUK MENGKOMPENSASI HARMONISA PADA SISTEM DISTRIBUSI 220/380 VOLT Nama : Andyka Bangun Wicaksono NRP : 22 2 111 050 23 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK

ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK ANALISA PROPAGASI GELOMBANG RADIO DALAM RUANG PADA KOMUNIKASI RADIO BERGERAK Amir D Program Studi Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jln. Banda Aceh Medan Km. 280.5

Lebih terperinci

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP A342 Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM) Menggunakan WARP Galih Permana Putra, Titiek Suryani, dan Suwadi Jurusan Teknik Elektro,

Lebih terperinci

Implementasi Metode Pewarnaan Graf Menggunakan Algoritma Welch Powell Untuk Simulasi Penerapan Frekuensi Radio Di Jawa Timur

Implementasi Metode Pewarnaan Graf Menggunakan Algoritma Welch Powell Untuk Simulasi Penerapan Frekuensi Radio Di Jawa Timur JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) A 73 Implementasi Metode Pewarnaan Graf Menggunakan Algoritma Welch Powell Untuk Simulasi Penerapan Frekuensi Radio Di Jawa

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA

Dosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA LUCKY FATHMA TRISNANTI 2206100062 TELEKOMUNIKASI MULTIMEDIA TEKNIK ELEKTRO INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Dosen Pembimbing: Dr. Ir Achmad Affandi, DEA Pemanfaatan kanal radio HF dengan range frekuensi

Lebih terperinci

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL

BAB III. IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 21 BAB III IMPLEMENTASI WiFi OVER PICOCELL 3. 1 Sejarah Singkat Wireless Fidelity Wireless fidelity (Wi-Fi) merupakan teknologi jaringan wireless yang sedang berkembang pesat dengan menggunakan standar

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European

BAB II JARINGAN GSM. telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European BAB II JARINGAN GSM 2.1 Sejarah Teknologi GSM GSM muncul pada pertengahan 1991 dan akhirnya dijadikan standar telekomunikasi selular untuk seluruh Eropa oleh ETSI (European Telecomunication Standard Institute).

Lebih terperinci

Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet

Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet Optimasi Jaringan Wideband Code Division Multiple Access Untuk Meningkatkan Throughput Internet M. Iman Nur Hakim 1 Pande Ketut Sudiarta 2 I G.A.K. Diafari Djuni H. 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Layanan 3G komersial telah diluncurkan sejak tahun 2001 dengan menggunakan teknologi WCDMA. Kecepatan data maksimum yang dapat dicapai sebesar 2 Mbps. Walaupun demikian,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.. Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat pengamatan aktual. Metoda penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pengukuran interference test yaitu scan frekuensi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 267 / DIRJEN / 2005 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 267 / DIRJEN / 2005 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 267 / DIRJEN / 2005 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT JARINGAN RADIO (RADIO NETWORK) BERBASIS UNIVERSAL MOBILE TELECOMMUNICATION SYSTEM

Lebih terperinci

BAB III RADIO MICROWAVE

BAB III RADIO MICROWAVE 26 BAB III RADIO MICROWAVE 3.1. Sistem Telekomunikasi Gelombang Mikro Pancaran Radio Bumi, menggunakan frekuensi tertentu yang dipancarkan melalui antena sehingga dapat diterima oleh receiver pada area

Lebih terperinci

Faizal Firmansyah NRP

Faizal Firmansyah NRP RANCANG BANGUN DESAIN ANTENA PIFA (PLANAR INVERTED F-ANTENNA) UNTUK PENANGKAPAN DAYA ELEKTROMAGNETIK PADA FREKUENSI GSM 900 MHz DAN DCS 1800 MHz DENGAN METODE ELECTROMAGNETIC HARVESTING Faizal Firmansyah

Lebih terperinci

ANALISIS MODERNISASI BTS+ GSM SIEMENS DENGAN BTS GSM FMR PADA PT. INDOSAT MEDAN

ANALISIS MODERNISASI BTS+ GSM SIEMENS DENGAN BTS GSM FMR PADA PT. INDOSAT MEDAN ANALISIS MODERNISASI + GSM SIEMENS DENGAN GSM FMR PADA PT. INDOSAT MEDAN Edward CLP. Pasaribu, Rahmad Fauzi Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Indoor BTS (Base Transceiver Station) BTS (Base Transceiver Station) adalah perangkat seluler yang pertama kali berhubungan langsung dengan handset kita. Beberapa BTS

Lebih terperinci

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG

OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG 1/6 OPTIMASI LINTAS LAPISAN PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF DI DALAM GEDUNG Bayu Sampurna 2206 100 180 Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Rosita Elvina, Gamantyo Hendrantoro, dan Devy Kuswidiastuti.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713 Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang Email: aryobaskoro@mail.unnes.ac.id Abstrak. Karakteristik kanal wireless ditentukan

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay

Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-246 Evaluasi Kinerja Penerapan Koordinasi Interferensi pada Sistem Komunikasi LTE- Advanced dengan Relay Rosita Elvina, Gamantyo

Lebih terperinci

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto, http://sigitkus@ub.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, kebutuhan

Lebih terperinci

Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Butterworth

Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Butterworth Jurnal Reka Elkomika 2337-439X Februari 2013 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional TeknikElektro Itenas Vol.1 No.3 Simulasi Perancangan Filter Analog dengan Respon Butterworth LEONARD TAMPUBOLON, RUSTAMAJI,

Lebih terperinci

AGENDA ITEM 1.8 PITA FREKUENSI LAYANAN FIXED WIRELESS ANTARA 71 GHz DAN 238 GHz

AGENDA ITEM 1.8 PITA FREKUENSI LAYANAN FIXED WIRELESS ANTARA 71 GHz DAN 238 GHz AGENDA ITEM 1.8 PITA FREKUENSI LAYANAN FIXED WIRELESS ANTARA 71 GHz DAN 238 GHz I. Latar Belakang Tujuan Agenda Item 1.8 adalah untuk mempertimbangkan hasil studi ITU R mengenai masalah teknik dan regulasi

Lebih terperinci

Topologi WiFi. Topotogi Ad Hoc

Topologi WiFi. Topotogi Ad Hoc Topologi WiFi Jika dalam jaringan konvensional dikenal berbagai jenis topologi jaringan, seperti starring, dan bus, pada WiFi hanya dikenal 2 jenis topologi jaringan yatu ad hoc dan infrastructure. Topotogi

Lebih terperinci

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto

LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto LABORATORIUM SWITCHING DAN TRANSMISI Sekolah Tinggi Teknologi Telematika Telkom Jl. D.I. Panjaitan 128 Purwokerto Status Revisi : 00 Tanggal Pembuatan : 5 Desember 2014 MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM SISTEM

Lebih terperinci

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO

Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO Desain Penempatan Antena Wi-Fi 2,4 Ghz di Hall Gedung Baru PENS-ITS dengan Menggunakan Sistem C-MIMO Nurista Wahyu Kirana 1, Tri Budi Santoso 2, Okkie Puspitorini 2 1 Politeknik Elektronika Negeri Surabaya,

Lebih terperinci