BAB 2 LANDASAN TEORI
|
|
- Widyawati Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode RSA untuk mengidentifikasi citra mata digital dan penajaman kontras citra yang menggunakan Histogram Equalization Biometric Biometric merupakan skema pengakuan individu berdasarkan fisiologis atau karakteristik prilaku untuk menentukan siapa individu (misalnya, ID card) bukan apa yang dimiliki individu (misalnya, sandi) yang dapat diandalkan baik untuk mengkonfirmasi atau menetukan identitas individu untuk memastikan bahwa akses yang diberikan hanya oleh pengguna yang sah dan tidak ada orang lain. (Jain et al., 2006) Karakteristik Biometric Dalam proses identifikasi biometric sangat khas, karakteristik yang terukur digunakan untuk mengidentifikasi individu. Dua kategori pengidentifikasi biometric meliputi karakteristik fisiologis dan perilaku. Karakteristik fisiologis berhubungan dengan bentuk tubuh yang memiliki ciri unik bagi setiap individu. Contoh bentuk tubuh yang autentik disetiap individu yaitu sidik jari, pengenalan wajah, DNA, telapak tangan, geometri tangan, pengenalan iris yang sebagian besar telah diganti mata, dan aroma. Karakteristik perilaku terkait dengan perilaku kebiasaan seseorang dalam kesehariannya, seperti ritme mengetik, kiprah, dan suara. (Jain et al., 2006).
2 Keunggulan Biometric Biometric dapat digunakan dalam setidaknya dua jenis aplikasi. Dalam skenario verifikasi, seseorang mengklaim identitas tertentu dan sistem biometric digunakan untuk memverifikasi atau menolak klaim tersebut. Verifikasi dilakukan dengan mencocokkan sampel biometric yang diperoleh pada saat klaim terhadap sampel yang sebelumnya terdaftar untuk identitas diklaim. Jika dua sampel cocok cukup baik, klaim identitas diverifikasi dan jika dua sampel tidak cocok cukup baik maka klaim akan ditolak. Dengan demikian ada empat kemungkinan hasil. Validasi terjadi ketika sistem menerima atau memverifikasi klaim identitas dan klaim itu dinyatakan benar. Untuk validasi yang gagal yang dikarenakan oleh sampel yang palsu maka system akan melakukan pendokumentasian yang menerima klaim identitas, namun klaim tersebut tidak benar. Benar menolak terjadi ketika sistem menolak klaim identitas dan klaim tersebut palsu. Sebuah sampel palsu akan menolak jika terjadi saat sistem menolak klaim identitas, namun klaim itu benar. Dua jenis kesalahan yang dapat dibuat adalah menerima sampel palsu dan menolak sampel palsu. Kinerja biometric dalam skenario verifikasi sering diringkas dalam penerima kurva Receiver Operating Characteristic. ROC kurva plot tingkat memverifikasi pada sumbu Y dan yang palsu menerima tingkat pada sumbu X atau sebaliknya, yang palsu menolak pada sumbu Y dan palsu menerima tingkat pada sumbu X. (Bowyer, 2008) Equal-error rate ( EER ) adalah nilai utama yang sering dikutip dari kurva ROC. Dimana EER adalah tingkat palsu menerima sama dengan palsu tingkat menolak. Istilah verifikasi dan otentikasi sering digunakan secara bergantian dalam konteks ini. Dalam skenario identifikasi, sampel biometri diperoleh tanpa klaim identitas terkait. Tugas sistem adalah untuk mengidentifikasi sampel yang tidak diketahui sebagai pencocokan salah satu dari serangkaian terdaftar sebelumnya sampel diketahui. Set sampel yang terdaftar sering disebut galeri, dan sampel yang tidak diketahui sering disebut probe. Probe dicocokkan semua entri di galeri, dan pencocokan terdekat, asumsi tersebut cukup relevan, yang digunakan untuk mengidentifikasi sampel yang tidak diketahui. (Bowyer, 2008) Serupa dengan skenario verifikasi, ada empat kemungkinan yang akan dihasilkan. Positif benar terjadi ketika sistem mengatakan bahwa sampel yang tidak diketahui cocok dengan orang tertentu di galeri dan pertandingan benar. Sebuah
3 8 positif palsu terjadi ketika sistem mengatakan bahwa sampel yang tidak diketahui cocok dengan orang tertentu di galeri dan pencocokan tidak benar. Negatif benar terjadi ketika system mengatakan bahwa sampel tidak cocok dengan entri dalam galeri, dan disampel pada kenyataannya tidak. Sebuah negatif palsu terjadi ketika sistem mengatakan bahwa sampel tidak cocok dengan entri dalam galeri, tetapi sampel sebenarnya tidak milik seseorang yang ada dalam galeri. (Bowyer, 2008) Kinerja identifikasi Skenario sering diringkas dalam kurva cumulative match characteristic ( CMC ). CMC kurva plot persen diakui dengan benar pada sumbu Y dan peringkat kumulatif dianggap sebagai pertandingan yang benar pada sumbu X. Untuk peringkat kumulatif 2, jika kesalahan dalam pencocokan terjadi pada peringkat pertama atau masuk peringkat kedua di galeri, maka itu dianggap sebagai pengakuan yang benar, dan seterusnya. Peringkat tingkat satu pengakuan satu nomor yang sering dikutip dari kurva CMC. Identifikasi persyaratan dan pengakuan sering digunakan secara bergantian dalam konteks ini. (Bowyer, 2008) Iris Mata Iris merupakan cincin berwarna pada jaringan sekitar pupil dimana cahaya memasuki interior mata. Dua otot yaitu otot dilator dan otot sphincter, mengontrol ukuran iris untuk menyesuaikan banyaknya cahaya yang masuk pupil. Pada gambar 2.1 menunjukkan bahwa contoh gambar yang diperoleh oleh sistem biometric iris komersial. Sclera, daerah putih jaringan ikat dan pembuluh darah mengelilingi iris. Sebuah penutup yang jelas disebut kornea mencakup iris dan pupil. Wilayah pupil umumnya muncul lebih gelap dari iris. Namun, pupil mungkin memiliki specular highlights, dan katarak dapat meringankan pupil. (Oyster, 1999) Dengan demikian iris biasanya memiliki pola yang memiliki banyak galur, pegunungan, dan bintik-bintik pigmen. Permukaan iris terdiri dari dua wilayah, zona pupil pusat dan zona silia luar. Collarette adalah perbatasan antara kedua daerah. Setiap rincian tekstur iris diyakini akan ditentukan secara acak selama perkembangan janin mata. Hal ini juga diyakini berbeda disetiap orang dan antara kiri dan kanan mata orang yang sama. Warna iris dapat berubah karena jumlah pigmen di iris meningkat selama masa kanak-kanak. Namun demikian, untuk sebagian besar umur seorang manusia, penampilan iris relatif konstan. (Daugman et al., 1999)
4 9 Gambar 2.1. Anatomi iris yang diambil dari dataset (ICE, 2006) Pendekatan Daugman Penelitian yang paling penting dalam sejarah awal biometric iris adalah hasil dari Daugman. Daugman mempatenkan penelitiannya pada tahun 1994 dan awal publikasi menggambarkan sebuah sistem pengenalan iris operasional dalam beberapa detail. Hal ini menguatkan bahwa biometric iris sebagai lapangan telah dikembangkan dengan konsep pendekatan Daugman yang menjadi model referensi standar. Dan juga karena Flom dan Safir paten dan paten Daugman ditahan untuk beberapa waktu oleh perusahaan yang sama, hampir semua yang ada iris komersial teknologi biometric didasarkan pada pekerjaan Daugman itu. Daugman menggunakan integrodifferential beserta operator untuk mencari batas-batas lingkaran iris: (Daugman, 1994) ( ) ( ) ( ) (2.1)
5 10 Operator ini berfungsi sebagai pencari lingkaran yang akan mencariterpisahkan sudut maksimum turunan radial atas gambar yang domain. Terkenal algoritma iris segmentasi lain adalah bahwa diusulkan oleh Wildes (1997). Dalam karyanya, iris batas yang terlokalisasi melalui deteksi tepi diikuti oleh Hough transformation. (Daugman et al., 1999) 2.2. Citra Citra didefenisikan sebagai fungsi dua dimensi f(x,y), dimana x dan y merupakan koordinat spasial dan luasan dari f untuk tiap pasang koordinat (x, y) disebut intensitas atau level keabuan citra pada titik tertentu. Jika x, y, dan nilai intensitas f bersifat terbatas (finite), maka citra disebut dengan citra digital. Citra digital dapat juga dikatakan sebagai sebuah matriks dimana indeks baris dan kolomnya menyatakan suatu titik pada citra dan elemen matriksnya yang disebut sebagai elemen gambar atau piksel menyatakan tingkat keabuan pada titik tersebut. Citra digital dapat diklasifikasi menjadi citra biner, citra keabuan, dan citra warna. (Gonzales et al., 2002) Citra biner (binary image) Citra biner merupakan jenis citra yang paling sederhana karena hanya memiliki dua nilai, yaitu hitam atau putih. Citra biner merupakan citra 1 bit karena hanya memerlukan 1 bit untuk merepresentasikan tiap piksel. Jenis citra ini banyak ditemukan pada citra dimana informasi yang diperlukan hanya bentuk secara umum atau outline, misalnya pada Optical Character Recognition (OCR). Citra biner dibentuk dari citra keabuan melalui operasi thresholding, dimana tiap piksel yang nilainya lebih besar dari threshold akan diubah menjadi putih (1) dan piksel yang nilainya lebih kecil dari threshold akan diubah menjadi hitam (0). Contoh citra biner ditunjukkan pada Gambar 2.2. (Gonzales at al., 2002)
6 11 Gambar 2.2. Citra biner (Gonzales at al., 2002) Citra keabuan (grayscale image) Citra keabuan menggunakan warna hitam sebagai warna minimum, warna putih sebagai warna maksimum dan warna diantara hitam dan putih, yaitu abu-abu. Abuabu merupakan warna dimana komponen merah, hijau, dan biru mempunyai intensitas yang sama. Contoh citra keabuan ditunjukkan pada Gambar 2.6. Jumlah bit yang diperlukan untuk tiap piksel menentukan jumlah tingkat keabuan yang tersedia. Misalnya untuk citra keabuan 8 bit, tingkat keabuan yang tersedia adalah 2 8 atau 256. Gambar 2.3. Citra keabuan (Gonzales at al., 2002)
7 Citra warna (color image) Citra warna memiliki piksel dimana warna yang dimiliki oleh tiap piksel tersebut merupakan kombinasi dari tiga warna dasar, yaitu merah, hijau, dan biru. Tiap warna dasar menggunakan 8 bit penyimpanan, sehingga tingkatan warna yang tersedia adalah 256. Jadi untuk tiga warna dasar pada setiap piksel memiliki kombinasi warna sebanyak 2 24 atau sekitar warna. Contoh citra warna ditunjukkan pada Gambar 2.4. (Gonzales at al., 2002) Gambar 2.4. Citra warna (Gonzales at al., 2002) 2.3. Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah metode yang digunakan untuk memproses atau memanipulasi citra digital sehingga menghasil citra baru. Tujuan utama dari pengolahan citra adalah bagaimana mengolah dan menganalisis citra sebaik mungkin sehingga dapat memberikan informasi baru yang lebih bermanfaat. Beberapa teknik pengolahan citra yang digunakan adalah sebagai berikut. (Gonzales at al., 2002) Cropping Cropping berfungsi untuk menghasil bagian spesifik dari sebuah citra dengan cara memotong area yang tidak diinginkan atau area berisi informasi yang tidak diperlukan. Cropping dapat digunakan untuk menambah fokus pada objek, membuang
8 13 bagian citra yang tidak diperlukan, memperbesar area tertentu pada citra, mengubah orientasi citra, dan mengubah aspect ratio dari sebuah citra. Cropping menghasilkan citra baru yang merupakan bagian dari citra asli dengan ukuran yang lebih kecil. Jika citra cropping digunakan untuk proses lain, waktu pemrosesan akan lebih cepat karena bagian yang diproses hanya bagian yang diperlukan saja. (Gonzales at al., 2002) Scaling Scaling merupakan salah satu operasi yang paling banyak digunakan dalam pengolahan citra. Scaling digunakan untuk mengubah resolusi dari sebuah citra, baik itu memperkecil atau memperbesar resolusi citra. Scaling juga dapat digunakan untuk menormalisasi ukuran semua citra sehingga memiliki ukuran yang sama. (Pratt, 2007) Grayscaling Grayscaling merupakan proses mengubah citra warna (RGB) menjadi citra keabuan. Grayscaling digunakan untuk menyederhanakan model citra RGB yang memiliki 3 layer matriks, yaitu layer matriks red, green, dan blue menjadi 1 layer matriks keabuan. Grayscaling dilakukan dengan cara mengalikan masing-masing nilai red, green, dan blue dengan konstanta yang jumlahnya 1, seperti ditunjukkan pada persamaan 2.2. (Pratt, 2007) ( ) (2.2) Dimana : ( ) = piksel citra hasil grayscaling = konstanta yang hasil penjumlahannya 1 = nilai red dari sebuah piksel = nilai green dari sebuah piksel = nilai blue dari sebuah piksel Green channel merupakan salah satu jenis grayscaling yang mengganti nilai setiap piksel pada citra hanya dengan nilai green dari piksel citra tersebut, seperti ditunjukkan pada persamaan 2.3.
9 14 ( ) (2.3) Grayscaling pada citra mata menggunakan green channel dikarenakan citra green channel memiliki contrast yang lebih baik sehingga mampu membedakan antara fitur (pembuluh darah, eksudat, mikroneurisma) dengan permukaan mata secara lebih jelas (Putra, 2010) Perbaikan citra (Image enhancement) Perbaikan citra merupakan proses yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas citra dengan cara memanipulasi parameter pada citra sehingga ciri pada citra dapat lebih ditonjolkan. Perbaikan citra memungkinkan informasi yang ingin ditampilkan atau diambil dari sebuah citra menjadi lebih baik dan jelas. Perbaikan citra yang dilakukan adalah perbaikan kontras dengan menggunakan metode contrast stretching. Contrast Stretching mampu mengatasi kekurangan cahaya atau kelebihan cahaya pada citra dengan memperluas sebaran nilai keabuan piksel. Contrast stretching merupakan metode perbaikan citra yang bersifat point processing, yaitu pemrosesan hanya bergantung pada nilai intensitas keabuan masing-masing piksel, tidak tergantung dari piksel lain yang ada disekitarnya. Contrast stretching dilakukan dengan persamaan 2.4. (Gonzales at al., 2002) ( ) ( ) ( ) (2.4) Dimana : ( ) = piksel citra hasil perbaikan ( ) = piksel citra asal = nilai minimum dari piksel citra input = nilai maksimum dari piksel citra input = nilai grayscale maksimum Thresholding Salah satu teknik yang digunakan untuk mengubah citra keabuan menjadi citra biner adalah thresholding. Thresholding sering disebut dengan proses binerisasi.
10 15 Thresholding dapat digunakan dalam proses segmentasi citra untuk mengidentifikasi dan memisahkan objek yang diinginkan dari background berdasarkan distribusi tingkat keabuan atau tekstur citra (Liao, 2001). Proses thresholding menggunakan nilai batas (threshold) untuk mengubah nilai piksel pada citra keabuan menjadi hitam atau putih. Jika nilai piksel pada citra keabuan lebih besar dari threshold, maka nilai piksel akan diganti dengan 1 (putih), sebaliknya jika nilai piksel citra keabuan lebih kecil dari threshold maka nilai piksel akan diganti dengan 0 (hitam). Proses thresholding dilakukan dengan persamaan 2.5. (Liao, 2001) ( ) { ( ) ( ) (2.5) Dimana : ( ) = piksel citra hasil binerisasi ( ) = piksel citra asal T = nilai threshold Sebuah metode nonparametrik dan tanpa pengawasan otomatis temukan threshold untuk menampilkan segmentasi citra. Sebuah threshold optimal dipilih oleh kriteria diskriminan, yaitu dengan cara memaksimalkan keterpisahan dari kelas yang dihasilkan dalam tingkat keabuan citra. Prosedur ini sangat sederhana, hanya menggunakan zeroth dan urutan pertama saat kumulatif histogram tingkat keabuan. Hal ini berbanding lurus untuk memperluas metode berkaitan dengan masalah multithreshold. (Otsu, 1979) Ambil nilai piksel dari citra yang diberikan diwakili tingkat keabuan L (1, 2,, L). Jumlah piksel pada tingkat i dilambangkan dengan n i dan jumlah piksel dengan N = n 1 + n n L. Untuk menyederhanakan diskusi, histogram gray-level dinormalkan dan dianggap sebagai distribusi probabilitas: (Otsu, 1979) (2.6)
11 Histogram Equalization Histogram didefinisikan sebagai probabilitas statistik distribusi setiap tingkat abu-abu dalam gambar digital. Histogram Equalization adalah teknik yang sangat populer untuk peningkatan kontras gambar (Kim et al., 2008). Konsep dasar dari histogram equalization adalah dengan men-strecth histogram, sehingga perbedaan piksel menjadi lebih besar atau dengan kata lain informasi menjadi lebih kuat sehingga mata dapat menangkap informasi yang disampaikan. Citra kontras ditentukan oleh rentang dinamis, yang didefinisikan sebagai perbandingan antara bagian paling terang dan paling gelap intensitas piksel. Histogram memberikan informasi untuk kontras dan intensitas keseluruhan distribusi dari suatu gambar. Misalkan gambar input f (x, y) terdiri dari tingkat abu-abu diskrit dalam kisaran dinamis [0, L-1] maka fungsi transformasi C (rk) dapat didefinisikan sebagai Persamaan. (Frank, 2010) : ( ) ( ) ( ) Untuk persamaan transformasi histogram equalization pada gambar digital, variabel MxN menunjukkan total jumlah piksel, L jumlah tingkat abu-abu, dan ( ) jumlah piksel dalam gambar masukan dengan intensitas nilai rj. Rentang nilai input dan output abu-abu berada di kisaran 0,1,2,...,L-1. Kemudian, transformasi histogram equalization memetakan input nilai di mana k = 0,1,2,...,L-1 hingga nilai output. Dapat dilihat pada gambar (Vertika, 2011) Gambar Grafik Histogram (Vertika, 2011)
12 17 Histogram dengan jarak dari 0 sampai L-1 dibagi menjadi 2 bagian, dengan sebagai intensitas. Pemisahan ini menghasilkandua histogram. Histogram pertama memilki jangkauan 0 sampai, dan histogram kedua memiliki jangkauan sampai L-1 Histogram equalization merupakan metode dalam pengolahan gambar yang meningkatkan kontras gambar secara umum, terutama ketika digunakan data gambar yang diwakili oleh nilai-nilai yang dekat kontras. Melalui penyesuaian ini, intensitas gambar dapat didstribusikan pada histogram dengan lebih baik. Hal ini memungkinkan untuk daerah kontras lokal yang lebih rendah untuk mendapatkan kontras yang lebih tinggi tanpa mempengaruhi kontras global. Metode ini juga berguna untuk dengan latar belakang dan foregrounds yang keduanya terang atau keduanya gelap. Secara khusus, metode ini memberikan pandangan yang lebih baik dari struktur tulang dalam gambar x-ray dalam dunia biomedik, menghasilkan detail gambar yang jelas (Vertika, 2011). Histogram merupakan suatu bagan yang menampilkan distribusi intensitas dalam indeks atau intensitas warna citra. Matlab menyediakan fungsi khusus untuk histogram citra, yaitu imhist(). Fungsi Imshist menghitung jumlah piksel-piksel suatu citra untuk setiap range warna (0-255). Perlu diperhatikan bahwa fungsi Imhist dirancang untuk menampilkan histogram citra dengan format abu-abu(grayscale). Oleh karena itu, agar bisa menampilkan histogram RGB, maka perlu memodifikasi fungsi Imhist. Misalkan sebuah citra digital memiliki L derajat keabuan (misalnya citra dengan kuantisasi derajat keabuan 8-bit, nilai derajat keabuan dari 0-255) secara matematis dapat dihitung dengan rumus (Ibrahim, 2012) (2.10) Dimana : L = derajat keabuan = jumlah piksel yang memiliki derajat keabuan i n = jumlah seluruh piksel dalam citra
13 18 Diasumsikan bahwa pemerataan histogram mengubah nilai masukan menjadi dan kemudian mengubah menjadi, bentuk persamaan tersebut dapat dilihat pada persamaan 2.18 (Haidi, 2007) ( ) ( ) (2.11) Setiap piksel dengan nilai dipetakan menjadi nilai maka =, maka persamaannya dapat dilihat pada persamaan 2.19 : (Haidi, 2007) ( ) ( ) (2.12) Sebagai contoh tabel.2.12, diketahui input citra array berukuran 8x8 piksel 8 derajat keabuan dengan rentang nilai (0, 7) : Gambar 2.12 Citra array ukuran 8x8 (Haidi, 2007) Pada tabel.2.13 diatas dapat kita lihat sebuah citra gambar dengan nilai L = 8 dan n = 64, maka kita gunakan persamaan 2.20 : (2.13)
14 Gambar 2.13 Tabel hasil persamaan (2.13) (Haidi, 2007) Maka, output dari citra adalah seperti pada gambar 2.14 di bawah ini: Gambar 2.14 Output citra array ukuran 8x8 (Haidi, 2007) Pemerataan histogram telah banyak diterapkan dan dikembangkan, multi-histogram equalization yang digunakan untuk meningkatkan kontras dan kecerahan citra, histogram equalization dinamis dapat menghasilkan output gambar dengan intensitas gambar rata-rata sama dengan intensitas rata-rata gambar input (Ibrahim, 2007). Tidak hanya saja pada gambar, metode histogram equalization juga dapat diterapkan pada video yang juga dapat menghasilkan output gambar yang cerah (Najman, 2007). Hasil
15 20 dari proses penampilan distribusi identitas dalam indeks yang menggunakan Histogram Equalization dengan hasil melalui proses tersebut ditunjukan pada gambar 2.15 (a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2.15 (a) Citra asli (b) Output pertama citra HE (c) Output pertama citra HE (N=10) (d)output kedua citra HE (e) Output kedua citra HE (N=10) 2.5. Rivest Shamir Adleman (RSA) Teknik kunci kriptografi RSA merupakan metode kriptografi yang menggunakan sistem kunci-publik (public-key cryptosystem) yang modern pada saat ini. Sistem kriptografi ini patenkan di Amerika Serikat pada 14 Desember, 1977 dan dipublikasikan oleh Len Adleman, Ron Rivest dan Adi Shamir pada tahun Akan tetapi, dikarenakan sistem yang dipatenkan terlebih dahulu sebelum dipublis oleh ketiga penemu maka tidak bisa dipatenkan diwilayah eropa dan jepang karena terkendala oleh peraturan daerah masing- masing. Sistem keamanan RSA didasarkan pada kerumitan teknik pemfaktoran pada nilai yang besar. Pada saat itu, lembaga ini didirikan oleh the state-of-the-art research
16 21 pada penelitian pemfaktoran ini tapi tidak sepenuhnya dipahami. Untuk mengukur pemahaman tentang apa yang dibahas, RSA Data Security mengeluarkan RSA Factoring Challenge pada tahun 1991 untuk mendorong penelitian komputasi teori bilangan dan kesulitan praktis dalam pemfaktoran bilangan bulat dengan jumlah besar dan menyerang kunci RSA digunakan dalam kriptografi. Dengan nilai bilangan terkecil 100 digit angka desimal yang disebut RSA - 100, yang difaktorkan pada 1 April 1991, untuk mendapatkan hadiah sebesar US $ Tantangan RSA tersebut berakhir pada tahun 2007 dan sampai saat ini yang dapat terpecahkan yaitu sekitar 12 juta digit bilangan prima. RSA menjadi sistem kriptografi kunci-publik yang terpopuler karena merupakan sistem pertama yang sekaligus dapat digunakan untuk key distribution, confidentiality dan digital signature. Boleh dikatakan semua standar sistem kriptografi memperbolehkan penggunaan RSA, termasuk SSL/TLS (untuk pengamanan http) dan SSH (secure shell) (Kromodimoeljo, 2009). Algortima RSA memiliki besaranbesaran sebagai berikut 1. p dan q bilangan prima (rahasia) 2. n = p. q (tidak rahasia) 3. ɸ(n) = (p 1)(q 1) (rahasia) 4. e (kunci enkripsi) (tidak rahasia) 5. d (kunci dekripsi) (rahasia) 6. m (plaintext) (rahasia) 7. c (ciphertext) (tidak rahasia) Pembangkitan Kunci RSA memiliki proses cara kerja dalam pembuatan kuncinya, dalam membuat suatu kunci untuk mendapatkan kunci public dan kunci private dari sistem ini adalah sebagai berikut : 1. Pilih dua bilangan prima bernilai sembarang, p dan q. 2. Hitung n = p. q (direkomendasikan p q, sebab jika p = q maka n = p 2 sehingga p dapat diperoleh dengan menarik akar pangkat dua dari n). 3. Hitung ɸ(n) = (p 1)(q 1).
17 22 4. Pilih kunci publik e, yang relatif prima terhadap ɸ(n) yaitu 1 < e < ɸ(n) dan gcd(e, ɸ(n)) = Bangkitkan kunci privat dengan menggunakan persamaan ( ) ( ) (2.14) 6. Hasil dari algoritma ini adalah : a) Kunci public adalah pasangan (e, n) b) Kunci private adalah pasangan (d, n) (Kromodimoeljo, 2009) Proses Enkripsi Proses enkripsi pesan adalah sebagai berikut: 1. Ambil kunci publik penerima pesan e dan modulus n. 2. Nyatakan plaintext m menjadi blok-blok m1, m2,..., sedemikian sehingga setiap blok merepresentasikan nilai di dalam selang [0, n 1]. 3. Setiap blok dienkripsi menjadi blok dengan rumus: (2.15) Contoh : Misalkan Bob mengirim pesan kepada Alice. Pesan (plaintext) yang akan dikirim ke A adalah m = BUDI Bob mengubah m ke dalam desimal pengkodean ASCII dan sistem akan memecah m menjadi blok yang lebih kecil dengan menyeragamkan masing-masing blok menjadi 3 digit dengan menambahkan digit semu (biasanya 0) karena kode ASCII memiliki panjang digit maksimal sebesar 3 digit:
18 23 m1= 066 m2 = 085 m3 = 068 m4 = 073 Nilai-nilai ini masih terletak di dalam selang [0, ] agar transformasi menjadi satu-ke-satu. Bob mengetahui kunci publik Alice adalah e = 79 dan n = Bob dapat mengenkripsi setiap blok plaintext sebagai berikut: c1 = 6679 mod 3337 = 795 c2 = mod 3337 = 3048 c3 = 6879 mod 3337 = 2753 c4 = 7379 mod 3337 = 725 Dalam penerapannya, untuk memudahkan sistem membagi ciphertext menjadi blokblok yang mewakili tiap karakter maka ditambahkan digit semu (biasanya 0) pada blok cipher sehingga tiap blok memiliki panjang yang sama sesuai ketetapan (dalam hal ini panjangnya 4 digit). Jadi, ciphertext yang dihasilkan adalah : c = Proses Deskripsi 1. Ambil kunci privat penerima pesan d, dan modulus n. 2. Nyatakan plaintext c menjadi blok-blok c1, c2,..., sedemikian sehingga setiap blok merepresentasikan nilai di dalam selang [0, ]. 3. Setiap blok dienkripsi menjadi blok dengan rumus: (2.16) Contoh: Dengan kunci private d = 1019, chiperteks yang telah dibagi menjadi blok-blok cipher yang sama panjang, c = , kembali diubah ke dalam plaintext: BUDI m1 = mod 3337 = 66 m2 = mod 3337 = 85 m3 = mod 3337 = 68 m4 = mod 3337 = 73 Sehingga plaintext yang dihasilkan m = BUDI
19 Penelitian Terdahulu Penelitian tentang pengamanan biometric pada citra digital telah dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Pada tahun 2011, Manoria et al mengembangkan peneltitan tentang jaminan keamanan pada informasi biometric untuk meningkatkan kinerja sesuai dengan standar sistem jaminan keamanan yang baik. Menggunakan algoritma RSA yang efektif dengan pengamanan data biometric. Penelitian ini menentukan ukuran kunci yang sesuai dengan masalah keamanan dan menentukan kinerja pencocokan dengan menggunakan MATLAB dan JDK1. 6, dengan tingkat akurasi 86,7 %. Sridevi et al. pada tahun 2014 telah melakukan penelitian di bidang kemanan data citra dengan teknik pembangkitan kunci pada biometric dengan keamanan tinggi melalui aplikasi dengan teknologi VoIP. Penelitian ini berkaitan dengan isu- isu keamanan sistem komputasi terkini,fokusnya yaitu pengamanan pada voice teknologi VoIP dengan pengamanan Internet Protocol (IP) dengan metode Biomeric-Crypto yang menghasilkan kunci sidik jari untuk keamanan data. Teknik kriptografi yang digunakan adalah RSA. Sehingga penerima yang dimaksud dapat mengakses data. Skema ini memastikan kerahasiaan Teknologi VoIP. Dalam oprasinya, penelitian ini mencapai tingkat akurasi 86 %. Selanjutnya pada tahun 2011, Sansore et al. Menggabungkan teknik kriptografi dan steganografi untuk meningkatkan fitur kemanan pada sistem biometric jika template biometric diserang. Untuk itu kriptografi RSA digunakan untuk pengamanan template biometric. Menggunakan teknik gabungan dari kriptografi dan steganografi menyediakan sarana kemanan yang bagus untuk membantu menambah keamanan dalam proses otentifikasi. Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah gabungan metode yang digunakan untuk identifikasi biometric dalam bentuk citra digital, yaitu Histogram Equalization sebagai metode ektraksi fitur dan indentifikasi citra dan Rivest Shamir Adleman (RSA) sebagai metode pengamanan data citra yang akan diidentifikasi. Pada teknik pengamanan menggunakan RSA, setiap nilai pixel dari citra yang telah melalui proses binerisasi akan dienkripsi. Bagian terkecil yang kemudian akan dienkripsi satu persatu dengan dimensi berukuran 10 x 10 pixel. Kemudian kunci yang dihasilkan untuk memverifikasi citra.
Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.
Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,
Lebih terperinciPertemuan 2 Representasi Citra
/29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi dari suatu objek. Citra terbagi 2 yaitu ada citra yang bersifat analog dan ada citra yang bersifat
Lebih terperinciSAMPLING DAN KUANTISASI
SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keamanan sistem informasi menjadi suatu kebutuhan pokok bagi setiap orang yang menggunakan teknologi informasi. Di mana aspek utama dalam keamanan informasi tersebut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Citra merupakan salah satu komponen multimedia yang memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Meskipun sebuah citra kaya akan informasi, namun sering
Lebih terperinciPertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1) Anny Yuniarti, S.Kom, M.Comp.Sc
Pertemuan 3 Perbaikan Citra pada Domain Spasial (1), S.Kom, M.Comp.Sc Tujuan Memberikan pemahaman kepada mahasiswa mengenai berbagai teknik perbaikan citra pada domain spasial, antara lain : Transformasi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah kegiatan memanipulasi citra yang telah ada menjadi gambar lain dengan menggunakan suatu algoritma atau metode tertentu. Proses ini mempunyai
Lebih terperinci1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Iris mata merupakan salah satu organ internal yang dapat di lihat dari luar. Selaput ini berbentuk cincin yang mengelilingi pupil dan memberikan pola warna pada mata
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh
Lebih terperinciRSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption
RSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption RSA (Rivest, Shamir, Adleman) Encryption Dibidang kriptografi, RSA adalah sebuah algoritma pada enkripsi public key. RSA merupakan algoritma pertama yang cocok
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan
Lebih terperinciBab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Syaukani, (2003) yang berjudul Implementasi Sistem Kriptografi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra
Lebih terperinciAPLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN
APLIKASI TEORI BILANGAN UNTUK AUTENTIKASI DOKUMEN Mohamad Ray Rizaldy - 13505073 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung, Jawa Barat e-mail: if15073@students.if.itb.ac.id
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada
Lebih terperinciBAB 3 KRIPTOGRAFI RSA
BAB 3 KRIPTOGRAFI RSA 3.1 Sistem ASCII Sebelumnya, akan dijelaskan terlebih dahulu Sistem ASCII sebagai system standar pengkodean dalam pertukaran informasi yaitu Sistem ASCII. Plainteks yang akan dienkripsi
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan
Lebih terperinciPERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN
PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN Rudy Adipranata 1, Liliana 2, Gunawan Iteh Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Informatika, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN TEORETIS
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2. Citra Digital Menurut kamus Webster, citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra digital adalah representasi dari citra dua dimensi
Lebih terperinci(IMAGE ENHANCEMENT) Peningkatan kualitas citra di bagi menjadi dua kategori yaitu :
(IMAGE ENHANCEMENT) Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagi cara. Tujuannya adalah untuk memproses citra yang dihasilkan lebih baik daripada
Lebih terperinciAlgoritma RSA dan ElGamal
Bahan Kuliah ke-15 IF5054 Kriptografi Algoritma RSA dan ElGamal Disusun oleh: Ir. Rinaldi Munir, M.T. Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Bandung 2004 15.1 Pendahuluan 15. Algoritma RSA dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan
Lebih terperinciBAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM
BAB 3 IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses implementasi dari metode pendeteksian paranodus yang digunakan dalam penelitian ini. Bab ini terbagai menjadi empat bagian, bagian 3.1 menjelaskan
Lebih terperinciALGORITMA ELGAMAL UNTUK KEAMANAN APLIKASI
ALGORITMA ELGAMAL UNTUK KEAMANAN APLIKASI E-MAIL Satya Fajar Pratama NIM : 13506021 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if16021@students.if.itb.ac.id
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Folder Sebuah directory (folder) adalah seperti ruangan-ruangan (kamar-kamar) pada sebuah komputer yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dari berkas-berkas (file).
Lebih terperinciPeningkatan Kualitas Pada Citra Dengan Metode Point Operation
Editor: Setyawan Widyarto, ISSN: 2477-5894 54 Peningkatan Kualitas Pada Citra Dengan Metode Point Operation Fahmi Rusdi Al Islami 1, Zaenal Mutaqin Subekti 2, Michael Sitorus 3, Danna Saputra 4 Program
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Bilangan 2.1.1 Keterbagian Jika a dan b Z (Z = himpunan bilangan bulat) dimana b 0, maka dapat dikatakan b habis dibagi dengan a atau b mod a = 0 dan dinotasikan dengan
Lebih terperinciANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA
ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA Nurliadi 1 *, Poltak Sihombing 2 & Marwan Ramli 3 1,2,3 Magister Teknik Informatika, Universitas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
6 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Modified k-nearest Neighbor untuk mengidentifikasi diabetic retinopathy.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Steganografi Steganografi adalah mekanisme penanaman atau penyisipan pesan (m) kedalam sebuah cover objek (c) menggunakan kunci (k) untuk berbagi rahasia kepada orang lain,
Lebih terperinciPerbandingan Algoritma Kunci Nirsimetris ElGammal dan RSA pada Citra Berwarna
Perbandingan Algoritma Kunci Nirsimetris ElGammal dan RSA pada Citra Berwarna Whilda Chaq - 13511601 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciAPLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA BERBASIS WEB
APLIKASI ENKRIPSI DAN DEKRIPSI MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA BERBASIS WEB Enung Nurjanah Teknik Informatika UIN Sunan Gunung Djati Bandung email : enungnurjanah@students.uinsgd.ac.id Abstraksi Cryptography
Lebih terperincidan c C sehingga c=e K dan d K D sedemikian sehingga d K
2. Landasan Teori Kriptografi Kriptografi berasal dari kata Yunani kripto (tersembunyi) dan grafia (tulisan). Secara harfiah, kriptografi dapat diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi atau tulisan yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem diawali dengan pembacaan citra rusak dan citra tidak rusak yang telah terpilih dan dikumpulkan pada folder tertentu.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Computer Vision Computer vision dapat diartikan sebagai suatu proses pengenalan objek-objek berdasarkan ciri khas dari sebuah gambar dan dapat juga digambarkan sebagai suatu deduksi
Lebih terperinciModel Citra (bag. 2)
Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi
Lebih terperinciGRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra
Lebih terperinciSISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON
30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar
Lebih terperinciPRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL
PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL Veronica Lusiana 1, Budi Hartono 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Stikubank
Lebih terperinciPENGOLAHAN CITRA DIGITAL
PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Sistem Optik dan Proses Akuisisi Citra Digital 2 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 Bisa dilihat pada slide berikut. SISTEM OPTIK MANUSIA
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) atau yang secara umum disebut gambar merupakan representasi spasial dari suatu objek yang sebenarnya dalam bidang dua dimensi yang biasanya ditulis dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Citra Citra menurut kamus Webster adalah suatu representasi atau gambaran, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda, contohnya yaitu foto seseorang dari kamera yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi dimana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh seseorang yang tidak
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal
BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan akan menjabarkan mengenai garis besar skripsi melalui ringkasan pemahaman penyusun terhadap persoalan yang dibahas. Hal-hal yang akan dijabarkan adalah latar belakang,
Lebih terperinciPENGOLAHAN CITRA DIGITAL
PENGOLAHAN CITRA DIGITAL Aditya Wikan Mahastama mahas@ukdw.ac.id Histogram dan Operasi Dasar Pengolahan Citra Digital 3 UNIV KRISTEN DUTA WACANA GENAP 1213 v2 MAMPIR SEB EN TAR Histogram Histogram citra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman dan teknologi, teknik pengenalan individu secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mengontrol akses menuju suatu wilayah atau material yang dilindungi, dibutuhkan teknik pengenalan individu yang handal. Seiring dengan perkembangan zaman dan
Lebih terperinciTEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 4 Pengolahan Titik (2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng.
TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 4 Pengolahan Titik (2) Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani, yaitu kryptos yang berarti tersembunyi dan graphein yang berarti menulis. Kriptografi adalah bidang ilmu yang mempelajari teknik
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,
Lebih terperinciAnalisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital
Analisa Hasil Perbandingan Metode Low-Pass Filter Dengan Median Filter Untuk Optimalisasi Kualitas Citra Digital Nurul Fuad 1, Yuliana Melita 2 Magister Teknologi Informasi Institut Saint Terapan & Teknologi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani kryptos yang artinya tersembunyi dan graphien yang artinya menulis, sehingga kriptografi merupakan metode
Lebih terperinciIMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH
IMPLEMENTASI METODE SPEED UP FEATURES DALAM MENDETEKSI WAJAH Fitri Afriani Lubis 1, Hery Sunandar 2, Guidio Leonarde Ginting 3, Lince Tomoria Sianturi 4 1 Mahasiswa Teknik Informatika, STMIK Budi Darma
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus
BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani. Menurut bahasa tersebut kata kriptografi dibagi menjadi dua, yaitu kripto dan graphia. Kripto berarti secret (rahasia) dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada proses pengiriman data (pesan) terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu : kerahasiaan, integritas data, autentikasi dan non repudiasi. Oleh karenanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi semakin memudahkan penggunanya dalam berkomunikasi melalui bermacam-macam media. Komunikasi yang melibatkan pengiriman dan penerimaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Digital Istilah citra biasanya digunakan dalam bidang pengolahan citra yang berarti gambar. Suatu citra dapat didefinisikan sebagai fungsi dua dimensi, di mana dan adalah
Lebih terperinciMODEL KEAMANAN INFORMASI BERBASIS DIGITAL SIGNATURE DENGAN ALGORITMA RSA
MODEL KEAMANAN INFORMASI BERBASIS DIGITAL SIGNATURE DENGAN ALGORITMA RSA Mohamad Ihwani Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar Pasar v Medan Estate, Medan 20221 mohamadihwani@unimed.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Steganografi Steganografi merupakan seni komunikasi rahasia dengan menyembunyikan pesan pada objek yang tampaknya tidak berbahaya. Keberadaan pesan steganografi adalah rahasia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kriptografi Kriptografi (cryprography) berasal dari bahasa Yunani : cryptos artinya secret (rahasia), sedangkan graphein artinya writing (tulisan). Jadi, kriptografi berarti
Lebih terperinciKONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA
KONSEP DASAR PENGOLAHAN CITRA Copyright @ 2007 by Emy 2 1 Kompetensi Mampu membangun struktur data untuk merepresentasikan citra di dalam memori computer Mampu melakukan manipulasi citra dengan menggunakan
Lebih terperinciUJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK
UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL I Gusti Ngurah Suryantara, Felix, Ricco Kristianto gusti@bundamulia.ac.id Teknik Informatika Universitas Bunda Mulia ABSTRAK Beberapa
Lebih terperinciKEAMANAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RIVEST CODE 4 (RC4) DAN STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL
INFORMATIKA Mulawarman Februari 2014 Vol. 9 No. 1 ISSN 1858-4853 KEAMANAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RIVEST CODE 4 (RC4) DAN STEGANOGRAFI PADA CITRA DIGITAL Hendrawati 1), Hamdani 2), Awang Harsa
Lebih terperinciIMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB
IMPLEMENTASI KRIPTOGRAFI DAN STEGANOGRAFI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA RSA DAN MEMAKAI METODE LSB Imam Ramadhan Hamzah Entik insanudin MT. e-mail : imamrh@student.uinsgd.ac.id Universitas Islam Negri Sunan
Lebih terperinciPENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM
PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM Danny Ibrahim 1, Achmad Hidayatno 2, R. Rizal Isnanto 2 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kriptografi Definisi Kriptografi
BAB 2 LANDASAN TEORI 2. Kriptografi 2.. Definisi Kriptografi Kriptografi adalah ilmu mengenai teknik enkripsi di mana data diacak menggunakan suatu kunci enkripsi menjadi sesuatu yang sulit dibaca oleh
Lebih terperinciOleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara
Konsep Enkripsi dan Dekripsi Berdasarkan Kunci Tidak Simetris Oleh: Benfano Soewito Faculty member Graduate Program Universitas Bina Nusantara Dalam tulisan saya pada bulan Agustus lalu telah dijelaskan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi tersebut pada setiap titik (x,y) merupakan
Lebih terperinciProperti Algoritma RSA
Algoritma RSA 1 Pendahuluan Algoritma kunci-publik yang paling terkenal dan paling banyak aplikasinya. Ditemukan oleh tiga peneliti dari MIT (Massachussets Institute of Technology), yaitu Ron Rivest, Adi
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550
Lebih terperinciSTEGANOGRAFI GANDA DENGAN MANIPULASI GAMBAR
STEGANOGRAFI GANDA DENGAN MANIPULASI GAMBAR Garibaldy W Mukti NIM : 13506004 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : Abstrak Makalah ini membahas tentang
Lebih terperinciAnalisis Penggunaan Algoritma RSA untuk Enkripsi Gambar dalam Aplikasi Social Messaging
Analisis Penggunaan Algoritma RSA untuk Enkripsi Gambar dalam Aplikasi Social Messaging Agus Gunawan / 13515143 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi
Lebih terperinciABSTRCTK & EXEUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING. Sistem Pengkodean File Image Kedalam Citra Foto Menggunakan Teknik Steganografi
MIPA ABSTRCTK & EXEUTIVE SUMMARY HIBAH BERSAING Sistem Pengkodean File Image Kedalam Citra Foto Menggunakan Teknik Steganografi Oleh : Kiswara Agung Santoso, M.Kom NIDN : 0007097202 Kusbudiono, M.Si NIDN
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1. Analisis Masalah Secara umum data dikategorikan menjadi dua, yaitu data yang bersifat rahasia dan data yang bersifat tidak rahasia. Data yang bersifat tidak rahasia
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI Keamanan Informasi
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Keamanan Informasi Kriptografi sangat berkaitan dengan isu keamanan informasi. Sebelum mengenal kriptografi diperlukan pemahaman tentang isu-isu yang terkait dengan keamanan informasi
Lebih terperinciPembentukan Citra. Bab Model Citra
Bab 2 Pembentukan Citra C itra ada dua macam: citra kontinu dan citra diskrit. Citra kontinu dihasilkan dari sistem optik yang menerima sinyal analog, misalnya mata manusia dan kamera analog. Citra diskrit
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital
LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap
Lebih terperinciPendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)
ISSN : 1693 1173 Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) Abstrak Mean, standard deviasi dan skewness dari citra domain spasial
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya f(x,y), dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menginterprestasi sebuah citra untuk memperoleh diskripsi tentang citra tersebut melalui beberapa proses antara lain preprocessing, segmentasi citra, analisis
Lebih terperinciMODEL KEAMANAN INFORMASI BERBASIS DIGITAL SIGNATURE DENGAN ALGORITMA RSA
CESS (Journal Of Computer Engineering System And Science) p-issn :2502-7131 MODEL KEAMANAN INFORMASI BERBASIS DIGITAL SIGNATURE DENGAN ALGORITMA RSA Mohamad Ihwani Universitas Negeri Medan Jl. Willem Iskandar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, tingkat keamanan terhadap suatu informasi yang bersifat rahasia pun semakin tinggi. Hal ini merupakan aspek yang paling penting
Lebih terperinciPerhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP
Perhitungan dan Implementasi Algoritma RSA pada PHP Rini Amelia Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Jalan A.H Nasution No.
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Steganografi Kata steganografi berasal dari bahasa yunani yang terdiri dari steganos (tersembunyi) graphen (menulis), sehingga bisa diartikan sebagai tulisan yang tersembunyi.
Lebih terperinciTanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi
Tanda Tangan Digital Untuk Gambar Menggunakan Kriptografi Visual dan Steganografi Shirley - 13508094 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciSYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM)
SYSTEM IDENTIFIKASI GANGGUAN STROKE ISKEMIK MENGGUNAKAN METODE OTSU DAN FUZZY C-MEAN (FCM) Jani Kusanti Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik Elektro dan Informatika Universitas Surakarta (UNSA),
Lebih terperinciSesi 3 Operasi Pixel dan Histogram. : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng.
Sesi 3 Operasi Pixel dan Histogram Materi Kuliah Dosen : Pengolahan Citra Digital : M. Miftakul Amin, S. Kom., M. Eng. Pokok Bahasan Konversi RGB ke Gray Scale Konversi Gray Scale ke Biner Konversi Gray
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kriptografi 2.1.1 Pengertian Kriptografi Kriptografi (cryptography) berasal dari Bahasa Yunani criptos yang artinya adalah rahasia, sedangkan graphein artinya tulisan. Jadi kriptografi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
2 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kriptografi 2.1.1. Definisi Kriptografi Kriptografi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata yaitu cryto dan graphia. Crypto berarti rahasia dan graphia berarti
Lebih terperinciCitra Digital. Petrus Paryono Erick Kurniawan Esther Wibowo
Citra Digital Petrus Paryono Erick Kurniawan erick.kurniawan@gmail.com Esther Wibowo esther.visual@gmail.com Studi Tentang Pencitraan Raster dan Pixel Citra Digital tersusun dalam bentuk raster (grid atau
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data atau informasi tidak hanya disajikan dalam bentuk teks, tetapi juga dapat berupa gambar, audio (bunyi, suara, musik), dan video. Keempat macam data atau informasi
Lebih terperinciBerikut adalah istilah-istilah yang digunakan dalam bidang kriptografi(arjana, et al. 2012):
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab 2 akan membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai steganografi, kriptografi, algoritma Least Significant
Lebih terperinciGrafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra digital.
PSNR Histogram Nilai perbandingan antara intensitas maksimum dari intensitas citra terhadap error citra. Grafik yang menampilkan informasi mengenai penyebaran nilai intensitas pixel-pixel pada sebuah citra
Lebih terperinciMuhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016
MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)
Lebih terperinci2.Landasan Teori. 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data.
6 2.Landasan Teori 2.1 Konsep Pemetaan Gambar dan Pengambilan Data. Informasi Multi Media pada database diproses untuk mengekstraksi fitur dan gambar.pada proses pengambilan, fitur dan juga atribut atribut
Lebih terperinciAlgoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner
Jurnal Ilmiah Teknologi dan Informasia ASIA (JITIKA) Vol.9, No.2, Agustus 2015 ISSN: 0852-730X Algoritma Kohonen dalam Mengubah Citra Graylevel Menjadi Citra Biner Nur Nafi'iyah Prodi Teknik Informatika
Lebih terperinci