BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Sri Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Keadan Umum Daerah Penelitian Letak Dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga berjarak 6 km dari ibukota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan luas wilayah 100,47 km 2 dan berjarak 19 m dari permukaan laut. Secara administrasi Kecamatan Telaga mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tilango dan Telaga Jaya Kabupaten Gorontalo. 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo. Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorntalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga terdiri dari 9 desa yaitu : Desa Bulila, Desa Mongolato, Desa Luhu, Desa Hulawa, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga Barat, Desa Dulohupa, Desa Dulamayo Selatan, Desa Dulamayo Barat. Untuk mengetahui luas geografis desa-desa di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 1.
2 Tabel 1. Luas dan Geografis Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Luas (Km 2 ) Area Persentase (%) 1 Bulila 0,74 1,27 2 Mongolato 0,96 1,64 3 Luhu 2,12 3,63 4 Hulawa 2,04 3,49 5 Pilohayanga 2,06 3,52 6 Dulamayo Selatan 22,00 37,46 7 Dulamayo Barat 25,02 42,81 8 Pilohayanga Barat 2,00 3,42 9 Dulohupa 1,50 2,57 Jumlah 54,38 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Berdasarkan Tabel 1, di atas dapat diketahui bahwa desa yang memiliki luas area yang paling luas adalah Desa Dulamayo Barat sebesar 25,02 Km 2 atau sebesar 42,81%. Sedangkan yang paling kecil yaitu Desa Bulila sebesar 0,74 Km 2 atau sebesar 1,27% Keadaan Penduduk Jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Telaga menurut desa-desa yang ada dapat dilihat pada Tabel 2, dibawah ini.
3 Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Jumlah Penduduk Persentase (%) 1 Bulila ,85 2 Mongolato ,12 3 Luhu ,77 4 Hulawa ,29 5 Pilohayanga ,70 6 Dulamayo Selatan ,40 7 Dulamayo Barat ,21 8 Pilohayanga Barat ,57 9 Dulohupa ,09 Jumlah ,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Berdasarkan Tabel 2, di atas terlihat banyaknya jumlah penduduk di Kecamatan Telaga pada tiap-tiap desa. Adapun desa yang penduduknya lebih banyak adalah Desa Luhu, penduduk di Desa ini mencapai 3,772 jiwa (18,77%), dan desa yang jumlah penduduknya paling sedikit yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 1,047 jiwa (5,21%). Tabel 3. Kepadatan Penduduk Desa-Desa di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Kepadatan Penduduk per km 2 Persentase (%) 1 Bulila 3,175 25,58 2 Mongolato 2,803 22,58 3 Luhu 1,788 14,40 4 Hulawa 1,833 14,77 5 Pilohayanga 940 7,57 6 Dulamayo Selatan 89 0,72 7 Dulamayo Barat 42 0,34 8 Pilohayanga Barat 660 5,32 9 Dulohupa 1,084 8,73 Jumlah 1741,68 100,00 Sumber : Data Monografi Kecamatan Telaga, 2011 Berdasarkan Tabel 3, menunjukan bahwa adanya perbedaan kepadatan penduduk di Kecamatan Telaga untuk tiap-tiap desa. Hal ini disebakan oleh program
4 pemekaran Desa. Desa yang penduduknya lebih padat yaitu Desa Bulila yang mencapai 3,175 km 2 (25,58%) sedangkan desa yang kepadatan penduduknya relatif kecil yaitu Desa Dulamayo Barat sebesar 42 km 2 (0,34%) Industri Industri rumah tangga yang ada di Kecamatan Telaga yang memproduksi tahu/tempe sebesar 33 industri dan untuk mengetahui jumlah industri tahu/tempe di Kecamatan Telaga dapat dilihat pada Tabel 4, dibawah ini. Tabel 4. Jumlah Unit Usaha Industri di Kecamatan Telaga, 2011 No Desa Minyak kelapa Roti/kue kering Gula merah Tahu/ tempe 1 Bulila Mongolato Luhu Hulawa Pilohayanga Dulamayo selatan Dulamayo barat Dulohupa Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011 Berdasarkan Tabel 4, di atas dapat dilihat bahwa industri rumah tangga yang memproduksi tahu dan tempe yang ada di Kecamatan Telaga yang paling banyak yaitu pada Desa Bulila dengan jumlah 5 industri dan yang paling sedikit yaitu yang ada di desa Hulawa dengan jumlah 2 industri. akan tetapi industri tempe yang masih melakukan proses produksi hanya 3 industri yaitu 2 industri berada di Desa Hulawa dan satu industri berada di Desa Bulila. 4.2 Sejarah Industri Tempe Industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga berjumlah tiga industri yaitu :
5 1. Usaha yang dimiliki oleh Ibu Saona Usaha Ibu Saona merupakan usaha yang hanya memproduksi tempe. Usaha ini didirikan pada Tahun 2009 di Desa Hulawa Kecamatan Telaga induk, dengan modal awal Rp Pada awalnya Ibu Saona memproduksi tempe dengan bahan baku kedelai dalam sehari 5 Kg dengan berkembangnya usaha Ibu Saona sekarang sudah memproduksi 50 Kg kedelai dalam sehari. Dari ketiga industri yang ada di Kecamatan Telaga, tempe yang diproduksi oleh Ibu Saona menggunakan 2 kemasan yaitu tempe dalam kemasan daun dan plastik. usaha tempe Ibu Saona yang ada di Kecamatan Telaga, usaha tempe Bapak Sulasti dan Bapak Darwoto. 2. Usaha yang dimiliki oleh Bapak Sulasti Usaha yang dimiliki oleh Bapak Sulasti didirikan pada Tahun 1992 di Desa Bulila Kecamatan Telaga dengan modal awal Rp Bapak Sulasti memproduksi tempe 100 kg/hari berbahan baku kedelai yang dibeli dari palu melalui jalur lintas darat dan adapun dalam proses produksi dibantu oleh dua karyawan yang dari pertama berdirinya usaha tempe Tahun 1992 sampai Tahun 2012 sekarang ini. Berbeda dengan usaha yang dimiliki oleh Ibu Saona, Bapak Sulasti hanya menggunakan satu kemasan saja yaitu kemasan plastik. 3. Usaha yang dimiliki Bapak Darwoto Usaha yang didirikan oleh Bapak Darwato merupakan usaha yang bergerak dibidang pengolahan pangan yaitu kedelai diolah menjadi tempe. Usaha Bapak Darwato telah berjalan selama 12 tahun di Desa Hulawa Kecamatan Telaga. Mulai dari didirikannya usaha pada tahun 2000 sampai saat ini usaha Bapak Darwoto semakin berkembang dan mengalami peningkatan jumlah produksi yaitu dari 20 bungkus dengan bahan yang digunakan 6 kg kedelai menjadi 500 bungkus dengan bahan baku yang digunakan 100 kg setiap harinya. Dalam menjalankan usahanya Bapak Darwoto dibantu oleh tiga karyawan yang berasal dari luar keluarga.
6 4.3 Analisis Keuntungan Keuntungan yang akan dianalisis pada penelitian ini rata-rata dari ketiga industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga. 1. Biaya tetap Biaya tetap adalah sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun output yang diperoleh banyak atau sedikit. Selain itu biaya tetap dapat pula dikatakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi produk. Misalnya penyusutan alat, pajak, air, listrik. Untuk rata-rata biaya tetap untuk produksi tempe dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis Biaya Tetap Tempe pada Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga, No Jenis biaya tetap Jumlah (Rp/Bulan) Penyusutan alat Pajak 8.338,19 Listrik ,67 Air ,67 Jumlah ,53 Sumber: Data dioah,2012l Berdasarkan Tabel 5, di atas dapat dilihat bahwa sumber biaya tetap industri rumah tangga tempe terbesar berasal dari penyusutan alat yaitu sebesar Rp selama satu bulan, dan yang paling kecil berasal dari pajak sebesar Rp 8.338, Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi komoditas pertanian yang diperoleh. Biaya-biaya yang termasuk dalam biaya variabel seperti tenaga kerja, biaya bahan baku, biaya bahan bakar. Yang semuanya dinyatakan dalam satuan rupiah. Untuk mengetahui jumlah biaya variabel industri tempe dapat dilihat pada Tabel 6.
7 Tabel 6. Biaya Variabel Tempe pada Industri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No Jenis biaya Fisik Satuan Harga (Rp) 1 Biaya bahan baku tempe - Kacang kg kedelai - Ragi 30 kg tempe - Tepung 175 kg Arlut 30 kg Bahan bakar - Minyak tanah 3 Kemasan - Plastik - Daun Jumlah(Rp) Liter Kg Kg Total biaya(rp) Upah TK 5 Orang 1.000, S Total Sumber: Data Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 6, di atas dapat dilihat bahwa biaya bahan baku pembuatan tempe yaitu sebesar Rp untuk masing-masing industri yang terdiri atas biaya bahan bakar yang dikeluarkan pengusaha dalam satu bulan sebesar Rp biaya yang dikeluarkan dalam proses pengemasan plastik sebesar Rp , kemasan daun dengan jumlah Rp Biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pengusaha industri rumah tangga tempe yaitu sebesar Rp selama satu bulan.
8 3. Total biaya Total biaya adalah hasil dari penjumlahan seluruh biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluarkan selama proses produksi. Besarnya rata-rata biaya total untuk proses produksi tempe selama satu bulan dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Biaya Total Usaha Tempe pada Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga No Jenis biaya total Total biaya(rp/bulan) Persentase(%) 1 Biaya tetap 7.643, ,79 2 Biaya Variabel ,21 Jumlah , Sumber : Data Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa rata-rata total biaya yang dikeluarkan pengusaha industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga untuk pembuatan tempe selama satu bulan sebesar Rp ,53 Untuk pembuatan tempe berasal dari biaya variabel yaitu Rp atau sebesar 70,21%. Sedangkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu bulan sebesar Rp ,53 atau sebesar 29,79%. 4.4 Penerimaan dan Pendapatan Penerimaan pengusaha industri rumah tangga tempe merupakan perkalian antara total produk tempe yang dihasilkan dalam satu bulan produksi dikalikan dengan harga jual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 8.
9 Tabel 8. Penerimaan Tempe pada industri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No Nama Produksi (Bungkus/ Bulan) Harga Penerimaan (Rp) 1. Saona Sulasti Darwoto Jumlah Rata-rata Sumber : Data Diolah, 2012 Bedasarkan Tabel 8, dapat dilihat rata-rata jumlah produksi tempe dalam penelitian ini adalah Rp bungkus dengan rata-rata jumlah penerimaan Rp Keuntungan yang diperoleh dari produksi tempe merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya total. Untuk mengetahui keuntungan tempe dapat dilihat pada Tabel 9, dibawah ini. Tabel 9. Rata-rata Pendapatan Usaha Tempe pada Indutri Rumah Tangga Tempe di Kecamatan Telaga, 2012 No Uraian Nilai 1 Penerimaan ,00 2 Total Biaya ,53 Pendapatan ,47 Sumber : Data Diolah, 2012 Berdasarkan Tabel 9, di atas dapat dilihat bahwa rata-rata penerimaan sebesar Rp Total biaya sebesar Rp ,47. Dimana penerimaan yang diperoleh industri rumah tangga tempe lebih besar dibandingkan dengan total biaya. Sehingga pendapatan dari usaha tempe yaitu ,47 dalam satu bulan artinya pendapatan dari usaha tempe cukup besar
10 4.5 Analisis Kelayakan Kelayakan usaha industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga dapat dihitung dengan menggunakan R/C rasio, dimana perbandingan antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa rata-rata penerimaan industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga sebesar Rp sedangkan jumlah total biaya selama satu bulan sebesar Rp ,53. Untuk mengetahui berapa besar efisiensi yang diperoleh oleh industri tempe dapat diketahui dengan total penerimaan dibahagi dengan total biaya sehingga diperoleh R/C rasio pada industri tempe sebesar 1,5 R/C > 1 sehingga layak untuk dikembangkan artinya setiap biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan tempe sebesar Rp 1, maka penerimaan akan meningkat sebesar Rp 1, Distribusi Bahan Baku Tempe 1. Bahan Baku Tempe Adalah Kedelai Memproduksi tempe digunakan bahan baku pokok yaitu kedelai. Pengaruh bahan baku terhadap produksi tempe menandakan bahwa dalam usaha tempe sangat tergantung dari bahan baku yang tersedia. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan tempe yaitu bahan dasar utama yang digunakan untuk memproduksi tempe, apabila bahan baku kurang tersedia, maka akan berdampak pada terhambatnya produksi tempe yang akan dihasilkan oleh produsen. Kegiatan industri rumah tangga dapat dilakukan sesuai dengan sumber daya alam lokal seperti rumah tangga berbahan baku tempe. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan distribusi kedelai tempe pada industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga yaitu pengusaha memeperoleh bahan baku untuk pembuatan tempe dari petani kedelai bahkan ada
11 juga yang didistribusi dari Sulawesi Tengah (Palu). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar distribusi bahan baku tempe dibawah ini : Produsen Petani Pengecer Pengusaha Tempe Saluran II Petani Saluran I Gambar 3. Distribusi Bahan Baku Tempe Kedelai Berdasarkan Gambar 3, dapat dilihat bahwa distribusi bahan baku tempe pada industri rumah tangga terdiri dari distribusi langsung dan tidak langsung. Saluran I merupakan distribusi langsung yaitu petani langsung menjual kedelai kepada pengusaha tempe, sedangkan saluran 2 merupakan saluran tidak langsung dimana dalamm distribusi kedelai petani produsen menggunakan peran pedagang pengecer yang berasal dari Gorontalo untuk menyalurkan kedelai kepada pengusaha tempe. Pemasaran untuk menyalurkan tempe dari produsen ke konsumen pada industri tempe masih merupakan masalah. Masalah utama yang dihadapi para pengrajin tempe adalah biaya produksi yang semakin tinggi. Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menjadikan harga kedelai dan harga bahan-bahan seperti kemasan baik plastik maupun daun, ragi dan minyak tanah menjadi naik. Kenaikan harga barang-barang tersebut telah menyebabkan biaya produksi yang dikeluarkan juga semakin besar. Kondisi ini sangat dirasakan oleh para pengrajin tempe yang mempunyai modal pas-pasan sehingga jalan keluar yang terbaik untuk bertahan dalam industri tempe adalah dengan mengurangi volume produksi. Pemasaran tempe yang ada di Kecamatan Telaga berbeda-beda, ada pemasaran yang langsung dan ada pula pemasaran tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu tempe langsung di jual ke konsumen yang berada sekitar pabrik tempe sedangkan pemasaran tidak langsung yaitu tempe dipasarkan melalui peran pedagang perantara yaitu tempe dipasarkan ke pasar oleh pengrajin itu sendiri, selain itu tempe
12 juga dipasarkan menggunakan perantara yaitu pedagang sayur. Pedagang sayur menjual tempe langsung menemui konsumen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini Pengusaha Tempe Pedagang Pengecer Konsumen Gambar 4 Distribusi Pemasaran Produk Tempe Berdasarkan Gambar 4 di atas dapat dilihat bahwa pemasaran tempe yang terbentuk yaitu pemasaran langsung dan tidak langsung. Pemasaran langsung yaitu pengusaha tempe memasarkan langsung tempe kepada konsumen yang berada disekitar pabrik tempe, sedangkan pemasaran tidak langsung yaitu dalam memasarkan tempe pengusaha menggunakan peran pedagang pengecer seperti pedagang sayur untuk memasarkan tempe hingga sampai ketangan konsumen. 4.7 Pengujian hipotesis Industri tempe merupakan industri kecil yang mampu menyerap sejumlah besar tenaga kerja baik yang terkait langsung dalam proses produksi maupun yang terkait dengan perdagangan bahan yang merupakan masukan maupun produk hasil olahan. Pendapatan para pengrajin tempe sangat tergantung dari penjualan dan biaya yang dikeluarkan. Tujuan dari penelitian yaitu mengetahui distribusi bahan baku tempe pada industri rumah tangga dan keuntungan usaha tempe pada industri rumah tangga. Pada hasil penelitian usaha tempe yang ada di Kecamatan Telaga memperoleh bahan baku tidak hanya di Gorontalo akan tetapi ada juga yang berasal dari luar Gorontalo dan pengusaha industri rumah tangga tempe yang ada di Kecamatan Telaga rata-rata memperoleh keuntungan sebesar sehingga layak untuk dikembangkan.
13 Penelitian yang dilakukan oleh Nina (2010) ), tentang Analisis Usaha Industri Rumah Tangga Keripik Tempe di Kabupaten Wonogiri. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa biaya total yang dikeluarkan oleh produsen keripik tempe di Kabupaten Wonogiri selama satu bulan (Maret, 2010) sebesar Rp , sedangkan penerimaan rata-rata diperoleh setiap produsen adalah Rp /bulan. Keripik tempe di Kabupaten Wonogiri tersebut termasuk menguntungkan dengan nilai profitabilitas sebesar 12,44%, industri rumah tangga keripik tempe yang dijalankan selama ini sudah efisien dan penerimaan juga sudah menguntungkan. Berdasarkan uraian di atas bahwa hipotesis hasil penelitian ini diterima karena industri rumah tangga tempe di Kecamatan Telaga menguntungkan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga berjarak 6 Km dari ibu kota Kabupaten Gorontalo. Daerah ini bertofografi rendah dengan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 17 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga berjarak 10
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Kecamatan Telaga Terdiri dari 9 Desa yaitu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Kecamatan ini terletak disebelah timur
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Daerah Penelitian 1. Letak Geografis Daerah Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo terletak antara 00 0 28 17-00 0 35 56 lintang Utara dan antara 122 0 59 44-123 0 051 59
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis Kecamatan Telaga merupakan salah satu dari 18 kecamatan yang ada di Kabupatan Gorontalo. Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sistem Pemasaran Dalam penelitian ini yang diidentifikasi dalam sistem pemasaran yaitu lembaga pemasaran, saluran pemasaran, serta fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan
Lebih terperinciANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga)
ANALISIS KEUNTUNGAN PENGRAJIN TAHU (Studi Kasus Industri Rumah Tangga di Kecamatan Telaga) Kasmin R. Lasena 1), Dr Amir Halid. SE, M.Si 2), Amelia Murtisari SP. M.Sc 3) JURUSAN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat Desa Donokerto selama 10 tahun terakhir. Pengolahan Salak
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Usaha 4.1.1 Sejarah Perusahaan UKM Flamboyan adalah salah satu usaha kecil menengah yang mengolah bahan pertanian menjadi berbagai macam produk makanan olahan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi
Lebih terperinciANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG
ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PENGOLAHAN KEDELAI PADA IRT TASIK GARUT DI KABUPATEN LEBONG (PROFITABILITY ANALISYS OF SOYBEANS PROSSESING IN HOUSEHOLD INDUSTRY OF TASIK GARUT IN LEBONG DISTRICT) Reswita
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari 18 Kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo. Secara Geografis Kecamatan ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian mempunyai peranan penting pada negara berkembang seperti di Indonesia. Kontribusi sektor pertanian ini sangat berpengaruh untuk pembangunan negara. Hal ini
Lebih terperinciV. PROFIL INDUSTRI TEMPE. responden yang diambil adalah 31 pengrajin yang semuanya termasuk dalam
V. PROFIL INDUSTRI TEMPE A. Identitas Pengrajin Identitas pengrajin diperlukan untuk mengetahui latar belakang dari kondisi sosial ekonomi sosial pengrajin. Dalam penelitian ini keseluruhan jumlah responden
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Usaha 1. Sejarah Perusahan (UKM) Usaha pembuatan keripik ubi kayu dengan menggunakan nama UKM Barokah telah dirintis oleh Ibu Nano Botutihe sejak tahun 2008.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yaitu metode yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industrialisasi merupakan suatu kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan nilai jual dari suatu produk yang sudah ada. Peningkatan nilai jual dari produk tersebut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam. Letaknya yang secara geografis dilalui oleh garis khatulistiwa menjadikan Indonesia memiliki iklim tropis yang
Lebih terperinciBAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh
22 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data sehubungan dengan tujuan penelitian. Agroindustri gula aren dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development, diartikan sebagai pembangunan yang tidak ada henti-hentinya dengan tingkat hidup generasi yang akan datang tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, usaha kecil mikro, dan menengah adalah usaha
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang berkembang seperti Indonesia tidaklah dapat dihindarkan. Indonesia merupakan negara yang sedang
Lebih terperinciABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI
ANALISIS NILAI TAMBAH (VALUE ADDED) BUAH PISANG MENJADI KRIPIK PISANG DI KELURAHAN BABAKAN KOTA MATARAM (Studi Kasus Pada Industri Rumah Tangga Kripik Pisang Cakra ) 1) IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau
A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau gejala-gejala
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan
46 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usaha Pengolahan Pisang Di Kota Palu Usaha pengolahan pisang merupakan usaha pengolahan kedua terbanyak di Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu.
Lebih terperinciDIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP
1 DIVERSIFIKASI NILAI TAMBAH DAN DISTRIBUSI KEREPIK UBI KAYU DI KECAMATAN SARONGGI KABUPATEN SUMENEP Ribut Santosa (1) ; Awiyanto (2) ; Amir Hamzah (3) Alamat Penulis :(1,2,3) Program Studi Agribisnis
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran) Oleh: 1 Nurul Fitry, 2 Dedi Herdiansah, 3 Tito Hardiyanto 1 Mahasiswa
Lebih terperinciANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO
ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PABRIK TEMPE YANTO Fendy 22210720 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma 2010 Dosen Pembimbing : Heru Suharjo, SE., MM Latar
Lebih terperinciAnalisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango
Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah Vol. 1 No. 4, April-Juni 2014 ISSN: 2338-4603 Analisis Pendapatan Usaha Pengrajin Gula Aren Di Desa Tulo a Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 1 (3) : 301-306, Agustus 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
Lebih terperinciStudi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan
Studi Kasus Pengembangan Usaha : Kolaborasi PTS, PRA dan IKM Keripik Tempe Pedan Syamsudin 1 *, Aflit Nuryulia Praswati 2, Muzakar Isa 3 *Manajemen/FEB, Universitas Muhammadiyah Surakarta *sya190@ums.ac.id
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL
LAMPIRAN 77 78 LAMPIRAN 1 DAFTAR TABEL Tabel 1. Analisis ekonomi sampel 1 Jenis Produk Kuantitas Harga / potong Tahu 1. Mentah (4 kotak) 6600 potong Rp. 1000 2. Goreng Bahan (8 kotak) Baku Kuantitas 26400
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI OLAHAN PISANG DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH. Skripsi
ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH INDUSTRI OLAHAN PISANG DI KOTA PALU PROVINSI SULAWESI TENGAH Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh
Lebih terperinciANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu
J. Agroland 22 (2) : 169-174, April 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises
Lebih terperinciDAFTAR ISI. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii RINGKASAN... iv LEMBARAN PENGESAHAN... vii RIWAYAT HIDUP... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukaresmi, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara
Lebih terperinciHASIL WAWANCARA No Pertanyaan Wawancara Jawaban Wawancara 1 Sejak kapan Pabrik Tahu dan Tempe ini bapak dirikan dan bagaimana asal mula bapak tertarik membuka untuk mendirikan pabrik ini? Pabrik ini saya
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN
ANALISIS PERBEDAAN BIAYA, PENDAPATAN DAN RENTABILITAS PADA AGROINDUSTRI TEMPE ANTARA PENGGUNAAN MODAL SENDIRI DENGAN MODAL PINJAMAN (Studi Kasus di Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Ani Sulistiani 1,
Lebih terperinciVI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE
VI ANALISIS STRUKTUR BIAYA USAHA TEMPE Setiap kegiatan produksi tidak terlepas dari biaya, begitu pula kegiatan produksi tempe. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi tempe meliputi biaya pembelian
Lebih terperinciVI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar
VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar Biaya dalam industri tahu meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Biaya
Lebih terperinciAnalisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar
Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar Ishak Manggabarani 1, Baharuddin 2 Program Studi Agribisnis,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah
Lebih terperinciBab 5 Aspek Teknis. Bagaimana bentuk tempe yang anda suka? Apa warna tempe yang anda suka? Jenis bahan tempe apa yang anda sukai?
Bab 5 Aspek Teknis No 1. 5.1. Perencanaan Produk Berdasarkan data kuisioner yang terdapat pada bab 4, maka untuk menentukan perencanaan produk didapat data dari hasil penyebaran kuisioner sebagai berikut:
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini merupakan hasil pemekaran ketiga (2007) Kabupaten Gorontalo. Letak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Tempat penelitian Kabupaten Gorontalo Utara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Gorontalo, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kwandang. Kabupaten ini
Lebih terperinciX. ANALISIS KELAYAKAN USAHA
X. ANALISIS KELAYAKAN USAHA 10.1. Pengantar Kebutuhan pangan semakin hari semakin banyak seiring dengan perkembangan penduduk, sementara itu ketersediaan lahan pertanian semakin menyempit dengan makin
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
J. Agroland 21 (2) : 115-121, Agustus 2014 ISSN : 0854-641X E-ISSN : 2407-7607 ANALISIS NILAI TAMBAH KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI CAHAYA INDI DI DESA TANAMEA KECAMATAN BANAWA SELATAN KABUPATEN DONGGALA
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinci8. NILAI TAMBAH RANTAI PASOK
69 adalah biaya yang ditanggung masing-masing saluran perantara yang menghubungkan petani (produsen) dengan konsumen bisnis seperti PPT dan PAP. Sebaran biaya dan keuntungan akan mempengarhui tingkat rasio
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS
121 STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS Siti Mutmainah, Dumasari, dan Pujiharto Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto Jl. Raya Dukuhwaluh
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Mohamad Nazir (2005:54) metode deskriptif adalah suatu metode dalam
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah
III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif yaitu dengan mendiskripsikan, memaparkan dan menganalisis kondisi objektif dilapangan serta menggali
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Industri Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Proses industrialisasi masyarakat Indonesia
Lebih terperinciGambar 2. Lokasi penelitian Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi 1. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Pulubala merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Gorontalo yang memiliki 11 desa. Kecamatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini di lakukan di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan, Kabupten Bone Bolango, kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama kurang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil
PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahap awal pembangunan, ekspor setiap negara didominasi oleh hasil hasil pertanian. Tetapi permintaan komoditas pertanian cenderung menurun dan diganti oleh produk olahan
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. yang awalnya dirasa dapat mencukupi menjadi tidak optimal lagi. Dalam keadaan
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Industri Rumah Tangga Nata De Coco a. Industri Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di Indonesia yang sangat berperan dalam penyediaan lapangan
Lebih terperinciANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran)
ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Seorang Perajin di Desa Cikembulan Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran) Oleh : 1 Roroh Rohmanah, 2 Dedi Herdiansah Sujaya, 3 Fitri Yuroh 1 Mahasiswa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) yaitu di Desa Wonoanti. Pengambilan sampel Desa dilakukan dengan
Lebih terperinciPEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH
Boks.2 PEMETAAN STRUKTUR PASAR DAN POLA DISTRIBUSI KOMODITAS STRATEGIS PENYUMBANG INFLASI DAERAH Pengendalian inflasi merupakan faktor kunci dalam menstimulasi kegiatan ekonomi riil yang berkembang sekaligus
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini
Lebih terperinciVI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI
VI. ANALISIS USAHATANI DAN EFEKTIVITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK TANI 6.1. Proses Budidaya Ganyong Ganyong ini merupakan tanaman berimpang yang biasa ditanam oleh petani dalam skala terbatas. Umbinya merupakan
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROV. SULAWESI TENGAH 2016 PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DALAM MENGAKSELERASI PROGRAM PANGAN BERKELANJUTAN DAN PENINGKATAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 1 (4) : 353-360, Oktober 2013 ISSN : 2338-3011 ANALISIS NILAI TAMBAH BAWANG MERAH LOKAL PALU MENJADI BAWANG GORENG DI KOTA PALU Analysis Added Value Of Local Palu Onions To Become Fried
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tiga desa di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur yaitu Desa Ciherang, Cipendawa, dan Sukatani. Pemilihan lokasi dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Sektor industri merupakan sektor yang banyak dikembangkan oleh pemerintah karena sektor industri banyak membantu pertumbuhan ekonomi negara. Pada saat ini, bukan hanya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cukup besar, sehingga bisa menjadi daerah pemasaran yang potensial bagi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk cukup besar, sehingga bisa menjadi daerah pemasaran yang potensial bagi perusahaan-perusahaan untuk memasarkan
Lebih terperinciBPSPROVINSI JAWATIMUR
BPSPROVINSI JAWATIMUR No. 45/07/35/Th.XV, 17 Juli 2017 Profil Kemiskinan Di Jawa Timur Maret 2017 Penduduk Miskin di Jawa Timur Turun 0,08 Poin Persen Jumlah penduduk miskin di Jawa Timur bulan Maret 2017
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTRIK USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM AMALIA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
e-j. Agrotekbis 2 (6) : 628-633, Desember 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KARAKTERISTRIK USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM AMALIA DI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempe merupakan makanan yang terbuat dari biji kedelai atau beberapa bahan lain yang diproses melalui fermentasi yang secara umum dikenal sebagai ragi tempe. Lewat
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA KERIPIK UBIKAYU PADA INDUSTRI PUNDI MASDI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 3 (3) : 402-408, Juni 2015 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA KERIPIK UBIKAYU PADA INDUSTRI PUNDI MASDI KOTA PALU Analysis of IncomeAnd Business Feasibility Potato
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PENGRAJIN KERIPIK TEMPE CIPTO ROSO KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS
i ANALISIS PENENTUAN BIAYA PRODUKSI PADA USAHA PENGRAJIN KERIPIK TEMPE CIPTO ROSO KECAMATAN MEGANG SAKTI KABUPATEN MUSI RAWAS Astuti Karya Dewi, Dosen STIE-MURA Prodi Akutansi Shelly Eka Desiana, Mahasiswa
Lebih terperinciIII. OBJEK DAN METEDOLOGI PENELITIAN. salah satu perusahaan yang bergerak dalam industri Kerupuk. PD Tenda Biru
46 III. OBJEK DAN METEDOLOGI PENELITIAN 3.1 Sejarah dan Perkembangan Industri Kecil Perusahaan Dagang Tenda Biru yang biasa di singkat PD Tenda Biru merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. rantai produksi, pengolahan masukan dan keluaran industri (agroindustri),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agribisnis adalah kegiatan yang berhubungan dengan penanganan komoditi pertanian dalam arti luas, yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan
Lebih terperinciBAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB 3 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Semakin meningkatnya kebutuhan energi, maka seiring dengan itu semakin menipis juga cadangan sumber energy, karena sebagian besar sumber energi yang digunakan adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan Kecamatan Telaga
Lebih terperinciANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan)
AGRISE Volume XI No. 3 Bulan Agustus 2011 ISSN: 1412-1425 ANALISIS KEUNTUNGAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK (Studi Kasus di Koperasi Agung Jaya Kec. Pandaan, Kab. Pasuruan) (BENEFIT ANALYSIS OF MAKING ORGANIC
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Perusahaan CV Cipta Usaha Sejahtera Cipta Usaha Sejahtera ( CV CUS ) merupakan perusahaan kemitraan Ayam Pedaging yang berdiri sejak tahun 2002 dengan No izin usaha
Lebih terperinciANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 2 (5) : 510-516, Oktober 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS NILAI TAMBAH BUAH PISANG MENJADI KERIPIK PISANG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU Added Value Analysis of Banana Fruit
Lebih terperinciPENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK MENGHEMAT BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM KRIPIK TEMPE PENDAHULUAN
P R O S I D I N G 527 PENERAPAN VALUE ENGINEERING UNTUK MENGHEMAT BIAYA PRODUKSI DAN MENINGKATKAN DAYA SAING UMKM KRIPIK TEMPE Nur Baladina 1) 1) Dosen Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan
Lebih terperinciANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PABRIK KACANG SANGRAI JAYA RAYA
ANALISIS SELISIH BIAYA PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIGA SELISIH PADA PABRIK KACANG SANGRAI JAYA RAYA NAMA : SITI RAHAYU W NPM : 27212082 FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI LATAR BELAKANG Mencari
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Identitas Pedagang 1. Identitas Responden V. HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dalam penelitian ini adalah pengusaha keripik belut yang pada masa penelitian masih aktif berproduksi dan berdomisili di Kecamatan
Lebih terperinciANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA
e-j. Agrotekbis 5 (1) : 72-76, Februari 2017 ISSN : 2338-3011 ANALISIS TITIK PULANG POKOK USAHA KACANG GOYANG PADA INDUSTRI PRIMA JAYA Break Even Point Analysis of Kacang Goyang Business at Prima Jaya
Lebih terperinciNama : WENY ANDRIATI NPM : Kelas : 3 EB 18
ANALISIS PENERAPAN BIAYA STANDAR SEBAGAI PENGENDALI BIAYA PRODUKSI PADA PERUSAHAAN ROTI BUTRI CABANG TAMBUN Nama : WENY ANDRIATI NPM : 28210479 Kelas : 3 EB 18 BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kebutuhan
Lebih terperinciLampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan
48 Lampiran 1. Daftar Biaya Untuk Alat Pengolahan Kue Bawang Mangrove 1 kali produksi dalam Seminggu di Setiap Saluran dan Nilai Penyusutan Nama Jumlah Harga Satuan Nilai Awal (Rp) Nilai Akhir (Rp) Umur
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Steak Steak berasal dari beef steak yang artinya adalah sepotong daging. Daging yang biasanya diolah menjadi steak adalah daging merah dan dada ayam. Kebanyakan steak dipotong
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur
Lebih terperinciTELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI
TELAAHAN TERHADAP JALUR PEMASARAN KEDELAI DI DAERAH TRANSMIGRASI JAMBI Oleh A. Rozany Nurmanaf*) Abstrak Program khusus usahatani kedelai dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk diantaranya daerah transmigrasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk
Lebih terperinciANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU
e-j. Agrotekbis 2 (5) : 500-504, Oktober 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG PUTIH GORENG PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA SOFIE DI KOTA PALU Analysis of Revenue and Feasibility
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di sektor pertanian, peternakan, kelautan, tambang, dan lain-lain. Namun pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara yang mempunyai kekayaan alam yang melimpah baik di sektor pertanian, peternakan, kelautan, tambang, dan lain-lain. Namun pada kenyataannya,
Lebih terperinciRELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016
Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan
38 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan
Lebih terperinciKERANGKA PENDEKATAN TEORI. Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka
II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjuan Pustaka 1. Tanaman Melinjo Melinjo (Gnetum gnemon, L.) termasuk tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae), dengan tanda-tanda : bijinya tidak terbungkus daging tetapi
Lebih terperinciANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak
ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Oleh: Fanky Soehyono 1), Dini Rochdiani 2), Muhamad Nurdin Yusuf 3) 1) Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri dalam bidang pertanian sudah berkembang cukup pesat. Banyak industri yang menghasilkan produk pangan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Pangan
Lebih terperinci