BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 34 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Antrian Antrian merupakan aktivitas yang tidak lepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Suka atau tidak suka, manusia tetap harus melakukan aktivitas antrian tersebut. Menurut Aminudin (2005, p169), fenomena menunggu atau mengantri merupakan hasil dari keacakan dalam operasional pelayanan fasilitas. Secara umum, kedatangan pelanggan ke dalam suatu sistem dan waktu pelayanan untuk pelanggan tersebut tidak dapat diatur dan diketahui waktunya secara tepat, namun sebaliknya, fasilitas operasional dapat diatur sehingga dapat mengurangi antrian. Aminudin (2005, p169) juga menyatakan terdapat beberapa ukuran kinerja dari sistem antrian. Ukuran-ukuran kinerja tersebut antara lain: Lama waktu pelanggan harus menunggu sebelum dilayani. Persentase waktu fasilitas pelayanan yang tidak digunakan atau menganggur karena tidak ada pelanggan. Ukuran-ukuran kinerja tersebut merupakan parameter yang menentukan kinerja dari suatu fasilitas. Semakin singkat waktu bagi pelanggan untuk menunggu dan semakin sedikit waktu menganggur fasilitas pelayanan berarti kondisi sistem akan semakin optimal.

2 35 Penyusunan teori antrian dipelopori oleh A. K. Erlang, seorang insinyur berkebangsaan Denmark, pada tahun Ia bekerja di sebuah perusahaan telepon dan melakukan percobaan yang melibatkan fluktuasi permintaan sambungan telepon serta pengaruhnya pada peralatan switching telepon. Sebelum Perang Dunia II, studi awal antrian ini telah berkembang di lingkungan antrian yang lebih umum Elemen Dasar Model Antrian Sifat Pemanggilan Populasi Populasi yang dimaksud di dalam teori antrian merupakan seluruh target pelanggan yang sedang dan akan menggunakan fasilitas pelayanan, sedangkan yang dimaksud dengan pelanggan tidak selalu berupa manusia, melainkan dapat berupa produk dan benda lainnya yang melakukan aktivitas mengantri untuk dilayani atau diproses oleh satu atau lebih fasilitas pelayanan Ukuran Pemanggilan Populasi Aminudin (2005, p173) mengemukakan bahwa terdapat dua ukuran pemanggilan populasi, yaitu terbatas (finite) dan tidak terbatas (infinite). Bila populasi relatif besar dan probabilitas seorang pelanggan tidak dipengaruhi oleh jumlah pelanggan yang telah berada pada suatu fasilitas pelayanan, maka dapat diasumsikan bahwa populasi tersebut tidak terbatas. Populasi yang tidak

3 36 terbatas (infinite) misalnya mobil yang tiba di gerbang tol, pasien yang datang ke rumah sakit, calon mahasiswa yang mendaftar ke sebuah perguruan tinggi, dan lain-lain. Populasi terbatas (finite) biasanya memiliki ukuran populasi yang kecil dan memiliki probabilitas kedatangan yang berubah secara drastis ketika ada anggota populasi yang sedang menerima pelayanan. Contohnya antara lain tiga buah mesin pada sebuah pabrik yang memerlukan pelayanan operator secara terus-menerus, lima buah mobil milik sebuah perusahaan yang secara berkala mengunjungi fasilitas reparasi kendaraan, permainanpermainan dalam sebuah arena bermain yang memerlukan inspeksi secara berkala, dan lain-lain Pola Kedatangan dari Pemanggilan Populasi Subjek pemanggilan populasi bisa tiba pada sebuah fasilitas pelayanan dalam beberapa pola tertentu, bisa juga secara acak. Aminudin (2005, p173) menyatakan bahwa analisis riset operasi telah mendapati bahwa tingkat kedatangan acak paling cocok diuraikan menurut distribusi Poisson. Tentu saja tidak semua kedatangan memiliki pola distribusi Poisson, oleh karena itu, sebelumya perlu dipastikan terlebih dahulu pola distribusi kedatangan tersebut sebelum diolah. Untuk menentukan apakah suatu pola distribusi tertentu.

4 Tingkah Laku Pemanggilan Populasi Terdapat tiga istilah yang biasa digunakan dalam antrian untuk menggambarkan tingkah laku pemanggilan populasi (Aminudin, 2005, p174). Ketiga istilah tersebut antara lain: 1. Renege Merupakan tingkah laku pemanggilan populasi dimana seseorang bergabung dalam antrian dan kemudian meninggalkannya. 2. Balking Merupakan tingkah laku pemanggilan populasi dimana seseorang tidak mau bergabung dalam antrian. 3. Bulk Merupakan tingkah laku pemanggilan populasi dimana kedatangan terjadi bersama-sama (berkelompok) ketika memasuki sistem. 2.3 Perilaku Sistem Antrian Terdapat tiga macam perilaku sistem antrian yang mungkin dapat terjadi (White et al., 1975, p90), yaitu: 1. Single waiting line Merupakan perilaku sistem antrian dimana terdapat satu buah jalur antrian. Pelanggan yang ingin menggunakan fasilitas pelayanan menunggu dalam sebuah antrian sampai gilirannya untuk dilayani oleh salah satu server.

5 38 2. Multiple waiting line without jockeying Merupakan perilaku sistem antrian dimana masing-masing server memiliki jalur antriannya masing-masing dan setiap pelanggan yang menunggu di masing-masing jalur antriannya tersebut tidak dapat pindah jalur ke jalur lainnya. 3. Multiple waiting line with jockeying Merupakan perilaku sistem antrian dimana masing-masing server memiliki jalur antriannya masing-masing dan setiap pelanggan yang menunggu di masing-masing jalur antriannya dapat pindah jalur ke jalur lainnya jika terdapat jalur lain yang antriannya lebih sedikit. Gambar akan menunjukkan ketiga perilaku sistem antrian yang telah dibahas. Gambar 2.1 Single Waiting Line SUMBER GAMBAR: White et al., 1975, p90

6 39 Gambar 2.2 Multiple Waiting Line without Jockeying SUMBER GAMBAR: White et al., 1975, p90 Gambar 2.3 Multiple Waiting Line with Jockeying SUMBER GAMBAR: White et al., 1975, p90

7 Disiplin Antrian Disiplin antrian merupakan urutan bagaimana suatu subjek pemanggilan populasi akan dilayani. White et al. (1975, p9) mengemukakan bahwa terdapat lima jenis disiplin antrian yang sering digunakan dalam teori antrian, yaitu: 1. First Come First Served (FCFS) FCFS merupakan salah satu disiplin antrian dimana pelanggan yang dilayani terlebih dahulu adalah pelanggan yang datang lebih awal. 2. Last Come First Served (LCFS) LCFS merupakan salah satu disiplin antrian dimana pelanggan yang datang paling akhirlah yang akan dilayani terlebih dahulu. 3. Service in Random Order (SIRO) SIRO merupakan salah satu disiplin antrian dimana pelayanan dilakukan dengan urutan acak. 4. Shortest Processing Time (SPT) SPT merupakan salah satu disiplin antrian dimana pelanggan yang memiliki waktu pelayanan atau pemrosesan yang paling singkatlah yang akan dilayani atau diproses terlebih dahulu.

8 41 5. General Service Discipline (GD) GD digunakan jika disiplin antrian tidak ditentukan dan hasil yang diperoleh akan sama dengan disiplin antrian yang lain, misalnya FCFS dan LCFS. 2.5 Pola Distribusi Waktu Pelayanan Waktu pelayanan bisa konstan, bisa pula acak. Apabila waktu pelayanan didistribusikan secara acak, maka harus ditentukan distribusi probabilitas yang paling sesuai untuk menggambarkan perilakunya. Aminudin (2005, p175) menyatakan bahwa biasanya jika waktu pelayanannya acak, analisis antrian menggunakan distribusi probabilitas eksponensial. Pola distribusi lainnya juga akan dibahas kemudian. 2.6 Struktur Antrian Dasar Proses antrian secara umum dikategorikan menjadi empat struktur dasar menurut fasilitas pelayanan (Aminudin, 2005, p176). Keempat struktur antrian dasar tersebut adalah: 1. Single Channel Single Phase Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan datang, masuk dan membentuk antrian pada satu baris/aliran pelayanan dan selanjutnya akan berhadapan dengan satu fasilitas pelayanan. Contoh dari struktur antrian ini adalah sebuah kantor pos

9 42 yang hanya mempunyai satu loket pelayanan dengan satu jalur antrian. Gambar 2.4 akan menunjukkan struktur antrian single channel single phase. Gambar 2.4 Antrian Single Channel Single Phase SUMBER GAMBAR: Aminudin, 2005, p Single Channel Multiple Phase Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan datang, masuk dan membentuk antrian pada beberapa aliran pelayanan dan selanjutnya akan berhadapan dengan satu fasilitas pelayanan sampai pelayanan selesai. Contoh dari struktur antrian ini adalah seorang pasien yang berobat ke rumah sakit, mereka harus antri untuk mendaftar di loket pendaftaran terlebih dahulu, setelah selesai mendaftar, pasien masuk ke ruangan pemeriksaan awal, dan setelah menerima catatan diagnosa dari perawat maka pasien akan antri kembali untuk diperiksa oleh dokter. Gambar 2.5 akan menunjukkan struktur antrian single channel multiple phase.

10 43 Gambar 2.5 Antrian Single Channel Multiple Phase SUMBER GAMBAR: Aminudin, 2005, p Mulitple Channel Single Phase Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan datang, masuk dan membentuk antrian pada satu baris atau aliran pelayanan dan selanjutnya akan berhadapan dengan beberapa fasilitas pelayanan identik yang paralel. Contoh dari struktur antrian ini adalah sebuah kantor pos yang mempunyai beberapa loket pelayanan dengan satu jalur antrian. Gambar 2.6 akan menunjukkan struktur antrian multiple channel single phase. Gambar 2.6 Antrian Multiple Channel Single Phase SUMBER GAMBAR: Aminudin, 2005, p176

11 44 4. Multiple Channel Multiple Phase Pada struktur antrian ini, subjek pemanggilan populasi yang dilayani akan datang dan masuk ke dalam sistem pelayanan yang dioperasikan oleh beberapa fasilitas pelayanan paralel yang identik menuju ke fasilitas pelayanan setelahnya sampai pelayanan selesai. Contoh dari struktur antrian ini adalah seorang pasien yang berobat ke rumah sakit, dimana terdapat beberapa perawat dan beberapa dokter. Gambar 2.7 akan menunjukkan struktur antrian multiple channel multiple phase. Gambar 2.7 Antrian Multiple Channel Multiple Phase SUMBER GAMBAR: Aminudin, 2005, p176

12 Pola Distribusi Antrian White et al. (1975, pp26-30) menyatakan bahwa terdapat beberapa pola distribusi diskret antara lain: 1. Distribusi Bernoulli Distribusi Bernoulli digunakan jika percobaan hanya menghasilkan salah satu dari dua kemungkinan hasil. Berikut ini merupakan probability mass function dari distribusi Bernoulli: P( x) = p x (1 p) 1 x 2. Distribusi Binomial Distribusi Binomial digunakan jika sebuah percobaan terdiri dari beberapa sub-percobaan Bernoulli yang independen, dan setiap sub-percobaan juga menghasilkan salah satu dari dua kemungkinan hasil. Setelah melakukan beberapa sub-percobaan tersebut, dihitung jumlah terjadinya kejadian yang diteliti. Berikut ini merupakan probability mass function dari distribusi Binomial: P( x) n! x!( n x)! = x n x p (1 p ) 3. Distribusi Poisson Suatu distribusi mengikuti pola distribusi Poisson jika mengikuti aturan berikut ini: a. Tidak terdapat dua kejadian yang terjadi bersamaan. b. Proses kedatangan bersifat acak.

13 46 c. Rata-rata jumlah kedatangan per interval waktu sudah diketahui dari pengamatan sebelumnya. d. Bila interval waktu dibagi ke dalam interval yang lebih kecil, maka pernyataan-pernyataan berikut ini harus dipenuhi: - Probabilitas tepat satu kedatangan adalah sangat kecil dan konstan. - Probabilitas dua kedatangan atau lebih selama interval waktu tersebut angkanya sangat kecil sehingga mendekati nol. - Jumlah kedatangan pada interval waktu tersebut tidak tergantung pada kedatangan di interval waktu sebelum dan sesudahnya. Berikut ini merupakan probability mass function dari distribusi Poisson: x λ λ P( x) = e x! 4. Distribusi Geometric Sama seperti distribusi Binomial, variabel acak distribusi Geometric juga terkait dengan variabel acak Bernoulli. Perbedaannya, probabilitas pada distribusi Geometric hanya menentukan peluang terjadinya kejadian pertama setelah beberapa

14 47 kali percobaan. Berikut ini merupakan probability mass function dari distribusi Geometric: P ( x) = p(1 p) x 1 5. Distribusi Negative Binomial Variabel acak Negative Binomial dapat diinterpretasikan sebagai jumlah percobaan Bernoulli yang diperlukan untuk memperoleh hasil dengan jumlah tertentu. Berikut ini merupakan probability mass function dari distribusi Negative Binomial: P( x) ( x 1)! ( n 1)!( x n)! n x n = p (1 p) Selain mengikuti pola distribusi diskret, teori antrian juga menggunakan beberapa pola distribusi kontinyu untuk data-data kontinyu (White et al., 1975, pp33-39). Pola distribusi kontinyu yang lazim digunakan antara lain: 1. Distribusi Normal Distribusi normal merupakan distribusi yang paling dikenal dalam teori probabilitas karena kemampuannya untuk mendeskripsikan fenomena kejadian acak. Kurva normal berbentuk lonceng dengan nilai rata-ratanya berada pada titik tengah kurva yang berarti jumlahnya paling banyak. Berikut ini merupakan probability density function dari distribusi Normal:

15 48 P ( x) = σ 1 (2 π ) 1/ 2 ( x μ) exp 2 2σ 2 2. Distribusi Exponential Distribusi eksponensial biasanya berguna untuk mendeskripsikan waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan dalam teori antrian. Distribusi eksponensial memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Waktu antar kejadian bersifat acak. b. Waktu antar kejadian berikutnya independen terhadap waktu antar kejadian sebelumnya. c. Waktu pelayanan dalam antrian tergantung dari unit yang dilayani. Berikut ini merupakan probability density function dari distribusi Exponential: x P( x) = λe λ 3. Distribusi Gamma Distribusi Gamma hanya digunakan jika jumlah jumlah kejadian yang berhasil berupa integer. Jika jumlah kejadian berhasil bukan integer, maka variabel acak Gamma tidak dapat direpresentasikan dengan menggunakan jumlah variabel acak eksponensial yang identik. Distribusi Gamma biasanya memiliki kurva berbentuk kurva normal yang menjulur positif. Berikut ini merupakan probability density function dari distribusi Gamma:

16 49 n λ n 1 λx P( x) = x Γ( n) e 4. Distribusi Weibull Distribusi Weibull merupakan salah satu distribusi data kontinyu yang paling berguna untuk memodelkan kegagalan (failure) dari sebuah produk. Berikut ini merupakan probability density function dari distribusi Weibull: β P( x) = x β α β 1 x exp α 5. Distribusi Erlang Distribusi Erlang berkaitan erat dengan variabel acak eksponensial dan Gamma. Distribusi Erlang digunakan jika pelayanan dalam suatu sistem antrian sifatnya sama dan rutin serta waktu pelayanannya cenderung menurun. Berikut ini merupakan probability density function dari distribusi Erlang: β k ( kλ) P( x) = x ( k 1)! k 1 e kλx 6. Distribusi Hyperexponential Distribusi Hyperexponential terjadi dalam teori antrian ketika waktu pelayanan untuk satu unit berdistribusi eksponensial dengan jumlah parameter lebih dari satu. Berikut ini merupakan probability density function dari distribusi Hyperexponential:

17 50 λ1x λ2x P( x) = pλ1 e + (1 p) λ2e 7. Distribusi Uniform Distribusi Uniform memiliki nilai variabel acak yang berada di antara dua buah nilai. Distribusi ini penting dalam simulasi karena mampu menghasilkan banyak variabel acak lainnya. Berikut ini merupakan probability density function dari distribusi Uniform: P( x) = 1 b a 2.8 Notasi Model Sistem Antrian Karakteristik dan asumsi dari model antrian dirangkum dalam bentuk notasi. Notasi standar yang digunakan menurut White et al. (1975, p8) adalah sebagai berikut: ( x y z ) : ( u v w ) Berikut ini adalah keterangan dari setiap simbol notasi standar di atas: x, menyatakan distribusi kedatangan (atau antar kedatangan). y, menyatakan distribusi waktu pelayanan. z, menyatakan jumlah fasilitas pelayanan paralel dalam sistem. u, menyatakan disiplin antrian yang digunakan. v, menyatakan jumlah maksimum unit dalam sistem (yang dilayani dan yang menunggu) w, menyatakan ukuran pemanggilan populasi

18 51 Notasi standar untuk simbol x dan y sebagai distribusi kedatangan dan waktu pelayanan dapat digantikan dengan simbol-simbol dalam Tabel 2.1. Tabel 2.1 Simbol Distribusi Kedatangan dan Waktu Pelayanan Simbol Keterangan Distribusi kedatangan Poisson atau sama dengan M distribusi eksponensial untuk waktu antar kedatangan dan waktu pelayanan. M menunjukkan properti Markov pada distribusi eksponensial. GI G D Tingkat kedatangan atau waktu antar kedatangan berdistribusi General Independent. Tingkat pelayanan atau waktu pelayanan berdistribusi General. Waktu antar kedatangan atau waktu pelayanan berdistribusi deterministik (konstan). E k Waktu antar kedatangan atau waktu pelayanan berdistribusi Erlang atau Gamma dengan fase k. K n Waktu antar kedatangan atau waktu pelayanan berdistribusi Chi-Square dengan n derajat bebas. HE k Waktu antar kedatangan atau waktu pelayanan berdistribusi Hyperexponential dengan fase k. SUMBER TABEL: White et al. (1975, p8)

19 52 Simbol z, v, dan w digantikan dengan angka nominal yang sesuai dengan sistem antrian. Jika jumlah maksimum unit dalam sistem dan populasi tidak terbatas (infinite), maka simbol v dan w dapat digantikan dengan simbol. Notasi standar untuk simbol u sebagai jenis disiplin antrian yang digunakan dapat digantikan dengan simbol-simbol dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2 Tabel Simbol Disiplin Antrian Simbol FCFS LCFS SIRO SPT GD Keterangan First Come First Served Last Come First Served Service in Random Order Shortest Processing (Service) Time General Service Discipline SUMBER TABEL: White et al. (1975, p8) 2.9 Identifikasi Distribusi Identifikasi distribusi data kedatangan dilakukan untuk mengetahui apakah data kedatangan tersebut mengikuti suatu pola distribusi teoritik tertentu sehingga formula untuk mengestimasikan parameter dapat disesuaikan dengan distribusinya. Menurut White et al. (1975, p298), pengujian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:

20 53 1. Data Collection Merangkum data dan menyimpulkan secara kasar pola distribusi data tersebut berdasarkan bentuk grafiknya. 2. Parameter Estimation Mengestimasikan berbagai parameter dari distribusi yang dihipotesiskan. 3. Goodness of Fit Test Menentukan apakah data yang dikumpulkan mengikuti pola distribusi yang dihipotesiskan dengan menggunakan Uji Kebaikan Suai Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat atau lebih dikenal dengan istilah Diagram Fishbone pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Kaoru Ishikawa pada tahun Menurut Turner (2000, p281), diagram sebab akibat adalah suatu diagram yang menunjukkan hubungan antara sebab dan akibat atau suatu diagram yang meringkaskan pengetahuan mengenai kemungkinan sebabsebab terjadinya variasi dan permasalahan lainnya. Diagram ini digunakan untuk menunjukkan faktor-faktor penyebab (sebab) dan karakteristik kualitas (akibat).

21 54 Diagram sebab akibat dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan sebagai berikut: Membantu mengidentifikasikan akar penyebab dari suatu masalah. Membantu membangkitkan ide untuk solusi dari suatu masalah. Membantu dalam pencarian fakta lebih lanjut Sistem Simulasi Definisi Sistem Pengertian sistem tergantung pada latar belakang cara pandang orang yang mencoba mendefinisikannya. Geoffrey Gordon (1987) mendefinisikan sistem sebagai suatu agregasi atau kumpulan objek-objek yang terangkai dalam interaksi dan saling ketergantungan yang teratur. Dengan penjelasan yang tidak terlalu berbeda, Ludwig Von Bertalanffy (1940) memberikan pengertian sistem sebagai suatu set elemenelemen yang berada dalam keadaan yang saling berhubungan. Schmidt dan Taylor (1970) memberikan definisi yang lebih luas, yaitu bahwa sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen (entiti-entiti) yang berinteraksi dan bereaksi antar atribut komponen-komponen atau entitientiti untuk mencapai suatu akhir yang logis.

22 55 Dari sejumlah definisi yang dikemukakan di atas terlihat adanya kesamaan pengertian tentang sistem, seperti yang tercermin dari definisi yang diberikan oleh William A. Shrode dan Dan Voich Jr. (1974), yaitu:... A system is a set of interrelated parts, working independently and faintly, in pursuit of common objectives of the whole, within a complex environment. Dengan demikian, sistem dapat berupa kesatuan yang terdiri atas jaringan kerja kausal dari bagian-bagian yang saling bergantungan. Singkatnya, sistem adalah kumpulan objek-objek yang saling berinteraksi dan bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks Definisi Simulasi Kakiay (2003, pp1-2) mengemukakan definisi simulasi sebagai suatu sistem yang digunakan untuk memecahkan atau menguraikan persoalanpersoalan dalam kehidupan nyata yang penuh dengan ketidakpastian dengan tidak atau menggunakan model atau metode tertentu dan lebih ditekankan pada pemakaian komputer untuk mendapatkan solusinya. The Oxford American Dictionary (1980) mendefinisikan simulasi sebagai suatu cara untuk mereproduksi kondisi dari suatu situasi untuk mempelajari, menguji, melatih, dan lain-lain. Sedangkan menurut Schriber (1987), simulasi adalah:

23 56... the modeling of a process or system in such a way that the model mimics the response of the actual system to events that take place over time. Harrel et al. (2000, p5) juga mengemukakan bahwa simulasi adalah imitasi dari sistem dinamis dengan menggunakan model komputer untuk mengevaluasi dan meningkatkan performansi sistem Keuntungan Simulasi Kakiay (2003, pp3-5) menyebutkan terdapat berbagai keuntungan yang bisa diperoleh dengan memanfaatkan simulasi, yaitu sebagai berikut: 1. Menghemat waktu Kemampuan di dalam menghemat waktu ini dapat dilihat dari pekerjaan yang bila dikerjakan dapat memakan waktu tahunan, namun dapat disimulasikan hanya dalam beberapa menit atau bahkan dalam hitungan detik. Kemampuan ini dipakai oleh para peneliti untuk melakukan berbagai pekerjaan desain operasional yang juga memperhatikan bagian terkecil dari waktu untuk kemudian dibandingkan dengan yang terdapat pada sistem yang sebenarnya. 2. Dapat melebar-luaskan waktu Simulasi dapat digunakan untuk menunjukkan perubahan struktur dari suatu sistem nyata (real system) yang sebenarnya tidak dapat diteliti pada waktu yang seharusnya (real time). Dengan demikian, simulasi

24 57 dapat membantu mengubah sistem nyata dengan memasukkan sedikit data. 3. Dapat mengendalikan sumber-sumber variasi Kemampuan pengendalian dalam simulasi ini tampak apabila statistik digunakan untuk meninjau hubungan antara variabel bebas (independent) dengan variabel terkait (dependent) yang merupakan faktor-faktor yang akan dibentuk dalam percobaan. Dalam simulasi pengambilan data dan pengolahannya pada komputer, ada beberapa sumber yang dapat dihilangkan atau sengaja ditiadakan. Untuk memanfaatkan kemampuan ini, peneliti harus mengetahui dan mampu menguraikan sejumlah input dari sumber-sumber yang bervariasi yang dibutuhkan oleh simulasi tersebut. 4. Memperbaiki kesalahan perhitungan Dalam prakteknya, pada suatu kegiatan ataupun percobaan dapat saja muncul kesalahan dalam mencatat hasil-hasilnya. Sebaliknya, dalam simulasi komputer jarang ditemukan kesalahan perhitungan terutama bila angka-angka diambil dari keomputer secara teratur dan bebas. Komputer mempunyai kemampuan untuk melakukan penghitungan dengan akurat. 5. Dapat dihentikan dan dijalankan kembali Simulasi komputer dapat dihentikan untuk kepentingan peninjauan ataupun pencatatan semua keadaan yang relevan tanpa berakibat buruk

25 58 terhadap program simulasi tersebut. Dalam dunia nyata, percobaan tidak dapat dihentikan begitu saja, namun dalam simulasi komputer, setelah dilakukan penghentian maka kemudian dapat dengan cepat dijalankan kembali. 6. Mudah diperbanyak Dengan simulasi komputer, percobaan dapat dilakukan setiap saat dan dapat diulang-ulang. Pengulangan dilakukan terutama untuk mengubah berbagai komponen dan variabelnya, seperti perubahan parameter, perubahan kondisi operasi, atau perubahan jumlah output Simulasi dengan Software ProModel Seiring dengan kemajuan teknologi, kini simulasi baik yang menggunakan model matematis maupun model lainnya banyak menggunakan komputer sebagai alat bantu. Simulasi dengan komputer memiliki fleksibilitas yang tinggi sehingga dapat diterapkan dalam berbagai bidang. Hal tersebut didukung hasil survei oleh The Institute of Management (TIMS) dan Operation Research Society of America (ORSA) bahwa metode simulasi komputer menduduki urutan ketiga dalam frekuensi penggunaan dibanding metode analisis ilmiah lainnya. Terdapat berbagai macam paket software untuk simulasi yang telah dikembangkan diantaranya, SIMAN, SLAM, GPSS, ARENA, dan ProModel.

26 59 Berikut ini merupakan jenis-jenis model yang mampu dibuat dengan ProModel: - Assembly lines, transfer lines, job shop - Flexible Manufacturing System (FMS) - JIT dan sistem KANBAN Elemen-elemen Dasar ProModel Untuk membuat model sebuah sistem, ProModel telah menyediakan beberapa elemen yang telah disesuaikan (Harrell, 2000, pp ). Elemenelemen tersebut antara lain: a. Location Location dalam ProModel merepresentasikan sebuah area tetap dimana entities mengalami proses, menunggu, disimpan, ataupun aktivitas lainnya. b. Entities Segala sesuatu yang diproses dalam sistem disebut sebagai entities. Entities dapat berupa produk, bahan baku, barang setengah jadi, atau bahkan manusia. c. Arrivals Arrivals merupakan mekanisme untuk mendefinisikan bagaimana entities memasuki sistem. Jumlah entities yang tiba pada suatu waktu

27 60 disebut batch size, tingkat kedatangan setiap entities disebut dengan frequency, jumlah total batch yang tiba disebut occurences, dan waktu pertama kali memulai pola kedatangan disebut first time. d. Processing Elemen proses menentukan rute yang dilalui oleh tiap-tiap entities dan operasi yang dialami pada tiap lokasi yang dilaluinya. Proses menggambarkan apa yang dialami entities mulai dari saat pertama entities memasuki sistem sampai keluar dari sistem. e. Path Networks Path network digunakan untuk menentukan arah dan jalur yang ditempuh oleh entities ataupun resources yang mengiringi entities ketika bergerak dari satu lokasi ke lokasi lainnya. f. Resources Resources adalah sumber daya yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu operasi tertentu dalam suatu sistem. Dengan kata lain, resources adalah peralatan, perlengkapan, kendaraan ataupun orang yang digunakan atau berfungsi untuk memindahkan entities, melakukan operasi, atau melakukan maintenance pada lokasi-lokasi.

28 Simulasi Monte Carlo Simulasi Monte Carlo dikenal juga dengan istilah Sampling Simulation atau Monte Carlo Sampling Technique. Sampling Simulation ini menggambarkan kemungkinan penggunaan data sampel dalam metode Monte Carlo dan juga sudah dapat diketahui atau diperkirakan distribusinya. Simulasi ini menggunakan data yang sudah ada (data historikal) yang sebenarnya dipakai pada simulasi untuk tujuan lain. Dengan kata lain apabila menghendaki model simulasi yang mengikutsertakan random dan sampling dengan distribusi probabilitas yang dapat diketahui dan ditentukan, maka cara simulasi Monte Carlo ini dapat digunakan (Kakiay, 2003 p113). Langkah-langkah melakukan simulasi Monte Carlo : Terlebih dahulu dibuat Imperical Data distribusinya, yaitu fungsi distribusi densitas atau frekuensi distribusi dari historical data yang ada. 1. Distribusi permintaan ini diubah dalam bentuk fungsi distribusi kumulatif (Cumulative Distributed Frequency - CDF ). 2. Setiap permintaan ( demand ) tersebut diberi angka penunjuk batasan (tag number atau label number ). 3. Lakukan penarikan random number dengan salah satu rumus untuk mencari random number atau penarikan random number dapat dilakukan dengan melihat tabel random number.

29 62 4. Dari hasil penarikan random number tersebut kemudian dapat disusun suatu tabel untuk memprediksikan permintaan atau jumlah barang yang dibutuhkan Penjadwalan Penjadwalan dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan dalam mengalokasikan pekerjaan dan perencanaan pada lantai produksi dengan adanmya keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Keterbatasan yang dimaksud adalah adanya mesin dan pekerja yang harus menyelesaikan banyak pekerjaan, dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut mempunyai prioritas penyelesaian yang berbeda-beda sehingga akan membentuk antrian pada sistem pemrosesan. Antrian pada sistem pemrosesan ini bila tidak diatur akan mengakibatkan waktu keterlambatan waktu penyerahan produk seperti yang telah dijanjikan kepada konsumen. Prosedur tradisional seperti permintaan pertama akan dilayani pertama (FCFS First Come First Serve), penjadwalan acak atau penjadwalan yang tidak dapat diubah merupakan cara yang tidak dapat diterapkan lagi karena hasilnya tidak dapat optimal. Penjadwalan yang kita buat ditujukan untuk dapat membantu meningkatkan performance perusahaan (dengan penyelesaian pekerjaan yang tepat waktu) dan juga meningkatkan keuntungan perusahaan (dengan menghilangkan biaya-biaya resiko keterlambatan dan meningkatkan produktivitas)

30 63 Menurut Nasution (2006, p279) tujuan dari penjadwalan adalah: 1. Meningkatkan penggunaan sumber daya atau mengurangi waktu tunggunya, sehingga total waktu proses dapat berkurang dan produktivitas dapat meningkat. 2. Mengurangi persediaan barang setengah jadi atau mengurangi sejumlah pekerjaan yang menunggu dalam antrian ketika sumber daya yang ada masih mengerjakan tugas lain. Teori Baker mengatakan bahwa jika aliran kerja suatu jadwal konstan maka antrian yang mengurangi rata-rata waktu alir akan mengurangi rata-rata persediaan barang setengah jadi. 3. Mengurangi beberapa kelambatan pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu, untuk meminimalkan penalty cost (biaya kelambatan) 4. Membantu pengambilan keputusan perencanaan kapasitas pabrik dan jenis kapasitas yang dibutuhkan sehingga penambahan biaya yang mahal dapat dihindarkan. Pada saat merencanakan jadwal produksi, yang harus dipertimbangkan adalah ketersediaan sumber daya yang dimiliki, baik berupa tenaga kerja, peralatan atau prosesor, ataupun bahan baku. Karena sumber daya yang dimiliki dapat berubah-ubah (terutama operator dan bahan baku), maka penjadwalan dapat kita lihat sebagai proses yang dinamis. Dalam upaya menunjang jadwal

31 64 induk, akan ada beberapa sub-penjadwalan yang harus ditentukan kapan dapat dimulainya suatu pekerjaan dan kapan dapat diselesaikan. Pada prinsipnya manufaktur dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu: 1. Job Shop, pesanan mempunyai spesifikasi khusus, sehingga sumber daya yang dimiliki terfokus pada kemampuan yang bersifat umum, karena harus dapat diubah sesuai permintaan konsumen, produksi dilakukan jika ada pesanan, sehingga sejumlah produk yang berbeda dapat diproduksi dengan volume produksi yang relatif kecil. 2. Flow shop, merupakan bagian dari job shop di mana pesanan mempunyai spesifikasi yang bersifat umum, melewati beberapa prosesor atau operasi. Berdasarkan kuantitas produk yang dijadwalkan, maka penjadwalan dibagi dalam: 1. Job shop scheduling, yaitu penjadwalan berdasarkan jumlah order yang relatif kecil. 2. Batch shop scheduling, yaitu penjadwalan untuk keluaran produk berskala besar dan umumnya proses produksi stabil/ tidak bergantiganti seperti pada job shop. Sedangkan sesuai dengan jumlah pekerjaan dan pemroses pekerjaannya, kita dapat mengidentifikasi 2 jenis penjadwalan sebagai berikut: 1. Penjadwalan n pekerjaan pada satu prosesor 2. Penjadwalan n pekerjaan pada m prosesor

32 65 Penjadwalan flow shop dengan n pekerjaan pada satu prosesor antara lain meliputi aturan SPT dan EDD. 1. Penjadwalan dengan aturan SPT (Shortest Processing Time) untuk meminimalkan rata-rata waktu alir Penjadwalan digunakan untuk meminimalkan rata-rata waktu alir pada satu prosesor karena waktu proses masing-masing pekerjaan tergantung dari urutan proses. Jika proses 1, 2, 3,...,n dilakukan secara berurutan maka untuk masing-masing waktu proses: t 1 < t 2 < t 3 <...< t n Waktu alir rata-rata dihitung dengan persamaan: 1 1 Fs = (F1 + F2 ) = (t + t + t 2 ) 2 2 dimana: F 1 = t 1 F 2 = t 1 + t 2 Penjadwalan dengan pendekatan SPT dimulai dengan mengurutkan waktu proses pekerjaan dari yang terkecil ke yang terbesar, karena yang waktu prosesnya cepat sudah dikerjakan lebih dahulu, sehingga akan diperoleh jumlah pekerjaan terlambat yang minimal.

33 66 2. Penjadwalan dengan Aturan SPT untuk Meminimalkan Rata-rata Kelambatan pada Satu Prosesor Pada pekerjaan yang mempunyai batas waktu, penjadwalan ditujukan untuk meminimalkan rata-rata kelambatan yang mungkin terjadi. Langkah: 1. Urutkan pekerjaan berdasarkan waktu proses terkecil. 2. Hitung waktu penyelesaian pekerjaan tersebut (Completion Time), yaitu total proses sebelum pekerjaan ditambah dengan waktu proses pekerjaan itu sendiri. 3. Hitung kelambatan (Lateness) masing-masing pekerjaan. 4. Hitung rata-rata kelambatan (Mean Lateness) Penjadwalan Produksi Untuk jangka pendek, dalam rentang periode beberapa hari sampai satu bulan, perusahaan harus melakukan penjadwalan produksi untuk memenuhi order atau permintaan konsumen. Penjadwalan itu untuk melaksanakan rencana agregat dan jadwal induk produksi yang telah dibuat. Penjadwalan yang tidak efektif akan menghasilkan tingkat penggunaan yang rendah dari kapasitas yang ada. Fasilitas, tenaga kerja, dan peralatan akan menunggu (idle) untuk waktu tertentu, karena tidak ada jadwal. Sebagai akibatnya, biaya produksi membengkak. Penjadwalan yang tidak tepat juga

34 67 dapat menyebabkan menurunnya tingkat pelayanan dan banyak hal lain secara tidak langsung. Penjadwalan produksi memiliki beberapa fungsi dalam sistem produksi, aktivitas-aktivitas fungsi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Loading (pembebanan) Bertujuan untuk mengkompromikan antara kebutuhan yang diminta dengan kapasitas yang ada. 2. Sequencing (penentuan urutan) Bertujuan membuat prioritas pengerjaan dalam pemrosesan orderorder yang masuk, meningkatkan peralatan, utilisasi, sumber daya, meminimasi barang ½ jadi dengan meminimasi flow time, serta mengurangi waktu menunggu. 3. Dispatching Yaitu pemberian perintah-perintah kerja ke tiap mesin atau fasilitas lainnya. 4. Pengendalian kinerja penjadwalan, dengan cara : a. Memonitor perkembangan pencapaian pemenuhan order dalam semua sektor b. Merancang ulang sequencing, bila ada kesalahan atau ada prioritas utama baru.

35 68 5. Updating schedules. Pelaksanaan jadwal biasanya selalu ada masalah baru yang berbeda dari saat pembuatan jadwal, maka jadwal harus segera diupdate bila ada permasalahan baru yang memang perlu diakomodasi. Tugas mengalokasikan kapasitas untuk permintaan/order, prioritas job, dan pengendalian jadwal memerlukan informasi terperinci, sebagai input untuk membuat keputusan dalam penjadwalan. Informasi ini berupa operation sheet (skill dan peralatan yang diperlukan, waktu standar, dll) serta bill of material (komponen, part, dan bahan pembantu). Input tersebut harus dilengkapi dengan parameter-parameter pembatas dalam hal kapasitas dalam berkenaan dengan hal-hal berikut : 1. Teknologi pemrosesan (urutan aktivitas) 2. Limit kapasitas (kapasitas normal dan kemampuan maksimal) 3. Rencana agregat untuk persediaan, jumlah tenaga kerja, dan batasan lembur, subkontrak, dll. 4. Kebutuhan pemeliharaan 5. Kelayakan dan jumlah persediaan antar tingkat.

36 69 Variabel keputusan dalam penjadwalan produksi berkenaan dengan penyiapan, pengendalian, dan updating jadwal memuat : 1. Kuantitas pasti dari tenaga kerja yang digunakan harian 2. Setting Adjustable tingkat produksi aktual untuk overtime dan undertime 3. Alokasi spesifik dari order/permintaan ke sumber daya (tenaga kerja, mesin, dan lain-lain) 4. Sequencing (urutan), time phasing, dari pesanan sampai unit produksi.

37 70 Pembatas 1. Kapasitas jangka pendek 2. Kapasitas persediaan penyangga 3. Pemeliharaan kebutuhan 4. Urutan pengerjaan Variabel Keputusan 1. Jumlah TK harian 2. Tingkat produksi harian 3. Pemberian perintah pengerjaan 4. Prioritas urutan pengerjaan INPUT Kebutuhan kapasitas dari: 1. Penerimaan order 2. Permintaan jangka pendek 1. skill 2. peralatan 3. material 4. dll Lembar operasi dan Bill of Material (struktur produk) Sistem Penjadwalan OUTPUT Penentuan Jadwal : 1. Pembebanan pengerjaan 2. Urutan pengerjaan 3. Percepatan pengerjaan 4. Updating dan pengendalian Ukuran Kinerja Penjadwalan = Minimasi Biaya Total Penjadwalan Biaya total Biaya idle Biaya Biaya penjadwalan = akibat utilisasi + kelambatan + adjustment rendah pengiriman jadwal Gambar 2.8 Skema Penjadwalan SUMBER GAMBAR: Laporan Akhir Praktikum PPIC

38 Perhitungan Penjadwalan Metode yang akan digunakan dalam perhitungan penjadwalan produksi, yaitu : 1. Algoritma Johnson Langkah-langkah untuk melakukan algoritma Johnson: 1. Buat daftar waktu proses untuk seluruh pekerjaan yang ada untuk mesin pertama (M-1) dan mesin terakhir (M-2). 2. Cari seluruh waktu proses untuk seluruh pekerjaan. Tentukan waktu proses minimal (ti 1, ti 2 ). 3. Jika waktu proses terminimal berada pada mesin pertama, maka tempatkan pekerjaan tersebut pada posisi pertama; dan apabila berada pada mesin kedua, maka tempatkan pada posisi terakhir. Apabila waktu terminimal terdapat pada dua job, maka pilih sembarang job. 4. Hilangkan pekerjaan yang telah diposisikan dan ulangi kembali langkah 2 dan 3 hingga seluruh pekerjaan telah diurutkan. Aturan Johnson diaplikasikan pada jumlah dari 2 mesin yang pertama dan 2 mesin terakhir untuk waktu proses operasi ke-i dan dilakukan iterasi. Misalnya : Terdapat mesin ke-1 hingga ke-n; Tahap 1 : waktu mesin ke-1 dengan waktu mesin ke-n, Tahap 2 : waktu mesin ke-1+ke-2 dengan waktu mesin ke-n+ke-(n-1),

39 72 Tahap 3 : waktu mesin ke-1+ke-2+ke-3 dengan waktu mesin ke-n + ke(n- 1) + ke(n-2), Dan seterusnya, hingga maksimal akumulasi waktu menjadi 2 mesin terakhir. 1. Dengan menggunakan algoritma Johnson n job 2 mesin, maka dapat dilakukan pengurutan job. 2. Jika k p, lakukan langkah 3 dengan k+1, apabila k = p, maka penghitungan selesai. 3. Menghitung makespan setiap tahap yang ada. 4. Memilih urutan dengan makespan yang terkecil. 2. Metode Campbell, Dudek and Smith (CDS) Metode ini dikembangkan oleh H.G.Campbell, R.A.Dudek dan M.L.Smith yang didasarkan atas algoritma Johnson. Pada bukunya Penjadwalan Mesin (2009, p95), Ginting menyatakan bahwa metode ini pada dasarnya memecahkan persoalan n job pada m mesin flow shop ke dalam m-1 set persoalan dua mesin flow shop dengan membagi m mesin ke dalam dua grup, kemudian pengurutan job pada kedua mesin tadi menggunakan algoritma Johnson. Setelah diperoleh m-1 alternatif urutan job kemudian dipilih urutan dengan makespan terkecil. Setiap pekerjaan atau job yang akan diselesaikan harus melewati proses pada masing-

40 73 masing mesin. Penjadwalan dengan makespan terkecil merupakan urutan pengerjaan job yang paling baik. Langkah-langkah untuk melakukan metode CDS, sebagai berikut: 1. Menyusun matriks n x m dari t ij, di mana n = jumlah job dan m = jumlah mesin, t ij adalah waktu t untuk pengerjaan job i pada mesin kej. 2. Menentukan jumlah urutan penjadwalan (p) yang mungkin terjadi, dimana p m Memulai penjadwalan dengan tahap 1 (k=1). 4. Menghitung waktu untuk masing-masing tahap dengan aturan Johnson Gantt Chart Pada permasalahan proyek yang kompleks, suatu representasi visual yang menunjukkan macam-macam pekerjaan beserta waktu dan nilai uang yang terlibat biasanya sangat membantu pelaksanaan proyek tersebut. Salah satu representasi visual tersebut adalah Bar Chart yang dikembangkan oleh Henry Gantt sekitar tahun 1900, sehingga Bar Chart sering juga disebut sebagai Gantt Chart. Chart ini terdiri dari dua koordinat aksis, dimana satu aksis merepresentasikan waktu yang telah dilalui dan aksis lainnya merepresentasikan pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan. Pekerjaan dinyatakan dalam bentuk batangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9.

41 74 Gambar 2.9 Contoh Gantt Chart SUMBER GAMBAR: Nasution (2006, p343) Panjang dari suatu batang mengindikasikan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu job atau aktivitas. Pada beberapa proyek biasanya terdapat banyak pekerjaan yang dapat dilakukan bersama-sama dan beberapa diantaranya akan diselesaikan sebelum pekerjaan yang lain dimulai. Hal ini berarti bahwa beberapa batang dari Bar Chart tersebut dapat tergambar secara paralel (bila dua atau lebih aktivitas harus dilakukan secara bersamaan) maupun seri (bila suatu aktivitas baru dapat dimulai bila aktivitas pendahulunya telah diselesaikan). Diluar kemampuannya dalam merepresentasikan suatu proyek, Nasution (2006, p343) menyatakan bahwa Gantt Chart mempunyai beberapa keterbatasan yang serius, yaitu:

42 75 1. Saling ketergantungan antar aktivitas. Pada suatu proyek dimana terdapat begitu banyak aktivitas yang dapat dimulai bersama-sama, maka Gantt Chart tidak dapat menunjukkan secara jelas saling ketergantungan antar aktivitas. Hal ini merupakan kelemahan yang serius, padahal pada kenyataannya bahwa dua atau lebih aktivitas yang dijadwalkan pada waktu yang bersamaan tidak berarti aktivitas tersebut saling berhubungan atau saling tergantung. 2. Perkembangan Proyek. Suatu Bar Chart tidak dapat digunakan sebagai alat kontrol karena tidak menunjukkan progress dari pekerjaan. Bila ada perubahan rencana seperti yang banyak terjadi pada suatu proyek berskala besar, maka Bar Chart tidak dapat membantu kita untuk mengetahui hal tersebut. 3. Ketidakpastian. Suatu Bar Chart tidak merefleksikan ketidakpastian atau toleransi dari durasi perkiraan waktu untuk bermacam-macam aktivitas Perencanaan Biaya dan Analisis Ekonomi Teknik Dalam suatu proses pengambilan keputusan melakukan investasi, sangat diperlukan analisa ekonomi yang matang, sebab melibatkan jumlah uang yang tidak sedikit. Tanpa perencanaan ekonomi yang baik, investasi yang dilakukan bisa dipastikan akan merugi. Menurut Pujawan (2004, p2), ada dua jenis investasi yang bisa kita bedakan secara umum antara lain investasi finansial dan

43 76 investasi nyata. Bila seseorang melakukan investasi dengan menyimpan uang atau sumber daya yang dimilikinya dalam bentuk instrumen keuangan seperti saham, obligasi dan yang lainnya, maka ia melakukan investasi finansial. Sedangkan investasi nyata diwujudkan dalam benda-benda (aset) nyata seperti pabrik, peralatan produksi, tanah, dan sebagainya. Dalam bukunya, Pujawan (2004, p145) membagi analisa ekonomi ke dalam 3 bagian, antara lain analisa titik impas, analisa sensitivitas dan analisa resiko. Pada umumnya, berbagai parameter dari model ekonomi teknik seringkali diasumsikan diketahui dengan pasti. Namun kenyataannya, beberapa parameter seperti horizon perencanaan, MARR, aliran kas, dan sebagainya hanya tersedia dalam bentuk estimasi yang masih mengandung ketidakpastian. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidakpastian antara lain: 1. Kemungkinan estimasi yang tidak akurat digunakan dalam studi atau analisa. 2. Tipe bisnis dan kondisi ekonomi masa depan yang tidak menentu. 3. Tipe pabrik dan peralatan yang digunakan. 4. Panjang periode studi (horizon perencanaan) yang dipakai.

44 77 Beberapa cara atau metode yang bisa digunakan untuk menangani ketidakpastian tersebut antara lain: 1 Analisa Titik Impas (Break Even Analysis) Analisa ini digunakan apabila pemilihan alternatif sangat dipengaruhi oleh satu faktor tunggal yang tidak pasti, misalnya utilisasi kapasitas. Titik Impas dari faktor tersebut akan ditentukan sedemikian hingga kedua alternatif sama baiknya ditinjau dari sudut pandang ekonomi. Analisa titik impas merupakan salah satu analisa dalam ekonomi teknik yang sangat populer digunakan terutama pada sektor-sektor industri yang padat karya. 2 Analisa Sensitivitas Analisa Sensitivitas cocok diaplikasikan pada permasalahan yang mengandung satu atau lebih faktor ketidakpastian. Pertanyaan utama yang akan dijawab pada analisa sensitivitas adalah (1) bagaimana pengaruh yang timbul pada ukuran hasil (misalnya nilai NPW) bila suatu faktor individual berubah pada selang X%, dan (2) berapakah besarnya perubahan nilai suatu faktor sehingga mengakibatkan keputusan pemilihan suatu alternatif bisa berubah.

45 78 3 Analisa Resiko Apabila nilai- nilai suatu faktor dianggap mengikuti suatu distribusi probabilitas yang merupakan fungsi dari variabel random maka analisa resiko perlu dilakukan. Dengan mengetahui fungsi distribusi probabilitas dari hasil-hasil yang mungkin dicapai setiap alternatif maka pengambil keputusan akan bisa menentukan keputusan terbaik dengan mempertimbangkan faktor resiko tersebut Analisa Titik Impas Analisa Titik Impas (Break Even Point, BEP) merupakan sarana untuk menentukan kapasitas produksi yang harus dicapai oleh suatu operasi agar memperoleh keuntungan. Dari analisis BEP ini kita dapat menerjemahkan hasilnya ke dalam keputusan-keputusan tentang: 1. Berapa kapasitas mesin yang harus dibeli. 2. Berapa jumlah tenaga kerja yang harus disiapkan. 3. Bagaimana perubahan-perubahan struktur biaya terhadap kuantitas produksi yang menguntungkan. Aplikasi analisis titik impas pada permasalahan produksi biasanya digunakan untuk menentukan tingkat produksi yang bisa mengakibatkan perusahaan berada pada kondisi impas. Untuk mendapatkan titik impas maka

46 79 harus dicari fungsi biaya maupun pendapatannya, dimana total biaya sama dengan total pendapatan. Ada 3 komponen biaya yang dipertimbangkan dalam analisis ini: 1. Biaya- biaya tetap (Fixed Cost) 2. Biaya-biaya variabel (Variable Cost) 3. Biaya-biaya total (Total Cost) Dalam kondisi impas berlaku hubungan sebagai berikut: TC = FC + VC = FC + Cx Jika TR = px Maka TR = TC atau px = FC + cx dimana: FC X = p - c TC = ongkos total untuk membuat X produk FC = ongkos tetap VC = ongkos variabel untuk membuat X produk C = ongkos variabel untuk membuat 1 produk TR = total pendapatan dari penjualan X buah produk P = harga jual per satuan produk X = volume produksi

47 80 Perusahaan akan mendapat untung bila dapat berproduksi di atas X (melampaui titik impas). Hal ini dapat ditunjukkan pada gambar Gambar 2.10 Grafik Titik Impas SUMBER GAMBAR : Manajemen Operasi p Kriteria Kelayakan Usaha Menurut Nasution (2006, p201), pemilihan alternatif, baik untuk sistem parsial seperti mesin-mesin maupun sistem terintegrasi seperti proyek bisnis, mempunyai berbagai kriteria yang akan menunjukkan apakah proyek tersebut layak secara ekonomis (finansial). Beberapa kriteria kelayakan ekonomis yang penting adalah: 1. NPV > 0 2. IRR > MARR 3. B/C > 1

48 81 NPV (Net Present Value = Nilai Bersih Sekarang) dari suatu alternatif investasi merupakan selisih dari nilai sekarang (Present Value, PV) pendapatan dengan pengeluaran dari suatu alternatif dengan tingkat faktor diskon tertentu. Discount factor merupakan angka dari faktor konversi Nilai Kemudian (Future Value, FV) menjadi Nilai Sekarang. Faktor konversi ini bisa dilihat pada tabel ekonomi teknik. NPV = PV (pendapatan) PV (pengeluaran) Dari formulasi diatas maka disimpulkan bahwa suatu alternatif akan layak bila PV dari pendapatannya lebih besar dari PV pengeluarannya. Dalam menghitung PV dari suatu alternatif, kita mengenal suatu metode yang biasa disebut Analisis Nilai Sekarang. Analisis Nilai Sekarang digunakan untuk menentukan nilai ekivalen pada saat ini dari aliran dana (pendapatan dan pengeluaran) di masa datang dari suatu rencana investasi atau aset tertentu. Dengan demikian apabila aliran kas dana di masa datang dapat diperkirakan dengan pasti maka dengan tingkat suku bunga tertentu akan dapat dihitung nilai sekarang dari rencana investasi tersebut. Perumusan yang digunakan adalah: n -t j = C jt (1+ i) t= 0 PV (i) dimana: PV j (i) = nilai sekarang alternatif j pada tingkat suku bunga i C jt = cash flow alternatif j pada tahun ke t

49 82 i n = suku bunga = periode pembungaan Kriteria yang digunakan adalah pilih alternatif dengan nilai sekarang terbesar. Misalkan PV 1 = 1000 dan PV 2 = 1200, maka pilih alternatif 2. Atau jika PV 1 = -634,36 dan PV 2 = -686,46 (tanda negatif menyatakan biaya), maka pilih alternatif 1. Pada analisis nilai sekarang ini, horison perencanaan atau periode analisis sangat penting untuk diperhatikan karena sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Berkenaan dengan periode penelaahan ini dapat dikemukakan bahwa terdapat tiga kemungkinan situasi yang berbeda, yaitu: 1. Masing-masing rencana investasi yang akan diperbandingkan memiliki periode analisis yang sama; atau 2. Masing-masing rencana investasi yang akan diperbandingkan memiliki periode analisis yang berbeda; atau 3. Rencana investasi memiliki periode analisis yang tak terbatas. Selain menggunakan Analisis Nilai Sekarang, pemilihan alternatif bisa dilakukan dengan mengonversikan nilai-nilai aliran kas yang terjadi ke dalam Nilai Tahunan (Annual Value, AV) dan Nilai Mendatang (Present Value, PV) dengan logika yang sama seperti Analisis Nilai Sekarang.

50 83 IRR merupakan tingkat suku bunga yang akan menjadikan nilai sekarang atau nilai tahunan dari net cash flow berharga nol. Jadi IRR adalah i yang membuat: PV n -t j = C jt (1+ i*) = 0 t= 0 atau AE j (i) = PV j (i)(a/p,i*,n) Perbandingan alternatif dengan menggunakan IRR adalah dengan kriteria MARR. MARR (Minimum Atrractive Rate of Return) adalah discount rate yang digunakan untuk menilai usulan investasi. Proyek diterima apabila proyek menghasilkan IRR lebih besar dari MARR. Gambaran tentang penggunaan IRR dan MARR dapat dilihat pada contoh gambar 2.11.

51 84 Gambar 2.11 Konsep IRR dan MARR SUMBER GAMBAR: Nasution (2006, p201) Dengan kriteria IRR > MARR, maka proyek diterima. Berdasarkan skenario itu maka alternatif A pada gambar diatas diterima, sementara alternatif B pada gambar diatas ditolak. PVA (i = MARR) > 0, IRR > MARR proyek A diterima PVB (i = MARR) < 0, IRR < MARR proyek B ditolak Sementara itu perhitungan IRR sendiri dilakukan dengan cara trial dan error (coba-coba) dan ekstrapolasi.

52 85 Kriteria kelayakan ekonomis selanjutnya yaitu perhitungan rasio B/C. Rasio B/C merupakan perbandingan antara nilai ekivalen benefit (manfaat) dengan nilai ekivalen biaya, yang dapat dinyatakan sebagai: PV(benefit) B = atau PV(cos t) AE(benefit) BCR = AE(cos t) Jika BCR>1 maka proyek diterima. Sebaliknya jika BCR<1 maka proyek ditolak.

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 24 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Ilmu pengetahuan tentang bentuk antrian, yang sering disebut sebagai teori antrian (queueing theory) merupakan sebuah bagian penting operasi dan juga alat yang sangat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Fenomena menunggu untuk kemudian mendapatkan pelayanan, seperti halnya nasabah yang menunggu pada loket bank, kendaraan yang menunggu pada lampu merah, produk yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pendahuluan Antrian adalah kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Menunggu di depan loket untuk mendapatakan tiket kereta api, menunggu pengisian bahan bakar,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) 11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi sistematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Formasi baris-baris penungguan ini tentu saja merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. pihak perusahaan PT. Muliapack Intisempurna. Pengumpulan data ini

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. pihak perusahaan PT. Muliapack Intisempurna. Pengumpulan data ini 98 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4. Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu pengumpulan data secara langsung dan secara tidak langsung. Pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Antrian merupakan kejadian yang sering dijumpai dalam kehidupan seharihari. Menunggu di depan kasir untuk membayar barang yang kita beli, menunggu pengisian bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Metode Pengambilan Sampling 2.1.1. Populasi Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Teori Antrian 2.1.1. Sejarah Teori Antrian. Teori antrian adalah teori yang menyangkut studi matematis dari antrian atau baris-baris penungguan. Teori antrian berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Antrian Sistem antrian adalah merupakan keseluruhan dari proses para pelanggan atau barang yang berdatangan dan memasuki barisan antrian yang seterusnya memerlukan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Produksi Secara umum, penjadwalan merupakan suatu proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang merencanakan produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi

Lebih terperinci

11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN

11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN 11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 1 TEORI ANTRIAN 11/1/2016 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 2 Pendahuluan Perhatikan beberapa situasi berikut ini: Kendaraan berhenti berderet-deret

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Persediaan meliputi semua barang dan bahan yang dimiliki oleh perusahaan dan dipergunakan dalam proses produksi atau dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Suatu antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih fasilitas pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam pelayanan ada beberapa faktor penting pada sistem antrian yaitu pelanggan dan pelayan, dimana ada periode waktu sibuk maupun periode dimana pelayan menganggur. Dan waktu dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Teori antrian pertama kali disusun oleh Agner Krarup Erlang yang hidup pada periode 1878-1929. Dia merupakan seorang insinyur Demark yang bekerja di industri telepon.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyelesaian tugas akhir ini digunakan landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang digunakan untuk menyelesaikan masalah yang ada pada perusahaan. 2.1 Sistem Menurut

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menggunakan teori dan model antrian untuk menganalisa operasi 1. Penggunaan teori antrian 2. Struktur masalah antrian 3. Distribusi

Lebih terperinci

Teori Antrian. Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi

Teori Antrian. Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi Teori Antrian Aminudin, Prinsip-prinsip Riset Operasi Contoh Kendaraan berhenti berderet-deret menunggu di traffic light. Pesawat menunggu lepas landas di bandara. Surat antri untuk diketik oleh sekretaris.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Suatu antrian ialah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih fasilitas pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI Edward (1998) menjelaskan bahwa sebuah work center terdiri dari banyak jenis mesin, dan pada kenyataannya work center lebih sering diindikasikan sebagai mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini diuraikan dua subbab yaitu tinjauan pustaka dan landasan teori. Subbab tinjauan pustaka memuat hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Subbab landasan teori memuat

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Penjadwalan Penjadwalan adalah aktivitas perencanaan untuk menentukan kapan dan di mana setiap operasi sebagai bagian dari pekerjaan secara keseluruhan harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 SISTEM PENGELOLAAN STOK BARANG Stok barang dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau dijual pada masa atau periode yang akan datang. Stok barang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar Teori Antrian Dalam kehidupan sehari-hari, antrian (queueing) sangat sering ditemukan. Mengantri sering harus dilakukan jika kita menunggu giliran misalnya mengambil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.

BAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Herjanto (2008:2) mengemukakan bahwa manajemen operasi merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian Ilmu pengetahuan tentang bentuk antrian yang sering disebut dengan teori antrian (queuing theory), merupakan sebuah bagian penting dan juga alat yang sangat berharga

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sebelumnya Rudyanto (2011) melakukan penelitian tentang rancang bangun sistem informasi penjadwalan produksi paving block pada CV. Eko Joyo. Dimana sistem infomasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di. sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di. sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar belakang Dengan semakin meningkatnya persaingan antar perusahaan di sektor perdagangan dan jasa, maka Manajemen operasi memegang peranan penting bagi perusahaan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method)

Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method) Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XVI METODE ANTRIAN (Queuing Method) e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Pendahuluan Teori

Lebih terperinci

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009

Metode Kuantitatif. Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 23 April 2009 Metode Kuantitatif Kuliah 5 Model Antrian (Queuing Model) Dr. Sri Poernomo Sari, ST, MT 3 April 009. Pendahuluan. Struktur Model Antrian (The Structure of Queuing Model) 3. Single-Channel Model 4. Multiple-Channel

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Antrian 2.1.1 Definisi Antrian Antrian adalah suatu garis tunggu dari nasabah yang memerlukan layanan dari satu atau lebih pelayanan. Kejadian garis tunggu timbul disebabkan

Lebih terperinci

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta

Lina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta 1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Sistem Transportasi Suatu sistem transportasi dapat dinyatakan sebagai sebuah rangkaian tindakan yang konsisten yang juga dapat disebut sebagai suatu proyek, dimana dalam

Lebih terperinci

Teori Antrian. Prihantoosa Pendahuluan. Teori Antrian : Intro p : 1

Teori Antrian. Prihantoosa  Pendahuluan.  Teori Antrian : Intro p : 1 Pendahuluan Teori Antrian Prihantoosa pht854@yahoo.com toosa@staff.gunadarma.ac.id Last update : 14 November 2009 version 1.0 http://openstat.wordpress.com Teori Antrian : Intro p : 1 Tujuan Tujuan : Meneliti

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi MODEL ANTRIAN Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Pertemuan Ke- 11 Riani L. JurusanTeknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Pendahuluan Teori antrian merupakan teori yang menyangkut studi matematis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population)

BAB II LANDASAN TEORI. Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Karakteristik Sistem Antrian Ada tiga komponen dalam sistim antrian yaitu : 1. Kedatangan, populasi yang akan dilayani (calling population) 2. Antrian 3. pelayanan Masing-masing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Metode Simulasi 2.1.1 Pengertian Metode Simulasi Simulasi ialah suatu metodologi untuk melaksanakan percobaan dengan menggunakan model dari suatu sistem nyata (Siagian, 1987).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Uji Kecukupan Data Untuk menguji sekumpulan data, terlebih dahulu diperlukan untuk menguji kecukupan jumlah pengamatan yang telah dilakukan. Karena itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).

BAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992). 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manajemen operasional adalah the term operation management BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Manajemen Operasional Krajewski dan Ritzman (2002:6) mengemukakan bahwa manajemen operasional adalah the term operation management refers to the direction

Lebih terperinci

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya

Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Analisis Sistem Antrian Pada Pelayanan Poli Kandungan Dan Ibu Hamil Di Rumah Sakit X Surabaya Zarah Ayu Annisa 1308030058 Dosen Pembimbing : Dra. Sri Mumpuni R., MT PENDAHULUAN Antrian Meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Yang dimaksud pelayanan pada area anti karat adalah banyaknya output pallet yang dapat dihasilkan per hari pada area tersebut. Peningkatan pelayanan dapat dilihat dari

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam

BAB II LANDASAN TEORI. atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan human resource, yang mempunyai fungsi untuk melakukan satu atau beberapa proses operasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam sebuah sistem pelayanan tertentu. Dalam pelaksanaan pelayanan pelaku utama dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena dalam kehidupan sehari-hari yang sering terjadi adalah fenomena penungguan. Fenomena ini biasa terjadi apabila kebutuhan akan suatu pelayanan melebihi

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PELAYANAN DI STASIUN TAWANG SEMARANG DENGAN METODE ANTRIAN

ANALISIS SISTEM PELAYANAN DI STASIUN TAWANG SEMARANG DENGAN METODE ANTRIAN ANALISIS SISTEM PELAYANAN DI STASIUN TAWANG SEMARANG DENGAN METODE ANTRIAN SKRIPSI Oleh: NURSIHAN 24010210110001 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2015 ANALISIS

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management OPERATIONS RESEARCH William J. Stevenson 8 th edition Pendahuluan Analisis antrian pertama kali diperkenalkan oleh A.K Erlang (1913) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. X(t) disebut ruang keadaan (state space). Satu nilai t dari T disebut indeks atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Stokastik Menurut Gross (2008), proses stokastik adalah himpunan variabel acak Semua kemungkinan nilai yang dapat terjadi pada variabel acak X(t) disebut ruang keadaan

Lebih terperinci

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM

MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM MODEL ANTRIAN YULIATI, SE, MM Model Antrian Teori antrian pertama kali diciptakan oleh A.K. Erlang seorang ahli matematik Denmark pada tahun 1909. Sejak itu penggunaan model antrian mengalami perkembangan

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)

PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Program Studi Teknik Industri Universitas Stikubank, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia antonijohanes@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemodelan dan Simulasi Model merupakan representasi sistem dalam kehidupan nyata yang menjadi fokus perhatian dan menjadi pokok permasalakan. Pemodelan dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog

Model Antrian. Tito Adi Dewanto S.TP LOGO. tito math s blog Model Antrian Tito Adi Dewanto S.TP tito math s blog titodewanto@yahoo.com LOGO Intro Menunggu dalam suatu antrian adalah hal yang paling sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari Intro Siapapun yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG)

USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG) USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG) Yudit Christianta 1, Theresia Sunarni 2 12 Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI II. TINJAUAN PUSTAKA A. PENJADWALAN PRODUKSI Menurut Sumayang (2003), penjadwalan adalah mengatur pendayagunaan kapasitas dan sumber daya yang tersedia melalui aktivitas tugas. Perencanaan fasilitas dan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek.

BAB III LANDASAN TEORI. ilmu yang terkait dalam penyelesaian dalam kerja praktek. BAB III LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori digunakan untuk menyelesaikan masalah secara sistematis. Pada bab ini akan membahas landasan teori yang menjelaskan tentang ilmu yang terkait dalam

Lebih terperinci

Riska Sismetha, Marisi Aritonang, Mariatul Kiftiah INTISARI

Riska Sismetha, Marisi Aritonang, Mariatul Kiftiah INTISARI Buletin Ilmiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Volume 6, No. 01 (2017), hal 51-60. ANALISIS MODEL DISTRIBUSI JUMLAH KEDATANGAN DAN WAKTU PELAYANAN PASIEN INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT IBU DAN

Lebih terperinci

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE BRANCH AND BOUND PADA PT. XYZ Saiful Mangngenre 1, Amrin Rapi 2, Wendy Flannery 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar, 90245

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Data Jumlah dan Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien (menit) Waktu Pengamatan

BAB 3 PEMBAHASAN. Tabel 3.1 Data Jumlah dan Rata-Rata Waktu Pelayanan Pasien (menit) Waktu Pengamatan BAB 3 PEMBAHASAN 3.1. Uji Kesesuaian Distribusi Dalam penelitian ini kedatangan pasien diasumsikan berdistribusi Poisson dan waktu pelayanan diasumsikan berdistribusi Eksponensial. Untuk menguji kebenarannya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Antrian 2.1.1 Pendahuluan Antrian merupakan suatu fenomena yang timbul dalam aktivitas manusia. Antrian yang muncul disebabkan oleh aktivitas pelayanan yang tidak diimbangi

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI

BAB 3 LANDASAN TEORI BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Sistem Produksi Secara umum, sistem produksi dapat didefinisikan sebagai suatu proses mengubah masukan (input) sumber daya menjadi barang jadi atau barang setengah

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research)

ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research) 2013 ANALISIS ANTRIAN PADA MCDONALD PUSAT GROSIR CILILITAN (PGC) (Untuk Memenuhi Tugas Operational Research) Disusun oleh: Dian Fitriana Arthati (09.5934), Dede Firmansyah (09.5918), Eka Fauziah Rahmawati

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD

PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi

Lebih terperinci

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X

Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga. ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X Sumbu X (horizontal) memiliki range (rentang) dari minus takhingga ( ) hingga positif takhingga (+ ). Kurva normal memiliki puncak pada X = 0. Perlu diketahui bahwa luas kurva normal adalah satu (sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Teori antrian pertama kali dikemukakan oleh A.K.Erlang, yang menggambarkan model antrian untuk menentukan jumlah optimal dari fasilitas telepon switching yang digunakan untuk melayani

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori

BAB II. Landasan Teori BAB II Landasan Teori Antrian merupakan waktu tunggu yang dialami pelanggan untuk mencapai tujuan, dikarenakan jumlah pelanggan melebihi kapasitas layanan yang tersedia. Waktu tunggu yang terlalu lama

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Sistem Antrian Antrian ialah suatu garis tunggu pelanggan yang memerlukan layanan dari satu/lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

BAB I PENDAHULUAN. investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi ini dengan semakin berkembangnya dunia perdagangan dan investasi, akan mempengaruhi perekonomian Indonesia dimana akan semakin terbuka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive,

BAB II KAJIAN TEORI. dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive, BAB II KAJIAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan tentang dasar-dasar yang digunakan dalam pembahasan model antrean dengan disiplin pelayanan Preemptive, mencangkup tentang teori antrean, pola kedatangan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini

BAB IV PEMBAHASAN. pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini BAB IV PEMBAHASAN Bab ini menguraikan hasil penelitian dan pembahasan untuk menjawab pertanyaan pada perumusan masalah. Hal-hal yang dijelaskan dalam bab ini mencakup pemeriksaan steady state, uji distribusi,

Lebih terperinci

Simulasi Dan Permodelan Sistem Antrian Pelanggan di Loket Pembayaran Rekening XYZ Semarang

Simulasi Dan Permodelan Sistem Antrian Pelanggan di Loket Pembayaran Rekening XYZ Semarang Simulasi Dan Permodelan Sistem Antrian Pelanggan di Loket Pembayaran Rekening XYZ Semarang Yani Prihati Fakultas Ilmu Komputer Universitas AKI Abstract Queuing is a condition in which a group of people,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi

I. PENDAHULUAN. 2.2 Klasifikasi Model Simulasi SIMULASI SISTEM ANTRIAN DI KANTOR BPJS MENGGUNAKAN MATLAB Bella Nurbaitty Shafira 1), Risdawati Hutabarat 2), Winal Prawira 3) Jurusan Teknik Elektro, Universitas Lampung BNShafira@gmail.com, Risdawatihtb@gmail.com,

Lebih terperinci

Metoda Analisa Antrian Loket Parkir Mercu Buana

Metoda Analisa Antrian Loket Parkir Mercu Buana Metoda Analisa Antrian Loket Parkir Mercu Buana Muhamar kadaffi Jurusan Teknik Elektro,Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 E-mail : muhamar10@yahoo.com Abstrak --

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi Menurut Heinzer dan Render (2011;4), manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan

Lebih terperinci

Riset Operasional. Tahun Ajaran 2014/2015 ~ 1 ~ STIE WIDYA PRAJA TANA PASER

Riset Operasional. Tahun Ajaran 2014/2015  ~ 1 ~ STIE WIDYA PRAJA TANA PASER Dari sebuah artikel BUDAYA ANTRI MEMBERI BANYAK MANFAAT, kalimat pembuka dari kata seorang guru di Australia menyatakan, Kami tidak terlalu khawatir jika anak-anak sekolah dasar kami tidak pandai matematika

Lebih terperinci

Penelpon menunggu dilayani. A.K. Erlang tahun Teori Antrian

Penelpon menunggu dilayani. A.K. Erlang tahun Teori Antrian Banyaknya penelpon di waktu sibuk(jam kerja) Operator telepon terbatas Penelpon menunggu dilayani Teoriyang menyangkut studi matematis dari antrianantrian A.K. Erlang tahun 1910 Teori Antrian Proses antrian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Simulasi 2.1.1 Pengertian Simulasi Banyak para ahli yang memberikan definisi tentang simulasi. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut: Emshoff dan Simun (1970), simulasi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY)

BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) BAB 8 TEORI ANTRIAN (QUEUEING THEORY) Analisis pertama kali diperkenalkan oleh A.K. Erlang (93) yang mempelajari fluktuasi permintaan fasilitas telepon dan keterlambatan annya. Saat ini analisis banyak

Lebih terperinci

BAB. Teori Antrian PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB. Teori Antrian PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN BAB 10 Teori Antrian PENDAHULUAN ntrian yang panjang sering kali kita lihat di bank saat nasabah mengantri di teller untuk melakukan transaksi, airport saat para calon penumpang melakukan checkin,

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah

BAB 4 PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS. Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah 7 BAB PENGUJUAN MODEL DAN ANALISIS Untuk keperluan pengujian model dan program komputer yang telah dikembangkan dilakukan pengumpulan data sebagai berikut : 1. Pengujian model dalam masalah job shop dengan

Lebih terperinci