Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tulang Bawang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tulang Bawang"

Transkripsi

1

2 Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-nya Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tulang Bawang telah dapat diselesaikan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan untuk pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP). Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang dalam Penentuan Area Prioritas (Priority Setting) pembangunan sanitasi dilaksanakan dengan menggunakan hasil study Environmental Health Risk Assessment (EHRA), data sekunder yang tersedia dan persepsi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang secara langsung menangani pembangunan sektor sanitasi. Penyusunan Buku Putih Sanitasi ini diharapkan sebagai dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang dijadikan acuan pemutakhiran data Buku Putih Sanitasi untuk penyusunan SSK nantinya. Kami menyadari bahwa Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan perbaikan dari berbagai pihak, terutama yang berpengalaman dalam bidang sanitasi sangat kami harapkan, untuk kesempurnaan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi. Atas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang ini, kami ucapkan terima kasih dengan harapan semoga dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini bermanfaat bagi pembangunan dan pengembangan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang. Menggala, Desember 2014 BUPATI TULANG BAWANG, Ir. HANAN A. ROZAK, M.Si. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang i

3 Buku Putih Sanitasi (BPS) merupakan dokumen yang menjelaskan tentang kondisi sanitasi atau profil sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang yang menjadi salah satu dokumen penting sebagai dasar penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Oleh sebab itu, dalam penyusunannya Buku Putih Sanitasi (BPS) harus mengacu kepada data yang aktual dan mutakhir. Buku Putih Sanitasi Kabupaten merupakan upaya pemerintah untuk memperoleh gambaran awal tentang karakteristik dan kondisi sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi tersebut adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Terkait dengan hal itu pemerintah mendorong kabupaten untuk menyusun Buku Putih Sanitasi (BPS) dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip : (1) berdasarkan data aktual, (2) berskala kabupaten, (3) disusun sendiri oleh kabupaten : dari, oleh, dan untuk kabupaten, (4) menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down, (5) Komprehensif. Dalam penyusunan perencanaan pembangunan sanitasi, tidak dapat dilakukan secara parsial, baik dilihat dari wilayah kerja maupun subsektor yang akan dilakukan. Oleh karena itu, berdasarkan kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang, pelaksanaan wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) maupun Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) adalah seluruh desa / kelurahan di Kabupaten Tulang Bawang, yang terdiri dari 15 Kecamatan dan 151 Desa. Dengan dilakukannya kajian di semua desa/kelurahan diharapkan dapat memberikan gambaran yang utuh mengenai kondisi risiko sanitasi di masing-masing wilayah, sehingga data yang diperoleh nantinya akan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dalam pembangunan di bidang sanitasi atau kebijakan lainnya. Adapun jangka waktu Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang adalah 5 (lima) tahun dan setelah itu akan dilakukan review terhadap pemutakhiran data sanitasi. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang ii

4 Tahapan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi adalah sebagai berikut : (1) Internalisasi dan penyamaan persepsi; (2) Penyiapan profil wilayah; (3) Penilaian profil sanitasi (sanitation assessment); (4) Penetapan prioritas pengembangan sanitasi; (5) Finalisasi Buku Putih. A. Profil Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Dari hasil pemetaan yang dilakukan, telah diperolah gambaran tentang profil sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut : a. Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang kebiasaan masyarakat mencuci tangan dengan sabun pada 5 waktu penting baru dilakukan oleh 17,57 % masyarakat, selebihnya yaitu sekitar 87,87 % masyarakat belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di 5 waktu penting. b. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABs) Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang perilaku Buang Air Besar Sembarangan masih dilakukan oleh 57,11 % masyarakat. Hanya 42,89 % masyarakat Kabupaten Tulang Bawang yang sudah tidak melakukan praktek BABS. c. Pengelolaan Air Minum Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang masih ada sekitar 24,25 % masyarakat yang pengelolaan air minumnya memiliki potensi tercemar pada saat penanganan air maupun pada wadah penyimpanan air minum. Sementara 75,75 % masyarakat sudah aman dalam pengelolaan air minum. d. Pengelolaan Sampah Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa hanya 9,81 % saja masyarakat yang sudah melakukan pengelolaan sampah setempat, sebagian besar masyarakat belum melakukan pengelolaan sampah. Sedangkan layanan pengelolaan sampah rumah tangga secara keseluruhan baru 1,9% yang telah memadai dan 98,1% masih belum memadai. e. Perilaku Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat atau 62,67 % belum mengelola air limbah dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci dengan benar. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang iii

5 B. Permasalahan Mendesak Sub Sektor Air Limbah Domestik 1. Sarana dan prasarana air limbah belum memadai, 53,86 % penduduk di Kabupaten Tulang Bawang belum memiliki jamban bertangki septik aman (belum tersedianya IPLT, masih kurangnya jumlah tangki septik komunal/ MCK komunal). 2. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan air limbah domestik (baru sekedar perda IMB yang digunakan untuk mengendalikan penyediaan sarana pengolahan air limbah domestik on-site / setempat). 3. Belum adanya lembaga yang mengelola air limbah domestik. 4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memiliki jamban bertangki septik aman, dan belum adanya kegiatan penyuluhan atau sosialisasi terkait air limbah secara berkelanjutan. 5. Kurangnya keterlibatan pihak swasta dalam mengurangi permasalahan air limbah di Kabupaten Tulang Bawang. Sub Sektor Persampahan 1. Pengelolaan sampah belum memadai, 98,15% penduduk di Kabupaten Tulang Bawang sampahnya belum terangkut dan terolah (TPA baru melayani sampah di 2 (dua) kecamatan, kapasitas TPA saat ini sudah mencapai 70%). 2. Minimnya dana pemeliharaan dan operasional pengelolaan sampah (anggaran pemda di bawah kebutuhan dan penarikan retribusi belum maksimal). 3. Masih kurangnya kesadaran masarakat dalam mengelola sampah dengan konsep 3R (Reuse, Reduce and Recycle). 4. Belum maksimalnya pihak swasta dalam membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah untuk masyarakat. Sub Sektor Drainase Perkotaan 1. 30,73% pemukiman di Kabupaten Tulang Bawang mengalami banjir secara rutin tiap tahun (sistem drainase belum terkoneksi secara baik, saluran tersier dan sekunder belum terkoneksi/terintegrasi dengan baik. Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah hilir dari sungai Way Tulang Bawang, dimana pada saat musim hujan debit air meningkat sehingga tidak tertampung dan menggenangi sebagian daerah di sekitar sungai. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang iv

6 2. Belum adanya peraturan, kebijakan dan perencanaan terpadu dalam pengelolaan drainase. 3. Masih rendahnya kesadaraan masyarakat dalam menjaga kebersihaan drainase yang terbangun (banyaknya sampah yang berserakan di drainase, bahkan digunakan sebagai tempat sampah). 4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam membentuk lembaga yang peduli terhadap drainase serta unya dukungan dari pihak swasta dalam mendukung pemerintah daerah terkait drainase. C. Area Beresiko Sanitasi Area beresiko sanitasi merupakan hasil penilaian dan analisis tingkat resiko sanitasi suatu wilayah berdasarkan pada data sekunder dan data primer yang dikelompokan menjadi 4 kategori yaitu resiko sangat tinggi, resiko tinggi, resiko sedang dan resiko rendah. Daerah yang memiliki tingkat resiko tinggi dan resiko sangat tinggi merupakan daerah yang menjadi prioritas penanganan untuk jangka pendek dan jangka menengah. Dari hasil penentuan area berisiko sanitasi di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, yang termasuk area berisiko tinggi air limbah domestik sebanyak 15 (Lima belas) kelurahan/desa. Sedangkan kelurahan/desa lainnya mayoritas merupakan area beresiko sedang dan rendah rendah. Untuk sub sektor persampahan, yang masuk kategori beresiko sangat tinggi sebanyak 9 (sembilan) kelurahan/desa dan area beresiko tinggi sebanyak 1 (satu) kelurahan/desa. Area beresiko sanitasi drainase sangat tinggi sebanyak 5 (lima) kelurahan/desa, dan tinggi sebanyak 14 (empat belas) kelurahan/desa dari 151 (seratus lima puluh satu) kelurahan/desa yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang v

7 KATA PENGANTAR... i RINGKASAN EKSEKUTIF... ii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR PETA... xvi BAB I PENDAHULUAN... I Latar Belakang... I Landasan Gerak... I Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi... I Visi dan Misi Kabupaten Tulang Bawang... I Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tulang Bawang... I Maksud dan Tujuan... I Metodologi... I Pendekatan... I Pengumpulan Data... I Sumber Data... I-8 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang vi

8 1.5. Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain... I Manfaat dari Buku Putih... I Peraturan Perundangan... I Kesepakatan tentang posisi, fungsi, maupun peran Buku Putih Sanitasi di antara dokumen perencanaan lain... I-11 BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH... II Geografis Administratif dan Kondisi Fisik... II Kondisi Geografis... II Kondisi Fisik... II Administratif... II Demografi... II Keuangan dan Perekonomian Daerah... II Perkembangan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir... II Realisasi Belanja Sanitasi Daerah 5 Tahun Terakhir... II Pendanaan Sanitasi oleh APBD 5 Tahun Terakhir... II Realisasi Belanja Sanitasi per Kapita... II Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi per Komponen... II Peta Perekonomian Kabupaten 5 Tahun Terakhir... II Tata Ruang Wilayah... II Rencana Struktur Ruang Wilayah... II Rencana Pola Ruang Wilayah... II Sosial dan Budaya... II Kelembagaan Pemerintah Daerah... II Organisasi Pemerintah Daerah... II Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Sanitasi... II Komunikasi dan Media... II-32 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang vii

9 BAB III PROFIL SANITASI WILAYAH... III Wilayah Kajian Sanitasi... III Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi... III Tatanan Rumah Tangga... III Tatanan Sekolah... III Pengelolaan Air Limbah Domestik... III Kelembagaan... III Sistem dan Cakupan Pelayanan... III Peran Serta Masyarakat... III Komunikasi dan Media... III Peran Swasta... III Pendanaan dan Pembiayaan... III Permasalahan Mendesak... III Pegelolaan Persampahan... III Kelembagaan... III Sistem dan Cakupan Pelayanan... III Peran Serta Masyarakat... III Komunikasi dan Media... III Peran Swasta... III Pendanaan dan Pembiayaan... III Permasalahan Mendesak... III Pengelolaan Drainase Perkotaan... III Kelembagaan... III Sistem dan Cakupan Pelayanan... III Peran Serta Masyarakat... III Komunikasi dan Media... III Peran Swasta... III Pendanaan dan Pembiayaan... III Permasalahan Mendesak... III-81 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang viii

10 3.6. Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi... III Pengelolaan Air Bersih... III Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga... III Pengelolaan Limbah Medis... III-88 BAB IV PROGRAM PENGEMBANGAN SANITASI SAAT INI DAN YANG DIRENCANAKAN... IV Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi... IV Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik... IV Peningkatan Pengelolaan Persampahan... IV Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan... IV Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi... IV-13 BAB V AREA BERISIKO SANITASI... V-1 LAMPIRAN Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang ix

11 Halaman Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang... II-2 Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah kelurahan... II-4 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Penduduk dan Kepadatannya 5 tahun terakhir... II-8 Jumlah Penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun... II-9 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Tulang Bawang Tahun II-10 Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Tulang Bawang Tahun II-12 Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Tulang Bawang Tahun II-13 Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Tulang Bawang Tahun II-14 Tabel 2.9 Tabel 2.10 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita... II-14 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Tulang Bawang Tahun II-15 Tabel 2.11 Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Tulang Bawang... II-27 Tabel 2.12 Tabel 2.13 Jumlah penduduk miskin per kecamatan... II-28 Jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang... II-29 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang x

12 Tabel 2.14 Tabel 2.15 Tabel 3.1 Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi... II-32 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi... II-33 Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Tingkat Sekolah Dasar/ MI... III-10 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah... III-11 PHBS Terkait Sanitasi pada Sekolah Dasar/MI... III-11 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik... III-13 Tabel 3.5 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Tulang Bawang... III-15 Tabel 3.6 Cakupan layanan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang... III-21 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik... III-29 Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat... III-30 Tabel 3.9 Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh masyarakat... III-32 Tabel 3.10 Penyedia Layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Tulang Bawang... III-34 Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi air limbah domestik... III-36 Tabel 3.12 Tabel 3.13 Tabel 3.14 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah... III-36 Permasalahan Mendesak... III-37 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan... III-39 Tabel 3.15 Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Tulang Bawang... III-41 Tabel 3.16 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang... III-47 Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang... III-58 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang xi

13 Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat... III-59 Tabel 3.19 Tabel 3.20 Pengelolaan sarana persampahan oleh masyarakat... III-60 Peran Swasta dalam penyediaan layanan pengelolaan Persampahan... III-61 Tabel 3.21 Tabel 3.22 Tabel 3.23 Tabel 3.24 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Persampahan... III-62 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah... III-62 Permasalahan Mendesak... III-63 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Perkotaan... III-66 Tabel 3.25 Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Tulang Bawang... III-67 Tabel 3.26 Tabel 3.27 Luas Genangan... III-71 Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten Tulang Bawang... III-76 Tabel 3.28 Daftar Program/kegiatan Drainase Perkotaan Berbasis Masyarakat... III-77 Tabel 3.29 Pengelolaan Sarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat... III-78 Tabel 3.30 Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase perkotaan yang ada di Kabupaten... III-79 Tabel 3.31 Tabel 3.32 Tabel 3.33 Tabel 3.34 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Drainase Perkotaan... III-80 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan... III-80 Permasalahan Mendesak... III-81 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan di Kabupaten Tulang Bawang... III-86 Tabel 3.35 Pengelolaan limbah industri rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang... III-87 Tabel 3.36 Tabel 4.1 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas-Fasilitas Kesehatan... III-88 Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait sanitasi tahun IV-3 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang xii

14 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Kegiatan PHBS terkait sanitasi yang sedang berjalan... IV-3 Rencana Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik tahun IV-5 Tabel 4.4 Kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan... IV-5 Tabel 4.5 Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan tahun IV-7 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan... IV-8 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase perkotaan tahun IV-10 Tabel 4.8 Kegiatan pengelolaan drainase perkotaan yang sedang berjalan... IV-11 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Rencana program dan kegiatan saat ini... IV-14 Kegiatan yang sedang berjalan... IV-15 Tabel 5.1 Area berisiko sanitasi komponen Air Limbah Domestik... V-6 Tabel 5.2 Area berisiko sanitasi komponen Persampahan... V-7 Tabel 5.3 Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase... V-8 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang xiii

15 Halaman Gambar 2.1 Gambar 2.2 Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang... II-30 SKPD Yang Memiliki Keterkaitan Tupoksi Langsung/ Tidak Langsung dalam Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang... II-4 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Grafik CTPS di 5 (lima) Waktu Penting... III-5 Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS... III-6 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penangan air)... III-7 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 3.7 Grafik Pengolahan Sampah Setempat... III-7 Grafik Pencemaran karena SPAL... III-8 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja... III-16 Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman... III-17 Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan Air Limbah Domestik... III-20 Gambar 3.9 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang... III-33 Gambar 3.10 Gambar 3.11 Gambar 3.12 Gambar 3.13 Grafik Pengelolaan Persampahan... III-43 Grafik Pengangkutan Sampah... III-44 Diagram Sistem Sanitasi Pegelolaan Persampahan... III-46 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang... III-60 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang xiv

16 Gambar 3.14 Grafik Presentase Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin... III-68 Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Perkotaan... III-70 Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang... III-78 Gambar 3.17 Grafik Akses terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak... III-85 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang xv

17 Halaman Peta 2.1 Peta 2.2 Peta 2.3 Peta 2.4 Peta 3.1 Peta 3.2 Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang... II-5 Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang... II-4 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tulang Bawang... II-25 Rencana Pola Ruang Kabupaten Tulang Bawang... II-26 Wilayah Kajian Sanitasi... III-2 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik... III-18 Peta 3.3 Peta 3.4 Peta Cakupan Layanan Persampahan... III-45 Peta Jaringan Drainase dan Wilayah Genangan Kabupaten Tulang Bawang... III-69 Peta 3.5 Peta 5.1 Layanan Cakupan Air Bersih (atau peta jaringan PDAM)... III-84 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik... V-3 Peta 5.2 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan... V-4 Peta 5.3 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase... V-5 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang xvi

18 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) atau tujuan pembangunan milenium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189 negara anggota PBB untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan yaitu : 1. menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; 2. mencapai pendidikan dasar untuk semua; 3. mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan; 4. menurunkan angka kematian anak; 5. meningkatkan kesehatan ibu; 6. memerangi penyebaran HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya; 7. kelestarian lingkungan hidup; 8. serta membangun kemitraan global dalam pembangunan. Sektor sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang sering kali kurang mendapatkan perhatian dan menjadi prioritas pembangunan di beberapa daerah. Hal ini bertolak belakang dengan pentingnya sektor sanitasi yang juga merupakan salah satu pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan tingkat kualitas hidup dan kemiskinan. Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan berpengaruh terhadap menurunnya kualitas lingkungan hidup serta tercemarnya sumber air bersih yang digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan lebih jauh lagi terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan keseluruhan pada umumnya dan di daerah permukiman miskin pada khususnya. Lebih jauh lagi kondisi tersebut dapat menurunkan citra kabupaten/kota. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 1

19 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP), yang merupakan salah satu formulasi strategis pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dalam menjawab berbagai persoalan sosial masyarakat khususnya masalah sanitasi. Peningkatan kualitas sanitasi adalah pemenuhan hak dasar masyarakat karena masyarakat yang merupakan obyek pemerintah yang harus diurus dan dilayani. Realita sosial masyarakat yang kian tak kunjung selesai khususnya masalah sanitasi dalam 3 (tiga) komponen pembangunan sanitasi dan satu prilaku anatara lain : Masalah limbah domestik, Masalah persampahan dan Masalah drainase lingkung serta PHBS, hal ini membutuhkan perhatian bagi pemerintah daerah untuk lebih memprioritaskan ketiga komponen ini membutuhkan upaya yang maksimal dari pemerintah baik pusat maupun daerah dan semua sosial masyarakat, seperti dikemukakan diatas bahwa penigkatan kualitas sanitasi adalah pemenuhan hak stakeholder untuk mencapai tujuan. hal ini menjadi tantangan baik pemerintah pusat dan daerah untuk mencapai terget dalam Millenium Development Goals (MDGs), yang membebaskan separuh jumlah penduduk dari BABs (Bebas Buang Air Besar Sembarangan) Pada tuhun Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Terkait dengan hal itu pemerintah mendorong agar setiap kabupaten/kota untuk menyusun Buku Putih dan Strategi Sanitasi Kota yang memiliki karakteristik : 1) Berdasarkan data actual; 2) Berskala kabupaten; 3) Disusun sendiri oleh kabupaten : dari, oleh, dan untuk kabupaten; 4) Menggunakan pendekatan top down meets bottom up; 5) Komprehensif dan berskala kabupaten. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang adalah pelaksana dan tim administrasi program PPSP Kabupaten Tulang Bawang dengan personil dari berbagai dinas dan kantor dilingkungan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang yang didukung oleh stakeholder pembangunan terkait sanitasi seperti unsur lembaga pendidikan dan lembaga swadaya masyarakat. Pokja Sanitasi inilah yang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 2

20 menjadi garda depan operasional PPSP. Dalam pelaksanaan tugasnya, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang melakukan pertemuan untuk mengkaji, menganalisa, dan mengumpulkan data primer dan sekunder untuk memetakan sanitasi skala Kabupaten Tulang Bawang. Hasil-hasil tersebut disajikan dalam dokumen profil sanitasi kota yang disebut Buku Putih Sanitasi (BPS). Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi sanitasi yang dijadikan dasar dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK). Tujuan disusunnya Buku Putih ini adalah untuk menyediakan dasar dan acuan bagi dimulainya pekerjaan pengembangan sanitasi yang lebih terintegrasi. Disamping itu, buku ini juga nantinya dapat menjadi panduan kebijakan kota/daerah dalam kegiatan pengelolaan sanitasi, termasuk didalamnya adalah penetapan prioritas dalam pengembangan sanitasi skala kota mencakup strategi sanitasi, rencana tindak serta anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi yang lebih lanjut akan dituangkan dalam Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) tahun Pada masa yang akan datang laporan dalam buku ini akan diperbaharui sebelum SSK yang baru akan disusun, artinya BPS ini akan mengikuti kemajuan rencana-rencana dalam hal pengembangan sanitasi kabupaten/kota. Rangkaian awal dalam penyusunan Dokumen Perencanaan Sanitasi adalah Penulisan Buku Putih Sanitasi. Buku Putih tersebut berisikan informasi yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi di Kabupaten/Kota sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi dimasa mendatang. Tahapan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi antara lain : 1. Internalisasi dan penyamaan persepsi; 2. Penyiapan profil wilayah; 3. Penilaian profil sanitasi (sanitation assessment); 4. Penetapan prioritas pengembangan sanitasi; 5. Finalisasi buku putih. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 3

21 1.2. Landasan Gerak Definisi dan Ruang Lingkup Sanitasi Sanitasi diartikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada tingkat rumah tangga maupun pada lingkungan perumahan dan terbagi kedalam 3 (tiga) sub sektor antara lain air limbah, persampahan, dan drainase tersier. Menurut Program Percepatan Sanitasi Permukiman (PPSP), 2010 sanitasi diartikan sebagai suatu proses multi-langkah, dimana berbagai jenis limbah dikelola dari titik timbulan (sumber limbah) ke titik pemanfaatan kembali atau pemrosesan akhir. Berdasarkan pada Buku Opsi Sistem dan Teknologi Sanitasi (TTPS, 2010), sanitasi adalah upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat baik pada tingkat rumah tangga maupun pada lingkungan perumahan. Sanitasi terbagi ke dalam 3 (tiga) sub sektor yaitu air limbah, persampahan dan drainase. Berikut disajikan uraian terkait dengan sub sektor sanitasi. 1. Pengelolaan air limbah Sistem pengelolaan air limbah dikelompokkan antara lain : a. Sistem setempat air limbah (blak and grey water) langsung diolah setempat. Sistem setempat bisa kering atau basah. Sistem kering tidak memakai air untuk membersihkan kotoran. Sedangkan sistem basah menggunakan air untuk membersihkan kotoran dan sistem basah ini yang umum digunakan di Indonesia. Pada sistem setempat yang memadai dibutuhkan ceruk atau tangki untuk menampung endapan tinja dan tergantung pada permeabilitas tanah untuk menapis air limbah ke dalam tanah. Tangki septik memerlukan pembuangan endapan tinja secara berkala (2-4 tahun). Endapan tinja yang terkumpul harus diangkut dan diolah di instalasi pengolahan yang dirancang untuk ini (instalasi pengolahan lumpur tinja atau IPLT). b. Sistem terpusat, sistem ini biasanya dikelola oleh Pemerintah Daerah atau badan milik swasta resmi yang mengalirkan black dan grey water secara bersamaan. Sistem ini umumnya menyertakan WC gelontor yang tersambung ke saluran limbah. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 4

22 c. Sistem sanitasi hibrida, sistem ini masih menahan solid di dalam bak penampungannya, tetapi mengalirkan limbah cairnya ke sistem pengumpulan/koleksinya. Sistem hibrida bisa dikoneksikan ke kloset sistem simbur ataupun sentor yang dialirkan lebih dulu ke interseptor sebelum dihubungkan dengan jaringan pipa air limbah. Sebagaimana tangki septik biasa, lumpur dalam bak penampung tetap harus dikuras ke IPLT. 2. Pengelolaan persampahan Pengelolaan sampah dibagi ke dalam dua aktivitas utama yaitu pengumpulan dan pemrosesan akhir. Berdasarkan UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, untuk pemrosesan akhir digunakan sistem controlled dan sanitary landfill. Sedangkan untuk sistem open dumping sudah tidak diperkenankan lagi. Pengumpulan sampah dibedakan menjadi pengumpulan langsung atau perorangan (dari pintu ke pintu) dan tidak langsung atau komunal (ditimbun pada TPS atau kontainer). 3. Pengelolaan drainase Drainase perkotaan dibedakan menjadi, sebagai berikut : a. Drainase makro yang terdiri dari drainase primer dan sekunder yang umumnya dioperasikan oleh Provinsi atau Balai. Drainase ini berupa sungai, drainase/saluran primer dan sekunder. b. Drainase tersier/mikro yang umumnya direncanakan, dibangun dan dirawat oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dan bahkan sering pula melibatkan masyarakat. Fungsi ganda pada drainase tersier yaitu (1) sebagi tempat pembuangan dan pengaliran grey water dan juga black water sepanjang tahun dan (2) sebagai penyalur air hujan/limpasan saat musim hujan tiba Visi dan Misi Kabupaten Tulang Bawang Mengacu pada Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Tulang Bawang Tahun diharapkan mampu mewujudkan keterpaduan, integrasi perencanaan, sinkronisasi program dan penentuan prioritas dalam pembangunan pelaksanaan daerah. Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Tulang Bawang meliputi : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 5

23 1. Rencana Program Investasi Infrastruktur Sektor Pengembangan Permukiman; 2. Rencana Program Investasi Infrastruktur Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan; 3. Rencana Program Investasi Infrastruktur Sektor Penyehatan Lingkungan Permukiman yang meliputi 2 sub sektor yaitu : Rencana Program Investasi Infrastruktur Sub Sektor Air Limbah; Rencana Program Investasi Infrastruktur Sub Sektor Persampahan; Rencana Program Investasi Infrastruktur Sub Sektor Drainase; 4. Rencana Program Investasi Infrastruktur Sektor Sistem Penyediaan Air Minum Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tulang Bawang Tahun disusun untuk kurun waktu 20 tahun mendatang, pengembangan ruang Kabupaten Tulang Bawang mengacu pada hierarki fungsional sesuai dengan RTRWN dan selaras dengan RTRW Provinsi antara lain : Pusat Kegiatan Nasional (PKN), Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dan Pusat Kegiatan Lokal (PKL). Dalam penyusunannya, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang harus mengacu pada RTRWN dan RTRWP, pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang penataan ruang, dan RPJP daerah. Selain itu penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten juga harus memperhatikan : 1. Perkembangan permasalahan provinsi dan hasil pengkajian implikasi penataan ruang kabupaten; 2. Upaya pemerataan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi kabupaten; 3. Keselarasan aspirasi pembangunan kabupaten; 4. Daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup; 5. RPJP daerah; 6. RTRW Kabupaten yang berbatasan; 7. Rencana tata ruang kawasan strategis kabupaten. Tujuan dari RTRW Kabupaten Tulang Bawang dengan mempertimbangkan visi misi daerah, potensi yang dimiliki dan permasalahan yang saat ini sedang dihadapi adalah : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 6

24 untuk mewujudkan tata ruang wilayah kabupaten yang aman, sejahtera, mandiri dan berketahanan pangan berbasis agribisnis dengan memperhatikan pemerataan pembangunan wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tulang Bawang ini, yaitu untuk memberikan informasi awal yang lengkap tentang situasi dan kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang saat ini dengan melakukan pemetaan zona/kawasan pengembangan sanitasi berkawasan kota dan memahami secara detail Kerangka pembangunan dan pengelolaan sanitasi secara terpadu, sistematis dan berkelanjutan sebagai dasar untuk membuat perencanaan pengembangan sanitasi di masa yang akan datang. Tujuan dari penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tulang Bawang ini adalah : 1. Memberikan informasi sarana sanitasi yang ada saat ini; 2. Sebagai dasar untuk melakukan analisis situasi dalam perencanaan pembangunan dilihat dari segala aspek, sehingga zona sanitasi prioritas dapat ditetapkan berdasarkan urutan potensi risiko kesehatan lingkungan/area risiko sanitasi; 3. Sebagai bahan informasi bagi seluruh pemangku kepentingan dalam bersinergi dan menjalankan perannya untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi ke depan; 4. Memberikan bahan dasar penetapan kebijakan daerah dalam pengelolaan sanitasi di masa yang akan datang berdasarkan target prioritas yang disepakati bersama. 5. Bahan masukan dalam penyusunan Startegi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) Metodologi Pendekatan Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, Pendekatan yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 7

25 1. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masingmasing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, baik langsung maupun tidak langsung, yaitu data primer dan sekunder, proposal, laporan, foto, rencana strategis dan peta; 2. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas SKPD terkait untuk klarifikasi data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat; 3. Hasil studi terkait dengan sanitasi dari berbagai organisasi pemerintah Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan proses seleksi dan kompilasi data primer dan sekunder. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan verifikasi data. Teknik kajian dokumen dipergunakan oleh tim untuk mengkaji data yang tersedia. Data-data tersebut digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan sanitasi Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang meliputi data sekunder dan data primer. Berikut disajikan uraian terkait dengan sumber data yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang. 1. Data sekunder, meliputi : Arsip dan dokumen terkait dengan pelaksanaan pembangunan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang yang berasal dari Badan Perencana Pembangunan Daerah Kabupaten Tulang Bawang, Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang, Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tulang Bawang, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Tulang Bawang dan dinas/instansi terkait lainnya meliputi (data statistik, Kabupaten Tulang Bawang Dalam Angka proposal, laporan, foto-foto lapangan); Dokumen perencanaan meliputi Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Tulang Bawang, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tulang Bawang dan dokumen perencanaan lainnya. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 8

26 2. Data Primer, merupakan data yang diperoleh dari lapangan yang meliputi data dari survey Pemberdayaan Masyarakat dengan Pelibatan Jender dan Kemiskinan (PMJK) dan Aspek Promosi Higiene, Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA), Studi Komunikasi dan Pemetaan Media dan Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/EHRA), Studi Kelembagaan dan Studi Keuangan Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain Manfaat dari Buku Putih Buku Putih Sanitasi merupakan dokumen yang berisi hasil pengkajian dan pemetaan kondisi sanitasi yang merupakan informasi awal bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK). Dengan adanya Buku Putih Sanitasi ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut : 1. Diketahuinya kondisi menyeluruh sanitasi kabupaten saat ini yang menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan sanitasi, hal ini dapat dicapai karena Buku Putih disusun dari kompilasi berbagai data terkait sanitasi Kabupaten Tulang Bawang; 2. Adanya pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang yang lebih jelas dan tepat sasaran; 3. Buku Putih dapat dijadikan acuan Strategi Sanitasi Kota karena Buku Putih Sanitasi juga menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi Kota (SSK); 4. Buku Putih dapat dijadikan rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya dibidang sanitasi; 5. Karena Buku Putih memuat strategi pengembangan sanitasi serta prioritas penanganan sanitasi, maka Buku Putih juga dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi; 6. Karena Buku Putih memuat kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang saat ini, maka dokumen ini dapat digunakan juga sebagai pedoman untuk mengukur sejauh mana pencapaian pembangunan di bidang sanitasi. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 9

27 Peraturan Perundangan Dasar hukum yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya; 2. Undang-Undang RI Nomor 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman; 3. Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah; 4. Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 5. Undang-Undang RI Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 6. Undang-Undang RI Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 7. Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 8. Undang-Undang RI Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 9. Undang-Undang RI Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 10. Undang-Undang RI Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 11. Undang-Undang RI Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang; 12. Undang-Undang RI Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah 13. Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisi Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL); 14. Peraturan Pemerintah RI Nomor 16 tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 15. Keputusan Presiden RI Nomor 7 tahun 2004 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ; 16. Peraturan Menteri PU Nomor 494/PRT/M/2005 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Perumahan dan Permukiman; 17. Peraturan Menteri PU Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Sistem Penyediaan Air Minum; 18. Peraturan Menteri PU Nomor 21/PRT/M/2006 tentang Kebijakan Nasional Strategi Pengembangan (KNSP) Sistem Pengelolaan Persampahan; Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 10

28 19. Keputusan Menteri PU Nomor 69/PRT/1995 Tentang Pedoman Teknis Dampak Lingkungan Proyek Bidang Pekerjaan Umum; 20. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 21. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; 22. Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor : 03 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup; 23. Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor : 01 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Propinsi Lampung Tahun ; 24. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor : 04 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Tahun ; 25. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Nomor 05 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Kesepakatan tentang posisi, fungsi, maupun peran Buku Putih Sanitasi di antara dokumen perencanaan lain. Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang. POKJA Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang tahun 2014 telah menyepakati posisi, fungsi, maupun peran Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang sebagai berikut : 1) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang berperan sebagai database kondisi sanitasi Kabupaten Tulang Bawang saat ini. 2) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang diposisikan sebagai acuan untuk perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten (SSK). 3) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang difungsikan sebagai masukkan dalam menyusun dokumen perencanaan lain seperti RPJPD, RPJMD, Renstra, dan RTRW yang terkait sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB I 11

29 2.1. Geografis Administratif dan Kondisi Fisik Kondisi Geografis Setelah dikeluarkannya Undang Undang Nomor 49 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Mesuji dan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka terjadi pemekaran 2 (dua) daerah otonomi baru, dan Kabupaten Tulang Bawang sebagai Kabupaten Induk. Administrasi pemerintah Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2010 terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan dan 151 kampung/kelurahan dengan luas wilayah sebesar 3.466,32 Km 2. Secara geografis Kabupaten Tulang Bawang terletak antara 40 08' ' Lintang Selatan dan ' Bujur Timur. Kabupaten Tulang Bawang mempunyai Kecamatan terluas dan terkecil, Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dentes Teladas (± 19,78 %), sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Meraksa Aji (± 2,73 %). Akan tetapi dari segi kepadatan penduduk eksisting, penduduk lebih terkonsentrasi di pusat-pusat kegiatan, seperti di Kecamatan Banjar Agung, Kecamatan Banjar Margo, Kecamatan Rawajitu Selatan serta Kecamatan Menggala. Sedangkan kecamatan lainnya masih rendah, yang menandakan perlunya suatu intervensi perencanaan untuk mencapai efisiensi penggunaan sumber daya dan efisiensi alokasi distribusi sumber daya. Kabupaten Tulang Bawang memiliki potensi yang tinggi untuk perkembangan sektor pertanian sebab sebagian besar sungai-sungai yang mengalir dari barat ke timur berpotensi untuk pengembangan irigasi, sungaisungai yang dimaksud antara lain Way Tulang Bawang. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 1

30 Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Nama DAS Luas (Ha) Way Tulang Bawang Way Kiri Way Rarem Way Abung Way Sabuk Way Kanan Way Besai Way Umpu Way Pisang Way Giham Way Neki Way Tahmi Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka Kondisi Fisik Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah yang mengalami siklus musiman dengan dominasi kondisi basah di mana bulan Desember merupakan bulan terbasah di Kabupaten Tulang Bawang. Daerah basah terdapat di bagian Barat atau hulu sungai, sedangkan daerah yang kering terdapat di bagian Timur mendekati pantai. Kondisi topografi Kabupaten Tulang Bawang merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terbentuknya hamparan rawa di daerah sepanjang aliran sungai sebelah hulu yang mengindikasikan adanya sistem drainase alam yang kurang baik secara permanen. Ketersediaan air yang paling rendah di Kabupaten Tulang Bawang terjadi pada bulan Juli dan Agustus sehingga pada bulan-bulan tersebut pada umumnya terjadi kekeringan khususnya di wilayah pantai. Hal ini ditandai dengan ketersediaan hujan yang relatif rendah (75 mm/bulan) dan lama hari tidak hujan mencapai 16 hari (rerata). Kondisi ini mempengaruhi kualitas air setempat terutama pada kualitas air sungai yang ditandai dengan adanya intrusi air laut yang semakin ke hulu. Hal ini akan berpengaruh terhadap situasi dan kondisi peri kehidupan masyarakat dan tata kehidupan flora dan fauna. Suhu udara disuatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut dari permukaan air laut dan jarak dari pantai. Tahun 2011, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 2

31 suhu udara rata-rata siang hari berkisar antara 27,0 C sampai 29,9 C sedangkan suhu udara pada malam hari berkisar antara 21,0 C sampai 23,7 C. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Maret yaitu mencapai 320 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus 0 mm. Kabupaten Tulang Bawang beriklim tropis dengan musim hujan dan musim kemarau berganti sepanjang tahun. Temperatur rata-rata 31 C. Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah amat basah, dengan perbandingan devisit air bulan. Kenyataan ini menunjukan bahwa budidaya sawah dengan harapan produksi sedang atau kurang optimal, atau apabila diusahakan secara luas memerlukan usaha dan pertimbangan ketat dalam menentukan jadwal tanamannya. Guna mendapatkan keandalan dalam budidaya sawah perlu dikembangkan jenis padi lokal dengan suplai air berasal dari tadah hujan. Secara topografi Kabupaten Tulang Bawang dapat dibagi dalam 4 (empat) unit topografi, yaitu : 1. Daerah dataran hingga dataran bergelombang Merupakan daerah dataran sampai dengan dataran bergelombang, berada pada kemiringan antara 15% 30% yang dimanfaatkan untuk area pertanian, perkebunan dan cadangan pengembangan transmigrasi. 2. Daerah Rawa Daerah Rawa terdapat di sepanjang Pantai Timur dengan ketinggian 0 1 m yang merupakan muara dari Way Tulang Bawang dan Way Mesuji. Rawa-rawa tersebut terdapat di 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rawajitu Timur, Rawajitu Selatan dan Kecamatan Dente Teladas. Daerah-daerah tersebut merupakan areal yang cukup produktif untuk pengembangan budidaya tambak dan perikanan laut. 3. Daerah River Basin Terdapat 2 River Basin yang utama yaitu River Basin Tulang Bawang dan River Basin sungai-sungai kecil lainnya. Daerah ini berupa cekungan yang memungkinkan untuk diisi air pada musim penghujan membentuk rawarawa atau lebung-lebung. Pada areal River Basin Way Tulang Bawang dengan anak-anak sungainya membentuk pola aliran dendritic. Daerah ini memiliki luas Km² dengan panjang 753 Km yang digunakan untuk pengembangan tambak udang. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 3

32 4. Daerah Alluvial Daerah ini tertetak di pinggir pantai timur yang merupakan bagian hilir (down steem) dari sungai besar yaitu Way Tulang Bawang dan Way Mesuji yang dimanfaatkan untuk pelabuhan dan areal persawahan pasang surut. Di lokasi Rawa Pitu telah dimanfaatkan areal seluas ± Ha dan ± 20,000 Ha (Rawa Pitu I dan II) Administratif Batas wilayah administratif Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Mesuji Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur Sebelah Timur : berbatasan dengan kawasan pantai (Laut Jawa) Sebelah Barat : berbatasan dengan Kabupaten Tulang Bawang Barat Secara administratif Kabupaten Tulang Bawang terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan dan 151 kampung/kelurahan dengan luas wilayah sebesar 3.466,32 km 2. Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per-kecamatan dan jumlah kelurahan Nama Kecamatan Jumlah Kelurahan/Desa Luas Wilayah Administrasi Terbangun (Ha) (%) thd total (Ha) (%) thd total Banjar Agung ,00 6, ,43 15,28 Banjar Margo ,00 3,84 903,00 9,14 Banjar Baru ,00 3,84 557,75 7,29 Gedung Aji ,00 3,30 173,00 4,43 Penawar Aji ,00 3,01 13,00 0,33 Meraksa Aji ,00 2,73 62,00 1,59 Menggala ,00 9, ,00 10,15 Penawar Tama ,00 6,07 201,00 5,15 Rawajitu Selatan ,00 3,58 125,00 3,20 Gedung Meneng ,00 18,96 651,00 9,68 Rawajitu Timur ,00 5,10 353,30 6,05 Rawa Pitu ,00 4,88 336,00 8,61 Gedung Aji Baru ,00 2,75 190,72 4,77 Dente Teladas ,00 19,78 250,00 6,41 Menggala Timur ,00 5,58 387,06 7,92 Jumlah , , Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka 2013 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 4

33 Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 5

34 Peta 2.2 Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 6

35 2.2. Demografi Berdasarkan hasil Estimasi Penduduk Tahun 2013, jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang sebesar jiwa/orang. Dengan luas wilayah 3.466,32 km 2 dan jumlah penduduk sebanyak jiwa berarti tingkat kepadatan penduduk mencapai 121 jiwa/km 2, jumlah dan kepadatan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang terlihat dalam Tabel di bawah ini. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Dente Teladas dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa (14,41% dari jumlah penduduk keseluruhan), sedangkan tingkat kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Banjar Margo dengan tingkat kepadatan 299 jiwa/km 2. Demikian sebaliknya jumlah penduduk terendah ada di Kecamatan Menggala Timur dengan jumlah penduduk jiwa (3,22 % dari jumlah penduduk keseluruhan), sedangkan tingkat kepadatan penduduk terendah berada di Kecamatan Gedung Meneng dengan tingkat kepadatan 59 jiwa/ km 2. Ilustrasi kondisi demografi Kabupaten Tulang Bawang dalam 3 tahun terakhir disajikan dalam Tabel 2.3. Jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun tertentu di waktu yang akan datang dapat diperkirakan/diproyeksikan dengan menggunakan persamaan : P n = P o (1+r) t Dimana : P n = jumlah penduduk tahun akhir P 0 = jumlah penduduk tahun awal r n = pertumbuhan penduduk = tahun perhitungan Dengan menggunakan persamaan di atas, proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang untuk 5 tahun ke depan disajikan dalam Tabel 2.4. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 7

36 Tabel 2.3 Jumlah penduduk dan kepadatannya 5 tahun terakhir Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2 ) Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun Banjar Agung (27,6) 14,5 1,1 6,3 2, Banjar Margo ,7 26,8 1,1 4,0 3, Banjar Baru (18,9) 3,9 0,6 5,1 2, Gedung Aji ,7 5,4 9,5 5,9 1, Penawar Aji ,7 (6,8) 1,1 4,9 1, Meraksa Aji ,7 (3,7) 1,3 9,8 1, Menggala (40,1) 32,2 1,1 13,2 1, Penawar Tama ,7 (5,0) 1,1 5,1 2, Rawajitu Selatan ,7 9,9 1,1 2,8 (0,5) Gedung Meneng ,7 39,4 1,1 2,5 1, Rawajitu Timur ,7 (5,9) (2,4) (41,9) (0,3) Rawa Pitu ,7 5,4 1,2 20,7 1, Gedung Aji Baru ,7 5,5 1,1 1,8 2, Dente Teladas ,7 25,1 1,1 (0,6) 1, Menggala Timur ,3 (45,6) 1,2 8,9 3, Jumlah ,0 9,8 1,1 2,1 1, Sumber Data : Tulang Bawang Dalam Angka 2010, 2011, 2012, 2013 dan BPS Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 8

37 Tabel 2.4 Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun Jumlah Penduduk Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan (%) Kepadatan Penduduk (Jiwa/km 2 ) Nama Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun Banjar Agung (2,4) 29,3 (21,7) 16,1 2, Banjar Margo (11,0) 43,2 (21,7) 13,6 3, Banjar Baru ,3 17,4 (22,1) 14,8 2, Gedung Aji (0,9) 19,1 (15,2) 15,6 1, Penawar Aji ,5 5,2 (21,7) 14,6 1, Meraksa Aji ,1 8,8 (21,6) 19,9 1, Menggala (20,2) 49,4 (21,7) 23,6 1, Penawar Tama ,9 7,3 (21,7) 14,8 2, Rawajitu Selatan ,8 24,2 (21,7) 12,3 (0,5) Gedung Meneng (16,4) 57,5 (21,7) 12,0 1, Rawajitu Timur ,4 6,3 (24,4) (36,5) (0,3) Rawa Pitu (6,3) 19,0 (21,7) 31,8 1, Gedung Aji Baru ,4 19,1 (21,7) 11,2 2, Dente Teladas (3,8) 41,3 (21,7) 8,6 1, Menggala Timur ,0 (38,6) (21,7) 19,0 3, Jumlah ,4 24,0 (21,7) 11,6 1, Sumber Data : Tulang Bawang Dalam Angka 2010, 2011, 2012, 2013 dan BPS Kabupaten Tulang Bawang, Data Diolah Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 9

38 2.3. Keuangan dan Perekonomian Daerah Perkembangan Realisasi APBD 5 Tahun Terakhir Realisasi APBD Kabupaten Tulang Bawang selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi yang cukup signifikan. Fluktuasi tersebut terjadi pada pendapatan, belanja maupun surplus/defisit daerah. Ringkasan realisasi APBD Kabupaten Tulang Bawang selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut : Tabel 2.5 Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Tulang Bawang Tahun No Realisasi Anggaran Tahun Rata-rata Pertumbuhan A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) , , , , ,00 0,12 a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) , , , , ,00 (0,06) a.1.1 Pajak Daerah , , , , ,00 0,38 a.1.2 Retribusi Daerah , , , , ,00 2,91 a.1.3 Hasil Pengolahan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan , , , , ,00 0,90 a.1.4 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , , , , ,00 (0,19) a.2 Dana Perimbangan (Transfer) , , , , ,00 0,22 a.2.1 Dana Bagi Hasil , , , , ,00 0,14 a.2.2 Dana Alokasi Umum , , , , ,00 0,22 a.2.3 Dana Alokasi Khusus , , , , ,00 0,24 a.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah , , , , ,00 (0,07) Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 10

39 B Belanja (b1 + b.2) , , , , ,00 0,11 b.1 Belanja Tidak Langsung , , , , ,00 0,06 b.1.1 Belanja Pegawai , , , , ,00 0,07 b.1.2 Subsidi , , ,00 - b.1.3 Hibah , , , , ,00 (0,14) b.1.4 Bantuan Sosial, Parpol , , , , ,00 (0,13) b.1.5 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kota dan Pemerintah Desa , , , , ,00 0,33 b.1.6 Belanja Tidak Terduga , , , , ,00 0,07 b.2 Belanja Langsung , , , , ,00 0,18 b.2.1 Belanja Pegawai , , , , ,00 0,63 b.2.2 Belanja Barang dan Jasa , , , , ,00 0,17 b.2.3 Belanja Modal , , , , ,00 0,12 C Pembiayaan , , , , ,00 (0,16) Surplus/Defisit Anggaran ( ,50) ( ,46) ( ,00) ( ,00) ( ,00) (0,16) Sumber : Realisasi APBD tahun , diolah Realisasi Belanja Sanitasi Daerah 5 Tahun Terakhir Realisasi belanja sanitasi Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Rp ,- menjadi sebesar Rp ,- ditahun Dinas Pekerjaan Umum menempati peringkat tertinggi untuk belanja sanitasi sebesar Rp ,- pada tahun 2010 dan terus meningkat pada tahun 2014 menjadi Rp ,- dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,17 %, untuk peringkat terendah realisasi belanja sanitasi adalah Dinas Kesehatan yaitu sebesar Rp ,- pada tahun 2010 dan meningkat menjadi Rp ,- pada tahun 2014 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,03 %. Untuk Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.6 berikut : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 11

40 Tabel 2.6 Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Tulang Bawang Tahun No SKPD Tahun Rata2 pertumbuhan 1 Bappeda 0,00 0,00 0,00 0, ,00-1.a Investasi 0,00 0,00 0,00 0, ,00-1.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-2 Pekerjaan Umum (PU) , , , , ,00 0,17 2.a Investasi , , , , ,00 0,17 2.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-3 Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah , , , , ,00 0,12 3.a Investasi , , , , ,00 0,12 3.b operasional/pemeliharaan (OM) , , , , ,00 0,17 4 Dinas Kesehatan , , , , ,00 0,03 4.a Investasi , , , , ,00 0,03 4.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-5 SKPD Lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-5.a Investasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-5.b operasional/pemeliharaan (OM) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-5 Belanja Sanitasi ( n) , , , , ,00 0,17 6 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+ na) Sumber : Realisasi APBD tahun , diolah Keterangan : investasi termasuk didalamnya pembangunan sarana prasaranan, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi , , , , ,00 0,17 7 Pendanaan OM (1b+2b+3b+ nb) , , , , ,00 0,17 8 Belanja Langsung , , , , ,00 0, Proporsi Belanja Sanitasi - Belanja Langsung (5/8) Proporsi Investasi Sanitasi Total Belanja Sanitasi (6/5) Proporsi OM Sanitasi Total Belanja Sanitasi (7/5) 0,8 0,6 0,7 0,8 0,8 0,0 99,2 99,3 99,1 99,3 99,2 0,0 0,8 0,7 0,9 0,7 0,8 0,0 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 12

41 Pendanaan Sanitasi oleh APBD 5 Tahun Terakhir Realisasi Belanja Sanitasi oleh APBD Kabupaten Tulang Bawang terus mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebesar Rp ,- menjadi sebesar Rp ,- pada tahun 2014, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 0,46 %. Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi Oleh APBD Kabupaten Tulang Bawang Tahun No URAIAN BELANJA SANITASI (Rp) Rata-rata Pertumbuhan 1 Belanja Sanitasi ( ) , , , , ,00 0, Air Limbah Domestik , , , , ,00 0, Sampah rumah tangga , , , , ,00 0, Drainase perkotaan , , , , ,00 0, PHBS , , , , ,00 0,03 2 Dana Alokasi Khusus ( ) , , , , ,00 0, DAK Sanitasi , , , , ,00 0, DAK Lingkungan Hidup , , , , ,00 0, DAK Perumahan dan Permukiman 0,00 0,00 0, , ,00-3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00-4 Bantuan Keuangan Provinsi untuk Sanitasi 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3) Total Belanja Langsung % APBD murni terhadap Belanja Langsung , , , , ,00 1, , , , , ,00 0,18 0,06 0,12 0,15 0,18 0,20 0,46 Sumber : APBD tahun , diolah Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 13

42 Realisasi Belanja Sanitasi per Kapita Realisasi belanja sanitasi per kapita Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2010 sebesar Rp ,- dan terus meningkat hingga Rp ,- di tahun 2014 atau meningkat rata-rata sebesar Rp ,60,-. Belanja sanitasi per kapita Kabupaten Tulang Bawang 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten Tulang Bawang Tahun No D e s k r i p s i Tahun Rata-rata 1 Total Belanja Sanitasi Kab. Tulang Bawang , , , , , ,60 2 Jumlah Penduduk , , , , , ,51 Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2) 4.601, , , , , ,29 Sumber Data: APBD dan BPS, diolah Realisasi dan Potensi Retribusi Sanitasi per Komponen Realisasi dan Potensi retribusi sanitasi per komponen dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Air Limbah a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Retribusi Sampah , , , , ,00 0,88 2.a Realisasi retribusi , , , , ,00 (0,55) 2.b Potensi retribusi , , , , ,00 3,40 3 Retribusi Drainase a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) Proporsi Total Realisasi Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) , , , , ,00-0, , , , , ,00 3,00 Sumber Data : Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Tulang Bawang 1,76 1,00 0,37 0,50 0,18-0,72 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 14

43 Peta Perekonomian Kabupaten 5 Tahun Terakhir Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Tulang Bawang merupakan gambaran potensi wilayah Kabupaten Tulang Bawang sekaligus kemampuan pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dalam suatu proses produksi. Berdasarkan harga konstan PDRB Kabupaten Tulang Bawang mengalami peningkatan, pada tahun 2014 PDRB Kabupaten Tulang Bawang sebesar Rp ,- atau meningkat sebesar 5.32 % dibanding tahun 2013 yang sebesar Rp ,-. Data perekonomian daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut: Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten Tulang Bawang Tahun Tahun No D e s k r i p s i PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.) Pendapatan Perkapita Kab. Tulang Bawang (Rp.) Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,13 6,19 5,50 6,93 5,32 Sumber Data : Tulang Bawang Dalam Angka 2013, BPS (untuk tahun 2014 data proyeksi) 2.4. Tata Ruang Wilayah Perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota bertujuan mewujudkan ruang wilayah kabupaten/kota yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya upaya-upaya yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari RTRW perlu dituangkan dalam bentuk arah kebijakan, dengan memperhatikan rumusan tujuan penataan ruang, kapasitas sumber daya wilayah dan kebijakan penataan ruang nasional dan provinsi, dengan demikian alternatif kebijakan yang harus ditempuh terkait dengan tujuan yang ingin dicapai adalah : a. pengembangan produk unggulan pertanian untuk menunjang pengembangan agribisnis; b. peningkatan peran dan fungsi perkotaan secara berhirarki; Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 15

44 c. peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana wilayah yang terpadu dan merata; d. pemeliharaan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kegiatan di dalamnya; dan e. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara. Mengacu pada klausul kebijakan yang telah dirumuskan di atas serta dikaitkan dengan program pembangunan yang tertuang dalam RPIJM Kabupaten Tulang Bawang, maka strategi penataan ruang adalah sebagai berikut : 1. Strategi pengembangan produk unggulan pertanian untuk menunjang pengembangan agribisnis : a. mengembangkan komoditas kelapa sawit, karet, tebu dan ubi kayu di wilayah tengah dan barat kabupaten; b. mengembangkan perikanan budidaya di wilayah timur kabupaten; c. mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional; d. memperluas lahan pertanian tanaman pangan; e. mengembangan jaringan irigasi; f. mengembangkan pusat-pusat kegiatan agropolitan; dan g. mengembangkan kawasan industri berbasis perikanan. 2. Strategi peningkatan peran dan fungsi perkotaan secara berhirarki : a. meningkatkan peran Perkotaan sesuai hirarki masing-masing; b. mengembangan sarana wilayah di kawasan perkotaan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing perkotaan; dan c. mendorong interaksi antar wilayah dengan mengembangkan spesifikasi masing-masing perkotaan. 3. Strategi peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana wilayah yang terpadu dan merata : a. meningkatkan akses antar wilayah dan kawasan perkotaan; b. mengembangkan prasarana transportasi sesuai hirarki masing-masing; c. mengembangkan sistem transportasi antar moda; d. mengembangkan dan membangun pembangkit listrik serta memperluas sistem jaringan sampai ke pelosok; Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 16

45 e. mengembangkan dan membangun prasarana telekomunikasi serta memperluas jangkauan pelayanan; f. mengembangkan dan membangun sistem prasarana lainnya secara terpadu; dan g. menyediakan prasarana penunjang penanggulangan bencana disertai sistem peringatan dini. 4. Strategi pemeliharaan kawasan lindung untuk menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup dan kegiatan di dalamnya : a. menetapkan luas dan fungsi kawasan lindung; b. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun; c. mengendalikan dampak pembuangan limbah; d. menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup; e. melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang ada dan akan berkembang; dan f. merehabilitasi lahan kritis. 5. Strategi untuk peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara : a. mendukung penetapan kawasan pertahanaan dan keamanan di wilayah kabupaten; b. mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan pertahanaan dan keamanan untuk menjaga fungsi pertahanan keamanan; c. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar pertahanaan dan keamanan dengan kawasan budidaya terbangun; dan d. turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan keamanan. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 17

46 Rencana Struktur Ruang Wilayah Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Tulang Bawang telah dituangkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Tulang Bawang tahun Pola persebaran kegiatan, kondisi kecenderungan pergerakan penduduk dan karakteristik fisik lahan dapat direncanakan satu pola pengembangan perwilayahan kawasan secara hirarkis sebagai berikut : 1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) PKW terdapat di Perkotaan Menggala di Kecamatan Menggala, berfungsi sebagai pusat pemerintahan, pusat pendidikan dan pusat pelayanan kesehatan. 2. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) PKL terdapat di Perkotaan Unit II Banjar Agung di Kecamatan Banjar Agung yang berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan pusat perdagangan dan jasa. 3. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) PKLp terdapat di Perkotaan Teladas di Kecamatan Dente Teladas diarahkan perkembangannya sebagai kawasan industri dan kawasan minapolitan. 4. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) PPK terdapat di : a. Perkotaan Batang Hari di Kecamatan Rawa Pitu yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan dan kawasan agropolitan; b. Perkotaan Medasari di Kecamatan Rawajitu Selatan yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pertanian, perdagangan dan jasa; c. Perkotaan Bumi Dipasena Mulya di Kecamatan Rawajitu Timur yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan kecamatan, kawasan tambak strategis, kawasan minapolitan, industri dan pergudangan; d. Perkotaan Gedung Aji di Kecamatan Gedung Aji yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan, perkebunan dan pariwisata; e. Perkotaan Karya Bhakti di Kecamatan Meraksa Aji yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan kesehatan; f. Perkotaan Bogatama di Kecamatan Penawar Tama yang berfungsi Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 18

47 sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan; g. Perkotaan Sidomukti di Kecamatan Gedung Aji Baru yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan; h. Perkotaan Gedung Meneng di Kecamatan Gedung Meneng yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan, dan kesehatan; i. Perkotaan Gedung Rejo Sakti di Kecamatan Penawar Aji yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan; j. Perkotaan Agung Dalem di Kecamatan Banjar Margo yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan; k. Perkotaan Kahuripan Jaya di Kecamatan Banjar Baru yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan dan kesehatan; dan l. Perkotaan Lebuh Dalem di Kecamatan Menggala Timur yang berfungsi sebagai pemerintahan kecamatan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan dan pariwisata. 5. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) PPL terdapat di : a. Perdesaan Pasiran Jaya di Kecamatan Dente Teladas yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pertanian, perikanan dan perdagangan dan jasa; b. Perdesaan Panca Karsa Purna Jaya di Kecamatan Banjar Baru yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pertanian dan perkebunan; dan c. Perdesaan Sungai Luar di Kecamatan Manggala Timur yang berfungsi sebagai pusat kegiatan pertanian, perkebunan dan pariwisata. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 19

48 Rencana Pola Ruang Wilayah Rencana pola ruang adalah rencana gambaran letak, ukuran, fungsi dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung. Isi rencana pola ruang adalah deliniasi (batas-batas) kawasan kegiatan sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam kawasan budidaya dan deliniasi kawasan lindung, dengan demikian secara prinsip rencana pola ruang Kabupaten Tulang Bawang dapat dipilah menjadi dua kawasan utama yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. 1. Kawasan Lindung Kawasan lindung di Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas ± Ha meliputi : a. kawasan perlindungan setempat; b. kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya; dan c. kawasan rawan bencana alam. Kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk pemanfaatan tanah yang dapat menjaga kelestarian jumlah, kualitas dan penyebaran tata air dan kelancaran pengaturan air serta pemanfaatannya, adapun kawasan perlindungan setempat di wilayah kabupaten terdiri atas : a. kawasan sempadan pantai; b. kawasan sempadan sungai; c. kawasan sekitar mata air; dan d. ruang terbuka hijau (RTH). Kawasan Sempadan pantai yang meliputi wilayah dataran sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondosi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi kearah darat sebagian lokasi. Kawasan sempadan pantai di wilayah kabupaten dengan luas kurang lebih hektar terdapat di sepanjang pantai wilayah kabupaten meliputi : a. Kecamatan Rawajitu Timur; dan b. Kecamatan Dente Teladas. Kawasan sempadan sungai diperuntukkan untuk melindungi sungai dari aktivitas manusia yang dapat dimungkinkan untuk mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai serta Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 20

49 mengamankan aliran sungai. Penetapan garis sepadan sungai untuk kawasan non permukiman sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri kanan sungai besar, dan 50 meter di kiri kanan anak sungai. Untuk kawasan permukiman disiapkan sekurang kurangnya meter cukup untuk dibangun jalan inspeksi. Kawasan sempadan sungai berjarak maksimal 100 meter dari badan sungai dengan luas kurang lebih Ha meliputi : a. Kecamatan Menggala; b. Kecamatan Menggala Timur; c. Kecamatan Gedung Meneng; d. Kecamatan Gedung Aji; e. Kecamatan Meraksa Aji; f. Kecamatan Penawar Aji; g. Kecamatan Rawa Pitu; h. Kecamatan Rawajitu Timur; dan i. Kecamatan Dente Teladas. Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air dilakukan untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan sekitarnya. Kawasan sekitar mata air terdapat di seluruh kecamatan di wilayah kabupaten ditetapkan dengan radius 100 meter dari mata air. Kawasan RTH berada di seluruh kawasan perkotaan meliputi : a. RTH publik berupa taman kota, taman pemakaman umum, hutan kota dan jalur hijau sepanjang jalan, sungai, dan pantai dengan luas kurang lebih Ha atau ± 21 % dari seluruh perkotaan; dan b. RTH privat berupa kebun atau halaman rumah/gedung milik masyarakat/swasta yang ditanami tumbuhan dengan luas kurang lebih Ha atau ± 11 % dari luas seluruh perkotaan. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 21

50 Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan kawasan cagar budaya di Kabupaten Tulang Bawang terdiri atas : a. kawasan suaka alam; dan b. kawasan cagar budaya. Kawasan suaka alam ditetapkan dengan kriteria kawasan yang memiliki keanekaragaman biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang khas baik di darat maupun di perairan dan mempunyai fungsi utama sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman jenis biota, ekosistem, serta gejala dan keunikan alam yang terdapat di dalamnya. Kawasan suaka alam di Kabupaten Tulang Bawang meliputi : kawasan perlindungan satwa Rawa Pacing yang berada di Kecamatan Menggala Timur dan Kecamatan Gedung Aji yang pelaksanaannya diatur melalui ketentuan dan perundangundangan yang berlaku. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan ditetapkan dengan kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Kawasan cagar budaya di Kabupaten Tulang Bawang, meliputi : a. kawasan areal pemukiman asli (kampung adat lampung) di Kecamatan Menggala Timur; b. kawasan makam leluhur di Kecamatan Menggala; dan c. kawasan sejarah Tangga Raja di Kecamatan Menggala dan Kecamatan Gedung Aji. Kawasan rawan bencana alam meliputi : a. kawasan rawan banjir; b. kawasan rawan puting beliung; c. kawasan rawan longsor; dan d. kawasan rawan abrasi. Kawasan rawan banjir ditetapkan dengan kriteria kawasan yang diidentifikasikan sering dan/atau berpotensi tinggi mengalami bencana alam banjir. Kawasan rawan banjir meliputi : a. Kecamatan Menggala; b. Kecamatan Menggala Timur; c. Kecamatan Gedung Aji; Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 22

51 d. Kecamatan Gedung Aji Baru; e. Kecamatan Gedung Meneng; f. Kecamatan Rawajitu Timur; g. Kecamatan Rawajitu Selatan; h. Kecamatan Dente Teladas; dan i. Kecamatan Rawa Pitu. Kawasan rawan puting beliung meliputi : a. Kecamatan Banjar Margo; b. Kecamatan Banjar Agung; c. Kecamatan Dente Teladas; dan d. Kecamatan Menggala. Kawasan rawan tanah longsor ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Kawasan rawan longsor di Kabupaten Tulang Bawang terdapat dibeberapa kecamatan diantaranya : a. Kecamatan Menggala; b. Kecamatan Menggala Timur; c. Kecamatan Gedung Aji; d. Kecamatan Gedung Aji Baru; e. Kecamatan Gedung Meneng; f. Kecamatan Rawajitu Timur; g. Kecamatan Rawajitu Selatan; h. Kecamatan Dente Teladas; dan i. Kecamatan Rawa Pitu. Kawasan rawan abrasi meliputi : a. Kecamatan Dente Teladas, dan b. Kecamatan Rawajitu Timur. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 23

52 2. Kawasan Budidaya Kawasan budidaya di Kabupaten Tulang Bawang memiliki luas ± Ha meliputi : a. kawasan peruntukan hutan rakyat; b. kawasan peruntukan pertanian; c. kawasan peruntukan perikanan; d. kawasan peruntukan pertambangan; e. kawasan peruntukan industri; f. kawasan peruntukan pariwisata; g. kawasan peruntukan permukiman; h. kawasan peruntukan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan i. kawasan peruntukan lainnya. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 24

53 Peta 2.3 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 25

54 Peta 2.4 Rencana Pola Ruang Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 26

55 2.5. Sosial dan Budaya Kondisi Sosial Budaya daerah dapat dilihat dari beberapa aspek, mulai dari pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Pendidikan sangatlah penting untuk kemajuan sebuah bangsa, karena pendidikan menyangkut masa depan sebuah Negara, maka dari itu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan. Tingkat kemajuan pendidikan dapat dilihat dari data fasilitas pendidikan atau jumlah sekolah yang ada di sebuah wilayah tersebut. Jumlah sekolah yang berdiri di Kabupaten Tulang Bawang sampai dengan tahun 2013 adalah sebanyak 205 Sekolah Dasar (SD), 88 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), 28 Sekolah Menengah Atas (SMA), 24 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), 25 Madrasah Ibtidaiyah (MI), 33 Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan 12 Madrasah Aliyah (MA) yang tersebar di 15 Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang seperti yang tersaji pada Tabel 2.11 berikut : Tabel 2.11 Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Tulang Bawang Jumlah Sarana Pendidikan Nama Kecamatan Umum Agama SD SLTP SMA SMK MI MTs MA Banjar Agung Banjar Margo Banjar Baru Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas Menggala Timur Jumlah Sumber : Tulang Bawang Dalam Angka 2013 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 27

56 Selain pendidikan dan kesehatan, faktor kesejahteraan masyarakat sangatlah berpengaruh bagi kondisi sosial budaya suatu daerah.terutama tingkat kemiskinan yang merupakan salah satu faktor utama suksesnya kinerja pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhikebutuhan dasar. Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Tabel 2.12 Jumlah penduduk miskin per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah keluarga miskin (KK) Banjar Agung Banjar Margo Banjar Baru 575 Gedung Aji 942 Penawar Aji 919 Meraksa Aji 770 Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur 406 Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas Menggala Timur Jumah Sumber: Tulang Bawang Dalam Angka 2013 Pertumbuhan penduduk akan selalu diikuti dengan pertumbuhan hunian tempat tinggal yang merupakan kebutuhan pokok manusia. Jumlah rumah di Kabupaten Tulang Bawang sampai tahun 2013 disajikan dalam Tabel Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 28

57 Tabel 2.13 Jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Nama Kecamatan Jumlah Rumah (Unit) Banjar Agung Banjar Margo Banjar Baru Gedung Aji Penawar Aji Meraksa Aji Menggala Penawar Tama Rawajitu Selatan Gedung Meneng Rawajitu Timur Rawa Pitu Gedung Aji Baru Dente Teladas Menggala Timur Jumah Sumber : Tulang Bawang Dalam Angka Kelembagaan Pemerintah Daerah Organisasi Pemerintah Daerah Pembentukan kelembagaan pemerintah daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Dalam kebijakan tersebut tergambar bahwa perangkat daerah terbagi atas lima unsur, yaitu : 1. Unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam Sekretariat; 2. Unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk Inspektorat; 3. Unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk Badan; 4. Unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik; 5. Unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 29

58 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang BUPATI WAKIL BUPATI DPRD SEKRETARIAT DAERAH STAF AHLI BUPATI SEKRETARIAT DPRD DINAS DAERAH : LEMBAGA TEKNIS DAERAH : LEMBAGA LAIN : 1. DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN 2. DINAS PEKERJAAN UMUM 3. DINAS PENDIDIKAN 4. DINAS KESEHATAN 5. DINAS KOPERASI, UKM, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN 6. DINAS PERHUBUNGAN 7. DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI 8. DINAS PASAR 9. DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA 10. DINAS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI 11. DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA 12. DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMASI 13. DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN 14. DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 15. DINAS PENDAPATAN 16. DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL 1. INSPEKTORAT 2. BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH 3. BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 4. BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMKAM/KEL 5. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KB 6. BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DAERAH 7. BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH 8. BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 9. BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH 10. BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH 11. KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI 12. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA 1. BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN 2. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 3. BP4K 4. SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI 5. SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KECAMATAN KELURAHAN Gambar ukuran A3 terlampir Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 30

59 Pemangku Kepentingan dalam Pengelolaan Sanitasi Dalam pengelolaan dan pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang, beberapa satuan kerja perangkat daerah terlibat di dalamnya dan melaksanakan pembangunan sanitasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Secara ringkas, hubungan kerja SKPD yang terlibat dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang digambarkan dalam bagan berikut : Gambar 2.2 SKPD Yang Memiliki Keterkaitan Tupoksi Langsung/Tidak Langsung dalam Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 31

60 2.7. Komunikasi dan Media Peran aktif media dalam pengelolaan sanitasi sangat dibutuhkan untuk menjembatani pesan pesan kunci dari pemerintah Kabupaten Tulang Bawang dan pihak peduli sanitasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pembangunan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang perlu terus ditingkatkan kegiatan komunikasi tersebut dengan memaksimalkan peran seluruh media yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Kegiatan komunikasi terkait sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang selama lima tahun terakhir disajikan dalam Tabel 2.14 sebagai berikut : Tabel 2.14 Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Media komunikasi dan kerjasama terkait sanitasi dengan pihak non pemerintah yang ada di Kabupaten Tulang Bawang masih sangat kurang. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian oleh pemerintah Kabupaten Tulang Bawang terhadap sektor sanitasi. Selain itu, belum adanya penanganan sektor sanitasi secara komprehensif menjadi salah satu penyebab kurangnya kerjasama terkait sanitasi. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 32

61 Rincian media komunitasi dan kerjasama terkait sanitasi disajikan dalam tabel 2.15 sebagai berikut : Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi Sumber : Dinas Kesehatan dan BLHD Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB II 33

62 Penilaian Profil Sanitasi merupakan gambaran lengkap dan menyeluruh baik teknis maupun nonteknis dan mencakup berbagai aspek tentang sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang baik yang bersumber dari data primer maupun sekunder. Secara umum kondisi pengelolaan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang masih belum memadai hal ini dikarenakan beberapa faktor, utamanya masih terbatasnya infrastruktur pengelolaan sanitasi seperti masih belum maksimalnya pengelolaan persampahan disebabkan oleh Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) belum layak, dari sisi cakupan pelayanan persampahan juga masih terbatas pada kawasan perkotaan hal ini dikarenakan armada pengangkutan sampah masih minim. Sektor pengelolaan air limbah domestik juga demikian, sampai saat ini sarana Instalasi Pengelolaan Air limbah (IPAL) maupun Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT) belum ada di Kabupaten Tulang Bawang Kecuali di RSUD Menggala yang sudah memiliki IPAL. Untuk sub sektor pengelolaan drainase perkotaan sampai saat ini, belum berjalan sesuai dengan rancangan masterplan drainase Kabupaten Tulang Bawang, sehingga intervensi program sub sektor drainase tidak terencana dengan baik. Pengelolaan sanitasi meliputi promosis hiegiene dan sanitasi, pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan pengelolaan drainase. Selain itu ada juga komponen lain yang terkait dengan sanitasi adalah pengelolaan air bersih/minum, pengelolaan limbah industri rumah tangga dan pengelolaan limbah medis Wilayah Kajian Sanitasi Wilayah kajian dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Tulang Bawang meliputi seluruh wilayah di Kabupaten Tulang Bawang, yang terdiri dari 15 (lima belas) kecamatan, 147 (seratus empat puluh tujuh) desa dan 4 (empat) kelurahan. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 1

63 Peta 3.1 Wilayah Kajian Sanitasi Tabel 3.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah (tingkat sekolah/setara : SD/MI) Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 2

64 3.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Sanitasi Banyak masalah kesehatan yang ada di negeri kita Indonesia, termasuk timbulnya Kejadian Luar Biasa yang erat kaitannya dengan perilaku masyarakat itu sendiri. Sebagai contoh Diare dimana penyebab utamanya adalah rendahnya perilaku hidup bersih dan sehat seperti kesadaran akan buang air besar yang belum benar (tidak di jamban), cuci tangan pakai sabun masih sangat terbatas, minum air yang tidak sehat, dan lain-lain. Promosi Higiene dan Sanitasi merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui proses pembelajaran dari-oleh-untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Secara khusus kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi bertujuan untuk menurunkan angka penyakit berbasis air dan lingkungan melalui peningkatan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk merencanakan dan melaksanakan program pengembangan cakupan sanitasi melalui pengembangan jamban keluarga dan pembangunan sarana sanitasi di masyarakat, dan sekolah melalui Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) terkait Stop Buang Air Besar Sembarangan (STOP BABS) dan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS). Namun dalam rangka pengendalian penyakit berbasis lingkungan secara menyeluruh, ada 5 lingkup sasaran perilaku yang harus dijadikan sasaran yaitu promosi STOP BABS, promosi CTPS, kampanye pengelolaan air minum dan makanan yang aman, kampanye pengelolaan sampah dengan benar, kampanye pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman. Upaya penerapan Prohisan dilakukan melalui tiga strategi berikut : 1. Advokasi Kesehatan, yaitu pendekatan kepada para pimpinan atau pengambil keputusan agar dapat memberikan dukungan, kemudahan, perlindungan pada upaya pembangunan kesehatan. 2. Bina Suasana, yaitu upaya untuk menciptakan suasana kondusif untuk menunjang pembangunan kesehatan sehingga masyarakat terdorong melakukan perilaku hidup bersih dan sehat. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 3

65 3. Gerakan Masyarakat, yaitu upaya memandirikan masyarakat agar secara proaktif mempraktikkan hidup bersih dan sehat secara mandiri. Pelaksanaan promosi higiene dan sanitasi bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Dengan demikian promosi kesehatan adalah program-program yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik di dalam masyarakat sendiri maupun dalam organisasi dan lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, politik dan sebagainya). Ada dua hal mendasar yang menjadi obyek sasaran promosi higiene dan sanitasi yaitu rumah tangga dan sekolah. Hal ini disadari mengingat permasalahan sanitasi menyangkut perilaku masyarakat sehingga harus ada penyadaran khusus bagi rumah tangga dan perlunya pemahaman di usia dini bagi siswa sekolah akan pentingnya sanitasi yang benar Tatanan Rumah Tangga Rumah tangga sebagai sebuah tatanan dasar dalam permasalahan sanitasi merupakan tantangan yang banyak dihadapi dalam menerapkan prilaku sanitasi yang benar di lingkungan keluarga. Seperti masih banyaknya iklan rokok yang ada di media cetak maupun elektronik, makanan dan minuman cepat saji yang kurang sesuai dengan prinsip gizi seimbang, belum adanya monitoring evaluasi terpadu tentang kegiatan ini. Selain itu, kawasan padat penduduk di kota-kota besar dan juga banyaknya penduduk musiman yang menimbulkan permasalahan pada kehidupan sosial dan ekonomi juga merupakan tantangan tersendiri dalam penerapan prilaku sanitasi yang benar. Melalui berbagai program dan kegiatan promosi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat diharapkan agar masing-masing jajaran organisasi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah dapat mewujudkan masyarakat yang sadar akan pentingnya perilaku hidup sehat bagi kesehatan dirinya, keluarga dan masyarakat di sekitarnya. Hasil kajian studi EHRA yang mengacu pada 5 (lima) pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) diketahui bahwa Kabupaten Tulang Bawang sebagai salah satu kabupaten yang rawan terhadap sanitasi. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 4

66 Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) Manfaat mencuci tangan dengan sabun apabila dilakukan sesuai dengan benar akan membunuh kuman penyakit yang ada ditangan, mencegah penularan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri (diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung serta tangan bersih dan bebas dari kuman. Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang kebiasaan masyarakat mencuci tangan dengan sabun pada 5 waktu penting baru dilakukan oleh 17,57 % masyarakat, selebihnya yaitu sekitar 87,87 % masyarakat belum melakukan praktek cuci tangan pakai sabun di 5 waktu penting. 5 waktu penting cuci tangan pakai sabun antara lain : setelah ke jamban, setelah membersihkan anak buang air besar, sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan dan setelah memegang hewan. Gambar 3.1 Grafik CTPS di 5 (lima) Waktu Penting Perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABs) Perilaku BAB dinyatakan baik apabila dalam rumah tangga tidak buang air besar sembarangan, dengan demikian sudah menjadi syarat mutlak kepemilikan jamban menjadi syarat utama dalam menilai baik buruknya perilaku BAB dimasyarakat. Jamban umum juga bisa menjadi solusi dalam Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 5

67 merubah perilaku BAB sembarangan tapi tidak semudah aksesnya bila dibandingkan dengan jamban pribadi. Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang perilaku Buang Air Besar Sembarangan masih dilakukan oleh 57,11 % masyarakat. Hanya 42,89 % masyarakat Kabupaten Tulang Bawang yang sudah tidak melakukan praktek BABS. Gambar 3.2 Grafik Persentase Penduduk yang melakukan BABS Pengelolaan Air Minum Pengelolaan air minum, yang dikaji dalam studi EHRA terdiri dari dua hal utama, yaitu : Sumber Air dan Pengolahan, penyimpanan dan penanganan air yang baik dan aman. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat resiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri, Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/pdam, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiiiki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 6

68 manusia, di antaranya adalah sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, waduk ataupun danau. Gambar 3.3 Grafik Pengelolaan Air Minum (pencemaran pada wadah penyimpanan dan penangan air) Berdasarkan hasil studi EHRA dapat diketahui bahwa di Kabupaten Tulang Bawang masih ada sekitar 24,25 % masyarakat yang pengelolaan air minumnya memiliki potensi tercemar pada saat penanganan air maupun pada wadah penyimpanan air minum. Sementara 75,75 % masyarakat sudah aman dalam pengelolaan air minum. Pengelolaan sampah Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa hanya 9,81 % saja masyarakat yang sudah melakukan pengelolaan sampah, sebagian besar masyarakat belum melakukan pengelolaan sampah. Gambar 3.4 Grafik Pengolahan Sampah Setempat Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 7

69 Perilaku Pengelolaan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) Saluran yang dimaksud adalah saluran yang digunakan untuk membuang air bekas penggunaan rumah tangga (grey water), seperti air dapur (bekas cuci piring/bahan makanan), air cuci pakaian maupun air bekas mandi. Seperti kebanyakan terjadi di kota-kota di lndonesia, saluran grey water dapat pula berfungsi menjadi saluran bagi pengaliran air hujan. Gambar 3.5 Grafik Pencemaran karena SPAL Berdasarkan hasil studi EHRA diketahui bahwa sebagian besar masyarakat atau 62,67 % belum mengelola air limbah dari dapur, kamar mandi dan tempat cuci dengan benar Tatanan Sekolah Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS). Diharapkan setelah siswa mendapat pembelajaran perubahan perilaku di sekolah secara partisipatif, dapat mempengaruhi orang tua, keluarga lain serta tetangga dari siswa sekolah tersebut. Promosi Hiegene dan Sanitasi di sekolah adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Ada beberapa indikator yang dipakai sebagai ukuran untuk menilai Promosi Hiegene dan Sanitasi di sekolah yaitu : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 8

70 1. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun; 2. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah; 3. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat; 4. Olahraga yang teratur dan terukur; 5. Memberantas jentik nyamuk; 6. Tidak merokok di sekolah; 7. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan; 8. Membuang sampah pada tempatnya. Sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan formal, selain memberikan pelajaran sesuai kurikulum hendaknya juga menjadi tempat mempelajari cara berperilaku yang benar dalam sanitasi. Siswa sekolah merupakan komunitas besar dalam masyarakat, dalam wadah organisasi sekolah yang telah mapan, tersebar luas di pedesaan maupun perkotaan, serta telah ada program usaha kesehatan sekolah. Siswa sekolah merupakan umur yang mudah menerima inovasi baru dan mempunyai keinginan kuat untuk menyampaikan pengetahuan dan informasi yang mereka terima kepada orang lain. Kajian sanitasi sekolah tingkat sekolah dasar / Madrasah Ibtidaiyah dengan meninjau kondisi sarana sanitasi diantaranya kondisi toilet, tempat cuci tangan, air bersih, pengelolaan sampah, saluran drainase dan pengetahuan tentang kesehatan di sekolah. Dari segi kelayakan sesuai dengan syarat kesehatan menunjukkan perlu adanya peningkatan kondisi sarana yang ada. Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di sekolah terus digalakkan, salah satunya dengan kegiatan penyuluhan disekolah terutama penyuluhan tentang pentingnya cuci tangan dengan menggunakan sabun. Dimana, masih tingginya siswa siswi sekolah dasar yang belum menerapkan Cuci Tangan Pakai Sabun, Sepeti pada tabel 3.1 dibawah ini. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 9

71 Tabel 3.1 Rekapitulasi Jumlah Sarana Air Bersih dan Sanitasi Tingkat Sekolah Dasar/ MI No Status Sekolah Dasar Jumlah Sekolah Dasar/MI Jumlah Siswa Jumlah Guru Sumber Air Bersih *) Toilet Guru **) L P L P PDAM Toilet Siswa ***) SPT/PL SGL T L/P L dan P T L/P L dan P Fas Cuci Tangan T Y T Fas Pengolahan Sampah Y T Saluran Drainase Y T 1 Sekolah Dasar Negeri Sekolah Dasar Swasta Madrasah Ibtidiyah (MI) Negeri Madrasah Ibtidiyah (MI) Swasta TOTAL Sumber : survei santasi sekolah Keterangan: L = laki-laki; P = perempuan; S = selalu tersedia air; K = kadang-kadang; T = tidak ada persediaan air Y = ya; T = tidak; SPT = sumur pompa tangan; SGL = sumur gali Tabel diatas memberikan gambaran tentang kondisi fasiltas sanitasi yang ada di setiap sekolah SD/MI, serta perilaku hidup bersih dan sehat (higyene) sekolah. Dapat dilihat dari sebanyak 60 SD/MI se-kabupaten Tulang Bawang yang disurvei oleh tim studi hanya ada 10 sekolah yang telah menyediakan toilet guru terpisah untuk laki-laki dan perempuan dan 16 sekolah yang telah menyediakan toilet siswa terpisah untuk laki-laki dan perempuan, yang telah menyediakan fas cuci tangan sebanyak 3 sekolah dan yang tidak sebanyak 57 sekolah, untuk fas pengelolaan sanpah dan saluran drainase belum ada yang menyediakannya. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 10

72 Berdasarkan data hasil wawancara dengan guru dan juga pengamatan di sekolah yang menjadi objek survey di wilayah kajian sanitasi, kondisi sarana sanitasi sekolah baik dari kondisi toilet guru, toilet siswa, pengelolaan sampah, drainase, ketersediaan dana dan pendidikan higiene dan sanitasi masih kurang baik, selengkapnya dijabarkan pada tabel berikut : Tabel 3.2 Kondisi Sarana Sanitasi Sekolah Kondisi % Sangat Baik % Baik % Kurang Baik Toilet Guru 10,0 13,3 76,7 Toilet siswa 0,0 0,0 100,0 Fasilitas Cuci Tangan Pakai Sabun 6,7 76,7 16,7 Sarana Air Bersih 100,0 0,0 0,0 Pengelolaan sampah 0,0 0,0 100,0 Drainase 0,0 0,0 100,0 Ketersediaan dana 0,0 0,0 100,0 Pendidikan Higiene dan Sanitasi 3,3 73,3 23,3 Sumber : survei santasi sekolah 2014 Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah adalah kebiasaan/perilaku positif yang dilakukan oleh setiap siswa, guru, penjaga sekolah, petugas kantin, orang tua siswa dan lain-lain yang dengan kesadarannya untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat di sekolah. Dari 60 SD/MI yang telah di survei di wilayah kajian sanitasi Kabupaten Tulang Bawang sebagian besar SD/MI tingkat kesadarannya masih kurang baik, selengkapnya dijelaskan pada tabel 3.3 berikut : Tabel 3.3 PHBS Terkait Sanitasi pada Sekolah Dasar/MI Perilaku Higiene dan Sanitasi % Baik % Kurang Baik Cuci tangan pakai sabun 24,3 75,7 Penggunaan toilet/jamban 46,0 54,0 Perilaku buang sampah 65,3 34,7 Sumber : survei santasi sekolah 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 11

73 3.3. Pengelolaan Air Limbah Domestik Air limbah domestik adalah air limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Air limbah memiliki karakteristik fisik (bau, warna, padatan, suhu, kekeruhan), karakteristik kimia (organik, anorganik dan gas) dan karakteristik biologis (mikroorganisme). Karakteristik air limbah tersebut memiliki dampak masing-masing terhadap lingkungan dan kesehatan manusia, dengan demikian diperlukan upaya-upaya pengelolaan air limbah dalam menghadapi dampak tersebut. Sarana sanitasi air limbah di wilayah Kabupaten Tulang Bawang secara kuantitas dan kualitas belum memenuhi kebutuhan masyarakat. Masih banyak sarana air limbah yang kurang memenuhi, ditinjau dari aspek kesehatan lingkungan terutama di kawasan pedesaan seperti masih menggunakan closet cemplung (cubluk) dikarenakan belum tersedianya Instalasi Pengolah Lumpur Tinja (IPLT) di Kabupaten Tulang Bawang. Dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kabupaten Tulang Bawang sebagian besar masyarakat masih menggunakan sistem onsite (setempat) serta masih sedikit yang menggunakan sistem komunal untuk pengelolaan black water. Sedangkan untuk grey water sebagian besar rumah tangga masih melakukan pembuangan ke lahan terbuka, drainase, saluran irigasi, bahkan ke sungai Kelembagaan Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, maka koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawab di Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, baik daerah provinsi maupun kabupaten/kota. Secara umum peraturan dan kebijakan mengenai pengelolaan air limbah domestik belum diatur dalam peraturan daerah. Peraturan yang telah ada adalah Peraturan Bupati Kabupaten Tulang Bawang tentang tugas pokok dan fungsi dari Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Kabupaten Tulang Bawang yang terkait sanitasi adalah Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) dan Dinas Kesehatan. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 12

74 NO A. PERENCANAAN Tabel 3.4 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Air Limbah Domestik FUNGSI 1 Menyusun target pengelolaan air limbah domestik skala kab/kota 2 Menyusun rencana program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target 3 Menyusun rencana anggaran program air limbah domestik dalam rangka pencapaian target B. PENGADAAN SARANA PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Swasta Masyarakat 1 Menyediakan sarana pembuangan awal air limbah domestik Dinas PU 2 Membangun sarana pengumpulan dan pengolahan awal (Tangki Septik) Dinas PU 3 Menyediakan sarana pengangkutan dari tangki septik ke IPLT (truk tinja) BPLHD 4 Membangun jaringan atau saluran pengaliran limbah dari sumber ke IPAL (pipa kolektor) Dinas PU 5 Membangun sarana IPLT dan atau IPAL Dinas PU C. PENGELOLAAN 1 Menyediakan layanan penyedotan lumpur tinja 2 Mengelola IPLT dan atau IPAL 3 Melakukan penarikan retribusi penyedotan lumpur tinja 4 Memberikan izin usaha pengelolaan air limbah domestik, dan atau penyedotan air limbah domestik BPLHD 5 Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (tangki septik, dan saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB BPMP D. PENGATURAN DAN PEMBINAAN 1 Mengatur prosedur penyediaan layanan air limbah domestik (pengangkutan, personil, peralatan, dll) 2 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan air limbah domestik 3 Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan air limbah domestik E. MONITORING DAN EVALUASI 1 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan air limbah domestik skala kota 2 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan air limbah domestik 3 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan air limbah domestik, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan air limbah domestik 4 Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap baku mutu air limbah domestik BPLHD Sumber : Tupoksi SKPD Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 13

75 Landasan hukum pengelolaan limbah cair di Kabupaten Tulang Bawang masih mengacu pada Peraturan Pemerintah dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Kementerian lingkungan Hidup, belum ada peraturan daerah yang secara khusus mengatur tentang pengelolaan limbah cair. Kondisi dukungan kebijakan bagi optimalnya pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang saat ini belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari : 1. Belum adanya kebijakan Pemerintah di Kabupaten Tulang Bawang yang diarahkan untuk mewajibkan seluruh pihak untuk melakukan upaya pengelolaan air limbah domestik untuk lingkungan pemukiman rumah tangga / individu. 2. Belum adanya kebijakan Pemerintah di Kabupaten Tulang Bawang untuk mendukung kepastian sarana dan prasarana pengolahan air limbah domestik saat ini. Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengelolaan air limbah domestik untuk lingkungan permukiman saat ini belum ada, dan penegakkan aturan masih lemah, hal itu bisa dillihat dari : 1. Belum efektifnya upaya pembinaan dan sosialisasi untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepatuhan berbagai pihak di Kabupaten Tulang Bawang terhadap Perda IMB yang saat ini merupakan satu-satunya instrumen kebijakan Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyediaan sarana pengolahan air limbah domestik setempat (on-site). 2. Belum adanya Perda atau perangkat aturan lainnya yang secara tegas mewajibkan pengelolaan air limbah domestik pada seluruh pihak di Kabupaten Tulang Bawang. Kondisi penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang termuat dalam tabel 3.5. dibawah ini. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 14

76 Tabel 3.5 Daftar Peraturan Air Limbah Domestik Kabupaten Tulang Bawang Ketersediaan Pelaksanaan Peraturan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan AIR LIMBAH DOMESTIK Target capaian pelayanan pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Belum ada Perda Air Limbah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam penyediaan layanan pengelolaan air limbah domestic Belum ada Perda Air Limbah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan air limbah domestik Belum ada Perda Air Limbah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di hunian rumah Belum ada Perda Air Limbah Kewajiban dan sanksi bagi industri rumah tangga untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Belum ada Perda Air Limbah Kewajiban dan sanksi bagi kantor untuk menyediakan sarana pengelolaan air limbah domestik di tempat usaha Belum ada Perda Air Limbah Kewajiban penyedotan air limbah domestik untuk masyarakat, industri rumah tangga, dan kantor pemilik tangki septic Belum ada Perda Air Limbah Retribusi penyedotan air limbah domestik Belum ada Perda Air Limbah Tata cara perizinan untuk kegiatan pembuangan air limbah domestik bagi kegiatan permukiman, usaha rumah tangga, dan perkantoran Belum ada Perda Air Limbah Sumber : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 15

77 Tabel peta peraturan diatas memberikan gambaran bahwa sampai dengan saat ini pemerintah Kabupaten Wakatobi belum memiliki regulasi/peraturan daerah dalam hal pengelolaan air limbah domestik Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Tulang Bawang belum berjalan sebagaimana diharapkan baik yang diprakarsai oleh pemerintah, dunia usaha ataupun masyarakat. Usaha penyedotan tinja juga belum ada baik dari Pemerintah Daerah maupun dari pihak swasta. Faktor utama adalah minimnya peralatan dan infrastruktur serta masih rendahnya kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah. Demikian juga prasarana pendukung pengelolaan air limbah seperti IPLT dan IPAL yang belum tersedia. Sehingga hampir semua rumah tangga, dunia usaha maupun jasa-jasa, sebagian besar di wilayah Kabupaten Tullang Bawang sistem pengelolaan air limbah-nya dilakukan melalui on site system, tingkat kepedulian masyarakat dalam pengelolaan air limbah masih jauh dari harapan. Gambar 3.6 : Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Berdasarkan hasil EHRA diketahui bahwa walaupun masyarakat sudah mempunyai jamban tetapi sebagian besar menyalurkan tinjanya tidak ke tangki septik, hanya 47,14 % saja yang menyalurkan tinjanya ke tangki septik, selebihnya : ke cubluk/lobang tanah sebesar 36,06 %, ke lainnya sebesar 8,56 %, ke sungai/danau/pantai sebesar 4,22 %, ke pipa/sewer sebesar 2,47 %, dan ke kolam/sawah sebesar 1 %. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 16

78 Gambar 3.7 Grafik Presentase Tangki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman Berdasarkan hasil EHRA dapat diketahui bahwa tidak semua tangki septik yang dimiliki masyarakat aman masih ada 20,68 % merupakan tangki septik suspek tidak aman. Hal ini dikarenakan tangki septik sudah dibangun lebih dari 5 tahun atau lebih tetapi belum pernah dikuras. Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang telah berusaha memberikan perhatian terhadap sektor sanitasi khusunya air limbah. Dari data Dinas PU Cipta Karya diperoleh adanya pembangunan MCK ++ tersebar di Kabupaten Tulang Bawang yang dibangun dengan berbasis masyarakat. Pada tahun 2011 pembangunan MCK ++ berada di 4 (empat) desa yaitu Desa Wonorejo dan Desa Suka Makmur Kecamatan Penawar Aji, Desa Wiratama Kecamatan Penawartama serta Desa Ringin Sari Kecamatan Banjar Margo. Tahun 2012 berada di Desa Bedarou Indah dan Desa Kibang Pacing Kecamatan Menggala Timur, Desa Paduan Rajawali Kecamatan Meraksa Aji serta Desa Gedung Harapan Kecamatan Penawar Aji. Tahun 2013 berada di 3 (tiga) desa di Kecamatan Menggala Timur, yaitu Desa Sungai Luar, Desa Cempaka Dalam dan desa Kahuripan Dalam. Tahun 2014 berada di Desa Sumber Sari Kecamatan Penawar Aji, Desa Tri Jaya Kecamatan Penawar Tama, Desa Penawar Jaya dan Desa Suka Maju Kecamatan Banjar Margo. Pada umumnya sistem pembuangan limbah non tinja dialirkan melalui lubang resapan yang disalurkan melalui saluran terbuka yang dialirkan ke sistem drainase atau ke sungai. Sedangkan sistem pengelolaan limbah non tinja untuk konstruksi rumah panggung umumnya dialirkan langsung dikolong rumah dapur yang langsung di permukaan tanah dan tidak ada ada lubang peresapannya. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 17

79 Peta 3.2 Peta Cakupan Layanan Pengelolaan Air Limbah Domestik Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 18

80 Limbah Domestik berupa black water dan grey water yang ada di Kabupaten Tulang Bawang hingga saat ini belum dikelola secara khusus. Untuk limbah black water, pengelolaannya dilakukan dengan beberapa cara antara lain : Limbah dari MCK++ yang di tampung dalam IPAL Komunal yang kemudian dialirkan ke saluran terdekat (drainase) Limbah dari WC jongkok/duduk ditampung dalam tangki septic kemudian dialirkan langsung saluran drainase/sungai/tanah. Limbah dari WC cubluk yang ditambung dalam lubang dan dialirkan langsung ketanah. Limbah yang langsung ke tanah/sungai (BABS dikebun/sungai). Sedangkan untuk grey water yang umumnya berupa sisa air mandi dan sisa air cuci (tangan, pakaian dan kendaraan) serta air sisa makanan dialirkan ke saluran drainase yang berakhir kesungai atau terkadang dialirkan langsung ke tanah/lahan kosong. Pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang dapat digambarkan dalam diagram pengelolaan air limbah domestik sebagai berikut : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 19

81 Gambar 3.8 Diagram Sistem Sanitasi pengelolaan air limbah domestik Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Domestik Produk Input (A) (B) (C) (E) (F) User Interface Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal Pengangkutan /Pengaliran (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Tangki Septik Individual/Komunal Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 20

82 Meskipun belum memiliki sarana pengolahan lumpur tinja, namun masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang telah memiliki layanan air limbah yang cukup baik. Hal ini terihat dari jumlah desa yang beresiko tinggi sanitasi sektor air limbah cukup sedikit serta sarana pengelolaan air limbah yang secara umum telah memadai seperti yang terlihat dalam tabel 3.6 sebagai berikut : Tabel 3.6 Cakupan layanan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang Sarana Tidak Layak Sarana Layak BABS Onsite System Ofsite System No. Nama Kecamatan Individual Berbasis Komunal Kawasan /Terpusat (KK) Cubluk, Tangki septik tidak aman ** (KK) Jamban Keluarga dengan tangki septik aman (KK) MCK umum / jamban bersama (KK) MCK ++ (KK) Tangki Septik Komunal (KK) IPAL Komunal (KK) Sambungan Rumah (KK) 1 Kecamatan Banjar Agung Tunggal Warga Warga Makmur Jaya Warga Indah Jaya Dwi Warga Tunggal Jaya Tri Tunggal Jaya Banjar Agung Banjar Dewa Moris Jaya Tri Mukti Jaya Tri Dharma Wirajaya Tri Mulya Jaya Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 21

83 2 Kecamatan Banjar Margo Agung Dalam Agung Jaya Bujuk Agung Catur Karya Buana Jaya Mekar Jaya Penawar Jaya Penawar Rejo Purwa Jaya Ringin Sari Sukamaju Sumber Makmur Tri Tunggal Jaya Kecamatan Banjar Baru Panca Karsa Purna Jaya Panca Mulia Kahuripan Jaya Jaya Makmur Bawang Sakti Jaya Bawang Tirto Mulyo Mekar Indah Jaya Balai Murni Jaya Mekar Jaya Karya Murni Jaya Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 22

84 4 Kecamatan Gedung Aji Penawar Baru Aji Murni Jaya Aji Permai Gedung Aji Penawar Aji Jaya KNPI Kecubung Jaya Kecubung Mulya Bandar Aji Jaya Aji Mesir Kecamatan Penawar Aji Gedung Rejo Sakti Gedung Harapan Karya Makmur Wono Rejo Gedung Asri Panca Tunggal Jaya Sumber Sari Pasar Batang Suka Makmur Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 23

85 6 Kecamatan Meraksa Aji Paduan Rajawali Karya Bhakti Kecubung Raya Mulyo Aji Marga Jaya Bina Bumi Sukarame Bangun Rejo Kecamatan Menggala Menggala Selatan Menggala Tengah Menggala Kota Ujung Gunung Kagungan Rahayu Bujung Tenuk Tiuh Tohou Astra Ksetra Ujung Gunung Ilir Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 24

86 8 Kecamatan Penawar Tama Sidomulyo Dwi Mulyo Tri Jaya Tri Karya Sidoharjo Sidodadi Tri Tunggal Jaya Tri Rejo Mulyo Rejo Sari Bogatama Pulo Gadung Wiratama Wira Agung Sari Sido Makmur Kecamatan Rawajitu Selatan Gedung Karya Jitu Karya Jitu Mukti Yudha Karya Jitu Karya Cipta Abadi Medasari Bumi Ratu Hargo Rejo Hargo Mulyo Wono Agung Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 25

87 10 Kecamatan Gedung Meneng Bakung Ilir Bakung Rahayu Bakung Udik Gedung Bandar Rahayu Gedung Bandar Rejo Gedung Meneng Gedung Meneng Baru Gunung Tapa Gunung Tapa Ilir Gunung Tapa Tengah Gunung Tapa Udik Kecamatan Rawajitu Timur Bumi Dipasena Sentosa Bumi Dipasena Utama Bumi Dipasena Agung Bumi Dipasena Jaya Bumi Dipasena Mulya Bumi Dipasena Makmur Bumi Dipasena Sejahtera Bumi Dipasena Abadi Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 26

88 12 Kecamatan Rawa Pitu Sumber Agung Batang Hari Panggung Mulyo Andalas Cermin Duta Yoso Mulyo Gedung Jaya Rawa Ragil Bumi Sari Mulyo Dadi Kecamatan Gedung Aji Baru Makarti Tama Setia Tama Mesir Dwi Jaya Sido Mukti Suka Bhakti Batu Ampar Mekar Asri Sido Mekar Sumber Jaya Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 27

89 14 Kecamatan Dente Teladas Teladas Dente Makmur Way Dente Kekatung Mahabang Kuala Teladas Sungai Nibung Pendowo Asri Pasiran Jaya Bratasena Mandiri Bratasena Adiwarna Sungai Burung Kecamatan Menggala Timur Lebuh Dalem Kahuripan Dalem Tri Makmur Jaya Cempaka Dalem Cempaka Jaya Lingai KP. Menggala Bedarou Indah Kibang Pacing Sungai Luar Sumber : data EHRA diolah POKJA sanitasi 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 28

90 Kondisi prasarana dan sarana air limbah domestik yang ada di Kabupaten Tulang Bawang ada yang berfungsi dengan baik dan ada juga yang tidak berfungsi seperti yang terlihat dalam tabel 3.7 sebagai berikut : Tabel 3.7 Kondisi Prasarana dan Sarana Air Limbah Domestik No Jenis Satuan Jumlah /Kapasitas Berfungsi Kondisi Tidak Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) Sistem Onsite 1 Berbasis komunal IPAL Komunal Unit MCK ++ Unit Tangki septi komunal Unit Truk Tinja Unit IPLT : kapasitas m 3 /hari Sistem Offsite 4 IPAL Kawasan / Terpusat Kapasitas m 3 /hari Sistem IPLT IPAL : Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja : Instalasi Pengolahan Air Limbah Peran Serta Masyarakat Peran serta dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Hiegiene dan Sanitasi dalam penanganan air limbah di Kabupaten Tulang Bawang secara umum dapat dikelompokkan, sebagai berikut : Kelompok pertama, kelompok masyarakat yang belum memiliki kesadaran atau kepedulian dalam pengelolaan air limbah. Kelompok ini masih menjadi mayoritas di Kabupaten Tulang Bawang, terdiri atas kelompok masyarakat miskin, pendidikan rendah, bahkan hingga pada kelompok masyarakat menengah. Kelompok kedua, kelompok masyarakat yang memiliki pengetahuan dan kesadaran terhadap pengelolaan limbah, namun belum memiliki kepedulian penuh terhadap pengelolaan air limbah. Kelompok ini umumnya berada pada tatanan masyarakat kelas menengah, berpendidikan, namun belum memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengelolaan air limbah pada umumnya. Kelompok ketiga, adalah kelompok masyarakat yang memiliki Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 29

91 pengetahuan dan kesadaran serta kepedulian tinggi terhadap pengelolaan air limbah. Mayoritas kelompok ini ada pada tatanan masyarakat kelas menengah ke atas, dan termasuk kelompok minoritas baik di perkotaan maupun perdesaan. Secara keseluruhan peran serta atau tingkat kepedulian masyarakat, jender dan kemiskinan dalam penanganan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang masih rendah, hal ini dapat dilihat dari tingkat kepemilikan jamban/mck, tingkat pemeliharaan jamban/mck maupun dukungan dari program-program sanitasi belum menyentuh secara signifikan dalam merubah perilaku masyarakat secara keseluruhan. Tabel 3.8. Daftar Program/Kegiatan Air Limbah Domestik Berbasis Masyarakat No. 1 Nama Program / Kegiatan Pembangunan MCK ++ (SLBM) Pelaksana/PJ KSM Wonorejo KSM Suka Makmur KSM Wiratama KSM Ringin Sari KSM Bedarou Indah KSM Kibang Pacing KSM Panduan Rajawali KSM Gedung Harapan KSM Sungai Luar KSM Cempaka Dalam KSM Kahuripan KSM Sumber Sari KSM Tri Jaya KSM Penawar Jaya KSM Suka Maju Lokasi Kampung Wonorejo Kec. Penawar Aji Kamp. Suka Makmur Kec. Penawar Aji Kamp. Wiratama Kec. Penawar Tama Kamp. Ringin Sari Kec. Banjar Margo Kamp. Bedarou Indah Kec. Menggala Timur Kamp. Kibang Pacing Kec. Menggala Timur Kamp. Panduan Rajawali Kec. Meraksa Kamp. Gedung Harapan Kec. Penawar Aji Kamp. Sungai Luar Kec. Menggala Timur Kamp. Cempaka Dalam Kec. Menggala Timur Kamp. Kahuripan Kec. Menggala Timur Kamp. Sumber Sari Kec. Penawar Aji Kamp. Tri Jaya Kec. Penawar Tama Kamp. Penawar Jaya Kec. Banjar Margo Kamp. Suka Maju Kec. Banjar Margo Tahun Program/ Kegiatan Penerima Manfaat***) Jumlah Sarana L P Berfungsi Kondisi Saran Saat ini ****) Tidak Berfungsi Total Sumber : data diolah Dinas PU Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 30

92 Pengelolaan air limbah masih membutuhkan perhatian serius dan perlu melibatkan berbagai pihak, tidak saja pemerintah tetapi yang paling utama adalah masyarakat itu sendiri karena selain sebagai obyek, saat ini masyarakat diharapkan lebih banyak memainkan peran dalam berbagai aspek pembangunan termasuk sektor sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang, dimana masih terdapat angka buta huruf, tingkat pendidikan relatif masih minim, kondisi perekonomian yang masih membutuhkan perhatian jauh lebih besar terutama masyarakat berpenghasilan rendah, serta aksesibilitas yang relatif masih sulit, tentu saja mempengaruhi pola pikir dan perilaku hidup yang masih sangat bergantung pada kebijakan. Dalam konteks rumah tangga, kaum perempuan cukup terlibat namun dalam pengambilan keputusan masih didominasi oleh laki-laki, padahal dalam pengelolaan sanitasi posisi perempuan sebenarnya sangat strategis dan memiliki pengaruh sangat besar. Sehubungan dengan hal tersebut maka upayaupaya pemberdayaan masyarakat, pengarus-utamaan jender serta pelibatan masyarakat berpenghasilan rendah dalam pengelolaan air limbah maupun sektor sanitasi secara umum, seharusnya dapat menjadi salah satu prioritas dan target capaian pembangunan. (Lihat Tabel 3.9. Pengelolaan Sarana Air Limbah Domestik Oleh Masyarakat) Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 31

93 Tabel 3.9 Pengelolaan sarana air limbah domestik oleh masyarakat No. Jenis Sarana Tahun Sarana Dibangun Lokasi Lembaga Pengelola Kondisi Biaya operasi dan pemeliharaan Pengosongan tangki septik/ipal Waktu Layanan 1 MCK Kampung Wonorejo Kec. Penawar Aji KSM Wonorejo 20 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Suka Makmur Kec. Penawar aji KSM Suka Makmur 10 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Wiratama Kec. Penawar Tama KSM Wiratama 10 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Ringin Sari Kec. Banjar Margo KSM Ringin Sari 50 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Bedarou Indah Kec. Menggala Timur KSM Bedarou Indah Baik Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Kibang Pacing Kec. Menggala Timur KSM Kibang Pacing Baik Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Panduan Rajawali Kec. Meraksa Aji KSM Panduan Rajawali Baik Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Gedung Harapan Kec. Penawar Aji KSM Gedung Harapan Baik Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Sungai Luar Kec. Menggala Timur KSM Sungai Luar Baik Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Cempaka Dalam Kec. Menggala Timur KSM Cempaka Dalam Baik Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Kahuripan Kec. Menggala Timur KSM Kahuripan Baik Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Sumber Sari Kec. Penawar Aji KSM Sumber Sari Baik Belum ada 5 Tahun Sekali Kamp. Tri Jaya Kec. Penawar Tama KSM Tri Jaya Baik Belum ada 5 Tahun Sekali Kamp. Penawar Jaya Kec. Banjar Margo KSM Penawar Jaya Baik Belum ada 5 Tahun Sekali Kamp. Suka Maju Kec. Banjar Margo KSM Suka Maju Baik Belum ada 5 Tahun Sekali - 2 IPAL Komunal 2011 Perumahan PNS Kamp. Tiuh Tohou Kec. Menggala Pengelola Perumahan Baik Rp ,- / bulan 5 Tahun Sekali - 3 Septik Tank Komunal 2011 Kampung Wonorejo Kec. Penawar Aji KSM Wonorejo 20 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Suka Makmur Kec. Penawar aji KSM Suka Makmur 10 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Wiratama Kec. Penwar Tama KSM Wiratama 10 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali Kamp. Ringin Sari Kec. Banjar Margo KSM Ringin Sari 20 % Rusak Rp ,- /kk/ bulan 5 Tahun Sekali - Sumber : data diolah Dinas PU Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 32

94 Komunikasi dan Media Media komunikasi memegang peranan penting untuk menunjang pengelolaan air limbah domestik secara lebih baik dan lebih terintegrasi. Hal ini karena pengelolaan air limbah domestik tidak hanya dilakukan oleh satu stakeholder saja, tetapi keseluruhan rumah tangga yang ada di Kabupaten Tulang Bawang juga harus berperan aktif untuk melakukan pengelolaan air limbah domestik dengan baik dan benar. Berdasarkan hasil identifikasi, Kabupaten Tulang Bawang dalam menjalankan kampanye pengelolaan air limbah serta sejauh mana Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat, dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan air limbah sampai saat ini sudah dilaksanakan, namun hasilnya belum memuaskan. Untuk publikasi kegiatan sosialisasi mengenai pengelolaan limbah yang baik, belum berjalan dengan baik, karena masih kurangnya koordinasi dengan instansi teknis dan belum ada anggaran secara khusus disiapkan untuk kampanye dimaksud. Menurut studi komunikasi dan media Kabupaten Tulang Bawang, kegiatan penyuluhan atau sosialisasi yang pernah diikuti responden, sebanyak 44 % responden mengaku tidak pernah mengkuti, 31 % mengaku pernah mengikuti penyuluhan atau sosialisasi tentang sampah dan kebersihan lingkungan, 10 % masalah air bersih, 2 % masalah saluran air kotor (drainase), dan 1 % masalah air limbah. Gambar 3.9 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang di Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 33

95 Kerjasama secara khusus untuk mengampanyekan pengelolaan air limbah domestik dengan media massa masih belum dilaksanakan sehingga pendanaan juga belum ada. Berita yang muncul di media massa terkait pengelolaan air limbah juga masih sangat minim dan cenderung negatif. Hal ini karena memang belum dilaksanakan sebuah kerjasama pengkampanyean isu air limbah domestik di masyarakat dengan media massa. Ke depan, kerjasama dengan media massa mutlak harus dilaksanakan karena media massa juga salah satu stakeholder Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman harus dilibatkan secara aktif untuk mensukseskan program sanitasi ini Peran Swasta Sejauh ini belum ada keterlibatan pihak swasta yang mendukung masyarakat dan pemerintah kabupaten Tulang Bawang dalam pengelolaan air limbah, kondisi ini hampir sama dengan layanan sanitasi lainnya, seperti pengelolaan sampah dan drainase seperti pada Tabel Kondisi ini sedikit banyak dipengaruhi oleh masih lemahnya kelembagaan sanitasi yang ada di kabupaten Tulang Bawang, yang berimbas kepada lemahnya dukungan program dan penganggaran peningkatan pengelolaan air limbah, disamping rendahnya tingkat kepedulian masyarakat dan dunia usaha itu sendiri. Tabel 3.10 Penyedia Layanan air limbah domestik yang ada di Kabupaten Tulang Bawang No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama Sumber : BPLHD Kabupaten Tulang Bawang Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan sub-sektor air limbah domestik terdiri dari pendanaan untuk investasi, yaitu yang terkait dengan pembangunan baru infrastruktur air limbah domestik, dan pendanaan operasional dan pemeliharaan, yaitu yang terkait dengan upaya dan operasional pemeliharaan infrastruktur air limbah domestik terbangun. Sisi pendanaan yang memberikan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 34

96 pengaruh besar dalam membentuk gambaran pendanaan sanitasi serta penetapan strategi sanitasi adalah sisi pendapatan (penerimaan) dari layanan sanitasi yang telah dijalankan. Retribusi secara langsung memperlihatkan potensi pendapatan dari layanan sanitasi yang dijalankan kepada masyarakat. Lemahnya dukungan pendanaan dalam pengelolaan air limbah dapat dilihat dari dukungan pendanaan dan pembiayaan khususnya dari pemerintah di sub sektor air limbah seperti pada Tabel Data dalam 4 tahun terakhir memperlihatkan alokasi anggaran untuk pembangunan sektor air limbah di Kabupaten Tulang Bawang terkonsentrasi pada pembangunan MCK dan MCK++. Pada tahun 2011 di Kabupaten tulang Bawang telah dibangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunial di Perumahan PNS Tiuh Tohou, namun hingga saat ini IPAL tersebut belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 35

97 Tabel 3.11 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi air limbah domestik No Komponen Belanja (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) 1 Air Limbah (1a+1b) , , , , , ,60 1,44 1.a Pendanaan Investasi air limbah , , , , , ,60 1,44 1.b 1.c Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber : DPA Dinas PU Kabupaten Tulang Bawang Sampai dengan saat ini belum ada Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang yang mengatur tentang retribusi air limbah, sehingga realisasi untuk retribusi air limbah masih nihil (Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah). Padahal dengan banyaknya industri-industri baik besar maupun kecil yang tumbuh di wilayah Kabupaten Tulang Bawang seharusnya untuk potensi sektor air limbah di wilayah Kabupaten Tulang Bawang sangat besar , , , , , ,60 1,44 Tabel 3.12 Realisasi dan Potensi Retribusi Air Limbah No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 1 Retribusi Air Limbah a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 36

98 Permasalahan Mendesak Permasalahan mendesak dalam pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Tulang Bawang adalah Kabupaten Tulang Bawang belum memiliki Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) dan air limbah rumah tangga umumnya langsung dibuang ke saluran lingkungan tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Tabel 3.13 Permasalahan mendesak No. Permasalahan Mendesak 1. Sarana dan prasarana air limbah belum memadai, 60,11 % penduduk di Kabupaten Tulang Bawang belum memiliki jamban bertangki septik aman (belum tersedianya IPLT, masih kurangnya jumlah tangki septik komunal/ MCK komunal). 2. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan air limbah domestik (baru sekedar perda IMB yang digunakan untuk mengendalikan penyediaan sarana pengolahan air limbah domestik on-site / setempat). 3. Belum adanya lembaga yang mengelola air limbah domestik. 4. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk memiliki jamban bertangki septik aman, dan belum adanya kegiatan penyuluhan atau sosialisasi terkait air limbah secara berkelanjutan. 5. Kurangnya keterlibatan pihak swasta dalam mengurangi permasalahan air limbah di Kabupaten Tulang Bawang. Sumber : Kajian Pokja Sanitasi Tahun Pengelolaan Persampahan Instansi Pengelolaan Persampahan di Kabupaten Tulang Bawang adalah Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah. Seiring dengan tingkat perkembangan Kabupaten, maka jumlah volume timbunan sampah juga akan semakin bertambah besar sehingga diperlukan adanya peningkatan jumlah maupun kualitas pelayanan sarana dan prasarana persampahan. Tingkat pelayanan pengelolaan persampahan untuk wilayah Kabupaten Tulang Bawang saat ini mencapai 40 % untuk kebutuhan domestik dan 60 % untuk kebutuhan non domestik, dari segi kuantitas jumlah sarana pengumpulan perlu disediakan di setiap komponen kegiatan perkotaan di wilayah Kabupaten Tulang Bawang, seperti tong sampah, gerobak sampah, transfer depo, container. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 37

99 Demikian pula dengan armada pengangkutan perlu ditambahkan dan ditingkatkan pelayanannya, dan yang terpenting adalah dengan mengembangkan unit-unit pengelolaan sampah lingkungan permukiman, sehingga dapat mendukung terciptanya lingkungan pemukiman yang berkualitas mengingat tingkat kepadatan bangunan pada tahun rencana di kawasan pusat kota relatif tinggi, maka untuk beberapa unit lingkungan, khususnya lingkungan permukiman yang relatif padat perlu dikembangkan sistem pembuangan dengan menggunakan tangki tangki komunal Kelembagaan Lembaga atau instansi pengelola persampahan merupakan motor penggerak seluruh kegiatan pengelolaan sampah dari sumber sampai TPA. Kondisi kebersihan suatu kota atau wilayah merupakan output dari rangkaian pekerjaan manjemen pengelolaan persampahan yang keberhasilannya juga ditentukan oleh faktor-faktor lain. Kapasitas dan kewenangan instansi pengelola persampahan menjadi sangat penting karena besarnya tanggung jawab yang yang harus dipikul dalam menjalankan roda pengelolaan yang biasanya tidak sederhana bahkan cenderung cukup rumit sejalan dengan makin besarnya kategori kota. Kegiatan pengelolaan dan pengendalian sampah di Kabupaten Tulang Bawang baik sampah rumah tangga (sampah organik dan anorganik) maupun sampah sejenis rumah tangga (sampah organik dan anorganik dari kawasan komersial, fasilitas umum dan industri) sesuai dengan tupoksinya dilakukan oleh Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah, sedangkan untuk kawasan pasar tupoksinya dilakukan oleh Dinas Pasar. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 38

100 Tabel 3.14 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan FUNGSI PEMANGKU KEPENTINGAN Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan sampah skala kabupaten Menyusun rencana program persampahan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program persampahan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan sarana pewadahan sampah di sumber sampah Menyediakan sarana pengumpulan (pengumpulan dari sumber sampah ke (TPS) Membangun sarana Tempat Penampungan Sementara (TPS) Dinas PU Membangun sarana pengangkutan sampah dari TPS ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Membangun sarana TPA Dinas PU Menyediakan sarana komposting PENGELOLAAN Mengumpulkan sampah dari sumber ke TPS BPLHD Mengelola sampah di TPS BPLHD Mengangkut sampah dari TPS ke TPA BPLHD Mengelola TPA Melakukan pemilahan sampah * Melakukan penarikan retribusi sampah BPLHD/Dinas Pasar Memberikan izin usaha pengelolaan sampah PENGATURAN DAN PEMBINAAN Mengatur prosedur penyediaan layanan sampah (jam pengangkutan, personil, peralatan, dll) Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 39

101 Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan sampah Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan sampah skala kabupaten Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan persampahan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan persampahan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas layanan persampahan Sumber : Tupoksi SKPD Kabupaten Tulang Bawang Pada tabel 3.14 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Persampahan, Pemangku kepentingan dalam pembangunan dan pengelolaan persampahan, pihak Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang berperan dari tahapan perencanaan, pengadaan sarana, pengelolaan, pengaturan dan pembinaan hingga monitoring dan evaluasi. Selain pemerintah, keterlibatan kelompok peduli masyarakat juga sudah ada terutama pada pengelolaan sampah. Peraturan bidang persampahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang yaitu peraturan tentang retribusi sampah seperti yang disajikan dalam tabel 3.15 sebagai berikut :. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 40

102 Tabel 3.15 Daftar Peraturan Persampahan Kabupaten Tulang Bawang Substansi Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan PERSAMPAHAN Target capaian pelayanan pengelolaan persampahan di Kab/Kota Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam menyediakan layanan pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi Pemerintah Kab/Kota dalam memberdayakan masyarakat dan badan usaha dalam pengelolaan sampah Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah di hunian rumah, dan membuang ke TPS Kewajiban dan sanksi bagi kantor / unit usaha di kawasan komersial / fasilitas sosial / fasilitas umum untuk mengurangi sampah, menyediakan tempat sampah, dan membuang ke TPS Pembagian kerja pengumpulan sampah dari sumber ke TPS, dari TPS ke TPA, pengelolaan di TPA, dan pengaturan waktu pengangkutan sampah dari TPS ke TPA Kerjasama pemerintah kab/kota dengan swasta atau pihak lain dalam pengelolaan sampah Retribusi sampah atau kebersihan Peraturan Daerah No. 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Jasa Umum Peraturan Bupati Tulang Bawang No. 21 Tahun 2013 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pungutan Retribusi Persampahan Sumber : BPLHD Kabupaten Tulang Bawang Dalam tahap sosialisasi Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 41

103 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem dan cakupan layanan memberikan gambaran kondisi eksisting pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang, pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang secara desain menggunakan sistem Controlled Landfill, namun secara operasional menggunakan sistem Open Dumping dimana untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan oleh sampah ditimbun dengan lapisan tanah setiap tujuh hari. Dalam operasionalnya, untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukan TPA menggunakan sistem Open Dumping, maka dilakukan juga perataan dan pemadatan sampah. Cakupan pelayanan persampahan masih di area perkotaan yang meliputi 2 (dua) kecamatan dan hanya di beberapa desa/kelurahan, lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kabupaten Tulang Bawang berada di Desa Panca Mulia Kecamatan Banjar Baru. Sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Tulang Bawang yaitu pengelolaan dari sumber sampah sampai dengan TPS, pengelolaan sampah dari TPS sampai dengan TPA dan pengelolaan sampah di TPA. Dari penjelasan tersebut diatas dapat dirincikan sebagai berikut : Masyarakat membuang sendiri sampahnya di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) sampah yang telah disediakan di wilayah masing-masing; Sampah yang telah terkumpul dari TPS sampah akan di jemput oleh petugas yang menggunakan mobil dump truk/arm roll setiap saat; Sampah dari sumber (permukiman) yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 6 (enam) di jemput langsung oleh petugas yang menggunakan motor tiga roda (Bentor); Sampah dari fasilitas umum, fasilitas sosial dan fasilitas lainnya dikumpulkan di TPS kemudian di jemput oleh petugas. Pola pelayanan persampahan yang dilakukan di Kabupaten Tulang Bawang : Pola layanan untuk sampah rumah tangga Sampah dikumpulkan oleh penghasil sampah pada wadah sampah (tong sampah, kantong kresek, keranjang bekas, dan lain lain) yang ditempatkan dipinggir jalan, kemudian petugas memindahkan sampah kealat angkut (dump truk dan bentor) dan kemudian diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pola layanan untuk sampah jalan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 42

104 Sampah jalan disapu oleh pengelola (petugas)kemudian tumpukan sampah tersebut dipindahkan ke Tempat Pembuangan Sementara (TPS). Pola layanan untuk pasar Sampah pasar disapu dan dikumpulkan oleh pengelola (petugas) kemudian dikumpulkan ke kontainer sampah yang telah disiapkan dilokasi pasar dan selanjutnya diangkut dengan menggunakan mobil arm roll. Pola layanan untuk saluran drainase Petugas pemeliharaan drainase membersihkan saluran (sedimen, sampah pelastik, dan lain lain) kemudian dikumpul dipinggir saluran dan dipindahkan ke dalam mobil roda 4 (empat) (khusus untuk sampah saluran drainase) diangkut ke TPA sampah. Pengangkutan Alat angkut yang digunakan dalam pelayanan persampahan yaitu, dump truk kapasitas 6 m 3 yang mampu mengangkut sebanyak 8 ton sebanyak 2 (dua) unit, arm roll dengan jumlah 2 (dua) unit kapasitas angkutan 8 m 3. Kendaraan roda 3 (tiga) adalah kendaraan yang biasa disebut becak motor (bentor) dengan jumlah armada sebanyak 6 (enam) unit dengan kapasitas muatan 1,5 m 3. Jumlah sampah yang terangkut dibuang ke TPA dihitung berdasarkan jumlah angkutan yang masuk ke TPA dan kapasitas angkutan. Kegiatan pendataan dilakukan dengan cara mencatat jumlah armada dan kapasitas angkutan masuk ke TPA setiap hari. Gambar 3.10 Grafik Pengelolaan Persampahan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 43

105 Grafik memperlihatkan pengelolaan sampah rumah tangga berdasarkan hasil studi EHRA hanya 4 % saja yang dinilai cukup baik, antara lain : 1. Dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 1,8 %; 2. Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah sebesar 2,2 %. Sebagian besar belum mengelola sampahnya dengan baik, antara lain : 1. Dibakar sebesar 76,5 %; 2. Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah 11%; 3. Dibuang ke sungai/kali/laut/danau sebesar 5,2 %; 4. Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 2,7 %. Gambar 3.11 Grafik Pengangkutan Sampah Berdasarkan hasil EHRA diketahui bahwa pengolahan sampah di Kabupaten Tulang Bawang tidak berjalan dengan baik, yaitu baru sekitar 1,85 % yang memadai dan selebihnya sebesar 98,15 % tidak memadai. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 44

106 Peta 3.3 Peta Cakupan Layanan Persampahan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 45

107 Gambar 3.12 Diagram Sistem Sanitasi Pegelolaan Persampahan Diagram Sistem Sanitasi Persampahan Domestik Produk Input (A) (B) (C) (D) (E) (F) User Interface Pengumpulan Setempat Penampungan Sementara (TPS) Pengangkutan (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang/Pembuangan Akhir Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 46

108 Tabel 3.16 Sistem pengelolaan persampahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang No Nama Kecamatan/Desa Jumlah Penduduk Timbulan Sampah Volume Terlayani 3R Institusi Pengelola TPA Tidak Terlayani orang (m 3 ) % (m 3 ) % (m 3 ) % (m 3 ) % (m 3 ) 1 Kecamatan Banjar Agung , ,7 8,9 90,3 82,3 1 Tunggal Warga , ,0 2, ,0 2 Warga Makmur Jaya , ,1 3 Warga Indah Jaya 815 2, ,0 4 DWT Jaya , ,0 6, ,3 5 Tri Tunggal Jaya , ,1 6 Banjar Agung , ,3 7 Banjar Dewa , ,0 8 Moris Jaya , ,2 9 Tri Mukti Jaya , ,5 10 Tri Darma W.J , ,4 11 Tri Mulya Jaya , ,3 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 47

109 2 Kecamatan Banjar Margo , ,1 0,1 99,9 92,2 1 Agung Dalam , ,6 2 Agung jaya , ,8 3 Bujuk Agung , ,0 4 Catur Karya BJ , ,9 5 Mekar Jaya , ,5 6 Penawar Jaya , ,2 7 Penawar Rejo , ,1 8 Purwa Jaya , ,6 9 Ringin sari , ,8 10 Suka Maju , ,9 11 Sumber Makmur , ,5 0,1 97,5 3,9 12 Tri Tunggal Jaya , ,8 3 Kecamatan Banjar Baru , ,0 1 PKP Jaya , ,5 2 Panca mulya , ,0 3 Kahuripan Jaya , ,2 4 Jaya Makmur , ,6 5 Bawang sakti Jaya , ,1 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 48

110 6 Bawang Tirto mulyo , ,9 7 Mekar indah Jaya , ,5 8 Balai Murni Jaya 924 2, ,2 9 Mekar Jaya 595 1, ,4 10 Karya murni Jaya , ,6 4 Kecamatan Gedung Aji , ,4 1 Penawar Baru , ,5 2 Aji Murni Jaya , ,1 3 Aji Permai 886 2, ,1 4 Gedung Aji , ,9 5 Penawar 578 1, ,4 6 Aji Jaya KNPI , ,1 7 Kecubung Jaya , ,1 8 Kecubung Mulya , ,1 9 Bandar Aji 789 1, ,9 10 Aji Mesir , ,4 5 Kecamatan Penawar Aji , ,2 1 Gedung Rejo Sakti , ,1 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 49

111 2 Gedung Harapan , ,4 3 Karya Makmur , ,5 4 Wonorejo , ,4 5 Gedung Asri , ,6 6 Panca Tunggal Jaya , ,5 7 Sumber Sari , ,9 8 Pasar batang , ,9 9 Suka Makmur , ,8 6 Kecamatan Meraksa Aji , ,0 0,4 99,0 34,0 1 Paduan Rajawali , ,9 2 Karya Bakti , ,2 3 Kecubung Raya , ,8 4 Mulyo Aji , ,0 0,4 90 3,2 5 Marga Jaya 600 1, ,4 6 Bina Bumi , ,5 7 Sukarame , ,5 8 Bangun Rejo , ,6 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 50

112 7 Kecamatan Menggala , ,2 26,2 76,8 86,6 1 Menggala selatan , ,0 7, ,3 2 Menggala Tengah , ,0 3, ,8 3 Menggala kota , ,5 1,2 92,5 14,8 4 Ujung Gunung , ,0 13,8 35 7,4 5 Kagungan Rahayu , ,2 6 Bujung Tenuk , ,0 0,4 95 7,0 7 Tiuh Tohou , ,0 0,3 95 5,0 8 Astra Ksetra , ,3 9 Ujung Gunung Ilir , ,8 8 Kecamatan Penawar Tama , ,7 1 Sido Mulyo , ,5 2 Dwi Mulyo , ,6 3 Tri Jaya , ,7 4 Tri Karya , ,4 5 Sidoharjo , ,0 6 Sidodadi , ,2 7 Tri Tunggal Jaya , ,9 8 Tri Rejo Mulyo , ,9 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 51

113 9 Rejosari , ,6 10 Bogatama , ,7 11 Pulogadung 960 2, ,3 12 Wiratama , ,5 13 Wira Agung Sari 874 2, ,1 14 Sido Makmur , ,3 9 Kecamatan Rawajitu Selatan , ,7 1,3 98,3 75,5 1 Gedung Karya Jitu , ,0 1, ,6 2 Karya Jitu Mukti , ,4 3 Yudha Karya jitu , ,6 4 Karya Cipta Abadi 169 0, ,4 5 Medasari , ,5 6 Bumi Ratu , ,9 7 Hargo Rejo , ,7 8 Hargo Mulyo , ,2 9 Wono Agung , ,2 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 52

114 10 Kecamatan Gedung Meneng , ,1 1 Bakung Ilir 965 2, ,3 2 Bakung Rahayu , ,2 3 Bakung Udik , ,7 4 Gedung Bandar Rahayu , ,5 5 Gedung Bandar rejo , ,8 6 Gedung Meneng , ,7 7 Gedung Meneng Baru 506 1, ,2 8 Gunung Tapa , ,2 9 Gunung Tapa Ilir , ,5 10 Gunung Tapa Tengah , ,8 11 Gunung Tapa Udik , ,0 11 Kecamatan Rawajitu Timur , ,3 1 Bumi Dipasena Sentosa , ,6 2 Bumi Dipasena Utama , ,0 3 Bumi Dipasena Agung , ,8 4 Bumi Dipasena Jaya , ,5 5 Bumi Dipasena Mulya , ,7 6 Bumi Dipasena Makmur , ,2 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 53

115 7 Bumi Dipasena Sejahtera , ,9 8 Bumi Dipasena Abadi , ,5 12 Kecamatan Rawa Pitu , ,5 1 Sumber Agung , ,6 2 Batanghari , ,1 3 Panggung Mulyo , ,3 4 Andalas Cermin , ,6 5 Duta Yoso Mulyo , ,4 6 Gedung Jaya , ,9 7 Rawa Ragil , ,7 8 Bumi Sari , ,9 9 Mulyo Dadi , ,0 13 Kecamatan Gedung Aji Baru , ,5 0,3 99,4 50,9 1 Makarti Tama , ,6 2 Setia Tama , ,7 3 Mesir Dwi Jaya 659 1, ,6 4 Sidomukti , ,6 5 Sukabhakti , ,5 0,3 97,5 11,0 6 Batu Ampar , ,8 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 54

116 7 Mekar sari 506 1, ,2 8 Sidomekar , ,8 9 Sumberjaya , ,6 14 Kecamatan Dente Teladas , ,0 1,5 99,0 141,0 1 Teladas , ,8 2 Dente Makmur , ,0 3 Way dente , ,1 4 Kekatung , ,2 5 Mahabang , ,8 6 Kuala Teladas , ,6 7 Sungai Nibung , ,7 8 Pendowo Asri , ,5 1,5 92,5 18,1 9 Pasiran Jaya , ,7 10 Bratasena Mandiri , ,0 11 Bratasena Adiwarna , ,3 12 Sungai Burung , ,7 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 55

117 15 Kecamatan Menggala Timur , ,2 1 Lebuh Dalem , ,6 2 Kahuripan Dalem , ,7 3 Trimakmur Jaya 992 2, ,4 4 Cempaka Dalem 863 2, ,1 5 Cempaka Jaya , ,8 6 Lingai 704 1, ,7 7 KP. Menggala , ,4 8 Bedarou Indah 692 1, ,7 9 Kibang Pacing , ,5 10 Sungai Luar 197 0, ,5 Sumber : data EHRA diolah POKJA sanitasi 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 56

118 Kriteria dan dasar pelayanan persampahan berdasarkan target Pembangunan Nasional adalah 70% sampah domestik dan 100% sampah non domestik harus mendapatkan penanganan melalui sistem pelayanan umum. Dalam memaksimalkan pelayanan pengelolaan persampahan perkotaan dibutuhkan arahan yang tepat, bukan hanya pada kebutuhan akan pendanaan tetapi juga adalah bagaimana pengelolaan kegiatan pelayanan yang terdiri atas beberapa kegiatan utama, antara lain adalah pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemerosesan akhir sampah. Disamping itu, tak bisa dipungkiri bahwa peranan masyarakat sangat besar dalam pelayanan pengelolaan persampahan dimana perlunya peningkatan kesadaran masyarakat akan lingkungan yang sehat bebas dari sampah karena sebaik apapun sarana maupun sistem pengelolaan persampahan apabila masyarakat tidak memiliki kesadaran akan tetap menjadi masalah yang tak bisa diselesaikan. Penanganan sampah dengan cara membakar secara terbuka (open burning) masih menjadi pilihan pertama dan utama yang dilakukan masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang. Padahal dalam Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 20 Tahun 2008 tentang Juknis SPM Bidang Lingkungan Hidup, dijelaskan bahwa selain kegiatan transportasi dan industri, kegiatan pembakaran terbuka dan kawasan permukiman juga memiliki pengaruh terhadap kualitas udara. Pelayanan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang saat ini didukung oleh keberadaan sarana dan prasarana yang kondisinya jumlahnya masih minim, sehingga dalam pelaksanaan operasionalnya memiliki beban yang lebih berat, dan memberikan pengaruh pada keadaan dan kondisinya. Jumlah sarana dan prasarana persampahan di Kabupaten Tulang Bawang saat ini terdiri atas 25 unit gerobak, 6 unit becak motor, 2 unit dump truck, dan 2 unit arm roll truck. yang kesemuannya beroperasi untuk kawasan perkotaan dengan ritasi yang berbeda-beda. (Lihat Tabel 3.17 Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang) Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 57

119 Tabel Kondisi Prasarana dan Sarana persampahan yang ada di Kabupaten Tulang Bawang No Jenis Prasarana/Sarana Satuan Jumlah/ Kapasitas Ritase/ hari Berfungsi Kondisi Tdk Berfungsi Keterangan (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 1. Pengumpulan Setempat Gerobak Unit Becak/Becak Motor Unit Penampungan Sementara Bak Biasa Unit Container Unit 9-9 Transfer Depo Unit - 3. Pengangkutan Dump Truck Unit Arm Roll Truck Unit Compaction Truck Unit - 4. (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat TPS 3R Unit SPA (stasiun peralihan antara) Unit - 5. TPA/TPA Regional Sanitary landfill Ha - Controlled landfill Ha 10 1 Open Dumping Ha - 6. Alat Berat Bulldozerl Unit - Whell/truck loader Unit - Excavator / backhoe Unit IPL Sistem 1 1 Sumber : BPLHD Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 58

120 Peran Serta Masyarakat Kesadaran masyarakat adalah segala tindakan masyarakat, langsung atau tidak langsung, yang membantu mengurangi tugas pengelolaan persampahan. Secara umum kesadaran masyarakat dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang masih sangat rendah. Berdasarkan hasil survey EHRA, keterlibatan perempuan dalam melakukan pemilahan sampah masih sangat rendah yaitu 20,4 %. Keterlibatan perempuan dalam pengelolaan sampah sangat besar khususnya ibu rumah tangga, karena mereka adalah pelaku utama dalam pengelolaan sampah di rumah tangga. Informasi pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang Bawang disajikan dalam Tabel 3.18 dan Tabel Tabel 3.18 Daftar Program/Kegiatan Persampahan Berbasis Masyarakat No Nama Program/Kegiatan Pelaksana/ PJ Lokasi Tahun Program/ Kegiatan **) Penerima manfaat ***) L P Jumlah Sarana Kondisi sarana saat ini **) Berfungsi Tidak Berfungsi 1 TPST 3R : TPST Sampah Organik BPLHD Kantor BPLHD Sumber : BPLHD Kab. Tulang Bawang Sejalan dengan uraian diatas, bahwa belum berfungsinya TPST 3R yang telah dibangun sejak tahun 2012 serta masih kurangnya partisipasi dan inisiatif masyarakat dalam pengelolaan persampahan tidak hanya disebabkan oleh belum terpenuhinya kebutuhan sarana dan prasarana persampahan, tetapi juga kondisi ekonomi, pengetahuan dan wawasan yang akhirnya berpengaruh nyata terhadap tingkat kesadaran masyarakat menjadi indikasi masih rendahnya pengelolaan sanitasi termasuk sub sektor persampahan. Demikian pula dengan masyarakat miskin yang masih mengalami kesulitan terhadap akses, terutama informasi maupun transportasi. Padahal jika konsep pemilahan sampah diterapkan maka masyarakat khususnya masyarakat miskin akan merasakan dampak positif dari penerapan konsep 3R. Sampai dengan saat ini belum ada pengelolaan sarana persampahan yang dilakukan oleh masyarakat (Tabel 3.19). Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 59

121 Tabel 3.19 Pengelolaan sarana persampahan oleh masyarakat No Jenis Kegiatan Lokasi Lembaga Pengelola Kondisi Kerjasama dengan pihak lain Keterangan Sumber : BPLHD Kab. Tulang Bawang Komunikasi dan Media Hasil identifikasi tentang pengalaman Kabupaten Tulang Bawang dalam menjalankan kampanye pengelolaan sampah serta sejauh mana Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang melakukan penyampaian informasi kepada masyarakat dan mengetahui peran media massa dalam mendukung pengelolaan sampah. Sampai saat ini belum pernah dilakukan kegiatan komunikasi maupun kerjasama dengan media komunikasi secara maksimal. Untuk itu masih perlu ditingkatkan dengan senantiasa mengikuti perkembangan informasi melalui media massa, maupun media elektornik serta informasi teknis tentunya harus proaktif memberikan sosialisasi agar nantinya masyarakat dapat memahami arti penting hidup sehat, membuang sampah pada tempatnya yang ada dengan terpisah sampah kering dan sampah basah. Gambar 3.13 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 60

122 Peran Swasta Dalam pengelolaan kegiatan pelayanan persampahan, selayaknya selain menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, dalam hal ini adalah Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang khususnya Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) juga bisa dikelola melalui kegiatan kemitraan dengan dunia usaha. Sampah yang dihasilkan setiap harinya, yang terdiri atas sampah organik dan anorganik, sebelum di bawa ke tempat pemrosesan akhir, seharusnya bisa dipilah terlebih dahulu untuk kemudian di olah kembali sebagai bagian dari proses daur ulang, dan kegiatan ini bisa melibatkan dunia usaha, karena memiliki prospek bisnis yang cukup menjanjikan. Saat ini, di Kabupaten Tulang Bawang program kemitraan antara Pemerintah Kabupaten dengan dunia usaha belum ada. Walaupun demikian pihak swasta telah ikut berpartisipasi dalam mensukseskan program pemerintah terkait kebersihan dan persampahan. Dunia usaha memiliki program Corporate Social Responsibilty (CSR) sebagai bentuk komitmen dunia usaha untuk terus menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersama dengan peningkatan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. PT. Gula Putih Mataram pada tahun 2014 telah menyumbangkan 3 (tiga) unit Becak Motor, demikian pula PT. SIL telah menyumbangkan 100 tong sampah Demikian pula para petugas mengumpulkan sampah telah melakukan pemilahan jenis sampah plastik seperti botol air mineral, botol kaca, kardus bekas dan besi-besi rongsokan yang kemudian dijual ke pengumpul yang siap menampung barang-barang bekas tersebut. Tabel 3.20 Peran Swasta dalam penyediaan layanan pengelolaan persampahan No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama 1 PT. SIL 2012 Menyiapkan tong sampah 2 PT. Gula Putih Mataram 2014 Menyiapkan kendaraan bermotor roda tiga 100 unit 3 unit Sumber : BPLHD Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 61

123 Pendanaan dan Pembiayaan Pendapatan yang dihasilkan dari retribusi persampahan masih belum sepunuhnya jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di wilayah cakupan pelayanan, karena pengelolaannya memang belum dilakukan secara optimal dan regulasi yang mengatur tentang hal tersebut juga belum tersosialisasi dengan baik. Tabel 3.21 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Sanitasi Persampahan No Komponen Belanja (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) 2 Persampahan (2a+2b) , , , , , ,60 0,12 2.a Pendanaan Investasi Persampahan , , , , , ,00 0,12 2.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD , , , , , ,60 0,17 2.c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun Sumber : DPA Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kab. Tulang Bawang , , , , , ,00 0,12 Tabel 3.22 Realisasi dan Potensi Retribusi Sampah No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) 3 Retribusi Sampah 3.a Realisasi retribusi , , , , , ,00 (0,55) 3.b Potensi retribusi , , , , , ,00 3,40 Sumber : Dinas Pendapatan Kab. Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 62

124 Permasalahan Mendesak Permasalahan mendesak dalam pengelolaan persampahan di Kabupaten Tulang bawang adalah kapasitas lahan TPA yang ada saat ini sudah dimanfaatkan sebesar 70% dan diperkirakan akan mencapai kondisi jenuh dalam 3 tahun ke depan, serta peran serta masyarakat dalam pengelolaan sampah yaitu dengan menerapkan prinsip 3R. Tabel 3.23 Permasalahan Mendesak No Permasalahan 1. Pengelolaan sampah belum memadai, 98,15% penduduk di Kabupaten Tulang Bawang sampahnya belum terangkut dan terolah (TPA baru melayani sampah di 2 (dua) kecamatan, kapasitas TPA saat ini sudah mencapai 70%). 2. Minimnya dana pemeliharaan dan operasional pengelolaan sampah (anggaran pemda di bawah kebutuhan dan penarikan retribusi belum maksimal). 3. Masih kurangnya kesadaran masarakat dalam mengelola sampah dengan konsep 3R (Reuse, Reduce and Recycle) 4. Belum maksimalnya pihak swasta dalam membantu pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah untuk masyarakat. Sumber : Kajian Pokja sanitasi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kriteria perencanaan jaringan drainase di Wilayah Perencanaan disusun dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang mendukung arah pengembangan jaringan, meliputi kriteria pendukung perencanaan jaringan, arahan sistem pengaliran / pemutusan, arahan dimensi / tipe saluran, dan pola pengembangan jaringan air bersih yang memungkinkan dikembangkan. Pola jaringan drainase untuk Wilayah Perencanaan serta diatur dengan mempertimbangkan kriteria sebagai berikut : 1. Klasifikasi jaringan dan arahan perletakan sesuai dengan fungsinya sebagai bagian dari instrumen jalan. 2. Arah kemiringan tanah 3. Besaran dan sebaran wilayah penerima limpasan pada masing-masing lingkungan. Rencana pengembangan saluran drainase dipertimbangkan pula terhadap efisiensi pembangunan dan perawatannya. Bagi Kabupaten Tulang Bawang rencana Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 63

125 drainase yang akan digunakan adalah saluran-saluran yang terpisah antara pembuangan air hujan dan pembuangan limbah (air kotor). Semua drainase yang ada bermuara pada sungai yang berfungsi sebagai pembuangan terakhir, air dari pekarangan, dialirkan ke sepanjang saluran pembuangan di tepi jalan-jalan sekunder dan dialirkan ke jaringan saluran primer dan berakhir di sungai. Pembuangan air kotor dan limbah tidak dilakukan secara terpusat, tetapi diresapkan pada masing-masing pekarangan rumah yang menghasilkan limbah tersebut. Untuk wilayah kota arahan penanganan drainase adalah : 1. Perbaikan saluran drainase yang rusak karena hal tersebut dapat menimbulkan banjir/ tumpahan air juga berpotensi merusak jalan. 2. Perbaikan saluran drainase pada lingkungan permukiman karena saluran yang ada udah tidak memadai untuk menampung air pada musim penghujan. 3. Penanganan saluran drainase terutama untuk saluran yang terputus. 4. Pemeliharaan rutin untuk saluran yang masih berfungsi baik. 5. Peningkatan saluran yang sudah ada antara lain dengan pembuatan pasangan batu pada saluran tersebut sehingga lebih kuat dan kapasitasnya lebih besar. 6. Pembuatan saluran baru yang diharapkan akan dapat mengatasi luapan air dari saluran serta jangan sampai terjadi genangan genangan walaupun hanya pada waktu hujan saja. 7. Pembangunan drainase secara sistematis dan menyeluruh yang dimulai dari saluran primer sekunder tersier. 8. Penerapan Sumur Peresapan Air Hujan (SPAH) pada kawasan yang padat penduduk. 9. Pemeliharaan kolam retensi dan pembuatan kolam retensi yang baru di kawasan yang akan dikembangkan untuk permukiman Kelembagaan Penanganan pengelolaan saluran drainase lingkungan di Kabupaten Tulang Bawang merupakan tanggung jawab Dinas Pekerjaan Umum. Pemeliharaan pada prinsipnya diserahkan kepada masyarakat setempat, namun realitas dilapangan porsi terbesar tetap saja menjadi tanggung jawab penuh dari pemerintah daerah. Kelembagaan ditingkat masyarakat hanya bersifat temporer, termasuk ditingkat desa/kelurahan ataupun kecamatan. Dengan fungsi kelembagaan yang masih lemah maka perencanaan program maupun Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 64

126 target yang ingin dicapai belum berjalan efektif, perangkat peraturan terkait pengelolaan drianase belum tersedia, hal ini terkait dengan dukungan dana (APBD Kab/Provinsi ataupuan APBN) yang masih sangat minim. Demikian juga dukungan dari dunia usaha belum berkembang sebagaimana diharapkan. Daftar pemangku kepentingan sektor drainase di Kabupaten Tulang Bawang adalah sebagai berikut : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 65

127 Tabel 3.24 Daftar Pemangku Kepentingan dalam Pembangunan dan Pengelolaan Drainase Perkotaan PEMANGKU KEPENTINGAN FUNGSI Pemerintah Kabupaten Swasta Masyarakat PERENCANAAN Menyusun target pengelolaan drainase lingkungan skala kabupaten Menyusun rencana program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target Menyusun rencana anggaran program drainase lingkungan dalam rangka pencapaian target PENGADAAN SARANA Menyediakan / membangun sarana drainase lingkungan Dinas PU PENGELOLAAN Membersihkan saluran drainase lingkungan Memperbaiki saluran drainase lingkungan yang rusak Melakukan pengecekan kelengkapan utilitas teknis bangunan (saluran drainase lingkungan) dalam pengurusan IMB PENGATURAN DAN PEMBINAAN Menyediakan advis planning untuk pengembangan kawasan permukiman, termasuk penataan drainase lingkungan di wilayah yang akan dibangun Memastikan integrasi sistem drainase lingkungan (sekunder) dengan sistem drainase sekunder dan primer Melakukan sosialisasi peraturan, dan pembinaan dalam hal pengelolaan drainase lingkungan Memberikan sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan drainase lingkungan Dinas PU Dinas PU MONITORING DAN EVALUASI Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap capaian target pengelolaan drainase lingkungan skala kab/kota Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kapasitas infrastruktur sarana pengelolaan drainase lingkungan Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap efektivitas layanan drainase lingkungan, dan atau menampung serta mengelola keluhan atas kemacetan fungsi drainase lingkungan Sumber : Kajian kelembagaan dan kebijakan Tahun 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 66

128 Kabupaten Tulang Bawang hingga saat ini belum memiliki peraturan terkait pengelolaan drainase yang secara rinci dapat dilihat dalam tabel 3.25 sebagai berikut : Tabel 3.25 Daftar Peraturan Drainase Perkotaan Kabupaten Tulang Bawang Peraturan Ketersediaan Ada (Sebutkan) Tidak Ada Efektif Dilaksanakan Pelaksanaan Belum Efektif Dilaksanakan Tidak Efektif Dilaksanakan Keterangan DRAINASE LINGKUNGAN Target capaian pelayanan pengelolaan drainase lingkungan di kabupaten Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten dalam menyediakan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi pemerintah kabupaten dalam memberdayakan masyarakat dalam pengelolaan drainase lingkungan Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat dan atau pengembang untuk menyediakan sarana drainase lingkungan, dan menghubungkannya dengan sistem drainase sekunder Kewajiban dan sanksi bagi masyarakat untuk memelihara sarana drainase lingkungan sebagai saluran pematusan air hujan Sumber : Kajian kelembagaan dan kebijakan Tahun 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 67

129 Sistem dan Cakupan Pelayanan Sistem drainase perkotaan adalah sistem drainase dalam wilayah administrasi kota dan daerah perkotaan (urban). Sistem tersebut berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air permukaan di daerah permukiman yang berasal dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu dan dapat memberikan manfaat bagi kegiatan masyarakat. Berdasarkan fisiknya, sistem drainase terdiri atas saluran primer, saluran sekunder, dan saluran tersier. Saluran primer adalah saluran yang menerima masukan aliran dari saluran-saluran sekunder, dimana aliran dari saluran primer ini langsung dialirkan ke badan air. Saluran sekunder adalah saluran terbuka atau tertutup yang berfungsi menerima aliran dari saluran-saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer. Sedangkan saluran tersier adalah saluran yang menerima aliran air langsung dari saluran-saluran pembuangan rumahrumah, umumnya saluran tersier ini adalah saluran kiri kanan jalan perumahan. Gambar 3.14 Grafik Presentase Rumah Tangga yang mengalami banjir rutin Berdasarkan hasil EHRA diketahui bahwa 30,73% penduduk mengalami banjir secara rutin. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 68

130 Peta 3.4 Peta Jaringan Drainase dan Wilayah Genangan Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 69

131 Diagram Sistem Sanitasi Drainase Gambar 3.15 Diagram Sistem Sanitasi Pengelolaan Drainase Perkotaan Produk Input (A) (B) (C) (E) (F) User Interface Pengumpulan & Penampungan / Pengolahan Awal Pengangkutan /Pengaliran (Semi) Pengolahan Akhir Terpusat Daur Ulang dan/atau Pembuangan Akhir Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 70

132 Kabupaten Tulang Bawang memiliki banyak wilayah yang rawan banjir, karena sebagian wilayahnya merupakan daerah rawa-rawa dan merupakan wilayah hilir dari sungai pidada dan sungai tulang bawang. Wilayah yang memiliki resiko banjir dapat dilihat dalam tabel 3.26 berikut : Tabel 3.26 Luas Genangan Wilayah Genangan No Nama Kecamatan/Desa Luas Ketinggian Lama Frekwensi (Ha) (m) (Jam/Hari) (Kali/Tahun) Penyebab 1 Kecamatan Banjar Agung 1 Tunggal Warga - 2 Warga Makmur Jaya 7 0,3 Air hujan 3 Warga Indah Jaya 11 1,0 Sungai meluap 4 DWT Jaya - 5 Tri Tunggal Jaya - 6 Banjar Agung - 7 Banjar Dewa 4 0,6 Air hujan 8 Moris Jaya 7 0,6 Air hujan 9 Tri Mukti Jaya - 10 Tri Darma W.J - 11 Tri Mulya Jaya 46 1,5 Sungai meluap 2 Kecamatan Banjar Margo 1 Agung Dalam - 2 Agung jaya - 3 Bujuk Agung 7 0,6 Air hujan 4 Catur Karya BJ. 13 0,8 Sungai meluap 5 Mekar Jaya - 6 Penawar Jaya - 7 Penawar Rejo - 8 Purwa Jaya - 9 Ringin sari - 10 Suka Maju 11 0,7 Sungai meluap 11 Sumber Makmur 51 1,0 Sungai meluap 12 Tri Tunggal Jaya - Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 71

133 3 Kecamatan Banjar Baru 1 PKP Jaya 10 0,4 Air hujan 2 Panca mulya 28 0,7 Air hujan 3 Kahuripan Jaya 21 0,6 Air hujan 4 Jaya Makmur - 5 Bawang sakti Jaya 8 0,3 Air hujan 6 Bawang Tirto mulyo 11 0,5 Air hujan 7 Mekar indah Jaya - 8 Balai Murni Jaya - 9 Mekar Jaya - 10 Karya murni Jaya - 4 Kecamatan Gedung Aji 1 Penawar Baru 2 0,3 Air hujan 2 Aji Murni Jaya - 3 Aji Permai 5 4 Gedung Aji 32 1,0 5,0 Sungai meluap 5 Penawar 62 1,0 20,0 Sungai meluap 6 Aji Jaya KNPI 22 1,0 4,0 Sungai meluap 7 Kecubung Jaya - 8 Kecubung Mulya - 9 Bandar Aji - 10 Aji Mesir - 5 Kecamatan Penawar Aji 1 Gedung Rejo Sakti - 2 Gedung Harapan 3 0,5 3 Karya Makmur 58 2,0 Sungai meluap 4 Wonorejo - 5 Gedung Asri 76 2,0 Sungai meluap 6 Panca Tunggal Jaya - 7 Sumber Sari 51 2,0 Sungai meluap 8 Pasar batang - 9 Suka Makmur - Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 72

134 6 Kecamatan Meraksa Aji 1 Paduan Rajawali - 2 Karya Bakti 2 0,3 Air hujan 3 Kecubung Raya 7 0,4 Air hujan 4 Mulyo Aji 5 0,3 Air hujan 5 Marga Jaya 13 0,7 Sungai meluap 6 Bina Bumi 14 0,7 Sungai meluap 7 Sukarame - 8 Bangun Rejo 58 1,0 Sungai meluap 7 Kecamatan Menggala 1 Menggala selatan 257 1,0 24,0 1,0 Sungai meluap 2 Menggala Tengah 25 1,0 Sungai meluap 3 Menggala kota 300 2,0 24,0 1,0 Sungai meluap 4 Ujung Gunung 309 1,0 24,0 1,0 Sungai meluap 5 Kagungan Rahayu 12 0,6 Sungai meluap 6 Bujung Tenuk 5 0,5 Sungai meluap 7 Tiuh Tohou 9 0,6 Sungai meluap 8 Astra Ksetra 5 0,5 Sungai meluap 9 Ujung Gunung Ilir 8 0,5 Sungai meluap 8 Kecamatan Penawar Tama 1 Sido Mulyo - 2 Dwi Mulyo - 3 Tri Jaya - 4 Tri Karya - 5 Sidoharjo - 6 Sidodadi - 7 Tri Tunggal Jaya - 8 Tri Rejo Mulyo - 9 Rejosari - 10 Bogatama - 11 Pulogadung - 12 Wiratama - 13 Wira Agung Sari - 14 Sido Makmur - Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 73

135 9 Kecamatan Rawajitu Selatan 1 Gedung Karya Jitu 15 0,4 Pasang surut 2 Karya Jitu Mukti 15 0,4 Pasang surut 3 Yudha Karya jitu 9 0,4 Pasang surut 4 Karya Cipta Abadi 19 0,4 Pasang surut 5 Medasari 57 0,4 Pasang surut 6 Bumi Ratu 8 0,4 Pasang surut 7 Hargo Rejo 63 0,4 Pasang surut 8 Hargo Mulyo 6 0,4 Pasang surut 9 Wono Agung 15 0,4 Pasang surut 10 Kecamatan Gedung Meneng 1 Bakung Ilir - 2 Bakung Rahayu 24 0,7 3 Bakung Udik - 4 Gedung Bandar Rahayu - 5 Gedung Bandar rejo 1 0,3 6 Gedung Meneng - 7 Gedung Meneng Baru - 8 Gunung Tapa - 9 Gunung Tapa Ilir 3 0,3 10 Gunung Tapa Tengah 2 0,3 11 Gunung Tapa Udik - 11 Kecamatan Rawajitu Timur 1 Bumi Dipasena Sentosa 3 0,4 Pasang surut 2 Bumi Dipasena Utama 3 0,4 Pasang surut 3 Bumi Dipasena Agung 3 0,4 Pasang surut 4 Bumi Dipasena Jaya 4 0,4 Pasang surut 5 Bumi Dipasena Mulya 3 0,4 Pasang surut 6 Bumi Dipasena Makmur 4 0,4 Pasang surut 7 Bumi Dipasena Sejahtera 4 0,4 Pasang surut 8 Bumi Dipasena Abadi 4 0,4 Pasang surut Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 74

136 12 Kecamatan Rawa Pitu 1 Sumber Agung 36 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 2 Batanghari 30 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 3 Panggung Mulyo 153 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 4 Andalas Cermin 176 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 5 Duta Yoso Mulyo 50 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 6 Gedung Jaya 45 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 7 Rawa Ragil 57 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 8 Bumi Sari 76 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 9 Mulyo Dadi 28 2,0 24,0 2,0 Sungai meluap 13 Kecamatan Gedung Aji Baru 1 Makarti Tama - 2 Setia Tama - 3 Mesir Dwi Jaya - 4 Sidomukti - 5 Sukabhakti 3 0,4 Sungai meluap 6 Batu Ampar - 7 Mekar sari - 8 Sidomekar 4 0,4 Sungai meluap 9 Sumberjaya - 14 Kecamatan Dente Teladas 1 Teladas 230 1,0 24,0 Sungai meluap 2 Dente Makmur 9 0,4 Sungai meluap 3 Way dente 34 0,7 Sungai meluap 4 Kekatung 33 0,7 Sungai meluap 5 Mahabang 7 0,4 Sungai meluap 6 Kuala Teladas - 7 Sungai Nibung - 8 Pendowo Asri 64 0,7 9 Pasiran Jaya 201 1,0 24,0 Pasang surut 10 Bratasena Mandiri 107 1,0 24,0 Pasang surut 11 Bratasena Adiwarna - Pasang surut 12 Sungai Burung 15 0,8 Pasang surut Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 75

137 15 Kecamatan Menggala Timur 1 Lebuh Dalem - 2 Kahuripan Dalem 1 0,3 3 Trimakmur Jaya - 4 Cempaka Dalem - 5 Cempaka Jaya - 6 Lingai - 7 KP. Menggala - 8 Bedarou Indah - 9 Kibang Pacing - 10 Sungai Luar - Sumber : Data EHRA diolah Pokja sanitasi 2014 Sarana dan prasana drainase yang ada di kabupaten Tulang Bawang sebagian besar masih berfungsi seperti yang terlihat dalam tabel 3.27 berikut : Tabel 3.27 Kondisi sarana dan prasarana drainase di Kabupaten Tulang Bawang No Jenis Prasarana/Sarana Satuan Jumlah/ Kapasitas Berfungsi Kondisi Tidak Berfungsi Frek. Pemeliharaan (kali/tahun) (i) (ii) (iii) (iv) (v) (vi) (vii) 1 Saluran Primer - Sungai Tulang Bawang m Berfungsi - - Sungai pidada m Berfungsi - 2 Saluran Sekunder - Saluran Sekunder Rawa Pitu m Berfungsi - - Saluran Sekunder Rawa Jitu m Berfungsi 3 Bangunan Pelengkap - Rumah Pompa Unit - - Pintu Air Unit - Sumber : Dinas PU Kabupaten Tulang Bawang Peran Serta Masyarakat Masyarakat / pihak swasta dalam peranan penanganan drainase masih terbatas, terutama pada lingkungan perumahan pribadi. Sehingga diharapkan semua pihak terutama pemangku kebijakan melakukan kesepakatan / Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 76

138 kesediaan untuk aktif dalam pembangunan organisasi pengelola / pemeliharaan saluran drainase permukiman seperti: Lembaga Pemberdayaan Masyarakat / PKK Program/proyek yang berbasis masyarakat pada dasarnya sudah ada, terutama pada tatanan pengelolaan drainase persil dan sebagian saluran sekunder (khususnya di lingkungan permukiman desa). Belum tersedia data rinci tentang program/proyek pembangunan drainase baik perkotaan maupun perdesaan. Belum ada sistem kelembagaan atau pemisahan yang jelas tentang peran jender dan masyarakat miskin dalam pengelolaan drainase lingkungan. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan prasarana lingkungan seperti saluran untuk sistem drainase menjadi hal penting, karena dalam beberapa pembangunan yang dilakukan Pemerintah Daerah pada akhirnya menjadi tidak berfungsi karena kurangnya pemeliharaan. Peranserta masyarakat dalam pembangunan prasarana lingkungan hanya terlihat pada proses pengajuan usulan kegiatan. Pada saat pembangunan, pembiayaan berasal dari anggaran Pemerintah Daerah dan proses pengerjaan konstruksinya juga dilakukan oleh pihak ketiga (kontraktor). Namum ketika fasilitas tersebut rusak, masyarakat enggan memperbaiki. Dengan demikian, untuk keberlangsungan pemeliharaan lingkungan, kesadaran masyarakat atas pentingnya lingkungan yang baik dan sehat serta menguatkan inisiatif masyarakat dalam menjaga, memelihara dan meningkatkan fungsi lingkungan harus ditingkatkan. Sampai dengan saat ini di Kabupaten Tulang Bawang belum ada program/kegiatan drainase perkotaan berbasis masyarakat (Tabel 3.28) berikut : Tabel 3.28 Daftar Program/kegiatan Drainase Perkotaan Berbasis Masyarakat No. Nama Program / Kegiatan Pelaksana/PJ Lokasi Tahun Program/ Kegiatan Penerima Kondisi Saran Saat ini ****) Manfaat***) Jumlah Sarana L P Berfungsi Tidak Berfungsi Total Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 77

139 Sama halnya dengan program/kegiatan drainase perkotaan berbasis masyarakat, pengelolaan sarana drainase perkotaan oleh masyarakat di Kabupaten Tulang Bawang sampai dengan saat ini juga belum ada (Tabel 3.29), sebagai berikut : Tabel 3.29 Pengelolaan Sarana Drainase Perkotaan oleh Masyarakat Pengelola No. Jenis Sarana Lokasi Iuran Keterangan Lembaga Kondisi Komunikasi dan Media Penggunaan media komunikasi untuk menunjang pengelolaan drainase lingkungan masih belum banyak. Hal ini terlihat dari masih minimnya kegiatan komunikasi terkait komponen drainase lingkungan serta belum adanya kerjasama secara khusus dengan media massa untuk mengkampanyekan kegiatan pengelolaan drainase lingkungan di Kabupaten Tulang Bawang. Gambar 3.16 Kegiatan Penyuluhan atau Sosialisasi yang pernah diikuti di Kabupaten Tulang Bawang Peran Swasta Untuk meningkatkan pelayanan fasilitas sanitasi terkhusus pada saluran drainase sebagai prasarana dasar untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat diperlukan kemitraan dengan pihak luar/swasta/dunia usaha. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 78

140 Adapun mengenai partisipasi dunia usaha di Kabupaten Tulang Bawang untuk saat ini belum ada, oleh karena itu perlu diperkuat kelembagaan antara pemerintah dan dunia usaha. Partisipasi dunia usaha dalam penyediaan layanan pengelolaan drainase yang ada di Kabupaten Tulang Bawang masih belum ada (Tabel 3.30 Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase perkotaan yang ada di kabupaten) Tabel 3.30 Penyedia Layanan Pengelolaan Drainase perkotaan yang ada di Kabupaten No Nama Provider/Mitra Potensial Tahun mulai operasi/ Berkontribusi Jenis kegiatan/ Kontribusi Terhadap Sanitasi Volume Potensi Kerjasama Pendanaan dan Pembiayaan Pendanaan dan pembiayaan sub-sektor drainase lingkungan terdiri dari pendanaan untuk investasi, serta pendanaan operasional dan pemeliharaan. Sisi pendanaan yang memberikan pengaruh besar dalam membentuk gambaran pendanaan sanitasi serta penetapan strategi sanitasi adalah sisi pendapatan (penerimaan) dari layanan sanitasi yang telah dijalankan. Retribusi secara langsung memperlihatkan potensi pendapaan dari layanan sanitasi yang dijalankan kepada masyarakat. Rekapitulasi realisasi pendanaan, Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan dapat dilihat dalam tabel 3.31 dan tabel 3.32 sebagai berikut : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 79

141 Tabel 3.31 Rekapitulasi Realisasi Pendanaan Drainase Perkotaan No Komponen Belanja (Rp) Rata-rata Pertumbuhan (%) 3 Drainase (3a+3b) , , , , , ,20 0,34 3.a Pendanaan Investasi Drainase Perkotaan , , , , , ,20 0,34 3.b Pendanaan OM yang dialokasikan dalam APBD c Perkiraan biaya OM berdasarkan infrastruktur terbangun , , , , , ,40 0,34 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Tabel 3.32 Realisasi dan Potensi Retribusi Drainase Perkotaan No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp) Pertumbuhan (%) 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi b Potensi retribusi Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 80

142 Permasalahan Mendesak Lingkungan permukiman yang memiliki drainase yang baik tidak menjamin bagi terwujudnya lingkungan bersih dan sehat tapi juga diperlukan perilaku yang baik di masyarakat. Peran serta seluruh lapisan masyarakat sangat diharapkan untuk mendukung bagi terpenuhinya prasarana drainase yang sesuai dengan harapan. Dari segi perencanaan, Kabupaten Tulang Bawang sampai saat ini belum memiliki perencanaan drainase yang komprehensif dan terintegrasi sehingga menjadi kendala dalam menentukan kebijakan pembangunan sektor sanitasi apalagi Kabupaten Tulang Bawang juga belum memiliki peraturan-peraturan yang mengatur tentang sanitasi khususnya mengenai pengelolaan drainase. Tabel 3.33 Permasalahan Mendesak No Permasalahan Mendesak 1. 30,73% pemukiman di Kabupaten Tulang Bawang mengalami banjir secara rutin tiap tahun (sistem drainase belum terkoneksi secara baik, saluran tersier dan sekunder belum terkoneksi/terintegrasi dengan baik. Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah hilir dari sungai Way Tulang Bawang, dimana pada saat musim hujan debit air meningkat sehingga tidak tertampung dan menggenangi sebagian daerah di sekitar sungai. 2. Belum adanya peraturan, kebijakan dan perencanaan terpadu dalam pengelolaan drainase. 3. Masih rendahnya kesadaraan masyarakat dalam menjaga kebersihaan drainase yang terbangun (banyaknya sampah yang berserakan di drainase, bahkan digunakan sebagai tempat sampah) 4. Kurangnya peran serta masyarakat dalam membentuk lembaga yang peduli terhadap drainase serta dukungan dari pihak swasta dalam mendukung pemerintah daerah terkait drainase. Sumber : Kajian Pokja sanitasi Pengelolaan Komponen Terkait Sanitasi Sistem pengelolaan komponen terkait sanitasi secara umum sudah cukup memadai, baik itu sistem pengelolaan air bersih, limbah industri rumah tangga, maupun limbah medis. Hal ini juga didukung oleh adanya pembinaan dan pengawasan oleh SKPD terkait diantaranya Dinas Pekerjaan Umum dan Kantor Lingkungan Hidup di Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 81

143 Pengelolaan Air Bersih Air bersih (clean water) adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah di masak. Sedangkan air minum (drinking water) adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 907 Tahun 2002). Sumber air bersih dapat dibedakan atas : 1) Air Hujan; 2) Air Sungai dan Danau; 3) Mata Air; 4) Air Sumur Dangkal; dan 5) Air Sumur Dalam. Pencemaran air, udara, dan tanah masih belum tertangani secara optimal karena aktivitas pembangunan yang kurang memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan (AMDAL). Pencemaran air di Kabupaten Tulang Bawang pada umumnya, adalah adanya indikasi tingginya bakteri coly,kandungan kapur, dan Fe. Pada lokasi-lokasi khusus, terindikasi adanya logam berat pada kandungan air minum pada daerah penambangan dan penggunaan pestisida yang kurang terkontrol pada daerah pertanian sangat menganggu keseimbangan kualitas air tanah disekitarnya. Pada musim kemarau panjang mengalami masalah kekeringan. Selain kekurangan air untuk mengairi lahan pertanian, masyarakat pun menghadapi kekurangan suplai kebutuhan air untuk konsumsi dan kebutuhan sanitasi (MCK). Asumsi yang digunakan dalam menghitung jumlah pengguna air bersih adalah meliputi : Jumlah pelanggan PDAM; Jumlah pengguna air dari mata air terlindung (BPAM); Jumlah pengguna air bersih dari sumur terlindung;) dan Jumlah pengguna air bersih dari Penampungan Air Hujan (PAH). Air bersih merupakan kebutuhan pokok bagi penduduk di Kabupaten Tulang Bawang, penggunaan jaringan air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, industri dan pertanian. Dalam upaya memenuhi kebutuhan air bersih direncanakan pemanfaatan potensi cadangan air Kabupaten Tulang Bawang dari sumber air permukaan (sungai, danau, waduk, rawa) dan air tanah (air tanah dangkal dan dalam). Secara kuantitatif sumber air cukup melimpah, namun secara kualitatif pada beberapa bagian wilayah yang berdekatan dengan rawa-rawa, pantai dan sungai memiliki kondisi yang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 82

144 tidak terlalu baik untuk dikonsumsi. Jika dibandingkan dengan cadangan air yang ada, air yang sudah tergunakan untuk kegiatan domestik, industri dan pertanian masih lebih kecil dibandingkan dengan air yang belum termanfaatkan. Semua pusat permukiman sangat mutlak membutuhkan pelayanan air bersih perpipaan yang telah diproses agar layak dikonsumsi dan higienis. Beberapa wilayah di sebelah timur Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah rawan air bersih, dengan kata lain daerah-daerah yang merupakan daerah di mana masyarakat kesulitan untuk memperoleh air bersih dalam melangsungkan kehidupan sehari-hari, maka perlu diberikan perhatian khusus dalam pengembangan jaringan air bersih untuk ke depannya. Untuk pelayanan air bersih bagi rumah tangga dilaksanakan oleh PDAM baik pusat maupun cabang-cabang yang berada tersebar di kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Tulang Bawang. Peta cakupan layanan air bersih Kabupaten Tulang Bawang disajikan dalam peta 3.5 di bawah ini. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 83

145 Peta 3.5 Layanan Cakupan Air Bersih (atau peta jaringan PDAM) Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 84

146 Berdasarkan kajian studi EHRA masyarakat yang tidak menggunakan layanan PDAM dimana hanya menggunakan sumber-sumber air dari alam, mempunyai resiko sumber air tersebut tercemar sebanyak 43,76% dan hanya 56,23% masyarakat menggunakan sumber air terlindungi. Untuk akses terhadap air bersih yang digunakan sebagai air minum dan memasak, menggunakan sumber air yang tidak terlindungi masih cukup besar yaitu sumur gali tidak terlindungi sebesar 13% dan mata air tidak terlindungi 2%. Selebihnya menggunakan sumber air bersih yang terlindungi untuk air minum dan memasak, sebagian besar berasal dari sumur gali terlindungi 50%. Gambar 3.17 Grafik Akses terhadap Air Bersih/Sumber Air Minum dan Memasak Sumber : Kajian Studi EHRA Tahun 2014 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) jaringan perpipaan yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Way Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang, kapasitas terpasang 110 lt/detik dan kapasitas produksi 60 lt/detik, tingkat kehilangan air sebesar 69%. Pelayanan air minum PDAM Way Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2014 melayani Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 85

147 pelanggan di 3 (tiga) kecamatan dan 1 (satu) desa, dengan jumlah pelanggan sebesar pelanggan rumah tangga atau 2,14% yang terlayani dari jumlah rumah tangga yang ada di Kabupaten Tulang Bawang. Tabel 3.34 Sistem Penyediaan dan Pengelolaan Air Bersih Perpipaan di Kabupaten Tulang Bawang No Uraian Satuan Sistem Perpipaan Keterangan 1 Pengelola PDAM 2 Tingkat Pelayanan % 16 3 Kapasitas Produksi Lt/detik 60 4 Kapasitas Terpasang Lt/detik Jumlah Sambungan Rumah (Total) Unit Jumlah Kran Air Unit Kehilangan Air (UFW) % 69 8 Retribusi/Tarif (rumah tangga) m Jumlah pelanggan Kecamatan Rawajitu Selatan Pelanggan Kecamatan Banjar Agung Pelanggan 587 Kecamatan Menggala Pelanggan 445 Kampung Tiuh Tohou pelanggan 234 Sumber : PDAM Way Tulang Bawang Pengelolaan Air Limbah Industri Rumah Tangga Pengelolaan air limbah indusri rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang sampai saat ini belum ada (Tabel 3.35 Pengelolaan limbah industri rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang), hal ini dikarenakan belum adanya data rinci pengelola industri rumah tangga dan aturan yang mendasari untuk kegiatan tersebut, sehingga buangan limbah industri rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang belum terkoordinir dan sangat menganggu warga masyarakat di sekitarnya, terutama untuk gangguan kesehatan. Oleh karena itu dalam membuat pengolahan air limbah industri rumah tangga harus diperhatikan sebagai berikut : 1. Tidak mencemari sumber air minum yang ada di daerah sekitarnya baik air di permukaan tanah maupun air di bawah permukaan tanah; Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 86

148 2. Tidak mengotori permukaan tanah; 3. Menghindari tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah; 4. Mencegah berkembang biaknya lalat dan serangga lain; 5. Tidak menimbulkan bau yang mengganggu; 6. Konstruksi agar dibuat secara sederhana dengan bahan yang mudah didapat dan murah; 7. Jarak minimal antara sumber air dengan bak resapan 10 m. Pengelolaan yang paling sederhana ialah pengelolaan dengan menggunakan pasir dan benda-benda terapung melalui bak penangkap pasir dan saringan. Benda yang melayang dapat dihilangkan oleh bak pengendap yang dibuat khusus untuk menghilangkan minyak dan lemak. Lumpur dari bak pengendap pertama dibuat stabil dalam bak pembusukan lumpur, dimana lumpur menjadi semakin pekat dan stabil, kemudian dikeringkan dan dibuang. Pengelolaan sekunder dibuat untuk menghilangkan zat organik melalui oksidasi dengan menggunakan saringan khusus. Pengelolaan secara tersier hanya untuk membersihkan saja. Cara pengelolaan yang digunakan tergantung keadaan setempat, seperti sinar matahari, suhu yang tinggi didaerah tropis yang dapat dimanfaatkan. Industri rumah tangga seperti industri tempe, tahu, rumah makan, dan lain-lain perlu mengelola. Limbah dari industri rumah tangga tersebut sehingga tidak menimbulkan bau yang tidak enak dan mengganggu lingkungan sekitarnya. Tabel 3.35 Pengelolaan limbah industri rumah tangga di Kabupaten Tulang Bawang No Jenis Industri Rumah Tangga Lokasi Jumlah Industri RT Jenis Pengolahan Kapasitas (m 3 /hari) Sumber : BLHD dan Dinas Kesehatan Tahun 2014 Catatan : Tidak ada data Pengelolaan Limbah Industri rumah tangga Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 87

149 Pengelolaan Limbah Medis Pengelolaan Limbah medis di Kabupaten Tulang Bawang masih membutuhkan perhatian serius. Sampai dengan saat ini hanya 2 (dua) fasilitas kesehatan yang memiliki pengolahan limbah medis, yaitu Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Menggala dan Puskesmas Tulang Bawang I. Selebihnya, fasilitas layanan kesehatan lainnya ditangani seperti biasa pada skala rumah tangga untuk limbah cair langsung dialirkan ke saluran yang ada sedangkan untuk limbah padat dibuang ke TPS atau dibakar. Tabel 3.36 Pengelolaan Limbah Medis di Fasilitas-Fasilitas Kesehatan No Nama Fasilitas Kesehatan Lokasi Jenis Pengolahan Limbah Medis Kapasitas 1. RSUD Menggala Kecamatan Menggala Incinerator 50 kg/hari Incinerator (jarum suntik) IPAL 20 kg/hari 16 m 3 /hari 2. Puskesmas Tulang Bawang I Kecamatan Banjar Agung Incinerator 50 kg/hari IPAL belum beroperasi Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Tulang Bawang Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB III 88

150 4.1. Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Terkait Sanitasi Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah tindakan yang dilakukan oleh perorangan, kelompok, atau masyarakat yang sesuai dengan norma-norma kesehatan, menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam pembangunan kesehatan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi - tingginya. PHBS dibedakan menjadi PHBS di rumah tangga, PHBS di tempat - tempat umum, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja dan PHBS di institusi kesehatan. Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan) merupakan suatu promosi dimana semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran, sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan - kegiatan kesehatan di masyarakat. Rencana dan kegiatan untuk peningkatan Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan), peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan yang akan dan telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan adalah : 1. Penyediaan tenaga kesehatan di Puskesmas dan Jaringannya serta mendayagunakan tenaga kesehatan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan; 2. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat Kabupaten Tulang Bawang di puskesmas dan jaringannya; 3. Pelayanan pemeliharaan kesehatan dan Pelayanan kesehatan pada ibu dan anak; 4. Pelayanan Kespro, Lansia dan anak sekolah; 5. Perbaikan gizi masyarakat; 6. Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi dasar untuk masyarakat; Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 1

151 7. Pemeliharaan dan pengawasan kualitas lingkungan; 8. Pengembangan kota sehat; 9. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat; 10. Penyuluhan masyarakat tentang pola hidup sehat; 11. Kegiatan yang dilaksanakan oleh kader posyandu setelah kegiatan penimbangan. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 2

152 Tabel 4.1 Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait sanitasi tahun 2015 Rencana Program dan Kegiatan PHBS terkait Sanitasi Tahun Anggaran 2015 No Nama progam/kegiatan Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan 1. Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Upaya Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat bulan ,00 APBD Dinas Kesehatan DPA 2. Program Pengembangan Lingkungan Sehat Pembinaan, pengembangan dan penyehatan lingkungan bulan ,00 APBD Dinas Kesehatan DPA Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2015 Kegiatan PHBS terkait Sanitasi Tahun Anggaran 2014 Tabel 4.2 Kegiatan PHBS terkait sanitasi yang sedang berjalan No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Upaya Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat bulan ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas Kesehatan 2. Program Pengembangan Lingkungan Sehat - Penyehatan Lingkungan bulan ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas Kesehatan - Penyelenggaraan Studi EHRA bulan ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas Kesehatan Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 3

153 4.2. Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Limbah perkotaan berasal pada dua kegiatan pokok, yaitu limbah yang bersumber dari kegiatan industri dan limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga (limbah domestik). Penyelesaian permasalahan pengelolaan limbah rumah tangga di Kota hanya dapat diatasi dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pembuangan air limbah rumah tangga yang benar. Disinilah letak peran Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang, dimana pemerintah berkewajiban untuk menjadi fasilitator baik dalam proses sosialisasi demi meningkatkan kesadaran masyarakat maupun bertindak aktif dalam pembangunan MCK umum dan IPAL/tangkiseptik komunal untuk wilayah yang sangat memerlukan. Proses sosialisasi harus terus dilakukan terutama kepada masyarakat yang masih belum memiliki pengetahuan atau kesadaran yang cukup mengenai permasalahan air limbah rumah tangga. Pengolahan limbah biologis memanfaatkan metabolisme mikroorganisme (bakteri, fungi, protozoa, algae) untuk menguraikan kandungan organik dalam limbah. Untuk suatu jenis limbah tertentu terdapat jenis dan macam mikroorganisme hidup spesifik, hal ini berhubungan dengan makanan yang terdapat dan tersedia di dalam air limbah maupun kondisi lingkungannya, dalam hal ini limbah sebagai sumber makanan bagi mikroorganisme tersebut. Bentuk pengelolaan biologis sendiri dibagi dalam dua klasifikasi penting, yaitu aerob dan anaerob. Pencemaran air cukup rawan terjadi, terutama di kawasan padat permukiman. Selain itu kegiatan perdagangan dan jasa sepert pertokoan, hotel, restoran serta industri, penyamakan kulit, dan kimia juga menghasilkan limbah yang rawan mencemari lingkungan. Untuk itulah peningkatan pengelolaan limbah, terutama limbah domestik perlu terus dilakukan. Rencana Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik tahun 2015 berupa program SLBM (Sanitasi Langsung Berbasis Masyarakat) dalam bentuk pembangunan MCK ++. Selengkapnya disajikan pada tabel 4.3 berikut : Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 4

154 Tabel 4.3 Rencana Program dan kegiatan pengelolaan air limbah domestik tahun 2015 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2015 No Nama progam/kegiatan Satuan Volume Indikasi biaya (Rp) Sumber pendanaan/ pembiayaan SKPD penanggung jawab Sumber dokumen perencanaan 1. Pembangunan Prasarana Sanitasi MCK + paket ,00 DAK + Sharing Dinas PU DPA SKPD Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2015 Pada tahun 2014 kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sudah berjalan berupa pembangunan prasarana sanitasi MCK +, selengkapnya disajikan pada tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Kegiatan pengelolaan air limbah domestik yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Air Limbah Domestik Tahun 2014 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi kegiatan Pelaksana Kegiatan 1 Pembangunan Prasarana Sanitasi MCK + Kmp. Sumber Sari Kec. Penawar Aji paket ,00 DAK + Sharing Kmp. Sumber Sari Kec. Penawar Aji Dinas PU Kmp. Tri Jaya Kec. Penawartama paket ,00 DAK + Sharing Kmp. Tri Jaya Kec. Penawartama Dinas PU Kmp. Penawar Jaya Kec. Banjar Margo paket ,00 DAK + Sharing Kmp. Penawar Jaya Kec. Banjar Margo Dinas PU Kmp. Suka Maju Kec. Banjar Margo paket ,00 Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2014 DAK + Sharing Kmp. Suka Maju Kec. Banjar Margo Dinas PU Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 5

155 4.3. Peningkatan Pengelolaan Persampahan Meningkatnya konsumsi penduduk kawasan perkotaan menyebabkan produksi sampah yang terus bertambah. Kebersihan lingkungan dari sampah merupakan salah satu penunjang utama untuk mewujudkan kenyamanan dan kelestarian lingkungan Kabupaten Tulang Bawang. Secara umum pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 3 (tiga) tahapan kegiatan, yakni : pengumpulan, pengangkutan dan pemrosesan akhir. Tahapan kegiatan tersebut merupakan suatu sistem, sehingga masing-masing tahapan dapat disebut sebagai sub sistem. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, maka sistem 3R (Reduce, Reuse, Recycle) harus sudah diterapkan sejak dari sumber sampah. Pengelolaan sampah mandiri merupakan program yang cukup banyak mendapat alokasi anggaran tahun Berbagai kegiatan termasuk di dalamnya, mulai dari pelatihan pengolaan sampah mandiri, workshop, sosialisasi, studi persampahan, pendampingan pengelolaan sampah. Beragam kegiatan tersebut cukup efektif dalam mengajak masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah dengan cara memilah sebelum dibuang ke TPS dan TPA. Pemilahan sampah di tingkat rumah tangga tersebut dapat menekan volume sampah yang masuk ke TPA. Produksi sampah yang terus menerus mengakibatkan terjadinya tumpukan sampah di beberapa TPS di Kabupaten Tulang Bawang. Tumpukan sampah tersebut merupakan sumber polusi dan penyakit yang dapat menggangu kesehatan dan kenyamanan warga. Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sampah diwujudkan dalam program pengelolaan sampah mandiri. Melalui program tersebut masyarakat diberikan pengetahuan tentang pemilahan sampah dan proses 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang dapat dilakukan mulai dari lingkungan rumah tangga. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 6

156 Tabel 4.5 Rencana program dan kegiatan pengelolaan persampahan tahun 2015 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2015 No Nama Progam/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1. Pembangunan Infrastruktur TPS Rawajitu Selatan Pembangunan Jembatan menuju TPS di Rawajitu Selatan paket ,00 APBD Dinas PU DPA Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2015 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 7

157 Tabel 4.6 Kegiatan pengelolaan persampahan yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Persampahan Tahun 2014 No Nama Progam/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Institusi Pelaksana 1. Sarana dan Prasarana Fisik Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengadaan kendaraan bermotor roda 3 pengangkut sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD Pengadaan Kontainer Sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD Pengadaan Gerobak Sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD Pengadaan sarana dan prasarana bak Sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD 2. Pelaksanaan Pengelolaan Pemanfaatan Sampah Operasional UPTD BPLHD (TPA BAKEM) bulan ,00 APBD TPA Bakem BPLHD 3. Penyuluhan dan Pembinaan Kebersihan dan Keindahan Kota bulan ,00 APBD Kota Menggala BPLHD 4. Program Pembangunan Gedung dan Tata Ruang Perencanaan Pembuatan TPA Kab. Tulang Bawang paket ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas PU Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 8

158 4.4. Peningkatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan efisiensi dari prasarana ini akan menjaga kesehatan dari sistem sosial kota, menjamin kelangsungan perekonomian dan aktivitas bisnis dan menentukan kualitas hidup masyarakat kota. Drainase perkotaan sebagai salah satu prasarana kota memiliki keterkaitan dengan prasarana kota lainnya. Drainase adalah prasarana yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air yaitu sumber air permukaan tanah yang berupa sungai, danau, laut dan di bawah permukaan tanah berupa air tanah di dalam tanah atau bangunan. Sistem drainase Kabupaten Tulang Bawang dimaksudkan untuk memanfaatkan seoptimal mungkin jaringan yang ada baik berupa saluran drainase lingkungan, drainase jalan, saluran pembuangan irigasi (avour), maupun saluran alam yang telah ada. Dalam mewujudkan sistem drainase yang baik dan efektif maka diperlukan program-program maupun kegiatan-kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan saluran drainase. Secara garis besar, program yang terkait dengan pengelolaan drainase Kabupaten Tulang Bawang pada tahun 2012 ini ada 2 (dua), yaitu : 1. Pembangunan dan pemeliharaan sarana saluran primer; 2. Pembangunan dan pemeliharaan sarana saluran sekunder; 3. Pemeliharaan rutin saluran drainase di kecamatan-kecamatan; serta 4. Pengadaan dan pengelolaan pompa air pengendali banjir. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 9

159 Tabel 4.7 Rencana program dan kegiatan pengelolaan drainase perkotaan tahun 2015 Rencana Program dan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Tahun 2015 No Nama Progam/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah I LS ,00 APBD Dinas PU DPA Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah II LS ,00 APBD Dinas PU DPA Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah III LS ,00 APBD Dinas PU DPA Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah IV LS ,00 APBD Dinas PU DPA Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah V LS ,00 APBD Dinas PU DPA Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah VI LS ,00 APBD Dinas PU DPA Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2015 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 10

160 Tabel 4.8 Kegiatan pengelolaan drainase perkotaan yang sedang berjalan Kegiatan Pengelolaan Drainase Perkotaan Tahun 2014 No Nama Progam/Kegiatan Satuan Volume Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1. Program Pembangunan Jalan dan Jembatan - Drainase/ Pembangunan Jalan Paket 1 paket ,00 APBD Kec. Rawapitu Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Jalan Paket 2 paket ,00 APBD Kec. Penawar Tama Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Jalan Paket 3 paket ,00 APBD Kec. Dente Teladas Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Jalan Paket 4 paket ,00 APBD Kec. Dente Teladas Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Jalan Paket 5 paket ,00 APBD Kec. Rawapitu Dinas PU 2. Pembangunan Jalan dan Jembatan serta Bangunan Penunjang - Drainase/ Pembangunan dan Peningkatan Jalan Paket 6 s/d 7 paket ,00 APBD Kec. Gedung Aji Baru Dinas PU - Drainase/ Pembangunan dan Peningkatan Jalan Paket 8 paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan dan Peningkatan Jalan Paket 29 paket ,00 APBD Kec. Banjar Margo Dinas PU - Drainase/ Pembangunan dan Peningkatan Jalan Paket 31 paket ,00 APBD Kec. Menggala Dinas PU - Drainase/ Pembangunan dan Peningkatan Jalan Paket 32 paket ,00 APBD Kec. Dente Teladas Dinas PU Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 11

161 3. Program Pembangunan Gedung dan Tata Ruang - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Rawajitu Timur Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Menggala Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Gedung Aji Baru Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Dente Teladas Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Penawar Aji Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Menggala Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Menggala Dinas PU Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 12

162 4.5. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi Untuk kegiatan peningkatan komponen terkait sanitasi, ada beberapa komponen kegiatan yang dilakukan, baik itu untuk Prohisan, Air Limbah Domestik, Persampahan dan Drainase Lingkungan. Komponen kegiatan terbagi dalam kegiatan yang sedang berjalan serta kegiatan pada tahun mendatang. Komponen lain terkait dengan sanitasi salah satunya adalah komponen air bersih. Jumah penduduk yang semakin meningkat membutuhakan sarana dan prasaranan lingkungan yang memadai. Demikian halnya dengan kebutuhan air bersih. Dimasa mendatang kebutuhan air bersih akan semakin meningkat yang ditandai meningkatnya jumlah penduduk. Sedangkan untuk kegiatan penyediaan air bersih yang sedang berjalan dilaksanakan pada beberapa kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang yang menjadi prioritas pada tahun ini. Kegiatan yang dilaksanakan adalah kegiatan penyediaan sarana dan prasarana air minum dan penyehatan lingkungan yang dibagi menjadi 4 (empat) paket program kegiatan. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 13

163 Tabel 4.9 Rencana program dan kegiatan saat ini Rencana Program dan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2015 No Nama Progam/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Pendanaan/ Pembiayaan SKPD Penanggung jawab Sumber Dokumen Perencanaan 1. Program Lingkungan Sehat Perumahan Pembangunan Prasarana Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat / SLBM (shearing DAK) Pembangunan Prasarana Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat / SLBM (DAK) Penyediaan Air Bersih dan Sarana Dasar Bagi Masyarakat Miskin (shearing DAK) Penyediaan Air Bersih dan Sarana Dasar Bagi Masyarakat Miskin (DAK) Ls ,00 APBD Dinas PU DPA Ls ,00 APBD Dinas PU DPA paket ,00 APBD Dinas PU DPA Ls ,00 APBD Dinas PU DPA 2. Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah I Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah II Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah III Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah IV Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah V Peningkatan dan Pembangunan Jalan Lingkungan dan Drainase Wilayah VI LS ,00 APBD Dinas PU DPA LS ,00 APBD Dinas PU DPA LS ,00 APBD Dinas PU DPA LS ,00 APBD Dinas PU DPA LS ,00 APBD Dinas PU DPA LS ,00 APBD Dinas PU DPA Sumber : DPA SKPD Tahun Anggaran 2014 Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 14

164 Tabel 4.10 Kegiatan yang sedang berjalan Kegiatan Terkait Sanitasi Tahun 2014 No Nama Program/Kegiatan Satuan Volume Indikasi Biaya (Rp) Sumber Dana Lokasi Kegiatan Pelaksana Kegiatan 1 Program Lingkungan Sehat Perumahan Pembangunan Prasarana Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat / SLBM (shearing DAK) Ls ,00 APBD Tersebar di Kab. Tulang Bawang Dinas PU Pembangunan Prasarana Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat / SLBM (DAK) Ls ,00 DAK Tersebar di Kab. Tulang Bawang Dinas PU Penyediaan Air Bersih dan Sarana Dasar Bagi Masyarakat Miskin (DAK) Ls ,00 DAK Tersebar di Kab. Tulang Bawang Dinas PU Penyediaan Air Bersih dan Sarana Dasar Bagi Masyarakat Miskin (Shearing DAK) Ls ,00 APBD Tersebar di Kab. Tulang Bawang Dinas PU Biaya Operasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) bulan ,00 APBD Tersebar di Kab. Tulang Bawang Dinas PU 2 Program Pembangunan Gedung dan Tata Ruang Perencanaan Pembangunan Prasarana Sanitasi Lingkungan paket ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Rawajitu Timur Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Menggala Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Gedung Aji Baru Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Dente Teladas Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 15

165 - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Penawar Aji Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Banjar Agung Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Menggala Dinas PU - Drainase/ Pembangunan Peningkatan Jalan Lingkungan paket ,00 APBD Kec. Menggala Dinas PU 3 Sarana dan Prasarana Fisik Pengelolaan Lingkungan Hidup Pengadaan kendaraan bermotor roda 3 pengangkut sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD Pengadaan Kontainer Sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD Pengadaan Gerobak Sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD Pengadaan sarana dan prasarana bak Sampah unit ,00 DAK Kab. Tulang Bawang BPLHD 3 Pelaksanaan Pengelolaan Pemanfaatan Sampah Operasional UPTD BPLHD (TPA BAKEM) bulan ,00 APBD TPA Bakem BPLHD 4 Penyuluhan dan Pembinaan Kebersihan dan Keindahan Kota bulan ,00 APBD Kota Menggala BPLHD 5 Program Pembangunan Gedung dan Tata Ruang Perencanaan Pembuatan TPA Kab. Tulang Bawang paket ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas PU Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 16

166 6 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air minum dan Air Limbah Pembangunan SPAM MBR IKK 1 Banjar Margo paket ,00 APBD Kec. Banjar Margo Dinas PU Pembangunan SPAM MBR IKK 2 Banjar Margo paket ,00 APBD Kec. Banjar Margo Dinas PU 7 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Upaya Peningkatan Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas Kesehatan 8 Program Pengembangan Lingkungan Sehat Penyehatan Lingkungan ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas Kesehatan Penyelenggaraan Studi EHRA ,00 APBD Kab. Tulang Bawang Dinas Kesehatan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB IV 17

167 Buku Putih Sanitasi sangat penting bagi kabupaten dalam menetapkan prioritas wilayah pengembangan sanitasi yang meliputi pengelolaan air limbah, persampahan, dan drainase serta komponen sanitasi lainnya seperti akses air bersih dan perilaku hidup bersih dan sehat. Resiko sanitasi dapat diartikan terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat. Dalam penentuan area beresiko sanitasi ditetapkan berdasarkan : 1. Data Sekunder Penentuan area beresiko sanitasi berdasarkan data sekunder adalah kegiatan menilai dan memetakan tingkat resiko sebuah area (kelurahan/desa) berdasarkan data yang telah tersedia di SKPD dan tersedia di sumber data lainnya. Data sekunder yang dimaksud adalah data-data mengenai ketersediaan prasarana dan sarana air limbah, persampahan, dan drainase serta data umum wilayah yang meliputi populasi, luas wilayah, kepadatan penduduk, dan angka kemiskinan. 2. Penilaian SKPD Penentuan area beresiko berdasarkan penilaian SKPD diberikan berdasarkan pengamatan, pengetahuan praktis dan keahlian profesi yang dimiliki individu anggota pokja kabupaten yang mewakili SKPD terkait sanitasi dari Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Pekerjaan Umum (DPU), Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) dan Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD). 3. Studi EHRA Penentuan area beresiko berdasarkan hasil studi EHRA adalah kegiatan penilaian dan pemetaan tingkat resiko berdasarkan kondisi sumber air, pencemaran karena air limbah domestik, pengelolaan persampahan di tingkat rumah tangga, kondisi Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 1

168 drainase, perilaku cuci tangan pakai sabun, higiene jamban, penanganan air minum, dan buang air besar sembarangan. Berdasarkan penggabungan data Sekunder, Penilaian SKPD dan data studi EHRA untuk wilayah kajian sanitasi di 15 (lima belas) Kecamatan dengan 151 (seratus lima Puluh satu) kelurahan/desa, diperoleh gambaran area beresiko sanitasi Kabupaten Tulang Bawang untuk pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan dan pengelolaan drainase. Peta ilustrasi area beresiko sanitasi untuk tiga komponen tersebut disajikan dalam Peta 5.1. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi komponen Air Limbah Domestik, Peta 5.2. Peta Ilustrasi Area Beresiko Sanitasi komponen Persampahan, dan Peta 5.3. Peta Ilustrasi Area Beresiko komponen Drainase. Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 2

169 Peta 5.1 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 3

170 Peta 5.2 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Persampahan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 4

171 Peta 5.3 Peta Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 5

172 Pada peta ilustrasi area beresiko sanitasi air limbah domestik terlihat kelurahan/desa yang merupakan area beresiko sangat tinggi yaitu Desa Gedung Meneng dan Bujuk Agung. Desa yang beresiko tinggi ada 15 (Lima belas) kelurahan/desa. Sedangkan kelurahan/desa lainnya mayoritas merupakan area beresiko rendah dan sangat rendah. Hal ini dikarenakan, prasarana air limbah domestik belum memadai yang memicu perilaku buang air besar sembarangan (BABS). Untuk kelurahan/desa dengan resiko sanitasi komponen air limbah domestik sangat tinggi dan resiko tinggi disajikan dalam Tabel 5.1. (Area Beresiko Sanitasi Komponen Air Limbah Domestik) sebagai berikut : Tabel 5.1 Area berisiko sanitasi komponen air limbah domestik No Area Beresiko *) Wilayah Prioritas 1 Resiko 4 Kec. Gedung Meneng : 1. Gedung Meneng Kec. Banjar Margo: 1. Bujuk Agung 2 Resiko 3 Kec. Gedung Aji : 1. Bandar Aji Kec. Menggala : 1. Menggala Kota 2. Ujung Gunung Kec. Rawajitu Selatan : 1. Medasari 2. Gedung Karya Jitu 3. Wono Agung Kec. Gedung Meneng : 1. Bakung Ilir Kec. Rawa Pitu : 1. Andalas Cermin 2. Bumi Sari 3. Panggung Mulyo 4. Duta Yosomulyo Kec. Dente Teladas : 1. Pasiran Jaya 2. Sungai Burung 3. Pendowo Asri Kec. Menggala Timur 1. KP. Mnggala Sumber : Hasil analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 6

173 Area beresiko sanitasi untuk sub sektor persampahan dari 151 (seratus lima puluh satu) kelurahan/desa di Kabupaten Tulang Bawang, yang masuk kategori beresiko sangat tinggi sebanyak 9 (sembilan) kelurahan/desa dan area beresiko tinggi sebanyak 1 (satu) kelurahan/desa. Permasalahan utama yang ditemukan yakni belum teraturnya pengelolaan sampah rumah tangga dan masih ada masyarakat membuang sampah rumah tangga di lahan kosong, sungai, dan drainase serta dibakar. Riancian kelurahan/desa dengan resiko sangat tinggi dan resiko tinggi untuk sanitasi sub sektor persampahan disajikan dalam Tabel 5.2. (Area Beresiko Sanitasi Komonen Persampahan) sebagai berikut : Tabel 5.2 Area berisiko sanitasi komponen persampahan No Area Beresiko *) Wilayah Prioritas 1 Resiko 4 Kec. Gedung Aji : 1. Penawar Baru 2. Aji Murni Jaya 3. Aji Permai 4. Aji Jaya KNPI 5. Kecubung Jaya 6. Kecubung Mulya Kec. Penawar Aji : 1. Gedung Harapan Kec. Gedung Aji Baru 1. Mekar Asri Kec. Menggala Timur 1. Cempaka Dalam 2 Resiko 3 Kec. Gedung Meneng : 1. Gedung Meneng Sumber : Hasil analisis Pada sub sektor drainase permasalahan utama terletak pada dokumen-dokumen perencanaan yang menjadi pijakan dalam pengelolaan belum cukup tersedia dan partisipasi masyarakat serta pihak swasta belum terlibat secara optimal yang berakibat pada kesadaran terhadap pentingnya pengelolaan drainase masih sangat rendah. Disamping itu, sebagian wilayah Kabupaten Tulang Bawang merupakan daerah rawa dan daerah pasang surut sehingga membutuhkan anggaran yang cukup besar serta penanganan yang komprehensif untuk dapat mengatasi genangan dan banjir yang sering terjadi. Area beresiko sanitasi drainase sangat tinggi sebanyak 5 (lima) kelurahan/desa, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 7

174 dan tinggi sebanyak 14 (empat belas) kelurahan/desa dari 151 (seratus lima puluh satu) kelurahan/desa yang ada di Kabupaten Tulang Bawang seperti yang disajikan dalam Tabel 5.3. (Area Beresiko Sanitasi Komponen Drainase) sebagai berikut : Tabel 5.3 Area Berisiko Sanitasi Komponen Drainase No Area Beresiko *) Wilayah Prioritas 1 Resiko 4 Kec. Rawajitu Selatan : 1. Medasari Kec. Gedung Meneng : 1. Gedung Meneng Kec. Rawa Pitu : 1. Panggung Mulyo 2. Duta Yoso Mulyo 3. Bumi Sari 2 Resiko 3 Kec. Menggala : 1. Menggala Selatan 2. Menggala Kota 3. Ujung Gunung Kec. Rawajitu Selatan : 1. Wono Agung Kec. Gedung Meneng : 1. Bakung Ilir Kec. Rawa Pitu : 1. Andalas Cermin 2. Gedung Jaya 3. Rawa Ragil Kec. Gedung Aji 1. Bandar Aji Kec. Dente Teladas : 1. Teladas 2. Pendowo Asri 3. Pasiran Jaya 4. Sungai Burung Kec. Menggala Timur 1. KP. Menggala Sumber : Hasil analisis Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang BAB V 8

175 LAMPIRAN Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang

176

177 STRUKTUR ORGANISASI PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG BUPATI WAKIL BUPATI DPRD S PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN S PEKERJAAN UMUM S PENDIDIKAN S KESEHATAN S KOPERASI, UKM, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN S PERHUBUNGAN S PERTAMBANGAN DAN ENERGI S PASAR S PEMUDA DAN OLAHRAGA AS SOSIAL, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI AS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA AS KOMUNIKASI DAN INFORMASI AS KELAUTAN DAN PERIKANAN AS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN AS PENDAPATAN AS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL 1. INSPEKTORAT 2. BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH 3. BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH 4. BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMKAM/KEL 5. BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KB 6. BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK DAERAH 7. BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DAERAH 8. BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH 9. BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH 10. BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH 11. KANTOR PERPUSTAKAAN, ARSIP DAN DOKUMENTASI 12. RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MENGGALA 1. BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN 2. BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH 3. BP4K 4. SEKRETARIAT DEWAN PENGURUS KORPRI 5. SATUAN POLISI PAMONG PRAJA STAF AHLI BUPATI SEKRETARIAT DAERAH SEKRETARIAT DPRD DINAS DAERAH : LEMBAGA TEKNIS DAERAH : LEMBAGA LAIN : KECAMATAN KELURAHAN

178

179

180

181

182

183

184

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA PADANGSIDIMPUAN] BAB IPENDAHULUAN Latar Belakang

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA PADANGSIDIMPUAN] BAB IPENDAHULUAN Latar Belakang BAB IPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya subject dan object dari pembangunan adalah manusia itu sendiri dan dipertegas dengan program Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA] BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

[BUKU PUTIH SANITASI KOTA YOGYAKARTA] BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi II-1 BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Visi Pembangunan Tahun 2011-2015 adalah Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan yang Mandiri dan Sejahtera. Mandiri bermakna harus mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran RINGKASAN EKSEKUTIF Strategi Sanitasi Kabupaten Wonogiri adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten yang dimaksudkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi

BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi BAB 2 Kerangka Pengembangan Sanitasi 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi Kabupaten Pohuwato Tabel 2.1: Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten/Kota Misi Kabupaten Pohuwato Visi Sanitasi Kabupaten Pohuwato Misi Sanitasi

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI RINGKASAN EKSEKUTIF Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (Program PPSP) merupakan program yang dimaksudkan untuk mengarusutamakan pembangunan sanitasi dalam pembangunan, sehingga sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bengkayang Tahun berisi hasil pengkajian dan pemetaan sanitasi awal yang memotret kondisi sanitasi dari berbagai aspek, tidak terbatas

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI. 3.1 Tujuan, Sasaran, dan Strategi Pengembangan Air Limbah Domestik III-1 BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab strategi percepatan pembangunan sanitasi akan dijelaskan lebih detail mengenai tujuan sasaran dan tahapan pencapaian yang ingin dicapai dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA Provinsi Jawa Tengah Disiapkan oleh: POKJA PPSP KOTA SALATIGA 1 Kata Pengantar Puji dan syukur kita panjatkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya. Visi Sanitasi Kabupaten BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1 Visi Misi Sanitasi Tabel 2.1 : Visi Misi Sanitasi Kabupaten Aceh Jaya Visi Kabupaten Misi Kabupaten Visi Sanitasi Kabupaten Misi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Aceh

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi karena lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi : tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

B A B I P E N D A H U L U A N

B A B I P E N D A H U L U A N B A B I P E N D A H U L U A N 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi sanitasi di Kabupaten Bojonegoro yang telah digambarkan dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bojonegoro mencakup sektor air limbah, persampahan,

Lebih terperinci

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun

Sia Tofu (Bersama dan Bersatu) dan Visi Pembangunan Kabupaten Pulau Taliabu Tahun .1 Visi dan Misi Sanitasi Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menjelaskan bahwa visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sanitasi di Kabupaten Hulu Sungai Utara masih banyak dilakukan secara parsial, dimana masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupannnya sehari-hari. Kondisi sanitasi suatu masyarakat dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI

PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBU KOTA JAKARTA BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH MATERI SOSIALISASI & FGD Rabu, 30 November 2011 PEMETAAN SISTEM SANITASI KRITERIA PEMILIHAN LOKASI Dalam Rangka

Lebih terperinci

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang . Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan

Lebih terperinci

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016 Ringkasan Studi EHRA Studi EHRA (Environmental Health Risk Assessment) atau dapat juga disebut sebagai Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan, merupakan sebuah studi partisipatif di tingkat Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO

BAB 1 PENDAHULUAN DRAFF BUKU PUTIH SANITASI KOTA METRO BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Deklarasi pembangunan milenium berpihak pada pemenuhan hak-hak dasar manusia yang mengarah kepada peningkatan kualitas hidup, dan dituangkan dalam tujuan-tujuan Millenium

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1 1.1. Latar Belakang. Dalam kontek Program Pembangunan Sektor Sanitasi Indonesia (ISSDP), sanitasi didefinisikan sebagai tindakan memastikan pembuangan tinja, sullage dan limbah padat agar lingkungan rumah

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG 2014 KATA PENGANTAR

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG 2014 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT / Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Tulang Bawang telah dapat diselesaikan penyusunannya. Penyusunan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kemiskinan dan kekumuhan suatu Kota/Kabupaten. Kondisi sanitasi yang tidak

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1

PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 PENYUSUNAN KEBIJAKAN STRATEGI SANITASI KOTA TANGERANG 1 Bab 5 Strategi Monitoring dan Evaluasi 1.1 Kerangka Monitoring dan Evaluasi Implementasi SSK Monitoring dapat diartikan sebagai proses rutin pengumpulan

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 3 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka pengembangan sanitasi yang mencakup tiga sub sector yairu air limbah, sampah dan drainase. Dalam pembahasan bab ini mencakup

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA

Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA Penyepakatan VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI SANITASI KOTA TASIKMALAYA SATKER SANITASI KOTA TASIKMALAYA TAHUN LOGO2013 VISI Terciptanya Kondisi Lingkungan Masyarakat yang Sehat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karimun sebagai daerah yang sangat berpengaruh pada pasang surut dan yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan dan penduduk yang masih banyak mendiami pesisir

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN TAHUN 2013 STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN TANGGAMUS PROPINSI LAMPUNG POKJA SANITASI KABUPATEN TANGGAMUS POKJA BADAN SANITASI PERENCANAAN KABUPATEN

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) POKJA SANITASI KABUPATEN BERAU Tahun 2011 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan di Kabupaten Pasuruan dilaksanakan secara partisipatif, transparan dan akuntabel dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dan pengertian dasar pembangunan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1 VISI DAN MISI SANITASI Visi merupakan suatu pemikiran atau pandangan kedepan, tentang apa, kemana dan bagaimana mencapai keadaan yang lebih baik di masa depan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) 1.1 Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Pemerintah Indonesia mempunyai komitmen sangat kuat untuk mencapai salah satu target dalam Millenium Development Goals (MDGs), yaitu menurunnya jumlah penduduk yang

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI Sebagai sebuah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi skala kota, kerangka kebijakan pembangunan sanitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2015 Kabupaten Gunungkidul melakukan pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK). Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kabupaten Gunungkidul dilakukan karena usia

Lebih terperinci

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014 Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2014 STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK)

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 2.1. Visi Misi Sanitasi Visi dan misi sanitasi telah dirumuskan untuk memberi arahan bagi pengembangan sanitasi Kabupaten Tana Toraja dalam rangka mencapai visi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir 30% penduduk Indonesia masih buang air besar sembarangan (BABS), baik langsung maupun tidak langsung 18,1% diantaranya di perkotaan. Genangan di permukiman dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Target Millenium Development Goals (MDGs) menempatkan manusia sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan yang tujuan akhirnya ialah kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI STRATEGI SANITASI KABUPATEN 2013-2017 BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI Monitoring evaluasi merupakan pengendalian yakni bagian tidak terpisahkan dari upaya mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Monitoring

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan urusan wajib Pemerintah Kabupaten/, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sanitasi

Lebih terperinci