TENTANG. perubahan yang pesat, sehingga dapat berpengartrh terhadap kelestarian Cagar Budaya ; merupakan kekayan budaya yang harus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TENTANG. perubahan yang pesat, sehingga dapat berpengartrh terhadap kelestarian Cagar Budaya ; merupakan kekayan budaya yang harus"

Transkripsi

1 PEM ERTNTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR i7 TAHUN 2OI2 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang Mengingat b. c. d. : bahwa perkemb rngan pembangunan Kabupaten Lamongan saat ini mengalami peningkatan dan perubahan yang pesat, sehingga dapat berpengartrh terhadap kelestarian Cagar Budaya ; bahwa Cagar Budaya di Kabupaten Lamongan merupakan kekayan budaya yang harus dilestarikan demi pemupukan jati diri bangsa dan kepentingan nasional danlatau daerah ; bahwa untuk menjaga kelestarian Cagar Budaya di Kabupaten Lamongan diperlukan pengaturan terhadap perlindungan dan pemeliharaan serta hal-hal yang terkait dengan pelestarian cagar budaya ; bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, maka guna kepastian hukum dalam rangka perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan Cagar Budaya di Kabupaten Lamongan perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pelestarian Cagar Budaya. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ; Undang-Undang Nomor 12 tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur (Diumumkan dalam Berita Negara pada tanggal 8 Agustus 1e50); Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 32oel;

2 t Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor l4o, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5059); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OO7 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Tahun 2OOT Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Nomor a833); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO4 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO4 Nomor L25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 48aal ; Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2OlO tentang Benda Cagar Budaya (Lernbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OIO Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5168); Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2OlL tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2}ll Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 523a1; Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2OO5 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a593); Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2OO7 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7, Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor a7371; Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 20lt tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah; Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 1 Tahun 2OLL tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2OLL-2O15 (Lembaran Daeerah Kabupaten Lamongan Tahun 2}ll Nomor 1) ; Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 15 Tahun 2OLL tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan Tahun 2OLL-2O31 (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2OlI Nomor 15);

3 3 14. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 1 Tahun 2Ol2 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2OO*2O25 (Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan Tahun 2Ol2 Nomor 1). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN DAN BUPATI LAMONGAN MEMUTUSKAN : Menetapkan PERATURAN DAERAH TENTANG CAGAR BUDAYA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 PELESTARIAN Dalam Peraturan Daerah ini yang disebut dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Lamongan. 2. Dewan Perwakilan Ralryat Daerah adalah Dewan Perwakilan Ralryat Daerah Kabupaten Lamongan. 3. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah ; 4. Kepala Daerah adalah Bupati Lamongan. 5. Cagar Budaya, adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan kawasan atau lingkungan cagar budaya didarat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahltan, pendidikan, agama, danf atau kebudayaan melalui proses penetapan. 6. Tim Cagar Budaya adalah kelompok ahli pelestarian dari berbagai bidang ilmu yang memiliki sertifikat kompetensi untuk memberikan rekomendasi penetapan, pemeringkatan, dan penghapusan cagar budaya. 7. Setiap orang adalah perseorangan, kelompok orang, masyarakat, badan usaha berbadan hukum, dan/atau badan usaha bukan berbadan hukum. 8. Benda Cagar Budaya adalah benda alam dan/atau benda buatan manusia, baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan manusia. 9. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding danlatau tidak berdinding, dan beratap. 10. Struktur Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam dan/atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang kegiatan yang menyatu dengan alam, sarana, dan pras rrana untuk menampung kebutuhan manusia.

4 11. Situs Cagar Budaya adalah lokasi yang berada di darat dan/atau di air yang mengandung benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan/atau struktur cagzrr budaya sebagai hasil kegiatan manusia atau bukti kejadian pada masa lalu. 12. Lingkungan Cagar Budaya adalah kawasan disekitar atau disekeliling cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian bangunan cagar budaya dan/atau kawasan tertentu yang berumur sekurangkurangnya 50 (lima puluh) tahun serta dianggap mempunyai nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. 13. Pelestarian adalah upaya dinamis untuk mempertahankan keberadaan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya dan nilainya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. t4. Konservasi, adalah segenap proses pengelolaan cagar budaya agar makna budaya yang terkandung didalamnya terpelihara dengan baik dengan tujuan untuk melindungi, memelihara dan memanfaatkan dengan cara preservasi, pemugaran atau demosili. 15. Perlindungan adalah upaya mencegah dan menanggulangi dari kerusakan, kehancuran, atau kemusnahan dengan cara penyelamatan, pengamanan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran cagar budaya. 16. Pemeliharaan adalah upaya menjaga dan merawat agar kondisi fisik cagar budaya tetap lestari. 17. Preservasi adalah pelestarian suatu cagar budaya dengan cara mempertahankan keadaan aslinya tanpa ada perubahan, termasuk upaya mencegah penghancuran. 18. Pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, dan struktur cagar budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk, tata letak, dan/atau teknik pengerjaan untuk memperpanjang usianya. 19. Rehabilitasi adalah pelestarian suatu benda, bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya dengan cara mengembalikan kedalam keadaan semula. 20. Restorasi adalah perubahan terhadap benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya, dan/atau lingkunga.n cagar budaya dengan cara yang lebih baik. 21. Rekonstruksi adalah upaya mengembalikan suatu benda, bangunan, dan/atau tempat semirip mungkin dengan keadaan semula, dengan menggunakan bahan lama maupun bahan baru, sesuai informasi kesejarahan yang diketahui. 22. Adaptasi adalah pengembalian cagar budaya untuk kegiatan yang lebih sesuai dengan kebutuhan masa kini dengan melakukan perubahan terbatas yang tidak akan mengakibatkan kemerosotan nilai pentingnya atau kerusakan pada bagian yang mempunyai nilai penting. 23. Revitalisasi adalah kegiatan pengembalian yang ditujukan untuk menumbuhkan kembali nilai-nilai penting cagar budaya dengan penyesuaikan fungsi rlrang baru yang tidak bertentangan dengan prinsip pelestarian dan nilai budaya masyarakat. 24. Demosili adalah upaya pembongkaran atau perombakan suatu benda, bangunan cagar budaya yang sudah dianggap rusak dan membahayakan dengan pertimbangan dari aspek keselamatan dan keamanan dengan melalui penelitihan terlebih dahulu dengan dokumentasi yang lengkap. 4

5 5 BAB II ASAS, TUJUAN, SASARAN DAN RUANG LINGKUP Pasal 2 Pelestarian cagar budaya berdasarkan asas : a. pancasila; b. bhinneka tunggal ika; c. kenusantaraan ; d. keadilan ; e. ketertiban dan kepastian hukum ; f. kemanfaatan; g. keberlanjutan ; h. partisipasi ; dan i. transparansidanakuntabilitas. Pasal 3 Pelestarian cagar budaya bertujuan : a. mempertahankan keaslian cagar budaya. yang mengandung nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya; b. melindungi dan memelihara cagar budaya dari kerusakan yang disebabkan tindakan manusia maupun proses alam; c. memanfaatkan benda, bangunan, struktur, dan situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagai kekayaan cagar budaya untuk dikelola sebaik-baiknya demi kepentingan pembangunan dan citra daerah serta tujuan wisata; d. melestarikan warisan budaya bangsa, meningkatkan harkat dan martabat bangsa serta memperkuat kepribadian bangsa dan mempromosikan warisan budaya bangsa. Pasal 4 Sasaran pelestarian cagar budaya adalah : a. meningkatkan kesadaran masyarakat da pemilik akan pentingnya pelestarian, perlindungan dan pemelihaiaan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya; b. memberikan dorongan dan dukungan kepada masyarakat untuk berperan serta dalam upaya pelestarian, perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan terhadap potensi benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya untuk kepentingan sejarah, pengetahuan, kebudayaan, sosial dan ekonomi. Pasal 5 Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Daerah ini meliputi : a. benda cagar budaya; b. bangunan cagar budaya; c. struktur cagar budaya ; d. situs cagar budaya ; e. lingkungan cagar budaya.

6 6 BAB III KRITERIA, TOLOK UKUR DAN PENGGOLONGAN Pasal 6 Benda, bangunan, atau struktur ditetapkan sebagai benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, atau struktur cagar budaya berdasarkan kriteria : a. umur; b. estetika; c. kejamakan; d. kelangkaan; e. nilai sejarah; f. memperkuat kawasan; g. keaslian; h. keistimewaan; dan latau i. tengeran. Situs dan lingkungan ditetapkan sebagai situs cagar budaya dan lingkungan cagar budaya berdasarkan kriteria : a. umur; b. keaslian; c. nilai sejarah; d. kelangkaan; danf atau e. ilmu pengetahuan. Pasal 7 Tolok ukur dari kriteria benda, bangunan, dan struktur cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, adalah: a. umur berkenaan dengan batas usia benda, bangunan, dan struktur cagar budaya sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun; b. estetika berkenaan dengan aspek rancangan arsitektur yang menggambarkan suatu zaman dan gaya/langgam tertentu; c. kejamakan berkenaan dengan benda, bangunan-bangunan, struktur atau bagian dari Daerah yang dilestarikan karena mewakili kelas atau jenis khusus benda dan bangunan yang cukup berperan; d. kelangkaan berkenaan dengan dengan jumlah yang terbatas dari jenis atau fungsinya, atau hanya satu-satunya di lingkungan atau wilayah tertentu; e. nilai sejarah berkenaan dengan peristiwa perubahan dan/atau perkembangan daerah, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia, ketokohan, politik, sosial, budaya serta nilai arsitektural yang menjadi simbol nilai kesejarahan pada tingkat Nasional dan/atau Daerah; f. memperkuat kawasan berkenaan dengan benda, bangunan, struktur atau bagian Daerah yang karena potensi dan/atau keberadaannya dapat mempengaruhi serta sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan di sekitarnya; g. keaslian berkenaan dengan tingkat perubahan dari benda, bangunan, struktur cagar budaya baik dari aspek struktur, material, tampang benda dan/atau bangunan maupun sarana dan prasarana lingkungannya;

7 7 h. keistimewaan berkenaan dengan sifat istimewa dari benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya ; i. tengeran atau landmark berkenaan dengan keberadaan sebuah benda, bangunan danf atau struktur, baik tunggal atau jamak dari benda, bangunan dan/atau struktur atau lansekap yang menjadi simbol atau karakter suatu tempat atau lingkungan cagar budaya. Tolok ukur dari situs dan lingkungan cagar budaya sebagimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat, adalah : a. umur berkenaan dengan usia lingkungan terbangun, paling sedikit seusia benda, bangunan danlatau struktur yang telah ditetapkan atau diduga sebagai benda dan/atau bangunan cagar budaya; b. keaslian adalah keberadaan situs cagar budaya atau lingkungan cagar budaya yang masih asli, baik lengkap maupun tidak lengkap; c. nilai sejarah berkenaan dengan peristiwa perubahan dan/atau perkembangan kota Lamongan, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia, ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan pada tingkat nasional dan/atau Daerah untuk memperkuat jati diri bangsa; d. kalangan berkenaan dengan tatanan tapak atau tatanan situs atau lingkungan yang jarang ditemukan; e. ilmu pengetahuan, berkenaan dengan ilmu dan pengetahuan yang berkaitan dengan situs cagar budaya atau lingkungan cagar budaya. Pasal 8 Berdasarkan kriteria dan tolok ukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7 benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya dibagi dalam 4 (empat) golongan, yaitu : a. golongan A, adalah benda, bangunan dan/atau struktur bangunan cagar budaya yang harus dipertahankan dengan cara preservasi; b. golongan B, adalah benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya yang dapat dilakukan pemugaran dengan cara restorasi, rehabilitasi atau rekonstruksi; c. golongan C, adalah benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya yang dapat dilakukan pemugaran dengan cara revitalisasi atau adaptasi; d. golongan D, adalah benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya yang keberadaannya dapat membahayakan keselamatan penggunaan maupun lingkungan sekitarnya, sehingga dapat dibongkar dan dapat dibangun kembali sesuai dengan aslinya dengan cara demosili. Pasal 9 Berdasarkan kriteria dan tolok ukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 7, situs cagar budaya dan lingkungan cagar budaya dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu : a. golongan I, adalah situs cagar budaya atau lingkungan cagar budaya yang secara fisik masih lengkap dan memenuhi seluruh criteria;

8 8 b. c. golongan II, adalah situs budaya yang secara fisik kriteria umur, keaslian dan golongan III, adalah situs cagar budaya atau lingkungan cagar tidak lengkap serta minimal memenuhi nilai sejarah; cagar budaya atau lingkungan cagar budaya yang secara fisik tidak lengkap serta minimal memenuhi kriteria umur dan keasliannya. Pasal 10 Ketentuan mengenai pelaksanaan penggolongan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9 diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB IV TUGAS, TANGGUNGJAWAB DAN WEWENANG Pasal 1 1 Pelestarian benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkung rn cagar budaya di Daerah menjadi tugas dan tanggungiawab Pemerintah Daerah. Pasal 12 Dalam melaksanakan tugas dan tanggungiawab sebagimana dimaksud dalam Pasal 1 1, Pemerintah Daerah berwenang : a. menetapkan prosedur dan tata cara serta melakukan inventarisasi terhadap benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkung"., yang diduga seba{ai cagar budaya; b. menetapkan prosedur dan tata cara pelaporan penemuan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan yang diduga sebagai cagar budaya; c. menetapkan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan sebagai cagar budaya berdasarkan berita acara hasil penelitian Tim Cagar Budaya ; d. melakukan penelitian berdasarkan kriteria untuk penggolongan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya; e. melakukan pendaftaran terhadap benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya; f. mengatur perlindungan, pemeliharaan dan pemanfaatan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya; g. memberikan izin kegiatan pemugaran, pembongkaran dalam rangka demosili terhadap benda, bangunan, status, situs dan/atau lingkungan cagar budaya; h. melakukan pengawasan terhadap perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya. Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah harus mempertimbangkan dan menyesuaikan dengan keberadaan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagimana dimaksud pada ayat lebih lanjut diatur dalam Peraturan Kepala Daerah.

9 9 BAB V HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT Pasal 13 (21 (4) Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk menikmati keberadaan cagar budaya. Setiap orang mempunyai hak atas informasi yang berkaitan dengan peran serta dalam pelestarian cagar budaya. setiap orang mempunyai hak untuk berperan serta dalam rangka pelestarian cagar budaya sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Setiap orang berhak memperoleh kompensasi atas penemuan cagar budaya. Pasal 14 Setiap orang berkewajiban menjaga cagar budaya serta mencegah dan menanggulangi kerusakan cagar budaya. setiap orang yang memiliki, menguasai dan/atau memanfaatkan cagar budaya wajib memelihara kelestarian dan mencegah kerusakan cagar budaya. BAB VI PENGUASAAN, PEMILIKAN, PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN Bagian Kesatu Penguasaan Pasal 15 Dalam rangka pelestarian cagar budaya di Daerah, benda cagar budaya, bangunan cagar budaya, struktur cagar budaya, situs cagar budaya dan/atau lingkungan cagar budaya dikuasai oleh Pemerintah Daerah. Penguasaan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat, Pemerintah Daerah wajib melaksanakan tugas, tanggung jawab dan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 12 serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagian Kedua Pemilikan Pasal 16 Setiap orang dapat memiliki benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya. Pemilikan sebagaimana dimaksud pada ayat, tetap memperhatikan fungsi sosial dan sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. Pengalihan pemilikan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya dapat dilakukan dengan mengutamakan pengalihannya kepada Pemerintah Daerah dengan ganti rugi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

10 10 (4) (s) Dalam hal Pemerintah Daerah tidak dapat mengambil alih benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya, maka pengalihan dapat dilakukan dengan orang lain. Pengalihan pemilikan kepada orang lain sebagaimana dimaksud pada ayat (4), tidak dapat mengubah penggolongan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah ditetapkan. Bagian Ketiga Pengelolaan Pasal 17 (4) Setiap orang dapat melakukan pengeloalaan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya. Pengelolaan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan setelah mendapatizin dari Kepala Daerah. Pemerintah Daerah dapat melakukan pengelolaan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya apabila pemilik cagar budaya tersebut tidak mampu melakukan pengelolaan/ pelestarian. Pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan atas dasar persetujuan pemilik sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku. Bagian Keempat Pemanfaatan Pasal 18 (21 Setiap orang dapat melakukan pemanfaatan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat, dengan tetap memperhatikan kelestarian benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya. Setiap pemanfaatan terhadap cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat, harus mendapat izin terlebih dahulu dari Kepala Daerah. Pasal 19 Setiap orang yang menempatkan dan/atau mendirikan bangunan pada lokasi cagar budaya harus menyesuaikan situasi dan kondisi cagar budaya yang ada. Penempatan dan/atau pendirian bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat harus serasi dengan lingkungan baik bentuk, ketinggian dan nilai arsitekturnya. Penempatan dan/atau pendirian sebagaimana dimaksud pada ayat, harus rnendapatkan izin terlebih dahulu dari Kepala Daerah.

11 11 Pasal 20 (21 Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 18, dan Pasal 19 diajukan kepada Kepala Daerah melalui pejabat yang ditunjuk Kepala Daerah dalam memberikan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal 18 dan Pasal 28 harus mendapat pertimbangan lebih dahulu dari Tim Cagar Budaya. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara/mekanisme dan syarat izin diatur lebih lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB VII INVENTARISASI DAN PENEMUAN Bagian Kesatu Inventarisasi Pasal 21 (4) (s) Pemerintah Daerah berkewajiban melakukan inventarisasi terhadap benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang diduga sebagai cagar budaya. Setiap orang dapat melakukan inventarisasi benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya. Kegiatan inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat, dapat dilakukan setelah memperoleh rekomendasi dari Kepala Daerah. Hasil inventarisasi sebagaimana dimaksud pada ayat, harus dilaporkan secara berkala setiap 1 (satu) bulan sekali kepada Kepala Daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. Bagian Kedua Penemuan Pasal22 (4) Setiap orang yang menemukan atau mengetahui ditemukannya benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungarl yang diduga sebagai cagar budaya yang tidak diketahui pemiliknya, wajib melaporkan kepada Pemerintah Daerah paling lambat 3o (hari) hari sejak ditemukan atau mengetahui ditemukannya. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat Pemerintah Daerah melalui Tim Cagar Budaya melakukan penelitian. sejak diterimanya laporan dan selama dilakukannya penelitian terhadap benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang ditemukan diberikan perlindungan sebagai cagar budaya. Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat, Pemerintah Daerah menentukan benda, dan/atau bangunan, dan/atau struktur, dan/atau situs, dan/atau lingkungan cagar budaya atau bukan cagar budaya berdas'arkan pertimbangan Tim Cagar Budaya, dengan menetapkan : a. pemilikan oleh Negara dengan pemberian imbalan yang wajar;

12 t2 (5) (6) b. pemilikan sebagian dari benda, danfatau bangunan, dan/atau struktur, dan/atau situs, dan/atau lingkungan cagar budaya oleh penemu; c. penyerahan kembali kepada penemu, apabila terbukti benda, struktur, situs, dan/atau lingkungan bangunan, dan/ atau bangunan dan/atau lingkungan tersebut bukan sebagai cagar budaya yang tidak diketahui pemiliknya ; Pemilikan, penguasaan dan pemanfaatan terhadap benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaporan, penelitian dan penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat, ayat, ayat dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB VIII PENDAFTARAN Pasal 23 setiap orang yang memiliki benda, bangunan, struktur, situs, dan/atau lingkungan cagar budaya yang memenuhi kriteria dan tolak ukur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan pasal T wajib mendaftarkan sesuai ketentuan peraturan perulndang-undangan yang berlaku. Pendaftaran benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat meliputi : a. pemilikan; b. penguasaan; c. pengalihan hak, dan d. pemindahan tempat. Pendaftaran benda, bangun Ln, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat, tidak dibebani biaya pendaftaran. (4) Pendaftaran benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat disampaikan secara tertulis kepada Kepala Daerah melalui instansi yang membidangi dengan dilengkapi data mengenai : a. identitas pemilik; b. riwayat pemilikan benda dan/atau bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya; dan c. jenis, jumlah, bentuk serta ukuran benda dan/atau bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya. Pasal24 Pemilik yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4), diberi bukti pendaftaran. Bukti pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat, tidak berlaku apabila benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya tersebut : a. dialihkan pemiliknya; atau b. dipindahkan ke lain daerah. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendaftaran benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya diatur dalam Peraturan Kepala Daerah.

13 13 BAB IX PENETAPAN DAN PEMBERIAN TANDA CAGAR BUDAYA Pasal 25 (4) (5) Penetapan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagai cagar budaya didasarkan pada kriteria, tolok ukur dan penggolongan sebagaimana dimaksud dalam pasal 6, pasal 7, Pasal 8, dan Pasal 9. Penetapan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagai cagar budaya harus melalui pertimbangan dari Tim Cagar Budaya. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur penetapan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. Tim cagar Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (21, dibentuk oleh Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan dari DPRD. Kepala Daerah melalui pejabat yang ditunjuk memberitahukan tentang penetapan benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya sebagaimana dimaksud dapa ayat kepada pemilik cagar budaya dimaksud. Pasal 26 (2t Setiap orang yang memiliki, mengetahui atau mengelola benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya wajib memasang tanda benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang mudah dilihat oleh umum. Ketentuan lebih lanjut mengenai tanda cagar budaya sebagaimana dimaksud pada ayat, diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB X PELESTARIAN Pasal 27 Setiap orang wajib melindungi cagar budaya. Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat, berdasarkan pada penggolongern cagar budaya yang telah ditetapkan. Pasal 28 {21 (s) Setiap orang wajib memelihara cagar budaya. Pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat, berdasarkan pada penggolongan cagar budaya yang telah ditetapkan. Dalam rangka pemeliharaan terhadap cagar budaya yang secara fisik mengalami penurunan kualitas dapat dilakukan pemugaran. Pasal 29 Setiap orang dapat melakukan pemugaran cagar budaya. (21 Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat, berdasarkan pada penggolongan cagar budaya yang telah ditetapkan. Pemugaran sebagaimana dimaksud pada ayat, harus mendapat izin terlebih dahulu dari Kepala Daerah.

14 l4 Pasal 30 Benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang sudah dianggap rusak dan membahayakan keselamatan manusia dan/atau lingkungan dapat dilakukan demosili atau pembongkaran. Demosili atau pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat, harus mendapat izi terlebih dahulu dari Kepala Daerah. Pasal 31 (2t Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 3O diajukan kepada Kepala Daerah melalui pejabat yang ditunjuk. Pemberian izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 dan Pasal 30 harus mendapat pertimbangan terlebih dahulu dari Tim Cagar Budaya. Pasal 32 Dalam rangka pelestarian cagar budaya setiap orang yang memiliki, menghuni dan/atau mengelola cagar budaya diberikan bantuan atau kompensasi. Pemilik, penghuni dan/atau pengelola cagar budaya yang melaksanakan pemugaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dapat diberi kemudahan perizinan dan/atau insentif pembangunan lainnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian bantuan atau kompensasi dan/atau insentif pembangunan lainnya diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. Pasal 33 (21 Setiap orang yang memiliki, menghuni dan/atau mengelola cagar budaya wajib melindungi, memelihara dan melestarikan cagar budaya tersebut. Pemilik, penghuni dan/atau pengelola cagar budaya wajib melaksanakan pemugaran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Bagi pemilik, penghuni dan/atau pengelola yang tidak mampu melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud Pasal ayat, maka kewajiban tersebut dapat dialihkan kepada Pemerintah Daerah atau pihak lain yang pemanfaatan atas cagar budaya tersebut dilakukan dengan kesepakatan bersama. Pasal 34 Apabila pemilik, penghuni dan/atau pengelola benda, bangunan, dan/atau struktur cagar budaya dengan sengaja menelantarkan benda dan/atau bangunannya sehingga mengakibatkan kerusakan baik ringan maupun berat, yang bersangkutan berkewajiban untuk memulihkan keadaan benda, bangunan dan/atau strukturnya seperti semula.

15 15 Pemilik, penghuni dan/atau pengelola situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang melakukan pelestarian situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, diwajibkan memulihkan situs dan/atau lingkungan menjadi keadaan semula dengan biaya sendiri. Benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya yang telah mengalami pemulihan tetap mempunyai golongan sama seperti sebelumnya. Pasal 35 Konservasi atau pelestarian benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya golongan A dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut : a. benda, bangunan dan/atau struktur dilarang dibongkar dan/atau diubah; b. apabila kondisi benda, bangunan, dan/atau struktur buruk, roboh, terbakar atau tidak layak berdiri, dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun seperti semula sesuai dengan aslinya; c. pemeliharaan dan perawatan benda, bangunan dan/atau struktur harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau memiliki karakter yang sama dengan mempertahankan detail ornament yang sama; d. dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian atau perubahan fungsi sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku tanpa mengubah bentuk aslinya; dan e. di dalam persil atau lahan benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya dimungkinkan adanya benda, bangunan dan/atau struktur tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan benda, bangunan dan/atau struktur utama. Pasal 36 Konservasi atau pelestarian benda, bangunan, danf atau struktur cagar budaya golongan B dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. benda, bangunan dan/atau struktur dilarang dibongkar kecuali apabila kondisi fisik benda, bangunan dan/atau struktur buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak, sehingga dapat ditakukan pembongkaran; b. dalam keadaan benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya sudah tidak utuh lagi maka apabila dilakukan pembangunan harus sesuai dengan bentuk aslinya dan tidak boleh membongkar bagian benda, bangunan dan/atau struktur yang masih ada; c. pemeliharaan dan perawatan benda, bangunan, danf atau struktur cagar budaya harus dilakukan tanpa mengubah tampang benda, bangunan dan/atau struktur, warna dan detail serta ornament benda dan/atau bangunan; d. dalam upaya restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang bagian dalam, sepanjang tidak mengubah struktur utama benda dan/atau bangunan; dan e. di dalam persil atau lahan benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya dimungkainkan adanya benda dan/atau bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan benda, bangunan danlatau struktur utama.

16 16 Pasal 37 Konservasi atau pelestarian benda, bangunan dan/atau lingkungan cagar budaya golongan C dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut : a. perubahan benda, bangunan dan/atau struktur dapat dilakukan dengan syarat tetap mempertahankan tampang benda, bangunan dan/atau struktur utama termasuk warna, detail dan ornamennya; b. warna, detail dan ornamen dari bagian benda, bangunan dan/atau struktur yang diubah disesuaikan dengan arsitektur benda, bangunan, dan/atau struktur aslinya; c. penambahan benda, bangunan dan/atau struktur di dalam tapak atau persil hanya dapat dilakukan dibelakang benda, bangunan, dan/atau struktur cagar budaya dan harus disesuaikan dengan arsitektur benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya dalam keserasian tatanan tapak; dan d. fungsi benda, bangunan, dan/atau struktur dapat diubah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Pasal 38 Benda, bangunan dan/atau struktur cagar budaya yang keberadaannya dapat membahayakan keselamatan lingkungan sekitarnya dapat dilakukan demosili. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tatacara pelaksanaan demosili sebagaimana dimaksud pada ayat, diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB XI PENGHARGAAN Pasal 39 Kepala Daerah dapat memberikan penghargaan kepada pemilik, penghuni, dan/atau pengelola benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya dimaksud. Bagi yang telah berulangkali mendapatkan penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat, yang bersangkutan dapat diangkat/dinyatakan sebagai warga Daerah teladan dalam hal pelestarian benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan dan pengangkatan sebagai warga teladan sebagimana dimaksud pada ayat dan ayat, diatur dalam Peraturari Kepala Daerah. BAB xii PENGAWASAN Pasal 40 Pengawasan terhadap ketentuan Peraturan Daerah ini dilakukan oleh Kepala Daerah melalui pejabat yang ditunjuk. Untuk rnelaksanakan tugas sebagaimana dirnaksud pada ayat, pejabat yang ditunjuk berwenang mengadakan pemeriksaan dan pengawasan terhadap berbagai kegiatan yang menyangkut benda, bangunan, struktur, situs dan/atau lingkungan cagar budaya.

17 t7 Guna menunjang tugas pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat dan ayat (21, Kepala Daerah dapat membentuk Tim Pengawasan Cagar Budaya. BAB XIII TIM CAGAR BUDAYA Pasal 41 Untuk membantu Pemerintah Daerah dalam rangka pelestarian cagar budaya di Daerah, dibentuk Tim Cagar Budaya. Tim sebagaimana dimaksud pada ayat beranggotakan 5 orang, yang terdiri dari : a. 1 (satu) orang dari unsur Pemerintah Daerah ; b. 1 (satu) orang dari unsur akademisi ; c. 1 (satu) orang dari perwakilan asosiasi profesi ; d. 1 (satu) orang dari perwakilan asosiasi pengembang ; e. 1 (satu) orang dari perwakilan lembaga swadaya masyarakat yang berkaitan dengan pelestarian. Susunan keanggotaan Tim sebagaimana dimaksud pada ayat terdiri atas Ketua merangkap Anggota, Sekretaris merangkap Anggota, dan Anggota. (41 Tim sebagaimana dimaksud pada ayat ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah setelah mendapat persetujuan dari DPRD. (5) Masa bakti tim adalah 3 (tiga) tahun dan dapat ditunjuk kembali untuk 1 (satu) kali masa jabatan. (6) Keanggotaan Tim Cagar Budaya dapat diganti atau diubah apabila yang bersangkutan : a. meninggal dunia ; b. mengundurkan diri atas permintaan sendiri ; c. tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai anggota tim. Pasal 42 Keanggotaan Tim Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a. memiliki integritas dan komitmen yang kuat terhadap tugas dan wewenang berkaitan dengan pelestarian cagar budaya ; b. menguasai dan memahami lingkup cagar budaya ; c. memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam bidang pelestarian cagar budaya ; d. memiliki jejaring yang luas dengan berbagai pemangku kepentingan. Pasal 43 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan mekanisme pembentukan Tim Cagar Budaya diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB xiv SANKSI ADMINISTRASI Pasal 44 Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk berwenang menerapkan sanksi administrasi berupa :

18 18 a. b. c. teguran ; penghentian kegiatan ; pencabutan izin. Pasal 45 Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan sanksi administrasi berupa teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf a, apabila terdapat kegiatan penyelenggaraan pengelolaan, pemugaran, dan/atau pemulihan cagar budaya yang menggernggu ketertiban umum dan/atau lingkungan sekitar. Surat teguran sebagaimana dimaksud pada ayat harus memuat : a. ketentuan hukum yang dilanggar ; b. uraian fakta yang menggambarkan suatu tindakan pelanggaran ; c. hal-hal yang perlu dilakukan oleh pihak pelanggar ; d. tindakan Pemerintah Daerah yang akan dilakukan jika pelanggar tidak mematuhi teguran ; e. hal-hal yang dianggap perlu dan relevan yang ditujukan untuk menghentikan tindakan pelanggaran. Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat melakukan tindakantindakan tertentu untuk menghentikan pelanggaran tanpa didahului dengan teguran sebagaimana dimaksud pada ayat apabila : a. keadaan yang sangat mengancam keselamatan umum dan/atau lingkungan (force mqjeure) ; b. pihak pelanggar tidak memiliki kemampuan untuk mencegah dan menanggulang, bahaya, dan kerugian yang akan ditimbulkan. Pasal 46 (4) Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan sanksi administrasi berupa penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf b, apabila : a. kegiatan yang dilakukan dapat menyebabkan kerusakan pada benda, bangunan, struktur, situs, dan/atau lingkungan cagar budaya ; b. belum memiliki izin dan/atau menyalahi iz:-r:r. Penghentian kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan melalui penetapan Keputusan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk dan ditindaklanjuti dengan penyegelan. Pemilik, penghuni dan/atau pengelola/pemanfaat yang tidak mematuhi atau tidak menghentikan kegiatannya sejak diterimanya keputusan tentang penghentian kegiatan dapat dikenakan uang paksa. Uang paksa sebagaimana dimaksud pada ayat ditetapkan sebesar Rp ,00 (dua juta rupiah) atas keterlambatan per-hari untuk mematuhi perintah penghentian kegiatan. Pasal 47 Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan sanksi administrasi berupa pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 huruf c, apabila pemegang izin tidak mematuhi persyaratan dan/atau mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

19 19 Pencabutan izin sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan melalui penetapan keputusan pencabutan izin oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. Keputusan pencabutxr izin sebagaimana dimaksud pada ayat harus memuat secara jelas dan tegas mengenai : a. alasan-alasan hukum sehingga dilakukan pencabutan ; b. uraian fakta-fakta yang menunjukkan pelanggaran ; c. akibat hukum dari pencabutan izin. Pasal 48 Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pelaksanaan sanksi administrasi diatur dalam Peraturan Kepala Daerah. BAB XV KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 49 Pejabat Pegawai Negeri sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang pelanggaran Peraturan Daerah. Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat, adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ; b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan hukum tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ; c. meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana pelanggaran peraturan Daerah ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana pelanggaran Peraturan Daerah ; g. menjruruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan rulangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan/atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud huruf e ; h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah ; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; J. k. menghentikan penyidikan ; melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana terhadap pelanggaran peraturan Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan.

20 20 BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 50 (2t setiap orang yang melanggar ketentuan pasal 14, pasal 22 ayat (ll, Pasal 23_ayat, Pasal 26 ayat, pasal 33 ayat, dipid"rr" i".rg"r, pidana kurungan paling lama 6 (enam) buian atau- denda pa[ng banyakrp.50.ooo.ooo,o0(1imapuluhjutarupiah). Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud- pada ayat, tidak mengurangi ketentuan pidana dalam Undang-undatg No*o. 11 Tahun 2OlO tentang Cagar Budaya. Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat, adalah pelanggaran. BAB XVII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 51 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, setiap orang yang belum mendaftarkan benda, bangunan, struktur, situs dan/atai "ling:kungan 9tg* budaya sebagaimana diatur dalam Pasal 23, wajib *..ra.ft.rkan kepada Pejabat yang ditunjuk oreh Kepala Daerah paling lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah ini diundangkan. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 52 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. ls* setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya.dalam Lembaran Daerah Kabupaten Lamongan. Ditetapkan di pada tanggal Lamongan? BUPATI ONGAN ttd Diundangkan di L,amongan pada tanggal 29 Januari 2Ol3 SEKRETARIS D UPATEN LAMONGAN, ttd iun EFENDT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2OI3 NOMOR 2

21 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR IE TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengzrmanatkan bahwa "negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayarrya" sehingga kebudayaan Indonesia perlu dihayati oleh seluruh warga negara. Oleh karena itu, kebudayaan Indonesia yang mencerminkan nilai-nilai luhur bangsa harus dilestarikan guna memperkukuh jati diri bangsa, mempertinggi harkat dan martabat bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi terwujudnya cita-cita bangsa pada masa depan. Kebudayaan Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur harus dilestarikan guna memperkuat pengamalan Pancasila, meningkatkan kualitas hidup, memperkuat kepribadian bangsa dan kebanggaan nasional, memperkukuh persatuan bangsa, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai arah kehidupan bangsa. Berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 itu, pemerintah mempunyai kewajiban melaksanakan kebijakan untuk memajukan kebudayaan secara utuh untuk sebesarbesarnya kemakmuran ralgrat. Sehubungan dengan itu, seluruh hasil karya bangsa Indonesia, baik pada masa lalu, masa kini, maupun yang akan datang, perlu dimanfaatkan sebagai modal pembangunan. Sebagai karya warisan br.ldaya masa lalu, Cagar Budaya menjadi penting perannya untuk dipertahankan keberadaannya. Warisan budaya bendawi (tangible) dan bukan bendawi (intangible) ya.:rrg bersifat nilai-nilai merupakan bagian integral dari kebudayaan secara menyeluruh. Pengaturan Peraturan Daerah ini menekankan Cagar Budaya yang bersifat kebendaan. Walaupun demikian, juga mencakup nilai-nilai penting bagi umat manusia, seperti sejarah, estetika, ilmu pengetahuan, etnologi, dan keunikan yang terwujud dalam bentuk Cagar Budaya. Tidak semua warisan budaya ketika ditemukan sudah tidak lagi berfungsi dalam kehidupan masyarakat pendukungnya (liuing societgl. Terbukti cukup banyak yang digunakan di dalam peran baru atau tetap seperti semula. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan yang jelas mengenai pemanfaatan Cagar Budaya yang sifatnya sebagai monument mati (dead monument)dan yang sifatnya sebagai monumen hidup (liuirug monument). Dalam rangka menjaga Cagar Budaya dari ancarnan pernbangu.nan fisik, baik di wilayah perkotaan, pedesaan, maupun yang berada di lingkungan air, diperlukan kebijakan yang tegas dari Pemerintah untuk menjamin eksistensinya. Ketika ditemukan, pada umumnya warisan budaya sudah tidak berfungsi dalam kehidupan masyarakat (dead monument).

22 Namun, adapula warisan budaya yang masih berfungsi seperti semula (liuing monument). Oleh karena itu, diperlukan pengaturan yang jelas mengenai pemanfaatan kedua jenis Cagar Budaya tersebut, terutama pengaturan mengenai pemanfaatan monumen mati yang diberi fungsi baru sesuai dengan kebutuhan masa kini. Selain itu, pengaturan mengenai pemanfaatan monumen hidup juga harus memperhatikan aturan hukum adat dan norma sosial yang berlaku di dalam masyarakat pendukungnya. Cagar Budaya sebagai sumber daya budaya memiliki sifat rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak terbarui. Dalam rangka menjaga Cagar Budaya dari ancaman pembangunan fisik, baik di wilayah perkotaan, pedesaan, diperlukan pengaturan untuk menjamin eksistensinya. Oleh karena itu, upaya pelestariannya mencakup tujuan untuk melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkannya. Hal itu berarti bahwa upaya pelestarian perlu memperhatikan keseimbangan antara kepentingan akademis, ideologis, dan ekonomis. Pelestarian Cagar Budaya pada masa yang akan datang menyesuaikan dengan paradigma yang berorientasi pada pengelolaan kawasan, peran serta masyarakat, desentralisasi pemerintahan, perkembangan, serta tuntutan dan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Paradigma baru tersebut mendorong dilakukannya penjrusun rn Peraturan Daerah yang tidak sekadar mengatur pelestarian Benda Cagar Budaya, tetapi juga berbagai aspek lain secara keseluruhan berhubungan dengan tinggalan budaya masa lalu, seperti benda, bangunan dan struktur, situs dan/atau kawasan/lingkungan, Di samping itu, nama Cagar Budaya juga mengandung pengertian mendasar sebagai pelindungan warisan hasil budaya masa lalu yang merupakan penyesuaian terhadap pandangan baru di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk memberikan kewenangan kepada Pemerintah dan partisipasi masyarakat dalam mengelola Cagar Budaya, dibutuhkan sistem manajerial perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang baik berkaitan dengan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya sebagai sumber daya budaya bagi kepentingan yang luas. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal ini dimaksudkan untuk memberikan kesamaan arti dalam memaknai Peraturan Daerah ini. Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5

23 Pasal 6 Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 1 1 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Ayat ayat Yang dimaksud dengan fungsi sosial adalah pada prinsipnya Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, dan/atau Situs Cagar Budaya yang dimiliki oleh seseorang pemanfaatannya tidak ranya berfungsi untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kepentingan rlmum, misalnya untuk kepentingan ilmu pengetahrr.an, teknologi, pendidikan, pariwisata, agama, sejarah, dan kebudayaan.

24 Pasal 20 Pasal 2 1 Pasal 22 Pasal 23 Pasal24 Pasal 25 Pasal 26 Ayat Ayat Penelitian dilakukan oleh instansi yang ditunjuk oleh Kepala Daerah yang bertanggung jawab atas bidang kebudayaan. Ayat Ayat (a) huruf a Pemberian imbalan dapat berupa uang atau benda pengganti yang bermanfaat bagi pemilik. Ketentuan ini tidak berlaku apabila pengalihannya berlangsung secara hibah. huruf b huruf c Ayat (5) Ayat (6) Ayat Ayat Ayat Ayat (a) Tim Cagar Budaya minimal terdiri dari ahti arsitektur, ahli sejarah, ahli hukum, tokoh masyarakat, BP3 S Trowulan dan bersertifikat. Ayat (5)

25 Pasal 27 Pasal 28 Pasal 29 Pasal 30 Pasal 31 Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 Pasal 38 Pasal 39 Pasal 40 Huruf a Huruf b Huruf c Yang dimaksud dengan Ornamen adalah ragam hias. Huruf d Huruf e

26 Pasal 41 Pasal 42 Pasal 43 Pasal 44 Pasal 45 Pasal 46 Pasal 47 Pasal 48 Pasal 49 Ayat Ayat Huruf a Huruf b Yang dimaksud dengan akademisi adalah orang-orang yang memiliki keahlian dibidang arkeologi, antropologi, geologi, geografi, arsitektur, paleoantropologi dan biantropologi, fisika, ilmu metalurgi dan filologi. Huruf c Cukup je1as. Huruf d Huruf e Ayat Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6)

27 Pasal 50 Pasal 51 Pasal 52

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang :

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN, STRUKTUR, DAN KAWASAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG

NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 5 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 7 2014 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA KOTA KENDARI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa keberadaan Cagar Budaya di

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN, PENGELOLAAN DAN PERIZINAN MEMBAWA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA BUPATI LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa Cagar Budaya merupakan kekayaan

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DAN PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 09 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang : a. bahwa kawasan dan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BONDOWOSO, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA - 1 - WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG CAGAR BUDAYA DI KOTA MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan

Lebih terperinci

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMO 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA

PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA R I A U PEMERINTAH PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 15 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA. Menimbang Mengingat BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 61 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI : a. bahwa cagar budaya

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TENGAH GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH

PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

Lebih terperinci

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

TENTANG CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMO 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa

Lebih terperinci

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA

BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA BUPATI BANYUMAS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa cagar budaya merupakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA

WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA WALIKOTA PAREPARE PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DRAFT RUU CB Hasil Panja 23 September 2010 Versi 1 RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016 1 BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA,

Lebih terperinci

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya

Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya Undang Undang No. 5 Tahun 1992 Tentang : Benda Cagar Budaya Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 5 TAHUN 1992 (5/1992) Tanggal : 21 MARET 1992 (JAKARTA) Sumber : LN 1992/27; TLN NO. 3470 Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN WARISAN BUDAYA BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa warisan budaya Bali merupakan

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KONTRAK DAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 7 TAHUN 2006 SERI : C NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G PENATAAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II KUDUS NOMOR 10 TAHUN 1996 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (AMDAL) KABUPATEN BULUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN IMBAL JASA LINGKUNGAN HIDUP PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2014 0 BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa keberadaan sarang burung

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAGELANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN 16 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT

Lebih terperinci

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C

NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa keberadaan pedagang kaki lima di Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TUMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TUMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TUMUR NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN GANGGUAN DI KABUPATEN PIDIE BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYAYANG ATAS RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.195, 2015 KEHUTANAN. Museum. Cagar Budaya. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5733). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa reklame merupakan salah satu alat

Lebih terperinci

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA

NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA Menimbang: DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa benda cagar budaya merupakan kekayaan budaya

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa setiap kegiatan usaha dapat menimbulkan bahaya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, bahwa

Lebih terperinci

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila;

hakikatnya adalah bagian integral dari pembangunan nasional yang berkelanjutan sebagai pengamalan Pancasila; Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN WARUNG INTERNET

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN WARUNG INTERNET BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGELOLAAN WARUNG INTERNET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA SALINAN BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm

file://\\ \web\prokum\uu\2003\uu panas bumi.htm Page 1 of 16 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2003 TENTANG PANAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa panas bumi adalah sumber daya alam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA a PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TUBAN, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya

Lebih terperinci

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR,

BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, BUPATI KAUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAUR NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAUR, Menimbang : a. bahwa kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengendalian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2005 SERI E ===================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 ANGKET PENELITIAN

LAMPIRAN 1 ANGKET PENELITIAN LAMPIRAN 1 ANGKET PENELITIAN TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER TEKNIK ARSITEKTUR PERSEPSI PEMANGKU KEPENTINGAN DALAM PERDA NOMOR 2 TAHUN 2012 TERHADAP UPAYA PELESTARIAN BANGUNAN BERSEJARAH DI KESAWAN Angket

Lebih terperinci

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà - 1 - jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà RRPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA

BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA BUPATI GOWA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG PENERTIBAN PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR TAHUN TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2014 Seri: B BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2014 Seri: B BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2014 Seri: B BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 9 TAHUN 211 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DI KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C

LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 6 Tahun 2002 Seri: C PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA YOGYAKARTA) NOMOR 7 TAHUN 2002 (7/2002) TENTANG PERIZINAN USAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH KOS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa dalam mewujudkan rumah kos sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 02 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN MAROS Menimbang : a. bahwa keberadaan Pedagang Kaki Lima

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha

TENTANG. yang. untuk. dalam. usaha 1 B U P A T I B A L A N G A N PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG IZIN PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGANN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG RETRIBUSI IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER UTARA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVlNSl KALIMANTAN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PERISTIWA MANDOR SEBAGAI HARI BERKABUNG DAERAH DAN MAKAM JUANG MANDOR SEBAGAI MONUMEN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa pemanfaatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI KAWASAN PARIWISATA PANTAI WIDURI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG IZIN GANGGUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang : a. bahwa Pemerintah Daerah perlu menjamin iklim usaha yang

Lebih terperinci

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR -1- BUPATI MOJOKERTO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang : a. bahwa Kabupaten

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG PELESTARIAN DAN PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa kawasan dan cagar

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2012 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI TANGGAL : 12 JANUARI 2012 NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG : RETRIBUSI PELAYANAN PEMAKAMAN DAN PENGABUAN MAYAT Sekretariat Daerah

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa sungai

Lebih terperinci

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KONAWE UTARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C

LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : 1 Tahun 2005 Seri : C Aerah LEMBARAN DAERAH KOTA SURABAYA Nomor : Tahun 2005 Seri : C PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG IZIN PERENCANA BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa guna peningkatan ketertiban pasar menuju terciptanya ketertiban pedagang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 17 TAHUN 2003 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 03 Tahun : 2010 Seri : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PENGGANTIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa peningkatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 17 2002 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA UMUM TATA RUANG KOTA KECAMATAN MALANGBONG DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH

Lebih terperinci