POLA KOMUNIKASI, PENYESUAIAN SUAMI ISTRI, DAN KEHARMONISAN KELUARGA DARI SUKU YANG SAMA DAN BERBEDA VENTI SANDITYA SEPTIANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POLA KOMUNIKASI, PENYESUAIAN SUAMI ISTRI, DAN KEHARMONISAN KELUARGA DARI SUKU YANG SAMA DAN BERBEDA VENTI SANDITYA SEPTIANA"

Transkripsi

1 POLA KOMUNIKASI, PENYESUAIAN SUAMI ISTRI, DAN KEHARMONISAN KELUARGA DARI SUKU YANG SAMA DAN BERBEDA VENTI SANDITYA SEPTIANA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 ABSTRACT VENTI SANDITYA SEPTIANA. Communication pattern, Marital Adjustment, and Harmony of the same and Different Ethnic Families. Supervised by DIAH KRISNATUTI and MEGAWATI SIMANJUNTAK. This study aimed to analyze communication pattern, marital adjustment, and harmony of the same and different ethnic families. Samples in this research were 30 different ethnic families and 30 same ethnic families, selected purposively with the criteria husband and wife from the same or different ethnic. The data was collected through interviewing both husband and wife with the help of questionnaires. Communication pattern was measured by how couples communicate things that happen in the family, while adjustment was measured by four aspects: adjustment with a partner, sexual adjustment, financial adjustments, and adjustments to the partner s family. Family s harmony was measured based on samples satisfaction. The data was analyzed descriptively and inferentially using Independent sample t-test, Pearson correlation and multiple linear regressions. Result showed that generally communication pattern of husband and wife from the same and different ethnic families categorized as high category while marital adjustment and family s harmony of the same ethnic and different ethnic families was categorized as moderate. There were no differences on communication pattern, adjustment, and family s harmony between different and same ethnic families (p>0,05). There were statistically significant negative relationship between age, age when married, and income with family s harmony in different ethnic families. In addition, there was a significant positive relationship between communication pattern and adjustment with family s harmony in both groups of family. Factors that affected the family harmony were communication pattern and marital adjustment. Keywords: Harmony, Adjustments, Ethnic, Communication Pattern ABSTRAK VENTI SANDITYA SEPTIANA. Pola Komunikasi, Penyesuaian Suami Istri, dan Keharmonisan Keluarga dari Suku yang Sama dan Berbeda. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan MEGAWATI SIMANJUNTAK. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan keluarga dari suku yang sama dan berbeda yang melibatkan 30 keluarga sama suku dan 30 keluarga beda suku dipilih secara purposive dengan kriteria suami istri dengan suku yang sama dan berbeda. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terhadap suami dan istri dengan bantuan kuisioner. Pola komunikasi diukur dengan cara bagaimana pasangan mengkomunikasikan hal-hal yang terjadi di dalam keluarga. Penyesuaian terdiri dari empat aspek yaitu penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan keluarga pasangan. Keharmonisan keluarga diukur berdasarkan kepuasan responden. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan inferensia dengan menggunakan uji beda Independent t-test, korelasi Pearson dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi suami istri pada keluarga sama suku dan beda suku berada pada kategori tinggi. Penyesuaian suami istri dan keharmonisan pada keluarga sama suku dan beda suku berada pada kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan pola komunikasi, penyesuaian, dan keharmonisan keluarga antara keluarga beda suku dan keluarga sama suku (p>0,05). Terdapat hubungan yang negatif signifikan antara usia, usia menikah dan pendapatan dengan keharmonisan keluarga pada keluarga beda suku. Selain itu terdapat hubungan yang positif signifikan antara pola komunikasi dan penyesuaian dengan keharmonisan keluarga pada keluarga sama suku dan beda suku. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga adalah pola komunikasi dan penyesuaian. Kata kunci: Keharmonisan, Penyesuaian, Perbedaan Suku, Pola Komunikasi

3 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pola Komunikasi, Penyesuaian Suami Istri, dan Keharmonisan Keluarga Dari Suku yang Sama dan Berbeda adalah benar-benar hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Desember 2011 Venti Sanditya Septiana NIM. I

4 ABSTRAK VENTI SANDITYA SEPTIANA. Pola Komunikasi, Penyesuaian Suami Istri, dan Keharmonisan Keluarga dari Suku yang Sama dan Berbeda. Dibimbing oleh DIAH KRISNATUTI dan MEGAWATI SIMANJUNTAK. Penelitian ini bertujuan menganalisis pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan keluarga dari suku yang sama dan berbeda yang melibatkan 30 keluarga sama suku dan 30 keluarga beda suku dipilih secara purposive dengan kriteria suami istri dengan etnis yang sama dan berbeda. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dengan bantuan kuisioner. Pola komunikasi diukur dengan cara bagaimana pasangan mengkomunikasikan halhal yang terjadi di dalam keluarga. Penyesuaian terdiri dari empat aspek yaitu penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian seksual, penyesuaian keuangan, dan penyesuaian dengan keluarga pasangan. Keharmonisan keluarga diukur berdasarkan kepuasan contoh. Analisis data yang digunakan adalah deskriptif, uji beda Independent t-test, korelasi pearson dan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi suami istri pada keluarga sama suku dan beda suku berada pada ketegori tinggi. Penyesuaian suami istri dan keharmonisan pada keluarga sama suku dan beda suku berada pada kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan pola komunikasi dan penyesuaian antara keluarga beda suku dan keluarga sama suku (p>0,05). Terdapat hubungan yang negatif signifikan antara usia contoh dan pendapatan dengan keharmonisan keluarga pada keluarga beda suku. Selain itu terdapat hubungan yang positif signifikan antara pola komunikasi contoh dan penyesuaian contoh dengan keharmonisan keluarga pada keluarga sama suku dan beda suku. Faktor-faktor yang mempengaruhi keharmonisan keluarga adalah pola komunikasi contoh dan penyesuaian contoh. Kata kunci: pola komunikasi, penyesuaian, perbedaan suku, keharmonisan

5 ABSTRACT VENTI SANDITYA SEPTIANA. Communication pattern, marital adjustment, and family harmony from the same ethnic and different ethnic. Supervised by DIAH KRISNATUTI and MEGAWATI SIMANJUNTAK. This study aims to analyze communication pattern, marital adjustment, and family harmony from the same ethnic and different ethnic. Samples in research are 30 different ethnic families and 30 same ethnic families selected purposively with the criteria of husband and wife with the same and different ethnic. The data was collected through interviews with the help of questionnaires. Communication pattern is measured by how couples communicate things that are happening in the family. Adjustment was measured by Hurlock (2002) that divides into four aspects, namely the adjustment with a partner, sexual adjustment, financial adjustments, and adjustments to the partner's family. Family harmony is measured based on satisfaction samples. Analysis of the data used is descriptive, Independent sample t-test, Pearson correlation and multiple linear regression. Results showed that communication pattern husband and wife from the same ethnic families and different ethnic families rates of categorize high category. Marital adjustment and family harmony in the same ethnic and different ethnic in the category of being. There were no differences in communication pattern, adjustment, and family harmony among different ethnic families and same ethnic families (p>0,05). There is a significant negative relationship between age and income samples with family harmony in different ethnic. In addition there is a significant positive relationship between communication pattern samples and adjustment samples with family harmony in the same ethnic families and different ethnic families. Factors that affect the family harmony is communication pattern samples and marital adjustment samples. Keywords: adjustments, communication pattern, ethnic, harmony

6 RINGKASAN VENTI SANDITYA SEPTIANA. Pola Komunikasi, Penyesuaian Suami Istri, dan Keharmonisan Keluarga Dari Suku Yang Sama dan Berbeda. Di bawah bimbingan DIAH KRISNATUTI dan MEGAWATI SIMANJUNTAK. Angka perceraian di Kabupaten Bogor cukup tinggi. Sejak Januari hingga Maret 2010 Pengadilan Agama (PA) Cibinong mencatat sedikitnya 500 berkas pengajuan permohonan perceraian. Ada banyak hal yang menyebabkan suatu rumah tangga mengalami masalah atau mungkin berada pada ambang keretakan, seperti kesibukan suami istri, tidak terjalinnya komunikasi yang baik, buruknya pengasuhan anak, masalah keuangan, hilangnya kepercayaan, dan masalah seksualitas (Pratiwi 2008). Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan keluarga dari suku yang sama dan berbeda. Adapun secara khusus bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi keluarga sama suku dan beda suku 2) Mengidentifikasi perbedaan pola komunikasi dan penyesuaian antara suami istri pada keluarga sama suku dan beda suku 3) Mengidentifikasi keharmonisan keluarga sama suku dan beda suku 4) Mengidentifikasi hubungan pola komunikasi suami istri, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan suami istri, karakteristik keluarga contoh dengan keharmonisan keluarga 5) Menganalisis hubungan pola komunikasi suami istri, penyesuaian suami istri, dan karakteristik keluarga contoh dengan keharmonisan pada keluarga sama suku dan beda suku dan 6) Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan pada keluarga sama suku dan beda suku Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study yaitu suatu penelitian dengan teknik pengambilan data dalam satu waktu tertentu yang dilakukan di Kelurahan Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor dan dilakukan secara purposive sampling dengan alasan daerahnya cukup heterogen suku penduduknya. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuisioner. Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif dan inferensia (korelasi Pearson, regresi linear berganda, uji beda Independent t-test ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola komunikasi yang dilakukan suami istri sudah terkategori baik, namun penyesuaian dan keharmonisan

7 keluarga masih berada pada kategori sedang, baik pada keluarga beda suku maupun sama suku. Tidak terdapat perbedaan pola komunikasi, penyesuaian, dan keharmonisan keluarga antara keluarga beda suku dan sama suku. Pada keluarga beda suku, semakin tinggi usia contoh, usia ketika menikah contoh, dan pendapatan maka semakin rendah keharmonisan keluarga. Selain itu, pada keluarga sama suku dan juga beda suku, semakin baik pola komunikasi dan penyesuaian contoh maka semakin baik pula keharmonisan keluarga. Faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga yaitu pola komunikasi dan penyesuaian. Hal ini berarti keharmonisan sebuah keluarga tidak dilihat dari adanya perbedaan atau kesamaan suku, melainkan dipengaruhi oleh pola komunikasi dan penyesuaian pasangan. Selain itu faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga pada keluarga beda suku yaitu pendapatan dan penyesuaian, sedangkan pada keluarga sama suku faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga yaitu penyesuaian. Lebih dari separuh istri dan suami pada keluarga beda suku memiliki usia dewasa awal (20-40 tahun), begitupula istri pada keluarga sama suku. Namun lebih dari separuh suami pada keluarga sama suku memiliki usia dewasa madya (41-60 tahun). Sebagian besar contoh menikah pada kategori usia (20-30 tahun) dan memiliki lama pernikahan 5 hingga 10 tahun. Hampir separuh contoh pada keluarga beda suku bersuku jawa, begitupula pada keluarga sama suku lebih dari separuh contoh bersuku jawa. Proporsi terbesar lama pendidikan istri dan suami pada keluarga beda suku dan sama suku adalah SMA (10-12 tahun) dan tamat perguruan tinggi. Lebih dari separuh istri pada keluarga beda suku dan sama suku tidak bekerja (ibu rumahtangga), sedangkan lebih dari separuh suami pada keluarga beda suku dan sama suku bekerja sebagai pegawai atau karyawan swasta. Lebih dari separuh contoh memiliki ukuran keluarga kecil. Sebagian besar contoh pada keluarga beda suku memiliki pendapatan sebesar Rp ,00 Rp ,00, pada keluarga sama suku memiliki pendapatan Rp ,00 Rp ,00. Berdasarkan Garis Kemiskinan Kabupaten Bogor BPS (2010), sebagian besar contoh memiliki pendapatan keluarga per kapita per bulan lebih besar dari Rp ,00. Kata kunci: pola komunikasi, penyesuaian, perbedaan suku, keharmonisan

8 Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

9 POLA KOMUNIKASI, PENYESUAIAN SUAMI ISTRI, DAN KEHARMONISAN KELUARGA DARI SUKU YANG SAMA DAN BERBEDA VENTI SANDITYA SEPTIANA Skripsi Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

10 HALAMAN PENGESAHAN Judul Skripsi Nama NIM : Pola Komunikasi, Penyesuaian Suami Istri, dan Keharmonisan Keluarga dari Suku yang Sama dan Berbeda : Venti Sanditya Septiana : I Disetujui, Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS. Pembimbing I Megawati Simanjuntak, SP, M.Si. Pembimbing II Diketahui, Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen Tanggal Lulus :

11 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan keluarga dari suku yang sama dan berbeda. Skripsi ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk melakukan penelitian guna memperoleh gelar Sarjana Sains Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung, memotivasi dan memberikan doa serta semangat, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Diah Krisnatuti, MS. sebagai pembimbing skripsi sekaligus pembimbing akademik yang terus memberikan bimbingan, dukungan, perhatian dan saran selama penulisan skripsi ini. 2. Megawati Simanjuntak SP, M.Si. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak masukan serta perbaikan yang positif sehingga dapat menyempurnakan penyelesaian skripsi ini. 3. Tin Herawati SP, M.Si. sebagai dosen pemandu seminar yang telah memandu seminar dan memberikan masukan sehingga dapat menyempurnakan penyelesaian skripsi ini. 4. Orang Tua yang telah memberikan dukungan dan memotivasi penulis untuk terus berkarya dan berprestasi. Bapak Subaryadi S.E. dan Ibu Shanty Utami, merekalah yang tiada hentinya berjuang dan berdoa untuk mendukung penulis selama menempuh pendidikan dan penyelesaian skripsi. Selain itu untuk adik tersayang Ajeng Retno Yunita serta keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungan baik secara fisik maupun non fisik. 5. Teman-teman seperjuangan Sri Wahyuningsih, Puspita Herawati, Sri Wahyuni Rahayu, dan Husfani A. Putri sebagai teman dalam penelitian yang mengalami suka duka bersama dan sebagai tempat berbagi keluh kesah serta tawa selama proses penelitian dan skripsi. 6. Latifatul Hayati, Ulfah Maesyaroh, Karimah Alatas, Mustika Dewanggi, Fitri Sari, Astari Sukmaningtyas, Nur Rochimah, dan Ine Rahmatin, teman seperjuangan yang selalu bersedia berbagi kesulitan serta memberikan masukan, kritik, dan motivasi dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini.

12 7. Harmalinda, Nishe Fransiska, Khairul Bariyah, dan Lucy Amilia, teman di kosan yang memberikan motivasi, dukungan, dan saling berbagi canda dan tawa ketika senang dan susah. 8. Yanti Novi Yanti, Margaretha J.P., Malahayati Sartika, Andriyani R., Hedy M.P., sahabatsahabat yang selalu memberikan semangat serta doa dalam melaksanakan penelitian dan menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman rohis IKK 44 (Al-Awwal) dan seluruh teman seangkatan IKK 44 yang penuh dengan keceriaan dan keakraban, sebuah kenangan manis dan indah yang tak akan terlupakan serta bisa menjadi bagian dari keharmonisan keluarga di IKK angkatan Kepada semua pihak yang belum disebutkan namanya yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam pembuatan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan skripsi ini. Atas perhatian, saran, dan kritik yang diberikan, penulis mengucapkan terima kasih. Bogor, Desember 2011 Venti Sanditya Septiana

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan nilai-nilai sosial di dalam masyarakat menyebabkan tingkat perceraian semakin tinggi. Selain itu, akibat banyaknya wanita yang terjun ke dalam dunia pekerjaan menyebabkan waktu kebersamaan untuk suami dan istri menjadi berkurang. Data terakhir hasil perhitungan Kementerian Agama RI mencatat terjadinya 250 ribu kasus perceraian di Indonesia pada tahun Angka ini setara dengan 10 persen dari jumlah pernikahan di tahun 2009 sebanyak 2,5 juta. Jumlah perceraian tersebut naik 50 ribu kasus dibanding tahun 2008 yang mencapai 200 ribu perceraian (Nasrullah 2011). Angka perceraian di Kabupaten Bogor cukup tinggi. Sejak Januari hingga Maret 2010 Pengadilan Agama (PA) Cibinong mencatat sedikitnya 500 berkas pengajuan permohonan perceraian. Setiap hari sedikitnya 40 sidang perceraian berlangsung di Pengadilan Agama Cibinong. Data dari Pengadilan Agama Cibinong, jumlah kasus perceraian mengalami peningkatan. Sebagian besar kasus gugatan perceraian dilakukan oleh pihak istri (cerai gugat). Pada bulan Februari 2010 jumlah kasus yang masih ditangani Pengadilan Agama Cibinong mencapai 438 kasus. Ada banyak hal yang menyebabkan suatu rumah tangga mengalami masalah atau mungkin berada pada ambang keretakan, seperti kesibukan suami istri, tidak terjalinnya komunikasi yang baik, buruknya pengasuhan anak, masalah keuangan, hilangnya kepercayaan, dan masalah seksualitas (Pratiwi 2008). Perkembangan informasi dan teknologi yang semakin pesat saat ini juga telah banyak membawa perubahan budaya secara global serta berpengaruh di dalam membina kehidupan rumah tangga. Teknologi yang banyak digunakan oleh suami istri saat ini, yaitu handphone dan penggunaan internet (facebook dan twitter). Melalui handphone dan internet suami istri bisa berkomunikasi dengan teman-teman lama, jika penggunaannya tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perselingkuhan antar suami istri. Pengejaran kebutuhan materi dan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga dapat menjadi akibat dari segala macam tuntutan, pada saat suami istri sedang memiliki kesibukan masing-masing tentunya waktu untuk berkumpul bersama keluarga menjadi kurang, bahkan bisa tidak bertatap muka dengan anak maupun antar pasangan. Selain itu, perbedaan gaya hidup antar pasangan juga dapat

14 2 menyebabkan ketidakharmonisan keluarga (Tarmizi 2009). Berbagai isu yang dikemukakan di atas dapat menimbulkan kerenggangan hubungan antar anggota keluarga, terutama hubungan antar suami istri yang dapat mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Irama kehidupan yang semakin bergerak cepat membuat kehidupan keluarga menjadi penuh tekanan dan persaingan, sehingga banyak yang merasa asing dari ikatan-ikatan pernikahan, karena masing-masing hanya memperturutkan ego dan dominasi kepentingan pribadi, serta tidak menjaga komunikasi antara suami istri. Kehidupan keluarga pun menjadi terasa kering dan hambar, sehingga keluarga menjadi rentan terhadap berbagai masalah dan konflik yang muncul. Baik suami ataupun istri dapat mengalami ketidakpuasan dalam pernikahan meskipun tidak ada konflik dalam rumah tangganya (Sumpani 2008). Namun suami istripun juga dapat merasa sangat puas dalam ikatan pernikahan ketika masalah atau konflik dapat terpecahkan secara bersama. Kepadatan dalam keluarga jelas berpengaruh besar terhadap hubungan antar pribadi dalam keluarga. Adanya perbedaan secara perorangan, yaitu dalam hal usia, pendidikan, tugas, kegiatan dan tanggung jawab akan mempersulit untuk saling menyesuaikan. Interaksi yang semakin majemuk, menimbulkan kesulitan untuk membina komunikasi yang baik (Gunarsa 2008). Sadarjoen (2005) dalam Sumpani (2008) menyatakan bahwa komunikasi merupakan titik pusat cara pasangan suami istri untuk hidup harmonis satu sama lain. Setelah pasangan dapat saling berkomunikasi, maka suami istri dapat saling berbagi dalam sistem interaksi yang selalu berubah dan bergerak maju serta terjadinya perubahan fase kehidupan pada masing-masing pasangan disamping berbagi perasaan, pengasuhan anak-anak, kejadian yang menyenangkan dan kejadian dalam menghadapi masalah. Tahun-tahun pertama perkawinan merupakan masa rawan, bahkan dapat disebut sebagai era kritis karena pengalaman pasangan suami istri belum banyak. Menurut Clinebell & Clinebell (2005) dalam Anjani dan Suryanto (2006), periode awal perkawinan merupakan masa penyesuaian diri, dan krisis muncul saat pertama kali memasuki jenjang pernikahan. Pasangan suami istri harus banyak belajar tentang pasangan masing-masing dan diri sendiri yang mulai dihadapkan dengan berbagai masalah. Masing-masing pasangan harus dapat menyesuaikan satu sama lain serta saling memberi dan menerima.

15 3 Masalah penyesuaian adalah suatu hal yang sifatnya universal dan unik, karena setiap individu mau tidak mau harus menghadapi masalah atau kesulitan dalam kehidupannya sehingga perlu melakukan penyesuaian. Sumber masalah tersebut dapat berubah-ubah pada tiap periode kehidupan, untuk itulah perlu melakukan penyesuaian. Pada saat seorang pria dan seorang wanita menikah, tentunya masing-masing membawa nilai-nilai budaya, sikap, keyakinan, dan gaya penyesuaian sendiri-sendiri ke dalam perkawinan tersebut. Masing-masing memiliki latar belakang dan pengalaman yang berbeda, tentu saja ada perbedaan dalam susunan nilai serta tujuan yang ingin dicapai, untuk itulah perlu dilakukan penyesuaian sehingga kebutuhan dan harapan masing-masing pasangan dapat terpenuhi dan memuaskan (Anjani dan Suryanto 2006). Menurut Hurlock (1994) penyesuaian perkawinan sebagai proses adaptasi antara suami istri, dimana suami istri tersebut dapat mencegah terjadinya konflik dan menyelesaikan konflik dengan baik melalui proses penyesuaian diri. Perumusan Masalah Isu permasalahan keluarga muncul dari ketidakharmonisan suami istri, kenakalan anak-anak, bahkan sampai berakhir pada perceraian, anak-anak yang terlibat dalam pergaulan bebas, serta terjadinya kekerasan dikalangan anakanak. Hal ini sebagian besar diakibatkan karena pola komunikasi yang kurang tepat atau komunikasi yang tidak efektif di dalam keluarga. Setiap keluarga memiliki aturan, pedoman, kebiasaan, tujuan dan tindakan yang berbeda. Perbedaan pola komunikasi dalam keluarga dapat disebabkan oleh faktor budaya individu tinggal dan dilahirkan, kebiasaan serta pengasuhan yang diberikan oleh orang tuanya kepada individu (Ahira 2011). Menurut Burgess dan Locke (1960) kesulitan perkawinan merupakan sumber utama masalah hubungan suami istri. Sumber masalah lainnya adalah hubungan kasih sayang, seks, perbedaan pola budaya, peran sosial, kesulitan ekonomi, dan tidak adanya persahabatan yang saling menguntungkan. Sedangkan Goldsmith (1996) dalam Sunarti (2001) mengelompokkan tiga area interaksi suami istri yang merupakan sumber konflik yaitu uang, pekerjaan, dan seks. Banyak hal yang terjadi dalam sebuah perkawinan mulai dari masalah pembagian peran dan tugas antar suami istri, perbedaan sifat yang dimiliki antar suami istri, perbedaan dalam memberikan kasih sayang antar suami istri, kurangnya komunikasi antar pasangan, serta konflik yang muncul dalam

16 4 keluarga. Suami istri harus mampu menciptakan komunikasi yang harmonis dalam keluarga, sebab komunikasi harmonis akan memungkinkan adanya saling pengertian dan ketulusan terhadap segala aspek kehidupan itu sendiri. Hal-hal tersebut dapat diatasi dengan cara mengoptimalkan dan mengefektifkan komunikasi antar anggota keluarga, serta menyediakan waktu untuk berkumpul bersama keluarga agar dapat terbentuk keharmonisan dalam keluarga. Jika perkawinan berjalan dengan baik, maka kepuasan yang didapatkan masing-masing pasangan lebih besar dibandingkan dengan kepuasan dari dimensi-dimensi lain dalam kehidupan (Duvall dan Miller 1985). Oleh karena itu, hal yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pola komunikasi dan penyesuaian suami istri terhadap keharmonisan keluarga. Dengan demikian, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi keluarga contoh? 2. Bagaimana pola komunikasi dan penyesuaian yang dilakukan oleh suami dan istri? 3. Bagaimana keharmonisan keluarga contoh? 4. Apakah terdapat hubungan pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan karakteristik keluarga dengan keharmonisan keluarga? 5. Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga? 6. Apakah terdapat hubungan pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan karakteristik keluarga dengan keharmonisan keluarga pada keluarga beda suku dan sama suku?

17 5 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan keluarga dari suku yang sama dan berbeda. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi karakteristik sosial, ekonomi, dan demografi keluarga sama suku dan beda suku 2. Mengidentifikasi perbedaan pola komunikasi dan penyesuaian antara suami istri pada keluarga sama suku dan beda suku 3. Mengidentifikasi keharmonisan keluarga sama suku dan beda suku 4. Menganalisis hubungan pola komunikasi suami istri, penyesuaian suami istri, dan karakteristik keluarga contoh dengan keharmonisan pada keluarga sama suku dan beda suku. 5. Mengidentifikasi hubungan pola komunikasi suami istri, penyesuaian suami istri, dan keharmonisan suami istri, karakteristik keluarga contoh dengan keharmonisan keluarga 6. Menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keharmonisan pada keuarga sama suku dan beda suku Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam menyediakan informasi kepada peneliti di bidang keluarga mengenai pola komunikasi dan penyesuaian suami istri dengan keharmonisan keluarga. Hubungan antara pola komunikasi dan penyesuaian suami istri dengan keharmonisan keluarga, diharapkan dapat menambah informasi dalam penelitian keluarga. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi lembaga dan institusi pemerintahan maupun pendidikan mengenai kehidupan keluarga yang merupakan bagian dari suatu komunitas, serta bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan keharmonisan dalam keluarga, sehingga tingkat perceraian akan dapat berkurang.

18 6 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Fungsi Keluarga Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang memiliki peranan penting terhadap perkembangan sosial, terutama pada awal-awal tahapan perkembangan yang menjadi landasan bagi tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya (Gunarsa 2008). Keluarga merupakan instansi pertama dan utama yang terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, adopsi, dan saling berinteraksi satu sama lain serta memberikan pengaruh terhadap sosialisasi diri individu dalam pembentukan kepribadian individu. Jika keluarga bukan merupakan instansi pertama bagi sosialisasi diri individu maka lingkungan luar akan mengambil alih posisi instansi pertama tersebut dan mempunyai peran terhadap pembentukan kepribadian individu tersebut. Menurut Burgess dan Locke (1960) empat ciri keluarga yaitu: 1) keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah, dan adopsi; 2) anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap rumah serta merupakan susunan rumah tangga; 3) keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi dan menciptakan peranan-peranan sosial bagi suami dan istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, serta saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan tersebut diperkuat oleh kekuatan tradisi dan emosional yang menghasilkan pengalaman; 4) keluarga adalah pemelihara suatu kebudayaan bersama yang diperoleh dari kebudayaan umum. Setiap keluarga pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai yakni membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, dan warahmah. Tujuan dalam membentuk keluarga antara lain mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi anggota keluarga, serta mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus bangsa berikutnya. Keluarga yang sejahtera dapat diartikan sebagai keluarga yang dibentuk atas dasar pernikahan yang sah, dapat memenuhi kebutuhan hidup baik dalam segi fisik maupun psikologi, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta dapat menciptakan hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antar anggota keluarga maupun antara keluarga dengan masyarakat atau lingkungannya (Landis 1989; BKKBN 1992 dalam Puspitawati 2009).

19 7 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 1994 (BKKBN 1994) menyebutkan ada delapan fungsi yang harus dijalankan oleh keluarga untuk mencapai tujuan keluarga, antara lain: 1. Fungsi keagamaan yaitu keluarga perlu memberikan dorongan kepada seluruh anggotanya agar kehidupan keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa dan untuk menjadi insaninsan agama yang penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Fungsi sosial budaya yaitu memberikan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan. 3. Fungsi cinta kasih yaitu keluarga memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan isteri, orangtua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. 4. Fungsi melindungi yaitu untuk menumbuhkan rasa aman dan kehangatan. 5. Fungsi reproduksi yaitu mekanisme untuk melanjutkan keturunan yang direncanakan dapat menunjang terciptanya kesejahteraan manusia di dunia yang penuh iman dan taqwa. 6. Fungsi sosialisasi dan pendidikan yaitu dengan memberi peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar dapat melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan masa depan. 7. Fungsi ekonomi, menjadi unsur pendukung kemandirian dan ketahanan keluarga. 8. Fungsi pembinaan lingkungan yaitu memberikan kepada setiap keluarga kemampuan menempatkan diri secara serasi, selaras, dan seimbang sesuai daya dukung alam dan lingkungan yang berubah. Setiap anggota keluarga sebaiknya dapat menjalankan serta mengembangkan kualitas diri dan fungsi keluarga tersebut agar dapat tercipta keluarga yang berkualitas. Pengembangan kualitas diri dan fungsi keluarga dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial budaya, mental spiritual, nilai-nilai keagamaan, dan peningkatan usaha kesejahteraan lainnya (PP no ). Jika anggota keluarga dapat melaksanakan fungsi-fungsi keluarga dengan baik, maka antar anggota keluarga dapat saling memberikan perhatian satu sama lain, secara emosional mereka dapat saling terhubung satu sama lain

20 8 dan saling mendukung anggota keluarganya. Borr (1970) dalam Puspitawati (2009) menyatakan bahwa semakin meningkatnya usia perkawinan maka semakin baik pula keluarga dalam melaksanakan fungsinya. Maneker dan Rankin (1985) dalam Puspitawati (2009) menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara lama perkawinan, umur, dan tingkat pendidikan pasangan. Semakin lama usia perkawinan maka kesesuaian anggota keluarga akan semakin meningkat. Menurut Bulut (1990) dalam Puspitawati (2009) juga menunjukkan bahwa anggota keluarga melaksanakan fungsi keluarganya menjadi lebih baik seiring meningkatnya lama usia perkawinan. Menurut Goleman (1998) dalam Puspitawati (2009) berdasarkan penelitiannya yang mengukur kepuasan pasangan, menunjukkan bahwa dalam permasalahan perasaan di antara pasangan komunikasi yang efektif merupakan faktor yang paling penting bagi wanita. Penyesuaian dalam Perkawinan Perkawinan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Perkawinan juga memerlukan penyesuaian secara terus menerus. Dalam perkawinan, selain cinta juga diperlukan saling pengertian yang mendalam, kesediaan untuk saling menerima pasangan masing-masing dengan latar belakang yang merupakan bagian dari kepribadiannya (Anjani dan Suryanto 2006). Hal ini berarti pasangan harus bersedia menerima dan memasuki lingkungan sosial budaya pasangannya, oleh karena itu diperlukan keterbukaan dan toleransi yang sangat tinggi, serta saling menyesuaikan diri untuk mencapai keharmonisan. Tanpa memperhatikan tipe keluarganya, penyesuaian dalam perkawinan merupakan salah satu masalah yang paling sulit dan harus dialami oleh pasangan (Hurlock 2002). Pentingnya penyesuaian dan tanggung jawab sebagai suami atau istri dalam sebuah perkawinan akan berdampak pada keberhasilan dalam hidup berumah tangga. Keberhasilan dalam hal ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap adanya kepuasan dalam perkawinan, mencegah kekecewaan dan perasaan-perasaan bingung, sehingga memudahkan seseorang untuk menyesuaikan diri dalam kedudukannya sebagai suami atau istri serta di kehidupan dalam bermasyarakat (Hurlock 2002). Menurut Hurlock (2002) pasangan suami istri yang melakukan penyesuaian diri berupaya untuk

21 9 dapat berhubungan dengan mesra, saling memberi dan menerima cinta, menunjukkan afeksi, dan melakukan konumikasi terhadap perbedaan yang dimiliki. Penyesuaian merupakan interaksi individu yang secara terus-menerus dengan dirinya, orang lain, dan dengan dunianya. Penyesuaian diri menurut Atwater (1983) adalah suatu perubahan yang dialami seseorang untuk mencapai suatu hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan lingkungan di sekitarnya. Karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang menurut Haber dan Runyon (1984) dalam Hapsariyanti dan Taganing (2009) adalah memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas atau kenyataan, mampu mengatasi atau menangani tekanan atau kecemasan, memiliki citra diri yang positif, mampu untuk mengekspresikan perasaan, dan memiliki hubungan interpersonal yang baik. Penyesuaian diri dalam perkawinan adalah perubahan dalam kehidupan pasangan selama masa perkawinan yang ditandai dengan adanya kecocokan, persetujuan dan kepercayaan serta kasih sayang antara suami istri sehingga pada hubungan di antara keduanya dapat berjalan dan berfungsi dengan baik (Hapsariyanti & Taganing 2009). Menurut Landis dan Landis (1970) dalam Hapsariyanti dan Taganing (2009) menyatakan bahwa ada beberapa area penyesuaian pada suatu perkawinan, yaitu kepribadian dan kemampuan untuk saling menyesuaikan diri dengan pasangan. Hal ini menyangkut kemampuan untuk saling menyesuaikan terhadap pribadi serta kebiasaan pasangannya. Di sini termasuk bagaimana pasangan menyelesaikan konflik dan perbedaan pendapat. Penyesuaian dalam perkawinan harus dilakukan dengan cara yang berbeda sesuai dengan tingkat usia perkawinan pasangan (Hurlock 2002). Landis dan Landis (1970) dalam Hapsariyanti dan Taganing (2009) membatasi kriteria penyesuaian dalam perkawinan yang ditandai oleh adanya kesesuaian pendapat antara suami dan istri dalam hal yang dapat menjadi permasalahan besar; adanya minat dan kegiatan bersama; adanya pengungkapan kasih sayang dan rasa saling percaya; memiliki sedikit keluhan; dan tidak banyak memiliki perasaan kesepian, sedih, marah dan semacamnya. Hurlock (2002) membagi masalah penyesuaian diri dalam perkawinan ke dalam empat pokok yang paling penting dan umum bagi kebahagian perkawinan antara lain: penyesuaian dengan pasangan, penyesuaian dengan seksual, penyesuaian

22 10 keuangan, dan penyesuaian dengan keluarga dari pihak masing-masing pasangan. Penyesuaian dengan Pasangan Masalah penyesuaian yang pertama kali dihadapi oleh keluarga adalah penyesuaian terhadap pasangannya (suami atau istri). Hubungan interpersonal mempunyai peranan yang penting dalam perkawinan. Hubungan interpersonal jauh lebih rumit dibandingkan dengan hubungan bisnis atau persahabatan. Hal ini dikarenakan di dalam perkawinan terdapat berbagai faktor yang tidak biasa timbul dalam kehidupan individual (Hurlock 2002). Semakin banyak pengalaman dalam membina hubungan interpersonal antara pria dan wanita yang dimiliki seseorang, maka semakin besar pula wawasan sosialnya, serta semakin baik pula dalam menyesuaikan diri satu sama lain dalam perkawinan. Hal yang lebih penting dalam penyesuaian perkawinan adalah kesanggupan dan kemampuan suami dan istri untuk berhubungan dengan mesra, serta saling memberi dan menerima cinta pasangan (Hurlock 2002). Berdasarkan Hurlock (2002) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian terhadap pasangan antara lain: konsep pasangan yang ideal, pemenuhan kebutuhan, kesamaan latar belakang, minat dan kepentingan bersama, kesamaan nilai, konsep peran, dan perubahan dalam pola hidup. Penyesuaian pada pasangan suami istri merupakan hal yang penting dalam perkawinan. Penyesuaian dalam perkawinan akan berjalan terus, sejalan dengan perubahan yang terjadi, baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan usaha yang optimal untuk dapat mempertahankan perkawinan (Anjani & Suryanto 2006). Sebuah perkawinan dapat bertahan dengan adanya kemampuan komunikasi yang efektif di dalam keluarga, baik antara suami-istri, orangtua-anak, maupun anak-anak. Hoffman dan Nye (1974) menyoroti penyesuaian perkawinan berdasarkan pembagian tugas rumah tangga antara suami istri. Wanita (istri) biasanya ditugaskan untuk mengurus masalah rumahtangga yakni: mengasuh, merawat, dan mendidik anak karena dianggap cocok dengan kondisi psikologis dan fisiologisnya. Sedangkan laki-laki (suami) ditugaskan sebagai pencari dan pemberi nafkah utama dan sebagai kepala keluarga yang harus dilayani dan dihormati oleh istri. Setiap suami maupun istri tentunya memiliki beberapa tugas yang sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Menurut Gunarsa (1982)

23 11 setiap pasangan suami istri harus saling ikut serta dalam setiap perubahan yang terjadi melalui penyelesaian masalah demi masalah, khususnya perubahan dan perkembangan suasana rumah. Menurut Hapsariyanti dan Taganing (2009) penyesuaian lainnya adalah pembagian peran. Suami istri harus membicarakan peran yang berkaitan dengan tugasnya sebagai suami istri. Suami istri harus membentuk persetujuan timbalbalik yang berkaitan dengan masalah peran suami dan istri di dalam rumah tangga, misalnya siapa yang lebih banyak berperan dalam mencari nafkah bagi keluarga dan siapa yang lebih banyak berperan dalam mengurus kehidupan keluarga sehari-hari. Penyesuaian pada pendapatan keluarga, pasangan suami istri harus melakukan penyesuaian terhadap pengelolaan pendapatan atau sumber keuangan keluarga termasuk pemakaiannya. Penyesuaian juga perlu dilakukan dalam rekreasi. Rekreasi atau kegiatan waktu luang berhubungan dengan kesesuaian antara suami dan istri mengenai pemakaian waktu bagi keluarga untuk berekreasi atau bersenang-senang bersama keluarga. Alokasi waktu itu mempunyai arti yang penting bagi kebahagiaan perkawinan setiap pasangan suami istri. Penyesuaian diri di dalam perkawinan tidak terlepas dari kesediaan masing-masing individu untuk bisa memahami pasangannya dalam berbagai cara. Tetapi kepribadian, kesediaan berempati, latar belakang individu dan komunikasi yang baik juga merupakan syarat yang penting dalam penyesuaian perkawinan. Untuk itu, penyesuaian perkawinan bukan merupakan suatu hal yang mudah tetapi justru harus diupayakan terus-menerus oleh pasangan suami istri (Hapsariyanti dan Taganing 2009). Keberhasilan dalam proses penyesuaian perkawinan terletak pada kemampuan mereka untuk saling menyesuaiakan sudut pandang mereka satu sama lain. Oleh karena itu Hurlock (2002), tokoh yang juga berpendapat bahwa hubungan interpersonal memegang peran penting dalam sebuah perkawinan, menambahkan bahwa hal utama yang paling menimbulkan permasalahan adalah penyesuaian terhadap pasangan. Menurutnya, ada dua hal yang perlu dimiliki oleh pasangan suami istri untuk mencapai penyesuaian yang baik adalah kemampuan untuk saling memberi dan menerima afeksi secara terbuka serta kemampuan dan kemauan untuk berkomunikasi dengan baik. Menurut Haber dan Runyon (1984) dalam Hapsariyanti dan Taganing (2009) ada beberapa karakteristik penyesuaian diri yang baik yang harus dimiliki

24 12 oleh seseorang, yaitu memiliki persepsi yang akurat terhadap realitas atau kenyataan, mampu mengatasi atau menangani stres dan kecemasan, memiliki citra diri yang positif, mampu mengekspresikan perasaan, dan memiliki hubungan interpersonal yang baik. Persepsi yang dimiliki individu biasanya diwarnai dengan keinginan dan motivasinya. Dalam hal penyesuaian diri dalam perkawinan, peran kecerdasan emosional sangatlah penting. Karena dengan memiliki kecerdasan emosional, maka pasangan akan dapat menyesuaikan diri dengan baik dengan pasangannya. Kecerdasan emosional adalah suatu keajaiban dalam pemikiran yang memperlihatkan bagaimana keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh ukuran besar kecil otak seseorang tetapi lebih kepada gagasan atau pemikiran seseorang dalam mengamati, memahami dirinya dan berinteraksi dengan orang lain Schwartz (1997) dalam Hapsariyanti dan Taganing (2009). Aspek kecerdasan emosional antara lain mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain atau berempati, dan membina hubungan (Goleman 2003) dalam Hapsariyanti dan Taganing (2009). Keunikan yang terjadi dalam hubungan perkawinan adalah meskipun banyak perbedaan antara laki-laki dan perempuan seperti perbedaan emosional, lingkungan, genetis dan kepribadian, selalu ada perkawinan yang berhasil. Perkawinan tersebut dinikmati oleh laki-laki dan perempuan sebagai suami istri yang bahagia. Mayoritas pasangan yang menikah memiliki tujuan hidup bersama, berbagi dukungan fisik dan komunikasi tentang berbagai kesenangan dan masalah (Osborne 1988 dalam Suryani 2004). Penyesuaian Seksual Menurut Hurlock (2002) masalah penyesuaian seksual merupakan salah satu masalah yang paling sulit dalam perkawinan serta salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan dalam perkawinan, jika kesepakatan tidak dapat dicapai dengan memuaskan. Penyesuaian seksual bagi wanita cenderung lebih sulit untuk mengakhirinya secara memuaskan. Rubin dalam Hurlock (2002) menjelaskan bahwa wanita sejak bayi disosialisasikan untuk menutupi dan menekan gejolak seksualnya, wanita tidak dapat segera berubah untuk tidak malu-malu menunjukkan rasa nikmat seperti perubahan sikap yang disarankan oleh budaya suami. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses penyesuaian seksual dalam perkawinan antara lain:

25 13 perilaku terhadap seks, dorongan seksual, dan sikap terhadap penggunaan alat kontrasepsi (Hurlock 2002). Hasil penelitian Anjani dan Suryanto (2006) menyatakan bahwa meskipun setiap subjek mengakui tidak memiliki masalah dalam kehidupan seksualnya, namun hal ini bisa saja terjadi. Seperti adanya kehadiran seorang anak. Mungkin hal ini berpengaruh kecil, tetapi seringkali pasangan suami istri yang telah memiliki anak lebih mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya kepada anak, sehingga waktu untuk bersama dengan pasangan menjadi berkurang bahkan sampai tidak ada. Kecemasan tentang anak akan membelokkan perhatian istri dari seks, hal ini mungkin dikarenakan istri merasa kelelahan dan kekurangan waktu untuk bersama suami (Beardsley & Sanford 1994 dalam Anjani & Suryanto 2006). Penyesuaian Keuangan Memiliki uang yang lebih dan kurangnya uang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri pasangan dalam perkawinan. Banyak istri merasa sulit untuk menyesuaikan keuangan dengan pendapatan suami, hal ini dikarenakan istri telah terbiasa membelanjakan uang sesuka hatinya (Hurlock 2002). Begitupula dengan suami, ia merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan keuangan, terutama pada saat istri bekerja setelah menikah dan kemudian berhenti bekerja karena melahirkan anak pertama. Hal tersebut menyebabkan pendapatan keluarga menjadi berkurang, hanya dengan pendapatan suami saja mereka harus menutupi semua pengeluaran keluarga (Hurlock 2002). Menurut Anjani dan Suryanto (2006) masalah keuangan pun berpengaruh kuat terhadap penyesuain perkawinan. Berdasarkan hasil penelitiannya beberapa subjek yang diteliti menyatakan bahwa dalam hal keuangan biasanya suami lebih menyerahkan semua hal keuangan kepada istrinya dan suami merasa kewajibannya hanya mencari uang saja. Banyak suami yang merasa sulit untuk menyesuaikan diri dengan keuangan. Apabila suami tidak mampu menyediakan barang-barang keperluan, maka dapat menimbulkan perasaan tersinggung yang dirasakan oleh istri, dimana perasaan ini dapat berkembang ke arah pertengkaran (Hurlock 2002). Gillin dalam Gunarsa (2008) mengemukakan bahwa kemiskinan dapat dianggap sebagai kondisi dimana seseorang tidak dapat menyesuaikan diri

26 14 dengan standar kehidupan dalam kelompok serta tidak mampu mencapai tingkat fisik dan mental tertentu untuk menyesuaikan. Gillin juga mengungkapkan faktor yang menghambat penyesuaian dalam segi ekonomi, yakni: 1) ketidakmampuan seseorang yang berhubungan dengan kelainan karena kelahirannya atau karena lingkungan; 2) kondisi lingkungan fisik yang miskin akan sumber daya alam, cuaca yang buruk dan terjangkitnya penyakit menular; 3) ketidakseimbangan dalam kesejahteraan atau penghasilan, akibat dari kurang sempurnanya lembaga ekonomi dalam menjalankan fungsinya, hal ini dapat terlihat dari timbulnya pengangguran. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Suami dan istri harus mampu mempelajari dan menyesuaiakan diri dengan anggota keluarga pasangan yang memiliki perbedaan usia, minat, nilai, pendidikan, budaya, dan latar belakang sosialnya dengan dirinya. Masalah penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan menjadi serius pada tahun-tahun awal perkawinan (Hurlock 2002). Menurut Hurlock (2002) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri dengan pihak keluarga pasangan anatara lain: stereotipe tradisional, keinginan untuk mandiri, keluargaisme (lebih banyak menggunakan waktunya bersama keluarga), mobilitas sosial, anggota keluarga berusia lanjut, dan bantuan keuangan untuk keluarga pasangan. Keluarga masing-masing pasangan pun memiliki pengaruh dalam kehidupan rumah tangga. Pengaruh dari keluarga masing-masing pasangan dapat menimbulkan masalah, hal ini dikarenakan adanya ikatan keluarga besar. Setiap orangtua masih merasa mempunyai hak atas anaknya yang telah menikah. Mertua ataupun orangtua merasa bahwa hak-hak atas anaknya direbut oleh menantunya dan sering terjadi perebutan cinta kasih antara mertua dan menantu. Persaingan ini bisa meruncing dan bisa menimbulkan percekcokkan (Gunarsa 1982). Menurut Hurlock (2002) keberhasilan perkawinan tercermin pada besar kecilnya hubungan interpersonal dan pola perilaku. Ada beberapa kriteria keberhasilan penyesuaian perkawinan antara lain: kebahagiaan suami istri, hubungan yang baik antara anak dan orangtua, penyesuaian yang baik dari anak-anak, kemampuan untuk memperoleh kepuasan dari perbedaan pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang baik dalam masalah keluarga, dan penyesuaian yang baik dari pihak keluarga pasangan.

27 15 Pola Komunikasi Di setiap sisi kehidupan, manusia tidak akan pernah terlepas dari komunikasi. Hal ini disebabkan karena setiap saat manusia selalu melakukan interaksi dengan orang lain (Paruntu 1998). Komunikasi adalah proses sosial dimana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna yang ada dalam lingkungan (Turner & West 2007) Komunikasi juga merupakan pembelajaran dasar dari suatu interaksi, dan interaksi tersebut adalah dasar dari sosialisasi (Orenstein 1985 dalam Puspitawati 2009). Menurut Day et al. (1995) dalam Puspitawati (2009) komunikasi merupakan proses mendapatkan respon melalui simbol-simbol verbal. Beberapa konsep komunikasi meliputi pembelajaran, pengertian, subjektivitas, timbal balik, dan negosiasi serta mediasi (Ruben 1988; Leaky 2002 dalam Puspitawati 2009). Dalam pendekatan ilmu sosiologi, hubungan antar manusia harus didahului oleh kontak dan komunikasi. Hubungan antar manusia ini kemudian saling mempengaruhi antar satu dengan yang lainnya melalui pengertian yang diungkapkan, informasi yang dibagi, semangat yang diberikan, dan seluruh pesannya membentuk pengetahuan. Komunikasi manusia juga terjadi dalam suatu konteks budaya tertentu dan mempunyai batas-batas tertentu (Rubrn 1988; Liliweri 1997 dalam Puspitawati 2009). Aplikasi komunikasi dalam keluarga berkaitan dengan fokus pemahaman diri dari para anggota keluarga. Teori yang digunakan dalam pendekatan komunikasi adalah teori sistem dengan konsep yang memperkenalkan organisasi, sirkularitas, keutuhan, interdependensi antar elemen-elemen sistem, keseimbangan dan perubahan, serta interaksi (Ruben 1988; Hinde & Hinde 1988 dalam Puspitawati 2009). Permasalahan keluarga yang semakin rentan akhir-akhir ini menjadi semakin melemahnya kualitas komunikasi antar anggota keluarga sehingga memudarkan fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya dari pengaruh pihak luar. Disatu sisi, saat ini pengaruh luar terhadap pribadi keluarga semakin kuat akibat peningkatan teknologi komunikasi di era informasi dan globalisasi (Sunario 1995 dalam Puspitawati 2009). Dalam menyampaikan komunikasi, terdapat perbedaan pola komunikasi antara perempuan dan laki-laki. Perempuan dipandang lebih tenang dan malu-malu. Kaum perempuan juga seringkali terbuai oleh angan-angan dan impian yang indah sehingga pola komunikasi mereka

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perubahan nilai-nilai sosial di dalam masyarakat menyebabkan tingkat perceraian semakin tinggi. Selain itu, akibat banyaknya wanita yang terjun ke dalam dunia pekerjaan menyebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

FAKTOR SUKU DALAM POLA KOMUNIKASI, PENYESUAIAN SUAMI ISTRI, DAN KEHARMONISAN KELUARGA

FAKTOR SUKU DALAM POLA KOMUNIKASI, PENYESUAIAN SUAMI ISTRI, DAN KEHARMONISAN KELUARGA Jur. Ilm. Kel. & Kons., Januari 2014, p : 1-9 Vol. 7, No. 1 ISSN : 1907-6037 FAKTOR SUKU DALAM POLA KOMUNIKASI, PENYESUAIAN SUAMI ISTRI, DAN KEHARMONISAN KELUARGA Venti Sanditya Septiana 1, Diah Krisnatuti

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA

HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEER GROUP DENGAN KARAKTER DAN PERILAKU BULLYING REMAJA KARINA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 Hak Cipta

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS

PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS 1 PENGARUH NILAI DAN GAYA HIDUP TERHADAP PREFERENSI DAN PERILAKU PEMBELIAN BUAH-BUAHAN IMPOR ASTARI SUKMANINGTYAS DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR i ANALISIS MANAJEMEN KEUANGAN, TEKANAN EKONOMI, STRATEGI KOPING DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN DI DESA CIKAHURIPAN, KECAMATAN CISOLOK, KABUPATEN SUKABUMI HIDAYAT SYARIFUDDIN DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH

GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH GAYA PENGASUHAN, INTERAKSI AYAH-REMAJA, KELEKATAN, DAN KEPUASAN AYAH HUSFANI ADHARIANI PUTRI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012 ABSTRACT Husfani

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Fungsi Keluarga

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Fungsi Keluarga 6 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Fungsi Keluarga Keluarga adalah unit sosial paling kecil dalam masyarakat yang memiliki peranan penting terhadap perkembangan sosial, terutama pada awal-awal tahapan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL

HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL HUBUNGAN KEMATANGAN EMOSI DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MASA PERNIKAHAN AWAL Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat S-1 Psikologi Diajukan Oleh: AJENG KARUNIASARI TADJUDDIN F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar sedikit ataupun banyak. Permasalahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi reproduksi dan memberikan perlindungan kepada anggota keluarga dalam masyarakat. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Kerangka Penarikan Contoh Penelitian. Purposive. Kecamatan Bogor Barat. Purposive. Kelurahan Bubulak 25 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi antara cross sectional study, yaitu penelitian yang hanya dilakukan pada satu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pembagian tugas kerja di dalam rumah tangga. tua tunggal atau tinggal tanpa anak (Papalia, Olds, & Feldman, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam siklus kehidupan manusia. Setiap orang berkeinginan untuk membangun sebuah rumah tangga yang bahagia bersama orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, setiap individu pada tahap perkembangan dewasa awal menjalin suatu hubungan dengan lawan jenis yang berujung pada jenjang pernikahan. Berdasarkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Teknik Penarikan Contoh 32 METODE PENELITIAN Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian interaksi keluarga yang memfokuskan pada interaksi suami istri. Variabel yang diteliti pada penelitian interaksi

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat

Lebih terperinci

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama

Disusun Oleh : EVA NADIA KUSUMA NINGRUM Telah disetujui unuk mengikuti Ujian Skripsi. Menyetujui, Pembimbing Utama POLA KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK DI USIA PERNIKAHAN DI BAWAH 5 TAHUN ( Studi Kualitatif Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Suami Istri Dalam Penyelesaian Konflik Di Usia Pernikahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk selalu menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain menimbulkan sikap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (Herning, dalam Sumiarti 1956). Sedangkan menurut Duval & Miller (1980)

BAB II LANDASAN TEORI. (Herning, dalam Sumiarti 1956). Sedangkan menurut Duval & Miller (1980) BAB II LANDASAN TEORI A. Perkawinan 1. Defenisi perkawinan Perkawinan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Kebutuhan itu antara lain saling berkomunikasi, kebersamaaan, membutuhkan pertolongan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan

Lebih terperinci

KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN

KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN 1 KESIAPAN MENIKAH DAN PELAKSANAAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA PRASEKOLAH INE RAHMATIN DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai unit terkecil dalam masyarakat, keluarga memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarganya yang meliputi kebutuhan fisik (makan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita

BAB 1 PENDAHULUAN. Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berikut kutipan wawancara yang dilakukan peneliti dengan seorang wanita yang bernama Mimi, usia 21 tahun, sudah menikah selama 2 tahun dan memiliki 1 orang anak, mengenai

Lebih terperinci

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah

ABSTRAK. A. Latar belakang masalah Judul Studi kasus : Penyesuaian menantu perempuan yang tinggal di rumah mertua yang berbeda suku Nama : Ika wahyuni NPM :10501147 NIRM : 20013137380050146 Pembimbing : M. Fakhrurrozi, M.psi, psi A. Latar

Lebih terperinci

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

(Elisabeth Riahta Santhany) ( ) 292 LAMPIRAN 1 LEMBAR PEMBERITAHUAN AWAL FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS INDONUSA ESA UNGGUL JAKARTA Saya mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah saudara luangkan untuk berpartisipasi dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan dengan berbagai konteks komunikasi yang berbeda-beda. Salah satu konteks komunikasi yang paling sering dihadapi

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT

PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT PENGARUH GAYA PENGASUHAN DAN POLA ASUH AKADEMIK TERHADAP PRESTASI SISWA SMP PADA DAERAH PANTAI DAN PEGUNUNGAN DI KABUPATEN FAKFAK PAPUA BARAT ULFAH MUSHLIHA ADHANI PUARADA DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, pada bagian ini peneliti akan mengemukakan simpulan hasil penelitian mengenai cerai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekuatan seseorang dalam menghadapi kehidupan di dunia ini berawal dari keluarga. Keluarga merupakan masyarakat terkecil yang sangat penting dalam membentuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 17 METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu penelitian yang dilakukan pada satu waktu. Pemillihan tempat dilakukan dengan cara pupossive, yaitu

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagian yang terkecil dan yang pertama kali digunakan manusia sebagai sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga inilah kemudian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelompok yang disebut keluarga (Turner & Helmes dalam Sarwono & Weinarno, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah dan memiliki anak adalah salah satu fase yang dialami dalam kehidupan dewasa awal. Alasan utama untuk melakukan pernikahan adalah adanya cinta dan komitmen

Lebih terperinci

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL PROFIL KEHARMONISAN ORANG YANG MENIKAH DI USIA DINI DI KECAMATAN AIR DIKIT KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) Oleh: NELI LISNIATI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pernikahan 2.1.1 Pengertian Pernikahan Secara umum, pernikahan merupakan upacara pengikatan janji nikah yang dilaksanakan dengan menggunakan adat atau aturan tertentu. Sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI 1 HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEPATUHAN DAN KEMANDIRIAN SANTRI REMAJA DI PONDOK PESANTREN ASSHIDDIQIYAH NURLAILI RAHMAH DINI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak-anak muda dan remaja dalam masa perkembangan

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling A. Latar Belakang Masalah Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling membutuhkan dan cenderung ingin hidup bersama. Berdasarkan sifatnya manusia sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Manusia mengalami berbagai proses perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO

PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO TESIS PENGARUH GAYA HIDUP DAN DEMOGRAFI TERHADAP PREFERENSI BELANJA KONSUMEN DI PASAR BERINGHARJO ELIAANTI CHRISTINE No. Mhs.: 145002141 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan salah satu aspek yang penting perkembangan individu dewasa (Kelley & Convey dalam Lemme, 1995).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang terlahir di dunia ini pasti akan mengalami pertumbuhan dan proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia tercipta sebagai mahkluk sosial. Sebagai mahkluk sosial manusia harus saling berinteraksi, bertukar pikiran, serta berbagi pengalaman. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keharmonisan hubungan suami istri dalam kehidupan perkawinan salah satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui komunikasi interpersonal,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Populasi dan Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Disain, Tempat, dan Waktu Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study, artinya data penelitian dikumpulkan pada satu periode waktu tertentu. Penelitian

Lebih terperinci

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia

Menurut Knox (1985) terdapat tiga faktor yang menentukan kesiapan menikah, yaitu usia menikah, pendidikan, dan rencana karir. Pada dasarnya usia 57 PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan menikah dan pelaksanaan tugas perkembangan keluarga dengan anak usia prasekolah. Penelitian ini dilakukan pada keluarga yang memiliki anak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia akan mencari pasangan hidupnya dan menjalin suatu hubungan serta melanjutkannya ke jenjang yang lebih serius yaitu pernikahan yang sah dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. terdapat dalam Undang-Undang No. 1 Tahun Dalam pasal 1 ayat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pernikahan merupakan satu prosesi yang diatur sedemikian rupa untuk melegalkan hubungan sepasang pria dan perempuan. Indonesia sebagai negara hukum memiliki tata aturan

Lebih terperinci

PERAN DUDA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA

PERAN DUDA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA PERAN DUDA DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN KELUARGA (Studi Deskriptif Pada Duda Yang Ditinggal Istri Akibat Kematian Di Desa Mangaran Kecamatan Ajung Kabupaten Jember) WIDOWER ROLE IN MEETING THE NEEDS OF FAMILIES

Lebih terperinci

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: SITI SOLIKAH F100040107 Kepada FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan BAB I PENDAHULUAN I.A.Latar Belakang Masalah Perkawinan selalu dianggap sebagai hal yang memuaskan dan berharga, namun dalam sebuah hubungan baik itu perkawinan maupun hubungan interpersonal lainnya, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jakarta Raya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai salah satu dari lima agama yang diakui di Indonesia, sangat menekankan tentang bagaimana seorang muslim seharusnya menjalankan pernikahan. Namun sebelum

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PRAKTEK GIZI SERTA TINGKAT KONSUMSI IBU HAMIL DI KELURAHAN KRAMAT JATI DAN KELURAHAN RAGUNAN PROPINSI DKI JAKARTA NADIYA MAWADDAH PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI SUAMI ISTRI DENGAN KECENDERUNGAN BERSELINGKUH PADA ISTRI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poligami pada saat ini tampaknya menjadi sebuah fenomena yang sering dijumpai. Ketidakseimbangan jumlah antara laki-laki dan perempuan banyak dijadikan alasan

Lebih terperinci