XI. OPTIKA. Buku Ajar Fisika Dasar II Pendahuluan. Optika XI - 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "XI. OPTIKA. Buku Ajar Fisika Dasar II Pendahuluan. Optika XI - 1"

Transkripsi

1 XI - XI. OPTIKA. Pedahulua adalah ilmu yag mempelajari tetag cahaya atau lebih luasya lagi tetag spektrum elektromagetik. Karea itu aspek-aspek gelombag dari cahaya harus medapatka perhatia yag utama. dibagi atas dua bagia:. Optik Geometrik: Mempelajari sifat-sifat cahaya dalam medium, misalya: pembiasa, pematula trasmisi serta prisip propagasi perambata cahaya pada alat-alat optik.. Optik Fisis: Mempelajari tetag keadaa fisis cahaya serta tigkah laku cahaya sebagai gelombag, misalya peristiwa iterferesi, difraksi, dispersi, polarisasi serta gagasagagasa megeai hakekat cahaya. sebagai salah satu cabag fisika yag memafaatka gelombag elektromagetik, saat ii aplikasiya sagat berkembag dega pesat. Pemafaata sistim optik dalam desai da kostruksi kompoe IC semaki megefektifka da megefisieka pembuata peralata elektroik da istrumetasi. Dalam sistim komuikasi sistim optik ii juga lebih meigkatka kemampua peyalura da trasformasi iformasi. Demikia juga dalam sistim pemataua dega sistim iformasi. Geografis sistim optik ii meigkatka kualitas da kuatitas dari hasil pemataua sumber daya alam di permukaa maupu di bawah permukaa bumi. Dalam bidag kesehata pegguaa spektrum cahaya seperti siar laser, siar UV sampai siar ifra merah sagat maju dalam bidag diagostik maupu terapi, terlebih dalam aplikasiya dalam bidag spektroskopi yag berkembag dega sagat pesatya. Hampir pada semua bidag sais pegguaa ilmu optik sagat berkembag dega pesatya, da diramalka aka megugguli pegguaa material dibidag iformasida komuikasi. Pada modul ii pembahasa tetag optika ii aka dibagi atas tiga bagia. Yaki pembahasa tetag pematula da pembiasa cahaya, perambata cahaya pada peralata optis yag sederhaa da pembahasa sifat sifat cahaya sebagai gelombag... Geometrik.. Pematula Cahaya A. Pematula pada Cermi Datar Berkas siar yag jatuh pada suatu permukaa yag rata da halus, misalya cermi aka megalami pematula teratur. ebalikya siar yag jatuh pada permukaa yag tidak rata, misalya permukaa taah aka dipatulka secara baur atau difus. iar yag jatuh pada permukaa yag rata aka dipatulka sesuai dega hukum pematula sebagai berikut:. iar datag, garis ormal da siar patul terletak pada satu bidag datar

2 l ut a Pr O ai F P r i gat a Dr ai Buku Ajar Fisika Dasar II XI -. Besar sudut datag sama dega besar sudut patul. Peryataa tetag hukum pematula ii dapat lebih dipahami dega memperhatika gambar.ifat-sifat bayaga yag dihasilka oleh cermi datar:. Jarak bayaga ke cermi ( ) sama dega jarak beda ke cermi (). Bayaga dibetuk oleh perpotoga dari perpajaga siar-siar patul da berada di belakag cermi. 3. Bayaga tidak dapat ditagkap oleh layar (maya) da dibelakag cermi 4. Besar/tiggi bayaga sama dega besar/tiggi beda 5. Bayaga berhadapa dega bedaya, tetapi salig berkebalika. Gambar. kema hukum pematula a P gadi ut l B Bila dua buah cermi datar diragkai membetuk sudut tertetu dapat meghasilka bayaga lebih dari satu. Bayakya bayaga () bergatug pada besarya sudut () yag dibetuk oleh kedua cermi tersebut, da dirumuska sebagai berikut: (.) B. Pematula pada Lermi Legkug ebuah cermi dapat saja melegkug. Jika sisi depa cermi melegkug ke dalam disebut cermi cekug, sebalikya apabila sisi depa cermi melegkug keluar maka cermi tersebut adalah cermi cembug. B.. Cermi cekug Cermi cekug bersifat megumpulka siar (koverge), artiya siar-siar yag sejajar yag jatuh pada permukaa cermi dipatulka kesatu titik yag disebut titik api atau titik fokus. Titik fokus cermi ii berada di sisi depa cermi. Karea itu jarak fokus bertada positif, da hubugaya dega jari-jari kelegkuga cermi adalah: f R... (.) Gambar.. Cermi cekug megumpulka siar

3 XI - 3 I O F P 3 Bagia petig dari cermi cekug adalah seperti pada gambar. Utuk melukiska diagram pembetuka bayaga dari sebuah beda yata didepa cermi, sedikitya diperluka dua siar istimewa dari tiga siar istimewa (gambar 3). Ketiga siar istimewa tersebut adalah sebagai berikut:. iar datag sejajar sumbu utama, aka dipatulka melalui titik fokus.. iar datag melalui titik fokus, aka dipatulka sejajar sumbu utama 3. iar datag meuju pusat kelegkuga cermi, aka dipatulka kembali melalui titik tersebut. Gambar.3. iar-siar istimewa pada cermi cekug Persamaa yag meyataka hubuga atara ruag beda da ruag bayaga adalah : R beda + R bayaga = 5... (.3) Hubuga atara jarak beda (), jarak bayaga ( ) da jarak fokus (f) dari cermi cekug dirumuska sebagai berikut: f R... (.4) f...(.4a) f f...(.4b) f f...(.4c) da besar perbesara bayaga diyataka dalam: M h h... (.5) dimaa h adalah tiggi beda da h merupaka tiggi bayaga. B.. Cermi cembug P F O Gambar.. Cermi cekug megumpulka siar

4 s at a B gadi < l s ai a Br B ai rm o Nsir a r G i gat a Dr ai Buku Ajar Fisika Dasar II XI - 4 Cermi cembug bersifat memecarka cahaya (diverge), yaitu siar-siar sejajar yag jatuh ke permukaa cermi cembug dipatulka seolah-olah berasal dari titik api atau titik fokus. eperti halya pada cermi cembug, pada cermi cembug juga terdapat tiga siar istimewa sebagai berikut:. siar datag sejajar sumbu utama dipatulka seolah-olah berasal dari titik fokus. siar datag meuju titik fokus dipatulka sejajar sumbu utama 3. siar datag meuju pusat kelegkugacermi dipatulka kembali seaka aka dari titik pusat kelegkuga. Rumus-rumus tetag hubuga jarak beda (), jarak bayaga ( ) da jarak fokus (f) serta perbesara liier (M) yag berlaku pada cermi cekug juga berlaku pada cermi cembug. Aka tetapi harga utuk jarak fokus (f) da jari-jari kelegkuga cermi bertada egatif (-).... Pembiasa Cahaya Pembiasa cahaya adalah peristiwa atau gejala perubaha arah rambata cahaya. Peristiwa pembiasa aka terjadi bila seberkas cahaya datag dari medium reggag meuju medium rapat atau sebalikya. A. Hukum pembiasa (). iar datag, siar bias da garis ormal berpotoga pada satu titik da terletak pada satu bidag () Hubuga sudut datag da sudut bias diyataka oleh persamaa umum ellius : si i = si r...(.6) keteraga : i = sudut datag r = sudut bias = ideks bias medium = ideks bias medium Gambar.5. Pembiasa pada bidag batas atara dua medium

5 XI - 5 eberkas cahaya yag merambat dari medium yag kurag rapat ke medium yag lebih rapat dibiaska medekati garis ormal, sehigga sudut datag aka lebih besar dari sudut bias. ebalikya, jika berkas cahaya merambat dari medium yag lebih rapat ke medium kurag rapat aka dibiaska mejauhi garis ormal. B. Ideks bias B. Ideks bias mutlak Ideks bias mutlak merupaka perbadiga sius sudut datag dega sius sudut bias, yag dituliska dega : si i...(.7) si r cahaya yag merambat pada dua medium yag berbeda aka megalami perubaha kecepata. Oleh karea itu ideks bias mutlak medium hampa dapat dituliska: B. Ideks bias relatif sii c si r v... (.8) eberkas siar merambat dari medium ( ) kemedium ( ), maka ideks bias relatif medium terhadap medium dapat ditulis: sii...(.9) si r a. Hubuga atara cepat rambat, frekuesi da pajag gelombag cahaya dega Ideks bias. Ketika cahaya merambat dari satu medium ke medium laiya, frekuesiya aka tetap (f =f ), aka tetapi yag megalami perobaha adalah pada pajag gelombagya yag dapat dituliska dalam betuk : v v... (.0) apabila medium udara ( = ) da medium adalah suatu baha yag berideks bias maka b. Pematula empura udara...(.) Berkas cahaya yag merambat dari medium yag lebih rapat meuju medium yag kurag rapat tidak selalu megalami pembiasa, aka tetapi dapat megalami pematula sempura. Hal ii aka terjadi apabila sudut datag lebih besar dari sudut kritisya. udut kristis atara dua medium adalah sudut datag dari medium lebih rapat meuju medium yag kurag rapat yag meghasilka sudut bias 90 o. Besar sudut kritis ditetuka sebagai berikut.

6 t P r R Q Q i d P Buku Ajar Fisika Dasar II XI - 6 i r B i r A C D sii k... (.)..3 Pembiasa pada kaca plaparalel Gambar.6 kema pembiasa cahaya pada kaca plaparalel Apabila seberkas siar datag dari udara meuju kaca plaparalel seperti tampak pada gambar, arah siar datag meuju kaca aka sejajar dega arah siar keluar dari kaca, aka tetapi megalami pergesera sejauh d. Besar pergesera d dirumuska sebagai berikut: t si( i r) d...(.3) cos r keteraga: d = pergesera siar t = tebal kaca i = sudut datag meuju kaca r = sudut bias dalam kaca..4. Pembiasa pada bidag legkug da bidag datar. Gambar..7 Pembiasa pada bidag legkug

7 P ai Buku Ajar Fisika Dasar II XI - 7 Mr l a rm o Nsi C r a G r i R D B Q i l a A rm o Nsi r a k us a G uatu sumber titik (titik A) seperti pada gambar berada sejauh didepa permukaa sferik dega ideks bias da berjari-jari R. Utuk meetuka jarak bayaga diguaka persamaa da besar perbesaraya R M... (.4)...(.5) Keteraga: = ideks bias medium = ideks bias baha gelas = Jarak beda terhadap permukaa sperik = Jarak bayaga terhadap permukaa sperik R = Jari-jari kelegkuga permukaa sperik Jika permukaa sperik digati mejadi datar, maka peetua letak bayaga ditetuka dega megguaka persamaa :...(.8)..5. Pembiasa pada Prisma Prisma adalah zat optik yag dibatasi oleh dua bidag pembias yag berpotoga. Garis potog atara kedua bidag pembias disebut sudut pembias. udut yag dibetuk oleh kedua bidag bias atau bidag sisi prisma disebut sudut bias. Pada prisma juga berlaku hukum pembiasa. iar masuk prisma aka dibiaska medekati garis ormal. Jika siar keluar dari prisma, aka dibiaska mejauhi garis ormal. udut yag dibetuk oleh perpajaga siar masuk da siar keluar disebut sudut deviasi. Gambar.8 Jalaya siar pada prisma Keteraga : = udut pembias prisma i = udut siar datag pada prisma

8 F F 3 Buku Ajar Fisika Dasar II XI - 8 r = udut bias dari siar masuk pada prisma i = sudut siar datag saat siar keluar dari prisma r = sudut siar bias ketika siar keluar dari prisma D = udut deviasi Perhatika segitiga QR, RQ da BQR: QBR = 80 - BQR - BRQ = 80 (90 r ) (90 i ), sehigga diperoleh = r + i...(.9) Utuk meetuka besar sudut deviasi prisma perhatika hubuga atara D, segitiga QR da RQ, diperoleh D = i + r -...(.0) Deviasi miimum (Dm) diperoleh saat i = r, sehigga: Dm = (i - )...(.) Jika i = r, maka r = i, i = ½( Dm + ), da r = /. Dari persamaa hukum ellius diperoleh: Dm si( ) si( )...(.) Jika kurag dari 5 o, berlaku si =, sehigga diperileh Dm = (-)...(.3).3 Lesa Tipis.3. Lesa Cembug Lesa cembug adalah lesa yag permukaa legkugya meghadap keluar. Lesa cembug bersifat megumpulka siar (koverge), yaitu siar sejajar sumbu utama lesa dibiaska meuju titik fokus lesa. Pada lesa cembug terdapat tiga siar istimewa(perhatika gambar 9) sebagai berikut: i. iar datag sejajar sumbu utama lesa dibiaska melalui titik fokus (F) ii. iar datag melalui titik fokus (F) dibiaska sejajar sumbu utama iii. iar datag melalui titik pusat optik (O) tidak dibiaska, melaika diteruska. Gambar.9. iar-siar istimewa pada lesa cembug

9 XI - 9 Hubuga atara jarak beda, jarak bayaga, jarak fokus da perbesara bayaga dirumuska :...(.4) f M...(.5) tada egatif (-) meyataka bahwa bayaga adalah yata da dibelakag lesa. Utuk melukiska pembetuka bayaya pada lesa cembug diperluka miimal dua buah siar istimewa..3. Lesa cekug. F F 3 Gambar. iar-siar istimewa pada lesa cekug Lesa cekug adalah lesa yag permukaa legkugya meghadap kedalam. Lesa cekug bersifat memecarka siar (diverge), yaitu siar sejajar sumbu utama lesa dibiaska seolah olah berasal dari titik fokus. Pada lesa cekug juga terdapat tiga siar istimewa (lihat gambar ) sebagai berikut: i. siar datag sejajar sumbu utama lesa dibiaska seaka aka berasal dari titik fokus ii. siar datag meuju titik fokus dibiaska sejajar sumbu utama iii. siar datag melalui pusat optik diteruska tapa pemiasa Utuk melukis pembetuka bayaga pada lesa cekug diperluka miimal dua buah siar istimewa.hubuga atara jarak fokus, jarak beda, jarak bayaga da perbesara bayaga pada lesa cembug juga berlaku pada lesa cekug. Aka tetapi jarak fokus berharga egatif Hubuga jarak fokus, ideks bias da jari-jari kelegkuga pada lesa tipis. Pembiasa pada lesa mirip dega pembiasa pada prisma. Aksa tetapi karea berupa lesa tipis, sudut pembiasya kecil. Dilihat dari betuk kelegkugaya lesa dapat dibedaka seperti berikut(perhatika gambar);

10 ) ) c( c( ) b( ) b( ) a( ) a( Buku Ajar Fisika Dasar II XI - 0 Gambar. Lesa cembug: a). bikoveks (cembug ragkap) b).plakoveks (datar cembug) da c). kokavkoveks (cekug cembug) Pada lesa tipis hubuga atara jarak fokus (f), ideks bias () da jari-jari kelegkuga lesa diyataka dega persamaa: f ( )( )...(.6) R R da apabila lesa berada di udara, persamaa di atas mejadi f ( )( )...(.7) R R keteraga = ideks bias medium = ideks bias baha lesa R,R = Jari-jari kelegkuga lesa R da R berilai positif utuk permukaa cembug da berilai egatif utuk permukaa cekug Kekuata lesa Gambar.3 Lesa cekug a. bikokav (cekug ragkap) b. plakokav(datar cekug) c. kovekskokav(cembug cekug) Kekuata lesa didefeisika sebagai harga kebalika jarak fokus dari lesa tersebut. atua kekuata lesa diyataka dega dioptri. Dega demikia semaki pedek jarak fokus, kekuata lesa tersebut semaki kuat. Dari defeisi diatas secara matematis persamaa kekuata lesa (P) dapat dituliska : P...(.8) f

11 A A Buku Ajar Fisika Dasar II XI - A B F as el F B F as el F B.3.5. usua Lesa Alat-alat optik yag megguaka susua lesa, misalya teropog da mikroskop. Didalam alat optik ii terdapat dua atau lebih lesa yag disusu dega jarak tertetu dega sumbu utama berimpit. Perhatika gambar (4). Pada gambar terlihat bahwa bayaga yag dibetuk oleh lesa merupaka beda terhadap lesa, sehigga diperoleh hubuga: d = +... (.9) Perbesara total susua lesa merupaka hasil kaliperbesara lesa da perbesara lesa, yag dirumuska sebagai berikut: M M xm h tot...(.30) h d Gambar 4. Pembetuka bayaga pada susua lesa.3.6. Lesa Gabuga Lesa gabuga adalah dua atau lebih lesa yag digabug mejadi satu. Jarak fokus da kekuata lesa diyataka sebagai berikut. a. Jarak fokus: f......(.3) f f f gab 3 f apabila f gab berilai positif berarti meghasilka lesa cembug, da jika berilai egatif berarti meghasilka lesa cekug b. Kekuata lesa Beberapa lesa dega kekuata lesa P, P, P3, jika digabugka aka diperoleh sebuah lesa dega kekuata lesa gabuga Pgab yag secara umum dapat dituliska: Pgab = P + P + P3 + +P4...(.3)

12 XI -.4 Cotoh soal da latiha.4. Cotoh soal. ebuah beda terletak cm didepa cermi cekug yag jari-jari kelegkugaya 0 cm Tetukalah hal-hal berikut: a. Jarak bayaga da perbesaraya b. Tiggi beda da tiggi bayagaya c. Lukiska pembetuka bayagaya. Diketahui ideks bias air 4/3 da ideks bias gelas 3/. a. Tetukalah ideks bias relatif air terhadap kaca b. Ideks bias relatif kaca terhadap air 3. eberkas siar dijatuhka pada kaca plaparalel yag tebalya 5 cm (ideks bias kaca =,5). Apabila sudut datag siar tersebut 30o, tetukalah pergesera siar pada kaca plaparalel tersebut. 4. ebuah kelereg (diameter,5 cm) berada didalam bola gelas padat (gelas =,5) pada jarak 5 cm dari permukaa bola gelas. Apabila jari-jari kelegkuga bola gelas 30 cm, tetukalah letak da tiggi bayaga kelereg. 5. ebuah lesa bikoveks (cembug-cembug) mempuyai ideks bias,5 dega jari-jari kelegkuga 30 cm da 0 cm. Apabila sebuah beda terletak di depa lesa sejauh 40 cm, berapakah jarak bayagaya? 6. ebuah beda yag tiggiya 0 mm diletakka 40 mm didepa sebuah lesa koverge yag jarak fokusya 00 mm. Lesa koverge kedua yag jarak fokusya sama diletakka pada titik fokus lesa pertama a. Dimaakah letak bayaga yag dibetuk oleh lesa pertama b. Bagaimaakah ukura da letak bayaga akhir. Jawab. Diketahui ; = cm R = 0 cm, f = (/ ) R = 0 cm h = 0 cm Ditayaka :...a. Jarak bayaga da perbesara bayaga b.tiggi beda c. Lukisa pembetuka bayaga Peyelesaia:

13 XI - 3 a. Jarak bayaga da perbesara f ( )( 0) = 60 cm f 0 M b. Tiggi beda (h) M h h h = (0/5) = cm. Jadi tiggi bedaya cm c. Pembetuka bayaga 60 = - 5 kali (bayaga terbalik) B O F A P B A. Diketahui : air = 4/3 Ditayaka : kaca = 3/ a. ideks bias relatif air terhadap kaca b. ideks bias relatif kaca terhadap air Peyelesaia: a. Ideks bias relatif air terhadap kaca a-k = air kaca ( 4 3 ) 4 8 x ( 3 ) Jadi ideks bias relatif air terhadap kaca 8 9 b. Ideks bias relatif kaca terhadap air k-a = kaca air ( 3 ) x ( 4 3 ) 4 8 Jadi ideks bias relatif kaca terhadap air adalah Diketahui : t = 5 cm kaca =,5

14 XI - 4 i = 30 o Ditayaka : Pergesera siar (d) Peyelesaia: i si si r si 30 si r, 5 o 0, 35 r = 8, o o o si( i r) si( 30 8, ) d t 5 o cos r cos 8, Jadi pergesera siar adalah cm = cm 4. Diketahui: gelas =,5 Ditayaka: R = -30 cm = 5 cm H =,5 a. Jarak bayaga ( ) b.tiggi bayaga (h ) Peyelesaia: a. Jarak bayaga gelas udara udara gelas, 5, = - cm Jadi bayaga terletak cm dibelaga permukaa R b. Tiggi bayaga M gelas (, 5) x( ), 5 M h h udara h =, x,5 =,8 cm Jadi tiggi bayaga adalah,8 cm 5. Diketahui: lesa =,5 R = 30 cm

15 XI - 5 R = - 0 cm = 40 cm Ditaya : =? Peyelesaia ( lesa )( ) R R 40 5, 5 (, )( ) ( 60)( 40) = 60 cm (, 5)( 60) ( 40 ) Jadi bayaga terbetuk sejauh 60 cm dibelakag lesa 6. Diketahui : f = f = d = 00 mm h = 0 mm = 400 mm Dit: a. Bayaga oleh lesa ( ) b.tiggi bayaga akhir (h ) da letak bayga akhir ( ) Peyelesaia f a. f ( 400)( 00) = 400 mm Jadi bayaga lesa terletak 400 mm dibelakag lesa b. d = + = d = = -00 mm f f ( 00)( 00) = 00 mm Jdi letak bayaga akhir adalah 00 mm dibelakag lesa h h ( 0)( 400)( 00) h = -5 mm ( 400)( 00) Tada (-) meyataka bayaga akhir adalah terbalik terhadap beda semula. D.. Latiha. Lukislah terbetukya bayaga oleh dua buah cermi datar yag membetuk sudut 0 o. ebuah beda setiggi 3 cm diletakka 60 cm didepa cermi cembug yag jari-jari kelegkugaya 30 cm. Tetukalah: a. Jarak da tiggi bayaga

16 XI - 6 b. Lukisa pembetuka bayaga 3. Cermi cekug (I) da cermi cembug (II) masig-masig mempuyai jarak fokus 30 cm da 40 cm. Jarak kedua cermi adalah 00 cm. Apabila sebuah beda yag tiggiya mm diletakka diatara kedua cermi dega jarak 48 cm dari cermi cekug tetukalah: a. Letak da perbesara tiggi bayaga akhir b. Lukisa pembetuka bayaga 4. Cepat rambat cahaya diudara 3 x 0 8 ms - da frekuesiya 5 x 0 4 hz a. Tetuka cepat rambat cahaya dalam gelas ( gelas =,5) b. Tetuka pajag gelombag cahaya dalam gelas 5. eberkas cahaya meuju kaca plaparalel ( kaca =,5) dega sudut datag 45 o. Apabila siar megalami pergesera,33 cm, tetukalah tebal kaca plaparalel. 6. ebuah prisma mempuyai sudut pembias 30 o da ideks biasya,5. a. Berapa sudut deviasi miimumya? b. Jika siar datag pada prisma dega sudut datag 30 o, berapa sudut deviasiya? 7. ebuah akuarium besar pada salah satu permukaaya berbetuk legkuga bola dega jari-jari 5 m. Akuarium itu diisi dega air dega ideks bias 4/3. eorag peyelam da seorag peoto diluar akuarium keduaya berjarak 4m dari permukaa akuarium. Berapakah jarak bayaga masig-masig apabila: a. peoto melihat peyelam b. peyelam melihat peoto 8. ebuah lesa cembug mempuyai kekuata 5 dioptri. Didepa lesa tersebut diletakka beda setiggi 0,5 cm. Tetukalah jarak beda terhadap lesa 9. ebuah lesa cembug cekug berjari-jari kelegkuga 5 cm da 0 cm. Jika ideks bias baha lesa tersebut,5, berapa jarak titik apiya : a. di udara b. didalam air yag berideks bias 4/3 0. Dua buah lesa cembug memiliki jarak fokos berturut-turut 0 cm da cm, disusu sedemikia rupa sehiggasumbu utama kedua lesa berimpit. ebuah beda setiggi 3 cm diletakka 6 cm didepa lesa pertama da meghasilka bayaga akhir pada jarak 5 cm di belakag lesa. Tetukalah a. Jarak kedua lesa b. Tiggi bayaga akhir.

IR. STEVANUS ARIANTO 1

IR. STEVANUS ARIANTO 1 OPTIKA GEOMETRI Oleh : Ir. ARIANTO PEMANTULAN PEMBIASAN BERKAS CAHAYA CONTOH SOAL CONTOH SOAL INDEX BIAS INDEX BIAS RELATIF HUKUM PEMBIASAN MACAM PEMANTULAN HUKUM PEMANTULAN CONTOH SOAL CONTOH SOAL HUKUM

Lebih terperinci

BAB 5 OPTIK FISIS. Prinsip Huygens : Setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang sekunder. 5.1 Interferensi

BAB 5 OPTIK FISIS. Prinsip Huygens : Setiap titik pada muka gelombang dapat menjadi sumber gelombang sekunder. 5.1 Interferensi BAB 5 OPTIK FISIS Prisip Huyges : Setiap titik pada muka gelombag dapat mejadi sumber gelombag sekuder. 5. Iterferesi - Iterferesi adalah gejala meyatuya dua atau lebih gelombag, membetuk gelombag yag

Lebih terperinci

Oleh: Bambang Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta

Oleh: Bambang Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta Oleh: Bambag Widodo, SPd SMA Negeri 9 Yogyakarta PETA KONSEP Prisip Superposisi Liier Sefase π π beda faseya : 0,2, 4,. beda litasa : 0,,2, 3,. terjadi iterferesi Kostruktif/ salig meguatka, amplitudo

Lebih terperinci

OPTIK GEOMETRI. 2) Sebuah titik di letakkan diantara 2 cermin yang membentuk sudut Jumlah bayangan yang terjadi

OPTIK GEOMETRI. 2) Sebuah titik di letakkan diantara 2 cermin yang membentuk sudut Jumlah bayangan yang terjadi OPTIK GEOETRI A. Pematula i r i r B. Cermi Datar ) Sebuah beda diletakka di depa cermi datar Siat bayaga : a. (jarak beda didepa cermi = jarak bayaga dibelakag cermi) b. (tiggi/bear beda = tiggi/bear bayaga)

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

SOAL-SOAL HOTS. Fungsi, komposisi fungsi, fungsi invers, dan grafik fungsi.

SOAL-SOAL HOTS. Fungsi, komposisi fungsi, fungsi invers, dan grafik fungsi. SOL-SOL HOTS. LJBR Pagkat Bulat Positif, Betuk kar, da Logaritma 1. Jumlah bakteri pada saat mula-mula adalah M 0. Karea suatu hal, setiap selag satu hari jumlah bakteri aka leyap r%. Jika M0 1.0 da r

Lebih terperinci

BAB IV PEMANDU-GELOMBANG OPTIK TERPADU

BAB IV PEMANDU-GELOMBANG OPTIK TERPADU BAB IV PEMANDU-GELOMBANG OPTIK TERPADU Tujua Istruksioal Umum Pada bab ii aka dibahas megeai pemadugelombag yag bayak diguaka utuk metrasfer cahaya di atara kompoe-kompoe jariga, megeai bermacam-macam

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI

REGRESI DAN KORELASI REGRESI DAN KORELASI Pedahulua Dalam kehidupa sehari-hari serig ditemuka masalah/kejadia yagg salig berkaita satu sama lai. Kita memerluka aalisis hubuga atara kejadia tersebut Dalam bab ii kita aka membahas

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Sistem dalam Persamaan Keadaan Istitut Tekologi Sepuluh Nopember Surabaya Model Sistem dalam Persamaa Keadaa Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Latiha Pegatar Materi Cotoh Soal Rigkasa Istilah-istilah Dalam Persamaa Keadaa Aalisis Sistem

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA SMA IPA Kelas 11

MODUL MATEMATIKA SMA IPA Kelas 11 SMA IPA Kelas BARISAN DAN DERET ARITMATIKA. Betuk umum: a, ( a b), ( a b) ( a b). Rumus suku ke- ( ) a ( ) b a : suku pertama b : beda. Jumlah suku pertama (S ) S ( a ) atau S (a ( ) b) Dega S dapat juga

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

Range atau jangkauan suatu kelompok data didefinisikan sebagai selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil, yaitu

Range atau jangkauan suatu kelompok data didefinisikan sebagai selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil, yaitu BAB 4 UKURAN PENYEBARAN DATA Pada Bab sebelumya kita telah mempelajari beberapa ukura pemusata data, yaitu ukura yag memberika iformasi tetag bagaimaa data-data ii megumpul atau memusat Pada bagia Bab

Lebih terperinci

LEVELLING 1. Cara pengukuran PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Poliban Teknik Sipil 2010LEVELLING 1

LEVELLING 1. Cara pengukuran PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Poliban Teknik Sipil 2010LEVELLING 1 LEVELLING 1 PENGUKURAN SIPAT DATAR Salmai,, ST, MS, MT 21 PENGUKURAN BEDA TINGGI DENGAN ALAT SIPAT DATAR (PPD) Jika dua titik mempuyai ketiggia yag berbeda, dikataka mempuyai beda tiggi. Beda tiggi dapat

Lebih terperinci

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16,

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16, Projek Himpulah miimal tiga masalah peerapa barisa da deret aritmatika dalam bidag fisika, tekologi iformasi, da masalah yata di sekitarmu. Ujilah berbagai kosep da atura barisa da deret aritmatika di

Lebih terperinci

1 4 A. 1 D. 4 B. 2 E. -5 C. 3 A.

1 4 A. 1 D. 4 B. 2 E. -5 C. 3 A. . Seorag pedagag membeli barag utuk dijual seharga Rp. 0.000,00. Bila pedagag tersebut meghedaki utug 0 %, maka barag tersebut harus dijual dega harga A. Rp. 00.000,00 D. Rp. 600.000,00 B. Rp. 00.000,00

Lebih terperinci

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO

PETA KONSEP RETURN dan RISIKO PORTOFOLIO PETA KONSEP RETURN da RISIKO PORTOFOLIO RETURN PORTOFOLIO RISIKO PORTOFOLIO RISIKO TOTAL DIVERSIFIKASI PORTOFOLIO DENGAN DUA AKTIVA PORTOFOLIO DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI DENGAN BANYAK AKTIVA DEVERSIFIKASI

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi da Waktu Pegambila Data Pegambila data poho Pius (Pius merkusii) dilakuka di Huta Pedidika Guug Walat, Kabupate Sukabumi, Jawa Barat pada bula September 2011.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

3. Struktur Fiber Optik

3. Struktur Fiber Optik 03/0/0 3. Struktur Fiber Optik Ahar, MT. Edisi Gajil 0/03 Outlie : Betuk geometrik optik Kosep mode Fiber optik step ideks Fiber graded-idexs Baha peyusu optik Sifat mekais fiber Edisi Gajil 0/03 03/0/0

Lebih terperinci

Ukuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus

Ukuran Pemusatan. Pertemuan 3. Median. Quartil. 17-Mar-17. Modus -Mar- Ukura Pemusata Pertemua STATISTIKA DESKRIPTIF Statistik deskripti adalah pegolaha data utuk tujua medeskripsika atau memberika gambara terhadap obyek yag diteliti dega megguaka sampel atau populasi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Aalisis regresi mejadi salah satu bagia statistika yag palig bayak aplikasiya. Aalisis regresi memberika keleluasaa kepada peeliti utuk meyusu model hubuga atau pegaruh

Lebih terperinci

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES)

DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) MATEMATIKA II DERET TAK HINGGA (INFITITE SERIES) sugegpb.lecture.ub.ac.id aada.lecture.ub.ac.id BARISAN Barisa merupaka kumpula suatu bilaga (atau betuk aljabar) yag disusu sehigga membetuk suku-suku yag

Lebih terperinci

BAB 6. DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT Deret Taylor

BAB 6. DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT Deret Taylor Bab 6 Deret Taylor da Deret Lauret BAB 6 DERET TAYLOR DAN DERET LAURENT 6 Deret Taylor Misal fugsi f aalitik pada - < R ligkara dega pusat di da jari-jari R Maka utuk setiap titik pada ligkara itu f dapat

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

Jl. Ganesha No. 10 Bandung, Telp. (022) , , Fax. (022) Homepage :

Jl. Ganesha No. 10 Bandung, Telp. (022) , , Fax. (022) Homepage : INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA Jl. Gaesha No. 0 Badug, 4032 Telp. (022) 2500834, 253427, Fax. (022) 2506452 Homepage : http://www.fi.itb.ac.id

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Aalisis Regresi Istilah regresi pertama kali diperkealka oleh seorag ahli yag berama Facis Galto pada tahu 1886. Meurut Galto, aalisis regresi berkeaa dega studi ketergatuga dari suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yaitu PT. Sinar Gorontalo Berlian Motor, Jl. H. B Yassin no 28 5 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Peelitia da Waktu Peelitia Sehubuga dega peelitia ii, lokasi yag dijadika tempat peelitia yaitu PT. Siar Gorotalo Berlia Motor, Jl. H. B Yassi o 8 Kota Gorotalo.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB ENDAHULUAN. Latar Belakag Masalah Dalam kehidupa yata, hampir seluruh feomea alam megadug ketidak pastia atau bersifat probabilistik, misalya pergeraka lempega bumi yag meyebabka gempa, aik turuya

Lebih terperinci

UKURAN PEMUSATAN UKURAN PENYEBARAN

UKURAN PEMUSATAN UKURAN PENYEBARAN UKURAN PEMUSATAN DATA TUNGGAL DATA KELOMPOK. MEAN / RATA-RATA. MODUS 3. MEDIAN 4. KUARTIL. MEAN / RATA-RATA. MODUS 3. MEDIAN 4. KUARTIL UKURAN PENYEBARAN JANGKAUAN HAMPARAN RAGAM / VARIANS SIMPANGAN BAKU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

HUKUM DASAR KIMIA. 2CuO. 28gram nitrogen 52 gram magnesium nitrida 3 Mg + N 2 Mg 3 N 2

HUKUM DASAR KIMIA. 2CuO. 28gram nitrogen 52 gram magnesium nitrida 3 Mg + N 2 Mg 3 N 2 HUKUM DASAR KIMIA ) Hukum Kekekala Massa ( Hukum Lavoisier ). Yaitu : Dalam sistem tertutup, massa zat sebelum da sesudah reaksi adalah sama. 40 Ca + 6 O 56 CaO C + 3 O 44 CO Cotoh soal : Pada wadah tertutup,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Variabel da Defiisi Operasioal Variabel-variabel yag diguaka pada peelitia ii adalah: a. Teaga kerja, yaitu kotribusi terhadap aktivitas produksi yag diberika oleh para

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH DASAR DASAR DISTRIBUSI TEGANGAN DALAM TANAH

MEKANIKA TANAH DASAR DASAR DISTRIBUSI TEGANGAN DALAM TANAH MEKANIKA TANAH DASAR DASAR DISTRIBUSI TEGANGAN DALAM TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bitaro Sektor 7, Bitaro Jaa Tagerag Selata 154 PENDAHULUAN Megapa mempelajari kekuata taah? Keamaa

Lebih terperinci

Meetuka Parameter Model Cauchy utuk A (1,587) Kosta Baha Polistirea Dzarril Maulidiyah 1, D. J. Djoko H Satjojo 1, Mauludi A Pamugkas 1, Ubaidillah 1 1) Jurusa Fisika FMIPA Uiv. Brawijaya Email: mdzarril@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P)

KIMIA. Sesi. Sifat Koligatif (Bagian II) A. PENURUNAN TEKANAN UAP ( P) KIMIA KELAS XII IA - KURIKULUM GABUNGAN 02 Sesi NGAN Sifat Koligatif (Bagia II) Iteraksi atara pelarut da zat megakibatka perubaha fisik pada kompoekompoe peyusu laruta. Salah satu sifat yag diakibatka

Lebih terperinci

BAB VII DISTRIBUSI SAMPLING DAN DESKRIPSI DATA

BAB VII DISTRIBUSI SAMPLING DAN DESKRIPSI DATA BAB VII DITRIBUI AMPLING DAN DEKRIPI DATA 7. Distribusi amplig (samplig distributio) amplig distributio adalah distribusi probabilitas dari suatu statistik. amplig distributio tergatug dari ukura populasi,

Lebih terperinci

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi.

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi. Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel). Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung

III. METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Barat yang terhitung 42 III. METODE PENELITIAN 3.. Lokasi da Waktu Peelitia Lokasi peelitia dilakuka di Provisi Sumatera Barat yag terhitug mulai miggu ketiga bula April 202 higga miggu pertama bula Mei 202. Provisi Sumatera

Lebih terperinci

E-learning matematika, GRATIS 1

E-learning matematika, GRATIS 1 E-learig matematika, GRATIS Peyusu Editor : Teag Idriyai, S.P ; Taufiq Rahma, S.P : Drs. Keto Susato, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Idra Guawa, S.Si.. Pegertia Barisa da Deret Barisa bilaga adalah

Lebih terperinci

Inflasi dan Indeks Harga I

Inflasi dan Indeks Harga I PERTEMUAN 1 Iflasi da Ideks Harga I 1 1 TEORI RINGKAS A Pegertia Agka Ideks Agka ideks merupaka suatu kosep yag dapat memberika gambara tetag perubaha-perubaha variabel dari suatu priode ke periode berikutya

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, , Agustus 2003, ISSN : METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Vol. 6. No., 97-09, Agustus 003, ISSN : 40-858 METODE PENENTUAN BENTUK PERSAMAAN RUANG KEADAAN WAKTU DISKRIT Robertus Heri Jurusa Matematika FMIPA UNDIP Abstrak Tulisa ii membahas peetua persamaa ruag

Lebih terperinci

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri

Perancangan Reflektor Cahaya untuk Sistem Pencahayaan Alami Berbasis Optik Geometri JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Prit) 1 Peracaga Reflektor utuk Sistem Pecahayaa Alami Berbasis Optik Geometri Joko Nugroho, Gatut Yudoyoo, da Suyato Fisika, Fakultas

Lebih terperinci

KALKULUS 4. Dra. D. L. Crispina Pardede, DEA. SARMAG TEKNIK MESIN

KALKULUS 4. Dra. D. L. Crispina Pardede, DEA. SARMAG TEKNIK MESIN KALKULUS Dra. D. L. Crispia Pardede DEA. SARMAG TEKNIK MESIN KALKULUS - SILABUS. Deret Fourier.. Fugsi Periodik.2. Fugsi Geap da Gajil.3. Deret Trigoometri.. Betuk umum Deret Fourier.. Kodisi Dirichlet.6.

Lebih terperinci

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel)

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel) Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

SOAL-SOAL LATIHAN BARISAN DAN DERET ARITMETIKA DAN GEOMETRI UJIAN NASIONAL

SOAL-SOAL LATIHAN BARISAN DAN DERET ARITMETIKA DAN GEOMETRI UJIAN NASIONAL SOAL-SOAL LATIHAN BARISAN DAN DERET ARITMETIKA DAN GEOMETRI UJIAN NASIONAL Peserta didik memiliki kemampua memahami kosep pada topik barisa da deret aritmetika da geometri. Peserta didik memilki kemampua

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL

BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL BAB I KONSEP DASAR PERSAMAAN DIFERENSIAL Defiisi Persamaa diferesial adalah persamaa yag melibatka variabelvariabel tak bebas da derivatif-derivatifya terhadap variabel-variabel bebas. Berikut ii adalah

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT

PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Buleti Ilmiah Math. Stat. da Terapaya (Bimaster) Volume 02, No. 1(2013), hal 1-6. PENYELESAIAN PERSAMAAN GELOMBANG DENGAN METODE D ALEMBERT Demag, Helmi, Evi Noviai INTISARI Permasalaha di bidag tekik

Lebih terperinci

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH

ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH Lapora Praktikum Hari/taggal : Rabu 7 Oktober 2009 HIDROLOGI Nama Asiste : Sisi Febriyati M. Yohaes Ariyato. ANALISIS CURAH HUJAN WILAYAH Lilik Narwa Setyo Utomo J3M108058 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN

Lebih terperinci

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari.

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari. Selag Kepercayaa Cotoh Besar Jika ukura cotoh (sample size) besar, maka meurut Teorema Limit Pusat, bayak statistik megikuti/mempuyai sebara yag medekati ormal (dapat diaggap ormal). Artiya jika adalah

Lebih terperinci

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL

BAB VIII MASALAH ESTIMASI SATU DAN DUA SAMPEL BAB VIII MASAAH ESTIMASI SAT DAN DA SAMPE 8.1 Statistik iferesial Statistik iferesial suatu metode megambil kesimpula dari suatu populasi. Ada dua pedekata yag diguaka dalam statistik iferesial. Pertama,

Lebih terperinci

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI

BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI BAB 3 ENTROPI DARI BEBERAPA DISTRIBUSI Utuk lebih memahami megeai etropi, pada bab ii aka diberika perhituga etropi utuk beberapa distribusi diskrit da kotiu. 3. Distribusi Diskrit Pada sub bab ii dibahas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Distribusi Ekspoesial Fugsi ekspoesial adalah salah satu fugsi yag palig petig dalam matematika. Biasaya, fugsi ii ditulis dega otasi exp(x) atau e x, di maa e adalah basis logaritma

Lebih terperinci

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut:

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut: Statistik da Peluag A. Statistik Statistik adalah metode ilmiah yag mempelajari cara pegumpula, peyusua, pegolaha, da aalisis data, serta cara pegambila kesimpula berdasarka data-data tersebut. Data ialah

Lebih terperinci

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial

Bab 7 Penyelesaian Persamaan Differensial Bab 7 Peelesaia Persamaa Differesial Persamaa differesial merupaka persamaa ag meghubugka suatu besara dega perubahaa. Persamaa differesial diataka sebagai persamaa ag megadug suatu besara da differesiala

Lebih terperinci

STABILITAS LERENG runi_ runi asma _ ran asma t ran t ub.ac.id

STABILITAS LERENG runi_ runi asma _ ran asma t ran t ub.ac.id STABILITAS LERENG rui_asmarato@ub.ac.id ANALISA STABILITAS LERENG Dalam bayak kasus, para isiyur sipil/pegaira diharapka mampu membuat perhituga stabilitas lereg gua memeriksa keamaa suatu kodisi : Lereg

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret Program Perkuliaha Dasar Umum Sekolah Tiggi Tekologi Telkom Barisa da Deret Barisa Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) a Fugsi tersebut

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia Daerah peelitia adalah Kota Bogor yag terletak di Provisi Jawa Barat. Pemiliha lokasi ii berdasarka pertimbaga atara lai: (1) tersediaya Tabel Iput-Output

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET

BAHAN AJAR ANALISIS REAL 1 Matematika STKIP Tuanku Tambusai Bangkinang 5. DERET Pertemua 7. BAHAN AJAR ANALISIS REAL Matematika STKIP Tuaku Tambusai Bagkiag 5. da kekovergeaya 5. DERET Diberika sebuah barisa a, dapat didefeisika barisa bilaga real S N dega S N := N a = a + a 2 +...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Statistika merupakan salah satu cabang penegtahuan yang paling banyak mendapatkan BAB LANDASAN TEORI. Pegertia Regresi Statistika merupaka salah satu cabag peegtahua yag palig bayak medapatka perhatia da dipelajari oleh ilmua dari hamper semua bidag ilmu peegtahua, terutama para peeliti

Lebih terperinci

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3

An = an. An 1 = An. h + an 1 An 2 = An 1. h + an 2... A2 = A3. h + a2 A1 = A2. h + a1 A0 = A1. h + a0. x + a 0. x = h a n. f(x) = 4x 3 + 2x 2 + x - 3 BAB XII. SUKU BANYAK A = a Pegertia: f(x) = a x + a x + a x + + a x +a adalah suku bayak (poliom) dega : - a, a, a,.,a, a, a 0 adalah koefisiekoefisie suku bayak yag merupaka kostata real dega a 0 - a

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA

REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA Apa yag disebut Regresi? Korelasi? Aalisa regresi da korelasi sederhaa membahas tetag keterkaita atara sebuah variabel (variabel terikat/depede) dega (sebuah) variabel lai

Lebih terperinci

PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 196 JAKARTA. Jawab : Nilai dari. Jawab :.3.3 = 27

PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 196 JAKARTA. Jawab : Nilai dari. Jawab :.3.3 = 27 PREDIKSI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP KELAS IX SMP NEGERI 9 JAKARTA No. Idikator Soal Prediksi Soal Peserta didik dapat meyataka betuk pecaha aljabar yag pembilag da peyebutya berpagkat egatif mejadi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

REGRESI LINIER SEDERHANA

REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI LINIER SEDERHANA REGRESI, KAUSALITAS DAN KORELASI DALAM EKONOMETRIKA Regresi adalah salah satu metode aalisis statistik yag diguaka utuk melihat pegaruh atara dua atau lebih variabel Kausalitas

Lebih terperinci

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP

STATISTICS. Hanung N. Prasetyo Week 11 TELKOM POLTECH/HANUNG NP STATISTICS Haug N. Prasetyo Week 11 PENDAHULUAN Regresi da korelasi diguaka utuk megetahui hubuga dua atau lebih kejadia (variabel) yag dapat diukur secara matematis. Ada dua hal yag diukur atau diaalisis,

Lebih terperinci

BAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata.

BAB III OPTIK. 2. Pemantulan teratur : terjadi jika suatu berkas cahaya sejajar datang pada permukaan yang halus atau rata. BAB III OPTIK Kompetensi dasar : Memahami ciri-ciri cermin dan lensa Indikator Tujuan pembelajaran : : - Sifat dan fungsi cermin datar, cekung, dan cembung diidentifikasi - Hukum pemantulan dibuktikan

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel)

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel) DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Pearika Sampel) I. PENDAHULUAN Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota

IV. METODE PENELITIAN. berdasarkan tujuan penelitian (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kota IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi da Waktu Peelitia ii dilaksaaka di Kota Bogor Pemiliha lokasi peelitia berdasarka tujua peelitia (purposive) dega pertimbaga bahwa Kota Bogor memiliki jumlah peduduk yag

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN TRY OUT MATEMATIKA SMP/MTS KABUPATEN LEMBATA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SOAL DAN PEMBAHASAN TRY OUT MATEMATIKA SMP/MTS KABUPATEN LEMBATA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SOAL DAN PEMBAHASAN TRY OUT MATEMATIKA SMP/MTS KABUPATEN LEMBATA TAHUN PELAJARAN 4/5 3. Hasil dari 3 : adalah... 4 4 A. B. C. 7 D. 5 3 3 3 5 3 : = : 4 4 4 4 3 4 5 = 4 3 5 = 6 55 = 8 = 5 = 3. Dalam try

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 0 Prestasi itu diraih buka didapat!!! SOLUSI SOAL Bidag Matematika Disusu oleh : Eddy Hermato, ST Olimpiade Matematika Tk

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Bentuk deret Aritmatika: a, ( a + b ), ( a + 2b ) ( a + ( n 1 ) b a = suku pertama b = beda n = banyaknya suku.

BARISAN DAN DERET. Bentuk deret Aritmatika: a, ( a + b ), ( a + 2b ) ( a + ( n 1 ) b a = suku pertama b = beda n = banyaknya suku. BARISAN DAN DERET Bab 9 Deret Aritmatika (Deret Hitug) o o o Betuk deret Aritmatika: a, ( a + b ), ( a + b ) +...+ ( a + ( ) b a = suku pertama b = beda = bayakya suku Suku ke- : U = a + (-)b Jumlah suku

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1

BARISAN DAN DERET. 05/12/2016 Matematika Teknik 1 1 BARISAN DAN DERET 05//06 Matematika Tekik BARISAN Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 05//06 Matematika Tekik Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka

Lebih terperinci

BAB 12 BARISAN DAN DERET

BAB 12 BARISAN DAN DERET BAB 1 BARISAN DAN DERET TIPE 1: Jika dari barisa aritmetika diketahui suku ke-m adalah um u b. m Cotoh: Diketahui barisa aritmetika, suku ke-5 adalah 4 da suku ke-8 adalah 6. Tetuka beda barisa aritmetika

Lebih terperinci

Kompetisi Statistika Tingkat SMA

Kompetisi Statistika Tingkat SMA . Arya da Bombom melakuka tos koikoi yag seimbag yag mempuyai sisi, agka da gambar Arya melakuka tos terhadap 6 koi, sedagka Bombom melakuka tos terhadap koi, maka peluag Arya medapatka hasil tos muka

Lebih terperinci

FORECASTING (Peramalan)

FORECASTING (Peramalan) FORECASTING (Peramala) PENDAHULUAN Forecastig adalah ramala tetag apa yag aka terjadi dimasa yag aka datag. Forecast Demad atau peramala permitaa mejadi dasar yag sagat petig dalam perecaaa suatu keputusa

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

Mata Kuliah: Statistik Inferensial

Mata Kuliah: Statistik Inferensial PENGUJIAN HIPOTESIS SAMPEL KECIL Prof. Dr. H. Almasdi Syahza, SE., MP Email: asyahza@yahoo.co.id DEFINISI Pegertia Sampel Kecil Sampel kecil yag jumlah sampel kurag dari 30, maka ilai stadar deviasi (s)

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Iduksi Matematika Pertemua VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusa Tekik Iformatika UPN Vetera Yogyakarta Metode pembuktia utuk peryataa perihal bilaga bulat adalah iduksi matematik. Cotoh

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi da Waktu peelitia Peelitia dilakuka pada budidaya jamur tiram putih yag dimiliki oleh usaha Yayasa Paguyuba Ikhlas yag berada di Jl. Thamri No 1 Desa Cibeig, Kecamata Pamijaha,

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI

MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI 1 MATEMATIKA DISKRIT FUNGSI Fugsi Misalka A da B himpua. Relasi bier f dari A ke B merupaka suatu fugsi jika setiap eleme di dalam A dihubugka dega tepat satu eleme di dalam B. Jika f adalah fugsi dari

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuda berjumlah 25

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuda berjumlah 25 18 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Baha Peelitia 3.1.1 Objek Peelitia Terak yag diguaka dalam peelitia ii adalah kuda berjumlah 25 ekor terdiri dari 5 jata da 20 betia dega umur berkisar atara 10 15

Lebih terperinci

Oleh : Bambang Supraptono, M.Si. Referensi : Kalkulus Edisi 9 Jilid 1 (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal

Oleh : Bambang Supraptono, M.Si. Referensi : Kalkulus Edisi 9 Jilid 1 (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal BAB. Limit Fugsi Ole : Bambag Supraptoo, M.Si. Referesi : Kalkulus Edisi 9 Jilid (Varberg, Purcell, Rigdom) Hal 56 - Defiisi: Pegertia presisi tetag it Megataka bawa f ( ) L berarti bawa utuk tiap yag

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

Persamaan Non-Linear

Persamaan Non-Linear Persamaa No-Liear Peyelesaia persamaa o-liear adalah meghitug akar suatu persamaa o-liear dega satu variabel,, atau secara umum dituliska : = 0 Cotoh: 2 5. 5 4 9 2 0 2 5 5 4 9 2 2. 2 0 2 5. e 0 Metode

Lebih terperinci