LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA"

Transkripsi

1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA PERSEPSI PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA KLIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG Oleh: M. KHOIRUL AMIN S,Kep, Ns. PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG 2012

2 HALAMAN PENGESAHAN 1. JUDUL: PERSEPSI PERAWAT TENTANG PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA KLIEN DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RUMAH SAKIT UMUM PKU MUHAMMADIYAH TEMANGGUNG 2. Bidang Ilmu Penelitian : Ilmu Kesehatan 3. Peneliti a. Nama lengkap dan gelar : Muhammad Khoirul Amin, S.Kep, Ns b. Jenis kelamin : Laki-laki c. Golongan/Pangkat/NIS : IIIA/Pranata Muda/ d. Jabatan fungsional :- e. Jabatan struktur : Kepala Laboratorium Dasar Keperawatan f. Fakultas / Program Studi : Ilmu Kesehatan/DIII Keperawatan 4. Jangka waktu kegiatan : 4 bulan 5. Bentuk kegiatan : Penelitian 6. Lokasi Kegiatan : PKU Muhammadiyah Temanggung 7. Biaya yang diperlukan : 4 juta Peneliti Mengetahui, Dekan FIKES UMM M. Khoirul Amin, S.Kep, Ns. Dwi Sulistiyono, BN. Menyetujui, Ketua LP3M UMM Drs. Suliswiyadi, M.Ag NIS

3 INTISARI Latar Belakang: Klien yang mengalami kondisi kritis di ruang Intensive Care Unit (ICU) umumnya mengalami perasaan cemas dan takut, yaitu terhadap; kondisi kesehatannya, tindakan-tindakan keperawatan, alat-alat yang terpasang, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati. Pada fase ini klien harus mendapat perawatan secara utuh, yaitu mencakup unsur; bio, psiko, sosio dan spiritual. Pemenuhan kebutuhan spiritual pada fase ini sangat diperlukan untuk membantu mengatasi masalah yang dihadapi klien. Perawat memiliki tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaanasuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan rancangan deskriptif dan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling, sebanyak 12 perawat pelaksana. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil: Persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung berdasarkan instrument kuesioner pada perawat pelaksana, secara umum masuk dalam kategori cukup, yang terdiri dari lima sub variable yaitu; pengkajian dengan nilai 78,47% (kategori baik), penetapan diagnosa dengan nilai 45,83% (kategori kurang baik), perencanaan dengan nilai 67,36% (kategori cukup), pelaksanaan dengan nilai 75, 38% (kategori cukup), evaluasi dengan nilai 68,75% (kategori cukup). Kesimpulan: Persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung, secara keseluruhan dalam kategori cukup. Kata Kunci: Persepsi Perawat, Asuhan Keperawatan Spiritual, Intensive Care Unit (ICU)

4 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam melihat kesehatan secara menyeluruh dalam semua segi kehidupan. Pandangan Islam terhadap kesehatan secara menyeluruh, mempunyai arti bahwa kesehatan meliputi; kesehatan fisik, emosi, psikis serta spiritual, semuanya menjadi pertimbangan secara bersamaan. Menjaga badan dalam keadaan sehat merupakan tanggung jawab (amanat), kondisi kesehatan yang baik merupakan anugerah dari Allah SWT (Kasule, 2008). Sehat adalah suatu keadaan yang bukan hanya bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi aspek; fisik, emosi, sosial dan spiritual (Aziz, 2004). Kehidupan manusia adalah anugerah dari Allah SWT. Dalam kehidupan manusia, Allah SWT menguji manusia dengan berbagai cobaan. Firman Allah dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat menerangkan bahwa; Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa (sakit dan mati) dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan Innalillaahi wa innaa ilaihi raaji uun. Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya dan mereka itulah orang-orang yang mendapatkan petunjuk. Salah satu cobaan yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat-nya adalah kondisi sakit. Sakit adalah suatu keadaan dimana; fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial, perkembangan atau spiritual seseorang berkurang atau terganggu bila dibandingkan dengan kondisi sebelumnya (Potter dan Perry, 2005). Kondisi sakit karena penyakit diklasifikasikan berdasarkan waktu menjadi akut dan kronis yang merupakan gangguan pathofisiologikal sebagai respon normal terhadap; biologi, fisik, kimia atau penderitaan badan (Kasule, 2008). Hal ini juga dijelaskan dalam surat

5 Shaad ayat 34 Allah SWT berfirman bahwa; Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan (dia) tergeletak di atas kursinya sebagai tubuh (yang lemah karena sakit), kemudian ia bertaubat. Seseorang yang sakit berupaya mencari penyembuhan, dan pemulihan kesehatan yang; berkualitas, dan cepat tanggap atas keluhan klien, serta penyediaan pelayanan kesehatan yang nyaman, salah satu pelayanan kesehatan tersebut adalah rumah sakit (Ristrini, 2005). Bentuk pelayanan di rumah sakit antara lain pelayanan Intensive di ruang Intensive Care Unit (ICU). Kondisi klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah klien dengan kasus kegawatan yang beresiko tinggi dan mengancam kehidupan sehingga memerlukan terapi intensif segera dan pemantauan alat-alat canggih yang dipasang pada tubuh klien (PERDACI, 2008). Klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) membutuhkan pelayanan yang optimal dan membutuhkan pelayanan secara utuh serta menyeluruh atau total care, yaitu upaya yang dapat dilakukan untuk membantu klien yang sudah mulai ketergantungan dalam perawatan (Aziz, 2004). Perawatan total (total care) yang diberikan kepada klien pada tahapan ketergantungan ini seperti; pemantauan ABC (Airway, Breathing, and Circulation), perawatan fisik yang membuat klien nyaman, membantu klien dalam activity daily living serta pemenuhan kebutuhan dasar klien (Potter dan Perry, 2005). Keadaan klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) biasanya menjadi cemas dan merasa takut, yaitu terhadap; kondisi kesehatannya, tindakan-tindakan keperawatan, alat-alat yang terpasang pada tubuhnya, bahkan terhadap kemungkinan cacat atau mati (Oswari, 2005). Data yang diperoleh di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung pada tanggal 24 Januari 2009 bahwa; 64,28 % klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) adalah klien dengan kasus gangguan system kardiovascular, seperti; shock cardiogenic, cardiac arrest dan angina pectoris, 21,42 % klien dengan kasus gangguan sistem respirasi, seperti; gagal napas dan pneumonia, 14,28 % klien dengan kasus gangguan gastrointestinal,

6 seperti; post operasi laparatomy. Data studi pendahuluan di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung menunjukkan bahwa, 3 dari 5 klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) dalam kondisi tidak sadar. Perawat merupakan tenaga profesional yang mempunyai kemampuan, baik; intelektual, interpersonal, dan moral dan bertangguang jawab dan berkewenangan melaksanakan asuhan keperawatan (Departemen Kesehatan RI, 1997). Perawat menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus (Nurachmah, 2001). Dalam menjalankan profesinya, perawat dituntut untuk meningkatkan ketrampilan yang merupakan proses menuju kearah profesional. Proses itu diawali dari persepsi perawat dalam melihat kondisi dan menyelesaikan masalah, salah satunya adalah dalam menjalankan asuhan keperawatan kepada klien. Asuhan keperawatan yang diberikan tersebut, terbagi menjadi 5 langkah, yaitu; pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi (Aziz, 2004). Asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia (Aziz, 2004). Kebutuhan dasar manusia, oleh Gordon cit. Ismail (2008) diuraikan menjadi 11 pola, salah satunya adalah pola nilai atau spiritual. Perawat bersama petugas khusus bina rohani di rumah sakit berupaya untuk dapat membantu memenuhi kebutuhan spiritual klien sebagai bagian dari kebutuhan menyeluruh klien, antara lain dengan; memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien tersebut, walaupun perawat dan klien tidak mempunyai keyakinan spiritual atau keagamaan yang sama (Hamid, 2000). Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dilakukan antara lain, dengan; pengkajian pemahaman klien tentang spiritualitas, pengkajian tentang kebiasaan berdo a pada klien, memberikan kesempatan dan membantu klien untuk dapat menjalankan kewajiban agamanya, membantu klien melakukan rutinitas peribadatannya, mendengarkan keluhan/perasaan klien, berdiskusi dengan klien tentang spiritualitas. Sedangkan pada kondisi klien yang

7 tidak sadar maka prioritas pemenuhan kebutuhan spiritual pada; membisikkan do a kepada klien, mendoakan klien, menyiapkan kondisi yang tenang untuk klien (Clinebell cit. Munjirin, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan penelitian pada bulan Januari 2009 di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung diperoleh data; Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung memiliki perangkat pendukung untuk pelaksanaan pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien berupa prosedur bimbingan rohani dengan nomor dokumen PRO- PKUB yang mulai diberlakukan pada tanggal 26 Maret 2007 oleh petugas bina rohani dengan cara mendatangi klien setiap shift di ruang Intensive Care Unit (ICU). Hasil observasi terhadap pelaksanaan asuhan keperawatan di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung menunjukkan bahwa, perawat pelaksana telah membantu memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien sesuai kemampuannya, namun asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat lebih berfokus kepada kondisi fisik klien, contohnya; memantau hemodinamik dan tanda-tanda vital klien, memonitor intake nutrisi dan keseimbangan cairan, mengevaluasi adanya nyeri, membantu klien untuk melakukan aktivitas secara bertahap dan memandikan klien. Hasil pengamatan peneliti terhadap dokumentasi asuhan keperawatan yang mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan klien yang komprehensif, yang mencakup kebutuhan; bio, psiko, sosial dan spiritual serta mendeskripsikan status pelayanan yang diberikan untuk perawatan klien yang dibuat oleh perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung sebanyak 5 dokumentasi asuhan keperawatan, tidak ditemukan data catatan tentang asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan spiritual pada tahap; pengkajian, penetapan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan atau dapat dipersentasekan 0% tentang pendokumentasian asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan spiritual oleh perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit

8 Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. Hal tersebut membuktikan bahwa, perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung tidak melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien. Hasil wawancara terhadap perawat pelaksana di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung menunjukkan bahwa, 66,66% perawat mempercayakan tugas pemenuhan kebutuhan spiritual klien oleh petugas bina rohani; yaitu membacakan do a setiap shift dan membimbing klien untuk menunaikan shalat wajib lima waktu. Mengingat pentingnya peran spiritualitas dalam penyembuhan dan pemulihan kesehatan, maka penting bagi perawat untuk meningkatkan persepsi tentang konsep spiritual agar dapat memberikan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dengan baik kepada semua klien (Makhija, 2002). Keimanan pada Allah SWT diyakini akan memudahkan seseorang untuk mengatasi perubahan emosional selama sakit (Lueckenotte cit. Munjirin, 2008). Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan kepada klien harus disusun sesuai dengan masalah klien. Apabila tidak di lakukan dengan benar maka klien tidak mendapat asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan mencegah masalah kesehatan yang baru, bahkan memperlambat proses kesembuhan dari klien tersebut (Sonontiko, 2002). Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual yang diberikan bertujuan agar klien merasa seimbang dan memiliki semangat hidup sehingga klien dapat meraih; ketenangan jiwa, kestabilan, ketenangan ibadah dan kesembuhan karena Allah SWT sedangkan pada klien yang tidak sadar asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual dapat mendekatkan klien dengan sang khalik walaupun dengan bisikan do a. Hal tersebut difirmankan oleh Allah SWT dalam Al-Qur an surat Ar-Ra d ayat 28 yang artinya, (yaitu) orang-orang yang beriman dan hatimereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya denganmengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.

9 Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti ingin mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan diteliti yaitu: Bagaimanakah persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU)?. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah; 1. Tujuan umum Mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. 2. Tujuan khusus Mengetahui persepsi perawat tentang pelaksanaan; pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan berguna bagi berbagai kalangan antara lain: 1. Bagi peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan terkait persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan khususnya dalam pemenuhan kebutuhan spiritual kepada klien yang dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU).

10 2. Bagi profesi keperawatan dan partisi kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai informasi bagi peningkatan mutu pelayanan yang diberikan kepada klien. 3. Bagi Pemerintah, Dinas Kesehatan dan Instansi pemberi layanan kesehatan Penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai informasi dalam menentukan kebijakan mengenai pemenuhan pelayanan yang bermutu dan upaya meningkatkan kualitas instansi layanan kesehatan. 4. Bagi peneliti lain Diharapkan penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi awal penelitian selanjutnya. E. Penelitian Terkait Dwi Setyowati (2005) melakukan penelitian dengan judul Gambaran Kepercayaan Spiritual, Konsep diri, Dukungan sosial Pada Respon Berduka Pasien Kanker Payudara Post Opname di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Penelitian Dwi Setyowati ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif-kualitatif. Kesimpulan penelitian Dwi Setyowati ini adalah bahwa; kepercayaan spiritual, konsep diri, dan dukungan sosial yang baik terdapat pada tahap menerima, sedangkan tahap depresi kepercayaan spiritual buruk pada aspek ibadah, gambaran diri buruk, dan dukungan sosialnya buruk pada dukungan emosi. Wadaryati (2003) melakukan penelitian yang berjudul Persepsi Perawat Pelaksana Terhadap Aspek Spiritualitas Dalam Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah Bantul. Penelitian Wadaryati merupakan penelitian deskriptif kuantitatif yang memiliki variabel tunggal. Wadaryati meneliti persepsi perawat terhadap aspek spiritual dalam asuhan keperawatan di RSUD Bantul. Ibrahim (2003) melakukan penelitian dengan judul Keefektifan Bimbingan Spiritual Islam Kepada Klien Terminal Terhadap Kecemasan dan Motivasi Hidup di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

11 Penelitian ini merupakan penelitian ekperimen semu dengan subyek penelitian klien penyakit terminal yang bertujuan untuk menganalisis tentang keefektifan bimbingan spiritual Islam terhadap klien terminal dalam menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup. Hasil penelitian Ibrahim menunjukkan bahwa pemberian bimbingan spiritual efektif untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan motivasi hidup bagi klien yang mengalami penyakit terminal, tetapi setelah dibimbing selama 2 minggu kecemasan klien terminal berangsur-angsur meningkat lagi. Munjirin (2008) melakukan penelitian dengan judul Gambaran Peran Perawat Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Pada Pasien Pre Operasi di Rumah Sakit Umum Banyumas. Munjirin melakukan penelitian non experimen dengan rancangan deskriptif dan menggunakan metode pendekatan kuantitatif. Populasi dalam penelitian Munjirin adalah perawat pelaksana di bangsal bedah RSU Banyumas, sebanyak 19 perawat. Teknik sampling yang digunakan adalah total populasi. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner dan menggunakan wawancara terstruktur serta lembar observasi. Kesimpulan penelitian Munjirin adalah bahwa peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada pasien pre operasi di RSU Banyumas, secara keseluruhan dalam kategori cukup.

12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi Perawat 1. Pengertian a. Persepsi Persepsi adalah sebuah proses dimana seseorang; memilih, menerima, mengatur, dan menafsirkan informasi dari lingkungannya (Hunt & Osborn cit. Dhimas (2008)). Persepsi melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan obyek yang dirasakan serta mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus (Nasution, 2003). b. Perawat Perawat merupakan salah satu profesi kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dan komprehensif menyangkut aspek bio, psiko, sosial dan spiritual berupa pelayanan; asuhan keperawatan, advokat klien, pendidik, koordinator, kolaborator, konsultan dan penelitian yang merupakan bagian integral dari pemberi pelayanan kesehatan yang berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan serta ditujukan kepada klien sebagai individu, keluarga dan masyarakat (Aziz, 2004). c. Persepsi perawat Persepsi perawat adalah; pandangan, perasaan, interpretasi, dan pemahaman perawat atas apa yang terjadi pada klien (Potter dan Perry, 2005). 2. Faktor yang mempengaruhi persepsi Persepsi merupakan sesuatu yang ada dalam pikiran manusia. Tanpa pikiran tersebut maka, persepsi itu tidak akan ada dan untuk dapat tetap ada terdapat faktor pembentuk persepsi, yaitu; a. Pengamatan Melalui pengamatan dapat timbul ketertarikan pada obyek tertentu, sehingga dapat membentuk sebuah persepsi.

13 b. Penyelidikan Setelah dilakukan pengamatan dapat dihasilkan suatu persepsi dan konsep yang diingat, sehingga dapat terbentuk struktur persepsi dan pemikiran yang lebih kompleks. c. Percaya Rasa percaya pada obyek muncul dalam kesadaran yang biasanya timbul dari suatu rasa keraguan akan obyek yang akan diselidiki, melalui rasa percaya terhadap obyek tersebut akan timbul persepsi untuk mencapai apa yang akan dihasilkan. d. Menyesuaikan Menyesuaikan merupakan bagian dari komponen yang dapat membentuk struktur persepsi manusia. e. Menikmati Melalui pikiran-pikiran akan dapat dirasakan kenikmatan tersendiri dalam menekuni berbagai persoalan hidup. Proses menikmati ini juga akan membentuk struktur persepsi (Aziz, 2004). B. Asuhan Keperawatan 1. Pengertian Asuhan keperawatan merupakan cara yang sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam menentukan kebutuhan demi kesembuhan klien dengan melakukan; pengkajian, menentukan diagnose keperawatan, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan dengan berfokus pada klien, berorientasi pada tujuan pada setiap tahap saling terjadi ketergantungan dan saling berhubungan (Aziz, 2004). 2. Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Spiritual Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien merupakan bagian dari peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan. Diperlukan suatu metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah keperawatan yang dilakukan secara sistematis yaitu dengan

14 pendekatan proses keperawatan yang diawali dari; pengkajian data, penetapan diagnosa keperawatan, menyusun rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi. Berikut ini akan dijabarkan mengenai proses keperawatan pada aspek spiritual. a. Pengkajian Pengumpulan data pada tahap pengkajian dilakukan dengan cara mengumpulkan riwayat kesehatan dan pengkajian kesehatan dan dengan pemantauan secara berkesinambungan agar tetap waspada terhadap kebutuhan klien dan keefektifan dari rencana keperawatan yang diterima klien (Brunner dan Suddart, 2002). Pengkajian aspek spiritual memerlukan hubungan interpersonal yang baik dengan klien. Oleh karena itu sebaiknya pengkajian aspek spiritual ini dilakukan setelah tercipta hubungan saling percaya yang baik antara perawat dan klien atau orang terdekat klien, ataupun dilakukan setelah perawat merasa siap dan nyaman untuk membicarakannya. Pengkajian yang dilakukan oleh perawat kepada klien tentang aspek spiritual meliputi; 1) Pengkajian data subyektif Kozier et al. (cit. Munjirin, 2008) menyusun pedoman pengkajian aspek spiritual, yaitu yang mencakup hal-hal sebagai berikut; a) Konsep tentang ke-tuhanan. b) Sumber kekuatan dan harapan. c) Praktik agama dan ritual. d) Hubungan antara keyakinan dan kondisi kesehatan. 2) Pengkajian data obyektif Pengkajian data obyektif dilakukan melalui pengkajian klinik yang meliputi; pengkajian afek dan sikap, perilaku, verbalisasi, hubungan interpersonal dan lingkungan. Pengkajian data obyektif terutama dilakukan melalui observasi. Pengkajian tersebut meliputi; a) Afek dan sikap Apakah klien tampak; kesepian, depresi, marah, cemas, agitasi, apatis atau preokupasi?

15 b) Perilaku Apakah klien tampak; berdoa sebelum makan, membaca kitab suci atau buku keagamaan?, dan apakah klien seringkali mengeluh tentang permasalahan kesehatan yang sedang dialami, tidak dapat tidur, bermimpi buruk dan berbagai bentuk gangguan tidur lainnya, serta bercanda yang tidak sesuai atau mengekspresikan kemarahan terhadap agama?. c) Verbalisasi Apakah klien; menyebut Tuhan, berdo a, menanyakan rumah ibadah atau membicarakan topik keagamaan lain?, apakah klien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama?, dan apakah klien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian?. d) Hubungan interpersonal Siapa pengunjung klien?, bagaimana klien berespon terhadap pengunjung?, apakah pemuka agama datang mengunjungi klien?, dan bagaimana klien berhubungan dengan klien yang lain dan juga dengan perawat? e) Lingkungan Apakah klien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya?, apakah klien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan?, apakah klien memakai tanda keagamaan (misalnya memakai jilbab oleh klien wanita atau kopyah oleh klien pria)?. b. Diagnosa Keperawatan. Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan permasalahan spiritual berdasarkan North American Nursing Diagnosis Association adalah distress spiritual (NANDA, 2006). Pengertian dari distress spiritual adalah Kerusakan kemampuan dalam mengalami dan mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang

16 dihubungkan dengan; diri, orang lain, seni, musik, literature, alam, atau kekuatan yang lebih besar dari dirinya (NANDA, 2006) North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) batasan karakteristik dari diagnosa keperawatan distress spiritual adalah; 1) Berhubungan dengan diri, meliputi; a) Mengekspresikan kurang dalam; harapan, arti dan tujuan hidup, kedamaian, penerimaan cinta, memaafkan diri, dan keberanian. b) Marah. c) Rasa bersalah. d) Koping yang buruk. 2) Berhubungan dengan orang lain, meliputi; menolak berinteraksi dengan pemimpin agama, menolak berinteraksi dengan teman dan keluarga, mengungkapkan terpisah dari sistem dukungan dan mengekspresikan terasing. 3) Berhubungan dengan; seni, musik, literatur dan alam, meliputi; tidak mampu mengekspresikan kondisi kreatif (bernyanyi, mendengar atau menulis musik), tidak ada ketertarikan kepada alam, tidak ada ketertarikan kepada bacaan agama. 4) Berhubungan dengan kekuatan yang melebihi dirinya, meliputi; tidak mampu ibadah, tidak mampu berpartisipasi dalam aktifitas agama, mengekspresikan ditinggalkan atau marah kepada Tuhan, tidak mampu untuk mengalami transenden, meminta untuk bertemu pemimpin agama, perubahan mendadak dalam praktik keagamaan, tidak mampu introspeksi dan mengalami penderitaan tanpa harapan. Menurut North American Nursing Diagnosis Association (NANDA, 2006) faktor yang berhubungan dari diagnosa keperawatan distress spiritual adalah; mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan sosial, cemas, deprivasi atau kurang sosiokultural, kematian dan sekarat diri atau orang lain, nyeri, perubahan hidup, dan penyakit kronis diri atau orang lain.

17 c. Perencanaan Setelah diagnosa keperawatan dan faktor yang berhubungan teridentifikasi, selanjutnya perawat dan klien menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi. Tujuan asuhan keperawatan pada klien dengan distress spiritual difokuskan pada penciptaan lingkungan yang mendukung praktik keagamaan dan kepercayaan yang biasa dilakukan. Tujuan ditetapkannya perencanaan secara individual dengan mempertimbangkan; riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi serta data objektif yang relevan. Menurut Kozier et al. (1995) perencanaan pada klien dengan distress spiritual dirancang untuk memenuhi kebutuhan spiritual klien dengan; 1) Membantu klien memenuhi kewajiban agamanya. 2) Membantu klien menggunakan sumber dari dalam dirinya dengan cara yang lebih efektif untuk mengatasi situasi yang sedang dialami. 3) Membantu klien mempertahankan atau membina hubungan personal yang dinamik dengan Maha Pencipta ketika sedang menghadapi peristiwa yang kurang menyenangkan. 4) Membantu klien mencari arti keberadaannya dan situasi yang sedang dihadapinya. 5) Meninggalkan perasaan penuh harapan. 6) Memberikan sumber spiritual atau cara lain yang relevan. d. Implementasi Pada tahap implementasi, perawat menetapkan rencana intervensi dengan melakukan prinsip-prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut; 1) Periksa keyakinan spiritual pribadi perawat. 2) Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spiritualnya. 3) Jangan beranggapan klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual.

18 4) Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual klien. 5) Berespon secara; singkat, spesifik, dan aktual. 6) Mendengarkan secara aktif dan menunjukan empati yang berarti menghayati masalah klien. 7) Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agama. 8) Memberitahu pelayanan spiritual yang tersedia di rumah sakit. Pada tahap implementasi ini, perawat juga harus memperhatikan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia sebagaimana disampaikan oleh Cinebel (cit. Munjirin, 2008) yang terdiri dari; 1) Kebutuhan akan kepercayaan dasar. 2) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup. 3) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungan dengan keseharian. 4) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan. 5) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa. 6) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri. 7) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. 8) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh. 9) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia. 10) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius. Menurut Mc. Closkey & Bulechek (cit. Munjirin, 2008) dalam Nursing Interventions Classification (NIC), intervensi keperawatan dari diagnosa distress spiritual salah satunya adalah support spiritual.

19 Definisi support spiritual adalah membantu klien untuk merasa seimbang dan berhubungan dengan kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya meliputi; 1) Buka ekspresi klien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan. 2) Beri semangat untuk menggunakan sumber-sumber spiritual, jika diperlukan. 3) Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan klien. 4) Tunjuk penasehat spiritual pilihan klien. 5) Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu klien mengklarifikasi kepercayaan dan nilai, jika diperlukan. 6) Mampu untuk mendengar perasaan klien. 7) Berekspresi empati dengan perasaan klien. 8) Fasilitasi klien dalam; meditasi, berdo a, dan ritual keagamaan lainnya. 9) Dengar dengan baik-baik komunikasi klien, dan kembangkan rasa pemanfaatan waktu untuk berdo a atau ritual keagamaan. 10) Yakinkan kepada klien bahwa perawat akan dapat men-support klien ketika sedang menderita. 11) Membuka perasaan klien terhadap keadaan sakit dan kematian. 12) Membantu klien untuk berekspresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan rasa marah dengan cara yang baik. e. Evaluasi Untuk mengetahui apakah klien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian tujuan asuhan keperawatan. Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum klien memenuhi criteria sebagai berikut; 1) Klien mampu beristirahat dengan tenang. 2) Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan. 3) Menunjukan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama.

20 4) Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya. 5) Menunjukkan afek positif, tanpa rasa bersalah dan kecemasan. C. Klien 1. Pengertian klien Klien adalah manusia yang merupakan makhluk biopsikososial dan spiritual yang terjadi merupakan kesatuan dari aspek jasmani dan rohani yang memiliki sifat unik dengan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan tingkat perkembangannya masing-masing (Konsorsium Ilmu Kesehatan, 1992). Dalam konteks paradigma keperawatan, klien bersifat; individu, kelompok, dan masyarakat dalam suatu sistem. Sehingga dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya sering dipengaruhi oleh berbagai aspek baik lingkungan, kesehatan atau kebudayaan bangsa mengingat suatu bangsa memiliki pandangan yang berbeda (Aziz, 2004). 2. Sifat klien sesuai konteks paradigma keperawatan Lebih lanjut Aziz (2004) menjelaskan secara rinci mengenai sifat-sifat klien dipandang dari konteks paradigma keperawatan yaitu; a. Klien bersifat individu Sasaran pemenuhan kebutuhan dasarnya adalah biopsikososial dan spiritual yang berbeda dengan individu lainnya. Karena itu diharapkan terjadi proses pemenuhan kebutuhan dasar kearah kemandirian. b. Klien bersifat keluarga Diartikan sebagai sekelompok individu atau kumpulan dari individu yang saling berhubungan dan berinteraksi satu dengan yang lain dalam lingkungan sendiri atau masyarakat, sehingga dalam memberikan perawatan selalu memandang aspek keluarga karena melalui keluarga ini akan dapat diketahui faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan agar tujuan perawatan dalam rangka membantu meningkatkan kemampuan keluarga untuk

21 mampu menyelesaikan masalah kesehatan secara mandiri dapat terpenuhi. c. Klien bersifat masyarakat Diartikan bahwa melalui masyarakat kemampuan individu dapat dipengaruhi dengan adanya fasilitas pelayanan; kesehatan, pendidikan, tempat rekreasi, transportasi, komunikasi dan sosial, juga dengan adanya keyakinan yang kuat dari masyarakat sehingga pandangan masyarakat sangat diperlukan dalam proses perubahan untuk pemenuhan kebutuhan dasar. d. Klien sebagai system Kemudian konsep klien yang lain dalam paradigma keperawatan adalah klien sebagai sistem dimana klien terdiri dari komponen subsistem yang telah membentuk suatu sistem. Sistem tersebut dapat meliputi; sistem terbuka, sistem adaptif, dan sistem personal, interpersonal dan sosial yang secara umum dapat dikatakan sebagai klien secara holistik (utuh). Aziz (2004) menerangkan klien sebagai sistem sebagai berikut; 1) Klien sebagai sistem terbuka Klien dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan, baik lingkungan; fisik, psikologis, sosial maupun spiritual sehingga proses perubahan pada klien akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar. 2) Klien sebagai sistem adaptif Klien akan merespon terhadap perubahan yang ada di lingkungan yang akan selalu menunjukkan perilaku adaptif dan maladaptif. Apabila kemampuan merespons lingkungan tersebut baik maka perilaku klien akan menunjukkan perilaku adaptif, tetapi jika kemampuan dalam merespon lingkungan kurang maka perilaku manusia akan menunjukkan perilaku maladaptif. 3) Klien sebagai sistem personal, interpersonal Manusia memiliki; persepsi, pola kepribadian dan tumbuh kembang yang tidak sama, juga mempunyai kemampuan

22 interaksi, peran dan kemampuan yang berbeda, serta memiliki kemampuan dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam pengambilan keputusan dan otoritas dalam masalah atau tugas kesehatan. 3. Kebutuhan Dasar Klien\ Gordon (cit. Ismail, 2008), mengidentifikasi 11 macam pola kesehatan fungsional klien sebagai berikut. Pola ini merupakan parameter yang digunakan untuk mengumpulkan informasi yang spesifik terhadap pemenuhan kebutuhan dasar klien; a. Persepsi kesehatan atau pengelolaan kesehatan, yang merupakan pola tentang perasaan klien terhadap kesehatan dan bagaimana kesehatan itu diatur. b. Nutrisi-Metabolisme, deskripsi pola ini adalah tentang pola konsumsi makanan dan cairan sesuai dengan kebutuhan, indikator dari asupan nutrisi. c. Eliminasi, pola fungsi ekskresi (BAB, BAK, keringat) termasuk persepsi klien tentang fungsi normal. d. Aktivitas-Latihan, deskripsi pola ini adalah; pola latihan, aktivitas, waktu luang dan rekreasi. e. Kognitif-Persepsi, merupakan pola sensori-persepsi dan pola kognisi. f. Tidur-Istirahat, merupakan pola tidur, istirahat dan relaksasi. g. Persepsi diri atau kosep diri, dijelaskan bahwa pola ini merupakan pola diri klien dan persepsi dirinya. h. Peran-Hubungan, merupakan pola peran klien terhadap hubungan dan ikatan. i. Seksualitas-Reproduksi, pola ini merupakan pola kepuasan dan ketidakpuasan terhadap pola seksualitas (pola reproduksi). j. Koping atau Toleransi Stress, merupakan pola koping umum dan efektifitas toleransi stress. k. Nilai-Keyakinan, deskripsi pola ini adalah tentang nilai, keyakinan (termasuk agama).

23 1) Pengertian Spiritual Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa (Hamid cit. Setyorini, 2008). 2) Dimensi Spiritualitas Micley et al. (cit. Munjirin, 2008) menguraikan spiritual sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial dan dimensi agama. Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti kehidupan, sedangkan dimensi agama berfokus pada hubungan seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. 3) Kebutuhan Spiritual Kozier et al. (1995) mengungkapkan bahwa kebutuhan spiritual adalah kebutuhan mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai serta kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Clinebell (cit Munjirin, 2008) mengidentifikasikan 10 butir kebutuhan dasar spiritual manusia, yaitu; a) Kebutuhan akan kepercayaan dasar (basic trust), kebutuhan ini secara terus-menerus diulang guna membangkitkan kesadaran bahwa hidup itu adalah ibadah. b) Kebutuhan akan makna dan tujuan hidup, kebutuhan untuk menemukan makna hidup dalam membangun hubungan yang selaras dengan Tuhannya (vertikal) dan sesame manusia (horisontal) serta alam sekitarnya. c) Kebutuhan akan komitmen peribadatan dan hubungannya dengan keseharian, pengalaman agama integratif antara ritual peribadatan dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. d) Kebutuhan akan pengisian keimanan dengan secara teratur mengadakan hubungan dengan Tuhan, tujuannya agar keimanan seseorang tidak melemah.

24 e) Kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan dosa, rasa bersalah dan dosa ini merupakan beban mental bagi seseorang dan tidak baik bagi kesehatan jiwa seseorang. Kebutuhan ini mencakup dua hal yaitu; pertama secara vertikal adalah kebutuhan akan bebas dari rasa bersalah dan berdosa kepada Tuhan. Kedua secara horisontal yaitu bebas dari rasa bersalah kepada orang lain. f) Kebutuhan akan penerimaan diri dan harga diri (self acceptance and self esteem), setiap orang ingin; dihargai, diterima, dan diakui oleh lingkungannya. g) Kebutuhan akan rasa aman, terjamin dan keselamatan terhadap harapan masa depan. Bagi orang beriman hidup ini ada dua tahap yaitu jangka pendek (hidup di dunia) dan jangka panjang (hidup di akhirat). Hidup di dunia sifatnya sementara yang merupakan persiapan bagi kehidupan yang kekal di akhirat nanti. h) Kebutuhan akan dicapainya derajat dan martabat yang makin tinggi sebagai pribadi yang utuh. Di hadapan Tuhan, derajat atau kedudukan manusia didasarkan pada tingkat keimanan seseorang. Apabila seseorang ingin agar derajatnya lebih tinggi dihadapan Tuhan maka dia senantiasa menjaga dan meningkatkan keimanannya. i) Kebutuhan akan terpeliharanya interaksi dengan alam dan sesama manusia. Manusia hidup saling bergantung satu sama lain. Oleh karena itu, hubungan dengan orang disekitarnya senantiasa dijaga. Manusia juga tidak dapat dipisahkan dari lingkungan alamnya sebagai tempat hidupnya. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban untuk menjaga dan melestarikan alam ini. j) Kebutuhan akan kehidupan bermasyarakat yang penuh dengan nilai-nilai religius.

25 D. Faktor-faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan kepada klien Asuhan keperawatan merupakan alat bagi perawat untuk menjalankan; tugas, wewenang dan tanggung jawab kepada klien. Asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien memiliki arti penting bagi kedua belah pihak, yaitu perawat dan klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan secara umum bertujuan untuk menghasilkan asuhan keperawatan yang berkualitas sehingga berbagai masalah kebutuhan klien dapat teratasi (Aziz, 2004). Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival klien dan dalam aspek-aspek; pemeliharaan, rehabilitatif dan preventif perawatan kesehatan (Doengoes,2000). Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Essy Sonontiko tahun 2002 didapatkan data bahwa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan adalah: 1. Kecakapan Intelektual Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan diberikan tanggung jawab untuk membantu klien dalam mencapai kembali atau meningkatkan kesehatannya, perawat harus mampu berpikir secara kritis dalam upaya memecahkan masalah dan menentukan jalan keluar yang terbaik untuk kebutuhan klien (Potter dan Perry, 2005). Menurut Sonontiko (2002) kecakapan intelaktual memberikan pengaruh sebesar 98,1% dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. 2. Kreatifitas Perawat Kreativitas mencakup berpikir secara orijinal. Hal ini berarti menemukan solusi diluar apa yang dilakukan secara tradisional. Seringkali klien menghadapi masalah yang membutuhkan pendekatan unik (Potter dan Perry, 2005). Dalam penelitian Sonontiko tahun 2002 kreativitas perawat mempengaruhi pelaksanaan asuhan keperawatan sebesar 98,1%. 3. Ilmu Pengetahuan Dasar pengetahuan perawat mencakup informasi dan teori dari pengetahuan; alam, humaniora, dan keperawatan yang diperlukan untuk memikirkan masalah keperawatan Penting artinya bahwa dasar pengetahuan ini mencakup pendekatan yang menguatkan kemampuan

26 perawat untuk berpikir secara kritis tentang masalah keperawatan (Potter dan Perry, 2005). Penelitian Sonontiko tahun 2002 membuktikan bahwa ilmu pengetahuan perawat mempengaruhi asuhan keperawatan yang dilakukan sebesar 98,1%. 4. Percaya diri Perawat Pemikiran kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi membangun rasa percaya diri. Orang yang mempunyai integritas dan percaya diri dengan cepat berkeinginan mengakui dan mengevaluasi segala ketidakkonsistenan dalam ide dan kayakinannya (Potter dan Perry, 2005). Dalam penelitian Sonontiko tahun 2002 kepercayaan diri perawat memberikan pengaruh sebesar 98,1% terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. 5. Motivasi Perawat perlu memiliki niat dan kemauan mengambil resiko untuk mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan bukti yang kuat (Potter dan Perry, 2005). Setiap perawat harus mempunyai motivasi yang tinggi agar nantinya didapatkan kinerja yang baik (Sujono dan Hari, 2007). Sonontiko dalam penelitiannya tahun 2002 membuktikan bahwa motivasi mempengaruhi asuhan keperawatan yang diberikan sebesar 100%. Alternatif penyelesaian yang dapat dilakukan menurut Sonontiko (2002), adalah dengan mengupayakan pendidikan perawat sesuai standard Departemen kesehatan dan memberikan banyak kesempatan pada perawat untuk mengikuti seminar dan pelatihan pelatihan keperawatan. E. Intensive Care Unit (ICU) 1. Pengertian Intensive Care Unit (ICU) Ruang rawat di rumah sakit dengan staff dan perlengkapan khusus ditujukan untuk mengelola klien dengan penyakit trauma atau

27 komplikasi yang mengancam jiwa (T.E.Oh, 1997). RSUP DR. Sardjito Yogyakarta (2004) mendefinisikan Intensive Care Unit (ICU) sebagai ruang rawat di rumah sakit yang dilengkapi staff dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati klien yang terancam jiwanya oleh kegagalan atau disfungsi satu organ atau ganda akibat penyakit, bencana atau kompilasi yang masih memiliki harapan hidup. Achsanuddin (2007) menjelaskan bahwa Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang terpisah, dengan staf khusus dan perlengkapan yang khusus, yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit yang mengancam jiwa atau potensial mengancam jiwa. 2. Tingkatan Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit Arofiati (2008) menyebutkan tingkat atau level Intensive Care Unit (ICU) di rumah sakit, yaitu; a. Level I (di rumah sakit tipe C dan D); monitoring EKG, resusitasi, ventilator 24 jam. b. Level II (di rumah sakit tipe B); ventilasi jangka panjang, dokter siaga, vasilitas penunjang kehidupan lengkap. c. Level III (di rumah sakit tipe A); semua aspek yang dibutuhkan Intensive Care Unit (ICU) tersedia termasuk pemeriksaan canggih, perawat spesialis ICU dan semua spesialis lain ada. 3. Kebutuhan Pelayanan Kesehatan Klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Kebutuhan klien Intensive Care Unit (ICU) adalah tindakan resusitasi yang meliputi dukungan hidup untuk fungsi-fungsi vital seperti airway (fungsi jalan pernafasan), breathing (fungsi pernafasan), circulation (fungsi sirkulasi), brain (fungsi otak), dan fungsi organ lain, dilanjutkan dengan diagnosis dan terapi definitive Achsanuddin (2007). PERDACI (Perhimpunan Dokter Intensive Care Indonesia) (2008) mengkategorikan kebutuhan klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) berdasarkan prioritas, yaitu;

28 a. Klien prioritas 1 Klien prioritas 1 merupakan klien yang memerlukan terapi intensif seperti; bantuan ventilasi, infus obat-obat vasoaktif kontinyu. Contoh: klien kelompok ini antara lain; pasca bedah kardiotoraksik, atau klien shock septic. b. Klien prioritas 2 Klien prioritas 2 ini beresiko sehingga memerlukan terapi intensif segera, karenanya pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial catheter sangat menolong. Contoh jenis klien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar; jantung, paru, atau ginjal akut dan berat atau yang telah mengalami pembedahan major. c. Klien prioritas 3 Klien kelompok ini yaitu; antara lain klien dengan keganasan metastatik disertai penyulit infeksi, pericardial, temponade, atau sumbatan jalan napas, atau klien yang menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Klien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi penyakit akut, tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi kardiopulmoner. F. Kerangka Konsep Persepsi Perawat Tentang Pelaksanaan Asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada tahap: 1. Pengkajian 2. Diagnosa Keperawatan 3. Perencanaan 4. Implementasi 5. Evaluasi Baik Cukup Kurang Baik Tidak Baik

29 G. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah; Bagaimana persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) pada tahap; pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi?.

30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan penjelasan pada bab II, maka peneliti ingin mengadakan penelitian dengan menggunakan desain penelitian secara non eksperimental atau observasional yaitu meneliti hal yang sudah ada, tanpa melakukan perlakuan yang sengaja untuk membangkitkan suatu gejala atau keadaan (Arikunto, 2002). Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif non eksperimen. Penelitian ini ingin melihat persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah diterapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat yang bertugas di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung, dengan jumlah populasi sebanyak 13 perawat. 2. Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana (perawat asosiet) di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung, dengan jumlah populasi sebanyak 13 perawat. Teknik pengambilan sample adalah total sampling yaitu pengambilan seluruh sample dalam populasi yang memenuhi kriteria; bertugas sebagai perawat pelaksana, memiliki pendidikan minimal Diploma III keperawatan dan aktif memberikan asuhan keperawatan. Data yang diperoleh pada tanggal 24 Januari 2009 di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung terdapat 12 perawat pelaksana. Dari jumlah populasi 13

31 perawat, yang berhasil diambil sebagai sampel sejumlah 12 perawat. Satu orang perawat tidak memenuhi criteria penelitian dikarenakan perawat tersebut bertugas sebagai asisten manajer atau kepala ruangan. C. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2009 Februari Penelitian ini dilaksanakan di ruang Intensive Care Unit (ICU) Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Temanggung. D. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU). 2. Definisi operasional a. Persepsi perawat tentang pelaksanaan pengkajian pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam mengumpulkan data riwayat kesehatan klien dan pemantauan serta pemenuhan kebutuhan klien secara menyeluruh dalam hal spiritualitas. Pengkajian dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya %, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%. b. Persepsi perawat tentang pelaksanaan diagnosa keperawatan pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat untuk memahami permasalahan klien alam hal ketidakmampuan klien mengintegrasikan arti dan tujuan hidup dihubungkan dengan keyakinannya. Diagnosa keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya %, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%.

32 c. Persepsi perawat tentang pelaksanaan perencanaan pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam menyusun kriteria hasil dan rencana intervensi demi terciptanya lingkungan yang mendukung praktik keagamaan dan kepercayaan yang biasa dilakukan oleh klien. Perencanaan dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya %, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%. d. Persepsi perawat tentang pelaksanaan implementasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam membantu klien untuk merasa seimbang dan berhubungan dengan Tuhan. Implementasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya %, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%. e. Persepsi perawat tentang pelaksanaan evaluasi pemenuhan kebutuhan spiritual klien adalah pemahaman perawat terhadap aktivitas perawat dalam memahami klien tentang; apakah klien telah mencapai criteria hasil yang ditetapkan pada fase perencanaan aspek spiritual. Evaluasi dalam pemenuhan kebutuhan spiritual klien dapat dikategorikan menggunakan skala ordinal, yaitu; kategori baik jika presentasinya %, cukup 56-75%, kurang baik 40-55%, dan tidak baik jika kurang dari 40%. E. Instrumen Penelitian Data penelitian diperoleh dan dikumpulkan melalui instrumen penelitian berupa kuesioner persepsi perawat tentang pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemenuhuhan kebutuhan spiritual pada klien di ruang Intensive Care Unit (ICU). Kuesioner penelitian ini menggunakan kuesioner yang sudah baku dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas serta dinyatakan valid sebagai instrumen penelitian. Kuesioner tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan kondisi yang positif dalam tubuh manusia. Kesehatan bukan saja terlepas dari penyakit, karena individu yang terbebas dari penyakit mungkin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006).

BAB I. tertentu akan tetapi keperawatan adalah profesi (Potter & Perry, 2007). sejak tahun 1984 diakui sebagai suatu profesi (Nursalam, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan bukanlah sekumpulan keterampilan-keterampilan spesifik, juga bukan seorang yang dilatih hanya untuk melakukan tugas-tugas tertentu akan tetapi keperawatan

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau

BAB 1 PENDAHULUAN. pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan besar. Tindakan operasi atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Multi krisis yang menimpa masyarakat dewasa ini merupakan salah satu pemicu yang menimbulkan stres, depresi dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada manusia.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisme hidup saling berinteraksi. Dalam memberikan asuhan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk holistik memiliki makna bahwa manusia adalah makhluk yang utuh atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial, dan spiritual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. ruhani serta bersifat unik karena memiliki berbagai macam kebutuhan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk biologi, psikologi, dan spiritual yang utuh, dalam arti bahwa manusia merupakan satu kesatuan dari aspek jasmani dan ruhani serta bersifat unik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritualitas 1. Konsep Spiritual a. Definisi Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun. 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan adanya perubahan gaya hidup berdampak pada penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir merupakan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aspek Spiritual itu sendiri pada tahun tahun awal praktek keperawatan telah menjadi sentral dari perawatan bahkan lebih dari satu abad yang lalu Florence Nightingale

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dengan adanya sistem kesehatan ini tujuan pembangunan dapat tercapai efektif,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebutuhan Spiritual Pasien 1. Konsep Spiritual a. Definisi Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. TBC, AIDS, leukemia, dan sebagainya (Fitria, 2010). ketakutan, ansietas, kesedihan yang menyeluruh (Potter & Perry, 2005). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Munculnya berbagai macam penyakit yang mengancam jiwa menjadi tantangan dunia, termasuk Indonesia. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan terjadinya peningkatan penyakit,

Lebih terperinci

Metodologi Asuhan Keperawatan

Metodologi Asuhan Keperawatan Metodologi Asuhan Keperawatan A. Pendahuluan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan dapat dilakukan perawat dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui pemberian pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. khusus yang ditujukan untuk observasi, perawatan dan terapi pasien-pasien yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intensive Care Unit (ICU) menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri (instalasi di bawah direktur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat dituntut untuk memiliki kecekatan, keterampilan dan kesiagaan setiap saat (Mahwidhi, 2010). Para perawat tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi keperawatan dewasa ini adalah memenuhi kebutuhan kesehatan bagi masyarakat. Menanggapi hal ini, keperawatan telah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi layanan kesehatan telah lama dibicarakan, baik di Negara maju maupun Negara berkembang dengan cara membuat sistem layanan kesehatan yang semakin responsiv

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. secara mandiri dan mengatur sendiri kebutuhannya sehingga individu. membutuhkan orang lain (Potter & Perry, 2005). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sakit merupakan pengalaman di mana kita merasa diri tidak nyaman dan terasing dari lingkungan dan sesama. Dalam situasi seperti ini setiap orang yang menderita sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan atau asuhan yang bersifat humanistik, profesional, dan holistik berdasarkan ilmu dan kiat, memiliki standar

Lebih terperinci

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp.

FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. FILOSOFI, KONSEP HOLISTIK & PROSES KEPERAWATAN KEGAWATAN & KEKRITISAN Oleh: Sri Setiyarini, SKp. Definisi Keperawatan Dawat Darurat: Pelayanan profesional yg didasarkan pada ilmu kqperawatan gawat darurat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan yang dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan

Lebih terperinci

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL ISLAM PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) SKRIPSI

PENGALAMAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL ISLAM PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) SKRIPSI PENGALAMAN PERAWAT DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL ISLAM PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Ajar Skripsi Oleh : DIANA PUSPA WARDHANI 22020113120034

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perawat memandang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena gangguan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL. Karya Tulis Ilmiah GAMBARAN TINGKAT NYERI PASIEN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL Karya Tulis Ilmiah Disusun untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Studi Ilmu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Keluarga 2.1.1. Defenisi Keluarga Banyak ahli yang mendefenisiskan tentang keluarga berdasarkan perkembangan sosial di masyarakat. Hal ini bergantung pada orientasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan tahap perkembangan. Sebagai individu yang unik anak memiliki berbagai kebutuhan yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Keperawatan 1. Pengertian perawat Perawat (nurse) berasal dari bahasa latin yaitu kata nutrix yang berarti merawat atau memelihara. Menurut Kusnanto (2003), perawat adalah seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan yang memegang peran penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang telah nyata terjadi maupun berpotensi untuk terjadi yang mengancam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Intensive Care Unit Intensive care unit (ICU) merupakan suatu area yang sangat spesifik dan canggih di rumah sakit dimana desain, staf, lokasi, perlengkapan dan peralatan, didedikasikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasien kritis dengan perawatan di Intensive Care Unit (ICU) memiliki morbilitas dan mortalitas yang tinggi. Mengenali ciri-ciri cepat dan penatalaksanan dini yang sesuai

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA ASUHAN KEPERAWATAN KEHILANGAN DAN BERDUKA Sepanjang daur kehidupan tidak terlepas dari situasi yang dapat mempengaruhi respon emosi individu. Salah satu situasi yang mempengaruhi emosi individu adalah

Lebih terperinci

KONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY

KONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY TINJAUAN PUSTAKA KONSEP HOLISTIK DALAM KEPERAWATAN MELALUI PENDEKATAN MODEL ADAPTASI SISTER CALLISTA ROY Salbiah* ABSTRAK Holistik merupakan salah satu konsep yang mendasari tindakan keperawatan yang meliputi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga.

BAB 1 PENDAHULUAN. operasi melalui tiga fase yaitu pre operasi, intraoperasi dan post. kerja dan tanggung jawab mendukung keluarga. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Tindakan operasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program pendidikan profesi Ners disebut juga sebagai proses pembelajaran klinik. Pada saat proses tersebut adanya rasa takut pada mahasiswa ketika mahasiswa berbuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi yang sangat kompleks dan berisiko tinggi dalam kondisi lingkungan regional dan global yang sangat dinamis perubahannya (Permenkes RI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial

BAB I PENDAHULUAN. pemantauan intensif menggunakan metode seperti pulmonary arterial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ICU atau Intensive Care Unit merupakan pelayanan keperawatan khusus yang dikelola untuk merawat pasien sakit berat dan kritis, cidera dengan penyulit yang mengancam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk. kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan holistik adalah pemberian asuhan keperawatan untuk kesejahteraan bio-psiko-sosial dan spiritual individu, keluarga dan masyarakat. Keperawatan holistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat merupakan dambaan setiap insan manusia. Tidak ada seorang pun yang menginginkan dirinya dalam keadaan yang kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial, kultural, dan spiritual yang utuh dan unik, artinya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari aspek

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk hidup membutuhkan pemenuhan kebutuhan dasar yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Keperawatan memandang manusia sebagai makhluk holistik yang meliputi biopsiko-sosio-spiritual-kultural. Ini menjadi prinsip keperawatan bahwa asuhan keperawatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalani kehidupannya senantiasa selalu mendambakan kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada kesejahteraan psikologis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL Pengertian Kebutuhan Spiritual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL Pengertian Kebutuhan Spiritual BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KONSEP KEBUTUHAN SPIRITUAL 2.1.1 Pengertian Kebutuhan Spiritual Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan rnemenuhi kewajiban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi merupakan suatu proses pertukaran ide, perasaan, dan pikiran antara dua orang atau lebih untuk melakukan perubahan sikap dan perilaku (Damaiyanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit akibat gangguan peredaran darah otak yang dipengaruhi oleh banyak faktor resiko yang terdiri dari hipertensi, peningkatan kadar gula darah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sakit kritis adalah kejadian tiba-tiba dan tidak diharapkan serta membahayakan hidup bagi pasien dan keluarga yang mengancam keadaan stabil dari ekuibrium internal

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning :

BAB I DEFENISI. Tujuan Discharge Planning : BAB I DEFENISI Pelayanan yang diberikan kepada pasien di unit pelayanan kesehatan rumah sakit misalnya haruslah mencakup pelayanan yang komprehensif (bio-psiko-sosial dan spiritual). Disamping itu pelayanan

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang terjadi sekarang ini permasalahan yang dihadapi dalam pelayanan kesehatan di Indonesia adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Dampak sakit dan hospitalisasi menyebabkan perubahan peran, emosional, dan perilaku pada seseorang. Selain itu, individu mengalami keterbatasan melakukan aktivitas secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah individu yang mengalami tumbuh kembang, mempunyai kebutuhan biologis, psikologis dan spiritual yang harus dipenuhi. Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak, hal ini disebabkan oleh berhentinya suplai darah dan oksigen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin meningkatnya jumlah penduduk Indonesia berdampak pada peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi meningkatnya masalah kesehatan anak,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu system. Peran merujuk kepada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu system. Peran merujuk kepada BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Keluarga 2.2.1 Peran Keluarga Peran adalah seperangkat tingkah lalu yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam satu system. Peran merujuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya terbanyak di rumah sakit dan yang paling sering berinteraksi lansung dengan klien, sehingga kontribusi perawat cukup besar dalam mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis pada kehidupannya. Saat anak dirawat di rumah sakit banyak hal yang baru dan juga asing yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA

HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA HUBUNGAN PENGGUNAAN MEKANISME KOPING DENGAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI FRAKTUR FEMUR DI UNIT ORTHOPEDI RSU ISLAM KUSTATI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial BAB II TINJAUAN TEORI A. KONSEP DASAR 1. Pengertian Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

Lebih terperinci

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG 6 Eni Mulyatiningsih ABSTRAK Hospitalisasi pada anak merupakan suatu keadaan krisis

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI Ibrahim N. Bolla ABSTRAK Tindakan pembedahan adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan,

BAB 1 PENDAHULUAN. Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Operasi adalah tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan kecemasan, sampai saat ini sebagian besar orang menganggap bahwa semua pembedahan yang dilakukan adalah pembedahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral,

BAB I PENDAHULUAN. riskan pada perkembangan kepribadian yang menyangkut moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah mempunyai berbagai resiko yang lebih mengarah pada kecerdasan, moral, kawasan sosial dan emosional, fungsi kebahasaan dan adaptasi sosial.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Pasien 2.1.1. Definisi Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa senang; perihal (hal yang bersiap puas, kesenangan, kelegaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 1. Pengertian Peran 1.1 Peran Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem. Peran dipengaruhi

Lebih terperinci

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes.

ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes. ASPEK SPIRITUAL DALAM KEPERAWATN Oleh: Ibrahim Rahmat, SKp.,SPd.,M.Kes. A. PENGERTIAN Aspek spiritual meliputi 3 komponen dasar yaitu: spiritual (keyakinan spiritual), kepercayaan dan agama. 1. Spiritual,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pentingnya dengan melayani kebutuhan fisik (Delgado, 2005; Kelly, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pentingnya dengan melayani kebutuhan fisik (Delgado, 2005; Kelly, 2004). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Spiritual 1. Definisi Spiritualitas Menurut Florance Nightingale, spiritualitas adalah suatu dorongan yang menyediakan energi yang dibutuhkan untuk mempromosikan

Lebih terperinci

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian besar masyarakat dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya.

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN )

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TERMINAL (KEPUTUSASAAN ) A. PENGERTIAN Keputusasaan adalah keadaan emosional subjektif yang terus-menerus dimana seorang individu tidak melihat ada alternative

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan

BAB I PENDAHULUAN. di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan sakit pada anak usia prasekolah dan anak usia sekolah banyak ditemui di rumah sakit. Anak biasanya merasakan pengalaman yang tidak menyenangkan selama dirawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian pertumbuhan dan perkembangan manusia merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang dilalui oleh manusia bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk. Seperti yang telah dituangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan gambaran yang jelas tentang gagal jantung. Pada studinya disebutkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran yang jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tentang pelayanan kesehatan yang berkualitas. Pelayanan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya ilmu pengetahuan dan tekhnologi disegala bidang, meningkatnya taraf hidup masyarakat, adanya peningkatan perhatian terhadap pemenuhan hak asasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Caring Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan di RS Islam Surakarta, pada tahun 2013 pasien kanker 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker paru merupakan penyakit yang memiliki tingkat morbiditas yang tinggi hampir di seluruh dunia. Kasus kanker paru pada tahun 2010 menurut National Cancer

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI PENGARUH TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN PASCA OPERASI FRAKTUR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : UT UILA J 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT DEPRESI PADA PASIEN KANKER PAYUDARA YANG MENJALANI KEMOTERAPI DI RUANG MAWAR II RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi

BAB I PENDAHULUAN. prosedur pembedahan. Menurut Smeltzer dan Bare, (2002) Pembedahan / operasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindakan operasi merupakan pengalaman yang biasa menimbulkan kecemasan, kecemasan biasanya berhubungan dengan segala macam prosedur asing yang dijalani pasien dan juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia saat ini, banyak mengalami keprihatinan dengan kesehatan, salah satunya adalah masalah tentang kesehatan jiwa yang sering luput dari perhatian. Orang sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu organisasi kesehatan yang dengan segala fasilitas kesehatannya diharapkan dapat membantu pasien dalam meningkatkan kesehatan dan mencapai

Lebih terperinci

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995).

Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). PENYAKIT TERMINAL Pengertian Penyakit yang tidak dapat disembuhkan dan tidak ada obatnya, kematian tidak dapat dihindari dalam waktu yang bervariasi. (Stuard & Sundeen, 1995). Penyakit pada stadium lanjut,

Lebih terperinci