BAB 3 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Segi Industri Definisi Kualitas Kualitas dapat didefinisikan dalam berbagai cara. Kualitas saat ini menjadi salah satu bagian yang terpenting pada saat seorang konsumen memutuskan untuk membeli sebuah produk barang atau jasa. Sebagian orang memiliki pemahaman konseptual bahwa kualitas berhubungan dengan satu atau lebih karakteristik yang harus dimiliki suatu produk atau jasa. Karakteristik kualitas tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa jenis, yaitu (Montgomery, 2001, p6) : Fisik : panjang, berat, kekentalan. Sensori : rasa, penampakan, warna. Orientasi waktu : keandalan, ketahanan, pelayanan. Menurut (Garvin, 1987, p2), dimensi-dimensi kualitas itu sendiri ada beberapa macam: 1. Performansi Konsumen akan menilai seberapa baiknya produk itu beroperasi dan apakah suatu produk akan menjalankan suatu fungsi spesifik. 2. Keandalan Produk yang kompleks, seperti misalnya kendaraan, atau pesawat, biasanya membutuhkan perbaikan setelah melewati waktu tertentu.

2 19 3. Daya tahan Daya tahan merupakan waktu pemakaian efektif. Konsumen tentunya ingin produk yang beroperasi secara memuaskan untuk waktu yang lama. 4. Kemudahan untuk diperbaiki Ada beberapa industri dimana sudut pandang konsumennya mengenai kualitas sangat ditentukan oleh seberapa cepat dan seberapa ekonomis perbaikan atau perawatan berkala dapat dilakukan. 5. Estetika Tampilan visual dari sebuah produk seringkali menjadi salah satu faktor, seperti misalnya warna, bentuk, dan fitur-fitur lainnya. 6. Fitur Biasanya, konsumen menghubungkan kualitas tinggi dengan produk yang telah menambahkan fitur-fitur, yaitu fitur-fitur yang melebihi performansi dasar yang ada. 7. Kesadaran akan kualitas Dalam banyak kasus, konsumen bergantung pada reputasi masa lampau perusahaan tersebut berhubungan dengan produk-produknya. Reputasi ini sangat dipengaruhi oleh kegagalan-kegagalan dari produk yang dihasilkannya, dan juga dari bagaimana konsumennya dilayani saat melaporkan produk yang cacat. 8. Kesesuaian dengan standar Kita biasanya berpikir produk dengan kualitas yang baik sebagai produk yang akan memenuhi apa yang diharapkan padanya.

3 Definisi Pengendalian Kualitas Secara umum, pengendalian kualitas atau Quality Control dapat diartikan sebagai suatu sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan, pemeliharaan dan upaya perbaikan kualitas berbagai kelompok dalam sebuah organisasi agar pemasaran, kerekayasaan, produksi dan jasa dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis sehingga pelanggan atau konsumen mendapat kepuasan penuh. Jadi pelaksanaan pengendalian kualitas, berarti: 1. Menggunakan pengawasan kualitas sebagai dasar setiap kegiatan. 2. Pengendalian biaya, harga, dan laba secara terintegrasi. 3. Pengendalian jumlah, meliputi jumlah produksi, penjualan, dan persediaan dan waktu pengiriman kepada pelanggan. Agar dapat mencapai suatu hasil kualitas yang baik, tentunya diperlukan pengendalian kualitas. Pengendalian kualitas dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu On-line Quality Control dan Off-line Quality Control. On-line Quality Control adalah kegiatan pengendalian kualitas yang dilakukan selama proses manufacturing berlangsung. Sifat On-line Quality Control adalah tindakan pengendalian yang reaktif atau tindakan yang dilakukan setelah kegiatan produksi berjalan. Artinya jika produk yang dihasilkan tidak memenuhi spesifikasi yang diharapkan maka tindakan perbaikan terhadap proses harus dilakukan. Alat utama pada On-line Quality Control ini adalah pengendalian kualitas statistical, dengan The Magnificent Seven nya. Off-line Quality Control adalah pengendalian kualitas yang dilakukan sebelum proses produksi berlangsung atau pengendalian kualitas yang bersifat preventif. Dengan

4 21 tindakan secara preventif maka diharapkan kemungkinan adanya cacat produk dan masalah kualitas dapat diatasi sebelum produksi berjalan. Pengurangan pada produk cacat akan mengurangi jumlah scrap dan produk gagal, yang akhirnya akan mengurangi jumlah pemulangan produk dari konsumen. Tujuan dari Off-line Quality Control adalah untuk mengoptimasi desain produk dan proses dalam rangka mendukung kegiatan Online Quality Control. Perancangan percobaan merupakan salah satu alat utama pada Offline Quality Control Pengendalian Proses Statistical (SPC) Pengendalian Proses Statistikal adalah suatu terminologi yang mulai digunakan sejak tahun 1970-an untuk menjabarkan penggunaan teknik-teknik statistical dalam memantau dan meningkatkan performansi proses menghasilkan produk berkualitas. (Gaspersz, 1998, p1) Pengendalian Proses Statistikal merupakan sekumpulan dari problem-solving tools yang sangat berguna untuk mencapai kestabilan proses dan memperbaiki kemampuan proses dengan cara mengurangi variasi. Pengurangan variasi inilah yang menjadi kunci bagi sebuah produk untuk dapat memenuhi permintaan konsumen. Untuk dapat mengurangi variasi tersebut, produk tersebut harus dihasilkan dari sebuah proses yang stabil.

5 Definisi Variasi dalam Konteks SPC Variasi merupakan bagian yang pasti dari setiap proses, tidak peduli seberapa baiknya proses tersebut. Penyebab-penyebab dari variasi ini dapat dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu variasi penyebab umum dan variasi penyebab khusus. Pengendalian suatu proses dicapai apabila variasi penyebab khusus dieliminasi. Perbaikan sebuah proses dicapai melalui eliminasi dari variasi penyebab umum. Pola variasi terbagi menjadi : 1. Variasi yang stabil Pola output variasi relative sama Variasi produksi tanggal 1 may, relative sama dengan variasi produksi tanggal 2 may, 3may, dst.. Jika variasi stabil, maka output dari suatu data bisa diprediksi. 2. Variasi yang sifatnya tidak stabil Pola output variasi relatif berubah-ubah. Variasi produksi tanggal 1 may, berbeda dengan variasi produksi tanggal 2 may, dst. Jika variasi tidak stabil, maka output dari suatu data tidak bisa diprediksi. Menurut Gaspersz (1998), Jenis variasi adalah sebagai berikut : Variasi penyebab khusus adalah kejadian-kejadian di luar sistem yang mempengaruhi variasi dalam sistem. Penyebab khusus dapat bersumber dari faktor-faktor : manusia, peralatan, material, lingkungan, metode kerja, dll. Penyebab khusus ini mengambil pola-pola non acak sehingga dapat

6 23 diidentifikasi, sebab mereka tidak selalu aktif dalam proses tetapi memiliki pengaruh yang lebih kuat pada proses sehingga menimbulkan variasi. Dalam konteks pengendalian proses statistikal menggunakan peta-peta kendali, jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang melewati atau keluar dari batas-batas pengendalian yang didefinisikan. Variasi penyebab umum adalah faktor-faktor didalam sistem atau yang melekat pada proses yang menyebabkan timbulnya variasi di dalam sistem serta hasilhasil nya. Penyebab umum sering disebut juga sebagai penyebab acak atau penyebab sistem. Karena penyebab umum ini selalu melekat pada sistem, untuk menghilangkannya kita harus menelusuri elemen-elemen dalam sistem itu dan hanya pihak manajemen yang dapat memperbaikinya, karena pihak manajemenlah yang mengendalikan sistem itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dengan menggunakan peta-peta kendali, jenis variasi ini sering ditandai dengan titik-titik pengamatan yang berada dalam batas-batas pengendalian yang didefinisikan Definisi Data dalam Konteks SPC Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Berdasarkan data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan yang tepat berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu (Vincent Gasperz, 1998, p43) :

7 24 1. Data Variabel Data kuantitatif yang diukur (pengukuran berarti membandingkan sesuatu dengan besaran ukuran) untuk keperluan analisis. Contohnya adalah dimensi panjang (m, mm), volume (liter), berat (gr), dst. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data varibel. 2. Data Atribut Data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis yang biasanya didapat dari hasil pencacahan dan berupa bilangan bulat. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah : jumlah produk cacat, jumlah cacat dalam satu produk, persentase, dll. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformans atau ketidaksesuaian dnegan spesifikasi atribut yang ditetapkan Tujuh Alat Pengendalian Kualitas Dalam pengendalian kualitas terdapat tujuh alat yang disebut dengan istilah Seven Tools SPC. Ketujuh alat tersebut yaitu : 1. Lembar Periksa (Checksheet) 2. Diagram Pareto (Pareto Diagram) 3. Diagram Sebab Akibat (Fishbone/Ishikawa Diagram) 4. Diagram Batang (Histogram) 5. Diagram Tebar (Scatter Diagram) 6. Diagram Alir (Flowchart) 7. Peta Kendali (Control Chart)

8 Lembar Periksa (Checksheet) Lembar periksa adalah alat bantu untuk memudahkan pengumpulan data. Biasanya berbentuk formulir dimana item-item yang akan diperiksa telah dicetak dalam formulir tersebut, dengan maksud agar data dapat dikumpulkan secara mudah dan ringkas. Lembar periksa ini dapat digunakan baik untuk data variabel maupun data attribut walaupun umumnya banyak digunakan untuk data attribut. Penggunaan lembar periksa bertujuan untuk : 1. Memudahkan proses pengumpulan data terutama untuk mengetahui bagaimana sesuatu masalah sering terjadi. Tujuan utama dari penggunaaan lembar periksa adalah membantu mentabulasikan banyaknya kejadian dari suatu masalah tertentu atau penyebab tertentu. 2. Mengumpulkan data tentang jenis masalah yang sedang terjadi. Dalam kaitannya ini, lembar periksa akan membantu memilah-milah data ke dalam kategori yang berbeda seperti penyebab-penyebab, masalah-masalah, dll. 3. Menyusun data secara otomatis, sehinggga data itu dapat dipergunakan dengan mudah. 4. Memisahkan antara opini dan fakta. Kita sering berpikir bahwa kita mengetahui sesuatu masalah atau menganggap bahwa sesuatu penyebab itu merupakan hal yang paling penting. Dalam kaitan ini, lembar periksa akan membantu membuktikan opini kita itu apakah benar atau salah Diagram Pareto (Pareto Diagram) Diagram Pareto adalah grafik batang yang menunjukkan masalah berdasarkan urutan banyaknya kejadian. Masalah yang paling banyak terjadi ditunjukkan oleh grafik

9 26 batang pertama yang tertinggi serta ditempatkan pada sisi paling kiri, dan seterusnya sampai masalah yang paling sedikit terjadi ditunjukkan oleh grafik batang terakhir yang terendah serta ditempatkan pada sisi paling kanan. Pada dasar nya diagram pareto dapat digunakan sebagai alat interpretasi untuk : Menentukan frekuensi relatif dan urutan pentingnya masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah yang ada. Memfokuskan perhatian pada isu-isu kritis dan penting melalui pembuatan ranking terhadap masalah-masalah atau penyebab-penyebab dari masalah itu dalam bentuk yang signifikan. Diagram Pareto ada 2 macam yaitu : Diagram Pareto mengenai fenomena. Diagram ini berkaitan dengan hasil-hasil berikut yang tidak diinginkan dan digunakan untuk mengetahui apa masalah utama yang ada. Contoh fenomena, antara lain : a. Kualitas : kerusakan, kegagalan, keluhan, item-item yang dikembalikan, perbaikan (reparasi),dll. b. Biaya : jumlah kerugian, ongkos pengeluaran, dll. c. Penyerahan (delivery) : penundaan penyerahan, keterlambatan pembayaran, kekurangan stok, dll. d. Keamanan : kecelakaan, kesalahan, gangguan,dll.

10 27 Diagram Pareto mengenai penyebab. Diagram ini berkaitan dengan penyebab dalam proses dan dipergunakan untuk mengetahui apa penyebab utama dari masalah yang ada. Contoh penyebab, antara lain : a. Operator : umur, pengalaman, ketrampilan, sifat individual, pergantian kerja, dll. b. Mesin : peralatan, mesin, instrumen, dll. c. Bahan baku : pembuatan bahan baku, macam bahan baku, pabrik bahan baku, dll. d. Metode Operasi : kondisi operasi, metode kerja, sistem pengaturan, dll. Diagram pareto banyak digunakan untuk aplikasi manufaktur dari metode perbaikan kualitas, karena diagram pareto merupakan salah satu alat yang paling bermanfaat dalam tujuh alat pengendalian kualitas. Menurut Gaspersz (1998, p53), Langkah-langkah pembuatan diagram pareto adalah : 1. Menentukan ide dasar dari pembuatan Diagram Pareto tersebut, termasuk didalamnya menentukan masalah yang diteliti, menentukan data yang diperlukan beserta kategori-kategorinya, menentukan metode dan periode pengumpulan data. a. Menentukan masalah apa yang akan diteliti. Contoh masalah : keterlambatan pengiriman barang, keterlambatan pelayanan, item yang rusak/cacat, kerugian dalam nilai uang, dll. Kategori-kategori atau penyebab-penyebab dari masalah yang dapat diidentifikasi oleh pihak manajemen.

11 28 b. Menentukan data apa yang diperlukan dan bagaimana mengklasifikasikan atau mengkategorikan data itu. Contoh : klasifikasi berdasarkan penyebab keterlambatan, jenis kerusakan, lokasi, proses, mesin, shift, operator/pekerja, metode, dll. c. Menentukan metode dan periode pengumpulan data. Termasuk dalam hal ini adalah menentukan unit pengukuran dan periode waktu yang dikaji. 2. Membuat suatu ringkasan daftar atau tabel yang mencatat frekuensi kejadian dari masalah yang telah diteliti dengan menggunakan formulir pengumpulan data atau lembar periksa. 3. Membuat daftar masalah secara berturut berdasarkan frekuensi kejadian dari yang tertinggi sampai terendah, serta hitunglah frekuensi kumulatif, persentase dari total kejadian, dan persentase dari total kejadian secara kumulatif. 4. Menggambar dua buah garis vertikal dan sebuah garis horisontal. Garis vertikal : Garis vertikal sebelah kiri : buatkan pada garis ini, skala dari nol sampai total keseluruhan dari kerusakan. Garis vertikal sebelah kanan : buatkan pada garis ini, skala dari 0% sampai 100%. Garis horisontal : Bagilah garis ini ke dalam banyaknya interval sesuai dengan banyaknya item masalah yang diklasifikasikan. 5. Buatlah histogram pada diagram pareto.

12 29 6. Gambarkan kurva kumulatif serta cantumkan nilai-nilai kumulatif (total kumulatif atau persen kumulatif) di sebelah kanan atas dari interval setiap item masalah. 7. Memutuskan untuk mengambil tindakan perbaikan atas penyebab utama dari masalah yang sedang terjadi itu. Untuk mengetahui akar penyebab dari suatu masalah, kita dapat menggunakan diagram sebab-akibat atau bertanya mengapa beberapa kali ( konsep five why s) Gambar 3.1 Pareto Chart Diagram Sebab Akibat (Fishbone / Ishikawa Diagram) Dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa pada tahun 1943, diagram ini kemudian sering disebut sebagai Diagram Ishikawa. Diagram ini juga seringkali disebut sebagai Diagram Tulang Ikan karena bentuknya. Menurut Ishikawa, Diagram ini berguna untuk

13 30 mengidentifikasi dan membuat susunan sistematis dari penyebab-penyebab yang memiliki pengaruh terhadap masalah yang ada. Setelah sebuah cacat atau sebuah masalah yang spesifik diidentifikasi dan dipisahkan untuk penelitian lebih lanjut, kita harus mulai menganalisa penyebabpenyebab potensialnya. Diagram sebab-akibat merupakan alat yang sangat berguna dalam menyingkapkan penyebab-penyebab potensial, baik yang terlihat jelas maupun yang tidak terlihat jelas. Secara umum, Diagram Sebab Akibat memiliki tiga fungsi utama : Cause Enumeration, merupakan salah satu teknik perbaikan kualitas yang paling banyak digunakan. Biasanya dikembangkan melalui brainstorming, dimana semua kemungkinan penyebab disebutkan untuk melihat seberapa besar pengaruh mereka semua terhadap masalah yang ada. Dispersion Analysis, dimana setiap sebab-sebab utama dianalisa secara mendalam dengan cara menyelidiki sebab dari sebab tersebut dan dampak mereka terhadap permasalahan yang ada. Proses ini terus diulang untuk setiap sebab utama sesuai dengan tingkat kepentingan mereka. Perbedaan Dispersion Analysis dengan Cause Enumeration adalah bahwa pada tahap sebelumnya sebab-sebab yang terlihat tidak besar tidak dibahas. Namun, pada tahap Dispersion Analysis ini, sebab-sebab yang sebelumnya belum disebutkan tidak boleh dibahas sehingga mungkin terjadi akar permasalahan yang sesungguhnya tidak ditemukan. Process Analysis. Ketika Diagram Sebab-Akibat dibuat untuk keperluan analisa proses, penekanannya ada pada bagaimana mendaftar sebab-sebab yang ada

14 31 dalam suatu urutan proses yang sebenarnya terjadi. Proses ini mirip dengan pembuatan flowchart, hanya saja Diagram Sebab-Akibat lebih mendetail dalam mencari sebab-sebab yang mempengaruhi karakteristik kualitas yang sedang diteliti. Langkah-langkah pembuatan Diagram Sebab-Akibat : a. Definisikan problem atau efek yang akan dianalisa. b. Buat sebuah tim untuk melakukan analisa ini. Seringkali sebuah tim akan menyingkapkan penyebab-penyebab potensial melalui brainstorming. c. Buat kotak efek dan garis tengah. d. Tentukan kategori-kategori penyebab-penyebab utama dan gabungkan mereka melalui sebuah kotak disambungkan ke garis tengah yang sudah ada. e. Identifikasikan penyebab-penyebab yang mungkin dan klasifikasikan mereka ke dalam kategori-kategori yang telah ada. Buat kategori yang baru apabila ada. f. Urutkan penyebab-penyebab tersebut untuk melihat penyebab-penyebab yang sepertinya memiliki pengaruh lebih besar terhadap problem yang ada. g. Ambil tindakan perbaikan.

15 32 Gambar 3.2 Diagram Tulang Ikan Diagram Batang (Histogram) Histogram merupakan diagram berupa grafik balok yang dibentuk dari distribusi frekuensi untuk menggambarkan penyebaran/distribusi data yang ada. Histogram dapat memperkirakan kemampuan proses dan jika diinginkan dapat menganalisa hubungan dengan nilai spesifikasi serta nilai target nominal Diagram Tebar (Scatter Diagram) Cara termudah untuk mengetahui adanya hubungan antara dua variabel adalah melalui diagram tebar. Diagram tebar misalnya dapat digunakan untuk mengetahui hubungan antara kecepatan mobil per jam dengan konsumsi bahan bakarnya, kecepatan mesin bubut dan dimensi dari bagian mesin, banyaknya kunjungan tenaga penjual dan hasil penjualan, besarnya temperatur dan hasil proses kimia, downtime mesin dan persentase banyak nya produk yang ditolak (cacat), dll. Selain itu, melalui diagram tebar

16 33 yang telah digambarkan, kita dapat mengetahui jenis hubungan yang ada antara kedua variabel tersebut apakah positif, negatif, atau tidak ada hubungan Diagram Alir (Flowchart) Diagram alir atau flowchart didefinisikan sebagai suatu metode grafis, yang menggambarkan proses yang telah ada, ataupun suatu usulan proses dengan menggunakan simbol yang sederhana, garis, dan kata-kata untuk menunjukkan aktivitas serta urutan dalam suatu proses. Atau dengan kata lain, diagram alir secara grafis mewakili aktivitas yang terdapat pada suatu proses, sama seperti suatu peta mewakili area tertentu. Diagram alir proses merupakan suatu representasi visual dari seluruh langkahlangkah dalam sebuah proses. Diagram alir dipergunakan untuk : Membantu semua yang bersangkutan untuk memahami proses dengan lebih baik dan jelas. Membantu untuk mengidentifikasikan area kritis atau bermasalah serta perbaikan yang dapat dilakukan. Memberikan persepsi yang sama mengenai proses kepada semua yang bersangkutan. Keuntungan mempergunakan diagram alir : Pada diagram alir menunjukkan bagaimana elemen-elemen yang berbeda bergabung bersama.

17 34 Dengan membangun suatu diagram alir, akan lebih mengarahkan pemikiran kita, dimana caranya yaitu dengan membandingkan diagram alir yang ada, dengan kenyataan proses yang berlangsung, maka akan menunjukkan bagian, dimana terdapat peraturan maupun kebijakan yang tidak jelas, atau telah dilanggar. Dalam membuat diagram alir, satu yang perlu diingat adalah mulailah dengan membuat aliran kegiatan-kegiatan utama, kemudian buatlah aliran yang mendetail dari kegiatan-kegiatan utama tersebut. Beberapa simbol yang umum dipergunakan dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Tabel 3.1 Tabel Simbol Diagram Alir Mulai/Stop Kegiatan/Proses Keputusan Penghubung ke halaman berikutnya Arah aliran proses

18 Peta Kontrol (Control Chart) Peta kendali merupakan bagian utama dari The Magnificent Seven. Peta ini pertama kali dikemukakan oleh Dr. Walter A. Schewhart dari Bell Telephone Laboratories pada tahun Oleh karenanya, Peta kendali sering juga disebut sebagai Peta kendali Shewhart. Peta kontrol merupakan alat ampuh dalam mengendalikan proses, asalkan penggunaannya dipahami secara benar. Pada dasarnya peta kontrol dipergunakan untuk : 1. Menentukan apakah suatu proses berada dalam pengendalian statistikal? Dengan demikian peta kontrol digunakan untuk mencapai suatu keadaan terkendali statistikal, dimana semua nilai rata-rata dan range dari sub-sub kelompok (subgroups) contoh berada dalam batas-batas pengendalian (control limit), oleh karena itu variasi penyebab khusus menjadi tidak ada lagi dalam proses. 2. Memantau proses terus menerus sepanjang waktu agar proses tetap stabil secara statistikal dan hanya mengandung variasi penyebab umum. 3. Menentukan kemampuan proses (process capability). Setelah proses berada dalam pengendalian statistikal, batas-batas dari variasi proses dapat ditentukan. Peta kendali dapat menyediakan informasi : Karakteristik operasi proses dari waktu ke waktu. Variasi penyebab umum yang dapat diharapkan pada proses. Apakah variasi penyebab umum memenuhi spesifikasi. Kehadiran variasi penyebab khusus.

19 36 Menurut Gasperz (1998) pada prinsipnya setiap peta kendali mempunyai : 1. Garis tengah (Central line), yang biasanya dinotasikan CL. 2. Sepasang batas kendali (Control limit), dimana satu batas kendali ditempatkan di atas garis tengah yang dikenal sebagai batas kendali atas (Upper control limit), biasanya dinotasikan sebagai UCL, dan yang satu lagi ditempatkan di bawah garis tengah yang dikenal sebagai batas kendali bawah (Lower control limit), biasanya dinotasikan sebagai LCL. 3. Tebaran nilai-nilai karakteristik kualitas yang menggambarkan keadaan dari proses. Jika semua nilai yang ditebarkan (diplot) pada peta itu berada di dalam batas-batas kendali tanpa memperlihatkan kecenderungan tertentu, maka proses yang berlangsung dianggap berada dalam kendali atau terkendali secara statistikal. Namun jika nilai-nilai yang ditebarkan pada peta itu jatuh atau berada di luar batas-batas kendali atau memperlihatkan kecenderungan tertentu atau memiliki bentuk yang aneh, maka proses yang berlangsung dianggap berada di luar kendali (tidak terkendali) sehingga perlu diambil tindakan korektif untuk memperbaiki proses yang ada Pengertian Data Data adalah catatan tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif yang dipergunakan sebagai petunjuk untuk bertindak. Berdasarkan data, kita mempelajari fakta-fakta yang ada dan kemudian mengambil tindakan yang tepat berdasarkan pada fakta itu. Dalam konteks pengendalian proses statistikal dikenal dua jenis data, yaitu :

20 37 1. Data Variabel (Variables Data) atau Data Kontinu Data kuantitatif yang diukur (pengukuran berarti membandingkan sesuatu dengan besaran ukuran) untuk keperluan analisis. Contohnya adalah dimensi panjang (m, mm), volume (liter, m 3 ), berat (gr, pon), kekuatan (kg/cm 2 ), dsb. Ukuran-ukuran berat, panjang, lebar, tinggi, diameter, volume biasanya merupakan data variabel. 2. Data Atribut (Attributes Data) atau Data Diskrit Data kualitatif yang dapat dihitung untuk pencatatan dan analisis yang biasanya didapat dari hasil pencacahan dan berupa bilangan bulat. Contoh dari data atribut karakteristik kualitas adalah : jumlah produk cacat, jumlah cacat dalam satu produk, persentase, dll. Data atribut biasanya diperoleh dalam bentuk unit-unit nonkonformans atau ketidaksesuaian dengan spesifikasi atribut yang ditetapkan Klasifikasi Peta Kendali Peta Kendali yang kita kenal terdiri dari berbagai macam. Kita harus mengerti penggunaan dari tiap-tiap jenis tersebut. Peta Kendali dibedakan sesuai dengan tujuan penggunaannya, data yang diambil dan ukuran sampel yang diambil. Berikut ini adalah pengklasifikasian Peta Kendali : Peta Kendali Atribut Banyak karakteristik kualitas yang tidak dapat disajikan dalam bentuk numerik / angka tetapi hanya dapat digolongkan menjadi kelompok-kelompok tertentu seperti cacat atau tidak, sesuai atau tidak sesuai dengan spesifikasi, berhasil atau gagal. Oleh karena itu jenis-jenis data seperti diatas digolongkan ke dalam jenis data atribut.

21 38 Karena sifat dari data atribut inilah maka peta kendali atribut memiliki informasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan peta kendali variabel yang datanya berasal dari hasil pengukuran. Tetapi peta kendali atribut sangat berguna dalam bidang-bidang jasa dan nonmanufaktur lainnya karena banyak karakteritik kualitas yang tidak dapat diukur dengan mudah. Peta kendali untuk data atribut yang umum digunakan adalah peta p, np, c, dan u. Kedua jenis peta yang disebutkan terlebih dahulu berhubungan dengan proporsi cacat atau banyaknya produk cacat dalam suatu proses produksi. Sedangkan peta kendali c dan u berhubungan dengan yang namanya kecacatan yaitu banyaknya cacat dalam satu produk, hanya saja bedanya peta c dan peta u adalah pada peta u kecacatan dinyatakan perunit inspeksi. Peta-peta kendali untuk data atribut adalah penting untuk beberapa alasan berikut: Situasi-situasi yang berkaitan dengan data atribut ada dalam proses teknikal atau administratif, sehingga teknik-teknik analisis atribut menjadi berguna dalam banyak penerapan. Kesulitan paling nyata dalam pengendalian kualitas adalah mengembangkan definisi operasional secara tepat tentang apa itu ketidaksesuaian, sehingga suatu produk yang merupakan output dari proses perlu diperhatikan. Data atribut telah tersedia dalam banyak situasi termasuk dalam aktivitas inspeksi material, proses perbaikan, atau inspeksi akhir. Dalam kaitan ini, data yang tersedia itu hanya membutuhkan sedikit usaha untuk mengkonversi nya ke dalam bentuk peta kendali untuk data atribut itu.

22 39 Apabila data baru harus dikumpulkan, informasi atribut pada umumnya mudah diperoleh dan tidak mahal, serta tidak membutuhkan ketrampilan khusus untuk mengumpulkan data atribut itu. Kebanyakan data yang dikumpulkan untuk pelaporan manajemen adalah dalam bentuk atribut dan akan menjadi lebih bermanfaat apabila dilakukan analisis peta kendali untuk data atribut itu. Ketika memperkenalkan peta-peta kendali dalam suatu organisasi, adalah penting untuk memprioritaskan area masalah dan menggunakan peta kendali itu di tempat yang paling membutuhkannya. Sinyal masalah dapat datang dari sistem pengendalian biaya, keluhan-keluhan pengguna, hambatan-hambatan internal, dll Peta Kendali Variabel Peta kendali untuk data variabel yang umum dikenal adalah peta kendali x -R, x -S, dan X-MR. Ketika menangani data variabel penting untuk melihat dari sisi ratarata dan variasinya untuk mengendalikan proses yang sedang berlangsung. Peta Kendali X-MR digunakan untuk data yang diambil dari sumber yang homogen. Jadi ukuran contoh yang perlu diambil setiap waktunya hanya satu. Peta Kendali X -R digunakan apabila ukuran contoh yang diambil pada setiap waktunya antara Peta Kendali X -S untuk ukuran contoh yang lebih dari 10. Selain dari perbedaan jumlah ukuran contoh tersebut, peta kendali X -R dan X -S dibedakan menurut tujuan pembuatannya. Ketika pihak peneliti bermaksud untuk mengetahui variasi dari produk yang dihasilkan, maka peta kendali yang digunakan adalah peta

23 40 kendali x -S digunakan. Apabila yang ingin diketahui sebaran data, maka peta kendali yang digunakan adalah peta kendali X -R. Pada penelitian ini, peta kendali yang digunakan adalah peta kendali X -R, maka pembahasan selanjutnya akan difokuskan pada peta kendali X -R. Melalui peta kendali untuk data variabel ini, bisa didapatkan informasi lebih banyak dibandingkan dengan peta kendali untuk data atribut seperti yang sudah sempat dibahas sebelumnya. Adapun informasi yang bisa didapatkan yaitu : 1. Variasi dari karakteristik kualitas yang diamati 2. Rata-rata dari karakteristik kualitas yang diamati 3. Kekonsistenan kinerja proses yang ada Peta Kendali X -R Peta kendali X (mean atau rata-rata) dan R (range atau selisih pengamatan terbesar dengan terkecil) biasa digunakan untuk memantau proses yang diukur berdasarkan data variable. Peta kendali X khusus untuk memantau perubahan suatu sebaran atau distribusi variabel asal dalam hal pemusatannya sedangkan peta R khusus untuk memantau perubahan dalam hal penyebarannya. Langkah-langkah dalam pembuatan peta kendali X dan R adalah sebagai berikut: 1. Tentukan ukuran contoh / subgroup (n = 3,4,5, ). 2. Kumpulkan banyaknya subgroup (k) sedikitnya 20 subgroup atau paling sedikit titik data individu. 3. Hitung nilai rata-rata dari setiap subgroup, yaitu X.

24 41 4. Hitung nilai rata-rata dari seluruh X, yaitu X yang merupakan garis tengah dari peta kendali X 5. Hitung nilai selisih data terbesar dengan data terkecil dari setiap subgroup, yaitu range (R). 6. Hitung nilai rata-rata dari seluruh R, yaitu R yang merupakan garis tengah dari peta kendali R. 7. Hitung batas kendali untuk peta kendali R : UCL LCL = D4* R = D3* R 8. Hitung batas kendali untuk peta kendali X : UCL = X + (A 2 * R ) LCL = X - (A 2 * R ) 9. Plot data X dan R pada peta kendali X dan R serta amati apakah data tersebut berada dalam pengendalian atau tidak berada dalam pengendalian.

25 42 Xbar/R Chart Setelah Revisi Sample Mean UCL=16.09 Mean=16.08 LCL=16.06 Subgroup Sample Range UCL= R= LCL= Gambar 3.3 Gambar Xbar-R chart Kapabilitas Proses Kemampuan dari sebuah proses untuk memenuhi batas-batas spesifikasi hanya boleh dihitung apabila proses tersebut telah berada dalam batas-batas pengendalian statistikal. Dalam pengertian ini, proses tersebut tidak boleh mengandung penyebabpenyebab khusus, sehingga variasi yang ada merupakan refleksi dari apa yang mampu dicapai oleh proses tersebut. Sebuah proses harus terlebih dahulu dianalisa untuk memastikan bahwa proses tersebut berada dalam batas kendali sebelum nilai kapabilitasnya dihitung. Indeks Kapabilitas Proses dapat dimengerti sebagai sebuah pengukuran dari seberapa baik performansi dari proses tersebut. Kemampuan sebuah proses untuk memenuhi spesifikasi merupakan kriteria yang digunakan untuk mengukur kebaikan proses tersebut. Indeks kapabilitas yang digunakan tidak memiliki dimensi sehingga dapat digunakan dalam sgala bidang karena tidak tergantung pada parameter dari produk tersebut. Index ini menggambarkan lokasi dan/atau variasi dari proses.

26 43 natural. Kapabilitas proses adalah rasio dari rentang toleransi dengan variasi proses C p Lebar Spesifikasi = Penyebaran Proses = USL LSL 6s Dengan USL dan LSL adalah batas spesifikasi atas dan bawah. NIlai Cp lebih besar 1 maka proses mampu dalam mencapai spesifikasi. Makin besar Cp makin baik proses tersebut dengan syarat proses berada di tengah/pusat (center). Kepusatan dari proses merupakan asumsi yang sangat penting dalam menggunakan kapabilitas proses. Salah satu kerugian dalam menggunakan Cp adalah tidak diikutkannya kepusatan ke dalam perhitungan. Nilai dari Cp sendiri tidak menunjukkan apakah proses berada di pusat atau tidak. Untuk memasukkan informasi dalam memusatkan proses, kapabilitas proses satu sisi harus digunakan. Ada dua macam kapabilitas proses satu sisi, CPL = X LSL 3s CPU = USL X 3s CPU adalah rasio jarak antara batas spesifikasi atas darn ata-rata proses dengan setengah dari variasi natural (3s). CPL adalah rasio jarak antara batas spesifikasi bawah dan rata-rata proses dnegan setengah dari variasi natural (3s). Jika proses berada di pusat antara batas spesifikasi, maka Cp=Cpu=Cpl.

27 44 Jika Cpl lebih besar dari Cpu maka proses lebih mampu dalam mencapai batas spesifikasi bawah. Terkadang indeks Cpl digunakan, dimana Cpl adalah nilai terkecil antara Cpl dengan Cpu. Cpk mendefinisikan keadaan terburuk antara indeks kapabilitas atas dan bawah. Nilai dari Cpu dan Cpl memberitahukan kepada kita bahwa proses tidak terpusat dan kita tidak dapat mengharapkan bahwa proses dapat mencapai batas spesifikasi dengan sangat baik. Kita hanya dapat mengharapkan proses mendekati batas spesifikasi bawah/atas sepanjang waktu. Nilai Cpk memberitahukan kepada kita bahwa kita tidak bisa mencapai setidaknya satu dari spesifikasi dengan sangat baik. Kriteria yang digunakan untuk indeks kapabilitas proses (Cp) ini adalah : Cp > 1.33, maka kapabilitas proses sangat baik Cp 1.33, maka kapabilitas proses baik namun perlu pengendalian ketat apabila Cp telah mendekati Cp < 1.00, maka kapabilitas proses rendah, sehingga perlu ditingkatkan performansinya melalui perbaikan proses. Kriteria yang digunakan untuk indeks performansi kane (Cpk) ini adalah: Jika Cpk = Cp, maka proses tepat di tengah-tengah (centered) dari batas spesifikasi, dan jika Cpk < Cp maka prosesnya tidak berada di tengah (offcenter). Jika Cpk = 1, maka proses menghasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi. Jika Cpk < 1, maka proses menghasilkan produk yang tidak sesuai dengan spesifikasi.

28 45 Dimana kondisi ideal adalah Cp > 1.33 dan Cp = Cpk. Besarnya nilai Cpk dibandingkan terhadap nilai Cp merupakan indikator langsung dari seberapa jauh proses bergeser dari tengah (center). Cp biasanya disebut sebagai kemampuan potensial yang dapat dicapai oleh proses jika proses tidak bergeser sedangkan Cpk melambangkan kemampuan sebenarnya dari proses Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) FMEA merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa dan menemukan : 1. Semua kegagalan kegagalan yang potensial yang terjadi pada sebuah sistem. 2. Efek efek dari kegagalan yang terjadi pada sistem. 3. Bagaimana cara untuk memperbaiki atau meminimalkan kegagalan atau efekefek yang mempengaruhi sistem. (Lewis, 1996, p3) Definisi serta pengurutan atau pemberian ranking dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut : 1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir. 2. Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 3. Penyebab potensial dari kegagalan adalah kelemahan-kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan menghasilkan kecatatan produk.

29 46 4. Occurance adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang bahwa penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat tertentu. Tabel 3.2 Tabel Occurance Ranking Kriteria Verbal Probabilitas Kegagalan 1 Tidak mungkin penyebab ini 1 dalam mengakibatkan kegagalan Kegagalan akan jarang terjadi. 1 dalam dalam dalam Kegagalan agak mungkin terjadi. 1 dalam dalam Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi. 1 dalam 40 1 dalam Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan terjadi. 1 dalam 8 1 dalam 2

30 47 5. Severity adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang bagaimana buruknya pengguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut. Tabel 3.3 Tabel Severity Ranking Kriteria Verbal 1 Neglible Severity, kita tidak perlu memikirkan akibat ini akan berdampak pada kinerja produk. Pengguna akhir tidak akan memperhatikan kecatatan atau kegagalan ini Mild Severity, Akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan, pengguna akhir tidak merasakan perubahan kinerja. Moderate Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat penurunan kinerja atau penampilan namun masih berada dalam batas toleransi. High Severity, pengguna akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima, berada diluar batas toleransi. Potential Safety Problem, akibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahaya dan bertentangan dengan hukum.

31 48 6. Detectibility adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana efektivitas dan metode pencegahan atau pendeteksian Tabel 3.4 Tabel Detectibility Ranking Kriteria Verbal Tingkat kejadian Penyebab 1 Metode pencegahan atau deteksi sangat 1 dalam efektif. Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi. Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah sangat rendah. Kemungkinan penyebab bersifat moderat, metode deteksi masih memungkinkan kadang-kadang penyebab itu terjadi. Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi masih tinggi. Metode pencegahan atau deteksi kurang efektif, karena penyebab masih berulang lagi. Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi. Metode deteksi tidak efektif. Penyebab akan selalu terjadi. 1 dalam dalam dalam dalam dalam 80 1 dalam 40 1 dalam 20 1 dalam 8 1 dalam 2

32 Segi Sistem Informasi Definisi Sistem Secara sederhana sistem dapat diartikan sebagai kumpulan dari komponen yang mengimplementasikan model dari requirement, function, dan interface. Menurut Mcleod (2001, p9), sistem adalah sebuah grup elemen yang diintegrasikan dengan keinginan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Suatu organisasi seperti perusahaan atau area bisnis cocok dengan definisi ini. Organisasi harus terdiri dari sumber-sumber seperti yang telah kita identifikasikan sebelumnya dan mereka bekerja untuk mencapai tujuan yang khusus seperti yang telah dispesifikasikan oleh pemilik atau manajemen. Sistem mempunyai tiga fungsi dasar yang saling berinteraksi, yaitu : Masukan (Input) Masukan mencakup penangkapan dan pengumpulan unsur/komponen yang masuk ke dalam sistem untuk diproses. Pengolahan (Process) Pengolahan melibatkan perubahan bentuk (transformasi) masukan menjadi keluaran. Keluaran (Output) Keluaran adalah hasil akhir dari proses perubahan bentuk. Keluaran mencakup pemindahan unsur-unsur yang telah diproduksi oleh suatu perubahan bentuk (transformasi) kedalam tujuan akhirnya. Menurut O brien (2003, p8), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama melalui suatu proses transformasi dengan menerima input dan menghasilkan output secara teratur guna mencapai beberapa sasaran.

33 50 Maka dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan sekumpulan elemen yang saling bekerja sama dan terintegrasi satu sama lainnya guna mencapai suatu tujuan tertentu Pengertian Informasi Menurut McLeod (2001, p15), informasi adalah data yang telah diproses, atau data yang memiliki arti. Menurut Loudon dan Loudon (2002, p7), informasi adalah data yang diolah kedalam bentuk yang lebih berarti dan lebih bermanfaat bagi yang menerimanya. Dari definisi yang disebutkan, informasi dapat disimpulkan sebagai data yang telah diolah yang mempunyai arti dalam pengambilan keputusan bagi pihak yang bersangkutan Pengertian Sistem Informasi Sistem informasi merupakan sekumpulan komponen interrelational untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk membantu manajer dalam pengambilan keputusan, pengontrolan, pengkoordinasian, menganalisa masalah, dan memvisualisasikan masalah didalam suatu organisasi (Laudon, 1998, p7). Model sistem informasi menggambarkan suatu kerangka konseptual dasar yang utama dari aktivitas dan komponen sistem informasi. Suatu sistem informasi sangat bergantung terhadap sumber daya nya, yang antara lain adalah sumber daya manusianya, perangkat keras, perangkat lunak, data, dan jaringan, yang kesemuanya diintegrasikan

34 51 untuk melaksanakan masukan, pengolahan, keluaran, penyimpanan, dan aktivitas pengendalian yang mengubah sumber daya data kedalam produk berbentuk informasi. Berdasarkan pendapat diatas, maka sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling bekerja sama untuk mengolah informasi sedemikian rupa untuk pengambilan keputusan yang bersifat manajerial dan strategis serta menyediakan laporan-laporan tertentu pada pihak luar Permodelan Berorientasi Obyek Object Orientation Berorientasi obyek atau Object Oriented merupakan paradigma baru dalam rekayasa perangkat lunak yang memandang sistem sebagai kumpulan obyek-obyek diskrit yang saling berinteraksi. Yang dimaksud berorientasi obyek adalah bahwa mengorganisasikan perangkat lunak sebagai kumpulan obyek-obyek diskrit yang bekerja sama antara informasi atau struktur data dan perilaku (behaviour) yang mengaturnya. Obyek adalah segala sesuatu yang berada di sekitar kita, dimana obyek-obyek lah yang menyusun dunia ini. Misalkan : mobil, bis, truk, sepeda, dan lain-lain adalah contoh obyek kendaraan. Setiap obyek mempunyai informasi-informasi atau atributatribut dan perilaku sebagai operasi pengaturnya. Atribut-atribut obyek kendaraan tersebut antara lain: jumlah roda, warna, berat, dan lain-lain. Sedangkan Operasi-operasi pengatur obyek kendaraan tersebut antara lain adalah berjalan, belok kanan, dan lainlain. Obyek-obyek yang mempunyai atribut dan operasi yang sama dapat dikelompokkan dalam sebuah kategori. Misalkan obyek mobil, bis, truk dan sepeda dapat dikelompokkan kedalam sebuah kategori yaitu kendaraan.

35 52 Paradigma berorientasi obyek mempunyai bidang aplikasi yang sangat luas dalam bidang rekayasa perangkat lunak, antara lain: pemrograman, permodelan sistem informasi, manajemen proyek, perangkat keras, dan lainnya Tiga Karakteristik Permodelan Berorientasi Objek Inheritance Obyek adalah anggota suatu kelas, dan sebaliknya kelas adalah sebuah kategori dari beberapa obyek yang mempunyai atribut yang sama, maka obyek mempunyai semua karakteristik dari suatu kelas. Atribut dan operasi yang ditentukan dalam kelas dapat diwariskan ke masing-masing obyek dalam kelas tersebut. Kelas dapat pula mewarisi sifat-sifat kelas lainnya. Mesin cuci, lemari es, oven, radio, televisi dan sebagai nya adalah kelas peralatan listrik, mereka mewarisi atribut dari kelas peralatan listrik misalnya tipe, dan mewarisi operasi misalnya turn on dan turn off. Pewarisan (Inheritance) tidak berhenti sampai disini, kelas peralatan listrik itu sendiri hanyalah subkelas dari kelas peralatan. Dimana kelas peralatan mempunyai beberapa sub kelas antara lain: Peralatan listrik, peralatan dapur, dsb Encapsulation Ketika seseorang menonton televisi, seseorang tersebut tidak memperdulikan kompleksitas rangkaian elektronika yang ada didalamnya. Mereka tidak memperdulikan bagaimana rangkaian elektronika itu bekerja, mereka hanya memperhatikan tomboltombol apa saja yang bisa digunakan untuk mengoperasikannya. Konsep ini dikenal

36 53 dengan istilah Encapsulation, yaitu menyembunyikan kompleksitas dari luar dan hanya membuka operasi-operasi yang diperlukan saja terhadap obyek-obyek lain Polymorphism Kadang-kadang sebuah operasi mempunyai nama yang sama pada kelas yang berbeda. Misalkan, membuka jendela, membuka pintu, membuka surat kabar, dan membuka pembicaraan. Operasi-operasi diatas walaupun mempunyai nama yang sama tetapi diberikan pada obyek yang berbeda maka mempunyai makna yang berbeda. Pada masing-masing persoalan dapat dilakukan operasi yang berbeda-beda walaupun dengan nama yang sama. Konsep diatas dikenal dengan istilah Polymorphism, yaitu suatu operasi dengan nama yang sama, tetapi jika diberikan pada obyek yang berbeda akan mengakibatkan operasi yang berbeda Unified Modeling Language (UML) Sejarah Unified Modeling Language (UML) Notasi UML dibuat sebagai kolaborasi dari Grady Booch, DR.James Rumbough, Ivar Jacobson, Rebecca wirfs Brock, Peter Yourdon, dan lainnya. Jacobson menulis tentang pendefinisian persyaratan persyaratan sistem yang disebut use-case. Juga mengembangkan sebuah metode untuk perancangan sistem yang disebut Object- Oriented-Software-Engineering (OOSE) yang berfokus pada analisis. Booch, Rumbough dan Jacobson biasa disebut dengan tiga sekawan (tree amigos). Semuanya bekerja di Rational Software Corporation dan berfokus pada standarisasi dan perbaikan ulang UML. Simbol UML mirip dengan Booch, Notasi OMT, dan juga ada kemiripan dengan notasi lainnya.

37 54 Penggabungan beberapa metode menjadi UML dimulai Setiap orang dari tiga sekawan di rational mulai menggabungkan idenya masing-masing dengan metode lainnya. Pada akhir tahun 1995 Unified Method versi 0.8 diperkenalkan. Unified Method diperbaiki dan diubah menjadi UML pada tahun 1996, UML 1.0 disahkan dan diberikan pada Object Technology Group (OTG) pada tahun 1997, dan pada tahun itu juga beberapa perusahaan pengembang utama perangkat lunak mulai mengadopsinya. Pada tahun yang sama OMG merilis UML 1.1 sebagai standar industri Pengenalan Diagram-Diagram dalam UML UML menyediakan beberapa diagram visual yang menunjukkan berbagai aspek dalam sistem. Ada beberapa diagram yang disediakan dalam UML, antara lain : Diagram Use Case (Use case diagram) Diagram sekuensial (Sequence diagram) Diagram Kelas (Class Diagram) Diagram State chart (State chart diagram) Diagram Komponen (Component diagram) Diagram Deployment (Deployment diagram) Problem Domain Analysis Tujuan dari problem domain analysis ini adalah untuk mengidentifikasi dan memodelkan problem domain. Aktivitas yang dilakukan dalam problem domain analysis ini adalah aktivitas pendefinisian class, structure, serta behaviour.

38 Class Aktivitas Class adalah bertujuan untuk mencari elemen dari problem domain, yaitu objects, classes, dan events yang terdapat dalam sistem. Shape -origin +move() +resize() +display() Gambar 3.4 Class Dapat dinyatakan bahwa sebuah obyek dijelaskan di sebuah class, class menjelaskannya dalam bentuk struktur dan kelakuan dari semua obyeknya. Sebuah obyek yang diciptakan dari sebuah class disebut juga instansi dari class Object Object : An entity with identify, state, and behaviour (Matthiassen, 2000, p51) Object adalah suatu entitas yang mempunyai identitas, state, dan behaviour. Untuk dapat memanggil sesuatu sebagai object kita harus dapat untuk mendeskripsikannya sebagai sebuah entity, identity dari object adalah property yang memisahkan dari object-object lainnya, semua object harus memiliki identity agar kita dapat membedakannya dengan object lainnya Event Event : an instantaneous incident involving one or more objects (Matthiassen, 2000, p51). Event adalah kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih object.

39 Class Diagram Class Diagram memodelkan konsep dari domain aplikasi. Diagram kelas atau class diagram menunjukkan interaksi antar kelas dalam sistem. Dalam class diagram dapat digambarkan hubungan sebagai berikut : Generalization Generalisasi adalah suatu hubungan antara 2 subclass atau lebih dengan satu atau lebih super class. Gambar 3.5 Contoh hubungan generalisasi Assosiation Assosiation adalah hubungan komunikasi antara satu class dengan class lain. Multiplicities Multiplicities adalah hubungan satu class dengan banyak class Behavioral Pattern Behavioral Pattern : A description of possible event traces for all objects in a class (Matthiassen, 2000, p90). Behavioral Pattern adalah deskripsi dari event trace yang mungkin untuk seluruh object dalam sebuah class. Behavioral pattern ini ditampilkan dalam bentuk state chart diagram yang merupakan bentuk yang paling umum digunakan.

40 Sequence Diagram Diagram sekuensial atau Sequence diagram digunakan untuk menunjukkan aliran fungsionalitas dalam use case. Sequence diagram ini menggambarkan susunan peta komunikasi antara objek dan aktor dalam suatu urutan waktu, dimana setiap class memiliki sebuah lifeline (garis hidup) yang digambarkan sebagai sebuah garis lurus, dan setiap pesan yang dikirimkan digambarkan sebagai anak panah antara lifeline dari class tersebut. Gambar 3.6 Sequence Diagram Application Domain Analysis Application Domain Analysis bertujuan untuk mendefinisikan fungsi dan interface dari sistem. Aktivitas yang akan dilakukan pada tahap analisa ini mencakup definisi dari usage, functions, dan interface.

41 Use Case Diagram Use case adalah sekumpulan skenario yang menghubungkan antara user dan sistem. Aktor adalah sebuah role yang dimainkan seorang user terhadap sistem. Use case diagram adalah kumpulan dari use case dan aktor serta hubungannya. Notasi-notasi pada usecase diagram : Include Relasi include memungkinkan satu use case menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lainnya. Relasi ini dapat digunakan dengan alasan salah satu dari dua hal berikut: Pertama, jika dua atau lebih use case mempunyai bagian besar fungsionalitas yang identik, maka fungsionalitas ini dapat dipecah ke dalam use case tersendiri. Masing-masing use case kemudian menggunakan relasi include terhadap use case yang baru dibuat tersebut. Masalah kedua adalah relasi include bermanfaat untuk situasi jika sebuah use case mempunyai fungsionalitas yang terlalu besar, kemudian fungsionalitas yang besar tersebut dipecah menjadi dua buah use case yang lebih kecil, relasi include digunakan untuk menghubungkan dua buah use case hasil pemecahan.

42 59 Gambar 3.7 Include Relationship Extend Relasi extend memungkinkan satu use case secara optional menggunakan fungsionalitas yang disediakan oleh use case lainnya. Gambar 3.8 Extends Relationship Function Function : a facility for making a mode useful for actors (Matthiassen, 2000, p138). Aktivitas function bertujuan untuk mendefinisikan properties dari pemrosesan informasi dari sistem untuk membantu actor. Hasil akhir dari aktivitas ini adalah daftar lengkap dari fungsi-fungsi dengan spesifikasi dari fungsi-fungsi yang kompleks. Ada 4 tipe dari fungsi yaitu Update, Signal, Read, Complete.

43 Interface Interface : facilities that make a system s and functions available to actors (Matthiassen, 2000, p151). Aktivitas interface mempunyai tujuan untuk mengidentifikasikan kebutuhan akan interface dari system. Interface adalah suatu fasilitas yang membuat model dan function dapat berinteraksi dengan actor. Interface terdiri dari user interface dan system interface. Hasil dari aktivitas ini adalah perancangan screen atau form, navigation diagram, dan deskripsi lainnya Architecture Design Pada tahap ini akan dirancang arsitektur hubungan antara client dan server yang memadai untuk sistem agar dapat berjalan dengan baik. Laporan yang dihasilkan adalah Deployment Diagram. Deployment diagram adalah diagram yang menggambarkan processors, assigned components dan active objects. Gambar 3.9 Architectural Design

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI Kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customers) (Gasperz, 2006). Pengendalian kualitas secara statistik dengan

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Statistical Process Control Sachbudi Abbas Ras abbasras@yahoo.com Lembar 1 Flow Chart (dengan Stratifikasi): Grafik dari tahapan proses yang membedakan data berdasarkan sumbernya. Lembar Pengumpulan Data:

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN METODE SPC PADA

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 52 BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Dengan berdasarkan pada metodologi ini, penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016

7 Basic Quality Tools. 14 Oktober 2016 7 Basic Quality Tools 14 Oktober 2016 Dr. Kaoru Ishikawa (1915 1989) Adalah seorang ahli pengendalian kualitas statistik dari Jepang. As much as 95% of quality related problems in the factory can be solved

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Pemodelan Objek Pemodelan objek merupakan suatu metode untuk menggambarkan struktur sistem yang memperlihatkan semua objek yang ada pada sistem. (Nugroho, 2005, hal:37).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel.

BAB I PENDAHULUAN. B. Rumusan masalah Bagaimana cara pengendalian kualitas proses statistik pada data variabel. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengendalian Kualitas Statistik (Statistical Quality Control) secara garis besar digolongkan menjadi dua, yakni pengendalian proses statistik (statistical process control)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas Pengertian Kualitas Dimensi Kualitas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kualitas 2.1.1. Pengertian Kualitas Dalam buku yang berjudul Manajemen Operasi, Heizer & Render (2009:301) mendefinisikan pengertian kualitas sebagaimana dijelaskan oleh American

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan gambaran dari tahapan yang dilalui dalam menyelesaikan suatu masalah yang ditemui dalam sebuah penelitian, dimana dibuat berdasarkan latar belakang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi pemecahan masalah adalah serangkaian urutan langkah-langkah yang disusun secara sistematis untuk digunakan sebagai pedoman

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama.

BAB 2 LANDASAN TEORI. bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001, p2) Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses

BAB III METODE CONTROL CHART. sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses BAB III METODE CONTROL CHART 3.1 Control Chart Peta kendali atau Control Chart merupakan suatu teknik yang dikenal sebagai metode grafik yang di gunakan untuk mengevaluasi apakah suatu proses berada dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian 88 A B Analisis Sistem Berjalan Membuat Rich Picture dari sistem yang sedang berjalan Perancangan database

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Mutu Dalam dunia industri baik industri jasa maupun manufaktur mutu adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi bersaing.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengendalian Kualitas Pada

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah model yang menggambarkan sistem dan terdapat langkah-langkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Diharapkan

Lebih terperinci

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM

Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM Yuli Purwati, M.Kom USE CASE DIAGRAM UML UML (Unified Modeling Language) merupakan pengganti dari metode analisis berorientasi object dan design berorientasi object (OOA&D) yang dimunculkan sekitar akhir

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PROSES PRODUKSI 2.1.1 Pengertian Proses Produksi Proses produksi adalah metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 82 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Perumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Model dalam perumusan masalah dan pengambilan keputusan yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan langkah-langkah sistematis yang berperan penting sebagai pedoman dalam menyelesaikan dan memberikan solusi dari masalah yang timbul

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan yang nyata,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Agar penelitian berjalan dengan lebih terarah dan sistematis, maka digunakan flowchart sebagai pedoman dalam setiap

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Perumusan masalah dan Pengambilan Keputusan Model perumusan masalah dan pengambilan keputusan yanag digunakan dalam skripsi ini dimulai dengan melakukan observasi

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dengan baik dibutuhkan suatu metodologi penelitian yang merupakan urutan atau langkah-langkah yang sistematis yang harus dilakukan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Soendoro dan Haryanto (2005), definisi dari sistem dapat

BAB III LANDASAN TEORI. Menurut Soendoro dan Haryanto (2005), definisi dari sistem dapat BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Soendoro dan Haryanto (2005), definisi dari sistem dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaitu pendekatan prosedur dan pendekatan komponen. Dengan pendekatan prosedur

Lebih terperinci

Unified Modelling Language UML

Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language UML Unified Modelling Language (UML) adalah sebuah "bahasa" yang telah menjadi standar dalam industri untuk visualisasi, merancang dan mendokumentasikan sistem piranti lunak.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem dapat beroperasi dalam suatu lingkungan, jika terdapat unsur unsur yang ditandai dengan saling berhubungan dan mempunyai satu fungsi atau tujuan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pasar nasional negara lain. Dalam menjaga konsistensinya perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Banyaknya perusahaan di era globalisasi memicu keberadaan produk lokal dan nasional tidak akan luput dari tuntutan persaingan, selain itu juga mempunyai peluang

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X)

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK BAKERY BOX MENGGUNAKAN METODE STATISTICAL PROCESS CONTROL (STUDI KASUS PT. X) Rika Gracia *), Arfan Bakhtiar Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Pengertian Aplikasi Aplikasi adalah suatu subkelas perangkat lunak komputer yang memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna.

Lebih terperinci

MAKALAH ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM II USE CASE DIAGRAM

MAKALAH ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM II USE CASE DIAGRAM MAKALAH T02/Use Case Diagram ANALISIS & PERANCANGAN SISTEM II USE CASE DIAGRAM Nama : Abdul Kholik NIM : 05.05.2684 E mail : ik.kyoe.san@gmail.com Sumber : http://artikel.webgaul.com/iptek/unifiedmodellinglanguage.htm

Lebih terperinci

Oleh : RAHMADY LIYANTANTO

Oleh : RAHMADY LIYANTANTO Analisa Desain Berorientasi Objek Pengantar uml Oleh : RAHMADY LIYANTANTO TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TRUNOJOYO 2011 Topik Bahasan Pengenalan Berorientasi Objek Pemodelan visual UML

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2009, hlm.38), menyatakan bahwa objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan berikut : Metodologi pemecahan masalah yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 4.1 Mulai Studi Pendahuluan Studi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL

STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL STRATEGI PERBAIKAN KUALITAS GULA BERDASARKAN KEMAMPUAN PROSES KONTROL Mila Faila Sufa * 1, Dina Ariningsih 2 1,2 Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1. Aplikasi Pengertian aplikasi adalah program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan hasil yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

DAFTAR PUSTAKA KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR Alhamdulillahi Rabbil alamin, Puji dan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta ala. Karena atas izin-nya, makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini dibuat sebagai tugas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Produksi merupakan sebuah siklus yang dilakukan oleh perusahaan dalam penyediaan barang atau jasa yang akan ditawarkan kepada pasar demi keberlangsungan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah memberikan garis-garis besar tahapan penelitian secara keseluruhan yang disusun secara sistematis sehingga pada pelaksanaannya, penelitian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR SIMBOL... xx BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR TABEL... xvii. DAFTAR SIMBOL... xx BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR TABEL... xvii DAFTAR SIMBOL... xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Maksud dan Tujuan...

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Kualitas merupakan suatu istilah relatif dan tergantung pada situasi. Kualitas pun tidak hanya tercipta dalam bentuk suatu produk tapi bisa juga dalam bentuk

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Tedy Chandra 0600657693

Lebih terperinci

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS

LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 195 LAMPIRAN A KERANGKA DOKUMEN ANALISIS 1. The Task. Penjelasan ringkas dari latar belakang dan hubungan dokumen. 1.1 Purpose. Maksud keseluruhan dari proyek pengembangan sistem. 1.2 System Definition.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Angga Adhytiawan

Lebih terperinci

DASAR REKAYASA PERANGKAT LUNAK

DASAR REKAYASA PERANGKAT LUNAK DASAR REKAYASA PERANGKAT LUNAK PEMODELAN ANALISIS KEBUTUHAN Institut Teknologi Sumatera DEFINISI MODEL ANALISIS Menurut Ian Sommerville(2011) Model Analisis adalah suatu teknik untuk merepresentasikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kualitas (Quality) BAB 2 LANDASAN TEORI Dalam dunia industri banyak sekali hal-hal yang dapat mempengaruhi proses produksi, salah satunya yang menjadikan penentu suatu keberhasilan produksi adalah kualitas dari barang yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di Super Shop and Drive: Gambar 3.1 Metodologi Penelitian 83 1 Aktivitas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Studi Ganda Teknik Industri Sistem Informasi Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Ganjil 2006/2007 SKRIPSI PROGRAM GANDA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Johan Kesuma Harsa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Rancang Bangun Menurut Jogiyanto (2005), Rancang Bangun (desain) adalah tahap dari setelah analisis dari siklus pengembangan sistem yang merupakan pendefinisian dari kebutuhankebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk membantu menyelesaikan masalah dengan mudah. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

U M L. Unified Modeling Language

U M L. Unified Modeling Language U M L Unified Modeling Language FUNGSI Penggunaan UML itu sendiri tidak terbatas hanya pada dunia software modeling, bisa pula digunakan untuk modeling hardware (engineering systems) dan sering digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 35 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode dasar analisis deskriptif analitis. Metode ini berkaitan dengan pengumpulan data yang berguna untuk memberikan gambaran

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam organisasi atau perusahaan agar tetap survive. Ada berbagai berbagai cara untuk mewujudkannya, di mana salah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka

BAB III METODE PENELITIAN. dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan Sanggar Pusaka BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian 1. Obyek Penelitian. Penelitian ini akan dilakukan pada proses bahan baku, proses produksi, dan juga produk jadi Crude Palm Oil (CPO) PT Kalimantan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN

Seminar Nasional IENACO 2014 ISSN Seminar Nasional IENACO 204 ISSN 2337-4349 PENGENDALIAN KUALITAS PADA MESIN INJEKSI PLASTIK DENGAN METODE PETA KENDALI PETA P DI DIVISI TOSSA WORKSHOP Much. Djunaidi *, Rachmad Adi Nugroho 2,2 Jurusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Teori sistem secara umum yang pertama kali diuraikan adalah istilah sistem yang sekarang ini banyak dipakai. Banyak orang berbicara mengenai karakteristik

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK GARAM PADA PT. SUSANTI MEGAH SURABAYA Retno Indriartiningtias Laboratorium Ergonomi dan APK Jurusan Teknik Industri Universitas Trunojoyo, Madura Email : artiningtias@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Proyek 2.1.1. Pengertian Manajemen Menurut James A.F. Stoner (2006) Manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Kualitas Dalam kehidupan sehari-hari seringkali kita mendengar orang membicarakan masalah kualitas, misalnya: mengenai kualitas sebagian besar produk buatan luar negeri

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Model Perumusan Masalah Metodologi penelitian penting dilakukan untuk menentukan pola pikir dalam mengindentifikasi masalah dan melakukan pemecahannya. Untuk melakukan pemecahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas 2.1.1 Definisi Kualitas Sebagian orang berpendapat bahwa kualitas yang baik adalah barang yang lebih kuat, barang yang lebih awet, dan sebagainya, ataupun yang lebih umum

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengendalian Kualitas 3.1.1 Definisi Kualitas Tinggi rendahnya kualitas suatu produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan, berhubungan langsung dengan kepuasan dan kepercayaan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL

KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KULIAH 4-6 PENGENDALIAN KUALITAS STATISTIKA UNTUK DATA VARIABEL KOMPETENSI Mahasiswa dapat menyusun peta pengendali kualitas proses statistika untuk data variabel dengan menggunakan software statistika,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat yang mempunyai variasi tertentu yang

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Komponen Sumber Daya Manusia dalam Ruang Lingkup Fakultas. Nuraeny (2010) mengemuckakan bahwa Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Komponen Sumber Daya Manusia dalam Ruang Lingkup Fakultas. Nuraeny (2010) mengemuckakan bahwa Sumber Daya Manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komponen Sumber Daya Manusia dalam Ruang Lingkup Fakultas Nuraeny (2010) mengemuckakan bahwa Sumber Daya Manusia yang ada dalam ruang lingkup Universitas khususnya pada tiap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kaizen Kaizen merupakan istilah bahasa Jepang terhadap konsep continuous incremental improvement. Kai berarti perubahan dan Zen berarti baik. Menurut Tjiptono dan Diana

Lebih terperinci

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module.

Sumber : PQM Consultant QC Tools Workshop module. Sumber : PQM Consultant. 2011. 7QC Tools Workshop module. 1. Diagram Pareto 2. Fish Bone Diagram 3. Stratifikasi 4. Check Sheet / Lembar Pengecekan 5. Scatter Diagram / Diagram sebar 6. Histogram 7. Control

Lebih terperinci

STATISTICAL PROCESS CONTROL

STATISTICAL PROCESS CONTROL STATISTICAL PROCESS CONTROL Sejarah Statistical Process Control Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil menghasilkan produk-produk sederhana, seperti

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Dasar/Umum Teori-teori yang menjadi dasar penulisan adalah sebagai berikut : 2.1.1 Sistem Pengertian sistem menurut Williams dan Sawyer (2005, p457) adalah sekumpulan

Lebih terperinci

Unified Modeling Language

Unified Modeling Language 2011 Unified Modeling Language Metode Perancangan Program Kelompok 10: Andika Nugraha (1401094756) Alfred Mansel (1401095506) Daniel Sidarta (1401096433) Marcell Bonfilio (1401094850) Bina Nusantara University

Lebih terperinci

PERANCANGAN BERORIENTASI OBJEK

PERANCANGAN BERORIENTASI OBJEK PERANCANGAN BERORIENTASI OBJEK 1. PENDAHULUAN Analisis dan disain berorientasi objek adalah cara baru dalam memikirkan suatu masalah dengan menggunakan model yang dibuat menurut konsep sekitar dunia nyata.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistical Process Control (SPC) Statistical Process Control (SPC) merupakan teknik penyelesaian masalah yang digunakan sebagai pemonitor, pengendali, penganalisis, pengelola,

Lebih terperinci