PROFIL KOTA BONTANG GAMBARAN UMUM
|
|
- Widyawati Darmadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PROFIL KOTA BONTANG Sumber : Dokumentasi Best Practice Kota-Kota, Jilid 4, 2008 Kota Bontang sebelumnya merupakan perkampungan yang terletak di daerah aliran sungai. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan perkembangan wilayah, Bontang menjadi sebuah kota otonom pada tanggal 12 Oktober Mayoritas penduduk Kota Bontang terdiri dari 4 suku: Bugis, Banjar, Kutai dan Jawa. Potensi terbesar Bontang ada pada wilayah pesisir dan laut. Wilayah terluas Bontang adalah laut (70,29 %). Peluang investasi Kota Bontang masih sangat terbuka, mengingat posisi Kota Bontang yang terletak di poros jalur Trans Kalimantan dan jalur Selat Makassar. Saat ini Kota Bontang sedang mengembangkan sektor pariwisata laut dan jasa pelabuhan. GAMBARAN UMUM Letak Geografis : BT dan LU Luas Wilayah : ha (4 mil laut) A. Luas daratan : Ha (29,71%) B. Luas lautan : Ha (70,29%) Batas Wilayah > Sebelah Utara : Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur > Sebelah Selatan : Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kertanegara > Sebelah Timur : Selat Makassar > Sebelah Barat : Kecamatan Sangatta Kabupaten Kutai Timur Jumlah penduduk : jiwa (per 30 April 2006) Kepadatan Penduduk : 884,01 jiwa/km2 Jumlah Kecamatan : 3 Kecamatan Jumlah Kelurahan : 15 Kelurahan 1
2 PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI PROGRAM PENYALURAN DANA BERGULIR KOTA BONTANG Latar Belakang Kota Bontang menjadi daerah otonom sejak 12 Oktober Wilayah Kota Bontang 70,30% adalah perairan (laut) dan sisanya 29,70% adalah daratan dengan komposisi penggunaan lahan yang terdiri dari kawasan hutan lindung dan pertanian, kawasan industri dan kawasan terbangun perkotaaan. Walaupun distribusi penduduk terpadat berada di pesisir pantai, namun perekonomian didominasi sektor industri (90.14%) yang terdiri dari industri minyak bumi, gas alam cair dan olahan lainnya (seperti amoniak, urea, melamin, batubara, karung plastic). Sedikitnya ada delapan perusahaan yang bergerak di bidang industri pengolahan gas alam cair dan dua diantaranya berskala besar (PT Badak LNG dan PT Pupuk Kaltim). Sektor perekonomian lainnya berasal dari hasil laut dan penyedia jasa. Dengan letaknya yang strategis, yakni berada pada lintasan trans Kalimantan dan Selat Makassar, Kota Bontang mempunyai komitmen untuk menjadi kota industri, perdagangan dan jasa yang handal pada skala regional. Namun pengembangan dan penggalian potensi sumber daya alam selain migas sampai saat ini dirasakan belum maksimal. Sampai saat ini kondisi nelayan di pesisir pantai masih terbelakang dan terbentur pada minimnya modal yang dimiliki. Hal yang sama juga terjadi di sektor perdagangan, masyarakat Kota Bontang belum terbiasa dengan kegiatan wirausaha. Masyarakat Kota Bontang yang memiliki usaha, mayoritas adalah pendatang dari luar Kota Bontang yang memiliki usaha, mayoritas adalah pendatang dari luar Kota Bontang. Sampai saat ini, pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi berupaya memfasilitasi dan mendukung terbentuknya kelompok-kelompok usaha dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat. Situasi Sebelum Inisiatif Keadaan masyarakat sangat bergantung pada sektor industri. Hal ini mempengaruhi pola mata pencaharian masyarakat yang selalu mengandalkan proyek pertambangan sebagai lahan usaha, sehingga tidak terbiasa dengan kegiatan wirausaha. Sementara di wilayah pesisir, keadaaan sosial para nelayan dan pembudi daya masih dalam taraf miskin, sehingga pengembangan di sektor perikanan terbentur pada kurangnya modal. Walaupun ada yang ingin mengembangkan usaha, kebanyakan dari mereka tidak mengetahui jalur mana yang harus ditempuh. Keengganan berusaha juga dipengaruhi oleh prosedur persyaratan yang rumit. 2
3 Inisiatif Pemerintah Kota Bontang melalui Walikota Bontang dr. H. A. Sofyan Hasdam, Sp. S berinisiatif untuk mengupayakan alternative pembiayaan di luar perbankan dalam bentuk dukungan permodalan bagi usaha mikro, usaha kecil dan koperasi. Pemberian pinjaman difokuskan pada usaha skala tersebut, karena selama ini ketiga sektor tersebut memiliki potensi yang tinggi untuk dikembangkan dan dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat. Pemberian modal dilakukan dengan pola pinjaman dana bergulir yang diberikan maksimal tiga tahun dengan tingkat suku bunga 6% /tahun. Strategi yang Diterapkan 1. Kebijakan: Dalam hal dukungan pendanaan, Pemerintah Kota Bontang berkomitmen untuk melakukan pembiayaan program dari APBD murni yang ditempatkan sebagai modal awal yang digulirkan ke pihak BPD Kaltim dengan rincian tahun 2002 sebesar Rp. 3 miliar dan tahun 2003 sebesar Rp. 2 miliar. Pemerintah Kota Bontang selanjutnya melakukan kesepakatan dengan pihak BPD Kaltim dalama bentuk Perjanjian Kerjasama antara Walikota Bontang dengan BPD Kaltim Cabang Bontang tentang Kerjasama Pelaksanaan Pinjaman Dana Bergulir dengan Pola Penjaminan No. 080/26/Pemkot-KB/VII/2002 dan 020/BPP-PTS/PRJ/VIII/2002. Pemerintah Kota Bontang selaku penyelenggara program selanjutnya melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Hasil koordinasi sepakat untuk membentuk kelompok kerja dana bergulir yang dituangkan dalam SK. Walikota Bontang Tahun 2002 No. 437 dengan unsur-unsur: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Dinas Pertanian Dinas Perikanan dan Kelautan BKKBN Bank BPD Cabang Bontang Dinas Tenaga Kerja 2. Implementasi: Pokja Program Penyaluran Dana Bergulir menetapkan kriteria untuk penerima pinjaman dana bergulir baik untuk usaha mikro, kecil maupun koperasi (Gambar tabel 1). Selanjutnya, calon penerima pinjaman mengajukan proposal kepada pokja dengan mengisi formulir yang telah disediakan. 3
4 PROPOSAL Oleh Calon Penerima Pinjaman TIM POKJA PROGRAM DANA BERGULIR Skema Seleksi Penerima Pinjaman Dana Bergulir Seleksi Administratif: 1. Kelembagaan 2. Kelengkapan Organisasi 3. Kegiatan usaha yang ada dan akan dilaksanakan 4. Rencana penggunaan dana bergulir yang akan diterima 5. Laporan keuangan tahun yang lalu / tahun berjalan SETUJU TIDAK Identifikasi Lapangan TIDAK SETUJU REKOMENDASI S.K Ketua POKJA PROGRAM DANA BERGULIR Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bontang Setelah penerima pinjaman terpilih, atas rekomendasi tim teknis, maka penerima pinjaman diwajibkan untuk membuka normor rekening tabungan pada bank pelaksana. Rekening tersebut dimaksudkan untuk menerima transfer dana bergulir. Besaran dana bergulir yang diterima: a. Maksimal Rp ,- untuk pengusaha mikro; b. Maksimal Rp ,- untuk pengusaha kecil; c. Maksimal Rp ,- untuk koperasi. Setiap dana bergulir yang telah disalurkan, dikenakan bunga sebesar 6% per tahun dengan rincian: a. 2% diberikan kepada bank sebagai pembayaran jasa atas pembinaan, pemantauan dan pengawasan. b. 2% dibukukan ke rekening pokja sebagai dana pembinaan. c. 2% dimasukkan kepada kas daerah sebagai PAD untuk selanjutnya disalurkan kepada pengusaha mikro, kecil dan koperasi sebagai bentuk insentif apabila mengembalikan pinjaman tepat waktu. Jika tidak tepat waktu bunga tersebut dimasukkan ke rekening Pemko Bontang sebagai penambahan modal. 4
5 Tabel 1. Persyaratan Program Penerima Dana Bergulir No. Usaha Mikro/Kecil Koperasi 1 Memiliki Kelayakan Usaha dan aktivitas usaha Koperasi primer dan berbadan hukum. produktif, memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp ,- tidak termasuk tanah dan bangunan. 2 Prioritas pada usaha produk unggulan daerah dan memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp. 1 Memiliki anggota yang bergerak di berbagai sektor usaha produktif. miliar. 3 Lulus seleksi yang telah dilakukan oleh Pokja. Memiliki pengurus dan pengawas yang dipilih dan diangkat oleh anggota. 4 Mempunyai jaminan, milik Warga Negara Indonesia, berdiri sendiri bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. 5 Berbentuk usaha perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum atau badan usaha yang berbadan hukum. 6 Tidak mempunyai tunggakan / pinjaman pada pihak lain. 7 Mengajukan permohonan pinjaman kepada pokja dengan mengisi formulir yang telah disediakan. Diprioritaskan yang mendapatkan penilaian sehat atau cukup sehat. Diprioritaskan pada koperasi yang belum pernah mendapatkan bantuan dari pihak lain. Tidak mempunyai pinjaman di bank atau pihak lain. Mengajukan proposal kepada pokja dengan mengisi formulir yang telah disediakan 8 Memiliki kelayakan usaha 9 Mempunyai jaminan 10 Lulus seleksi yang telah dilakukan oleh pokja Bagi para calon peminjam yang mengalami kesulitan untuk memenuhi persyaratan dikarenakan tidak mempunyai jaminan, Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Perindagkop memberikan kemudahan dengan memfasilitasi pembuatan Sertifikat Hak Milik (SHM). Secara jelas, alur pinjaman dana bergulir dapat dilithat dalam skema di bawah ini: Skema Pinjaman Dana Bergulir BPD Kaltim Cabang Bontang 1 Tim Teknis Pelaksana (POKJA) 1. Sekda selaku Ketua Pokja 2. Dinas Perindagkop 3. Dinas Pertanian 4. Dinas Perikanan dan Kelautan 5. BKKBN 6. Bank BPD Cabang Bontang 7. Dinas Tenaga Kerja 3 1. Koperasi Simpan- Pinjam Putra Bangsa 2. Koperasi Simpan- Pinjam Rawa Indah 3. Koperasi Simpan- Pinjam Syariah Halal Bank Transfer Dana Bergulir Penerima Pinjaman 2 5
6 Hasil yang Dicapai Sejak ditempatkannya modal awal pada tahun 2002 dan tahun 2003 sebesar Rp 5 miliar ke Bank Pembangunan Daerah Kaltim Cabang Bontang, telah terjadi penambahan modal yakni sebesar Rp miliar pada tahun 2007 dengan realisasi penyaluran keapda 724 peminjam. Berikut perkembangan dana bergulir Pemerintah Kota Bontang periode Tahun : Tabel 2. Laporan Perkembangan Dana Bergulir Periode Tahun No. Tahun Volume Angsuran Sisa Pinjaman Tunggakan Jumlah Peminjam Pokok Bunga Pokok Bunga , , , , , , , , , , , , , , , , Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bontang Program penyaluran dana bergulir, telah membantu memberikan dorongan motivasi kepada masyarakat serta menunjukkan adanya keterlibatan partisipasi masyarakat yang sangat tinggi untuk melakukan berbagai kegiatan perekonomian baik dalam bentuk usaha kecil, menengah maupun masuk menjadi anggota koperasi. Tabel 3. Data Pertumbuhan UKM Tahun No. Jumlah Satuan Tahun Usaha Kecil Unit Usaha Menengah Unit Volume Usaha Kecil Rp. (Juta) Volume Usaha Menengah Rp. (Juta) Karyawan Usaha Kecil Orang Karyawan Usaha Menengah Orang Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bontang Data pada tabel 3. menunjukkan bahwa pada setiap tahun di Kota Bontang telah muncul wirausaha baru. Program dana bergulir telah membantu para wirausaha untuk mendapatkan perkuatan permodalan. Masyarakat menjadi terbiasa untuk berurusan dengan pihak bank (bankable). Selama periode tahun 2002 s/d tahun 2006, realisasi penyaluran dana bergulir sebesar Rp ,- dengan jumlah peminjam sebanyak 592 orang dengan rincian sebagai berikut: No. Jumlah Unit/orang Nominal (Rp) 1 Usaha Mikro ,- 2 Usaha Kecil ,- 3 Usaha Kelompok ,- 4 Koperasi ,- Total Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bontang 6
7 Sama halnya dengan pertumbuhan UKM, di bidang perkoperasian juga menunjukkan pertumbuhan yang sangat signifikan. Animo masyarakat Kota Bontang untuk bergabung menjadi anggota ataupun non anggota Koperasi dilatarbelakangi oleh kemampuan pelayanan koperasi dalam memberikan nilai manfaat yang cukup memadai. Berbagai variable yang diberikan oleh koperasi seperti: insentif, SHU yang dibagikan, bunga simpanan yang lebih tinggi, pelayanan yang lebih cepat, jaminan simpanan yang pasti dan hak-hak lain menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi. Tabel 4. Perkembangan Koperasi Periode Tahun No. Uraian Tahun Jumlah Koperasi Jumlah Koperasi Aktif Jumlah Koperasi yang RAT Jumalh Anggota (orang) Jumlah Karyawan (orang) Modal Sendiri (Rp.) Modal Luar (Rp.) Asset (Rp.) Omset (Rp.) SHU (Rp.) Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bontang Tabel 5. Prosentase Perkembangan Koperasi Tahun No. Uraian Tahun Jumlah Koperasi (%) Jumlah Koperasi Aktif (%) Jumlah Koperasi yang RAT (%) Jumlah Anggota (%) Jumlah Karyawan (%) Modal Sendiri (%) Modal Luar (%) Asset (%) Omset (%) SHU (%) Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bontang Tumbuhnya kegiatan berusaha baik dalam bentuk usaha kecil, menengah maupun koperasi dengan sendirinya memberikan dampak positif bagi masyarakat. Maraknya kelompok-kelompok usaha atau wirausaha baru membantu terciptanya peluang lapangan kerja baru. Nama Kota Bontang dapat dikenal luas tidak hanya dikarenakan kekayaaan hasil tambangnya tetapi juga karena potensi unggulan lainnya. Keberlanjutan Pemerintah Kota Bontang secara berkala direncanakan melakukan penambahan alokasi dana APBD dalam bentuk penambahan jumlah modal dana bergulir. Pemko juga berupaya untuk melakukan peninjauan ulang MoU yang dibuat dengan BPD Kaltim Cabang Bontang dnegan mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan untuk bekerjasama dengan bank lain. Dalam hal pengembangan program, Dinas Perindagkop berupaya untuk melakukan sinkronisasi program dengan komite penanganan 7
8 kemiskinan, dimana program dana bergulir diharapkan juga dapat membantu masyarakat miskin untuk memperkuat usahanya. Dinas Perindagkop sebagai lembaga teknis yang menangani program penyaluran dana bergulir juga berupaya untuk membantu membuka peluang pasar serta memberikan berbagai macam kegiatan pelatihan. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan kegiatan usaha dari sisi manajerial dan produktifitas agar mampu bersaing dengan produk serupa lainnya yang berasal dari luar Kota Bontang. Dalam upaya untuk menjaga konsistensi program dan memberikan pendidikan bagi masyarakat, dinas perindagkop melakukan pembatasan pemberian pinjaman maksimum sebanyak tiga kali kepada para peminjam. Dengan ketentuan ini, maka peminjam diharapkan mampu untuk terus-menerus melakukan inovasi atau pengembanganpengembangan lebih lanjut terhadap kegiatan usahanya. Program penyaluran dana bergulir telah berjalan selama lima tahun, tetapi sampai saat ini belum ada tim yang melakukan evaluasi terhadap tingkat kemandirian usaha. Penilaian tingkat kemandirian hanya didasarkan pada asumsi tingkat kelancaran pengembalian pinjaman. Pelajaran yang Dapat Diambil Untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan sejahtera, kelompok usaha yang mempunyai modal terbatas perlu mendapat dukungan permodalan dengan kemudahan persyaratan dan kebijakan yang mendukung. Kemampuan Tular Program pemberian pinjaman dana bergulir dapat dilakukan oleh pemerintah daerah lain sebagai bentuk kebijakan yang mendukung pemberdayaan ekonomi rakyat. Berdasarkan pengalaman Pemerintah Kota Bontang, pokja pinjaman dana bergulir memerlukan waktu yang tidak singkat untuk melakukan sosialisasi sekaligus menanamkan kesadaran kepada masyarakat untuk berwirausaha. Hambatan lain yang dihadapi adalah sulitnya merubah psikologis masyarakat bahwa dana pemerintah adalah hibah yang tidak perlu dikembalikan. Berdasarkan keterangan yang didapat dari berbagai narasumber, bagi pemerintah daerah lain yang ingin menerapkan program yang sama hendaknya juga memikirkan untuk menyiapkan suatu tim yang benar-benar dikonsentrasikan untuk pengembangan program. Sebab ternyata, lemahnya pengawasan dan rendahnya evaluasi yang dilaukan menajdi salah satu penyebab terjadinya kredit macet (penerima pinjaman yang menunggak). Selain itu faktor penyebab lainnya adalah rendahnya kemampuan usaha mikro dan kecil dalam membuat neraca laporan keuangan. Bagi pemerintah kota lain yang ingin mempelajari program penyaluran dana bergulir selain juga mempertimbangkan hambatan-hambatan diatas juga hendaknya memperhitungkan kapan waktu yang tepat untuk mengeluarkan danan bergulir tersebut. 8
9 KONTAK PENGHUBUNG PEMKO BONTANG Nama : Ir. Hj. S. Nurul Hidayati, M. M. Jabatan : Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Alamat : Jl. M. H. Thamrin No. 42 Bontang No. Telp : Fax : - HP : - APEKSI Nama : Tri Utari Jabatan : Staf Peningkatan Kapasitas Kota Alamat : Rasuna Office Park III WO Komplek Rasuna Epicentrum Jl. H. R. Rasuna Said Kuningan Jakarta No. Telp. : , Fax : HP : triutari@apeksi.or.id 9
IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang. Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang
51 IV. GAMBARAN UMUM KOTA BONTANG 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kota Bontang Gambar 4.1 Peta Wilayah Kota Bontang 52 Kota Bontang terletak antara 117 23 BT - 117 38 BT dan 0 01 LU - 0 12 LU atau berada pada
Lebih terperinciProfil Kota Tarakan GAMBARAN UMUM
Profil Kota Tarakan Sumber : Dokumentasi Best Practice Kota-Kota, Jilid 4, 2008 Kota Tarakan memiliki posisi yang sangat strategis bagi provinsi Kalimantan Timur, yaitu sebagai penggerak pertumbuhan wilayah
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN USAHA KECIL DENGAN PENYEDIAAN DANA BERGULIR PENGEMBANGAN
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007
GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) PADA DINAS KOPERASI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI PAKPAK BHARAT
BUPATI PAKPAK BHARAT PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN USAHA BAGI MASYARAKAT MELALUI KREDIT NDUMA PAKPAK BHARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian terbesar dalam perekonomian Indonesia, indikator tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai sektor
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG
SALINAN 1 BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN PROGRAM PEMBERDAYAAN POTENSI KESEJAHTERAAN SOSIAL MASYARAKAT (P2KSM) KABUPATEN PURWOREJO
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 24 TAHUN : 2007 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 29 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN DANA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 68 TAHUN 2008/434.013/2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMPANG NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH
Lebih terperinciBUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G
BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 03 TAHUN 2013 T E N T A N G PETUNJUK TEKHNIS PELAKSANAAN PROGRAM FASILITASI PEMBIAYAAN KELOMPOK USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN BIMA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PERLUASAN KREDIT USAHA RAKYAT DENPASAR, 20 APRIL 2011 1 Peran UMKMK Jumlah pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) sebanyak 51,3 juta unit usaha UMKM menyerap tenaga
Lebih terperinciGUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM
GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM PERATURAN GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 83 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PERKUATAN PERMODALAN BAGI KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR NANGGROE
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 10 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Kabupaten Lebak 4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak beribukota di Rangkasbitung
Lebih terperinciWALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE
SALINAN WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR SAMISAKE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM PENINGKATAN EKONOMI KERAKYATAN MELALUI PINJAMAN MODAL USAHA DENGAN POLA DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN PINJAMAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR KEPADA PT BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA TIMUR Tbk DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI USAHA MIKRO DAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciPERTANGGUNG JAWABAN PEMEBRIAN DANA EKONOMI KERAKYATAN OLEH DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA BANDAR LAMPUNG
PERTANGGUNG JAWABAN PEMEBRIAN DANA EKONOMI KERAKYATAN OLEH DINAS KOPERASI DAN USAHA KECIL MENENGAH, PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN KOTA BANDAR LAMPUNG Muhammad Gilang Adie N Hukum Administrasi Negara, Fakultas
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR
PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 29 TAHUN 2007 TENTANG PENGUATAN PEMODALAN KOPERASI, USAHA MIKRO DAN KECIL POLA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa koperasi, usaha
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3 A TAHUN 2005 Lampiran : TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR BAGI KOPERASI, USAHA KECIL MENENGAH DAN KELOMPOK USAHA PRODUKTIF
Lebih terperinciTENTANG. memperluas. pembiayaan; Undang-Undang. 2. Tahun 2003
KEMENTERIAN NEGARAA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR
Lebih terperinciBUPATI KUTAI KARTANEGARA
BUPATI KUTAI KARTANEGARA PERATURAN BUPATI KUTAI KARTANEGARA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN UNTUK PENGEMBANGAN KELOMPOK
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SAMARINDA
PEMERINTAH KOTA SAMARINDA PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR : 08 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN MODAL KERJA BERGULIR KEPADA KOPERASI, USAHA MENENGAH KECIL DAN MIKRO DALAM WILAYAH KOTA
Lebih terperinciV. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS
V. SEJARAH PENGEMBANGAN KOMUNITAS 5.1 Bantuan Modal 5.1.1 Bantuan Modal dari BUMN Bantuan dari pemerintah berupa pinjaman modal dan prasarana produksi pernah dilaksanakan sebelum tahun 2001 (Diperindag
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. daerah melalui pengembangan sistem ekonomi kerakyatan, sehingga mampu
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan dibidang ekonomi kerakyatan sebagai upaya meningkatkan pendapatan masyarakat Bandar lampung, telah ditempuh berbagai terobosan antara
Lebih terperinciLAMPIRAN 1 TAMPILAN LAYAR YANG DIHASILKAN
L1 LAMPIRAN 1 TAMPILAN LAYAR YANG DIHASILKAN Lampiran 1 Gambar Login Lampiran 2 Gambar Form Pendaftaran Anggota L2 Lampiran 3 Gambar Form Permohonan kredit L3 Lampiran 4 Gambar Form Persyaratan Kredit
Lebih terperinciUpaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA
KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008
Lebih terperinciPERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 36/PER/LPDB/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI
Lebih terperinciRancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Rancangan Program/Kegiatan Prioritas Deputi Bidang Pembiayaan Tahun 2017 Oleh : Ir. Braman Setyo, M.Si Deputi Bidang Pembiayaan Bali,
Lebih terperinciBest Practices Anggota APKASI 2003
Best Practice : Pembentukan LEPP-M3 sebagai Upaya Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Yayasan Inovasi Pemerintahan Daerah (YIPD) Jl. Tebet Barat Dalam III A no 02 Jakarta 12810, Indonesia Phone: +62-21-83794469
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 26 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 607 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA PINJAMAN MODAL USAHA KEGIATAN PENGEMBANGAN
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.1.1 Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 Kerangka Ekonomi Daerah dan Pembiayaan
Lebih terperinciS A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO
02 Maret 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR 28 S A L I N A N PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 28 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS KREDIT MODAL KERJA USAHA MIKRO DI KABUPATEN PROBOLINGGO
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU
PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU, Menimbang : a.
Lebih terperinciPROFIL KOTA MOJOKERTO
PROFIL KOTA MOJOKERTO Sumber : Dokumentasi Best Practice Kota-Kota, Jilid 4, 2008 Kota Mojokerto sebagai salah satu bagian dari wilayah Gerbang Kertasusila, memiliki posisi strategis dalam mendukung pengembangan
Lebih terperinciPEMBERIAN BANTUAN PEMBANGUNAN / PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN KOTA SURAKARTA
PEMBERIAN BANTUAN PEMBANGUNAN / PERBAIKAN RUMAH TIDAK LAYAK HUNI BAGI MASYARAKAT MISKIN KOTA SURAKARTA Sumber: Dokumentasi Best Practice Kota-kota, Jilid 4, 2008 Situasi Sebelum Inisiatif Seperti kebanyakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYALURAN DAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KABUPATEN KEPAHIANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPAHIANG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR
PERATURAN NOMOR 15 Tahun 2009 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR KREDIT USAHA MIKRO KUDUS DI KABUPATEN KUDUS Menimbang a. bahwa untuk memberdayakan usaha mikro yang ada di Kabupaten Kudus perlu disediakan
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR: 011/PER/LPDB/2011 TENTANG
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. membiayai usaha yang dijalankan. Peran bank bagi perkembangan dunia usaha. permodalan dan pengembangan usaha masyarakat.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berkontribusi cukup tinggi dalam perekonomian nasional, khususnya dalam membantu masyarakat membiayai usaha yang dijalankan.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA. A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA A. Proses Penyaluran Dana Bergulir BPLM Di Kabupaten Kulon Progo Para calon penerima dana bergulir yang ingin mendapatkan fasilitas kredit dana bergulir dari Dinas
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/39/PBI/2005 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/39/PBI/2005 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa usaha mikro, kecil
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN DANA PENGUATAN MODAL UNTUK USAHA EKONOMI PRODUKTIF MASYARAKAT MISKIN SERTA PENGUSAHA MIKRO DAN KECIL DI PROVINSI BALI GUBERNUR
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E
BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 32 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 618 TAHUN 2010 T E N T A N G PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DANA INVESTASI DAERAH NON PERMANEN UNTUK
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. usaha besar yang mengalami gulung tikar didera krisis. Pada saat yang bersamaan pula,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) merupakan basis usaha rakyat yang secara mengejutkan mampu bertahan ditengah krisis ekonomi tahun 1997. Pada saat itu banyak usaha besar
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2007
GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYALURAN DAN PENGEMBALIAN DANA PERKUATAN MODAL USAHA KELOMPOK (PMUK) BERGULIR SUB SEKTOR TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR
SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH
Lebih terperinci10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 tentang Kegiatan
Lebih terperinciPERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG MODAL PENYERTAAN PEMERINTAH PADA KOPERASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang
Lebih terperinciVI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG
VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG Latar belakang diluncurkannya fasilitas kredit BNI Tunas Usaha (BTU) adalah Inpres Presiden No. 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan
Lebih terperinci2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah
2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYERTAAN MODAL KEPADA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO NON PERBANKAN (KOPERASI DAN NON KOPERASI)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG SALINAN PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEGIATAN UNIT USAHA JASA KEUANGAN MIKRO BADAN USAHA MILIK
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 22 TAHUN 2006 TENTANG PERSYARATAN DAN PROSEDUR BANTUAN PERMODALAN BERGULIR UNTUK PEMBINAAN PERMODALAN KOPERASI KABUPATEN BADUNG BUPATI BADUNG, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG
nis 2006 11-08-2006 1.2005Draft tanggal, 28 Juli 2006 PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 14/Per/M.KUKM/VII/2006 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA PENJAMINAN
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM KEGIATAN
30 BAB 3 GAMBARAN UMUM KEGIATAN 3.1 Profil UPP Kota Metro UPP Kota Metro adalah wadah bagi pembudidaya ikan di Kota Metro di mana bertempat di Jalan Jenderal Sudirman No.151 Kota Metro dengan Ketua UPP
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENEMPATAN DANA BERGULIR PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO PADA PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH JAWA
Lebih terperincipenyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.
4.1.15 URUSAN WAJIB KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH 4.1.15.1 KONDISI UMUM Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang sering disebut UMKM, merupakan salah satu bentuk organisasi ekonomi rakyat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS
BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat
Lebih terperinciRUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015
RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. danusahanya sudah berjalan sejak tahun Pada tanggal 20 Juli 2007
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam (UEK- SP) Usaha Ekonomi Kelurahan Simpan Pinjam sudah lama berkembang danusahanya sudah berjalan sejak
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PERSYARATAN DAN PROSEDUR BANTUAN PINJAMAN DANA BERGULIR UNTUK PENGUATAN PERMODALAN KOPERASI DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MADIUN
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR (REVOLVING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyaluran Kredit Perbankan Tahun (Rp Miliar).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sebagian penduduknya bekerja di sektor pertanian. Saat ini keberpihakan pihak-pihak pemodal atau Bank baik pemerintah maupun
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 7 Tahun : 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN
Lebih terperinciQANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN MODAL USAHA POLA SYARI AH UNTUK KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH
1 QANUN KABUPATEN PIDIE NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BANTUAN MODAL USAHA POLA SYARI AH UNTUK KOPERASI, USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KUPANG, Menimbang : a. b. c. bahwa sesuai Peraturan
Lebih terperinciDANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA
DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA bitheula.blogspot.com I. PENDAHULUAN Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu alat negara untuk mendukung perekonomian nasional
Lebih terperinciSkim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA)
28 Bab V. Analisis Kebijakan Kapital, Sumberdaya Lahan dan Air Skim Pembiayaan Mikro Agro (SPMA) Pendahuluan Latar Belakang Peraturan Presiden (PERPRES) Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana
Lebih terperinci1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang
1.1. Latar Belakang Indikator kemajuan sebuah Negara demokrasi diantaranya adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi dan politik (Nasution, 2008).
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 18 /PBI/2003 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 18 /PBI/2003 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN TEKNIS DALAM RANGKA PENGEMBANGAN USAHA MIKRO DAN KECIL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Usaha Mikro dan Kecil mampu
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKREDIT TANPA JAMINAN
KREDIT TANPA JAMINAN ( Studi Tentang Pola Pemberian Kredit Tanpa Jaminan Di PT. Bank Rakyat Indonesia ( Persero ) Tbk. ) SKRIPSI Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Syarat Syarat Guna
Lebih terperinciPROFIL KOTA SUKABUMI
PROFIL KOTA SUKABUMI Sumber: Dokumentasi Best Practice Kota-Kota, Jilid 4, 2008 Kota Sukabumi berasal dari bahasa Sunda yaitu Suka-bumen menurut keterangan mengingat udaranya sejuk dan nyaman, mereka yang
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 36 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya berbagai macam masalah di dalam kehidupan masyarakat seperti terjadinya PHK pada buruh kontrak, jumlah pengangguran
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 96 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciPERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 34/PER/LPDB/2010 TENTANG
KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH R.I. LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH ( LPDB-KUMKM ) PERATURAN DIREKSI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR 11/PER-LPMUKP/2017 TENTANG
KEMENTERIAN K 1 ELAUTAN DAN PERIKANAN SEKRETARIAT JENDERAL SATKER LEMBAGA PENGELOLA MODAL USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN Jl. Medan Merdeka Timur No.16 Lt.17 Gd.Mina Bahari II, Jakarta Pusat 10110 Telp (021)
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN DANA BERGULIR PADA UNIT PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI USAHA MIKRO DAN MENENGAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha mikro dan informal merupakan sektor usaha yang telah terbukti berperan strategis atau penting dalam mengatasi akibat dan dampak dari krisis ekonomi yang pernah
Lebih terperinciBUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPerbaikan Usaha Mikro KREDIT TANPA AGUNAN BAGI PEDAGANG PASAR DAN KAKI LIMA
KABUPATEN TANAH DATAR Perbaikan Usaha Mikro KREDIT TANPA AGUNAN BAGI PEDAGANG PASAR DAN KAKI LIMA Sumber : Inovasi Kabupaten di Indonesia. Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008. satu SITUASI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang Mengingat : a. bahwa Desa memiliki hak asal usul
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DANA BERGULIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci