BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang hampir seluruh orang pernah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang hampir seluruh orang pernah"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat batuk dan pilek sangat banyak beredar di pasaran dengan berbagai macam kombinasi dan merk dagang (ISFI, 2011). Kombinasi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat sering digunakan sebagai zat aktif untuk meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang hampir seluruh orang pernah mengalaminya. Indikasi obat tersebut adalah sebagai analgesik, antipiretik, ekspektoran dan antihistamin (Hardman et al., 1996). Berbagai metode analisis telah dikembangkan untuk menganalisis kadar parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara simultan dengan kombinasi beberapa zat aktif dalam sediaan obat batuk dan pilek. Palabiyik et al. (2010) menetapan kadar dekstrometorphan HBr, fenilefrin HCl, parasetamol dan klorfeniramin maleat secara simultan menggunakan elektroforesis kapiler. Metode yang menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) diantaranya adalah analisis 10 zat aktif obat batuk dan pilek (kodein fosfat, parasetamol, klorfeniramin maleat, teofilin, pseudoefedrin HCl, ambroksol, salbutamol, guaifenesin, dekstrometorfan dan difenhidramin HCl) (Mallu et al., 2011), estimasi guaifenesin dan ambroxol HCl, dalam tablet menggunakan rasio absorpsi, spektroskopi derivatif dan KCKT fase terbalik (Deshpande et al., 2012). El Gindy et al. (2010) juga menggunakan KCKT untuk menganalisis dua campuran sediaan obat flu sustained release (campuran 1 mengandung dekstrometorfan HBr, karbinoksamin maleat dan fenilefrin HCl dalam sediaan 1

2 kapsul, sedangkan campuran 2 mengandung dekstrometorfan, karbinoksamin maleat, fenilpropanolamin, metilparaben dan propilparaben dalam sediaan sirup). Metode lain yang digunakan diantaranya adalah kuantifikasi campuran ibuprofen dan parasetamol dalam tablet menggunakan spektrofotometer inframerah (Mallah et al., 2011), penetapan kadar sediaan analgesik (antalgin dan parasetamol) dengan metode voltametri siklik (Teixeira et al., 2009), serta penetapan kadar parasetamol, fenilpropanolamin HCl, guaifenesin, pseudoefedrin HCl, kafein, klorfeniramin maleat dan dekstrometorfan HBr dalam sediaan obat batuk dan pilek secara simultan menggunakan kromatografi gas (Harsono et al., 2005). Penetapan kadar secara simultan dari dua atau lebih kombinasi zat aktif dalam sediaan obat batuk dan pilek kebanyakkan dilakukan menggunakan metode kromatografi dan elektroforesis kapiler yang memerlukan biaya besar dan waktu yang lama, sehingga kurang sesuai untuk kontrol kualitas secara rutin (Khosayand et al., 2010). Dengan semakin banyak dan beragamnya produk farmasi kombinasi ini, maka merupakan suatu tantangan untuk mengembangkan metode analisis yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan biaya besar serta meminimalkan penggunaan reagen yang berbahaya bagi kesehatan analis. Saat ini dengan berkembangnya perangkat lunak komputer terutama analisis multivariat, metode spektrofotometri uv/vis telah banyak digunakan untuk menganalisis campuran beberapa senyawa obat secara simultan. Spektrofotometri uv/vis yang digabungkan dengan kemometrika merupakan teknik yang sangat baik untuk analisis suatu komponen dalam campuran. Penelitian yang telah 2

3 berhasil menggunakan metode tersebut untuk analisis kombinasi obat batuk dan pilek diantaranya adalah penetapan kadar parasetamol, fenilefrin HCl dan klorfeniramin maleat secara simultan menggunakan spektrofotometer dengan pendekatan kemometrika (Khosayand et al., 2010), penetapan kadar guaifenesin dan pseudeofedrin HCl dalam tablet secara spektroskopi menggunakan metode kemometrika Q-analysis (Rahul et al., 2011), penetapan kadar campuran obat bronkodilator secara simultan menggunakan metode spektrofotometri dan KCKT dengan pendekatan kemometrika (El-Gindy et al., 2006), serta penetapan kadar parasetamol, ibuprofen, dan kafein secara simultan secara spektrofotometri uv dengan pendekatan kalibrasi multivariat (Khosayand et al., 2008). Penggunaan metode spektrofotometri uv dengan pendekatan kemometrika pada analisis campuran senyawa obat batuk dan pilek belum pernah dilaporkan untuk kombinasi parasetamol, guaifenesin, dan klorfeniramin maleat. Kombinasi ketiga senyawa tersebut sering terdapat pada komposisi tablet obat batuk dan pilek. Oleh karena itu, penelitian ini diarahkan untuk mengembangkan metode spektrofotometri uv digabungkan dengan teknik kemometrika kalibrasi multivariat untuk analisis senyawa dalam campuran yang nilaiya dibandingkan dengan metode KCKT. 1. Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 3

4 a. Apakah metode analisis campuran parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara spektrofotometri uv yang digabungkan dengan kemometrika kalibrasi multivariat merupakan metode yang valid? b. Apakah pengembangan metode spektrofotometri uv yang digabungkan dengan teknik kemometrika kalibrasi multivariat dapat digunakan untuk analisis parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara simultan tanpa tahap pemisahan? c. Bagaimana perbandingan presisi dan akurasi hasil analisis parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat yang dianalisis dengan metode spektrofotometri uv yang dihubungkan dengan kalibrasi multivariat dengan hasil-hasil yang diperoleh dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi? 2. Keaslian Penelitian Penelitian telah banyak dilakukan berkaitan dengan analisis tablet kombinasi beberapa zat aktif dalam sediaan obat batuk dan pilek menggunakan kombinasi spekrofotometri uv dan kalibrasi multivariat, namun belum pernah dilaporkan untuk kombinasi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat. Penelitian ini merupakan pengembangan metode spektrofotometri uv digabungkan dengan teknik kemometrika kalibrasi multivariat untuk analisis senyawa dalam campuran. 3. Urgensi Penelitian Penelitian ini sangat penting untuk dilakukan, dalam kaitannya dengan analisis kontrol kualitas sediaan farmasi secara rutin terutama dengan semakin banyak 4

5 dan beragamnya produk farmasi kombinasi ini di pasaran. Hal ini merupakan suatu tantangan untuk mengembangkan metode analisis yang sederhana, cepat dan tidak memerlukan biaya besar serta meminimalkan penggunaan reagen yang berbahaya bagi kesehatan analis. B. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode spektrofotometri uv-kalibrasi multivariat untuk analisis campuran parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam sediaan farmasi secara langsung tanpa melakukan pemisahan terlebih dahulu. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Melakukan optimasi spektrofotometri uv yang digabungkan dengan kalibrasi multivariat kuadrat terkecil sebagian (partial least square atau PLS) untuk penetapan kadar parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam campuran dengan fenilpropanolamin HCl secara simultan dalam sediaan kaplet. 2. Melakukan validasi metode analisis campuran parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara spektrofotometri uv yang dihubungkan dengan kemometrika kalibrasi multivariat dan mengaplikasikan pada sediaan tablet. 3. Membandingkan presisi dan akurasi hasil analisis parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat yang diperoleh secara spektrofotometri uvkalibrasi multivariat dengan hasil-hasil yang diperoleh dengan metode kromatografi cair kinerja tinggi. 5

6 C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh berbagai instansi. Bagi pemerintah (dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan RI), metode yang dikembangkan ini diharapkan dapat digunakan untuk pengujian dalam rangka pengawasan obat post market karena sederhana, singkat dan murah serta lebih aman bagi analis. Bagi industri, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk analisis rutin (penjaminan mutu) produk yang dihasilkan. Bagi ilmu pengetahuan, hasil ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu terkait suatu metode yang cepat dan akurat untuk penetapan kadar obat dalam sediaan tablet kombinasi secara simultan. 6

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat golongan sulfonamida digunakan untuk pengobatan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim, yang lebih dikenal sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Flu merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, terutama rhinovirus dan coronavirus, disertai terjadinya infeksi akut pada mukosa sistem pernapasan atas. Flu pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat kombinasi metampiron, vitamin B 1, dan vitamin B 6 banyak digunakan untuk mengatasi keluhan rasa sakit yang disebabkan oleh neuritis dan neuralgia terutama pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk Indonesia mencapai lebih dari 246 juta jiwa dengan angka

BAB I PENDAHULUAN. populasi penduduk Indonesia mencapai lebih dari 246 juta jiwa dengan angka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data World Health Organization (WHO), pada tahun 2010 populasi penduduk Indonesia mencapai lebih dari 246 juta jiwa dengan angka kejadian penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat

BAB I PENDAHULUAN. juga untuk swamedikasi (pengobatan mandiri). Sedangkan ibuprofen berkhasiat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat adalah zat aktif berasal dari nabati, hewani, kimiawi alam maupun sintetis dalam dosis atau kadar tertentu dapat dipergunakan untuk preventif (pencegahan), diagnosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak

BAB I PENDAHULUAN. analgetik dan antipiretik disamping jenis obat lainnya. Jenis obat tersebut banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat adalah suatu zat yang digunakan untuk diagnosa, pengobatan, melunakkan, penyembuhan atau pencegahan penyakit pada manusia atau pada hewan. Jenis-jenis obat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Menurut SNI 01-6684-2002 minuman berenergi merupakan minuman yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Spektroskopi Raman merupakan salah satu metode yang menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Spektroskopi Raman merupakan salah satu metode yang menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spektroskopi Raman merupakan salah satu metode yang menghasilkan spektra vibrasi suatu senyawa. Spektrum geseran Raman identik dengan spektrum absorpsi inframerah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi

BAB I PENDAHULUAN. kembali pada awal tahun 1920-an. Pada tahun 1995-an, metode kromatografi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis senyawa obat baik dalam bahan ruahan (bulk), dalam sediaan farmasi, maupun dalam cairan biologis dengan metode kromatografi dapat dilihat kembali pada awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kofein dan NonSteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs). Penambahan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kofein dan NonSteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs). Penambahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai sediaan obat yang terdapat di pasaran mengkombinasikan dua atau lebih zat aktif dalam satu sediaan, salah satunya adalah obat analgesik. Analgesik merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidrokortison asetat adalah kortikosteroid yang banyak digunakan sebagai antiinflamasi local akibat dermatitis. Hidrokortison dapat mencegah dan menekan timbulnya gejala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kombinasi CTM dan GG sering digunakan sebagai zat aktif untuk meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang seluruh orang pernah mengalaminya (Hardman dkk.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan produk kopi olahan di Indonesia secara keseluruhan selama setengah dasawarsa terakhir mengalami peningkatan, dengan rata-rata pertumbuhan lebih kurang 5,12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Natrium diklofenak (derivat fenilasetat) merupakan non-steroidal antiinflammatory

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Natrium diklofenak (derivat fenilasetat) merupakan non-steroidal antiinflammatory BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Natrium diklofenak (derivat fenilasetat) merupakan non-steroidal antiinflammatory drug (NSAID) yang sering digunakan untuk segala macam rasa nyeri, gout,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8 H 9 NO 2 dihitung terhadap zat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 101,0% C 8 H 9 NO 2 dihitung terhadap zat BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Parasetamol Nama kimia parasetamol adalah 4 -Hidroksiasetanilida, dengan rumus molekul C 8 H 9 NO 2 serta berat molekulnya 151,16. Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0%

Lebih terperinci

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim

By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim By: Kelompok 2 Amelia Leona Ayu Afriza Cindy Cesara Dety Wahyuni Fitri Wahyuni Ida Khairani Johan Ricky Marpaung Silvia Syafrina Ibrahim Flu adalah suatu infeksi saluran pernapasan atas. Orang dengan daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kombinasi parasetamol (PCT) dan klorfeniramin maleat (CTM) sering digunakan sebagai obat influenza. PCT merupakan analgesik-antipiretik, dalam pemakaiannya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. HK tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik,

BAB I PENDAHULUAN. HK tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI No. HK. 00.05.4.1380 tentang Pedoman Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik, jamu atau obat tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, dari

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan tambahan pangan dewasa ini sangat beragam, dari pengawet sampai pemberi aroma dan pewarna. Berkembangnya bahan tambahan pangan mendorong pula perkembangan

Lebih terperinci

MASALAH POLIFARMASI DAN PERESEPAN OBAT RACIKAN. Rianto Setiabudy Departemen Farmakologi FKUI Sorowako,, 24 Februari 2011

MASALAH POLIFARMASI DAN PERESEPAN OBAT RACIKAN. Rianto Setiabudy Departemen Farmakologi FKUI Sorowako,, 24 Februari 2011 MASALAH POLIFARMASI DAN PERESEPAN OBAT RACIKAN Rianto Setiabudy Departemen Farmakologi FKUI Sorowako,, 24 Februari 2011 1 POLIFARMASI 2 Polifarmasi dalam peresepan (1) Polifarmasi ialah penggunaan jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vibrasi suatu senyawa. Spektrum geseran Raman hampir mirip dengan spektrum

BAB I PENDAHULUAN. vibrasi suatu senyawa. Spektrum geseran Raman hampir mirip dengan spektrum BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Spektroskopi Raman merupakan salah satu metode yang menghasilkan spektra vibrasi suatu senyawa. Spektrum geseran Raman hampir mirip dengan spektrum absorpsi inframerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakterial) membuat antibiotik ini (ko-amoksiklav, Augmentin) efektif

BAB I PENDAHULUAN. bakterial) membuat antibiotik ini (ko-amoksiklav, Augmentin) efektif BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kombinasi amoksisilin dengan asam klavulanat (inhibitor kuat bagi betalaktamse bakterial) membuat antibiotik ini (ko-amoksiklav, Augmentin) efektif terhadap kuman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk

BAB I PENDAHULUAN. menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Simvastatin merupakan obat antihiperlidemia yang bekerja dengan cara menghambat enzim HMG-CoA reduktase. HMG-CoA merupakan pembentuk kolesterol dengan bantuan katalis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL, GUAIFENESIN DAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SIRUP SKRIPSI

APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL, GUAIFENESIN DAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SIRUP SKRIPSI APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL, GUAIFENESIN DAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SIRUP SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanpa bahan tambahanmakanan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. tanpa bahan tambahanmakanan yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman energi adalah minuman yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserapoleh tubuh untuk menghasilkan energi dengan atau tanpa bahan tambahanmakanan

Lebih terperinci

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam

Teknik likuisolid merupakan suatu teknik formulasi dengan obat yang tidak terlarut air dilarutkan dalam pelarut non volatile dan menjadi obat dalam BAB 1 PENDAHULUAN Klorfeniramin maleat merupakan obat antihistamin H 1 Reseptor yang dapat menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, dan bermacam-macam otot polos, serta bekerja dengan mengobati

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian Lampiran 1. Surat Izin Penelitian 1 Lampiran 2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian 2 3 Lampiran 3. Lembar Persetujuan Menjadi Responden LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Kepada Yth. Ibu / Responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Pseudoefedrin Hidroklorida NH OH Pseudoefedrin Gambar 1. Rumus struktur pseudoefedrin Pseudoefedrin adalah salah satu alkaloid yang diperoleh dari Epedra

Lebih terperinci

KOMBINASI SPEKTRUM ULTRAVIOLET DAN MODEL KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK PENENTUAN SIMULTAN KAFEIN, VITAMIN B1, B2, DAN B6 YULIA FATMAWATI

KOMBINASI SPEKTRUM ULTRAVIOLET DAN MODEL KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK PENENTUAN SIMULTAN KAFEIN, VITAMIN B1, B2, DAN B6 YULIA FATMAWATI KOMBINASI SPEKTRUM ULTRAVIOLET DAN MODEL KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK PENENTUAN SIMULTAN KAFEIN, VITAMIN B1, B2, DAN B6 YULIA FATMAWATI DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, kosmetik menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Jumlah kosmetik yang digunakan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit utama di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi, yaitu 25,8% untuk usia 18 tahun (Riset Kesehatan Dasar, 2013), meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Validasi metode analisis merupakan suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut

Lebih terperinci

Penetapan Simultan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dan Klorfeniramin Maleat dalam Tablet secara Spektrofotometri

Penetapan Simultan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dan Klorfeniramin Maleat dalam Tablet secara Spektrofotometri JURNAL ILMU KEFARMASIAN INDONESIA, April 2008, hal. 29-34 ISSN 1693-1831 Vol. 6, No. 1 Penetapan Simultan Kadar Fenilpropanolamin Hidroklorida dan Klorfeniramin Maleat dalam Tablet secara Spektrofotometri

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK., (2014) uraian tentang parasetamol sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Struktur Parasetamol Rumus Molekul : C 8

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Obat Obat didefinisikan sebagai suatu zat yang dimaksudkan untuk dipakai dalam diagnosis, mengurangi rasa sakit, mengobati atau mencegah penyakit pada manusia atau

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) BAHAN SEMINAR PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) OLEH RIKA KHAIRYAH PANE NIM 071524056 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi BAB 1 PENDAHULUAN Sampai saat ini, sediaan farmasi yang paling banyak digunakan adalah sediaan tablet, yang merupakan sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkular,

Lebih terperinci

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN APLIKASI METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN APLIKASI METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN APLIKASI METODE PANJANG GELOMBANG BERGANDA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1. Parasetamol Parasetamol merupakan metabolit dari fenasetin yang dahulunya paling banyak digunakan sebagai analgetik. Khasiatnya analgetik dan antipiretik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling sering terjadi dan merupakan penyebab utama stroke, faktor resiko utama arteri koroner, serta kontributor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberculosis merupakan infeksi bakteri kronik yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan ditandai oleh pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C

LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C LAPORAN PRAKTIKUM 8 PRAKTIKUM HPLC ANALISA TABLET VITAMIN C HARI/ TANGGAL PRAKTKUM : KAMIS/ 20 DESEMBER 2012 JAM : 08.00 11.00 WIB Nama Praktikan : KAROLINA BR SURBAKTI (NIM: 20127008018) LUCIA AKTALINA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus merupakan suatu sindrom terganggunya metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh berkurangnya sekresi insulin atau penurunan

Lebih terperinci

APRIALIA RIESIANE HARIYANTO

APRIALIA RIESIANE HARIYANTO OPTIMASI METODE PENENTUAN KADAR PARASETAMOL, KLORFENIRAMINMALEAT, DAN FENILPROPANOLAMIN HCL DALAM SEDIAAN SIRUP DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-DENSITOMETRI APRIALIA RIESIANE HARIYANTO 2443007104 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kegiatan analisis obat semakin dikenal secara luas dan bahkan mulai dilakukan secara rutin dengan metode yang sistematis. Hal ini juga didukung oleh perkembangan yang

Lebih terperinci

PENENTUAN SIMULTAN NATRIUM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN PENDEKATAN KALIBRASI MULTIVARIAT

PENENTUAN SIMULTAN NATRIUM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN PENDEKATAN KALIBRASI MULTIVARIAT PENENTUAN SIMULTAN NATRIUM BENZOAT DAN KALIUM SORBAT MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DENGAN PENDEKATAN KALIBRASI MULTIVARIAT DEW1 ANGGKAINI SEPTANINGSIH DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Kusumawati (2004) menyatakan bahwa tingkat pendidikan menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Sedangkan

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMBINASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL, ASETOSAL, DAN KAFEIN DALAM SEDIAAN TABLET SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KOMBINASI SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS GUAIFENESIN, CHLORPHENIRAMINE MALEAT DAN DEXTROMETHORPAN HBr DALAM SEDIAAN TABLET SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic)

LAPORAN PRAKTIKUM. ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, Isolasi Protein dan PCR (Elektroforesis agarose dan Acrylamic) Nama : Rebecca Rumesty Lamtiar (127008016) Yulia Fitri Ghazali (127008007) Paska Rahmawati Situmorang (127008011)

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS PARASETAMOL, KAFEIN, DAN PROPIFENAZON DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA TANPA TAHAP PEMISAHAN SKRIPSI

ANALISIS PARASETAMOL, KAFEIN, DAN PROPIFENAZON DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA TANPA TAHAP PEMISAHAN SKRIPSI ANALISIS PARASETAMOL, KAFEIN, DAN PROPIFENAZON DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA TANPA TAHAP PEMISAHAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri farmasi baik dalam maupun luar negeri bersaing untuk menghadirkan suatu sediaan obat yang memiliki harga yang murah dengan pemakaian yang mudah.

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI

PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI PENETAPAN KADAR CAMPURAN PARASETAMOL DAN IBUPROFEN PADA SEDIAAN TABLET SECARA SPEKTROFOTOMETRI DERIVATIF DENGAN ZERO CROSSING SKRIPSI OLEH: RISTINA HASIBUAN NIM 121524085 PROGRAM EKSTENSI SARJANA FARMASI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Apabila kita lihat pengertian aslinya, sebenarnya apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti penyimpanan. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut

Lebih terperinci

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN KLORFENIRAMIN MALEAT MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SERTA APLIKASINYA DALAM BEBERAPA SEDIAAN SIRUP SKRIPSI Oleh : Nur Aini 125010793 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN,

BAB I PENDAHULUAN. dengan atau tanpa bahan tambahan makanan yang diizinkan (BSN, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman berenergi adalah minuman yang mengandung satu atau lebih bahan yang mudah dan cepat diserap oleh tubuh untuk menghasilkan energi dengan atau tanpa bahan tambahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Parasetamol Menurut Ditjen BKAK (2014), uraian mengenai parasetamol adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 2.1 Rumus Struktur Parasetamol Nama Kimia

Lebih terperinci

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL DAN KAFEIN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II

JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II JURNAL PRAKTIKUM ILMU RESEP II NAMA NIM Mira Ria Andriani J1E111036 TANGGAL PRETEST TANGGAL PRAKTIKUM KELOMPOK VI NILAI LAPORAN AWAL PERCOBAAN KE I NILAI REVISI NO RESEP ASISTEN 1 ACC ASISTEN Fadlillaturrahmah,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan gaya hidup Back to Nature menyebabkan penggunaan obat tradisional, obat herbal, maupun suplemen makanan cenderung meningkat, yang terjadi di Negara maju

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 24 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Perangkat lunak validasi metode analisis ini dibuat dengan menggunakan perangkat lunak pemograman yang biasa dipakai yaitu Microsoft Visual Basic 6.0, dimana perangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dokter yang umumnya dimulai dari penerimaan resep, pengkajian resep, penyiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dokter yang umumnya dimulai dari penerimaan resep, pengkajian resep, penyiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kefarmasian di puskesmas terdiri dari pengelolaan obat dan bahan medis habis pakai dan pelayanan farmasi klinik (Kementerian Kesehatan RI, 2014 b ). Pelayanan

Lebih terperinci

ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis PADA OBAT INFLUENZA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINIER

ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis PADA OBAT INFLUENZA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINIER ANALISIS SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis PADA OBAT INFLUENZA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM PERSAMAAN LINIER Arthur Henry 1, Suryadi MT 2, & Arry Yanuar 3 1 Program Spesialis Apoteker Jurusan Farmasi FMIPA

Lebih terperinci

Spektrofotometri uv & vis

Spektrofotometri uv & vis LOGO Spektrofotometri uv & vis Fauzan Zein M., M.Si., Apt. Spektrum cahaya tampak Spektrum cahaya tampak INSTRUMEN Diagram instrumen Spektrofotometer uv-vis 1. Prisma MONOKROMATOR 2. Kisi MONOKROMATOR

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI

LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN INFORMASI DAN KISI-KISI LOMBA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2017 INFORMASI DAN KISI-KISI Bidang Lomba FARMASI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN Jl. Dr. Radjiman No. 6 Telp.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kusharisupeni (2010) menyatakan bahwa pola makan vegetarian telah banyak diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari jumlah vegetarian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Namun, konsumsi kafein sebaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk dan menaikkan mood. Namun, konsumsi kafein sebaiknya 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Teh(Camellia sinensis)merupakan minuman yang sudah dikenal dengan luas di Indonesia dan di dunia. Minuman berwarna coklat ini umum menjadi minuman penjamu tamu. Aromanya

Lebih terperinci

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN Hingga saat ini, kemajuan di bidang teknologi dalam industri farmasi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dalam meningkatkan mutu suatu obat. Tablet adalah sediaan

Lebih terperinci

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara

BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA. obat atau farmakoterapi. Tidak kalah penting, obat harus selalu digunakan secara BAB II A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Obat Obat berperan sangat penting dalam pelayanan kesehatan. Penanganan dan pencegahan berbagai penyakit tidak dapat dilepaskan dari tindakan terapi dengan obat atau farmakoterapi.

Lebih terperinci

1 Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa Sesuai sedikit pahit 2 Identifikasi

1 Pemerian Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa Sesuai sedikit pahit 2 Identifikasi Jl. Raya Sentosa Blok A-3 Kawasan Industri MM20100 No. 02/III/QC/14 Nama bahan baku : Parasetamol Asal bahan baku : PT. Brataco, Indonesia Nomor bets : CS1002 Tanggal Pembuatan : 12Januari 2014 Tanggal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penggunaan plastik sebagai pengemas telah mengalami perkembangan

I. PENDAHULUAN. Penggunaan plastik sebagai pengemas telah mengalami perkembangan I. PENDAHULUAN Penggunaan plastik sebagai pengemas telah mengalami perkembangan yang pesat sejak tahun 1970. Hal ini dikarenakan plastik memiliki massa jenis yang rendah sehingga lebih ringan dan dapat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI SELESMA PADA ANAK DI KELURAHAN GROBOGAN PURWODADI NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI SELESMA PADA ANAK DI KELURAHAN GROBOGAN PURWODADI NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA TERHADAP TINDAKAN SWAMEDIKASI SELESMA PADA ANAK DI KELURAHAN GROBOGAN PURWODADI NASKAH PUBLIKASI Oleh : MELLA MAHESWARI K 080 079 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA)

Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Waspada Keracunan Phenylpropanolamin (PPA) Penyakit flu umumnya dapat sembuh dengan sendirinya jika kita cukup istirahat, makan teratur, dan banyak mengkonsumsi sayur serta buah-buahan. Namun demikian,

Lebih terperinci

PRASILIA NOERICA

PRASILIA NOERICA OPTIMASI METODE PENENTUAN KADAR PARASETAMOL, KLORFENIRAMINMALEAT, DAN GLISERILGUAIAKOLAT DALAM SEDIAAN SIRUP DENGAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS-DENSITOMETRI PRASILIA NOERICA 2443007078 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM/KEGIATAN INOVASI PASCA TUGAS BELAJAR ATAS NAMA ZAKIAH KURNIATI, S.Farm., Apt.

PROPOSAL PROGRAM/KEGIATAN INOVASI PASCA TUGAS BELAJAR ATAS NAMA ZAKIAH KURNIATI, S.Farm., Apt. PROPOSAL PROGRAM/KEGIATAN INOVASI PASCA TUGAS BELAJAR ATAS NAMA ZAKIAH KURNIATI, S.Farm., Apt. A. Nama Program/Kegiatan Manajemen Baku Pembanding Farmakope Indonesia (BPFI) di Balai Besar POM di Medan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan teknologi dalam bidang kefarmasian saat ini telah cukup maju atau dapat dikatakan mengalami modernisasi. Hal ini berkenaan dengan derajat kualitas obat

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Reaktor-separator terintegraasi yang dikembangkan dan dikombinasikan dengan teknik analisis injeksi alir dan spektrofotometri serapan atom uap dingin (FIA-CV-AAS) telah dikaji untuk

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PARASETAMOL, KLORFENIRAMIN MALEAT DAN FENILPROPANOLAMIN DALAM TABLET DENGAN RAMAN SPEKTROSKOPI

IDENTIFIKASI PARASETAMOL, KLORFENIRAMIN MALEAT DAN FENILPROPANOLAMIN DALAM TABLET DENGAN RAMAN SPEKTROSKOPI IDENTIFIKASI PARASETAMOL, KLORFENIRAMIN MALEAT DAN FENILPROPANOLAMIN DALAM TABLET DENGAN RAMAN SPEKTROSKOPI SKRIPSI EVI SAVITRI 1108505029 JURUSAN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten Sukoharjo. Desa Pojok Kidul Kecamatan Nguter Kabupaten

Lebih terperinci

Nomor: 362 / Jakarta, 25 Mei 2012 Lampiran: 1 Berkas

Nomor: 362 / Jakarta, 25 Mei 2012 Lampiran: 1 Berkas PEMERINTAH KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN SUKU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS KECAMATAN TEBET Jl.Prof Supomo SH N0.54.Telp. 8314955,8294955,8318504 Fax 8296918 E-mail : puskesmastebet@ymail.com Nomor: 362

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS KLORFENIRAMIN MALEAT DAN GUAIFENESIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SERTA APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SIRUP

VALIDASI METODE ANALISIS KLORFENIRAMIN MALEAT DAN GUAIFENESIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SERTA APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SIRUP VALIDASI METODE ANALISIS KLORFENIRAMIN MALEAT DAN GUAIFENESIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SERTA APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SIRUP Aqnes Budiarti 1), Ira Afifah 1) 1) Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 Tabel Distribusi Penggunaan Obat Pada Pengobatan Sendiri No Nama Obat Golongan Bentuk Sediaan Jenis Komposisi Analgetika / Antipiretika 1 Paracetamol B Syrup Generik Parasetamol 120 mg, alkohol

Lebih terperinci