RELIGIUSITAS UMAT ISLAM SETELAH KONVERSI KE AGAMA HINDU DI DESA PAKRAMAN NYITDAH KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN (Kajian Teologi Hindu)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RELIGIUSITAS UMAT ISLAM SETELAH KONVERSI KE AGAMA HINDU DI DESA PAKRAMAN NYITDAH KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN (Kajian Teologi Hindu)"

Transkripsi

1 RELIGIUSITAS UMAT ISLAM SETELAH KONVERSI KE AGAMA HINDU DI DESA PAKRAMAN NYITDAH KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN (Kajian Teologi Hindu) Oleh: KETUT MANIK ASTA JAYA NIM manik astajaya@yahoo.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Drs. I Wayan Redi, M.Ag. Pembimbing II Ni Kadek Surpi, S.Pt., M.Fil.H. ABSTRAK Indonesia sebagai negara multi agama menjadikan religiusitas sebagai ukuran untuk menunjukan ketaatan terhadap agama diyakini, namun kerukunan antara umat beragama tetap diprioritaskan. Interaksi antara umat beragama terkadang menimbulkan ketertarikan antara agama yang berujung pada konversi agama, seperti umat Islam yang konversi ke Hindu di Desa Pakraman Nyitdah. Religiusitas umat Islam setelah konveri ke Hindu menjadi suatu penelitian penting agar diketahui religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami Tiga Kerangka Dasar agama Hindu, agar penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai kontribusi dan acuan mempertahankan dan meningkatkan eksistensi agama Hindu di Bali ataupun di luar Bali. Adapun yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah 1) Bagaimanakah religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami ajaran tattwa atau filsafat agama Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan? 2) Bagaimanakah religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami ajaran susila atau etika agama Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan? 3) Bagaimanakah religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami ajaran upacara atau ritual agama Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan? Penelitian ini menggunakan teori yaitu teori religi, teori etika, teori religiusitas. Pengumpulan data yang dipergunakan yaitu; observasi, wawancara, studi kepustakaan dan dokumentasi, sedangkan analisis dilaksanakan melalui tiga tahapan, yaitu reduksi data, display/penyajian data dan kesimpulan atau verifikasi data. Religiusitas dalam memahami tattwa melalui keyakinan pada ajaran panca sraddha meliputi; widhi sraddha, atma sraddha, karmaphala sraddha, punarbhawa sraddha dan moksa sraddha, namun kurang mengetahui ajaran dari kitab suci Veda, sebab sistem pembelajaran diterima secara informal dari keluarga dan masyarakat. Religiusitas terhadap susila diimplementasikan melalui 1

2 ajaran; 1) tri kaya parisudha dengan berfikir, berbicara baik seperti mengucapkan Om swastyastu dan berbuat baik. 2) Catur paramitha diimplementasikan agar hidup harmonis dengan kasih sayang, simpati dan toleransi, tanpa membedakan ras, suku dan agama. 3) Tri mala sebagai ajaran yang perlu dikondisikan agar waspada mengambil tindakan. Religiusitas terhadap upacara dilaksanakan melalui ajaran panca yadnya meliputi; 1) dewa yadnya dengan bersembahyang pada hari tertentu seperti tumpek wariga atau piodalan. 2) Rsi yadnya dengan menghaturkan daksina atau dengan mewinten, 3)pitra yadnya dengan menyangi orang tua dan melaksanakan upacara penguburan atau ngaben, 4) manusa yadnya dengan upacara nyambutin, otonan, dan suddhi wadhani, 5) bhuta yadnya dengan upacara byakala, caru dan menghaturkan segehan. Kata Kunci : Religiusitas, Konversi, Islam, Hindu, Desa Pakraman 1. PENDAHULUAN Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap kekuatan gaib atau supranatural yang berpengaruh terhadap kehidupan individu, kepercayaan kepada kekuatan gaib menimbulkan prilaku seperti berdoa, memuja, ritual dan lainya. Kepercayaan ini terus diyakini kebenarannya hingga menjadi kepercayaan keagamaan. Kepercayaan terhadap agama memberikan kepuasan rohani dan tuntunan suci dari masing-masing agama yang diyakini. Setiap agama memiliki perbedaan antara satu dengan lainnya baik konsep teologi ataupun tata cara pemujaan. Meskipun berbeda namun setiap agama mengajarkan jalan menuju Tuhan atau jalan untuk bersatu dengan Tuhan, seperti agama Islam mengajarkan cara menuju Tuhan dengan menjalankan ajaran kitab suci Al-Qur an atau agama Hindu mengajarkan penyatuan dengan Tuhan (moksa). Perbedaan antara agama ditemukan di Indonesia yang merupakan negara multi kultur dan multi agama, dilihat masyarakat Indonesia menganut enam agama berbeda dengan tata cara berbeda yaitu: Hindu, Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Budha dan Konghucu. Ke enam agama yang berbeda menjadikan religiusitas sebagai tolak ukur bertingkah laku bagi masing-masing umat beragama dalam menunjukan ketaatanya terhadap agama yang diyakini, diungkapkan Jalaluddin (2000) mendefinisikan religiusitas sebagai suatu keadaan dalam diri individu yang mendorongnya bertingkah laku sesuai kadar ketaatannya terhadap agama. Bali yang disebut pulau dewata merupakan suatu tempat dengan berbagai tata cara keagamaan umat Hindu. Sebagai wujud religiusitas umat Hindu dilaksanakan ritual sehari-hari ditempat suci atau diberbagai tempat di Bali. Ada kecenderungan umat Hindu di Bali lebih intens dan khusuk untuk menyelenggarakan dan mengikuti upacara atau ritual keagamaan yang bertujuan menunjukan religiusitas beragama dan menciptakan suatu keharmonisan, seperti keharmonisan dengan alam, para dewa, dan keharmonisan umat beragama ataupun keharmonisan antara umat beragama. Agama Islam juga mengajarkan keharmonisan antara umat beragama seperti diungkapkan Bustanudin (2006: 212) menyatakan konsep agama wahyu khusunya Islam dalam mengembangkan solidaritas sosial sebagaimana dipahami oleh kelompok cendikiawan Muslim yang memahami ajaran agama, menegakkan keadilan dan mewujudkan kesejahteraan bagi segenap rakyat, tanpa diskriminasi 2

3 agama, suku dan ras, sehingga terwujud konsep negara pada permulaan Islam hingga abad ke 20 yaitu khilafah, khilafah Islamiyah mengayomi kepentingan rakyat yang multi agama, ras dan budaya. Religiusitas umat Islam setelah konveri ke Hindu menjadi suatu penelitian yang sangat unik sebab agama Islam merupakan salah satu agama terbesar yang sangat terkenal dengan ketaatannya beragama, ketaatan beragama umat Islam berdasarkan ajaran kitab suci Al-Qur an, seperti diungkapkan Saebandi (2007: 87) menyatakan Islam bukan hanya ajaran yang menyuguhkan doktrin ideologi ritual formal, didalamnya terdapat ajaran tentang kehidupan sosial, politik, ekonomi, budaya, dan tentang estetika yang luar biasa, selain itu jika melihat ayat-ayat madaniyahyakni ayat-ayat Al-Qur an yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad Saw, setelah beliau hijrah dari mekah ke madinah, ayat-ayatnya banyak membahas masalah sosial, politik, ekonomi, perdagangan, negara dan hukum dalam peradilan. Kitab suci Al-Qur an kemudian disebarkan ke berbagai negara di dunia dan diajarkan secara disiplin melalui pasraman atau sekolah khusus untuk mendalami ajaran Islam, hingga Islam menjadi agama terbesar di dunia. Umat Islam yang konversi ke Hindu tidak melakukan rekonversi atau konversi kembali menjadi Islam, hal ini sangat menarik minat penulis untuk mengetahui religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami tri kerangka dasar agama Hindu. Tri karangka dasar agama Hindu merupakan tiga konsep yang mendasari ajaran Agama Hindu, terdiri dari tattwa, susila dan upacara atau ritual, Mengenai religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu di Desa Pakraman Nyitdah menjadi suatu penelitian yang penting, agar dimanfaatkan sebagai penelitian yang dijadikan kontribusi dan acuan dalam mempertahankan dan meningkatkan eksistensi agama Hindu di Bali ataupun di luar Bali.Mengenai religiusitas umat Islam setelah konversi agama ke Hindu perlu diteliti lebih jauh melalui perspektif teologi dengan penelitian yang berjudul: Religiusitas Umat Islam Setelah Konversi ke Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan (Perspektif Teologi Hindu). 2. RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan yang menjadi titik tolak dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimanakah religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami ajaran tattwa atau filsafat agama Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimanakah religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami ajaran susila atau etika agama Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan? 3. Bagaimanakah religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu dalam memahami ajaran upacara atau ritual agama Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan? 3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah mengetahui religiusitas umat Islam setalah konversi ke Hindu dalam memahami tiga karangka dasar agama Hindu, serta 3

4 menjaga dan meningkatkan religiusitas umat Hindu. Memberikan pembuktian terhadap religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan. 4. LANDASAN TEORI Teori Religi dimaksudkan sebagai suatu teori yang menjelaskan tentang sistem perbuatan manusia untuk dapat mehubungkan diri dengan Ida Sanghyang Widhi Wasa dengan cara menyandarkan diri pada kekuasaan-nya yang diagungkan. Penelitian ini teori religi dipergunakan untuk membedah permasalahan mengenai religiusitas umat Islam setalah dikonversi dari Islam ke Hindu dalam memahami ajaran tatwa atau filsafat dalam agama Hindu. Teori Etika sebagai ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau limu tentang adat kebiasaan atau sebagai ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak atau moral. Penelitian ini teori etika dipergunakan untuk membedah permasalahan mengenai religiusitas umat Islam setalah dikonversi dari Islam ke Hindu dalam memahami susila atau etika dalam agama Hindu. Teori religiusitas dimaksudkan sebagai teori yang menjelaskan keadaan yang ada dalam diri individu yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya terhadap agama. penelitian ini teori religiusitas dipergunakan untuk membedah masalah mengenai religiusitas umat Islam setalah konversi dari Islam ke Hindu dalam memahami upacara atau ritual dalam agama Hindu. 5. MODEL PENELITIAN Dalam penelitian ini saya menggunakan model penelitian dalam bentuk kerangka kerja seperti dibawah ini: Bagan Model Penelitian Konversi Agama Islam ke Hindu Religiusitas terhadap teologi Hindu Tattwa Susila Upacara Sraddha dan Bhakti Berdasarkan model penelitian tersebut menggambarkan umat Islam yang konversi ke Hindu secara normatif melalui jalur pernikahan. Karena melakukan konversi agama, umat Islam mulai menjalani kehidupan berbeda dari sebelumnya seperti sistem masyarakat, norma-norma, dan konsep ketuhanan yang berbeda. Umat Islam sebelumnya menganut teologi tauhid setelah konversi ke Hindu mulai 4

5 memahami teologi Hindu yang universal, sebagai wujud religiusitas umat Islam dalam memahami teologi Hindu dapat ditunjukkan melalui konsep tri karangka dasar agama Hindu. Religiusitasumat Islam setalah konversi ke Hindu akan dibahas dalam penelitian ini, terutama religiusitas umat Islam setalah konversi ke Hindu dalam memahami tri karangka dasar agama Hindu yang terdiri dari ajaran tatwa atau filsafat agama Hindu, ajaran susila atau etika agama Hindu, dan upacara atau ritual agama hindu, sehingga dengan penelitian ini akan dapat membuktikan religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu sebagai perwujudan sradha dan bhaktisebagai agama Hindu. 6. METODE PENELITIAN Penentuan Lokasi Penelitian, Pendekatan Penelitian yakni pendekatan empiris, Penentuan informan secara purposive sampling yakni informan dipilih dengan mempertimbangkan pengetahuan mereka tentang masalah yang ditelaah dan dapat mewakili seluruh populasi, Jenis Penelitian adalah kualitatif dan Sumber Data adalah data primer dan data sekunder, Tehnik Pengumpulan Data (Studi Kepustakaan, Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi), Analisis Data, dan Penyajian Analisis Penelitian 7. PENYAJIAN DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN a. Religiusitas Umat Islam Setelah Konversi ke Hindu dalam Memahami Ajaran Tattwa atau Filsafat Agama Hindu Umat Islam setelah konversi ke Hindu hanya mendapat pembelajaran secara informal yaitu dari keluarga dan masyarakat dan para informan tidak mendapat pengetahuan berdasarkan kitab suci Weda seperti Catur Veda Samhita, Bhagavad Gita, Sarasamuccaya, Upanisad dan kitab suci lainya, selain itu hanya dua informan yang diberikan pemahaman secara intensif karena harus mengikuti suami menjalani upacara mewinten dan ngayah sebagai pemangku di pura. Seharusnya umat Islam yang konversi ke Hindu mendapat perhatian lebih dari tokoh-tokoh Hindu, serta majelis agama Hindu seperti PHDI dan mendapat pembelajaran secara terstruktur mengenai agama Hindu. Pemahaman terhadap kontruksi teologi Hindu secara konsep dapat dipahami dan diyakini melalui ajaran panca sraddha seperti: 1) Widhi sraddha diyakini oleh umat Islam yang konversi ke Hindu sebagai keyakinan adanya Tuhan berwujud seperti tri murti, Ida Bhatara Bhajangan sebagai menifestasi dari dewi Durga dan Ida Sang Hyang Widhi Wasa berstana di padmasana, 2) Atma sraddha diyakini oleh umat Islam yang konversi ke Hindu sebagai keyakinan adanya atman pada setiap makhluk sebagai tenaga hidup, 3)Karmaphala sraddha diyakini oleh umat Islam yang konversi ke Hindu sebagai keyakinan adanya hukum sebab akibat yang mengajarkan untuk hidup lebih baik, 4) Punarbhawa sraddha diyakini oleh umat Islam yang konversi ke Hindu sebagai keyakinan adanya kelahiran kembali ke dunia diyakini melalui ritual ngeluang atau nyapatin, 5) Moksa sraddha diyakini oleh umat Islam yang konversi ke Hindu sebagai keyakinan adanya kesempurnaan tertinggi (moksa). 5

6 b. Religiusitas Umat Islam Setelah Konversi ke Hindu dalam Memahami Ajaran Susila atau Etika Agama Hindu Umat Islam setelah konversi ke Hindu, secara konsep kurang mengetahui ajaran susila yang diklasifikasikan, tapi dapat diimplementasikan sebagai wujud religiusitas menjadi umat Hindu. ajaran susila yang diklasifikasikan, seperti: 1) Tri kaya parisudha diimplementasikan oleh umat Islam yang konversi ke Hindu dengan berfikir yang baik tanpa berprasangka buruk dan berfikir secara positif tentunya akan menimbulkan perkataan baik seperti mengucapkan om swastyastu sebagai salam pembuka dan om santih santih santih sebagai salam penutup, hingga belajar berbahasa Bali yang baik dan benar agar komunikasi dengan lingkungan masyarakat dapat lebih, hingga menimbulkan perbuatan baik seperti bergotong-royong membantu saudara menyelenggarakan upacara atau ngayah di Pura. 2) Catur paramitha diimplementasikan oleh umat Islam yang konversi ke Hindu untuk mengatasi individualitas karena kemajuan teknologi, meningkatkan kepedulian dan kerukunan masyarakat, sebagai pedoman hidup agar dapat membentuk etika dan prilaku yang baik, dan dipahami melalui konsep ngayah karena memberikan tuntunan untuk berkumpul bersama menciptakan rasa kekeluargaan, kasih sayang, simpati dan toleransi, agar manusia dapat hidup bersama secara harmonis. 3) Tri mala diimplementasikan oleh umat Islam yang konversi ke Hindu sebagai ajaran yang penting untuk diketahui dan diimplementasikan pada waktu tertentu agar lebih waspada seperti misalnya ketika menghadapi orang tidak baik, selain itu ajaran tri mala dapat diketahui sebagai batasan yang relevan untuk mengekang sifat buruk manusia dalam beretika. c. Religiusitas Umat Islam Setelah Konversi ke Hindu dalam Memahami Ajaran Upacara atau Ritual Agama Hindu Umat Islam yang kini sebagai Hinduisme di Bali menganggap upacara sebagai suatu bentuk yadnya kehadapan Sang Pencipta, sebagai wujud bakti dan rasa terima kasih karena telah memberikan dan menciptakan kehidupan di dunia, ini berarti melalui yadnya terjadi timbal balik yang dapat menyeimbangkan dunia. Umat Islam yang konversi ke Hindu dalam memahami ajaran upacara atau ritual agama Hindu yaitu menyatakan tingkat religiusitas yang cukup baik yang ditunjukan berdasarkan pelaksanaan terhadap ajaran panca yadnya meliputi: 1) Dewa yadnya ditunjukkan oleh umat Muslim yang sudah konversi dengan menghaturkan banten saiban, banten punjung dan pada hari tertentu seperti tumpek wariga atau piodalan di pura. 2) Rsi yadnya ditunjukkan oleh umat Muslim yang sudah konversi dengan menghaturkan daksina atau melaksanakan upacara mewinten. 3) Pitra yadnya ditunjukan oleh umat Muslim yang sudah konversi dengan memberikan kasih sayang kepada orang tua semasih hidup dan melaksanakan upacara penguburan atau ngaben ketika orang tua sudah meninggal. 4) Manusa yadnya ditunjukan oleh umat Muslim yang sudah konversi dengan upacara megedong-gedongan, nyambutin, otonan, potong gigi dan suddhi wadhani. 5) Bhuta yadnya ditunjukan oleh umat Muslim yang sudah konversi melalui upacara byakala, caru atau mecaru dan menghaturkan segehan. 6

7 8. SIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah disajikan, dapat disimpulkan hasil penelitian. memahami ajaran tattwa menyatakan tingkat religiusitas cukup baik ditunjukan berdasarkan keyakinan terhadap ajaran panca sraddha. Pengetahuan agama Hindu berdasarkan ajaran kitab suci Veda kurang diketahui, sebab sistem pembelajaran agama Hindu diterima secara informal, yaitu dari keluarga dan masyarakat sekitar. Pemahaman terhadap kontruksi teologi Hindu secara konsep dapat dipahami dan diyakini melalui ajaran panca sraddha seperti: Widhi sraddha, Atma sraddha, Karmaphala sraddha, Punarbhawa sraddha, Moksa sraddha Umat Islam yang konvesi ke Hindu secara konsep kurang mengetahui ajaran susila atau yang diklasifikasikan seperti tri kaya parisudha, catur paramitha dan tri mala, namun dalam kehidupan sehari-hari ajaran susila atau etika agama Hindu dapat diimplementasikan dengan cukup baik, Religiusitas umat Islam setelah konversi ke Hindu di Desa Pakraman Nyitdah, Kecamatan Kediri, Kabupaten Tabanan dalam memahami ajaran upacara atau ritual agama Hindu yaitu menyatakan tingkat religiusitas yang cukup baik yang ditunjukanberdasarkan pelaksanaan terhadap ajaran panca yadnya meliputi: Dewa yadnya, Rsi yadnya, Pitra yadnya, Manusa yadnya, Bhuta yadnya. 9. SARAN-SARAN Di Mengingat sistem pembelajaran para pemeluk Hindu yang sebelumnya beragama Islam hanya dilalui secara nonformal, jadi kepada tokoh-tokoh Hindu, lembaga Hindu dan majelis Hindu (PHDI) diharapkan untuk memberikan bimbingan secara terstruktur agar religiusitas sebagai pemeluk Hindu dapat ditingkatkan. Kepada majelis agama Hindu (PHDI) agar membuat sistem pembelajaran bagi pemeluk Hindu dan yang konversi menjadi Hindu. Adanya kesediaan umat lain untuk memeluk Hindu khususnya umat Islam setelah konversi ke Hindu agar dapat lebih mampu memahami konsepkonsep dan ajaran agama Hindu serta mampu diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat. 10. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat: 1. Prof. Dr. I Made Titib,Ph.D., Rektor IHDN Denpasar. 2. Dr. Drs. I Made Suweta,M.Si., Dekan Fakultas Brahma Widya. 3. I Made Dwitayasa,S.Ag.,M.Fil.H. Ketua Jurusan Teologi Hindu. 4. Drs. I Wayan Redi, M.Ag. selaku pembimbing I 5. Ni Kadek Surpi, S.Pt., M.Fil.H. selaku pembimbing II 6. Para Dosen Brahma Widya 7. Para Narasumber 8. Kedua orang tua serta semua keluarga. 9. Para teman-teman 7

8 Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penelitian ini jauh dari kesempurnaan, Oleh karena itu penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya tulis ini. 11. DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanudin Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Anggarasari, R. E Hubungan Tingkat Religiusitas Dengan Sikap Konsumtif Pada Ibu Rumah Tangga.Yogyakarta: Skripsi Universitas Gajah Mada. Arikunto, Suharsini Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Edisi Revisi V). Jakarta: PT Rineka Cipta Arikunto, Suharsini Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Ed Revisi VI). Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta. Aryadharma, Ni Kadek Surpi Membedah Kasus Konversi Agama di Bali (Kronologi, Metode Misi dan Alasan Di Balik Tindakan Konversi Agama dari Hindu ke Kristen dan Katolik di Bali Serta Pernik-Pernik Keagamaan di Dunia). Surabaya: Paramita. Bagus, Lorens Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Baratha, I Ketut Kerukunan Antar Umat Beragama, Program Pasca Sarjana Institut Negeri Denpasar. Basrowi dan Suwandi Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Bungin, Burhan Metodelogi Penelitian Sosial: Format-Format Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga Univercity Press. Darnita, I Nyoman, Strategi Adaptasi Umat Islam-Krama Hindu di Desa Pakraman Angantiga, Kabupaten Badung, Tesis Universitas Hindu Indonesia Denpasar Enggineer, Asghar Ali Problem Hindu Muslim di India:Suatu Titik Pandang Islam, dalam Dialog: Kritik & Identitas Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Gazalba, Sidi Ilmu, Filsafat dan Islam. Jakarta: Bulan Bintang Hadi, Sutisno Metodologi Reasearch 1. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press. Hadiwijono, Dr. Harun Agama Hindu dan Budha. Jakarta: PT Bpk Gunung Mulia. Hendropuspito Sosiologi Agama. Yogyakarta: Konisius Iqbal, Hasan Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia. Iskandar, Psikologi Pendidikan Sebuah orientasi baru. Jakarta : Gaung Persada (GP) Press. Kamajaya, Dr.Gede.1999.Hukum Evolusi Roh. Surabaya: Paramita Khamad, Dadang Sosiologi Agama. PT Remaja Rosdakarya, Bandung. Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalias dan Pembangunan. Jakarta: Gramedia Mangunwijaya, Y.B Sastra dan Religiusitas. Jakarta: Sinar Harapan Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Nasir, Moh Metodelogi Penelitian. Jakarta:Ghalia Indonesia 8

9 Nawawi, Hadari Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Paramita, IGA, Dewi,S.S Wejangan Filosofis dan Keagamaan Swami Vivekananda. Surabaya: Paramita Perwadarmenta Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Perwadarmenta Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Prabhupada, Sri-Srimad A.C.Bhaktivedanta Swami Bhagavad Gita (Menurut Aslinya). Hanuman Sakti: The Bhakti Vedanta Book Trust International Putu. Ni Made (2009). Interaksi Umat Islam Dengan Hindu Dalam Kehidupan Masyarakat Desa Bukit Kecamatan Karangasem Kabupaten Karangasem. Tesis Universitas Hindu Indonesia Denpasar Pudja, MA. SH, Gede Isa Upanisad. Surabaya: Paramita. Rakhmat, Jalaludin Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Rakhmat, Jalaludin Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya. Ramayulis Pengantar Psikologi Agama. Jakarta: Kalam Mulia Rasmanah, M Hubungan Religiusitas dan Pola Asuh Islami dengan Kecerdasan Emosional pada Remaja, Tesis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM. Ridwan Belajar Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: CV Alfaheta. Rindjin, Ketut Etika Bisnis dan Implementasi. Jakarta: Gramedia. Saebendi, beni ahmad,m.si Sosiologi Agama.Bandung: PT Refika Aditama Sanjaya, Putu Acara Agama Hindu. Surabaya: Paramita Santeri, I Made Interaksi Lintas Budaya: Studi Sistem Komunikasi Sosial Masyarakat Hindu dan Islam di Desa Pemogan. Tesis IHDN Denpasar Sivananda, Sri Swami Intisari Ajaran Hindu. Surabaya: Paramita Soelaeman, Munandar Ilmu Sosial Dasar(Teori dan Konsep Ilmu Sosial). Bandung: PT. Eressco. Subagiasta, I Ketut Tattwa Hindu Bagi Pandita dan Pemangku. Surabaya: Paramita Sudharta, M.A. Tjokorda. Rai Manava Dharmasastra (Manu Dharma Sastra). Surabaya: Paramita. Sudharta, Tjok. Rai Sarasamuccaya Smerti Nusantara. Surabaya: Paramita. Suhardana, Drs. K.M Pengantar Etika dan Moral Hindu. Surabaya: Paramita. Suhardana, Drs. K.M Tri Kaya Parisudha (Bahan Kajian Untuk Berfikir Baik, Berkata Baik dan Berbuat Baik). Surabaya: Paramita. Suhardana, Drs. K.M Panca Sraddha (Lima Keyakinan Umat Hindu). Surabaya: Paramita Suhardana, Komang Karangka Dasar Agama Hindu (Tattwa-Susila- Upacara). Surabaya: Paramita. Supadie, Dr. H. Didiek Ahmad, M.M Pengantar Studi Islam. Jakarta: Pt Rajagravindo Persada. 9

10 Surpi, Ni Kadek Konversi Agama Masyarakaat Bali (Studi Kasus Konversi Agama Hindu Ke Kristen Protestan di Kelurahan Abianbase, Kecamatan Mengwi, Badung). Tesis. Program Pasca Sarjana Institut Negeri Denpasar. Tapasyananda, Swami.2008.Wejangan Filosofis dan Keagamaan Swami Vivekananda. Surabaya: Paramita. Thouless, R. H Pengantar Psikologi agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Titib. I Made Veda Sabda Suci Pedoman Praktis Kehidupan. Paramita. Surabaya. Titib. I Made Teologi dan Simbol-simbol dalam Agama Hindu. Paramita. Surabaya. Wijaya, I Nyoman, 1986.Cahaya Kubah di Ujung Timur Kahyangan: Studi Perkembangan Islam di Kabupaten Karangasem Tesis Universitas Gajah Mada Yogyakarta Wiranata, SH, MH, I Gede A.B Dasar-Dasar Etika Dan Moralitas. Bandung: Citra Aditya Bakti WS, Indrawan Kamus Lengkap Bahasa Indonesi (Edisi Ketiga). Jombang: Lintas Media. Yayasan Sanatana Dharmasrama Surabaya Studi Banding Antar Agama. Surabaya: Paramita. Zoetmulder, P.J Kamus Jawa Kuno - Indonesia. Jakarta: Gramedia 10

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGADEGANG NINI DI SUBAK PENDEM KECAMATAN JEMBRANA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Nilai Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Luh Setiani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar niluhsetiani833@gmail.com

Lebih terperinci

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan)

Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar. Menunjukkan contoh-contoh ciptaan Sang Hyang Widhi (Tuhan) Penyusunan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar Kelas 1 Kompetensi Inti KD Lama KD Baru 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya Menunjukkan contoh-contoh ciptaan

Lebih terperinci

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM TRADISI NGAYAH DI TENGAH AKSI DAN INTERAKSI UMAT HINDU DI DESA ADAT ANGGUNGAN KELURAHAN LUKLUK KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG Oleh I Gusti Ayu Sri Utami Institut

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Sebagai salah satu pulau di Indonesia, Bali memiliki daya tarik yang luar biasa. Keindahan alam dan budayanya menjadikan pulau ini terkenal dan banyak

Lebih terperinci

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari

I Ketut Sudarsana. > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari I Ketut Sudarsana > Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Menerapkan Ajaran-Ajaran Tri Kaya Parisudha Dalam Kehidupan Sehari-Hari Ajaran Tri Kaya Parisudha dapat dilaksanakan dengan cara memberikan arahan

Lebih terperinci

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I

OLEH : I NENGAH KADI NIM Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar. Pembimbing I EKSISTENSI PALINGGIH RATU AYU MAS SUBANDAR DI PURA DALEM BALINGKANG DESA PAKRAMAN PINGGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Teologi Hindu) OLEH : I NENGAH KADI NIM. 09.1.6.8.1.0150 Email

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA

NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA NILAI PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM PENEMPATAN PATUNG GANESHA DI DESA MANISTUTU KECAMATAN MELAYA KABUPATEN JEMBRANA Oleh Ni Made Ardani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar made.ardani6@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar BHAKTI ANAK TERHADAP ORANG TUA (MENURUT AJARAN AGAMA HINDU) Oleh Heny Perbowosari Dosen Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar henysari74@gmail.com ABSTRAK Dalam pengenalan ajaran agama tidak luput dari

Lebih terperinci

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD

27. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD 27. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SD KELAS: I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan dirumuskan

Lebih terperinci

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI PURA TELEDU NGINYAH PADA ERA POSMODERN DI DESA GUMBRIH KECAMATAN PEKUTATAN KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Ni Putu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA

E. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA - 446 - E. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNANETRA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

D. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA - 1254 - D. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA KELAS : I Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA

TUGAS AGAMA DEWA YADNYA TUGAS AGAMA DEWA YADNYA NAMA ANGGOTA KELOMPOK 7 KETUT ALIT WIRA ADI KUSUMA (05) ( KETUA ) NI LUH LINA ANGGRENI (27) ( SEKETARIS ) NI LUH DIAH CITRA URMILA DEWI (14) I PUTU PARWATA (33) SMP N 2 RENDANG

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita,

DAFTAR PUSTAKA. Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita, DAFTAR PUSTAKA Aryadharma, Ni Kadek Surpi. Membedah Kasus Konversi Agama di Bali. Surabaya: Paramita, 2011. Azwar, Saifudin. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009. Dister, Nico S. Psikologi

Lebih terperinci

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM

GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM GEGURITAN SUMAGUNA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI OLEH PUTU WIRA SETYABUDI NIM 0501215003 PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BALI JURUSAN SASTRA DAERAH FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2009 GEGURITAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia berbeda dengan yang ada di India, ini disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang telah menciptakan kebudayaan yang sangat kompleks di bidang astronomi, ilmu pengetahuan, filsafat dan lain-lain sehingga timbul

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007.

DAFTAR PUSTAKA. Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. DAFTAR PUSTAKA Agus, Bustanuddin, Agama Dalam Kehidupan Manusia, Pengantar Antropologi Agama.Jakarta : Raja Grafindo Persada.2007. Kasiran, Moh. 2010. Metodologi Penelitian, Malang: UIN Maliki Press. Sugiono.2011.

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG

IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA PADA SEKAA TARUNA PAGAR WAHANA DI DESA ADAT PELAGA KECAMATAN PETANG, KABUPATEN BADUNG Ni Made Sri Windati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar sriwindati95@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga

BAB I PENDAHULUAN. budi pekerti, dan gambaran kehidupan orang Hindu. Agama ini juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama Hindu adalah agama yang dianut oleh sebagian besar penduduk India. Agama ini dinamakan Hindu, karena di dalamnya mengandung adatistiadat, budi pekerti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama diturunkan kepada manusia untuk menuntun mereka mencapai. mempunyai budi pekerti yang luhur. Agama memenuhi kerinduan yang

BAB I PENDAHULUAN. Agama diturunkan kepada manusia untuk menuntun mereka mencapai. mempunyai budi pekerti yang luhur. Agama memenuhi kerinduan yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan judul, manfaat penelitian dan metode penelitian. A. Latar Belakang Masalah Agama

Lebih terperinci

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) UPACARA NGEREBEG DI PURA DUUR BINGIN DESA TEGALLALANG, KECAMATAN TEGALLALANG KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayuk Denyka Mayrina Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK

LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK LANDASAN PENDIDIKAN PENDIDIKAN YANG BERLANDASKAN CATUR PURUSA ARTHA DALAM MEMBENTUK KARAKTER PESERTA DIDIK Dosen : Dr. I Ketut Sudarsana, S.Ag., M.Pd.H OLEH: I PUTU CANDRA SATRYASTINA 15.1.2.5.2.0800 PRODI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tradisional yang tersimpan dalam naskah lontar banyak dijumpai di masyarakat. Karya sastra ini mengandung banyak nilai dan persoalan yang berhubungan

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN BAHASA BALI DALAM SIKAP BAHASA SISWA KELAS XI BAHASA 1 SMA NEGERI 2 GEROKGAK

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN BAHASA BALI DALAM SIKAP BAHASA SISWA KELAS XI BAHASA 1 SMA NEGERI 2 GEROKGAK KEMAMPUAN MENGGUNAKAN BAHASA BALI DALAM SIKAP BAHASA SISWA KELAS XI BAHASA 1 SMA NEGERI 2 GEROKGAK OLEH : NI LUH AYU NOVIANTARI noviantari_a@yahoo.co.id INSTITUT HINDU DHARMA NEGERI DENPASAR PEMBIMBING

Lebih terperinci

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk

MIMAMSA DARSANA. Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1 MIMAMSA DARSANA Oleh: IGN. Suardeyasa, S.Ag dkk 1. Pendahuluan Agama Hindu berkembang ke seluruh dunia dengan kitab sucinya Weda, disesuaikan dengan budaya lokal (local genius). Sebagai payung dalam

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar UPACARA NILAPATI BAGI WARGA MAHA GOTRA PASEK SANAK SAPTA RSI DI BANJAR ROBAN DESA TULIKUP KECAMATAN GIANYAR KABUPATEN GIANYAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Dwiari Suryaningsih Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Manusia pada zaman modern ini mungkin patut berbangga atas pencapaian yang telah diraih manusia hingga sampai pada saat ini dan kemajuan dalam segala

Lebih terperinci

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR

RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR RITUAL MEKRAB DALAM PEMUJAAN BARONG LANDUNG DI PURA DESA BANJAR PACUNG KELURAHAN BITERA KECAMATAN GIANYAR (Analisis Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Made Agus Sutrisna Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK

Ni Luh Ayu Eka Damayanti * ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDIDIKAN TRI KAYA PARISUDHA DALAM MENINGKATKAN NILAI ETIKA SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI PURWOSARI KECAMATAN TORUE KABUPATEN PARIGI MOUTONG Ni Luh Ayu Eka Damayanti * Staff Pengajar STAH

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU

PEMBELAJARAN AGAMA HINDU PEMBELAJARAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA iketutsudarsana@ihdn.ac.id www.iketutsudarsana.com Secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta, yaitu dari kata a dan gam. a berarti tidak dan gam berarti

Lebih terperinci

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu)

TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) TRADISI NYAKAN DI RURUNG DALAM PERAYAAN HARI RAYA NYEPI DI DESA PAKRAMAN BENGKEL KECAMATAN BUSUNGBIU KABUPATEN BULELENG (Kajian Teologi Hindu) OLEH: KOMANG HERI YANTI email : heryan36@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional

Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional Eksistensi Kulkul Sebagai Media Komunikasi Tradisional (Studi Pada Kelian Adat Banjar Batu Bintang Kelurahan Dauh Puri Kelod Denpasar Barat) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS

PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS PERANAN SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU (STAH) DHARMA SENTANA SULAWESI TENGAH DALAM MENINGKATKAN ETIKA MAHASISWA DI LINGKUNGAN KAMPUS IG M. SUARNADA Program Studi Pendidikan Agama Hindu STAH Dharma Sentana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa

BAB I PENDAHULUAN. keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selain memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, Indonesia juga memiliki keragaman tradisi, karena di negeri ini dihuni oleh lebih dari 700-an suku bangsa dan sub-suku

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU

KODE ETIK DOSEN LEMBAGA PENJAMINAN MUTU KODE ETIK DOSEN VISI : Terdepan dalam dharma, widya dan budaya MISI : 1. Meningkatkan Kualitas dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hindu melalui Pendidikan Tinggi Hindu; 2. Mengembangkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) EKSISTENSI TIRTHA PENEMBAK DALAM UPACARA NGABEN DI KELURAHAN BALER-BALE AGUNG KECAMATAN NEGARA KABUPATEN JEMBRANA (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Dewa Ayu Putu Warsiniasih Institut Hindu Dharma

Lebih terperinci

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change.

SEKAPUR SIRIH. - Ciptakan kemitraan strategis dengan berbagai stakeholders untuk membangun kekuatan sebagai agent of change. SEKAPUR SIRIH Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Om Swastiastu, Tingkatkan hubungan harmon is antara manusia-alam-tuhan sehingga mendorong kita untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Kepada Umat Parisada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach

BAB IV ANALISIS DATA. A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach BAB IV ANALISIS DATA A. Deskripsi aktivitas keagamaan menurut pemikiran Joachim Wach Dalam teori Joachim wach dapat diamati dalam tiga bentuk ekspressi keagamaan atau pengalaman beragama baik individu

Lebih terperinci

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN

REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN REALISASI TOLERANSI ANTAR UMAT HINDU DAN BUDDHA DI PURA PUSERING JAGAT PANCA TIRTA DESA PAKARAMAN KEMBANG MERTA DESA CANDIKUNING KECAMATAN BATURITI KABUPATEN TABANAN Oleh I Putu Hendra Yogi Swasgita hendrayogi.pcc@gmail.com

Lebih terperinci

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER

SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER SANKSI PACAMIL DI DESA BLAHBATUH GIANYAR DITINJAU DARI PENDIDIKAN KARAKTER Oleh : Drs. I Ketut Rindawan, SH.,MH. ketut.rindawan@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak

Lebih terperinci

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author

TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI. Corresponding Author TUTUR WIDHI SASTRA DHARMA KAPATIAN: ANALISIS STRUKTUR DAN FUNGSI Gusti Ayu Putu Ardiyanti 1*, Ida Bagus Rai Putra 2, I Nyoman Supatra 3 [123] Program Studi Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Unud 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam adalah agama rahmatan lil alamin.ajarannya diperuntukkan bagi umat manusia secara keseluruhan. Ajaran Islam dapat berpengaruh bagi umat manusia dalam segala

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Abdurrachman, Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik Indonesia, Cendana Press, Jakarta, 1984.

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Abdurrachman, Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik Indonesia, Cendana Press, Jakarta, 1984. DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdurrachman, Hukum Adat Menurut Perundang-undangan Republik Indonesia, Cendana Press, Jakarta, 1984. Adia, G.K Wiratmadja, Wanita Hindu Dalam Suatu Proyeksi, Ganexa Exact Bandung,

Lebih terperinci

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E)

21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) 21. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB - E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010.

DAFTAR PUSTAKA. Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010. DAFTAR PUSTAKA Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010. Adisusilo, Sutarjo, Pembelajaran Nilai Karakter, Jakarta: Raja Grafindo persada, 2014. Arifin, M, Ilmu Pendidikan Islam:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat luas yang masyarakatnya terdiri dari beragam suku, ras, budaya, dan agama. Salah satu di antaranya adalah suku Bali yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang penuh dengan keanekaragaman Suku Bangsa, Bahasa, Agama, dan Kebudayaan. Keberagaman budaya bangsa Indonesia bukan berarti untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2

HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2 HUBUNGAN TIGA PILAR AGAMA HINDU DILIHAT DARI ASPEK EKONOMI 1 I Made Sukarsa 2 Pemahaman agama Hindu bisa didekati dengan tiga cara yaitu dengan mempelajari dan melaksanakan tattwa atau filsafat, bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kehidupan individu dan masyarakat, bahkan terhadap segala gejala alam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan beragama pada dasarnya merupakan kepercayaan terhadap keyakinan adanya kekuatan ghaib, luar biasa atau supernatural yang berpengaruh terhadap kehidupan

Lebih terperinci

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu

Nirwana dan Cara Pencapaiannya dalam Agama Hindu Oleh : Hj. A. Nirawana Abstract Menggapai nirwanan adalah sebuah tujuan spiritual dalam agama hindu. Tulisan berikut ingin menelusuri sejauhmana makna nirwana dan langkahlangkah pencapaiannya bagi penganut

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra

PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU. Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra PELAKSANAAN TRI HITA KARANA DALAM KEHIDUPAN UMAT HINDU Oleh : Drs. I Made Purana, M.Si Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Abstrak Tri Hita Karana pada hakikatnya adalah sikap hidup

Lebih terperinci

KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tahap-tahap perkembangan agama Hindu di India. Kejadian sejarah agama Hindu di India.

KEGIATAN PEMBELAJARAN. Tahap-tahap perkembangan agama Hindu di India. Kejadian sejarah agama Hindu di India. SILABUS KELAS/SEMESTER : X/1 STANDAR : (Sejarah Agama Hindu) Memahami sejarah perkembangan agama Hindu di India dan Negara-negara lainnya. KODE : 1. Sejarah Agama Hindu : 10 x 45 Menit MATERI PEMAN PEMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu )

CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) CARU PANGALANG SASIH DI DESA ADAT MENGWI KECAMATAN MENGWI KABUPATEN BADUNG ( Kajian Filosofis Hindu ) Oleh : NI MADE SURATNI NIM : 09.1.4.4.1.0181 Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I Drs.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. terjadi terhadap semua ciptaan-nya baik dari segi yang terkecil hingga ciptaan- 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Alam semesta jagat raya dengan seisinya bergerak berputar tiada hentinya dengan perputaran yang teratur sesuai dengan hukumnya. Hukum perputaran terjadi terhadap semua

Lebih terperinci

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar

Oleh Wayan Suprapta Institut HinduDharmaNegeri Denpasar PENDEKATAN PEMBELAJARAN KLASIKAL YANG DITERAPKAN DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SLB NEGERI 1 TABANAN KECAMATAN TABANAN KABUPATEN TABANAN Oleh Wayan Suprapta

Lebih terperinci

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMENTASAN TARI RATU BAKSAN DI PURATAMPURYANG DESA PAKRAMAN SONGAN KECAMATAN KINTAMANI KABUPATEN BANGLI (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh I Gede Ari Duarsa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Lebih terperinci

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI

KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI KOMUNIKASI SIMBOLIK DALAM TRADISI CARU PALGUNA DI DESA PAKRAMAN KUBU KECAMATAN BANGLI KABUPATEN BANGLI Oleh I Wayan Budeyasa Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstract Caru palguna tradition which

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73

JURNAL PENELITIAN AGAMA HINDU 73 TRADISI NGEDEBLAG DI DESA PAKRAMAN KEMENUH KECAMATAN SUKAWATI KABUPATEN GIANYAR (Kajian Teologi Hindu) Oleh Ni Putu Dian Yudiani, I Wayan Mandra, I Ketut Gunarta Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar e-mail:

Lebih terperinci

KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA. Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar KAJIAN STRUKTURAL KETUHANAN DALAM TATTWA JÑÀNA Oleh : Ida Bagus Subrahmaniam Saitya bram.gus@gmail.com Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I I Wayan Redi Pembimbing II I Ketut Wardana ABSTRAK

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA dan UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN I

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 17. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama

Lebih terperinci

MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR

MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR 1 MAKNA FILOSOFIS PELAKSANAAN SUDDHI WADANI DALAM PERKAWINAN HINDU DI DESA PAKRAMAN LUMINTANG, KECAMATAN DENPASAR UTARA, KOTA DENPASAR OLEH : KADEK SRI WAHYUNI Kadeksriwahyuni9@gmail.com Institut Hindu

Lebih terperinci

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR

UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR UPACARA BAYUH OTON UDA YADNYA DI DESA PAKRAMAN SIDAKARYA KECAMATAN DENPASAR SELATAN KOTA DENPASAR Oleh : Ni Komang Ayu Sri Ratna Dewi Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar I Ketut Sudarsana Institut Hindu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara

BAB I PENDAHULUAN. Bentuk-bentuk adat istiadat dan tradisi ini meliputi upacara perkawinan, upacara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Bali memiliki bentuk-bentuk kebudayaan yang cukup beraneka ragam, kebiasaan masyarakat daerah tertentu yang unik, yang kesemuanya itu memiliki daya tarik tersendiri

Lebih terperinci

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS BALAI BAHASA PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh : KADEK YUDI PRAWIRA JAYA

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS BALAI BAHASA PROVINSI BALI SKRIPSI. Oleh : KADEK YUDI PRAWIRA JAYA PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI DI DINAS BALAI BAHASA PROVINSI BALI SKRIPSI Oleh : KADEK YUDI PRAWIRA JAYA NIM : 1015251119 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga

BAB IV ANALISIS DATA. A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga BAB IV ANALISIS DATA A. Makna Ritual Tilem di Pura Pasraman Saraswati Tiga Persembahyangan hari tiem ini bersifat wajib bagi umat Hindu karena merupakan hari suci.bulan tilem berasal dari dua suku kata

Lebih terperinci

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (STUDI DI SMP RSBI NEGERI 1 BATU) S K R I P S I

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (STUDI DI SMP RSBI NEGERI 1 BATU) S K R I P S I PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (STUDI DI SMP RSBI NEGERI 1 BATU) S K R I P S I Diajukan Kepada Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna

BAB I PENDAHULUAN. di Bali, perlu dimengerti sumbernya. Terdapat prinsip Tri Hita Karana dan Tri Rna 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bali telah terkenal dengan kebudayaannya yang unik, khas, dan tumbuh dari jiwa Agama Hindu, yang tidak dapat dipisahkan dari keseniannya dalam masyarakat yang berciri

Lebih terperinci

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR SKRIPSI PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PELAYANAN PUBLIK PADA PEMERINTAH KOTA DENPASAR PUTU DIKA WIJAYATAMA 0916051117 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI PENERAPAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah

KATA PENGANTAR. Pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah KATA PENGANTAR Pujisyukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang telah melimpahkan berkat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul PERAN PARTAI POLITIK

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BALE GADING DALAM UPACARA MAPENDES DI DESA DUDA TIMUR KECAMATAN

PENGGUNAAN BALE GADING DALAM UPACARA MAPENDES DI DESA DUDA TIMUR KECAMATAN PENGGUNAAN BALE GADING DALAM UPACARA MAPENDES DI DESA DUDA TIMUR KECAMATAN Oleh Ni Kadek Yuliani Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar n_yuliani55@yahoo.com Abstract Yajña in Hinduism is an integral part

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu)

RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) RITUAL PENGLUKATAN PADA HARI TUMPEK WAYANG DI DESA PAKRAMAN BANJARANGKAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Teologi Hindu) Oleh I Wayan Murjana Institut Hindu Dhrama Negeri Denpasar wayanmurjana71@gmail.com

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. 1. Aktivitas keagamaan di pondok sosial Babat Jerawat mengalami

BAB IV PENUTUP. 1. Aktivitas keagamaan di pondok sosial Babat Jerawat mengalami BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Aktivitas keagamaan di pondok sosial Babat Jerawat mengalami perkembangan. Mulanya jama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konversi agama merupakan suatu fenomena agama yang tidak baru lagi. Proses perpindahan/masuk agama ini sudah terjadi sejak dulu, bahkan sejak para nabi dan

Lebih terperinci

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR A.A. ISTRI AGUNG BINTANG SURYANINGSIH NIM 1490161024

Lebih terperinci

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar TRADISI PERSEMBAHYANGAN TANPA MENGGUNAKAN API DI PURA KAHYANGAN ALAS KEDATON DESA PAKRAMAN KUKUH KECAMATAN MARGA KABUPATEN TABANAN (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh Ni Putu Ayu Putri Suryantari

Lebih terperinci

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)

16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) 16. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya untuk

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA ATAS PELAYANAN JASA KOPERASI SIMPAN PINJAM SRI RATIH DI KABUPATEN TABANAN

ANALISIS TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA ATAS PELAYANAN JASA KOPERASI SIMPAN PINJAM SRI RATIH DI KABUPATEN TABANAN ANALISIS TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA ATAS PELAYANAN JASA KOPERASI SIMPAN PINJAM SRI RATIH DI KABUPATEN TABANAN Oleh : GUSTI AYU PUTU RATIH KUSUMA DEWI NIM : 0615251069 Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagaian

Lebih terperinci

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT. BANK BPD BALI KANTOR CABANG UBUD

PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT. BANK BPD BALI KANTOR CABANG UBUD PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT PENSIUNAN PADA PT. BANK BPD BALI KANTOR CABANG UBUD Oleh : PUTU AYU NOVIANTARI SUKRANINGSIH NIM : 1206013061 PROGRAM STUDI DIPLOMA III AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Persepsi Masyarakat terhadap Warisan Adat Istiadat tentang. Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga

BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. 1. Persepsi Masyarakat terhadap Warisan Adat Istiadat tentang. Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga BAB VI SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan 1. Persepsi Masyarakat terhadap Warisan Adat Istiadat tentang Perkawinan Terlarang antara Desa Cipaku dengan Desa Onje Kecamatan Mrebet Kabupaten Purbalingga

Lebih terperinci

PENAMPILAN SAPI BALI PENGGEMUKAN YANG DIBERI RANSUM BERBASIS RUMPUT RAJA DENGAN SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN DAN MINERAL

PENAMPILAN SAPI BALI PENGGEMUKAN YANG DIBERI RANSUM BERBASIS RUMPUT RAJA DENGAN SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN DAN MINERAL PENAMPILAN SAPI BALI PENGGEMUKAN YANG DIBERI RANSUM BERBASIS RUMPUT RAJA DENGAN SUPLEMENTASI MULTI VITAMIN DAN MINERAL OLEH IDA BAGUS DHARMA DIPUTRA 0707405001 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PROSEDUR PENJUALAN SPARE PART PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK DAIHATSU DENPASAR BRANCH

PROSEDUR PENJUALAN SPARE PART PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK DAIHATSU DENPASAR BRANCH PROSEDUR PENJUALAN SPARE PART PADA PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK DAIHATSU DENPASAR BRANCH Oleh: KADEK SUPUTRA NIM: 1106013039 Tugas Akhir Studi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan

Lebih terperinci

TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA BIRO PERJALANAN WISATA DAN/ JASA AGEN PERJALANAN WISATA PADA PT.

TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA BIRO PERJALANAN WISATA DAN/ JASA AGEN PERJALANAN WISATA PADA PT. TATA CARA PERHITUNGAN, PENYETORAN DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS JASA BIRO PERJALANAN WISATA DAN/ JASA AGEN PERJALANAN WISATA PADA PT. W Oleh : I MADE WIRA ADI PRATAMA NIM : 1306043022 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU

PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA 1. Pengertian Pendidikan Sanjana (2006:2) menyatakan bahwa adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran yang efektif,

Lebih terperinci

PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu)

PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) PEMAHAMAN UPACARA CARU PENGERUWAK MASYARAKAT HINDU DI DESA SAUSU TAMBU KECAMATAN SAUSU KABUPATEN PARIGI MOUTONG (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) N K. Ratini N M. Yuliastuti Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA HINDU DI SEKOLAH DASAR NEGERI No. 2 NYAMBU KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN

IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA HINDU DI SEKOLAH DASAR NEGERI No. 2 NYAMBU KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA HINDU DI SEKOLAH DASAR NEGERI No. 2 NYAMBU KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN Oleh: Ida Bagus Agung Mahadiputra Institut Hindu Dharma Negeri

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT

KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT TESIS KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN ANGGOTA KOPERASI UNIT DESA SURABERATA KECAMATAN SELEMADEG BARAT NI WAYAN ELIYAWATI PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS KUALITAS PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah cara menurut sistem aturan tertentu untuk mengarahkan suatu kegiatan praktis agar terlaksana secara rasional guna mencapai hasil yang optimal. 1 Untuk

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PADA YAYASAN BALI HATI DI UBUD

PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PADA YAYASAN BALI HATI DI UBUD PERLAKUAN AKUNTANSI AKTIVA TETAP BERWUJUD SERTA PENGARUHNYA TERHADAP LAPORAN KEUANGAN PADA YAYASAN BALI HATI DI UBUD Oleh : NI WAYAN SIWI NIM : 0615351107 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu)

PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) PATULANGAN BAWI SRENGGI DALAM PROSESI NGABEN WARGA TUTUAN DI DESA GUNAKSA, KABUPATEN KLUNGKUNG (Kajian Estetika Hindu) Oleh I Wayan Agus Gunada Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Abstrak Ngaben merupakan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI. Abstract 1 PERBANDINGAN NILAI BUDAYA DALAM DONGENG JEPANG DAN DONGENG BALI Ida Bagus Gede Candra Prayoga Program Studi Sastra Jepang, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Udayana Abstract Cultural values are

Lebih terperinci

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah

3. Pengertian Hukum Karmaphala dalam Ajaran Agama Hindu adalah 1. Pengertian Atman adalah. a. Percikan terkecil dari Sang Hyang Widhi Wasa b. Tidak terlukai oleh api c. Tidak terlukai oleh senjata d. Tidak bergerak e. Subha Karma Wasa 2. Fungsi Atman dalam mahluk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melainkan berupa gambaran dan kata-kata. 1

BAB III METODE PENELITIAN. melainkan berupa gambaran dan kata-kata. 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni data yang digunakan merupakan data kualitatif (data yang tidak terdiri dari angkaangka)

Lebih terperinci