PROSEDUR PENANGANAN PENUMPANG DENGAN PERHATIAN KHUSUS (SPECIAL PASSENGER) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA INTERNASIONAL ADISOETJIPTO YOGYAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROSEDUR PENANGANAN PENUMPANG DENGAN PERHATIAN KHUSUS (SPECIAL PASSENGER) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA INTERNASIONAL ADISOETJIPTO YOGYAKARTA"

Transkripsi

1 PROSEDUR PENANGANAN PENUMPANG DENGAN PERHATIAN KHUSUS (SPECIAL PASSENGER) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA INTERNASIONAL ADISOETJIPTO YOGYAKARTA Prasetyowati STTKD Yogyakarta ABSTRAK Bandar udara merupakan tempat moda pemrosesan penumpang dan bagasi, untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Dalam penanganan penumpang ( passenger service) biasanya setiap airlines akan mengalihkan wewenangnya kepada perusahaan jasa ground handling, karena dalam hal ini airlines hanya bertindak sebagai operasional saja. Salah satunya adalah penanganan terhadap penumpang yang membutuhkan perhatian khusus atau sering di sebut sebagai special passenger, dimana penanganan terhadap penumpang yang termasuk dalam kategori ini di butuhkan ketelitian antara lain dalam pengurusan dokumen perjalanan, sarana yang di butuhkan serta prosedur penanganan manual yang di tetapkan berdasarkan standar oprasional. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Prosedur atau pemecahan masalah penelitian dilakukan dengan cara memaparkan obyek yang diselidiki sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta aktual. Data-data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan interpretasi kemudian ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Dari hasil analisis diketahui bahwa penanganan yang profesional sesuai dengan prosedur perlu di lakukan untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan.penanganan terhadap penumpang yang memerlukan perhatian khusus (special passenger) meliputi : penumpang VVIP, VIP/CIP, Unaccompanied Minor (UM), penumpang lemah (Inacapacitated Passenger), penumpang hamil, penumpang yang di tolak untuk memasuki suatu Negara (Inadimissible Passenger), penumpang yang di kembalikan kenegara asal (Deportee), dan Assylum Seeker. Kata Kunci: Prosedur penanganan penumpang, special passenger, PT. Gapura Angkasa bandara Adisoetjipto Yogyakarta PENDAHULUAN Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbesar di dunia. Dengn wilayah yang sangat luas Indonesia merupakan bangsa yang sangat potensial bila di garap secara profesional serta menghasilkan devisa yang sangat besar. Untuk menghubungkan

2 pulau satu dengan pulau yang lainnya di perlukan sarana angkutan transportasi yang dapat menjangkau daerah terpencil sekalipun. Sarana angkutan yang di maksud adalah angkutan udara yang dewasa ini tidak dapat di pungkiri lagi keberadaannya. Jasa angkutan udara selain menjembatani komunikasi daerah-daerah terpencil, yang berarti sebagai alat mobilisasi modern mengangkut penumpang dan barang secara cepat dan aman, serta ikut mempercepat proses pembangunan. Bandar udara merupakan tempat moda pemrosesan penumpang dan bagasi, untuk pertemuan dengan pesawat dan moda transportasi darat. Dalam penanganan penumpang ( passenger service) biasanya setiap airlines akan mengalihkan wewenangnya kepada perusahaan jasa ground handling, karena dalam hal ini airlines hanya bertindak sebagai operasional saja. Salah satunya adalah penanganan terhadap penumpang yang membutuhkan perhatian khusus atau sering di sebut sebagai special passenger, dimana penanganan terhadap penumpang yang termasuk dalam kategori ini di butuhkan ketelitian antara lain dalam pengurusan dokumen perjalanan, sarana yang di butuhkan serta prosedur penanganan manual yang di tetapkan berdasarkan standar oprasional. Jasa angkutan udara harus di dukung juga dengan jasa pelayanan darat atau ground handling yang baik. Jika jasa pelayanan darat atau ground handlingnya buruk maka citra dari perusahaan penerbangan dan perusahaan jasa pelayanan darat tersebut menjadi kurang baik terutama di dalam pelayanan penumpang dengan perhatian khusus yang bersifat internasional. Jasa pelayanan darat atau ground handling merupakan suatu bagian dari operasi penerbangan yang makin terus di jelajahi perkembangan teknologinya, persaingan yang ketat dan berusaha terus agar tetap survive di era seperti sekarang ini. LANDASAN TEORI Penanganan Penumpang (Passenger Handling) Passenger Handling (penanganan penumpang) adalah proses penanganan penumpang yang menggunakan alat transportasi udara yaitu mulai dari stasiun awal/keberangkatan sampai tiba di stasiun tujuan mulai dari proses check-in, proses masuknya penumpang ke ruang tunggu/gate, dan boarding ke dalam pesawat dan sampai penumpang tersebut tiba di tempat tujuan.

3 1. Standard Check-in a. Prosedur Dilaksanakan dengan baik dan teratur : 1) Beri salam kepada penumpang yang check-in 2) Meminta tiket dan dokumen-dokumen lain yang di perlukan dengan sopan 3) Mempersilahkan penumpang meletakkan bagasinya di atas timbangan (termasuk bagasi kabin) 4) Check nama penumpang yang tertera pada tiket dengan manifest penumpang atau pada sistem serta check tarif penumpang 5) Periksa apakah penumpang yang bersangkutan telah membukukan (melanjutkan penerbangan) ke stasiun tujuan akhir, beri label pada bagasi sesuai dengan stasiun yang bersangkutan 6) Untuk penerbangan lintas Negara di wajibkan petugas stasiun untuk meneliti passport penumpang, apakah sudah memiliki visa dan dokumen kesehatan atau belum, serta tiket PP atau keberangkatan lanjutan menuju Negara lain 7) Periksalah apakah bagasi telah di berikan label yang benar, tiap bagasi kabin harus di beri label kabin yang telah di isi seperlunya, sematkan clime tag pada ticket cover yang bersangkutan 8) Isilah kolom pada tiket flight coupon, data-data bagasi yang bersangkutan, jangan menarik flight coupon tersebut sebelum lengkap data-datanya 9) Apabila ada kelebihan bagasi, beritahu pada penumpang bersangkutan dengan sopan dan dimana/kemana dia harus menyelesaikannya 10) Berikan boarding pass beserta tiket dan dokumennya 11) Beritahu kepada penumpang dimana/kemana/bilamana dia harus melaporkan kepada instansi lainnya (pabean, imigrasi, pembayaran airport tax, asuransi dll) 12) Mengucapkan selamat jalan kepada penumpang tersebut.

4 b. First/Executif Class Pelayanan yang lebih Excellence bagi penumpang kelas utama/bisnis di bandingkan dengan penumpang kelas ekonomi. Bagi penumpang pemegang tiket kelas utama/bisnis. 1) Check-in counter di lakukan di konter khusus bagi penumpng Executif class 2) Label serta kabinnya mempunyai warna yang berbeda dengan penumpang ekonomi 3) Ruang tunggu keberangkatan di tempatkan di ruang executife lounge di Bandara dengan fasilitas, yakni : Minum soft drink, tea, coffe/milk dan snack Transportasinya dengan kendaraan khusus executif Boarding di pandu oleh stasiun manager/distrik manager 2. Boarding Gate Setelah melewati beberapa proedur check-in maka penumpang di persilahkan melakukan boarding gate. Boarding gate adalah tempat untuk menunggu keberangkatan pesawat. Sebelum memasuki boarding gate penumpang di wajibkan untuk membayar airport tax, kecuali penumpang transit pada airline yang sama. 3. Pelayanan Boarding ke pesawat Hal-hal yang perlu di perhatikan pada waktu pemberangkatan penumpang dari gedung stasiun ke pesawat : a. Sebelum meninggalkan gedung stasiun, kepada para penumpang hendaknya di beritahukan tentang : Larangan merokok di area apron Larangan memotret (jika ada larangan demikian) b. Jika penumpang harus berjalan kaki menuju pesawat hal-hal yang di kira akan membahayakan penumpang harus di hindari, misalnya : Bekas-bekas minyak Mesin pesawat yang masih di hidupkan Wing tip (ujung pesawat)

5 Alat-alat di area apron Lalu lintas di area apron c. Penumpang yang sakit atau cacat, penumpang yang membawa bayi di naikkan terlebih dahulu dengan bantuan sebaik-baiknya d. Transit card/boarding pass harus di tarik/di robek pada waktu penumpang keluar dari pintu (gate) atau pada waktu akan naik tangga pesawat sesuai peraturan atau keadaan setempat. Pelayanan Terhadap Penumpang, Barang dan CIQ (Custom, Imigration, Quarantine) a. Penumpang Penumpang yang akan menggunakan jasa angkutan udara akan mendapatkan pelayanan tertentu, bagi penumpang Domestik dan Internasional yang akan berangkat di sediakan pelayanan, yakni : 1) Porter 2) Lobi keberangkatan 3) Tempat penukaran mata uang asing 4) Ruang untuk melapor 5) Ruang tunggu untuk keberangkatan yang di lengkapi pula dengan toko-toko bebas bea (duty free shops). Bagi penumpang yang transit /transfer di sediakan ruang tunggu untuk penerbangan selanjutnya, baik secara individual maupun bersama-sama dengan penumpang lainnya. Pelayanan dari terminal ke pesawat udara dan sebaliknya akan di berikan apabila cuaca buruk, atau tempat parkir pesawat udara jauh dari terminal. b. Barang Ketentuan pelabuhan udara tentang barang, meliputi sebagai berikut : 1) Bagasi penumpang baik datang maupun berangkat di salurkan melalui terminal 2) Barang yang tidak bersama pemiliknya di salurkan melalui gudang 3) Barang kiriman yang memerlukan penanganan khusus karena lekas rusak, busuk, berbahaya dan hal-hal lain di atur sendiri penyalurnya.

6 c. CIQ (Custom, Imigration, Quarantine) Beberapa ketentuan pelabuhan udara yang berkaitan dengan Bea cukai, Imigrasi, dan Karantina meliputi sebagai berikut : 1) Semua barang bawaan/kiriman dengan penerbangan Internasional, baik berupa barang bawaan maupun kargo harus melalui pemeriksaan Bea cukai. Penyelesaian barang/kargo harus melalui pintu-pintu/counter-counter Bea Cukai yang telah di tetapkan 2) Semua penumpang penerbangan Internasional baik yang tiba maupun berangkat harus melalui pemeriksaan Imigrasi dan Karantina kesehatan 3) Semua binatang hidup maupun mati, tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang di angkut dengan penerbangan Internasional harus di periksa di Karantina hewan dan tumbuhan yang telah tersedia 4) Para penumpang VIP yang berangkat dan datang dengan penerbangan Internasional harus melalui pemeriksaan CIQ pada counter-counter yang telah di sediakan. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Prosedur atau pemecahan masalah penelitian dilakukan dengan cara memaparkan obyek yang diselidiki sebagaimana adanya berdasarkan fakta-fakta aktual. Data-data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan interpretasi kemudian ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelayanan penumpang merupakan salah satu hal yang sangat menentukan tingkat kepuasan terhadap suatu operasi penerbangan terutama kepuasan peanggan. Dalam beberapa penerbangan perusahaan ground handling selalu berupaya memberikan pelayanan dan penanganan yang maksimal demi menciptakan kepuasan, keamanan, dan keselamatan

7 sebuah operasi penerbangan, salah satunya adalah di dalam penanganan penumpang yang perlu mendapatkan perhatian khusus (Special Passenger). Berkaitan dengan hal tersebut di butuhkan prosedur-prosedur penanganan yang perlu di lakukan oleh perusahaan ground handling, ada beberapa kategori penumpang yang perlu mendapatkan penanganan dan perhatian khusus antara lain : penumpang VVIP, VIP / CIP, Unaccompanied Minor (UM), penumpang lemah (Incapacitated Passenger), penumpang hamil, penumpang yang di tolak untuk memasuki suatu negara (Inadimissible Passenger), penumpang yang di kembalikan kenegara asal (Deportee) dan Assylum seeker. Penumpang VVIP, VIP/CIP Sejumlah penumpang tertentu yang mempunyai fungsi dan kedudukan tinggi di kategorikan dan di perlukan sebagai Very Very Important Person (VVIP), Very Important Person (VIP) dan Commercial Important Person (CIP). a. Kategori 1) Kategori VVIP antara lain Presiden, pemimpin negara asing, dan Wakil Presiden 2) Kategori VIP antara lain Ketua MPR/DPR/DPA, Menteri-menteri, Gubernur dan pejabat Tinggi lainnya, Duta Besar, Panglima TNI, Ketua MA, Jaksa Agung, Lastaf TNI 3) Kategori CIP antara lain Direktur/Sekjen dari Departemen Pemerintah, Presiden Direktur suatu perusahaan yang mempunyai hubungan komersial dengan airline, eksekutif perusahaan yang mempunyai hubungan komersial dengan airlines. b. Prosedur Standar Penanganan Penumpang VVIP, VIP / CIP 1) Distrik Manager atau Station Manager menemani selama embarkasi/disembarkasi 2) Bagasi harus di isi tag/label VVIP, VIP/CIP dan label doorside serta pada F/C Container

8 3) Pilot in command dan purser harus di beri informasi melalui formulir APB (Actual Passenger on Board), formulir PIS (Passenger information Sheet) dan secara lisan 4) Stasiun disembarkasi juga harus di beri informasi dengan PSM (Passenger Service Message). Unaccompanied Minor (UM) Seorang anak di golongkan UM jika anak tersebut tidak di temani oleh penumpang lain yang minimal berusia 12 Tahun (penerbangan Internasional) dan 10 Tahun (penerbangan Domestik) yang sepenuhnya mampu mengurus anak yang bersangkutan sepanjang perjalanan. UM yang di terima harus memiliki kondisi kesehatan yang baik. Pengangkutan UM hanya berlaku dari Bandara ke Bandara (tidak sampai kesuatu alamat tertentu). a. Penanganan Unaccompanied Minor (UM) Reservasi untuk UM harus di kompirmasikan oleh semua airline yang terlibat dalam rute penerbangan tersebut. UM harus di serahkan oleh orang tua / wali kepada escort di cheek-in counter setelah mendatangani Handling Advice Form. Selanjutnya menemani UM untuk urusan bea cukai, imigrasi, security check, dan menuju keruangan tunggu keberangkatan dan dia juga bertanggung jawab membawa UM tersebut kepada orang yang menjemputnya pada waktu kedatangan di Bandara. Penjemput harus menunjukkan kartu identitas pada saat menjemput di bandara tujuan. Jika UM tanpa pendamping penumpang dewasa, maka petugas Check-in akan menggantikan pekerjaan sampai UM di ruang keberangkatan. b. Dokumentasi 1. Tiket UM harus mempunyai tiket yang sah Dalam kolom nama pada tiket di tulis UM di ikuti dengan umur Harga tiket UM adalah 50% dari harga dewasa

9 2. UM Handling advice form formulir ini harus di lengkapi oleh kantor tempat tiket di keluarkan untuk anak yang bepergian : Tanpa di temani. Di temani oleh orang dewasa. Di temani oleh penumpang lain yang berusia Tahun. 3. Manifest Penumpang Dalam manifest penumpang di sebutkan dengan jelas nama, umur, dan pendampingnya jika ada. c. Identifikasi Unaccompannied Minor (UM) Unaccompannied Minor (UM) harus memakai lencana khusus UM demikian pula untuk bagasinya baik Checked maupun Unchecked di isi idetitas tambahan berupa label khusus UM. Penumpang Lemah (Incapacitated Passenger) Penumpang yang di golongkan dalam kategori ini jika kondisi pisik maupun kesehatannya membutuhkan perhatian secara individu baik pada saat naik pesawat, turun, selama penerbangan, atau pada waktu evakuasi darurat. a. Kategori Penumpang yang di kategorikan Incapacitated Passenger antara lain Medical Case (MEDA) termasuk yang perlu usungan, Wheel Chairs Case yang memerlukan kursi roda, termasuk : 1) WCHR (Wheel Chair R=Ramp) Penumpang mampu naik atau turun tangga dan mampu berjalan ke atau dari tempat duduk di kabin, kursi roda di perlukan untuk menempuh jarak yang menuju atau dari pesawat seperti pada waktu melintasi jalan yang landai. 2) WCHS (Wheel Chair S=Step)

10 Penumpang tidak mampu naik atau turun tangga tetapi mampu berjalan sendiri ke atau dari tempat duduk di kabin, kursi roda di perlukan untuk ke atau dari pesawat dan harus di gotong naik dan turun tangga. 3) WCHC (Wheel Chair C=Cabin) Penumpang sama sekali tidak mampu berjalan. Kursi roda di perlukan untuk ke dan dari pesawat dan harus di gotong naik/turun tangga maupun pada waktu ke/dari tempat duduk ke kabin. b. Prosedur Penerimaan Sebagai Penumpang Jika seseorang yang memiliki kondisi pisik tidak normal/lemah dan ingin berpergian melalui udara, umumnya akan melalui langkah : 1. Penumpang menghubungi kantor penjualan tiket 2. Kantor penjualan tiket menentukan informasi apa yang di perlukan dan mengambil tindakan : - Dengan menentukan pengaturan penanganan khusus yang di perlukan berdasarkan MEDIF bagian 1 - Dengan mendapatkan informasi medis jika di perlukan dengan memakai MEDIF bagian 2 atau FREMEC 3. Jika hanya pengaturan penanganan khusus saja yang di perlukan atau penumpang membawa FREMEC. Kantor penjualan tiket memberikan rincian kepada kantor reservasi 4. Jika MEDIF bagian 1 dan MEDIF bagian 2 yang di perlukan formulirnya di serahkan kepada dokternya penumpang, dan informasi medis di serahkan kepada kantor penjualan tiket atau langsung ke kantor reservasi 5. Jika perlu di mintakan surat ijin kesehatan dari bagian medis milik airline. c. Penolakan Sebagai Penumpang Seorang calon penumpang kategori ini tidak di perbolehkan bepergian dengan pesawat udara jika : 1. Dapat menimbulkan resiko bagi dirinya, bagi penumpang lainnya atau perusahaan 2. Tidak mampu mengurus diri sendiri selama perjalanan

11 3. Bisa merupakan sumber infeksi atau ketidaknyamanan bagi penumpang lain 4. Tidak bisa memakai tempat duduk pesawat yang standar d. Dokumentasi Dokumentasi yang di butuhkan untuk keperluan penanganan penumpang lemah tersebut antara lain : 1. MEDIF (Medical Information Card) bagian 1 Kartu ini berisi rincian Itinerary yang ingin di pesan penumpang, dan penjelasan pengaturan khusus yang di pertimbangkan oleh penumpang dan kantor penjualan tiket. Kartu ini di isi oleh kantor penjualan/agen tiket. 2. MEDIF (Medical Information Card) bagian 2 Kartu ini berisi data medis khusus dari penumpang dan pengaturan khusus yang di sarankan oleh dokter yang bersangkutan. Kartu ini bertujuan memberikan informasi pribadi untuk memudahkan bagian medis dari airline mengukur kesegaran penumpang untuk bepergian yang di nyatakan dalam MEDIF bagian 1. Kartu ini di tulis oleh dokter yang bertugas. 3. IATA Fitness For Air Travel Pengangkutan penumpang yang sakit harus di sertai dengan kartu IATA Fitness For Air Travel yang di dapat dari dokter milik airline atau dokter yang di tunjuk. 4. PREMEC (Frequent Travellers Medical Card) Kartu yang di keluarkan untuk penumpang yang fisiknya tidak normal (Inacapacitated) yang melakukan perjalanan secara reguler. Gunanya adalah untuk menghindari keharusan mencari surat ijin medis untuk setiap perjalanan. Kartu ini berisi penjelasan gangguan fisik penumpang dan penanganan khusus yang di perlukan. Kartu ini tidak dapat di pindah tangankan, pemegang kartu bertanggung jawab melaporkan semua perubahan tentang keadaan gangguannya yang terakhir kepada airline atau agen yang di hubungi. e. Penanganan 1. Penumpang di minta mengkomfirmasikan penerimaan, pengaturan khusus dan kondisinya 2. Stasiun-stasiun yang di lalui di beri informasi oleh kantor-kantor reservasi airline

12 3. Melengkapi rincian pengaturan penanganan khusus yang di buat oleh stasiun yang di lalui harus termasuk PNR (Passenger Name Record) 4. Penumpang harus menandatangani formulir ganti rugi form of idemnity 5. Penumpang ini dan yang menyertai biasanya akan naik sebelum dan sesuadah penumpang lain 6. Mereka harus tidak di tempatkan di tempat duduk deretan dekat pintu darurat dan toilet. Penumpang Buta dan Tuli (Blind and Deaf) Semua formalitas/persyaratan berlaku sama dengan penumpang yang normal, akan tetapi proses check-in akan di lakukan oleh pembantunya dan salah satu petugas membantu penumpang selama boarding dalam pesawat atau di bandar udara tujuan. Penanganan terhadap penumpang dengan perhatian khusus sangat rawan terhadap penyimpanganpenyimpangan yang nantinya dapat mengurangi tingkat kepuasan pelanggan. a. Anjing Penuntun Orang Buta dan Tuli Anjing yang di latih untuk menuntut orang buta dan tuli bisa di terima pengangkutannya jika penumpang memang sungguh-sungguh sangat banyak tergantung padanya. Karena biasanya airline tidak menerima bintang di kabin penumpang, sehingga anjing penuntun orang buta dan tuli harus juga di masukkan kedalam cargo compartment. Anjing harus di tempatkan dalam sebuah kandang yang cocok untuk perjalanan udara. Kandangnya harus mempunyai konstruksi yang kuat, sehingga anjing tidak dapat melepaskan diri dan cairan tidak bisa tembus keluar kandang, kandang juga harus cukup lebar agar anjing dapat berdiri dan bisa berputar. b. Ketentuan Ada beberapa ketentuan yang perlu di perhatikan jika mengangkut anjing penentuan orang buta dan tuli antara lain : 1. Sebelumnya harus mendapatkan formulir Shipper s Certification on Live Animal dan Health Certificate 2. Ijin bagi anjing untuk memasuki atau tempat di suatu negara harus di sediakan, jika hal ini di perlukan

13 3. Pemberitahuan kepada kapten penerbangan dengan menggunakan NOTOC (Notification to Captain) sehingga temperatur dapat di sesuaikan. Penumpang yang di tolak memasuki suatu Negara (Inadmissible Passenger) Inadmissible Passenger (INAD) adalah orang yang di tolak untuk masuk kesuatu negara oleh petugas yang berwenang dari negara yang bersangkutan, di sebabkan oleh kekurangan dokumen-dokumen perjalanan. Pembuatan Tiket Jika penumpang mempunyai tiket, maka harus di pakai segera untuk penerbangan outbound. Jika tiketnya dengan persyaratan minimum stay, fare validity, atau bepergian bersama maka persyaratan ini di abaikan. Kode INAD harus di tulis pada kolom endorsement untuk semua sisa flight coupon yang belum terpakai dan passenger couponnya. Jika penumpang tidak mempunyai tiket, airline membuatkan tiket untuk pengangkutan kembali ke tempat keberangkatan atau ke tempat lain jika kehadirannya di suatu tempat mendapatkan penolakan. Airline juga bisa membuatkan tiket untuk ke tempat tujuan lain yang akhirnya di anggap lebih sesuai. Setelah itu nama penumpang di isi kode PI pada kolom FORM OF PAYMENT di isi nonref (non-refundable). Jika airline pengangkutannya tidak bisa mengeluarkan tiket untuk penerbangan balik, anggota airline yang lain bisa mengeluarkan tiketnya dan airline pengangkut dalam penerbangan inbound harus bertangung jawab terhadap pembayaran pengangkutan secara penuh. Dalam hal ini airline yang mengeluarkan tiket akan mengkomfirmasikan kepada airline pengangkut inbound tentang tindakan yang telah di ambil. Pembayaran Airline pengangkut dalam penerbangan inbound akan bertanggung jawab menagih jumlah harga atau jika ada perbedaan harga antara tiket yang di keluarkan dengan tiket penumpang. Perhitungan untuk mendapatkan balance di tulis pada kolom endorsement.

14 Contoh : Fare : USD 479 Flight Coupon yang tidak di pakai : USD 357 Balance : USD 122 Jika penumpang ingin membayar tetapi tidak mempunyai uang yang cukup, penumpang harus menandatangani surat jaminan untuk menagih pembayaran di tempat kediaman INAD. Pengeluaran selama proses penolakan seperti makanan, hotel, dan transportasi darat adalah di tanggung sendiri oleh penumpang. Penanganan Inadmissible Passenger 1. Kapten dan purser harus di beri informasi terhadap pengangkutan tersebut 2. Bandar udara tujuan harus di beritahu jika ada pembayaran yang harus di tagih 3. Pemberitahuan dengan menggunakan PIS (Passenger Information Sheet). Penumpang yang di kembalikan ke Negara asalnya (Deportee) Deportee atau deportasi adalah orang yang telah memasuki suatu negara secara ilegal, dan secara resmi di perintahkan oleh petugas penguasa untuk di paksa keluar dari negara bersangkutan. Penanganan 1. Airline yang mengangkut mempunyai hak untuk di beritahu alasan deportasi 2. Kapten dan purser harus di beritahu terhadap pengangkutan deportasi 3. Pada PIS (Passenger Information Sheet) di isi DEPA atau DEPU di sebelah nama deportee 4. Station manager menerima deportasi menuju pesawat dan menyerahkan kepada purser 5. Pemberitahuan ke bandar udara tujuan. Pelaporan Setiap kasus yang terjadi harus di laporkan oleh bandar udara kepada kantor pusat secara tertulis, yang mentebutkan : 1. Nama dan alamat tetap penumpang 2. Kebangsaan penumpang 3. Nomor dan tanggal penerbangan inbound

15 4. Bandar udara keberangkatan dan tempat tujuan akhir 5. Nomor dan harga tiket yang baru 6. Alamat perusahaan tempat invoice harus di kirim jika berlaku. Assylum Seeker Assylum Seeker adalah penumpang yang bermaksud mendapatkan suatu atau menjadi imigran pada suatu negara tertentu secara ilegal. Ciri-ciri Assylum Seeker : 1. Penumpang yang bepergian jauh tetapi tidak membawa bagasi 2. Penumpang hanya memiliki tiket sekali jalan (one way) dan tidak di beli/di siapkan dari negara asal atau kota asalnya 3. Tujuan dan urutan perjalanan tidk sesuai dengan maksud bepergian 4. Menggunakan rute yang sangat menyimpang atau berganti airline, padahal akan lebih ekonomis jika mereka melakukan perjalanan/penerbangan langsung 5. Tiket di beli di tempat keberangkatan dan biasanya di bayar secara tunai 6. Penumpang tampak miskin tetapi melakukan perjalanan dengan ongkos yang mahal tanpa alasan yang jelas 7. Sengaja melakukan check-in waktu petugas sangat sibuk atau menjelang closing time (last minute) 8. Penumpang tidak dapat menunjukkan surat atau dokumen lainnya yang menguatkan data dalam paspornya 9. Penumpang/paspor, penumpang mempunyai ciri-ciri yang sudah di informasikan oleh station, airline, kedutaan dan instansi lain 10. Penumpang pria atau wanita dewasa bepergian tanpa keluarga 11. Bahasa, dialeg, aksen, atau ciri-ciri penumpang tidak cocok dengan kebangsaan di paspor 12. Penumpang tidak dapat berbicara sesuai dengan kebangsaan di pasposrnya, tidak dapat berbahasa inggris, atau bahasa internasional lainnya 13. Tidak membawa pakaian dingin padahal menuju ke daerah yang berhawa dingin 14. Penumpang kadang-kadang melakukan check-in melalui age, di siapkan pada group agent

16 15. Ada kecurigaan penumpang menggunakan modus operasi mengelabuhi petugas seperti yang pernah di ketahui atau di informasikan 16. Sesuai dengan data yang ada menunjukkan penumpang bermasalah (assylum seeker) berasal dari negara-negara tertentu seperti Afrika, Afganistan, Pakistan, Banglades, India, dan Cina daratan. Adapun prosedur penanganan yang di lakukan pada Assylum Seeker adalah sebagai berikut : 1. Gunakan pendekatan yang baik, sopan, dan tersamar tetapi konsisten 2. Terhadap penumpang yang di duga kuat bermasalah, gunakan urutan pemeriksaan berlapis (multi leveled checking) sesuai kebutuhan 3. Karena negara asal tujuan penumpang hanya beberapa, maka fokus pemeriksaan dan pengawasan dapat di persempit pada penerbangan dan ciri-ciri penumpang tertentu 4. Kecurigaan terhadap etnis tertentu hati-hati jangan sampai berkaitan tersinggungnya perasaan penumpang atau timbulnya tuntutan hukum 5. Apabila di perlukan, buatlah copy dokumen atau menitipakan paspor penumpang kepada crew atau mengambil tindakan pencegahan yang lain yang di perlukan pada saat itu (based on situation). KESIMPULAN Dari pembahasan di atas dapat di ambil beberapa kesimpulan, antara lain : 1. Penanganan yang profesional sesuai dengan prosedur perlu di lakukan untuk meminimalisasi kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan. 2. Penanganan terhadap penumpang yang memerlukan perhatian khusus (special passenger) meliputi : penumpang VVIP, VIP/CIP, Unaccompanied Minor (UM), penumpang lemah (Inacapacitated Passenger), penumpang hamil, penumpang yang di tolak untuk memasuki suatu Negara (Inadimissible Passenger), penumpang yang di kembalikan kenegara asal (Deportee), dan Assylum Seeker.

17 DAFTAR PUSTAKA Gapura Angkasa, PT Passenger Handling, Jakarta. Gapura Angkasa, PT Ground Handling Operation, Divisi Pelayanan Penumpang dan Bagasi, Jakarta. Kuntoro, Ahmad Perbandingan Rata-rata Jumlah Penumpang pada Hari Libur dan Hari Kerja Maskapai Garuda Indonesia di PT. Gapura Angkasa Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Denpasar, Program Studi Manajemen Transportasi Udara; Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alvabeta CV; Bandung. Suarno, Widadi A Tata Operasi Darat. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia; Jakarta. Suhulata, Z.S.A Tarif Dokumen Pasasi. Gramedia, Jakarta. Wisjnoe, Soetomo Passenger & Baggage Handling. Yogyakarta.

Muh. Rafdi Samin STTKD Yogyakarta

Muh. Rafdi Samin STTKD Yogyakarta PERBANDINGAN NILAI RATA-RATA JUMLAH SPECIAL PASSENGER IBU HAMIL PADA HARI KERJA DENGAN HARI LIBUR PADA MASKAPAI CITILINK GARUDA INDONESIA RUTE BANDUNG-DENPASAR DI BANDAR UDARA HUSEIN SASTRANEGARA-BANDUNG

Lebih terperinci

Hardiyana STTKD Yogyakarta

Hardiyana STTKD Yogyakarta PENANGANAN PENUMPANG YANG MENGALAMI PENUNDAAN KEBERANGKATAN AKIBAT RETURN TO APRON PADA PENERBANGAN ROYAL BRUNEI AIRLINES DI PT. GAPURA ANGKASA CABANG BANDARA INTERNASIONAL JUANDA-SURABAYA Hardiyana STTKD

Lebih terperinci

PENANGANAN PENUMPANG WCHR (WHEEL CHAIR) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG JAKARTA. Vidyana Mandrawaty STTKD Yogyakarta

PENANGANAN PENUMPANG WCHR (WHEEL CHAIR) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG JAKARTA. Vidyana Mandrawaty STTKD Yogyakarta PENANGANAN PENUMPANG WCHR (WHEEL CHAIR) DI PT. GAPURA ANGKASA BANDARA SOEKARNO-HATTA CENGKARENG JAKARTA Vidyana Mandrawaty STTKD Yogyakarta ABSTRAK Dalam menganaangi penumpang ada beberapa penumpang yang

Lebih terperinci

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI

BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI BAB IV PENDEKATAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL SAM RATULANGI 4.1 Pendekatan Pelaku dan Aktifitas pada Terminal Penumpang Tabel 4. 1 Pendekatan Pelaku dan

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPSI MENGENAI KENDALA PELAYANAN DI BOARDING GATE PT. GAPURA ANGKASA BANDARA AHMAD YANI SEMARANG. Indro Lukito STTKD Yogyakarta ABSTRAK

ANALISIS DESKRIPSI MENGENAI KENDALA PELAYANAN DI BOARDING GATE PT. GAPURA ANGKASA BANDARA AHMAD YANI SEMARANG. Indro Lukito STTKD Yogyakarta ABSTRAK ANALISIS DESKRIPSI MENGENAI KENDALA PELAYANAN DI BOARDING GATE PT. GAPURA ANGKASA BANDARA AHMAD YANI SEMARANG Indro Lukito STTKD Yogyakarta ABSTRAK Transportasi selalu berkembang seiring berkembangnya

Lebih terperinci

Kata Kunci: penanganan bagasi, kepuasan penumpang eksekutif, maskapai Garuda Indonesia, regresi linear sederhana

Kata Kunci: penanganan bagasi, kepuasan penumpang eksekutif, maskapai Garuda Indonesia, regresi linear sederhana PENGARUH PENANGANAN BAGASI TERHADAP KEPUASAN PENUMPANG EKSEKUTIF MASKAPAI GARUDA INDONESIA RUTE CGK- SIN OLEH PT. GAPURA ANGKASA DI BANDRA SOEKARNO-HATTA JAKARTA TAHUN 2013 Srihadi Asmaraningsih STTKD

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Umum 2. 1. 1. Bandar udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan

Lebih terperinci

Septiyani Putri Astutik 1) STTKD Yogyakarta. Abstrak

Septiyani Putri Astutik 1) STTKD Yogyakarta. Abstrak HUBUNGAN TINGKAT PERTUMBUHAN EXCESS BAGGAGE CHARGE DENGAN PENDAPATAN PERUSAHAAN PADA MASKAPAI GARUDA INDONESIA RUTE DENPASAR-SINGAPURA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL NGURAH RAI DENPASAR BALIPERIODE BULAN

Lebih terperinci

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3)

Sri Sutarwati 1), Hardiyana 2), Novita Karolina 3) Program Studi D1 Ground Handling Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan 3) TANGGUNG JAWAB PENGUSAHA ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENUMPANG MASKAPAI GARUDA INDONESIA YANG MENGALAMI KETERLAMBATAN PENERBANGAN DI BANDARA UDARA INTERNASIONAL ADI SOEMARMO SOLO Sri Sutarwati 1), Hardiyana

Lebih terperinci

Lihat Tateyama Alpine Route. Keberangkatan 03 Jun Jun 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket)

Lihat Tateyama Alpine Route. Keberangkatan 03 Jun Jun 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Lihat Tateyama Alpine Route Keberangkatan 03 Jun 2017-04 Jun 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary Hari 01 Tiba di Nagano Station Sat, Jun 03 2017 Berangkat dengan Express Bus menuju

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi INTISARI...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi INTISARI... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN... ii LEMBAR PERSETUJUAN... iii LEMBAR PENGESAHAN... iv MOTTO.... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi INTISARI... vii ABSTRACT... viii KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung

BAB 2 STUDI PUSTAKA. Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Umum Dalam studi ini ruang lingkup penelitian pada Bandar Udara Husein Sastranegara Bandung, data fasilitas sisi darat (landside) berupa detail gedung terminal (terminal building),

Lebih terperinci

2015, No Republik Indonesia Nomor 4956); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah

2015, No Republik Indonesia Nomor 4956); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tah BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1823, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara. Dalam Negeri. Penumpang. Kelas Ekonomi. Standar Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 185 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Bandar Udara Menurut PP RI NO 70 Tahun 2001 Tentang Kebandarudaraan Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas

Lebih terperinci

PENANGANAN PENUMPANG PADA MASA HIGH SEASON PENERBANGAN ROYAL BRUNEI AIRLINES DI X-RAY BOARDING ROOM PT. GAPURA ANGKASA CABANG BANDARA JUANDA-SURABAYA

PENANGANAN PENUMPANG PADA MASA HIGH SEASON PENERBANGAN ROYAL BRUNEI AIRLINES DI X-RAY BOARDING ROOM PT. GAPURA ANGKASA CABANG BANDARA JUANDA-SURABAYA PENANGANAN PENUMPANG PADA MASA HIGH SEASON PENERBANGAN ROYAL BRUNEI AIRLINES DI X-RAY BOARDING ROOM PT. GAPURA ANGKASA CABANG BANDARA JUANDA-SURABAYA Arum Perwitasari STTKD Yogyakarta ABSTRAK Dalam kegiatan

Lebih terperinci

Lihat Bali Free & Easy

Lihat Bali Free & Easy Lihat Bali Free & Easy CARRIER Land Only (No Ticket) DEPARTURE 18 Feb 2017 LENGTH 3 DAYS PRICE Rp 958.000 ROUTE DPS-DPS Day 01 Sat, Feb 18 2017 TIBA DI BALI-TRANSFER IN HOTEL-ACARA BEBAS Setibanya di Bandara

Lebih terperinci

Landasan Teori. Service Excellent

Landasan Teori. Service Excellent ANALISIS PENGARUH EXCESS BAGGAGE CHARGES TERHADAP PENDAPATAN MASKAPI GARUDA INDONESIA RUTE SIN-CGK BANDAR UDARA SOEKARNO-HATTA PERIODE JANUARI SAMPAI DENGAN MARET 2013 Rosalina Indah STTKD Yogyakarta ABSTRAK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1834, 2015 KEMENKUMHAM. TPI. Masuk dan Keluar. Wilayah Indonesia. Pencabutan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

Lihat Bali Kintamani Volcano. Keberangkatan 28 Jan Jan 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket)

Lihat Bali Kintamani Volcano. Keberangkatan 28 Jan Jan 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Lihat Bali Kintamani Volcano Keberangkatan 28 Jan 2017-30 Jan 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary Hari 01 TIBA DI BALI-TRANSFER IN HOTEL-ACARA BEBAS Sat, Jan 28 2017 Setibanya di Bandara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 Tentang Pembangunan dan Pelestarian Lingkungan Hidup Bandar Udara, 1. Kebandarudaraan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.716, 2015 KEMENHUB. Angkutan Udara Niaga. Keterlambatan Penerbangan. Penanganan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 89 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.954, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Standar Pelayanan. Angkutan Udara. Kelas Ekonomi. Dalam Negeri. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak penemuan roda sampai dengan penerbangan pesawat ulang-alik, daya tarikdan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak penemuan roda sampai dengan penerbangan pesawat ulang-alik, daya tarikdan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak penemuan roda sampai dengan penerbangan pesawat ulang-alik, daya tarikdan akhirnya, kebutuhan akan perjalanan memberikan inspirasi bagi penemuanpenemuan atau

Lebih terperinci

Terminal penumpang bandar udara

Terminal penumpang bandar udara Standar Nasional Indonesia Terminal penumpang bandar udara ICS 93.120 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Lihat Honeymoon Osaka. Keberangkatan 21 Apr Apr 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket)

Lihat Honeymoon Osaka. Keberangkatan 21 Apr Apr 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Lihat Honeymoon Osaka Keberangkatan 21 Apr 2017-23 Apr 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary Hari 01 TIBA OSAKA Fri, Apr 21 2017 Setibanya di Kansai Airport anda akan dijemput oleh Guide

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan. suatu perjalanan dengan tujuan bisnis maupun berlibur.

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan. suatu perjalanan dengan tujuan bisnis maupun berlibur. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Industri penerbangan saat ini mengalami perkembangan yang cukup pesat dengan banyaknya permintaan penumpang untuk melakukan suatu perjalanan dengan tujuan bisnis

Lebih terperinci

Keberangkatan 01 Apr Apr 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket)

Keberangkatan 01 Apr Apr 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Lihat Eazy Seoul Keberangkatan 01 Apr 2017-03 Apr 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary Hari 01 TIBA DI SEOUL Sat, Apr 01 2017 Tiba di Incheon Airport, Anda diantar ke hotel untuk check

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. rapi sehingga dapat menunjang kegiatan pariwisawa. Industri yang bergerak di bidang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan pariwisata khususnya di Indonesia semakin meningkat pesat. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari sarana infrastruktur yang semakin tertata rapi sehingga

Lebih terperinci

Itinerary. Lihat Jogjakarta Merapi Volcano TIBA DI JOGJA+PRAMBANAN TOUR FULL DAY BOROBUDUR+MERAPI TOUR ACARA BEBAS+TRANSFER OUT

Itinerary. Lihat Jogjakarta Merapi Volcano TIBA DI JOGJA+PRAMBANAN TOUR FULL DAY BOROBUDUR+MERAPI TOUR ACARA BEBAS+TRANSFER OUT Lihat Jogjakarta Merapi Volcano Keberangkatan 28 Feb 2017-02 Mar 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary Hari 01 TIBA DI JOGJA+PRAMBANAN TOUR Tue, Feb 28 2017 Selamat Datang di Jogja, Setibanya

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS. Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh

BAB II PROSES BISNIS. Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh BAB II PROSES BISNIS 2.1 Proses bisnis utama Sebuah korporat dalam perjalanan usahanya tentunya terkait atau didukung oleh stakeholdernya, begitu juga dengan PT AP II. Dalam menjalankan proses bisnis,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1164, 2014 KEMENKEU. Data Penumpang. Kedatangan. Keberangkatan. Pengangkut Udara. Daerah Pabean. Penyampaian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

Itinerary. Lihat Bali Paradise Honeymoon TIBA DI BALI-TRANSFER IN HOTEL SIGNATURE MASSAGE SPA+ACARA BEBAS ACARA BEBAS-TRANSFER OUT

Itinerary. Lihat Bali Paradise Honeymoon TIBA DI BALI-TRANSFER IN HOTEL SIGNATURE MASSAGE SPA+ACARA BEBAS ACARA BEBAS-TRANSFER OUT Lihat Bali Paradise Honeymoon Keberangkatan 18 Feb 2017-20 Feb 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary Hari 01 TIBA DI BALI-TRANSFER IN HOTEL Sat, Feb 18 2017 Setibanya di Bali, Anda akan

Lebih terperinci

PELAYANAN DAN PENANGANAN PENUMPANG KHUSUS DI RUANG TUNGGU (BOARDING GATE) PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG

PELAYANAN DAN PENANGANAN PENUMPANG KHUSUS DI RUANG TUNGGU (BOARDING GATE) PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG PELAYANAN DAN PENANGANAN PENUMPANG KHUSUS DI RUANG TUNGGU (BOARDING GATE) PT. GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL SOEKARNO-HATTA CENGKARENG Yuniar Istiyani STTKD Yogyakarta ABSTRAK Perusahaan Ground

Lebih terperinci

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan

Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Penataan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR :...KE..Z05..TAHUM.2016. TENTANG PENATAAN AREA KOMERSIAL PADA TERMINAL PENUMPANG BANDAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menjanjikan terutama di Pulau Bali. Karena Pulau Bali di kenal

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menjanjikan terutama di Pulau Bali. Karena Pulau Bali di kenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu Negara Kepulauan dan pertumbuhan perekonomiannya terus berkembang secara pesat, memiliki beberapa transportasi dan jasa pengangkutan pilihan.

Lebih terperinci

CHINA EZ FUN. Tax: 0 7 HARI 6 MALAM FCHN /CX

CHINA EZ FUN. Tax: 0 7 HARI 6 MALAM FCHN /CX CHINA EZ FUN 7 HARI 6 MALAM FCHN-07 0217/CX 2017-02-17-2017-02-23 China adalah negara dengan populasi tertinggi di dunia yang memiliki ragam wisata tersendiri seperti kuliner dan jajanan uniknya, serta

Lebih terperinci

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5

2015, No Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 5 No.1771, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pengguna Jasa. Bandar Udara. Pelayanan. Standar. Pencabutan PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 178 Tahun 2015 TENTANG STANDAR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2,

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia dengan total luas 1,9 juta km 2, Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perpindahan barang dan orang terbesar di

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. memerlukan transportasi untuk menghubungkan masyarakat disuatu

1 BAB I PENDAHULUAN. memerlukan transportasi untuk menghubungkan masyarakat disuatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi ini, peran sarana transportasi yakni darat, laut dan udara sangatlah penting dan berkembang sangat pesat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

Lebih terperinci

Lihat Melbourne Free & Easy

Lihat Melbourne Free & Easy Lihat Melbourne Free & Easy CARRIER Land Only (No Ticket) DEPARTURE 16 Feb 2017 LENGTH 4 DAYS PRICE Rp 758.000 ROUTE MEL-MEL Day 01 Thu, Feb 16 2017 TIBA DI MELBOURNE+TRANSFER IN Setibanya di Melbourne

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 40 tahun 2012 Tentang Pembangunan dan pelestarian lingkungan hidup bandar udara, 1. kebandarudaraan

Lebih terperinci

Kartu Kredit Mastercard World Elite adalah kartu kredit yang diterbitkan oleh dan milik Bank Mandiri di bawah lisensi Mastercard International.

Kartu Kredit Mastercard World Elite adalah kartu kredit yang diterbitkan oleh dan milik Bank Mandiri di bawah lisensi Mastercard International. NAC TRAVEL INSURANCE MANDIRI KARTU KREDIT MASTERCARD WORLD ELITE + Kartu Kredit card Kartu Kredit card adalah kartu kredit yang diterbitkan oleh dan milik Bank Mandiri di bawah lisensi card International.

Lebih terperinci

Tika Furri N.A.S 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

Tika Furri N.A.S 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak PERBEDAAN PERSEPSI PENUMPANG TENTANG PENGGABUNGAN AIRPORT TAX (PASSENGER SERVICE CHARGE) DENGAN HARGA TIKET PADA MASKAPAI GARUDA INDONESIA DI BANDAR UDARA INTERNASIONAL AHMAD YANI SEMARANG Tika Furri N.A.S

Lebih terperinci

KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA

KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA KANTOR OTORITAS BANDARA WILAYAH IV BALI, 28-29 AGUSTUS 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA DASAR PELAKSANAAN Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM NO 61 TAHUN 2015 Tentang

Lebih terperinci

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu

2016, No udara niaga tidak berjadwal luar negeri dengan pesawat udara sipil asing ke dan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia perlu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1378, 2016 KEMENHUB. Pesawat Udara Sipil Asing. Angkutan Udara Bukan Niaga. Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal Luar Negeri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bandar Udara Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 56 tahun 2015 tentang kegiatan pengusahaan di bandar udara ; 1. kebandarudaraan adalah

Lebih terperinci

Kepulangan GA 879 HARI JADWAL PERJALANAN MP MS MM

Kepulangan GA 879 HARI JADWAL PERJALANAN MP MS MM KOREA EZ FUN 7 HARI 6 MALAM FKOR-07 1219/GA + EVERLAND 2017-12-19-2017-12-25 Keberangkatan Kepulangan 23:12 08:12 10:12 15:12 GA 878 Soekarno-Hatta International > Seoul (Incheon) ICN GA 879 Seoul (Incheon)

Lebih terperinci

Issuing Airline: Lion Air Issued Date: Monday, 09 Nov, 2015

Issuing Airline: Lion Air Issued Date: Monday, 09 Nov, 2015 eticket Itinerary / Receipt This is an eticket itinerary. To enter the airport and for check-in, you must present this itinerary receipt along with Official Government issued photo identification such

Lebih terperinci

Survey Sterilisasi Bandara International sesuai standar pengawasan yang optimal dan efektif

Survey Sterilisasi Bandara International sesuai standar pengawasan yang optimal dan efektif Survey Sterilisasi Bandara International sesuai standar pengawasan yang optimal dan efektif Setiap bandar udara memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karenanya, untuk pengawasan atas arus penumpang

Lebih terperinci

Plan Asuransi Penerbangan

Plan Asuransi Penerbangan Plan Asuransi Penerbangan Basic Plan Berlaku untuk maskapai bertarif rendah atau low cost carrier (LCC) seperti AirAsia, Jetstar, TigerAir, Citilink, dll. Kapan saja, bepergian pasti lebih aman! Premium

Lebih terperinci

Lihat Eksotis Ambon & Ora Beach

Lihat Eksotis Ambon & Ora Beach Lihat Eksotis Ambon & Ora Beach CARRIER Land Only (No Ticket) DEPARTURE 17 Feb 2017 LENGTH 4 DAYS PRICE Rp 038.000 ROUTE AMQ-AMQ Day 01 Fri, Feb 17 2017 TIBA DI AMBON-TRANSFER ORA BEACH RESORT Setibanya

Lebih terperinci

PERBEDAAN JUMLAH BAGASI TERTUKAR DENGAN BAGASI RUSAK DI UNIT LOST AND FOUND PT GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA

PERBEDAAN JUMLAH BAGASI TERTUKAR DENGAN BAGASI RUSAK DI UNIT LOST AND FOUND PT GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA PERBEDAAN JUMLAH BAGASI TERTUKAR DENGAN BAGASI RUSAK DI UNIT LOST AND FOUND PT GAPURA ANGKASA BANDAR UDARA INTERNASIONAL ADI SUTJIPTO YOGYAKARTA Anggradi 1) 1) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan Abstrak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.68, 2013 HUKUM. Keimigrasian. Administrasi. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5409) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Panduan Booking Tiket Kereta

Panduan Booking Tiket Kereta Panduan Booking Tiket Kereta 1. Login ke sistem https://transaksi.klikmbc.co.id/ 2. Klik submenu Kereta yang terletak di Homepage 3. Silahkan isi data: kota asal, kota tujuan, tanggal pergi dan jumlah

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG

STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) ANGKUTAN PEMADU MODA TRAYEK BANDARA SULTAN SYARIF KASIM II PEKANBARU BANGKINANG 1. STANDAR TEKNIS KENDARAAN a. Menggunakan kendaraan jenis bus medium/sedang; b. Umur kendaraan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt

cxütçvtçztç hätçz gxüå ÇtÄ cxçâåñtçz UtÇwtÜ hwtüt g} Ä ~ e ãâà ctätçz~t etçt BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Kelayakan Proyek Kemudahan terjadinya mobilisasi dengan menggunakan pesawat terbang saat ini sedang diupayakan oleh Pemerintah Kota Palangka Raya

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA. Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL) DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA Nomor : SKEP / 195 / IX / 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERSETUJUAN TERBANG (FLIGHT APPROVAL)

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga aspek yaitu keselamatan penerbangan (safety), keselamatan gedung (security), dan total quality management

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Sisi Darat Bandar Udara Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Nomor: SKEP/77/VI/2005 1. Daerah Terminal Keberangkatan

Lebih terperinci

Itinerary. Lihat Melbourne Great Ocean Tour. Berangkat dari Melbourne. Keberangkatan 09 Jun Jun 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket)

Itinerary. Lihat Melbourne Great Ocean Tour. Berangkat dari Melbourne. Keberangkatan 09 Jun Jun 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Lihat Melbourne Great Ocean Tour Keberangkatan 09 Jun 2017-09 Jun 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary Hari 01 Berangkat dari Melbourne Fri, Jun 09 2017 Berhenti di Torquay beach dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat dan bervariasi. Hal tersebut nyata dirasakan. dalam dunia penerbangan, baik penerbangan domestik maupun

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat dan bervariasi. Hal tersebut nyata dirasakan. dalam dunia penerbangan, baik penerbangan domestik maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat pesat dan bervariasi. Hal tersebut nyata dirasakan dalam dunia penerbangan, baik penerbangan

Lebih terperinci

Nur Makkie Perdana Kusuma 1), Annisa Nurul Sucianingsih Palisoa 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak

Nur Makkie Perdana Kusuma 1), Annisa Nurul Sucianingsih Palisoa 2) Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan. Abstrak PELAYANAN PENERANGAN DAN INFORMASI KANTOR UNIT PENYELENGGARA BANDAR UDARA TERHADAP KEHILANGAN ATAU PENEMUAN BENDA MILIK PENUMPANG DI BANDAR UDARA DOMINE EDUARD OSOK SORONG, PAPUA BARAT Nur Makkie Perdana

Lebih terperinci

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya

Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya E4 Evaluasi Kinerja Gate Assignment pada Terminal 1 Keberangkatan Domestik Bandar Udara Internasional Juanda Surabaya Hersanti Rahayu, Ervina Ahyudanari Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah. operator pelayanan penerbangan maupun bagi penggunanya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1986), Bandar Udara adalah Sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar Udara

Lebih terperinci

Dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan (sesuai dengan Bagian / Section yang diklaim )

Dokumen-dokumen lainnya yang diperlukan (sesuai dengan Bagian / Section yang diklaim ) SMART TRAVELLER Dokumen Yang Diperlukan Jika Terjadi Klaim UMUM (berlaku untuk semua bagian yang diklaim) 1. Asli Claim Form yang telah dilengkapi note: kronologis peristiwa / kejadian, dapat dituliskan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa perhitungan dan evaluasi pada Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan beberapa hal berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi check

Lebih terperinci

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH II KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA, 21 S.D 22 APRIL 2016

KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH II KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA, 21 S.D 22 APRIL 2016 KANTOR OTORITAS BANDAR UDARA WILAYAH II KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA YOGYAKARTA, 21 S.D 22 APRIL 2016 DASAR HUKUM! Undang-Undang No. 1 tahun 2009 tentang Penerbangan;! Peraturan Menteri Perhubungan,

Lebih terperinci

Keberangkatan 27 Feb Mar 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket)

Keberangkatan 27 Feb Mar 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Lihat Bangkok Hua Hin Damnoen Saduak Tour Keberangkatan 27 Feb 2017-02 Mar 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary 01 TIBA BANGKOK Mon, Feb 27 2017 Tiba di Bangkok, anda akan di jemput

Lebih terperinci

ANALISIS DESKRIPTIF PELAYANAN DAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN TIKET. Nur Makkie Perdana Kusuma STTKD Yogyakarta ABSTRAK

ANALISIS DESKRIPTIF PELAYANAN DAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN TIKET. Nur Makkie Perdana Kusuma STTKD Yogyakarta ABSTRAK ANALISIS DESKRIPTIF PELAYANAN DAN SISTEM INFORMASI PEMESANAN TIKET Nur Makkie Perdana Kusuma STTKD Yogyakarta ABSTRAK Seiring dengan perkembangan jaman, maka maskapai penerbangan juga dituntut untuk menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB II: STUDI PUSTAKA

BAB II: STUDI PUSTAKA BAB II: STUDI PUSTAKA 2.1. Pengertian Bandar Udara Mengacu pada Undang-undang No 15 tahun 1992 tentang Penerbangan dan PP No. 70 tahun 2001 tentang Kebandarudaraan. Bandar udara adalah lapangan terbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Lapangan Terbang Sebuah lapangan terbang melingkupi kegiatan yang sangat luas, yang mempunyai kebutuhan yang berbeda.sistem lapangan terbang dibagi dua, yaitu sisi darat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum 2.1.1. Bandara Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) Bandara atau bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu:

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG. Adapun dasar hukum penetapan tarif angkutan penumpang yaitu: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENETAPAN TARIF ANGKUTAN PENUMPANG A. Dasar Hukum Penetapan Tarif Angkutan Penumpang Undang-undang pengangkutan Indonesia menggunakan istilah orang untuk pengangkutan penumpang.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In

2 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik In BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 292, 2015 KEMENHUB. Penumpang. Angkutan Udara. Dalam Negeri. Standar Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 38 TAHUN 2015

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Reservasi adalah sebuah proses perjanjian berupa pemesanan sebuah

BAB II URAIAN TEORITIS. Reservasi adalah sebuah proses perjanjian berupa pemesanan sebuah BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Reservasi Reservasi adalah sebuah proses perjanjian berupa pemesanan sebuah produk baik barang maupun jasa dimana pada saat itu telah terdapat kesepahaman antara konsumen

Lebih terperinci

PENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI

PENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI PENANGANAN PENUMPANG YANG AKAN DI DEPORTASI KUTA, 30 AGUSTUS 2017 Dasar Hukum 1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM 127 Tahun 2015 Tentang Program Keamanan Penerbangan Nasional. 2. Keputusan Direktur

Lebih terperinci

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY

HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY HAK PENUMPANG JIKA PESAWAT DELAY www.m.tempo.com Maskapai penerbangan Lion Air kembali dilanda masalah keterlambatan alias delay. Setelah mengalami keterlambatan hingga 25 jam di Bandara Soekarno-Hatta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia dengan jumlah penduduk yang kurang lebih dari 240 juta jiwa dan termasuk negara yang memiliki banyak pulau.

Lebih terperinci

Lihat Bangkok Rose Garden

Lihat Bangkok Rose Garden Lihat Bangkok Rose Garden CARRIER Land Only (No Ticket) DEPARTURE 26 Feb 2017 LENGTH 4 DAYS PRICE Rp 538.000 ROUTE BKK-BKK Day 01 Sun, Feb 26 2017 TIBA BANGKOK Tiba di Bangkok, anda akan di jemput dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada saat ini tantangan dalam bisnis layanan jasa operasional penerbangan semakin besar, banyak perusahaan berlomba-lomba untuk meningkatkan kualitas pelayanannya

Lebih terperinci

Analisis Kapasitas Terminal Penumpang Di Bandar Udara SMB II Palembang

Analisis Kapasitas Terminal Penumpang Di Bandar Udara SMB II Palembang Jurnal Penelitian Perhubungan Udara WARTA ARDHIA Analisis Kapasitas Terminal Penumpang Di Bandar Udara SMB II Palembang Analysis Capacity of Passengers Terminal at SMB Palembang Airport Lita Yarlina Peneliti

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1992 TENTANG KEIMIGRASIAN Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pengguna jasa transportasi udara di Indonesia. maupun internasional terus meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pengguna jasa transportasi udara di Indonesia. maupun internasional terus meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pengguna jasa transportasi udara di Indonesia baik domestik maupun internasional terus meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Persyaratan Teknis Pengoperasian Fasilitas Sisi Darat Bandar Udara Menurut Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara, Nomor: SKEP/77/VI/2005 1. Daerah Terminal Keberangkatan

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN

1. BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini semakin banyak moda transportasi yang dapat dipilih oleh publik untuk mempermudah perjalanan jauh yang akan ditempuh. Berbagai jenis jasa transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International

BAB I PENDAHULUAN. urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Bandara Internasional Soekarno-Hatta merupakan bandara tersibuk urutan ke-12 di dunia pada tahun 2014 menurut Airport Council International (ACI)

Lebih terperinci

Lihat Explore Komodo - Pink Beach Labuan Bajo

Lihat Explore Komodo - Pink Beach Labuan Bajo Lihat Explore Komodo - Pink Beach Labuan Bajo CARRIER Land Only (No Ticket) DEPARTURE 25 Feb 2017 LENGTH 3 DAYS PRICE Rp 478.000 ROUTE LBJ-LBJ Day 01 Sat, Feb 25 2017 TIBA DI LABUANBAJO + CITY TOUR Setibanya

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KEIMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa keimigrasian merupakan bagian dari perwujudan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Bandar Udara Menurut PP RI No.70 Tahun 2001 tentang Kebandar udaraan, Pasal 1 Ayat 1, bandar udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 697, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Bandar Udara. Ketersediaan Waktu Terbang. Alokasi. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 57 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

SAIGON-CU CHI TUNNEL-HALF DAY TOUR

SAIGON-CU CHI TUNNEL-HALF DAY TOUR Lihat Saigon - Cu Chi - My Tho Keberangkatan 01 Apr 2017-04 Apr 2017 Penerbangan dengan Land Only (No Ticket) Itinerary 01 TIBA SAIGON Sat, Apr 01 2017 Tiba di Bandara Tan Son Nhat, dijemput dan diantar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2015 TENTANG MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2015 TENTANG PENANGANAN KETERLAMBATAN PENERBANGAN (DBLAY MANAGEMENT) PADA BADAN USAHA ANGKUTAN

Lebih terperinci