kemandirian yang dilakukan remaja. Tetapi dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kemandirian yang dilakukan remaja. Tetapi dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap"

Transkripsi

1 Telaah *Pengembangan * Imas Diana Aprilia Pengembangan Remaja Tunarungu Imas Diana Aprilia Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Perkembangan remaja tunarungu merupakan salah satu isu penting menarik dikaji secara serius. Pertimbangannya bahwa pencapaian merupakan dasar menjadi orang dewasa sesuai dengan potensi perkembangannya secara optimal. Perkembangan berlangsung melalui tiga tahapan, yaitu emosional, perilaku nilai. emosional berkembang lebih awal menjadi dasar bagi perkembangan perilaku nilai. Perkembangan pada remaja tunarungu banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor pada akhirnya bermuara kepada kondisi situasi pola interaksi diantara keluarga, terutama kemampuan kualitas dalam berkomunikasi sebagai modalitas utama. Rata Kunci: Pengembangan, remaja tunarungu. PENDAHULUAN Kajian terhadap isu perkembangan Tidak mudah bagi remaja dalam pada remaja akan sangat pencarian, sebab usaha menarik karena fenomena perkembangan memutuskan ikatan infantil telah pada masyarakat, terutama berkembang dinikmati dengan penuh kultur masyarakat timur seperti di rasa nyaman selama masa kanak-kanak Indonesia, sering disalahtafsirkan. Misalnya seringkali menimbulkan reaksi sulit perilaku terkag ditafsirkan dipahami (misunderstood) bagi kedua belah sebagai pemberontakan (rebellion) karena pihak, yaitu remaja orangtua (Rice, pada kenyataannya remaja memulai 1996). Remaja sering tidak mampu mengembangkan seringkali memutuskan simpul-simpul ikatan diawali dengan memunculkan perilaku emosional kanak-kanaknya dengan tidak sesuai dengan aturan keluarga orangtua secara logis objektif. Dalam (Steinberg, 1993:286). Akibatnya orangtua usaha itu kag-kag harus kurang toleran terhadap proses perolehan menentang, berdebat, berbeda pendapat, dilakukan remaja. Tetapi mengkritik dengan pedas sikap-sikap dalam situasi lain orangtua ternyata orangtua (Thornburg, 1982). Meskipun menginginkan remaja memiliki tugas ini sulit bagi kedua belah pihak,, bahkan berharap saat namun orangtua perlu menyadari bahwa dewasa nanti tidak lagi bergantung kepada pencapaian kebebasan itu merupakan proses orangtua. Inferensi dari salah satu fenomena perkembangan sungguh normal (Rice, perkembangan ini adalah 1996; Lerner Spanier, 1980). bahwa tidak sedikit orangtua belum memahami. 117 I lmi\_anakku» Volume 8: Nomor 2Tahun 2009

2 Telaah» Pengembangan»Imas Diana Aprilia Bagi kebanyakan remaja, mengembangkan merupakan hal sama pentingnya seperti orang dewasa mengembangkan identitas. Menjadi orang mandiri - orang mampu menentukan mengelola diri sendiri merupakan salah satu tugas perkembangan fundamental masa remaja. Memasuki masa remaja, bagi seorang tunarungu merupakan masa sulit karena kurang mampu berkomunikasi (menyatakan pikiran, perasaan, ide) berinteraksi penting bagi fungsi sosial. Keterbatasan dalam berkomunikasi sebagai aya gangguan pendengaran sering menimbulkan kesulitan sosial perilaku. Meadow (1987) dikutip Hallahan & Kauffman (1991:71) egosentrik, tanpa kontrol dalam diri, impulsif keras kepala". Davis (1981) mengemukakan bahwa "ketunarunguan, kecuali dalam kasus-kasus langka, mempengaruhi ketenangan terjadinya komunikasi komunikasi merupakan dasar bagi interaksi sosial. Jadi keyakinan diri orang mengalami hambatan pendengaran, mempengaruhi bagaimana penolakan oleh orang lain itu diterima atau ditangani" (Hallahan & Kauffman, 1991:72). Lebih lanjut dikatakan bahwa "individu tunarungu berat tidak melihat kekurangan hubungan sosialnya tidak menginginkan penerimaan penuh dari teman-teman seusianya. Dari fakta inilah masalah-masalah sosial ditemui oleh orang tunarungu menjelang dewasa". menyatakan bahwa: Berdasarkan hal di atas, tulisan ini "inventarisasi kepribadian dengan konsisten menunjukkan bahwa individu tunarungu mempunyai lebih banyak masalah penyesuaian daripada individu normal. Jika individu tunarungu tanpa masalah-masalah nyata atau serius diteliti, ternyata menunjukkan kekhasan akan kekakuan, akan membahas tentang bagaimana perkem-bangan remaja? Apa sesungguhnya itu? Bagaimana berkembang? Kondisi-kondisi apa mempengaruhi perkembangan kemandiri an? Bagaimana remaja tunarungu memperoleh? PEMBAHASAN Remaja Perkembangannya nilai-nilai etika, isu-isu moral (Yusuf, Istilah masa remaja berasal dari kata latin, "adolescere" berarti "tumbuh menuju masa dewasa" (Steinberg, 1993: 4). Di semua masyarakat, masa remaja dipang sebagai suatu masa pertumbuhan atau perkembangan bergerak dari 2002). ketidakmatangan masa anak menuju kematangan masa dewasa. Salzman Pikunas, (1976), mengemukakan bahwa remaja merupakan masa pergerakan dari sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah (autonomy). Masa remaja ditandai dengan (1) berkembangnya sikap dependen kepada orang tua ke arah independen, (2) minat seksualitas, (3) kecenderungan merenung atau memperhatikan diri sendiri, Steinberg (1993:4), menyatakan bahwa masa remaja adalah suatu masa menggairahkan atau menyenangkan dalam kehidupan. Mereka menjadi seorang bijaksana, berpengalaman, dapat membuat keputusan-keputusan sangat baik bagi dirinya sendiri. Para remaja dipang telah mampu bekerja, mempersiapkan perkawinan, memberikan suara atau keputusan, sehingga diharapkan dapat mendukung dirinya sendiri secara finansial (mandiri secara ekonomis). Dacey Kenny (1997) menyatakan, remaja adalah suatu masa dimana anak memperoleh kebebasan ]AJS\_Anakku» Volume8: Nomor2 Tahun 2009 \ \\g

3 Telaah Pengembangan Imas Diana Aprilia terutama sekali dari keluarga. Kebebasan tersebut meliputi pencapaian secara fisik psikologis. Remaja, jika dibandingkan dengan anak belasan tahun atau anak lebih muda, akan lebih bersandar pada dirinya sendiri daripada terhadap orangtua. Dacey Kenny (1997) menegaskan bahwa remaja tidak lagi memang orangtua sebagai otoritas mengetahui segalanya. Akibatnya, banyak orang berfikir bahwa masa remaja adalah suatu masa menentang secara besar-besaran, menolak nilai-nilai orang tua. Transisi menuju masa dewasa kagmembawa pergolakan atau kag kekacauan, tidak hanya menkut hubungan remaja dengan orangtua tetapi pada semua hubungan sosial (Sprintall Collins, 1995). Selanjutnya Steinberg (1993:6) mencatat aya tiga set perubahan, sebagai perubahan-perubahan mendasar pada masa remaja, yakni perubahan biologis, kognitif, sosial. Perubahan-perubahan tersebut berlaku secara universal, tanpa kecuali, pada semua remaja di setiap masyarakat. Artinya bahwa remaja berasal dari kebudayaan manapun, akan mengalami ketiga jenis perubahan menkut perubahan biologis, kognitif, sosial. Elemen-elemen utama dari perubahan-perubahan biologis masa remaja, meliputi perubahan-perubahan nampak pada fisik ditandai dengan terjadinya kematangan alat-alat seksual pencapaian kemampuan reproduktif (Brooks-Gunn Reiter, 1990 dalam Steinberg, 1993:7). Elemen perubahan kognitif umumnya ditunjukkan oleh prosesproses mendasari bagaimana seseorang berfikir ten tang sesuatu. Dibandingkan dengan masa anak-anak, para remaja dapat berpikir jauh lebih baik tentang situasi-situasi hipotetis dapat berpikir jauh lebih baik tentang konsepkonsep abstrak, seperti persahabatan, 119 demokrasi, atau moralitas (Keating, 1990 dalam Steinberg, 1993:8). Segkan perubahan sosial ditandai dengan terjadinya perubahan peran sosial sesuai dengan peran sebagai orang dewasa; sesuai dengan harapan tuntutan masyarakat. Remaja Istilah "otonomi" seringkali dianggap sama dengan. Individu otonom adalah individu mandiri, tidak mengandalkan bantuan atau dukungan orang lain, kompeten, bebas bertindak (Widjaja, 1986). Lebih lanjut dijelaskan bahwa istilah "" merujuk pada aya kepercayaan akan kemampuan diri menyelesaikan persoalan-persoalan tanpa bantuan khusus dari orang lain, keengganan dikontrol orang lain, dapat melakukan sendiri kegiatan-kegiatan menyelesaikan sendiri masalah dihadapi. Heathers (Widjaja, 1986), mengemukakan bahwa di samping kepercayaan akan kemampuan diri, dalam juga ada unsur ketegasan diri dalam bentuk kebutuhan menguasai tugas-tugas diberikan. Dari pangan-pangan di atas, dapat dipahami bahwa tidak persis identik dengan otonomi, melainkan lebih luas cakupannya. Menurut beberapa ahli, "" menunjuk pada kemampuan psikososial mencakup kebebasan bertindak, tidak tergantung kepada orang lain, tidak bebas terpengaruh lingkungan, mengatur kebutuhan sendiri (Lerner, 1976), penampilan keputusan pribadi didasari pengetahuan lengkap tentang konsekuensi berbagai tindakan serta keberanian menerima konsekuensi dari tindakannya (Lamb, 1996), kebebasan mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain (Watson Lindgren, 1973), aktivitas perilaku terarah pada diri JAM_Anakku» Volume 8: Nomor 2 Tahun 2009 sendiri, tidak mengharapkan

4 Telaah» Pengembangan»Imas DianaAprilia pengarahan dari orang lain, mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain, mampu mengatur diri sendiri (Bathia, 1977). merupakan hal penting dimiliki remaja merupakan salah satu tugas perkembangannya dalam menuju kedewasaan. Lebih lanjut Steinberg (1993: 283) mengatakan bahwa: "For most adolescents, establishing a sense of autonomy is as important a part of becoming an adult as is establishing a sense of identity. Becoming an autonomous person - a self governing person - is one of the fundamental developmental tasks of the adolescent years". Selanjutnya, Steinberg memunculkan tiga jenis remaja, yaitu tingkah laku nilai sebagai dasar pencapaian remaja. Dengan bertambahnya maka tersebut secara berurutan mulai (1993:288) emosional, usia remaja, berkembang dari emosional, tingkah laku, nilai. Emosional emosional menurut Steinberg (1993:289) adalah aspek perubahan kedekatan hubungan emosional antar individu, seperti hubungan emosional antara remaja dengan ibunya hubungan emosional antara remaja dengan ayahnya. emosi menunjuk kepada pengertian dikembangkan remaja mengenai individuasi melepaskan diri atas ketergantungan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasar dari orang tua (Steinberg & Silverberg, 1986, dalam Sprinthall & Collins, 1995). emosional merupakan hal penting menonjol pada masa remaja, namun bukan merupakan kejadian tiba-tiba (spontaneous) dialami oleh remaja. emosional remaja berkembang sejak awal kehidupan di masa anak-anak melalui proses sosialisasi dalam lingkungan keluarga. Steinberg (1993:289), menyatakan bahwa menjelang akhir masa remaja, individu-individu secara emosional tidak begitu tergantung pada orangtua "lebih mandiri secara emosi" daripada ketika masih anak-anak. Kita dapat melihatnya melalui berbagai cara. Pertama, para remaja umumnya tidak cepat-cepat atau serta merta menyampaikan perasaan pada orangtuanya jika marah, sedih, atau jika memerlukan bantuan. Kedua, tidak memang orangtua sebagai orang mengetahui segalanya (all-knowing) atau menguasai segalanya (all-powerful). Ketiga, para remaja seringkali mempunyai perasaan kuat menyelesaikan masalah dalam hubungan-hubungan di luar keluarga; mempunyai perasaan lebih dekat dengan teman laki-laki atau teman gadis daripada dengan orangtua. Terakhir, para remaja mampu melihat berinteraksi dengan orangtua seperti dengan orang lain, tidak seperti dengan orangtua sendiri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perkembangan emosional, di mulai pada masa remaja awal berlanjut dengan baik hingga mencapai puncaknya menjelang akhir masa remaja. emosional menunjukkan aspek berhubungan dengan keterikatan hubungan emosional dengan orangtuanya. Dalam penelitian Steinberg Silverberg, (1986), membagi emosional menjadi empat komponen, yaitu: (1) de-idealized yaitu remaja mampu memang orangtuanya sebagaimana aya, maksudnya tidak memangnya sebagai orang idealis sempurna, (2) parent as people yaitu remaja mampu memang orangtua seperti orang dewasa lainnya, (3) non dependency, atau suatu tingkat dimana }Affl_Anakku» Volume 8: Nomor 2 Tahun

5 Telaah * Pengembangan *lmasdiana Aprilia remaja lebih bersandar pada kemampuan dirinya sendiri, daripada membutuhkan bantuan pada orangtua, (4) suatu tingkat dimana remaja merasa "individuated" mampu memiliki kelebihan secara pribadi mengatasi masalah didalam hubungannya dengan orang tua. Perilaku "bebas" perilaku berbuat atau berarti bertindak sendiri tanpa terlalu bergantung pada bimbingan orang lain. tindakan atau perilaku menunjuk kepada "kemampuan seseorang melakukan aktivitas, sebagai manifestasi dari berfungsinya kebebasan dengan jelas, menkut peraturan-peraturan wajar mengenai perilaku pengambilan keputusan dari seseorang (Sessa & Steinberg, 1991, dalam Sprinthall & Collinns, 1995). perilaku juga mencakup kemampuan meminta pendapat orang lain jika diperlukan, menimbang berbagai pilihan ada pada akhirnya mampu mengambil kesimpulan suatu keputusan dapat dipertanggungjawabkan, tetapi bukan berarti lepas dari pengaruh orang lain, seperti pernyataan Hill Holmbeck, (1986) dikutip Steinberg, (1993: 296) sebagai berikut: "... behaviorally autonomous is able to turn to others for advice when it is appropriate, weigh alternative courses of action based on his or her ownjudgment and the suggestions of others, and reach an independent conclusion about how to behave". Steinberg, (1993: 296) menyatakan bahwa para peneliti melihat ada tiga domain perilaku pada remaja, yaitu: (1) changes in decision-making abilities yaitu perubahan dalam kemampuan mengambil keputusan, dengan indikator meliputi: (a) remaja menyadari resiko timbul dari keputusannya; 121 (b) remaja menyadari konsekuensi muncul kemudian; (c) remaja dapat menentukan dengan siapa akan berkonsultasi sesuai dengan masalah dihadapinya; (d) remaja dapat merubah pendapatnya karena ada informasi baru dianggap sesuai; (e) remaja menghargai berhati-hati terhadap saran diterimanya; (2) changes in compormity and susceptibility to the influence of other yaitu perubahan remaja dalam penyesuaian kerentanan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, dengan indikator meliputi: (a) remaja mampu mempertimbangkan alternatif dari tindakannya secara bertanggung jawab; (b) remaja mengetahui secara tepat kapan harus meminta saran dari orang lain; (3) changes in feelings of self-reliance yaitu perubahan dalam rasa percaya diri, dengan indikator meliputi: (a) remaja mencapai kesimpulan dengan rasa percaya diri; (b) remaja mampu mengekspresikan rasa percaya diri dalam tindakan-tindakannya. Nilai Ahli psikologi (Douvan & Adelson, 1966, dalam Sprinthall & Collins, 1995) menyebutkan, nilai menunjuk kepada suatu pengertian mengenai kemampuan seseorang mengambil keputusan-keputusan menetapkan pilihan lebih berpegang atas dasar prinsip-prinsip individual dimilikinya, daripada mengambil prinsip-prinsip dari orang lain. Dengan kata lain bahwa nilai menggambarkan kemampuan remaja mendukung atau menolak tekanan, permintaan maupun ajakan orang lain; dalam arti ia memiliki seperangkat prinsip tentang benar atau salah, tentang apa penting tidak penting. Steinberg (1993: ) menjelaskan bahwa perkembangan nilai sepanjang remaja ditandai oleh tiga aspek, yaitu: pertama, cara remaja dalam memikirkan segala sesuatu menjadi semakin bertambah abstrak (abstract belief); kedua, keyakinan-keyakinan remaja JAIS\_Anakku» Volume 8 : Nomor 2 Tahun 2009

6 Telaah menjadi semakin bertambah mengakar pada prinsip-prinsip umum memiliki beberapa dasar ideologi (principled belief); ketiga, keyakinan-keyakinan remaja akan nilai menjadi semakin terbentuk dalam diri sendiri bukan hanya dalam sistem nilai ditanamkan oleh orangtua atau orang dewasa lain (independent belief). Diantara ketiga komponen, maka nilai merupakan proses paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua komponen lainnya. Hasil pemikiran Konopka dikutip Pikunas (1976:274) tentang teori perkembangan nilai memang masa remaja sebagai fase sangat penting bagi pembentukan nilai (value formation). Pembentukan nilai ini merupakan suatu proses emosional intelektual paling tinggi dipengaruhi oleh interaksi manusiawi. Steinberg (1993:303) menguraikan bahwa perkembangan nilai membawa perubahan-perubahan pada konsepsi-konsepsi remaja tentang moral, politik, ideologi persoalan-persoalan agama. Keterhubungan diantara konsepkonsep tersebut, menjadi terintegrasi dalam perkembangan nilai. Nilai merupakan tatanan tertentu atau kriteria di dalam diri individu dijadikan dasar mengevaluasi suatu sistem. Moral merupakan tatanan perilaku memuat nilai-nilai tertentu dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok, atau masyarakat. Karenanya sistem nilai mengarah pada pembentukan nilai-nilai moral tertentu selanjutnya akan menentukan sikap individu berhubungan dengan objek nilai moral tersebut. Pengembangan * Imas Diana Aprilia faktor orang tua merupakan faktor dianggap paling dominan disamping faktor kecerdasan, jenis kelamin, tekanan kelompok. Diantara faktor orang tua tersebut terutama adalah pola asuh orang tua, tingkat pendidikan pekerjaan, serta jumlah anggota keluarga. Pangan di atas dilandasi pendapat menyatakan "Although many social factors and groups affect the process of socialization, the family is frequently regarded as the most influential agency in the socialization of the child'' (Hetherington & Parke, 1993:419). Pendapat sama dikemukakan Lamborn Steinberg (1993); Fuhrman Holmbeck (1993), bahwa perkembangan serta penyesuaian psikososial remaja dalam konteks lebih luas dipengaruhi oleh hubungan remaja itu sendiri dengan orang tuanya. Orang tua dengan menerapkan pola pengasuhan kepada remaja melalui interaksi orangtua-remaja, telah meletakkan dasardasar pola sikap perilaku pada remaja. Sementara itu tingkat pendidikan ibu akan mempengaruhi sikap tingkah lakunya dalam menghadapi anak-anaknya, artinya ibu berpendidikan akan bersikap lebih baik (Watson, 1967; Widjaya, 1986). Segkan Steinberg (1993:286) menjelaskan bahwa dengan meningkatnya peran orangtua tunggal ataupun peran orangtua keduanya berkarir dalam satu rumah tangga, mengakibatkan orangtua sangat mengharapkan anak remajanya menjadi lebih mandiri sepanjang hari. Dalam kaitan dengan jumlah anak dalam keluarga, Kidwell (1981) menemukan bahwa besarnya jumlah anak dalam keluarga akan mengakibatkan semakin rendahnya dukungan emosional diberikan orangtua terhadap anaknya. Hal ini berarti bahwa dalam keluarga jumlah anggotanya kecil, anak-anak mempunyai kesempatan lebih besar dapat mengembangkan diri, berprestasi, mandiri. Dalam kaitan dengan faktor-faktor mempengaruhi remaja, )MI\_Anakku» Volume 8 :Nomor 2 Tahun 2009 \ \ 22

7 Telaah Pengembangan Perkembangan Tunarungu»Imas Diana Aprilia Remaja merupakan tugas perkembangan harus dicapai oleh setiap individu, namun demikian sukar ditentukan secara pasti kapan perilaku mandiri secara penuh dapat dicapai (Berzonsky, 1984); bahkan Libert et al (dalam Masrun, 1986) berpendapat bahwa perilaku mandiri tidak mungkin dapat dicapai secara maksimal. Hal ini dikarenakan semenjak lahir individu hidup dalam masyarakat mempunyai norma sosial mengatur membatasi perilaku seseorang (Masrun, 1986). Sejalan dengan itu Gilmor (1974) mengemukakan bahwa dalam kenyataannya karena manusia itu merupakan mahluk sosial, maka pribadinya akan selalu berinteraksi dengan Selama manusia itu lingkungannya. berhubungan dengan manusia lain, maka kenyataannya tidak ada orang betulbetul mandiri secara mutlak. Aya gangguan atau hambatan pada individu tunarungu membawa berbagai dampak terhadap perkembangan, sehingga hambatan-hambatan tersebut memunculkan karakteristik- karakteristik perkembangan sebagai berikut yaitu perkembangan bahasa bicara, intelegensi, penyesuaian sosial, emosi pribadi, berbeda dengan individu mendengar pada umumnya. Hambatan tersebut akan mempengaruhi totalitas kualitas eksistensi dia sebagai manusia memiliki tanggungjawab didalam melewati tugas perkembangannya. Permasalahan perkembangan pribadi tunarungu sangat kompleks tersebut, tidak berarti bahwa pencapaian tugas perkembangan menuju menjadi tidak optimal. Hasil penelitian Heni Hiyaroh (2002) menunjukkan bahwa penguasaan tugas perkembangan pada remaja tunarungu umumnya telah tercapai meskipun hanya di lingkungan mempunyai karakteristik sama dengan remaja tunarungu. Untuk itu akan ada 123 kebutuhan-kebutuhan kondisi-kondisi tertentu sebagai bentuk intervensi akan membawa remaja tunarungu dapat mencapai tugas perkembangan optimal. Hubungan antara anak orang tua berubah dengan sangat cepat, terutama sekali setelah anak memasuki masa remaja. Seiring dengan semakin mandirinya anak dalam mengurus dirinya sendiri pada pertengahan masa kanak-kanak, misalnya, maka waktu diluangkan oleh orang tua anak semakin berkurang dengan sangat tajam (Berk, 1994). Perubahan pengungkapan kasih sa, meningkatnya pendistribusian kewenangan tanggungjawab, merosotnya interaksi verbal kesempatan duduk bersama antara anak orang tua, di satu sisi semakin tenggelamnya remaja dalam pola-pola hubungan teman sebaya menyelami dunia kehidupan baru di luar keluarga di sisi lain, pada akhirnya akan mengendorkan simpulsimpul ikatan emosional infantil anak dengan orang tua (Steinberg, 1993; Kimmel, 1985). Perubahan kondisi atau situasi berlangsung selama proses perkembangan tersebut menuntut orangtua terutama orangtua remaja tunarungu lebih mampu menempatkan diri dapat meningkatkan kualitas emosi sosialnya dalam memahami persoalan-persoalan muncul sebagai dampak dari kondisi anaknya. Remaja tunarungu mempersepsi menilai sesuatu objek, fenomena, kejadian- berdasarkan pemaknaan gkal tidak utuh sebagai akibat terhambatnya kemampuan bahasa. Di samping itu juga mengalami kesulitan mengekspresikan emosi sebagai wujud perasaan dirinya. Konsekuensi dari itu semua adalah mungkin akan ada banyak pertentangan perbedaan cara pang (persepsi) terjadi antara orangtua anaknya terhadap persoalan atau permasalahan I 3MS\_Anakku»Volume 8: Nomor 2 Tahun 2009

8 Telaah»Pengembangan +Imas Diana Aprilia ada, padahal tuntutan mencapai aya emosional interaksi manifestasi diri membutuhkan emosional mahluk sebagai sosial. Jika orangtua tidak dapat memenuhi kebutuhan itu semua, akan mudah bagi remaja tunarungu lebih berorientasi kepada teman sebayanya mungkin secara positif belum tentu dapat memberikan apa dia butuhkan. Apalagi pada diri remaja tunarungu mempunyai perasaan aman diterima secara sosial jika berada bersama-sama dengan teman-teman senasibnya. Pada remaja tunarungu, kemampuan membuat keputusan tanpa tergantung kepada orang lain dapat melakukannya secara bertanggungjawab sebagai ciri perilaku, dipengaruhi oleh kemampuan kognitif dimana kemampuan tersebut akan mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan menkut konsekuensi dari keputusannya mungkin akan diwujudkan melalui perilaku-perilaku muncul. Perilaku atau keputusan merupakan proses didasari atas hasil adaptasi (equilibrium) sebelumnya melalui proses asimilasi berlanjut ke proses akomodasi biasa terjadi dalam struktur kognitif seseorang. Apakah hambatan komunikasi pada individu tunarungu berdampak membantu kemampuan berbahasa seseorang memberikan implikasi tentang bagaimana kita harus mengkondisikan situasi-situasi nyata melalui pengalaman-pengalaman langsung sehingga dapat membantu perkembangan berfikir remaja tunarungu dalam mengambil keputusan berperilaku bertanggungjawab dengan didasarkan kepada pengalaman lahiriah batiniah. Dalam pengambilan keputusan seringkali remaja tunarungu lebih berorientasi kepada hal-hal berlaku dalam kelompok sosialnya (teman-teman sebaya). Situasi kondisi terjadi pada kelompok terdahulunya dapat mempengaruhi terutama dalam pemilihan sekolah pencarian pekerjaan, sehingga tidak berani mencari hal-hal bersifat inovatif. Dari hasil penelitian dilakukan Denny Purbandi (2006:98) tentang eksplorasi komitmen siswa tunarungu terhadap identitas dalam program keterampilan, ditemukan bahwa siswa tunarungu mempunyai eksplorasi terbatas membuat keputusan secara dini, tetapi mempunyai keteguhan pendirian atau komitmen terhadap keterampilan dipilihnya, meneguhkan keyakinannya, mencari terhadap terbatasnya penerimaan informasi memilih temannya tunarungu atau pengetahuan dari luar, membuat sudah bekerja dijadikan figur. menjadi terhambat dalam Temuan sama dilakukan (Aprilia, perkembangan berfikirnya sehingga dapat 2002:81), dimana ada kecenderungan menghasilkan keputusan atau perilaku diantara sesama siswa tunarungu bias. Apapun kenyataannya, kita patut lebih beroerientasi kepada big pekerjaan memperhatikan saran dari Furth (Moores, sudah biasa dilakukan oleh kakak- 1982) yaitu bahwa media paling tepat membantu perkembangan berfikir kakak kelasnya sudah bekerja. Dari hasil penelitian inipun terungkap bahwa individu tunarungu bukanlah bahasa akan tetapi pengalaman langsung dalam situasi dalam nyata. Hal senada dikemukakan James pengambilan keputusan berkaitan dengan pemilihan pendidikan selanjutnya, cenderung akan masuk (Moores, 1982) bahwa proses berfikir pada ke orang tunarungu telah berlangsung sebelum kemampuan bahasa miliki. Ini tunarungunya, kemampuan potensi dirinya (Aprilia, artinya adalah bahwa kemampuan proses 2002:78). berpikir merupakan bekal sekolah dimana ada teman tanpa mempertimbangkan awal dalam }Affl_Anakku» Volume 8 : Nomor 2 Tahun

9 Telaah Pengembangan Imas Diana Aprilia nilai merupakan kelanjutan dari kemampuan sebelumnya, yaitu emosional perilaku, memiliki tingkat kompleksitas tinggi berhubungan dengan prinsip nilai, etika, moral, menuntut pemahaman sangat abstrak. Dalam nilai ini, remaja dituntut memiliki perubahan dalam cara berfikir, yaitu mampu mengintegrasikan nilai-nilai bertentangan, perubahan pada keyakinan, yaitu memiliki prinsip-prinsip terbentuk sesuai sistem nilai diperoleh. Disamping itu remaja dituntut memiliki karakteristik perubahan kognitif, yaitu aya peningkatan kemampuan rasionalisasi berfikir hipotesis dimana prinsip-prinsip/nilai-nilai diyakininya itu dapat terinternalisasi terintegrasi dalam dirinya diwujudkan melalui pengambilan keputusan penetapan pilihan teraktualisasikan melalui perilaku sesuai dengan norma etika ada. Nilai merupakan sesuatu diyakini kebenarannya mendorong orang mewujudkannya. Nilai dipelajari dari produk sosial secara perlahan diinternalisasikan oleh individu serta diterima sebagai milik bersama dengan kelompoknya. Remaja sebagai individu maupun suatu komunitas masyarakat juga memiliki nilai-nilai sebagaimana disebutkan di atas, karena salah satu karakteristik remaja berkaitan dengan nilai adalah bahwa remaja sudah sangat merasakan pentingnya tata nilai mengembangkan nilai-nilai baru sangat diperlukan sebagai pedoman atau petunjuk dalam mencari jalannya sendiri menumbuhkan identitas diri menuju kepribadian semakin matang. Bagi remaja tunarungu keberlangsungan komunitasnya, pencapaian tuntutan-tuntutan tersebut di atas berjalan sebagaimana apa disepakati dalam kelompoknya, masing-masing individu memiliki ketercapaian sendiri-sendiri berdasarkan kemampuannya. Hanya saja ketika remaja tunarungu berada dalam komunitas masyarakat sesungguhnya, pencapaian tuntutan akan dirasakan sangat sulit, karena kesulitan memahami sistem nilai, moral etika kag bersifat abstrak, harus dapat menginterpretasikan mengadaptasikan sistem nilai tersebut sesuai dengan kemampuan kognitifnya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Myklebust (1953) dikutip Moores, (1982) menyatakan bahwa "individu tunarungu sulit melakukan fungsi perseptual konseptual sama luas keabstrakannya, dianggap lebih konkrit kurang abstrak bila dibandingkan individu normal". Walaupun begitu dalam membentuk nilainilai baru dapat dilakukan dengan cara identifikasi imitasi terhadap tokoh atau model tertentu atau bisa juga mengembang kan sendiri, remaja tunarungu dapat mengidentifikasi mengorganisasikannya melalui perilaku-perilaku dapat diamati oleh. Bagi remaja tunarungu pemahaman norma, etika, nilai harus dilakukan, melatih membiasakan siswa dalam berperilaku sosial sesuai dengan norma berlaku. Apabila melanggar ada konsekuensi atau hukuman sebaliknya apabila ditaati atau dijalankan akan mendapat pujian atau ganjaran (reward). 125 sistem dilakukan secara terintegratif, melalui penjelasan secara khusus, perilaku nyata diberikan pemahaman mengapa perilaku itu harus atau tidak boleh I }*Sil_Anakku»Volume 8:Nomor 2 Tahun 2009

10 Telaah» Pengembangan Imas Diana Aprilia KESIMPULAN adalah kemampuan menguasai, mengatur, atau mengelola diri sendiri. Segkan menjadi individu mandiri tidaklah muncul begitu saja secara mendadak atau terjadi dalam tempo singkat, tetapi harus dimulai dengan latihan sejak kecil dengan memperhatikan faktor-faktor mempengaruhinya. Aya perubahan-perubahan terjadi atau interaksi diantara berbagai variabel-variabel di atas merupakan refleksi kondisi progresif terjadi selama masa remaja dalam menuju perkembangan. Seperti dikemukakan Smart Smart (1978) bahwa dapat dilihat sejak individu masih kecil akan terus berkembang sehingga akhirnya menjadi sifat relatif menetap pada masa remaja. Dalam mencapai secara emosional, kemampuan remaja tunarungu akan sangat ditentukan oleh pola interaksi terjadi di lingkungan keluarga dimana proses sosialisasi berlangsung. Kualitas remaja tunarungu tergantung bagaimana keluarga atau orangtua memang dimanifestasikan melalui perilaku-perilaku (pola asuh) berlangsung selama interaksi itu terjadi, yaitu sejak anak-anak sampai masa remaja. Dalam perilaku berhubungan dengan kemampuan pengambilan keputusan, remaja tunarungu akan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif dimana kemampuan tersebut akan mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan menkut konsekuensi-konsekuensi diwujudkan melalui perilaku-perilaku muncul. Dalam nilai, remaja tunarungu dituntut memiliki perubahan dalam cara berpikir kemudian dapat mengintegrasikan nilainilai bertentangan serta memiliki prinsip-prinsip terbentuk sesuai sistem nilai berlaku. DAFTAR PUSTAKA Aprilia, I. D. (2002). Program Bimbingan Konseling bagi Siswa Tunarungu. Tesis. Bandung: Program Pascasarjana UPI. Dacey, J. & Kenny, M. (1997). Adolescent Development Second Edition. New York: WCB/McGraw-Hill, Inc. Hallahan, D. & Kauffman, M. J. (1991). Exceptional Children, Introduction to Special Education (Fifth Ed). New Jersey: Prentice Hall International Inc. Hiyaroh, Heni. (2002). Analisis Penguasaan Tugas-tugas Perkembangan Remaja Tunarungu. Skripsi Jurusan Pendidikan Luar Biasa FIP UPI. Huriock, E. B. (1980). Developmental Psychology A Life-Span Approach. Fifth Edition. New YoricMcGraw- Hill, Inc. Masrun, dkk. (1986). Studi mengenai pada Penduduk di Tiga Suku Bangsa (Jawa, Batak, Bugis). Laporan Penelitian. Yogyajarta: PPKLH Universitas Gajah Mada. Moores, D. F. (1982). Educating The Deaf, Psychology, Principles, Practices. Boston: Houghton Mifflin Company. Neely, M. (1982). Counseling and Guice Practices with Special Student. Ulionis: The Dorsey Press Homewood. }Affl_Anakku» Volume 8 : Nomor 2 Tahun

11 Telaah» Pengembangan Imas Diana Aprilia Sigelman & Shaffer. (1995). Life Span Human Development. California: Brooks/Cole Publishing Company. Sprinthall, N. A. & Collins, W. A. (1995). Adolescent Psychology: A Developmental View Third Edition. New York: McGraw-Hill, Inc. Steinberg, L. (1993). Adolescence. International Edition Third Edition. New York: McGraw-Hill, Inc. Widjaja, H. (1986). Hubungan antara Asuhan Anak dengan Ketergantungan-. Disertasi. Bandung: Fakultas Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Yusuf, Syamsu. (1998). Model Bimbingan Konseling dengan Pendekatan Ekologis. Disertasi. Bandung: Program Pascasarjana, UPI Bandung. Sumber Jurnal: Harris, L. k., et.al. (1997). Counseling Need ofstudent Who Are Deafand Hard of Hearing. The School Counselor 44, Russels, S, & Bakken, R. J. (2007). Developmental of Autonomy Adolescence. Journal of Developmental Psychology 18, I imjl_anakku» Volume 8: Nomor 2 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nirma Shofia Nisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nirma Shofia Nisa, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Remaja merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja berada diantara anak-anak dan dewasa, oleh sebab

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN REMAJA TUNARUNGU ABSTRAK

PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN REMAJA TUNARUNGU ABSTRAK PENGEMBANGAN KEMANDIRIAN REMAJA TUNARUNGU Imas Diana Aprilia Jurusan Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Perkembangan kemandirian pada remaja khususnya remaja tunarungu merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di usia republik yang sudah melebihi setengah abad ini, sudah sepatutnya bila arah pembangunan mulai memusatkan perhatian terhadap upaya peningkatan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga

BAB I PENDAHULUAN. diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan diasuh oleh orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era kompetitif ini, Indonesia adalah salah satu negara yang sedang mengalami perkembangan pembangunan di sektor ekonomi, sosial budaya, ilmu dan teknologi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Pribadi Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah kepemilikan sebuah nilai dalam diri seseorang yang mengarah kepada kedewasaan, sehingga dia mampu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja itu sendiri maupun bagi orang-orang yang berada di sekitarnya. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk dikaji, karena pada masa remaja terjadi banyak perubahan yang dapat mempengaruhi kehidupan, baik bagi remaja itu

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA

2014 EFEKTIVITAS KONSELING TEMAN SEBAYA UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN SISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia terdapat berbagai macam jenis pendidikan, salahsatunya pendidikan di pondok pesantren. Secara legalitas dalam pendidikan Nasional, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan

Lebih terperinci

Kemandirian Belajar. 1. Deinisi Kemandirian Belajar

Kemandirian Belajar. 1. Deinisi Kemandirian Belajar Kemandirian Belajar 1. Deinisi Kemandirian Belajar Para ahli psikologi menggunakan dua isilah yang berkaitan dengan kemandirian yaitu independence dan autonomy (Steinberg, 1993: 286). Kemandirian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA Oleh : Nandang Budiman

PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA Oleh : Nandang Budiman PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN PADA REMAJA Oleh : Nandang Budiman A. Kemandirian sebagai Isu Perkembangan pada Remaja Perkembangan kemandirian (autonomy) pada remaja merupakan salah satu isu yang sama penting

Lebih terperinci

MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN REMAJA TUNARUNGU DI SLB-B BANDUNG

MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN REMAJA TUNARUNGU DI SLB-B BANDUNG HASIL PENELITIAN MODEL BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN REMAJA TUNARUNGU DI SLB-B BANDUNG Oleh: IMAS DIANA APRILIA ABSTRAK Guidance and Counseling Model for Developing Autonomy of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bagi masyarakat modern saat ini memperoleh pendidikan merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik untuk mendapatkan pengetahuan ataupun dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.

GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M. GAMBARAN KEMANDIRIAN EMOSIONAL REMAJA USIA 12-15 TAHUN BERDASARKAN POLA ASUH AUTHORITATIVE NUR AFNI ANWAR LANGGERSARI ELSARI NOVIANTI S.PSI. M.PSI 1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK Kemandirian

Lebih terperinci

Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK

Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK CONSILIUM : Jurnal Program Studi Bimbingan dan Konseling First Published Vol 3 (1) December 2015 CONSILIUM Diskusi untuk Meningkatkan Kemandirian Pengambilan Keputusan Karier Peserta Didik SMK Rani Indri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI POLA PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS ANAK. Oleh : Dra. Rahayu Ginintasasi M. Si

KONTRIBUSI POLA PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS ANAK. Oleh : Dra. Rahayu Ginintasasi M. Si KONTRIBUSI POLA PENGASUHAN ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KREATIVITAS ANAK Oleh : Dra. Rahayu Ginintasasi M. Si JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya pendidikan di perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan begitu banyak perguruan tinggi seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Kemandirian merupakan isu psikososial yang muncul secara terus menerus dalam seluruh siklus kehidupan individu (Steinberg, 2002). Isu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke masa lebih banyak bersifat klasikal-massal, yaitu berorientasi kepada kuantitas untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orangtua dan orang-orang disekitarnya hingga waktu tertentu. Seiring dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. KEMATANGAN KARIR 1. Pengertian Kematangan Karir Crites (dalam Salami, 2008) menyatakan bahwa kematangan karir sebagai sejauh mana individu dapat menguasai tugas-tugas perkembangan

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Remaja atau Adolescene berasal dari bahasa latin, yaitu adolescere yang berarti pertumbuhan menuju kedewasaan. Dalam kehidupan seseorang, masa remaja merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA. Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja

LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA. Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja LAMPIRAN LAMPIRAN A PEDOMAN WAWANCARA Data Kontrol: 1. Usia 2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Tinggal bersama siapa saja Gambaran Kehidupan Subjek Kehidupan/ kegiatan partisipan Identitas dan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap

BAB II LANDASAN TEORI. rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap BAB II LANDASAN TEORI II. A. Harga Diri II. A. 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri secara rendah atau tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan

Lebih terperinci

DESKRIPSI & SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU II

DESKRIPSI & SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU II DESKRIPSI & SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU II DESKRIPSI MATA KULIAH LBB 362. Pendidikan Anak Tunarungu II : S1, 3 SKS, SMT 6 Matakuliah ini merupakan mata kuliah perluasan dan pendalaman

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN

KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN KEMANDIRIAN DITINJAU DARI URUTAN KELAHIRAN DAN JENIS KELAMIN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN

TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN TAHAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 12-17 TAHUN LATAR BELAKANG Lerner dan Hultsch (1983) menyatakan bahwa istilah perkembangan sering diperdebatkan dalam sains. Walaupun demikian, terdapat konsensus bahwa yang

Lebih terperinci

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa tidak hanya didukung oleh pemerintah yang baik dan adil, melainkan harus ditunjang pula oleh para generasi penerus yang dapat diandalkan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir

TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir 7 TINJAUAN PUSTAKA Remaja Akhir Istilah adolescence atau remaja berasal dari bahasa latin yang kata bendanya, Adolescentia yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Mighwar 2006). Remaja akhir (Late

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Attachment Attachment atau kelekatan merupakan teori yang diungkapkan pertama kali oleh seorang psikiater asal Inggris bernama John Bowlby pada tahun 1969. Ketika seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Identity Achievement. (Kartono dan Gulo, 2003). Panuju dan Umami (2005) menjelaskan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Identity Achievement 1. Definisi Identity Achievement Identitas merupakan prinsip kesatuan yang membedakan diri seseorang dengan orang lain. Individu harus memutuskan siapakah

Lebih terperinci

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH

KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH KEMANDIRIAN REMAJA AKHIR PUTERI PASCA KEMATIAN AYAH RIA SULASTRIANI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam gambaran kemandirian remaja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Identitas Ego 2.1.1 Definisi Identitas Ego Untuk dapat memenuhi semua tugas perkembangan remaja harus dapat mencapai kejelasan identitas (sense of identity) yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap

BAB I PENDAHULUAN. Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang masa hidupnya, manusia mengalami perkembangan dari sikap tergantung ke arah kemandirian. Pada mulanya seorang anak akan bergantung kepada orang-orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia pendidikan, kini orangtua semakin memiliki banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk mendaftarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas.

BAB I PENDAHULUAN. beradaptasi di tengah kehidupan masyarakat yang lebih luas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang. Di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai elemen dasar yang dapat membentuk kepribadian seserang. Tidak dapat

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS. Prasyarat : - Program Studi : Pendidikan Teknologi Agroindustri

PETUNJUK TEKNIS. Prasyarat : - Program Studi : Pendidikan Teknologi Agroindustri PETUNJUK TEKNIS 1. IDENTITAS MATA KULIAH Nama mata kuliah : Perkembangan Peserta Didik Bobot SKS : 2 sks Nomor Mata Kuliah : KD301 Semester : Ganjil Prasyarat : - Program Studi : Pendidikan Teknologi Agroindustri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini permasalahan remaja adalah masalah yang banyak di bicarakan oleh para ahli, seperti para ahli sosiologi, kriminologi, dan khususnya

Lebih terperinci

BAB II KEMANDIRIAN REMAJA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolecere (kata

BAB II KEMANDIRIAN REMAJA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolecere (kata BAB II KEMANDIRIAN REMAJA DAN PRESTASI BELAJAR SISWA A. Kemandirian Remaja 1. Definisi Remaja Adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolecere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja berhubungan dengan perubahan intelektual. Dimana cara berpikir remaja mengarah pada tercapainya integrasi dalam hubungan sosial (Piaget dalam Hurlock, 1980).

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah mahasiswa di Indonesia cenderung meningkat. Latief (dalam Kompas, 2011) menyatakan bahwa didapatkan jumlah mahasiswa Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto

KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto KARAKTERISTIK ANAK USIA SD Oleh : Sugiyanto Ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua.

BAB I PENDAHULUAN. dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, setiap manusia memiliki dambaan untuk hidup bersama dengan keluarga utuh serta mendapatkan kasih sayang serta bimbingan dari orang tua. Perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kepribadian seorang anak merupakan gabungan dari fungsi secara nyata maupun fungsi potensial pola organisme yang ditentukan oleh faktor keturunan dan penguatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai resiliency pada remaja. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Ann I. Alriksson-Schmidt, MA, MSPH, Jan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah, BAB I PENDAHULUAN Bab satu memaparkan latar belakang masalah pembahasan masalah, identifikasi masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian, metode penelitian,

Lebih terperinci

PROFIL REMAJA. Aspek Karakteristik Implikasi Pendidikan/Bimbingan. kematangan seksual secara signifikan yang memiliki

PROFIL REMAJA. Aspek Karakteristik Implikasi Pendidikan/Bimbingan. kematangan seksual secara signifikan yang memiliki Self secara Fisik (The Physical Self) PROFIL REMAJA Aspek Karakteristik Implikasi Pendidikan/Bimbingan Ditandai dengan pertumbuhan fisik dan pencapaian Layanan informasi yang tepat dan kematangan seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Menurut Clarke-Sweart & Friedman (dalam Hendriati 2006) masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. Valentina, 2013). Menurut Papalia dan Olds (dalam Liem, 2013) yang dimaksud BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi perkembangan yang terjadi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan baik itu secara biologis

Lebih terperinci

Untuk mewujudkan generasi unggul di masa depan, orang tua perlu :

Untuk mewujudkan generasi unggul di masa depan, orang tua perlu : Kontribusi Pola Pengasuhan Orang Tua Terhadap Perkembangan Kemandirian dan Kreativitas Anak Oleh Dra. Rahayu Ginintasasi, M.Si Untuk mewujudkan generasi unggul di masa depan, orang tua perlu : 1. Memahami

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah. STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan 1 : Landasan Hidup Religius INTERNALISASI SD SLTP SLTA PT 1. Pengenalan Mengenal bentuk-bentuk dan tata cara ibadah sehari-hari. Mengenal

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

NURUL ILMI FAJRIN_ Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG NURUL ILMI FAJRIN_11410126 Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Barang siapa yang tidak mau merasakan sakitnya belajar, maka dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu. Sahabat Waktu hanya memberikan kita kesempatan satu kali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. prenatal sampai fase lanjut usia. Di antara rentang fase-fase tersebut salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman modern sekarang ini, semenjak ilmu pengetahuan berkembang dengan pesat terutama ilmu psikologi dan ilmu pendidikan, maka fase-fase perkembangan manusia telah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

TINJAUAN PUSTAKA Remaja TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescent yang mempunyai arti tumbuh menjadi dewasa. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

KOMITMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYIAPKAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK ABK. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia

KOMITMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYIAPKAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK ABK. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia KOMITMEN KEPALA SEKOLAH DALAM MENYIAPKAN KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK ABK Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Universitas Pendidikan Indonesia A. Pendahuluan Sebagaimana tercantum dalam Undang Undang Sistem

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran identitas diri pada remaja yang menikah dini. Bab ini adalah penutup dari seluruh naskah penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Hadirnya anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu kebahagian bagi orangtuanya. Kebahagiaan itu akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya usia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus penuh tantangan dan harapan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu fase dalam perkembangan individu adalah masa remaja. Remaja yang dikenal dengan istilah adolescence merupakan peralihan dari masa kanakkanak ke

Lebih terperinci