PENENTUAN TETAPAN LAJU REAKSI BALIK DAN TETAPAN KESETIMBANGAN DENGAN PENDEKATAN REAKSI SEARAH DAN HUKUM LAJU REAKSI MAJU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENENTUAN TETAPAN LAJU REAKSI BALIK DAN TETAPAN KESETIMBANGAN DENGAN PENDEKATAN REAKSI SEARAH DAN HUKUM LAJU REAKSI MAJU"

Transkripsi

1 PENENTUAN TETAPAN LAJU REAKSI BALIK DAN TETAPAN KESETIMBANGAN DENGAN PENDEKATAN REAKSI SEARAH DAN HUKUM LAJU REAKSI MAJU (DETERMINATION OF BACKWARDS RATE CONSTANT AND EQUILIBRIUM CONSTANT USING IRREVERSIBLE APPROACH AND FORWARD RATE LAW) Patiha Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universtas Sebelas Maret, Jl. Ir Sutami No. 36 A, Kentingan Surakarta telp. (0271) Received 6 Juni 2013, accepted 5 September 2013, published 25 September 2013 ABSTRAK Telah diperkenalkan teknik penentuan tetapan laju reaksi balik k b dan tetapan kesetimbangan K yang menggunakan pendekatan reaksi searah dan hukum laju (awal) reaksi maju. Hukum laju reaksi balik ditentukan dari persamaan integral yang memberikan rerata harga tetapan laju dengan deviasi standar terkecil. Tetapan laju ini dihitung berdasarkan selisih konsentrasi produk teramati pada waktu-waktu tertentu dengan konsentrasi seharusnya jika reaksi maju berlangsung searah. Tetapan laju reaksi balik, k b adalah yang dihitung pada awal pengamatan, Selanjutnya, bersama dengan harga k f (yang diperoleh dari hukum laju reaksi maju), digunakan untuk menghitung tetapan kesetimbangan K. Teknik ini kemudian diuji-cobakan pada data reaksi kesetimbangan order ke-satu pada kedua arah dari Wright (2004) dan Wilkinson (1980). Kesahihan ditentukan berdasarkan kesesuaian harga k b dan K yang diberikan oleh Wright (2004) dan Wilkinson (1980).dengan toleransi perbedaan 5%. Hasil menunjukkan bahwa teknik tersebut sahih. kata kunci: hukum laju reaksi balik; hukum laju reaksi maju; pendekatan reaksi searah; tetapan laju reaksi balik; tetapan laju reaksi maju; tetapan kesetimbangan ABSTRACT A determination technique of backward rate constant k b and equilibrium constant K using irreversible reaction approach and forward reaction rate law has been introduced. The rate law of backward reaction was determined from the integral equation that produced the smallest standard deviation of the average value of rate constant, k. These rate constants were calculated based on the difference of the concentration of products observed at various definited times to the concentration that should present if the forward reaction is irreversible. The backward rate constant, k b is the rate constant which is calculated at the beginning of the observation. Then, in combination with the k f value which was obtained from the forward rate law, the equilibrium constant, K, could be calculated. This technique was then tested on data of a first-order reversible reaction, on both directions. Those data were taken from Wright (2004) and Wilkinson (1980).The validity was determined based on the suitability of 22

2 the values (with a tolerance of differences 5%) of k b and K which are given by Wright (2004) and Wilkinson (1980). The results show that the technique is valid. Key words: backward rate constant; backward rate law; equilibrium constant; forward rate constant; forward rate law; irreversible reaction approach PENDAHULUAN Pada umumnya, tetapan kesetimbangan K ditentukan secara termodinamika. Berdasarkan konsep ini, untuk suatu sistem homogen, pada suatu temperatur tertentu, harga K sama dengan nisbah antara konsentrasi semua spesi produk pangkat koefisien masing-masing dengan pereaksi pangkat koefisien masing-masing pada saat reaksi setimbang. Dalam praktek, terkadang, ini bisa memerlukan waktu yang relatif lama. Reaksi kesetimbangan dapat juga dipelajari secara kinetika. Untuk beberapa alasan, cara ini bahkan lebih menguntungkan. Meski secara termodinamika reaksi pembentukan suatu produk industri merupakan reaksi eksotermis, proses tetap dilakukan pada temperatur tinggi karena (pertimbangan kinetika), walau hasilnya relatif lebih sedikit, waktu yang diperlukan jauh lebih singkat. Konsep termodinamika hanya menyatakan bahwa jika konsentrasi salah satu pereaksi dilebihkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah produk tetapi, konsep kinetika menyatakan pereaksi mana yang sebaiknya dilebihkan. Secara kinetika konvensional, tetapan (keadaan) kesetimbangan biasanya ditentukan (atau lebih umum, diajarkan) dengan menggunakan metode diferensial yakni dengan logika: pada saat kesetimbangan laju reaksi maju sama dengan reaksi balik, hal ini mudah diterima. Namun ada dua masalah yang ternafikan. Pertama, secara eksperimen, laju pada saat kesetimbangan tidak dapat ditentukan karena konsentrasi komponen reaksi tidak lagi berubah dengan waktu. Kedua, penentuan tetapan laju berdasarkan metode diferensial tidak akan memberikan harga yang pasti; harga yang pasti harus diperoleh dengan menggunakan metode integral (Laidler, 1987). Patiha (2006) menyatakan bahwa, kecuali untuk reaksi order ke-nol, harga tetapan laju k yang diperoleh (dengan metode diferensial) selalu berbeda dengan yang dari metode integral dan telah memberikan faktor koreksi sehingga harganya sama. Penentuan harga K dengan metode integral lebih banyak digunakan. Namun sedikitnya ada 3 masalah yang bisa mengganggu. Pertama, terdapat sejumlah persamaan integral yang cukup rumit dan berbeda tergantung pada order reaksi pada kedua arah. Data harus dicobakan pada semua persamaan. Hukum lajunya adalah persamaan yang memberikan 23

3 kurva yang paling mendekati linear. Tentunya, ini tidak praktis karena penentuannya bersifat trial and error. Kedua, yang bisa ditentukan hanyalah tetapan laju reaksi maju k f.. Wilkinson (1980) menyatakan bahwa harga tetapan laju reaksi balik k b, hanya bisa ditentukan berdasar mekanisme reaksi yang dipostulatkan akan berlangsung. Ini bertentangan dengan kebiasaan dalam kinetika yakni bahwa mekanisme reaksi dideduksi berdasarkan hukum laju dan bukan sebaliknya (Espenson, 1995, dan Levine,2009). Ketiga, persamaan integral ini juga masih menggunakan konsentrasi kesetimbangan sehingga, sekali lagi, tidak praktis dan terkesan, termodinamika untuk kinetika. Horiuti dan Nakamura (1967) telah memperkenalkan cara yang praktis untuk penentuan k f melalui penentuan hukum laju reaksi maju dengan metode laju awal. Mereka juga menyatakan bahwa antara tetapan kesetimbangan kinetika K kin dengan tetapan kesetimbangan termodinamika K berlaku hubungan K s kin = K [1] dimana s adalah bilangan stoikhiometri. Konsep ini berlaku baik untuk reaksi yang berlangsung dalam satu tahap atau lebih. Tetapi, hukum laju reaksi baliknya (dan tentunya k b ) tetap masih harus ditentukan berdasarkan perkiraan mekanisme reaksi yang mungkin terjadi. Ini bisa menimbulkan ketidakpastian. Pada reaksi besi(ii) dengan raksa (II) yang mempunyai hukum laju awal v f = k f [Fe 2+ ][Hg 2* ], Levine (2009) mengusulkan suatu mekanisme reaksi dan menyatakan bahwa 2 K kin = K. Tetapi, Adamson (1986), memberikan mekanisme lain dan menyatakan bahwa pada reaksi tersebut K kin = K. Implikasinya, untuk memperoleh keterangan yang pasti, hukum laju reaksi balik k b lebih baik ditentukan terlebih dahulu. Berangkat dari pertimbangan bahwa, sebagai suatu tetapan, harga k f dan k b selalu mempunyai harga yang konstan (pada T tetap) selama reaksi berlangsung dan hukum laju reaksi maju dan balik pada reaksi kesetimbangan tidak berbentuk pecahan dengan penjumlahan pada penyebutnya, maka k b seharusnya dapat juga ditentukan pada awal-awal reaksi. Bahkan, mungkin lebih baik karena, pada kondisi ini, perubahan konsentrasi pereaksi dan produk, relatif linear terhadap waktu. Dengan demikian tujuan kajian ini adalah sebagai berikut ini. 24

4 1. Memperkenalkan sebuah teknik baru untuk menentukan k b yang hanya mengunakan data pada awal reaksi (tanpa data pada keadaan setimbang.) dan membuktikan bahwa K kin yang ditentukan secara ini, sama dengan K secara konvensional. 2. Membuktikan bahwa teknik tersebut sahih. METODE Kajian ini bersifat teoritis. Teknik dikembangkan berdasarkan anggapan reaksi maju dan balik berlangsung searah dan dengan metode laju awal. Untuk hukum laju reaksi maju harga k f digunakan data dari pustaka. Berdasarkan hukum laju reaksi maju (dalam kasus ini order ke-satu), dihitung konsentrasi produk yang seharusnya ada pada waktu-waktu tertentu jika reaksi berlangsung searah. Hasil yang diperoleh, tentunya akan lebih besar dari hasil pengamatan karena sebagian produk telah berubah kembali menjadi pereaksi. Selisih ini kemudian dijadikan dasar untuk menentukan hukum laju reaksi balik melalui penentuan harga tetapan laju menggunakan persamaan-persamaan [2] dan [3] [ C ln [ C Ps i Pt 0 ] kbt ] untuk n 1 [2] dan 1 1 kbt untuk n 2 [ CPs i ] [ CPt 0 ] [3] Notasi C C Ps-I, C Pt-ok k b t, dan n masing- masing secara berurutan menyatakan konsentrasi produk seharusnya, konsentrasi produk teoritis, tetapan laju reaksi balik, waktu, dan order reaksi. Hukum laju reaksi balik ditentukan dari persamaan yang memberikan rerata harga tetapan laju yang mempunyai deviasi standar terkecil. Tetapan laju reaksi balik, k b adalah yang dihitung menggunakan C Ps-1 dan C Pt-0, Selanjutnya, harga k b yang diperoleh dari perhitungan tersebut bersama dengan harga k f, digunakan untuk menghitung tetapan kesetimbangan K kin dengan menggunakan persamaan [4] k f Kkin [4] k b Teknik dianggap sahih jika harga k b dan K kin yang diperoleh sama atau berbeda dengan toleransi perbedaan kurang dari 5% terhadap harga k b dan K kin yang diperoleh di pustaka yang diacu. 25

5 HASIL DAN PEMBAHASAN Teknik yang dikembangkan dalam penelitian ini dinyatakan dalam persamaan (5). C Ps-i = 2 C P-i - C Pt-i (5) Dimana C P, C t, dan C P-s secara berurutan menyatakan konsentrasi produk sebenar (pada waktu t), konsentrasi produk teramati (pada waktu t), dan konsenrasi produk.yang seharusnya ada. Persamaan (5) tersebut dirumuskan mengikuti beberapa pokok pikiran yaitu kinetika reaksi dipelajari dengan mengikuti perubahan konsentrasi pereaksi (R), hasil pengamatan pada waktu-waktu tertentu dinyatakan sebagai C R-0, C R-1, sampai C R-x. Harga C R- 1 dan seterusnya tersebut tidaklah menyatakan konsentrasi pereaksi yang sisa yang sebenarnya sebab, sebagian berasal dari produk karena reaksi balik. Konsentrasi pereaksi yang seharusnya ada (bila reaksi searah) pada waktu-waktu t dihitung berdasarkan hukum laju reaksi maju menggunakan konsentrasi awal, C R-0, tetapan laju reaksi maju k f, dan t selanjutnya dinyatakan sebagai C Rt-1 dan seterusnya. Hukum laju reaksi balik ditentukan dari konsentrasi produk. Konsentrasi produk teramati C R-0 C R-i. Selanjutnya dinyatakan sebagai C P-0, C P-1 sampai C p-x. Konsentrasi produk yang seharusnya ada yaitu C Rt-0 - C Rt-1 sampai C Rtx, selanjutnya disebut dengan C Pt-0, C Pt-1 sampai dengan C pt-x. Konsentrasi produk yang kembali menjadi pereaksi yaitu C Pt-0 - C P-0, C Pt-1 - C P-1 sampai dengan C pt-x -C p-x. Dengan demikian konsentrasi produk yang seharusnya teramatj, selanjutnya dinyatakan sebagai C Ps-o, C Ps-1 sampai dengan C Ps-x, sama dengan selisih antara C P dengan produk yang bereaksi atau dapat dinyatakan dalam persamaan (6) berikut, C ps-i = C P-i (C Pt-i C P-i ) = 2 C P-i - C Pt-i (6) Pertanyaan yang muncul adalah konsentrasi mana dari produk yang sebaiknya dijadikan dasar bagi penentuan k b. Hukum laju reaksi balik (dan juga reaksi maju) berbanding lurus dengan konsentrasi setiap spesies pangkat ordernya. Hukum lajunya bukan berbentuk pecahan. Karena itu, pada dasarnya semua konsetrasi bisa, Namun, yang terbaik adalah pada awal reaksi karena pada kondisi ini kurva konsentrasi merupakan garis linear. Jika hukum laju reaksi balik sudah diketahui maka k b. langsung dapat dihitung berdasarkan hukum laju 26

6 tersebut menggunakan C Ps-o dan C Ps-1.. Akan tetapi jika hukum laju reaksi balik belum diketahui maka harus dicari dengan menggunakan semua data C Ps-i. Teknik yang diusulkan dalam penelitian ini telah diujikan pada data yang diperoleh dari Wright (2004) yaitu tentang reaksi isomerisasi cis- dan trans-1-etil-2-metil siklopropana (tercantum dalam Tabel 1) dan suatu soalan yang dinyatakan sebagai reaksi isomerisasi oleh Wilkinson (1980). Kedua data tersebut dinyatakan berlangsung menuruti mekanisme reaksi order ke-satu pada kedua arah. Tabel 1. Variasi Perubahan Konsentrasi Reaksi Isomerisasi cis-1-etil-2-metil siklopropana pada sebagai Fungsi Waktu pada Temperatur 425,6 o C. ( K = [trans] eq /[cis] eq = 2,79 ) t / detik [cis] / mol dm -3 0, , , , ,00775 Sumber : Wright (2004) Seperti terlihat pada Tabel 1, Wright (2004) tidak mencantumkan harga konsentrasi pereaksi pada keadaan setimbang tetapi memberikan harga tetapan kesetimbangan K sebesar 2,79. Harga ini kemudian digunakan untuk menghitung konsentrasi kesetimbangan dan selanjutnya untuk menghitung k f dengan menggunakan persamaan (7). C C e o Ce ln ( Ce Ct k f t (7) Hasil yang diperolehnya adalah 4,60x10-4 detik -1. Harga ini selanjutnya digunakan untuk menentukan harga k b, dengan memanfaatkan harga K. Hasilnya adalah 1,65x10-4 detik -1. Sedangkan data reaksi isomerisasi dari Wilkinson (1980) tercantum dalam Tabel 2. Berdasarkan konsentrasi kesetimbangan dan aplikasi persamaan (5) dan (4), Wilkinson (1980) memperoleh harga K, k f, dan k b, masing-masing secara berurutan adalah 2,33; 9,72x10-5 detik - 1 ; dan 4,17x10-5 detik -1. Tabel 2. Variasi Perubahan Konsentrasi pada Suatu Reaksi Isomerisasi sebagai Fungsi Waktu t / jam 0 1,0 2,0 3,0 4,0 % A ,5 56,8 45,6 39,5 30 Sumber : Wilkinson (1980) 27

7 Aplikasi teknik pendekatan reaksi searah dan aplikasi hukum laju reaksi maju terhadap data Wright (2004), disajikan dalam Tabel 3.. Tabel 3. Hasil Analisis terhadap data Isomerisasi cis-1-etil-2-metil siklo-propana pada sebagai Fungsi Waktu pada Temperatur 425,6 o C (Wright, 2004) bagi penentuan konsentrasi Awal C o dan konsentrasi Akhir C t-f hasil reaksi t / detik Notasi [cis] / M ( ) 0, , , , ,00775 [trans]/ M ( ) 0 0, , , ,00904 C C P-i [cis] / M ( ) 0, , , ,00639 [trans]/ M ( ) 0 0, , , ,01040 CC Pt-i 0 0 0, , , ,00788 C Ps-i Selanjutnya aplikasi data pada Tabel 3 untuk penentuan hukum laju reaksi balik untuk kemungkinan order ke-satu (menggunakan persamaan [1]) dan order ke-dua (menggunakan persamaan [3]), memberikan hasil seperti tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik k b, Rerata, dan Deviasi Standar (DS) pada Order k b-1 k b-2 k b-3 k b-4 Rerata DS n = 1 1,65x10-4 1,46x10-4 1,40x10-4 1,32x10-4 1,46x10-4 1,41x10-5 n = 2 6,05x10-2 2,54x10-2 1,80x10-2 1,46x10-2 2,96x10-2 2,11x10-2 Berdasarkan deviasi standar yang tercantum pada Tabel 4, maka bisa diambil kesimpulan bahwa reaksi balik dari isomerisasi cis-1-etil-2-metil siklo-propana adalah order ke-satu terhadap senyawaan cis dan harga k b pada t yang paling awal (= 400 detik) adalah 1,65x10-4 detik -1. Sedangkan aplikasi teknik pendekatan reaksi searah dan aplikasi hukum laju reaksi maju terhadap pada data Wilkinsonn (1980),disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Hasil Analisis Data reaksi isomerisasi (Wilkinson, 1980) bagi Penentuan Konsentrasi Awal C o dan Kon-sentrasi Akhir C P-t Hasil Reaksi t / jam 0 1,0 2,0 3,0 4,0 Notasi % A ( ) ,5 56,8 45,6 39,5 28

8 % P ( ) 0 27,5 43,2 54,4 60,5 C P-i % A ( ) ,5 49,7 35,0 24,7 % P ( ) 0 29,5 50,3 65,0 75,3 C Pt-i 8 25,5 36,1 43,8 45,7 C Ps-i Aplikasi teknik pada penelitian ini terhadap data pada Tabel 5 untuk penentuan hukum laju reaksi balik untuk kemungkinan order ke-satu (menggunakan persamaan [1]) dan order ke-dua (menggunakan persamaan [3]), memberikan hasil seperti tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Harga Tetapan Laju Reaksi Balik k b, Rerata, dan Deviasi Standar (DS) pada Data Wilkinson Menggunakan Persamaan Integral Konvensional Order k b-1 k b-2 k b-3 k b-4 Rerata D S n = 1 4,05x10-5 4,61x10-5 3,66x10-5 3,47x10-5 3,95x10-5 5,03x10-6 n = 2 1,48x10-6 1,09x10-6 6,9x10-7 5,97x10-7 9,64x10-7 4,05x10-7 Berdasarkan harga deviasi standar yang tercantum dalam Tabel 6, maka bisa diambil kesimpulan bahwa seharusnya reaksi balik merupakan order ke-dua terhadap senyawaan P (hasil reaksi). Tetapi,Wilkinson menyatakan bahwa reaksi balik juga order ke-satu dan (jika ini yang dipegang) pada kondisi ini maka jika dibandingkan dengan data Wilkinson (1980),yaitu 4,17x10-5, maka harga yang memenuhi adalah pada t = 1 hari atau pada yang paling awal. Selanjutnya, dengan menggunakan persamaan [4], diperoleh harga K kin = 2,79 untuk Wright dan 2.40 untuk Wilkinson. Besarnya harga dan perbedaannya dengan yang diberikan oleh Wright (2004) dan Wilkinson (1980), disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7. Harga Tetapan Laju Reaksi k f Maju dan Balik k b pada Data reaksi isomerisasi (Wilkinson, 1980) dan isomerisasi cis-1-etil-2-metil siklo-propana (Wright, 2004) 29

9 Persamaan Wright Wilkinson k b t K k b t K Reversibel 1,65x10-5 2,79 4,17x10-5 2,33 Integral 1,65x10-5 2,79 4,05x10-5 2,40 Perbedaan % 0 % 0 % 2,88 % 3,0 Langkah pertama pada kajian ini adalah penentuan hukum laju reaksi balik melalui penentuan harga tetapan laju, yakni berdasarkan deviasi standar terkecil dari rerata tetapan lajunya. Ini dilakukan karena tujuan utamanya adalah untuk menentukan harga tetapan laju pada awal-awal reaksi; bukan rerata harga tetapan laju reaksi balik. Bahwa penentuan hukum laju dilakukan terlebih dahulu juga sekaligus untuk menunjukkan bahwa teknik ini berlaku bagi semua kemungkinan hukum laju dari reaksi balik pada reaksi kesetimbangan Ternyata hasil menunjukkan bahwa, harga k b pada t sama dengan 400 detik sama dengan yang diberikan oleh Wright (2004) membuktikan bahwa teknik ini sahih, dengan toleransi..0..%. Bahwa ada perbedaan pada harga k b pada data Wilkinson, tidak membatalkan kesahihan teknik ini karena perbedaannya masih di bawah 5%. Seperti telah diungkap di atas, Wilkinson (1980) menyatakan bahwa reaksi isomerisasi...merupakan reaksi order ke-satu pada kedua arah. Ini yang harus dijadikan pegangan dan, berdasarkan fakta perhitungan, yang paling mendekati harga sebenarnya adalah data pertama ( yang 4,05x10-5 ); yang dapat dianggap data pada awal reaksi. Jika data tersebut dibandingkan dengan Wilkinson (1980) yaitu 4,17x10-5, maka kesalahannya hanya 2,88%. Penelusuran terhadap data reaksi isomerisasi(wikinson, 1980) menunjukkan bahwa pada data pertama, pereaksi telah bereaksi 27,5% sedang pada reaksi isomerisasi (Wright, 2004) pereaksi telah bereaksi sebesar 16,3%. Berdasarkan deskripsi data pada Tabel 7., harga tetapan kesetimbangan yang diperoleh juga persis sama dengan yang diberikan oleh Wright (2004) tetapi berbeda sebesar 3 % pada data Wilkinson (kemungkinan besar disebabkan karena datanya bukan merupakan data laju awal) dan harga yang relatif sama pada hidrolisis etil asetat dalam suasana asam (Patiha, 2010) 30

10 Akhirnya, patut dikemukakan disini bahwa andaikata reaksi dibalik (k b yang dianggap benar) maka dengan teknik ini k f terhitung akan sama dengan pustaka. Kiranya dapat disimpulkan bahwa teknik ini sahih. Implikasi dan implementasi Salah satu kekurangan penelitian ini adalah karena hanya menentukan tetapan laju reaksi balik. Adapun tetapan laju reaksi maju langsung diambilkan dari hasil yang telah ada. Hal ini disebabkan karena tujuan awalnya hanyalah melanjutkan teknik yang ada sekarang ini, yaitu yang hanya sebatas pada penentuan hukum laju awal. Penelitian selanjutnya akan berusaha mengembangkan teknik ini sehingga baik tetapan laju reaksi maju maupun balik, serta tetapan kesetimbangan dapat ditentukan cukup dengan menggunakan beberapa data awal dari suatu reaksi kimia. KESIMPULAN Berdasarkan hasil-hasil perhitungan serta kajian dalam pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Tetapan laju reaksi balik k b dapat ditentukan dengan hanya menggunakan konsentrasi produk pada awal-awal reaksi dan harga K kin yang diperoleh sama dengan K yang ditentukan secara konvensional. 2. Teknik ini sahih. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis berterima kasih kepada Dirjen Dikti yang telah membiayai penelitian ini, semua pihak yang telah membantu, dan kepada ananda: Robert Shah Al Haddaad, Ronald Al Haddaad, dan Reza Shah Al Haddaad, serta istri saya Nur Laila Hidayati atas dukungan dan kesabaran mereka. DAFTAR PUSTAKA Adamson, A. W A text Book of Physical Chemistry, 3 rd Ed. Academic Press, Inc. Florida. Espenson, J. H Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms, 2 nd Ed. McGraw-Hill, Inc. New York. 31

11 Horiuti, J. and T. Nakamura On the Theory of Heterogeneous Catalysis Adv. Catal., 17, 1-74 Laidler, K. J Chemical Kinetics, 3 rd Edition. Harper Collins Publisher, Inc. New York. Levine, I.. N Physical Chemistry, 3 th Ed. McGraw-Hill, Inc. New York. Patiha, Persamaan Kinetika Kimia Tunggal Hibrida Diferensial dan Integral dan Implementasinya. Laporan Penelitian Dasar tidak Dipublikasikan. Surakarta: FMIPA UNS. Patiha, Pendekatan Kinetika terhadap Reaksi Kesetimbangan. Laporan Penelitian Fundamental tidak Dipublikasikan. FMIPA UNS. Surakarta. Wilkinson, F Chemical Kinetics and Reaction Mechanisms. Van Nostrand Reinhold Co. Ltd. New York. Wright, M. R An Introduction to Chemical Kinetics. John Wiley & Sons, Ltd. West Sussex. 32

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs KAJIAN KESAHIHAN PERSAMAAN ESPENSON (1995) UNTUK REAKSI ENZIMATIS DAN YANG MIRIP Patiha,

Lebih terperinci

PENDEKATAN KINETIKA TERHADAP REAKSI KESETIMBANGAN; STUDI KASUS PADA DATA PUSTAKA DAN REAKSI HIDROLISIS METIL ASETAT

PENDEKATAN KINETIKA TERHADAP REAKSI KESETIMBANGAN; STUDI KASUS PADA DATA PUSTAKA DAN REAKSI HIDROLISIS METIL ASETAT PENDEKATAN KINETIKA TERHADAP REAKSI KESETIMBANGAN; STUDI KASUS PADA DATA PUSTAKA DAN REAKSI HIDROLISIS METIL ASETAT Disusun Oleh : WELLY RAMOS PERSADA M0306015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science

Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science Indo. J. Chem. Sci. 3 (2) (2014) Indonesian Journal of Chemical Science http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs STUDI KINETIKA REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA DENGAN IODIDA PADA SUASANA ASAM Arif R. Hakim*),

Lebih terperinci

A. D. Rosalia, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 1, hal

A. D. Rosalia, et al., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 11 (2015), no. 1, hal KAJIAN EMPIRIS MEKANISME REAKSI HIDROGEN PEROKSIDA DENGAN IODIDA PADA SUASANA ASAM (AN EMPIRICAL STUDY ON THE HYDROGEN PEROXIDE REACTION WITH IODIDE IN ACID CONDITION) Ayuni Dita Rosalia, Patiha, Eddy

Lebih terperinci

MAKALAH PADA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA 2012 Jurusan Kimia Universitas Jenderal Sudirman, 6 Oktober 2012

MAKALAH PADA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA 2012 Jurusan Kimia Universitas Jenderal Sudirman, 6 Oktober 2012 MAKALAH PADA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA 2012 Jurusan Kimia Universitas Jenderal Sudirman, 6 Oktober 2012 REAKSI BROMINASI ASETON SEBAGAI REAKSI MIRIP ENZIMATIS Patiha 1, Tri Martini 2,

Lebih terperinci

Patiha., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 9, no. 2, hal.72-80

Patiha., ALCHEMY jurnal penelitian kimia, vol. 9, no. 2, hal.72-80 Patiha., ALCHEY jurnal penelitian kimia, vol. 9, no., hal.7-80 INETIA REASI CH 3 COOH DENGAN Br SEBAGAI REASI YANG IRIP REASI ENZIATIS REACTIONS INETICS OF CH 3 COOH WITH Br AS A SIILIAR ENZYATIC REACTIONS

Lebih terperinci

REAKSI BROMINASI ASETON SEBAGAI REAKSI MIRIP ENZIMATIS

REAKSI BROMINASI ASETON SEBAGAI REAKSI MIRIP ENZIMATIS ODUL PETUNJUK PRAKTIKU REAKSI BROINASI ASETON SEBAGAI REAKSI IRIP ENZIATIS Oleh Drs. PATIHA,.S. FAKULTAS ATEATIKA DAN ILU PENGETAHUAN ALA UNIVERSITAS SEBELAS ARET SURAKARTA NOVEBER, 011 REAKSI BROINASI

Lebih terperinci

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *)

TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *) 1 TELAAH JEJAK REAKSI KOMPLEKS ISOMERISASI EUGENOL *) Oleh: Asep Kadarohman (Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP Bandung) Hardjono Sastrohamidjojo (Kimia FMIPA UGM) M. Muchalal (Kimia FMIPA UGM) Abstrak Cis-isoeugenol,

Lebih terperinci

SILVER RECYCLING FROM PHOTO-PROCESSING WASTE USING ELECTRODEPOSITION METHOD

SILVER RECYCLING FROM PHOTO-PROCESSING WASTE USING ELECTRODEPOSITION METHOD 12 SILVER RECYCLING FROM PHOTO-PROCESSING WASTE USING ELECTRODEPOSITION METHOD Pengambilan Perak dari Limbah Pencuci Film Melalui Pengendapan Elektrolitik Mochammad Feri Hadiyanto, Agus Kuncaka Chemistry

Lebih terperinci

KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI DALAM PROSES ELEKTROKIMIA ABSTRAK ABSTRACT

KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI DALAM PROSES ELEKTROKIMIA ABSTRAK ABSTRACT ISSN 1410-6957 KAJIAN KINETIKA KIMIA MODEL MATEMATIK REDUKSI KADMIUM MELALUI LAJU REAKSI, KONSTANTE DAN ORDE REAKSI DALAM PROSES ELEKTROKIMIA Pustek Akselerator dan Proses Bahan-BATAN, Yogyakarta Jl. Babarsari

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI ISOMERISASI EUGENOL

KINETIKA REAKSI ISOMERISASI EUGENOL KINETIKA REAKSI ISOMERISASI EUGENOL Oleh: Asep Kadarohman *) M. Muchalal **) Abstrak Kinetika reaksi isomerisasi eugenol telah diteliti. Jejak reaksi, harga tetapan laju reaksi, dan energi aktivasi telah

Lebih terperinci

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia

Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Termodinamika dan Kesetimbangan Kimia Dalam kesetimbangan kimia terdapat 2 reaksi yaitu reaksi irreversible dan reaksi reversible. Reaksi irreversible (reaksi searah) adalah reaksi yang berlangsung searah.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS I. Fakultas : Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi : Kimia Mata Kuliah : Kimia I Semester : 1 Dosen : Dini

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-6 PENENTUAN KINETIKA ESTER SAPONIFIKASI DENGAN METODE KONDUKTOMETRI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner Fakultas/Prodi Hari/Tanggal/Jam

Lebih terperinci

Kinetika Katalitik Ion-Ion Logam Transisi Pada Reaksi Penguraian Hidrogen Peroksida

Kinetika Katalitik Ion-Ion Logam Transisi Pada Reaksi Penguraian Hidrogen Peroksida 43 Kinetika Katalitik Ion-Ion Logam Transisi Pada Reaksi Penguraian Hidrogen Peroksida Catalytic Kinetics o Transition Metal Ions on the Decomposition of Hydrogen Peroxide Muhammad Yudi Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

KINETIKA & LAJU REAKSI

KINETIKA & LAJU REAKSI KINETIKA & LAJU REAKSI 1 KINETIKA & LAJU REAKSI Tim Teaching MK Stabilitas Obat Jurusan Farmasi FKIK UNSOED 2013 2 Pendahuluan Seorang farmasis harus mengetahui profil suatu obat. Sifat fisika-kimia, stabilitas.

Lebih terperinci

Kinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim

Kinetika Kimia. Abdul Wahid Surhim Kinetika Kimia bdul Wahid Surhim 2014 Kerangka Pembelajaran Laju Reaksi Hukum Laju dan Orde Reaksi Hukum Laju Terintegrasi untuk Reaksi Orde Pertama Setengah Reaksi Orde Pertama Reaksi Orde Kedua Laju

Lebih terperinci

KINETIKA & LAJU REAKSI

KINETIKA & LAJU REAKSI 1 KINETIKA & LAJU REAKSI Tim Teaching MK Stabilitas Obat Jurusan Farmasi FKIK UNSOED 2013 2 Pendahuluan Seorang farmasis harus mengetahui profil suatu obat. Sifat fisika-kimia, stabilitas. Sifat tersebut

Lebih terperinci

LAJU REAKSI MEKANISME REAKSI

LAJU REAKSI MEKANISME REAKSI KINETIKA KIMIA LAJU REAKSI BAGAIMANA PERUB. KIMIA TSB BERLANGSUNG - BESI MUDAH BERKARAT PD UDARA YANG LEMBAB - MAKANAN LEBIH CEPAT BUSUK BILA TIDAK DIINGINKAN MEKANISME REAKSI - PENJUMLAHAN TAHAP TAHAP

Lebih terperinci

B T A CH C H R EAC EA T C OR

B T A CH C H R EAC EA T C OR BATCH REACTOR PENDAHULUAN Dalam teknik kimia, Reaktor adalah suatu jantung dari suatu proses kimia. Reaktor kimia merupakan suatu bejana tempat berlangsungnya reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung

Lebih terperinci

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR

KAJIAN KERANGKA BERPIKIR KAJIAN Materi kimia merupakan salah satu materi essensial yang sebagian besar konsepnya bersifat invisible. Dimulai dengan reaksi searah dan dua arah, keadaan setimbang dinamis, reaksi homogen dan heterogen,

Lebih terperinci

REFORMULASI DARI SOLUSI 3-SOLITON UNTUK PERSAMAAN KORTEWEG-de VRIES. Dian Mustikaningsih dan Sutimin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro

REFORMULASI DARI SOLUSI 3-SOLITON UNTUK PERSAMAAN KORTEWEG-de VRIES. Dian Mustikaningsih dan Sutimin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro REFORMULASI DARI SOLUSI 3-SOLITON UNTUK PERSAMAAN KORTEWEG-de VRIES Dian Mustikaningsih dan Sutimin Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro Abstract The solution of 3-soliton for Korteweg-de Vries

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mekanisme reaksi merupakan urutan langkah yang menggambarkan cara sebuah pereaksi membentuk produk yang bersifat rekaan atau hipotesis. Pada dasarnya

Lebih terperinci

Chemical Kinetics. A study on reaction rate and mechanism

Chemical Kinetics. A study on reaction rate and mechanism Chemical Kinetics A study on reaction rate and mechanism Introduction Measurement of Reaction Rate Determination of Reaction Rate Influence of Temperature Reaction Mechanism Catalysis 1 Reaction Mechanisms

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m

Kesetimbangan Kimia. A b d u l W a h i d S u r h i m Kesetimbangan Kimia A b d u l W a h i d S u r h i m 2 0 1 4 Rujukan Chapter 12 dan 14: Masterton, William L. and Hurley, Cecile N. 2009. Chemistry: Principles and Reactions. Sixth Edition. Books/Cole.

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBN M-1 KINETIK HLOGENSI SETON DENGN KTLISTOR SM Nama : Kartika Trianita NIM : 1517 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 22 Oktober 212 Tanggal Laporan : 2 November 212 sisten

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO ASAM SULFAT TERHADAP ASAM NITRAT PADA SINTESIS NITROBENZENA DALAM CSTR

PENGARUH RASIO ASAM SULFAT TERHADAP ASAM NITRAT PADA SINTESIS NITROBENZENA DALAM CSTR PENGRUH RSIO SM SULFT TERHDP SM NITRT PD SINTESIS NITROBENZEN DLM CSTR Rudy gustriyanto 1), Lanny Sapei ), Reny Setiawan 3), Gabriella Rosaline 4) 1),),3),4) Teknik Kimia, Universitas Surabaya Jl. Raya

Lebih terperinci

4/16/2017. Start-up CSTR A, B Q A, B A, B. I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh. (Levenspiel, 1999, page 84)

4/16/2017. Start-up CSTR A, B Q A, B A, B. I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh. (Levenspiel, 1999, page 84) April 2017 I Gusti S. Budiaman, Gunarto, Endang Sulistyawati Siti Diyar Kholisoh PERANCANGAN REAKTOR (1210323) SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2016-2017 JURUSAN TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Reaktor

Lebih terperinci

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999

Diterima tanggal 19 September 1998, disetujui untuk dipublikasikan 5 April 1999 JMS Vol. 4 No. 1, hal. 13-19 April 1999 Penggunaan Differential Thermal Analysis (DTA) Pada Penentuan Aktivitas Dan Reaktivitas Katalis Fe 2 O 3, Co 3 O 4, NiO, CuO, dan LaMO 3 (M=Fe, Co, dan Ni) Untuk

Lebih terperinci

Ulben syariffudin Wahyuni Puspa Nilam. Mengetahui, Dosen penanggung jawab. Dra. Hj.Sumiati Side,M.Si (NIP )

Ulben syariffudin Wahyuni Puspa Nilam. Mengetahui, Dosen penanggung jawab. Dra. Hj.Sumiati Side,M.Si (NIP ) LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum kimia dasar lanjut dengan judul Hukum Kesetimbangan Kimia Tetapan Kesetimbangan disusun oleh : nama : Lisnawati NIM : 1513040005 kelas/kelompok : Pendidikan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL.

STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL. No. Urut : 108 / S2-TL / RPL / 1998 STUDI TENTANG KONSTANTA LAJU PERPINDAHAN MASA-KESELURUHAN (K L a) H2S PADA PENYISIHAN NH 3 DAN DENGAN STRIPPING -UDARA KOLOM JEJAL Testis Magister Okb: ANTUN HIDAYAT

Lebih terperinci

DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh)

DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh) DINAMIKA PROSES PENGUKURAN TEMPERATUR (Siti Diyar Kholisoh) ABSTRACT Process dynamics is variation of process performance along time after any disturbances are given into the process. Temperature measurement

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N DENGAN RETENSI PELANGGAN YANG MEMBATALKAN ANTRIAN

ANALISA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N DENGAN RETENSI PELANGGAN YANG MEMBATALKAN ANTRIAN Analisa Sistem Antrian (Ayi Umar Nawawi) 11 ANALISA SISTEM ANTRIAN M/M/1/N DENGAN RETENSI PELANGGAN YANG MEMBATALKAN ANTRIAN ANALYSIS OF M/M/1/N QUEUEUING SYSTEM WITH RETENTION OF RENEGED CUSTOMERS Oleh:

Lebih terperinci

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi

Purwanti Widhy H, M.Pd. Laju Reaksi Purwanti Widhy H, M.Pd Laju Reaksi SK, KD dan Indikator Kemolaran Konsep Laju Reaksi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Evaluasi Referensi Selesai Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar & Indikator

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI

PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI PERBANDINGAN PENYELESAIAN SISTEM OREGONATOR DENGAN METODE ITERASI VARIASIONAL DAN METODE ITERASI VARIASIONAL TERMODIFIKASI oleh AMELIA FEBRIYANTI RESKA M0109008 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL SUKU BUNGA STOKASTIK BLACK-DERMAN-TOY DENGAN FORWARD INDUCTION DALAM PENGHITUNGAN ANUITAS

APLIKASI MODEL SUKU BUNGA STOKASTIK BLACK-DERMAN-TOY DENGAN FORWARD INDUCTION DALAM PENGHITUNGAN ANUITAS Aplikasi Model Suku... (Chandra Nugroho Erlangga) APLIKASI MODEL SUKU BUNGA STOKASTIK BLACK-DERMAN-TOY DENGAN FORWARD INDUCTION DALAM PENGHITUNGAN ANUITAS APPLICATION OF BLACK-DERMAN-TOY STOCHASTIC INTEREST

Lebih terperinci

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat

Praktikum Kimia Fisika II Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & Asam Kuat I. Judul Percobaan Hidrolisis Etil Asetat dalam Suasana Asam Lemah & dalam Suasana Asam Kuat II. Tanggal Percobaan Senin, 8 April 2013 pukul 11.00 14.00 WIB III. Tujuan Percobaan Menentukan orde reaksi

Lebih terperinci

METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK ABSTRACT

METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK ABSTRACT METODE BERTIPE NEWTON UNTUK AKAR GANDA DENGAN KONVERGENSI KUBIK Risvi Ayu Imtihana 1, Asmara Karma 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS

METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS METODE FINITEDIFFERENCE INTERVAL UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN PANAS Aziskhan, Mardhika W.A, Syamsudhuha Jurusan MatematikaFMIPA Universitas Riau Abstract. The aim of this paper is to solve a heat equation

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU REAKSI DAN NILAI ENERGI AKTIFASI

HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU REAKSI DAN NILAI ENERGI AKTIFASI HUBUNGAN ANTARA KONSENTRASI DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU REAKSI DAN NILAI ENERGI AKTIFASI Fitriyah*, Ikhsannudin, Ninda yerasetyo Lab. Kimi Dasar Jurusan Kimia Universitas Negeri Semarang Gedung D8 Lt

Lebih terperinci

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama

Fugasitas. Oleh : Samuel Edo Pratama Fugasitas Oleh : Samuel Edo Pratama - 1106070741 Pengertian Dalam termodinamika, fugasitas dari gas nyata adalah nilai dari tekanan efektif yang menggantukan nilai tekanan mekanis sebenarnya dalam perhitungan

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT

KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT Pramitha Ariestyowati: Kinetika reaksi pembentukan kalium sulfat dari ekstrak abu jerami padi dengan asam sulfat KINETIKA REAKSI PEMBENTUKAN KALIUM SULFAT DARI EKSTRAK ABU JERAMI PADI DENGAN ASAM SULFAT

Lebih terperinci

Jason Mandela's Lab Report

Jason Mandela's Lab Report LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK I PERCOBAAN-4 KINETIKA ADSORPSI Disusun Oleh: Nama : Jason Mandela NIM :2014/365675/PA/16132 Partner : - Dwi Ratih Purwaningsih - Krisfian Tata AP - E Devina S - Fajar Sidiq

Lebih terperinci

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG

SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Jurnal LOG!K@, Jilid 6, No. 1, 2016, Hal. 11-22 ISSN 1978 8568 SOLUSI ANALITIK MASALAH KONDUKSI PANAS PADA TABUNG Afo Rakaiwa dan Suma inna Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

Bahasan: Mempelajari kecepatan/laju reaksi suatu proses/perubahan kimia. reaksi berlangsung mekanisme reaksi

Bahasan: Mempelajari kecepatan/laju reaksi suatu proses/perubahan kimia. reaksi berlangsung mekanisme reaksi Mempelajari kecepatan/laju reaksi suatu proses/perubahan kimia. Kinetika juga mempelajari bagaimana reaksi berlangsung mekanisme reaksi Referensi: Brown et.al; Chemistry, The Central Science, 11th edition

Lebih terperinci

Produksi Etanol Proses Sinambung dengan Schizosaccharomyces Pombe

Produksi Etanol Proses Sinambung dengan Schizosaccharomyces Pombe Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan Vol. 7, No., hal. 6-69, 9 ISSN 11-56 Produksi Etanol Proses Sinambung dengan Schizosaccharomyces Pombe Panca Nugrahini Febriningrum Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Laporan Kimia Fisik KI-3141

Laporan Kimia Fisik KI-3141 Laporan Kimia Fisik KI-3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN LAJU REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Kartika Trianita NIM : 10510007 Kelompok : 2 Tanggal Percobaan : 2 November 2012 Tanggal Laporan : 9 November

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami

KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami KESETIMBANGAN KIMIA A. Pendahuluan 1. Latar Belakang Keadaan setimbang adalah suatu keadaaan dimana konsentrasi seluruh zat tidak lagi mengalami perubahan, sebab zat-zat diruas kanan terbentuk dan terurai

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK

ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) ABSTRAK ISBN : 978-979-7763-3- ANALISIS KESTABILAN SISTEM GERAK PESAWAT TERBANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE NILAI EIGEN DAN ROUTH - HURWITZ (*) Oleh Ahmadin Departemen Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R.

KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA. Suprihatin, Ambarita R. KINETIKA REAKSI PEMBUATAN KALSIUM KARBONAT DARI LIMBAH PUPUK ZA DENGAN PROSES SODA Suprihatin, Ambarita R. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri UPN Veteran Jawa Timur Jl. Raya Rungkut Madya

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Model Matematika Konsentrasi Zat Pada Reaktor Alir Tangki Berpengaduk yang Disusun Seri Mathematical Model of Concentration of The Substance In CSTR Compiled Series

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan

KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan KINETIKA REAKSI Kimia Fisik Pangan Ahmad Zaki Mubarok Materi: ahmadzaki.lecture.ub.ac.id Bahan pangan merupakan sistem yang sangat reaktif. Reaksi kimia dapat terjadi secara terusmenerus antar komponen

Lebih terperinci

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT

METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR ABSTRACT METODE ORDE-TINGGI UNTUK MENENTUKAN AKAR DARI PERSAMAAN NONLINEAR I. P. Edwar, M. Imran, L. Deswita Mahasiswa Program Studi S Matematika Laboratorium Matematika Terapan, Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem

Setiap system kesetimbangan melibatkan reaksi-reaksi endoterm dan eksoterem. Kenaikan suhu system akan menguntungkan reaksi eksoterem Iodin Iodin hanya larut sedikit dalam air ( 0,00134 mol / liter pada suhu 25 C ). Namun larut cukup banyak dalam larutan larutan yang mengandung ion iodida. IOdin membentuk kompleks triodida, dengan konstanta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA

ORDE REAKSI PADA LAJU KETENGIKAN MINYAK KELAPA Sampel hasil pemanasan hasil pemanasan Campuran n 3,6ml asam asetat glacial dan 2,4 ml kloroform Diambil 6ml asam 1ml asetat sampel dari glacial hasil dan pemanasan 2,4 ml kloroform 1ml Volume sampel Nadari

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA I G I T A I N D AH B U D I AR T I

TERMODINAMIKA I G I T A I N D AH B U D I AR T I TERMODINAMIKA I G I T A I N D AH B U D I AR T I REFERENSI Smith, J.M., and Van Ness, H.C. 1987, Introduction to Chemical Engineering Thermodynamics, 4 ed., Mc Graw Hill Book Co. Inc., New York PENILAIAN

Lebih terperinci

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal

Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Vol. 9, No.1, 49-56, Juli 2012 Himpunan Ω-Stabil Sebagai Daerah Faktorisasi Tunggal Nur Erawaty 1, Andi Kresna Jaya 1, Nirwana 1 Abstrak Misalkan D adalah daerah integral. Unsur tak nol yang bukan unit

Lebih terperinci

ANALISIS KESTABILAN MODEL FERMENTASI ETANOL DENGAN SUBSTRAT GLUKOSA. Primadina 1, Widowati 2, Kartono 3, Endang Kusdiyantini 4

ANALISIS KESTABILAN MODEL FERMENTASI ETANOL DENGAN SUBSTRAT GLUKOSA. Primadina 1, Widowati 2, Kartono 3, Endang Kusdiyantini 4 ANALISIS KESTABILAN MODEL FERMENTASI ETANOL DENGAN SUBSTRAT GLUKOSA Primadina 1, Widowati 2, Kartono 3, Endang Kusdiyantini 4 1,2,3 Jurusan Matematika FMIPA, 4 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DAN PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI

IDENTIFIKASI MISKONSEPSI DAN PENYEBABNYA PADA SISWA KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PADA MATERI POKOK STOIKIOMETRI Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 2 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 10-17 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia IDENTIFIKASI MISKONSEPSI

Lebih terperinci

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan

berat yang terkandung dalam larutan secara elektrokimia atau elektrolisis; (2). membekali mahasiswa dalam hal mengkaji mekanisme reaksi reduksi dan BAB 1. PENDAHULUAN Kegiatan pelapisan logam akan menghasilkan limbah yang berbahaya dan dapat menjadi permasalahan yang kompleks bagi lingkungan sekitarnya. Limbah industri pelapisan logam yang tidak dikelola

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1. Identitas Mata Pelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Mata Pelajaran Kelas/ Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : XI IPA/ I : Kesetimbangan Kimia : 2 x 45 (1 kali pertemuan) 2. Standar

Lebih terperinci

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung? Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Chapter 8 Kinetika Kimia Termodinamika apakah suatu reaksi dapat terjadi? Kinetika Seberapa cepat suatu reaksi berlangsung?

Lebih terperinci

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika

MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS. KARTIKA YULIANTI NIM : Program Studi Matematika MODEL DIFUSI OKSIGEN DI JARINGAN TUBUH TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh KARTIKA YULIANTI NIM : 20106010 Program Studi Matematika

Lebih terperinci

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER METANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER METANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**) SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER METANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**) isana_supiah @uny.ac.id ABSTRAK Sifat-sifat fisik suatu sistem dapat dipelajari dengan menentukan besaran termodinamik sistem itu. Campuran

Lebih terperinci

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER ETANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER ETANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**) SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER ETANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**) ABSTRAK Sifat-sifat fisik suatu sistem dapat dipelajari dengan menentukan besaran termodinamik sistem itu. Campuran dapat bersifat ideal

Lebih terperinci

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH

DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH Jurnal Teknik Kimia : Vol. 6, No. 2, April 2012 65 DATA KESETIMBANGAN UAP-AIR DAN ETHANOL-AIR DARI HASIL FERMENTASI RUMPUT GAJAH Ni Ketut Sari Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industry UPN Veteran

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain

PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain PENENTUAN DENSITAS PLASMA ION KARBON PADA TEKANAN ATMOSFIR UNTUK MENCAPAI KESETIMBANGAN TERMODINAMIK Dadhe Riawan*, Saktioto, Zulkarnain Mahasiswa Program S-1 Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I. SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi

KESETIMBANGAN KIMIA. Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I. SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi KESETIMBANGAN KIMIA Bahan Ajar Mata Pelajaran Kimia Kelas XI Semester I SK+KD+Indikator Materi Evaluasi Referensi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Standar Kompetensi

Lebih terperinci

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2

MODEL LOGISTIK DENGAN DIFUSI PADA PERTUMBUHAN SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES. Hendi Nirwansah 1 dan Widowati 2 MODEL LOGISTIK DEGA DIFUSI PADA PERTUMBUHA SEL TUMOR EHRLICH ASCITIES Hendi irwansah 1 dan Widowati 1, Jurusan Matematika FMIPA Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedarto, SH Tembalang Semarang 5075

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. AOAC, 1970 : Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. Washington, D.C.

DAFTAR PUSTAKA. AOAC, 1970 : Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. Washington, D.C. DAFTAR PUSTAKA AOAC, 1970 : Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. Washington, D.C. Aurand, L.W. & Wood, M.R., 1987: Food Composition & Analysis. An AVI Publishing

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP WAKTU REAKSI TERHADAP CAHAYA MERAH

ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP WAKTU REAKSI TERHADAP CAHAYA MERAH ABSTRAK PENGARUH PERBEDAAN GENDER TERHADAP WAKTU REAKSI TERHADAP CAHAYA MERAH Bonggas Sihombing, 2011, Pembimbing 1: Djusena, dr., AIF. Pembimbing 2: Widura, dr., M.S. Latar belakang waktu reaksi adalah

Lebih terperinci

REACTION RESULT PREDICTION OF UO 2 OXIDATION IN THERMOGRAVIMETRIC USE OF REGRESSION POLYNOMIAL

REACTION RESULT PREDICTION OF UO 2 OXIDATION IN THERMOGRAVIMETRIC USE OF REGRESSION POLYNOMIAL 101 REACTION RESULT PREDICTION OF UO 2 OXIDATION IN THERMOGRAVIMETRIC USE OF REGRESSION POLYNOMIAL Prediksi Hasil Reaksi Oksidasi UO 2 secara Thermogravimetri dengan Regresi Polinomial * National Nuclear

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER PENDEK 2009-2010 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Senin, 19 Juli 2010 / Siti Diyar Kholisoh, ST, MT

Lebih terperinci

Bab 10 Kinetika Kimia

Bab 10 Kinetika Kimia D e p a r t e m e n K i m i a F M I P A I P B Bab 0 Kinetika Kimia http://chem.fmipa.ipb.ac.id Ikhtisar 2 3 Laju Reaksi Teori dalam Kinetika Kimia 4 Mekanisme Reaksi 5 46 Faktor Penentu Laju Reaksi Enzim

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben).

Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben). Suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (zat penyerap/ adsorben). Contoh Adsorben alami dan buatan Adsorben alami : Zeolit alami Abu sekam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROGRAM PERHITUNGAN KOEFISIEN DIFUSI MATERIAL DALAM REKAYASA PERMUKAAN

PENGEMBANGAN PROGRAM PERHITUNGAN KOEFISIEN DIFUSI MATERIAL DALAM REKAYASA PERMUKAAN PENGEMBANGAN PROGRAM PERHITUNGAN KOEFISIEN DIFUSI MATERIAL DALAM REKAYASA PERMUKAAN DEVELOPMENT PROGRAM FOR CALCULATION OF MATERIAL DIFFUSION COEFFICIENT IN SURFACE ENGINEERING Jan Setiawan Pusat Teknologi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA

IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA Jurnal Pembelajaran Vol. 2, No. 1, Juni 2017, hal. 9-13 OJS Universitas Negeri Malang IDENTIFIKASI KESULITAN PESERTA DIDIK DALAM MEMAHAMI KESETIMBANGAN KIMIA Aninda Indriani a, Ida Bagus Suryadharma b,

Lebih terperinci

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS

TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS Tinjauan kasus persamaan... (Agus Supratama) 67 TINJAUAN KASUS PERSAMAAN GELOMBANG DIMENSI SATU DENGAN BERBAGAI NILAI AWAL DAN SYARAT BATAS ANALITICALLY REVIEW WAVE EQUATIONS IN ONE-DIMENSIONAL WITH VARIOUS

Lebih terperinci

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan

Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan KINETIKA Pendahuluan Perubahan kimia secara sederhana ditulis dalam persamaan reaksi dengan kondisi kesetimbangan Namun persamaan reaksi tidak dapat menjawab :. Seberapa cepat reaksi berlangsung 2. Bagaimana

Lebih terperinci

STUDI KRITIS ATAS UJI KECUKUPAN DATA

STUDI KRITIS ATAS UJI KECUKUPAN DATA STUDI KRITIS ATAS UJI KECUKUPA DATA Budi Aribowo 1 ABSTRACT Data proficiency test that often used in research, especially in ergonomic and working system design to determine whether the number of the sample

Lebih terperinci

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI

PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI PENENTUAN TETAPAN PENGIONAN INDIKATOR METIL MERAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI A. Tujuan Percobaan Percobaan. Menentukan tetapan pengionan indikator metil merah secara spektrofotometri. B. Dasar Teori Dalam

Lebih terperinci

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR

KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA FISIKA KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR Disusun oleh : 1. Juliana Sari Moelyono 6103008075 2. Hendra Setiawan 6103008098 3. Ivana Halingkar 6103008103 4. Lita Kuncoro 6103008104

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan Percobaan 1.3. Manfaat Percobaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring sedang berkembangnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada bidang perindustrian di Indonesia, beragam industri terus melakukan inovasi dan perkembangan

Lebih terperinci

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO

AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO AKAR-AKAR POLINOMIAL SEPARABLE SEBAGAI PEMBENTUK PERLUASAN NORMAL PADA RING MODULO Saropah Mahasiswa Jurusan Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang e-mail: haforas@rocketmail.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA

BAB VI KINETIKA REAKSI KIMIA BANK SOAL SELEKSI MASUK PERGURUAN TINGGI BIDANG KIMIA 1 BAB VI 1. Padatan NH 4 NO 3 diaduk hingga larut selama 77 detik dalam akuades 100 ml sesuai persamaan reaksi berikut: NH 4 NO 2 (s) + H 2 O (l) NH

Lebih terperinci

Psikometri. Reliabilitas 1

Psikometri. Reliabilitas 1 Psikometri Modul ke: Reliabilitas 1 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Apa itu Reliabilitas? reliability is a synonym for dependability or consistency Tests that

Lebih terperinci

Jurnal Gradien Vol. 10 No. 1 Januari 2014 : 957-962 Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode Response Surface * Henoh Bayu Murti, Dian Kurniasari, Widiarti Jurusan Matematika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER 1-PROPANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**)

SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER 1-PROPANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**) SIFAT TERMODINAMIK SISTEM BINER 1-PROPANOL-AIR*) Oleh: Isana SYL**) isana_supiah @uny.ac.id ABSTRAK Sifat-sifat fisik suatu sistem dapat dipelajari dengan menentukan besaran termodinamik sistem itu. Besaran

Lebih terperinci

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu)

Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) KINETIKA DAN KATALISIS / SEMESTER GENAP 2010-2011 PRODI TEKNIK KIMIA FTI UPN VETERAN YOGYAKARTA Kinetika Reaksi Homogen Sistem Reaktor Alir (Kontinyu) Siti Diyar Kholisoh & I Gusti S. Budiaman / Juni 2011

Lebih terperinci

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017 KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA SMA NEGERI 12 SURABAYA MELALUI PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7-E SCIENCE PROCESS SKILLS ON CHEMICAL EQUILIBRIUM TOPIC IN SMA NEGERI 12 SURABAYA

Lebih terperinci

Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, FT-Universitas Sebelas Maret Surakarta

Staff Pengajar Jurusan Teknik Mesin, FT-Universitas Sebelas Maret Surakarta DESAIN OPTIMASI UNGSI TAK LINIER MENGGUNAKAN METODE PENYELIDIKAN IBONACCI Yemi Kuswardi Nurul Muhayat Abstract: optimum design is an action to design the best product based on the problem. Theoretically,

Lebih terperinci

Nilai benar (true value)

Nilai benar (true value) Ilma Nugrahani I. KONSEP UMUM Pengukuran suatu proses yang melibatkan spesifikasi besaran ukur, metode dan prosedur pengukuran. Hasil pengukuran hakikatnya merupakan taksiran/pendekatan nilai besaran ukur.

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL PADA POPULASI IKAN DENGAN UKURAN AWAL HOMOGEN DAN HETEROGEN M U S T O P A

MODEL MATEMATIKA PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL PADA POPULASI IKAN DENGAN UKURAN AWAL HOMOGEN DAN HETEROGEN M U S T O P A MODEL MATEMATIKA PENENTUAN WAKTU PANEN OPTIMAL PADA POPULASI IKAN DENGAN UKURAN AWAL HOMOGEN DAN HETEROGEN M U S T O P A SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SILABUS I. Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Program Studi : Kimia Mata Kuliah : Praktikum Kimia II Semester :

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK KI3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI. : Ricky Iqbal Syahrudin.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK KI3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI. : Ricky Iqbal Syahrudin. LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK KI3141 PERCOBAAN M-2 PENENTUAN ORDE REAKSI DAN TETAPAN LAJU REAKSI Nama : Ricky Iqbal Syahrudin Nim : 10513013 Kelompok : 2 Hari/tanggal Praktikum : Kamis, 05 Oktober 2015

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI

PERCOBAAN 3 PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA Nama : Any Kurniawati Kelompok : 6 NIM : 4301410009 Prodi/Jurusan : Pend. Kimia/Kimia Dosen : Ir. Sri Wahyuni, M.Si Tanggal Praktikum : 19 September 2012 Teman kerja : Fitriya

Lebih terperinci