PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG
|
|
- Ivan Yuwono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG KEIKUTSERTAAN SIPROPAM POLRES MATARAM DALAM MENANGANI UNJUK RASA DAMAI ANARKI ANTI KEKERASAN DI WILAYAH HUKUM POLRES MATARAM Mataram, April 2012
2 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG KEIKUTSERTAAN SIPROPAM POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA DAMAI ANARKI ANTI KEKERASAN DI WILAYAH HUKUM POLRES MATARAM I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang a. Peran strategis Sipropam Polres Mataram sebagai salah satu unsur pelaksanaan staf khusus Polri khususnya Polres Mataram yang berada di bawah kendali Kapolres yang bertugas pokok membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggungjawaban Profesi, Pengamanan Internal, termasuk Penegakkan Disiplin dan Kode Etik Profesi Kepolisian serta Pelayanan Pengaduan Masyarakat (Public Complain) tentang adanya penyimpangan tindakan Anggota Polres Mataram. Maka Sipropam Polres Mataram saat ini dan kedepan dihadapkan kepada tantangan tugas yang tidak semakin ringan namun sebaliknya semakin multi komplek sehingga menambah spektrum beban tugas Sipropam Polres Mataram kedepan, antara lain menyangkut peran Sipropam Polres Mataram sebagai pengawal Reformasi dan pengaman Kebijakan Pimpinan Polri khususnya Polres Mataram termasuk aspek gugus kendali mutu dan efektifitas penyelenggaraan fungsi kontrol / pengawasan internal terhadap kinerja khususnya penyimpangan perilaku anggota Polri. b. Sementara itu Sipropam Polres Mataram saat ini dan kedepan harus mulai melakukan inventarisasi, pemetaan, mengkaji, meneliti secara holistic dan komprehensif terhadap berbagai perangkat instrumental, organisasi Polri, terutama menyangkut pedoman Standar Pelayanan Prima Sipropam Polres Mataram, apakah masih sesuai / relevan dengan situasi kondisi saat ini untuk dapat dilakukan penyusunan penyempurnaan, revisi dan pembaharuan sehingga dapat dijadikan pedoman / acuan atau kerangka kerja bagi Satker Sipropam Polres Mataram dalam rangka memberikan kontribusi guna mengeliminir potensi Pelanggaran Disiplin dan KEPP oleh Anggota Polri. / c. Dalam... [1]
3 c. Dalam menindaklanjuti tuntutan dan harapan masyarakat terhadap Pelayanan Prima Polri sebagai bagian dari unsur penyelenggara Negara yang bebas KKN terkait tuntutan masyarakat Transparasi dan Akuntabilitas Kinerja maka Polres Mataram dan Polsek jajaran Polres Mataram telah dan terus melakukan Reformasi Birokrasi dilingkungan Polri Polres Mataram baik menyangkutaspek instrumental, struktural, dan kultural agar kedepan Polres Mataram lebih dapat meningkatkan kinerjanya secara optimal dan profesional, proaktif, peka dan peduli serta dinamis sehingga Polres Mataram kedepan diharapkan dapat memberikan pelayanan prima Polri secara berhasil dan berdaya guna. d. Dalam rangka untuk kesamaam visi persepsi dan pola tindak yang sama terhadap implementasi penyelenggaraan pelayanan prima Sipropam Polres Mataram melalui kegiatan penanganan unjuk rasa (unras) damai anarki anti kekerasan maka dipandang perlu membuat naskah sementara Pedoman tentang Standar Operasional Prosedur (SOP). Sipropam Polres Mataram tentang Pelayanan penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan yang mengatur secara tegas dan jelas reaktualisasi kegiatan unsur pelayanan Sipropam Polres Mataram secara terpadu, tertib dan terkoordinasi mulai Polres Mataram sampai ke Polsek Jajaran Polres Mataram. e. Dengan penyusunan SOP Sipropam Polres Mataram dimaksud adalah merupakan pedoman dasar, acuan / kerangka kerja bagi unsur pelaksana Sipropam Polres Mataram diharapkan akan dapat dinilai tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan tugas yang output dan outcomenya dapat dirasakan serta dapat dinilai dan diterima oleh masyarakat disamping untuk meningkatkan proses pelayanan secara terintegrasi. 2. D a s a r a. Undang undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Undang undang Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. c. Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri. d. Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. e. Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 2003 tentang Pelaksanaan Tehnis Institusional Peradilan Umum Bagi Anggota Polri. f. Peraturan Kapolri Nomor 7 tahun 2006 tentang Kode Etik Profesi Polri. g. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol. : 16 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengendalian Massa. / h. Peraturan... [2]
4 h. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No.Pol. : 8 Tahun 2010 tentang Tata Cara Lintas Ganti dan Cara Bertindak dalam Penanggulangan Huru Hara. i. Keputusan Kapolri No.Pol : Kep / 42 / IX / 2004 tanggal 30 September 2004 tentang Atasan yang berhak menjatuhkan Hukuman Disiplin. j. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep / 43 / IX / 2004 tanggal 30 September 2004 tentang tata cara penyelesaian pelanggaran disiplin. k. Keputusan Kapolri No.Pol. : Kep / 44 / IX / 2009 tanggal 30 September 2004 tentang tata cara Sidang Disiplin. l. Renja Polres Mataram T.A Maksud dan Tujuan a. Maksud Maksud penyusunan Pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Sipropam Polres Mataram adalah : 1). Sebagai dasar dan pedoman implemntasi bagi unsur pelayanan Sipropam Polres Mataram dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan, secara terpusat dari tingkat Polres sampai Polsek jajaran wilayah Polres Mataram sehingga lebih efektif, efesin dan dapat dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. 2). Untuk memastikan penerapan Prinsip dan standar (SOP) guna terwujudnya persamaam visi, persepsi, kesatuan tindak dan keseragaman dalam memberikan pelayanan sehingga tercapai standarisasi mutu kegiatan, materi dan sasaran serta memudahkan dalam pelaksanaannya. 3). Sebagai Pedoman atau kerangka kerja bagi unsur pelayanan Sipropam Polres Mataram agar selalu mendasari prinsip prinsip yang terkandung di dalam buku Pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Sipropam Polres Mataram tentang Pelayanan penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan dalam melaksanakan kegiatan tugas pokok fungsi dan perannya, dimana peran propam terus melekat pada awal, menyertai dan mengakhiri dari rangkaian kegiatan pengamanan, khususnya kegiatan pengamanan unjuk rasa damai anarki. / b. Tujuan... [3]
5 b. Tujuan Tujuan pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) ini adalah sebagai pedoman bagi anggota Sipropam Polres Mataram dan Polsek jajaran wilayah Polres Mataram dalam penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan untuk mencegah anggota yang sedang melaksanakan tugas pengamanan unjuk rasa agar tidak bertindak diluar prosedur / komando (inisiatif sendiri). 4. Ruang Lingkup Adapun ruang lingkup Penyusunan Naskah Sementara Pedoman Strategis Operasional Prosedur (SOP) Sipropam Polres Mataram adalah Pelaksanaan Tugas pokok fungsi dan peran Sipropam Polres Mataram dan Polsek Jajaran Polres Mataram diharapkan kepada penugasan pengamanan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan sesuai eskalasi (hijau, hijau-kuning, kuning-merah dan merah) untuk mendapatkan standar kinerja Sipropam Polres Mataram secara berhasil dan berdaya guna ditingkat Polres Mataram dan Polsek Jajaran Polres Mataram. 5. Sistimatika Sistimatika penyusunan pedoman Standar Operasional Prosedur (SOP) Sipropam Polres Mataram tentang kegiatan pelayanan penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan sebagai berikut : I. PENDAHULUAN II. TATA CARA PENANGANAN UNJUK RASA III. TUGAS POKOK / PELAKSANAAN IV. ADMINISTRASI V. PENUTUP 6. Pengertian 1). Tindakan Kepolisian adalah upaya paksa dan atau tindakan lain yang dilakukan secara bertanggung jawab menurut hukum yang berlaku untuk mencegah, menghambat atau menghentikan tindakan pelaku kejahatan yang mengancam keselamatan atau membahayakan jiwa raga, harta benda atau kehormatan kesusilaan guna mewujudkan tertib dan tegaknya hukum serta terbinanya keamanan masyarakat. / 2). Penggunaan... [4]
6 2). Penggunaan kekuatan adalah segala penggunaan atau pengerahan daya, potensi atau kemampuan anggota Polri dalam rangka melaksanakan tindakan Kepolisian. 3). Tindakan pasif adalah tindakan seseorang atau kelompok orang yang tidak mencoba menyerang tetapi tindakan mereka mengganggu atau dapat mengganggu ketertiban masyarakat atau keselamatan masyarakat dan tidak mengindahkan perintah anggota Polri untuk menghentikan perilaku tersebut. 4). Tindakan aktif adalah tindakan seseorang atau kelompok orang untuk melepaskan diri atau melarikan diri dari anggota Polri tanpa menunjukkan upaya menyerang anggota Polri. 5). Tindakan Agresif adalah tindakan seseorang atau kelompok orang untuk menyerang anggota Polri, masyarakat, harta benda atau kehormatan kesusilaan. 6). Tindakan Sangat Agresif adalah tindakan yang bersifat segera yang dilakukan oleh pelaku kejahatan atau tersangka yang dapat menyebabkan luka parah atau kematian atau membahayakan kehormatan kesusilaan anggota Polri atau masyarakat atau menimbulkan bahaya terhadap keselamatan umum. 7). Anarki adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja atau terang terangan oleh seseorang atau kelompok yang bertentangan dengan norma hukum yang mengakibatkan kekacauan, membahayakan keamanan umum, mengancam keselamatan jiwa dan atau barang kerusakan fasilitas umum atau hak milik orang lain. 8). Tindakan tegas dan terukur adalah serangkaian kegiatan kepolisian yang dilakukan oleh anggota Polri baik perorangan maupun dalam ikatan satuan secara profesional, proporsional dan tanpa ragu raguserta sesuai dengan peraturan perundang undangan. 9). Situasi Hijau adalah kondisi dimana massa pengunjuk rasa masih tertib dan teratur. 10). Situasi Hijau-Kuning adalah kondisi dimana pengunjuk rasa menunjukkan perilaku tidak tertib jumlah massa bertambah dan mengganggu ketertiban umum. 11). Situasi Kuning-Merah adalah kondisi dimana pengunjuk rasa menunjukkan tindakan agresif, tidak mengindahkan himbauan petugas dan cenderung mengarah pada pelanggaran hukum. 12). Situasi Merah adalah kondisi dimana pengunjuk rasa sudah melakukan tindakan melanggar hukum dalam bentuk pengancaman, pencurian dengan kekerasan, pengerusakan, pembakaran, penganiayaan berat, teror, intimidasi, penyanderaan, dan lain sebagainya. / 13. Pola... [5]
7 13). Pola Penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan dilaksanakan dengan mempedomani pola Pelayanan, Pengendalian, Penanggulangan dan Penindakan yang selanjutnya disebut dengan pola 4P. 14). Pengendalian massa yang selanjutnya disebut Dalmas adalah kegiatan yang dilakukan oleh Satuan Polri dalam menghadapi massa pengunjuk rasa. 15). Dalmas Humanis adalah satuan Dalmas yang hanya dilengkapi dengan tali dalmas sebagai penyekat antara massa dengan sasaran pengunjuk rasa dan digerakkan dalam menghadapi kondisi massa yang masih tertib, teratur, damai, atau situasi hijau. 16). Dalmas Awal adalah Satuan dalmas yang hanya dilengkapi dengan tameng dalmas dan digerakkan dalam menghadapi kondisi massa tidak tertib atau situasi hijau-kuning. 17). Dalmas Lanjut adalah satuan Dalmas yang dilengkapi dengan alat alat perlengkapan khusus kepolisian dan digerakkan dalam menghadapi kondisi massa tidak tertib dan telah mengarah pada terjadinya pelanggaran hukum atau situasi kuning-merah. 18). Penanggulangan Huru Hara yang selanjutnya disingkat PHH adalah satuan PHH yang ditugaskan untuk mengantisipasi atau menghadapi terjadinya kerusuhan massa atau huru hara guna melindungi warga masyarakat atau ekses yang timbul sebagai akibat terjadinya unjuk rasa. 19). Lintas Ganti adalah kegiatan peralihan pengendalian massa dari satuan kompi Dalmas lanjutan kepada satuan Detasemen / Subdetasemen penanggulangan Huru hara. 20). Negosisator adalah anggota Polri yang melaksanakan perundingan melalui tawar menawar dengan massa pengunjuk rasa untuk mendapatkan kesepakatan bersama. 21). Acara Pimpinan Pasukan yang selanjutnya disebut APP adalah urut urutan cara memberikan instruksi untuk pasukan sebelum melaksanakan tugas. 22). Alih Kendali adalah peralihan kendali dari Kapolsek kepada Kapolres dan dari Kapolres kepada Kapolda. 23). Kendali Taktis adalah pengendalian dari Kapolsek, Kapolres dan Kapolda yang berwenang mengatur segala tindakan pasukan dilapangan pada lokasi unjuk rasa. 24). Kendali Teknis adalah pengendalian oleh pejabat pembina fungsi atau pimpinan pasukan dan atau perwira lapangan dikesatuan masing masing yang bertanggung jawab atas teknis pelaksanaan tugas semua anggota yang menjadi tanggung jawabnya. / 25). Kendali... [6]
8 25). Kendali umum adalah pengendalian oleh Kapolda untuk mengatur seluruh kekuatan dan tindakan pasukan dilapangan dalam unjuk rasa pada kondisi dimana massa pengunjuk rasa sudah melakukan tindakan tindakan melawan hukum dalam bentuk pengancaman, pencurian dengan kekerasan, perusakan, pembakaran, penganiayaan berat, teror, intimidasi, penyanderaan dan lain sebagainya dalam situasi merah. 26). Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. II. TATA CARA PENANGANAN UNJUK RASA DAMAI ANARKI ANTI KEKERASAN 7. Prinsip prinsip tindakan Kepolisian dalam penanganan unjuk rasa antara lain meliputi : a). Humanis yaitu setiap anggota Polres Mataramdalam memberikan pelayanan Kepolisian kepada Pengunjuk rasa agar selalu mempertimbangkan aspek aspek kemanusiaan seperti saling menghormati, menghargai, melindungi, mengayomi, melayani dan menghormati Hak Asasi Manusia. b). Keterpaduan yaitu dalam penanganan unjuk rasa hendaknya dilaksanakan secara terpadu dan sinergi antara fungsi fungsi Kepolisian dan segenap unsur /komponen bangsa yang dilibatkan serta menjalin kerjasama yang sinergis dengan pemangku kepentingan untuk dapat mengatasi dengan solusi yang tepat. c). Proporsionalitas yaitu setiap anggota Polres Mataram dalam melayani unjuk rasa haruslah dilakukan secara seimbang antara ancaman yang dihadapi dan tingkat tindakan atau respon anggota sehingga tidak menimbulkan kerugian / korban / penderitaan yang berlebihan. d). Masuk akal yaitu setiap anggota Polres Mataram dalam melaksanakan tindakan Kepolisian harus mempertimbangkan secara logis situasi dan kondisi dari ancaman atau perlawanan pelaku kejahatan terhadap petugas atau bahaya terhadap masyarakat. e). Nesesitas yaitu setiap anggota Polres Mataram dapat menggunakan kekuatan bila memang benar benar diperlukan dan tidak dapat dihindarkan berdasarkan situasi yang dihadapi. f). Melayani yaitu setiap anggota Polres Mataram agar memberikan pelayanan Kepolisian yang lebih cepat, lebih mudah, lebih baik, dan lebih nyaman bagi masyarkat dengan memenuhi standar mutu pelayanan dan tingkat kepuasan masyarkat. / g). Proaktif... [7]
9 g). h). i). Proaktif yaitu setiap anggota Polres Mataram yang mengetahui secara dini kondisi yang apabila tidak segera mendapatkan respon akan berpotensi menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat. Transparan yaitu setiap anggota Polres Mataram dapat memberikan informasi yang diperlukan masyarakat secara proporsional dan profesional. Akuntabel yaitu setiap anggota Polres Mataram wajib mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dengan selalu mengikuti kaidah hukum dan prosedur baku serta bertindak sesuai norma dan etika. 8. Tahapan penanganan unjuk rasa : a. Penanganan unjuk rasa pada eskalasi situasi tertib / hijau. b. Penanganan unjuk rasa pada eskalasi situasi tidak tertib / hijau kuning. c. Penanganan unjuk rasa pada eskalasi situasi sangat tidak tertib dan cenderung mengarah pada terjadinya pelanggaran hukum / kuning merah. d. Penanganan unjuk rasa pada eskalasi situasi melanggar hukum / merah. 9. Larangan dan Kewajiban a. Larangan bagi anggota Polres Mataram yang melaksanakan pengamanan Unjuk Rasa : 1). Bersikap arogan dan terpancing oleh perilaku massa. 2). Melakukan tindakan kekerasan yang tidak sesuai dengan prosedur. 3). Membawa peralatan diluar peralatan Dalmas. 4). Membawa senjata tajam (sangkur). 5). Keluar dari ikatan satuan dan melakukan pengejaran secara perorangan. 6). Mengucapkan kata kata kotor, pelecehan seksual, memaki maki pengunjuk rasa dan lain sebagainya. 7). Melakukan perbuatan lain yang melanggar peraturan perundang undangan. 8). Melakukan tindakan Kepolisian tanpa kendali atau tanpa perintah Pimpinan. 9). Membawa dan menggunakan senjata api atau sajam dengan alasan apapun pada saat melaksanakan pengamanan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan. / b. Kewajiban... [8]
10 b. Kewajiban bagi anggota Polres Mataram yang melaksanakan pengamanan unjuk rasa : 1). Menghormati Hak Azasi Manusia. 2). Melayani dan mengamankan pengunjuk rasa sesuai ketentuan. 3). Setiap pergerakan Dalmas selalu dalam ikatan satuan. 4). Melindungi jiwa dan harta benda. 5). Tetap menjaga dan mempertahankan situasi hingga unjuk rasa selesai. 6). Patuh dan taat kepada perintah, pimpinan yang bertanggung jawab sesuai tingkatannya. 7). Setiap pengamanan unjuk rasa pada setiap eskalasi situasi didampingi oleh Propam sebagai pengawas internal. 8). Setiap penanganan unjuk rasa didampingi oleh unit kesehatan lapangan. 9). Setiap penanganan unjuk rasa dipimpin oleh seorang Perwira pengendali teknis dan taktis sesuai tingkatan eskalasi situasi. 10). Selalu siaga, waspada setiap saat pada saat melaksanakan pam unjuk rasa. 11). Setiap perkembangan di lapangan agar dilaporkan kepada Pimpinan secara berjenjang. 10. Indikator unjuk rasa dapat dibagi menjadi 4 (empat) eskalasi situasi sebagai berikut : a. Eskalasi situasi hijau dengan indikator sebagai berikut : 1). Perilaku massa pengunjuk rasa tertib / tidak menggangu ketertiban umum dan bersifat pasif. 2). Orasi yang disampaikan orator tidak bersifat menghasut. 3). Unjuk rasa yang dilakukan dengan damai tidak membawa alat peraga yang membahayakan masyarakat dan petugas. 4). Arus lalin kendaraan tidak terganggu. 5). Koordinator lapangan (korlap) masih mampu untuk mengendalikan massa pengunjuk rasa. 6). Pergerakan massa dari titik kumpul ketempat dilakukan unjuk rasa dilakukan dengan tertib dan tidak melanggar arus lalu lintas. 7). Negoisator masih dapat berkomunikasi efektif dengan korlap. 8). Masyarakat sekitar merasa tidak terganggu dengan adanya unjuk rasa diwilayah tersebut. 9). Unjuk rasa tidak dilakukan pada tempat tempat yang dilarang oleh undang undang (misal ; obyek vital). 10). Antara massa pengunjuk rasa dengan petugas Polri masih terjalin sikap saling menghormati dan menghargai. 11). Selama pelaksanaan unjuk rasa selalu menghormati hukum dan Hak Azasi Manusia (HAM). /b. Eskalasi... [9]
11 b. Eskalasi situasi hijau kuning dengan indikator sebagai berikut : 1). Unjuk rasa dilakukan dengan tidak tertib. 2) Jumlah massa bertambah banyak dan atau mulai sulit dikendalikan oleh korlapnya. 3). Massa pengunjuk rasa lebih mulai melakukan aksi teatrikal, menutup jalan dengan cara duduk dan atau tidur tiduran. 4). Ketertiban umum mulai terganggu (masyarakat sekitar sudah mulai resah dan merasa terganggu atas pelaksanaan unjuk rasa yang tidak tertib). 5). Massa pengunjuk rasa tidak menghiraukan himbauan petugas. 6). Massa pengunjuk rasa telah mulai menyatakan rasa tidak puas secara terbuka dan keras. 7). Massa pengunjuk rasa telah mulai mengeluarkan kata kata ancaman bila tuntutannya tidak segera dipenuhinya. 8). Massa pengunjuk rasa lebih mulai mendorong petugas Dalmas. 9). Orator mulai menghujat dan memprovokasi massa. 10). Negoisasi yang dilakukan petugas tidak diindahkan. c. Eskalasi situasi kuning merah dengan indikator sebagai berikut : 1). Telah terbentuk pengerahan massa pengunjuk rasa yang lebih besar dan agresif serta susah dikendalikan. 2). Situasi lebih berubah menjadi tidak tertib dan telah dimulai dengan terjadinya pelanggaran hukum. 3). Pengunjuk rasa telah mulai menunjukkan sikap perilaku yang menyimpang dan telah berani melawan petugas Polisi. 4). Korlap sudah tidak mampu lagi mengendalikan emosi massa pengunjuk rasa dan massa sudah bergerak sendiri sendiri. 5). Emosi massa sudah meningkat dan lebih mulai mendorong / mendesak merusak, membakar ban / poster dan melempari petugas dengan benda benda keras. 6). Massa pengunjuk rasa telah membawa senjata tajam atau benda benda lain yang dapat membahayakan petugas atau masyarakat lainnya dan sudah digunakan untuk mengancam petugas. 7). Tuntutan dan sikap massa pengunjuk rasa lebih dinyatakan dengan lebih tegas dan keras yang disertai dengan ancaman. / 8). Perwakilan... [10]
12 8). Perwakilan masssa menolak untuk bernegoisasi dengan petugas. 9). Masyarakat sekitar sudah sangat resah dan merasa terganggu aktifitasnya. 10). Terganggunya ketertiban umum. 11). Himbauan Kepolisian sudah tidak diindahkan lagi dan upaya mediasi telah gagal. 12). Unjuk rasa dilakukan dengan tidak tertib pada tempat tempat yang dilarang oleh undang undang (seperti istana, obyek vital, dll). d). Eskalasi situasi merah dengan indikator sebagai berikut : 1). Situasi telah berubah menjadi melanggar hukum dari Hak Asasi Manusia (HAM). 2). Sudah tidak ada lagi kepastian atau ketegasan sikap dari pihak penentu pengambil keputusan untuk mengakhiri persoalan yang timbul atau tuntutan massa pengunjuk rasa. 3). Telah terbentuk pengerahan massa yang meluas dan merusak serta sulit dikendalikan. 4). Massa cenderung bertindak agresif dan tidak terkendali serta emosional dan melakukan tindakan anarkis serta mengabaikan perintah perundang undangan yang disampaikan oleh petugas. 5). Tuntutan massa dinyatakan dengan lebih keras dan tegas serta diikuti dengan tindakan kekerasan. 6). Telah terjadi perbuatan pidana (Massa telah melakukan tindakan penganiayaan, pengerusakan, penjarahan, pembakaran dan lain sebagainya). 7). Timbul korban jiwa / luka baik petugas, pengunjuk rasa maupun masyarakat lainnya. 8). Fasilitas pelayanan umum tidak berfungsi dan terjadi kemacetan arus lalu lintas. 9). Aktivitas pemerintahan, masyarakat dan perekonomian lumpuh. 10). Massa telah menyerang petugas dan atau masyarakat dengan senjata tajam dan benda lain yang dapat membahayakan nyawa petugas dan atau masyarakat. 11). Unjuk rasa telah dilakukan berhari hari dengan jumlah massa yang cukup besar dan dilakukan pada tempat tempat yang dapat mengganggu ketertiban umum. e. Tingkat tindakan pengamanan unjuk rasa: 1). Tindakan pasif dilayani dan dikawal oleh satuan Dalmas Humanis tanpa dilengkapi dengan peralatan Dalmas kecuali Tali Dalmas. 2). Tindakan aktif dilayani oleh satuan Dalmas awal yang hanya dilengkapi dengan tameng Dalmas. / 3). Tindakan... [11]
13 3). Tindakan agresif dilayani oleh satuan Dalmas lanjutan yang telah dilengkapi dengan tameng dan tongkat T, kendaraan pengurai massa, kendaraan penyelamat dan gas air mata serta oleh PHH Brimob yang dilengkapi dengan tameng sekat / listrik, tameng pelindung, tongkat sodok, tongkat lecut, pelontar gas air mata, pemadam api, papper ball, iffact, security barrier, kendaraan taktis pengurai massa dan kendaraan taktis penyelamat. 4). Tindakan sangat agresif dilayani oleh bantuan PHH Brimob yang telah dilengkapi dengan peralatan PHH Brimob dan senjata api. 5). Alih kendali oleh Kapolda / Karo Ops / Kasat Brimob. f. Satuan penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan Dilaksanakan secara terpadu oleh satuan utama operasional Kepolisian, satuan bantuan operasional Kepolisian dan satuan bantuan administrasi Kepolisian pada setiap eskalasi situasi. 1). Satuan utama Operasional Kepolisian Polres Mataram terdiri dari : (a). Fungsi Intelijen (IPP). (b). Fungsi pembinaan masyarakat (Binmas). (c). Fungsi lalu lintas. (d). Fungsi Sabhara. (e). Fungsi Reserse Kriminal. (f). Fungsi Narkoba. (g). Polsek jajaran Polres Mataram. 2). Satuan bantuan administrasi Kepolisian Polres Mataram terdiri dari : (a). Bagian Perencanaan (Bag Ren). (b). BagianSumber Daya Manusia (Bag Sumda). (c). Sub Bagian sarana dan prasarana (Sarpras). (d). Sub BagHukum. (e). Kasi keuangan. (f). Bagian Operasi / Bag Ops. (g). Siwas. (h). Sitipol. (i). Sat Tahti. (j). Poli Kesehatan. (k). Sub bagian Humas / g. Tahapan... [12]
14 g. Tahapan penggunaan kekuatan dalam tindakan Kepolisian Polres Mataram terdiri dari : 1). Tahap 1 kekuatan yang memiliki dampak deterenatau pencegahan 2). Tahap 2 perintah lisan 3). Tahap 3 kendali tangan kosong lunak 4). Tahap 4 kendali tangan kosong keras 5). Tahap 5 kendali senjata tumpul, penyemprotan air, penembakan gas air mata sesuai standar Polri. h. Tahap penggunaan kekuatan berdasarkan eskalasi : 1). Situasi hijau hanya diperbolehkan maksimal sama dengan tahap ke 3 (tiga) 2). Penggunaan kekuatan pada situasi hijau-kuning hanya diperbolehkan maksimal sampai dengan tahap ke 4 (empat) 3). Penggunaan kekuatan pada situasi kuning-merah hanya diperbolehkan maksimal sampai dengan tahap ke 5 (lima) 4). Penggunaan kekuatan pada situasi merah diperbolehkan apabila satuan Dalmas Polres Mataram sudah tidak mampu lagi maka dilakukan lintas ganti yaitu dengan Dalmas PHH Brimob yang hanya di lengkapi dengan tameng dan tongkat sodok. 5). Alih kendali oleh Kapolda / Karo Ops / Kasat Brimob. III. TUGAS POKOK/ PELAKSANAAN 11. Sipropam Polres Mataram bertugas membina dan menyelenggarakan fungsi pertanggung jawaban Profesional dan pengamanan internal termasuk penegakkan disiplin dan ketertiban dilingkungan Polri khususnya di Polres Mataram. Secara umum pelaksanaan tugas pokok, fungsi dan peranan Sipropam Polres Mataram tersebut diatas, diselenggarakan secara terkoordinasi, terintegrasi dan efektif selaras dengan kewenangan yang telah ditetapkan baik oleh unsur Staf Pimpinan dan unsur pelaksana utama Sipropam Polres Mataram sebagaimana tertuang dalam konsep naskah Standar Operasional Prosedur (SOP) Sipropam Polres Mataram tentang penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan sebagai berikut : / a. Unsur... [13]
15 a. Unsur Sipropam Polres Mataram meliputi : 1). Kasi Propam Polres Mataram. 2). Bagmin Provos dan Bagmin Paminal 3). Anggota Propam yang terlibat sesuai springas (yang piket dan cadangan). b. Unsur Pelaksana utama Sipropam Polres Mataram meliputi : 1). Kasi Propam Polres Mataram. 12. Personel yang dilibatkan dengan perincian sebagai berikut : a. Kasi Propam Polres Mataram b. Bagmin Provos dan Bag min Paminal c. Anggota Sipropam Polres Mataram 13. Urutan Tindakan a. Situasi Hijau Pada eskalasi situasi hijau pelayanan pengamanan unjuk rasa yang dilakukan oleh satuan bantuan operasional Kepolisian Sipropam Polres Mataram sebagai berikut : 1). Melaksanakan cek kesiapan personel / sarpras sesuai surat perintah pengamanan. 2). Mengecek kelengkapan / kelayakan Sarpras yang akan digunakan untuk melaksanakan pengamanan. 3). Mengecek para perwira pengendali di tiap unit tugas. 4). Selalu mengikuti pergerakan personel ke lokasi pengamanan unjuk rasa. 5). Mendokumentasikan aktifitas personel / sarpras / pengunjuk rasa. b. Situasi Hijau kuning Pada Eskalasi situasi Hijau kuning pelayanan penanganan unjuk rasayang dilakukan oleh satuan bantuan operasional Kepolisian Sipropam Polres Mataram sebagai berikut : 1). Turut serta mengikuti pergerakan personel yang melaksanakan pengamanan unjuk rasa. 2). Mengecek keberadaan Perwira pengendali di tiap unit tugasnya. 3). Melaksanakan pengawasan terhadap personel yang melaksanakan pengamanan unjuk rasa. 4). Mendokumentasikan aktifitas personel / sarpras / pengunjuk rasa. / c. Situasi... [14]
16 c. Situasi Kuning Merah Pada Eskalasi situasi kuning merah pelayanan penanganan unjuk rasa yang dilakukan oleh satuan operasional Kepolisian Sipropam Polres Mataram sebagai berikut : 1). Membantu perwira pengendali meneruskan komado / aba aba kepada pasukan Dalmas. 2). Melakukan pengawasan kepada pasukan Dalmas dalam mendorong massa sampai massa dapat teratasi / membubarkan diri. 3). Menegur personel Dalmas yang terpisah / terceraiberai dari formasi / satuan induknya / unit penugasannya. 4). Tetap berada dalam formasi pasukan pengamanan / Dalmas dengan tugas mengawasi pergerakan pasukan tahap demi tahap. 5). Mendokumentasikan setiap pelanggaran yang dilakukan oleh personel pengamanan unjuk rasa (oknum). d. Situasi Merah Pada Eskalasi situasi Merah pelayanan pengamanan unjuk rasa yang dilakukan oleh satuan bantuan operasional Kepolisian Sipropam Polres Mataram sebagai berikut : 1). Mengawasi pelaksanaan upaya paksa yang dilakukan oleh unit tindak / unit operasional yang melakukan penangkapan / penindakan teradap pelaku unjuk rasa anarkis. 2). Membantu Perwira pengendali mengembalikan personel Dalmas / unit operasional yang tercerai berai / bergerak sendiri tidak taat aba aba / perintah. 3). Mencegah pasukan Dalmas / unit operasional yang melakukan tindakan berlebihan. 4). Mencatat / membantu / memberikan pertolongan kerja sama dengan keslap (Biddokes) terhadap anggota yang mengalami luka akibat terkena benda benda keras dan barang berbahaya lainnya. 5). Mendokumentasikan setiap pelanggaran yang dilakukan oleh personel pengamanan unjuk rasa (oknum). 6). Melakukan pengecekan akhir pasca penanganan unjuk rasa terhadap personel / sarana dan prasarana (konsolidasi). 7). Menindaklanjuti setiap pelanggaran yang dilakukan oleh personel dalam penanganan unjuk rasa serta melaporkan perkembangan di lapangan kepada Pimpinan secara berjenjang. / 14. Pengawasan... [15]
17 14. Pengawasan dan Pengendalian a. Pada setiap pengakhiran pelaksanaan penugsan dalam rangka penanganan unjuk rasa, maka penanggung jawab taktis dan atau penanggung jawab umum melaksanakan konsolidasi sesuai tahapan eskalasi situasi sebagai berikut : 1). Pada eskalasi situasi Hijau, konsolidasi dilakukan oleh Kapolsek sebagai pengendali Taktis dilapangan. 2). Pada eskalasi situasi Hijau Kuning, konsulidasi dilakukan oleh Kapolsek / Kapolres sebagai pengendali taktis di lapangan. 3). Pada eskalasi situasi Kuning Merah, konsulidasi dilakukan oleh Kapolres sebagai pengendali Taktis di lapangan. 4). Pada eskalasi situasi Merah, konsolidasi dilakukan oleh Kapolda sebagai pengendali utama. b. Dalam rangka konsolidasi dilaksanakan beberapa kegiatan antara lain : 1). Melaksanakan apel pengecekan personel dan peralatan yang digunakan dalam penanganan unjuk rasa. 2). Melaporkan hasil kegiatan penanganan unjuk rasa dan kondisi personel serta peralatan kepada Pimpinan secara berjenjang, baik langsung maupun menggunakan alat komunikasi. 3). Menginventarisir pelaku tindak pidana yang ditangkap, barang bukti yang berhasil ditemukan, korban, dan sksi saksiserta tempat kejadian perkara. 4). Menginventarisir sarana dan prasarana kesatuan dan fasilitas umum serta harta benda masyarakat lainnya yang mengalami kerusakan sebagi akibat penanganan unjuk rasa. 5). Mendokumentasikan pelaksanaan unjuk rasa baik aktifitas personel / sarpras / peserta unjuk rasa. 6). Melaksanakan monitoring tempat kejadian perkara. / IV. ADMINISTRASI... [16]
18 IV. ADMINISTRASI 15. Sistem Administrasi Sistem administrasi yang digunakan dalam pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) Sipropam Polres Mataram dalam pelayanan penanganan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan ini menggunakan sistem administrasi yang berlaku dilingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia. V. PENUTUP Demikian Standar Operasional Prosedur (SOP) pelayanan pengamanan unjuk rasa damai anarki anti kekerasan Sipropam ini dibuat untuk dapat dijadikan sebagai pedoman bagi petugas Sipropam Polres Mataram dan Kanit Provos Polsek Jajaran Polres Mataram dalam pelaksanaan tugasnya. Mengetahui ; Mataram, 7 Juli 2014 KEPALA KEPOLISIAN RESORT MATARAM KASI PROPAM KURNIANTO PURWOKO, SH I NYOMAN SUDIARSA AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP INSPEKTUR POLISI SATU NRP [17]
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) SATUAN SABHARA POLRES MATARAM DALAM PENANGANAN UNJUK RASA I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK
Hsl rpt tgl 24 Maret 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK DALAM PENANGGULANGAN HURU-HARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENYELESAIAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang a. Bahwa institusi
Lebih terperinciSTANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RESOR PANGKALPINANG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR TENTANG TIPIRING I. PENDAHULUAN 1. UMUM a. Polri sebagai aparat negara yang bertugas
Lebih terperinciNASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355 NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGENDALIAN MASSA SAT SABHARA
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMBINAAN DAN PENYELENGGARAAN FUNGSI PERTANGGUNGJAWABAN PROFESI DAN PENGAMANAN
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BAG OPS POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari 2012 2 KEPOLISIAN
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN SABHARA T ENT ANG TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) DI W ILAYAH HUKUM POL R E S
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK
Hsl rpt tgl 24 Maret 2009 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA LINTAS GANTI DAN CARA BERTINDAK DALAM PENANGGULANGAN HURU-HARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciINISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 SOP BAGIAN PERENCANAAN POLRES SUMBAWA 1
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA DATASOP INISIATIF BAGIAN PERENCANAAN TAHUN 2016 NO JENIS TAHUN TENTANG JUMLAH KET 1 2 3 4 5 6 1 SOP YANG DIBUAT OLEH KABAG
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM 1. Latar belakang STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) BAGIAN PERENCANAAN POLRES MATARAM BAB I PENDAHULUAN a. Bahwa Institusi
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN KEPOLISIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PELAKSANAAN APEL PAGI, APEL SIANG PELAKSANAAN PAM OPSNAL, ONCALL POLRES MATARAM
Lebih terperinciPROSEDUR TETAP KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PROTAP/ 1 / X / 2010 TENTANG PENAGGULANGAN ANARKI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PROSEDUR TETAP KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PROTAP/ 1 / X / 2010 TENTANG PENAGGULANGAN ANARKI JAKARTA, 8 OKTOBER 2010 KEPOLISIAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG TEKNIS PENANGANAN KONFLIK SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciLAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU
LAMPIRAN 1. HASIL WAWANCARA DENGAN KOMPOL R. SITUMORANG, KASI. OPS. LAT. DIT. SAMAPTA POLDASU Pertanyaan : Apa sebenarnya faktor faktor penyebab terjadinya kerusuhan pada waktu melakukan demonstrasi? Jawaban
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELETON PENGURAI MASSA
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PELETON PENGURAI MASSA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PROSEDUR TETAP SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PROSEDUR TETAP SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM Mataram, Juli 2014 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA
HASIL FINAL 26 Mei 2011 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK NDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK NDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) PENANGANAN DAN PENYELESAIAN PENGADUAN MASYARAKAT 2 DAFTAR ISI l BAB I PENDAHULUAN...3 II BAB
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
HASIL FINAL 26 Mei 2011 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PENGAMANAN EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.6, 2009 POLRI. Tindakan. Penggunaan Kekuatan. Pencabutan PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENGGUNAAN KEKUATAN DALAM TINDAKAN
Lebih terperinciSTANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPRASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PELETON PENGURAI MASSA (RAIMAS) SATUAN SABHARA SETINGKAT POLRES I. PENDAHULUAN 1. LATAR
Lebih terperinciSTANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH BENGKULU BIDANG PROFESI DAN PENGAMANAN STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA Bengkulu, September 2014
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENGAWALAN TAHANAN POLRES MATARAM I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELKAKANG a. Bahwa dalam rangka
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK BARAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) tentang SISTEM PENGAMANAN KANTOR KPUD LOMBOK BARAT Gerung, Januari 2017 - 2 - KEPOLISIAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA MARKAS BESAR PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO.POL. : 1 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING)
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN TINDAK PIDANA RINGAN (TIPIRING) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PEMELIHARA
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM I. Pendahuluan 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUB BIN POLMAS BAB I PENDAHULUAN
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT BINMAS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAKSANAAN TUGAS SUB BIN POLMAS 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN a. Institusi Polri
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT TAHANAN
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG SATUAN POLAIR POLRES PARIAMAN
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN Jalan Imam Bonjol 37 Pariaman 25519 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG SATUAN POLAIR POLRES PARIAMAN Pariaman, 02 Januari
Lebih terperinciSTANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016
KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SEKSI PROPAM POLRES LOMBOK TIMUR Nomor : R /01/I/ 2016 Selong, 3 Januari 2016 KEPOLISIAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
HSL RPT TGL 5 MART 09 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM OPERASIONAL KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU RESORT KARIMUN
DasarHukum KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH KEPULAUAN RIAU RESORT KARIMUN 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 2. Peraturan Kapolri Nomor 23 Tahun
Lebih terperinciSOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR) TENTANG PENYELIDIKAN DI LINGKUNGAN SIPROPAM POLRES BIMA STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGGELEDAHAN SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016 STANDAR OPERASIONAL
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYELIDIKAN TINDAK PIDANA SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 02 Januari 2016
Lebih terperinciPEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL 1 2 - Pedoman Tindakan Kepolisian Negara RI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG TINDAKAN PERTAMA DI TEMPAT KEJADIAN PERKARA (TPTKP) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN
Lebih terperinciANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN APRIL TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. D A S
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PEMELIHARA KEAMANAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN KEGIATAN MASYARAKAT DAN KEGIATAN PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA
Lebih terperinciPEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF. Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT SABHARA POLRES LOMBOK TIMUR
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TIMUR PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) INISIATIF Tentang SISTEM PENGUNGKAPAN KASUS SAT RESKRIM DENGAN TEAM ELITE SAT
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN SAKSI / TERSANGKA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN BINMAS POLRES MATARAM SAT BINMAS POLRES MATARAM i KATA PENGANTAR Kepercayaan masyarakat
Lebih terperinciRENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. 2016
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA RENCANA LATIHAN RUTIN FUNGSI TEKNIS KEPOLISIAN POLRES BIMA TA. I. PENDAHULUAN 1. Umum a. Latihan adalah merupakan salah satu upaya
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT RESERSE NARKOBA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TATA CARA PENGELOLAAN BARANG BUKTI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT RESESRE NARKOBA
Lebih terperinci2015, No. -2- untuk melaksanakan ketentuan Pasal 50 Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dan Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1528, 2015 KEMENKUMHAM. Lembaga Pemasyarakatan. Rumah Tahanan Negara. Pengamanan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2015
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM TAHUN 2016
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SISTEM PENGAMANAN MAKO KEPOLISIAN RESORT MATARAM TAHUN 2016 I. PENDAHULUAN Dalam rangka mengantisipasi
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA Nomor : SOP - 6 / I / 2016 / Sat.Intelkam STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) PENANGANAN KONFLIK SOSIAL I. PENDAHULUAN Bangsa
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Tentang SISTEM PELAYANAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN POLRES PARIAMAN I. PENDAHULUAN 1. Umum Untuk
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT BIMA KOTA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN MASYARAKAT PENERBITAN SURAT IJIN, SURAT KETERANGAN, REKOMENDASI DAN SURAT TANDA
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGAWALAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru Taliwang 84355 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KEGIATAN PENGAWALAN SAT SABHARA POLRES SUMBAWA BARAT BAB
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI KEPOLISIAN DAERAH NUSA TENGGARA BARAT
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG BUKTI STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGURUSAN TAHANAN PADA RUMAH TAHANAN DIREKTORAT TAHANAN DAN BARANG
Lebih terperinciPROSEDUR TETAP SISTEM PENGAMANAN MAKO BAGI TAMU / PENGUNJUNG DI KEPOLISIAN RESORT MATARAM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT MATARAM PROSEDUR TETAP SISTEM PENGAMANAN MAKO BAGI TAMU / PENGUNJUNG DI KEPOLISIAN RESORT MATARAM Mataram, Agustus 2014 KEPOLISIAN
Lebih terperinciANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN JUNI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMANGGILAN SAKSI SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016 STANDAR
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENGAMANAN OBYEK VITAL UNIT PAM OBVIT POLRES LOMBOK TENGAH
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK TENGAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PENGAMANAN OBYEK VITAL UNIT PAM OBVIT POLRES LOMBOK TENGAH I. PENDAHULUAN
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG
Hasil rapat 7-7-05 PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 5 TAHUN 2005 TENTANG TEKNIS PELAKSANAAN PERLINDUNGAN TERHADAP SAKSI, PENYIDIK, PENUNTUT UMUM, HAKIM DAN KELUARGANYA DALAM
Lebih terperinciSOP ( STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR ) TENTANG PENGENDALIAN MASSA KEPOLISIAN RESORT LOMBOK TENGAH
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT LOMBOK TENGAH SOP ( STANDAR OPERSIONAL PROSEDUR ) TENTANG PENGENDALIAN MASSA KEPOLISIAN RESORT LOMBOK TENGAH I. PENDAHULUAN 1. Umum
Lebih terperinci2017, No Penggunaan Senjata Api Dinas di Lingkungan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; Mengingat : Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1996 te
No.1133, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penggunaan Senjata Api Dinas. Ditjen Bea dan Cukai. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA
Lebih terperinciGUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PROSEDUR TETAP OPERASIONAL PELAKSANAAN PENANGANAN UNJUK RASA DAN KERUSUHAN MASSA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR BIMA KOTA I. PENDAHULUAN 1. Umum STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SAT BINMAS POLRES BIMA KOTA TAHUN 2016 a. Bahwa dalam rangka pengembangan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
No. 1811, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA POLRI. Pengamanan Internal. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGAMANAN INTERNAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENGAMANAN OBYEK VITAL SAT SABHARA POLRES SUMBAWA
Lebih terperinci2016, No Indonesia Tahun 2004 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 4. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang P
No.379, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. Penanganan Konflik Sosial. Penggunaan dan Pengerahan. Kekuatan TNI. Bantuan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI) adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENANGANAN BARANG BUKTI SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2015
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SURAT PEMBERITAHUAN PERKEMBANGAN HASIL PEYIDIKAN SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES LOMBOK TENGAH I. PENDAHULUAN 1. Umum a. UU. No.2 tahun 2002 tentang Pokok-pokok Kepolisian Negara
Lebih terperinciLAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN OLEH ANGGOTA /PNS POLRI
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DIVISI PROFESI DAN PENGAMANAN LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI BULAN MARET DIBANDING BULAN FEBRUARI TAHUN 2010 TENTANG KEJADIAN /PELANGGARAN YANG DILAKUKAN
Lebih terperinciKEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355
1 KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA BARAT Jalan Telaga Baru - Taliwang 84355 NASKAH SEMENTARA STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENJAGAAN MAKO DAN JAGA TAHANAN POLRES
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGIRIMAN TAHAP II SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 07 Januari 2016 STANDAR
Lebih terperinci2017, No tentang Kode Etik Pegawai Badan Keamanan Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembara
No.1352, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAKAMLA. Kode Etik Pegawai. PERATURAN KEPALA BADAN KEAMANAN LAUT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN KEAMANAN LAUT DENGAN
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGIRIMAN BERKAS PERKARA SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 07 Januari 2016
Lebih terperinciBAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH
33 BAB III ORGANISASI POLDA JAWA TENGAH 3.1 Organisasi Polda Jawa Tengah Sesuai dengan keputusan Kapolri No. Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR LOMBOK TENGAH PEDOMAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) Nomor: 02 / I / 2016, Tentang Pelayanan Pengaduan Masyarakat TENTANG PELAYANAN
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENERIMAAN LAPORAN POLISI SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 02 Januari 2016
Lebih terperinciLAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT DIREKTORAT SABHARA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI PELAKSANAAN TUGAS PENJAGAAN SUBDIT GASUM DITSABHARA POLDA NTB BULAN FEBRUARI 2017 I. PENDAHULUAN.
Lebih terperinciDATA PIRANTI LUNAK SEKSI PROPAM POLRES SUMBAWA TAHUN 2016
KEPOLISIAN NEGARA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA DATA PIRANTI LUNAK SEKSI PROPAM POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NO NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET A. UNDANG-UNDANG 1 NOMOR 42 TAHUN 1999 JAMINAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 113/PMK.04/2017 TENTANG PENGGUNAAN SENJATA API DINAS DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN
Lebih terperinci2012, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.805, 2012 KEPOLISIAN. Indikator Kinerja Utama. Penyusunan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN INDIKATOR KINERJA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keamanan dalam negeri
Lebih terperinciPENGENDALIAN DAN CARA BERTINDAK TERHADAP AKSI UNJUK RASA
MARKAS BESAR KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA S D E O P S PENGENDALIAN DAN CARA BERTINDAK TERHADAP AKSI UNJUK RASA 1. REFERENSI : a. UU No. 2 tahun 2002 tentang Polri. b. UU No. 9 tahun 1998 tentang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI
Lebih terperinci2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas
No.605, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. Pegawai Pemasyarakatan. Majelis Kehormatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) memiliki peranan yang penting dalam memelihara stabilitas keamanan dan kenyamanan dalam Negeri. Berdasarkan TAP MPR RI
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENGHENTIAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01
Lebih terperinciSTANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Tentang
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH SUMATERA BARAT RESOR PARIAMAN STANDART OPERASIONAL PROSEDUR ( SOP ) Tentang MEDIASI PENYELESAIAN PERKARA ATAU RESTORATIVE JUSTICE PERKARA PIDANA PADA TINGKAT
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENAHANAN SATUAN RESERSE NARKOBA POLRES MATARAM Mataram, 06 Januari 2016 STANDAR OPERASIONAL
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENINGKATAN PENYELIDIKAN KE TAHAP PENYIDIKAN TINDAK PIDANA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES
Lebih terperinciKEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinci2011, No Menetapkan : Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 2. Undang-Undang No
No.757, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Sistem Informasi Penyidikan. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2011
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYUSUNAN LAPORAN HASIL PENYELIDIKAN SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENCARIAN ORANG DALAM DAFTAR PENCARIAN ORANG SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram,
Lebih terperinciDATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 2016 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET
KEPOLISIAN NEGARA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR SUMBAWA DATA PIRANTI LUNAK SAT LANTAS POLRES SUMBAWA TAHUN 206 NO JENIS NOMOR/TAHUN TENTANG JUMLAH KET 2 3 4 5 6 PERKAP NO. 2 TAHUN 2007 MOBIL UNIT PELAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk di bahas. Perilaku pelajar yang anarkis
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PENYUSUNAN BERKAS PERKARA SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESOR MATARAM STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PEMERIKSAAN SAKSI AHLI SATUAN RESERSE KRIMINAL POLRES MATARAM Mataram, 01 Januari 2016 STANDAR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan orang yang melaksanakan hak-haknya, misalnya hak untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah aparat penegak hukum yang memiliki tugas dalam menjaga ketertiban masyarakat dan berperan sebagai penjaga keseimbangan antara kepentingan orang
Lebih terperinci