KATA PENGANTAR. Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan
|
|
- Verawati Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2
3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan rahmatnya laporan hasil penelitian Permohonan dalam Pemeriksaan di Pengadilan Agama dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih yang sebesar besarnya bagi semua saja yang terlibat atas bantuan, saran dan dorongan yang diberikan, sehingga saya mampu memahami materi dengan lebih baik dan pada akhirnya mapu merampungkan penelitian ini. Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik yang membangun sangat saya harapkan demi sempurnanya penelitian ini. Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum pada umumnya dan secara khusus bagi hukum acara perdata dan lebih khusus lagi bagi hukum acara peradilan agama. Denpasar, 2015 Peneliti iii
4 DAFTAR ISI Halaman Judul i Lembar Pengesahan... ii Kata Pengantar... iii Daftar Isi iv Abstrak... v I. PENDAHULUAN 1 II. RUMUSAN MASALAH 2 III. TUJUAN PENELITIAN... 2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 3 V. SIMPULAN iv
5 ABSTRAK Peradilan Agama adalah salah satu lingkungan peradilan dibawah Mahkamah Agung Republik Indonesia, yang dalam tingkat pertama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama. Peradilan agama mempunyai kekhususan dalam subyek, yaitu peradilan yang diperuntukkan bagi penduduk yang beragama islam. Kompetensi absolutnya adalah sengketa keperdataan tertentu yang ditentukan dalam undang undang peradilan agama. Lex generalis untuk hukum acaranya adalah hukum acara perdata, yang mengenal adanya prosedure gugatan dan prosedure permohonan, dan lex specialisnya diatur menurut ketentuan dalam undang undang peradilan agama. Dalam hukum acara perdata kedua prosedur ini sangat berbeda. Dalam lex spesialisnya juga ditentukan adanya permohonan. Kalau dicermati lebih mendalam dalam lex specialisnya yang diatur dalam undang undang peradilan agama dikenal adanya dua macam permohonan. Pertama, permohonan sebagaimana yang lazim dalam hukum acara perdata, dengan beracara secara sepihak tanpa adanya sengketa. Pembuktiannya juga sepihak tanpa memperhatikan asas kesempatan yang sama dan asas audi et alteram partem. Peradilan hanya satu tingkat, sehingga tidak ada upaya hukum banding terhadap Penetapan Pengadilan Agama. Kedua, permohonan dengan prosedure sebagaimana layaknya suatu gugatan. Ada dua pihak yang saling berhadapan karena adanya sengketa. Sehingga pemeriksaannya harus memperhatikan asas-asas sebagaimana layaknya pemeriksaan gugatan, yang dimulai dengan jawab menjawab, pembuktian, kesimpulan para pihak (kalau dikehendaki), dan diakhiri dengan Penetapan Pengadilan Agama. v
6 I. PENDAHULUAN Peradilan agama adalah salah satu lingkungan peradilan dari empat lingkungan peradilan dibawah Mahkamah Agung. Pasal 24 ayat (2) UUD NKRI 1945 menentukan bahwa kekuasaan kehakimam dilakukan oleh sebuah Mahkamah, lingkungan peradilangung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi. Hukum acara yang berlaku pada pengadilan agama dalam lingkungan peradilan agama adalah hukum acara perdata yang berlaku pada peradilan perdata dalam lingkungan peradilan umum, kecuali yang telah diatur secara khusus dalam UU peradilan agama. Dengan demikian, hukum acara perdata merupakan lex generalis berhadapan dengan lex spesialis sebagaimana yang diatur dalam UU peradilan agama. Kompetensi absolutnya menyangkut masalah-masalah keperdataan, bagi subyek hukum yang terkait dengan agama Islam. Secara rinci Ps 49 UU No. 3/2006 telah menentukan apa saja yang dapat diajukan dan diperiksa di Pengadilam Agama. Sebagaimana halnya dalam peradilan perdata (Sudikno Mertokusumo, 1982 : 3), demikian pula dalam peradilan agama dikenal adanya dua macam tuntutan hak yakni: permohonan dan gugatan (Rassyid H. Roihan A., 2005 : 59). Dalam hukum acara perdata, secara tegas dibedakan kedua macam tuntutan hak ini. Titik tolak perbedaannya terletak pada ada atau tidak adanya sengketa yang mendasari tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak. Tuntutan hak 1
7 ini dalam pasal 142 ayat (1) RBg / pasal 118 ayat 1 HIR disebut sebagai tuntutan perdata (burgerlijke vordering). Dalam hukum acara perdata perbedaan antara permohonan dan gugatan berakibat lebih lanjut pada perbedaan tata cara / prosedur dalam proses pemeriksaan di hadapan hakim. Bahkan hasil akhir dari proses, yang berupa keputusan hakim pun berbeda. Hasil akhir dari proses melalui gugatan adalah putusan pengadilan, dan hasil akhir dari proses melelui permohonan adalan penetapan pengadilan. Oleh karena ketentuan-ketentuan yang diatur secara khusus dalam UU peradilan agama merupakan lex spesialis dari hukum acara perdata yang merupakan lex generalis, maka perli dicermati dan diteliti pengertian tuntutan hak tersebut khususnya penegertian permohonan dan bagaimana prosesnya. II. RUMUSAN MASALAH. 1. Bagaimana pengertian permohonan dalam peradilan agama? 2. Bagaimana prosedur beracara di pengadilan agama dalam tuntutan yang berupa permohonan? III. TUJUAN PENELITIAN. Penelitian Permohonan dalam pemeriksaan di pengadilan agama ini mengandung beberapa tujuan, yaitu: 1. Untuk mengetahui secara mendalan tentang pengertian permohonan di pengadilan agama. 2
8 2. Untuk mengetahui bagaimana prosedur beracara pemeriksaan permohonan di pengadilan agama. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Peradilan agama pada dasarnya adalah peradilan perdata yang bersifat spesifik karena faktor agama dan obyek tuntutan hak keperdataan tertentu yang diserahkan kepadanya untuk diperiksa dan diputus, sedangkan peradilan umum adalah juga peradilan perdata secara umum disamping peradilan pidana. Peradilan agama dikhususkan bagi penduduk beragama Islam. Obyek tuntutan hak yang menjadi kompetensi absolut pengadilan agama adalah ( pasal 49 UU No. 3 / 2006 ) di bidang: a. perkawinan ; b. waris; c. wasiat ; d. hibah ; e. wakaf ; f. zakat ; g. infaq ; h. shadaqah ; dan i. ekonomi syaria ah. Bidang perkawinan mencakup hal yang sangat luas, sebagaimana yang dimaksud dan diatur dalam undang-undang perkawinan ( UU No. 1 / 1974 ), yaitu : ( 1 ). Izin beristri lebih dari satu orang ; 3
9 ( 2 ). Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun, dalam hal orang tua atau wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat ; ( 3 ). Dispensasi kawin ; ( 4 ). Pencegahan perkawinan ; ( 5 ). Penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah ; ( 6 ). Pembatalan perkawinan ; ( 7 ). Gugatan kelalaian atas kewajiban suami atau istri ; ( 8 ). Perceraian karena talak ; ( 9 ). Gugatan perceraian ; ( 10 ). Penyelesaian harta bersama ; ( 11 ). Mengenai penguasaan anak-anak ; ( 12 ). Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggungjawab tidak memenuhinya; ( 13 ). Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri; ( 14 ). Putusan tentang sah atau tidaknya seorang anak ; ( 15 ). Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua ; ( 16 ). Pencabutan kekuasaan wali ; (17 ). Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut ; ( 18 ). Menunjuk seorang wali dalam hal seorang yang belum cukup umur 18 ( delapan belas ) tahun yang ditinggal kedua orang tuanya padahal tidak 4
10 ada penunjukan wali oleh orang tuanya ; ( 19 ). Pembebanan kewajiban ganti kerugian terhadap wali yang telah menyebabkan kerugian atas harta benda anak yang ada dibawah kekuasaannya ; ( 20 ). Menetapkan asal usul seorang anak ; ( 21 ). Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran ; ( 22 ). Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum UU No. 1 / 1974 tentang perkawinan dan dijalankan menurut peraturan yang lain. Permasalahan perkawinan memang menjadi permasalahan paling banyak dan paling populer yang diajukan ke pengadilan agama. Sebagian dari permasalahan perkawianan tersebut diajukan dalam bentuk permohonan dan sebagian dalam bentuk gugatan. Hukum acara perdata yang menjadi lex generalis dalam proses beracara di pengadilan agama telah memberikan batas yang pasti dan tegas antara gugatan dan permohonan. Sudikno Mertokusumo menguraikan perbedaan gugatan dan permohonan dengan bertitik tolak dari mengandung atau tidak mengandung sengketa (Sudikno Mertokusomo, 1977 : 3 4). Tuntutan hak yang mengandung sengketa disebut gugatan, dimana terdapat sekurang-kurangnya dua pihak dan tuntutan yang tidak mengandung sengketa yang disebut permohonan, dimana hanya terdapat satu pihak saja. Sejalan dengan itu, peradilan lazim dibagi pula menjadi dua yaitu peradilan sukarela atau peradilan volunter ( voluntaire jurisdictie / jurisdictio voluntaria ) atau sering pula disebut peradilan 5
11 tidak sesungguhnya, dan peradilan contentieus ( contentieuse jurisdictie / jurdictio dictio contentiosa ) atau sering pula disebut peradilan sesungguhnya. Perbedaan yang jelas antara juridictio contentiosa dengan juridictio voluntaria dapat digambarkan dari beberapa segi ( Abdulkadir Muhamah, 2008 :12-13 ), yaitu : a. Pihak yang berperkara. Pada juridictio contentiosa ada dua pihak yang berperkara, sedangkan pada juridictio voluntaria hanya ada satu pihak yang berkepentingan. b. Aktivitas pengadilan yang memeriksa perkara. Pada juridictio contentiosa aktivitas pengadilan terbatas pada yang dikemukkan dan diminta oleh pihak-pihak, sedangkan pada juridictio voluntaria aktivitas pengadilan dapat melebihi apa yang dimohonkan karena tugas pengadilan bercorak administratif yang bersifat mengatur ( administrative regulation ). c. Kebebasan pengadilan. Pada juridictio contentiosa, pengadilan hanya memerhatikan dan menerapkan apa yang telah ditentukan oleh undang-undang dan tidak berada di bawah pengaruh atau tekanan pihak manapun. Pengadilan hanya menerapkan ketentuan hukum positif. Sedangkan pada juridictio voluntaria, pengadilan selalu memiliki kebebasan menggunakan kebijaksanaan yang dipandang perlu untuk mengatur suatu hal. 6
12 d. Kekuatan mengikat keputusan pengadilan. Pada juridictio contentiosa, putusan pengadilan hanya mempunyai kekuatan mengikat pihak-pihak yang bersengketa. Sedangkan pada juridictio voluntaria, putusan pengadilan mempunyai kekuatan mengikat terhadap semua orang. Berkaitan dengan permohonan, pengadilan negeri Jakarta Selatan dalam Penetepan Pengadilan Negeri Selatan No / Pdt.P /2012 / PN.Jak.Sel. tanggal 16 Juli 2013 telah menyimpulkan dalam pertimbangannya bahwa unsur-unsur yang harus dipenuhi suatu perkara yang diajukan melalui permohonan adalah : a. Masalah yang diajukan bersifat kepentingan sepihak semata ( for the benefit of one party only); b. Permasalahan yang dimohonkan penyelesaian kepada Pengadilan Negeri, pada prinsipnya tanpa sengketa dengan pihak lain (without disputes or differences with another party); c. Tidak ada orang lain atau pihak ketiga yang ditarik sebagai lawan, tetapi bersifat ex parte artinya benar-benar murni dan mutlak satu pihak tanpa menarik pihak lain sebagai lawan ; d. Kewenangan itu hanya terbatas sampai pada hal-hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan yang bersangkutan; e. Tidak menimbulkan akibat hukum baru. Sudikno Mertokusumo (1982: 4) menambahkan: perbuatan hakim dalam peradilan yang tidak sesungguhnya lebih merupakan perbuatan di bidang administratif, sehingga putusannya merupakan suatu penetapan ( ps. 272 RBg, ps. 236 HIR ). Bagi peradilan volunter pad umumnya tidak berlaku peraturan tentang 7
13 pembuktian dari BW buku IV. Demikian pula, RBg dan HIR pada umumnya hanya disediakan untuk peradilan contentieus. Penyelesaian perkara dalam peradilan contentieus disebut putusan, sedangkan penyesaian perkara peradilan volunter disebut penetapan. Demikian juga yang dikemukakan oleh Asep Iwan Iriawan ( 2010 : 6 ), permohonan ( Juridictio voluntaria ) adalah tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan penetapan. Penetapan atas permohonan merupakan keputusan pengadilan tingkat pertama dan terakhir, yang tidak dapat dimohonkan banding (Yahya Harahap, 2008 : 42 43). Keputusan Pengadilan Agama yang berbentuk penetapan yang berawal dari adanya permohonan yang sesuai dengan pengertian permohonan dan penetapan sebagai diuraikan di muka, sangat jelas pada penetapan-penetapan Pengadilan Agama, sebagai contoh berikut: a. Penetapan Pengangkatan Anak. 1). Penetapan Pengadilan Agama Slawi Nomor 0070 / Pdt.P / 2010 / PA.Slw tertanggal 29 Desember ). Penetapan Pengadilan Agama Pasuruan Nomor 08 / Pdt.P /2011 /PA. Pasuruan tertanggal 15 Maret ). Penetapan Pengadilan Agama Baturaja Nomor 15 /Pdt.P /2011 / PA.BTA tertanggal 27 Juni ). Penetapan Pengadilan Agama Kotamobagu Nomor 01 / Pdt. P / 2012 / PA.Ktg tertanggal 20 Pebruari ). Penetapan Pengadilan Agama Denpasar Nomor 08 / Pdt.P /2011 / 8
14 PAD tertanggal 30 Maret b. Penetapan dispensasi nikah / perkawinan. 1). Penetapan Pengadilan Agama Wonosobo Nomor 234 /Pdt.P / 2011 / PA Wns tertanggal 15 Maret ). Penetapan Pengadilan Agama Pangkalan Kerinci Nomor 01 /Pdt.P / 2012 / PA.Pkc tertanggal 2 Februari ). Penetapan Pengadilan Agama Bandung Nomor. 14 / Pdt,P /2014 / PA.Badg tertanggal 6 Februari c. Penetapan ahli waris. 1). Penetapan Pengadilan Agama Sekayu Nomor 03 / Pdt.P / 2011 / PA.Sky tertanggal 9 Mei ). Penetapan Pengadilan Agama Denpasar Nomor / Pdt.P / 2014 / PA.Dps tertanggal 30 Januari ). Penetapan Pengadilan Agama Badung Nomor / Pdt.P / 2014 / PA.Bdg tertanggal 2 Juni d. Penetapan wali. 1). Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Nomor. 11 / Pdt.P /2010 / PA.JP tertanggal 1 Maret ). Penetapan Pengadilan Agama Jakarta Pusat Nomor. 54 /Pdt.P / 2010 /PA.JP tertanggal 28 Juli ). Penetapan Pengadilan Agama Tanjung Balai Karimun Nomor. 002 / Pdt.P / 2012 / PA.TBK tertanggal 29 Februari ). Penetapan Pengadilan Agama Denpasar Nomor / Pdt.P /2013 / 9
15 PA.Dps tertanggal 28 Maret ). Penetapan Pengadilan Agama Banyuwangi Nomor / Pdt.P / 2015 / PA.Bwi tertanggal 17 Juni Namun demikian, terdapat keputusan keputusan pengadilan agama dalam bentuk penetapan, sebagai hasil akhir dari suatu proses beracara di pengadilan agama yang diawali dengan permohonan, yang tidak memenuhi kriteria sebagaimana terurai di atas. Pengadilan Agama mengenal dua macam penyelesaian perceraian, yaitu cerai gugatan cerai dan cerai talak. Gugatan cerai diajukan oleh pihak perempuan / istri, sedangkan cerai talak diajukn oleh laki-laki / suami. Kalau dicermati secara mendalam, baik gugatan cerai maupun cerai talak yang diterima, diperiksa dan diputus oleh pengadilan agama sama-sama mengandung sengketa. Dalam prosesnya gugatan cerai diajukan melalui gugatan, sedangkan cerai talak diajukan melalui permohonan. Dalam proses beracara, dalam cerai talak yang diajukan melalui permohonan tersebut terdapat dua pihak, yaitu pihak pemohon dan termohon yang saling berhadapan. Padahal, secara teori proses pemeriksaan permohonan adalah secara ex parte, yaitu hanya ada satu pihak saja. Dalam pembuktian yang membuktikan hanya pemohon saja, namun dalam cerai talak kedua pihak dapat mengajukan pembuktian. Dalam pemohonan, tidak seluruh asas beracara perdata perlu ditegakkan, seperti asas memberi kesempatan yang sama (to give the same opportunity) dan asas audi et alteram partem (to hear other side), karena hanya ada satu pihak saja. Namun dalam cerai talak asas-asas tersebut tetap harus 10
16 ditegakkan. Dalam penetapan pengadilan sebagai hasil akhir proses persidangan tidak tersedia upaya hukum banding. Namun bagi penetapan sebagai hasil akhir proses persidangan, tetap tersedia upaya hukum banding. Contoh-contoh permohonan dalam cerai talak : 1). Penetapan Mahkamah Syari ah Bireun Nomor. 314 /Pdt.G / 2010 /MS Bir tertanggal 2 November ). Penetapan Pengadilan Agama Bontang Nomor. 59 /Pdt.G / 2012 / PA. Btg tertanggal 28 Februari ). Penetapan Pengadilan Agama Slawi Nomor / Pdt. G / 2012 / PA.Slw tertanggal 31 Agustus ). Penetapan Pengadilan Agama Kuala Kapuas Nomor. 287 / Pdt.G / 2012 / PA. K Kps tertanggan 15 APRIL ). Penetapan Pengadilan Agama Banjar Baru Nomor / Pdt.G / 2015 / PA. Bjb tertanggal 18 Maret
17 V. SIMPULAN Dari penetapan penetapan Pengadilan Agama dapat disimpulkan bahwa ada dua macam permohonan di Pengadilan yang bermuara pada Penetapan Pengadilan Agama, dengan prosedur yang berbeda yaitu: 1). Permohonan yang tidak mengandung sengketa, jalannya pemeriksaan secara ex parte, tanpa perlu memperhatikan asas memberi kesempatan yang sama dan asas audi et alteram partem, serta pembuktian secara sepihak. Proses berlangsung searah, dengan tidak ada proses jawabmenjawab antar pihak, yang dilanjutkan dengan pembuktian sepihak yang diakhiri dengan penetapan Pengadilan Agama. Terhadap penetapan pengadilan sebagai hasil akhir dari proses pemeriksaan di Pengadilan Agama tidak tersedia upaya hukum banding. 2). Permohonan yang mengandung sengketa, jalannya pemeriksaan dengan dua pihak yang saling berhadapan, dengan menerapkan semua asas-asas yang dituntut dalam suatu peradilan yang baik. Proses berlangsung dengan dua pihak, yang dimulai dengan jawab menjawab, dilanjutkan dengan pembuktian dengan memberi kesempatan kepada kedua belah pihak untuk mengajukan pembuktian yang diakhiri dengan penetapan Pengadilan Agama. Terhadap penetapan pengadilan sebagai hasil akhir dari proses pemeriksaan di Pengadilan Agama tersedia upaya hukum banding. Penetapan ini dapat diuji kembali di Pengadilan Tinggi Agama. 12
Ditulis oleh Administrator Kamis, 07 Oktober :57 - Terakhir Diperbaharui Kamis, 28 Oktober :12
KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA Pasal 49 Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN. 1. Pemohon : Suryani 2. Materi pasal yang diuji:
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 19/PUU-VI/2008 tanggal 13 Agustus 2008 atas Pengujian Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang
Lebih terperinciBAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA. peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan di ibu kota
37 BAB III PENGERTIAN UMUM TENTANG PENGADILAN AGAMA A. Pengertian Pengadilan Agama Pengadilan Agama (biasa disingkat: PA) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan Peradilan Agama yang berkedudukan
Lebih terperinciOleh Administrator Kamis, 15 Januari :42 - Terakhir Diupdate Rabu, 22 Desember :51
KOMPETENSI ABSOLUT PERADILAN AGAMA Kewenangan PA dari masa ke masa: Sebelum Kemerdekaan: Staatsblaad 1882 No. 152 tidak disebutkan secara tegas kewenangan PA, hanya disebutkan bahwa wewenang PA itu berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia berdasarkan pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Lebih terperinciBAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH
BAB IV MENGAPA HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA NOMOR 0091/ Pdt.P/ 2013/ PA.Kdl. TIDAK MENJADIKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI SEBAGAI DASAR HUKUM PUTUSAN Pengadilan Agama Kendal telah memeriksa dan memberi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Agama harus dikukuhkan oleh Peradilan Umum. Ketentuan ini membuat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebelum diberlakukan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam pasal 63 ayat (2) UU Nomor 1 Tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada dasarnya menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan gugatan adalah suatu tuntutan hak yang bertujuan memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan
Lebih terperinciPada prinsipnya asas pada Hukum Acara Perdata juga berlaku di PA Asas Wajib Mendamaikan Asas Persidangan Terbuka Untuk Umum, kec.
SUMBER HUKUM HIR / RBg UU No. 7 / 1989 ttg PA UU No. 3 / 2006 Revisi I UU PA UU No. 50 / 2009 Revisi II UU PA UU No. 14 / 1970 kekuasaan kehakiman UU No. 14 / 1985 ttg MA UU No. 1 / 1974 ttg Perkawinan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA
70 BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA A. Analisis Yuridis Terhadap Dasar Hukum Yang Dipakai Oleh Pengadilan Negeri Jombang
Lebih terperinciTENTANG DUDUK PERKARANYA
P U T U S A N Nomor : 7/Pdt.G/2010/PTA Smd BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Agama Samarinda yang mengadili perkara perdata pada tingkat banding
Lebih terperinciHUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN
HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN 1. Istilah dan pengertian - Hukum perdata materiil : hukum yang mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak dalam hubungan perdata - Hukum perdata formil : hukum acara
Lebih terperinciBAB III PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006
BAB III PENETAPAN HARTA BERSAMA DALAM PERMOHONAN IZIN POLIGAMI SETELAH ADANYA KMA/032/SK/IV/2006 A. Landasan Hukum Penetapan Harta Bersama Dalam Permohonan Izin Poligami Dalam Buku II Pedoman Teknis Administrasi
Lebih terperinciBERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1
BERACARA DI PENGADILAN AGAMA DAN PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI SYARIAH Oleh: Agus S. Primasta, SH 1 Abstraksi Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman, semua Pengadilan baik secara teknis
Lebih terperinciPengadilan Agama Cilacap
111. Rekapitulasi Perkara Penyelesaian perkara tahun 2015 adalah meliputi sisa perkara tahun lalu (2014) ditambah dengan perkara yang diterima pada tahun 2015. a. Sisa perkara pada tahun 2014 sejumlah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperincimelakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hamba- Nya melalui hasil pernikahan guna meneruskan kehidupan selanjutnya. Secara umum anak adalah seorang
Lebih terperinciEKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA. Drs. H. Masrum M Noor, M.H EKSEPSI
1 EKSEPSI KOMPETENSI RELATIF DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PERADILAN AGAMA Drs. H. Masrum M Noor, M.H I EKSEPSI Eksepsi (Indonesia) atau exceptie (Belanda) atau exception (Inggris) dalam istilah hukum acara
Lebih terperinciKuliah PLKH Oleh Fauzul A. Fakultas Hukum UPN Jatim 7 Maret /04/2013 1
Kuliah PLKH Oleh Fauzul A Fakultas Hukum UPN Jatim 7 Maret 2013 22/04/2013 1 Hukum Acara di Pengadilan Agama HIR/R.Bg UU No.7 tahun 1989 ttg Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dg UU No.3 tahun 2006
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL
39 BAB III PENERAPAN HAK EX OFFICIO HAKIM DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA BANGIL A. Sejarah Pengadilan Agama Bangil 1. Dasar Hukum Berdirinya Pengadilan Agama Bangil Tidak dapat diketahui
Lebih terperinciSEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu
1 SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu Pencabutan gugatan atau pencabutan perkara dalam perkara perceraian di Pengadilan Agama sering sekali dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi
13 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN A. Pengertian Kumulasi Gugatan Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi adalah pengumpulan; penimbunan; penghimpunan. 1 Kumulasi
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMAGRESIK NOMOR: 0085/ PDT.P/ 2012/ PA. G.S TENTANG PENETAPAN AHLI WARIS
BAB III DESKRIPSI HASIL PENELITIAN PUTUSAN PENGADILAN AGAMAGRESIK NOMOR: 0085/ PDT.P/ 2012/ PA. G.S TENTANG PENETAPAN AHLI WARIS A. Gambaran Umum Pengadilan AgamaGresik Gedung Pengadilan AgamaGresik sebagai
Lebih terperinciBAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENGAKUAN SEBAGAI UPAYA PEMBUKTIAN DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NO. 0758/PDT.G/2013 TENTANG PERKARA CERAI TALAK A. Analisis Yuridis Terhadap Pengakuan Sebagai
Lebih terperinciBAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN
BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KELAS IA CIMAHI NOMOR 4543/PDT.G/2016/PA.CMI TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN
BAB III PUTUSAN PENGADILAN AGAMA KELAS IA CIMAHI NOMOR 4543/PDT.G/2016/PA.CMI TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN KARENA MASIH TERIKAT PERKAWINAN DENGAN ISTRI PERTAMA A. Profil Pengadilan Agama Kelas IA Cimahi
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul
BAB IV PEMBAHASAN Dasar pertimbangan hakim dalam mengabulkan permohonan dispensasi nikah dibawah umur di Pengadilan Agama Bantul Dalam Pasal 7 ayat (1) UUP disebutkan bahwa perkawinan hanya dapat diberikan
Lebih terperinciMEWACANAKAN WALI ADHAL SEBAGAI PERKARA CONTENTIOUS
MEWACANAKAN WALI ADHAL SEBAGAI PERKARA CONTENTIOUS Oleh: Achmad Cholil, S.Ag (Hakim Pengadilan Agama Maninjau) PENDAHULUAN Perkara Wali Adhol menempati peringkat ke-8 dalam urutan perkara yang diterima
Lebih terperinciHUKUM ACARA PERADILAN AGAMA MUHAMMAD MUSLIH, SH, MH
HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA MUHAMMAD MUSLIH, SH, MH A. Pendahuluan Pada masa penjajahan Belanda hingga menjelang akhir tahun 1989, Pengadilan Agama di Indonesia exis tanpa Undang-Undang tersendiri dan
Lebih terperinciBAB III. DESKRIPSI PUTUSAN PA JOMBANG NO. 1433/Pdt.G/2008/PA. JOMBANG TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN
BAB III DESKRIPSI PUTUSAN PA JOMBANG NO. 1433/Pdt.G/2008/PA. JOMBANG TENTANG PEMBATALAN PERKAWINAN A. Kompetensi Pengadilan Agama Jombang 1. Kompetensi Absolut Wewenang mutlak adalah menyangkut pembagian
Lebih terperinciMengenal Sistem Peradilan di Indonesia
Mengenal Sistem Peradilan di Indonesia HASRIL HERTANTO,SH.MH MASYARAKAT PEMANTAU PERADILAN INDONESIA DISAMPAIKAN DALAM PELATIHAN MONITORING PERADILAN KBB, PADA SELASA 29 OKTOBER 2013 DI HOTEL GREN ALIA
Lebih terperinciPROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA DI PENGADILAN AGAMA
Tempat Pendaftaran : BAGAN PROSEDUR DAN PROSES BERPERKARA Pengadilan Agama Brebes Jl. A.Yani No.92 Telp/ fax (0283) 671442 Waktu Pendaftaran : Hari Senin s.d. Jum'at Jam 08.00 s.d 14.00 wib PADA PENGADILAN
Lebih terperinciPENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat Telp./Fax. (021) sd. 95
\ PENGADILAN AGAMA JAKARTA BARAT Jl. Pesanggrahan Raya No.32 Kembangan Jakarta Barat 11610 Telp./Fax. (021) 58352092 sd. 95 E-Mail: info@pa-jakartabarat.go.id ; Website: www.pa-jakartabarat.co.id A. Dasar
Lebih terperinciBAB III K E A D A A N P E R K A R A
BAB III K E A D A A N P E R K A R A A. PERKARA TINGKAT PERTAMA PADA PENGADILAN AGAMA SE JAWA BARAT 1. Keadaan Perkara Keadaan perkara tingkat pertama pada Pengadilan Agama se Jawa Barat, baik sisa perkara
Lebih terperinciPutusan di atas merupakan putusan dari perkara cerai talak, yang diajukan. oleh seorang suami sebagai Pemohon yang ingin menjatuhkan talak raj i di
79 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP TIDAK DITERAPKANNYA KEWENANGAN EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH SELAMA IDDAH DALAM PERKARA CERAI TALAK (STUDI PUTUSAN NOMOR:1110/Pdt.G/2013/PA.Mlg) Putusan di atas merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara di peradilan agama diatur oleh UU. No. 7 Tahun 1989 yang diubah oleh UU. No. 3 tahun 2006, sebagai pelaku kekuasaan kehakiman, peradilan agama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia pada umumnya tidak lepas dari kebutuhan baik jasmani maupun rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah SWT untuk
Lebih terperinciHUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA
1 HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA I. Pengertian, asas & kompetensi peradilan TUN 1. Pengertian hukum acara TUN Beberapa istilah hukum acara TUN, antara lain: Hukum acara peradilan tata usaha pemerintahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia yang merupakan negara yang terdiri dari berbagai etnis,suku, agama dan golongan. Sebagai salah satu negara terbesar di dunia, Indonesia merupakan negara
Lebih terperinciBAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1
54 BAB IV KEKUATAN YURIDIS PUTUSAN PENGADILAN AGAMA PURWOREJO NO. 0272/Pdt.G/2011/PA.Pwr. DENGAN PUTUSAN PENGADILAN TINGGI AGAMA SEMARANG NO. 224/ Pdt.G/2011/PTA.Smg. TENTANG CERAI TALAK A. Kekuatan Yuridis
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 49, 1989 (AGAMA. KEHAKIMAN. PERADILAN. Perkawinan. Perceraian. Warisan. Warganegara. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3400) UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciBAB III ASAS ULTRA PETITUM TERHADAP PERKARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO. 1. Keadaan Geografis dan Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama
BAB III ASAS ULTRA PETITUM TERHADAP PERKARA PRODEO DI PENGADILAN AGAMA SIDOARJO A. Sekilas tentang Pengadilan Agama Sidoarjo 1. Keadaan Geografis dan Wilayah Yuridiksi Pengadilan Agama Sidoarjo Pengadilan
Lebih terperinciHUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DISUSUN OLEH : MOHAMMAD FANDRIAN HADISTIANTO Definisi Hukum Acara Hukum acara adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan atau
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.
81 BAB IV ANALISIS HUKUM FORMIL DAN MATERIL TERHADAP PUTUSAN HAKIM TENTANG NAFKAH IDDAH DAN MUT AH BAGI ISTRI DI PENGADILAN AGAMA BOJONEGORO (Study Putusan Perkara No. 1049/Pdt.G/2011/PA.Bjn) A. Analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan adalah kekuasaan negara dalam menerima, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum dan keadilan. 1 Kekuasaan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG Nomor: 7 TAHUN 1989 Tentang PERADILAN AGAMA Tanggal: 29 DESEMBER 1989 (JAKARTA) LN 1989/49; TLN NO. 3400 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebijakan dan saling menyantuni, keadaan seperti ini lazim disebut sakinah.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah akad yang bersifat luhur dan suci antara laki-laki dan perempuan yang menjadi sebab sahnya sebagai suami istri dan dihalalkannya hubungan seksual
Lebih terperinciRUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI
RUMUSAN HASIL RAPAT PLENO KAMAR AGAMA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 03 S/D 05 MEI 2012 NO MASALAH JAWABAN 1. Putusan Pengadilan Agama tidak menerima gugatan Penggugat karena bukan termasuk
Lebih terperinci1. Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya :
Sabtu, 26 Pebruari 2011 15:06 Pemutakhiran Terakhir Rabu, 05 Pebruari 2014 10:35 PROSEDUR CERAI TALAK 1. Langkahlangkah yang harus dilakukan Pemohon / suami atau kuasanya : Mengajukan permohonan secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusiawi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keinginan untuk mempunyai anak adalah naluri manusiawi dan alamiah. Akan tetapi kadang-kadang naluri ini terbentur pada takdir Ilahi, dimana kehendak mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara, yang berpuncak pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 10 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang kekuasaan kehakiman, penyelenggaraan kekuasaan kehakiman di Indonesia dilaksanakan oleh empat lingkungan peradilan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin
BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman. memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengadilan Agama sebagai Badan Pelaksana Kekuasaan Kehakiman memiliki tugas pokok untuk menerima, memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan
Lebih terperinciPENETAPAN AHLI WARIS DAN P3HP /PERMOHONAN PERTOLONGAN PEMBAGIAN HARTAPENINGGALAN
PENETAPAN AHLI WARIS DAN P3HP /PERMOHONAN PERTOLONGAN PEMBAGIAN HARTAPENINGGALAN (Oleh : H. Sarwohadi, S.H.,M.H.,Hakim PTA NTB) I. Pendahuluan Pengadilan Agama di wilayah PTA NTB terkenal dengan banyaknya
Lebih terperinciBAB II. PERCERAIAN PASANGAN YANG MENIKAH di KUA dan KANTOR CATATAN SIPIL. Perceraian dalam istilah fiqih disebut t}ala>q atau furqah.
BAB II PERCERAIAN PASANGAN YANG MENIKAH di KUA dan KANTOR CATATAN SIPIL A. Perceraian 1. Pengertian perceraian Perceraian dalam istilah fiqih disebut t}ala>q atau furqah. T}ala>q berarti membuka ikatan,
Lebih terperinciBAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN
BAB II PERKAWINAN DAN PUTUSNYA PERKAWINAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN 2.1 Pengertian Perkawinan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN PA BANGKALAN DAN PTA SURABAYA TENTANG PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN TERUS MENERUS SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN
36 BAB III PUTUSAN PA BANGKALAN DAN PTA SURABAYA TENTANG PERSELISIHAN DAN PERTENGKARAN TERUS MENERUS SEBAGAI ALASAN PERCERAIAN A. Gambaran Umum Pengadilan Agama Bangkalan 1. Wilayah Yuridiksi Pengadilan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI, ISBAT NIKAH DAN PENETAPAN ANAK
61 BAB IV ANALISIS KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI, ISBAT NIKAH DAN PENETAPAN ANAK A. Analisis Terhadap Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Memutus Perkara Nomor: 0030/Pdt.G/2012/PA.Amb Dalam putusan yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM
57 BAB IV ANALISIS STUDI KASUS PUTUSAN HAKIM A. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Putusan N0.251/Pdt.G/2013 PA.Sda Dalam memutuskan setiap Perkara di dalam persidangan hakim tidak serta merta memutuskan perkara
Lebih terperinciBentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA)
Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 1 TAHUN 1974 (1/1974) Tanggal: 2 JANUARI 1974 (JAKARTA) Sumber: LN 1974/1; TLN NO. 3019 Tentang: PERKAWINAN Indeks: PERDATA. Perkawinan.
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PUTUSAN PA PURWODADI TENTANG KUMULASI GUGATAN. A. Analisis terhadap Putusan PA Purwodadi tentang Kumulasi Gugatan
40 BAB IV ANALISIS PUTUSAN PA PURWODADI TENTANG KUMULASI GUGATAN A. Analisis terhadap Putusan PA Purwodadi tentang Kumulasi Gugatan Cerai Dengan Harta Bersama. Berdasarkan hasil permusyawaratan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA
BAB III KEWENANGAN PERADILAN AGAMA A. Deskripsi Singkat Bab ini membahas tentang kewenangan peradilan agama. Pembahasan ini mempunyai arti penting karena sebelum diundangkannya UU Nomor 7 Tahun 1989 sering
Lebih terperinciSekitar Kejurusitaan
Sekitar Kejurusitaan (Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu) A. Pengertian Juru Sita Juru sita adalah salah satu pejabat yang bertugas di pengadilan agama, selain hakim, panitera dan
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BUKITTINGGI NOMOR:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt
BAB IV ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BUKITTINGGI NOMOR:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt A. Analisis Hukum Acara Peradilan Agama terhadap Pertimbangan Majelis Hakim tentang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
Lebih terperinciNOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Republik Indonesia, sebagai negara
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN
Lampiran I STANDAR PELAYANAN PERKARA PERMOHONAN 1. Pemohon menyampaikan permohonan kepada Ketua Pengadilan Agama Lamongan. Pengadilan Agama Lamongan mendaftarkan permohonan dalam buku register dan memberi
Lebih terperinciLex Privatum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013
KEWENANGAN PENGANGKATAN ANAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM 1 Oleh: Afri Aswari Lasabuda 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kewenangan dan penetapan pengangkatan
Lebih terperinciLangkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya :
Langkah-langkah yang harus dilakukan Pemohon (Suami) atau kuasanya : 1. a. Mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada pengadilan agama/mahkamah syar iyah (Pasal 118 HIR, 142 R.Bg jo Pasal
Lebih terperinciALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum
ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA Alat bukti adalah segala sesuatu yang oleh undang- undang ditetapkan dapat dipakai membuktikan sesuatu.
Lebih terperinciBAB III PENCABUTAN GUGATAN DALAM PERKARA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA TUBAN
BAB III PENCABUTAN GUGATAN DALAM PERKARA CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA TUBAN A. Sekilas Tentang Pengadilan Agama Tuban 1. Masa Sebelum Penjajahan Secara formal sebelum penjajahan, Pengadilan Agama Tuban
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg)
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP DISSENTING OPINION DALAM PUTUSAN PERKARA CERAI GUGAT (Studi Putusan Nomor 0164/Pdt.G/2014/PA.Mlg) A. Analisis Terhadap Deskripsi Dissenting Opinion Dalam Putusan Perkara
Lebih terperinciSetiap orang yang melaksanakan perkawinan mempunyai tujuan untuk. pada akhirnya perkawinan tersebut harus berakhir dengan perceraian.
BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN PUTUSAN PERCERAIAN ATAS NAFKAH ISTRI DAN ANAK DI PENGADILAN AGAMA JAKARTA UTARA DAN PENYELESAIANYA JIKA PUTUSAN TERSEBUT TIDAK DILAKSANAKAN A. Pelaksanaan Putusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkara dihitung membutuhkan berapa hari dari tanggal register hingga putusan dibacakan, lalu diambil rata-ratanya.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peradilan agama merupakan peradilan bagi orang-orang yang beragama islam. 1 Seperti halnya peradilan yang lain di Indonesia, pengadilan agama juga memiliki asas sederhana,
Lebih terperinciBAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT
BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT A. Dasar Hukum Hakim dalam Penerapan Pencabutan Cerai Gugat Pengadilan
Lebih terperinciBAB IV. rumah tangga dengan sebaik-baiknya untuk membentuk suatu kehidupan. tangga kedua belah pihak tidak merasa nyaman, tenteram dan mendapaatkan
58 BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PERTIMBANGAN HUKUM PENGADILAN AGAMA SIDOARJO DALAM MEMUTUSKAN PERCERAIAN PASANGAN YANG MENIKAH DUA KALI DI KUA DAN KANTOR CATATAN SIPIL NOMOR: 2655/PDT.G/2012/PA.SDA
Lebih terperinciBAB IV MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA. A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak
BAB IV ANALISIS YURIDIS HAK EX OFFICIO HAKIM TENTANG NAFKAH MUTAH DALAM PERKARA CERAI TALAK DI PENGADILAN AGAMA SURABAYA A. Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Menggunakan atau Tidak Menggunakan Hak Ex Officio
Lebih terperinciNomor: 0171/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA LAWAN
SALINAN PENETAPAN Nomor: 0171/Pdt.G/2010/PA.Spn. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Sungai Penuh yang memeriksa dan mengadili perkara perdata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk dilakukan dan apa yang dalam kenyataan dilakukan. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan bermasyarakat, tiap-tiap orang mempunyai kepentingan yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Kadangkadang kepentingan mereka itu
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN PERMOHONAN CERAI TALAK ANGGOTA TNI PENGADILAN AGAMA MALANG NO.737/PDT.G/2013/PA.MLG
BAB III PUTUSAN PERMOHONAN CERAI TALAK ANGGOTA TNI PENGADILAN AGAMA MALANG NO.737/PDT.G/2013/PA.MLG A. Kewenangan Pengadilan Agama Malang Pasal 10 Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 menetapkan empat jenis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang secara lahir dan batin telah siap menjalankannya. Tidak perlu ada rasa takut dalam diri setiap muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan berkeluarga terjadi melalui perkawinan yang sah, baik menurut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan berkeluarga terjadi melalui perkawinan yang sah, baik menurut hukum agama maupun ketentuan undang-undang yang berlaku. Dari sini tercipta kehidupan yang harmonis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan perkara di lingkungan peradilan agama, khususnya di pengadilan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelesaian perkara di lingkungan peradilan agama sebagaimana lingkungan peradilan lainnya tidak hanya dilakukan oleh hakim sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan adalah kekuasaan negara dalam menerima, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menyelesaikan perkara untuk menegakkan hukum dan keadilan. 1 Kekuasaan
Lebih terperinciKecamatan yang bersangkutan.
1 PENCABUTAN PERKARA CERAI GUGAT PADA TINGKAT BANDING (Makalah Diskusi IKAHI Cabang PTA Pontianak) =========================================================== 1. Pengantar. Pencabutan perkara banding dalam
Lebih terperinciWawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan. (Dra. Muhayah, SH) : Apakah pewarisan terhadap anak angkat berdasarkan penetapan
Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan (Dra. Muhayah, SH) : Apakah pewarisan terhadap anak angkat berdasarkan penetapan nomor : 171/Pdt.P/2009/PA.JS diperkenankan? : tidak,anak angkat
Lebih terperinci2002), hlm Ibid. hlm Komariah, Hukum Perdata (Malang; UPT Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang,
Pendahuluan Perkawinan merupakan institusi yang sangat penting dalam masyarakat. Di dalam agama islam sendiri perkawinan merupakan sunnah Nabi Muhammad Saw, dimana bagi setiap umatnya dituntut untuk mengikutinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. formil. Sebutan hukum acara perdata lebih lazim dipakai daripada hukum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum acara perdata bisa disebut juga dengan hukum acara perdata formil. Sebutan hukum acara perdata lebih lazim dipakai daripada hukum perdata formil. Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 2 Undang-Undang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu hal yang terpenting di dalam realita kehidupan umat manusia. Perkawinan dikatakan sah apabila dilaksanakan menurut hukum masingmasing agama
Lebih terperinciDERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 )
DERDEN VERZET (Oleh : Drs. H. M. Yamin Awie, SH. MH. 1 ) BAB I PENDAHULUAN Sebelum diundangkannya Undang-undang Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 Tentang Peradilan Agama,
Lebih terperincigugatan/permohonan bagi orang-orang beragama Islam. Dalam pengajuan perkara di Pengadilan Agama, penggugat/pemohon dapat mendaftarkannya ke
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang dasar 1945 menegaskan bahwa Indonesia adalah negara hukum. Sesuai dengan ketentuan tersebut, maka dengan adanya salah satu prinsip negara hukum
Lebih terperinciPENGAJUAN GUGATAN by Fauzul. FH UPN JATIM 22 Maret 2013
PENGAJUAN GUGATAN by Fauzul FH UPN JATIM 22 Maret 2013 Free Powerpoint Templates Page 1 PEMBAHASAN PENGERTIAN GUGATAN PENGGABUNGAN GUGATAN KOMPETENSI ABSOLUT DAN RELATIF UPAYA MENJAMIN HAK Free Powerpoint
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam perjalanan hidupnya pasti akan mengalami peristiwa hukum dan perbuatan hukum. Peristiwa hukum pada hekekatnya adalah kejadian, keadaan atau
Lebih terperinciSTANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA
STANDAR PELAYANAN PADA BADAN PERADILAN AGAMA (KMA Nomor 026/KMA/SK/II/2012) A. Dasar Hukum 1. HIR/Rbg 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan 3. Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Lebih terperinciPANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?
PANDUAN WAWANCARA Mediator: 1. Apa saja model-model Pendekatan Agama dalam proses mediasi terhadap perkara perceraian? a. Bagaimana cara menerapkan model-model pendekatan agama dalam proses mediasi terhadap
Lebih terperinciBAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN
BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN A. Mahkamah Agung dalam Sistem Peradilan Agama di Indonesia
Lebih terperinciP U T U S A N. Nomor 1745/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. Melawan
SALINAN P U T U S A N Nomor 1745/Pdt.G/2014/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Pasuruan yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada
Lebih terperinci