EKRANASI SASTRA SEBAGAI MEDIA PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EKRANASI SASTRA SEBAGAI MEDIA PEMBENTUK KARAKTER BANGSA"

Transkripsi

1 EKRANASI SASTRA SEBAGAI MEDIA PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Asri Bariqoh Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sampang Abstract Film is medium of communication. This technological advances shows the ilm of ecranisation product. Ecranisation is a process of transforming novel into a ilm. Through ecranisation a novel can be alive and can be enjoyed by people. This transforming doesnt make the value of ilm lower than the novel, but equal. This is because Indonesian people more interested in watching ilm rather than reading a novel. Therefore, the ilm can be used as a way to build Indonesian character, because ilm can be a medium for children education or people in need. The ilmmakers made ecranisation for a good novel or had been bestseller. Than the ilms contain characters that can build the value of Indonesian nation. So that the ilm functions as an educational tool and a builder of the nations characters can be achieved. There are some ecranisation ilms that impact in building the nations characters, they are Ayat- ayat Cinta (2008), Laskar Pelangi (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Negeri 5 Menara (2012), serta Soekarno: Indonesia Merdeka (2013) ilms. Keywords: ilm, media transforming, ecranisation, simulation Abstrak Film merupakan media komunikasi. Kemajuan Teknologi ini memunculkan ilm hasil ekranasi. Ekranasi adalah proses pengalihwahanaan novel menjadi ilm. Melalui ekranasi novel menjadi hidup dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Pengalihwahanaan ini tidak membuat tata nilai ilm lebih rendah daripada novelnya, melainkan tetap sejajar. Ini karena masyarakat Indonesia lebih tertarik untuk menonton ilm daripada membaca novel. Oleh sebab itu, ilm dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk membentuk bangsa Indonesia yang berkarakter, karena ilm dapat menjadi media pendidikan bagi anak- anak ataupun orang yang membutuhkan. Ekranasi dilakukan oleh sineas terhadap novel berkualitas maupun best seller. Dengan demikian ilm mengandung nilai karakter yang dapat membangun bangsa Indonesia. Sehingga fungsi ilm sebagai alat pendidikan dan pembina karakter bangsa dapat tercapai. Ada beberapa ilm hasil ekranasi yang dianggap memiliki pengaruh dalam membentuk karakter bangsa, beberapa diantaranya adalah ilm Ayat- ayat Cinta (2008), Laskar Pelangi (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Negeri 5 Menara (2012), serta Soekarno: Indonesia Merdeka (2013). Kata kunci: ilm, alih wahana, ekranasi, simulasi Pendahuluan Film merupakan produk dari kemajuan media teknologi. Melalui ilm masyarakat dapat melihat dunia tanpa harus terhubung dengan dunia yang sebenarnya. Melalui ilm pula arus budaya dari luar dapat masuk dengan mudah. Hal ini tentu saja memberikan dampak positif dan juga negatif sekaligus. Namun, arus informasi melalui ilm tidak dapat dihindari. Ini karena ilm merupakan media yang menarik bagi masyarakat. Saat menonton ilm tidak hanya indera penglihatan saja yang dipakai, namun juga indera pendengaran dan perasaan. Kesatuan penggunaan indera ini tentunya menimbulkan kesan yang berbeda daripada ketika seseorang membaca. Saat membaca, baik karya sastra maupun berita, pembaca hanya dihadapkan pada lembaran kertas dengan kata yang dicetak. Indra yang digunakan pada saat membaca hanyalah penglihatan dan perasaan. Meskipun perasaan dapat menimbulkan imajinasi yang sama hebatnya dengan menonton ilm, namun tidak semua masyarakat memiliki ketertarikan untuk membaca. Masyarakat Indonesia memiliki ketertarikan yang besar pada gambar yang bergerak atau ilm. Ini membuktikan meskipun angka kemampuan literasi yang dimiliki orang Indonesia 206

2 -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra IIItinggi, namun mereka lebih tertarik pada kegiatan menonton ilm. Hal ini dikuatkan dengan yang diungkapkan Heryanto (2015:281) bahwa meskipun Indonesia memiliki melek huruf di atas 90%, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang lebih menyukai komunikasi lisan. Hal ini membuktikan alasan masyarakat Indonesia lebih tertarik dengan media gambar bergerak dibandingkan dengan kata yang dicetak. Kenyataan ini dimanfaatkan oleh para sineas. Sejak tahun 2000-an sineas Indonesia mulai melirik novel Indonesia untuk dialihwahanakan ke dalam ilm. Alih wahana pada dasarnya adalah pengubahan dari satu jenis kesenian ke jenis kesenian lain (Damono, 2012:1). Alih wahana dapat terjadi pada cerita rekaan maupun novel biogra i yang diubah menjadi drama, tari, maupun ilm. Begitu pula sebaliknya. Dalam alih wahana akan terjadi perubahan, sehingga tampak perbedaan antara karya dengan karya hasil alih wahana. Salah satu bagian dalam alih wahana tersebut adalah ekranasi. Ekranasi berasal dari bahasa Perancis l ecran yang berarti layar. Ekranasi merupakan pengubahan novel ke dalam ilm yang menjadi bagian dari alih wahana (Damono, 2012:85). Hal ini senada dengan Eneste (1991:60) yang menyatakan ekranasi adalah pelayarputihan atau pemindahan atau pengangkatan sebuah novel ke dalam ilm. Ekranasi menjadikan novel menjadi hidup dan dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Ekranasi, atau dalam hal ini pengalihwahanaan novel ke dalam ilm tidak membuat karya yang satu dengan karya hasil alih wahana lebih baik dari sebelumnya. Wardana menilai antara karya sastra dengan ilm memiliki kesejajaran (Suaka, 2013:3). Nilai kesejajaran yang dimaksud berkaitan dengan tata nilai yang dikembangkan kedua karya tersebut. Novel memberikan nilai kehidupan kepada pembacanya dalam berbagai cara lewat peranan tokoh-tokoh yang dihadirkan. Demikian pula ilm, nilai kehidupan dihadirkan dan diperankan oleh aktor dan dapat dilihat langsung secara isik dan audio. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa masyarakat Indonesia lebih tertarik untuk menonton ilm daripada membaca novel. Selain itu waktu yang digunakan untuk menonton juga lebih terbatas daripada membaca novel yang membutuhkan waktu sampai sehari maupun beberapa hari. Oleh sebab itu, ilm dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk membentuk bangsa Indonesia yang berkarakter, karena ilm dapat menjadi media pendidikan bagi anak- anak ataupun orang yang membutuhkan. Film yang ditonton oleh masyarakat dapat mempengaruhi tingkah laku dan kehidupan mereka. Film juga dapat meyakinkan kepada masyarakat penontonnya tentang makna dan informasi yang ingin disampaikan. Pembahasan Film merupakan media massa. Film merupakan jenis kesenian gambar bergerak yang ditonton di layar (Damono, 2012:90). Saat menonton ilm, orang akan melihat gerakan, suara, dan musik. Ini merupakan cara ilm melakukan komunikasi verbal dengan cara mengomunikasikan hal yang ingin disampaikan melalui metafora, citra, lambang, dan musik. Ini adalah kelebihan ilm, karena penonton diajak untuk ikut merasakan apa yang dialami oleh tokoh. Namun yang perlu diingat, keberhasilan suatu ilm tergantung kepada sutradara. Sutradara terlibat secara utuh dalam proses pembuatan ilm, termasuk praproduksi dan pasca produksi. Selanjutnya sutradara, sebagai sineas mulai melirik untuk mengangkat novel menjadi ilm. Pengalihwahanaan novel ke dalam ilm atau biasa disebut dengan ekranasi, ikut menarik minat masyarakat Indonesia. Seperti diketahui, durasi dalam ilm tidak sama dengan durasi yang dihabiskan saat membaca novel. Oleh sebab itu ada perbedaan antara novel dan ilm sebagai hasil alih wahana. Adegan dalam ilm disesuaikan dengan alur yang dibuat. David O. Selznick, seorang produser ilm merumuskan metode pembuatan ilm dengan apa yang disebut Selznick approach atau pendekatan Zelnich (Irwansyah, 2009:44). Cerita dipenggal dengan ketelitian yang tinggi, plot cerita disusun ulang sedemikian rupa, hingga ilm hadir dengan penceritaan lengkap dari awal sampai akhir rata- rata dengan durasi satu sampai tiga jam. 207

3 Sebenarnya ekranasi di Indonesia sudah terjadi sebelum tahun 1990-an. Namun sempat mengalami kemunduran, dan baru bangkit kembali tahun 2000-an. Hal ini mengindikasikan ekranasi bukanlah hal yang baru di kalangan sineas. Bahkan dalam sejarah sinema dunia, ilm- ilm Hollywood 90% merupakan ilm- ilm yang tercipta dari proses ekranasi. Salah satu contoh ekranasi dalam sejarah ilm Indonesia yang dikenal oleh masyarakat luas adalah ilm Lupus, Kejarlah Daku Kau Kujitak (1987) Film ini disutradarai oleh Achiel Nasrun berdasarkan novel Lupus karya Hilman Hariwijaya. Kehadiran Lupus pada masanya mempengaruhi gaya anak muda. Gaya rambut serta kebiasaan Lupus mengunyah permen karet sempat menjadi tren. Ini menunjukkan ilm memiliki pengaruh yang besar pada masyarakat. Melalui ilm penonton dapat melihat dengan langsung kejadian yang dialami tokoh dan seakan-akan ikut hadir dalam peristiwa tersebut. Ini karena dunia yang digambarkan dalam ilm dibuat senyata dengan aslinya. Sehingga penonton tidak dapat membedakan kembali mana dunia khayalan dan mana dunia realitas. Bukti bahwa ilm begitu memiliki pengaruh terhadap kehidupan masyarakat adalah ilm Pengkhianatan G 30 September yang wajib ditayangkan di TVRI pada masa pemerintahan Orde Baru. Melalui penayangan ilm ini setiap tanggal 30 September, pemerintah ingin mengingatkan dan menunjukkan kepada masyarakat tentang kekejaman PKI dan betapa komunisme tidak sesuai dengan ideologi Pancasila. Pada dasarnya ini merupakan bentuk propaganda yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Melalui propaganda ini pemerintah ingin meredam gejolak yang terjadi di masyarakat. Jadi, seperti halnya karya sastra, ilm dibuat dengan tujuan tertentu. Sastra berfungsi untuk memperhalus jiwa dan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk berpikir dan berbuat demi pengembangan dirinya dan masyarakat serta mendorong orang untuk menerapkan moral yang baik dan luhur dalam kehidupan dan menyadarkan manusia akan tugas dan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan memiliki kepribadian yang luhur. Adapun fungsi ilm berdasarkan Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi tahun 1995 adalah: ilm dan televisi tidak semata-mata dagangan, tetapi merupakan alat pendidikan dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi yang dapat menyumbangkan darmabaktinya dalam menggalang kesatuan dan persatuan nasional, membina nation dan character building mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila, (Imanjaya, 2006:18). Berdasarkan fungsi ilm, diharapkan ekranasi dapat membantu membentuk karakter bangsa Indonesia. Jadi selain memberikan hiburan, ilm dapat menjadi sarana pembentuk karakter bangsa. Tentunya karya hasil ekranasi yang dimaksud bukanlah karya yang sembarangan, namun karya yang berasal dari novel best seller maupun novel biogra i yang sedang marak saat ini. Selain Lupus, ada beberapa novel yang dianggap memiliki pengaruh dalam membentuk karakter masyarakat, beberapa diantaranya adalah: ilm Ayat- ayat Cinta (2008), Laskar Pelangi (2008), Perempuan Berkalung Sorban (2009), Negeri 5 Menara (2012), serta Soekarno: Indonesia Merdeka (2013). Film Ayat- ayat Cinta yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo diangkat dari novel best seller karya Habiburrahman El Shierazy. Namun dalam kajian ini tidak akan dibahas kelebihan dan kekurangannya. Seperti diketahui ilm ini menceritakan tentang Fahri, mahasiswa Indonesia dan Aisyah yang bertemu di Mesir. Selain menggambarkan suasana Mesir, ilm tersebut juga menceritakan kehidupan disana. Sejak kemunculannya, ilm ini menarik sebanyak 3,7 juta penonton. Animo masyarakat ini membuat sineas mulai melirik untuk memroduksi ilm dengan genre yang sama. Namun dibalik animo masyarakat, mereka yang pernah membaca novel Ayatayat Cinta sebelumnya, merasa kecewa. Ini karena penggambaran Fahri yang sempurna dalam angan- angan mereka tidak terwujud. Selain itu ada beberapa tokoh dan alur yang tidak ada dalam ilm tersebut.

4 Ketidaksamaan antara versi novel dan ilmnya sengaja dilakukan untuk membangun alur dan memadatkan cerita. Tetapi kajian ini tidak membahas tentang hal tersebut karena titik utama kajian ini adalah nilai yang terdapat dalam ilm. Ada beberapa nilai yang dapat diambil dari ilm hasil ekranasi tersebut. Salah satunya adalah sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik antara laki-laki dan perempuan. Sopan santun yang tampak dalam ilm ini adalah rasa hormat Fahri kepada guru dan orangtuanya yang berada di Indonesia. Saat mengalami kebimbangan, dia tidak segan mendiskusikan masalah yang dihadapinya kepada guru serta ibunya. Sikap Fahri ini diharapkan mampu menanamkan pengetahuan akan pentingnya bertukar pikiran. Sehingga saat menemukan masalah dalam hidup, mereka tidak patah semangat. Selain itu, melalui penggambaran tata cara pergaulan mahasiswa Mesir, diharapkan dapat memperbaiki dan mengembalikan citra masyarakat sebagai masyarakat timur yang sopan dan santun. Film ini kaum muda muslim yang akrab dengan mall untuk melihat representasi diri mereka dan orang yang mereka dambakan. Penyajian citrapun terbebas dari adegan- adegan seks, kekerasan, humor jorok, dan takhayul yang menjadi sajian dalam industri ilm Indonesia (Heryanto, 2015:80). Tidak hanya ilm Ayat- ayat Cinta, ilm Perempuan Berkalung Sorban juga memiliki nilai yang dapat diambil untuk mengembangkan karakter bangsa. Meskipun dari awal kemunculan ilm ini telah menimbulkan polemik di kalangan pemuka agama. Film ini dianggap menjelekkan agama Islam. Selain itu, sikap tokoh perempuan yang menentang tradisi dianggap tidak patut untuk ditampilkan. Namun dibalik semua polemik tersebut, ada hal yang ingin dimunculkan. Abiedah El Khaliqie selaku penulis novel yang judulnya sama dengan ilmnya serta Hanung Bramantyo selaku sutradara ingin menunjukkan realitas yang ada di masyarakat. Film ini merepresentasikan tentang kehidupan tokoh Annisa yang mengalami KDRT. Adapun tindakan yang dapat dilakukan saat perempuan terintimidasi adalah melawan. Heryanto (2015:95) menambahkan kisah tentang penindasan terhadap perempuan sudah banyak di ilm Indonesia. Namun korban perempuan yang tidak menyerah dan melawan balik sangat langka. Ini menunjukkan bahwa ilm Perempuan Berkalung Sorban merupakan angin segar bagi perempuan untuk bangkit dari ketertindasan. Melalui ilm ini ditunjukkan pula bahwa perempuan memiliki kemampuan yang sama dengan laki- laki. Ini terlihat dari tokoh Annisa dalam adegan menunggang kuda dengan memakai sorban. Selanjutnya Annisa membuang sorban tersebut. Sorban adalah selembar kain segi empat yang dipakai oleh laki-laki. Dengan membuang sorban, maka ada nilai ideologi yang ingin ditanamkan kepada kaum perempuan, bahwa perempuan memiliki derajat yang sama dengan laki-laki. Perempuan dapat melakukan apa yang dilakukan oleh laki-laki, dan perempuan dapat keluar dari kungkungan laki-laki. Tidak hanya ilm yang membahas realitas kehidupan masyarakat yang menarik. Film tentang anak- anak juga mampu menarik masyarakat. Ini dibuktikan dengan jumlah penonton ilm Laskar Pelangi besutan Riri Riza tahun 2008 yang mencapai 4,6 juta orang. Selain itu ilm Negeri 5 Menara besutan Affandi A. Rachman tahun 2012 mampu menyedot masyarakat. Kedua ilm ini merupakan hasil ekranasi dari novel dengan judul yang sama. Novel Laskar Pelangi ditulis oleh Andrea Hirata, sedangkan Negeri 5 Menara ditulis oleh A. Fuadi. Kedua ilm samasama menceritakan kehidupan sekelompok anak yang berani bermimpi untuk meraih cita- cita mereka. Melalui Laskar Pelangi penonton disuguhkan dengan sekolah yang hampir ditutup karena kekurangan murid dan fasilitas yang jauh dari memadai. Namun dengan ketelatenan Bu Mus, wali kelas mereka serta tekad yang bulat untuk maju, membuat anak- anak ini maju. Begitu pula dalam ilm Negeri 5 Menara. Meskipun berlatar pondok pesantren, namun ilm ini berbeda dengan ilm Perempuan Berkalung Sorban. Di ilm ini diceritakan sekelompok anak yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang bertemu dan belajar di Pondok Pesantren Modern Gontor. Selama belajar di pesantren mereka memupuk mimpi. Melalui mimpi dan semboyan mereka Man Jadda Wa Jada mereka dapat meraih cita- cita mereka. 209

5 Berdasarkan kesamaan mencapai-cita- cita ini, maka ilm Laskar Pelangi dan ilm Negeri 5 Menara memiliki nilai yang dapat digunakan untuk membentuk karakter anak. Beberapa diantara nilai tersebut adalah nilai sosial, sehingga anak akan memiliki pergaulan yang luas. Nilai- nilai tersebut adalah nilai persahabatan, tolong menolong, perjuangan dan pengorbanan, serta pantang menyerah. Tidak ada yang tidak mungkin apabila mau berusaha. Cerita dalam kedua ilm ini mudah untuk diikuti oleh orang dewasa maupun anak- anak. Ini menunjukkan ilm dapat menjadi sumber belajar bagi anak maupun orang yang memerlukannya. Ia merupakan sumber informasi yang berisi hal- hal aktual dan dapat digunakan untuk berbagai kepentingan., sehingga penggunaannya perlu selektif (Said, 1985:148). Film, dengan demikian sebagai media massa dapat berfungsi sebagai transmisi nilai kepada masyarakat secara umum. Selain itu, ia dapat pula menjadi kontrol masyarakat tentang hal yang perlu dan tidak perlu tuk dilakukan. Melalui media audiovisual ini, pada akhirnya akan mengonstruksi perilaku dan pemikiran masyarakat. Selanjutnya ilm Soekarno: Indonesia Merdeka dengan sutradara Hanung Bramantyo juga merupakan ekranasi dari novel Kuantar ke Gerbang karya Ramadhan KH. Film ini menceritakan perjalanan hidup Soekarno dari remaja hingga mencapai kemerdekaan Indonesia. Film biogra i sejarah ini penting untuk ditonton agar masyarakat dapat menghormati dan mempelajari tokohtokoh yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Semboyan Jas Merah yang didengungkan oleh Ir. Soekarno cocok untuk mewakili hal ini. Selanjutnya dikatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya. Jadi melalui citra Soekarno dalam ilm ini masyarakat dapat mengenal dan belajar menghargai orang lain, terutama pahlawan dan orang yang berjasa dalam hidupnya. Citra dalam ilm lebih meyakinkan daripada fakta, karena melalui simulasi ini dunia tampak lebih sempurna. Hal ini seperti diungkapkan Jean Baudrillard bahwa karena pengaruh teknologi informasi ini, dunia yang dikenal sekarang bukanlah dunia yang sebenarnya. Semua adalah simulasi. dalam dunia simulasi, bukan realitas yang menjadi cermin kenyataan, melainkan model-model (Hidayat, 2012:10). Simpulan Ekranasi terjadi karena perkembangan media. Selain menjadi media komunikasi, ekranasi merupakan salah satu cara untuk memberikan nilai edukasi kepada anak maupun orang yang membutuhkannya. Meskipun saat novel dialihwahanakan kedalam ilm memiliki perbedaan, namun ilm tetap sejajar dengan novel. Karena melalui ilm dunia digambarkan senyata dengan realitas. Melalui ekranasi ini transmisi nilai dapat sampai kepada masyarakat secara umum. Selain itu, ia dapat pula menjadi kontrol masyarakat tentang hal yang perlu dan tidak perlu untuk dilakukan. Contohnya ilm Pengkhianatan G 30 September yang bertujuan untuk mempengaruhi masyarakat dan meredam agar komunisme tidak tumbuh kembali. Adapun ekranasi yang dilakukan oleh sineas biasanya mempertimbangkan opini pasar, sehingga kebanyakan karya yang diekranasi merupakan karya yang berkualitas. Kenyataan ini memberikan bukti bahwa ekranasi menjadi salah satu media untuk membentuk karakter bangsa Indonesia. Dari beberapa ilm yang berasal dari hasil ekranasi, ada beberapa nilai yang dapat diambil yaitu nilai sopan santun, persahabatan, tolong menolong, perjuangan dan pengorbanan, pantang menyerah dan saling menghargai. 210

6 Daftar Pustaka Damono, Sapardi Joko Sastra Bandingan. Ciputat: Editum Alih Wahana. Ciputat: Editum. Eneste, Pamusuk Novel dan Film. Flores: Nusa Indah. -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- Heryanto, Ariel Identitas dan Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia. Diindonesiakan Eric Sasono. Jakarta: KPG. Hidayat, Medhy Aginta Menggugat Modernisme: Mengenali Rentang Pemikiran Postmodernisme Jean Baudrillard. Yogyakarta: Jalasutra. Imanjaya, Ekky A to Z about Indonesian Film. Mizan: Bandung. Irwansyah, Ade Seandainya Saya Kritikus Film Pengantar Menulis CV. Homerian Pustaka. Film. Yogyakarta: Said, Usman Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Depaartemen Agama. Suaka, I Nyoman Sastra Sinetron dalam Ideologi Budaya Populer. Denpasar: Udayana University Press. 211

BAB I PENDAHULUAN. Ismail dengan judul Lewat Djam Malam. Pada tahun 1950-an. film Indonesia bisa memasuki bioskop kelas 1 pada dekade 1950-an akhir.

BAB I PENDAHULUAN. Ismail dengan judul Lewat Djam Malam. Pada tahun 1950-an. film Indonesia bisa memasuki bioskop kelas 1 pada dekade 1950-an akhir. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Judul Tayangan Sepeda Untuk Shania Adaptasi dari buku kumpulan Cerpen Another Name, Another Story judul; Sepeda Untuk Shania. 1.2 Latar Belakang Film Indonesia mulai dibuat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi adalah pertukaran pesan verbal mau pun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. 1 Komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia dengan segala kompleks persoalan hidup sebagai objeknya, dan bahasa sebagai mediumnya. Peristiwa dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari lahirnya berbagai macam sastra yang tentu tidak terlepas dari peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi selama satu dekade ini sangatlah pesat khususnya komunikasi. Karena beberapa saat saja kita dapat berhubungan secara langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan. mengembangkan diri sebagai manusia Indonesia seutuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31, mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat kaitannya karena pada dasarnya keberadaan sastra sering bermula dari persoalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah film adalah film (Ajidarma, 2002:56). Film merupakan bentuk seni ekspresif berdasarkan persepsi, sikap, pandangan, dan tanggapan terhadap fenomena, baik berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

2015 MAKNA PERUBAHAN FAKTA CERITA PADA FILMISASI CERPEN JENDELA RARA KARYA ASMA NADIA

2015 MAKNA PERUBAHAN FAKTA CERITA PADA FILMISASI CERPEN JENDELA RARA KARYA ASMA NADIA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan di dunia perfilman saat ini sedang tidak berpihak kepada film lokal Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya dominasi film asing yang ditampilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam kebudayaannya. Situmorang (1995: 3) menjelaskan bahwa kebudayaan adalah sebuah jaringan makna yang dianyam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film

BAB I PENDAHULUAN. tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Film bukan lagi menjadi fenomena baru di ranah media massa. Dengan tampilannya yang audio visual, film sangat digemari oleh masyarakat. Film mampu merekonstruksi wacana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang 1 BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan ini akan diberikan gambaran mengenai latar belakang penelitian. Ruang lingkup penelitian dibatasi pada unsur intrinsik novel, khususnya latar dan objek penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman era globalisasi saat ini film semakin disukai oleh masyarakat. Film mempunyai daya tarik yang sangat tinggi bagi masyarakat. Dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang

BAB I PENDAHULUAN. para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin banyaknya film Indonesia yang bermunculan saat ini, membuat para rumah produksi film berlomba-lomba dalam meningkatkan mutu film, yang terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri perfilman di Indonesia mempunyai sisi kemajuan yang sangat pesat. Saat ini dunia perfilman di Indonesia sudah mampu menunjukkan keberhasilannya

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas

BAB I PENDAHULUAN. sudah terlanjur dewasa. Kebanggaan kita terhadap anak-anak tidak hanya sebatas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia anak merupakan sebuah dunia yang penuh keceriaan, sebuah surga dunia yang sulit diperoleh kembali, bahkan tidak akan pernah oleh mereka yang sudah terlanjur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para seniman sering melakukan hal tersebut dalam menciptakan karya sastra, misalnya pembuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra merupakan proses kreatif seorang pengarang terhadap realitas kehidupan sosial pengarangnya. Suatu karya sastra dapat dikatakan baik apabila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa. setiap pagi jutaan masyarakat mengakses media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi massa merupakan suatu bentuk komunikasi dengan melibatkan khalayak luas yang biasanya menggunakan teknologi media massa seperti surat kabar, majalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau

BAB I PENDAHULUAN. keinginannya. Hal inipun diatur dalam Undang-Undang Dasar Terdapat paham liberalisme dimana liber yang artinya bebas atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap manusia pada umumnya menginginkan kehidupannya berjalan dengan baik, sesuai dengan apa yang dikehendakinya, yang mana sesuai dengan arti sebuah kebebasan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang sangat membutuhkan informasi, untuk mendapatkan informasi itu maka dilakukan dengan cara berkomunikasi baik secara verbal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari media massa. Pada perkembangannya film dianggap sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari media massa. Pada perkembangannya film dianggap sebagai alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film sebagai media kedua dalam komunikasi sekunder merupakan salah satu bagian dari media massa. Pada perkembangannya film dianggap sebagai alat komunikasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film dalam perspektif praktik sosial maupun komunikasi massa, tidak dimaknai sebagai ekspresi seni pembuatnya, tetapi melibatkan interaksi yang kompleks

Lebih terperinci

INTISARI BAB I PENDAHULUAN

INTISARI BAB I PENDAHULUAN INTISARI Novel teenlit menjadi fenomena menarik dalam perkembangan dunia fiksi di Indonesia. Hal itu terbukti dengan semakin bertambahnya novel-novel teenlit yang beredar di pasaran. Tidak sedikit pula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi dan penghubung antar masyarakat sebagai manusia yang berpikir, berperasaan, dan berkinerja. Pikiran, perasaan, dan keinginan baru terwujud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial yang dapat bekerjasama serta berkomunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya. Dengan demikian manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menonton film merupakan kegemaran hampir semua orang dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menonton film merupakan kegemaran hampir semua orang dari berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menonton film merupakan kegemaran hampir semua orang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa, dan juga kalangan menengah kebawah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perfilman di indonesia dewasa ini berkembang sangat pesat. Film berfungsi sebagai sebuah proses sejarah atau proses budaya suatu masyarakat yang disajikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan aktivitas kehadiran orang lain. Menurut Johnson (1980, h. 181),

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan aktivitas kehadiran orang lain. Menurut Johnson (1980, h. 181), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Solidaritas merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan oleh manusia karena pada hakekatnya manusia itu sendiri merupakan mahkluk sosial yang membutuhkan aktivitas

Lebih terperinci

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com>

Diunduh dari <arielheryanto.wordpress.com> Melongok Identitas Kaum Muda Kota Lewat Layar about:reader?url=https://ruang.gramedia.com/read/1... ruang.gramedia.com Andina Dwifatma 7-9 minutes Mengkonsumsi budaya populer bukanlah sekadar upaya mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting.

Modul ke: Produksi Berita TV. Daya Pengaruh Siaran TV. Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Broadcasting. Modul ke: 11 Syaifuddin, Fakultas Ilmu Komunikasi Produksi Berita TV Daya Pengaruh Siaran TV S.Sos, M.Si Program Studi Broadcasting http://www.mercubuana.ac.id Daya Pengaruh Siaran TV Televisi saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi Indonesia secara makro telah makin membaik. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Deskripsi atau pemerian merupakan sebuah bentuk tulisan yang bertalian dengan usaha penulis untuk memberikan perincian-perincian dari objek yang sedang dibicarakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. berbagai kasus kekerasan seksual, free sex,dan semacamnya. Dengan semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media saat ini baik elektronik maupun cetak banyak disorot oleh banyak kalangan sebagai salah satu penyebab utama hancurnya moral umat manusia termasuk golongan remaja.

Lebih terperinci

Film yang mengupas proses pelestarian lingkungan. Film yang menceritakan pengabdian seorang pelestari bumi. Cara melestarikan lingkungan yang baik

Film yang mengupas proses pelestarian lingkungan. Film yang menceritakan pengabdian seorang pelestari bumi. Cara melestarikan lingkungan yang baik 1. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 7. TEKS ULASANLatihan Soal 7.3 Cermatilah teks berikut. Dalam rangka memperingati Hari Bumi Sedunia, sederet film asing mengenai lingkungan hidup diputar. Film-film

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa sebagai gambar hidup, yang juga sering disebut movie atau sinema. Film adalah sarana komunikasi massa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Film merupakan media komunikasi massa yang kini banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. Film mempunyai kekuatan mendalam untuk memberikan pengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang tampak pada dialog

BAB 1 PENDAHULUAN. budaya yang melatar belakanginya. Termasuk pemakaian bahasa yang tampak pada dialog BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam penyampaian pesan dan komunikasi, di zaman sekarang manusia tidak lagi harus bersusah payah untuk bertemu atau menggunakan alat komunikasi telegram.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah satu tayangan yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi sikap penontonnya, karena media televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film adalah gambar hidup yang sering disebut movie. Film secara kolektif sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata kinematik atau gerak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra

BAB I PENDAHULUAN. Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN Desain grafis pada awalnya hanya terbatas pada media cetak dwi matra saja. Karena perkembangan teknologi bahkan sudah masuk ke dunia multimedia (diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam hal ini lembaga pendidikan merupakan institusi yang dipandang paling BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas bukanlah proses yang mudah dan cepat tetapi diperlukan sarana yang tepat serta waktu yang tepat. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun

BAB I PENDAHULUAN. dapat melakukan komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa terdiri atas empat aspek, yaitu menyimak, berbicara membaca dan menulis.menulis merupakan kegiatan berbahasa yang memegang peranan penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan khazanah sastra Indonesia menunjukkan peningkatan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan khazanah sastra Indonesia menunjukkan peningkatan. Hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan khazanah sastra Indonesia menunjukkan peningkatan. Hal ini terlihat dari lahirnya berbagai ragam karya sastra. Keragaman karya sastra ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan

I. PENDAHULUAN. terjadi konflik-konflik yang akhirnya menyebabkan terjadinya perubahan jalan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan pengungkapan dari pragmen kehidupan manusia (dalam jangka yang lebih panjang) dan terjadi konflik-konflik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal penting bagi setiap insan manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telah mempengaruhi kehidupan kita tanpa disadari. Teknologi yang semakin canggih membuat media komunikasi juga berkembang dengan pesatnya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PEMILIHAN STUDI 1.1.1. Judul Perancangan Dalam pemberian suatu judul dalam perancangan dapat terjadinya kesalahan dalam penafsiran oleh pembacanya, maka dari itu dibuatlah

Lebih terperinci

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media

Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Ibu Rumah Tangga Melawan Televisi: Berbagi Pengalaman untuk Literasi Media Buku inspiratif yang mengulas peran perempuan untuk gerakan literasi media. Kaya akan pengalaman baru. Sayang, kurang jeli dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang setiap jamannya. Film adalah sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Respon merupakan suatu bagian yang menjadi indikator atau tolak ukur keberhasilan atau ketidakberhasilan atas sesuatu. Respon berasal dari kata response yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1

BAB I PENDAHULUAN. editing, dan skenario yang ada sehingga membuat penonton terpesona. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perfilman Indonesia pada saat ini adalah kelanjutan dari tradisi tontonan rakyat sejak masa trandisional, dan masa penjajahan sampai masa kemerdekaan.film adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia, baik lisan maupun tulisan yang menggunakan bahasa sebagai media pengantar dan memiliki nilai estetika yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebanyakan orang mendefinisikan karya sastra sebagai karangan dalam bentuk prosa tertulis yang hanya terdiri dari puisi, novel, cerpen, naskah drama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, pencerahan,

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 12 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI Masalah Masalah Sosial Dan Media Massa Heri Budianto.M.Si Program Studi Publik Relations http://mercubuana.ac.id Para akademisi dan praktisi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 77 BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif. Dengan metode deskriptif masalah yang terjadi dapat dipecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Susastra adalah seni ekspresi, yaitu ekspresi kehidupan. Bahan yang dipakainya adalah pengalaman. Tindakan, emosi, dan pikiran adalah tiga bagian besar kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan. Pendidikan pancasila dan kewarganegaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah untuk dicerna. Televisi secara universal juga mampu untuk menjangkau audiens 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu jenis media massa yang paling diminati oleh masyarakat karena keunggulannya dalam memanjakan masyarakat melalui kemampuan audio

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,

BAB I PENDAHULUAN. medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan medium yang lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik,

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Hanya dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan pesan dan maksud sebagai bagian dari tujuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. juga memberikan pengalaman dan gambaran dalam bermasyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan cerminan keadaan sosial masyarakat yang dialami pengarang, yang diungkapkan kembali melalui perasaannya ke dalam sebuah tulisan. Dalam tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak bisa apa apa di bawah bayang bayang kekuasaan kaum pria di zaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan. Wacana tentang perempuan ataupun feminis berkembang diseluruh dunia, baik di negara maju maupun negara berkembang. Perempuan mempunyai peran penting pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan. Mungkin dulu media massa lebih dominan kepada berita

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan. Mungkin dulu media massa lebih dominan kepada berita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar BelakangPenelitian Media massa saat ini sudah menjadi industri berkembang yang menguntungkan. Mungkin dulu media massa lebih dominan kepada berita yang memberikan informasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mengubah sebuah karya ke lain media merupakan proses pemindahan (transformasi) dari bentuk awal ke bentuk yang baru. Misalnya, dari syair menuju bentuk/rupa, dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi telah menjadi begitu lazim sehingga hampir tidak pernah memperhatikan apa itu televisi dan apa pengaruhnya. Televisi telah menciptakan sebentuk kemelekan huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra. karya sastra akan menjadi manusia berbudaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra memiliki sejumlah manfaat. Pertama, karya sastra mampu membuka pintu hati pembacanya untuk menjadi manusia berbudaya. Manusia berbudaya memiliki

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser

ABSTRAK. : Antonime, Film Pendek, Film Pendek Bisu, Pantomime, Produser 1 ABSTRAK Film pendek memiliki banyak genre mulai drama cerita, documenter, kartun, bisu, animasi, boneka, stop-motion, dll, dengan waktu yang pendek. Film ANTOMIME bergenre bisu atau silent movie. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur.

BAB I PENDAHULUAN. dan permasalahan yang ada pada manusia dan lingkungannya, Sastra merupakan. lukisan ataupun karya lingkungan binaan/arsitektur. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai hasil karya seni kreasi manusia tidak akan pernah lepas dari bahasa yang merupakan media utama dalam karya sastra. Sastra dan manusia sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa yang terdapat dalam karya sastra memiliki keunikan tersendiri. Begitu pun penggunaan bahasa dalam novel angkatan Balai Pustaka. Penulis novel angkatan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan

BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Film Senyap mengungkapkan bahwa komunis merupakan korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi saat peristiwa pemberantasan komunis 1965 yang dampaknya masih terasa

Lebih terperinci