BAB I PENDAHULUAN. Kasus Bank Century sangat menyita perhatian publik, setelah diberitakan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Kasus Bank Century sangat menyita perhatian publik, setelah diberitakan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kasus Bank Century sangat menyita perhatian publik, setelah diberitakan oleh media massa. Kasus ini mulai menjadi wacana publik ketika Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan adanya penyimpangan dalam pengucuran dana talangan (bail-out) sebesar Rp 6,7 triliun setelah melakukan audit terhadap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Pertarungan politik pun terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI) berkaitan dengan Kasus Bank Century antara partai politik pendukung Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono (SBY-Boediono) atau partai koalisi melawanpartai oposisi. Kasus Bank Century mulai masuk ke ranah politik dan merupakan suatu peristiwa politik yang selalu menarik perhatian media massa sebagai bahan liputan. Menurut Hamad (2004:1)terdapat dua faktor pendorong liputan politik menarik perhatian media massa. Pertama, dewasa ini politik berada di era mediasi (politics in the age of mediation), yakni ketika hampir mustahil kehidupan politik dipisahkan dari media massa. Aktor politik senantiasa berusaha menarik perhatian wartawan agar aktivitas politiknya memperoleh liputan dari media. Kedua, peristiwa politik dalam bentuk tingkah laku dan pernyataan para aktor politik lazimnya mempunyai nilai berita sekalipun peristiwa politik itu bersifat rutin belaka, misalnya rapat partai atau pertemuan seorang tokoh politik dengan para 1

2 pendukungnya. Apalagi jika peristiwa politik itu bersifat luar biasa seperti pergantian presiden ditengah masa jabatan dan pembubaran parlemen. Alhasil liputan politik senantiasa menghiasi berbagai media setiap harinya. Media massa merupakan saluran komunikasi yang menjangkau khalayak luas dan dapat mempengaruhi wacana publik (public opinion). Selain itu, media massa mempunyai fungsi administratif dan menguatkan bentuk-bentuk sosial yang sudah ada (Lazarfeld dalam Sardar, 2008:24). Lebih lengkap lagi, fungsi media massa adalah untuk memberikan status pada isu publik, organisasi dan pergerakan sosial dengan menyeleksi isu-isu itu kemudian didistribusikan ke berbagai lapisan publik. Satu dari banyak isu dipilih untuk didiskusikan dan ditonjolkan, dan satu atau dua wakil dari berbagai kelompok lobby diseleksi dalam rangka partisipasi media. Dalam pandangan kritis, media mempunyai kepentingan ekonomi, politik, dan ideologi dalam mengkonstruksi realitas dan isu termasuk politik. Artinya, ketika media massa menjalankan fungsinya tidaklah bisa lepas begitu saja memberitakan realitas atau isu-isu termasuk realitas dan isu politik. Hall (1982) mengemukakan bahwa realitas tidaklah secara sederhana dapat dilihat sebagai satu kumpulan fakta, tapi merupakan hasil ideologi atau pandangan tertentu. Definisi mengenai realitas itu diproduksi secara terus menerus melalui praktik bahasa (dalam konteks penelitian ini adalah berita) yang selalu bermakna sebagai pendefinisian secara selektif realitas yang hendak ditampilkan. Pemberitaan media massa sarat dengan kepentingan politik. Biasanya nuansa politis tersebut menampilkan dua kelompok tertentu yang dominan. 2

3 Konflik ini akan tampil di media massa berdasarkan cara pandang mereka terhadap realitas, latar belakang, dan ideologi media yang bersangkutan dan wartawan dalam meliput berita tersebut. Media bisa saja memiliki kecenderungan memihak salah satu dari kubu yang bertentangan tersebut atau bersikap netral. Namun selalu ada kelompok-kelompok yang dominan dalam pemberitaan, baik dari segi wawancara, pendapat, kutipan hingga pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Mereka menyebarkan ideologi-ideologi tertentu melalui media dengan menggusur gagasan kelompok lain. Media massa mempunyai agenda yang tersirat maupun tersurat yang diartikulasikan dalam wacana (discourse) dimana gagasan dan informasi didefinisikan dan direpresentasikan serta membentuk makna lebih di luar dari apa yang disajikannya (Waston, 1998). Dalam kaitan ini media menjadi arena wacana mengenai berbagai hal, dan dalam arena tersebut terjadi pertarungan untuk menguasai makna dari banyak partisipan, termasuk dari lingkungan media itu sendiri. Perbincangan media sebagai sebuah wacana tidak bisa dipisahkan dari saling keterkaitan antara bahasa yang digunakan di dalamnya, pengetahuan (knowledge) yang melandasinya, serta bentuk-bentuk kepentingan dan kekuasaaan (power) yang beroperasi di balik bahasa dan pengetahuan tersebut (Piliang, 2004; 70). Dalam konteks pertarungan wacana kasus Bank Century melalui pemberitaan media massa yang melibatkan para politisi dari dua kelompok berseberangan yakni partai politik pendukung pemerintah (koalisi) melawan partai politik oposisi. Kedua kelompok memperebutkan akses media yang bertujuan 3

4 membangun wacana kelompok-kelompok yang dominan. Bila mengacu pada sistem pers otoriter, maka dapat kita simpulkan bahwa kelompok dominan adalah partai-partai politik pendukung pemerintah. Pada sistem pers ini, pemerintah (negara) dapat melakukan kontrol dan intervensi terhadap pers, namun dalam sistem pers liberal, negara tidak dapat melakukan kontrol dan intervensi terhadap pers. Sehingga dalam pemberitaannya pers (media) sangat bergantung kepada berbagai kepentinganya. Pertarungan wacana politik antar kedua kelompok tersebut berlangsung di media massa. Media massa dijadikan kekuatan hegemonik untuk membangun penerimaan publik melalui pembentukan opini guna mendapat dukungan dan simpati publik dalam mendorong pengusutan skandal Kasus Bank Century. Tidak saja penerimaan publik, namun wacana-wacana politik Kasus Bank Century yang direpresentasikan melalui media massa bertujuan untuk mempengaruhi kekuatankekuatan politik antar partai di parlemen. Hal itu disadari oleh kelompokkelompok yang bertarung, karena wacana merupakan elemen taktis dalam kancah relasi kuasa (Foucault, 1990). Wacana politik Kasus Bank Century disadari sebagai alat kepentingan untuk membangun dominasi kekuasaan melalui pengetahuan. Kelompok partai koalisi khususnya Partai Demokrat dan pemerintah membangun wacana melalui media massa bahwa tindakan penyelamatan Bank Century sudah tepat sesuai dengan kondisi ekonomi yang ada saat itu. Seperti 4

5 disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa, semua proses bail-out Bank Century sudah sesuai prosedur dan standar operasional. 1 Demikian juga Mantan Gubernur Bank Indonesia yang saat ini Wakil Presiden Boediono menyatakan, keputusan pemberian dana talangan kepada Bank Century sudah tepat. Karena untuk menyelamatkan perekonomian nasional dari dampak krisis ekonomi global, yang mengakibatkan perekonomian Indonesia kekurangan likuiditas. 2 Sedangkan kelompok oposisi membangun wacana bahwa terdapat pelanggaran hukum dalam penyelamatan Bank Century dana bail-out sebesar Rp 6.7 triliun. Seperti yang disampaikan oleh Anggota Tim Pencari Fakta dari PDIP Eva Sundari hasil analisis tim pencari fakta PDIP menemukan sejumlah pelanggaran undang-undang dan keanehan. Salah satu keanehan itu adalah kebijakan itu ditandatangani jam pagi. Sementara itu aktor politik PDIP lainnya Gayus Lumbuun menyatakan ada tiga pihak yang harus diperiksa yakni Gubernur Bank Indonesia, Menteri Keuangan, dan Pemilik Century. 3 Berdasarkan wacana besar tersebut, kedua kelompok membangun wacanawacana lain dan saling serang melalui media massa. Media massa dijadikan kontetasi kekuasaan oleh kelompok-kelompok yang bertarung dalam Kasus Bank Century. Wacana-wacana dominan lainnya juga mengemuka dalam konteks pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa. Wacana-wacana tersebut menjadi dominan karena dibangun oleh kelompok-kelompok dominan 1 Kompas, Rabu 18 Nopember 2009 Angket Century-Mulai Muncul Ganjalan di DPR. 2 Kompas, Selasa 4 Mei 2010 Boediono Bertanggungjawab. 3 Disarikan dari Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka. 5

6 yang menggunakan media massa sebagai alat untuk menyebarkan gagasan dan mengontrol kelompok lain. Beberapa wacana ditampilkan media massa adalah usulan penggunaan Hak Angket Bank Century di DPR. Kelompok partai oposisi yang terdiri dari PDIP, Gerindra, dan Hanura mendapat dukungan dari kelompok partai yang tergabung dalam koalisi, yakni Partai Golkar, PKS, PPP, dan bahkan sesekali PAN dan PKB. Seperti diberitakan Kompas, Rabu 28 Oktober 2009 Angket Century Bergulir di DPR-Partai Golkar dan PDIP mendukung. Wacana lainnya yang direpresentasikan media massa adalah perebutan pimpinan pansus Hak Angket Century. Dimana wacana dominan yang direpresentasikan oleh media massa adalah penolakan dari partai politik oposisi dan beberapa partai koalisi seperti Partai Golkar dan PKS, terhadap keinginan Partai Demokrat dalam memimpin pansus. Kontestasi kekuasaan dalam media massa juga memunculkan wacana dominan tentang dugaan keterlibatan Boediono dan Sri Mulyani dalam Kasus Bank Century. Bahkan representasi media dengan sangat tegas mengatakan kesalahan Boediono dan Sri Mulyani dalam penanganan Bank Century. Seperti pemberitaan Rakyat Merdeka Rabu, 10 Februari 2010 dengan Judul PKS Tentang Century: Kesalahan Boediono 80 Persen. Wacana-wacana tersebut dikonstruksikan oleh media massa sebagai bentuk pertarungan wacana politik antar kelompok partai-partai di parlemen yang tergabung dalam koalisi melawan oposisi terkait Kasus Bank Century. Wacanawacana ditampilkan sebagai bentuk pertarungan antar kelompok yang mempunyai 6

7 kekuatan dominan atau hegemoni. Kekuatan hegemoni bekerja melalui bagaimana kelompok-kelompok tersebut menciptakan cara berfikir atau wacana Kasus Bank Century sebagai wacana dominan yang dianggap benar, sementara wacana lainnya dianggap salah. Penelitian ini akan dilakukan pada pemberitaan kasus Bank Century dalam tiga surat kabar nasional, yakni Harian Umum Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka (JPNN). Ketiga media tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan sejarah, ideologi dan distribusi (sirkulasi) media tersebut. Harian Umum (HU) Kompas didirikan PK Ojong dan Jakob Oetama. Pertama kali terbit tanggal 28 Juni 1965, ketika itu situasi politik mengharuskan koran-koran berafiliasi ke partai politik. Kompas tercatat sebagai koran yang berafiliasi ke Partai Katholik. Dengan lebih mengedepankan visi humanisme transedental kini Harian Umum Kompas membawa misi Amanat Hati Nurani Rakyat. Kelahiran Kompas bermula dari lemparan ide Letnan Jenderal Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat ) kepada rekannya Frans Seda (Menteri Perkebunan ) untuk menerbitkan koran yang mampu melawan pers komunis. Ide tersebut bermula dari sebuah usul agar kalangan Katholik memiliki satu harian untuk mengimbangi media PKI. Kompas juga lahir atas desakan Presiden Soekarno kepada Partai Katholik untuk menerbitkan koran karena pada masa itu hampir semua partai politik telah menerbitkan koran. Histori kelahiran Kompas dengan gaya pemberitaan yang ditampilkan Kompas tidaklah dapat dilepaskan sebagai begitu saja. Kedekatan Kompas dengan Partai Nasionalis secara historis tidak dapat dilepaskan begitu saja. Sebagai 7

8 media yang berafiliasi kepada Partai Katholik di awal masa orde lama, kemudian Kompas pada awal masa orde baru dekat dengan partai nasionalis dan Kristen seperti Partai Demokrasi Indonesia (PDI) (Hamad, 2004:74). Dalam pemberitaan-pemberitaan politik, Kompas lebih banyak mengakomodir kepentingan kelompok politik nasionalis. Begitupun dalam pemberitaan Kasus Bank Century, ditengarai bahwa Kompas mengakomodir kepentingan-kepentingan kelompok politik tertentu yang bertarungan dalam Kasus Bank Century. Seperti diketahui bahwa pertarungan Kasus Bank Century yang terjadi telah menyeret berbagai kepentingan partai politik yang berbeda latar belakang, kepentingan, dan ideologi. Sebagai koran besar yang pada tahun 2011 lalu memiliki oplah rata-rata eksemplar per hari, pemberitaan yang ditampilkan Kompas dapat membentuk opini publik di masyarakat dan berdampak sangat luas. Apalagi jangkauan distribusi koran itu mencapai seluruh wilayah Indonesia, tak heran jika setiap hari rata-rata jumlah pembaca Harian Umum Kompas mencapai orang. Harian Umum Kompas tidak hanya koran dengan sirkulasi terbesar di Indonesia, tetapi juga di Asia Tenggara 4. Media kedua yang dijadikan objek dalam penelitian ini adalah Harian Republika. Republika merupakan surat kabar yang dimotori oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Resmi beredar sejak 4 Januari 1993, Harian Republika membawa misi Islam selaras dengan tujuan ICMI. Visi 4 Untuk memastikan akuntabilitas distribusi Harian Kompas, Koran Kompas menggunakan jasa ABC (Audit Bureau of Circulations) untuk melakukan audit semenjak tahun

9 Republika adalah menjadi perusahaan media cetak terpadu berskala nasional serta dikelola secara profesional Islami, sehingga berpengaruh dalam proses pencerdasan bangsa, pengembangan kebudayaan, serta peningkatan keimanan dan ketakwaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia baru. Hill (2011: 128) menyatakan Republika dibangun setelah ICMI mengidentifikasikan musuh bersama, yaitu kelompok minoritas yang menguasai konglomerasi media yang dengan sengaja menutupi kegiatan-kegiatan Islam secara profesional. Memang pendirian Republika pada dasarnya bersifat idealis, artinya didirikan dengan tujuan politis-ideologis berbasis Islam. Bahkan terang-terangan menyebut diri sebagai media Islam, sehingga harian ini selalu melihat atau menilai isu dari sudut pandang agama Islam. Keberpihakan Republika dengan kelompok politik yang berideologi Islam atau yang dekat dengan Islam juga disinyalir terjadi dalam Kasus Bank Century. Seperti diketahui bahwa pertarungan politik Kasus Bank Century juga melibatkan partai-partai politik yang berideologi Islam yang ada di Parlemen seperti PKS dan PPP. Serta partai-partai politik yang dekat dengan Islam seperti PKB dan PAN. Republika merupakan koran yang bernafaskan Islam terbesar dengan dengan oplah pada tahun sebanyak eksemplar per hari. Dengan rincian 81% distribusi kepada langganan (pelanggan) dan 19% dijual eceran. Wilayah sirkulasi Harian Republika lebih dominan di kawasan Jakarta- Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi-Banten (62%). Sementara Jawa Barat sebesar 9

10 13%, Jateng+DI Yogyakarta sebesar 11%, Jawa Timur sebesar 5%, dan wilayah lain sebesar 9%. 5 Sementara itu, media massa ketiga yang menjadi objek penelitian adalah Rakyat Merdeka. Dalam sejarahnya, Surat Kabar Rakyat Merdeka tidak bisa dilepaskan dari Koran Merdeka milik BM. Diah. Surat Kabar Rakyat Merdeka merupakan koran politik yang sejak terbit menyatakan sebagai koran oposisi terhadap pemerintah. Rakyat Merdeka membawa slogan Apinya Demokrasi Indonesia. Visi dari Rakyat Merdeka adalah menjadi koran oposisi terkuat di Indonesia terhadap siapapun yang nantinya akan berkuasa. Dan akan mengkritik habis-habisan bila ada kebijakan pemerintah yang merugikan rakyat banyak. Atau dengan kata lain, Rakyat Merdeka memang sengaja dibuat sebagai alat kontrol sosial terhadap pemerintah, dan hadir sebagai penyambung aspirasi suara rakyat. Tampil dengan motto Rakyat Merdeka, hingga kini, menjadi koran terkemuka dalam The Political News Leader, menyajikan isu-isu politik terbaru dan terdepan dalam pemberitaannya (Winda dan Susanto, 2011: 5). Sebagai koran yang menempatkan diri pada posisi oposisi Rakyat Merdeka juga ditengarai mengakomodir kepentingan-kepentingan kelompok politik yang bertarung dalam Kasus Bank Century. Bila mencermati pertarungan wacana politik Kasus Bank Century yang terjadi melibatkan kelompok politik koalisi pemerintah dan kelompok politik oposisi. Kemudian yang menjadi pertanyaan besar, apakah Rakyat Merdeka yang mengklaim sebagai media oposisi 5 Profil Republika 2011/

11 akan merepresentasikan kekuasaan kelompok politik oposisi dalam pertarungan Kasus Bank Century. Sebagai koran trendsetter politik, Rakyat Merdeka memiliki Oplah per hari sebanyak eksemplar, mencakup wilayah distribusi Jakarta sebanyak 60% dan Jawa-Bali (20%). Sementara di luar Jakarta, yaitu Sumatera (9%), Kalimantan (7%), serta Sulawesi sebanyak 4%. ( Ketiga media yang menjadi objek dalam penelitian ini yakni Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka memiliki history, ideologi, dan kekuatan jangkauan sirkulasi yang berbeda. Masing-masing media menjadi arena kontestasi kekuasaan dalam pertarungan Kasus Bank Century yang melibatkan kelompokkelompok politik yang memiliki kepentingan, ideologi, dan pandangan yang berbeda mengenai Kasus Bank Century. Peneliti berasumsi ke tiga media tersebut memainkan relasi yang tidak seimbang dengan masing-masing kelompok yang bertarung dalam Kasus Bank Century. Ketiga media tersebut juga mengakomodir kepentingan kelompok politik tertentu dalam konteks pertarungan politik Kasus Bank Century yang melibatkan partai-partai politik baik di kelompok koalisi maupun kelompok oposisi serta kelompok lain yang posisinya berada pada kubu koalisi namun statement politiknya yang muncul di media massa justru berada dalam kubu oposisi. Kemudian juga media-media tersebut telah menjalankan hegemoni media dalam wacana politik Kasus Bank Century yang terjadi. Dugaan-dugaan peneliti tersebut mempertimbangkan dengan berbagai alasan, relasi history-ideologi ketiga media tersebut dengan ideologi partai-partai politik yang ada di parlemen dan bertarung 11

12 dalam Kasus Bank Century merupakan salah satu relasi kuasa yang dikonstruksikan oleh media massa dalam pemberitaan Kasus Bank Century. Harian Umum Kompas misalnya, dalam rentang perjalanan kelahiran Kompas yang panjang memang terlalu dini menuduh Kompas membangun relasikuasa dengan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sebagai partai oposisi. Namun secara kasat mata, relasi antara media ini dengan kelompok oposisi yakni PDIP terlihat dari pemberitaan yang diberi judul Angket Century Siap-78 Anggota DPR dari 8 Fraksi Mendukung kecuali Demokrat. (Kompas, Kamis 12 Nopember 2009). Judul tersebut sangat jelas mencerminkan relasi dominan Kompas dengan kelompok oposisi yang menginginkan soal Bank Century diusut, lalu menegaskan bahwa Partai Demokrat menolak hak angket Century. Bila dicermati lebih jauh konstruksi pemberitaan tersebut, Kompas menempatkan nara sumber dari politisi PDIP yang tergabung dalam Tim Pencari Fakta PDIP untuk menelusuri Kasus Bank Century. Begitupun dengan Republika, sebagai koran yang didirikan ICMI ditenggarai bahwa Republika mempunyai relasi-kuasa dengan kelompokkelompok partai yang berbasis ideologi Islam atau mungkin dengan partai-partai nasionalis namun dekat dengan Islam. Hal ini boleh jadi relasi-kuasa yang dikonstruksikan oleh Republika dalam pemberitaan Kasus Bank Century sebagai bentuk akomodasi terhadap kepentingan partai-partai dengan ideologi Islam tersebut. Seperti judul berita yang ditampilkan oleh Republika pada Rabu, 28 12

13 Oktober 2009 dengan judul Desakan Angket Century Menguat: FPPP siap mensponsori hak angket kasus Century. Konstruksi judul yang ditampilkan oleh Republika tersebut di atas, sangat jelas merepresentasikan relasi dominan dengan Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP) yang merupakan partai yang berideologi Islam. Bila kita cermati realitas politik yang ada justru FPPP berada dalam kubu koalisi pemerintahan pimpinan Partai Demokrat yang menolak usulan hak angket Century di DPR. Peneliti menduga, Republika membangun relasi kuasa berbasis ideologi dengan kelompok-kelompok yang bertarung dalam Kasus Bank Century. Sementara itu, Rakyat Merdeka merupakan media yang sejak awal berdirinya sudah memproklamirkan menjadi koran oposisi. Namun historyideologi kelahiran Rakyat Merdeka yang merupakan jelmaan koran milik BM. Diah yang kemudian merger dengan Jawa Pos Group yang sangat jelas warna nasionalisnya. Peneliti mencurigai bahwa Rakyat Merdeka membangun relasikuasa dengan kelompok-kelompok politik yang berseberangan dengan pemerintah atau oposisi. Bahkan boleh jadi Rakyat Merdeka menggunakan kelompokkelompok lain di luar oposisi yang sikap politiknya berseberangan dengan pemerintah. Misalnya terlihat dari pemberitaan Kamis, 29 Oktober 2009 dengan judul Sikapi Kasus Century: Ical Janji Tak Mau Main Manis Dengan Pemerintah. Dari judul tersebut terlihat bahwa Rakyat Merdeka menjalin relasi dominan dengan Partai Golkar. Padahal Partai Golkar merupakan partai yang tergabung dalam kubu koalisi pemerintahan. Secara riil memang menunjukkan bahwa Rakyat Merdeka tidak membangun relasi dengan kelompok oposisi seperti 13

14 PDIP. Namun relasi yang tampak dari judul tersebut, justru mendukung kelompok oposisi dalam mengusung hak angket Century. Alasan-alasan itulah yang melatarbelakangi peneliti untuk mengungkap pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di ketiga media tersebut. Kecurigaan-kecurigaan peneliti terhadap media massa yang menjadi objek penelitian ini, makin menguatkan bahwa media mempunyai kuasa atas realitas politik yang terjadi khususnya realitas politik Kasus Bank Century. Kuasa media tersebut bisa jadi erat kaitannya dengan history-ideologi, kepentingan politik, bahkan mungkin kepentingan ekonomi dan bisnis media-media tersebut. B. Perumusan Masalah Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa melibatkan berbagai kelompok politik di DPR. Berbagai isu mengemuka terkait kasus Bank Century yang mewarnai pertarungan antar kelompok partai politik dalam koalisi maupun antara partai koalisi dengan partai oposisi. Isu-isu tersebut mewarnai pemberitaan-pemberitaan media massa. Dari sekian banyak isu politik, Kasus Bank Century di media massa tersebut, terdapat isu-isu dominan diantaranya usulan penggunaan hak angket dan pembentukan pansus Kasus Bank Century dan dugaan keterlibatan mantan Gubernur Bank Indonesia (BI) (yang sekarang Wakil Presiden) Boediono dan (mantan) Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam pengucuran dana bail-out Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun. Realitas politik Kasus Bank Century dikonstruksikan oleh media massa berdasarkan cara pandang media tersebut. Namun cara pandang media terhadap 14

15 realitas politik bukanlah sebuah realitas yang tanpa motif dan kepentingan media terhadap kelompok-kelompok politik tertentu. Pertarungan akses terhadap media massa juga disinyalir terjadi dalam wacana Kasus Bank Century sehingga menimbulkan persoalan dominasi dan marjinalisasi dalam pertarungan yang melibatkan kelompok-kelompok politik dalam media massa. Pertarungan wacana politik tersebut menggunakan pemberitaan media massa berupa teks yang ditampilkan oleh media massa seperti tata bahasa, penggunaan kata, dan gaya bahasa. Berdasarkan hal tersebut di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa. Media massa yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Harian Umum Kompas, Harian Republika, dan Surat Kabar Rakyat Merdeka. Dari permasalahan penelitian di atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian ini sebagai berikut : 1. Wacana politik seperti apa yang ditampilkan oleh media massa dalam pertarungan Kasus Bank Century? 2. Bagaimana kontestasi kekuasaaan yang ditampilkan oleh media massa dalam pemberitaan Kasus Bank Century? 3. Bagaimana aktor-aktor yang bertarung dalam Kasus Bank Century ditampilkan oleh media massa? 4. Bagaimana situasi sosial dan politik yang melatarbelakangi produksi dan representasi teks oleh aktor aktor yang bertarung dalam Kasus bank yang ditampilkan media massa? 15

16 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan mengungkap wacana politik dan kontestasi kekuasaan yang ditampilkan dalam pemberitaan Kasus Bank Century oleh media massa, khususnya Harian Umum Kompas,Republika, dan Rakyat Merdeka. Selain itu, mengungkap pertarungan aktor-aktor dalam Kasus Bank Century yang direpresentasikan oleh Harian Umum Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka. Serta ingin mengungkap situasi sosial dan politik (sosiokultural) yang melatarbelakangi produksi teks dan representasi teks oleh aktor-aktor yang bertarung dalam Kasus Bank Century yang ditampilkan oleh media massa. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara akademis, praktis, dan sosial: D. 1. Secara akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi pengembangan studi-studi media, khususnya wacana politik dalam media massa. Selain itu, penelitian ini juga dapat menjadi referensi dalam melihat dinamika politik yang ditampilkan oleh media massa, khususnya surat kabar. D. 2. Secara praktis Bagi media massa, diharapkan melahirkan kesadaran bahwa realitas politik yang ditampilkan dalam bentuk berita dapat memperhatikan aspek-aspek keberimbangan dan idealisme dan tidak hanya mengakomodasi kepentingan 16

17 ekonomi, politik, dan ideologi media semata namun mengembangkan hegemoni dalam pembentukan wacana tertentu kepada khalayak. D. 3. Secara sosial Bagi masyarakat secara umum diharapkan menjadi inspirasi berfikir kritis masyarakat dalam menyikapi persoalan politik yang ditampilkan oleh media massa khususnya surat kabar. Realitas politik yang ditampilkan oleh media massa, bukanlah semata-mata pertarungan politik yang sesungguhnya, namun realitas politik merupakan realitas politik yang direpresentasikan oleh media massa yang sarat dengan kepentingan dan motif. 17

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pertarungan wacana politik Kasus Bank Century di media massa (Kompas, Republika, dan Rakyat Merdeka) yang diamati dalam penelitian menunjukkan berbagai temuan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di banyak negara demokrasi pemilihan umum dianggap lambang, sekaligus tolak ukur dari demokrasi itu. Hasil pemilihan umum yang diselenggarakan dalam suasana keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407). 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak dahulu, peneliti-peneliti komunikasi massa telah menyadari betapa kuatnya peran media komunikasi dalam membentuk pikiran masyarakat. Media komunikasi memiliki

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar

BAB V. Penutup. Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar BAB V Penutup A. Kesimpulan Dari kajian wacana mengenai Partai Komunis Indonesia dalam Surat Kabar Kompas dan Republika dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, produksi wacana mengenai PKI dalam berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian  Apriyanti Rahayu FAuziah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, media massa merupakan tempat penyalur aspirasi atau pikiran masyarakat yang berfungsi untuk memberikan informasi dan mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana Revisi Undang-Undang Komisi Pemberantasan Korupsi bukan lagi menjadi isu baru di Indonesia. Rencana tersebut sudah ada sejak tahun 2010. Dikutip dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara demokrasi dalam menjalankan pemerintahan memiliki lembaga-lembaga khusus berdasarkan tugas masing-masing. Dalam rangka untuk memahami

Lebih terperinci

Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar.

Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar. Menuju Pusaran Kekuasaan Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar. Lima tahun sudah kasus skandal Bank Century berlangsung. Belum ada kepastian sampai

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dalam bab ini disarikan kesimpulan penelitian Analisis Wacana Kritis Iklan Kampanye Partai Politik Pemilu 2009. Secara tekstual, penggunaan kosakata, gaya bahasa,

Lebih terperinci

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century

Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century INSENTIF POLITIK PARTAI OPOSISI: Pelajaran dari Kasus Pansus Bank Century Jl. Lembang Terusan D-57, Menteng Jakarta Pusat 10310, Indonesia Telp. (021) 391 9582, Fax (021) 391 9528 Website: www.lsi.or.id

Lebih terperinci

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 215 Sidang Perdana DPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 02/10/2014

Analisis Isi Media Judul: MIP No. 215 Sidang Perdana DPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 02/10/2014 Analisis Isi Media Judul: MIP No. 215 Sidang Perdana DPR Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 02/10/2014 Sebaran Media. Media yang paling banyak memberitakan topik MCA hari ini adalah Detik (42 berita).

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur atas kehadirat Yesus Kristus penulis panjatkan karena

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur atas kehadirat Yesus Kristus penulis panjatkan karena KATA PENGANTAR Segala puji syukur atas kehadirat Yesus Kristus penulis panjatkan karena dengan limpahan rahmat, karunia serta hidayah-nya skripsi dapat penulis susun dan selesaiuntuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Partai politik merupakan elemen penting yang bisa memfasilitasi berlangsungnya sistem demokrasi dalam sebuah negara, bagi negara yang menganut sistem multipartai seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Darma, (2009: 91) mengatakan, bahasa politik adalah bahasa yang digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sehari-hari tidak pernah lepas dari bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk berinteraksi satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demokrasi mengamanatkan adanya persamaan akses dan peran serta penuh bagi laki-laki, maupun perempuan atas dasar perinsip persamaan derajat, dalam semua wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yang memperoleh sekitar 11, 98 persen suara dalam Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif 9 april 2014 tidak mampu mengajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fenomena ini diawali ketika Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla mulai menyusun dan mengumumkan nama-nama kabinet dengan nama Kabinet Kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak

BAB I PENDAHULUAN. intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pemberitaan media massa di Indonesia meningkat dengan intensitas tinggi seiring dengan terjadinya kebebasan pers yang dimulai sejak munculnya Undang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN MEDIA

BAB IV GAMBARAN MEDIA BAB IV GAMBARAN MEDIA Setiap pemberitaan di media massa, secara tidak langsung membentuk sebuah wacana membentuk pola pikir pembacanya. Begitu pula dalam penelitian ini, tentang bagaimana media mewacanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan buah demokrasi dari Negara Indonesia. Sejak tahun 2005 pergantian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan buah demokrasi dari Negara Indonesia. Sejak tahun 2005 pergantian BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Pemilihan umum kepala daerah atau biasa disebut pemilukada merupakan buah demokrasi dari Negara Indonesia. Sejak tahun 2005 pergantian kepala daerah baik itu gubernur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi yang merupakan bagian penting dari kehidupan manusia, yang juga menjadi kebutuhan dasar hidup manusia, telah mengalami banyak perkembangan. Walaupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa adalah pemilik peran penting dalam menyampaikan berbagai informasi pada masyarakat. Media komunikasi massa yaitu cetak (koran, majalah, tabloid), elektronik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik

BAB I PENDAHULUAN. Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan. dengan akses dan kepemilikan lahan yang kemudian berujung pada konflik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus sengketa lahan di Indonesia lebih banyak merupakan pertentangan antara warga setempat dengan perusahaan swasta terkait dengan akses dan kepemilikan lahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. karena industri media semakin mengutamakan keuntungan. Bahkan, bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri media di Indonesia yang kini berorientasi pada kepentingan modal telah menghasilkan suatu konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan, yaitu berupa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam

BAB 1 PENDAHULUAN. Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Derasnya arus globalisasi, memudahkan setiap orang mendapat beragam informasi. Hal itu berkaitan dengan semakin canggihnya industri media informasi dan komunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. merupakan tanggal penetapan UU Pilkada. Berita-berita mengenai UU

BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS. merupakan tanggal penetapan UU Pilkada. Berita-berita mengenai UU 1 BAB III PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS 1. Penyajian Data Dalam Penelitian ini diamati netralitas media massa yaitu terkait seputar penetapan UU Pilkada 2014, di mana pada tanggal 27 Oktober merupakan tanggal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA NO CODER 1 CODER 2 JUMLAH. Objektif Positif Negatif Objektif Positif Negatif Item

BAB IV ANALISA DATA NO CODER 1 CODER 2 JUMLAH. Objektif Positif Negatif Objektif Positif Negatif Item BAB IV ANALISA DATA Pada bab ini akan dianalisa temuan data penelitian dari tiga media yaitu Kompas, Jawa Pos dan Republika. Analisa data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis isi kuantitatif sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi kualitas dan kuantitas pada saat ini. Beraneka ragam partai politik yang bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan politik di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, diawali dengan politik pada era orde baru yang bersifat sentralistik dan

Lebih terperinci

12/10/2012. Politisi Muda di Media Hotel Century, 09 Desember 2012 FFH

12/10/2012. Politisi Muda di Media Hotel Century, 09 Desember 2012 FFH 1/10/01 Politisi Muda di Media Hotel Century, 09 Desember 01 FFH The Founding Fathers House (FFH) adalah lembaga nirlaba yang bergerak di bidang riset dan kajian terhadap kebijakan publik. Lembaga ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. BAB I PENDAHULUAN I. 1.Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan tulang punggung dalam demokrasi karena hanya melaluinya masyarakat dapat menyalurkan, menitipkan mandat dan harapan. Kenyataan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dengan sendirinya perkembangan usaha penerbitan pers mulai 9 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Memasuki era reformasi kebebasan pers seolah-olah seperti terlepas dari belenggu yang sebelumnya mengekang arti kebebasan itu sendiri. Dengan sendirinya

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 31 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tentang kecenderungan ketidakberpihakan (impartiality) media dalam pemberitaan konflik KPK dan POLRI dalam kasus pengadaan simulator

Lebih terperinci

Proses Gatekeeping Pemberitaan RUU Pilkada pada Koran Tempo. Skripsi. Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Proses Gatekeeping Pemberitaan RUU Pilkada pada Koran Tempo. Skripsi. Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Proses Gatekeeping Pemberitaan RUU Pilkada pada Koran Tempo Skripsi Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berkaitan dengan hasil penelitian struktur teks van Dijk. 233 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyajikan beberapa simpulan dari hasil analisis atau hasil penelitian. Selain itu, peneliti juga menyampaikan beberapa saran berkaitan dengan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik

Bab 1 PENDAHULUAN. Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik 1 Bab 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi akan berjalan dengan diterapkannya sebuah bahasa yang baik dalam diri seseorang, terutama wartawan. Seorang wartawan sebagai penulis yang selalu

Lebih terperinci

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus Bab 4 PENUTUP Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus liberalisasi, ruang-ruang publik di tanah air mulai menampakkan dirinya. Namun kuatnya arus liberalisasi tersebut, justeru

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Republika. Maka dari itu, berita-berita mengenai konflik PKS dan Partai

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Republika. Maka dari itu, berita-berita mengenai konflik PKS dan Partai BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Penelitian ini membahas objektivitas berita mengenai konflik PKS dan Partai Demokrat dalam isu kenaikan harga BBM yang diterbitkan oleh Harian Republika. Maka dari itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan demokrasi di Indonesia. Berbagai kegiatan politik menarik

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan demokrasi di Indonesia. Berbagai kegiatan politik menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 merupakan tahun politik dan menjadi fase penting dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Berbagai kegiatan politik menarik perhatian masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti

BAB I PENDAHULUAN. media cetak seperti majalah, koran, tabloid maupun media elektronik seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Adanya kemajuan teknologi canggih seperti saat ini, informasi bisa kita dapatkan dari berbagai media. Informasi tersebut tidak lagi hanya kita dapatkan melalui media

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) merupakan salah satu partai politik dengan basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004 mengalami

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator

Lebih terperinci

BAB II SIKAP POLITIK MEDIA PADA TRIBUN NEWS, JAWA POS, DAN SUARA MERDEKA. Objek penelitian ini adalah bagaimana perbandingan pemberitaan Ganjar

BAB II SIKAP POLITIK MEDIA PADA TRIBUN NEWS, JAWA POS, DAN SUARA MERDEKA. Objek penelitian ini adalah bagaimana perbandingan pemberitaan Ganjar BAB II SIKAP POLITIK MEDIA PADA TRIBUN NEWS, JAWA POS, DAN SUARA MERDEKA Objek penelitian ini adalah bagaimana perbandingan pemberitaan Ganjar Pranowo setelah kasus E-KTP dan sebelumnya yang dimuat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. pesan secara massal, dengan menggunakan alat media massa. Media. massa, menurut De Vito (Nurudin, 2006) merupakan komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi massa menjadi sebuah kekuatan sosial yang mampu membentuk opini publik dan mendorong gerakan sosial. Secara sederhana, komunikasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR.

BAB I PENDAHULUAN dengan mencegah praktik kongkalikong. Dahlan pernah. menyatakan adanya kongkalikong antara BUMN dan DPR. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada akhir bulan Oktober 2012 media massa ramai memberitakan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang mempublikasikan adanya pemesaran yang dilakukan oleh anggota DPR terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kita hidup ditengah derasnya perkembangan sistem komunikasi. Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa dan dapat diakses oleh masyarakat

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV

VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. TVRI Stasiun Sulawesi Tenggara sebagai televisi publik lokal dan Sindo TV VI. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bagian ini diuraikan kesimpulan, implikasi dan rekomendasi berdasar hasil penelitian yang telah dilakukan. 6.1. Kesimpulan Berdasarkan temuan-temuan dan analisa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebuah realitas media yang dianggap benar oleh khalayak. Masyarakat percaya

BAB IV PENUTUP. sebuah realitas media yang dianggap benar oleh khalayak. Masyarakat percaya BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Pembentukan makna merupakan pokok dari komunikasi menggunakan media massa terutama surat kabar, karena makna yang dibangun membentuk sebuah realitas media yang dianggap benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembicaraan mengenai kemacetan sudah ada sejak lama. Bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta, kemacetan bukan hal yang asing lagi. Hampir setiap hari

Lebih terperinci

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA

2014 PEMILIHAN UMUM DAN MEDIA MASSA BAB V KESIMPULAN Media massa di Indonesia berkembang seiring dengan bergantinya pemerintahan. Kebijakan pemerintah turut mempengaruhi kinerja para penggiat media massa (jurnalis) dalam menjalankan tugas

Lebih terperinci

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN

2015 STRATEGI PARTAI ISLAM D ALAM PANGGUNG PEMILIHAN PRESID EN DI INDONESIA TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partai politik sebagai kekuatan politik mempunyai hak dan bagian dalam setiap pemilihan umum. Pada setiap partai politik menganut ideologinya masing-masing

Lebih terperinci

Asas Tunggal Partai Politik

Asas Tunggal Partai Politik Asas Tunggal Partai Politik Asas tunggal Pancasila bagi partai politik (parpol) kembali diperdebatkan. Ada fraksi yang ingin dicantumkan secara eksplisit. Tapi ada yang berpendapat cukup implisit dan bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan berpolitik di Indonesia banyak mengalami perubahan terutama setelah era reformasi tahun 1998. Setelah era reformasi kehidupan berpolitik di Indonesia kental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media massa di Indonesia, sejak zaman reformasi meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan media massa di Indonesia, sejak zaman reformasi meningkat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan media massa di Indonesia, sejak zaman reformasi meningkat pesat, bahkan saat ini telah menjadi industri raksasa dalam hal pemberitaan, seiring

Lebih terperinci

KPK juga hampir KO di Era SBY

KPK juga hampir KO di Era SBY KPK juga hampir KO di Era SBY Presiden SBY pernah sangat kesal kepada KPK lalu mediskriditkan KPK melalui pernyataan-nya pada bulan Juni 2009: Terkait KPK, saya wanti-wanti benar. Power must not go uncheck.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sany Rohendi Apriadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pascaruntuhnya runtuhnya kekuasaan orde baru terjaminnya kebebasan pers telah menjadi ruang tersendiri bagi rakyat untuk menggelorakan aspirasi dan kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi

BAB I PENDAHULUAN. harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kebutuhan akan informasi saat ini berkembang sangat pesat. Setiap harinya, masyarakat mengkonsumsi media demi memenuhi kebutuhan informasi mereka. Media menjadi pilihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi bagian dari proses peralihan Indonesia menuju cita demokrasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa peralihan Indonesia menuju suatu cita demokrasi merupakan salah satu proses yang menjadi tahapan penting perkembangan Indonesia. Salah satu aspek yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. surat kabar harian Suara Pembaruan. Yang pertama adalah deskripsi mengenai

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. surat kabar harian Suara Pembaruan. Yang pertama adalah deskripsi mengenai BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian analisis framing pemberitaan pro-kontra penerbitan SKB aliran Ahmadiyah dalam surat kabar harian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ideologi. Bagi Boediono dalam praktek kebijakan ekonomi tidak ada satu pun

BAB I PENDAHULUAN. ideologi. Bagi Boediono dalam praktek kebijakan ekonomi tidak ada satu pun BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Dalam sebuah acara silahturahim dengan perwakilan SMA/SMK/MA mahasiswa se-sumatera Barat pada 8 Juni 2013, Wakil Presiden Republik Indonesia menjawab salah satu pertanyaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada bingkai sosok Jokowi sebagai Presiden dalam pemberitaan setahun pemerintahan pasangan Presiden Joko Widodo (Jokowi), dan Jusuf

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran strategis sebagai saluran yang menyampaikan informasi kepada publik secara serempak. Melalui media massa, kita dapat memperoleh

Lebih terperinci

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA

2015 IDEOLOGI PEMBERITAAN KONTROVERSI PELANTIKAN AHOK SEBAGAI GUBERNUR DKI JAKARTA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wacana adalah bahasa yang digunakan untuk merepresentasikan suatu praktik sosial, ditinjau dari sudut pandang tertentu (Fairclough dalam Darma, 2009, hlm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan berdemokrasi seperti saat ini. William L. Rivers menempatkan media massa sebagai four estate

Lebih terperinci

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD September 2014 Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada Oleh DPRD Bandul RUU Pilkada kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. berposisi di baris depan, sebagai komunitas sosial yang memotori perwujudan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam konteks transisi politik di Indonesia, gerakan mahasiswa memainkan peranan yang penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak rezim otoritarian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh pemuda Arab, diduga pelaku adalah warga Palestina. Seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita konflik Timur Tengah antara Israel Palestina kembali menghangatkan pemberitaan media massa, baik media elektronik, cetak maupun media online. Memanasnya perseteruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat.

BAB I PENDAHULUAN. berjumlah 101 daerah, yang terdiri dari 7 provinsi, 18 kota, dan 76 kabupaten. Banten, Gorontalo, Sulawesi Barat, dan Papua Barat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Tanggal 15 Februari 2017 merupakan pesta demokrasi bagi sebagian masyarakat di Indonesia yang melaksanakan pemilihan umum kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

POLEMIK PENGUSULAN HAK ANGKET KASUS BANK CENTURY DALAM SURAT KABAR HARIAN UMUM JURNAL NASIONAL

POLEMIK PENGUSULAN HAK ANGKET KASUS BANK CENTURY DALAM SURAT KABAR HARIAN UMUM JURNAL NASIONAL POLEMIK PENGUSULAN HAK ANGKET KASUS BANK CENTURY DALAM SURAT KABAR HARIAN UMUM JURNAL NASIONAL (Analisis Framing Pemberitaan Polemik Pengusulan Hak Angket Kasus Bank Century dalam SKH Umum Jurnal Nasional

Lebih terperinci

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber

yang sangat penting, selain aspek lain seperti ketepatan dan keakuratan data. Dengan kemunculan perkembangan internet, maka publik dapat mengakses ber BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penelitian Media massa pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu media massa cetak dan media elektronik. Media cetak yang dapat memenuhi kriteria sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke

GAMBARAN UMUM. Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke IV. GAMBARAN UMUM A. Jurusan Ilmu Pemerintahan Bergesernya paradigma penyelenggaraan pemerintahan dari government ke governance pada dekade 90-an memberi andil dalam perubahan domain Ilmu Pemerintahan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjelang pemilihan presiden yang digelar pada 9 Juli 2014, para kandidat capres mulai berlomba melakukan kampanye dengan berbagai cara dan melalui berbagai media.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik. bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan Umum (Pemilu) merupakan agenda politik lima tahunan bangsa Indonesia yang negaranya menganut paham demokrasi. Salah satu tahapan dalam proses Pemilu

Lebih terperinci

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK Pemkot Magelang memberikan bantuan keuangan kepada sembilan partai politik tahun 2016, senilai total Rp560.702.300. Namun yang dapat dicairkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini

BAB I PENDAHULUAN. uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemunculan korupsi di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk ringan atau berat, terorganisasi atau tidak. Walaupun korupsi sering memudahkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari

BAB I PENDAHULUAN. Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berita pencatutan nama Presiden dan Wakil Presiden terkait kasus PT Freeport kembali menghatkan masyarakat Indonesia. Berita ini berawal dari Menteri Energi dan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014? Jakarta, 29 Januari 2014 Q: Apakah Ibu/Bapak/Saudara tahu atau tidak tahu bahwa Tahun 2014 akan dilaksanakan Pemilihan Legislatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi yang tidak lepas dari banyak kendala dan permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v i DAFTAR ISI Daftar isi... i Daftar Tabel....... iv Daftar Gambar... v I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 12 C. Tujuan Penelitian... 12 D. Kegunaan Penelitian... 12 II.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI

PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI PILKADA OLEH DPRD DINILAI PUBLIK SEBAGAI PENGHIANATAN PARTAI Agustus 2014 1 Pilkada oleh DPRD Dinilai Publik Sebagai Penghianatan Partai Mayoritas publik menolak hak politiknya untuk memilih secara langsung

Lebih terperinci

Analisis Isi Media Judul: MCA No.33 Revisi UU KPK Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 18/02/2016

Analisis Isi Media Judul: MCA No.33 Revisi UU KPK Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 18/02/2016 Analisis Isi Media Judul: MCA No33 Revisi UU KPK Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 18/02/2016 Sebaran Media Monitoring media pada hari Kamis, 18 Februari 2016 mengenai Revisi UU KPK paling banyak diangkat

Lebih terperinci

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014

SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014 SURVEI NASIONAL PEMILIH MUDA: EVALUASI PEMERINTAHAN, CITRA DAN PILIHAN PARPOL DI KALANGAN PEMILIH MUDA JELANG PEMILU 2014 Data Survei Nasional 15 25 Maret 2013 Prepared by: INDO BAROMETER Jl. Cikatomas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem demokrasi untuk memilih wakil-wakil rakyat yang akan menduduki lembaga perwakilan rakyat, serta salah

Lebih terperinci

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA Profile Singkat SPIN SPIN (Survey & Polling Indonesia) adalah lembaga riset independen yang tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat.

I. PENDAHULUAN. menjadi isu global dan hangat yang selalu ingin disajikan media kepada. peristiwa yang banyak menarik perhatian dan minat masyarakat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari hampir seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan media massa. Baik media massa cetak seperti koran, tabloid, dan majalah atau media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, kepala pemerintahan di daerah baik tingkat satu dan dua, para

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, kepala pemerintahan di daerah baik tingkat satu dan dua, para 5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring perubahan sistem pemilihan di tingkat nasional ternyata memiliki implikasi politis terhadap sistem pemilihan kepala pemerintahan di tingkat daerah. Pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi 1998 menghadirkan perubahan proses demokrasi di Indonesia. Pemilihan Presiden/ Wakil Presiden hingga Kepala Daerah dilaksanakan secara langsung,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebebasan pers Indonesia ditandai dengan datangnya era reformasi dimulai tahun 1998 setelah peristiwa pengunduran diri Soeharto dari jabatan kepresidenan. Pers Indonesia

Lebih terperinci

Analisis Isi Media Judul: MIP No.07. Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016

Analisis Isi Media Judul: MIP No.07. Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016 Analisis Isi Media Judul: MIP No07 Rakernas PDIP Periode: 01/01/1970 Tanggal terbit: 12/01/2016 Sebaran Media Pemberitaan mengenai Rakernas PDIP paling banyak dimuat oleh Detikcom sebanyak sembilan berita

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Pada bab V, penulis memaparkan simpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan. Simpulan yang dibuat oleh penulis merupakan penafsiran terhadap analisis hasil

Lebih terperinci

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan

BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan BAB IX PENUTUP IX.1. Kesimpulan Studi ini mengkaji dinamika terbentuknya pemerintahan divided atau unified yang dikaitkan dengan pembuatan kebijakan APBD pada satu periode pemerintahan. Argumen yang dikembangkan

Lebih terperinci