PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD
|
|
- Suhendra Budiaman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4279 PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD PRODUCTION SCHEDULLING CONSIDER LOT SIZE TRANSFER BATCH FOR MINIMIZING MAKESPAN OF ISOLATING COCK COMPONENT AT PT PINDAD Vita Ardiana Sari 1, Dida Diah Damayanti 2, Widia Juliani 3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Universitas Telkom 1 vitardianasari@gmail.com, 2 didadiah@gmail.com, 3 widiajuliani@yahoo.com Abstrak PT PINDAD adalah salah satu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) bagian industri manufaktur dalam bidang Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) dan produk komersial. Salah satu produk dalam bidang transportasi adalah Air Brake System terdiri dari beberapa assembly, salah satunya assembly Isolating Cock yang terdiri dari Rumah Isolating Cock, Flens, Penutup, dan Baut Ventilasi. Makespan dan batasan waktu penyelesaian order membuat perusahaan berusaha memenuhi pesanan tepat waktu. Usaha yang dilakukan perusahaan adalah menambah shift kerja. Ukuran lot transfer batch yang digunakan mempengaruhi makespan. Makespan yang panjang disebabkan penyelesaian order menggunakan aturan First Come First Served tanpa memperhatikan ukuran lot transfer batch. Dalam mencapai tujuan minimasi makespan, maka diusulkan penjadwalan dengan algoritma Campbell, Dudek, dan Smith (CDS) dengan ukuran lot transfer batch komponen Rumah Isolating Cock sublot satu 6 unit dan sublot dua 6 unit, komponen Flens sublot satu 9 unit dan sublot dua 3 unit, komponen Penutup sublot satu 4 unit dan sublot dua 8 unit, serta komponen Baut Ventilasi sublot 12 unit, dilakukan lima kali pengulangan sehingga total 60 unit Isolating Cock dapat minimasi makespan dari 117 jam atau 18 shift kerja menjadi adalah 45,8 jam atau 8 shift sehingga menghemat waktu penyelesaian sebesar 60,85%. Kata kunci : CDS, Transfer Batch Abstract PT PINDAD is one of the BUMN (Badan Usaha Milik Negara) part of the manufacturing industry in the field of Primary Equipment and Weapons Systems (Alutsista) and commercial product. One of the products in the field of transport is the Air Brake System consists of several assembly, one Isolating Cock assembly consisting of Rumah Isolating Cock, Flens, Penutup, and Baut Ventilasi. Makespan and order completion time limit makes the company trying to fulfill orders on time. The work done by the company is adding shifts. Lot size transfer batch used can affect the makespan. Makespan caused lengthy order completion using First Come First Served rule regardless of lot size transfer batch. In achieving the goal of minimizing makespan, it is proposed scheduling algorithm Campbell, Dudek, and Smith (CDS) with calculated the lot size transfer batch Rumah Isolating Cock component with sublot size 6 units and 6 units, Flens components with sublot size 9 units and 3 units, Penutup component with sublot size 4 units and 8 units, and Baut Ventilasi components with sublot size 12 units, repeat for five times so 60 units Isolating Cock can minimizing makespan from 117 hours or 18 shifts to 45.8 hours or 8 shifts thus saving the time of completion of 60,85%. Keywords : CDS, Transfer Batch
2 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page Pendahuluan PT PINDAD (Persero) merupakan perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam bidang Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan) dan produk komersial. Salah satu divisi di PT PINDAD adalah Divisi Mesin Industri dan Jasa (MIJAS) yang menghasilkan produk-produk komersial antara lain mesin listrik, sistem pengereman kereta api, peralatan kapal laut, dan jasa pemesinan. MIJAS menaungi Departemen Pemesinan (DEPSIN) yang bertugas membuat seluruh komponen produk PT PINDAD [1]. Air Brake System adalah sistem pengereman kereta api yang digunakan pada kereta penumpang terdiri dari beberapa assembly, salah satunya yaitu Isolating Cock. Komponen-komponen produk Isolating Cock, yaitu Rumah Isolating Cock, Flens, Penutup, dan Baut Ventilasi. Isolating Cock berfungsi untuk menutup saluran pada gerbong/kereta paling akhir. Isolating Cock diproduksi berdasarkan make to order atau barang dikerjakan ketika ada pesanan. Customer PT. PINDAD untuk produk Isolating Cock adalah PT. INKA. Pada tahun 2014 PT PINDAD mendapat order Isolating Cock sebanyak 600 pasang. Setiap pasang terdiri atas Isolating Cock kanan dan Isolating Cock kiri, sehingga jumlah order seluruhnya adalah unit. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa komponen Rumah Isolating Cock dan Flens mengalami keterlambatan. Setiap menjelang akhir due date seringkali timbul masalah penumpukan beban sisa pengerjaan pesanan yang masih banyak. Jumlah Produksi Komponen Isolating Cock RUMAH ISOLATING COCK FLENS BAUD VENTILASI PENUTUP Completed (unit) Requirement (unit) Gambar 1 Jumlah Produksi Komponen Isolating Cock untuk order PT INKA Upaya yang dilakukan perusahaan untuk memenuhi order adalah dengan penambahan shift kerja. Saat ini PT PINDAD secara normal menggunakan dua shift kerja. Namun PT PINDAD menyediakan tiga shift untuk hari kerja dan waktu lembur pada hari Sabtu dan Minggu. Setiap satu shift terdiri dari 6,5 jam kerja. Penambahan shift kerja dan jam lembur berpengaruh terhadap biaya yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan jumlah produksi yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penjadwalan ulang terhadap komponen-komponen Isolating Cock. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perbaikan dalam penjadwalan yang digunakan pada proses produksi komponen-komponen Isolating Cock. Dengan adanya perbaikan dalam penjadwalan tersebut, diharapkan dapat mengurangi makespan sehingga bisa mengurangi jam lembur. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Anastasia A. R. yaitu menjadwalkan produksi dengan mempertimbangkan ukuran lot transfer di PT Budi Manunggal Yogyakarta. Penelitian membandingkan ukuran lot awal 30 dengan usulan ukuran lot 15, 10 dan 5. Makespan paling pendek diperoleh pada ukuran lot 10 sehingga menghemat waktu penyelesaian sebesar 3,24 jam atau 6% dari jadwal aktual. [2] Penelitian kedua dilakukan oleh Sumiharni B. dan Fidiarti K. yaitu menerapkan konsep Lean Manufacturing untuk meningkatkan kapasitas produksi. Salah satu cara yang dilakukan untuk minimasi waktu transportasi adalah memanfaatkan transfer batch dengan membagi lot menjadi dua sublot. [3] 2. Penjadwalan dengan Lot Size Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jadwal produksi komponen Isolating Cock dengan makespan yang paling pendek dengan pengaturan ukuran lot transfer batch untuk mengurangi jam lembur. Penjadwalan adalah pengurutan pembuatan/pengerjaan produk secara menyeluruh yang dikerjakan pada beberapa buah mesin. [4] Lot adalah sebuah kuantitas dari sebuah item baik itu pembelian, produksi, atau transportasi. Sebuah lot dipindahkan atau ditransfer dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lain disebut transfer batch. Salah satu cara untuk mengurangi lead time produksi dan WIP untuk sebuah process batch adalah menggunakan lot splitting dan memindahkan lot tersebut pada operasi selanjutnya dengan transfer batch yang lebih kecil. [5]
3 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4281 MODEL KONSEPTUAL Data Order Mesin Waktu proses Waktu setup Proses routing Waktu kerja karyawan Lean Manufacturing Penentuan Lotsize Minimasi makespan Gambar 2 Model Konseptual Gambar 2 menunjukkan inputan yang digunakan adalah data order, data jenis dan jumlah mesin, data waktu proses, data waktu setup mesin, data proses routing, dan data waktu kerja karyawan. Kemudian melakukan penjadwalan menggunakan algoritma CDS. Urutan job yang dipilih adalah urutan job dengan makespan paling pendek. Selanjutnya menentukan ukuran lot transfer batch. 3. Pengumpulan dan Pengolahan Data 3.1 Pengumpulan Data 1. Routing Mesin Tabel 1 Routing Mesin Nama Komponen Proses Operasi Kode Mesin fixture tools benda kerja Waktu Baku Bubut 1 O-1A L Bubut 2 O-2A L Rumah IC Bubut 3 O-3A L Bubut 4 O-4A L Bubut 5 O-5A L Bor O-6A D Bubut 1 O-1B L Flens Bubut 2 O-2B L Bor O-3B D Frais O-4B M Penutup Bubut 1 O-1C L Bubut 2 O-2C L Baut Ventilasi Bubut 1 O-1D L Tabel 1 menunjukkan data routing mesin untuk produksi komponen Rumah IC, Flens, Penutup, dan Baut Ventilasi. Data waktu setup merupakan hasil peneliti pertama (Rahayu Novita Tanzil). 2. Ukuran Lot Transfer Batch Existing Pada penjadwalan kondisi existing menggunakan aturan FCFS, mendahulukan order yang diterima. Pada bulan Agustus sampai Desember 2014 terdapat empat order yang bersamaan yaitu Rumah IC, Flens, Penutup, dan Baut Ventilasi. Ukuran lot yang digunakan pada saat ini dapat dilihat pada Tabel 2.
4 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4282 Tabel 2 Ukuran Lot Transfer Batch Existing Nama Komponen Proses Operasi Sublot 1 Sublot 2 Sublot 3 Bubut 1 O-1A Bubut 2 O-2A Rumah IC Bubut 3 O-3A Bubut 4 O-4A Bubut 5 O-5A Bor O-6A Bubut 1 O-1B Flens Bubut 2 O-2B Bor O-3B Frais O-4B Penutup Bubut 1 O-1C Bubut 2 O-2C Baut Ventilasi Bubut 1 O-1D Pengolahan Data 1. Perhitungan Waktu Baku Perhitungan waktu baku dilakukan dengan menghitung waktu siklus rata-rata untuk setiap proses operasi masing-masing komponen. Selanjutnya menghitung waktu normal dan waktu baku. Namun sebelum dilakukan perhitungan, data pengamatan dilakukan uji keseragamn dan kecukupan data terlebih dahulu. Untuk waktu proses pada mesin adalah penjumlahan waktu baku dengan waktu setup benda kerja, sehingga diperoleh waktu proses pada Tabel 3. Tabel 3 Waktu Proses Pada Mesin Job i Waktu proses pada mesin L08 L09 L04 L10 L11 D01 M06 Rumah IC (A) Flens (B) Penutup (C) Baud Ventilasi (D) Penjadwalan CDS k = m - 1 = 7-1 = 6 Tabel 4 Data k=3 k=3 M1 M2 Job i L08, L09, L04 L11, D01, M06 A B C D Terdapat tujuh mesin, sehingga dilakukan perhitungan jumlah k atau kombinasi untuk urutan job. Kemudian mengurutkan job pada setiap k dengan menggunakan aturan Johnson. Berdasarkan Tabel 4 proses pengurutan job pada k=3 yaitu kombinasi antara dua kelompok mesin dengan setiap kelompoknya terdiri dari tiga mesin. Kelompok mesin satu adalah mesin pertama, kedua dan ke tiga, yaitu L08, L09, dan L04. Kelompok mesin dua adalah mesin ke lima, keenam dan ke tujuh, yaitu L11, D01 dan M06. Selanjutnya membandingkan waktu antar komponen (job) pada kedua mesin tersebut. Hasil pengurutan job k=3 adalah C-B-A-D.
5 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4283 Tabel 5 Hasil Urutan Job k i Urutan job k=1 B A D C k=2 B A D C k=3 C B A D k=4 C B A D k=5 B A C D k=6 B A C D Berdasarkan Tabel 5, ada tiga urutan job yang sama dengan urutan lainnya, sehingga hanya ada tiga urutan job yang dihitung makespan. Bila menggunakan aliran job one piece flow, maka makespan untuk satu unit produk Isolating Cock adalah 120,55 menit. Hasil makespan untuk ketiga urutan job bernilai sama. 3.3 Perhitungan Ukuran Lot Order bulan Agustus-Desember 2014 adalah unit. Dalam rentang tersebut terdapat 20 minggu. Pengiriman dari DEPSIN ke Departemen Assembly dilakukan setiap seminggu sekali. Lot yang diusulkan berdasarkan target tiap minggu yaitu 1.200/20 = 60. Sehingga target tiap minggu adalah 60 unit produk Isolating Cock. Oleh karena itu, ukuran lot pertama adalah 60 unit. Ukuran lot kedua yang diusulkan berdasarkan target tiap hari yaitu 60 unit / 5 hari = 12 unit/hari. Target tiap minggu adalah 60 unit produk Isolating Cock, sehingga pengerjaan 12 unit/hari berulang lima kali. Oleh karena itu, ukuran lot kedua adalah 12 unit. Selanjutnya dihitung ukuran sublot untuk masing-masing komponen Isolating Cock. Penjadwalan dilakukan dengan membandingkan makespan antara ukuran lot batch dengan ukuran lot transfer batch. Komponen Flens Data waktu pengerjaan komponen Flens pada setiap prosesnya adalah P1 = 8,47 menit, P2 = 19,32 menit, P3 = 11,64 menit, dan P4 = 2,42 menit. Selanjutnya tetapkan bahwa u = 1. Kemudian mencari nilai v i. Nilai v dicari mulai dari v 2. [6] 1. Menghasilkan pemecahan dasar Langkah 1 : Set u = 1 dan letakkan mesin pertama pada pemecahan Selanjutnya tetapkan bahwa u = 1. u = 1 Langkah 2 : Temukan max v>u{q uv} Kemudian mencari nilai v i. Nilai v dicari mulai dari v 2. v 2 = 2 = 1 19,32 8,47 = 2,28099 v 3 = 2+ 3 = ,32+11,64 8,47+19,32 = 1,11407 v 4 = = ,32+11,64+2,42 8,47+19,32+11,64 = 0,84656 max v>u{q uv} nilai v maksimum berada pada v = 2 m q[1][2] = q12 = 2,28099 Nilai m adalah 4 karena komponen Flens dikerjakan oleh 4 mesin. Proses perhitungan nilai v berhenti jika nilai v maksimal terletak pada v m. Perolehan nilai v maksimal belum terletak pada v 4, sehingga perhitungan v dilanjutkan pada u = 2. Langkah 3 : Tambahkan mesin v ke pemecahan setelah mesin u. Bila v = m, berhenti. Mulai u = v dan kembali ke langkah 2. Selanjutnya tetapkan bahwa u = 2. Kemudian mencari nilai v i. Nilai v dicari mulai dari v 3. u = 2 v 3 = 3 = 11,64 = 0, ,32 v 4 = 3+ 4 = ,64+2,42 19,32+11,64 = 0,45413 max v>u{q uv} nilai v maksimum berada pada v = 3 m q[2][3] = q23 = 0,60248 Nilai m adalah 4 karena komponen Flens dikerjakan oleh 4 mesin. Proses perhitungan nilai v berhenti jika nilai v maksimal terletak pada v m. Perolehan nilai v maksimal belum terletak pada v 4, sehingga perhitungan v
6 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4284 dilanjutkan pada u = 3. Selanjutnya tetapkan bahwa u = 3. Kemudian mencari nilai v i. Nilai v dicari mulai dari v 4. u = 3 v 4 = 4 = 2,42 = 0, ,64 max v>u{q uv} nilai v maksimum berada pada v = 4 = m q[3][4] = q24 = 0, Solusi untuk sublot konsisten (s = 2) Langkah 1 : Temukan pecahan dasar dan mulai u =2 Selanjutnya tetapkan bahwa u = 2. u = 2 Langkah 2 : Bila [u] = m (mesin [u] adalah mesin terakhir dalam pemecahan), lanjut ke langkah 4 u = 2 m maka lanjut ke langkah 3 Langkah 3 : Bila P(1, [u]-1) P ([u]+1, m), mulai u = u+1 dan kembali ke langkah 2 u = 2 P(1, [u]-1) P ([u]+1, m) P(1, [2]-1) P ([2]+1, 4), P(1, 1) P (3, 4), 8.47 [( )=14.06] u = 3 P(1, [u]-1) P ([u]+1, m) P(1, [3]-1) P ([3]+1, 4), P(1, 2) P (4, 4), [( )=27.79] 2.42 Langkah 4 : Mulai L 1 = U / (1+q [u-1][u]) dan L 2 = U L 1 q[3][4] = q24 = 0,2079 Untuk ukuran lot batch pertama 60 unit / minggu : U = 60 unit 60 L 1 = U / (1+q [u-1][u]) = (1+0,2079) = 49 unit L 2 = U L 1 = = 11 unit Untuk ukuran lot batch kedua 12 unit / hari : U = 12 unit 12 L 1 = U / (1+q [u-1][u]) = = 9 unit (1+1,15255) L 2 = U L 1 = 12 9 = 3 unit Tabel 6 Hasil Perhitungan Sublot Usulan 1 Usulan 2 Nama Proses Operasi Komponen Sublot 1 Sublot 2 Sublot 1 Sublot 2 (unit) (unit) (unit) (unit) Bubut 1 O-1A Bubut 2 O-2A Rumah IC Bubut 3 O-3A Bubut 4 O-4A Bubut 5 O-5A Bor O-6A Bubut 1 O-1B Flens Bubut 2 O-2B Bor O-3B Frais O-4B Penutup Bubut 1 O-1C Bubut 2 O-2C Baut Ventilasi Bubut 1 O-1D
7 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 4285 Proses pengurutan job menggunakan algoritma CDS digunakan untuk menjadwalkan komponen-komponen Isolating Cock dengan ukuran lot transfer batch, yaitu produk ditransfer ke mesin berikutnya ketika tiap sublot selesai dikerjakan pada mesin tertentu. A adalah Rumah Isolating Cock, B adalah Flens, C adalah Penutup, dan D adalah Baut Ventilasi. Bila menggunakan ukuran lot transfer batch usulan pertama, maka makespan untuk 60 unit buah produk Isolating Cock dengan urutan B-A-D-C dan B-A-C-D adalah sama yaitu 3.701,81 menit = 61,7 jam atau 10 shift kerja, sedangkan makespan dengan urutan C-B-A-D adalah 3.954,08 menit = 65,9 jam atau 11 shift kerja. Bila menggunakan ukuran lot transfer batch usulan kedua, maka makespan untuk 60 unit buah produk Isolating Cock dengan urutan B-A-D-C dan B-A-C-D adalah sama yaitu 2.781,5 menit = 46,4 jam atau 8 shift kerja, sedangkan makespan dengan urutan C-B-A-D adalah 2.749,3 menit = 45,8 jam atau 8 shift kerja. Job Tabel 7 Durasi Pengerjaan Penjadwalan dengan Ukuran Lot Transfer Batch Usulan Kedua Kode Mesin fixture tools Sublot 1 Sublot 2 Waktu Total benda Waktu benda Proses Waktu kerja Proses kerja Total Waktu C L C L B L B L B D B M A L A L A L A L A L D L Pembahasan Penjadwalan produksi yang diusulkan adalah penjadwalan flow shop dengan algoritma CDS untuk meminimasi makespan pengerjaan komponen-komponen Isolating Cock karena berpengaruh terhadap waktu pengiriman produk ke Departemen Assembly. Penjadwalan mempertimbangkan urutan pengerjaan komponen dan ukuran lot transfer batch. Penjadwalan dengan algoritma CDS menghasilkan tiga urutan job yang berbeda, namun untuk urutan job B-A-C-D dan B-A-D-C menghasilkan gantt chart dan makespan yang sama karena job C (Penutup) dan job D (Baut Ventilasi) tidak dikerjakan dalam mesin yang sama sehingga keduanya tidak bergantung satu sama lain. Ukuran lot yang dihitung terdiri dari dua usulan, yaitu 60 unit dan 12 unit. Pada usulan pertama menghasilkan makespan yang lebih besar karena masih terjadi idle pada semua mesin, kecuali L08. Produksi 60 unit Isolating Cock membutuhkan setup fixture dan setup tools sebanyak satu kali, dan setup benda kerja sebanyak 60 kali. Sedangkan pada usulan kedua, yaitu mengerjakan tiap 12 unit produk selama lima kali sehingga jumlah akhirnya 60 unit dalam seminggu, menghasilkan makespan yang lebih kecil karena pada mesin L08 dan L11 tidak terjadi idle. Produksi 60 unit Isolating Cock membutuhkan setup fixture dan setup tools sebanyak lima kali, dan setup benda kerja sebanyak 60 kali. Bila menggunakan ukuran lot transfer batch usulan kedua, maka makespan untuk 60 unit buah produk Isolating Cock dengan urutan B-A-D-C dan B-A-C-D adalah sama yaitu 2.781,5 menit = 46,4 jam atau 8 shift kerja, sedangkan makespan dengan urutan C-B-A-D adalah 2.749,3 menit = 45,8 jam atau 8 shift kerja.
8 ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page Penjadwalan CDS dengan urutan CBAD M06 II II II II II 001 i i L11... c.,, 0 LIO LOI =::I flens(sll>bt2) " LOO L )W) flens(sll>btl) I R111111h (Sublot 1) R111111h (Sublot 2] l'erotl.l) (Sublot 1) l'erotl.l) (Sublot 2) 2730 IBaut V. (Sll>btl) Makespan Gambar 3 Gantt Chart Penjadwalan CDS urutan CBAD dengan Ukuran Lot Transfer Batch Usulan Kedua 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Penjadwalan komponen-komponen Isolating Cock pada bulan Agustus-Desember 2014 menggunakan algoritma CDS urutan job C-B-A-D (Penutup-Flens-Rumah IC-Baut Ventilasi) dan ukuran lot batch 12 unit diulang sebanyak lima kali (60 unit) dengan pengaturan lot transfer batch pada komponen Rumah IC sublot satu 6 unit dan sublot dua 6 unit, komponen Flens sublot satu 9 unit dan sublot dua 3 unit, komponen Penutup sublot satu 4 unit dan sublot dua 8 unit, serta komponen Baut Ventilasi sublot satu 12 unit, dapat meminimasi makespan dari 117 jam atau 18 shift kerja menjadi adalah 2.749,3 menit = 45,8 jam atau 8 shift sehingga menghemat waktu penyelesaian sebesar 60,85%. 5.2 Saran 1. Membuat aplikasi perhitungan sublot agar memudahkan dan lebih cepat dalam perhitungan. 2. Memperluas penjadwalan ulang pada algoritma CDS dengan menghitung semua alternatif urutan yang memungkinkan ketika durasi waktu pada beberapa job bernilai sama. 3. Memperluas alternatif keputusan dengan penjadwalan ulang memindahkan job ke mesin yang lain. 4. Memperluas alternatif keputusan dengan tambahan fixture sehingga dapat melakukan operasi yang sama di mesin yang berbeda dalam waktu yang sama. 5. Menerapkan pengaturan ukuran lot transfer batch pada pembuatan komponen-komponen yang diproduksi di DEPSIN. Daftar Pustaka [1] (2014, November 25). Diambil kembali dari [2] Rinawati, A. A. (2007). Penjadwalan Produksi Dengan Mempertimbangkan Ukuran Lot Transfer (Studi Kasus di PT. BUDI MANUNGGAL Yogyakarta). Tugas Akhir. [3] Batubara, S., & Kudsiah, F. (2011). Penerapan Konsep Lean Manufacturing Untuk Meningkatkan Kapasitas Produksi (Studi Kasus : Lantai Produksi PT. TATA BROS SEJAHTERA). Jurnal Teknik Industri, ISSN : , 147. [4] Ginting, R. (2009). Penjadwalan Mesin. Yogyakarta: Graha Ilmu. [5] Nicholas, J. M. (1998). Competitive Manufacturing Management: Continuous Improvement, Lean Production, Customer-Focused Quality. Singapore: McGraw-Hill. [6] Baker, K. R., & Trietsch, D. (2009). Principles of Sequencing and Scheduling. Canada: John Wiley & Sons Inc.
PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD
PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN UKURAN LOT TRANSFER BATCH UNTUK MINIMASI MAKESPAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD 1 Vita Ardiana Sari, 2 Dida Diah Damayanti, 3 Widia Juliani Program Studi
Lebih terperinciGambar I-1 Komponen Isolating Cock
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Waktu dalam proses produksi merupakan hal terpenting bagi suatu perusahaan selain kualitas hasil produksi. Semakin sedikit waktu yang diperlukan untuk memproduksi suatu
Lebih terperinciUSULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP DALAM MEMINIMASI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN ORDER PADA KOMPONEN ISOLATING COCK DENGAN METODE SMED DI PT PINDAD (PERSERO)
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 3981 USULAN PERBAIKAN WAKTU SETUP DALAM MEMINIMASI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN ORDER PADA KOMPONEN ISOLATING COCK DENGAN METODE
Lebih terperinciPERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERENCANAAN PENJADWALAN PRODUKSI PADA PT HARAPAN WIDYATAMA PERTIWI UNTUK PRODUK PIPA PVC (Planning Production Schedule of PVC Pipe Product in PT Harapan Widyatama Pertiwi)
Lebih terperinciProgram Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1
PERANCANGAN SISTEM SCHEDULING JOB MENGGUNAKAN DRUM BUFFER ROPE UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN ORDER DAN MANUFACTURING LEAD TIME PADA BAGIAN MACHINING MPM DI PT. DIRGANTARA INDONESIA 1 Rinda Rieswien, 2
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: metode First Come First Serve (FCFS), metode Campbell Dudek and Smith (CDS), total waktu produksi, penjadwalan produksi
ABSTRAK CV. Megah Jaya Abadi merupakan perusahaan konveksi dimana penjadwalan produksi saat ini dibuat dengan metode First Come, First Serve (FCFS) yang artinya pesanan dibuat sesuai dengan urutan pesanan
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Production Scheduling, Makespan, CDS Algorithm (Campbell, Dudek, and Smith), FCFS Methods (First Come First Serve).
ABSTRACT PT. X is a company engaged in manufacturing, especially in the sewing business. Production scheduling is implemented using the company's production system First Come First Serve (FCFS). FCFS perform
Lebih terperinciABSTRAK. viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT. X didirikian oleh seorang konsultan di sebuah pabrik yang memproduksi sepatu pria. Penjadwalan produksi yang selama ini dilakukan oleh perusahaan adalah menggunakan metode First-Come, First-Served
Lebih terperinciDESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA COMPONENTS ISOLATING COCK IN PT PINDAD (PERSERO) TO MINIMIZE WASTE USING 5S METHODE WITH LEAN MANUFACTURING APPROACH
PERANCANGAN PERBAIKAN AREA PERMESINAN KOMPONEN ISOLATING COCK DI PT PINDAD (PERSERO) UNTUK MEMINIMASI WASTE MENGGUNAKAN METODE 5S DENGAN PENDEKATAN LEAN MANUFACTURING DESIGN IMPROVEMENT MACHINING AREA
Lebih terperinciOptimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal
Optimasi Penjadwalan Mesin Produksi Flowshop dengan Metode Campbell Dudek and Smith (CDS) dan Nawaz Enscore Ham (NEH) pada Departemen Produksi Massal Fitria Imatus Solikhah 1, Renanda Nia R. 2, Aditya
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN. Arus globalisasi dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin besar,
PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus globalisasi dalam dunia usaha akhir-akhir ini semakin besar, perusahaan-perusahaan mulai menjalankan usahanya tanpa mengenal batasan negara,
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha
v ABSTRACT Competition in the manufacturing companies continue to increase along times. Every company always tries to produce a quality product and match with consumer desire. Especially companies based
Lebih terperinciLina Gozali, Lamto Widodo, Wendy Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jl. S Parman no.1, Jakarta
1 2 USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE B PT. XYZ Lina Gozali, Lamto
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Job orders, production scheduling, CDS, FCFS, makespan efficiency. Universitas Kristen Maranatha
i ABSTRACT Competition in the manufacturing companies continue to increase along times. Every company always tries to produce a quality product and match with consumer desire. Especially companies based
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Sejumlah penelitian yang berkaitan dengan penjadwalan produksi telah dilakukan, antara lain oleh Wigaswara (2013) di PT Bejana Mas Perkasa.
Lebih terperinciJurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli Dzakiy Sulaiman, Emsosfi Zaini, Arnindya Driyar M.
Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.03 Vol.03 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2015 JADWAL PRODUKSI PRODUKCOMBINATION DOUBLE WINDLASS MENGGUNAKAN PENDEKATAN SHIFTING
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Start Observasi Lingkungan Produksi Studi Literatur Identifikasi Masalah Pengumpulan Data (dalam satu periode produksi) Menentukan Waktu Proses Tiap Pesanan Penjadwalan
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL
PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN ALGORITMA JADWAL NON DELAY UNTUK MEMINIMALKAN MAKESPAN STUDI KASUS DI CV. BIMA MEBEL Setyo Harto, Annisa Kesy Garside, dan Dana Marsetya Utama Jurusan Teknik Industri Universitas
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2835
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 2835 USULAN PENJADWALAN ORDER UNTUK MENGURANGI DELAY DAN MANUFACTURING LEAD TIME MENGGUNAKAN METODE DRUM BUFFER ROPE DI PT PERKEBUNAN
Lebih terperinciUSULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG)
USULAN PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDEK AND SMITH (STUDI KASUS PADA PT PAN PANEL PALEMBANG) Yudit Christianta 1, Theresia Sunarni 2 12 Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang
Lebih terperinciPERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113
PERENCANAAN & PENGENDALIAN PRODUKSI TIN 4113 Pertemuan 13 & 14 Outline: Scheduling Referensi: Tersine, Richard J., Principles of Inventory and Materials Management, Prentice-Hall, 1994. Wiratno, S. E.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sistem manufaktur adalah kumpulan dari equipment yang terintegrasi dan human resource, yang mempunyai fungsi untuk melakukan satu atau beberapa proses operasi
Lebih terperinciAnalisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container
Analisis Dan Usulan Penjadwalan Produksi Dengan Menggunakan Metode Campbell Dudek Smith (CDS) Pada PT. Muliaglass Container Nama : Putra Octavianus NPM : 35412750 Jurusan Pembimbing 1 Pembimbing 2 : Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan diperlukan ketika beberapa pekerjaan harus diproses pada suatu mesin tertentu yang tidak bisa memproses lebih dari satu pekerjaan pada saat yang sama. Penjadwalan
Lebih terperinciPERBAIKAN PENJADWALAN AKTIVASI STARTER PACK UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PT XYZ
PERBAIKAN PENJADWALAN AKTIVASI STARTER PACK UNTUK MEMINIMASI KETERLAMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE EARLIEST DUE DATE PADA PT XYZ Riska Retno Widyaningsih 1, Budi Sulistyo 2, Murni Dwi Astuti 3 1 Program
Lebih terperinciLina Gozali, Lamto Widodo, Wendy. Fakultas Teknik Program Studi Teknik Industri Universitas Tarumanagara Jakarta. Abstrak
Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer USULAN PENJADWALAN JOB DENGAN METODE CAMPBELL, DUDEK AND SMITH (CDS) DAN METODE NAWAZ, ENSCORE AND HAM (NEH) UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN PROSES STAMPING PART ISUZU DI LINE
Lebih terperinciPenjadwalan Produksi Dengan Metode Non Delay (Studi Kasus Bengkel Bubut Chevi Sintong Palembang)
Penjadwalan Produksi Dengan Metode Non Delay (Studi Kasus Bengkel Bubut Chevi Sintong Palembang) Livia 1, Achmad Alfian 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang 30113 (alfian_60@yahoo.com
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE
ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN ATURAN PRIORITAS PENJADWALAN PADA PENJADWALAN NON DELAY N JOB 5 MACHINE Dana Marsetiya Utama Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang Kontak
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE NON DELAY (STUDI KASUS BENGKEL BUBUT CHEVI SINTONG)
PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE NON DELAY (STUDI KASUS BENGKEL BUBUT CHEVI SINTONG) Livia 1, Achmad Alfian 2 1 Jurusan Teknik Industri, Sekolah Tinggi Teknik Musi, Palembang Jl. Bangau 60 Palembang
Lebih terperinciPENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE)
PENGEMBANGAN MODEL PENJADWALAN MENGGUNAKAN TEKNIK SISIPAN (INSERTION TECHNIQUE) IR. DINI WAHYUNI, MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Sumatera Utara 1. Latar Belakang Kecenderungan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
22 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi penjadwalan Secara umum, penjadwalan merupakan proses dalam perencanaan dan pengendalian produksi yang digunakan untuk merencanakan produksi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Waktu Pengukuran waktu adalah pekerjaan mengamati dan mencatat waktuwaktu kerjanya baik setiap elemen ataupun siklus. Teknik pengukuran waktu terbagi atas dua bagian
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci: Penjadwalan, Campbell, Dudek, and Smith, make to order, makespan, idle time, dan first-come first serve.
ABSTRAK Persaingan dalam industri manufaktur saat ini sudah semakin berkembang, dikarenakan sudah banyaknya perusahaan yang bergerak di bidang ini, untuk itu setiap perusahaan harus mampu menghadapi persaingan
Lebih terperinciANALISIS PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANNENBRING DI UD. ANGGUN RAYA WARU - SIDOARJO SKRIPSI
ANALISIS PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN METODE CAMPBELL DUDECK SMITH, PALMER DAN DANNENBRING DI UD. ANGGUN RAYA WARU - SIDOARJO SKRIPSI Oleh : RATIH FITRI KURNIAWATI 0732010120 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Arus globalisasi yang semakin besar dalam dunia usaha akhir-akhir ini memungkinkan perusahaan menjalankan usahanya tanpa mengenal batas wilayah negara. Perusahaan asing yang masuk ke Indonesia
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci: penjadwalan produksi, algoritma CDS, waktu produksi, efisiensi produksi. iii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Dalam ketatnya persaingan industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk lebih kompetitif dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dalam hal memuaskan kebutuhan konsumen, perusahaan sangatlah
Lebih terperinciABSTRAK. Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro Ferro Ferdinant 3 1,2, 3 Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Minimasi Makespan Penjadwalan Flowshop Menggunakan Metode Algoritma Campbell Dudek Smith (CDS) Dan Metode Algoritma Nawaz Enscore Ham (NEH) Di PT Krakatau Wajatama Muhamad Hidayat 1, Ratna Ekawati 2, Putro
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
42 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah dan Penjelasannya 3.1.1 Studi Pendahuluan Untuk mengidentifikasi masalah yang akan diteliti di PT. Furin Jaya, maka penulis melakukan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Sistem Produksi Pada sub bab ini akan dibahas mengenai pengertian sistem produksi dari beberapa teori yang sudah ada, serta ruang lingkup sistem produksi
Lebih terperincipekerjaan pada mesin dan penugasan tenaga kerja pada mesin. Sangat penting bagi perusahaan untuk melakukan perencanaan yang tepat pada saat menerima
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dunia industri yang semakin pesat, perusahaan dituntut untuk dapat bersaing dengan para kompetitor dengan menciptakan kredibilitas yang
Lebih terperinciDAFTAR ISI. vii. repository.unisba.ac.id
DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii AYAT AL-QUR AN... iii PEDOMAN PENGGUNAAN TUGAS AKHIR... iv KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)
11 Dinamika Teknik Juli PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Dosen Fakultas Teknik Universitas Stikubank Semarang DINAMIKA TEKNIK Vol. VII, No. 2
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI DENGAN ALGORITMA HEURISTIK POUR (STUDI KASUS: KONVEKSI ONE WAY MALANG)
PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN ALGORITMA HEURISTIK POUR (STUDI KASUS: KONVEKSI ONE WAY MALANG) ANDRI SULAKSMI, ANNISA KESY GARSIDE*, DAN FITHRIANY HADZIQAH Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPenjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm
Jurnal Telematika, vol.9 no.1, Institut Teknologi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-251 Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm
Lebih terperinciPenjadwalan Kelompok Buku Cerita Menggunakan Algoritma Modrak (2010) dengan Kriteria Minimisasi Makespan *
Reka integra ISSN:2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No. 02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2014 Penjadwalan Kelompok Buku Cerita Menggunakan Algoritma Modrak (2010) dengan
Lebih terperinciPENJADWALAN MESIN PADA SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP UNTUK MEMINIMALKAN KETERLAMBATAN
PENJADWALAN MESIN PADA SISTEM PRODUKSI FLOW SHOP UNTUK MEMINIMALKAN KETERLAMBATAN Irwan Adi Saputro Siti Mundari Teknik Industri-Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya sitimundari@yahoo.co.id ABSTRAK Tingginya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjadwalan merupakan bagian yang penting dari proses produksi sebelum pekerjaan turun ke lantai produksi. Sistem penjadwalan yang kurang baik dapat memperpanjang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri manufaktur dengan sistem produksi make to order, akan memproduksi beberapa atau beragam jenis produk. Setiap produk tersebut membutuhkan variasi proses, mesin,
Lebih terperinciSeminar Nasional IENACO 2016 ISSN: IMPLEMENTASI MASS CUSTOMIZATION DALAM MINIMASI LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA CDS
IMPLEMENTASI MASS CUSTOMIZATION DALAM MINIMASI LEAD TIME DENGAN PENDEKATAN ALGORITMA CDS Jatu Sandyakalaning 1, Salvia Fatma Aulia 2, Vanadhia Amanita 3 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Penadwalan Penadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun asa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
26 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Definisi Penjadwalan Penjadwalan dapat didefinisikan sebagai penugasan dan penentuan waktu dari kegunaan sumber daya seperti tenaga kerja, peralatan, dan fasilitas
Lebih terperinciPERBAIKAN JADWAL PRODUKSI MENGGUNAKAN CDS DI PT. TAESUNG ABADI
Seminar Nasional Pakar ke 1 Tahun 2018 ISSN (P) : 2615-2584 Buku 1 ISSN (E) : 2615-3343 PERBAIKAN JADWAL PRODUKSI MENGGUNAKAN CDS DI PT. TAESUNG ABADI Didien Suhardini1 1), Larasati Citra Nuristya 2),
Lebih terperinciPenjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck Heuristic (SHB)
doi: https://doi.org/10.581/zenodo.106337 JURITI PRIMA (Junal Ilmiah Teknik Industri Prima) Vol. 1, No. 1, Juni 017 e-issn: 581-057X Penjadwalan Produksi Job Shop dengan Menggunakan Metode Shifting Bottleneck
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR.. ix DAFTAR LAMPIRAN... x ABSTRAK.. xi BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Lebih terperinciUNIVERSITAS BINA NUSANTARA
UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Tugas Akhir Sarjana Semester Genap tahun 2006/2007 USULAN PENJADWALAN N JOB M MACHINE SERI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CDS UNTUK MEMINIMASI PERSENTASE IDLE
Lebih terperinciGambar I. 1 Air Brake System Tipe KE-G-12
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang PT Pindad merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memproduksi alat pertahanan dan beberapa produk komersial. Kelompok usaha PT Pindad dibagi menjadi empat pokok
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. menolong manusia dalam melaksanakan tugas tertentu. Aplikasi software yang. dirancang untuk menjalankan tugas tertentu.
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Aplikasi Menurut Kadir (2008:3) program aplikasi adalah program siap pakai atau program yang direka untuk melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Umum Penjadwalan Produksi Untuk mengatur suatu sistem produksi agar dapat berjalan dengan baik, diperlukan adanya pengambilan keputusan yang tepat
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan Produksi Perusahaan selalu melakukan penjadwalan produksi dalam pemenuhan kapasitas permintaan konsumen atau order dari konsumen untuk jangka pendek dalam rentang periode
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin kompetitif membuat perusahaan manufaktur tidak hanya memperhatikan kualitas produk, tetapi juga ketepatan waktu produk sampai ke tangan
Lebih terperinciBAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)
Lebih terperinciPengantar Manajemen Produksi & Operasi
Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Penelitian secara kesuluruhan bertujuan untuk meningkatkan output produksi brownies dengan merubah lot transfer operasi dan perubahan job description untuk
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI CETAK LETTER PRESS DAN OFFSET DI PT ART
PENJADWALAN PRODUKSI CETAK LETTER PRESS DAN OFFSET DI PT ART Bagus Setyo Widodo 1, I Nyoman Pujawan 2 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Magister Manajemen Teknologi ITS 2 Dosen Magister Manajemen Teknologi bagus_sw@yahoo.com
Lebih terperinciSIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL
SIDANG TUGAS AKHIR PENERAPAN METODE INTEGER PROGRAMMING PADA PENJADWALAN PRODUKSI MAKE TO ORDER DENGAN MESIN PARALEL (Studi Kasus: Bengkel Umum Unit III, PT. Gudang Garam,Tbk.) Dosen Pembimbing: Prof.
Lebih terperinciPENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM
PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Proses pengumpulan data dilakukan untuk selanjutnya dianalisa dalam penjadwalan menggunakan pola kedatangan job secara statis dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk memberikan yang terbaik bagi kepuasan dan memenuhi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman dewasa ini menuntut berkembangnya perindustrian pula. Perkembangan dunia industri dewasa ini menuntut banyak perusahaan untuk memberikan
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK P.T. Gistex Textile Division adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang textile yang mengolah polyester (bahan baku) menjadi kain. Perusahaan memproduksi barang sesuai dengan pesanan konsumen
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: scheduling machines, CDS rule, makespan. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT High-demanding market encountered by today's competitive markets demand the right scheduling procedures so that the production processes can be executed as well as possible. However, for companies
Lebih terperinciBAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak industri yang mengalami perkembangan salah satunya adalah PT DI (Dirgantara Indonesia). Perusahaan ini merupakan satu-satunya badan usaha milik negara
Lebih terperinciIndeks Produksi Industri Sedang Besar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang semakin banyak mengakibatkan semakin banyaknya peluang usaha. Semakin banyaknya penduduk semakin banyak pula kebutuhan yang perlu dipenuhi. Industri-industri
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY
Penjadwalan Produksi Injection Moulding Pada PT. Duta Flow Plastic Machinery PENJADWALAN PRODUKSI MESIN INJECTION MOULDING PADA PT. DUTA FLOW PLASTIC MACHINERY Roesfiansjah Rasjidin, Iman hidayat Dosen
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: Scheduling, CDS method, FCFS method. viii Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT Tamanara Corporation is one of the shoemaker company. The kind of shoe they make are wedges, high heels, and flat. They only produce the shoe based on order, it means the schedule of the shoe
Lebih terperinciMODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN
MODEL PENJADWALAN FLOW SHOP n JOB m MESIN UNTUK MEMINIMASI MAKESPAN TANPA TARDY JOB DENGAN KENDALA KETIDAKTERSEDIAAN MESIN Jefikz Berhitu, Mokh. Suef, dan Nani Kurniati Jurusan Teknik Industri - Institut
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi 2.1.1 Definisi Sistem Produksi Menurut para ahli ada beberapa definisi mengenai sistem produksi, antara lain : 1. Asruri (1993) mendefinisikan sistem produksi
Lebih terperinciPENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG
PENGGUNAAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENJADWALAN PRODUKSI DI PT DNP INDONESIA PULO GADUNG Suriadi AS, Ulil Hamida, N. Anna Irvani STMI Jakarta, Kementerian Perindustrian RI ABSTRAK Permasalahan yang terjadi
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS)
PENJADWALAN PRODUKSI DI LINE B MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL-DUDEK-SMITH (CDS) Antoni Yohanes Program Studi Teknik Industri Universitas Stikubank, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia antonijohanes@gmail.com
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA TABU SEARCH PADA PT. XYZ
e-jurnal Teknik Industri FT USU Vol 8, No., Desember 0 pp. -5 ISSN -0579 online / ISSN -0560 print PENJADWALAN PRODUKSI JOB SHOP DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA TABU SEARCH PADA PT. XYZ Rencus Siburian, Abadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dalam industri manufakatur kini semakin meningkat, membuat persaingan indsutri manufaktur pun semakin ketat. Di Indonesia sendiri harus bersiap mengahadapi
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: scheduling, Campbell Dudek Smith,makespan. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT CV. Tri Sapta Jaya is a company which moving the manufacture of aluminium molds. Company during the time have the simply production scheduling. During the time the company scheduling is by order.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Penjadwalan pekerjaan pada mesin sangat perlu dilakukan oleh perusahaan untuk menyusun suatu urutan prioritas kerja (sequencing) yang sesuai dengan loading
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri. yang terbatas terhadap pekerjaan yang berlebihan (Pinedo, 1992).
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penjadwalan (scheduling) dan sequencing merupakan suatu bentuk dari penyelesaian masalah yang memiliki peranan penting dalam industri manufaktur dan jasa. Penjadwalan
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL, DUDEK & SMITH PADA MESIN LASER MARKING JENIS EVERTECH UNTUK MEMINIMALISASI MAKESPAN
PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE CAMPBELL, DUDEK & SMITH PADA MESIN LASER MARKING JENIS EVERTECH UNTUK MEMINIMALISASI MAKESPAN Kurnia 1, Refdilzon Yasra 2, Vera Methalina Afma 3 1 Program
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH
43 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah adalah langkah-langkah pemecahan masalah yang harus ditetapkan dahulu sebelum melakukan penelitian terhadap pokok-pokok permasalahan yang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Peranan Penjadwalan dan Pengaruhnya Penjadwalan adalah proses pengambilan keputusan yang memainkan peranan penting dalam industri manufaktur maupun jasa.
Lebih terperinciABSTRAKSI. Kata Kunci : Algoritma Jadwal Aktif, Job Shop. Jurusan Tehnik Industri UPN Veteran Yogyakarta
ABSTRAKSI PT.Yogya Presisi Teknikatama Industri (PT.YPTI) adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang industri manufaktur dengan produk yang dihasilkan berupa mold dan sparepart. Proses penyelesaian
Lebih terperinciUSULAN PENERAPAN PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PD BLESSING
USULAN PENERAPAN PENJADWALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA DI PD BLESSING Santoso 1*, Eldad Dufan Sopater Subito 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha
Lebih terperinciAnalisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham
Petunjuk Sitasi: Tarigan, U., Lubis, N. I., & Tarigan, U. P. (2017). Analisis Penjadwalan Produksi Flowshop dengan Membandingkan Metode Harmony Search dan Algoritma Nawaz, Enscore and Ham. Prosiding SNTI
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FCFS, CDS DAN GUPTA
PENJADWALAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE FCFS, CDS DAN GUPTA Wongso Sugino 1) Herlina Abdullah 2) 1) 2) Teknik Informatika Universitas Tarumanagara Jl. Letjen S. Parman No 1, Jakarta Email : 1) Wongso_sugino@yahoo.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penjadwalan produksi merupakan ketepatan suatu perusahaan dalam mengasilkan produk yang telah disepakati sesuai dengan kesepakatan. Penjadwalan produksi sangat erat
Lebih terperinciPenjadwalan Produksi Garment Menggunakan Algoritma Heuristic Pour
JURNAL INFORMATIKA, Vol.5 No.1 April 2018, pp. 81~89 ISSN: 2355-6579 E-ISSN: 2528-2247 81 Penjadwalan Produksi Garment Menggunakan Algoritma Heuristic Pour Rizal Rachman STMIK Nusa Mandiri Jakarta e-mail:
Lebih terperinciPenjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming
https://doi.org/10.22219/jtiumm.vol18.no2.127-137 Penjadwalan Untuk Memininimalkan Total Tardiness Dengan Metode Integer Linear Programming Clara Yessica Livia *, Teguh Oktiarso Jurusan Teknik Industri,
Lebih terperinciPENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING DI PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA : Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
PENJADWALAN PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULATED ANNEALING DI PT. GUNA KEMAS INDAH TUGAS SARJANA : Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sumber : PT. Dirgantara Indonesia (Persero) Departemen Machining, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Dirgantara Indonesia (Persero) adalah salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak dibidang manufaktur didalam pembuatan pesawat, pengembangan desain
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Perusahaan yang dapat. jumlah konsumennya. Salah satu usahanya adalah dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan yang sangat cepat dalam bidang industri seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengakibatkan munculnya persaingan antara perusahaan
Lebih terperinciGambar I. 1 Perbandingan produk komersial dari segi ekonomi (Sumber: PT. Pindad, Divisi Alat Perkeretaapian 2015)
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keberadaan komponen persediaan (inventori) dalam kehidupan manusia tidak dapat dihindarkan, baik dalam kehidupan pribadi, rumah tangga, perkantoran maupun dalam unit
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Bagi sebagian besar perusahaan, penjadwalan produksi merupakan salah satu aktivitas yang sangat berarti bagi perusahaan. Penjawalan produksi merupakan perencanaan kegitan produksi sehingga seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan baja di Indonesia, termasuk di Provinsi Sumatera Utara semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ketatnya persaingan mengharuskan perusahaan untuk dapat memenuhi
Lebih terperinciISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.1 April 2015 Page 878 Usulan Perbaikan Sistem Untuk Mengurangi Penumpukan Work In Process dan Lead Time Produksi Pada Lantai Produksi Bagian Medium
Lebih terperinci