Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW) PEDOMAN PISEW

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW) PEDOMAN PISEW"

Transkripsi

1 Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW) PEDOMAN PISEW

2 Kata Pengantar Direktur Jenderal Cipta Karya Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat dan hidayah sehingga penyusunan PedomanPengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) dapat diselesaikan. PedomanPISEW akan menjadi acuan bagi para pelaksana program di tingkat pusat, provinsi, kabupaten dan kecamatan sasaran dalam penyelenggaraan program. Buku pedoman ini juga dapat menjadi acuan dan masukan bagi para pelaku dan pemerhati perencanaan dan pembangunan kawasan permukiman perdesaan. PISEW merupakan program yang dilaksanakan untuk mendukung kebijakan Pemerintah dalam meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan permukiman di kecamatan, serta meningkatkan kualitas permukiman perdesaan seluas ha. Pengembangan ekonomi lokal memiliki posisi strategis dalam RPJMN tahun Serta terbuka bagi semua kegiatan untuk pengembangan kawasan, namun harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: (i) berorientasi pada pengembangan wilayah atau merupakan penghubung/konektivitas antar wilayah, (ii) memprioritaskan peningkatan/pengembangan komoditas unggulan dan diusulkan melalui kelompok masyarakat, (iii) penggunaan teknologi yang memprioritaskan pemberian kesempatan kerja kepada masyarakat setempat, (iv) mengutamakan penggunaan material setempat, (v) tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial, dan budaya, (vi) tidak tumpang tindih dengan kegiatan APBD, dan (vii) terintegrasi dengan sistem infrastruktur yang ada. Dengan dukungan Pemerintah Daerah selaku pembina pembangunan di wilayahnya, diharapkan program ini dapat menciptakan suasana kerja yang kondusif dan energi yang positif bagi seluruh pelaku dalam menyelenggarakan program dan mewujudkan harmonisasi program. Buku Pedoman PISEW ini disusun berdasarkan evaluasi, pembelajaran dan masukan berbagai pihak. Kami harapkan pedoman ini dapat dipahami dan dilaksanakan sebaikbaiknya oleh semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan, sehingga program ini dapat mencapai tujuan, sasaran dan kinerja seperti yang diharapkan. Direktur Jenderal Cipta Karya i DR. Ir. Andreas Suhono, M.Sc.

3 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P T A K A R Y A Jl. Pattimura No. 20 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp. (021) Kepada Yth. : 1. Para Gubernur; dan 2. Para Bupati; di- Tempat SURAT EDARAN NOMOR 17/SE/DC/2016 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH A. Umum Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (program PISEW) telah berhasil dilaksanakan di 9 (sembilan) provinsi meliputi 34 (tiga puluh empat) kabupaten pada tahun dengan menggunakan pola pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka mewujudkan arah kebijakan dan strategi Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan, diperlukan juga peningkatan kualitas permukiman perdesaan seluas ha sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang ii

4 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) memandang perlu untuk menetapkan program PISEW untuk meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur guna mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan permukiman di kecamatan. Program PISEW akan dilaksanakan dengan pola kegiatan pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat melalui penyedia jasa konstruksi dan menggunakan mata anggaran belanja modal, serta Pemanfaatan hasil pembangunan yang nantinya akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagai Barang Milik Daerah (BMD). Berdasarkan dengan hal tersebut di atas, perlu menetapkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya Tentang Pedoman Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah. B. Dasar Pembentukan 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); iii

5 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5539); 4. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 5. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16); 6. Keputusan Presiden Nomor 42/M Tahun 2015 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Dari dan Dalam Jabatan Pimpinan Tinggi Madya di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 8. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 13.1/PRT/M/2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat iv

6 C. Maksud dan Tujuan Surat Edaran ini dimaksudkan untuk menjadi acuan dalam pelaksanaan program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah yang selanjutnya disingkat PISEW dengan pola kegiatan pembangunan infrastruktur berbasis masyarakat melalui penyedia jasa konstruksi dan menggunakan mata anggaran belanja modal, serta Pemanfaatan hasil pembangunan yang nantinya akan diserahkan kepada Pemerintah Kabupaten sebagai Barang Milik Daerah (BMD). Tujuan Surat Edaran ini untuk menjadi dasar pelaksanaan program PISEW dalam rangka meningkatkan sosial ekonomi wilayah melalui penyediaan infrastruktur. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Surat Edaran ini, meliputi: 1. Kebijakan dan Strategi; 2. Organisasi Pengelola; 3. Komponen dan Kriteria Kegiatan; 4. Jenis Infrastruktur; 5. Pengelolaan Kegiatan; dan 6. Pengendalian pelaksanaan. E. Pelaksanaan PISEW Pelaksanaan PISEW mencakup kegiatan, antara lain: v

7 1. Perencanaan, dimulai pada tingkat provinsi, kabupaten, kecamatan. Perencanaan yang terintegrasi dan bersinergi tertuang dalam dokumen pembangunan sebagai pelaksanaan pengembangan komoditas unggulan daerah dengan dukungan infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan. 2. Pelaksanaan Konstruksi, mengatur tahapan pembangunan infrastuktur dimulai dari perencanaan teknis dan penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) sampai dengan infrastruktur terbangun. 3. Penguatan kemampuan masyarakat, mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pengkajian dan inventarisasi program di desa dan kecamatan, pemetaan potensi dan permasalahan, serta kebutuhan pengembangan kawasan. 4. Penguatan Kelembagaan, dimulai dari peningkatan kapasitas sesuai dengan tugas pokok dan fungsi, serta pengukuran kinerja pemerintah daerah. Pendekatan yang dikembangkan adalah peningkatan kapasitas individu aparatur melalui pelatihan, pertemuan, rapat teknis, rapat koordinasi dengan melibatkan seluruh pelaku dan pemangku kepentingan dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik di daerah. 5. Peningkatan sinergitas kelembagaan pemerintah kabupaten, kecamatan, dan pelaku lokal/kelompok peduli lainnya, agar mampu menciptakan situasi yang kondusif dan sinergi yang vi

8 positif bagi masyarakat dalam menyusun rencana kawasan berbasis desa berkembang sebagai pusat kawasan serta penentuan desa-desa penyangga. 6. Sistem Informasi dan Pelaporan, dilakukan oleh pemerintah dan penyedia jasa sesuai dengan format dan sumber data, desain aplikasi, serta melalui pemantauan dan evaluasi. Pelaporan yang dilakukan oleh pemerintah dimulai dari kecamatan melalui Ketua Kelompok Kerja (Pokja), Tim Pelaksana Kabupaten, Tim Pelaksana Provinsi sampai kepada Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Tim Pelaksana Pusat. Sedangkan pelaporan yang dilakukan oleh penyedia jasa dimulai dari fasilitator masyarakat, penyedia jasa provinsi dan penyedia jasa pusat. 7. Laporan Keuangan, mengatur langkah Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Provinsi dalam menyusun laporan keuangan atas penyerapan dan realisasi pembangunan infrastruktur sosial ekonomi wilayah sebagai pertanggungjawaban administrasi program tiap tahun anggaran yang meliputi dasar pelaksanaan audit dan tahapan pelaksanaan audit oleh badan/instansi yang ditunjuk. F. Penutup 1. Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman PISEW tercantum dalam Lampiran Surat Edaran ini dan merupakan bagian tidak terpisahkan; vii

9 2. Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Demikian, atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Maret 2016 DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA DR. Ir. ANDREAS SUHONO, M.Sc. NIP Tembusan disampaikan kepada Yth. : 1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; dan 3. Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. viii

10 LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR 17 /SE/DC/2016 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH ix

11 Daftar Singkatan APBD APBN Bappenas Bappeprop Bappekab Bawasda BMD BMN BPD BPKP CI DED DIPA Dirjen Cipta Karya DPR DPRD DOUM FM FT FP HU IPAS KAK KMT : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional : Badan Perencanaan Pembangunan Provinsi : Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten : Badan Pengawas Daerah : Barang Milik Daerah : Barang Milik Negara : Badan Permusyawaratan Desa : Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan : Chief Inspector(Koordinator Pengawas Lapangan) : Detailed Engineering Design : Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran : Direktur Jenderal Cipta Karya : Dewan Perwakilan Rakyat : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah : Dari Oleh Untuk Masyarakat : Fasilitator Masyarakat : Fasilitator Teknik : Fasilitator Pemberdayaan : Hidran Umum : Instalasi Pengolah Air Sederhana : Kerangka Acuan Kerja : Konsultan Manajemen Teknis x

12 KMP KPA KPM KPPN KSO KTM KTP2D LKD LKHAP LSM Ormas O & P PAH PISEW PKK PMA PODES POK POKJA PPA PPIP PPK PPK PKP2 PKPS BBM : Konsultan Manajemen Pusat : Kuasa Pengguna Anggaran : Kader Pemberdayaan Masyarakat : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara : Kerjasama Operasional : Kawasan Terpadu Mandiri : Kawasan Terpilih Pembangunan Pusat Desa : Lembaga Kemasyarakatan Desa : Lembar Kendali Hasil Akhir Pekerjaan : Lembaga Swadaya Masyarakat : Organisasi Masyarakat : Operasi dan Pemeliharaan : Penampungan Air Hujan : Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah : Pembinaan Kesejahteraan Keluarga : Perlindungan Mata Air : Potensi Desa : Petunjuk Operasional Kegiatan : Kelompok Kerja : Pejabat Pengguna Anggaran : Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan : Pejabat Pembuat Komitmen : Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Kawasan Permukiman2 : Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak xi

13 PNPM Mandiri PNPM RIS PNPM PISEW Pokmas PU PUPR P2LDT P2DPP P3D RAB RPJMN RPPK RKS SAI Satker Satker PKP SD SE SKS SKPD SPM SPP SPPN : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat MandiriRural Infrastructure Support : Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah : Kelompok Masyarakat : Pekerjaan Umum : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat : Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa secara Terpadu : Pembangunan Permukiman Desa Pusat Pertumbuhan : Pemugaran Permukiman dan Perumahan Desa : Rencana Anggaran dan Biaya : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional : Rapat Persiapan Pelaksanaan Konstruksi : Rencana Kerja dan Syarat-syarat : Sistem Akuntansi Instansi : Satuan Kerja : Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman : Sumur Dalam : Surat Edaran : Survei Kampung Sendiri : Satuan Kerja Perangkat Daerah : Surat Perintah Membayar : Surat Perintah Pembayaran : Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional xii

14 SP2D TAK ToT TPP TPPr TPK UPM UPD UPTD : Surat Perintah Pencairan Dana : Tenaga Ahli Kabupaten : Training of Trainer : Tim Pelaksana Pusat : Tim Pelaksana Provinsi : Tim Pelaksana Kabupaten : Unit Pengaduan Masyarakat : Usulan Prioritas Desa : Unit Pelaksana Teknis Daerah xiii

15 Daftar Isi BAB 1 PROGRAM PISEW Latar Belakang Tujuan Kegiatan Sasaran Kegiatan Penerima Manfaat Indikator Kinerja... 8 BAB 2 KEBIJAKAN, STRATEGI, PENDEKATAN, DAN HARMONISASI KEGIATAN Kebijakan dan Strategi Pendekatan Harmonisasi Kegiatan Penentuan Kecamatan Sasaran Harmonisasi Kelembagaan Pendanaan BAB 3 ORGANISASI PENGELOLA Pembentukan Kelembagaan Pemerintah Pusat dan Daerah Penanggung Jawab Program Tim Pelaksana Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Kabupaten Kecamatan Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan Struktur Organisasi Konsultan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Konsultan Daerah Penyedia Jasa Konstruksi BAB 4 KOMPONEN DAN KRITERIA KEGIATAN Komponen Kegiatan Kriteria Kegiatan BAB 5 JENIS INFRASTRUKTUR PROGRAM PISEW Jenis jenis infrastruktur Prasarana Transportasi Irigasi Kecil Penunjang Produksi Pertanian/Industri Peningkatan Prasarana Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Industri, dan Pendukung Kegiatan Pariwisata Prasarana Air Minum dan Sanitasi BAB 6 PENGELOLAAN KEGIATAN PROGRAM PISEW Persiapan

16 6.1.1 Persiapan Tingkat Pusat Persiapan Tingkat Provinsi Persiapan Tingkat Kabupaten dan Kecamatan Sosialisasi Sosialisasi Tingkat Pusat Konsolidasi Tingkat Pusat Sosialisasi Tingkat Provinsi Sosialisasi Tingkat Kabupaten Pengadaan Konsultan Daerah Perencanaan Penentuan Kawasan Prioritas Berdasarkan Potensi Pembentukan Forum Kecamatan Pemilihan dan Penetapan Kegiatan Inventarisasi Usulan Kegiatan Pertemuan Kecamatan ke 1 - Kegiatan Musyawarah Hasil Sinkronisasi Kajian dan Inventarisasi Program di Kecamatan dan Desa di dalam Kawasan Survei Kawasan Sasaran Program PISEW Pertemuan Kecamatan ke 2 - Kegiatan Musyawarah Penentuan Infrastruktur Terbangun Penyusunan Dokumen Rencana Program Pengembangan Infrastruktur Ekonomi Wilayah termasuk Pra DED dan RAB Pertemuan Kecamatan ke 3 - Kegiatan Sosialisasi Hasil Penetapan Usulan Kegiatan Penyusunan DED dan RAB Sistematika Penyusunan DED Sistematika Rencana Anggaran Biaya (RAB) Pelaksanaan Konstruksi Pengadaan Penyedia Jasa Konstruksi Rapat Pra Pelaksanaan Survei Kesiapan Lokasi Pelaksanaan Pembangunan Infrastruktur Pemeriksaan Hasil Akhir Pekerjaan Serah Terima Aset BAB 7 PENGENDALIAN PELAKSANAAN KEGIATAN Pengendalian Pengawasan Evaluasi Evaluasi di Tingkat Pusat Evaluasi di Tingkat Provinsi Evaluasi di Tingkat Kabupaten dan Kecamatan Pelaporan Jalur Koordinasi Tim Pelaksana Kegiatan

17 7.4.2 Jalur Koordinasi Manajemen Penanganan Pengaduan dan masalah Penanganan Pengaduan dan Masalah Masyarakat Prinsip Penanganan Pengaduan dan Masalah Media/Saluran Pengaduan dan Masalah Tahapan Penanganan Pengaduan dan Masalah BAB 8 PENUTUP

18 4

19 Bab 1 PROGRAM PISEW 1.1 Latar Belakang Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan antarwilayah, kemiskinan, dan pengangguran, telah dilaksanakan oleh Pemerintah melalui berbagai kebijakan dan kegiatan nasional. Kementerian Pekerjaan Umum (Direktorat Jenderal Cipta Karya) sejak tahun an telah melakukan program pembangunan perdesaan melalui beberapa pendekatan. Hal inidiawali dengan program Pemugaran Permukiman dan Perumahan Desa (P3D) yang bertujuan untuk meningkatkan mutu rumah/perumahan serta prasarana dan sarana di kawasan perdesaan. Dalam pelaksanaan P3D telah dikembangkan pendekatan Tribina (bina manusia, bina lingkungan, dan bina usaha), dan mulai dilaksanakannya metode melatih sambil mengerjakan yang sekarang dikenal dengan pemberdayaan masyarakat. Dari pendekatan P3D yang bersifat sektoral, berkembang dengan pendekatan holistis dan berdimensi kawasan menjadi program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa secara Terpadu (P2LDT). Tahun 1980-an P2LDT dilanjutkan dengan pendekatan Pembangunan Permukiman Desa Pusat Pertumbuhan (P2DPP), yang kemudian berkembang lagi menjadi program Kawasan Terpilih Pembangunan Pusat Desa (KTP2D) yang bertujuan untuk mewujudkan kemandirian pembangunan perdesaan berdasarkan potensi unggulan di wilayah setempat. Pada tahun 2002 Program Pengembangan Kawasan Agropolitan mulai dilaksanakan bersama Kementerian Pertanian. Strategi yang digunakan adalah mendorong dan mendukung pembangunan kegiatan sektor pertanian dan sektor komplemennya di wilayah perdesaan. Seiring dengan pembentukan Kementerian Kelautan dan Perikanan, konsep ini juga dilaksanakan untuk Program Pengembangan Kawasan Minapolitan yang berfokus pada potensi perikanan. Dalam rangka pengembangan ekonomi lokal dan perdesaan melalui pembangunan infrastruktur di kawasan transmigrasi, program Kota Terpadu Mandiri (KTM) dilaksanakan bersama Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi pada tahun Pada tahun 2007 Pemerintah melaksanakan kebijakan terpadu percepatan penanggulangan kemiskinan dan penyediaan lapangan kerja melalui program pemberdayaan masyarakat, yakni Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri. Program ini dilaksanakan melalui beberapa program yang 5

20 dikelola oleh beberapa kementerian dan berorientasi pada pemberdayaan masyarakat serta pembangunan infrastruktur dengan pola padat karya. Pelaksanaan PNPM-Mandiridikoordinasi oleh Kemenko Kesra, dimana seluruh kecamatan di Indonesia mendapatdana dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat (BLM). Dalam kegiatan PNPM-Mandiri, Kementerian Pekerjaan Umum melaksanakan beberapa program, yaitu: 1) PNPM-Mandiri Perkotaan; 2) PNPM-Mandiri Rural Infrastructure Support (RIS); 3) Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP); serta 4) PNPM-Mandiri Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PNPM- PISEW), dilaksanakan bersama Bappenas dan Kementerian Dalam Negeri. Dalam pelaksanaannya, Direktorat Jenderal Cipta Karya bertindak sebagai lembaga pelaksana (executing agency) dibawah koordinasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Kementerian Dalam Negeri membantu dalam bidang sosialisasi, diseminasi, publikasi, kampanye program, dan pelatihan (penguatan kelembagaan). Selain bekerja sama dengan dua lembaga tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum juga berkoordinasi dengan kementerian terkait (pertanian, kelautan dan perikanan, pendidikan, serta kesehatan). Berdasarkan pengalaman dalam pembangunan kawasan perdesaan, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memandang perlu untuk meningkatkan dan mengembangkan infrastruktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan permukiman di tingkat kecamatan, serta meningkatkan kualitas permukiman perdesaan dengan target nasional seluas ha. Pengembangan ekonomi lokal memiliki posisi strategis dalam RPJMN tahun , sekaligus tertuang dalam Nawacita Presiden Republik Indonesia: Ke-3: Ke-6: Ke-7: membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kesatuan. meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, sehingga bangsa Indonesia dapat maju dan bangkit bersama bangsabangsa Asia lainnya. mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. 6

21 Beberapa sasaran Nawacita pun tertuang dalam rencana pembangunan berbagai infrastruktur, seperti transportasi, sanitasi, kesehatan, peningkatan dan pemasaran hasil produksi. Berdasarkan latar belakang dan kondisi tersebut, maka Pedoman PengembanganInfrastrukturSosialEkonomiWilayah (PISEW) ini disusun sebagai acuan untuk pelaksanaan kegiatan yang akan dimulai pada Tahun Anggaran Tujuan Kegiatan Tujuan Program PISEW adalah meningkatkan pengembangan sosial ekonomi wilayah serta meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat, berbasis potensi sumberdaya lokal untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui dukungan pembangunan infrastruktur wilayah. 1.3 Sasaran Kegiatan Sasaran kegiatanprogram PISEW meliputi: 1) Meningkatnya kapasitas daerah dalam pembangunan sosial dan ekonomi lokal komoditas unggulan serta potensi lokalnya; 2) Tersedia fasilitator masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan; 3) Meningkatnya kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan dan pembangunan; 4) Pendayagunaan tenaga kerja lokal dalam pembangunan; 5) Terbangun infrastruktur dasar skala wilayah kecamatan, yang dapat berupa: a. infrastruktur perhubungan/transportasi; b. infrastruktur pendukung produksipertanian, peternakan dan perikanan, industri, dan pariwisata; c. infrastruktur pendukung pemasaran hasil pertanian, peternakan dan perikanan, industri; serta d. air minum dan sanitasi; 1.4 Penerima Manfaat Penerima manfaat kegiatan ini adalah: 1) Masyarakat pelaku usaha kecil, terutama pengusaha komoditas unggulan; 7

22 2) Masyarakat pekerja dalam pelaksanaan pembangunan infrastruktur; 3) Masyarakat umum pengguna infrastruktur yang terbangun; dan 4) Pemerintah kabupaten dan kecamatan terkait. 1.5 Indikator Kinerja Keberhasilan Program PISEW dapat diukur dari ketercapaian indikator kinerja, seperti disajikan pada tabel berikut: No. Indikator Kinerja Utama Indikator Keterangan 1 Indikator Dampak (outcome) 2 Indikator Kinerja (output) Mendukung upaya penurunan biaya produksi Meningkatnya kemampuan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan pembangunan kawasan potensial Meningkatnya kemampuan masyarakat dalam menyusun rencana pembangunan kawasannya Meningkatnya akses masyarakat desa-desa di kawasan potensial desa ke layanan infrastruktur pendukung pengembangan sosial ekonomi Munculnya upaya harmonisasi rencana pembangunan kawasan dengan rencana pembangunan kecamatan dan kabupaten yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berfungsinya Forum Kecamatan yang beranggotakan keterwakilan dari pemerintahan desa dan tokoh masyarakat, dalam proses penyusunan Dokumen Rencana Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Terselenggaranya sejumlah musyawarah dalam Forum Kecamatan sebagai wujud demokratisasi perencanaan 8

23 No. Indikator Kinerja Utama Indikator Keterangan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Terintegrasinya rencana pembangunan infrastruktur kawasan yang disusun bersama masyarakat dengan rencana pembangunan daerah. Meningkatnya layanan infrastruktur kawasan perdesaan potensial Meningkatnya kemampuan pelaksana dalam pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi Terlaksananya Pembangunan infrastruktur wilayah secara tepat sasaran Terbangunnya infrastruktur sosial ekonomi wilayah yang memenuhi standar kualitas serta bermanfaat Mobilisasi KMP, KMT,dan FM sesuai jadwal nasional Terselenggaranya pelatihan Fasilitator di provinsi Terlaksananya proses perencanaan dan pembangunan infrastruktur yang memenuhi aspek teknis dan kriteria yang telah ditentukan Terjadinya penguatan dan pelaksanaan sistem monitoring dan evaluasi Terselenggaranya mekanisme penanganan pengaduan yang efektif 9

24 10

25 Bab 2 Kebijakan, Strategi, Pendekatan, dan Harmonisasi Kegiatan 2.1 Kebijakan dan Strategi Kebijakan dalam pengembangankawasan kecamatan kegiatan meliputi: 1) Pengembangan potensi lokal (pertanian, peternakan dan perikanan, industri, dan pariwisata); 2) Penyediaan infrastruktur wilayah yang mendukung; 3) Penguatan kemampuankelembagaan daerah dan penguatan kemampuan masyarakat/pelaku usaha; serta 4) Fasilitasipeningkatankemampuanusaha. StrategiProgram PISEW adalah mengembangkan potensi ekonomi lokal untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi kemiskinan, meliputi: 1) Sinkronisasi kebijakan umum dan program pembangunan daerah; 2) Penetapan dan pengembangan potensi lokal kawasan; 3) Penguatan kapasitas Pemerintah Daerah; 4) Penguatan jaringan antar pelaku pembangunan; serta 5) Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan wilayah yang terintegrasi dengan rencana penyediaan infrastrukturnya. Dalam kebijakan Program PISEW terdapat 3 komponen program yang saling mendukung, (lihat pada Gambar 1). 11

26 Pengembangan komoditas unggulan INFRASTRUKTUR INFRASTURTUR WILAYAH Modal/Investasi Pengembangan Sarana dan Prasarana Permukiman Kawasan Kecamatan Penguatan Kelembagaan dan Kapasitas Sumber daya Manusia Lokal Gambar 1- Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah Strategi Program PISEW adalah mengembangkan ekonomi lokal untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat, dan mengurangi kemiskinan, secara rinci (lihat Gambar 2). Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) Gambar 2 Strategi Pengembangan PISEW 12

27 2.2 Pendekatan Dalam pelaksanaan kegiatan Program PISEW ada empat pendekatan yang dilakukan, yaitu: 1) Partisipatif Birokratis Pendekatan Partisipatif Birokratis dilaksanakan pada tahap persiapan dengan mengikutsertakan aparatur pemerintah kabupaten dan kecamatan dalam menyusun/menentukan desa berkembang (sentra produksi atau pengumpul bahan baku) sebagai desa pusat serta desa-desa penyangga dalam kecamatan untuk ditetapkan sebagai kawasan pelaksanaan kegiatan PISEW. 2) Partisipatif Teknokratis Pendekatan Partisipatif Teknokratis, dilaksanakan pada tahap perencanaan, dilaksanakan bersama oleh Fasilitator, Pokja Kecamatan, dalam Forum Kecamatan (perwakilan masyarakat), guna menyusun Dokumen Rencana Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah, yang berisikan Prioritas Rencana pembangunan Infrastruktur Kawasan lengkap dengan DED dan RAB. 3) Teknokratis Pendekatan Teknokratis dilaksanakan pada saat tahapan konstruksi yang sepenuhnya menggunakan pola kontraktual pada pelaksanaannya.. 4) Birokratis Pendekatan Birokratis dilaksanakan bersama Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten dalam melaksanakan kegiatan sosialisasi dan Serah Terima Aset (Infrastruktur terbangun) untuk dimanfaatkan dan dipelihara. 2.3 Harmonisasi Kegiatan Dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan PISEW, dilakukan harmonisasi pada aspek-aspek sebagai berikut: Penentuan Kecamatan Sasaran Lokasi pelaksanaan kegiatan PISEW adalah kawasan permukiman dalam kecamatan yang ditetapkan oleh Menteri PUPR berdasarkan kriteria sebagai berikut: 13

28 1) Memiliki potensi yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pusat pertumbuhan; 2) Merupakan kebijakan Pemerintah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi kawasan dan/atau menciptakan lapangan kerja; 3) Sesuai dengan arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; dan 4) Merupakan usulan pemerintah daerah. Harmonisasi dalam pemilihan kecamatan sasaran ditujukan untuk memadukan aspek ruang kawasan dan manfaatnya bagi pengembangan potensi kawasan Konsep pemilihan dan penetapan lokasi (lihat Gambar 3) KAB/ KOTA REGIONAL / GLOBAL Kecamatan *2 dan 3 (Desa Berkembang), termasuk kawasan permukiman didalamnya ditangani oleh Kementerian PUPR : Desa Mandiri : Desa Berkembang*, Sentra Produksi : Desa Berkembang*, Pengumpul Bahan Baku : Desa Tertinggal** Legenda: Gambar 3 - Konsep Pemilihan dan Penetapan Lokasi Harmonisasi Kelembagaan Harmonisasi kelembagaan dilakukan melalui: 14

29 1) Penguatan kemampuan kelembagaan pemerintah kabupaten dan kecamatan yang tanggap terhadap persoalan pengembangan potensi kawasan yang selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; 2) Peningkatan kerjasama antar desa penerima manfaat dengan membentuk Forum Kecamatan untuk mengoptimalkan proses perencanaan partisipatif Pendanaan 1) Sumber Dana a. APBN Kegiatan ini dilaksanakan menggunakan dana APBN, dengan rincian: Setiap kecamatan menerima anggaran pembangunan fisik dengan pagu sebesar Rp 1,2 miliar per kecamatan; Pada tingkat pusat dialokasikan dana untuk kegiatan pendampingan yang diperuntukan bagi pengadaan Konsultan Manajemen Pusat (KMP); b. APBD Pada tingkat provinsi dialokasikan dana untuk pengadaan Konsultan Manajemen Teknis (KMT), pengadaan Konsultan Individu Sub-Profesional, Fasilitator Teknik dan Pemberdayaan, biaya sosialisasi, diseminasi, dan publikasi di tingkat provinsi dan kabupaten, pelatihan di tingkat provinsi dan kabupaten, serta pemantauan di tingkat kabupaten dan kecamatan. Dana APBD Provinsi dan Kabupaten yang dialokasikan pada DIPA SKPD terkait digunakan untuk penyelenggaraan kegiatan PISEW serta memberikan dukungan kegiatan (activity sharing) guna meningkatkan layanan infrastruktur yang dibangun melalui kegiatan PISEW. 2) Mekanisme Pencairan Dana Setelah diterbitkan DIPA, Satker Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi menyusun Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), yang berisi: 15

30 a. Rincian Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) sesuai DIPA; dan b. Petunjuk khusus (merupakan lampiran dari POK) bagi PPK PKP 2 yang mengacu pada Pedoman PISEW Mekanisme pencairan dana PISEW tercantum dalam dokumen DIPA yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat sesuai dengan peruntukannya, yaitu: a. Dana Pembinaan Administrasi Proyek; b. Dana Pengadaan Jasa Konsultnasi; dan c. Dana Pengadaan Penyedia Jasa Konstruksi Khusus mekanisme pengajuan pencairan dana oleh Penyedia Jasa Konsultansi maupun Penyedia Jasa Konstruksi terhadap Pejabat Pembuat Komitmen Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan), akan diatur dalam kontrak antara pemberi pekerjaan dengan penyedia jasa dengan peraturan perundangan. 16

31 17

32 Bab 3 Organisasi Pengelola 3.1 Pembentukan Kelembagaan Pemerintah Pusat dan Daerah Penanggung Jawab Program Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan program secara nasional. Penanggung jawab program mempunyai tugas sebagai berikut: 1) Menyusun kebijakan penyelenggaraan program; 2) Menyusun program dan perencanaan anggaran serta kegiatan tahunan; 3) Melakukan pembinaan dan pengendalian pelaksanaan program; 4) Membentuk Tim Pelaksana Pusat; 5) Melakukan koordinasi dengan kementerian terkait dengan program; dan 6) Melaporkan penyelenggaraan program kepada Menteri PUPR Tim Pelaksana Pusat Tim Pelaksana Pusat dibentuk di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Surat Keputusan Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, dan memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan Program PISEW sebagai berikut: 1) Melaksanakan tugas Direktorat Pengembangan Kawasan Permukimandalam pelaksanaan kegiatan; 2) Mengoordinasi dan membina seluruh pemangku kepentingan penyelenggara program; 3) Menyiapkan Pedoman PISEW; 4) Melaksanakan kegiatan sosialisasi dan diseminasi di tingkat pusat; 5) Membangun kerjasama dengan seluruh pelaku program di tingkat provinsi dan kabupaten; 6) Melakukan pengendalian penyelenggaraan program mulai tingkat nasional hingga tingkat kecamatan; 18

33 7) Melaporkan semua progress penyelenggaraan kepada Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman. Untuk melaksanakan tugas tersebut diatas, Tim Pelaksana Pusat dibantu oleh Tim Konsultan Manajemen Pusat. Satuan Kerja/PPK Tingkat Pusat Kegiatan Program PISEW di tingkat pusat berada pada Satuan Kerja (Satker) Kawasan Permukiman PusatPertumbuhan (KPPP) sebagai Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). Pejabat inti satuan kerja tersebut ditunjuk dan diangkat oleh Menteri PUPR. Penyelenggaraan Program PISEW di tingkat pusat dilaksanakan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) PISEW. PPK tingkat pusat bertugas mengelola anggaran Program PISEW tiap tahun yang ditetapkan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Tugas Satker/PPK Pusat dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Menyusun kegiatan dan perencanaan anggaranserta kegiatan tahunan; 2) Mengadakan Konsultan Manajemen Pusat; 3) Menyusun Kerangka Acuan Kerja (KAK) Konsultan Manajemen Pusat dan konsep KAK Konsultan Manajemen Teknis dan Fasilitator Masyarakat; 4) Melakukan monitoring dan evaluasi program secara langsung maupun melalui laporan dari konsultan (pusat hingga kecamatan); 5) Melakukan kompilasi data dan pelaporan penyelenggaraan dari tingkat kabupaten melalui Satuan Kerja/PPK PKP 2 (Perdesaan) Provinsi yang dibantu oleh Konsultan Manajemen Teknis, termasuk pengumpulan SP2D; 6) Melaporkan progress triwulanan pra dan pasca pelaksanaan kegiatan kepada Tim Pelaksana Pusat; 7) Melakukan pembinaan kepada Satker PKP Provinsi dantim Pelaksana Provinsi terkait pelaksanaan program; 8) Melaksanakanpengendalian dan pembinaan aspek teknis dalam pembangunan infrastruktur, mulai dari tahap perencanaan hingga pasca pelaksanaan. 19

34 Dalam melaksanakan tugas tersebut diatas, Satker/PPK dibantu oleh Konsultan Manajemen Pusat Pemerintah Provinsi Pemerintah Provinsi, dalam hal ini Gubernur, adalah penanggung jawab pelaksanaan program di kabupaten sasaran pada wilayah provinsi yang bersangkutan. Gubernur berperan dalam mengoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program. Tugas dan kewenangan Gubernur antara lain: 1) Mengoordinasikan, membina, dan mengendalikan penyelenggaraan Program PISEW di wilayah kerjanya; 2) Menunjuk dan mengajukan pejabat Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) kepada Direktur Jenderal Cipta Karya. Satker PKP/PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan) Provinsi Pengangkatan Kepala Satuan Kerja PKP/PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan) Provinsi ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri PUPR berdasarkan usulan Gubernur. Tugas Satker PKP/PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 meliputi: 1) Mengadakan Konsultan Manajemen Teknis, Fasilitator Masyarakat, dan Penyedia Jasa Konstruksi (Kontraktor); 2) Melakukan pencairan dan pengelolaan dana sesuai peruntukan dalam DIPA; 3) Mendokumentasikan SP2D dan melaporkan kepada Tim Pelaksana Pusat; 4) Membuat laporan dengan basis Sistem Akuntansi Instansi (SAI) dan E-Monitoring; 5) Menyampaikan Laporan Kemajuan Keuangan dan Fisik serta semua progres penyelenggaraan, hasil audit, dan evaluasi kepada Tim Pelaksana Pusat tiap bulan. 20

35 Tim Pelaksana Provinsi Tim Pelaksana Provinsi dibentuk dari lingkungan Dinas yang menangani Infrastruktur Permukiman Provinsi dan instansi/dinas terkait lainnya bila dianggap perlu, serta ditetapkan minimal olehkepala Dinas atau pejabat setingkat dengan susunan sebagai berikut: 1) Pengarah: Kepala Dinas di tingkat Provinsi yang menangani Infrastruktur Permukiman; 2) Penanggung Jawab: Kasatker Pengembangan Kawasan Permukiman; 3) Ketua: Kepala Bidang di tingkat Provinsi yang menangani Infrastruktur Permukiman; 4) Wakil Ketua: Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Pengembangan Kawasan Permukiman ; 5) Sekretaris: Staf unit kerja di tingkat Provinsi yang menangani Infrastruktur Permukiman; 6) Anggota: Terdiri atas Personil dari instansi terkait lainnya di tingkat Provinsi. Peran, fungsi, dan tugas Tim Pelaksana Provinsi adalah: 1) Mensosialisasikan program di tingkat provinsi dan kabupaten; 2) Memberikan arahan pelaksanaan dan pengendalian program, serta memastikan bahwa proses kegiatan sesuai pedoman PISEW; 3) Mengoordinasikan substansi dan pelaksanaan program di provinsi dan kabupaten; 4) Mensinergikan kegiatan pusat dan daerah; 5) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program di tingkat provinsi dan kabupaten; 6) Mengoordinasikan kegiatan perencanaan, monitoring, dan pelaporan dengantim Pelaksana di tingkat kabupaten; 7) Melakukan pembinaan kepada Tim Pelaksana Kabupaten terkait pelaksanaan pembangunan infrastruktur; 21

36 8) Membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan kegiatan, serta mengambil tindak turun tangan yang diperlukan Pemerintah Kabupaten Pemerintah Kabupaten dalam hal ini Bupati, bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan program di kabupaten. Tugas pemerintah kabupaten adalah mengoordinasikan penyelenggaraan Program PISEW di wilayah kerjanya. Pemerintah kabupaten memiliki peran dalam hal: 1) Membina dan mengendalikan penyelenggaraan Program PISEW di wilayah kerjanya; 2) Mengelola dan memelihara aset infrastruktur terbangun setelah proses serah terima dari Kuasa Pengguna Anggaran. Tim Pelaksana Kabupaten(TPK) Tim Pelaksana Kabupaten dibentuk di tingkat kabupaten dalam lingkungan Dinas yang menangani Infrastruktur Permukiman dan Instansi/Dinas terkait apabila diperlukan, ditetapkan oleh Kepala Dinas atau pejabat setingkat,dengan susunan: 1) Penanggung Jawab: Kepala Dinas di tingkat Kabupaten yang menangani Infrastruktur Permukiman 2) Ketua: Kepala Bidang di tingkat Kabupaten yang menangani Infrastruktur Permukiman; 3) Wakil Ketua: Kasi di tingkat Kabupaten yang menangani Infrastruktur Permukiman; 4) Sekretaris: Staf Dinas tingkat Kabupaten yang menangani Infrastruktur Permukiman; 5) Anggota dapat terdiri atas : Personil dari Bappeda dan Dinas terkait serta Personil dari Kecamatan penerima bantuan (maksimal 2 orang) Tim Pelaksana Kabupaten mendapatkan bantuan teknis dari Tenaga Ahli Kabupaten (TAK) dan Fasilitator Masyarakat. Tugas Tim Pelaksana Kabupaten adalah: 1) Melaksanakan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan ditingkat kabupaten dan kecamatan penerima bantuan; 22

37 2) Memfasilitasi berlangsungnya sosialisasi dan pengenalan kegiatan PISEW; 3) Memfasilitasi berlangsungnya koordinasi pelaksanaan kegiatan PISEW; 4) Melakukan pendampingan dalam menetapkan kawasan PISEW ; 5) Melakukan pendampingan dalam penyusunan rencana pengembangan kawasan PISEW yang terpadu dan berkelanjutan; 6) Melakukan pendampingan dalam penyusunan DED dan RAB untuk disampaikan kepada Satker PKP/PPK Pengembangan Kawasan Permukiman Provinsi Kecamatan Camat bertindak sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan di tingkat kecamatan. Dalam rangka pelaksanaan kegiatan PISEW tugas Camat adalah: 1) Mengusulkan 2 (dua) orang personil Kecamatan sebagai anggota Tim Pelaksana Kabupaten; 2) Memberikan masukan teknis dalam penetapan lokasi berdasarkan potensi kawasan prioritas dan penyusunan rencana tindak Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan Pokja Kecamatan akan memperoleh bantuan teknis dari Fasilitator Pemberdayaan (FP) dan Fasilitator Teknis (FT). Tugas Pokja Kecamatan adalah: 1) Mengusulkan dan menyusun anggota Forum Kecamatan, yang terdiri atas perwakilan desa-desa penerima dan berasal dari organisasi masyarakat setempat; 2) Melaksanakan pertemuan kecamatan; 3) Berpartisipasi dalam persiapan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan infrastruktur. 23

38 3.2 Struktur Organisasi Konsultan Konsultan Manajemen Pusat (KMP) Konsultan Manajemen Pusat berkedudukan di pusat dengan tugas utama mendukung Tim Pelaksana Pusat dan Satker/PPK tingkat pusat untuk mengendalikan pelaksanaan program di tingkat nasional. Tanggungjawab dan tugas KMP adalah: 1) Penyebar luasan Informasi Program adalah: a. Mendukung Tim Pelaksana Pusat dalam pelaksanaan sosialisasi di tingkat provinsi; b. Melakukan Pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan proses sosialisasi pada tiap tingkatan; c. Melakukan Penilaian terhadap efektifitas media informasi dan distribusinya; d. Menyusun Rekomendasi sebagai masukan teknis terkait penyebarluasan informasi program. 2) Pengendalian penyelenggaraan Program mencakup: a. Menilai kinerja pelaporan KMT; b. Menyusun dan menyampaikan laporan rutin kemajuan pelaksanaan kepada Tim Pelaksana Pusat; c. Menyusun dan menyampaikan laporan rutin kinerja KMT di lapangan kepada PPK PISEW; d. Melakukan konsolidasi dan konsinyasi terkait laporan progress lapangan; e. Inventarisasi permasalahan di lapangan dan rekomendasi Tindak Turun Tangan (T3); f. Melakukan pengecekan secara acak (Random checking) kunjungan lapangan dalam pemantauandan pengendalian program; g. Penilaian terhadap proses pengendalian program pada setiap lini; h. Melakukan pengecekan secara acak (Random checking) kualitas Dokumen Rencana Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah sesuai dengan kecamatan yang dikunjungi; 24

39 i. Menyampaikan Rekomendasi sebagai masukan teknis terkait pengendalian program yang akan datang. 3) Monitoring Pelaksanaan Program: a. Melakukan kunjungan lapangan untuk dokumentasi; b. Melakukan investigasi, verifikasi dan klarifikasi terhadap pengaduan yang memerlukan T3; c. Melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan program yang terjadi pada desa-desa yang dikunjungi; d. Menyusun laporan berkala hasil kunjungan lapangan, dan memberikan rekomendasi/masukan teknis pelaksanaan monitoring. 4) Konsolidasi Data: a. Melakukan analisis dan penilaian terhadap setiap data yang diperoleh sesuai format yang telah ditetapkan; b. Pemutakhiran data terkompilasi dengan SIM Program PISEW; c. Menyampaikan nama-nama kawasan dalam kecamatan terpilih sebagai best practice yang direkomendasikan untuk dijadikan contoh dan direplikasi ; d. Melakukan konsolidasi laporan dalam database antara lain: (1) baseline data, (2)infrastruktur terbangun, (3) deliniasi kawasan, (4) titik koordinat lokasi infrastruktur, (5) pengumpulan SP2D dan SPM; (6) potensi kawasan e. Kesimpulan dan rekomendasi sebagai masukan teknis terkait konsolidasi data. 5) Menyusun indikator dan variabel evaluasi program, berkaitan dengan: a. Evaluasi capaian pembangunan infrastruktur terhadap Rencana Program PISEW yang disusun; b. Implementasi Pedoman PISEW; c. Evaluasi terhadap kemajuan progress per minggu, d. Evaluasi terhadap kinerja dan laporan KMT; e. Evaluasi terhadap tiap tahapan proses pelaksanaan. 25

40 6) Evaluasi Pelaksanaan Program berdasarkan indikator dan variabel yang telah disusun, yaitu: a. Kemajuan progres per minggu; b. Kinerja dan laporan KMT; c. Tahapan proses pelaksanaan; 7) Pelaporan dan Dokumentasi: Pelaporan konsultan terdiri atas laporan pendahuluan, laporan mingguan, laporan bulanan, draf laporan akhir, dan laporan akhir. Laporan mingguan menjadi laporan yang sangat penting, karena memuat informasi proses pelaksanaan sesuai capaian pada minggu yang bersangkutan dan berbagai permasalahan yang perlu ditindaklanjuti. Laporan bulanan KMP merupakan konsolidasi dari laporan monitoring dan evaluasi oleh KMT. KMP harus memastikan bahwa pelaporan ini dapat tersampaikan secara rutin, tepat waktu, dan akurat mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi,hingga pusat. KMP menyampaikan rekomendasi tindak turun tangan jika penyampaian pelaporan terlambat Konsultan Daerah Konsultan Manajemen Teknis (KMT) Konsultan Manajemen Teknis (KMT) bertugas dan bertanggung jawab memfasilitasi pelaksanaan sosialisasi, penyebarluasan informasi, serta memberikan dukungan teknis penyelenggaraan program di tingkat provinsi, kabupaten, dan kecamatan sasaran yang menjadi wilayah kerjanya sesuai Pedoman PISEW. KMT terdiri atas Ketua Tim, Tenaga Ahli Monitoring dan Evaluasi, Tenaga Ahli Perencanaan Wilayah (Planologi),Tenaga Ahli Kabupaten (TAK),Koordinator Pengawas Lapangan yang didukung Tenaga Sub Profesional (Asisten TA Monev dan Operator SIM /OPSIM PISEW), Pengawas Lapangan serta Drafter. KMT harus berdomisili di provinsi yang lokasinya berdekatan dengan wilayah kabupaten sasaran. Sedangkan TAK berdomisili di kabupaten. 26

41 KMT bertugas : Memberikan fasilitasi manajemen kegiatan kepada Tim Pelaksana Provinsi; serta Koordinasi dan pembinaan pada kabupaten terhadap pencapaian kinerja pelaksanaan program di kecamatankecamatan sasaran. Untuk itu, KMT bertanggung jawab terhadap kinerja fasilitator, melalui bimbingan dan pengendalian secara intensif oleh TAK. Pada tahap pelaksanaan konstruksi fisik, KMT bertanggungjawab terhadap kinerja Pengawas Lapangan melalui pendampingan oleh Koordinator Pengawas Lapangan, supervisi, dan pemantauan (monitoring), serta pengendalian pengelolaan kegiatan di wilayah kerjanya. KMT melaporkan seluruh kegiatan kepada Tim Pelaksana Provinsi, Tim Pelaksana Kabupaten, dan Satuan Kerja di tingkat provinsi. Selain itu juga KMT wajib berkoordinasi dengan KMP. 1) Rincian Tugas KMT a. Tahap Persiapan Penyebarluasan Informasi Program Kampanye penyadaran publik dan penyebarluasan informasi pelaksanaan program dilakukan di tingkat pusat, provinsi hingga kecamatan. Peran Konsultan dalam penyebarluasan informasi program adalah: (1) Menyusun rencana kerja konsultan dan rencana pelaksanaan program berdasarkan Rencana Jadwal Nasional; (2) Mendukung Satker PKP dalam menyiapakn modul pelatihan Fasilitator Masyarakat (FM) PISEW bekerja sama dengan Asisten PISEW Provinsi; (3) Mendukung Tim Pelaksana Provinsi dalam pelaksanaan sosialisasi tingkat kabupaten dan fasilitasi pelatihan FM; (4) Melakukan penilaian terhadap proses dan efektivitas sosialisasi di tingkat provinsi dan kabupaten; 27

42 (5) Menyusun Rekomendasi sebagai masukan teknis terkait penyebarluasan informasi program. Pengendalian Program Pengendalian yang dilakukan oleh Konsultan mencakup: (1) Menyusun rencana pengendalian program; (2) Mengoordinasi Fasilitator Masyarakat melaksanakan tugas dan kewajibannya; (3) Bersama Asisten PISEW Provinsi menyusun dan melaporkan secara rutin kemajuan pelaksanaan kepada PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan); (4) Menyampaikan Rekomendasi sebagai masukan teknis terkait pengendalian program. Monitoring Pelaksanaan Program Monitoring Pelaksanaan Program yang dilakukan mencakup: (1) Melakukan pengawasan persiapan di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, antara lain pembentukan Tim Pelaksana Provinsi, Tim Pelaksana Kabupaten, distribusi pedoman PISEW dan surat-surat edaran/direktif, dan sebagainya; (2) Melaporkan progres persiapan; (3) Melakukan kunjungan lapangan untuk sosialisasi, pelatihan, skala urgent Tindak Turun Tangan, pengaduan, permintaan dan dokumentasi; (4) Menyusun laporan berkala hasil kunjungan lapangan sebagai masukan teknis terkait monitoring pelaksanaan program; Konsolidasi Data Konsultan Manajemen Teknis dalam penugasannya terkait konsolidasi data mencakup: (1) Melakukan analisis dan penilaian terhadap setiap data yang diperoleh sesuai format yang telah ditetapkan; 28

43 (2) Pemutakhiran data terkompilasi dengan SIM PISEW; (3) Melakukan konsolidasi laporan dalam database, antara lain: (a)contact person di setiap tingkatan, (b) tanggal pelaksanaan sosialisasi provinsi dan kabupaten, (c) mobilisasi tenaga ahli dan Fasilitator Masyarakat, (d) penentuan kawasan; (e) hal lain yang dianggap perlu. b. Tahap Perencanaan Penyebarluasan Informasi Program Peran Konsultan dalam penyebarluasan informasi program adalah: (1) Melakukan identifikasi para pihak yang akan diundang pada pertemuan kecamatan; (2) Membantu Tim Pelaksana Kabupaten untuk mengundang para pihak agar hadir pada pertemuan kecamatan; (3) Memfasilitasi pelaksanaan pertemuan kecamatan ke-1, 2 dan 3; (4) Menyusun notulen hasil pertemuan kecamatan bersama Asisten PISEW Provinsi dan melaporkan kepada pelaksana di tingkat provinsi; (5) Melakukan penilaian terhadap proses dan kualitas pertemuan kecamatan; (6) Melakukan identifikasi tenaga terampil di lokasi yang memungkinkan untuk terlibat dalam konstruksi fisik; (7) Melakukan identifikasi material setempat yang memungkinkan untuk digunakan pada tahap konstruksi; (8) Menyusun Rekomendasi sebagai masukan teknis terkait pelaksanaan pertemuan kecamatan. Pengendalian Program Pengendalian yang dilakukan oleh Konsultan akan mencakup: 29

44 (1) Melakukan penilaian terhadap kinerja pelaporan TAK dan FM; (2) Mengoordinasi Fasilitator Masyarakat melaksanakan tugas dan kewajibannya; (3) Bersama Asisten PISEW Provinsi menyusun dan melaporkan secara rutin kemajuan pelaksanaan kepada PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan); (4) Melakukan konsolidasi dan konsinyasi terkait laporan progres lapangan; (5) Melakukan inventarisasi kendala di lapangan dan rekomendasi Tindak Turun Tangan (T3); (6) Melakukan penyusunan dokumen Rencana Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah termasuk didalamnya DED dan RAB yang sudah diverifikasi Tim Pelaksana Kabupaten serta menyampaikan kepada Satker PKP/PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan) di provinsi; (7) Melakukan pemeriksaan kualitas Dokumen Rencana Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah setiap kecamatan; (8) Memberikan advis dan rekomendasi teknis. Monitoring Pelaksanaan Program Monitoring Pelaksanaan Program yang dilakukan mencakup: (1) Melakukan kunjungan lapangan untuk skala urgent Tindak Turun Tangan, pengaduan, permintaan, dan dokumentasi; (2) Menyampaikan laporan hasil kunjungan lapangan; (3) Melakukan penilaian terhadap proses perencanaan program; (4) Memberikan advis dan rekomendasi teknis. Konsolidasi Data Konsultan dalam penugasannya terkait konsolidasi data mencakup: 30

45 (1) Melakukan analisis dan penilaian terhadap setiap data yang diperoleh sesuai format yang telah ditetapkan; (2) Pemutakhiran data terkompilasi dengan SIM PISEW; (3) Melakukan konsolidasi laporan dalam database antara lain: (a) Baseline data, (b) Infrastruktur rencana, (c) Delineasi kawasan, (d) Potensi Kawasan, (e) Titik koordinat lokasi infrastruktur; (4) Kesimpulan dan rekomendasi sebagai masukan teknis terkait konsolidasi data. Evaluasi Pelaksanaan Program Evaluasi pelaksanaan program yang dilakukan oleh Konsultan mencakup: (1) Melakukan evaluasi pelaksanaan program berdasarkan indikator dan variabel yang disusun oleh KMP mencakup: (a) Implementasi Pedoman PISEW; (b) Evaluasi terhadap kemajuan progres per minggu; (c) Evaluasi terhadap kinerja dan laporan TAK; (d) Evaluasi terhadap tiap tahapan proses pelaksanaan; (2) Memberikan rekomendasi sebagai masukan teknis pelaksanaan program berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan. c. Tahap Pra Konstruksi (Masa Pelelangan Fisik) Penyebarluasan Informasi Program Peran Konsultan dalam penyebarluasan informasi program adalah: (1) Mengoordinasi Fasilitator untuk melakukan sosialisasi rencana pembangunan kepada masyarakat di kawasan sasaran; (2) Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif mengawasi pembangunan pada tahap konstruksi. 31

46 Pengendalian Program Pengendalian yang dilakukan oleh Konsultan akan mencakup: (1) Memberikan masukan terkait pelelangan; (2) Pelaporan rutin kemajuan pelaksanaan kepada PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan), bekerja sama dengan Asisten PISEW Provinsi; (3) Mengoordinasi Fasilitator Masyarakat melaksanakan tugas dan kewajibannya; (4) Melakukan konsolidasi dan konsinyasi terkait laporan progres lapangan; (5) Melakukan inventarisasi permasalahan di lapangan dan rekomendasi Tindak Turun Tangan (T3); (6) Rekomendasi masukan teknis terkait pengendalian program yang akan datang. Monitoring Pelaksanaan Program Monitoring Pelaksanaan Program yang dilakukan oleh Konsultan mencakup: (1) Melakukan kunjungan lapangan untuk pemantauan penyusunan baseline kawasan; (2) Pelaporan hasil kunjungan lapangan; Konsolidasi Data Konsultan dalam penugasannya terkait konsolidasi data mencakup: (1) Melakukan analisis dan penilaian terhadap setiap data yang diperoleh sesuai format yang telah ditetapkan; (2) Pemutakhiran data terkompilasi dengan SIM PISEW; (3) Melakukan konsolidasi laporan dalam database antara lain: (a) Baseline data, (b) Infrastruktur rencana, (c) Jumlah Tenaga Kerja, (d) Titik koordinat lokasi infrastruktur; (4) Kesimpulan dan rekomendasi terkait konsolidasi data. 32

47 Evaluasi Pelaksanaan Program Evaluasi pelaksanaan program yang dilakukan oleh Konsultan mencakup: (1) Melakukan evaluasi pelaksanaan program berdasarkan indikator dan variabel yang disusun oleh KMP mencakup: (a) Evaluasi capaian infrastruktur rencana terhadap Rencana PISEW yang disusun; (b) Implementasi Pedoman PISEW; (c) Evaluasi terhadap kemajuan progres per minggu; (d) Evaluasi terhadap kinerja dan laporan TAK; (e) Evaluasi terhadap tiap tahapan proses pelaksanaan; (f) Evaluasi terhadap partisipasi pemda dan komitmen kegiatan pembangunan untuk lebih mengembangkan kawasan PISEW (activity sharing). (2) Menyampaiakn rekomendasi sebagai masukan teknis terkait hasil evaluasi yang dilaksanakan. d. Tahap Konstruksi Fisik Penyebarluasan Informasi Program dan Pelaksanaan Perencanaan Peran Konsultan dalam penyebarluasan informasi program adalah: (1) Sosialisasi proses pembangunan kepada masyarakat di kawasan sasaran; (2) Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi aktif mengawasi pembangunan pada tahap konstruksi; (3) Rekomendasi teknis terkait informasi program. Pengendalian Program Pengendalian yang dilakukan oleh Konsultan akan mencakup: (1) Melakukan penilaian terhadap kinerja pelaporan Koordinator Pengawas Lapangan; 33

48 (2) Pelaporan rutin kemajuan pelaksanaan kepada PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan), bekerja sama denganasisten PISEW Provinsi; (3) Melakukan konsolidasi dan konsinyasi terkait laporan progres lapangan; (4) Melakukan inventarisasi permasalahan di lapangan dan rekomendasi Tindak Turun Tangan (T3); (5) Random checking kunjungan lapangan dalam pemantauan dan pengendalian program; (6) Melakukan penilaian terhadap proses pengendalian program di tiap lini; (7) Menyusun rekomendasi sebagai masukan teknis terkait pengendalian program. Monitoring Pelaksanaan Program Pada tahap konstruksi fisik, Koordinator Pengawas Lapangan mengoordinasi Pengawas Lapangan di tingkat kecamatan. Monitoring Pelaksanaan Program yang dilakukan oleh Konsultan mencakup: (1) Melakukan pengawasan pembangunan fisik, termasuk memeriksa dan mengetahui gambar-gambar teknis (shop drawings dan as built drawing) yang dibuat kontraktor; (2) Melaporkan progres pembangunan fisik; (3) Memantau dan memberikan advis teknis pada proses serah terima hasil pembangunan fisik dari kontraktor kepada PPK PKP2; (4) Memantau dan memberikan advis teknis pada proses serah terima aset terbangun dari pemerintah provinsi kepada pemerintah kabupaten; (5) Melakukan kunjungan lapangan untuk skala urgent Tindak Turun Tangan, pengaduan, permintaan, dan dokumentasi; (6) Menyampaikan laporan hasil kunjungan lapangan; 34

49 (7) Melakukan penilaian terhadap proses pelaksanaan program yang terjadi pada kawasan yang dikunjungi; (8) Rekomendasi masukan teknis dan non teknis pelaksanaan monitoring. Konsolidasi Data Konsultan dalam penugasannya terkait konsolidasi data mencakup: (1) Melakukan analisis dan penilaian terhadap setiap data yang diperoleh sesuai format yang telah ditetapkan; (2) Pemutakhiran data terkompilasi dengan SIM PISEW; (3) Menyampaikan nama-nama kawasan dalam kecamatan terpilih sebagai best practice yang direkomendasikan untuk dijadikan contoh dan direplikasi; (4) Melakukan konsolidasi laporan dalam database antara lain: (a) Baseline data, (b) Infrastruktur terbangun, (c) Jumlah Tenaga Kerja, (d) Titik koordinat lokasi infrastruktur, (e) Pengumpulan SP2D dan SPM; (5) Kesimpulan dan rekomendasi terkait konsolidasi data. Evaluasi Pelaksanaan Program Evaluasi pelaksanaan program yang dilakukan oleh konsultan mencakup: (1) Melakukan evaluasi pelaksanaan program berdasarkan indikator dan variabel yang disusun oleh KMP mencakup: (a) Evaluasi capaian infrastruktur terhadap Rencana Program PISEW yang disusun; (b) Implementasi Pedoman PISEW; (c) Evaluasi terhadap kemajuan progres per minggu; (d) Evaluasi terhadap kinerja dan laporan TAK; (e) Evaluasi terhadap tiap tahapan proses pelaksanaan; 35

50 (2) Kesimpulan dan rekomendasi sebagai masukan teknis pelaksanaan program berdasarkan hasil evaluasi yang dilaksanakan. Pelaporan Dan Dokumentasi Pelaporan konsultan terdiri dari laporan pendahuluan, laporan mingguan, bulanan, draft final, dan laporan akhir. KMT dan Asisten PISEW Provinsi harus memastikan bahwa pelaporan ini dapat tersampaikan secara rutin, tepat waktu, dan akurat mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat. KMT menyampaikan rekomendasi tindak turun tangan jika penyampaian pelaporan mengalami keterlambatan dari TAK. KMT PISEW juga berkewajiban untuk melaporkan progress kegiatan PISEW di web PISEW agar para stakeholder PISEW termasuk masyarakat mendapatkan informasi terbaru mengenai kegiatan PISEW secara kontinu. Tugas Konsultan juga adalah memastikan bahwa pelaporan-pelaporan tersebut dapat tersampaikan secara rutin, tepat waktu, dan akurat mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi, dan pusat. Konsultan menyampaikan rekomendasi tindak lanjut jika penyampaian pelaporan mengalami keterlambatan. Konsultan berkewajiban untuk menyerahkan laporan pelaksanaan tugasnya yang mencakup : (1) Asistensi setiap draft laporan sebelum diserahkan. (2) Pemenuhan kuantitas dan kualitas substansi laporan sebagaimana yang ditentukan dalam kontrak. (3) Kompilasi dokumentasi minimal 8 megapixel berupa fotofoto: kegiatan-kegiatan persiapan, pra, dan pasca konstruksi (0%, 25%, 50%, 75%, 100%) Tenaga Ahli Kabupaten (TAK) TAK merupakan bagian dari Konsultan Manajemen Teknis yang bertugas di tingkat kabupaten. TAK secara umum berkoordinasi dan member dukungan teknis kepada Tim Pelaksana Kabupaten dalam mendukung pelaksanaan tahapan kegiatan Program PISEW, 36

51 dan penguatan kemampuan bagi para pelaksana program di tingkat kabupaten dan kecamatan. Secara khusus TAK dalam tahap persiapan pelaksanaan konstruksi melakukan penyempurnaan Pra-Detail Engineering Design(Pra- DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang dibuat oleh Fasilitator Masyarakat menjadi DED dan RAB yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis.dokumen DED dan RAB tersebut diverifikasi oleh Tim Pelaksana Kabupaten, kemudian diserahkan dan disahkan oleh PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan) Provinsi. TAK bertanggungjawab terhadap pendampingan penyusunan Dokumen Rencana Pengembangan Infrastruktur Ekonomi Wilayah (DRP-PISEW) termasuk Pra-DED dan RAB yang disusun oleh Fasilitator Masyarakat (FM). TAK melaporkan hasil pendampingan serta fasilitasi kegiatan kepada Tim Pelaksana Kabupaten dan Ketua Tim Konsultan Manajemen Teknis. 1) Rincian Tugas TAK a. Menyusun rencana kerja pelaksanaan program di tingkat kabupaten yang mengacu pada rencana kerja pelaksanaan program tingkat provinsi dan nasional; b. Membantu Tim Pelaksana Kabupaten dalam mensosialisasikan Program PISEW kepada stakeholder di tingkat kabupaten dan kecamatan; c. Membantu PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan) dalam pengelolaan perencanaan DED dan RAB; d. Mendampingi dan memberikan bimbingan teknis kepada FM dalam proses penyusunan Dokumen Rencana ProgramPengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah di kecamatan; e. Memverifikasi serta menyusun DED dan RAB yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis berdasarkan Pra- DED/RAB yang disusun oleh Fasilitator Masyarakat; f. Menyampaikan dokumen DED dan RAB kepada Tim Pelaksana Kabupaten untuk diverifikasi, kemudian difinalisasi oleh PPK 37

52 PKP 2 (Perdesaan); g. Mendampingi dan memfasilitasi FM dalam penyelenggaraan sosialisasi di tingkat kabupaten dan kecamatan; h. Memantau dan membimbing FM agar memahami prosedur dalam aspek perencanaan dan penyebarluasan program, serta pengendalian agar berjalan sesuai pedoman; i. Melakukan pengendalian terhadap kinerja FM dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya; j. Membantu Tim PelaksanaKabupaten dalam pengelolaan pengaduan dengan memberikan saran penanganan pengaduan serta melakukan tindak lanjut, kemudian melaporkan hasilnya kepada Tim Pelaksana Kabupaten danppk Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan) selama proses perencanaan; k. Melakukan koordinasi dengan Tim Pelaksana Kabupaten, dan Ketua Tim KMTdengan melaporkan pelaksanaan kegiatan secara rutin dan terus menerus; l. Memfasilitasi dan menyiapkan bahan rapat koordinasi rutin yang diselenggarakan PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan) di kabupaten dan menyampaikan notulen hasil rapatnya; m. Melakukan konsolidasi laporan FM dalam database antara lain: Baseline data, Titik koordinat lokasi infrastruktur; n. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan pelaksanaan (sosialisasi, persiapan, dan perencanaan); o. Melakukan evaluasi pelaksanaan tahap perencanaanprogram PISEW di tingkat kabupaten; Koordinator Pengawas Lapangan Koordinator Pengawas Lapangan (Chief Inspector) merupakan bagian dari Konsultan Manajemen Teknis yang bertugas ditingkat kabupaten. Koordinator Pengawas Lapangan secara umum berkoordinasi dan memberi dukungan teknis kepada Tim PelaksanaKabupaten mengawasipelaksanaan konstruksi kegiatan 38

53 Program PISEW, dan penguatan kemampuan bagi para pelaksana program di tingkat kabupaten dan kecamatan. Secara khusus Koordinator Pengawas Lapangan pada tahap pelaksanaan konstruksi melakukan kegiatan supervisi/pengawasan serta pembinaan terhadap kinerja Pengawas Lapangan. Koordinator Pengawas Lapangan melaporkan hasil supervisi/pengawasan serta fasilitasi kegiatan kepada Tim Pelaksana Kabupaten dan Ketua Tim Konsultan Manajemen Teknis. Rincian Tugas Koordinator Pengawas Lapangan 1) Meneliti dan dimana perlu membuat penjelasan dari Syaratsyarat Teknik dan Gambar Rencana. 2) Menyediakan informasi yang dibutuhkan Kontraktor. 3) Memeriksa semua bahan dan pekerjaan dengan seksama. 4) Menjamin semua pengujian bahan dilakukan sesuai dengan standar yang dapatditerima. 5) Menjamin bahwa semua bahan akan tersedia pada waktunya dan sesuai denganstandar yang diperlukan. 6) Memeriksa pematokan. 7) Melapor mengenai penyimpangan dari peraturan pemerintah atau peraturanlainnya. 8) Memberitahukan Kontraktor jika terjadi penyimpangan dari Gambar Rencanaatau Syarat-syarat Teknis. 9) Membuat dan menyimpan semua catatan yang perlu. 10) Menyediakan pengukuran dan informasi untuk pembayaran angsuran bulanan, dimulai dari pengukuran awal (MC-0) yang dituangkan dalam berita acara. 11) Mengukur semua tambahan dan pengurangan yang diperintahkan PPK. 39

54 12) Memeriksa Gambar Terlaksana (As Built Drawing)yang dibuat kontraktor 13) Membuat laporan kepada PPK PKP2 melalui Ketua Tim KMT serta tembusan kepada Tim Pelaksana Kabupaten mengenai semua perkembanganproyek pada waktunya dan secara memadai, meliputi laporan: a. Konsolidasi laporanpengawas Lapangan dalam database antara lain: (1) Progres fisik dan keuangan, (2) Infrastruktur terbangun, (3) Tenaga kerja, (4) Titik koordinat lokasi infrastruktur; b. Melakukan dokumentasi pada setiap tahapan pelaksanaan (pelaksanaan konstruksi, dan pasca konstruksi); c. Menyusun LMK (Laporan Manajemen Kabupaten) untuk disampaikan kepada PPK PKP 2 (Perdesaan), dan KMT Pengawas Lapangan Pengawas Lapangan (Inspector) merupakan tenaga pengawas lapangan yang bertugas untuk melakukan pengawasan pekerjaan konstruksi yang dilaksanakan oleh Kontraktor. Dalam tugasnya Pengawas Lapangan berkoordinasi dengan Koordinator Pengawas Lapangan serta Tim Teknis dari PPK PKP 2 (Perdesaan). Pengawas Lapangan menyampaikan laporan kemajuan kegiatan sehari-hari pelaksanaan konstruksi. Adapun secara khusus tugas dan tanggungjawab Pengawas Lapangan adalah sebagai berikut: 1) Membantu Koordinator Pengawas Lapangan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan dari aspek prosedur dan kuantitas pekerjaan berdasarkan dokumen kontrak. 2) Bertanggung jawab Penuh Terhadap Koordinator Pengawas Lapangan untuk mengawasi kuantitas pekerjaan yang dilaksanakan kontraktor. 3) Melakukan Pemeriksaan gambar kerja kontraktor berdasarkan gambar rencana serta memeriksa dan memberi ijin pelaksanaan pekerjaan kontraktor. 40

55 4) Mengawasi dan memberi pengarahan dalam pelaksanaan pekerjaan agar sesuai dengan prosedur berdasarkan spesifikasi teknis. 5) Berhak Menerima dan menolak hasil pekerjaan kontraktor berdasarkan spesifikasi teknis. 6) Membuat laporan harian mengenai aktivitas kontraktor untuk kemajuan pekerjaan, terdiri dari cuaca, material yang datang (masuk), perubahan dan bentuk dan ukuran pekerjaan, peralatan di lapangan, kuantitas dari pekerjaan yang telah diselesaikan, pengukuran di lapangan dan kejadian-kejadian khusus. 7) Memeriksa Gambar Terlaksana (As Built Drawing) yang dibuat kontraktor 8) Membuat catatan lengkap tentang peralatan, tenaga kerja, dan material yang digunakan dalam setiap pekerjaan yang merupakan atau mungkin akan menjadi pekerjaan tambah (ekstra). 9) Membuat laporan kepada PPK PKP 2 Provinsi melalui Koordinator Pengawas Lapangan serta tembusan kepada Tim Pelaksana Kabupaten mengenai semua perkembangan proyek pada waktunya dan secara memadai Fasilitator Masyarakat (FM) Fasilitator Masyarakat(FM) merupakan tenaga yang ditugaskan di kecamatan penerima program, terdiri atas Fasilitator Pemberdayaan (FP) dan Fasilitator Teknis (FT). Dalam melaksanakan tugasnya, FM berkoordinasi dengan TAK dan Pokja Kecamatan. FM menyampaikan laporan kemajuan kegiatan kepada PPK PKP2 Provinsi dan tembusan kepada TAK serta Pokja Kecamatan. Secara umum FM bertugas menyusun Dokumen Rencana Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (DRP- PISEW) untuk jangka waktu 4 tahun, termasuk membuat Pra- Detail Engineering Design (DED) dan Pra-Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang diusulkan ke Tim Pelaksana Kabupaten (TPK) untuk 41

56 disempurnakan menjadi Detail Engineering Design (DED) dan Rencana Anggaran Biaya (RAB) oleh TAK. Memberikan fasilitasi atau dukungan penguatan kemampuan perencanaan teknis kepada Pokja Kecamatan dan Forum Kecamatan dalam proses perencanaan. 1) Rincian Tugas Fasilitator Masyarakat (FM) a. Berkoordinasi dengan Kecamatan, perangkat pemerintahan di kawasan terpilih, dan tokoh masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan PISEW; b. Melakukan kajian dan inventarisasi program pada kawasan prioritas dan kecamatan; c. Melakukan kajian dan inventarisasi potensi permasalahan dan kebutuhan infrastruktur pada kawasan terpilih dalam kecamatan; d. Berkoordinasi dengan Kecamatan melakukan dan memfasilitasi pertemuan-pertemuan di tingkat kecamatan; e. Memotivasi Pokja Kecamatan dan Forum Kecamatan untuk terlibat dalam survei kawasan serta penyusunan Dokumen Rencana Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah; f. Melakukan perencanaan sampai Pra-DED dan RAB; g. Melakukan sosialisasi dan menyebarluaskan program kepada seluruh masyarakat di tingkat kawasan lokasi PISEW; h. Memotivasi Pokja Kecamatan dan Forum Kecamatan untuk berpartisipasi dalam perencanaan; i. Berkoordinasi dengan TAK dan Pokja Kecamatan untuk kelancaran kegiatan; j. Menginventarisasi pengaduan dan permasalahan yang timbul untuk dilaporkan kepada TAK dan Tim Pelaksana kabupaten; k. Menyusun laporan pelaksanaan kegiatan pada setiap 42

57 tahapan program sesuai format yang telah ditetapkan, kemudian disampaikan kepada TAK; l. Menyampaikan laporan bulanan FM ke PPK PKP 2 Provinsi yang memuat konsolidasi catatan harian dan evaluasinya. 2) Rincian Tugas Fasilitator Pemberdayaan (FP) a. Memfasilitasi Kelompok Kerja (Pokja) Kecamatan melaksanakan seluruh proses dan prosedur Pedoman PISEW; b. Melakukan sosialisasi dan penyebarluasan program kepada seluruh masyarakat; c. Mengajak masyarakat mengikuti sosialisasi dan pertemuan kecamatan; d. Melakukan pendampingan dan fasilitasi penyelenggaraan pertemuan kecamatan dalam upaya peningkatan kemampuan dan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program; e. Memotivasi masyarakat untuk mengidentifikasi permasalahan dan kebutuhan infrastruktur yang bisa mendukung pengembangan ekonomi, sosial, dan lingkungan; f. Memotivasi Pokja Kecamatan dalam penyusunan Dokumen Rencana PISEW Kecamatan melalui Survei Kawasan Sasaran Program PISEW, identifikasi permasalahan, penelaahan dokumen hasil Musrenbang Kecamatan; g. Memotivasi dan mendampingi Pokja Kecamatan agar terlibat dalam penyusunan Pra-DED dan Pra-RAB; h. Menginventarisasi pengaduan dan permasalahan yang timbul, dan melaporkan kepada Pokja Kecamatan, TAK dan Tim Pelaksana Kabupaten; i. Melakukan pendampingan dan pelatihan manajemen kelembagaan dalam membangun jaringan kerjasama Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah; 43

58 3.3 Penyedia Jasa Konstruksi j. Memfasilitasi Pokja Kecamatan dalam penyusunan dokumen Rencana Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah untuk jangka waktu 4 tahun; k. Membantu Tim Pelaksana Kabupaten melakukan publikasi dan penyebarluasan informasi pelaksanaan program; l. Melakukan koordinasi dan melaporkan secara rutin kepada Pokja Kecamatan dan Tim Pelaksana Kabupaten. 3) Tugas Fasilitator Teknik (FT) secara khusus a. Menyusun rencana kerja pelaksanaan program di tingkat kecamatan yang mengacu pada rencana kerja pelaksanaan program di tingkat provinsi; b. Memberikan pemahaman kepada Pokja Kecamatan mengenai petunjuk teknis infrastruktur, penyusunan Pra- DED dan Pra-RAB dan manajemen proyek; c. Melakukan pendampingan musyawarah kecamatan; d. Melakukan identifikasi permasalahan infrastruktur bersama Pokja Kecamatan dan relawan; e. Melakukan pendampingan teknis dalam penyusunan Dokumen Rencana Program PISEW; f. Mendampingi masyarakat melakukan identifikasi permasalahan dan kebutuhan infrastruktur; g. Melakukan penyusunan dokumen Pra-DED dan RAB; h. menyampaikan laporan berkala kepada PPK PKP 2 dan Tim Pelaksana Kabupaten, ditembuskan kepada TAK. Pemilihan dan penunjukan Penyedia Jasa Konstruksi, dilakukan berdasarkan peraturan perundangan terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah. Struktur Organisasi Program PISEW (lihat Gambar 4). 44

59 Kementerian PUPR Ditjen Cipta Karya Direktorat PKP Tim Pelaksana Pusat Subdit PKP Subdit Perdesaan PKP Perdesaan (Ketua Tim) (Koordinator) Satker/PPK Pusat Konsultan Manajemen Pusat Pemerintah Provinsi Tim Pelaksana Provinsi Satker/PPK Provinsi Ketua Tim Konsultan Manajemen Teknis Pemerintah Kabupaten Tim Pelaksana Kabupaten Dinas PU Kabupaten Tenaga Ahli Kabupaten Chief Inspector Inspector Lapangan Pemerintah Kecamatan Pokja Kecamatan Fasilitator Masyarakat Pelaksana Konstruksi Garis Pengendalian Garis Koordinasi Garis Pelaporan Garis Laporan Tembusan Gambar 4 - Struktur Organisasi Program PISEW 45

60 46

61 Bab 4 Komponen dan Kriteria Kegiatan 4.1 Komponen Kegiatan Komponen kegiatan Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah meliputi: 1) Peningkatan Kemampuan Masyarakat Komponen penguatan kemampuan masyarakat mencakup serangkaian kegiatan untuk membangun kesadaran kritis dan kemandirian masyarakat yang terdiri dari pengkajian dan inventarisasi program yang ada di desa-desa dalam kawasan terpilih dan kecamatan, pemetaan potensi dan permasalahan, serta kebutuhan pengembangan kawasan terpilih. 2) Peningkatan Kemampuan Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia Pemerintah Kabupaten, Kecamatan, dan Pelaku Lokal lainnya yang terlibat dalam pelaksanaan PISEW, agar mampu menciptakan situasi yang kondusif dan sinergi yang positif dalam menyusun rencana pengembangan kawasan terpilih 3) Pembangunan Infrastruktur Kawasan Komponen pembangunan infrastruktur kawasan merupakan hasil dari proses dua komponen kegiatan diatas, yang diharapkan dapat mendukung peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi wilayah. 4.2 Kriteria Kegiatan Pembangunan infrastruktur yang akan dilaksanakan pbersifat terbuka dalam jenis, komponen dan kuantitasnya namun harus memenuhi kriteria sbb: 1) Berorientasi pada pengembangan wilayah atau merupakan penghubung/koneksi antara daerah produsen ke daerah pemasaran dan akses antar wilayah; 2) Lahan untuk ruang milik jalan telah tersedia dan tidak memerlukan biaya pembebasan lahan; 3) Memprioritaskan infrastruktur yang mendukung peningkatan dan pengembangan komoditas unggulan; 4) Menggunakan Teknologi tepat guna dengan memperhatikan nilai kearifan lokal; 5) Dilaksanakan dalam waktu yang singkat; 6) Mengutamakan penggunaan material setempat; 47

62 7) Tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan, sosial, dan budaya; 8) Tidak tumpang tindih dengan kegiatan APBD; 9) Terintegrasi dengan sistem infrastruktur yang ada; dan 10) Diusulkan melalui forum kecamatan. 48

63 49

64 Bab 5 Jenis Infrastruktur Program PISEW 5.1 Jenis jenis infrastruktur Pembangunan infrastruktur berdasarkan jenisnya terdiri atas: Prasarana Transportasi 1) Infrastruktur Jalan dan Jembatan Pembangunan dan peningkatan jalan meliputi: jalan lingkungan, jalan poros, jalan produksi,jembatan, dan bangunan pelengkap (talud, goronggorong, drainase,dll.), yang mempertimbangkan kriteria teknis sebagai berikut: a. Memenuhi standar teknis infrastruktur jalan dan jembatan; b. Disain teknis yang memperhatikan masalah keselamatan dan kenyamanan bagi pengguna infrastruktur; c. Harus fungsional; 2) Infrastruktur Tambatan Perahu Tambatan perahu merupakan terminal penghubung jalan darat dengan sistem transportasi sungai, laut, dan danau. Kegiatannya dapat berupa pembangunan baru ataupun peningkatan/rehabilitasi tambatan yang ada dan harus dilengkapi dengan jalan penghubung ke permukiman. Tambatan perahu sebagai bagian kelengkapan sistem pelayanan masyarakat, mencakup tempat pelelangan ikan, dermaga bongkar muat, tempat rekreasi, lokasi parkir umum, gudang, serta jalan penghubung ke daerah pemasaran dan perumahan dan permukiman.. Persyaratan lokasi: a. Tidak mudah erosi; b. Pada bagian sungai yang lurus dan sekitar lokasi harus bersih; c. Berada pada jalur lalu lintas perahu dan mampu kegiatan di sekitar tambatan perahu; d. Lokasi untuk penempatan bahan bangunan, tempat kerja, dan tambatan perahu harus tersedia. 50

65 Spesifikasi teknis jalan dan jembatan serta tambatan perahu mengacu pada Standar Teknis yang diterbitkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Irigasi Kecil Penunjang Produksi Pertanian/Industri Infrastruktur penunjang produksi pertanian yang termasuk irigasi kecil meliputi, peningkatan, dan rehabilitasi irigasi, embung maupun kolam penampung air, bendung sederhana, atau perlindungan air tanah/mata air. Kategori kegiatan adalah pemeliharaan rutin, pemeliharaan berkala, dan peningkatan. Pembangunan dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: 1) Irigasi perdesaan adalah irigasi yang dikelola masyarakat; 2) Luas area irigasi perdesaan sekitar hektar; 3) Bukan bagian dari irigasi teknis atau irigasi yang telah masuk inventarisasi Dinas Pengairan; 4) Jenisnya dapat berupa bangunan pengambilan, saluran tersier dan kuarterserta bangunan pelengkap lainnya; 5) Pembangunannya memberikan manfaat bagi masyarakat petani minimal di desa-desa pada kawasan terpilih. Dalam hal pemilihan solusi teknis untuk pembangunan jaringan irigasi perdesaan harus mempertimbangkan hal berikut: 1) Berorientasi pada manfaat dan urgensi kebutuhan pelayanan; 2) Ketersediaan sumber air baku (kualitas dan kuantitas); 3) Kondisi geo-hidrologi yang bersumber dari peta terkait; 4) Kondisi curah hujan tahunan; 5) Kondisi geo-morfologi wilayah Peningkatan Prasarana Pertanian, Peternakan dan Perikanan, Industri, dan Pendukung Kegiatan Pariwisata Pembangunan dan peningkatan sarana pemasaran pertanian, peternakandanperikanan,serta industri kecil dapat berupa: 1) bangunan pasar berskala layanan kawasan terpilih; 51

66 2) gudang dan lantai jemur; 3) jalan usaha tani (akses daerah produsen ke pusat pemasaran); 4) sanitasi dan kandang kolektif; serta 5) infrastruktur pendukung kegiatan pariwisata sebagai sektor unggulan kawasan Prasarana Air Minum dan Sanitasi 1) Komponen Air Minum dapat berupa peningkatan dan rehabilitasi sumur gali, sumur pompa tangan, bangunan penangkap air, perlindungan mata air, bak penampung air hujan, pengelolaan air permukaan, instalasi pengolahan air sederhana, dan hidran umum Dilakukan dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Diperuntukkan bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan air minum (air tanah dangkalnya tidak layak minum karena payau/asin atau langka, dan selalu mengalami kekeringan pada musim kemarau); b. Meringankan kehidupan masyarakat (dari perjalanan jauh dan antri air); c. Memiliki potensi air tanah dalam, sungai, atau mata air yang berjarak kurang lebih 3 km dari permukiman dengan debit dan kualitas air yang memadai; d. Dalam hal tidak terdapat potensi sumber air baku pada kawasan yang memiliki curah hujan minimal mm/tahun; e. Daerah yang tidak sesuai dengan kriteria seperti tersebut diatas, dan/atau merupakan daerah yang berada pada kepulauan, dapat memanfaatkan potensi sumber air baku air laut melalui proses destilasi. 2) Sanitasi Pembangunan sarana sanitasi lingkungan dapat berupa, peningkatan, dan rehabilitasi jaringan drainase permukiman, air limbah komunal, dan persampahan, dengan memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut: a. Sistem yang digunakan memenuhi persyaratan kesehatan dan keselamatan bagi masyarakat umum dan merupakan sistem sanitasi terbaik yang dapat diterapkan di daerah tersebut; b. Dilaksanakan dengan biaya yang paling efektif; 52

67 c. Merupakan satu kesatuan sistem yang dapat beroperasi secara terintegrasi; d. Bersifat sanitasi komunal yang dapat dimanfaatkan langsung oleh masyarakat; dan berwawasan gender (menghargai bahwa perempuan mempunyai kebutuhan khusus); e. Secara Teknis: Mengurangi, bukan menghilangkan,bau menyengat yang dihasilkan dari proses pembusukan pada sistem sanitasi terbangun; Mencegah lalat atau serangga lain keluar masuk ke dalam bagian/elemen dari sistem sanitasi; Terjangkau oleh masyarakat penggunanya; Higienis, mudah dalam penggunaan dan pemeliharaan oleh masyarakat umum. 53

68 54

69 Bab 6 Pengelolaan Kegiatan Program PISEW 6.1 Persiapan Persiapan Tingkat Pusat Persiapan pelaksanaan Program PISEW dengan membentuk kelembagaan di pusat yaitu: 1) Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan secara nasional. 2) Tim Pelaksana Pusat Tim Pelaksana Pusat dibentuk di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Surat Keputusan Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman, dan memiliki tanggung jawab dalam pelaksanaan Program PISEW, memastikan penyelenggaraan proses seleksi pengadaan barang dan jasa konsultansi, sampai terbentuknya Konsultan Manajemen Pusat Persiapan Tingkat Provinsi Persiapan pelaksanaan Program PISEW di provinsi dikoordinasikan oleh Tim Pelaksana Provinsi yang dilaksanakan oleh Satker PKP dan PPK Pengembangan Kawasan Permukiman 2 (Perdesaan), sampai dengan penyelenggaraan proses pengadaan jasa konsultansi dan penyedia jasa konstruksi Persiapan Tingkat Kabupaten dan Kecamatan Persiapan pelaksanaan Program PISEW di kabupaten dikoordinasikan oleh Tim Pelaksana Kabupaten dan Kecamatan dengan urutan sebagai berikut: 1) Identifikasi Pusat Kawasan 2) Identifikasi Penyangga Kawasan 3) Penentuan Kawasan, berdasarkan potensi kawasan prioritas 4) Pembentukan Forum Kecamatan Program PISEW 5) Penyusunan Dokumen Rencana Program PISEW 55

70 6.2 Sosialisasi Kegiatan sosialisasi dilakukan untuk memperkenalkan kegiatan kepada masyarakat luas dan para pemangku kepentingan. Hal-hal yang disampaikan meliputi kebijakan, pengertian, tujuan, konsep, mekanisme pelaksanaan agar terbangun pemahaman, kepedulian, serta dukungan terhadap kegiatan Program PISEW. Sosialisasi dan penyebarluasan informasi dilakukan melalui berbagai media sosialisasi dan komunikasi secara menerus sepanjang pelaksanaan kegiatan Program PISEW Sosialisasi Tingkat Pusat Kegiatan sosialisasi sekaligus peluncuran kegiatan Program PISEW di pusat dilaksanakan di Jakarta, diikuti oleh Pemerintah Provinsi dan Satker PKP/PPK PKP 2 (Perdesaan) Provinsi. Dalam kegiatan ini akan disampaikan konsep serta tata laksana kegiatan, serta komitmen daerah untuk pelaksanaan kegiatan Konsolidasi Tingkat Pusat Kegiatan konsolidasi adalah kegiatan penguatan kemampuan pelaku yang meliputi Satker PKP/PPK PKP 2 (Perdesaan) Provinsi dantim Pelaksana Kabupaten.Pada kegiatan konsolidasi, disampaikan hal-hal yang terkait pemahaman konsepsi dan fasilitasi perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi Sosialisasi Tingkat Provinsi Kegiatan sosialisasi di provinsi diikuti olehtim Pelaksana Kabupaten. Pada kegiatan iniakan disampaikan hal-hal terkait pemahaman konsepsi dan fasilitasi perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi di tingkat kabupaten dan kecamatan Sosialisasi Tingkat Kabupaten Kegiatan sosialisasi bertujuan menyampaikan kebijakan-kebijakan nasional pada pelaksanaan kegiatan Tahun Anggaran berjalan dan menyampaikan hal-hal yang terkait pemahaman konsepsi dan fasilitasi perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi di tingkat kecamatan. Sosialisasi tingkat kabupaten dilaksanakan oleh PPK PKP 2 (Perdesaan) Provinsi akan diikuti oleh pelaku kegiatan, baik dari unsur pemerintah maupun konsultan yang akan ditugaskan di tingkat kecamatan, yaitu: 56

71 SKPD Kabupaten Terkait, Camat, Pokja Kecamatan, Kepala Desa (yang masuk kedalam kawasan prioritas berdasarkan potensi), Fasilitator Masyarakat dan LSM setempat. Pihak-pihak tersebut diharapkan mampu meningkatkan kemampuan kelembagaan pemerintah kabupaten dan kecamatan yang tanggap terhadap persoalan pengembangan kawasan terpilih selaras dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten. 6.3 Pengadaan Konsultan Daerah Pengadaan konsultan di daerah dilakukan oleh PPK PKP 2 (Perdesaan) Provinsi mengacu pada peraturan perundangan yang berlaku, terkait pengadaan barang dan jasa pemerintah, selanjutnya diatur dalam dokumen Kerangka Acuan Kerja (KAK) pengadaan konsultan. 6.4 Perencanaan Proses pengambilan keputusan pada penyusunan rencana pengembangan infrastruktur sosial ekonomi wilayah melibatkan perwakilan masyarakat dan pemerintah sesuai fungsinya masing-masing. Mekanisme perencanaan bersifat partisipatif dalam kawasan prioritas berdasarkan potensi sedankan perencanaan di kabupaten bersifat koordinatif Penentuan Kawasan Prioritas Berdasarkan Potensi Kawasan sasaran Program PISEW adalah kawasan yang terdiri atas desa pusat dan desa penyangga dalam satu kecamatan. Desa pusat adalah desa berkembang yang mempunyai potensi untuk berkembang diantaranya: sebagai pusat layanan memiliki keunggulan letak geografis yang strategis, merupakan desa sentra produksi ataupun desa pengumpul bahan baku, dll. Pelaksanaan penentuan lokasi kawasan prioritas dilakukan oleh Tim Pelaksana Kabupaten bersama Pemerintah Kecamatan (Camat). Untuk kecamatan yang mempunyai karakteristik khusus dalam struktur administrasi pemerintahan diwilayahnya, maka penyusunan kawasannya disesuaikan denganperaturan perundangan yang berlaku dengan 57

72 memperhatikan kesetaraan struktur administrasi desa, dan tetap dikonsultasikan dengan Tim Pelaksana Provinsi dan Pusat. Tim Pelaksana Kabupaten bisa mengusulkan anggota tambahan dalam tim apabila dirasa perlu, dan memungkinkan sebagai nara sumber untuk bidang teknis tertentu, serta bidang ilmu ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Langkah-langkah dalam proses penentuan kawasan prioritas adalah: 1) Pengumpulan Dokumen Pendukung Melakukan pengumpulan seluruh dokumen yang ada di desa dalam kecamatan dan kabupatenguna mengetahui rencana pembangunan serta potensi masing-masing desa dan kecamatan serta kesesuaian dengan RTRW. Kegiatan yang dilakukan adalah mengumpulkan dan menginventarisasi dokumen pendukung dengan mempertimbangkan, antara lain: a. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) dan termasuk rencana pengembangan KSK (Kawasan Strategis Kabupaten); b. Indeks Pembangunan Desa (IPD) dan Indeks Desa Membangun (IDM); c. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten; d. Rencana Pengembangan Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM); e. Dokumen terkait dengan pembangunan kawasan. Dokumen tersebut merupakan bahan rujukan dalam menyatukan pemahaman pusat kawasan serta penyangga kawasan untuk menentukan kawasan prioritas. Dari hasil kajian tersebut, diharapkan teridentifikasi ada definisi serta ciri-ciri kawasan terpilih. 2) Identifikasi Pusat Kawasan Melalui kajian terhadap dokumen pendukung tersebut, diperoleh data desa-desa berkembang sebagai pusat kawasan, untuk dikoordinasi dan dikonsolidasikan dengan Kecamatan.. Berdasarkan hasil kajian serta konsolidasi di tingkat kecamatan, ada kemungkinan muncul lebih dari satu desa sebagai desa berkembang yang berpotensi sebagai pusat kawasan 58

73 3) Identifikasi Penyangga Kawasan Identifikasi penyangga kawasan dapat dilakukan jika kawasan sudah diperoleh. Dengan kemungkinan ada lebih dari satu pusat kawasan, maka Tim Pelaksana Kabupaten bersama Pemerintah Kecamatan melakukan verifikasi dan delineasi terhadap temuan calon kawasan terpilih dan daerah penyangganya. Dari hasil delineasi tersebut, ada kemungkinan dalam satu kecamatan terdapat lebih dari satu kawasan potensial. 4) Penetapan Kawasan Prioritas Berdasarkan Potensi dalam Program PISEW Berdasarkan hasil kajian dan identifikasi kawasan, penetapan kawasan terpilih dilakukan berdasarkan prioritas dan keselarasan terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten; Prioritas diberikan pada kawasan yang sesuai tujuan kegiatan Program PISEW serta dokumen hasil Musrenbang Kecamatan. Hasil pemilihan dan penetapan kawasan PISEW dapat berupa: a) Diketemukan lebih dari satu kawasan potensial dalam kecamatan b) Kawasan permukiman terpilih dapat terdiri atas: Satu kawasan permukiman dalam kecamatan yang terdiri dari keseluruhannya merupakan desa-desa berkembang Satu kawasan permukiman dengan desa berkembang sebagai pusat dan desa sedang berkembang sebagai desa pendukung (hinterland). Keseluruhan kawasan terpilih merupakan kumpulan dari desa sedang berkembang. Hal ini akan berimbas pada penetapan kebutuhan infrastruktur pendukung pengembangan kegiatan sosial ekonomi kawasan. Selanjutnya hasil penetapan kawasan Program PISEW dibuat berita acara yang diketahui oleh Tim Pelaksana Kabupaten; Alur Penetapan Kawasan Prioritas Program PISEW (lihat Gambar 5). 59

74 Pengumpulan dokumendokumen Pembangunan PENGKAJIAN DOKUMEN KESEPAHAMAN DEFINISI DESA PUSAT KAWASAN DAN DESA PENYANGGA KAWASAN CIRI-CIRI KRITERIA IDENTIFIKASI PUSAT KAWASAN DAN PENYANGGA KAWASAN TERPILIH PUSAT KAWASAN DAN PENYANGGA KAWASAN PENETAPAN PUSAT KAWASAN DAN PENYANGGA KAWASAN PEMBUATAN DELINIASI KAWASAN PENETAPAN KAWASAN PRIORITAS Gambar 5 - Alur Penetapan Kawasan Program PISEW Pembentukan Forum Kecamatan Dalam rangka persiapan perencanaan, perlu adanya forum yang mewakili masyarakat, yang selanjutnya akan terlibat terlibat atau yang dapat dilibatkan dalam proses perencanaan dari bawah dan dalam pembangunan infrastruktur. Forum tersebut dibentuk oleh Camat yang dalam proses pembentukannya dilakukan melalui langkah-langkah berikut: 1) Mengidentifikasi lembaga-lembaga Pemerintah dan keswadayaan masyarakat yang sudah ada di kawasan terpilih; 2) Mengidentifikasi tokoh masyarakat, Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM), dan para pelaku pembangunan lain yang dapat dan perlu dilibatkan yang berada di dalam kawasan terpilih dan kecamatan. Selanjutnya Forum Kecamatan ini akan terlibat dalam proses perencanaan secara bersama-sama dengan Fasilitator Masyarakat. 60

Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW) PEDOMAN PISEW

Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW) PEDOMAN PISEW Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW) PEDOMAN PISEW Kata Pengantar Direktur Jenderal Cipta Karya Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan

Lebih terperinci

DOKUMEN RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH

DOKUMEN RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH DOKUMEN RENCANA PROGRAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR SOSIAL EKONOMI WILAYAH BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Gambaran Umum dan Konsep Program PISEW Berbagai upaya untuk mengatasi masalah kesenjangan

Lebih terperinci

SURAT EDARAN Nomor: 02/SE/DC/2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PADAT KARYA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA

SURAT EDARAN Nomor: 02/SE/DC/2018 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PADAT KARYA DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA Kepada yang terhormat, 1. Gubernur Seluruh Republik Indonesia; 2. Bupati/Walikota Seluruh Republik Indonesia; 3. Pejabat Tinggi Pratama di Direktorat Jenderal Cipta Karya; 4. Kepala Satuan Kerja/SNVT/PPK/PMU

Lebih terperinci

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2018 KEMENPU-PR. DAK Infrastruktur PU-PR. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PRT/M/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011

Lebih terperinci

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

-1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA -1- MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN LANJUTAN PROGRAM/KEGIATAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.905, 2015 KEMENDESA-PDT-Trans. Urusan Pemerintahan. Ditjen Pembangunan Dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. TA 2015. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2012 KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Urusan Pemerintah. Pelimpahan dan Penugasan. Tahun Anggaran 2012. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tam No. 2005, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Dekonsentrasi. Pelimpahan dan Pedoman. TA 2017. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2010 TENTANG TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN PROVINSI DAN KABUPATEN/KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.95, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyusunan. Daftar Isian. Pelaksanaan. Anggaran. Pemberdayaan Masyarakat. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12/PMK.05/2012

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 132/KPTS/IV/2015 TENTANG

PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 132/KPTS/IV/2015 TENTANG PROVINSI KEPULAUAN RIAU KEPUTUSAN BUPATI LINGGA NOMOR : 132/KPTS/IV/2015 TENTANG PEMBENTUKAN KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN LINGGA TAHUN ANGGARAN 2015 BUPATI LINGGA, Membaca : Surat Edaran Menteri Dalam

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1344, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pemerintahan. Pelimpahan. Penugasan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2012 TENTANG PELIMPAHAN DAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,

MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR KEP.3/M.PPN/HK/01/2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI KEMENTERIAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1324, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Daftar Isian. Anggaran. Lanjutan. Masyarakat Mandiri. TA 2012. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 229/PMK.02/2012 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SISTEM E-MONITORING SERAPAN ANGGARAN UNTUK PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN DEKONSENTRASI LINGKUP KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, Draft per 12 Oktober 2015 PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN, PEMANTAUAN, DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PENUGASAN KEPADA GUBERNUR DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA TUGAS PEMBANTUAN PROVINSI TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN EVALUASI PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M No.73, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Penyelenggaraan. Pembinaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6041) PERATURAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jakarta, 28 Maret 2012 Kepada Nomor : 070 / 1082 / SJ Yth. 1. Gubernur Sifat : Penting 2. Bupati/Walikota Lampiran : Satu berkas di Hal : Pedoman Penyusunan Program

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN DAN PEDOMAN PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENANAMAN MODAL TAHUN ANGGARAN 2018 DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 /PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI PULANG PISAU, SALINAN BUPATI PULANG PISAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI PULANG PISAU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS DAN WEWENANG GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH PROVINSI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM

Lebih terperinci

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al

2015, No Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, maka perlu dilakukan penyempurnaan petunjuk teknis Dana Al BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.371, 2015 KEMENPU PR. Dana Alokasi Khusus. Insfrastuktur. Petunjuk Teknis. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03/PRT/M/2015 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131,2012 PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN BANTUAN PENANGANAN LINGKUNGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA www.unduhsaja.com SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DI KEMENTERIAN DALAM

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R

2016, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran Negara R No.546, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Litbang. Pedoman. Peencabutan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PRT/M/2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS BIDANG INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT 2006

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 NOMOR SP DIPA-33.1-/216 DS2286-196-725-318 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021)

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA TELP. (021) , FAX (021) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL JALAN PATTIMURA NO. 20 KEBAYORAN BARU JAKARTA 11210 TELP. (021) 724-7524, FAX (021) 726-0856 Nomor : KU.01.01-SJ/695 Jakarta, 30 Desember 2005 Lampiran :

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air minum

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. No.606, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM. Dana Alokasi Khusus. Infrastruktur. Juknis. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PRT/M/2010 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.253/MEN/X/2011 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGGUNAAN DANA PERCEPATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON *s NOMOR 67 TAHUN 2016, SERI D. 16 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 67 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Dana Alokasi Khusus. Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN DANA ALOKASI KHUSUS KEMENTERIAN DALAM NEGERI TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009. PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD)

Lebih terperinci

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.88. 2016 KEMENLH-KEHUTANAN. Pengawasan Intern. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK-SETJEN/2015

Lebih terperinci

2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1989, 2014 KEMENDAG. Pemerintahan. Dekonsentrasi. Gubernur. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92/M-DAG/PER/12/2014 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind

2015, No Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Ind BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1995, 2015 KEMENDAG. Penyelenggaraan Dekonsentrasi. Tahun Anggaran 2016. Pelimpahan. Gubernur. PERATURAN MENTERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 109/M-DAG/PER/12/2015 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.52/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PENGAWASAN PENGELOLAAN DANA DESA. Oleh : Arief Hidayat, SE, MM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI

PENGAWASAN PENGELOLAAN DANA DESA. Oleh : Arief Hidayat, SE, MM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI PENGAWASAN PENGELOLAAN DANA DESA Oleh : Arief Hidayat, SE, MM INSPEKTORAT JENDERAL KEMENDAGRI JAKARTA, 4 APRIL 2016 DASAR HUKUM UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; PP. Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.389, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEHATAN. Penyediaan Air Minum. Sanitasi. Percepatan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 185 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN AIR MINUM

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG - 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 04/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG PENUGASAN KEPADA BUPATI/WALIKOTA DALAM PENGELOLAAN DAN TANGGUNG JAWAB DANA TUGAS PEMBANTUAN KABUPATEN/KOTA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2018, No Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4.

2018, No Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 4. , BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.63, 2018 KEMENDAG. Dekonsentasi TA 2018. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2018 TENTANG PELIMPAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.10, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pengelolaan Dana Alokasi Khusus. Tahun 2012. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2011

Lebih terperinci

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI 6.1 Gambaran Umum Struktur Monev Sanitasi Tujuan utama strategi Monev ini adalah menetapkan kerangka kerja untuk mengukur dan memperbaharui kondisi dasar sanitasi,

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS POKOK, FUNGSI, URAIAN TUGAS JABATAN DAN TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN

Lebih terperinci

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244) sebagaimana t No.33, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Urusan Pemerintahan. Tahun 2015. Penugasan. Pelimpahan. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2015 TENTANG PELIMPAHAN DAN PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN LINGKUP KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 01/PRT/M/2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN BAB IV PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN Upaya pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang bermuara pada kesejahteraan rakyat semakin meningkat. Penyerahan wewenang urusan pemerintahan kepada daerah

Lebih terperinci