PERMASALAHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCAGEMPA 27 MEI 2006 DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH
|
|
- Deddy Kusnadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Konferensi Nasional Teknik Sipil 2 (KoNTekS 2) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 6 7 Juni 2008 PERMASALAHAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCAGEMPA 27 MEI 2006 DI YOGYAKARTA DAN JAWA TENGAH Yoyong Arfiadi 1, Wiryawan Sarjono 1, Lucida 2 1 Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta 2 Staf Pengajar Program Studi Teknik Arsitektur, Universitas Kristen Duta Wacana ABSTRAK Proses rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa bumi 27 Mei 2006 telah dilakukan pada rumah-rumah penduduk yang rusak berat dan roboh. Jumlah rumah yang rusak berat dan roboh sebanyak rumah. Untuk mengetahui sejauh mana rumah yang dibangun telah memenuhi persyaratan rumah tahan gempa dilakukan survey pada rumah yang dibangun dengan beaya pemerintah. Survey dilakukan sesuai dengan daftar isian yang telah disepakati antara konsultan dan Tim Teknis Nasional dan mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Sebelum dilaksanakan, daftar isian diujicobakan untuk melihat seberapa jauh daftar isian dapat difahami baik oleh surveyor maupun pemberi data. Sample rumah diambil berdasarkan banyaknya kelompok masyarakat (PokMas) di mana pada setiap PokMas diambil dua buah rumah. Walaupun pada saat survey sebagian besar rumah sudah selesai dikerjakan, sample dipilih sedapat mungkin pada rumah yang sedang dikerjakan dan ditentukan secara random dengan teknik tertentu. Pemilihan rumah yang dipilih apakah rumah yang dibangun dengan pendampingan atau tidak dengan pendampingan ditentukan secara random pula. Hasil survey menunjukkan bahwa rumah hasil rehabilitasi dan rekonstruksi relatif cukup baik. Dari hasil survey diperoleh 27,9 % rumah di Jawa Tengah memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa, sedangkan 37,1% rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa. Hasil survey juga menunjukkan ada 11,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60 % untuk daerah Jawa Tengah; dan terdapat 5,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60% untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Kata kunci: rehabilitasi, rekonstruksi, pascagempa, gempa, Yogyakarta, ketahanan gempa A. PENDAHULUAN Pada tanggal 27 Mei 2006 terjadi gempa bumi dengan pusat gempa berjarak 15 km di sebelah selatan kabupaten Bantul (lihat Gambar 1) dengan magnitude 5,9 skala Richter, M 6,3 (USGS) dengan kedalaman 10 km. Gempa bumi Yogyakarta 27 Mei 2006 telah menyebabkan kerugian harta benda dan jiwa. Setelah kejadian gempa banyak bantuan datang baik dari pemerintah melalui APBN maupun donor. Untuk rumah yang rusak berat di Daerah Istimewa Yogyajarta pemerintah memberikan bantuan sebesar Rp ,- sedangkan untuk Jawa Tengah sebesar Rp ,-. Proses pembangunan rumah dilaksanakan dengan pendekatan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat yang dikoordinasikan melalui kelompok masyarakat (PokMas) atau Kelompok Swadaya Masyarakat Perumahan (KSMP). Pembangunan umumnya dilakukan dengan bantuan tenaga tukang dan bukan oleh kontraktor yang ditunjuk khusus. Dengan proses ini pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi diharapkan dapat berjalan dengan relatif cepat. Dalam hal ini penentuan mutu dilakukan oleh masyarakat dengan bantuan tukang berdasarkan pedoman dan standar yang disampaikan pemerintah atau lembaga swadaya mayarakat. ISBN:
2 Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida Untuk mencapai hasil pembangunan rumah yang baik maka beberapa hal perlu diperhatikan. Kesadaran untuk biasa membangun sesuai dengan peraturan yang berlaku, tingkat kompetensi tukang dan ketersediaan pedoman yang cukup dapat mengurangi pengaruh buruk gempa terhadap rumah yang dibangun (Boen 2008 [1]). Untuk mengetahui hasil pembangunan rumah yang dilakukan oleh masyarakat, telah dilakukan survey terhadap rumah di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah Survey dilaksanakan antara bulan Juli November 2007 (P.T. Multi Area Conindo, 2007 [3]). Pusat gempa Gambar 1. Lokasi epicentrum (sumber: USGS) B. LOKASI KEGIATAN DAN DATA SURVEY Kegiatan survey dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah yaitu meliputi daerah seperti terlihat pada Tabel ISBN:
3 Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah Cluster Lokasi Tabel 1. Wilayah sebaran rumah yang disurvey Wilayah Tim Pelaksana Wilayah Kerja KMW Cacah Rumah Rusak Berat A Provinsi DIY Yogyakarta Bantul Bantul Bantul Bantul Bantul Kulonprogo Gunungkidul Sleman Subtotal B C Provinsi Jawa Tengah Cacah PokMas/KSMP Klaten Klaten Klaten Boyolali Sukoharjo Karanganyar Wonogiri Magelang Purworejo Temanggung 85 7 Kebumen 3 1 Subtotal Pokmas/ KSMP Susulan DIY dan Jateng Total Dalam setiap PokMas diambil dua rumah, sehingga jumlah rumah yang disurvey sebanyak rumah. C. PERSIAPAN Sebelum surveyor diterjunkan dilakukan persiapan dulu agar pelaksanaan dapat berjalan lancar. Beberapa pekerjaan persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut ini. 1. Mobilisasi tim dan koordinasi internal Koordinasi internal terutama berkenaan dengan pembagian kerja untuk tiap-tiap tenaga ahli termasuk pembagian tugas dan kewenangan terkait dengan tugas koordinator wilayah dan sub koordinator wilayah. 2. Inventarisasi Data Data yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan antara lain adalah data yang berkaitan dengan kondisi eksisting, termasuk laporan kegiatan fisik rehabilitasi dan rekonstruksi tahun 2006 serta peraturan dan pedoman teknis mengenai bangunan rumah tahan gempa. 3. Penyusunan Rencana Kerja Pada tahap ini disusun langkah-langkah pelaksanaan pekerjaan yang nantinya akan dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan selanjutnya. ISBN:
4 Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida 4. Instrumen survey Instrumen survey teknis disusun setelah dilakukan diskusi antara fihak yang berkepentingan. Survey teknis dimaksud untuk memotret hasil rehabilitasi dan rekonstruksi yang telah dilakukan penduduk. Sesuai kesepakatan yang ada dihasilkan instrumen untuk survey teknis seperti terlihat pada Gambar 2. Perlu dicatat bahwa sebagian anggota tim berpendapat bahwa beberapa bagian dari instrumen survey tidak perlu dimasukkan untuk menghitung score. Bagian yang dipandang tidak perlu diberi nilai adalah mengenai apakah pembangunan rumah menggunakan gambar rencana. Selain itu beberapa anggota tim berpendapat penggunaan tulangan diamater 10 mm dianggap sudah cukup memenuhi untuk digunakan pada rumah tinggal. Namun karena dalam diskusi dengan anggota Tim Teknis Nasional persyaratan tulangan dengan ukuran diameter 12 mm yang harus digunakan, maka selanjutnya dalam instrumen survey ukuran ini yang dipakai sebagai salah satu kriteria yang digunakan. D. PEREKRUTAN SURVEYOR Surveyor merupakan bagian yang penting agar tujuan kegiatan dapat tercapai dengan baik. Surveyor yang berkualitas diharapkan dapat memberikan hasil yang baik. Surveyor yang diperlukan adalah surveyor bidang teknis dan surveyor bidang sosial. Dalam setiap tim terdiri dari dua surveyor yaitu surveyor teknik dan sosial. Perekrutan surveyor dilakukan secara bertahap sesuai kebutuhan dan kesiapan data rumah yang akan diperiksa. Jumlah surveyor secara bertahap ditambah menurut kesiapan data. E. PELATIHAN SURVEYOR Agar dapat dicapai hasil sesuai yang diharapkan maka surveyor perlu dibekali dengan pelatihan yang memadai. Bahan pelatihan berupa pelatihan umum mengenai bangunan tahan gempa dan teknis pengisian instrument survey. Pelatihan dimaksudkan agar instrumen survey berupa survey teknis dan sosial dapat dipahami oleh surveyor. Pelatihan dilakukan secara bertahap agar dapat diperoleh hasil yang optimum. F. PENGAMBILAN SAMPLE Mengingat pada saat survey dilakukan setelah lebih kurang satu tahun, pengambilan sample diusahakan agar rumah yang sedang dalam tahap pembangunan dapat diambil. Sample diambil secara acak dengan teknik tertentu agar rumah yang sedang dalam tahap pembangnan dapat terambil dan mewakili rumah dengan dan tanpa pendampingan fasilitator teknik. 484 ISBN:
5 Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah Gambar 2. Instrumen survey G. BEBERAPA HASIL PENGAMATAN Berdasarkan survey yang dilakukan, sesuai dengan daftar simak yang telah ditetapkan, diperoleh hasil seperti terlihat pada Gambar 3 dan 4. Gambar 3 menunjukkan persentase rumah yang memenuhi 100 % persyaratan ketahanan gempa untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah berturut-turut sebesar 6,4% dan 6,8 %. Dari ISBN:
6 Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida hasil survey juga diperoleh 27,9 % rumah di Jawa Tengah memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa dan 37,1% rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa. Di samping itu terdapat 11,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60 % untuk daerah Jawa Tengah; dan terdapat 5,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60% untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. Dari Gambar 3 terlihat, baik untuk Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Jawa Tengah, kurva condong ke arah kanan yang menunjukkan bahwa sebagian besar rumah mempunyai persyaratan yang relatif cukup baik. Gambar 3. Persentase pemenuhan terhadap formulir pengamatan Gambar 4. Diagram kesesuaian kualitas per komponen Sesuai dengan formulir pengamatan, selain hasil per komponen pada Gambar 4, setiap komponen mempunyai sub komponen yang harus diamati. Beberapa hal dibahas di sini. Untuk bentuk denah (lihat Gambar 5) sebagian besar rumah yang dibangun mempunyai denah simetrik (berturut-turut 91% dan 82,2 % rumah di Yogyakarta dan Jawa Tengah mempunyai denah simetrik). Selain itu 92,5% dan 91% rumah berturutturut di Yogyakarta dan Jawa Tengah mempunyai tonjolan kurang dari 25 %. 486 ISBN:
7 Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah Gambar 5. Diagram kesesuaian untuk bentuk denah Untuk komponen fondasi hasil survey untuk lima sub komponen pengamatan dapat dilihat pada Ganbar 6. Gambar 6. Diagram kesesuaian untuk fondasi Untuk komponen sloof, hasil pengamatan ditunjukkan pada Gambar 7 Gambar 7. Diagram kesesuaian untuk sloof ISBN:
8 Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida Untuk elemen kolom dan balok ring hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9. Gambar 8. Diagram kesesuaian untuk kolom Gambar 9. Diagram kesesuaian untuk balok ring Perlu dicatat bahwa penggunaan tulangan yang disyaratkan dalam survey ini adalah menggunakan diamater 12 mm. Hasil menunjukkan bahwa pencapaian terhadap syarat ini tidak begitu tinggi (Gambar 7-9). Masih belum jelas apakah hasil pencapaian ini disebabkan karena besi tulangan diameter 12 mm sulit ditemukan di pasaran atau karena dirasa besi ukuran 12 mm menyulitkan dalam pelaksanaan. Ada pendapat yang berbeda mengenai ukuran diameter tulangan yang digunakan baik untuk kolom, balok ring maupun sloof. Sebagian berpendapat bahwa penggunaan ukuran tulangan cukup digunakan diamater 10 mm dengan pertimbangan kemudahan dalam pemasangan mengingat ukuran elemen struktur yang ada, karena jika digunakan ukuran 12 mm akan menyulitkan dalam pencoran. Dalam suatu pengamatan lain, Suarjana dan Sengara (2008) [4] mengusulkan untuk digunakan tulangan deformasian 10 mm mengingat tulangan deformasian mempunyai lekatan yang cukup baik dibandingkan dengan tulangan polos. Demikian juga Boen (2008) [2] berpendapat bahwa diameter tulangan 10 mm cukup memenuhi syarat untuk digunakan pada rumah non-engineered, tetapi mengusulkan tetap digunakan tulangan polos. Boen (2008) [2] berpendapat bahwa jika digunakan tulangan deformasian menjadi kurang cocok mengingat umumnya mutu beton yang ada tidak telalu tinggi, 488 ISBN:
9 Permasalahan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pascagempa 27 Mei 2006 di Yogyakarta dan Jawa Tengah sedangkan tulangan deformasian umumnya mempunyai kuat luluh yang lebih tinggi dibandingkan dengan tulangan polos. Kombinasi mutu beton yang relatif rendah dengan mutu baja yang tinggi akan menghasilkan struktur yang kurang daktail (Boen, 2008) [2]. Dalam diskusi beberapa anggota tim ahli dalam survey ini berpendapat bahwa besi tulangan diameter 10 mm cukup memenuhi syarat, tetapi karena sesuatu hal kemudian diputuskan besi diameter 12 mm yang dipakai sebagai dasar acuan. Hasil lain yang juga perlu mendapat perhatian adalah mengenai ikatan silang, baik antar kuda-kuda maupun gunungan. Agar struktur kuat menahan beban lateral akibat gempa maka setiap elemen struktur harus saling terikat dengan baik. Dari pengamatan pada hasil Gambar 10 dan 11, tampak bahwa sebagian besar gunungan dan kuda-kuda tidak terikat dengan ikatan silang. Belum begitu jelas apakah hal ini karena dana masyarakat yang terbatas sehingga masyarakat cenderung menyelesaikan rumahnya tanpa memperhatikan syarat-syarat yang telah ditetapkan ataukah ada alasan lain. Hal ini dapat menyebabkan rumah rentan terhadap beban horisontal dalam arah tegak lurus kuda-kuda. Gambar 10. Diagram kesesuaian untuk gunungan Gambar 11. Diagram kesesuaian untuk kuda-kuda ISBN:
10 Yoyong Arfiadi, Wiryawan Sarjono, Lucida H. PENUTUP Berdasarkan pengamatan terhadap proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa 27 Mei 2006 beberapa hal dapat disimpulkan sebagai berikut ini. (a) Hasil pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi rumah pasagempa 27 Mei 2006 di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah secara umum relatif cukup baik, walaupun masih ada beberapa komponen struktur yang belum memenuhi syarat. Dari diagram pemenuhan yang ada terlihat baik untuk Daerah Istimewa Yogyakarta maupun Jawa Tengah kurva condong ke arah kanan yang menunjukkan bahwa sebagian besar rumah mempunyai persyaratan yang relatif cukup baik. (b) Hasil survey menunjukkan persentase rumah yang memenuhi 100 % persyaratan ketahanan gempa untuk Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah berturutturut sebesar 6,4% dan 6,8 %. Dari hasil survey juga diperoleh 27,9 % rumah di Jawa Tengah memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa dan 37,1% rumah di Daerah Istimewa Yogyakarta memenuhi 90%-100% persyaratan ketahanan gempa. Di samping itu terdapat 11,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60 % untuk daerah Jawa Tengah; dan terdapat 5,2% rumah yang pemenuhannya terhadap persyaratan ketahanan gempa di bawah 60% untuk Daerah Istimewa Yogyakarta. (c) Bagi rumah yang belum memenuhi persyaratan perlu mendapat perhatian untuk diperkuat (retrofitting). (d) Perlu penelitian lebih lanjut mengenai ukuran diameter minimum besi tulangan untuk rumah non-engineered, yang berkaitan dengan kemudahan pelaksanaan dan kekuatan struktur. (e) Perlu diterbitkan pedoman teknis mengenai rumah tahan gempa dari instansi terkait dengan jumlah yang cukup memadai untuk disosialisaikan ke tukang dan masyarakat yang memerlukan. (f) Perlu pelatihan bagi tukang-tukang karena tukang memegang peranan yang sangat penting terhadap rumah yang dibangun. I. DAFTAR PUSTAKA 1) Boen, T. (2008a), Indonesia Earthquake Prolem, International Conferene on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation. Jakarta, April 14-15, pp ) Boen, T. (2008b), Reconstruction of Houses in Aceh, Three Years after the December 26, 2004 Tsunami, International Conferene on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation. Jakarta, April 14-15, pp ) P.T. Multi Area Conindo (2007), Quality Assurance dan Quality Control Pelaksanaan Rehabilitasi/Rekonstruksi Pascagempa Bumi Di D.I. Yogyakarta Dan Jawa Tengah, Laporan Akhir. 4) Suarjana, M. and Sengara, I.W. (2008), Structural Assessment and Redesign of Housing for Reconstruction after Yogya Earthquake, International Conference on Earthquake Engineering and Disaster Mitigation. Jakarta, April 14-15, pp ISBN:
PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 PERKUATAN KOLOM YANG MIRING AKIBAT GEMPA BUMI F.X. Nurwadji Wibowo 1,Yoyong Arfiadi 2, Fransisca
Lebih terperinciHALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH
HALAMAN PENGESAHAN EVALUASI PROYEK KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA DI DESA CUCUKAN, PRAMBANAN, KLATEN, JAWA TENGAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan Pendidikan Sarjana
Lebih terperinciPELAJARAN DARI GEMPA BUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2006
PELAJARAN DARI GEMPA BUMI YOGYAKARTA 27 MEI 2006 Ferianto Raharjo 1, Yoyong Arfiadi 2, Ade Lisantono 3, FX. Nurwadji Wibowo 4 1 Dosen Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Atma Jaya
Lebih terperinciObservasi Tahap Awal Gempa Jawa Tengah Tanggal 27 Mei 2006 DAMPAK terhadap RUMAH NASKAH hanya untuk tinjauan ulang dan diskusi 19 Juni 2006
Tinjauan Umum Pada tanggal 27 Mei 2006 pukul 5:54 pagi waktu setempat, gempa dengan magnitudo momen 6,3 menghantam pulau Jawa, Indonesia di dekat Yogyakarta. Daerah yang terkena dampaknya merupakan daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak dimanfaatkan sampai saat ini. Beton juga telah banyak mengalami perkembangan-perkembangan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada setiap bidang kehidupan pada era globalisasi saat ini terjadi dengan sangat cepat tanpa terkecuali di bidang konstruksi. Bangunan gedung mulai dibuat
Lebih terperinciKELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA INTISARI
KELAYAKAN BANGUNAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA (SETENGAH BATA) TERHADAP KERUSAKAN AKIBAT GEMPA Margeritha Agustina Morib 1) 1) Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Immanuel Yogyakarta e-mail : margerithaagustina@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB VI KONSTRUKSI KOLOM
BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fasilitas rumah atau asrama yang dikhususkan untuk tempat tinggal mahasiswa, boleh dikatakan suatu hal yang sulit dicari di kampus-kampus atau Perguruan Tinggi (PT).
Lebih terperinciBAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah tinggal rakyat atau sering juga disebut rumah tinggal sederhana di Indonesia merupakan bangunan struktur yang dalam pembangunannya umumnya tidak melalui suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka kegiatan pemerintahan yang berkaitan dengan hukum dan perundangundangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana alam gempa bumi dengan kekuatan besar yang melanda Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 27 Mei 2006 telah menghancurkan ribuan rumah, jembatan dan gedung-gedung
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa bumi yang melanda Sumatera Barat, 6
Lebih terperinciREKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U
REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : MIRANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belum tentu kuat untuk menahan beban yang ada. membutuhkan suatu perkuatan karena kolom menahan balok yang memikul
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolom merupakan suatu bagian yang penting dalam suatu struktur bangunan. Hal ini dikarenakan kolom merupakan elemen tekan yang menumpu atau menahan balok yang memikul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi yang terjadi pada 27 mei 2006 yang melanda DIY-Jateng berdampak besar terhadap kerusakan rumah tempat tinggal. Gempabumi dengan episenter berada 33 km di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Kelebihan beton bila dibandingkan dengan material lain diantaranya adalah tahan api, tahan
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON Bernardinus Herbudiman 1, Hazairin 2 dan Agung Widiyantoro
Lebih terperinciRASIO MANFAAT-BIAYA PADA PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR TAHAN GEMPA UNTUK RUMAH TINGGAL
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan Volume 1 No. 3 September 2012 Halaman 159-166 RASIO MANFAAT-BIAYA PADA PENERAPAN ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR TAHAN GEMPA UNTUK RUMAH TINGGAL Setya Winarno, Miftahul Fauziah
Lebih terperinciRumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.
Rumah Tahan Gempa (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 2, OKTOBER 2010 PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG KOLOM UNTUK RUMAH SEDERHANA TERHADAP BEBAN GEMPA DI PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa yang terjadi di Sumatera Barat merusak banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu teknologi dalam bidang teknik sipil mengalami perkembangan dengan cepat. Beton merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan pada saat
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan
BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Data primer yang digunakan dalam penyusunan laporan yang baik berupa data objektif berdasarkan kondisi lapangan guna mendukung analisis dan sebagai penjelas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton sangat banyak dipakai secara luas sebagai bahan bangunan. Bahan tersebut diperoleh dengan cara mencampurkan semen portland, air, dan agregat, dan kadang-kadang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data 1. Data eksisting gedung Asrama Pusdiklat Pajak 2. Peraturan gempa pembebanan SNI 1726-2012 SNI 1726-2012 3. Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak pada perubahan pola kehidupan sosial masyarakat dengan trend
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kehidupan masyarakat, secara khusus masyarakat di Kota Yogyakarta dari hari ke hari juga terus berkembang. Urbanisasi membawa pengaruh besar dalam berbagai bidang
Lebih terperinciANALISIS TORSI PADA BANGUNAN ASYMMETRI DENGAN MODEL STATIK 3D
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 ANALISIS TORSI PADA BANGUNAN ASYMMETRI DENGAN MODEL STATIK 3D Beta Gustria Mahasiswa Program Studi
Lebih terperinciLINGKUP TUGAS FASILITATOR SATUAN KERJA REHABILITASI/REKONSTRUKSI RUMAH PASKA GEMPA BUMI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LINGKUP TUGAS FASILITATOR SATUAN KERJA REHABILITASI/REKONSTRUKSI RUMAH PASKA GEMPA BUMI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Tujuan Fasilitator mampu mengenali tugas dan fungsinya sebagai pendamping, sehingga
Lebih terperincimenyatakan bahwa Kabupaten Klaten memiliki karakter wilayah yang rentan terhadap bencana, dan salah satu bencana yang terjadi adalah gempa bumi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengetahuan tentang kebencanaan belum sepenuhnya diketahui secara mendalam oleh peserta didik. Sehingga saat terjadi bencana, menimbulkan rasa panik dalam diri
Lebih terperinciPENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 2009 PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN Nurlena Lathifah 1 dan Bernardinus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk dengan Kebutuhan Air
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pada tahun 2010 Dirjen Cipta Karya telah melakukan proyeksi kebutuhan air untuk tahun 2010, 2015 dan 2030 diantaranya adalah Kota Yogyakarta, Kabupaten Bantul dan Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.
54 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.185,80 km 2 dengan perbatasan wilayah dari arah Timur : Kabupaten Wonogiri di
Lebih terperinciBAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG
BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG Capaian Pembelajaran: Setelah mempelajari sub bab 1 Pengenalan Beton bertulang diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi beton bertulang, sifat bahan, keuntungan dan
Lebih terperinciANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli
ANALISIS PERKUATAN STRUKTUR KANTOR GUBERNUR SUMATERA BARAT MENGGUNAKAN DINDING GESER DAN STEEL BRACING Nugrafindo Yanto, Rahmat Ramli Universitas Putra Indonesia YPTK Padang Email: nugrafindo@gmail.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain biaya (cost), kekakuan (stiffness), kekuatan (strength), kestabilan (stability)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pekerjaan konstruksi dikenal tiga jenis bahan utama untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan kontruksi yaitu kayu, baja dan beton. Dalam pemilihan ketiga bahan tersebut
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PENTAGON PURBA NPM.
Lebih terperinciKAJIAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN REHAB REKONS RUMAH PASKA GEMPA DIY SEBAGAI WACANA PADA DAERAH LAIN ABSTRACT
KAJIAN KEBERHASILAN PELAKSANAAN REHAB REKONS RUMAH PASKA GEMPA DIY SEBAGAI WACANA PADA DAERAH LAIN Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Janabadra, Yogyakarta Jl. Tentara Rakyat Mataram 55-57
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua daerah tidak pernah terhindar dari terjadinya suatu bencana. Bencana bisa terjadi kapan dan dimana saja pada waktu yang tidak diprediksi. Hal ini membuat
Lebih terperinciANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK
VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2012 ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Fauzan 1 ABSTRAK Gempa tektonik tanggal 30 September 2009 telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bertulang, mulai dari jembatan, gedung - gedung perkantoran, hotel,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini pemakaian struktur beton bertulang pada kehidupan manusia semakin meluas, terutama pada beberapa dekade terakhir. Sebagian besar dari prasarana infrastruktur
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH
Konferensi Nasional Teknik Sipil I (KoNTekS I) Universitas Atma Jaya Yogyakarta Yogyakarta, 11 12 Mei 2007 PERENCANAAN JEMBATAN BALOK PELENGKUNG BETON BERTULANG TUKAD YEH PENET, DI SANGEH I Nyoman Sutarja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini banyak kita temukan proyek konstruksi yang mengalami kegagalan konstruksi sehingga tidak layak dalam penggunaannya. Kegagalan konstruksi dapat disebabkan
Lebih terperinciSAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK
SAMBUNGAN PADA RANGKA BATANG BETON PRACETAK Fx. Nurwadji Wibowo ABSTRAKSI Ereksi beton pracetak memerlukan alat berat. Guna mengurangi beratnya perlu dibagi menjadi beberapa komponen, tetapi memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bencana merupakan peristiwa yang disebabkan oleh alam atau ulah manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang menyebabkan hilangnya
Lebih terperinciBAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Balok
BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN A. Balok Struktur umumnya dirancang agar memiliki kekuatan yang lebih atau kekuatan cadangan, agar mampu menahan beben tambahan yang mungkin bekerja diluar beban yang telah
Lebih terperinciKAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK
VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL Dr. Abdul Hakam 1, Oscar Fithrah Nur 2, Rido 3 ABSTRAK Gempa bumi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan manusia dalam menjalankan aktivitasnya tidak jauh dari infrastruktur penunjang yang memadai. Salah satunya adalah bangunan gedung sebagai tempat untuk melakukan
Lebih terperinciEvaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang
Evaluasi Kinerja Gedung Beton Bertulang Dengan Pushover Analysis Akibat Beban Gempa Padang Vicky Rizcky, Endah Wahyuni ST., MSc., PhD dan Data Iranata ST., MT., PhD Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK
VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2011 IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Pasca gempa 30 September 2009 Gedung Poltekes
Lebih terperincigaris kontur permukaan tanah digunakan sebagai pedoman dalam menentukan elevasi
BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN 2.1 Perencanaan Letak Konstruksi Perencanaan letak konstruksi berkaitan dengan fungsi bangunan tersebut. Maka sebelum ditetapkan letak dari bangunan tersebut perlu diadakan
Lebih terperinciDESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH. Refly. Gusman NRP :
DESAIN DINDING GESER TAHAN GEMPA UNTUK GEDUNG BERTINGKAT MENENGAH Refly. Gusman NRP : 0321052 Pembimbing : Ir. Daud R. Wiyono, M.Sc. Pembimbing Pendamping : Cindrawaty Lesmana, ST., M.Sc.(Eng) FAKULTAS
Lebih terperinciModifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-6 1 Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda Kharisma Riesya Dirgantara, Endah Wahyuni, ST., MSc., PhD.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sampai ke tanah melalui fondasi. Berdasarkan bentuk dan bahan penyusunnya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kolom Miring Kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok dan pelat. Kolom meneruskan beban dari elevasi atas ke elevasi bawah sampai ke
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.
VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 EVALUASI KELAYAKAN BANGUNAN BERTINGKAT PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 SUMATERA BARAT ( Studi Kasus : Kantor Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Sumatera
Lebih terperinciMODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER
MAKALAH TUGAS AKHIR PS 1380 MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER FERRY INDRAHARJA NRP 3108 100 612 Dosen Pembimbing Ir. SOEWARDOYO, M.Sc. Ir.
Lebih terperinciBab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab tinjauan pustaka berisi tentang masalah kejadian-kejadian gempa bumi di Indonesia, perencanaan pengawasan pelaksanaan dan mutu rendah, kerusakan bangunan sederhana secara umum
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS STUDENT PARK APARTMENT SETURAN YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh: Cinthya Monalisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara strategis yang terletak di antara tiga lempeng tektonik yaitu lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan Pasifik. Keberadaan Indonesia
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Umum Metode penelitian ini menggunakan metode analisis perancangan yang difokuskan untuk mencari ketinggian shear wall yang optimal untuk gedung perkantoran 22 lantai.
Lebih terperinciBAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT BEBAN GONDOLA DAN ROOF TANK
AKIBAT BAB VII PENAMBAHAN BALOK STRUKTUR LANTAI ATAP AKIBAT 7.1 Uraian Umum Proses design yang dilakukan oleh konsultan perencanaan sangatlah penting dan erat kaitannya dengan proses kontruksi yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia konstruksi di Indonesia semakin berkembang dengan pesat. Seiring dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau bahan yang dapat
Lebih terperinciPERBAIKAN DAN PERKUATAN STRUKTUR PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA
PERBAIKAN DAN PERKUATAN STRUKTUR PADA BANGUNAN CAGAR BUDAYA Oleh: Agung Nusantoro Dosen Tetap Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: nusantoroagung@yahoo.co.id ABSTRAK: Indonesia
Lebih terperinciKAJIAN MUTU BANGUNAN PERUMNAS TRIMULYO JETIS BANTUL PASCA GEMPA BUMI YOGYAKARTA MEI 2006
KAJIAN MUTU BANGUNAN PERUMNAS TRIMULYO JETIS BANTUL PASCA GEMPA BUMI YOGYAKARTA MEI 2006 Sehubungan dengan adanya pengaduan warga Blok III dan IV Perumnas Trimulyo, Jetis, Bantul, maka pada hari ini hari
Lebih terperinci1 Membangun Rumah 2 Lantai. Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Tugas Struktur Utilitas II PSDIII-Desain Arsitektur Undip
Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii\ Kata Pengantar Pedoman Teknis Rumah berlantai 2 dilengkapi dengan Metode dan Cara Perbaikan Kerusakan ini dipersiapkan oleh Panitia D-III Arsitektur yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan beton ringan dalam teknologi konstruksi modern meningkat dengan cepat. Hal ini disebabkan karena beberapa keuntungan dari penggunaan teknologi beton ringan
Lebih terperinciTim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra. [pic] Gambar 1 Tampak Depan Gedung Gereja.
Laporan Survei Kerusakan Bangunan dan Rekomendasi Perbaikan Gereja Baptis di Padang Tim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Kristen Petra Pendahuluan Pada tanggal 30
Lebih terperinciEFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK
EFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK Mochamad Solikin 1*, Agung Prabowo 2, dan Basuki 3 1,2,3 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA Fauzan 1, Zaidir 2, Dwi Putri Nengsi 3, Indri Miswar 4 ABSTRAK Sumatera Barat merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS
TINJAUAN KEKUATAN DAN ANALISIS TEORITIS MODEL SAMBUNGAN UNTUK MOMEN DAN GESER PADA BALOK BETON BERTULANG TESIS Diajukan Kepada Program Magister Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan secara vertikal yaitu Pembangunan gedung bertingkat. bangunan gedung yang tepat sangat diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin maju dan berkembangnya suatu negara tentunya akan sangat membutuhkan peningkatan dalam segala aspek, mulai dari kesehatan, pendidikan, sampai dengan fasilitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daerah dalam keuangan daerah menjadi salah satu tolak ukur penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan asli daerah merupakan salah satu faktor yang penting dalam pelaksanaan roda pemerintahan suatu daerah yang berdasar pada prinsip otonomi yang nyata, luas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia pada umumnya dan di Daerah Istimewa Yogyakarta pada khususnya semakin meningkat. Populasi penduduk yang terus meningkat tentu
Lebih terperinciPENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135 )
PENGUJIAN KUAT TARIK DAN MODULUS ELASTISITAS TULANGAN BAJA (KAJIAN TERHADAP TULANGAN BAJA DENGAN SUDUT BENGKOK 45, 90, 135) Gatot Setya Budi 1) Abstrak Dalam beton bertulang komponen beton dan tulangan
Lebih terperinciPERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA
PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : GO, DERMAWAN
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dibentuk oleh tiga lempeng utama dunia, yakni Lempeng Pasifik, Lempeng Indo-Australia, serta Lempeng Eurasia. Konvergensi antara ketiga lempeng ini membentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Berbagai daerah di Indonesia rawan terjadi bencana alam seperti gempa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berbagai daerah di Indonesia rawan terjadi bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, banjir, dan gunung meletus. Bencana tersebut selain menelan banyak korban jiwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia, Universitas Indonesia semakin berkembang dari hari kehari. Mulai dari sumber daya manusianya yaitu dosen pengajar,
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. A. Balok
Jumlah tulangan lentur BAB VI PEMBAHASAN Perbandingan penulangan hasil perencanaan ulang atau re-design dengan perancangan awal yang bertujuan untuk mengetahui perbandingan beton menggunakan peraturan
Lebih terperinciII. PASAL DEMI PASAL Pasal l Cukup jelas. Pasal 2 Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai. tujuan perusahaan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan perusahaan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan seorang pimpinan dalam organisasi,
Lebih terperinciAnalisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa
Analisis Dinamik Struktur dan Teknik Gempa Pertemuan ke-8 http://civilengstudent.blogspot.co.id/2016/06/dynamic-analysis-of-building-using-ibc.html Regional Asia http://smartgeografi.blogspot.co.id/2015/12/tektonik-lempeng.html
Lebih terperinciBAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN
BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN 7.1 Pekerjaan Persiapan Pada pelaksanaan pekerjaan pembangunan suatu proyek biasanya diawali dengan pekerjaan persiapan. Adapun pekerjaan persiapan tersebut itu meliputi :
Lebih terperinciSri Indah Setiyaningsih, Penghitungan Struktur Beton Dan Perbandingan Perhitungan Biaya Menurut SNI
PERHITUNGAN STRUKTUR BETON DAN PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA MENURUT SNI DT 91-00008-2007 DAN SK SNI T-15-1991-03 (STUDI KASUS GEDUNG BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BESAR) SRI INDAH SETIYANINGSIH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton memiliki kelebihan kuat terhadap gaya tekan dan lemah terhadap gaya tarik. Sehingga pada bidang konstruksi, beton dikombinasikan dengan tulangan baja yang mampu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton merupakan bahan kebutuhan untuk masyarakat modern masa kini. Di Indonesia hampir seluruh konstruksi bangunan menggunakan beton sebagai bahan bangunan, seperti
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. 1 Subandono Diposaptono, Rehabilitasi Pascatsunami yang Ramah Lingkungan, Kompas 20
Bab I Pendahuluan Posisi Indonesia secara geografis merupakan daerah rawan bencana. Selain bencana yang disebabkan oleh kondisi alam, juga terjadi bencana-bencana akibat ulah manusia. Gempa bumi, tsunami,
Lebih terperinciBETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP
Konferensi Nasional Teknik Sipil 3 (KoNTekS 3) Jakarta, 6 7 Mei 29 BETON PRA-CETAK UNTUK RANGKA BATANG ATAP Siswadi 1 dan Wulfram I. Ervianto 2 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Atma Jaya Yogyakarta,
Lebih terperinciPanduan Praktis Perbaikan Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi
Panduan Praktis Kerusakan Rumah Pasca Gempa Bumi Jl. Panyaungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten Bandung 0393 Telp:(022) 7798393 ( lines), Fax: (022) 7798392, E-mail: info@puskim.pu.go.id, Website: http://puskim.pu.go.id
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN SAHID JAKARTA. Oleh : PRIA ROSE ADI NPM. :
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN SAHID JAKARTA Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : PRIA ROSE ADI NPM. : 05 02
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Alasan paling kuat masyarakat Bantul merekonstruksi bangunan rumah
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Alasan paling kuat masyarakat Bantul merekonstruksi bangunan rumah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.legalitas.org PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG RENCANA INDUK REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEGIATAN TANGGAP DARURAT DAN PERENCANAAN SERTA PERSIAPAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCA BENCANA ALAM GEMPA BUMI DAN GELOMBANG TSUNAMI
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN
BAB II DESKRIPSI UMUM OBJEK PENELITIAN A. DESKRIPSI UMUM 1. Keadaaan Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu dari 34 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau jawa bagian tengah,
Lebih terperinciPROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA
PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL DI YOGYAKARTA MENGGUNAKAN PERATURAN SNI 2847:2013 DAN SNI 1726:2012 Laporan Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas
Lebih terperinciKOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI
KOMPARASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT BEDASARKAN SNI 1726:2002 DENGAN SNI 1726:2012 1 (Studi Kasus : Gedung Yellow Star Hotel, Jl. Adisucipto, Sleman, DIY) Aris Mukti Tirta Jaya 2 ABSTRAK Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada setiap struktur terdapat suatu komponen struktur yang memiliki tugas menahan beban aksial tekan vertikal yang disebut kolom. Beban aksial tekan vertikal yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pekerjaan struktur seringkali ditekankan pada aspek estetika dan kenyamanan selain dari pada aspek keamanan. Untuk mempertahankan aspek tersebut maka perlu adanya solusi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diantara berbagai bencana alam yang ada di bumi ini, gempa merupakan bencana yang paling membahayakan dan paling sering terjadi. Banyak daerah dengan populasi
Lebih terperinci