DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA QONITA MUHLISA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA QONITA MUHLISA"

Transkripsi

1 i DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA QONITA MUHLISA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

2 ii

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Dampak Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan dalam Pengembangan Wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Seumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan mau pun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Mei 2015 Qonita Muhlisa NIM H

4 iv

5 v ABSTRAK QONITA MUHLISA. Dampak Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan dalam Pengembangan Wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Dibimbing oleh METI EKAYANI dan NUVA. Kegiatan pariwisata memberikan manfaat penting dalam pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah di Indonesia, seperti meningkatkan pendapatan masyarakat lokal dan membuka peluang pekerjaan bagi tenaga kerja lokal. Salah satu kawasan yang memiliki potensi untuk pengembangan sektor wisata adalah Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Wisata ini mulai dikembangkan sejak tahun 2009, dimana jumlah kunjungan terus meningkat setiap tahunnya. Hal ini memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat lokal. Dampak ekonomi diperoleh dari aliran dana yang dikeluarkan wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung. Dampak ekonomi yang dirasakan adalah dampak langsung, dampak tidak langsung, dan dampak lanjutan. Metode multiplier effect analysis digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi di Pulau Tidung. Nilai keynesian income multiplier yang diperoleh adalah 1,7 dan nilai ratio income multiplier tipe I dan tipe II adalah 1,5 dan 1,6. Disisi lain, meningkatnya jumlah wisatawan berpotensi menyebabkan over carrying capacity pada titik area tertentu untuk aktivitas snorkeling dan wisata pantai, terutama saat hari libur (peak season). Sehingga diperlukan strategi yang tepat untuk pengelolaan dan pengembangan yang tetap memberikan manfaat ekonomi terhadap masyarakat namun sesuai dengan daya dukung kawasan. Beberapa alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk pengelolaan wisata Pulau Tidung yakni: mempertahankan sistem pengelolaan wisata; kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya lingkungan; melakukan promosi terhadap wisata yang baru dikembangkan; mengembangkan potensi area lain dan kegiatan wisata baru di Pulau Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titiktitik area kawasan tertentu, peningkatan edukasi dan informasi oleh pengelola untuk masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, dan keasrian kawasan wisata, dan mempersiapkan dan mengelola profesionalitas tenaga kerja lokal dibidang wisata melalui pelatihan. Kata Kunci : Dampak ekonomi, over carrying capacity, Pulau Tidung, strategi pengelolaan

6 vi ABSTRACT QONITA MUHLISA. Economic Impact and Carrying Capacity of Developing Tourism in Tidung Island, Seribu Island, DKI Jakarta. Supervised by METI EKAYANI and NUVA. Tourism activities give an advantage in economic growth in some Indonesia areas, such as increasing income and opening job vacancy for local society. One areas that has potency in developing tourism sector is Tidung Island, DKI Jakarta. The tourism development was started in 2009, where the total tourism visiting Tidung Island is increasing every year. It has given a positive impact to the local economic. Economic impact from tourism activities were direct, indirect, and induce impact. Multiplier effect analysis method was used to analize economic impact in Tidung Island. Keynesian income multiplier value was 1.7 and ratio income multiplier type I and type II were 1.5 and 1.6. Moreover, the increasing of tourist number was potentially caused by over carrying capacity in some certain point areas in snorkeling and beach tourism, especially on peak season. So that, appropiate strategy is needed for managing and developing tourism area. Some alternative strategies that can be implemented for Tidung Island tourism management are: maintaining and increasing tourism management system; maintaining cooperation between management party, society, and tourist to protect resource and environment of tourism area; promoting new tourism; developing other potencial areas and new tourism activities to avoid over carrying capacity in some certain areas; increasing education and information to the society and tourist in maintaining the environment preservation, hygiene, and beauty of tourism area; and managing professionalism of local labor in tourism through training. Keywords: Economic impact, management strategy, over carrying capacity, Tidung Island

7 vii DAMPAK EKONOMI DAN DAYA DUKUNG KAWASAN DALAM PENGEMBANGAN WISATA PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA QONITA MUHLISA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015

8 viii

9

10 x

11 xi PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia- NYA sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah ekonomi wisata yang berjudul Dampak Ekonomi dan Daya Dukung Kawasan dalam Pengembangan Wisata Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penelitian ini membahas tentang dampak ekonomi wisata dan strategi pengembangan wisata yang sesuai dengan daya dukung kawasan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Kedua orang tua tercinta yaitu Ayahanda Ir. Muhibul Basyar, M.Si dan Ibunda Lilis Suryani, serta ketiga adik saya: Annisa Muhlisa, Rabbani, dan Masitha Muhlisa yang telah memberikan dukungan dan doa. 2. Ibu Dr. Meti Ekayani, S.Hut, M.Sc dan Nuva, S.P, M.Sc sebagai dosen pembimbing yang telah mengarahkan dan mendidik penulis dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Dr. Ir. Fredinan Yulianda, M.Sc atas bimbingannya dalam penulisan skripsi ini. 4. Dosen penguji utama dan penguji Departemen ESL yang telah memberikan banyak masukan dalam penulisan skripsi ini. 5. Bapak Dr. Ir. Yusman Syaukat, M.Ec sebagai dosen pembimbing akademik, yang telah memberi arahan dan bimbingan selama penulis menjalani kuliah. 6. Pihak pengelola Kawasan Wisata Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Tidung, masyarakat Pulau Tidung, dan wisatawan yang telah banyak memberikan informasi, bantuan, dan saran selama pengumpulan data. 7. Keluarga besar Departemen ESL FEM IPB, para dosen beserta staf atas semua dukungan dan bantuan. 8. Rekan-rekan sebimbingan skripsi Mentari, Isterah, Melinda, Melly, Zumar, Dimas, dan Nia. 9. Sahabat-sahabat tersayang Reza S, Yessy, Aulia, Denadia, Fadila, Kartika, Larasati, Kimel, Devi, Astari, Putri, Neng, Nurul, Dessy, Rindang, dan Erlangga atas bantuan, doa, dan dukungan. Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca. Bogor, Mei 2015 Qonita Muhlisa

12 xii

13 xiii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv DAFTAR LAMPIRAN... xv I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 7 II TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan Wisata Bahari Dampak Pariwisata terhadap Ekonomi Daya Dukung Kawasan Wisata Ekowisata dan Community Based Tourism Penelitian Terdahulu III KERANGKA PEMIKIRAN IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Metode Analisis Data Analisis Dampak Ekonomi Analisis Daya Dukung Kawasn Analisis Strategi Pengelolaan V GAMBARAN UMUM Gambaran Umum dan Kondisi Demografi Pulau Tidung Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Tidung Karakteristik Wisata dan Responden Wisatawan Pulau Tidung Karakteristik Wisata dan Persepsi Responden Wisatawan terhadap Kondisi Objek Wisata... 38

14 xiv VI HASIL DAN PEMBAHASAN Dampak Ekonomi dari Aktivitas Wisata di Pulau Tidung Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) Dampak Lanjutan Nilai Efek Pengganda (Multipiler Effect) Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Tidung Strategi Pengelolaan Objek Wisata Pulau Tidung Tahapan Masukan (Input Stage) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks External Factor Evaluation (EFE) Tahapan Pencocokan (Matching Stage) Matriks IE (Internal - External) Matriks SWOT VII KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

15 xv DAFTAR TABEL No Halaman 1. Jumlah wisatawan Kepulauan Seribu Penelitian terdahulu Matriks metode analisis data Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area (K) dan luas unit area (Lt) Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks External Factor Evaluation (EFE) Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal Matriks SWOT Sarana/prasarana di Pulau Tidung Karakteristik responden pelaku usaha sektor wisata di Pulau Tidung Karakteristik responden tenaga kerja sektor wisata di Pulau Tidung Karakteristik responden wisatawan berdasarkan faktor sosial ekonomi Karakteristik kunjungan responden wisatawan Persepsi responden wisatawan terhadap fasilitas yang tersedia di Pulau Tidung Persepsi wisatawan terhadap daya tarik dan aspek pendukung wisata di Pulau Tidung Proporsi pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja per bulan di kawasan wisata Pulau Tidung Dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun Nilai efek pengganda dan arus yang terjadi di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkeling di Pulau Tidung Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata pantai di Pulau Tidung Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Matriks External Factor Evaluation (EFE) Matriks SWOT kawasan wisata Pulau Tidung Tahun

16 xvi DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Jumlah wisatawan Pulau Tidung Dampak dan kebocoran pada perekonomian lokal akibat pengeluaran wisatawan Alur kerangka pemikiran Matriks Internal-Eksternal (IE) Matriks IE kawasan wisata Pulau Tidung DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Peta lokasi penelitian dan peta titik area aktivitas Pengeluaran wisatawan kawasan wisata Pulau Tidung Rincian Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Pulau Tidung Rata-rata pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata Pulau Tidung Pendapatan tenaga kerja kawasan wisata Pulau Tidung Pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata Pulau Tidung Perhitungan efek pengganda Pembobotan faktor internal Pembobotan faktor eksternal Dokumentasi

17 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang memiliki peran dan manfaat penting dalam pertumbuhan ekonomi, seperti membuka lapangan pekerjaan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat lokal, memberi peluang daerah tujuan wisata untuk memperkenalkan daerahnya secara luas, menghapus kemiskinan, dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi penerimaan devisa (Ismayanti 2010). Kekuatan industri pariwisata Indonesia terletak pada kekayaan sumberdaya alam, keanekaragaman hayati, dan pesona bawah laut. Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia dengan panjang km dan kurang lebih memiliki pulau, hal ini berpotensi untuk dikembangkan bagi sektor pariwisata khususnya wisata bahari (KKP 2011). Selain wisata bahari, sektor wisata lainnya seperti wisata situs, sejarah, kuliner dan religi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata di Indonesia. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia terus meningkat dari 6,3 juta orang pada tahun 2009 menjadi 8,8 juta orang pada tahun 2013 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,2%. Pergerakan jumlah perjalanan wisatawan nusantara juga mengalami peningkatan setiap tahunnya dimulai dari 229,7 juta perjalanan di tahun 2009 menjadi 250 juta perjalanan di tahun Peningkatan jumlah wisatawan akan berimplikasi pada peningkatan penerimaan pemerintah yang ditunjukkan oleh Produk Domestik Bruto (PDB). Tahun 2013 PDB nasional yang diperoleh adalah sebesar Rp. 347,35 triliun. Selain pencipta nilai tambah, sektor pariwisata menyerap banyak tenaga kerja. Tahun 2013, dampak pariwisata terhadap penyerapan tenaga kerja sebesar 10,18 juta orang. Sektor pariwisata juga merupakan pencipta devisa yang tinggi. Tahun 2013, sektor pariwisata menciptakan devisa sebesar US$ 10,05 miliar, meningkat dari US$ 9,12 miliar di tahun Angka-angka tersebut mencerminkan pengaruh pariwisata dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja (Kemenparekraf 2013). Wisata bahari merupakan salah satu bagian dari sektor pariwisata yang cukup berkembang di Indonesia. Wisata bahari merupakan kegiatan wisata pesisir

18 2 yang salah satu pengembangannya adalah dengan pendekatan konservasi laut. Pengembangan wisata bahari perlu untuk mendapatkan prioritas karena wisata bahari memberikan manfaat seperti peningkatan pendapatan masyarakat, kesempatan kerja, perolehan devisa dan pembangunan daerah. Wisata pantai (seaside tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (ecotourism), wisata bisnis (business tourism), wisata budaya (cultural tourism), maupun wisata olahraga (sport tourism) adalah produk wisata bahari yang perlu dilakukan pengembangan (Kusumastanto 2003). Kepulauan Seribu merupakan salah satu daerah tujuan wisata bahari yang cukup dikenal. Letaknya yang dekat dengan Kota Jakarta menjadi salah satu pilihan bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan wisata. Kepulauan Seribu memiliki kurang lebih 100 pulau yang terbagi menjadi dua kecamatan. Sebelas pulau diantaranya merupakan pulau yang dihuni oleh penduduk, sisanya adalah pulau untuk rekreasi, konservasi, cagar alam, cagar budaya dan peruntukan lainnya. Sesuai dengan karakteristiknya yang merupakan gugusan pulau-pulau, pengembangan wilayah Kepulauan Seribu diarahkan terutama untuk pemanfaatan sumberdaya perikanan dan meningkatkan kegiatan wisata. Guna menjaga kelestarian lingkungan dan keseimbangan ekologi, pemerintah membagi gugusan kepulauan ini menjadi tiga zona. Zona pertama diperuntukkan bagi eksplorasi sumberdaya alam seperti pemanfaatan terumbu karang mati yang di eksploitasi untuk kepentingan industri ubin teraso atau lainnya. Zona kedua adalah pulaupulau yang khusus disediakan untuk taman nasional atau tujuan wisata alam. Zona ketiga ditetapkan sebagai kawasan cagar alam yang dilindungi (BPS Kepulauan Seribu 2012). Beberapa pulau yang diperuntukkan sebagai kawasan wisata menjadi destinasi yang diperhitungkan oleh wisatawan. Pulau yang umumnya dikunjungi oleh wisatawan adalah pulau penduduk dan pulau resort. Pulau penduduk adalah pulau yang merupakan pusat pemerintahan dan perumahan penduduk. Pulau penduduk umumnya dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian, pendidikan, dan wisata. Kegiatan wisata di pulau penduduk dikelola langsung oleh penduduk pulau. Fasilitas wisata yang disediakan oleh penduduk adalah homestay, warung makan, jasa transportasi seperti penyewaan sepeda dan becak motor.

19 3 Sementara itu, pulau resort adalah pulau-pulau yang penduduknya tidak begitu banyak, pulau ini dijadikan sebagai pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Kegiatan wisata di pulau ini dikelola oleh pihak swasta. Pihak swasta adalah investor yang bukan merupakan penduduk pulau. Pulau resort yang dikelola oleh pihak swasta untuk wisata dilengkapi dengan fasilitas yang lebih lengkap seperti hotel dan restauran, namun keterlibatan masyarakat lokal terbatas, sehingga masyarakat lokal tidak terkena dampak ekonomi yang lebih dinikmati pihak luar (BPS Kepulauan Seribu 2013). Menurut data jumlah kunjungan wisata, jumlah wisatawan yang datang ke pulau penduduk lebih banyak dibandingkan dengan jumlah kunjungan wisatawan ke pulau resort. Beberapa pulau resort dengan jumlah kunjungan yang tinggi diantaranya adalah Pulau Bidadari dan Pulau Ayer, sedangkan pulau penduduk yang paling banyak dikunjungi adalah Pulau Untung Jawa, Pulau Tidung, dan Pulau Pari. Data jumlah kunjungan wisatawan ke pulau penduduk dan pulau resort di Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah wisatawan Kepulauan Seribu No Objek Wisman (orang) Wisnus (orang) Total (orang) Jumlah Jumlah 2013 PULAU PENDUDUK 1 Pulau Pramuka Pulau Tidung Pulau UntungJawa Pulau Harapan Pulau Kelapa Pulau Pari/ Lancang Jumlah PULAU RESORT 1 Pulau Ayer Pulau Bidadari Pulau Kotok Tengah Pulau Sepa Pulau Putri Pulau Macan Jumlah Total Sumber: BPS Kepulauan Seribu 2013

20 4 Penelitian ini akan fokus terhadap kegiatan wisata di pulau penduduk yaitu Pulau Tidung. Pulau Tidung adalah salah satu pulau di Kepulauan Seribu yang banyak dikunjungi oleh wisatawan dan merupakan pulau penduduk yang pengelolaan wisatanya berbasis masyarakat. Kurang lebih empat ribu orang penduduk yang mendiami pulau ini dan mayoritas bermata pencaharian sebagai nelayan. Luas pulau Tidung adalah sekitar 106 hektar yang terbagi menjadi Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil. Keindahan bawah laut dan panorama pantai menjadi alasan bagi wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata di Pulau Tidung. Berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Pulau Tidung adalah wisata pantai, renang, memancing, snorkeling, diving, water sport (banana boat, jetsky, kano) dan aktivitas lainnya. Umumnya masyarakat memanfaatkan kedatangan pengunjung dengan menyediakan penginapan (homestay), rumah makan, warung, jasa penyewaan alat-alat snorkeling, jasa penyewaan sepeda sebagai transportasi wisatawan selama di Pulau Tidung, dan usaha lainnya (BPS Kepulauan Seribu 2013). 1.2 Perumusan Masalah Pulau Tidung merupakan salah satu pulau berpenduduk dengan mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah nelayan. Kesejahteraan masyarakat sebagai nelayan di pulau ini masih perlu mendapat perhatian lebih, karena hasil tangkapan ikan saat ini mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan nelayan mulai menghadapi berbagai kendala saat melaut. Beberapa kendala diantaranya eksplorasi sumberdaya kelautan yang tidak berbasis pada konsep keberlanjutan, faktor cuaca, maupun faktor biaya untuk melaut. Eksplorasi yang berlebihan menimbulkan degradasi lingkungan, penggunaan bahan peledak dan racun untuk menangkap ikan yang dilakukan beberapa tahun kebelakang berdampak pada saat sekarang dan mengakibatkan menurunnya kualitas dan kuantitas kelautan. Hal ini akan berpengaruh pada pendapatan masyarakat sebagai nelayan, sehingga masyarakat membutuhkan alternatif lain untuk mendapatkan penghasilan tambahan (Terumbu Karang Jakarta 2009). Potensi wisata di Pulau Tidung dapat menjadi sebuah peluang bagi masyarakat sebagai alternatif penghasilan tambahan untuk meningkatkan

21 5 pendapatannya. Keindahan panorama pantai, pesona bawah laut, dan icon Jembatan Cinta menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk mengunjungi pulau ini. Potensi wisata ini menyebabkan jumlah kunjungan wisatawan meningkat. Pulau Tidung mulai membuka akses wisatanya pada tahun 2009, pulau ini mulai dikenal dan dikunjungi oleh wisatawan. Tahun-tahun selanjutnya wisatawan yang datang mulai bertambah. Gambar 1 menunjukkan jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Tidung. Jumlah wisatawan (orang) Tahun Sumber: BPS Kepulauan Seribu 2013; Kelurahan Pulau Tidung 2013 Gambar 1 Jumlah wisatawan Pulau Tidung Peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Tidung memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat, khususnya masyarakat sebagai pelaku usaha dan tenaga kerja yang terkait dengan wisata. Dampak ekonomi wisata terhadap masyarakat dapat dilihat dengan mengikuti aliran pengeluaran pengunjung di kawasan wisata. Transaksi antara wisatawan dengan masyarakat lokal tentunya memberikan sejumlah dampak ekonomi. Dampak positif yang dirasakan diantaranya adalah memberikan insentif lokal bagi perkembangan ekonomi lokal melalui penciptaan lapangan kerja, dan peluang usaha dalam penyediaan kebutuhan barang dan jasa bagi wisatawan. Masyarakat Pulau Tidung memanfaatkan potensi ini menjadi peluang usaha seperti penyediaan penginapan (homestay), restoran, catering, jasa transportasi, penyewaan alat-alat snorkeling dan pemandu wisata. Penerimaan dari sektor wisata ini menjadi alternatif selain pekerjaan utama masyarakat sebagai nelayan (Wijayanti 2009).

22 6 Aktivitas wisata yang ditawarkan di Pulau Tidung juga merupakan minat bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan. Aktivitas wisata tersebut diantaranya adalah wisata pantai, menyelam, memancing, berenang, snorkeling, water sport dan lainnya. Berbagai aktivitas wisata yang dapat dilakukan di Pulau Tidung melibatkan sumberdaya sehingga harus tetap terjaga kelestariannya. Aktivitas wisata yang banyak diminati adalah wisata pantai dan snorkeling di beberapa spot untuk melihat terumbu karang dan biota bawah laut. Selain memberikan dampak ekonomi, aktivitas wisata di Pulau Tidung juga berpotensi mengurangi kualitas sumberdaya bahkan merusak lingkungan apabila tidak dikelola secara tepat. Peningkatan jumlah kunjungan yang terus meningkat memberikan dampak yang positif bagi ekonomi masyarakat lokal, namun di sisi lain peningkatan jumlah kunjungan tersebut berpotensi menimbulkan over carrying capacity dan akan memberikan dampak negatif terhadap kelestarian sumberdaya. Guna meningkatkan dampak ekonomi masyarakat lokal serta meminimumkan degradasi lingkungan dan mengantisipasi over carrying capacity dari kegiatan wisata, maka diperlukan suatu arahan strategi pengelolaan dan pengembangan yang tepat. Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat di Pulau Tidung? 2. Bagaimana kapasitas daya dukung yang dimiliki kawasan wisata di Pulau Tidung untuk aktivitas wisata? 3. Bagaimana strategi pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang memberikan manfaat ekonomi dan sesuai daya dukung kawasan (DDK)? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dipaparkan, tujuan umum penelitian ini adalah merumuskan strategi pengelolaan dan pengembangan wisata yang berbasis masyarakat lokal dan sesuai dengan daya dukung kawasan. Tujuan khusus penelitian ini antara lain:

23 7 1. Mengestimasi dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat di Pulau Tidung. 2. Menghitung kapasitas daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung untuk aktivitas wisata. 3. Menyusun strategi pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang memberikan manfaat ekonomi dan sesuai daya dukung kawasan (DDK). 1.4 Ruang Lingkup Penelitian Dampak ekonomi yang dihitung hanya perputaran uang ditingkat lokal dari pengeluaran wisatawan dengan panduan Marine Ecotourism for Atlantic (META 2001) dimana tidak meliputi dampak proyek pembangunan pariwisata secara keseluruhan. Penelitian ini meliputi pengukuran kapasitas daya dukung kawasan wisata bahari yang dilihat dari aktivitas wisatawan. Pengukuran daya dukung kawasan dibatasi hanya untuk aktivitas snorkeling dan wisata pantai karena merupakan kegiatan yang paling banyak dilakukan dan diminati oleh wisatawan dengan asumsi wisatawan melakukan aktivitas snorkeling hanya di satu area saja. Perhitungan ini menggunakan metode benefit transfer, yaitu menggunakan hasil penelitian Yulianda tahun 2007 mengenai Ekowisata Bahari dengan asumsi waktu yang disediakan dan yang dimanfaatkan oleh wisatawan sama. Daya dukung yang diukur dibatasi hanya daya dukung fisik. Strategi pengembangan yang diambil didapatkan berdasarkan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang ada pada wisata bahari di Pulau Tidung yang diidentifikasi melalui informasi dari stakeholder terkait dengan bantuan alat analisis SWOT.

24 8

25 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Wisata Bahari Wisata bahari merupakan aktivitas wisata yang memanfaatkan sumberdaya dan daya tarik pesisir dan lautan, mencakup kegiatan untuk menikmati keindahan dan keunikannya serta kegiatan rekreasi lain yang menunjang (Keraf 2000). Wisata bahari pula merupakan kegiatan wisata pesisir yang salah satu cara pengembangannya adalah dengan pendekatan konservasi laut. Kegiatan wisata bahari dilakukan berdasarkan keadaan alam dan keunikan alam yang tersedia, karakteristik ekosistem, serta kekhasan seni dan budayanya (Kusumastanto 2003). Wisata bahari terbagi atas kegiatan secara langsung dan tidak langsung. Kegiatan diving, snorkeling, berenang, berperahu merupakan beberapa kegiatan wisata bahari secara langsung. Sedangkan olahraga pantai, piknik, menikmati atmosfir laut dan panorama pantai merupakan wisata bahari secara tidak langsung (Nurisyah 2001). Kegiatan wisata bahari tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya yang kaya akan keanekaragaman jenis biota laut. Objek-objek utama yang menjadi potensi pariwisata bahari adalah wisata bisnis (business tourism), wisata pantai (seaside tourism), wisata budaya (culture tourism), wisata pesiar (cruise tourism), wisata alam (ecotourism), dan wisata olahraga (sport tourism). Melalui pendekatan konservasi laut, pengembangan wisata bahari dapat mendorong pembangunan dan pelestarian secara terpadu antara upaya konservasi dengan program pembangunan yang memperhatikan aspek daya dukung lingkungan (carrying capacity) (Kusumastanto 2003). Pengelolaan wisata bahari terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir berbasis masyarakat. Kegiatan ini melibatkan masyarakat secara langsung, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga pengawasan kegiatan pembangunan pesisir dan lautan. Masyarakat diletakkan sebagai faktor utama yang berpartisipasi secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut (Ardiwidjaja, 2003 dalam Azis 2009). Pengembangan pariwisata bahari diharapkan mampu memberikan multiplier effect terhadap ekonomi masyarakatnya. Subsektor pariwisata bahari merupakan sektor yang

26 10 memiliki masa depan yang menjanjikan untuk menunjang pembangunan kelautan. Beberapa fokus utama dalam kebijakan pengembangan pariwisata bahari diarahkan untuk (Kusumastanto 2003): 1. Meningkatkan ketersediaan sarana dan prasarana publik yang memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara 2. Meningkatkan kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia dalam mengelola pariwisata bahari 3. Mengembangkan aktivitas ekonomi nonpariwisata yang memiliki keterkaitan dengan kegiatan pariwisata bahari, misalnya industri kerajinan, perikanan, restoran, dan jasa angkutan laut 4. Meningkatkan jaminan dan sistem keamanan bagi wisatawan yang memanfaatkan potensi pariwisata bahari 5. Mengembangkan model pengelolaan pariwisata bahari yang mampu menjaga kelestarian ekosistem laut dan budaya masyarakat lokal. 2.2 Dampak Pariwisata terhadap Ekonomi Secara umum, dampak pariwisata terhadap perekonomian adalah dampak terhadap penerimaan devisa, pendapatan masyarakat, peluang kerja, harga dan tarif, distribusi manfaat dan keuntungan, pembangunan, dan pendapatan pemerintah (Cohen 1984 dalam Ismayanti 2010). Pariwisata tidak hanya memberikan dampak ekonomi pada tingkat makro saja, tetapi juga pada tingkat mikro atau ekonomi lokal. Kegiatan wisata secara langsung menyentuh dan melibatkan lingkungan serta partisipasi masyarakat lokal sehingga memberikan berbagai dampak. Dampak wisata akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan masyarakat dan yang paling sering mendapat perhatian adalah dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan (Pitana dan Gayatri 2005). Dampak ekonomi khususnya terhadap masyarakat lokal, dibagi menjadi tiga kategori yaitu dampak langsung, dampak tidak langsung dan dampak lanjutan. Dampak langsung merupakan manfaat yang diberikan melalui pengeluaran wisatawan secara langsung terhadap unit usaha seperti penginapan, rumah makan, pemandu wisata, dan transportasi di area lokasi wisata. Unit usaha

27 11 yang menerima dampak langsung kemudian memiliki pengeluaran untuk membeli barang dan jasa dari unit usaha lainnya, ini merupakan dampak tidak langsung. Selanjutnya, pekerja rumah makan yang membelanjakan uangnya untuk barang dan jasa di area lokasi wisata merupakan dampak lanjutan. Apabila unit usaha mengeluarkan uangnya diluar lokasi wisata, hal ini dinamakan kebocoran. Alur perputaran pengeluaran wisatawan ditunjukkan pada Gambar 2 (Lindberg 1996 dalam Ekayani dan Nuva 2013). Pengeluaran Wisatawan Sektor Wisata Dampak Langsung Kebocoran Dampak Tidak Langsung Sektor pendukung Pendapatan Rumahtangga Dampak Lanjutan Sumber: Lindberg 1996 dalam Ekayani dan Nuva 2013 Gambar 2 Dampak dan kebocoran pada perekonomian lokal akibat pengeluaran wisatawan 2.3 Daya Dukung Kawasan Wisata Kegiatan wisata bahari membutuhkan sumberdaya untuk dimanfaatkan serta dikembangkan. Berbagai aktivitas wisata bergantung dengan sumberdaya yang ada di lokasi wisata. Seperti wisata pantai, wisata ini membutuhkan lahan yang dapat menampung jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas di pantai. Wisata snorkeling juga membutuhkan sumberdaya yang ada di laut seperti keadaan karang laut, beragam jenis ikan, dan biota bawah laut lainnya. Daya dukung kawasan perlu diperhatikan untuk tetap mendukung kegiatan wisata yang melibatkan sumberdaya. Kawasan yang akan dikembangkan sangat bergantung dengan aspek daya dukung. Daya dukung dapat diartikan sebagai kesanggupan lingkungan untuk mendukung kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain itu daya dukung dapat didefinisikan sebagai intensitas penggunaan suatu

28 12 sumberdaya secara maksimum dan berlangsung terus menerus dengan tetap memperhatikan keseimbangannya (Ketjulan 2010). Konsep daya dukung dikategorikan atas daya dukung fisik, daya dukung ekologi, daya dukung sosial dan daya dukung ekonomi. Daya dukung fisik didasarkan pada batas spasial sebuah areal dengan memperhatikan berapa materi atau unit yang dapat ditampung dalam areal tersebut. Daya dukung ekologi adalah berapa ukuran populasi pada suatu ekosistem agar ekosistem tersebut dapat berkelanjutan. Daya dukung sosial adalah ukuran yang dapat ditoleransi pada suatu tempat yang dikunjungi orang banyak. Sedangkan daya dukung ekonomi dapat digambarkan sebagai tingkat dimana suatu area dapat diubah sebelum aktivitas ekonomi terjadi sebelum mendapat pengaruh yang merugikan (Dahuri 2002). Kawasan yang dikembangkan kegiatan wisata bahari dengan konsep ekowisata sangat bergantung dari aspek daya dukung. Penelitian ini dibatasi hanya pada pengukuran daya dukung fisik, dimana melihat batasan suatu kawasan wisata dalam menampung jumlah wisatawan dengan kegiatan wisatanya (Yulianda 2007). 2.4 Ekowisata dan Community Based Tourism Ekowisata merupakan perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya konservasi, tidak memberikan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi masyarakat lokal. Ekowisata erat kaitannya dengan keterlibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan wisata. Masyarakat lokal berperan sebagai subyek dan obyek dalam pengelolaan wisata (World Conservation Union 1996 dalam Nugroho 2011). Community based tourism merupakan bentuk pariwisata yang memberikan kesempatan kepada masyarakat lokal untuk mengontrol dan terlibat dalam manajemen dan pembangunan pariwisata. Selain itu, Community based tourism merupakan perwujudan perluasan dampak sektor pariwisata pada pembangunan perekonomian lokal masyarakat di sekitar kawasan wisata. Wisata yang berbasis masyarakat memberikan peluang kepada masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan dan kesempatan berwirausaha di sektor pariwisata secara lebih luas.

29 13 Indikator terpenting kemajuan sektor pariwisata, selain pemasukan nasional melalui devisa negara, juga peningkatan taraf kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat khususnya masyarakat lokal di area kawasan wisata. Pariwisata harus melibatkan masyarakat lokal, sebagai bagian dari produk turisme. Selain itu masyarakat juga harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait pengelolaan wisata karena masyarakat sendiri yang akan menanggung dampak kumulatif dari perkembangan wisata, (Murphy, 1985 dalam Hadiwijoyo, 2012). 2.5 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai dampak ekonomi wisata telah dilakukan oleh beberapa peneliti, sama halnya dengan penelitian mengenai daya dukung kawasan. Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu dirangkum pada Tabel 2. Tabel 2 Penelitian terdahulu No Peneliti Judul penelitian Hasil penelitian 1 Nuva (2004) 2 Wijayanti (2009) Analisis Strategi dan Peranserta Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Bahari Tiram Ulakan di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariaman Analisis Ekonomi Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang didapat adalah membuat hubungan kerjasama pemerintah dengan masyarakat, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal melalui pariwisata inti rakyat, pembinaan penduduk disekitar kawasan wisata, meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pariwisata dengan melibatkan pihak swasta, dan lainnya. Penelitian ini membandingkan dampak pada dua pulau di Kepulauan Seribu, yakni Pulau Untung Jawa dan Pulau Pramuka. Nilai Keynesian local multiplier di Pulau Untung Jawa sebesar 1,85 yang artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,85 rupiah. Sedangkan nilai di Pulau Pramuka sebesar 1,16 yang artinya peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar 1 rupiah akan menigkatkan pendapatan masyarakat lokal sebesar 1,16 rupiah.

30 14 Tabel 2 Penelitian terdahulu (lanjutan) No Peneliti Judul penelitian Hasil penelitian 3 Ketjulan (2010) 4 Katalinga (2013) 5 Rajab, Fahruddin, Setyobudiandi (2013) Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari di Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu, Jakarta Daya Dukung Perairan Pulau Liukang Loe untuk Aktivitas Ekowisata Bahari Hasil analisis IKW menunjukkan bahwa Pulau Hari tergolong sesuai untuk kegiatan wisata selam dan snorkling, dengan luas area yang dapat digunakan 11,82 ha untuk wisata selam dengan daya tampung wisata 472 orang/trip dan 12,82 ha untuk wisata snorkling dengan jumlah wisatawan 513 orang/trip. Nilai ekonomi wisata sesuai daya dukung kawasan Pulau Hari adalah sebesar Rp ,00 per tahun Perhitungan daya dukung di Pulau Pari menggunakan rumus daya dukung kawasan. Tiga lokasi untuk aktivitas snorkeling medapatkan hasil yang berbeda. Lokasi I dapat menampung 14 orang dalam satu hari dengan luas area pemanfaatan 350m². Lokasi II dan III luas area pemanfaatan 9000m² dan 2000m² memiliki daya tampung untuk 36 orang dan 8 orang per hari Berdasarkan penelitian diperoleh hasil analisis untuk tiga kegiatan wisata yaitu wisata pantai, wisata snorkeling dan wisata selam. Daya dukung kawasan untuk wisata pantai di Pulau Liukang Loe adalah 56 orang per hari. Wisata snorkeling memiliki kapasitas daya dukung sebanyak 986 orang per hari dengan asumsi waktu yang dibutuhkan oleh wisatawan adalah 3 jam. Sedangkan wisata selam, daya dukung kawasan untuk wisata ini adalah sebanyak 589 orang per hari Beberapa penelitian terkait analisis ekonomi berupa dampak ekonomi atau nilai ekonomi telah dilakukan oleh para peneliti, hasil yang didapatkan beragam. Penelitian oleh Wijayanti (2009) menunjukkan hasil perhitungan dampak ekonomi yang positif, nilai keynesian local multiplier menunjukkan penambahan nilai rupiah bagi pendapatan masyarakat lokal dari satu rupiah yang dikeluarkan oleh wisatawan. Penelitian mengenai daya dukung juga telah dilakukan oleh para peneliti, penelitian yang dilakukan oleh Ketjulan (2010), Katalinga (2013), dan Rajab dkk (2013) menunjukkan kapasitas yang dapat ditampung oleh suatu kawasan dan sumberdaya untuk menunjang kegiatan wisata yang dilakukan. Strategi pengembangan wisata dilakukan oleh Nuva (2004) dengan menggunakan analisis SWOT dimana hasil pembobotan menunjukkan posisi kuadran suatu

31 15 kawasan wisata, untuk kemudian dianalisis strategi pengembangan yang tepat untuk kawasan wisata tersebut. Penelitian ini hampir memiliki kesamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, namun penelitian ini menggabungkan kedua analisis yang dilakukan dilihat dari dampak ekonomi wisata terhadap pendapatan masyarakat lokal dan analisis daya dukung kawasan untuk melihat kemampuan fisik suatu sumberdaya untuk dimanfaatkan sebagai kawasan wisata. Kedua analisis tersebut diidentifikasi untuk mendapatkan faktor kekuatan dan kelemahannya. Faktor tersebut menjadi acuan untuk merumuskan strategi pengelolaan dan pengembangan wisata yang tepat untuk keberlanjutan wisata di Pulau Tidung.

32 16

33 17 III. KERANGKA PEMIKIRAN Pulau Tidung merupakan salah satu bagian dari Kepulauan Seribu yang banyak dikunjungi oleh wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Berbagai aktivitas wisata banyak dilakukan di lokasi wisata Pulau Tidung. Kegiatan snorkeling dan wisata pantai lebih dominan dilakukan oleh wisatawan. Penawaran jasa wisata ke Pulau Tidung semakin bertambah dan meningkatkan jumlah kunjungan wisata ke pulau ini. Kebutuhan wisatawan selama berada di lokasi wisata dijadikan peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan bagi masyarakat, seperti jasa penginapan, penyewaan alat-alat snorkeling, penyediaan jasa transportasi, warung makan, dan lainnya. Masyarakat dalam hal ini adalah pelaku unit usaha dan tenaga kerja lokal yang menerima manfaat dari aliran uang pengunjung selama berwisata. Metode yang digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi tersebut adalah keynesian multiplier. Nilai yang didapatkan menunjukkan seberapa besar dampak pengeluaran yang dikeluarkan pengunjung berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal selaku unit usaha dan tenaga kerja lokal, serta melihat seberapa besar kebocoran yang disebabkan aliran pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata. Peningkatan jumlah kunjungan ke Pulau Tidung dalam jangka panjang berpotensi melebihi daya dukung (over carrying capacity) di wilayah tersebut. Kondisi pengelolaan wisata di Pulau Tidung belum menerapkan konsep wisata berbasiskan daya dukung kawasan, sehingga perlu dilakukannya analisis daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Tidung. Perhitungan kapasitas daya dukung kawasan berbasis dari aktivitas yang paling banyak dilakukan oleh wisatawan, yaitu snorkeling dan wisata pantai. Kedua aktivitas wisatawan tersebut melibatkan sumberdaya sehingga perlu dilakukan perhitungan daya dukung untuk melihat berapa kapasitas kemampuan suatu wilayah untuk menunjang aktivitas wisata agar tidak over carrying capacity. Analisis dampak ekonomi dan daya dukung kawasan, menjadi dasar pertimbangan untuk pengelolaan dan pembangunan wisata yang berkelanjutan. Strategi pengembangan perlu dianalisis sebagai acuan rencana pengembangan wisata kedepannya. Strategi pengelolaan tersebut dianalisis menggunakan analisis SWOT dengan menganalisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor

34 18 eksternal (peluang dan ancaman) sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengelolaan yang tepat di Pulau Tidung. Alur kerangka pemikiran penelitian ini dapat disederhanakan pada Gambar 3. Peningkatan jumlah kunjungan di Pulau Tidung Potensi over carrying capacity akibat aktivitas wisata Dampak ekonomi terhadap pendapatan masyarakat lokal Analisis Daya Dukung Kawasan terhadap aktivitas wisata Direct Indirect Induced Kapasitas maksimum untuk mendukung aktivitas wisata Keynesian Multiplier Nilai dampak ekonomi wisata Strategi pengelolaan yang efektif dengan analisis SWOT Pengembangan wisata yang berkelanjutan di Pulau Tidung Gambar 3 Alur kerangka pemikiran

35 19 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Lokasi penelitian ini ditentukan secara sengaja dengan mempertimbangkan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu pulau yang arah pengembangannya adalah peningkatan kegiatan wisata. Kegiatan wisata di Pulau Tidung termasuk rentan terhadap over carrying capacity karena kegiatan wisata di Pulau Tidung melibatkan sumberdaya alam dan laut, terlebih pengelolaan wisata di Pulau Tidung belum menerapkan konsep daya dukung kawasan dan jumlah wisatawan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. Kegiatan wisata yang paling banyak diminati oleh pengunjung adalah wisata pantai dan snorekling yang melibatkan peran sumberdaya yang apabila pengelolaannya tidak tepat akan mengurangi kualitas sumberdaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei dan September Peta lokasi penelitian dan peta titik area aktivitas wisata dilampirkan pada Lampiran Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari survei langsung ke lokasi penelitian, yaitu berupa pengamatan dan wawancara secara langsung pada responden dengan menggunakan fasilitas kuisioner. Dalam hal ini responden adalah wisatawan yang datang untuk tujuan wisata di Pulau Tidung, masyarakat lokal selaku pemilik unit usaha dan tenaga kerja dibidang wisata. Wawancara juga dilakukan kepada pihak pengelola (key person) yaitu pihak Kelurahan Tidung bidang kesejahteraan masyarakat, pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat bidang ekonomi dan wisata, pihak Karang Taruna bidang Badan Pengawas Harian perwakilan travel agent dan tokoh masyarakat. Data sekunder diperoleh dari Kelurahan Pulau Tidung, studi pustaka, literatur, penelitian terdahulu yang terkait serta media informasi internet.

36 Metode Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pengunjung dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling, yaitu memilih secara sengaja sesuai dengan persyaratan yang dikehendaki untuk dijadikan sampel. Persyaratan untuk sampel pengunjung adalah keterwakilan dari beberapa aspek yaitu demografi, cara kedatangan, tujuan wisata, dan aktivitas wisata. Jumlah responden pengunjung adalah 42 orang. Pengunjung yang datang berkelompok, dipilih satu orang responden sebagai perwakilan dari kelompok. Jumlah responden untuk unit usaha sebanyak 33 responden unit usaha, pengambilan sampel untuk unit usaha dilakukan secara purposive sampling dimana unit usaha tersebut sudah memenuhi keterwakilan dari seluruh jenis unit usaha yang berada di sekitar lokasi wisata. Kriteria untuk unit usaha yaitu berdasarkan keterwakilan dari jenis usaha yang terdapat di sekitar lokasi wisata seperti tempat penginapan, rumah makan, warung, pedagang kaki lima, penyewaan alat snorkeling dan jenis usaha lainnya. Tenaga kerja lokal dipilih sebanyak 35 responden secara purposive sampling dengan beberapa kriteria yaitu mewakili pekerjaan di bidang wisata seperti penjaga tiket, pegawai homestay, pegawai warung makan, pegawai usaha catering, dan pekerja di bidang wisata lainnya. Teknik pengambilan responden key person dilakukan dengan menggunakan metode snowball sampling dimana key person yang diambil berikutnya ditentukan berdasarkan informasi dari key person sebelumnya (Nasution 2007). 4.4 Metode Analisis Data Metode analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data yang diperoleh dalam bentuk yang lebih mudah untuk diinterpretasikan. Keterkaitan tujuan penelitian, jenis data, sumber data, dan metode analisis data disajikan dalam Tabel 3.

37 21 Tabel 3 Matriks metode analisis data Tujuan penelitian Menganalisis dampak ekonomi dari aktivitas wisata terhadap masyarakat di Pulau Tidung Jenis data yang diperlukan Data primer: - Data pendapatan dan pengeluaran pengunjung - Data pendapatan dan pengeluaran unit usaha - Data pendapatan dan pengeluaran tenaga kerja Sumber data Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pengunjung, unit usaha, dan tenaga kerja lokal. Data sekunder diperoleh dari Dinas terkait Metode analisis data Multiplier Effect Analysis Menghitung kapasitas daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung untuk aktivitas wisata Menyusun strategi pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang memberikan manfaat ekonomi dan sesuai daya dukung kawasan Data sekunder: - Data jumlah wisatawan - Laporan tahunan kelurahan - Luas area yang disediakan pengelola wisata - Waktu yang disediakan pengelola wisata dalam satu hari - Luas area yang dibutuhkan pengunjung - Waktu yang dibutuhkan pengunjung - Sistem pengelolaan yang sudah ada - Saran dan rekomendasi pengelolaan dan pengembangan wisata Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengunjung yang melakukan aktivitas wisata pantai dan snorkeling. Data luasan yang dimanfaatkan diukur dengan bantuan alat GPS. Data sekunder diperoleh dari pengelola wisata dan Dinas terkait. Data primer diperoleh dari wawancara dengan pengelola wisata dan Dinas terkait Analisis daya dukung kawasan menggunakan benefit transer dari (Yulianda 2007) dengan penyesuaian dalam hal nilai parameter yang diukur secara langsung Analisis SWOT Analisis Dampak Ekonomi Perhitungan dampak ekonomi yang diperoleh dari aliran uang wisatawan berupa dampak langsung (direct effect), dampak tidak langsung (indirect effect) dan dampak lanjutan (induced effect). Dampak langsung dihitung dari pendapatan bersih unit usaha yang diperoleh dari pengeluaran wisatawan di kawasan wisata.

38 22 Dampak tidak langsung dihitung dari pendapatan tenaga kerja di tingkat lokal. Dampak lanjutan dihitung dari pengeluaran tenaga kerja di dalam kawasan wisata (Vanhove 2005). Salah satu metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak ekonomi adalah multiplier effect analysis yang dibagi menjadi dua aspek, pertama, keynesian income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar peningkatan pengeluaran wisata berdampak terhadap pendapatan lokal. Kedua adalah ratio income multiplier yaitu nilai yang menunjukkan sebesar dampak langsung yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan terhadap pendapatan lokal. Metode ini diformulasikan seperti dibawah ini (META 2001) : Keynesian Income Multiplier = D+N+U... (1) E Ratio Income Multiplier, Tipe 1 = D+N... (2) D Ratio Income Multiplier, Tipe 2 = D+N+U... (3) D keterangan: E : Tambahan pengeluaran pengunjung (Rp) D : Pendapatan lokal yang diperoleh secara langsung dari E (Rp) N : Pendapatan lokal yang diperoleh secara tidak langsung dari E (Rp) U : Pendapatan lokal yang diperoleh secara induced dari E (Rp) Pengeluaran wisatawan di luar kawasan dinamakan kebocoran. Wisata bahari khususnya yang terletak di pulau rentan terhadap kebocoran. Metode ini menghitung nilai kebocoran yang menunjukkan sejumlah aliran uang dari wisatawan yang keluar dari perekonomian lokal atau tidak sampai ke masyarakat lokal Analisis Daya Dukung Kawasan Daya dukung ekowisata dihitung dengan menggunakan konsep daya dukung kawasan. Daya dukung kawasan (DDK) adalah jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia. Adapun

39 23 rumus yang digunakan untuk menentukan daya dukung kawasan wisata, adalah sebagai berikut (Yulianda 2007) : DDK = K Lp Wt... (4) Lt Wp keterangan: DDK K Lp Lt Wt Wp : Daya Dukung Kawasan : Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area : Luas Area /panjang area yang dapat dimanfaatkan : Unit area untuk kategori tertentu : Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari : Waktu yang dihabiskan oleh wisatawan untuk setiap kegiatan tertentu Potensi ekologis wisatawan adalah kemampuan alam untuk menampung wisatawan berdasarkan jenis kegiatan wisata pada area tertentu. Potensi ekologis dan luas unit area untuk setiap jenis kegiatan wisata bahari ditunjukkan pada Tabel 4 (Yulianda 2007). Tabel 4 Potensi ekologis wisatawan per satuan unit area (K) dan luas unit area (Lt) Jenis kegiatan pengunjung (K) Unit area (Lt) Keterangan Snorkeling m² Setiap 1 orang dalam 100 m x 5 m Rekreasi pantai 1 50 m 1 orang setiap 50 m panjang pantai Sumber: Yulianda, 2007 Kegiatan pengunjung (Wp) dihitung berdasarkan lamanya waktu yang dihabiskan pengunjung untuk melakukan kegiatan wisata, yaitu 2 jam untuk aktivitas snorkeling dan 3 jam untuk aktivitas wisata pantai. Waktu kawasan (Wt) adalah lama waktu areal yang dibuka dalam satu hari di kawasan wisata Pulau Tidung, yaitu 8 jam untuk aktivitas snorkeling dan 12 jam untuk aktivitas wisata pantai.

40 Alternatif Strategi Pengelolaan Analisis upaya pengembangan bagi wisata di Pulau Tidung dilakukan secara deskriptif. Analisis deskriptif ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats). Data diperoleh dari key person yang memahami kondisi dan perkembangan wisata Pulau Tidung melalui interview langsung. Setelah memperoleh informasi, ditentukan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), dan faktor eksternal (peluang dan ancaman), (Rangkuti 2008). Bentuk penyusunan faktor-faktor Internal Factors Evaluation (IFE) dijelaskan seperti Tabel 5. Tabel 5 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi dan informasi mengenai kawasan wisata Pulau Tidung 2. Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata Pulau Tidung oleh wisatawan 3. Sistem manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung 4. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata Pulau Tidung 5. Prasarana (akses transportasi) yang telah tersedia untuk mencapai kawasan wisata Pulau Tidung 6. Infrastruktur dan jalan di dalam kawasan wisata Pulau Tidung 7. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung 8. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Tidung 9. Kelengkapan fasilitas pendukung dikawasan wisata Pulau Tidung 10. Peran organisasi atau lembaga masyarakat dalam pengelolaan wisata Pulau Tidung 11. Batasan dan daya dukung kawasan wisata Pulau Tidung 12. Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) 13. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata di kawasan wisata Pulau Tidung 14. Profesionalitas tenaga kerja lokal dibidang wisata Total Skor Bobot

41 25 Menentukan data faktor eksternal External Factor Evaluation (EFE) sama seperti saat menentukan IFE terhadap setiap data yang diperoleh. Analisis faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Matriks Eksternal Factor Evaluation (EFE) Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating 1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap kegiatan konservasi 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap pengembangan kawasan wisata 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu 4. Potensi Pasar Wisatawan Domestik 5. Potensi Pasar Wisatawan Internasional 6. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata 7. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung 8. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata Skor Bobot Total Kemudian dari faktor-faktor yang telah ditentukan, dilakukan kembali interview kepada lima orang key person selaku pihak yang terlibat dalam pengelolaan wisata Pulau Tidung untuk memberikan bobot pada faktor-faktor tersebut. Untuk menentukan setiap bobot variabel digunakan skala 1, 2, dan 3, dengan kriteria sebagai berikut*. Bentuk pembobotan dapat dilihat pada Tabel 7: * 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal Tabel 7. Penilaian bobot faktor strategis internal dan eksternal Faktor Strategi Internal A B... Total A B... Total Faktor Strategi Eksternal A B... Total A B... Total Sumber : Kinnear 1991 dalam Nuva 2004

42 26 Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel dengan menggunakan rumus: =... (5) Keterangan : i = 1,2,3,...,n = bobot variabel ke i = nilai variabel ke i n = jumlah Penentuan rating diberikan oleh para key person. Untuk mengukur masing-masing variabel digunakan skala 1,2,3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis dimana untuk matriks IFE, skala nilai yang digunakan adalah: 1 = kelemahan utama 2 = kelemahan kecil 3 = kekuatan kecil 4 = kekuatan utama Skala nilai peringkat yang digunakan untuk matriks EFE adalah : 1 = rendah, respon kurang 2 = sedang, respon sama dengan rata-rata 3 = tinggi, respon diatas rata-rata 4 = sangat tinggi, respon superior Selanjutnya, bobot dikalikan dengan rating untuk memperoleh nilai skor bobot yang totalnya akan menunjukkan posisi wisata pada matriks Internal- Eksternal. Matriks Internal-Eksternal (IE) adalah gabungan matriks IFE dan EFE yang telah dihasilkan dari tahapan input (input stage) dan memperlihatkan posisi kawasan wisata dalam tampilan sel IE yang dapat dibagi menjadi sembilan sel. Strategi tersebut ditunjukkan pada Gambar 4.

43 27 Kuat 3,0-4,0 Skor bobot total IFE Sedang 2,0-2,99 Lemah 1,0-1,99 Skor bobot total EFE 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0-4,0 3, Sedang 2,0-2,99 2, Lemah 1,0-1,99 1, Sumber: David, 2009 Gambar 4 Matriks Internal-External (IE) Gambar 4 mengidentifikasikan 9 sel strategi yang dapat diterapkan, kesembilan sel dibagi menjadi tiga bagian utama dengan implikasi strategi yang berbeda-beda (David 2009), yaitu: 1. Sel 1, 2, dan 4 merupakan daerah tumbuh dan bina (grow and build). Strategi yang paling tepat untuk semua divisi ini adalah strategi intensif (penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk) atau strategi integratif (integrasi ke belakang, ke depan, dan horizontal). 2. Sel 3, 5, dan 7 merupakan daerah pertahanan dan pelihara (hold and maintain). Strategi yang tepat untuk tipe ini adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3. Sel 6, 8, dan 9 adalah daerah panen atau divestasi (harvest or diversiture). Strategi yang sesuai dengan tipe sel ini adalah strategi divestasi, diversifikasi konglomerat dan likuidasi. Matriks SWOT adalah sebuah alat pencocokan untuk menyusun formulasi strategi yang dapat mengembangkan empat jenis strategi : Strategi SO (kekuatanpeluang), Strategi WO (kelemahan-peluang), Strategi ST (kekuatan-ancaman), Strategi WT (kelemahan-ancaman). Analisis pencocokan faktor internal dan eksternal ini merupakan bagian yang sulit, dibutuhkan penilaian yang terbaik untuk mengembangkan Matriks SWOT, namun tetap tidak ada satupun kecocokan yang benar-benar terbaik. Formulasi strategi ini bertujuan untuk menghasilkan

44 28 rumusan arahan strategi pengembangan potensi wisata di Pulau Tidung dengan pendekatan Matriks SWOT seperti yang disajikan pada Tabel 8 (Rangkuti 2008). Tabel 8 Matriks SWOT EFAS IFAS Strengths (S) Weakness (W) Opportunities (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Threars (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Sumber : Rangkuti 2008

45 29 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum dan Kondisi Demografi Pulau Tidung Pulau Tidung merupakan salah satu gugusan pulau yang berada di Kepulauan Seribu. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 04 Tahun 2001 tentang Pembentukan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Pulau Tidung adalah salah satu dari tiga kelurahan yang ada di Wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Secara geografis, letak Pulau Tidung berada pada LS dan BT. Secara administrasi, Pulau Tidung memiliki luas wilayah 106 Ha yang terdiri dari enam pulau dengan Pulau Tidung Besar sebagai pemukiman penduduk dan pusat pemerintahan. Pulau lainnya diperuntukkan sebagai lahan pertanian, dan pariwisata. Kelurahan Pulau Tidung membawahi 4 RW dan 29 RT. Data statistik Kelurahan Pulau Tidung 2014 mencatat jumlah penduduk Pulau Tidung adalah yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Kepadatan penduduk di Pulau Tidung adalah sekitar 42 penduduk/ hektar dengan jumlah kepala keluarga sebanyak KK. Sebelum Pulau Tidung menjadi daerah tujuan wisata yang banyak dikenal, mayoritas masyarakat Pulau Tidung bekerja sebagai nelayan. Pendapatan masyarakat masih tergolong rendah dan tingkat sosial ekonomi di Pulau Tidung tidak merata. Masyarakat Pulau Tidung mencari alternatif lain untuk menambah pendapatan di luar pendapatan utama. Sektor wisata memberikan jalan keluar bagi permasalahan ekonomi bagi masyarakat Pulau Tidung. Masyarakat mulai memanfaatkan kondisi tersebut sebagai pelaku usaha penyedia jasa wisata. Pulau Tidung menjadi kawasan wisata yang berbasis masyarakat, karena besarnya peran masyarakat dalam mengelola wisata. Masyarakat menyediakan homestay untuk wisatawan yang bermalam, penyewaan sepeda untuk sarana transportasi wisatawan selama di pulau, penyewaan alat-alat snorkeling dan water sport untuk menunjang aktivitas wisatawan. Masyarakat pula yang bergerak mempromosikan wisata di Pulau Tidung melalui travel agent. Travel agent adalah penyedia jasa wisata yang membantu wisatawan memenuhi kebutuhannya seperti mencarikan penginapan, tiket kapal, dan pemandu wisata. Travel agent pula yang

46 30 banyak bergerak melakukan promosi wisata Pulau Tidung ke berbagai media. Selain itu travel agent yang banyak mengetahui perkembangan wisata karena banyak ikut terlibat dalam aktivitas wisatawan dari awal mula wisatawan tiba di pulau hingga kembali meninggalkan pulau. Pengelolaan wisata di Pulau Tidung berawal dari gerakan masyarakat yang melihat adanya peluang pada sektor wisata. Pada saat wisata mulai berkembang, organisasi seperti Karang Taruna mulai mendukung dan membantu masyarakat dalam mengelola wisata. Melalui organisasi ini masyarakat lebih mudah untuk mendapatkan perhatian pemerintah setempat dalam hal dukungan dan bantuan dana. Karang Taruna menjadi jembatan penghubung bagi masyarakat dan pemerintah. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) baru dibentuk pada awal tahun 2014 dengan tujuan yang sama dalam pengelolaan wisata. Guna menunjang kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat di Pulau Tidung, pemerintah mulai melakukan pembangunan seperti memperbaiki Jembatan Cinta yang merupakan icon wisata di Pulau Tidung. Selain itu pemerintah mulai meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana demi untuk kesejahteraan masyarakat dan mendukung kegiatan wisata. Sarana dan prasarana yang ada di Pulau Tidung cukup beragam. Sarana dan prasarana tersebut dikelompokkan ke dalam sektor wisata dan non-wisata, seperti yang disajikan pada Tabel 9. Tabel 9 Sarana dan prasarana di Pulau Tidung No Sarana/prasarana Jumlah A. Wisata B. 1. Homestay Kapal penumpang Kapal snorkeling Speedboat Alat snorkeling Becak motor (Bentor) Sepeda Non- wisata Keagamaan Masjid Musholla 186 buah 11 buah 74 buah 9 buah 70 penyewaan 75 buah 4099 buah 2 buah 7 buah

47 31 Tabel 9 Sarana dan prasarana di Pulau Tidung (lanjutan) No Sarana/prasarana Jumlah 2. Kesehatan Kapal Ambulans Puskesmas Posyandu 3. Umum ATM Tower Sumber: Kelurahan Pulau Tidung buah 1 buah 8 buah 1 buah 2 buah Tabel 9 menunjukkan bahwa kegiatan wisata di Pulau Tidung berbasis pada masyarakat, terlihat pada sarana dan prasarana wisata yang umumnya disediakan oleh masyarakat. Pemerintah dalam hal ini turut menyediakan dan meningkatkan sarana prasarana umum lainnya seperti jalan, jembatan, ketersediaan pasokan air bersih dan listrik. Pada sektor non-pariwisata, beberapa sarana dan prasarana di Pulau Tidung adalah sarana dan prasarana kesehatan, keagamaan dan sarana umum. Masyarakat Pulau Tidung seratus persen adalah pemeluk agama islam, sehingga sarana dan prasana yang tersedia adalah khusus untuk umat muslim. Terdapat pula sarana dan prasarana kesehatan yaitu adanya sebuah puskesmas, kapal ambulans dan posyandu. Sarana dan prasarana tersebut sangat membantu tidak hanya untuk masyarakat tetapi juga wisatawan. Sehingga wisatawan mendapatkan kemudahan dalam memenuhi kebutuhannya. Sarana umum lainnya adalah anjungan tunai mandiri untuk kemudahan menarik uang tunai serta kemudahan sarana telekomunikasi. 5.2 Karakteristik Responden Masyarakat Pulau Tidung Karakteristik responden masyarakat diperlukan untuk melihat kondisi sosial ekonomi masyarakat di Pulau Tidung. Masyarakat yang menjadi responden adalah pelaku usaha dan tenaga kerja yang berdomisili di Pulau Tidung. Karakteristik sosial ekonomi masyarakat Pulau Tidung meliputi struktur usia, status kependudukan, tingkat pendidikan, dan mata pencaharian. Karakteristik tersebut dipisahkan antara pelaku usaha dan tenaga kerja. Tabel 10 dibawah ini menjelaskan karakteristik unit usaha yang ada di kawasan wisata Pulau Tidung.

48 32 Tabel 10 Karakteristik responden pelaku usaha sektor wisata di Pulau Tidung 1. Struktur Usia Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Status Kependudukan Penduduk asli Pendatang 6 18 Jumlah Tingkat Pendidikan Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA 8 25 Perguruan Tinggi 1 3 Jumlah Mata Pencaharian Nelayan Pedagang 3 9 Buruh 3 9 IRT 6 18 Lainnya 4 12 Jumlah Jenis usaha wisata yang ada di Pulau Tidung cukup beragam, seperti homestay, usaha catering, penyewaan sepeda, penyewaan alat-alat snorkeling, warung makan, pedagang kaki lima, toko souvenir dan lainnya. Umumnya pelaku usaha memulai usahanya sejak kegiatan wisata mulai berkembang di Pulau Tidung. Sebagian besar pelaku unit usaha yang tinggal di Pulau Tidung merupakan penduduk asli, para pendatang umumnya menetap di Pulau Tidung dengan alasan bekerja dan ikut suami/istri. Struktur usia pelaku usaha di Pulau Tidung memiliki persentase yang tinggi pada usia tahun, dimana pelaku usaha sudah memiliki pengalaman kerja sebelum membuka unit usahanya. Para pelaku usaha umumnya adalah nelayan yang ingin meningkatkan pendapatan di luar pendapatan utamanya. Namun tingkat pendidikan pelaku usaha masih tergolong rendah, yaitu hanya tamat SD dan SMP. Hal ini disebabkan keterbatasan biaya sehingga dahulu masyarakat tidak dapat mencapai pendidikan yang lebih tinggi.

49 33 Sektor wisata di Pulau Tidung tidak hanya memberikan peluang usaha bagi masyarakat, kesempatan kerja juga terbuka bagi masyarakat lokal. Pelaku usaha tentunya membutuhkan bantuan pegawai untuk menjalankan usahanya, sehingga membuka peluang bekerja bagi tenaga kerja lokal. Karakteristik tenaga kerja lokal yang bekerja pada sektor wisata dijelaskan pada Tabel 11. Tabel 11 Karakteristik responden tenaga kerja sektor wisata di Pulau Tidung 1. Struktur Usia Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Jumlah Status Kependudukan Penduduk asli Pendatang 6 17 Jumlah Tingkat Pendidikan Tamat SD 9 26 Tamat SMP Tamat SMA Jumlah Status pekerjaan di bidang pariwisata Pekerjaan utama 0 0 Pekerjaan sampingan Jumlah Lama bekerja 1-2 tahun tahun > 3 tahun 5 14 Jumlah Tingkat pendapatan < Jumlah Para tenaga kerja umumnya berusia tahun dimana merupakan usia produktif untuk bekerja. Mayoritas pekerja merupakan masyarakat asli Pulau Tidung, sebagian kecil merupakan pendatang yang datang untuk bekerja dan berdomisili di Pulau Tidung. Tingkat pendidikan para tenaga kerja didominasi

50 34 oleh tamatan SMP dan SMA. Umumnya para pekerja telah bekerja selama satu hingga dua tahun dengan pendapatan kisaran Rp hingga Rp per bulan. Pendapatan ini tergolong rendah karena masih dibawah Upah Minimum Provinsi (UMP) Jakarta yaitu Rp per bulan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2014). Hal ini karena jam kerja yang tidak tetap dan pekerjaan di bidang wisata bukan merupakan pekerjaan utama. Pada hari biasa yang pengunjungnya tidak terlalu ramai, tenaga kerja menjalankan pekerjaan utamanya yang mayoritas adalah nelayan karena beberapa unit usaha wisata tidak beroperasi. Namun pada hari libur jumlah pengunjung meningkat dan unit usaha memerlukan bantuan tenaga kerja lebih banyak. 5.3 Karakteristik Responden Wisatawan Pulau Tidung Karakteristik responden wisatawan diperlukan untuk melihat tipe wisatawan yang datang ke lokasi wisata. Karakteristik wisatawan dibedakan berdasarkan faktor sosial ekonomi wisatawan yang terdiri dari jenis kelamin, umur, asal kota, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Sedangkan karakteristik kunjungan berwisata terdiri dari frekuensi kunjungan, motivasi kunjungan, lama kunjungan, keinginan untuk kembali dan alasan ingin kembali. Wisatawan yang menjadi responden adalah 42 orang yang dipilih secara purposive sampling dengan persyaratan memiliki keterwakilan dari aspek demografi, cara kedatangan, tujuan wisata dan aktivitas wisata. Berdasarkan faktor sosial dan ekonomi, karakteristik responden wisatawan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12 Karakteristik responden wisatawan berdasarkan faktor sosial ekonomi Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah Usia (tahun) > Jumlah

51 35 Tabel 12 Karakteristik responden wisatawan berdasarkan faktor sosial ekonomi (lanjutan) Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 3. Asal kota Kota sekitar (Jabodetabek) Luar Jabodetabek 7 17 Jumlah Pendidikan terakhir SD 0 0 SMP 0 0 SMA Perguruan Tinggi Jumlah Jenis Pekerjaan PNS 5 12 Pegawai swasta Wiraswasta 1 2 Mahasiswa Lainnya 8 19 Jumlah Tingkat Pendapatan Jumlah Persentase responden wisatawan laki-laki dan perempuan yang berwisata ke Pulau Tidung tidak jauh berbeda namun didominasi oleh wisatawan laki-laki sebesar 55 persen. Hal ini karena yang dipilih umumnya adalah kepala keluarga yang dirasa lebih mampu dalam mengambil keputusan. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung adalah wisatawan muda dengan kisaran usia tahun yang umumnya masih kuliah hingga sudah bekerja. Aktivitas wisata yang disediakan cocok untuk wisatawan dengan kisaran usia tersebut. Wisatawan yang datang mayoritas berdomisili di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) karena letak lokasi wisata yang tidak jauh dari daratan Jakarta. Hanya sebagian kecil yang datang dari luar Jabodetabek seperti Bandung dan sekitarnya. Tingkat pendidikan wisatawan memiliki persentase yang hampir sama antara lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan lulusan Perguruan Tinggi.

52 36 Jenis pekerjaan responden wisatawan sebagian besar adalah pegawai swasta dan mahasiswa, karena umumnya wisatawan datang dengan rombongan kantor atau kampus. Tingkat pendapatan responden wisatawan menunjukkan bahwa wisatawan umumnya dari berbagai kalangan. Karakteristik kunjungan juga dilihat untuk melihat sebaran frekuensi dan motivasi kunjungan, aktivitas wisata yang dilakukan, cara kedatangan, dan keinginan serta alasan keinginan wisatawan untuk kembali mengunjungi Pulau Tidung. Karakteristik tersebut disajikan pada Tabel 13. Tabel 13 Karakteristik kunjungan responden wisatawan 1. Motivasi kunjungan Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) Wisata Penelitian 1 2 Gathering 1 2 Fotografi 2 5 Jumlah Sumber informasi wisata Teman/keluarga Internet Televisi 6 14 Jumlah Aktivitas wisata yang dilakukan Snorkeling Memancing 4 5 Outbond 3 3 Water sport Menyelam 1 1 Wisata pantai Jumlah* Cara kedatangan Sendiri 1 3 Kelompok kecil Rombongan dalam jumlah besar 6 14 Jumlah Tujuan kedatangan Tujuan utama Tempat persinggahan 0 0 Jumlah Frekuensi kunjungan kali kali 3 7 Jumlah

53 37 Tabel 13 Karakter kunjungan responden wisatawan (lanjutan) Karakteristik Jumlah (orang) Persentase (%) 7. Lama kunjungan Satu hari 5 12 Dua hari Lebih dari dua hari 4 9 Jumlah Keinginan untuk mengunjungi kembali Ya Tidak 5 12 Jumlah Penyebab ingin kembali ke Pulau Tidung Biaya rekreasi murah 9 24 Tempatnya indah dan menarik Akses yang mudah menuju lokasi 3 8 Jumlah *wisatawan melakukan lebih dari satu aktivitas wisata Informasi mengenai wisata Pulau Tidung umumnya diperoleh dari teman atau keluarga dan dari internet. Informasi ini mulai didengar oleh para calon wisatawan yang tertarik dan ingin mencoba mengunjungi Pulau Tidung, terlihat dari frekuensi kunjungan oleh wisatawan yang baru sekali melakukan kunjungan dengan persentase yang besar. Wisatawan umumnya ingin tahu dan mencoba melakukan kunjungan ke Pulau Tidung. Wisatawan yang datang dengan tujuan utama untuk wisata didominasi oleh kelompok kecil yaitu pasangan, teman, atau keluarga. Sebagian lagi adalah rombongan kantor atau kampus dalam jumlah besar untuk mengadakan acara atau gathering. Wisatawan dapat menggunakan berbagai akses untuk mencapai lokasi wisata Pulau Tidung tanpa tarif tiket masuk, karena belum ada penetapan tarif tiket masuk lokasi wisata Pulau Tidung. Beberapa pelabuhan menyediakan rute kapal ke Pulau Tidung, diantaranya adalah Pelabuhan Muara Angke, Pelabuhan Kali Adem, dan Pelabuhan Marina Ancol. Harga tiket kapal berkisar antara Rp hingga Rp dengan kapasitas penumpang dan jenis kapal yang berbeda-beda. Umumnya wisatawan berada di Pulau Tidung selama dua hari satu malam, aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah wisata pantai dan snorkeling. Keindahan pemandangan pantai dan pemandangan bawah laut menjadi daya tarik bagi wisatawan melakukan aktivitas tersebut. Kunjungan oleh wisatawan banyak dilakukan pada akhir pekan atau hari libur, karena wisatawan

54 38 yang datang mayoritas masih kuliah dan sudah bekerja sehingga hanya memiliki waktu luang saat akhir pekan atau hari libur. Wisatawan yang ingin kembali mengunjungi Pulau Tidung adalah sebesar 86% dari seluruh responden dengan alasan tempat yang indah dan menarik untuk melakukan aktivitas wisata. Sebagian kecil responden yang menjawab tidak ingin kembali melakukan kunjungan karena hanya ingin tahu dan ingin mencoba tempat wisata lain yang lebih memuaskan. 5.4 Karakteristik Wisata dan Persepsi Responden Wisatawan terhadap Kondisi Objek Wisata Pulau Tidung berpotensi sebagai tempat wisata dengan berbagai karakteristik wisatanya. Kawasan wisata Pulau Tidung mulai ramai dikunjungi wisatawan sejak tahun 2009, pulau ini memiliki icon Jembatan Cinta yang cukup dikenal dan menarik minat wisatawan. Jembatan Cinta adalah sebuah jembatan yang menghubungkan antara Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil, letak jembatan ini berada di Pantai Timur. Ada dua pantai yang menjadi tujuan wisatawan, yaitu Pantai Timur dan Pantai Barat. Pantai Timur lebih banyak dikunjungi oleh wisatawan karena adanya Jembatan Cinta. Selain itu, aktivitas water sport hanya disediakan di Pantai Timur sehingga wisatawan lebih ramai di Pantai Timur. Kedua pantai tersebut tersedia warung makan dan saung untuk wisatawan menikmati suasana pantai, tersedia juga parkiran sepeda untuk sepeda sewaan wisatawan. Selain pantai, Pulau Tidung memiliki keanekaragaman bawah laut yang dijadikan sebagai objek wisata snorkeling dan menjadi daya tarik wisatawan. Aktivitas yang paling diminati oleh wisatawan adalah wisata pantai dan wisata snorkeling. Beberapa spot yang paling sering dijadikan lokasi snorkeling adalah disekitar Pulau Tidung Kecil dan Pulau Payung. Keindahan bawah laut dan kondisi perairan yang cukup tenang, cocok untuk dilakukannya aktivitas snorkeling. Perlu adanya dukungan dan minat wisatawan untuk melakukan pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung. Persepsi wisatawan terhadap pengembangan yang telah dilakukan sejauh ini akan menjadi gambaran untuk pengembangan selanjutnya. Kondisi kawasan wisata yang aman, nyaman, bersih

55 39 dan teratur menjadi sebuah daya tarik bagi wisatawan yang telah berkunjung ingin datang kembali untuk melakukan kunjungan. Serta memberikan kesan yang baik bagi kunjungan pertama bagi wisatawan. Persepsi wisatawan dipisahkan antara persepsi terhadap fasilitas, aspek daya tarik dan aspek pendukung wisata. Tabel 14 menunjukkan persepsi wisatawan terhadap fasilitas wisata yang tersedia di Pulau Tidung. Tabel 14 Persepsi responden wisatawan terhadap fasilitas yang tersedia di Pulau Tidung Persepsi Jenis Fasilitas Sangat Baik Baik Buruk Sangat Buruk (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) - Air bersih Toilet umum Tempat sampah Petunjuk arah Tempat duduk Warung makan Telekomunikasi Tempat ibadah Penginapan Toko cinderamata Penyewaan peralatan aktivitas wisata Ket : N = 42 orang Persepsi wisatawan mengenai fasilitas wisata di Pulau Tidung sudah cukup baik. Fasilitas yang dianggap cukup baik oleh wisatawan adalah air bersih, toilet umum, tempat duduk, warung makan, tempat ibadah, penginapan, toko cinderamata, dan penyewaan peralatan aktivitas wisata. Hanya perlu penataan yang lebih rapi untuk beberapa fasilitas seperti petunjuk arah agar wisatawan lebih mudah untuk mendapatkan informasi mengenai lokasi wisata dan fasilitas yang ada di Pulau Tidung. Fasilitas yang perlu untuk ditambahkan adalah tempat sampah, sebagian wisatawan masih sulit untuk menemukan tempat sampah disekitar lokasi wisata. Selain itu jaringan telekomunikasi di Pulau Tidung masih perlu untuk dibenahi, karena tidak semua provider yang digunakan oleh wisatawan mendapatkan akses jaringan telekomunikasi di lokasi wisata.

56 40 Keasrian, keindahan, dan kebersihan di kawasan wisata juga menjadi pertimbangan bagi wisatawan untuk melakukan kunjungan kembali ke lokasi wisata. Selain itu aspek pendukung seperti akses untuk mencapai lokasi wisata, keamanan di lokasi wisata, dan kepuasan wisatawan terhadap jasa wisata juga menjadi pertimbangan bagi wisatawan. Tabel 15 dibawah ini menunjukkan persepsi wisatawan terhadap daya tarik wisata dan aspek pendukung wisata di Pulau Tidung. Tabel 15 Persepsi wisatawan terhadap daya tarik dan aspek pendukung wisata di Pulau Tidung. Aspek wisata 1. Daya tarik wisata Persepsi Sangat baik Baik Buruk Sangat buruk (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) (orang) (%) - Keindahan alam Kebersihan kawasan pantai - Kebersihan laut Keadaan terumbu karang dan biota bawah laut 2. Aspek pendukung - Akses menuju lokasi - Keamanan Kepuasan terhadap jasa wisata Ket : N = 42 orang Seperti yang terlihat pada Tabel 15, persepsi wisatawan terhadap keindahan alam, kebersihan kawasan pantai dan laut, serta keadaan terumbu karang dan biota bawah laut sudah cukup baik. Wisatawan sudah cukup puas dengan keadaan lingkungan di lokasi wisata. Kesadaran wisatawan akan menjaga kebersihan selama di lokasi wisata juga sudah cukup baik. Aspek pendukung juga menjadi perhatian bagi wisatawan, persepsi wisatawan terhadap akses pendukung sudah cukup baik. Lokasi wisata sudah dianggap aman karena jarang sekali terjadi tindak kriminal ataupun kecelakaan dalam kegiatan wisata. Aktivitas wisatawan selalu diawasi dan dipandu oleh tour guide yang bertanggung jawab atas wisatawan selama kunjungan wisata. Kegiatan

57 41 wisata snorkeling juga dipandu oleh guide yang berpengalaman untuk keamanan bagi wisatawan yang melakukan kegiatan tersebut. Persepsi wisatawan terhadap akses menuju lokasi wisata terbagi dua, sebagian wisatawan beranggapan bahwa akses untuk mencapai kawasan wisata adalah mudah, sebagian lagi beranggapan cukup sulit untuk mencapai lokasi wisata karena jadwal kapal yang terbatas menuju Pulau Tidung. Sebagian besar wisatawan merasa puas dengan jasa wisata di Pulau Tidung. Jasa wisata yang diperoleh wisatawan adalah berupa pelayanan yang diberikan oleh travel agen yang menyiapkan segala keperluan wisatawan untuk menunjang kegiatan wisata. Termasuk di dalamnya keramahan, kesigapan, dan harga paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan.

58 42

59 43 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Dampak Ekonomi dari Aktivitas Wisata di Pulau Tidung Dampak ekonomi merupakan salah satu dampak yang dapat ditimbulkan dari kegiatan wisata di Pulau Tidung, dampak ekonomi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu dampak langsung (direct impact), dampak tidak langsung (indirect impact), dan dampak lanjutan (induce impact) (Vanhove 2005). Dampak ekonomi diperoleh dari aliran pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung. Wisatawan tidak hanya membelanjakan uangnya di kawasan wisata saja, tetapi juga di luar kawasan wisata. Besarnya pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata merupakan kebocoran yang terjadi di Pulau Tidung. Keberadaan kawasan wisata Pulau Tidung dapat memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar. Dampak yang diperoleh oleh masyarakat adalah aliran uang dari pengeluaran wisatawan. Hasil proporsi pengeluaran wisatawan dapat dilihat pada Tabel 16 dan keterangan lebih lanjut dapat dilihat pada Lampiran 2. Tabel 16 Proporsi pengeluaran wisatawan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Biaya per kunjungan (1) Pengeluaran di luar kawasan wisata Rata-rata pengeluaran (Rp) (2) Persentase (%) (3=1/c*100) Biaya transportasi dan parkir ,47 Konsumsi dari rumah ,68 Total kebocoran/ kunjungan (a) ,16 Pengeluaran di kawasan wisata Konsumsi di dalam kawasan ,26 Penginapan ,36 Souvenir/oleh-oleh ,59 Penyewaan sepeda/alat snorkeling ,49 Dokumentasi ,55 Toilet umum ,23 Total pengeluaran di lokasi per kunjungan (b) ,84 Total pengeluaran wisatawan per kunjungan (c= a+b) ,00 Total kebocoran/tahun (e= c*proporsi a *d) Ket: Rata-rata kunjungan pertahun ( ) = orang (d)

60 44 Rata-rata jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Tidung per tahun dari tahun 2010 hingga 2013 tercatat sebanyak orang (BPS Kepulauan Seribu 2013; Kelurahan Pulau Tidung 2013). Total kebocoran yang dimbulkan dari pengeluaran wisatawan per tahun cukup besar yaitu Rp Hasil ini diperoleh dari mengalikan total pengeluaran wisatawan dengan proporsi kebocoran dan rata-rata jumlah kunjungan per tahun. Persentase paling besar dari total kebocoran pengeluaran pengunjung adalah pada biaya transportasi yaitu 34,40 %, transportasi yang digunakan oleh wisatawan adalah kapal laut yang tarif tiketnya berbeda untuk setiap jenis kapal. Ongkos kapal mulai dari Rp hingga Rp Biaya ini dikeluarkan di luar kawasan wisata karena kapalkapal yang tersedia merupakan milik pemerintah atau perusahaan di luar kawasan wisata Pulau Tidung. Selain biaya tiket kapal yang cukup besar, biaya transportasi yang dikeluarkan oleh wisatawan adalah biaya angkutan umum atau biaya tol dan bahan bakar apabila wisatawan menggunakan kendaraan pribadi untuk mencapai pelabuhan. Rata-rata total pengeluaran wisatawan yang dikeluarkan per kunjungan adalah sebesar Rp , namun proporsi kebocorannya juga cukup besar yaitu 40,16%. Kebocoran dapat diminimalisir dengan meningkatkan pengeluaran proporsi wisatawan di dalam kawasan, hal ini dapat dicapai melalui pengembangan unit usaha yang terkait dengan aktivitas wisata dan banyak diminati wisatawan, diantaranya toko souvenir, rumah makan khas hidangan laut, penyewaan peralatan outbond dan memancing, dan usaha lainnya sehingga lebih banyak pengeluaran yang dikeluarkan oleh wisatawan di dalam kawasan wisata Dampak Ekonomi Langsung (Direct Effect) Dampak ekonomi langsung adalah nilai yang diperoleh dari transaksi wisatawan dengan unit usaha yang terdapat di kawasan wisata Pulau Tidung. Unit usaha di Pulau Tidung umumnya beroperasi pada akhir pekan karena kunjungan wisata pada hari tersebut cukup ramai. Pada hari kerja, hanya beberapa unit usaha yang tetap beroperasi. Dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha adalah pendapatan unit usaha. Perhitungan dampak langsung yang dirasakan oleh unit usaha dapat dilihat pada Tabel 17 dan perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 3.

61 45 Tabel 17 Dampak ekonomi langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun Unit usaha 2014 Responden unit usaha Jumlah populasi Rata-rata pendapatan per bulan Pendapatan bersih (Rp) Proporsi (%) Dampak ekonomi langsung (Rp) (a) (b) (c) (e= c/d*100) (f=b*c) Homestay Toko souvenir Becak motor Penyewaan sepeda + alat Snorkeling Usaha catering Warung makan Pedagang kaki lima Travel agen Cafe Toilet umum Total (d) Pendapatan unit usaha diperoleh dari penerimaan unit usaha dikurangi total biaya. Pendapatan pemilik unit usaha di Pulau Tidung berbeda-beda tergantung jenis usahanya, pendapatan terbesar diperoleh unit usaha homestay dengan proporsi 29% dari total pendapatan seluruh unit usaha. Hal ini dikarenakan wisatawan umumnya bermalam di lokasi wisata. Proporsi 25% diperoleh unit usaha cafe, cafe menjadi sebuah tren baru bagi wisatawan yang ingin menikmati hidangan khas laut. Lokasi cafe berada dipinggir pantai sehingga banyak wisatawan yang mengunjungi cafe tersebut. Hal ini juga dikarenakan cafe ini belum memiliki pesaing dan harga yang ditetapkan cafe untuk menu hidangan cukup tinggi. Dampak ekonomi langsung diperoleh dari hasil pengalian rata-rata pendapatan unit usaha berupa pendapatan pemilik usaha perbulan dengan jumlah unit usaha di objek wisata Pulau Tidung. Nilai dampak ekonomi langsung terbesar diperoleh unit usaha homestay sebesar Rp Hal ini disebabkan banyaknya wisatawan yang bermalam di lokasi wisata, sehingga unit usaha homestay mulai berkembang di Pulau Tidung. Populasi homestay semakin banyak dan memberikan dampak langsung yang besar terhadap perekonomian

62 46 masyarakat. Total dampak ekonomi langsung yang dirasakan oleh unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung adalah sebesar Rp Hal ini berarti keberadaan kawasan wisata Pulau Tidung memiliki peran penting bagi masyarakat lokal yang membuka unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung sebagai sumber pendapatan Dampak Ekonomi Tidak Langsung (Indirect Effect) Dampak ekonomi tidak langsung diperoleh dari pengeluaran unit usaha di dalam kawasan ditambah dengan pendapatan tenaga kerja lokal di kawasan wisata Pulau Tidung. Pengeluaran unit usaha yang dilakukan di dalam kawasan wisata Pulau Tidung adalah biaya upah karyawan, biaya input, biaya operasional, biaya transport, dan biaya kebersihan. Data perhitungan pengeluaran unit usaha dapat dilihat pada Lampiran 3 dan 4. Keberadaan unit usaha di kawasan wisata Pulau Tidung memberikan kesempatan kerja baru bagi sejumlah tenaga kerja lokal. Walaupun umumnya unit usaha di Pulau Tidung dikelola langsung oleh pemiliknya, namun pada waktu-waktu tertentu tenaga kerja tetap dibutuhkan oleh unit usaha. Unit usaha yang memerlukan tenaga kerja adalah homestay, penyewaan sepeda dan alat snorkeling, usaha catering, warung makan, cafe dan travel agent. Toko souvenir, becak motor, pedagang kaki lima dan toilet umum mengelola sendiri unit usahanya. Sejauh ini kebutuhan sumberdaya manusia masih dapat dipenuhi oleh masyarakat Pulau Tidung. Kesempatan kerja ini terbuka bagi pemuda setempat yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Tenaga kerja yang bekerja di unit usaha adalah penerima dampak ekonomi tidak langsung dari pengeluaran wisatawan melalui upah yang diterima dari unit usaha. Jumlah tenaga kerja terbanyak adalah pekerja homestay dan travel agen. Pemilik usaha homestay membutuhkan bantuan tenaga kerja kebersihan untuk homestay yang memiliki banyak kamar dan ukuran yang lebih besar, rata-rata pemilik homestay membutuhkan satu orang karyawan, namun karena jumlah homestay di Pulau Tidung cukup banyak, maka tenaga kerja yang dibutuhkan untuk unit usaha homestay juga banyak. Sama halnya dengan travel agent yang membutuhkan pegawai sebagai pemandu wisata bagi tamu yang

63 47 berkunjung. Rata-rata travel agent membutuhkan tiga atau empat pegawai sebagai pemandu wisata. Data jumlah dan pendapatan tenaga kerja, serta perhitungan dampak ekonomi tidak langsung dapat dilihat pada Tabel 18 dan data lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 5. Tabel 18 Dampak ekonomi tidak langsung di kawasan wisata Pulau Tidung Jenis usaha Penjaga tiket kapal ABK kapal wisata Tahun 2014 Jumlah populasi tenaga kerja lokal Pendapatan tenaga kerja (Rp) Total pendapatan tenaga kerja (Rp) Pengeluaran unit usaha di dalam kawasan wisata (Rp) Total dampak ekonomi tidak langsung (Rp) (a) (b) (c=a*b) (d) (e=c+d) Tukang parkir Unit Usaha Homestay Toko souvenir Becak motor Penyewaan sepeda + alat snorkeling Usaha catering Warung makan Pedagang kaki lima Travel agen Cafe Toilet umum Total Rata-rata pendapatan paling tinggi adalah penjaga tiket yaitu sebesar Rp dan pegawai homestay sebesar Rp Hal ini karena penjaga tiket dan pegawai homestay memiliki waktu kerja yang lebih banyak daripada tenaga kerja lainnya. Rata-rata pendapatan tenaga kerja lokal masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan UMP DKI Jakarta, yaitu Rp per bulan (Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta 2014), karena pekerjaan dibidang wisata ini bukan pekerjaan utama melainkan pekerjaan sampingan bagi para tenaga kerja lokal.

64 48 Total pendapatan tenaga kerja paling tinggi diperoleh tenaga kerja homestay, selain itu pengeluaran unit usaha homestay juga cukup besar, sehingga total dampak ekonomi yang paling tinggi diperoleh dari homestay. Total dampak ekonomi tidak langsung secara keseluruhan di kawasan wisata Pulau Tidung adalah Rp Dampak Ekonomi Lanjutan (Induced Effect) Dampak ekonomi lanjutan merupakan proporsi pengeluaran tenaga kerja untuk kebutuhan sehari-hari. Proporsi yang dilihat adalah pengeluaran tenaga kerja di dalam lokasi wisata. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya konsumsi, biaya sekolah anak, biaya listrik dan biaya retribusi. Seluruh biaya yang dikeluarkan oleh tenaga kerja masih berada dalam kawasan wisata karena semua tenaga kerja berdomisili di kawasan wisata Pulau Tidung. proporsi pengeluaran tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 19 dan data lebih jelas pada Lampiran 6. Tabel 19 Proporsi rata-rata pengeluaran responden tenaga kerja per bulan di Tenaga kerja kawasan wisata Pulau Tidung (%) Biaya pangan (a) Biaya sekolah anak (b) Biaya transportasi (c) Biaya listrik (d) Biaya kebersihan (e) Total (%) Penjaga Tiket 90,00 0,00 10,00 0,00 0,00 100,00 ABK kapal wisata 71,71 7,97 11,95 6,37 1,99 100,00 Tukang parkir 83,33 0,00 4,17 10,42 2,08 100,00 Pegawai homestay 84,58 1,99 8,46 3,98 1,00 100,00 Pegawai penyewaan 88,24 0,00 10,20 1,18 0,39 100,00 alat Pegawai catering 91,67 0,00 8,33 0,00 0,00 100,00 Pegawai warung 83,83 2,00 10,18 3,19 0,80 100,00 makan Pegawai cafe 84,81 2,83 8,13 3,53 0,71 100,00 Pegawai travel agen 82,03 0,00 6,25 9,38 2,34 100,00 Rata-rata 84,47 1,64 8,63 4,23 1,03 100,00 Rata-rata proporsi pengeluaran tenaga kerja terbesar adalah biaya pangan yaitu 84,47%. Proporsi pengeluaran tenaga kerja untuk biaya sekolah anak adalah 1,64%. Biaya ini tergolong kecil karena untuk biaya pendidikan, para pekerja hanya mengeluarkan biaya untuk uang saku anaknya saja, karena tidak ada

65 49 pungutan biaya pendidikan di Pulau Tidung. Biaya yang dikeluarkan tenaga kerja untuk listrik adalah sebesar 4,23%, para tenaga kerja menggunakan listrik voucher yang dapat dibeli di sekitar lokasi wisata. Selain itu, proporsi pengeluaran untuk biaya kebersihan hanya 1,03%. Dampak ekonomi lanjutan diperoleh dari hasil pengalian antara total jumlah tenaga kerja lokal, pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata, dan proporsi pengeluaran tenaga kerja di kawasan wisata. Data mengenai dampak ekonomi lanjutan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20 Dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja lokal (orang) Total rata-rata pengeluaran tenaga kerja (Rp) Proporsi Pengeluaran di kawasan wisata (%) Dampak Ekonomi Lanjutan (Rp) (a) (b) (c) (d=a*b*c) Penjaga Tiket ABK kapal wisata Tukang parkir Pegawai homestay Pegawai penyewaan alat Pegawai catering Pegawai warung makan Pegawai cafe Pegawai travel agen Total Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran tenaga kerja tidak terlalu besar, total rata-rata pengeluaran tenaga kerja yang paling besar adalah tenaga kerja ABK kapal wisata, karena proporsi pengeluarannya untuk pangan dan transportasi yang cukup besar. Maka diperoleh dampak ekonomi lanjutan di kawasan wisata Pulau Tidung Rp Nilai Efek Pengganda (Multiplier Effect) Nilai efek pengganda (multiplier effect) adalah salah satu metode yang digunakan untuk mengukur besar dampak ekonomi terhadap masyarakat sekitar

66 50 kawasan wisata. Nilai efek pengganda dibedakan menjadi dua aspek: (1) Keynesian local income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan seberapa besar pengeluaran wisatawan memberikan pengaruh terhadap pendapatan masyarakat lokal, dan (2) Ratio income multiplier, yaitu nilai yang menunjukkan besar dampak tidak langsung dan dampak lanjutan yang dirasakan dari pengeluaran wisatawan terhadap perekonomian lokal. Nilai efek pengganda dari pengeluaran wisatawan dikawasan wisata Pulau Tidung dapat dilihat pada Tabel 21 dan perhitungan lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran 7. Tabel 21 Nilai efek pengganda dari arus uang yang terjadi di kawasan wisata Pulau Tidung tahun 2014 Multiplier Nilai Keynesian Income Multiplayer 1,7 Ratio Income Multiplayer I 1,5 Ratio Income Multiplayer Tipe II 1,6 Berdasarkan hasil yang diperoleh, nilai Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 1,7 yang berarti bahwa setiap peningkatan satu rupiah pengeluaran wisatawan akan memiliki dampak langsung terhadap perekonomian lokal sebesar 1,7 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier tipe I adalah sebesar 1,5 yang artinya setiap pengeluaran wisatawan senilai satu rupiah akan meningkatkan pendapatan pemilik usaha dan tenaga kerja senilai 1,5 rupiah. Nilai Ratio Income Multiplier tipe II adalah senilai 1,6 dimana setiap pengeluaran wisatawan senilai satu rupiah akan meningkatkan pendapatan pemilik usaha, pendapatan tenaga kerja dan pengeluaran konsumsi tenaga kerja dalam perputaran perekonomian lokal sebesar 1,6 rupiah. Mengacu pada penelitian terdahulu, nilai keynesian income multiplier kawasan wisata Pulau Tidung tidak jauh berbeda hasilnya dengan penelitian yang dilakukan di beberapa pulau di Kepulauan Seribu. Pulau penduduk yang sistem pengelolaannya berbasis masyarakat, penelitian (Wijayanti 2009) menunjukkan nilai keynesian income multiplier Pulau Untung Jawa sebesar 1,8 dan Pulau Pramuka sebesar 1,1. Artinya setiap peningkatan pengeluaran wisatawan sebesar satu rupiah akan berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat Pulau Untung Jawa sebesar 1,8 rupiah dan peningkatan pendapatan masyarakat Pulau Pramuka sebesar 1,1 rupiah.

67 51 Suatu kawasan wisata dikatakan memperoleh dampak ekonomi yang tinggi apabila nilai Keynesian Multiplier tersebut lebih besar atau sama dengan satu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kawasan wisata Pulau Tidung memperoleh dampak ekonomi yang tinggi karena nilai Keynesian Multiplier yang diperoleh lebih dari satu (META, 2001). 6.2 Daya Dukung Kawasan untuk Aktivitas Wisata di Pulau Tidung Daya dukung kawasan wisata merupakan batasan suatu kawasan yang mampu menampung jumlah wisatawan dengan kegiatan wisatanya. Daya dukung merupakan cara menerapkan konsep dimana ada pembatasan dalam pemanfaatan sumberdaya. Kegiatan wisatawan tidak terlepas dari pemanfaatan sumberdaya, sehingga diperlukan perhitungan dan analisis yang dapat mangakomodasi tingkat kepuasan wisatawan yang tertinggi dan berdampak minimal terhadap sumberdaya. Daya dukung kawasan disesuaikan dengan karakteristik sumberdaya dan peruntukannya. Untuk kegiatan wisata seperti snorkeling ditentukan sebaran dan kondisi terumbu karang, kebutuhan manusia akan ruang horizontal untuk dapat bergerak bebas dan tidak merasa terganggu oleh keberadaan manusia (wisatawan) lainnya. Sementara untuk aktivitas wisata pantai, disetiap orang membutuhkan ruang gerak untuk berjemur, menikmati pemandangan, berjalan-jalan dan lain-lain (Yulianda et al 2010). Perhitungan daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata di Pulau Tidung dilakukan pada empat lokasi penelitian. Tiga lokasi untuk aktivitas wisata snorkeling dan satu lokasi untuk aktivitas wisata pantai. Pemilihan lokasi ini berdasarkan banyaknya wisatawan yang melakukan aktivitas di beberapa lokasi tersebut. Lokasi yang paling banyak digunakan oleh wisatawan untuk aktivitas snorkeling adalah di sebelah utara Dermaga Cinta, Pulau Payung, dan Pulau Tidung Kecil. Sedangkan untuk aktivitas wisata pantai yang paling ramai dikunjungi adalah Pantai Timur Jembatan Cinta. Perhitungan daya dukung kawasan dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu potensi ekologis wisatawan per satuan unit area (K), luas atau panjang area yang dimanfaatkan (Lp), unit area (Lt), waktu yang disediakan untuk kegiatan wisata (Wt), dan waktu yang dihabiskan

68 52 wisatawan (Wp). Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkeling di Pulau Tidung ditunjukkan pada Tabel 22. Tabel 22 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata snorkeling di Pulau Tidung No Lokasi K* Lp Lt* Wp Wt DDK (a) (b) (c) (d) (e) a x (b/c) x (e/d) 1 Dermaga Cinta m m 2 2 jam 8 jam 39 orang/ hari 2 Pulau Payung m m 2 2 jam 8 jam 69 orang/hari 3 Pulau Tidung Kecil m m 2 2 jam 8 jam 50 orang/ hari Total 158 orang/ hari Sumber : * Yulianda, 2007 Potensi ekologis wisatawan untuk aktivitas snorkeling adalah satu orang dengan unit area 500 m 2. Artinya, dalam luasan 500 m 2 dapat menampung aktivitas snorkeling untuk satu orang. Rata-rata waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk kegiatan snorkeling adalah 2 jam dengan total waktu yang disediakan dalam sehari adalah 8 jam per hari. Lokasi I yaitu area snorkeling Dermaga Cinta memiliki luas area pemanfaatan m 2. Luas area pemanfaatan sebesar ini dapat menampung 39 orang/hari. Artinya, dengan total waktu 8 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan waktu yang digunakan wisatawan untuk snorkeling selama 2 jam, maka jumlah wisatawan yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 39 orang dalam satu hari. Lokasi II dan III adalah Pulau Payung dan Pulau Tidung Kecil, masing-masing memiliki luas area pemanfaatan sebesar m 2 dan m 2. Berdasarkan hasil perhitungan, daya dukung kawasan di Lokasi II adalah 69 orang/hari dan di Lokasi III adalah 50 orang/hari. Pada Lokasi I, II dan III, daya dukung dapat lebih dari hasil perhitungan jika diasumsikan setiap wisatawan hanya menggunakan waktu selama satu jam untuk aktivitas wisata snorkeling. Ketiga lokasi ini dapat menampung 158 orang/hari untuk aktivitas snorkeling. Selain ketiga lokasi ini, masih terdapat beberapa area snorkeling di Pulau Tidung yang berpotensi untuk dikembangkan. Secara general, aktivitas snorkeling di ketiga tempat ini dapat dikategorikan over carrying capacity karena jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas wisata melebihi daya tampung yang tersedia. Jumlah rata-rata kunjungan wisatawan yang mengunjungi Pulau Tidung per hari adalah 488 orang, angka ini

69 53 diperoleh dari rata-rata jumlah kunjungan per tahun yaitu orang (BPS Kepulauan Seribu 2013; Kelurahan Pulau Tidung 2013) dibagi dengan jumlah hari dalam satu tahun. Jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas snorkeling adalah 278 orang, angka ini diperoleh dari pendekatan jumlah responden wisatawan yang melakukan aktivitas snorkeling di Pulau Tidung yaitu 57% dari seluruh responden wisatawan. Asumsi jumlah wisatawan yang melakukan aktivitas snorkeling di Pulau Tidung adalah 57% dari rata-rata jumlah kunjungan per hari. Kondisi over carrying capacity di kawasan wisata Pulau Tidung terjadi pada akhir pekan atau hari libur (peak season). Jumlah kunjungan lebih banyak di hari libur dari pada hari kerja, karena umumnya wisatawan yang berkunjung adalah pegawai swasta dan mahasiswa yang memiliki waktu luang hanya akhir pekan dan hari libur. Sementara itu, diluar peak season aktivitas wisata di Pulau Tidung tidak terlalu ramai dan masih dapat menampung aktivitas wisata snorkeling. Aktivitas wisata pantai adalah aktivitas yang juga banyak diminati oleh wisatawan selain wisata snorkeling. Lokasi wisata pantai yang paling ramai dikunjungi wisatawan adalah di Pantai Timur. Lokasi Pantai Timur banyak diminati wisatawan karena adanya Jembatan Cinta yang menjadi icon kawasan wisata Pulau Tidung. Perhitungan daya dukung kawasan juga dilakukan di titik ini, Tabel 23 menunjukkan daya dukung kawasan Pantai Timur Jembatan Cinta di kawasan wisata Pulau Tidung. Tabel 23 Daya dukung kawasan untuk aktivitas wisata pantai di Pulau Tidung No Lokasi Pantai Timur 1 Jembatan Cinta Sumber : * Yulianda, 2007 K* (a) Lp (b) Lt* (c) Wp (d) Wt (e) DDK a x (b/c) x (e/d) m 50 m 3 jam 12 jam 130 orang/hari Potensi ekologis wisatawan untuk wisata pantai adalah satu orang dengan unit area 50 m, atau dengan kata lain satu orang dapat melakukan aktivitas wisata pantai setiap 50 m panjang pantai. Rata-rata waktu yang dibutuhkan wisatawan untuk kegiatan wisata pantai adalah 3 jam dengan total waktu yang disediakan dalam sehari adalah 12 jam per hari.

70 54 Lokasi IV adalah Pantai Timur Jembatan Cinta yang memiliki area pemanfaatan sepanjang m. Secara general, daya dukung yang dapat menampung wisatawan untuk aktivitas wisata pantai adalah sebanyak 130 orang/ hari. Artinya dalam waktu yang bersamaan, dengan total waktu 12 jam yang disediakan kawasan selama satu hari, dan waktu yang digunakan wisatawan untuk kegiatan wisata pantai selama 3 jam, maka jumlah yang dapat ditampung pada lokasi tersebut adalah 130 orang dalam satu hari. Namun apabila wisatawan hanya menggunakan waktu untuk wisata pantai kurang dari 3 jam, maka daya dukung dapat menampung lebih dari 130 orang dalam sehari. Apabila diasumsikan seluruh wisatawan melakukan aktivitas wisata pantai di Pantai Timur, maka jumlah kunjungan wisatawan ke Pulau Tidung per hari nya melebihi daya dukung yang tersedia. Sama hal nya dengan aktivitas snorkeling, kondisi di lokasi menunjukkan kepadatan terjadi hanya pada saat peak season. Pada saat hari kerja, kunjungan wisata ke Pantai Timur cukup normal. Setelah menilai daya dukung kawasan untuk kedua aktivitas wisata yaitu wisata snorkeling dan wisata pantai, kawasan wisata Pulau Tidung mengalami over carrying capacity pada ketiga area snorkeling dan satu area wisata pantai disaat peak season. Perlu adanya strategi untuk mengurangi kepadatan yang terjadi pada saat peak season dan meningkatkan kunjungan diluar peak season. Perlu dilakukan pengembangan pada lokasi lain yang berpotensi untuk dilakukan aktivitas wisata pantai dan snorkeling sehingga tidak menumpuk hanya pada titiktitik area tertentu. Ada beberapa spot snorkeling dan pantai yang berpotensi untuk dikembangkan di Pulau Tidung. Aktivitas lain selain wisata pantai dan wisata snorkeling juga perlu untuk dikembangkan agar konsentrasi wisatawan tidak hanya pada kedua aktivitas tersebut dan wisatawan mendapatkan banyak pilihan aktivitas wisata yang menarik. 6.3 Strategi Pengelolaan Objek Wisata Pulau Tidung Analisis Strength, Weakness, Opportunities, and Threats (SWOT) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dari suatu strategi pemecahan permasalahan pengembangan potensi yang terdapat di objek wisata. Analisis

71 55 SWOT ini menghasilkan kemungkinan alternatif strategi yang terbaik dan menjadi salah satu dasar perumusan rekomendasi dalam pengembangan objek wisata bagi pengelola kawasan wisata Pulau Tidung. Responden yang diwawancarai adalah pihak yang memahami keadaan dan permasalahan yang ada di kawasan wisata Pulau Tidung. Lima orang yang menjadi responden adalah pihak Kelurahan Pulau Tidung bidang Kesejahteraan Masyarakat, pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat bidang ekonomi dan wisata, pihak Karang Taruna bidang Badan Pengawas Harian, perwakilan travel agen, dan tokoh masyarakat Pulau Tidung. Perumusan alternatif strategi meliputi dua tahapan, yang pertama adalah tahap masukan (input stage) kemudian dilanjutkan pada tahap kedua yaitu tahap pencocokan (matching stage). Tahap masukan merupakan tahap pengelompokan hasil identifikasi serta menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan dalam perumusan strategi dengan menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE). Tahapan kedua adalah pencocokan perumusan strategi menggunakan matriks Internal-External (IE) dan SWOT Tahapan Masukan (Input Stage) Tahapan awal yang dilakukan adalah tahapan masukan (input stage) sebelum melanjutkan ke langkah selanjutnya dalam tahap formulasi strategi. Pada tahap ini dilakukan pengelompokan hasil identifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal objek wisata ke dalam matriks IFE dan EFE. Faktor internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan di lingkungan objek wisata Pulau Tidung, sedangkan faktor eksternal terdiri dari peluang dan ancaman yang ada di lingkungan objek wisata. Faktor-faktor dari analisis faktor internal dijabarkan ke dalam matriks IFE dan faktor-faktor eksternal dijabarkan ke dalam matriks EFE Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) Berdasarkan hasil wawancara terhadap lima responden, faktor-faktor internal dianalisis kemudian dilakukan pembobotan. Pembobotan faktor internal merupakan suatu upaya untuk membandingkan setiap faktor internal yang mempengaruhi objek wisata Pulau Tidung. Hasil penilaian bobot dan rating

72 56 masing-masing responden kemudian dibuat dalam bentuk matriks IFE dari penilaian yang dilakukan oleh seluruh responden. Faktor-faktor internal dijabarkan melalui matriks IFE dalam kategori faktor kekuatan dan kelemahan dari lingkungan objek wisata. Hasil analisis matriks IFE menggambarkan seberapa besar pengaruh faktor-faktor strategis internal terhadap objek wisata. Hasil wawancara terhadap lima stakeholder terkait menunjukkan adanya sepuluh kekuatan dan empat kelemahan dari faktor-faktor strategi internal. Data mengenai faktor kekuatan dan kelemahan disajikan dalam matriks IFE pada Tabel 24 dan lebih rinci dijelaskan pada Lampiran 8. Tabel 24 Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) kawasan wisata Pulau Tidung Faktor-faktor Strategis Internal Bobot Rating Skor Bobot Kekuatan 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi, informasi, dan 0,06 3 0,18 potensi kawasan wisata Pulau Tidung 2. Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata Pulau Tidung yang 0,06 3 0,18 dekat dengan kota Jakarta 3. Manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang 0,08 4 0,32 berbasis masyarakat 4. Infrastruktur dan jalan yang tersedia di dalam kawasan wisata 0,07 3 0,21 5. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung 0,07 3 0,21 melalui travel agent dan pemerintah 6. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau 0,07 3 0,21 Tidung 7. Kelengkapan fasilitas pendukung tersedia dikawasan wisata 0,08 4 0,32 Pulau Tidung 8. Peran organisasi atau lembaga masyarakat yang cukup banyak 0,09 4 0,36 dalam pengelolaan wisata 9. Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) 0,09 3 0, Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata 0,08 3 0,24 Kelemahan 1. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata Pulau 0,06 2 0,12 Tidung 2. Prasarana (akses transportasi yang terbatas) terhadap kawasan 0,07 2 0,14 wisata 3. Batasan dan daya dukung kawasan 0,06 2 0,12 4. Profesionalitas tenaga kerja yang masih rendah dibidang wisata 0,07 2 0,14 Total 3,12 Berdasarkan hasil pembobotan Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) pada Tabel 24, diperoleh faktor-faktor kekuatan dan kelemahan seperti berikut:

73 57 a) Faktor strategis kekuatan 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi, informasi, dan potensi kawasan wisata Pulau Tidung Pengetahuan masyarakat lokal dalam hal ini adalah mengetahui kondisi dan potensi wisata yang ada di Pulau Tidung, informasi wisata, barang dan jasa apa yang dibutuhkan wisatawan, serta mengetahui kondisi lingkungan wisata agar masyarakat tetap menjaga kelestarian lingkungan di lokasi wisata. Kondisi saat ini, pengetahuan masyarakat sudah cukup baik. Keterlibatan masyarakat dalam penyediaan barang dan jasa wisata menunjukkan bahwa masyarakat memahami kondisi dan potensi yang ada di wilayahnya. Hal ini menjadi faktor kekuatan karena dianggap penting untuk pengembangan wisata kedepannya agar masyarakat terus turut terlibat serta merasakan manfaat dari kegiatan wisata Pulau Tidung ini. 2. Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata Pulau Tidung yang dekat dengan kota Jakarta Posisi atau letak kawasan wisata Pulau Tidung yang berada dekat dengan Kota Jakarta menjadi sebuah faktor kekuatan. Wisatawan Pulau Tidung didominasi oleh warga ibukota dan sekitarnya yang hendak menghabiskan akhir pekan untuk berwisata, Pulau Tidung menjadi salah satu pilihan karena letaknya yang dekat dan dirasa mudah untuk dicapai. 3. Manajemen pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung yang berbasis masyarakat Saat ini pengelolaan wisata di Pulau Tidung dijalankan secara bersama oleh masyarakat dan lembaga masyarakat seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dan Karang Taruna dengan pengawasan oleh pemerintah setempat yaitu Kelurahan Pulau Tidung. Manajemen pengelolaan yang tepat sangat diperlukan dan menjadi sebuah faktor kekuatan dengan skor bobot yang tinggi.

74 58 Manajemen dan pengelolaan ini penting agar kegiatan wisata di Pulau Tidung dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat secara menyeluruh serta tidak mengabaikan kondisi lingkungan. 4. Infrastruktur dan jalan yang tersedia di dalam kawasan wisata Kawasan wisata Pulau Tidung memiliki infrastruktur yang sudah cukup baik, tersedia jalan yang dapat dilalui oleh pejalan kaki maupun sepeda dan motor untuk mencapai tempat-tempat aktivitas wisata. Dermaga atau pintu masuk bagi wisatawan juga tersedia dan cukup baik. Selain itu, jembatan yang menghubungkan Pulau Tidung Besar dan Pulau Tidung Kecil sudah cukup baik dan terawat sehingga menjadi icon bagi kawasan wisata Pulau Tidung. Hal ini menjadi faktor kekuatan yang menjadi salah satu pertimbangan wisatawan untuk tertarik mengunjungi kawasan wisata Pulau Tidung. 5. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata Pulau Tidung melalui travel agent dan pemerintah Strategi pemasaran dan promosi menjadi faktor kekuatan karena strategi ini diperlukan untuk memberikan informasi mengenai kawasan wisata Pulau Tidung kepada calon wisatawan. Tujuannya adalah agar wisatawan tertarik untuk mengunjungi kawasan wisata ini dan informasi yang diberikan tepat pada target pasar. Kondisi saat ini, promosi Pulau Tidung dilakukan oleh pihak pemerintah dan travel agent. Promosi di upayakan melalui internet dan televisi. 6. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata Pulau Tidung Semakin banyak wisatawan yang berkunjung, maka semakin banyak wisatawan mengeluarkan biaya selama di lokasi dan memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat Pulau Tidung. Jumlah kunjungan lebih banyak pada akhir pekan dan hari libur. Hal ini menjadi faktor kekuatan internal di kawasan wisata Pulau Tidung.

75 59 7. Kelengkapan fasilitas pendukung tersedia dikawasan wisata Pulau Tidung Fasilitas yang tersedia adalah fasilitas yang dibutuhkan oleh wisatawan seperti tempat menginap, tempat makan, fasilitas hiburan dan rekreasi, tempat ibadah serta pusat informasi wisata. Wisatawan membutuhkan fasilitas di kawasan wisata untuk mendukung aktivitasnya. Hal ini menjadi faktor kekuatan karena fasilitas pendukung yang ada di Pulau Tidung disediakan oleh masyarakat. Menjadi sebuah peluang bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha dan menyerap tenaga kerja melalui penyediaan fasilitasfasilitas tersebut. Sehingga dampak ekonomi lebih dapat dirasakan oleh masyarakat lokal dan wisatawan merasa puas dengan pelayanan dan fasilitas yang tersedia. 8. Peran organisasi atau lembaga masyarakat yang cukup banyak dalam pengelolaan wisata Kegiatan wisata di Pulau Tidung membutuhkan peran serta organisasi atau lembaga masyarakat agar masyarakat dapat berperan aktif dalam pengelolaan wisata. Organisasi atau lembaga masyarakat tentunya lebih dominan terhadap pengelolaan wisata yang dilakukan oleh masyarakat secara bersama untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh manfaat dari adanya kegiatan wisata ini untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Hal ini penting bagi pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung sehingga peran organisasi masyarakat ini menjadi faktor kekuatan dengan bobot skor tertinggi. 9. Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) Kondisi sumberdaya merupakan hal yang sangat penting dan menjadi perhatian bagi wisatawan. Wisatawan tentu lebih menyukai kondisi lingkungan wisata yang asri, bersih, dan teratur. Lingkungan

76 60 yang baik seperti udara yang segar, lingkungan yang bebas dari sampah, laut yang bersih, dan lainnya dapat mendukung aktivitas wisatawan. Sehingga kondisi sumberdaya menjadi faktor kekuatan bagi kawasan wisata Pulau Tidung. 10. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata Pertumbuhan ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat menjadi faktor kekuatan bagi masyarakat untuk dapat terus melakukan pengembangan terhadap kegiatan wisata baik dari segi penyediaan fasilitas pendukung sebagai unit usaha, menambah penyerapan tenaga kerja, sehingga masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraannya secara merata melalui kegiatan wisata di Pulau Tidung. Disamping faktor-faktor kekuatan yang perlu dipertahankan, faktor-faktor kelemahan perlu untuk diperhatikan. Sehingga dapat diidentifikasi strategi yang tepat untuk mengantisipasi kelemahan yang ada. Beberapa faktor kelemahan yang ada di kawasan wisata Pulau Tidung adalah sebagai berikut: b) Faktor strategis kelemahan 1. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata Pulau Tidung Menurut informasi yang didapatkan dari hasil wawancara, belum ada penetapan tarif tiket masuk ke kawasan wisata Pulau Tidung. Menurut para informan, harga tiket masuk ke Pulau Tidung seharusnya perlu untuk ditetapkan agar lebih mudah untuk dikelola sebagai pemasukan bagi kawasan wisata Pulau Tidung. Hal ini menjadi faktor kelemahan yang perlu dipertimbangkan untuk pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung kedepannya. 2. Prasarana (akses transportasi yang terbatas) terhadap kawasan wisata Persepsi wisatawan mengenai prasarana dan akses menuju Pulau Tidung beragam, sebagian wisatawan merasa akses untuk menuju Pulau Tidung sulit. Prasarana atau akses transportasi menuju Pulau

77 61 Tidung juga perlu dibenahi. Saat ini, untuk mengunjungi Pulau Tidung tersedia beberapa kapal dari tiga dermaga berbeda dengan harga tiket kapal yang berbeda. Waktu keberangkatan kapal dirasa masih belum efektif karena hanya pada pagi hari saja menyediakan kapal ke Pulau Tidung, dengan kapasitas kapal yang juga dibatasi. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang menjadi penghalang seperti cuaca, serta biaya operasional kapal. 3. Batasan daya dukung kawasan Kemampuan kawasan yang memiliki batasan dalam mendukung aktivitas wisatawan merupakan sebuah kelemahan yang perlu untuk diperhatikan. Karena pada waktu-waktu tertentu yaitu pada hari libur, jumlah kunjungan wisatawan akan mengalami peningkatan. Perhitungan daya dukung kawasan juga menunjukkan bahwa beberapa area untuk kegiatan wisata snorkeling dan wisata pantai telah mengalami over carrying capacity sehingga perlu untuk dirumuskan strategi untuk mengantisipasi hal ini. 4. Profesionalitas tenaga kerja yang masih rendah dibidang wisata Profesionalitas tenaga kerja dibidang wisata juga merupakan suatu kelemahan yang perlu diperbaiki. Tenaga kerja lokal umumnya hanya mencapai jenjang sekolah menengah pertama. Sehingga masih banyak pengetahuan yang belum diperoleh bagi tenaga kerja lokal dalam kesiapannya dibidang wisata. Profesionalitas tenaga kerja dibutuhkan untuk mampu melayani wisatawan, baik dalam bahasa dan pengetahuan lainnya. Hasil analisis matriks IFE menunjukkan total bobot faktor strategis internal diperoleh dengan nilai 3,12 yang berarti diatas rata-rata (titik tengah) 2,5. Hal ini mengindikasikan bahwa objek wisata Pulau Tidung memiliki posisi internal yang kuat.

78 Matriks Excternal Factor Evaluation (EFE) Faktor-faktor strategis eksternal yang dijabarkan dalam matriks EFE adalah berupa peluang dan ancaman bagi kawasan wisata Pulau Tidung. Hasil analisis ini menunjukkan sejauh mana faktor-faktor strategis berpengaruh terhadap objek wisata Pulau Tidung. Penilaian bobot merupakan perhitungan ratarata penilaian responden terhadap seluruh faktor-faktor strategis eksternal. Rating merupakan penilaian responden dalam pengukuran dan besar pengaruh faktor tersebut terhadap lingkungan objek wisata. Hasil analisis matriks EFE yang didapatkan adalah enam peluang dan tiga ancaman lingkungan eksternal yang dijabarkan dalam matriks EFE pada Tabel 25 dan data lebih jelas disajikan pada Lampiran 9. Tabel 25 Matriks External Factor Evaluation (EFE) kawasan wisata Pulau Tidung Faktor-faktor Strategis Eksternal Bobot Rating Skor Bobot Peluang 1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap 0,14 3 0,42 kegiatan konservasi 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap 0,14 3 0,42 pengembangan kawasan wisata 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu 0,11 3 0,33 4. Potensi pasar wisatawan domestik 0,14 3 0,42 5. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata 0,11 3 0,33 6. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung Ancaman 0,14 3 0,42 1. Potensi pasar wisatawan internasional 0,09 2 0,18 2. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata 0,12 1 0,12 Total 2,64 Berdasarkan Tabel 25 dapat diidentifikasi faktor-faktor eksternal sesuai indikator peluang dan ancaman seperti dibawah ini: a) Faktor strategis peluang 1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap kegiatan konservasi Umumnya bantuan untuk konservasi berupa barang seperti bibit mangrove atau blok jangkar yang diletakkan di area snorkeling agar

79 63 jangkar kapal tidak merusak karang di laut. Hal ini menjadi faktor peluang untuk mendukung kegiatan wisata dan konservasi di Pulau Tidung. 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap pengembangan kawasan wisata Bantuan untuk pengembangan wisata adalah bantuan dalam bentuk uang untuk berbagai kegunaan terkait pengembangan wisata. Bantuan ini diberikan oleh perusahaan dan lembaga-lembaga yang ingin turut membantu pengembangan wisata Pulau Tidung. 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu Adanya pilihan wisata pulau lain merupakan sebuah peluang bagi Pulau Tidung untuk lebih dikenal bagi wisatawan. Apabila wisatawan mengunjungi sebuah pulau lain di Kepulauan Seribu, hal ini memungkinkan bahwa wisatawan tersebut mengetahui bahwa ada beberapa pulau lain di Kepulauan Seribu yang dijadikan kawasan wisata yang salah satunya adalah Pulau Tidung. Wisatawan tentunya dapat merencanakan untuk menjadikan Pulau Tidung sebagai destinasi selanjutnya. 4. Potensi pasar wisatawan domestik Sejauh ini potensi pasar wisatawan domestik cukup besar, banyaknya jumlah kunjungan wisatawan domestik yang berdatangan ke lokasi wisata menunjukkan bahwa potensi ini menjadi sebuah peluang bagi pengembangan kawasan wisata Pulau Tidung. 5. Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata Ketersediaan jumlah tenaga kerja lokal di Pulau Tidung cukup memadai. Hal ini merupakan peluang untuk memperkerjakan masyarakat pada sektor wisata. Hanya perlu pelatihan yang lebih matang untuk tenaga kerja agar profesional dalam pekerjaan terkait wisata.

80 64 6. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang disediakan menjadi sebuah peluang yang penting. Perlu adanya kerjasama bagi pihak pengelola yang telah membangun fasilitas dengan masyarakat lain yang dapat secara bersama untuk menjaga dan merawat fasilitas yang ada. Masyarakat Pulau Tidung dapat dipercaya untuk menjaga dan mengelola bersama fasilitas yang ada sehingga dapat dimanfaatkan secara bersama. b) Faktor strategis ancaman 1. Potensi pasar wisatawan internasional Potensi pasar internasional menjadi sebuah ancaman, hal ini karena dikhawatirkan akan banyak pihak swasta yang ingin mengambil alih pengelolaan dari masyarakat. Apabila pengelolaan diambil alih, peluang tenaga kerja lokal akan berkurang karena pihak swasta akan lebih memilih tenaga kerja yang lebih profesional. Pihak swasta dapat mengubah konsep wisata yang berbasis masyarakat menjadi wisata resort yang manfaat ekonominya lebih banyak dirasakan oleh pihak luar, bukan oleh masyarakat setempat. 2. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata Pencemaran lingkungan akibat aktivitas wisata seperti rusaknya terumbu karang, berkurangnya kuantitas ikan di laut, dan penumpukan sampah di laut maupun di pantai menjadi sebuah ancaman. Ancaman tersebut akan menyebabkan terganggunya aktivitas wisata dan mempengaruhi kepuasan wisatawan. Lingkungan yang tidak bersih, bahkan rusak menyebabkan wisatawan enggan untuk melakukan kunjungan wisata. Selain itu pula kerusakan lingkungan akan berpengaruh terhadap keberlangsungan wisata Pulau Tidung kedepannya.

81 Tahap Pencocokan (Matching Stage) Tahap selanjutnya setelah melakukan tahapan masukan adalah tahap pencocokan (Matching Stage). Tahap pencocokan merupakan tahap perumusan strategi berdasarkan hasil analisis kondisi inteernal dan eksternal kawasan wisata Pulau Tidung. Pada tahapan ini alat analisis yang digunakan adalah matriks Internal-Eksternal (IE) dan matriks SWOT Matriks IE (Internal-External) Matriks IE didasarkan pada perpaduan total skor bobot IFE pada sumbu X dan total skor bobot EFE pada sumbu Y. Pada matriks IFE diperoleh hasil analisis total bobot skor adalah sebesar 3,12. Hasil analisis faktor eksternal pada matriks EFE diperoleh total bobot skor sebesar 2,64. Hasil pemetaan matriks IE menempatkan objek wisata Pulau Tidung berada pada sel IV. Hal ini menunjukkan bahwa objek wisata Pulau Tidung berada pada kondisi tumbuh dan membangun (grow and build). Strategi yang tepat untuk kondisi ini adalah strategi yang intensif dan integratif. Strategi intensif dapat berupa penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk. Sedangkan strategi integratif dapat berupa strategi integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE, pemetaan matriks IE dapat dilihat pada Gambar 5. Skor Bobot Total IFE Skor Bobot Total EFE Kuat 3,0-4,0 Sedang 2,0-2,99 Lemah 1,0-1,99 4,0 3,0 2,0 1,0 Tinggi 3,0-4,0 3,0 I II III Sedang 2,0-2,99 2,0 IV V VI Rendah 1,0-1,99 1,0 VII VIII IX Gambar 5 Matriks IE kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014

82 66 Strategi penetrasi pasar untuk pengelolaan objek wisata Pulau Tidung adalah strategi peningkatan pasar untuk produk dan jasa yang sudah ada saat ini melalui usaha pemasaran yang lebih besar. Usaha yang dilakukan adalah meningkatkan promosi terhadap aktivitas yang sudah tersedia di kawasan wisata Pulau Tidung khususnya di hari biasa (low season). Strategi pengembangan pasar yaitu memperluas informasi mengenai wisata Pulau Tidung ke kota-kota lain selain daerah Jabodetabek. Tujuannya adalah meningkatkan pangsa pasar dengan target yang baru. Promosi yang diberikan fokus kepada penawaran aktivitas wisata yang telah tersedia. Informasi yang diberikan berupa iklan di berbagai media yang memungkinkan akan menarik pengunjung. Sejauh ini promosi mengenai wisata Pulau Tidung dilakukan melalui media internet dan televisi. Promosi mengenai aktivitas wisata di Pulau Tidung perlu diperluas lagi melalui media lain seperti koran, majalah, radio dan lainnya. Pengembangan produk merupakan strategi yang mengupayakan peningkatan kunjungan wisatawan dengan cara memperbaiki maupun memodifikasi penawaran barang dan jasa yang sudah ada saat ini. Guna mengantisipasi over carrying capacity di area tertentu terutama pada saat peak season, perlu dilakukan pengembangan produk, agar konsentrasi wisatawan tidak hanya pada aktivitas wisata snorkeling dan wisata pantai saja. Usaha yang dilakukan seperti pengembangan spot yang berpotensi baik untuk dilakukannya aktivitas wisata snorkeling. Begitu pula untuk aktivitas wisata pantai, Pulau Tidung memiliki pantai di daerah barat yang dapat dikembangkan agar wisatawan tidak hanya menumpuk di Pantai Timur. Aktivitas lain yang dapat dikembangkan berupa wisata outbond, wisata mangrove, wisata memancing, wisata kuliner dan wisata budaya. Paket wisata yang ditawarkan kepada wisatawan harus ditambahkan dengan upaya peduli lingkungan seperti penanaman mangrove dan upaya memelihara terumbu karang serta biota bawah laut lainnya. Selain itu informasi dan edukasi mengenai lingkungan juga perlu agar wisatawan tetap menjaga kelestarian lingkungan di kawasan wisata Pulau Tidung. Strategi integratif terdiri dari integrasi ke depan, intergrasi ke belakang, dan integrasi horizontal. Integrasi ke depan adalah peningkatan kontrol terhadap penyalur, yaitu pihak-pihak yang berperan dalam promosi wisata, seperti travel

83 67 agen yang menyediakan paket wisata untuk wisatawan. Upaya yang dilakukan adalah peningkatan kerjasama antara travel-travel agen baik lokal maupun nonlokal dalam memfasilitasi wisatawan. Pelayanan terhadap wisatawan melalui travel agent harus diperhatikan. Pihak travel agent harus dapat membantu wisatawan memenuhi kebutuhannya selama berwisata. Integrasi ke belakang adalah mendapatkan kepemilikan atau peningkatan kontrol atas pemasok, dalam hal ini adalah stakeholder terkait. Perlu adanya peran dan dukungan dari stakeholder seperti Kelurahan Pulau Tidung, lembaga masyarakat, dan kelompok masyarakat Karang Taruna dalam pengelolaan dan pengembangan wisata. Dukungan tersebut seperti penyediaan fasilitas pendukung, mengadakan pendidikan yang baik bagi masyarakat, mengadakan pelatihan untuk tenaga kerja lokal khususnya dibidang wisata, mengajak masyarakat dan wisatawan untuk dapat menjaga serta melestarikan lingkungan. Integrasi horizontal adalah mendapatkan kepemilikan atau kontrol atas pesaing wisata yang berada di sekitar kawasan wisata Pulau Tidung seperti Pulau Pramuka, Pulau Pari, Pulau Untung Jawa, dan pulau yang diperuntukkan bagi wisata di Kepulauan Seribu. Kawasan wisata Pulau Tidung harus dapat memberikan kepuasan terhadap wisatawan agar dapat bersaing dengan pulau lainnya. Apabila kawasan wisata Pulau Tidung dapat menjaga kualitas pelayanan terhadap wisatawan, kebersihan lingkungan terjaga, serta aktivitas wisatanya sesuai dengan minat wisatawan, maka besar kemungkinan wisatawan akan melakukan kunjungan di masa yang akan datang dan kawasan wisata Pulau Tidung dapat besaing dengan pulau lainnya Matriks SWOT Berbagai alternatif strategi dapat dirumuskan berdasarkan analisis Matriks SWOT. Analisis tersebut merupakan sebuah alat pencocokan empat strategi utama yaitu strategi SO (Strengths-Opportunities), strategi WO (Weakness- Opportunities), strategi ST (Strengths-Threats), dan strategi WT (Weakness- Threats). Matriks ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategis internal dan eksternal yang diperoleh dari hasil analisis matriks IFE dan EFE sebelumnya. Alternatif strategi yang telah dirumuskan dapat dilihat pada Tabel 26.

84 68 Tabel 26 Matriks SWOT kawasan wisata Pulau Tidung Tahun 2014 Eksternal Internal Peluang (Opportunities) 1. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap kegiatan konservasi 2. Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap pengembangan kawasan wisata 3. Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu 4. Potensi pasar wisatawan domestik 5. Jumlah sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata 6. Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah disediakan oleh pengelola Pulau Tidung Ancaman (Threats) 1. Potensi pasar wisatawan internasional 2. Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata Kekuatan (Strengths) 1. Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi, informasi, dan potensi kawasan wisata 2. Posisi dan keterjangkauan yang dekat dengan Kota Jakarta 3. Manajemen pengelolaan kawasan wisata yang berbasis masyarakat 4. Infrastruktur dan jalan yang tersedia di dalam kawasan wisata 5. Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata melalui travel agent dan pemerintah 6. Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata 7. Kelengkapan fasilitas pendukung tersedia di kawasan wisata 8. Peran organisasi atau lembaga masyarakat yang cukup banyak dalam pengelolaan wisata 9. Kondisi sumberdaya (keasrian, kebersihan dan kealamian pantai, laut, dan terumbu karang) 10. Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata Strategi S-O 1. Mempertahankan dan meningkatkan sistem pengelolaan wisata yang berbasis masyarakat (S1, S3, S8, O2, O6) 2. Kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat, dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan kawasan wisata serta memelihara fasilitas yang telah disediakan (S1, S3, S4, S7, S8, S9, O1, O2, O6) 3. Meningkatkan promosi terutama pada aktivitas wisata di area baru dan pilihan aktivitas baru terutama saat low season (S2, S4, S5, S6, S7, S10, O2, O3, O4) Strategi S-T 1. Peningkatan edukasi dan informasi oleh pengelola untuk masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, dan keasrian kawasan wisata (S1, S3, S8, S9, T2) Kelemahan (Weakness) 1. Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata 2. Prasarana (akses transportasi yang terbatas) terhadap kawasan wisata 3. Batasan dan daya dukung kawasan 4. Profesionalitas tenaga kerja yang rendah wisata dibidang Strategi W-O a) Mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu pada saat peak season (W3, O1, O2, O3, O6) b) Menetapkan paket wisata (dikelola oleh travel agent) yang menarik minat wisatawan (W1, W2, O3, O4) Strategi W-T 1. Mempersiapkan profesionalitas para pekerja (tenaga kerja lokal) dibidang wisata melalui pelatihan (W4, T1)

85 69 Berdasarkan hasil Matriks SWOT yang telah dijabarkan pada Tabel 26, didapat beberapa alternatif strategi pengembangan Kawasan Wisata Pulau Tidung sebagai berikut: 1. Strategi SO (Strengths-Opportunities) Strategi SO (Strengths-Opportunities) merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan internal kawasan wisata Pulau Tidung untuk mengambil manfaat dan keuntungan dari peluang eksternal. Strategi yang dapat diterapkan oleh Kawasan Wisata Pulau Tidung yaitu : a) Mempertahankan dan meningkatkan sistem pengelolaan wisata yang berbasis masyarakat Strategi ini adalah upaya untuk mempertahankan sistem pengelolaan yang telah dilakukan. Pengelolaan kawasan wisata Pulau Tidung saat ini adalah berbasis masyarakat lokal, dengan bantuan lembaga dan organisasi masyarakat serta pengawasan dan dukungan dari pemerintah. Pengelolaan seperti ini sudah cukup baik, sehingga para pengelola harus mempertahankan sistem ini. Namun kerjasama yang baik antar pihak pengelola harus ditingkatkan, hak dan kewajiban para stakeholder harus jelas sehingga para pengelola mengetahui tugas apa saja yang harus dipenuhi dalam pengelolaan kawasan wisata di Pulau Tidung. Masyarakat sebagai pelaku unit usaha dan tenaga kerja harus didukung oleh pemerintah dan organisasi masyarakat. Dukungan dapat berupa penyediaan fasilitas pendukung, pengadaan pelatihan bahasa dan keterampilan untuk tenaga kerja lokal. b) Kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat, dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan kawasan wisata serta memelihara fasilitas yang telah disediakan Peran para pengelola, masyarakat, dan wisatawan sangat penting demi keberlanjutan suatu kawasan wisata. Salah satu contohnya adalah dalam menjaga kelestarian dan kebersihan sumberdaya dan lingkungan di kawasan wisata. Kesadaran dari semua pihak sangat diperlukan, para pihak yang terlibat dalam

86 70 aktivitas wisata harus bekerja sama untuk menjaga dan memelihara kelestarian lingkungan agar dapat mencegah serta meminimalisir terjadinya degradasi lingkungan. Selain itu, pihak pengelola harus melengkapi fasilitas yang dibutuhkan untuk aktivitas wisata. Perlu ada penambahan tempat sampah dan mengatur letak yang tepat agar mudah dijangkau oleh masyarakat dan wisatawan, sehingga tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan kawasan wisata. Perlu dukungan dan kerjasama masyarakat dan wisatawan dalam menjaga fasilitas yang telah dibangun. c) Meningkatkan promosi terutama pada aktivitas wisata di area baru dan pilihan aktivitas baru terutama saat low season Pemasaran dilakukan untuk mengetahui kondisi pasar dengan baik, sehingga dapat diketahui produk dan jasa wisata apa yang diminati oleh pasar. Target pasar wisata Pulau Tidung adalah wisatawan usia muda dan keluarga, karena beberapa aktivitas wisata yang disediakan cocok dan diminati oleh target. Promosi yang perlu dilakukan adalah harus lebih fokus terhadap penawaran aktivitas wisata yang sesuai dengan keinginan pasar. Promosi terhadap area baru untuk aktivitas wisata pantai dan snorkeling yang berpotensi untuk dikembangkan, seperti pengembangan Pantai Barat dan beberapa area snorkeling. Promosi terhadap aktivitas selain wisata pantai dan snorkeling lebih diperluas lagi, sehingga wisatawan memiliki banyak pilihan aktivitas selain kedua aktivitas tersebut. Promosi yang dilakukan juga lebih difokuskan untuk hari-hari biasa diluar peak season dimana kondisi kawasan wisata Pulau Tidung tidak terlalu ramai melalui penawaran harga yang lebih murah di saat low season. 2. Strategi WO (Weakness-Opportunities) Strategi WO (Weakness-Opportunities) adalah strategi yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal kawasan wisata Pulau Tidung dengan memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah:

87 71 a) Mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu pada saat peak season Kegiatan wisata yang sangat digemari selain wisata pantai wisata snorkeling, wisata ini membutuhkan spot yang baik agar dapat melihat keindahan pantai dan bawah laut. Pulau Tidung memiliki spot yang cukup ramai dikunjungi oleh wisatawan yaitu di Dermaga Cinta, Pulau Tidung Kecil, dan Pulau Payung untuk aktivitas snorkeling dan Pantai Timur untuk kegiatan wisata pantai. Masih banyak area snorkeling lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan. Area-area tersebut perlu untuk dikembangkan, sehingga dapat mengurangi kepadatan di area yang telah over carrying capacity. Lokasi Pantai Barat di Pulau Tidung juga memiliki potensi untuk dikembangkan, sehingga wisatawan memiliki pilihan lokasi untuk wisata pantai selain di Pantai Timur. Hal tersebut juga dapat mengurangi kepadatan di Pantai Timur. Aktivitas baru yang dapat menarik minat wisatawan perlu dikembangkan untuk mengurangi potensi over carrying capacity. Beberapa aktivitas wisata lainnya yang berpotensi untuk dikembangkan di Pulau Tidung adalah wisata memancing, wisata mangrove, outbond, dan wisata kuliner. Hal ini perlu untuk dikembangkan sebagai alternatif wisata selain wisata pantai dan snorkeling. Upaya ini pula dapat menjadi peluang usaha baru bagi masyarakat, seperti mengembangkan unit usaha rumah makan khas hidangan laut, unit usaha penyewaan alat memancing, penyewaan peralatan outbond, industri olahan makanan laut, kerajinan souvenir, dan pengembangan unit usaha lainnya. Strategi ini dapat membantu meningkatkan pendapatan unit usaha dan penyerapan tenaga kerja lokal melalui pengembangan unit usaha terkait aktivitas wisata tersebut. b) Menetapkan paket wisata (dikelola oleh travel agent) yang menarik minat wisatawan. Paket wisata yang ditawarkan oleh travel agent harus dibenahi, para travel agent harus cermat dalam menentukan penyediaan jasa paket wisata kepada wisatawan. Paket wisata yang ditawarkan dapat tetapkan sesuai dengan segmen pasar. Sebagai contoh paket wisata untuk keluarga dibedakan dengan paket wisata rombongan pelajar atau mahasiswa. Harga yang ditetapkan dan fasilitas yang

88 72 didapatkan oleh wisatawan harus sesuai. Sehingga wisatawan merasa puas dengan produk dan jasa yang ditawarkan. Misalnya paket wisata sudah termasuk biaya untuk aktivitas wisata mangrove, selain itu wisatawan memperoleh welcome drink atau souvenir berupa buku panduan wisata dan edukasi lingkungan. Paket wisata yang ditawarkan juga perlu ditambahkan dengan unsur edukasi mengenai lingkungan dan konservasi. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah memberikan harga paket wisata yang lebih murah untuk aktivitas wisata baru. Sebagai contoh, memberikan penawaran dengan harga lebih murah untuk wisata outbond dan wisata mangrove, dan menaikkan harga penyewaan alat snorkeling khusus pada saat peak season. Hal tersebut dapat mengurangi kepadatan untuk aktivitas snorkeling namun wisatawan memiliki alternatif aktivitas wisata lain yang menarik. 3. Strategi ST (Strengths-Threats) Strategi ST (Strengths-Threats) merupakan yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari dang mengurangi dampak dari ancaman eksternal. Strategi yang dapat diterapkan yaitu : a) Peningkatan edukasi dan informasi oleh pengelola untuk masyarakat dan wisatawan dalam menjaga kelestarian lingkungan, kebersihan, dan keasrian kawasan wisata Kelestarian lingkungan, keasrian dan kebersihan kawasan wisata penting untuk dijaga. Keberlangsungan kegiatan wisata dimasa akan datang bergantung kepada keadaan sumberdaya dan lingkungan di kawasan wisata. Tugas untuk menjaga kelestarian lingkungan bukan hanya untuk pihak pengelola, perlu ada kerjasama yang baik dan dukungan dari masyarakat dan wistawan. Perlu adanya ajakan dari pihak pengelola kepada masyarakat dan wisatawan terkait informasi dan edukasi mengenai lingkungan. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah menambahkan ajakan untuk menjaga lingkungan di papan petunjuk arah atau di ruang iklan wisata Pulau Tidung. Pihak pengelola dapat mengajak masyarakat secara langsung untuk menjaga kelestarian lingkungan wisata yang sekaligus menjadi tempat tinggal masyarakat. Edukasi dan informasi mengenai lingkungan

89 73 pula dapat dirangkum kedalam paket wisata sehingga pada saat wisatawan melakukan aktivitas wisata, pemandu wisata memberikan informasi mengenai kondisi dan sejarah kawasan wisata serta edukasi mengenai lingkungan. 4. Strategi WT (Weakness-Threats) Strategi WT (Weakness-Threats) merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal di kawasan wisata Pulau Tidung. Alternatif strategi yang dapat diterapkan adalah : a) Mempersiapkan dan mengelola profesionalitas para pekerja (tenaga kerja lokal) dibidang wisata melalui pelatihan Pulau Tidung dihuni oleh kurang lebih empat ribu jiwa, mayoritas pekerjaan masyarakat Pulau Tidung adalah nelayan dengan tingkat pendidikan rata-rata adalah di bangku sekolah menengah pertama. Sejak kawasan ini menjadi objek wisata, banyak masyarakat yang menjadikan sektor wisata untuk menambah pendapatan melalui usaha dibidang wisata atau pekerjaan sampingan. Kegiatan wisata di Pulau Tidung memerlukan kesiapan dari berbagai aspek, salah satunya adalah profesionalitas para tenaga kerja. Pekerja memerlukan keterampilan khusus dalam memenuhi kebutuhan wisatawan, termasuk didalamnya pengetahuan dan informasi yang cukup, sikap ramah terhadap tamu, dan yang terpenting adalah kemampuan berbahasa yang baik. Pihak pengelola wisata bersama pemerintah perlu untuk membimbing para pelaku usaha dan tenaga kerja. Bimbingan dapat dilakukan melalui pelatihan khusus, seperti pelatihan bahasa inggris, pelatihan pengembangan usaha, keterampilan dan kerajinan pembuatan souvenir, dan lainnya. Hal ini penting untuk pengembangan wisata berbasis masyarakat seperti di Pulau Tidung, agar masyarakat dapat terus berperan dalam kegiatan wisata ini dan tidak diambil alih oleh pihak-pihak luar yang ingin memanfaatkan keuntungan dari kegiatan wisata di lokasi tersebut.

90 74

91 75 VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan 1. Kebocoran yang terjadi di Pulau Tidung adalah senilai Rp dengan persentase pengeluaran di luar kawasan yang terbesar yaitu biaya transportasi dengan persentase 34,47% dari nilai kebocoran. Perhitungan dampak ekonomi yang diperoleh dari nilai Keynesian Income Multiplier adalah sebesar 1,7. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I dan II adalah 1,5 dan 1,6. Nilai Multiplier Effect 1 menunjukkan bahwa keberadaan objek wisata memberikan pengaruh dampak ekonomi yang cukup besar terhadap perekonomian masyarakat lokal. 2. Hasil perhitungan daya dukung untuk aktivitas wisata snorkeling di ketiga lokasi yaitu Dermaga Cinta, Pulau Tidung Kecil, dan Pulau Payung adalah 158 orang/hari, sementara itu untuk aktivitas wisata pantai di Pantai Timur adalah 130 orang/hari. Secara general, jumlah rata-rata kunjungan wisatawan per hari melebihi daya dukung yang tersedia. Melalui pengamatan di lokasi dan informasi dari pihak pengelola, kondisi saat low season dan peak season jauh berbeda. Pada saat hari kerja, jumlah kunjungan wisatawan jauh lebih sedikit dibandingkan saat akhir pekan atau hari libur. Dapat disimpulkan, beberapa area yang digunakan untuk aktivitas wisata snorkeling dan wisata pantai sudah tergolong over carrying capacity disaat peak season. 3. Berdasarkan dampak ekonomi dan analisis daya dukung, faktor-faktor strategis internal dan eksternal berada pada kuadran IV matriks IE dimana kegiatan wisata di kawasan wisata Pulau Tidung berada pada kondisi tumbuh dan membangun (grow and build). Hasil analisis SWOT terbentuk formulasi strategi pengelolaan objek wisata Pulau Tidung, diantaranya: mempertahankan dan meningkatkan sistem pengelolaan wisata yang berbasis masyarakat; kerjasama antara pihak pengelola, masyarakat, dan wisatawan dalam menjaga kelestarian sumberdaya dan lingkungan kawasan wisata serta memelihara fasilitas yang telah disediakan; meningkatkan promosi terutama pada aktivitas wisata di area baru dan pilihan aktivitas baru terutama saat low season; mengembangkan potensi area dan aktivitas wisata baru di Pulau

92 76 Tidung untuk menghindari over carrying capacity di titik-titik area kawasan tertentu pada saat peak season; dan mempersiapkan profesionalitas para pekerja (tenaga kerja lokal) dibidang wisata melalui pelatihan. 7.2 Saran 1. Perlu dikembangkannya unit usaha yang menarik minat wisatawan guna menambah proporsi pengeluaran wisatawan di dalam kawasan wisata. Hal ini bertujuan untuk mengurangi proporsi kebocoran yang disebabkan pengeluaran wisatawan di luar kawasan wisata. Pengembangan unit usaha yang dapat diupayakan seperti unit usaha rumah makan khas hidangan laut, unit usaha yang terkait aktivitas wisata misalnya wisata outbond, memancing, mangrove, water sport dan lainnya. 2. Perlu dikembangkan lokasi yang berpotensi untuk aktivitas wisata seperti beberapa area snorkeling yang berbeda, Pantai Barat, dan lokasi untuk aktivitas wisata lainnya. Perlu juga dikembangkan aktivitas wisata baru selain wisata snorkeling dan wisata pantai agar wisatawan memiliki banyak pilihan. Hal tersebut bertujuan agar wisatawan dapat menyebar dengan aktivitas yang berbeda dan mengurangi kepadatan hanya dititik-titik tertentu. Aktivitas lain yang perlu dikembangkan adalah aktivitas wisata yang melibatkan edukasi lingkungan seperti penanaman karang dan penanaman mangrove. 3. Tata letak homestay, tempat makan, dan perumahan penduduk harus diatur di lokasi yang tepat agar tidak mengganggu kenyamanan wisatawan dalam melakukan aktivitas wisata. Keasrian, keindahan dan kealamian lokasi yang digunakan untuk aktivitas wisata seperti Dermaga Cinta, Pulau Payung, dan Pulau Tidung Kecil harus terus dijaga. Perumahan warga dan prasarana homestay sebaiknya tidak dikembangkan di lokasi aktivitas wisata tersebut. Agar wisatawan dapat menikmati panorama pantai dan alam sekitarnya tanpa terganggu oleh aktivitas lain. Sementara itu kealamian lingkungannya tidak terganggu oleh pembangunan perumahan warga, homestay, maupun bangunan lainnya. 4. Promosi lebih difokuskan terhadap penawaran aktivitas baru selain wisata snorkeling dan wisata pantai yang dapat menarik minat wisatawan. Promosi

93 77 juga difokuskan terhadap kondisi season. Harga paket wisata yang lebih murah pada saat low season diharapkan dapat meningkatkan kunjungan. 5. Pihak pengelola dan pemerintah perlu bekerjasama untuk membimbing para pelaku usaha dan tenaga kerja lokal. Bimbingan dapat dilakukan melalui pelatihan khusus seperti pelatihan bahasa inggris. Pelatihan pengembangan usaha keterampilan dan kerajinan untuk souvenir, dan produksi olahan makanan khas laut. Olahan makanan seperti dari rumput laut, ikan, udang, dan lainnya dapat dijadikan buah tangan bagi wisatawan. Pihak pengelola dan pemerintah juga perlu untuk mengawasi kebersihan produk khususnya makanan agar wisatawan sebagai konsumen tidak ragu untuk membeli produk olahan masyarakat tersebut. 6. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai dampak ekonomi di pulau resort yang merupakan pulau wisata dengan pengelolaan bukan berbasis masyarakat. Hal ini untuk melihat sistem pengelolaan pada pulau resort guna menjadi gambaran bagi Pulau Tidung dalam pengelolaan dan pengembangan wisata.

94 78

95 79 DAFTAR PUSTAKA Azis, A Analisis Kelayakan Kawasan Wisata Bahari Menggunakan Aplikasi Delphi. [internet]. [diakses pada 12 November 2009]. [BPS] Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu Kepulauan Seribu dalam Angka Jakarta (ID): BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu [BPS] Badan Pusat Statistik Kepulauan Seribu Kepulauan Seribu dalam Angka Jakarta (ID): BPS Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu [BPS] Badan Pusat Statistik Pariwisata. Jakarta: Badan Pusat Statistik Republik Indonesia Dahuri, R., Rais, Y., Putra, S.G., Sitepu, M.J Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: PT. Pradnya Paramita David, F.R Strategic Management. Jakarta (ID): Penerbit Salemba Empat Ekayani M dan Nuva Economics of ecotourism. Di dalam: Kim, Seong-il, Mihee Kang, Dian Sukmajaya, editor. Opportunities and challenges of ecotursim in ASEAN countries. Seoul (ID): Depatment of Forest Sciences, College of Agriculture and Life Sciences, Seoul National University, hlm Hadiwijoyo, S Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat; Sebuah Pendekatan Konsep. Yogyakarta: Graha Ilmu Ismayanti Pengantar Pariwisata. Jakarta: Penerbit Pt.Grasindo Katalinga, G Analisis Ekonomi dan Daya Dukung Pengembangan Ekowisata Pulau Pari Kepulauan Seribu Jakarta. Bogor: FEM IPB Kelurahan Pulau Tidung Laporan Tahunan Jakarta: Kelurahan Pulau Tidung

96 80 [Kemenparekraf] Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Laporan Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Jakarta: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Keraf Dimensi Budaya Ekologi Pesisir Dalam Pengembangan Wisata Bahari. Denpasar: Naskah Seminar, Denpasar Kajian Budaya Universitas Udayana Ketjulan R Analisis Kesesuaian dan Daya Dukung Ekowisata Bahari Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana IPB [KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan Kelautan dan Perikanan dalam Angka. Jakarta : Kementerian Kelautan dan Perikanan Kusumastanto,T OCEAN POLICY dalam Membangun Negeri Bahari di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Pt. Gramedia [META] Marine Ecotourism for Atlantic Area Planning for marine ecotourism in the EU Atlantic Area. Bristol (ID): University vof the West of England Nasution, S Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara Nugroho, I Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Nurisyah, S Rencana Pengembangan Fisik Kawasan Wisata Bahari di Wilayah Pesisir Indonesia. Buletin Taman dan Lanskap Indonesia. Perencanaan, Perancangan dan Pengelolaan, Volume 3, Nomor 2, Bogor: Studio Arsitektur Pertamanan Fakultas Pertanian IPB Bogor Nuva Analisis Strategi dan Peranserta Masyarakat dalam Pengembangan Wisata Bahari Tiram Ulakan di Kecamatan Ulakan Tapakis Kabupaten Padang Pariama. Bogor: Fakultas Pertanian IPB Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 123 Tahun Jakarta: Dinas Komunikasi, Informatika, dan Kehumasan Pemprov DKI Jakarta

97 81 Pitana, I. dan Surya, I Pengantar Ilmu Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit Andi Pitana, I dan Gayatri, P.G Sosiologi Pariwisata. Kajian Sosiologis terhadap Struktur, Sistem, dan Dampak Dampak Pariwisata. Edisi pertama, Yogyakarta: ANDI Rajab, M.A., Fahruddin, A., Setyobudiandi, I Daya Dukung Perairan Liukang Loe untuk Aktivitas Ekowisata Bahari [jurnal]. Bogor: FPIK IPB Rangkuti, F Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis: Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Terumbu Karang Jakarta Pengamatan Jangka Panjang Terumbu Karang Kepulauan Seribu ( ). Jakarta (ID): Yayasan Terumbu Karang Indonesia Undang Undang Kepariwisataan Yogyakarta: Pustaka Yustisia Vanhove, N The Economics of Tourism Destinations, Elsevier Butterworth: Heinemann Weaver, D dan Opperman, M. (2000). Tourism Management. Australia: John Wiley & Sons Australia, Ltd Wijayanti, P Analisis Ekonomi dan Kebijakan Pengelolaan Wisata Alam Berbasis Masyarakat Lokal di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB Yulianda, F Ekowisata Bahari sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumber Daya Pesisir Berbasis Konservasi. Bogor (ID): FPIK IPB Yulianda, F., Fahrudin, A., Adrianto, L., Hutabarat, A., Harteti, S., Kusharjani., Kang, H Pengelolaan Pesisir dan Laut Secara Terpadu. Bogor (ID):Pusdiklat-Kehutanan-Departemen Kehutanan RI Secem- Korea International Coorperation Agency

98 82

99 LAMPIRAN

100

101 85 Lampiran 1 a. Peta lokasi penelitian Sumber: diakses pada 6 Maret 2015 b. Peta titik area aktivitas yang diteliti Sumber: Citra ALOS, 2009

102 Lampiran 2 Proporsi pengeluaran wisatawan kawasan wisata Pulau Tidung (Rp) No responden Biaya (Rp) B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B Total

103 87 No responden Biaya (Rp) B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B Total Rata-rata Proporsi 34,47 5,68 16,26 25,36 6,59 9,49 1,55 0, Total

104 Keterangan : B1 = Transportasi dan parkir B5 = Souvenir/oleh-oleh B2 = Konsumsi dari rumah B6 = Penyewaan sepeda/alat snorkeling B3 = Konsumsi di dalam kawasan B7 = Dokumentasi B4 = Penginapan B8 = Toilet umum 88

105 89 Lampiran 3 Rincian pengeluaran unit usaha per bulan di kawasan wisata Pulau Tidung (Rp) No I B1 B2 B3 B4 B5 Total pengeluaran (i) Pendapatan (j) Jenis unit usaha responden (a) (b) (c) (d) (e) (f) (i = b+c+d+e+f) (j = a-i) 1 Homestay Homestay Homestay Homestay Homestay Homestay Total Rata-rata toko souvenir toko souvenir Total Rata-rata Becak motor Becak motor Becak motor Total Rata-rata

106 90 No I B1 B2 B3 B4 B5 Total pengeluaran (i) Pendapatan (j) Jenis unit usaha responden (a) (b) (c) (d) (e) (f) (i = b+c+d+e+f) (j = a-i) 12 Penyewaan sepeda Penyewaan Sepeda penyewaan alat snorkeling penyewaan alat snorkeling Penyewaan alat snorkeling Total Rata-rata Usaha catering Usaha catering Usaha catering Usaha catering Usaha catering Total Rata-rata Warung makan Warung makan Warung makan Warung makan Warung makan Total Rata-rata

107 91 No I B1 B2 B3 B4 B5 Total pengeluaran (i) Pendapatan (j) Jenis unit usaha responden (a) (b) (c) (d) (e) (f) (i = b+c+d+e+f) (j = a-i) 27 Pedagang otak-otak Pedagang es kelapa muda Pedagang es krim Total Rata-rata Travel agen Travel agen Total Rata-rata Cafe Total Rata-rata Toilet Umum Total Rata-rata Keterangan : I = Penerimaan per bulan B3 = Biaya operasional B1 = Biaya upah karyawan B4 = Biaya transportasi B2 = Biaya input B5 = Biaya kebersihan

108 92 Lampiran 4 Rata-rata pengeluaran unit usaha per bulan di kawasan wisata Pulau Tidung (Rp) Jenis unit usaha Biaya upah karyawan Rata-rata pengeluaran di dalam kawasan per bulan Biaya Biaya Biaya bahan baku operasional transportasi Biaya kebersihan Jumlah (a) Jumlah unit usaha (b) Total pengeluaran di dalam kawasan (c=a*b) Homestay Toko souvenir Becak motor Penyewaan sepeda + alat snorkeling Usaha catering Warung makan Pedagang kaki lima Travel agent Cafe Toilet umum

109 93 Lampiran 5 Pendapatan tenaga kerja lokal kawasan wisata Pulau Tidung No responden Pekerjaan Pendapatan per bulan (Rp) 1 Penjaga tiket Penjaga tiket Rata-rata ABK kapal wisata ABK kapal wisata Rata-rata Tukang parkir Rata-rata Pegawai homestay Pegawai homestay Pegawai homestay Pegawai homestay Rata-rata Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Rata-rata Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Rata-rata Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Rata-rata Pegawai travel agent Pegawai travel agent Pegawai travel agent Rata-rata

110 94 No responden Pekerjaan Pendapatan per bulan (Rp) 31 Pegawai cafe Pegawai cafe Pegawai cafe Pegawai cafe Pegawai cafe Rata-rata

111 Lampiran 6 Pengeluaran tenaga kerja perbulan di kawasan wisata Pulau Tidung (Rp) No responden Tenaga Kerja B1 B2 B3 B4 B5 Total 1 Penjaga tiket Penjaga tiket Rata-rata Proporsi 90% 0% 10% 0% 0% 100% 3 ABK kapal wisata ABK kapal wisata Rata-rata Proporsi 72% 8% 12% 6% 2% 100% 5 Tukang parkir Rata-rata Proporsi 83% 0% 4% 10% 2% 100% 6 Pegawai homestay Pegawai homestay Pegawai homestay Pegawai homestay Rata-rata Proporsi 85% 2% 8% 4% 1% 100% 95

112 No responden Tenaga Kerja B1 B2 B3 B4 B5 Total 10 Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Pegawai penyewaan alat snorkeling Rata-rata Proporsi 88% 0% 10% 1% 0% 100% 15 Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Pegawai usaha catering Rata-rata Proporsi 92% 0% 8% 0% 0% 100% 20 Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Pegawai warung makan Rata-rata Proporsi 84% 2% 10% 3% 1% 100% 96

113 No responden Tenaga Kerja B1 B2 B3 B4 B5 Total 28 Pegawai travel agen Pegawai travel agen Pegawai travel agen Rata-rata Proporsi 82% 0% 6% 9% 2% 100% 31 Pegawai cafe Pegawai cafe Pegawai cafe Pegawai cafe Pegawai cafe Rata-rata Proporsi 85% 3% 8% 4% 1% 100% 97 Keterangan : B1 = Biaya konsumsi sehari-hari B2 = Biaya sekolah anak B3 = Biaya transportasi B4 = Biaya listrik B5 = Biaya kebersihan

114 98 Lampiran 7 Perhitungan efek pengganda E = Rp D = Rp N = Rp U = Rp Total Pengeluaran di lokasi (a) = Rp Rata-rata total kunjungan per bulan (b) = Rata-rata kunjungan per tahun = = Total pengeluaran (E) = a x b = Rp Keynesian Income Multiplier = D+N+U = 1,7 E Ratio Income Multiplier Tipe I = D+N = 1,5 D Ratio Income Multiplier Tipe II = D+N+U = 1,6 D

115 99 Lampiran 8 Pembobotan Faktor Internal No Faktor Strategis Internal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Total Bobot Total Bobot Total Bobot Total Bobot Total Bobot 1 Pengetahuan masyarakat lokal akan kondisi kawasan wisata 23 0, , , , ,05 2 Posisi dan keterjangkauan kawasan wisata oleh wisatawan 20 0, , , , ,06 3 Manajemen pengelolaan kawasan wisata 31 0, , , , ,08 4 Belum ada penetapan tarif tiket masuk kawasan wisata 23 0, , , , ,06 5 Prasarana (akses transportasi) terhadap kawasan wisata 19 0, , , , ,06 6 Infrastruktur dan jalan di dalam kawasan wisata 20 0, , , , ,08 7 Strategi pemasaran dan promosi kawasan wisata 31 0, , , , ,08 8 Peningkatan jumlah kunjungan ke kawasan wisata 27 0, , , , ,08 9 Kelengkapan fasilitas pendukung dikawasan wisata 28 0, , , , ,08 10 Peran organisasi atau lembaga masyarakat dalam pengelolaan 34 0, , , , ,09 11 Batasan dan daya dukung kawasan 20 0, , , , ,05 12 Kondisi sumberdaya (keeasrian, kebersihan dan kealamian pantai, 34 0, , , , ,09 13 Pertumbuhan ekonomi yang berasal dari aktivitas wisata 29 0, , , , ,07 14 Profesionalitas tenaga kerja dibidang wisata 25 0, , , , ,07 Total Keterangan : Responden 1 : Kesmas Kelurahan Pulau Tidung Responden 4 : Tokoh masyarakat Pulau Tidung Responden 2 : Seksi Ekonomi (LPM) Responden 5 : Pengelola travel agent Responden 3 : BPH (Karang Taruna)

116 100 Lampiran 9 Pembobotan Faktor Eksternal No Faktor Strategis Internal Responden 1 Responden 2 Responden 3 Responden 4 Responden 5 Total Bobot Total Bobot Total Bobot Total Bobot Total Bobot 1 Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap 14 0, , , , ,13 2 Adanya bantuan dana dari lembaga swasta (pihak luar) terhadap 14 0, , , , ,13 3 Adanya pilihan wisata ke pulau lain di sekitar Kepulauan Seribu 18 0, , , , ,09 4 Potensi pasar wisatawan domestik 16 0, , , , ,15 5 Potensi pasar wisatawan internasional 13 0, , , , ,09 6 Jumlah Sumberdaya manusia yang bekerja di bidang wisata 10 0, , , , ,13 7 Keikutsertaan masyarakat dalam memelihara fasilitas yang telah 15 0, , , , ,16 8 Pencemaran di lingkungan kawasan akibat aktivitas wisata 14 0, , , , ,11 Total Keterangan : Responden 1 : Kesmas Kelurahan Pulau Tidung Responden 4 : Tokoh masyarakat Pulau Tidung Responden 2 : Seksi Ekonomi (LPM) Responden 5 : Pengelola travel agent Responden 3 : BPH (Karang Taruna)

117 Pelabuhan Dinas Perhubungan Aktivitas snorkeling Jembatan Cinta Pantai Timur Pulau Tidung Pantai Barat Pulau Tidung Dermaga Cinta 101 Lampiran 10 Dokumentasi

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU Urip Rahmani 1), Riena F Telussa 2), Amirullah 3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan USNI Email: urip_rahmani@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG

ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG Reka Loka PWK - Itenas No.x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Januari 2013 ANALISIS DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP PENDAPATAN MASYARAKAT DI PULAU TIDUNG ACHADIAT DRITASTO, IR., MT.

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN

ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN ANALISIS KESESUAIAN DAN DAYA DUKUNG EKOWISATA BAHARI PULAU HARI KECAMATAN LAONTI KABUPATEN KONAWE SELATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA ROMY KETJULAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk pemanfaatan sumberdaya pesisir dan lautan adalah melalui pengembangan kegiatan wisata bahari. Berbicara wisata bahari, berarti kita berbicara tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian berlokasi di Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan yang berada di kawasan Taman Wisata Perairan Gili Matra, Desa Gili Indah,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pariwisata di Indonesia merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang potensial untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian nasional di masa kini dan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga.

BAB I PENDAHULUAN. September Matriks Rencana Tindak Pembangunan Jangka Menengah per Kementerian/Lembaga. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan sektor pariwisata sebagai salah satu sektor andalan pembangunan perekonomian nasional, merupakan peran yang signifikan. Secara nasional, sektor pariwisata

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab III. III. III. IV. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 5 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir pulau kecil pada umumnya memiliki panorama yang indah untuk dapat dijadikan sebagai obyek wisata yang menarik dan menguntungkan, seperti pantai pasir putih, ekosistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia yang memiliki kekayaan sumberdaya alam dan lingkungan yang melimpah dengan jumlah total pulau mencapai 17.508 pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pulau-Pulau Kecil 2.1.1 Karakteristik Pulau-Pulau Kecil Definisi pulau menurut UNCLOS (1982) dalam Jaelani dkk (2012) adalah daratan yang terbentuk secara alami, dikelilingi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Sibolga terletak di kawasan pantai Barat Sumatera Utara, yaitu di Teluk Tapian Nauli. Secara geografis, Kota Sibolga terletak di antara 01 0 42 01 0 46 LU dan

Lebih terperinci

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo

Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Jurnal Ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan 2016, Vol. 5, No. 2, 136-143 Analisis Dampak Ekonomi Wisata Hiu Paus Terhadap Pendapatan Masyarakat Batubarani Gorontalo Eduart Wolok * Universitas Negeri Gorontalo

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Lombok Barat-Propinsi Nusa Tenggara Barat, yaitu di kawasan pesisir Kecamatan Sekotong bagian utara, tepatnya di Desa Sekotong

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar yang diperkirakan memiliki kurang lebih 17 504 pulau (DKP 2007), dan sebagian besar diantaranya adalah pulau-pulau kecil

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU ANALISIS EKOSISTEM TERUMBU KARANG UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KELURAHAN PANGGANG, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU INDAH HERAWANTY PURWITA DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak di daerah tropis yang memiliki karakteristik kekayaan hayati yang khas dan tidak dimiliki oleh daerah lain di dunia. Keanekaragaman jenis flora dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan sumber pertumbuhan baru bagi bangsa Indonesia untuk keluar dari cengkeraman krisis ekonomi.

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS

KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS KAJIAN POTENSI UNTUK EKOWISATA DI PANTAI TANGSI KABUPATEN LOMBOK TIMUR NUSA TENGGARA BARAT DENGAN MENGGUNAKAN SWOT ANALISIS Wildan Rayadi 1 1 PT. Semen Jawa (Siam Cement Group) Jl. Pelabuhan 2 Km 11 Desa

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan

METODE PENELITIAN. Menyan. Hal ini dilakukan karena dermaga tersebut menjadi pusat kegiatan 32 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kawasan wisata bahari sekitar Teluk Ratai. Lokasi yang menjadi fokus penelitian ini adalah Dermaga Ketapang yang berada di Desa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah. Olehkarenanya, sektor ini menjadi sangat potensial untuk dikembangkan TINJAUAN PUSTAKA Pariwisata dan Ekowisata Data menunjukkan bahwa sektor pariwisata di Indonesia telah memilikikontribusi ekonomi yang cukup penting bagi kegiatan pembangunan. Olehkarenanya, sektor ini

Lebih terperinci

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM 111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal

Lebih terperinci

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan 31 BAB III METODOLOGI 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lanskap wisata TNB, Sulawesi Utara tepatnya di Pulau Bunaken, yang terletak di utara Pulau Sulawesi, Indonesia. Pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta

BAB I PENDAHULUAN ,05 Juta ,23 Juta ,75 Juta ,31 Juta ,23 Juta JUTA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena yang terjadi saat ini yaitu masyarakat Indonesia menunjukkan minat yang semakin besar dalam menjelajah sektor pariwisata global. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di seluruh dunia (Akhyaruddin, 2012). Banyak orang mulai

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat di seluruh dunia (Akhyaruddin, 2012). Banyak orang mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata bahari merupakan sebuah tren wisata yang saat ini sedang berkembang pesat di seluruh dunia (Akhyaruddin, 2012). Banyak orang mulai melakukan jenis wisata ini.

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA

ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA i ANALISIS EKONOMI DAN DAYA DUKUNG PENGEMBANGAN EKOWISATA PULAU PARI KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA GENYAS KATALINGA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita Menurut Vanhove (2005) dampak ekonomi kegiatan wisata alam dapat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan pulau pulau kecil merupakan arah kebijakan baru nasional dibidang kelautan. Berawal dari munculnya Peraturan Presiden No. 78 tahun 2005 tentang Pengelolaan

Lebih terperinci

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR

BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR BENTUK PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP ATRAKSI WISATA PENDAKIAN GUNUNG SLAMET KAWASAN WISATA GUCI TUGAS AKHIR Oleh : MUKHAMAD LEO L2D 004 336 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata menjadi salah satu kegiatan ekonomi yang penting, dimana dalam perekonomian suatu Negara, apabila dikembangkan secara terencana dan terpadu, peran pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL

EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL VIII. DAMPAK EKONOMI WISATA BAHARI TERHADAP MASYARAKAT LOKAL Potensi wisata bahari yang dimiliki oleh gugusan Pulau Pari telah mengundang perhatian bagi wisatawan dalam negeri maupun luar negeri untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan adanya kecenderungan menipis (data FAO, 2000) terutama produksi perikanan tangkap dunia diperkirakan hanya

Lebih terperinci

DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA

DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA DAMPAK EKONOMI DAN ANALISIS STAKEHOLDER WISATA PANTAI GONDORIAH SUMATERA BARAT VIDYA DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014 PERNYATAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini setiap daerah di Indonesia mulai berlomba - lomba untuk mengoptimalkan sumber dayanya baik sumber daya manusia atau sumber daya alam untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata merupakan salah satu industri yang memiliki pertumbuhan pembangunan yang cepat. Saat ini sektor pariwisata banyak memberikan kontribusi terhadap

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 22 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian selama 6 (enam) bulan yaitu pada bulan Mei sampai Oktober 2009. Lokasi penelitian dan pengamatan dilakukan di Pulau

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir merupakan suatu sektor yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi bangsa-bangsa di dunia. Sektor pariwisata diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata memiliki peran yang semakin penting dan memiliki dampak positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013). Dengan adanya misi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak pakar dan praktisi yang berpendapat bahwa di milenium ketiga, industri jasa akan menjadi tumpuan banyak bangsa. John Naisbitt seorang futurist terkenal memprediksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan atau negara maritim terbesar di dunia. Berdasarkan publikasi yang ada mempunyai 17.504 pulau dengan garis pantai sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21 perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, hal ini terjadi karena pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara-negara

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 17 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di perairan Pulau Hari Kecamatan Laonti Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi penelitian ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena memberikan manfaat ekonomi, termasuk Indonesia. Daerah-daerah di Indonesia berlomba mengembangkan

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 13.466 dan garis pantai sepanjang 95.18 km, memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

STUDI POTENSI EKOWISATA MANGROVE DI KUALA LANGSA PROVINSI ACEH ARIEF BAIZURI MAJID

STUDI POTENSI EKOWISATA MANGROVE DI KUALA LANGSA PROVINSI ACEH ARIEF BAIZURI MAJID STUDI POTENSI EKOWISATA MANGROVE DI KUALA LANGSA PROVINSI ACEH ARIEF BAIZURI MAJID 090302034 PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014 STUDI POTENSI

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU

2015 PENGARUH KOMPONEN PAKET WISATA TERHADAP KEPUASAN BERKUNJUNG WISATAWAN DI PULAU TIDUNG KEPULAUAN SERIBU A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Industri Pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sarana yang tepat untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal dan global. Pariwisata mempunyai

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 14 3. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Lampuuk Kabupaten Aceh Besar, Provinsi NAD. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar terletak pada 5,2º-5,8º

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut Menurut UU No. 26 tahun 2007, ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan ruang udara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang mempunyai pesisir dan lautan yang sangat luas, dengan garis pantai sepanjang 95.181 km dan 17.480 pulau (Idris, 2007). Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA

ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA ANALISIS EKOLOGI-EKONOMI UNTUK PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERIKANAN BUDIDAYA BERKELANJUTAN DI WILAYAH PESISIR PROVINSI BANTEN YOGA CANDRA DITYA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki

BAB I PENDAHULUAN. World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang World Travel and Tourism Council mencatat bahwa Australia memiiki pertumbuhan ekowisata paling cepat di dunia sehingga mendapatkan devisa Negara yang tinggi. Sejak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI/KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI/KAJIAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv PRAKATA... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR...xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii INTISARI...xiv

Lebih terperinci

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A

ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A ANALISIS KEBERLANJUTAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA LAUT GUGUS PULAU KALEDUPA BERBASIS PARTISIPASI MASYARAKAT S U R I A N A SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

3 METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian METODOLOGI. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari tahapan, yakni dilaksanakan pada bulan Agustus 0 untuk survey data awal dan pada bulan FebruariMaret 0 pengambilan data lapangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dan maritim yang kaya akan sumber daya alam. Berada pada daerah beriklim tropis menjadikan Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kekayaan alam dan keragaman yang tinggi dalam berbagai bentukan alam, struktur historik, adat budaya, dan sumber daya lain yang terkait dengan wisata.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kepariwisataan pada umumnya diarahkan sebagai sektor potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang, dengan luas 1.910.931 km, Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi penting di Indonesia. Pada tahun 2009,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG

VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG VIII. ANALISIS DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN WISATA ALAM HUTAN WISATA PUNTI KAYU PALEMBANG 8.1. Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata di Hutan Wisata Punti Kayu Palembang Adanya kegiatan wisata di Hutan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah struktur pelaksanaan penelitian yang mengaitkan setiap tahapan pelaksanaan penelitian dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan

3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Alat dan Bahan 13 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di kawasan Pantai Santolo, Kabupaten Garut. Pantai Santolo yang menjadi objek penelitian secara administratif berada di dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki beribu pulau dengan area pesisir yang indah, sehingga sangat berpotensi dalam pengembangan pariwisata bahari. Pariwisata

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. di Kabupaten Bangka melalui pendekatan sustainable placemaking, maka BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI V. 1. KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempegaruhi pengembangan produk wisata bahari dan konservasi penyu di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada masa sekarang kepariwisataan menjadi topik utama di seluruh dunia. Isu-isu mengenai pariwisata sedang banyak dibicarakan oleh masyarakat luas baik di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pariwisata telah menjadi salah satu industri andalan dalam menghasilkan devisa suatu negara. Berbagai negara terus berupaya mengembangkan pembangunan sektor

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

KETERLIBATAN WARGA PULAU PRAMUKA DALAM USAHA EKOWISATA DI KEPULAUAN SERIBU

KETERLIBATAN WARGA PULAU PRAMUKA DALAM USAHA EKOWISATA DI KEPULAUAN SERIBU KETERLIBATAN WARGA PULAU PRAMUKA DALAM USAHA EKOWISATA DI KEPULAUAN SERIBU Oleh : HESTI WORO TRIUTAMI I34051032 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki banyak keindahan dari kekayaan laut yang dimiliki. Bahkan bukan hanya sekedar negara maritim, Indonesia juga merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan oleh pemerintah Indonesia. Berdasarkan Intruksi Presiden nomor 16 tahun 2005 tentang Kebijakan

Lebih terperinci

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap

Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap TEMA : Pengembangan Pariwisata (Ekowisata maupun Wisata Bahari) di Kabupaten Cilacap Mengembangkan Ekowisata Hutan Mangrove Tritih Kulon Cilacap Oleh Kartika Pemilia Lestari Ekowisata menjadi salah satu

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang

Lebih terperinci