STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA"

Transkripsi

1 STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : YUSIKA PRAWISUDAWATI J PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

2 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Jl. A. Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartasura Telp. (0271) , Fax : Surakarta Surat Persetujuan Artikel Publikasi Ilmiah Yang bertanda tangan ini pembimbing/ skripsi/ tugas akhir : Pembimbing I Nama : Noor Alis Setiyadi, SKM., M.KM NIP/NIK : 1043 Pembimbing II Nama : Kusuma Estu Werdani, SKM., M.Kes NIP/NIK : Telah membaca dan mencermati naskah artikel publikasi ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi/tugas akhir dari mahasiswa: Nama : Yusika Prawisudawati NIM : J Program Studi : Kesehatan Masyarakat Judul Skripsi : STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA Naskah artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan dibuat, semoga dapat dipergunakan seperlunya. Pembimbing I Surakarta, Juli 2014 Pembimbing II Noor Alis Setiyadi, SKM., M.KM Kusuma Estu Werdani, SKM., M.Kes NIP NIK

3 SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH Bismillahirrahmanirrohim Yang bertanda tangan dibawah ini, saya: Nama : YUSIKA PRAWISUDAWATI NIM : J Fak/ Prodi : FIK/Kesehatan Masyarakat Jenis : Skripsi Judul : STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk : 1. Memberikan hak bebas royalti kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan. 2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ mengalih formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikan serta menampilkannya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada Perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta. 3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya. Surakarta, Juli 2014 Yang Menyatakan Yusika Prawisudawati J

4 STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA Yusika Prawisudawati*, Noor Alis Setiyadi**, Kusuma Estu Werdani*** *Mahasiswa S1 Kesehatan Masyarakat FIK UMS, **Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS, ***Dosen Kesehatan Masyarakat FIK UMS ABSTRAK Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik peserja JKN Non PBI Mandiri Kota Surakarta. Metode penelitian ini menggunakan deskriptif dengan studi dokumentasi. Populasi penelitian ini adalah peserta JKN Non PBI Mandiri sebanyak 1684 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prosentase tertinggi karakteristik responden adalah tempat lahir Provinsi Jawa tengah (86,6%), usia tahun (22,7%), jenis kelamin laki-laki (70,1%), status perkawinan kawin (70,1%), alamat Desa Mojosongo (9,62%) dan Kecamatan Banjarsari (30,8%), kelas kelas 1 (43,8%), kepemilikan pasport (99,6%) tidak memiliki pasport, kepemilikan Polis Asuransi Kesehatan (99,7%) tidak memiliki Polis Asuransi Kesehatan, faskes tingkat I Dr. Maria Retno (7,90%), faskes dokter gigi drg. Faizah A (33,83%). Disisi lain terdapat peserta yang memiliki pasport (0,4%), dan yang memiliki Polis Asuransi Kesehatan (0,3%). Kata Kunci : Karakteristik, Jaminan Kesehatan, Kepesertaan ABSTRACT Health Insurance is a guarantee of health coverage for participants to obtain health care benefits. The purpose of this study was to investigate the characteristics of the participants JKN Non PBI self supporting on Surakarta. This study used a descriptive method with study of documentation. The population was participants JKN Non PBI self supporting as many as 1684 people. The results of this study showed that the highest percentage of respondent characteristics are the cradle is central Java province (86.6%), age years old (22.7%), gender is male (70.1%), marital status is married (70,1%), address is in Village of Mojosongo (9.62%) and subdistrict of Banjarsari (30.8%), grade is grade I (43.8%), passport ownership (99.6%) did not have a passport, Health Insurance Policy ownership (99.7%) did not have Health Insurance Policy, faskes level I is Dr. Maria Retno (7.90%), dentists faskes is drg. Faizah A (33.83%). On the other hand there are participants who have a passport (0.4%), and who have a Health Insurance Policy (0.3%). PENDAHULUAN Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (yang didasarkan pada mekanisme jaminan kesehatan sosial yang pertama kali diselenggarakan di Jerman tahun 1883). Setelah itu banyak negara lain menyelenggarakan JKN seperti Kanada (1961), Taiwan (1995), Filipina (1997), dan Korea Selatan (2000) (World Bank, 2007). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dikembangkan di Indonesia merupakan 1

5 bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang kepesertaannya bersifat wajib (mandatory). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) merupakan sebuah Sistem Jaminan Sosial yang diberlakukan di Indonesia. Jaminan Sosial ini merupakan salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh Negara Republik Indonesia guna menjamin warga negaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak, sebagaimana dalam Deklarasi PBB tentang Hak Asasi Manusia (HAM) tahun 1948 dan konvensi ILO No. 102 tahun 1952 (Kemenkes RI, 2012). Dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Setiap peserta berhak memperoleh manfaat jaminan kesehatan yang bersifat pelayanan kesehatan perorangan, mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative (Kemenkes RI, 2012). Jaminan Kesehatan merupakan jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Kemenkes RI, 2012). Peserta Jaminan Kesehatan adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia. Peserta Jaminan Kesehatan Non PBI merupakan peserta yang tidak masuk dalam golongan fakir miskin dan orang tidak mampu, meliputi pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya, bukan pekerja dan anggota keluarganya. Peserta Non PBI Mandiri meliputi pekerja bukan penerima upah dan bukan pekerja. Yang dimaksud dengan pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, sedangkan yang dimaksud dengan bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tetapi mampu membayar iuran Jaminan Kesehatan secara mandiri (Perpres RI, 2013). Capaian penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan di Indonesia tahun 2012 mencapai 64,58% dan targetnya adalah 80,10%. Untuk wilayah Jawa Tengah dengan jumlah penduduk , capaian penduduk yang memiliki Jaminan Kesehatan adalah sebesar (52,8%) dengan rincian Jamkesmas , Askes Sosial , TNI/POLRI , Integrasi Jamkesda (Dinkes, 2014). Karakteristik merupakan ciri-ciri individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, ras, status ekonomi, dan sebagainya (Boeree, 2008). Karakteristik peserta jaminan kesehatan non PBI mandiri yang tercatat di BPJS Kesehatan Surakarta meliputi Tempat lahir, Usia, Jenis Kelamin, Status perkawinan, Alamat (Desa dan Kecamatan), Kelas/ iuran, No.Paspor, No.Polis Asuransi Kesehatan, Nama Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, Nama Fasilitas Kesehatan Dokter Gigi. Berdasarkan pengamatan, permasalahan yang terjadi pada aspek kepesertaan saat ini, yaitu belum semua penduduk dicakup jaminan kesehatan, data kepesertaan jaminan kesehatan secara keseluruhan belum terintegrasi, dan pemahaman masyarakat tentang jaminan kesehatan masih sangat beragam. Target kedepan sesuai dengan Pasal 4 Undang- Undang SJSN yaitu semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta Jaminan Kesehatan. Standarisasi target capaian kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri Kota Surakarta yaitu 2

6 6000 jiwa, dengan jumlah peserta yang tercatat di BPJS Kesehatan Surakarta sampai dengan bulan Mei 2014 yaitu sebanyak 1684 jiwa. METODE Jenis penelitian adalah penelitian Deskriptif, dengan Studi Dokumentasi. Lokasi penelitian ini adalah di Kantor BPJS Kesehatan Surakarta yang dilaksanakan pada bulan Mei Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri yang berdomisili di Kota Surakarta sejumlah 1684 jiwa. Adapun Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh anggota dari populasi/ total sampling (Sugiyono, 2005). Sampel pada penelitian ini sejumlah Analisis data yang digunakan adalah analisis karakteristik dan analisis deskriptif. analisis karakteristik digunakan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kota Surakarta yang tercatat di BPJS Kesehatan Surakarta; meliputi Tempat Lahir, Usia, Jenis Kelamin, Status Perkawinan, Alamat (Desa dan Kecamatan), Kelas/ iuran, No.Paspor, No.Polis Asuransi Kesehatan, Nama Faskes Tingkat Pertama, Nama Faskes Dokter Gigi. Hasil analisa data akan disajikan dalam skala kategorik dengan tabel. Sedangkan analisis deskriptif digunakan dengan tujuan sebagai berikut: Mengetahui distribusi frekuensi jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri Kota Surakarta yang tercatat di BPJS Kesehatan Surakarta. Hasil analisis data akan disajikan dalam skala kategorik dengan table; Mengetahui distribusi frekuensi karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kota Surakarta yang tercatat di BPJS Kesehatan Surakarta. Hasil analisis data akan disajikan dalam skala kategorik dengan tabel. HASIL A. Karakteristik Responden 1. Berdasarkan Tempat Lahir Tabel dan grafik 1 menunjukkan bahwa 86,6% (1458) responden yang menjadi anggota Jaminan Kesehatan Non PBI Mandiri berasal dari provinsi Jawa Tengah. Anggota JKN yang lain berasal dari 18 provinsi di seluruh Indonesia. 2. Berdasarkan Usia Tabel dan grafik 2 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian paling banyak adalah responden dengan usia berkisar antara tahun, yaitu sebanyak 383 responden (22,7%) dan jumlah responden yang paling sedikit adalah responden yang berusia lebih dari 100 tahun, yaitu sebanyak 1 responden (0,1%). 3. Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel dan grafik 3 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, paling banyak adalah responden laki-laki yaitu sebanyak 1180 orang (70,1%) dan jumlah responden paling sedikit adalah responden yang berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 504 orang (29,9%). 4. Berdasarkan Status Perkawinan Tabel dan grafik 4 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan status perkawinan paling banyak yaitu kawin, dengan jumlah sebanyak 1222 orang (72,6%) dan responden yang paling sedikit adalah responden dengan status perkawinan duda yaitu sebanyak 54 orang (3,2%). 5. Berdasarkan Alamat (Kelurahan dan Kecamatan) Tabel dan grafik 5 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan alamat dalam hal ini diwakili kelurahan paling banyak adalah responden yang berasal dari Kelurahan Mojosongo, yaitu 3

7 sebanyak 162 orang (9,62%). Tabel dan grafik 6 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan alamat dalam hal ini diwakili kecamatan paling banyak adalah responden yang berasal dari kecamatan Banjarsari, yaitu sebanyak 518 orang (30,8%). 6. Berdasarkan Kelas/ Tingkat Faskes Tabel dan grafik 7 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan kelas paling banyak adalah kelas 1 (Rp ), yaitu sebanyak 738 orang (43,8%) dan responden yang paling sedikit adalah responden yang memilih kelas 2 (Rp ) yaitu sebanyak 404 orang (24%). 7. Berdasarkan Nomor Kepemilikan Pasport Tabel dan grafik 8 menunjukkan bahwa 99% atau sekitar 1677 responden yang menjadi anggota JKN Non PBI Mandiri tidak memiliki pasport dan responden yang memiliki pasport yaitu hanya sejumlah 7 orang (0,4%). 8. Berdasarkan Nomor Kepemilikan Polis Asuransi Kesehatan Tabel dan grafik 9 menunjukkan bahwa 99,7% atau sekitar 1679 responden yang menjadi anggota JKN Non PBI Mandiri tidak memiliki polis asuransi kesehatan dan responden yang memiliki polis asuransi kesehatan yaitu hanya sejumlah 7 orang (0,4%). 9. Berdasarkan Faskes Tingkat Pertama Tabel dan grafik 10 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian berdasarkan fasilitas kesehatan yang paling banyak adalah responden yang menggunakan fasilitas kesehatan dari dr. Maria Retno S, yaitu sebanyak 133 orang (7,90%). 10. Berdasarkan Faskes Dokter Gigi Tabel dan grafik 11 menunjukkan bahwa jumlah responden penelitian paling banyak berdasarkan fasilitas kesehatan gigi adalah responden yang menggunakan fasilitas kesehatan gigi dari drg. Faizah A, yaitu sebanyak 44 orang (33,85%). 4

8 NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Sulawesi Utara Maluku Maluku Utara Papua Irian Barat ARTIKEL PENELITIAN Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Tempat lahir Kota Kelahiran Persentase (Orang) (%) NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Bali Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Maluku Maluku Utara Papua Irian Barat Jumlah Grafik 1. Distribusi Kota Kelahiran Responden 1500 Kota kelahiran Responden

9 Tabel 2. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Usia Persentase (Orang) (%) Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun > 100 Tahun Jumlah Grafik 2. Distribusi Usia Responden Usia Responden Tabel 3. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Persentase (Orang) (%) Laki-laki Perempuan Jumlah

10 Grafik 3. Distribusi Jenis Kelamin Responden Jenis Kelamin Responden Laki-Laki Perempuan Tabel 4. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan Jenis Kelamin Persentase (Orang) (%) Belum Kawin Kawin Duda Janda Jumlah Grafik 4. Distribusi Status Perkawinan Responden Status Perkawinan Responden Belum Kawin Kawin Duda Janda 7

11 Tabel 5. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat (Kelurahan) Kelurahan Persentase (Orang) (%) Gilingan Jebres Kadipiro Mangkubumen Mojosongo Nusukan Pajang Semanggi Sondakan Sumber Grafik 5. Distribusi Alamat Berdasarkan Kelurahan Alamat Responden Berdasarkan Kelurahan Tabel 6. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Alamat (Kecamatan) Kecamatan Persentase (Orang) (%) Banjarsari Jebres Laweyan Pasar Kliwon Serengan Jumlah

12 Grafik 6. Distribusi Alamat Berdasarkan Kecamatan Alamat Responden Berdasarkan Kecamatan Tabel 7. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas/ tingkat faskes Kelas/ Tingkat faskes Persentase (Orang) (%) Kelas Kelas Kelas Jumlah Grafik 7. Distribusi Berdasarkan Kelas/ Tingkat Fasilitas Kesehatan Kelas/ Tingkat Faskes Responden Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3 9

13 Tabel 8. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan Pasport Kepemilikan Pasport Persentase (Orang) (%) Tidak Memiliki ,6 Memiliki 7 0,4 Jumlah Grafik 8. Distribusi Kepemilikan Nomor Pasport Kepemilikan Nomor Pasport Tidak Memiliki Memiliki Tabel 9. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Kepemilikan PAK Kepemilikan Polis Asuransi Kesehatan (Orang) Persentase (%) Tidak Memiliki ,7 Memiliki 5 0,3 Jumlah Grafik 9. Distribusi Kepemilikan Polis Asuransi Kesehatan Kepemilikan Nomor Polis Asuransi Kesehatan Tidak Memiliki Memiliki 10

14 Tabel 10. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Faskes Tinglat Pertama Fasilitas Kesehatan Persentase (Orang) (%) Bambang Pramono Leny Rosma Maria Retno S Maria Yulianti Patria Bayu M Toddy G Umi Kalsum Wikan Baskoro YUBS Inayanti Yusuf Bachtiar Grafik 10. Distribusi Nama Faskes Tingkat Pertama Nama Faskes Tingkat Pertama

15 Tabel 11. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Faskes dokter gigi Fasilitas Kesehatan Persentase (Orang) (%) Klinik Citra Medika H Faizah A, drg Poli TRIHARSI Koesmedi, dr Klinik Karunia H Dewi Utami, drg Bambang P, dr Ika Kironim, drg Sundaryaka, drg Puskesmas Sangkrah Grafik 11. Distribusi Nama Faskes Dokter Gigi Nama Faskes Dokter Gigi

16 PEMBAHASAN A. Karakteristik Tempat Lahir Responden Kota kelahiran responden paling banyak berasal dari provinsi Jawa Tengah yaitu sebanyak 1458 orang (86,6%). Secara menyeluruh, cakupan peserta BPJS berdasarkan tempat lahir melingkup beberapa daerah di Indonesia, hampir seluruh provinsi di Indonesia. BPJS merupakan program nasional, bukan lagi Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), maka dari itu cakupan kepesertaannya melingkup seluruh penduduk di Indonesia. Sesuai dengan Hasil Seminar Nasional mengenai Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional, bahwasannya dalam pertahapan capaian Universal Health Converage Jaminan Kesehatan Nasional, sasaran pada tahun 2019 yaitu seluruh penduduk Indonesia (sekitar 257,5 juta) menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional melalui BPJS Kesehatan (Subawa, 2013). Hal ini sesuai dengan Peta Jalan Kepesertaan menuju Jaminan Kesehatan Semesta (UHC). Cakupan universal (disebut juga cakupan semesta atau universal coverage) merupakan sistem kesehatan dimana setiap warga di dalam populasi memiliki akses yang adil terhadap pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, yang bermutu dan dibutuhkan, dengan biaya yang terjangkau. Cakupan universal mengandung dua elemen inti: Akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu bagi setiap warga; dan Perlindungan risiko finansial ketika warga menggunakan pelayanan kesehatan (WHO, 2005). Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang dalam masa transisi menuju sistem pelayanan kesehatan universal. Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) No.4 / 2004 mewajibkan setiap warga di Indonesia memiliki akses pelayanan kesehatan komprehensif yang dibutuhkan melalui sistem pra-upaya (Murti, 2010). B. Karakteristik Usia Responden Tabel dan grafik 2 diketahui bahwa responden paling banyak pada usia antara tahun, yaitu sebanyak 383 orang (22,7%) dan jumlah responden yang paling sedikit berumur >100 tahun yaitu sebanyak 1 orang (0,1%).Usia dapat didefinisikan sebagai jumlah waktu kehidupan yang telah dijalani oleh seseorang. Usia sering dihubungkan dengan kemungkinan terjangkit penyakit. Kelompok umur usia muda (anak-anak) ternyata lebih rentan terhadap penyakit infeksi (diare, infeksi saluran pernafasan). Usia-usia produktif lebih cenderung berhadapan dengan masalah kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan kerja dan penyakit akibat gaya hidup (life style). Usia yang relatif lebih tua sangat rentan dengan penyakitpenyakit kronis (hipertensi, jantung koroner atau kanker) (Notoatmodjo, 2005). Resiko kesakitan akibat faktor usia ini menyebabkan tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan juga sangat dipengaruhi oleh usia. Menurut Feldstein (2004) semakin bertambah umur seseorang, maka semakin bertambah pula permintaannya terhadap pelayanan kesehatan. Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI Mandiri yang memanfaatkan pelayanan kesehatan adalah para lansia. Kesadaran lansia untuk ikut serta dalam Jaminan Kesehatan Nasional karena beberapa hal, diantaranya yaitu usia lansia merupakan usia yang rentan terhadap penyakit kronis, usia dimana produktivitas tubuh menurun dan sistem kekebalan tubuh menurun (Maryam R, 2008). Angka kesakitan penduduk lansia tahun 2012 sebesar 26,93%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia terdapat 27 orang diantaranya 13

17 mengalami sakit. Bila dilihat perkembangannya dari tahun , derajat kesehatan penduduk lansia mengalami peningkatan yang ditandai dengan menurunnya angka kesakitan pada lansia (Kemenkes, 2013). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Budiman, dkk (2009) menunjukkan bahwa responden yang mengalami penyakit hipertensi paling banyak yaitu pada usia > 65 tahun (67,26%). C. Karakteristik Jenis Kelamin Responden Responden paling banyak berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 1180 orang (70,1%). Sedangkan responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 504 orang (29,9%). Jenis kelamin lakilaki lebih mendominasi dibandingkan perempuan. Sesuai data dari Dinas Kependudukan Surakarta, bahwa Kota Surakarta merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Tengah dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa, terdiri dari jiwa laki-laki dan jiwa perempuan. Tingkat kebutuhan dalam pemanfaatan layanan kesehatan kelompok laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan yang kemudian berdampak pada pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional. Dalam studi epidemiologi, jenis kelamin juga menjadi salah satu bagian dari karakteristik yang memiliki pengaruh terhadap kejadian kesakitan. Sebagai contoh, penyakit kanker serviks hanya dijumpai pada wanita, sedangkan kanker prostat hanya dijumpai pada pria (Notoatmodjo, 2005). Beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki lebih rentan terkena penyakit dibandingkan perempuan, diantaranya sebagai berikut: Hiswani (2009) mengungkapkan bahwa keterpaparan penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya yaitu jenis kelamin. Penderita TB-paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan. Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok dan minum alkohol, sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, dengan begitu akan lebih mudah terpapar agent penyebab TB-paru. Hasil penelitian sebelumnya oleh Herryanto (2004), menunjukkan bahwa terdapat proporsi menurut jenis kelamin laki-laki sebesar 54,5 % dan perempuan sebesar 45,5 % yang menderita TB paru. Penelitian lain yang dilakukan oleh Safitri, dkk (2011) menunjukkan bahwa pasien asma menurut jenis kelamin sebagian besar pada kelompok laki-laki yaitu sebanyak 18 pasien (55 %). Menurut Guru Besar FKUI Ali Sulaiman (2013), lebih dari 85% dari kasus kanker hati terjadi di negaranegara berkembang, termasuk Indonesia. Pria lebih rentan terkena kanker hati dibandingkan wanita. Dari kasus kanker hati yang terdiagnosis di dunia, rasio penderita pria tiga kali lipat, bahkan pada kondisi esktrem mencapai 6 kali lipat dibandingkan penderita perempuan. Perbedaan hormonal dan tingkah laku para pria memicu datangnya kanker hati. D. Karakteristik Status Perkawinan Responden Jenis status perkawinan responden yang mendominasi adalah kawin, yaitu sebanyak 1222 (72,6%). Di urutan kedua terdapat status perkawinan janda dengan jumlah responden 238 orang (14.1%). Di urutan ketiga terdapat status perkawinan belum menikah dengan jumlah responden sebanyak 170 orang (10,1%). Di urutan terakhir atau dengan kata lain jumlah responden paling sedikit adalah status perkawinan duda dengan jumlah responden 54 orang (3,2%). Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riyadina (2012), diketahui bahwa kejadian hipertensi untuk pekerja yang statusnya kawin (menikah) ternyata jauh lebih tinggi 14

18 (15,7%) dibandingkan pekerja yang belum kawin (4,5%). Hal tersebut didukung dengan risiko hipertensi bagi pekerja yang sudah kawin/ menikah sebesar 3,9 kali lebih besar dibandingkan dengan status belum kawin. Banyaknya persoalan dalam rumah tangga serta tanggung jawab sebagai kepala keluarga antara lain sebagai penyebab timbulnya beban mental yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kenaikan tekanan darah. E. Karakteristik Alamat Responden (Kelurahan dan Kecamatan) Kelurahan tempat tinggal dengan jumlah responden paling banyak adalah Kelurahan Mojosongo, yaitu sebanyak 162 orang (9,62%). Desa Mojosongo merupakan desa dengan letak yang strategis, luas wilayah 5,329 Km² dan jumlah penduduk jiwa (Profil Kota Surakarta, 2010). Kelurahan Mojosongo merupakan kelurahan yang besar dan terletak di bagian utara Kota Solo. Penduduk Mojosongo adalah mayoritas pendatang, atau mereka yang mencari pemukiman yang lebih aman dari banjir. Program nasional perumahan memungkinkan pembangunan insfrastuktur lebih lanjut di wilayah ini. Tingkat sosial ekonomi mempengaruhi seseorang untuk ikut serta dalam program Jaminan Kesehatan Nasional dan memilih pelayanan kesehatan yang diinginkan. Sedangkan kecamatan dengan responden paling banyak adalah Kecamatan Banjarsari, yaitu sebanyak 518 orang (30,8%). Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan yang terletak di pusat Kota Surakarta, dengan luas wilayah 14,81 Km². Jumlah penduduk di Kecamatan Banjarsari yaitu sejumlah jiwa (Profil Kota Surakarta, 2010). Kecamatan Banjarsari selain merupakan kecamatan paling luas di Kota Surakarta, letaknya juga sangat strategis, yaitu di jantung kota. Penduduk yang tinggal di Kecamatan Banjarsari antusias untuk mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS. Selain tempatnya di kota, akses untuk mendaftarkan diri ke Kantor BPJS juga mudah, seringnya sosialisasi yang diberikan dan pengetahuan masyarakat mengenai Jaminan Kesehatan itu sendiri sangat tinggi. F. Karakteristik Kelas/ Tingkat Faskes Responden Jumlah kelas paling banyak adalah kelas 1 dengan jumlah iuran Rp , yaitu sebanyak 738 orang (43,8%). Diurutan kedua yaitu kelas 3 dengan iuran Rp sebanyak 542 orang (32,2%), dan diurutan ketiga yaitu kelas 2 dengan iuran Rp sebanyak 404 (24,0%). Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) memastikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang beroperasi pada 1 Januari 2014 tidak membedakan pelayanan. Masyarakat yang menjalankan proses rawat inap di kelas 1, 2, dan 3 akan mendapat pelayanan yang sama. Ketua DJSN (Chazali Situmorang) mengungkapkan bahwa harga obatdan jasa dokter untuk kelas 1, 2 dan 3 sama. Yang membedakan hanya manfaat akomodasi dan ruang perawatan. Sebelumnya, masyarakat yang dirawat di kelas 1, harga obat dan jasa dokternya dihitung berdasarkan kelas 1 tetapi untuk kedepan tidak seperti itu lagi. Menurut Lukito (2003), pemanfaatan masyarakat terhadap berbagai fasilitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin mudah seseorang untuk memahami sebuah perubahan dan manfaat sebuah perubahan, khususnya dalam bidang kesehatan. 15

19 Handayani (2012) mengungkapkan, hasil studi yang dilakukan Hasbullah Thabrany memperlihatkan kondisi bahwa lebih dari 70% pendanaan kesehatan berasal dari rumah tangga (out of pocket). Hal ini terlihat sejumlah 76,8% responden bersedia untuk membayar iuran jaminan kesehatan. Djuhaeni (2010) mengungkapkan, 87.1% responden menyatakan mau ikut asuransi kesehatan dengan pelayanan kesehatan lengkap sampai ke tingkat rumah sakit. Sebagian besar (93.3%) responden menginginkan besaran premi asuransi kesehatan sebesar maksimal Rp 25,000/bulan/orang. G. Karakteristik Kepemilikan No. Pasport Sebanyak 99,6% (1677) responden tidak memiliki pasport. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: sebagian besar responden tidak memiliki kepentingan untuk membuat pasport karena pasport adalah dokumen perjalanan resmi yang dikeluarkan oleh KANIM ( Kantor Imigrasi ) setempat sebagai tanda pengenal Warga Negara Indonesia (WNI) di luar negeri. Namun ada sejumlah 7 orang (0,4%) yang memiliki pasport, dengan begitu terbukti bahwa pengcoveran peserta Jaminan Kesehatan Nasional selain Warga Negara Indonesia juga mencakup Warga Negara Asing. Sampai dengan saat ini, belum dilakukan adanya pengcoveran Warga Negara Asing melalui sosialisasi. Sesuai dengan Perpres RI (2013), bahwasanya orang asing yang bekerja paling singkat 6 bulan di Indonesia dapat menggunakan Jaminan Kesehatan Nasional yang diprogramkan oleh pemerintah. H. Karakteristik Kepemilikan Polis Asuransi Kesehatan Sebanyak 99,7% (1679) orang tidak memiliki Nomor Polis Asuransi Kesehatan, hal ini dikarenakan masyarakat sudah memiliki jaminan kesehatan nasional yang notabene ringan dalam pembayarannya daripada memiliki nomor Polis Asuransi Kesehatan yang harganya mahal. Namun sebagian peserta juga ada yang memiliki Polis Asuransi Kesehatan, yaitu sejumlah 5 orang (0,3%). Hal ini menandakan bahwa sebagian peserta Jaminan Kesehatan Nasional sudah memiliki asuransi lain tetapi masih menginginkan untuk mengikuti Jaminan Kesehatan yang menjadi program pemerintah. I. Karakteristik Faskes Responden Tingkat Pertama Fasilitas kesehatan pertama yaitu dr. Maria Retno S, sebanyak 7,90% (133) orang. Persepsi masyarakat akan pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tindakan seseorang dalam memilih fasilitas kesehatan (Notoadmojo, 2003). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemanfaatan fasillitas kesehatan, seperti umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan berbagai faktor lainnya. Umur berkaitan dengan kelompok umur tertentu yang lebih banyak memanfaatkan pelayanan kesehatan karena pertimbangan tingkat kerentanan. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif, dan berkesinambungan. Tingkat pendapatan mempunyai kontribusi yang besar dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan, karena semakin tinggi tingkat pendapatan, semakin leluasa untuk memilih pelayanan kesehatan (Sutanto, 2002). Menurut Azwar (2006), pemanfaatan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi baik, maka secara relatif 16

20 pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi. J. Karakteristik Faskes Dokter Gigi Fasilitas kesehatan gigi paling banyak menggunakan jasa drg. Faizah A, yaitu sebanyak 33,85 dari 130 peserta yang menggunakan fasilitas kesehatan gigi. Fasilitas kesehatan dokter gigi merupakan merupakan pusat kesehatan masyarakat, puskesmas, klinik maupun dokter maupun dokter gigi yang bekerja sama dengan BPJS dalam memberikan fasilitas kesehatan khusus kesehatan gigi kepada peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Dari peserta Jaminan Kesehatan Non PBS Mandiri Kota Surakarta yang berjumlah 1684 terdapat 130 peserta yang menggunakan fasilitas kesehatan khusus gigi dan terdapat 30 dokter/ perorangan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Surakarta dalam menyediakan fasilitas kesehatan gigi. Namun, dalam penelitian ini hanya diungkap 10 dokter/ perorangan tertinggi yang memberikan fasilitas kesehatan gigi kepada para peserta Jaminan Kesehatan Nasional. Minimnya responden yang menggunakan fasilitas kesehatan khusus gigi karena mahalnya tarif dokter gigi serta sugesti masyarakat yang menganggap dokter umum dapat mengatasi masalah kesehatan gigi. Sehingga minat masyarakat masih condong periksa ke dokter umum. PENUTUP A. SIMPULAN Analisis Karakteristik peserta Jaminan Kesehatan Nasional Non PBI mandiri diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Berdasarkan karakteristik tempat kelahiran diperoleh Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi dengan cakupan tempat kelahiran responden terbanyak yaitu sejumlah 1458 orang (86,6%). 2. Karakteristik berdasarkan usia responden terbanyak dengan rentan usia tahun yaitu 383 orang (22,7%). 3. Karakteristik berdasarkan jenis kelamin, paling banyak yaitu lakilaki dengan jumlah sebanyak 1180 orang (70,1%). 4. Karakteristik berdasarkan status perkawinan paling banyak adalah kawin, yaitu sebanyak 1222 orang (72,6%). 5. Karakteristik berdasarkan alamat tempat tinggal responden (desa dan kecamatan), untuk desa yang paling banyak adalah responden yang berasal dari Desa Mojosongo, yaitu sebanyak 162 jiwa (9,62%). Kecamatan dengan jumlah responden terbanyak adalah Kecamatan Banjarsari yaitu sejumlah 518 jiwa (30,8%). 6. Karakteristik berdasarkan kelas paling banyak yaitu kelas 1, sejumlah 788 orang (43,8%). 7. Karakteristik jumlah responden yang memiliki nomor pasport hanya 7 orang (0,4%), dan yang tidak memiliki pasport sebanyak 1677 (99,6%). 8. Karakteristik reponden yang memiliki nomor Polis Asuransi Kesehatan sejumlah 5 orang (0,3%). 9. Karakteristik fasilitias kesehtan tingkat pertama paling banyak yaitu dr. Maria Retno S dengan jumlah responden sebanyak 133 orang (7,90%). 10. Karakteristik fasilitas kesehatan dokter gigi paling banyak yaitu drg. Faizah A dengan jumlah responden sebanyak 44 orang (33,83%). B. SARAN 1. Bagi BPJS sebaiknya meningkatkan cakupan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional, tidak hanya Warga Negara Indonesia saja yang menggunakan BPJS. 2. Bagi BPJS sebaiknya meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat supaya masyarakat lebih antusias 17

21 mengikuti program Jaminan Kesehatan Nasional. 3. Bagi masyarakat sebaiknya memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang disediakan dengan sebaik-baiknya. 4. Bagi peneliti lain, Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi penelitianpenelitian mendatang yang berkaitan dengan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).. DAFTAR PUSTAKA Azwar Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan Aplikasi Prinsip Lingkaran Pemecahan Masalah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Budiman Analisis Faktor Pembeda Kelompok Penyakit Hipertensi Pada Lansia Di Puskesmas Bangunsari. Purwakarta. Dinas Kesehatan Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional oleh BPJS Kesehatan Bulan Januari Semarang: DINKES Provinsi Jawa tengan. Djuhaeni H., Gondodiputro S., Setiawati E.P., Potensi Partisipasi Masyarakat Menuju Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Dalam Rangka Universal Converage di Kota Bandung. Vol.13. No.03. September 2010 : Efendi F Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktek Dalam Keperawatan. Jilid 1. Jakarta : Salemba Medika. Feldstein Health Care Economics. New York: Jhon Wiley & SONS. Hiswani Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih Menjadi Masalah Kesehatan Masyarakat. ownload/fkm: hiswani 6.pdf Kemenkes RI Modul Pelatihan Jaminan Kesehatan bagi Petugas Puskesmas. Jakarta: Kemenkes RI. Kemenkes RI Gambaran Kesehatan Lansia Di Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. Lukito Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan oleh Masyarakat Pedesaan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Murti B Strategi Untuk Mencapai Cakupan Universal Pelayanan Kesehatan Di Indonesia. Temu Ilmiah Reuni Akbar FK-UNS. 27 November Surakarta: Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kedokteran UNS. Notoadmodjo Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Riyadina W Faktor-Faktor Risiko Hipertensi Pada Operator Pompa Bensin (SPBU) Di Jakarta. Media Litbang Kesehatan. Vol. XII. No.02 tahun Safitri R Keefektifan Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap Penurunan Sesak Nafas Pada Pasien Asma Di Ruang Inap Kelas III RSUD Moewardi Surakarta. Gaster. Vol.8. No.2. Agustus 2011: Situmorang C Esensi dan Update Rencana Penyelenggaraan BPJS Kesehatan 1 Januari Seminar Nasional SJSN. 27 Juni Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Subawa G Esensi Implementasi Jaminan Kesehatan Nasional 1 Januari Seminar Nasional SJSN. 27 Juni Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada. Sugiyono Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. 18

22 Thabrany H Seminar Nasional dengan Tema Tantangan dan Harapan Jaminan Kesehatan Nasional (UU SJSN dan UU BPJS). Bengkulu: Fikes Universitas Muhammadiyah Bengkulu. WHO Achieving universal health coverage: Developing the health financing system. Technical brief for policy-makers. Number 1, World Health Organization, Department of Health Systems Financing, Health Financing Policy. World Bank Desease Control Priorities in Dev Countries. ILO: Univ Converage. 19

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pertama kali dicetuskan di Inggris pada tahun 1911 (yang didasarkan pada mekanisme jaminan kesehatan sosial yang pertama kali

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA

STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA STUDI DESKRIPTIF KARAKTERISTIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL NON PBI MANDIRI KOTA SURAKARTA YANG TERCATAT DI BPJS KESEHATAN SURAKARTA Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak untuk memiliki tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang memadai merupakan hak asasi manusia yang tercantum dalam Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap

BAB I PENDAHULUAN. atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan. kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Timbal baliknya setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan, bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk menjamin hak-hak kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga. Setiap individu, keluarga, dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, padapasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa

BAB I PENDAHULUAN. adalah jaminan kesehatan. Asuransi kesehatan memberi jaminan berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap penduduk di suatu negara membutuhkan perlindungan kesehatan sebagai kebutuhan dasar kehidupan. Salah satu bentuk perlindungan tersebut adalah jaminan kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek kehidupan turut mengalami perubahan. Arus teknologi dan informasi sedemikian berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI DAN PERSONAL REFERENCE PESERTA JKN MANDIRI PADA WILAYAH TERTINGGI DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI DAN PERSONAL REFERENCE PESERTA JKN MANDIRI PADA WILAYAH TERTINGGI DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI STUDI DESKRIPTIF MOTIVASI DAN PERSONAL REFERENCE PESERTA JKN MANDIRI PADA WILAYAH TERTINGGI DI KELURAHAN MOJOSONGO KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : RIZKI TIARANINGRUM J 4 86 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa salah satunya dipengaruhi oleh status kesehatan masyarakat. Kesehatan bagi seseorang merupakan sebuah investasi dan hak asasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE KALKULATOR JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SD NEGERI NOGOSARI 3

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE KALKULATOR JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SD NEGERI NOGOSARI 3 PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG MELALUI METODE KALKULATOR JARIMATIKA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III SD NEGERI NOGOSARI 3 GLONGGONG NOGOSARI BOYOLALI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan adalah sesuatu yang pasti dijalani oleh seseorang yang terlahir di dunia ini. Hidup itu sendiri adalah hak asasi manusia, wajib dijunjung tinggi keberadaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No.

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang (UU) No. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan jaminan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

BAB I PENDAHULUAN. (GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada pasal 28 H, menetapkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, dan aspek-aspek lainnya. Aspek-aspek ini saling berkaitan satu dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara tentang kesejahteraan sosial sudah pasti berkaitan dengan seluruh aspek kehidupan masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Harus disadari bahwa hidup dan kebebasan manusia akan menjadi tanpa makna jika kesehatannya tidak terurus. karena itu kesehatan sebagai isu HAM, dalam hal ini hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. beberapa indikator dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development. sosial ekonomi masyarakat (Koentjoro, 2011). 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang kesehatan merupakan salah satu indikator utama dari berkembangnya kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah geografis tertentu.kesejahteraan masyarakat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007).

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan berdaya saing (UU No. 17/2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hak untuk hidup sehat dan sejahtera merupakan bagian dari hak asasi manusia yang diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan itu tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan hak bagi setiap orang. Untuk mewujudkannya pemerintah bertanggung BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau merupakan hak bagi

Lebih terperinci

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017

Keynote Speech. Nila Farid Moeloek. Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017 www.iakmi.or.id Keynote Speech Nila Farid Moeloek Disampaikan pada Mukernas IAKMI XIV Manado, 18 Oktober 2017 SISTEMATIKA PENYAJIAN ARAH PEMBANGUNAN KESEHATAN PENDEKATAN KELUARGA GERAKAN MASYARAKAT HIDUP

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pola penyakit sekarang ini telah mengalami perubahan dengan adanya transisi epidemiologi. Proses transisi epidemiologi adalah terjadinya perubahan pola penyakit dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Akibatnya jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Upaya kesehatan telah dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat mencakup kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan dalam pembangunan nasional. Salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Amanat Pasal 28-H dan Pasal 34 UUD 1945, Program Negara wajib memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya menyangkut baik kesehatan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit infeksi atau penyakit menular ke penyakit tidak menular (PTM)

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan Hak Azasi Manusia dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan oleh kondisi geografis Indonesia yang memiliki banyak pulau sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sistem kesehatan nasional (SKN), bahwa pembangunan kesehatan harus merata di seluruh wilayah di Indonesia, namun kenyataannya pembangunan pada aspek kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. setelah krisis ekonomi melanda Indonesi tahun 1997/1998. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia merupakan masalah yang sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan. Masalah

Lebih terperinci

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI PENGARUH MODAL USAHA DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PENDAPATAN PEDAGANG DI PASAR GEDE HARDJONAGORO SURAKARTA TAHUN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya

I. PENDAHULUAN. mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu unsur penting yang harus dimiliki manusia untuk mencapai kesejahteraan. Akan tetapi, masih banyak masyarakat dunia khususnya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World Health Organizatiaon (WHO) pada tahun 2014 merupakan sistem kesehatan yang memastikan setiap warga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memenuhi Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI LEARNING WITH QUIS TEAM (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIIA SMP Muhammadiyah 3 Karangpandan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak adalah kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun (2009), kesehatan adalah keadaan sehat,

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional MENTERI Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Peluncuran Peta jalan Jaminan Kesehatan Nasional 2012-2019 Jakarta, 29 November 2012 1 MENTERI SISTEMATIKA 1. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UPAYA MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SAINS PADA MATERI SIFAT DAN PERUBAHAN WUJUD SUATU BENDA MELALUI PENERAPAN METODE DISCOVERY LEARNING UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR NEGERI I GOMBANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA BIOLOGI PADA MATERI KEANEKARAGAMAN MAHKLUK HIDUP DENGAN STRATEGI GUIDED NOTE TAKING MELALUI MEDIA VIDEO PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 SAWIT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM MELALUI METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 JEMAWAN JATINOM, KLATEN TAHUN

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM MELALUI METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 JEMAWAN JATINOM, KLATEN TAHUN NASKAH PUBLIKASI PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPS TENTANG KENAMPAKAN ALAM MELALUI METODE JIGSAW SISWA KELAS IV SD NEGERI 1 JEMAWAN JATINOM, KLATEN TAHUN 2013/2014 P Diajukan Oleh : ANITA CAHYANINGSIH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 untuk dapat menciptakan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur, berbagai program pembangunan diarahkan

Lebih terperinci

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Kepesertaan Jaminan Kesehatan bersifat wajib (mandatory) dan dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Indonesia mengalami transisi epidemiologi, dimana terjadi penurunan prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak menular

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU

PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT TUBERCULOSIS PARU Siti Sarifah 1, Norma Andriyani 2 Prodi D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta sitis88@gmail.com Abstrak Tuberkulosis paru merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara RI 1945 diamanatkan bahwa pelayanan kesehatan merupakan salah satu aspek dari hak asasi manusia, yaitu sebagaimana yang tercantum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28 H dan UU Nomor 36/2009 tentang kesehatan). Oleh karenanya setiap individu, keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun,

BAB I PENDAHULUAN. termasuk ke Perguruan Tinggi dan Lembaga Swadaya Masyarakat. SJSN. mencakup beberapa jaminan seperti kesehatan, kematian, pensiun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tahun 2003 pemerintah menyiapkan rancangan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) 1. Rancangan SJSN disosialisasikan ke berbagai pihak termasuk ke Perguruan Tinggi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan khusus kepada penduduk miskin, anak-anak, dan para lanjut usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional, pelayanan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus diselengarakan secara

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH NGASEM

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH NGASEM PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF MELALUI STRATEGI KNOW-WANT TO KNOW-LEARNED (KWL) PADA SISWA KELAS III MI MUHAMMADIYAH NGASEM TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: DEWI KUSMIYATI A

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Oleh: DEWI KUSMIYATI A PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING METHOD DAN GROUP GANZE METHOD PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 TOROH PURWODADI GROBOGAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi. PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI MENGAJAR GURU DAN KREATIFITAS GURU DALAM PEMILIHAN MEDIA PENGARUHNYA TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI KELAS X SMA N 1 KAYEN PATI TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

Lebih terperinci

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014

ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 ESENSI DAN UPDATE RENCANA PENYELENGGARAAN BPJS KESEHATAN 1 JANUARI 2014 OLEH : DR.CHAZALI H. SITUMORANG, APT, M,Sc / KETUA DJSN SJSN: Reformasi Jaminan Sosial TATA CARA SJSN PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMSOS

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Mengingat pentingnya BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumberdaya dibidang kesehatan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LEARNING STARTS WITH A QUESTION (LSQ) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 2 TAJI KLATEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, pada pasal 25 Ayat (1) dinyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA MENGGUNAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT KOTA PALANGKA RAYA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA MENGGUNAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT KOTA PALANGKA RAYA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP KELUARGA MENGGUNAKAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT KOTA PALANGKA RAYA Putria Carolina*, Ady Fraditha**, Ika Paskaria*** Sekolah

Lebih terperinci

FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH FAKTOR LINGKUNGAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI DESA SUMBER BENING KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program pemerintah Indonesia yang diluncurkan dalam rangka pencapaian derajat kesehatan yang merata antar penduduk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengambilan Keputusan, Kepesertaan, JKN

ABSTRAK. Kata Kunci: Pengambilan Keputusan, Kepesertaan, JKN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KEPESERTAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI KECAMATAN BABAKAN CIPARAY KOTA BANDUNG TAHUN 2016 Novia Rhoza 1, Yeni Mahwati 2, Tri Nurhayati

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI O U T L I N E PENDAHULUAN SITUASI TERKINI STROKE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan dalam human development indeks (HDI) oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1 Dengan kondisi yang sehat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu sektor yang mempunyai peranan besar dalam meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang produktif secara ekonomis (Ps. 1 point (1) UU Nomor 23/1992 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan

BAB I PENDAHULUAN. dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Pengakuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak setiap orang untuk hidup yang memadai termasuk dalam memperoleh kesehatan dan kesejahteraan diri dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh

Lebih terperinci

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa, oleh sebab itu pemerintah berupaya keras menurunkan

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE

PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE PERBEDAAN HASIL BELAJAR BIOLOGI MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN WHAT IS MY LINE DAN CARD SORT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DWI ISTANTI

Lebih terperinci

Adelima C. R. Simamora, Doni Simatupang, Agustina Boru Gultom Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

Adelima C. R. Simamora, Doni Simatupang, Agustina Boru Gultom Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak PENGARUH BPJS TERHADAP MINAT MASYARAKAT DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN DI RSUD DOLOKSANGGUL KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN TAHUN 20 Adelima C. R. Simamora, Doni Simatupang, Agustina

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERPUTARAN KREDIT DAN MODAL KERJA DENGAN RENTABILITAS PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM KPRI SMPN 7 SUKOHARJO

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERPUTARAN KREDIT DAN MODAL KERJA DENGAN RENTABILITAS PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM KPRI SMPN 7 SUKOHARJO ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PERPUTARAN KREDIT DAN MODAL KERJA DENGAN RENTABILITAS PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM KPRI SMPN 7 SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak pertemuan kesehatan dunia ke 58 yang mengesahkan UHC (universal health coverage) (WHO, 2005), dan laporan kesehatan dunia tahun 2010, yang menemukan peran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit hipertensi merupakan the silent disease karena orang tidak mengetahui dirinya terkena hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Kejadian hipertensi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organizations (WHO) menyatakan bahwa penyakit tidak menular menyumbang kematian utama paling besar yaitu sebesar 36 juta atau 2/3 dari 57 juta kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini, penulis akan menguraikan latar belakang penelitian, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara kesejahteraan (walfare state), telah mencantumkan dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ialah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. ialah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu hasil pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya umur harapan hidup (life expectancy). Pembangunan kesehatan di Indonesia sudah cukup berhasil,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci