BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian dan pembahasan dengan metode Partial Least Square (PLS). Metode ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah kamar, jumlah tempat tidur, umur hotel, tarif minimal, tarif maksimal, jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas hotel terhadap jumlah tamu hotel dan besar pengaruh masing-masing variabel tersebut terhadap jumlah tamu hotel di propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) ANALISIS DATA DAN BAHASAN Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu akan disajikan gambaran keadaan perhotelan di propinsi Sultra. 300 Jumlah Hotel Jumlah Hotel Gambar 4.1 Jumlah Hotel Tahun Berdasarkan Gambar 4.1 dapat disimpulkan bahwa terdapat kenaikan jumlah hotel tiap tahun. Kenaikan jumlah hotel menimbulkan persaingan di antara hote 60

2 61 l karena calon tamu hotel memiliki banyak pilihan sehingga pihak hotel perlu mengetahui variabel yang menjadi pertimbangan dalam memilih hotel. Dengan mengetahui variabel yang menjadi pertimbangan dalam memilih hotel, pihak hotel dapat memutuskan variabel yang menjadi prioritas untuk dikembangkan sehingga dapat meningkatkan jumlah tamu hotel. Gambar 4.2 Jumlah Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.2 terdapat diagram yang menggambarkan jumlah hotel di tiap kabupaten/kota. Pada gambar tersebut diketahui bahwa kota Kendari memiliki jumlah hotel paling banyak sedangkan kabupaten Konawe Utara memiliki jumlah hotel paling sedikit. Hal ini cukup beralasan karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi dan kabupaten Konawe Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran yang dibentuk pada tahun 2007 sehingga masih dalam tahap pembangunan infrastruktur dan fasilitas, termasuk sektor perhotelan.

3 62 Rata-rata Jumlah Tamu Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Tamu Gambar 4.3 Rata-rata Jumlah Tamu Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.3 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tamu masingmasing hotel di tiap kabupaten/kota pada tahun Diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki rata-rata jumlah tamu paling banyak dimana hal ini dapat dimaklumi karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi dan juga memiliki pusat transportasi berupa pelabuhan. Setelah kota Kendari, kabupaten Konawe Selatan juga memiliki rata-rata jumlah tamu hotel terbanyak. Hal ini disebabkan adanya bandar udara Haluleo yang berada di wilayah kabupaten Konawe Selatan.

4 63 Rata-rata Jumlah Kamar Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Selatan Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Kamar Hotel Gambar 4.4 Rata-rata Jumlah Kamar Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.4 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah kamar masingmasing hotel per kabupaten/ kota pada tahun Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah kamar paling banyak karena kota Kendari juga memiliki jumlah hotel dan jumlah tamu hotel terbanyak. Setelah kota Kendari, kota Bau-Bau juga memiliki rata-rata jumlah kamar hotel terbanyak. Hal ini disebabkan jumlah hotel di kota tersebut yang juga terbanyak setelah kota Kendari.

5 64 Rata-rata Jumlah Tempat Tidur Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Tempat Tidur Gambar 4.5 Rata-Rata Jumlah Tempat Tidur Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.5 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tempat tidur masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun Dari gambar tersebut, dapat diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah tempat tidur paling banyak. Hal ini cukup beralasan karena jumlah hotel dan tamu hotel di kota Kendari adalah yang paling banyak sehingga dibutuhkan banyak tempat tidur. Sedangkan hotel-hotel di kabupaten Konawe memiliki jumlah tempat tidur terbanyak kedua setelah kota Kendari, hal ini karena jumlah hotel yang sedikit namun tiap hotel memiliki banyak jumlah kamar hotel, yaitu tiap hotel rata-rata memiliki 12 kamar sehingga dibutuhkan banyak tempat tidur.

6 65 Rata-rata Umur Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Umur Hotel Gambar 4.6 Rata-Rata Umur Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.6 terdapat diagram mengenai rata-rata umur masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kabupaten Muna memiliki umur paling tua. Sedangkan hotelhotel di kabupaten Konawe Utara memiliki umur paling muda. Hal ini karena kabupaten Konawe Utara merupakan kabupaten baru hasil pemekaran yang dibentuk pada tahun 2006 sehingga perkembangan infrastruktur perhotelan masih terhitung baru dilakukan.

7 66 Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Rata-rata Tarif Maksimal Rata-Rata Tarif Minimal Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Gambar 4.7 Rata-Rata Tarif Maksimal dan Minimal Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.7 terdapat diagram mengenai rata-rata tarif maksimal dan minimal masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun Dari gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki tarif maksimal dan tarif minimal paling tinggi, hal ini disebabkan karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi yang memiliki lokasi yang strategis serta banyaknya akses fasilitas hotel. Setelah kota Kendari, kabupaten Wakatobi memiliki hotel-hotel dengan maksimal tertinggi, hal yang cukup beralasan karena kabupaten Wakatobi memiliki objek wisata alam Taman Nasional Wakatobi yang menarik banyak wisatawan asing untuk berkunjung ke kabupaten tersebut sehingga pihak hotel menetapkan tarif maksimal yang cukup tinggi.

8 67 Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel Gambar 4.8 Rata-rata Jumlah Tenaga Kerja Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.8 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah tenaga kerja masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun Berdasarkan gambar tersebut diambil kesimpulan bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah tenaga kerja paling banyak. Hal ini cukup beralasan karena kota Kendari memiliki jumlah hotel dan jumlah tamu terbanyak dan juga tarif tinggi yang mengharuskan pihak hotel memberikan layanan yang baik kepada tamu hotelnya. Selain kota Kendari, hotel-hotel di kota Bau-Bau juga memiliki jumlah tenaga kerja terbanyak. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah hotel dan jumlah tamu per hotel sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja.

9 68 Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel Kota Bau-Bau Kota Kendari Kabupaten Konawe Utara Kabupaten Buton Utara Kabupaten Kolaka Utara Kabupaten Wakatobi Kabupaten Bombana Kabupaten Konawe Kabupaten Kolaka Kabupaten Konawe Kabupaten Muna Kabupaten Buton Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel Gambar 4.9 Rata-rata Jumlah Fasilitas Hotel per Kabupaten/ Kota Pada Gambar 4.9 terdapat diagram mengenai rata-rata jumlah fasilitas masing-masing hotel per kabupaten/ kota pada tahun Berdasarkan gambar tersebut diketahui bahwa hotel-hotel di kota Kendari memiliki jumlah fasilitas hotel paling banyak diantara kabupaten/kota lainnya, hal ini cukup beralasan karena kota Kendari merupakan ibukota propinsi yang memiliki banyak infrastruktur penunjang seperti tempat rekreasi, pusat transportasi, dan lain-lain. Juga karena tingginya tarif dan ketatnya persaingan antar hotel di kota Kendari sehingga mengharuskan pihak hotel untuk memberikan fasilitas yang baik dan memadai bagi tamu hotelnya. Selain kota Kendari, hotel-hotel di kabupaten Wakatobi juga memiliki jumlah fasilitas terbanyak.

10 REGRESI GANDA Dilakukan pemodelan menggunakan metode regresi ganda menggunakan persamaan (2.7) untuk memperoleh nilai dugaan koefisien regresi. Hasil pemodelan regresi dapat dilihat pada Tabel 4.1. Dari hasil pemodelan tersebut diperoleh nilai dugaan koefisien regresi dari tujuh variabel independen tersebut terhadap. Tabel 4.1 Hasil Regresi untuk Data Hotel di Propinsi Sultra Variabel Koefisien Standard Error Coefficient Konstanta Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Umur Hotel Tarif Minimal Tarif Maksimal Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Fasilitas Dari Tabel 4.1 diketahui bahwa hanya variabel jumlah kamar, jumlah tempat tidur, umur hotel, tarif maksimal, dan jumlah tenaga kerja, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap jumlah tamu. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai yang

11 70 lebih besar dari Dari Tabel 4.1 diketahui juga nilai yang berarti variabel-variabel independen dalam model tersebut mampu menjelaskan sebesar %. Dengan menggunakan 5 variabel yang signifikan akan diperoleh model regresi dugaan seperti yang terdapat pada persamaan 4.1. Hasil lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Dari persamaan tersebut, diketahui bahwa jumlah tamu mendapatkan pengaruh positif dari jumlah kamar, umur hotel, tarif maksimal dan jumlah tenaga kerja dan jumlah tamu mendapatkan pengaruh negatif dari jumlah tempat tidur. (4.1) Ada hal yang cukup menarik perhatian dari persamaan 4.1. Hal tersebut adalah pengaruh negatif dari jumlah tempat tidur. Nilai dugaan koefisien regresi sebesar berarti untuk setiap penambahan 1 tempat tidur maka rata-rata jumlah tamu akan berkurang sebesar orang. Hal ini tidak sesuai dengan pertimbangan penulis. Misalkan tanda yang diperoleh adalah positif dengan nilai Hal ini akan menunjukkan bahwa untuk setiap penambahan 1 tempat tidur maka rata-rata jumlah tamu akan naik sebesar Meskipun pengaruhnya masih harus diuji akan tetapi tanda positif akan lebih masuk akal dibandingkan tanda negatif. Adanya ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh membawa suatu dugaan bahwa telah terjadi multikolinear. Hal ini sesuai dengan poin 2 dan 3 yang dikemukakan oleh Aczel (dapat dilihat pada Bab 2).

12 71 Selain itu dapat juga ditunjukkan mengenai ketidakkonsistenan nilai dugaan koefisien regresi. Perhatikan Tabel 4.2. Pada tabel tersebut terdapat model regresi dugaan dengan menggunakan 3 dan 5 variabel bebas. Hasil yang diperoleh berbeda dalam hal nilai dugaan koefisien regresinya. Contohnya, nilai dugaan koefisien jumlah kamar pada regresi ganda menggunakan 3 variabel bebas adalah , sedangkan menggunakan 5 variabel bebas nilainya adalah Begitu juga dengan nilai dugaan koefisien umur hotel menggunakan 3 variabel bebas yaitu , sedangkan menggunakan 5 variabel bebas nilainya adalah Uraian ini menunjukkan adanya perubahan yang terjadi pada nilai dugaan koefisien regresi ketika dilakukan pemodelan dengan menggunakan jumlah variabel bebas yang berbeda. Atau hal ini sesuai dengan poin 4 yang dikemukakan oleh Aczel. Tabel 4.2 Hasil Regresi dengan 3 dan 5 Variabel Independen Model dengan 3 variabel independen Model dengan 5 variabel independen Variabel Koefisien Variabel Koefisien Konstanta Konstanta Jumlah Kamar Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Jumlah Tempat Tidur Umur Hotel Umur Hotel Tarif Minimal Tarif Minimal Tarif Maksimal Tarif Maksimal Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Fasilitas Jumlah Fasilitas

13 72 Informasi tentang adanya multikolinear pada data juga bisa diperoleh dengan cara melihat koefisien korelasi antar variabel pada data. Pada Gambar 4.10 dapat dilihat matriks korelasi antar variabel pada data hotel. Pada gambar tersebut diketahui terdapat beberapa variabel yang memiliki nilai koefisien korelasi diatas 0.7, contohnya variabel dan yang memiliki nilai koefisien korelasi sebesar Hal ini berarti variabel dan memiliki korelasi kuat dan positif, yaitu bila nilai naik maka nilai juga akan naik. Hal serupa dapat dilihat pada nilai koefisien korelasi variabel dan, nilai koefisien korelasi variabel dan dan nilai koefisien korelasi variabel dan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antar variabel bebas di dalam data, dimana hal ini dapat menjadi indikasi adanya multikolinear.

14 Gambar 4.10 Matriks Korelasi Variabel Pada Data Hotel Selain Variabel VIF melihat matriks korelasi, cara lain untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinear pada data adalah dengan melihat nilai VIF. Bila yang lebih besar terdapat nilai VIF dari 10, maka hal tersebut dapat dijadikan indikasi telah terjadi kasus multikolinear. Nilai VIF dari pemodelan dengan metode regresi ganda dapat dilihat pada Tabel 4.3. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa variabel memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10, yaitu Ini berarti adanya ketergantungan variabel independen lainnya terhadap variabel. Hal tersebut menjadi indikasi kuat adanya multikolinear pada data. Tabel 4.3 Nilai VIF Hasil Pemodelan Menggunakan Metode Regresi

15 Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan telah terjadi multikolinear pada data hotel, sehingga selanjutnya variabel-variabel penelitian akan dimodelkan dengan menggunakan metode PLS REGRESI PLS Sebelum dianalisis, data variabel dan ditransformasi menggunakan transformasi korelasi terlebih dahulu. Data hasil transformasi korelasi dapat dilihat pada Lampiran 1. Selanjutnya variabel-variabel yang telah ditransformasikan tersebut dimodelkan menggunakan persamaan (2.22) dan persamaan (2.23). Langkah-langkah pembentukan komponen utama dalam regresi PLS didasarkan pada algoritma PLS yang diberikan dalam Bab 2. Hasil komponen yang dibentuk dan pembobot (weights dapat dilihat pada Lampiran 3- Lampiran 5. Setelah skor-skor komponen utama didapat, maka skor-skor komponen utama tersebut diregresikan terhadap variabel dependen untuk kemudian dihitung nilai

16 75 PRESS masing-masing modelnya. Nilai PRESS didapat dengan menggunakan persamaan (2.27). Model dengan nilai PRESS terkecil mengindikasikan kecilnya error pendugaan dalam model dan menentukan jumlah komponen utama yang akan digunakan dalam model. Skor komponen utama tersebut lalu digunakan untuk menduga koefisien regresi PLS menggunakan persamaan (2.19). Nilai PRESS serta nilai keragaman variabel yang mampu diterangkan oleh skor komponennya dicantumkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah Komponen Utama Hasil Metode PLS Serta Persentase Keragaman Variabel Jumlah Komponen Utama Ragam PRESS 65.60% % % % % % % Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa dari hasil algoritma PLS yang digunakan, didapat 7 komponen utama. Dari hasil regresi skor-skor komponen tersebut terhadap variabel didapat nilai PRESS yang merepresentasikan ragam variabel. Berdasarkan nilai PRESS terkecil (0.562) dipilih satu komponen yang mampu menjelaskan 65.60% dari keragaman total. Kemudian matriks pembobot W, pembobot X dan pembobot Y dari satu komponen tersebut digunakan untuk

17 76 menduga nilai koefisien regresi menggunakan persamaan (2.19). Hasil pendugaan fungsi regresi dengan metode PLS menggunakan satu komponen dicantumkan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Pendugaan Fungsi Regresi PLS Menggunakan Satu Komponen Variabel Coefficient Standard Error Coefficient Konstanta Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Umur Hotel Tarif Minimal Tarif Maksimal Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Fasilitas Berdasarkan hasil pemodelan di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas memiliki pengaruh yang terhadap jumlah tamu hotel di propinsi Sultra. Jumlah tamu mendapatkan pengaruh positif dari jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas. Variabel jumlah fasilitas merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel dengan nilai koefisien , hal ini berarti setiap penambahan 1 fasilitas maka diduga akan menambah jumlah tamu sebanyak atau 79 orang. Variabel jumlah tenaga kerja adalah variabel paling

18 77 berpengaruh kedua setelah jumlah fasilitas dengan nilai koefisien , artinya setiap penambahan 1 Variabel VIF tenaga kerja maka jumlah tamu diduga bertambah sebanyak atau 29 orang. Selain itu, diperoleh juga nilai yang berarti variabel-variabel independen dalam model tersebut mampu menjelaskan sebesar %. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa calon tamu hotel yang akan menginap cenderung memilih hotel yang memiliki banyak fasilitas dan banyak tenaga kerja. Setelah itu dilakukan uji nilai VIF untuk hasil pemodelan yang menggunakan regresi PLS. Nilai VIF hasil pemodelan menggunakan regresi PLS dapat dilihat pada Tabel 4.6. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tidak terdapat nilai VIF yang lebih besar dari 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa model yang terbentuk sudah bebas dari multikolinear. Tabel 4.6 Nilai VIF Hasil Pemodelan Menggunakan Metode PLS

19 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis menggunakan regresi ganda diperoleh 5 variabel yang berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel. Namun ditemukan hal yang menarik perhatian, yaitu variabel jumlah kamar yang memiliki pengaruh negatif. Hal ini tidak sesuai dengan pertimbangan penulis. Adanya ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan apa yang diperoleh membawa suatu dugaan bahwa telah terjadi multikolinear. Pada latar belakang telah dikemukakan mengenai dugaan adanya korelasi antara variabel independen. Hal ini terbukti, karena setelah dilakukan analisis matriks korelasi ditemukan adanya beberapa variabel independen yang saling berkorelasi. Contohnya, variabel jumlah kamar dan tempat tidur yang memiliki nilai koefisien korelasi Hal ini berarti semakin banyak jumlah kamar maka jumlah tempat tidur juga akan bertambah banyak. Begitu juga setelah dilakukan analisis nilai VIF, diperoleh nilai VIF yang lebih besar dari 10 sehingga selanjutnya data dianalisis menggunakan regresi PLS.

20 79 Dari hasil analisis menggunakan regresi PLS diperoleh 2 variabel yang berpengaruh terhadap jumlah tamu hotel, yaitu variabel jumlah tenaga kerja dan jumlah fasilitas. Kedua variabel tersebut menunjukkan hubungan positif terhadap jumlah tamu hotel. Setiap penambahan 1 tenaga kerja maka jumlah tamu diduga bertambah sebanyak rata-rata atau 29 orang. Sedangkan setiap penambahan 1 fasilitas maka jumlah tamu diduga akan bertambah sebanyak rata-rata atau 79 orang. Namun dilihat dari nilai %, maka diduga jumlah tamu hotel masih dipengaruhi oleh variabel lain. Pada tahun 2011, Mandasari melakukan penelitian yang serupa dengan wilayah penelitian di Semarang. Dengan menggunakan metode regresi ganda, diperoleh hasil bahwa lokasi, fasilitas, persepsi tarif dan kualitas pelayanan mempengaruhi minat konsumen untuk menggunakan jasa perhotelan. Jika dilakukan perbandingan antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Mandasari, maka terdapat perbedaan dalam hal variabel. Dari variabel yang digunakan dalam penelitian ini masih memungkinkan untuk ditambahkan variabel lain, misalnya variabel-variabel yang digunakan oleh Mandasari. Mungkin saja nilai akan meningkat jika dilakukan penggabungan variabel. Seperti yang telah dijelaskan, diketahui populasi penelitian yang digunakan adalah hotel-hotel yang tedapat di propinsi Sultra. Secara umum model PLS yang diperoleh dalam penelitian ini dianggap sebagai model yang telah menggambarkan keadaan perhotelan di propinsi tersebut. Jika dilihat pada Gambar 4.2, diketahui sekitar 35% adalah hotel yang terdapat di wilayah Kendari. Hal ini berarti kontribusi dari hotel-hotel yang ada di Kendari lebih banyak dibandingkan wilayah lain, misalnya Konawe Utara. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian per wilayah

21 80 dengan harapan model yang diperoleh lebih dapat menggambarkan situasi perhotelan di masing-masing wilayah tersebut. Meskipun model yang diperoleh dalam penelitian ini masih ada kekurangan dalam hal nilai, akan tetapi ada nilai positif yang diperoleh. Nilai positif yang dimaksud adalah dihasilkannya model yang telah bebas dari pengaruh multikolinear. Hal ini penting sebab akan berhubungan dengan pengambilan keputusan khususnya bagi pemilik hotel PROGRAM APLIKASI Hasil perancangan layar disajikan dalam Gambar 4.11 Gambar Gambar 4.11 Layar Tampilan Awal Gambar 4.11 adalah gambar awal program dijalankan. Fungsi tombol Browse adalah untuk memilih file yang akan digunakan untuk proses perhitungan dan menampilkannya pada tabel.

22 81 Setelah memilih file, maka tombol Submit menjadi aktif. Tombol submit berfungsi untuk menyiapkan data yang akan di analisis. Gambar 4.12 adalah gambar dimana setelah tombol submit diklik. Ketika tombol submit diklik maka pilihan method dan corellation serta tombol start analysis menjadi aktif. Gambar 4.12 Layar Tampilan Pilihan Method dan Corellation Lalu user memilih metode yang ingin digunakan. Dapat dilihat pada Gambar 4.13 bila user memilih regresi dan mengklik tombol start analysis, maka user akan diarahkan ke halaman select variables untuk memilih variabel apa saja yang ingin digunakan untuk analisis regresi ganda.

23 82 Gambar 4.13 Layar Tampilan Select Variables Gambar 4.14 memperlihatkan layar tampilan hasil analisis regresi ganda. Pada text area ditampilkan hasil analisis regresi ganda. Gambar 4.14 Layar Tampilan Hasil Analisis Regresi Ganda Gambar 4.15 memperlihatkan layar tampilan hasil VIF regresi ganda beserta interpretasinya.

24 83 Gambar 4.15 Layar Tampilan VIF Regresi Ganda Lalu bila user memilih corellation matrix dan mengklik tombol start analysis, maka akan ditampilkan output matriks korelasi. Gambar 4.16 memperlihatkan layar tampilan hasil analisis matriks korelasi. Gambar 4.16 Layar Tampilan Matriks Korelasi Bila user memilih PLS dan mengklik tombol start analysis, maka akan ditampilkan output analisis regresi PLS. Gambar 4.17 dan Gambar 4.18 memperlihatkan layar tampilan hasil analisis regresi PLS dan hasil VIF regresi PLS.

25 84 Gambar 4.17 Layar Tampilan Hasil Analisis Regresi PLS Gambar 4.18 Layar Tampilan VIF Regresi PLS

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu propinsi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu propinsi di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi pariwisata yang dapat dikembangkan. Sektor kepariwisataan ini telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu provinsi di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu provinsi di Indonesia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu provinsi di Indonesia. Sultra ditetapkan sebagai daerah otonom berdasarkan Perpu No. 2 tahun 1964 Jungto UU No. 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji

BAB 3 METODE PENELITIAN. pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji BAB 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian. Bagian-bagian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRANSFORMASI LOGARITMA NATURAL DAN PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MEMPEROLEH MODEL BEBAS MULTIKOLINIER DAN OUTLIER

PENERAPAN METODE TRANSFORMASI LOGARITMA NATURAL DAN PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MEMPEROLEH MODEL BEBAS MULTIKOLINIER DAN OUTLIER PENERAPAN METODE TRANSFORMASI LOGARITMA NATURAL DAN PARTIAL LEAST SQUARES UNTUK MEMPEROLEH MODEL BEBAS MULTIKOLINIER DAN OUTLIER Margaretha Ohyver Mathematics & Statistics Department, School of Computer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Regresi linier adalah teknik pemodelan di mana nilai variabel dependen

BAB I PENDAHULUAN. Regresi linier adalah teknik pemodelan di mana nilai variabel dependen BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Regresi linier adalah teknik pemodelan di mana nilai variabel dependen dimodelkan sebagai kombinasi linier pada sekumpulan variabel penjelas. Variabel dependen merupakan

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016 No. 31/05/Th.I, 5 Mei 2017 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2016 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2016 terus mengalami kemajuan yang ditandai dengan

Lebih terperinci

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara BOKS 1 Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara Pada tanggal 23 April 2008 KBI Kendari melakukan seminar hasil penelitian yang dilakukan oleh Kantor Pusat Bank Indonesia. Salah satu materi

Lebih terperinci

PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL DI KENDARI DENGAN METODE REGRESI WEIGHTED LEAST SQUARES BERBASIS KOMPUTER

PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL DI KENDARI DENGAN METODE REGRESI WEIGHTED LEAST SQUARES BERBASIS KOMPUTER PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH PENGUNJUNG HOTEL DI KENDARI DENGAN METODE REGRESI WEIGHTED LEAST SQUARES BERBASIS KOMPUTER Fariz Abdillah, Margaretha Ohyver, Nilo Legowo Universitas Bina

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan Bupati Muna Nomor 291 Tahun 2007 Tentang Persetujuan Rencana Pembentukan Daerah Otonom Baru Kota Raha dan Pembentukan Daerah Otonom Muna Barat serta Pemindahan

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dilakukan analisis model Fixed Effect beserta pengujian hipotesisnya yang meliputi uji serempak (uji-f), Uji signifikansi parameter individual (Uji

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Persamaan Regresi Linear Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Analisis regresi

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015 No. 14/07/Th.I, 1 Juli 2016 IPM Sulawesi Tenggara Tahun 2015 Pembangunan manusia di Sulawesi Tenggara pada tahun 2015 terus mengalami kemajuan yang ditandai

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan pembahasan. Sub bab akan menjelaskan tentang bagaimana cara mengolah data dan akan dilanjutkan dengan interpretasi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat. ditunjukkan dari nilai probabilitas Jarque-Berra. BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak dalam penelitian ini jarque-berra dimana hasilnya dapat

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK No. 29/05/Th. II, 24 Mei 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Hasil Pendaftaran (Listing) Usaha/Perusahaan Sensus Ekonomi 2016 Provinsi Sulawesi Tenggara Hasil Pendaftaran Sensus Ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Sehubungan dengan obyek yang akan ditulis, maka populasi dalam penelitian difokuskan di Kabupaten Banjarnegara. Dimana data dalam penelitian ini diperoleh

Lebih terperinci

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA TUGAS AKHIR Oleh: FARIDAWATI LATIF L2D 001 418 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

INDUSTRI, PERTAMBANGAN, LISTRIK DAN AIR MINUM

INDUSTRI, PERTAMBANGAN, LISTRIK DAN AIR MINUM Tabel 6.1.6 Table Jumlah Perusahaan Industri Menurut Kabupaten/Kota dan Kelompok Industri, Number of Manufacturing Industry by District/City and Industry Classification, Kelompok Industri Industry Classification

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendapatan perkapita merupakan besarnya pendapatan rata-rata penduduk suatu negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita diperoleh

Lebih terperinci

APLIKASI PEMILIHAN MODEL TERBAIK MENGGUNAKAN BEST SUBSET REGRESSION DAN REGRESI RIDGE

APLIKASI PEMILIHAN MODEL TERBAIK MENGGUNAKAN BEST SUBSET REGRESSION DAN REGRESI RIDGE APLIKASI PEMILIHAN MODEL TERBAIK MENGGUNAKAN BEST SUBSET REGRESSION DAN REGRESI RIDGE Serlyana, Margaretha Ohyver, Bayu Kanigoro Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H Syahdan No. 9, Jakarta 11480, 021-5345830,

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (Pendapatan Asli Daerah) pada kabupaten/ kota di Provinsi DIY tahun BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menganalisis pengaruh JKW (Jumlah Kunjungan Wisatawan), JOW (Jumlah Obyek Wisata) dan PP (Pendapatan Perkapita) terhadap PAD (Pendapatan Asli Daerah)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menjadi sampel dalam penelitian mengenai pengaruh harga, kualitas produk, citra merek BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Objek Penelitian Deskripsi responden disini akan menganalisa identitas para konsumen yang menjadi sampel dalam penelitian mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perhatian terhadap pelaksanaan desentralisasi fiskal telah berlangsung baik di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perhatian terhadap pelaksanaan desentralisasi fiskal telah berlangsung baik di 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap pelaksanaan desentralisasi fiskal telah berlangsung baik di negara maju maupun di negara sedang berkembang. Di negara-negara maju, hal ini dilakukan

Lebih terperinci

PEMODELAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION DENGAN SOFTWARE R

PEMODELAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION DENGAN SOFTWARE R PEMODELAN PRINCIPAL COMPONENT REGRESSION DENGAN SOFTWARE R Margaretha Ohyver Mathematics & Statistics Department, School of Computer Science, Binus University Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah, Jakarta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil uji itas dan Reliabilitas Untuk menguji apakah alat ukur (instrument) yang digunakan memenuhi syarat-syarat alat ukur yang baik, sehingga mengahasilkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Sektor unggulan yang terbentuk dari

Lebih terperinci

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Analisis Regresi: Regresi Linear Berganda Pengantar Pada sesi sebelumnya kita hanya menggunakan satu buah X, dengan model Y = b 0 + b 1 X 0 1 Dalam banyak hal, yang mempengaruhi X bisa lebih dari satu.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. (TI-Math), serta Teknik Informatika dan Statistika (TI-Stat) dan pemilihan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. (TI-Math), serta Teknik Informatika dan Statistika (TI-Stat) dan pemilihan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan Data Pada penelitian ini data dikumpulkan dari populasi mahasiswa BINUS University jurusan Teknik Informatika (TI), Teknik Informatika dan Matematika (TI-Math),

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 2 Juta Orang 2,2 Juta Orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,30 2,07per tahun

Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 2 Juta Orang 2,2 Juta Orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,30 2,07per tahun Jumlah Penduduk Provinsi Jumlah Penduduk Sulawesi Tenggara Provinsi Sulawesi sebanyak Tenggara sebanyak 2 Juta Orang 2,2 Juta Orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,30 2,07per tahun Ucapan Terima Kasih

Lebih terperinci

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi. sebanyak 2% responden menyatakan masalah polusi suara di TWA Gunung Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat kebisingan disajikan pada Tabel 25 berikut ini. Persepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi didefinisikan sebagai kemampuan ekonomi nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka waktu yang cukup lama untuk dapat

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengumpulan Data Panel Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. Data yang

Lebih terperinci

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive), IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

Lebih terperinci

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA POTENSI SUMBERDAYA ALAM DAN PEMBANGUNAN DI SULAWESI TENGGARA H. NUR ALAM GUBERNUR SULAWESI TENGGARA PERTH, FEBRUARI 2013 GAMBARAN UMUM LUAS SULAWESI TENGGARA TERDIRI DARI LUAS WILAYAH DARATAN 38.140

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Hotel Sewu Mas yang berlokasi di Jl. Ring Road Utara No. 198 Yogyakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hotel memegang peranan penting dalam industri pariwisata karena menyediakan fasilitas dan pelayanan penginapan, makanan, dan minuman serta jasa-jasa lainnya

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97%

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97% BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/07/18/Th.X, 1 Juli 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR MEI 2016 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 53,21% DAN AKOMODASI LAINNYA 43,97% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel Berbintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan antar variabel sering menjadi objek yang akan diamati bentuknya dalam sebuah pemodelan. Dua buah variabel yang diduga mempunyai hubungan sebab akibat, atau

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan

BAB IV STUDI KASUS. Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan BAB IV STUDI KASUS 4.1 Indeks Harga Konsumen Indeks merupakan daftar harga sekarang dibandingkan dengan sebelumnya menurut persentase untuk mengetahui turun naiknya harga barang. Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Resume Regresi Linear dan Korelasi

Resume Regresi Linear dan Korelasi Rendy Dwi Ardiansyah Putra 7410040018 / 2 D4 IT A Statistika Resume Regresi Linear dan Korelasi 1. Regresi Linear Regresi linear merupakan suatu metode analisis statistik yang mempelajari pola hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Analisis Deskriptif Data Penelitian Gambaran data hasil penelitian dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan, melalui gambaran data tanggapan responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih variabel independen. Dalam analisis regresi dibedakan dua jenis variabel

BAB I PENDAHULUAN. lebih variabel independen. Dalam analisis regresi dibedakan dua jenis variabel BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis regresi linier merupakan teknik dalam statistika yang digunakan untuk membentuk model hubungan antara variabel dependen dengan satu atau lebih variabel independen.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang dikaji dalam penelitian ini ditekankan pada obyek dan daya tarik wisata, penilaian manfaat wisata alam, serta prospek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama diberikan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pada bagian kedua diberikan teori penunjang untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun

Lebih terperinci

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi

STK 511 Analisis statistika. Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi STK 511 Analisis statistika Materi 7 Analisis Korelasi dan Regresi 1 Pendahuluan Kita umumnya ingin mengetahui hubungan antar peubah Analisis Korelasi digunakan untuk melihat keeratan hubungan linier antar

Lebih terperinci

Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA

Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA Boks 1 POTENSI KELAPA DALAM DI SULAWESI TENGGARA Tanaman kelapa merupakan salah satu tanaman yang telah dibudidayakan oleh masyarakat di Sulawesi Tenggara baik menggunakan lahan pemukiman dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

BAB 3 METODE PENELITIAN. disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Wilayah Provinsi Jawa Timur meliputi 29 kabupaten dan 9 kota. Peta wilayah disajikan pada Gambar 3.1 dan koordinat kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur disajikan

Lebih terperinci

TAHUN JUMLAH KK , JUMLAH KK BERLISTRIK RASIO ELEKTRIFIKASI

TAHUN JUMLAH KK , JUMLAH KK BERLISTRIK RASIO ELEKTRIFIKASI KONDISI KELISTRIKAN TAHUN 2013 KONDISI KELISTRIKAN DI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2008 2013 : JUMLAH KEPALA KELUARGA BERLISTRIK NAIK DARI 183.421 KK TAHUN 2008 MENJADI 379.629 KK (116,7%). RASIO ELEKTRIFIKASI

Lebih terperinci

Boks 1. Penemuan Tambang Emas di Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka

Boks 1. Penemuan Tambang Emas di Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka Boks 1 Penemuan Tambang Emas di Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka Pada akhir triwulan III-2008, masyarakat Sulawesi Tenggara dikejutkan dengan adanya penemuan tambang di Kabupaten Bombana dan Kabupaten

Lebih terperinci

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR V. FAKTOR PENENTU KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Penelitian ini menggunakan model regressi logistik ordinal untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan

Lebih terperinci

: Putri Noviawati NPM : Pembimbing : Rofi ah,se.,mm

: Putri Noviawati NPM : Pembimbing : Rofi ah,se.,mm PENGARUH KUALITAS PRODUK DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KAMERA DIGITAL SLR MEREK CANON (STUDI PADA MAHASISWA UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN ANGKATAN 2013) Nama :

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB

PEMBENTUKAN MODEL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB PEMBENTUKAN MODEL SPASIAL DATA PANEL FIXED EFFECT MENGGUNAKAN GUI MATLAB (Studi Kasus : Kemiskinan di Jawa Tengah) SKRIPSI Disusun Oleh : IRAWATI TAMARA NIM. 24010212120002 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. V. PEMBAHASAN 5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil analisis dayasaing Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Banyak metode yang dapat digunakan untuk menganalisis data atau informasi pada suatu pengamatan. Salah satu metode statistik yang paling bermanfaat dan paling sering

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata.

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata. a. Obyek/Subyek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Daerah penelitian yang digunakan adalah Provinsi DIY. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya. Lautan merupakan barang sumber daya milik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOMBANA, KABUPATEN WAKATOBI, DAN KABUPATEN KOLAKA UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti dan terdiri atas sejumlah individu, baik terbatas maupun tidak terbatas, sedangkan sample adalah bagian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR 32 III. METODE PENELITIAN A. Profil Lokasi Penelitian Kabupaten ini disahkan menjadi kabupaten dalam Rapat Paripurna DPR tanggal 29 Oktober 2008, sebagai pemekaran dari Kabupaten Tanggamus. Kabupaten ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pelayanan Jasa Pelabuhan Sunda Kelapa 4.1.1. Pendapatan Pelabuhan Pendapatan yang diterima Pelabuhan Sunda Kelapa sejak tahun 2004 sampai tahun 2010 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

3. PELAKSANAAN PENELITIAN

3. PELAKSANAAN PENELITIAN 3. PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Tani Margo Tani II di Desa Kembang, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI EKONOMI DAN POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SKRIPSI. Oleh : FAJAR ANDY ARIS MUNANDAR

ANALISIS POTENSI EKONOMI DAN POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SKRIPSI. Oleh : FAJAR ANDY ARIS MUNANDAR ANALISIS POTENSI EKONOMI DAN POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SKRIPSI Oleh : FAJAR ANDY ARIS MUNANDAR 09630077 JURUSAN ILMU EKONOMI STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian Jumlah karyawan operasional Angkasa Pura II Bandara Soekarno Hatta adalah 1397 orang yang terdiri dari petugas Aviation Security (Avsec), petugas pemadam

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BOMBANA, KABUPATEN WAKATOBI, DAN KABUPATEN KOLAKA UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENGAUH KUALITAS PRODUK, HARGA, CITRA MEREK DAN DESAIN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL JENIS MPV MEREK TOYOTA. Risnandar

PENGAUH KUALITAS PRODUK, HARGA, CITRA MEREK DAN DESAIN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL JENIS MPV MEREK TOYOTA. Risnandar PENGAUH KUALITAS PRODUK, HARGA, CITRA MEREK DAN DESAIN PRODUK TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN MOBIL JENIS MPV MEREK TOYOTA AVANZA DI KOTA DEPOK Risnandar 16212478 Latar Belakang Di jaman modern seperti sekarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. dalam ataupun luar negeri datang untuk menikmati objek-objek wisata tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki beragam objek wisata, seperti pulau-pulau dengan pemandangan pantai yang indah, pegunungan, dan keindahan baharinya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam suatu periode tertentu. Produk Domestik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bentuk, Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dirancang sebagai suatu penelitian survey. Survey merupakan penelitian yang dilakukan pada populasi besar dan data yang

Lebih terperinci

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA)

HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Tugas Akhir PERIODE 108 LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR HOTEL WISATA DI KAWASAN MARITIM KOTA BAU-BAU (DI SEKITAR PANTAI LAKEBA) Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 7 1.3 Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

PENGARUH GAJI DAN TUNJANGAN TERHADAP KINERJA GURU SDIT AL IKHLAS 86

PENGARUH GAJI DAN TUNJANGAN TERHADAP KINERJA GURU SDIT AL IKHLAS 86 PENGARUH GAJI DAN TUNJANGAN TERHADAP KINERJA GURU SDIT AL IKHLAS 86 Nama : Muhammad Rizal NPM : 14210800 Kelas : 3 EA 16 Fakultas : Ekonomi Jurusan : Manajemen Dosen Pemb : Sri Kurniasih Agustin, SE.,

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian peternak 24 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Subjek Penelitian Objek penelitian yang diamati yaitu pengaruh aplikasi teknologi pakan, kandang dan bibit terhadap penerimaan usaha, dengan subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ranta Panjang Kiri, penelitian ini di mulai pada 10 Maret sampai 12 Mei 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. Ranta Panjang Kiri, penelitian ini di mulai pada 10 Maret sampai 12 Mei 2014. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penilitian Dalam penelitian ini penulis mengambil tempat pada PD. BPR Rokan Hilir Cabang Kubu Kabupaten Rokan Hilir yang berlokasi di Jalan Jendral Sudirman Ranta Panjang

Lebih terperinci

PENGARUH PELAYANAN, HARGA DAN LOKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN INDO JAYA RENT DI SEMARANG. SUPRIYANTO¹Dr.Ir.Rudy Tjahyono,MM²Dwi Nurul Izzhari,MMT

PENGARUH PELAYANAN, HARGA DAN LOKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN INDO JAYA RENT DI SEMARANG. SUPRIYANTO¹Dr.Ir.Rudy Tjahyono,MM²Dwi Nurul Izzhari,MMT PENGARUH PELAYANAN, HARGA DAN LOKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN INDO JAYA RENT DI SEMARANG SUPRIYANTO¹Dr.Ir.Rudy Tjahyono,MM²Dwi Nurul Izzhari,MMT Program Studi Tehnik Industri Universitas Dian Nuswantoro

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel dependen, yaitu loyalitas konsumen

BAB III METODE PENELITIAN. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel dependen, yaitu loyalitas konsumen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.1.1 Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini terdiri dari : 1. Variabel dependen, yaitu loyalitas konsumen. Variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penilaian. Tujuannya adalah

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA

BAB 11 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA BAB 11 ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA Selain regresi linier sederhana, metode regresi yang juga banyak digunakan adalah regresi linier berganda. Regresi linier berganda digunakan untuk penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Klasik 1. Uji heteroskedastisitas Berdasarkan hasil Uji Park, nilai probabilitas dari semua variable independen tidak signifikan pada tingkat 5 %. Keadaan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26%

TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26% BPS PROVINSI LAMPUNG No. 07/01/18/Th.X, 4 Januari 2016 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR NOVEMBER 2015 PROVINSI LAMPUNG, HOTEL BERBINTANG 50,38% DAN AKOMODASI LAINNYA 37,26% Tingkat Penghunian Kamar (TPK) Hotel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas mengenai gambaran persebaran IPM dan komponen-komponen penyususn IPM di Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kedisiplinan dan Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kedisiplinan dan Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran 58 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas hasil penelitian tentang Kontribusi Kedisiplinan dan Kepercayaan Diri terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Menggambar Konstruksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian. Yamaha SS Cabang Kedungmundu Semarang. Kuesioner dibagikan BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif 1. Deskripsi Pengumpulan Data Penelitian Penelitian ini menggunakan data hasil penyebaran koesioner kepada 100 orang responden calon konsumen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif,yaitu penelitian yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Analisis regresi merupakan salah satu metode statistik yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan analisis regresi yaitu mengetahui sejauh mana hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan mengestimasi apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan waktu yang relatif lama ( assaury, 1991). Sedangkan ramalan

Lebih terperinci