MODUL PEMBELAJARAN METODE PENELITIAN SOSIAL KUANTITATIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PEMBELAJARAN METODE PENELITIAN SOSIAL KUANTITATIF"

Transkripsi

1 MODUL PEMBELAJARAN METODE PENELITIAN SOSIAL KUANTITATIF Oleh: Joko Tri Nugraha, S.Sos, M.Si JURUSAN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS TIDAR MAGELANG 2017

2 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan curahan nikmat dan karunia-nya sehingga penyusunan Modul Pembelajaran Metode Penelitian Sosial Kuantitatif (MPS Kuantitatif) dapat diselesaikan dengan baik. Ide untuk menulis dan merivisi modul pembelajaran ini berkembang dari pengalaman sebagai pengajar metode penelitian, khususnya metode kuantitatif untuk penelitian sosial dan diskusi dengan rekan-rekan satu profesi. Maksud dari Modul Pembelajaran Metode Penelitian Sosial Kuantitatif ini adalah membahas berbagai tipe rancangan dan metode penelitian yang secara umum digunakan, proses mendasar melalui mana studi-studi peneliti diadakan, hingga peneliti menginterpretasi hasil dan melaporkan. Buku ajar ini lebih menekankan pada metode ilmiah (scientific method) untuk melakukan satu penelitian. Itu mencakup seluruh tahapan-tahapan penelitian terutama berbagai metode pengumpulan data dan analisis data untuk penelitian kuantitatif. Modul ini perlu dan sangat penting dibaca bagi mahasiswa atau siapapun yang ingin melakukan satu treatment komprehensif tentang metode, strategi dan teknik penelitian tetapi dengan perhatian khusus untuk pendekatan kuantitatif. Modul ini juga ideal untuk pembaca dengan pengetahuan intermediate yang memerlukan satu quick refresher berdasarkan aspek-aspek tertentu dan rancangan penelitian dan metodologi. Sementara, untuk pembaca dengan advance knowledge tentang rancangan dan metodologi penelitian, buku ini dapat digunakan sebagai satu concise summary of basic research techniques and principles, atau sebagai suatu adjust to a more advanced research methodology and design textbook. Semoga modul pembelajaran ini dapat sebagai pendukung keberhasilan proses belajar mengajar dan dapat mencapai sasaran pembelajaran serta bermanfaat bagi semua pihak. Magelang, Februari 2017 Penyusun 1

3 DAFTAR ISI Halaman Bab I. Ilmu Pengetahuan dan Penelitian... 3 Bab II. Konsep Dasar Riset... 9 Bab III. Jenis-Jenis Riset Bab IV. Perspektif Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi Bab V. Proses Penelitian, Masalah, Variabel dan Paradigma Penelitian Bab VI. Proses Penelitian Survei Bab VII. Landasan Teori, Kerangka Berpikir dan Pengajuan Hipotesis Bab VIII. Penyusunan Kuesioner Bab IX. Populasi dan Sampel Bab X. Validitas dan Reliabiltas Instrumen Penelitian Bab XI. Analisis Data Kuantitatif Bab XII. Pengujian Hipotesis Bab XIII. Menyusun Proposal Penelitian Bab XIV. Menyusun Laporan Penelitian Daftar Pustaka

4 BAB I. ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Pengantar Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial, yang berlaku umum dan sistematis. Karena ilmu berlaku umum, maka darinya dapat disimpulkan pernyataan-pernyataan yang didasarkan pada beberapa kaidah umum pula. Ilmu tidak lain adalah suatu pengetahuan yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematis menurut kaidah umum. 1. Ilmu dan Proses Berpikir Dua buah definisi dari ilmu adalah sebagai berikut: Ilmu pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah yang umum. Ilmu ialah pengetahuan yang sudah dicoba dan diatur menurut urutan dan arti serta menyeluruh dan sistematis. Ilmu lahir karena manusia diberkahi Tuhan suatu sifat ingin tahu. Keingintahuan seseorang terhadap permasalahan di sekelilingnya dapat menjurus kepada keingintahuan ilmiah. Misalnya, dari pertanyaan apakah bulan mengelilingi bumi, apakah matahari mengelilingi bumi, timbul keinginan untuk mengadakan pengamatan secara sistematis, yang akhirnya melahirkan kesimpulan bahwa bumi itu bulat, bahwa bulan mengelilingi matahari dan bumi juga mengelilingi matahari. Juga, bidang ilmuilmu sosial, keingintahuan tentang masalah-masalah sosial telah membuat orang mengadakan pengamatan-pengamatan secara sistematis terhadap fenomenafenomena sosial seperti Sosiologi, Antropologi dan sebagainya. Menurut Maranon (1953), ilmu mencakup lapangan yang sangat luas, menjangkau semua aspek tentang progress manusia secara menyeluruh. Termasuk di dalamnya pengetahuan yang telah dirumuskan secara sistematis melalui pengamatan dan percobaan yang terus menerus, yang telah menghasilkan penemuan kebenaran yang bersifat umum. Tan (1954) berpendapat bahwa ilmu bikan saja merupakan suatu himpunan pengetahuan yang sistematis, tetapi juga merupakan suatu metodologi. Ilmu telah memberikan metode dan sistem, yang mana tanpa ilmu semua itu akan merupakan suatu kebutuhan saja. Nilai dari ilmu tidak saja terletak dalam pengetahuan yang dikandungnya, sehingga si penuntut ilmu menjadi seorang yang ilmiah, baik dalam keterampilan, dalam pandangan maupun tindak-tanduknya. Ilmu menemukan materi-materi alamiah serta memberikan suatu rasionalisasi sebagai hukum alam. Ilmu membentuk kebiasaan serta meningkatkan keterampilan observasi, percobaan (eksperimentasi), klasifikasi, analisis serta membuat generalisasi. Dengan adanya keingintahuan manusia yang terus-menerus, maka ilmu akan terus berkembang dan membantu kemampuan persepsi serta kemampuan berpikir secara logis, yang sering disebut penalaran. Biasanya manusia normal selalu berpikir dengan situasi permasalahan. Hanya terhadap hal-hal yang lumrah saja, biasanya reaksi manusia terjadi tanpa berpikir. Ini adalah suatu kebiasaan atau tradisi. Akan tetapi, jika masalah yang dihadapi adalah masalah yang rumit, maka manusia normal akan mencoba memecahkan masalah tersebut menurut langkah-langkah tertentu. Berpikir demikian dinamakan berpikir secara reflektif (reflective thinking). 3

5 Bagaimana kira-kira proses yang terjadi ketika kita berpikir? Menurut Dewey (1993), proses berpikir dari manusia normal mempunyai urutan sebagai berikut: a. Timbul rasa sulit, baik dalam bentuk adaptasi terhadap alat, sulit mengenal sifat ataupun dalam menerangkan hal-hal yang muncul secara tiba-tiba. b. Kemudian rasa sulit tersebut diberi definisi dalam bentuk permasalahan. c. Timbul suatu kemungkinan pemecahan yang berupa reka-reka, hipotesis, inferensi atau teori. d. Ide-ide pemecahan diurakan secara rasional melalui pembentukan implikasi dengan jalan mengumpulkan bukti-bukti (data). e. Menguatkan pembuktian tentang ide-ide di atas dan menyimpulkannya baik melalui keterangan-keterangan ataupun percobaan-percobaan. Menurut Kelly (1930), proses berpikir menuruti langkah-langkah sebagai berikut: a. Timbul rasa sulit. b. Rasa sulit tersebut didefinisikan. c. Mencari suatu pemecahan sementara. d. Menambah keterangan terhadap pemecahan tadi yang menuju kepada kepercayaan bahwa pemecahan tersebut adalah benar. e. Melakukan pemecahan lebih lanjut dengan verifikasi eksperimental (percobaan). f. Mengadakan penilaian terhadap penemuan-penemuan eksperimental menuju pemecahan secara mental untuk diterima atau ditolak sehingga kembali menimbulkan rasa sulit. g. Memberikan suatu pandangan ke depan atau gambaran mental tentang situasi yang akan datang untuk dapat menggunakan pemecahan tersebut secara tepat. Dari keterangan-keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir secara nalar mempunyai dua buah kriteria penting, yaitu: 1) Ada unsur logis di dalamnya. Tiap bentuk berpikir mempunyai logikanya sendiri. Dengan perkataan lain, berpikir secara nalar tidak lain adalah berpikir secara logis. Perlu juga dijelaskan, bahwa berpikir secara logis mempunyai konotasi jamak dan bukan konotasi tunggal. Karena itu, suatu kegiatan berpikir dapat saja logis menurut logika lain. Kecenderungan tersebut dapat menjurus kepada apa yang dinamakan kekacauan penalaran. Hal ini disebabkan karena tidak adanya konsistensi dalam menggunakan pola berpikir. 2) Ada unsur analitis di dalamnya. Dengan logika berpikir yang ada ketika berpikir, maka kegiatan berpikir itu secara sendirinya mempunyai sifat analitis, yang mana sifat ini merupakan konsekuensi dari adanya pola berpikir tertentu. Berpikir secara ilmiah berarti melakukan kegiatan analitis dalam menggunakan logika secara ilmiah. Dengan demikian, berpikir tidak terlepas dari daya imajinatif seseorang dalam merangkaikan ramburambu pikirannya ke dalam suatu pola tertentu, yang dapat timbul sebagai kejeniusan seorang ilmuwan. 2. Apa yang Dimaksud dengan Penelitian? Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu, ada juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re 4

6 yang berarti kembali dan to search yang berarti mencari. Dengan demikian, arti sebenarnya dari research atau riset adalah mencari kembali. Menurut Kamus Webster s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut ilmuwan Hillway (1956) penelitian tidak lain adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehingga diperoleh pemecahan masalah yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney (1960) menyatakan bahwa di samping untuk memperoleh kebenaran, kerja menyelidiki harus pula dilakukan secara sungguh-sungguh dalam waktu yang lama. Dengan demikian, penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran sehingga penelitian juga merupakan metode berpikir secara kritis. Dalam hubungannya dengan definisi penelitian, Gee (1975) memberikan tanggapan sebagai berikut: Dalam berbagai definisi penelitian, terkandung ciri tertentu yang lebih kurang bersamaan. Adanya suatu pencarian, penyelidikan atau investigasi terhadap pengetahuan baru, atau sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi (tafsiran) baru dari pengetahuan yang timbul. Metode yang digunakan bisa saja ilmiah atau tidak, tetapi pandangan harus kritis dan prosedur harus sempurna. Tenaga bisa saja signifikan atau tidak. Dalam masalah aplikasi, maka tampaknya aktivitas lebih banyak tertuju pada pencarian (search) dari pada suatu pencarian kembali (re-search). Jika proses yang terjadi adalah hal-hal yang selalu diperlukan, maka penelitian sebaiknya digunakan untuk menentukan ruang lingkung dari konsep dan bukan kehendak untuk menambah definisi lain terhadap definisi-definisi yang telah begitu banyak. Penelitian denganmenggunakan metode ilmiah (scientific method) disebut penelitian ilmiah (scientific research). Dalam penelitian ilmiah ini, selalu ditemukan dua unsur penting, yaitu unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning) (Ostle, 1975). Unsur pengamatan merupakan kerja dengan mana pengetahuan menggunakan persepsi (sense of perception). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan mana arti dari fakta-fakta, hubungan dengan interelasi terhadap pengetahuan yang timbul sebegitu jauh ditetapkan sebagai pengetahuan yang sekarang. 3. Ilmu, Penelitian dan Kebenaran Ilmu dan penelitian mempunyai hubungan yang sangat erat. Menurut Almack (1930), hubungan antara dan penelitian adalah seperti hasil dan proses. Penelitian adalah proses, sedangkan hasilnya adalah ilmu (lihat gambar 1.1) Gambar 1.1 Penelitian Ilmu (Proses) (Hasil) Akan tetapi Whitney (1960), berpendapat bahwa ilmudan penelitian adalah sama-sama proses, sehingga ilmu dan penelitian adalah proses yang sama. Hasil dari proses tersebut adalah kebenaran (truth), lihat pada gambar

7 Gambar 2.1 Penelitian Ilmu Kebenaran (Proses) (Proses) (Hasil) Bagaimana pula hubungan antara berpikir, penelitian dan ilmu? Konsep berpikir, ilmu dan penelitian juga sama. Berpikir, sama seperti halnya dengan ilmu, juga merupakan proses untuk mencari kebenaran. Proses berpikir adalah hasil refleksi yang hati-hati dan teratur. Kebenaran yang diperoleh melalui penelitian terhadap fenomena yang fana adalah suatu kebenaran yang telah ditemukan melalui proses ilmiah, karena penemuan tersebut dilakukan secara ilmiah. Sebaliknya banyak juga kebenaran terhadap fenomena yang fana diterima tidak melalui proses penelitian. Umumnya, suatu kebenaran ilmiah dapat diterima dikarenakan oleh tiga hal, yaitu: (1) Adanya Koherensi; (2) Adanya Korespondensi dan; (3) Pragmatis. Suatu pernytaan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya, suatu pernyataan bahwa si Badu akan mati dapat dipercaya, karena pernyataan tersebut koheren dengan pernyataan bahwa semua orang akan mati. Kebenaran matematika misalnya, didasarkan atas sifat koheren, karena dalil matematika disusun berdasarkan beberapa aksioma yang telah diketahui kebenarannya terlebih dahulu. 4. Kebenaran Non Ilmiah Tidak selamanya penemuan kebenaran diperoleh secara ilmiah. Kadang kebenaran dapat ditemukan melalui proses non ilmiah, seperti: a. Penemuan Kebenaran Secara Kebetulan Penemuan kebenaran secara kebetulan tidak lain dari takdir Allah. Walaupun penemuan kebenaran secara kebetulan bukanlah kebenaran yang ditemukan secara ilmiah, tetapi banyak penemuan tersebut telah menggoncangkan dunia Pengetahuan. b. Penemuan Kebenaran Secara Common Sense (Akal Sehat) Common sense merupakan serangkaian konsep atau bagan konseptual yang memuaskan untuk digunakan secara praktis. Akal sehat dapat menghasilkan kebenaran dan dapat pula menyesatkan. Misalnya, di abad-19 dengan akal sehat (common sense) orang percaya bahwa hukuman untuk anak didik merupakan alat utama dalam pendidikan. c. Penemuan Kebenaran Melalui Wahyu Kebenaran yang didasarkan atas wahyu merupakan kebenaran mutlak, jika wahyu datangnya dari Allah melalui Rosul dan Nabi. Kebenaran yang diterima sebagai wahyu bukanlah disebabkan oleh hasil usaha penalaran manusia secara aktif. Wahyu diturunkan Allah kepada Rosul dan Nabi. Akan tetapi, kebenaran yang dibawakan melalui wahyu merupakan kebenaran yang asasi. d. Penemuan Kebenaran Secara Intuitif Kebenaran dengan intuisi diperoleh secara cepat sekali melalui proses luar sadar tanpa menggunakan penalaran dan proses berpikir, ataupun melalui suatu renungan. Kebenaran yang diperoleh secara intuisi sukar dipercaya, karena kebenaran ini tidak menggunakan langkah yang sistematis untuk memperolehnya. 6

8 e. Penemuan Kebenaran Secara Trial and Error Bekerja secara trial and error adalah melakukan sesuatu secara aktif dengan mengulang-ngulang pekerjaan tersebut berkali-kali dengan menukar-nukar cara dan materi. Pengulangan tersebut tanpa dituntun oleh suatu petunjuk yang jelas sampai seseorang menemukan sesuatu. f. Penemuan Kebenaran Melalui Spekulasi Penemuan kebenaran secara spekulasi sedikit lebih tinggi tarafnya dari penemuan secara trial and error. Jika dalam penemuan secara trial and error peneliti tidak mempunyai panduan sama sekali, maka dalam penemuan dengan spekulasi, seseorang dibimbing oleh suatu pertimbangan, walaupun pertimbangan tersebut kurang dipikirkan secara masak-masak tetapi dilaksanakan dengan suasana penuh resiko. g. Penemuan Kebenaran Karena Kewibawaan Kebenaran ada kalanya diterima karena dipengaruhi oleh kewajiban seseorang. Pendapat dari seorang ilmuwan yang berbobot tinggi ataupun yang mempunyai otorita dalam suatu bidang ilmu dan mempunyai banyak pengalaman sering diterima begitu saja tanpa diuji kebenarannya terlebih dahulu. 5. Proposisi, Dalil, Teori dan Fakta Prosisi adalah pernyataan tentang sifat dari realita. Proposisi tersebut dapat diuji kebenarannya. Jika proposisi sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara diterima untuk diuji kebenarannya, proposisi tersebut disebut hipotesis. Dalam ilmu sosial, proposisi biasanya berupa pernyataan antara dua atau lebih konsep. Contoh proposisi adalah (Effendi, 2012): a. Tingkat modernitas suami istri adalah salah satu faktor penentu perilaku kontraseptif mereka. b. Penerimaan kontrasepsi modern dipengaruhi oleh persepsi tentang nilai ekonomis anak. Kedua pernyataan di atas adalah proposisi. Proposisi tersebut menghubungkan dua faktor yaitu faktor penyebab dari faktor lainnya. Proposisi ini jika dirumuskan untuk diuji kebenarannya, ia akan menjadi hipotesis. Hipotesis adalah suatu pernyataan yang diterima secara sementara untuk diuji kebenarannya. Proposisi yang sudah mempunyai jangkauan cukup luas dan telah didukung oleh data empiris dinamakan dalil (scientific law). Dengan perkataan lain, dalil adalah singkatan dari suatu pengetahuan tentang hubungan sifat-sifat tertentu, yang bentuknya lebih umum jika dibandingkan dengan penemuan-penemuan empiris yang mana dalil tersebut didasarkan (Seltiz, 1964). Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematis dalam gejala social maupun natura yang akan diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau hubungan dari proposisi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973), teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya, suatu set dari proposisi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena. Ada tiga hal yang perlu diperhatikan jika ingin mengenal teori. Ketiga hal tersebut adalah sebagai berikut: 7

9 1. Teori adalah sebuah set proposisi yang terdiri atas konstrak (construct) yang sudah didefinisikan secara luas dan dengan hubungan unsur-unsur dalam set tersebut secara jelas pula. 2. Teori menjelaskan hubungan antar variabel atau antar konstrak (construct) sehingga pandangan yang sistematis dari fenomena-fenomena yang diterangkan oleh variabel-variabel dengan jelas kelihatan. 3. Teori menerangkan fenomena dengan cara menspesifikasikan variabel mana yang berhubungan dengan variabel mana. Teori adalah alat dari ilmu (tool of science). Di lain pihak, teori juga merupakan alat penolong teori. Sebagai alat dari ilmu, teorimempunyai peranan sebagai berikut: a. Teori mendefinisikan orientasi utama dari ilmu dengan cara memberikan definisi terhadap jenis-jenis data yang akan dibuat abstraksinya. Fungsi pertama dari teori adalah memberi batasan terhadap ilmu dengan cara memperkecil jangkauan (range) dari fakta yang akan dipelajari. Karena banyak fenomena yang akan dipelajari dari berbagai aspek, maka teori membatasi aspek mana saja yang akan dipelajari dari fenomena tertentu. b. Teori memberikan rencana (scheme) konseptual, dengan rencana mana fenomenafenomena yang relevan disistematiskan, diklasifikasikan dan dihubung-hubungkan. Tugas dari ilmu juga mengembangkan sistem klasifikasi dan struktur konsep. Dalam pengembangan tersebut, ilmu memegang peranan penting, karena konsep serta klasifikasi selalu berubah karena pentingnya suatu fenomena berubah-ubah. c. Teori memberikan ringkasan terhadap fakta dalam bentuk generalisasi empiris dari sistem generalisasi. Teori meringkaskan hasil penelitian. Dengan adanya teori, generalisasi terhadap hasil penelitian dapat dengan mudah dilakukan. Teori juga dapat memadu generalisasi-generalisasi satu sama lain secara empiris sehingga dapat diperoleh suatu ringkasan hubungan antar generalisasi atau pernyataan. d. Teori memberikan prediksi terhadap fakta. Penyingkatan fakta-fakta oleh teori akan menghasilkan uniformitas dari pengamatan-pengamatan. Dengan adanya uniformitas tersebut, maka dapat dibuat prediksi terhadap fakta-fakta yang akan datang. e. Teori memperjelas celah-celah di dalam pengetahuan kita. Karena meringkaskan fakta-fakta sekarang dan memprediksikan fakta-fakta yang akan datang, yang belum diamati, maka teori dapat memberikan petunjuk dan memperjelas daerah mana dalam khazanah ilmu pengetahuan yang belum dieksplorasikan. Penelitian dan teori mempunyai hubungan yang sangat erat. Teori memberikan dukungan kepada penelitian dan di lain pihak, penelitian juga memberikan kontribusi kepada teori. Teori dapat memandu penelitian sehingga penelitian yang dilakukan memberikan hasil yang diharapkan. Kontribusi timbal balik antara teori dan penelitian merupakan proses yang berketerusan. Penelitian yang didasarkan atas pertimbangan teori dapat menghasilkan isu-isu teoritis yang baru. di lain pihak, adanya isu-isu teoritis yang baru tersebut menghendaki adanya penelitian lebih lanjut. Proses tersebut akan terjadi terus-menerus. 8

10 BAB II. KONSEP DASAR RISET 1. Pendahuluan Beberapa peneliti berargumentasi bahwa riset harus dilakukan secara ilmiah. Sebagai tandingan riset metode naturalis. Walaupun secara konsep kedua metode ini berbeda, tetapi sebaiknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang bertentangan, karena keduanya mempunyai kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya tersendiri, sehingga seharusnya digunakan secara komplementer, satu melengkapi yang lainnya. Pendekatan komplementer ini disebut dengan triangulasi. Riset metode ilmiah menggunakan pendekatan deduksi dalam proses pengambilan keputusannya, sedang riset metode naturalis menggunakan pendekatan induksi. Macam-macam riset harus diketahui oleh periset, karena periset harus memilih jenis riset yang akan dilakukan ini. Untuk melakukan riset dengan baik, maka karakteristik riset yang baik perlu dipahami untuk dijadikan pedoman. 2. Definisi Riset Riset (research) didefinisikan oleh Sekaran (2003) sebagai: Suatu investigasi atau keingintahuan saintifik yang terorganisasi, sistematik, berbasis data, kritikal terhadap suatu masalah dengan tujuan menemukan jawaban atau solusinya (an organized, systematic, data-based, critical, scientific inquiry or investigation into a specific problem under taken the objective of finding answers or solution to it). Sedang Kinney, Jr. (1986) mendefinisikan riset (research) sebagai berikut: Pengembangan dan pengujian teori-teori baru tentang bagaimana dunia nyata bekerja atau penolakan dari teori-teori yang sudah ada. Lebih spesifik pada aplikasi di bisnis, riset bisnis (business research) didefinisikan oleh Cooper and Schindler (2001) sebagai: Pencarian yang sistematik yang menyediakan informasi untuk mengarahkan keputusan-keputusan-keputusan bisnis (as a systematic inquiry that-provides information to guide business decicions). 3. Riset Ilmiah Definisi-definisi riset tersebut menunjukkan riset yang menggunakan metode ilmiah (scientific method). Cooper and Schindler (2001;2003) menunjukkan bahwa hal penting dari riset metode ilmiah (scientific method) adalah: a. Observasi langsung terhadap fenomena (direct observation of phenomena). b. Variabel-variabel, metode-metode dan prosedur-prosedur riset didefinisikan dengan jelas (clearly defined variable, methods and procedures). c. Hipotesis-hipotesis diuji secara empiris (empirically testable hypotheses). d. Mempunyai kemampuan mengalahkan hipotesis saingan (the ability to rule out rival hypoyhese). e. Justifikasi kesimpulan secara statistic tidak secara bahasa (statistical rather than linguistic justification on conclucion) dan f. Mempunyai proses membetulkan dirinya sendiri (the self-correcting process). Kerlinger (1973) juga menjelaskan riset metode ilmiah (scientific method) sebagai investigasi yang sistematik, terkendali dan empiris terhadap suatu set hipotesishipotesis yang dibangun dari suatu struktur teori. 9

11 Dari definisi di atas, maka dapat dipahami bahwa penelitian menggunakan metode ilmiah atau metode saintifik (scientific method) dilakukan dengan membangun satu atau lebih hipotesis-hipotesis berdasarkan suatu struktur atau kerangka teori dan kemudian menguji hipotesis atau hipotesis-hipotesis tersebut secara empiris, seperti tampak pada gambar berikut ini. Gambar 3.2 Proses Penelitian Menggunakan Metode Saintifik Struktur Teori Pengkonstruksian teori (theory construction) Hipotesis-hipotesis Pengujian Empiris Pengujian atau verifikasi teori (theory verification) Dari gambar 3.2 terlihat bahwa penelitian menggunakan metode ilmiah melibatkan theory construction dan theory verification. Pengkonstruksian teori (theory construction) adalah proses untuk membentuk struktur atau kerangka teori. Struktur atau kerangka teori adalah hubungan sebab-akibat (casual links) antara variabel-variabel yang akan diteliti yang didukung oleh suatu teori yang sudah ada atau hasil penelitian-penelitian sebelumnya atau oleh alas an-alasan logis atau alasan-alasan konsep (conseptual reasoning) yang dapat mengarahkan ke suatu hubungan-hubungan variabel. Dari hasil struktur teori dapat dikembangkan suatu hipotesis yang relevan dengan struktur teorinya. Hipotesis ini kemudian akan diuji secara empiris (dengan menggunakan fakta). Verifikasi teori (theory verification) adalah proses memverifikasi teori lewat pengujian hipotesis secara empiris. Secara empiris berarti menggunakan fakta yang obyektif, secara hati-hati diperoleh, benar-benar terjadi, tidak tergantung dari kepercayaan atau nilai-nilai (value free atau tidak value laden) peneliti maupun kepercayaan orang lain. Bebas nilai (value free) adalah peneliti tidak menggantungkan pada kepercayaannya tetapi pada fakta yang ditunjukkan secara empiris. Sekaran (1992; 2003) lebih lanjut membedakan riset saintifik dengan riset-riset lainnya sebagai berikut: 1. Berketujuan (purposiveness), yaitu riset saintifik mempunyai tujuan yang jelas. 2. Kokoh (rigor), menunjukkan proses riset saintifik dilakukan dengan hati-hati (prudent) dengan tingkat keakurasian yang tinggi. Basis teori dan rancangan riset yang baik akan menambah kekokohan dari riset saintifik. 3. Ujibilitas (tesability) menunjukkan bahwa riset saintifik dapat menguji hipotesishipotesis dengan pengujian statistic menggunakan data yang dikumpulkan. 4. Replikabilitas (eplircability), yaitu riset saintifik dapat diulang dengan menggunakan data yang lain. 10

12 5. Ketepatan dan keyakinan (precicion dan confidence), menunjukkan bahwa tidak ada riset yang sempurna dan ketepatannya tergantung keyakinan periset yang diterima umum. Kesalahan pengukuran data dan bias yang lainnya dapat menyebabkan ketepatan riset menurun. Desain riset harus dilakukan dengan baik sehingga hasil riset dapat dekat dengan kenyataannya (precicion) dengan tingkat probabilitas keyakinan (confidence) tinggi yang harus diterapkan. 6. Objektivitas (objectivity), menunjukkan bahwa riset saintifik memberikan hasil dan konklusi yang obyektif tidak dipengaruhi oleh faktor subyektif peneliti. 7. Generalisasibilitas (generalizability), yaitu riset saintifik mampu untuk diuji ulang dengan hasil yang konsisten dengan waktu, obyek dan situasi yang berbeda. 8. Sederhana (parsimony) yaitu riset saintifik mempunyai kemudahan di dalam menjelaskan risetnya. 4. Riset Metode Ilmiah Vs Riset Metode Naturalis Lawan dari penelititan pendekatan ilmiah (scientific method) adalah penelitian pendekatan alamiah atau naturalis (naturalistic approach). Pendekatan naturalis menolak bentuk terstruktur dari riset. Proses pembentukan struktur teori tidak dilakukan. Isu penelitian atau pertanyaan riset tidak perlu dihubungkan dengan teoriteori yang ada kecuali jika tujuan penelitiannya ingin membuktikan atau menemukan keterbatasan dari suatu teori. Tujuan riset seperti ini jarang dilakukan dan yang umum dilakukan adalah untuk menemukan teori yang baru. periset pendekatan naturalis bebas berpikir dengan teori apapun. Pendekatan naturalis juga tidak membutuhkan hipotesis-hipotesis secara eksplisit. Menurut Abdel-Khalik dan Ajinkya (1979), penelitian menggunakan metode naturalis ini sejalan dengan grounded theory yang dikembangkan oleh Glaser dan Straus (1967). Teori membumi (grounded theory) percaya bahwa cara terbaik untuk menjelaskan dan membangun teori adalah dengan menemukannya dari data. Pendekatan ini menganggap bahwa teori grounded didatanya. Pendekatan saintifik menolak hal ini dan berargumentasi bahwa fact do not speak for themselves (Blalock, 1969). Pendekatan saintifik membutuhkan pengujian secara kuantitatif dan statistik. Perbedaan dari penelitian menggunakan metode saintifik atau ilmiah dengan pendekatan naturalis dapat diringkas dalam tabel berikut: Tabel 1.2 No Pendekatan Saintifik Pendekatan Naturalis 1 Menggunakan struktur teori. Tidak menggunakan struktur teori karena lebih bertujuan menemukan teori bukan memverifikasi teori, kecuali tujuan penelitiannya ingin membuktikan atau menemukan keterbatasan dari suatu teori. 2 Struktur teori digunakan untuk membangun satu atau lebih hipotesishipotesis. 3 Pendekatan ilmiah melakukan setting artificial misalnya dengan metode eksperimen dengan memanipulasi beberapa variabel. Hipotesis jika ada sifatnya hanya implisit tidak eksplisit. Pendekatan naturalis menolak bentuk terstruktur dari riset. Pendekatan naturalis juga menolak pengaturan-pengaturan riset secara artifisial. Penelitian pendekatan naturalis lebih menggunakan dan menjaga setting alamiah (natural) di mana fenomena atau perilaku yang akan diamati terjadi. 11

13 4 Pendekatan saintifik menolak bahwa teori membumi (grounded) didatanya dan berargumentasi bahwa fact do not speak for themselves (Blalock, 1969). 5 Pendekatan saintifik membutuhkan pengujian secara kuantitaitf dan statistik. Sejalan dengan konsep grounded theory yang dikembangkan oleh Glaser dan Straus (1967) yangpercaya bahwa cara terbaik untuk menjelaskan dan membangun teori adalah dengan menemukannya dari data. Pendekatan ini mengganggap bahwa teori grounded didatanya. Pengikut grounded theory termasuk yang mengembangkan metode penelitian eksplorasi (exploratory research) yang tidak menggunakan data kuantitatif dan teknik statistik untuk menyimpulkan hasil yang diobservasi. Metode naturalis dan metode eksplorasi bersifat kualitatif menggunakan data kualitatif. Pendekatan saintifik dan pendekatan naturalis masing-masing mempunyai kelemahan-kelemahan dan kebaikan-kebaikannya masing-masing. Tabel berikut menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kebaikan-kebaikan untuk kedua pendekatan tersebut: Tabel 2.2 No Pendekatan Saintifik Pendekatan Naturalis 1 (+) Menilai data lebih obyektif, karena tidak boleh terpengaruh oleh nilai atau kepercayaan periset atau orang lain (harus value free). 2 (-) Setting tidak natural (artifisial) dapat menurunkan validitas penelitian. 3 (-) Penelitian kurang terfokus tetapi lebih luas, sehingga kurang mendalam. 4 (-) Penelitian biasanya menjelaskan dan memprediksi fenomena yang tampak, sehingga lebih mengarah ke verifikasi teori. 5 (+) Dari segi kemudahan mendapatkan data, data sekunder yang tersedia dapat digunakan. 6 (+) Eksternal validitas lebih tinggi karena dapat melibatkan permasalahan yang lebih luas menggunakan waktu yang lebih panjang dan perusahaan yang lebih banyak sebagai obyek penelitian karena tersedia di data sekunder. (-) Menilai data lebih subyektif karena hasil observasi langsung periset dan periset sendiri yang menyimpulkannya. (+) Setting natural tidak diubah oleh periset. (+) Penelitian lebih terfokus dan lebih mendalam. (+) Penelitian lebih mendetail ke hal-hal di bawah permukaan yang belum tampak, seperti misalnya penelitian tentang kultur. Lebih untuk menentukan teori baru. (-) Data primer harus dikumpulkan sendiri oleh periset yang biasanya membutuhkan waktu yang lama (bulanan sampai dengan tahunan) untuk mendapatkannya dengan terlibat langsung sebagai pengobservasi di tempat kejadian. (-) Eksternal validitas rendah karena hanya melibatkan satu permasalahan di suatu organisasi saja karena data primer harus diobservasi sendiri yang tidak mungkin dan membutuhkan banyak waktu untuk melibatkan banyak organisasi. Keterangan: Tanda (+) menunjukkan kelebihannya dan tanda (-) menunjukkan kekurangannya **Catatan: Walaupun secara konsep riset metode ilmiah dan riset metode naturalis berbeda, tetapi sebaiknya tidak dipandang sebagai sesuatu yang bertentangan, karena keduanya 12

14 mempunyai kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya tersendiri, sehingga seharusnya digunakan secara komplementer, satu dapat melengkapi yang lainnya. Pendekatan komplementer ini disebut dengan triangulation. Jika salah satu dari pendekatan ini harus dipilih, bukan berarti yang lebih baik dari yang lainnya, tetapi karena hanya ada perbedaan aliran risetnya, perbedaan kondisi atau lingkungan risetnya, pemilihan kekuasaan atau kedalaman risetnya. 13

15 BAB III. JENIS-JENIS RISET (SKRIPSI, TESIS, DISERTASI) Ketika menempuh studi di perguruan tinggi, pada jenjang akhir proses studinya mahasiswa S1 dipersyaratkan untuk menyusun skripsi, mahasiswa S2 menyusun tesis dan mahasiswa menyusun disertasi. Dalam pengalaman membimbing mahasiswa S1 selama ini, terdapat kebingungan yang sering dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun karya akhirnya tersebut. Kebingungan tersebut disebabkan terutama karena dosen pembimbingnya tidak secara eksplisit menyatakan, di awal proses pembimbingan, batasan bagi jenis penelitian skripsi yang dipersyaratkan dan ketidakmengertian mahasiswa tentang sejauh dan sedalam apa karya akhir yang merupakan syarat kelulusan program studinya. Ketidaksepahaman antara dosen dan mahasiswa tersebut terkait dengan kedalaman materi riset atau penelitian yang dipersyaratkan karena seringkali tesis yang disusun sebenarnya hanya cocok untuk level skripsi atau sebaliknya, seringkali skripsi yang diminta pembimbing sudah memasuki level tesis sehingga mahasiswa merasa kesulitan untuk menyelesaikannya. Bahkan yang sering ditemui adalah kebingungan mahasiswa dalam menyusun disertasi S3 nya, karena tidak adanya panduan yang digunakan sebagai acuan. Sementara itu, di antara dosen pembimbing pertama, dosen pembimbing kedua atau dosen pembimbing ketiga seringkali timbul perbedaan orientasi dan pengertian karena perbedaan latar belakang pendidikan yang mereka tempuh saat menempuh program S3 nya dulu atau bahkan mereka mengalami perbedaan standar pencapaiannya. Karena saat mengambil S3 dulu, mereka menempuh pendidikan di negara yang berbeda. Misalnya, di Indonesia, Jepang, Australia, Inggris, Perancis atau Amerika Serikat yang seringkali menetapkan standar yang berbeda bahkan di antara promotor di satu universitas dengan promotor dari universitas lainnya dalam satu negara atau bahkan perbedaan standar tersebut sering terjadi antara dosen yang satu dengan dosen yang lain dalam satu universitas. Sebenarnya bagi mahasiswa level S1 perguruan tinggi di negara maju seperti di Inggris dan Australia, mahasiswa tidak diwajibkan untuk membuat skripsi yang berkaitan dengan penelitian ilmiah tetapi lebih pada pemberian tugas komprehensif dan tugas-tugas yang mengarahkan pengertian pada penerapan pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah dalam praktik di lapangan kerja. Oleh karena itu, pemberian tugas tersebut lebih diarahkan untuk memahami isi kuliah, pembentukan pola pikir yang komprehensif dan sistematika kerja di lapangan, belum merupakan dasar sebuah riset. Fokus dari lulusan S1 adalah menciptakan lulusan yang mampu bekerja, baik bekerja di berbagai perusahaan maupun membentuk usahanya sendiri. Tentu saja kemampuan yang diharapkan dari seorang lulusan S1 adalah bekerja secara sistematis, dengan pendekatan ilmiah yang ada dasar teorinya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Tetapi, harus diingat seorang lulusan S1 tidak dirancang untuk menciptakan ilmu baru, pendekatan ilmiah-ilmiah baru. Bagi mahasiswa S2, terdapat dua aliran ekstrem yang ditempuh mahasiswa dan dibedakan menjadi Master by Course dan Master by Research. Di Australia, untuk mahasiswa yang mengambil jalur Master by Course, pembuatan tesis seringkali dilakukan secara berkelompok, antara dua sampai empat orang dengan kajian yang komprehensif sehingga setiap orang dalam anggota kelompok tersebut memiliki peran yang signifikan. Master by Course biasanya ditempuh di negara Australia, Amerika Serikat, Indonesia, Inggris, Perancis, Belanda, Jepang dan mayoritas jenjang 14

16 pendidikan master di dunia. Hanya intensitas penyusunan tesisnya bervariasi kadarnya, tergantung di negara mana pendidikan itu ditempuh. Hanya di negara Australia sajalah yang menekankan penyusunan tesis secara berkelompok pada beberapa program studi tertentu. Walaupun di beberapa universitas di Indonesia sudah mulai dilakukan pembuatan tesis berkelompok, terutama di sekolah bisnis atau kajian sosiologis. Selain untuk mengkaji permasalahan yang dihadapi secara lebih mendalam dan lingkupnya luas, tujuan yang ingin dicapai dengan pengerjaan tesis berkelompok ini adalah untuk menyesuaikan dengan periode waktu studi yang terbatas dan untuk melatih kemampuan kerja sama antar anggota kelompok. Selain tentu saja karena masalah dalam bidang bisnis, yang secara komprehensif ditemui di lapangan, sulit diselesaikan dalam batas waktu studi yang biasanya berkisar 3-6 bulan, lama penyelesaian yang dipersyaratkan oleh universitas. Sementara itu, Master by Research menekankan pada 100 % pembuatan tesis secara individu dan sebagai hasil akhir, tesis tersebut harus diuji secara lebih intens oleh tim penguji internal universitas atau penguji eksternal dari universitas yang lain. Negara yang menganut Master by Research adalah Inggris dan Australia dan biasanya Master by Research ini menjadi syarat untuk dapat melanjutkan ke program doktor. Oleh karena itu, pemegang Master by Course seringkali masih diwajibkan untuk melengkapi beberapa persyaratan semacam matrikulasi atau preliminary sebelum bisa masuk ke program doktorat tersebut. Jadi jika boleh dibandingkan, Master by Research memiliki strata yang lebih tinggi karena tidak membutuhkan persyaratan apapun sebelum masuk ke program doktor dan mahasiswa yang bersangkutan dianggap sudah memiliki kemampuan riset sebelumnya yang menyangkut metodologi penelitian, pengolahan data, analisis dan presentasi hasil riset dalam publikasi ilmiah. Untuk mahasiswa S3 juga terdapat dua mazhab, yaitu pertama S3 yang ditempuh dengan metode campuran seperti yang dilakukan di Indonesia, Amerika Serikat, Perancis, Jepang dan kedua metode riset murni seperti di Australia dan Inggris. Sebenarnya kedua mazhab S3 tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menghasilkan kontribusi ilmiah yang signifikan. Hanya saja penganut mazhab yang pertama perlu membekali mahasiswa dengan pengetahuan dasar untuk melakukan riset, sedangkan penganut mazhab kedua menganggap bahwa yang mengambil S3 adalah mature student atau mahasiswa dewasa, baik dari sikap maupun bekal keilmuan, sehingga yang bersangkutan dianggap sudah seharusnya memiliki kesadaran sendiri untuk mencari sumber dan cara penelitian yang benar. Walaupun demikian, tujuan akhir program S3 dapat diringkaskan menjadi dua macam dan biasanya inilah yang dicari dan diperiksa oleh penguji dari disertasi yang dikumpulkan, yaitu Pertama, orisinalitas atau keaslian topic riset yang disusun yang dapat menyangkut penerapan metode baru, lingkup penelitian yang baru, formula atau pendekatan baru. Kedua, knowledge contribution, yang berupa kontribusi pengetahuan yang disumbangkandari hasil riset tersebut ke kalangan akademis dan mengisi gap yang masih ada dari periset sebelumnya. Oleh karena itu, dalam penelitian untuk program doktor, penting untuk dapat mengetahui akar suatu ilmu dan sampai di mana riset telah dilakukan dalam lingkup keilmuannya yang seringkali diistilahkan sebagai state of the arts. Adanya internet dan situs web seperti saat ini benar-benar sangat membantu proses penelitian, bukan saja mengetahui sejauh mana riset telah dilakukan oleh para pakar sedunia, tetapi juga klaim yang lebih valid terhadap nilai kebaruan hasil penelitian dengan mengeceknya diberbagai jurnal ataupun situs web universitas yang telah tersebar. 15

17 Penjelasan tentang titik berat penelitian di level S1, S2 dan S3 diringkas dalam tabulasi di bawah agar menjadi perhatian kita dalam membuat riset sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Tabel 3.3 Fokus Penelitian S1, S2 dan S3 Aspek Skripsi Tesis Disertasi Sifat Penerapan pendekatan/teori dalam praktek Kombinasi penerapan beberapa pendekatan dalam praktek, atau pembuatan metode baru dalam penyelesaian masalah, atau pengujian atas teori yang sudah ada dan penambahan dari kekurangan teori lama Karakter Praktis applicable Praktis, penerapan, kombinasi beberapa teori Jangka waktu penyusunan Target pembaca Kedalaman ilmiah Perumusan pendekatan yang sama sekali baru atau suatu permasalahan Teori baru yang validitasnya dapat diuji Penerapan pada Penerapan pada insitusi yang Pendekatan yang insitusi yang berbeda, pendekatan yang komprehensif berbeda sudah tidak harus terikat pada teori terhadap suatu merupakan hasil yang sudah ada, permasalahan yang skripsi yang pendapat/sumbangan penulis belum ditelaah oleh berbeda pada pemecahan peneliti sebelumnya masalah/penyusunan metode terdapat knowledge yang paling sesuai dengan contribution dan pokok bahasan orisinilitas dari penulis terhadap permasalahan yang dipecahkan 3-6 bulan 3-12 bulan 3-5 bulan Orang yang bergerak di bidang tersebut dan akademisi terbatas Merupakan analisis terhadap permasalahan Referensi Referensi minimal satu pendekatan dalam buku ajar (text book) Akademisi level nasional, praktisi atau orang yang bergerak di bidang riset Setidaknya merupakan gabungan antara analisis dan sintesis terhadap permasalahan Minimal beberapa pendekatan yang ditelaah (reviewed), 1-10 jurnal Mayoritas para peneliti terkait dan para akademisi di bidang tersebut, level nasional dan internasional Harus merupakan analisis, sintesis dan pemikiran baru jurnal, buku ajar sebagai referensi setiap langkah yang dicapai. Kajian harus dilakukan terhadap referensi yang diacu 1x1 mingu; 0,5-2 jam Proses 1x1 minggu; 0,5 1x1 minggu; 1-0,5 jam pembimbingan jam Proses 20 menit 25 menit presentasi Siding tertutup Pengujian Presentasi, menit. Bagi Siding terbuka, 16

18 25 menit Master by Research seringkali pengujian dilakukan melalui pengiriman tesis untuk diuji pakar di luar universitas yang bersangkutan pengujian level proposal, level kedalaman teknis, dengan pembimbing 3 doktor/professor dan penguji 3-5 doktor/profesor Definisi Riset Riset didefinisikan sebagai proses pengumpulan, pencatatan dan analisis data yang sistematis dan obyektif dalam kajian ilmu tertentu untuk mengetahui fenomena sehingga dapat diketahui rangkaian sebab-akibat dan formulasi permodelan atau pemecahannya. Dari definisi ini mensyaratkan beberapa hal: 1. Informasi riset tidak dikumpulkan secara intuitif atau kebetulan. Secara harfiah, riset berasal dari kata re-search yang berarti mencari kembali (search again). Hal ini mengandung konotasi sebagai sesuatu studi yang cermat yang merupakan proses investigasi didasari oleh pengetahuan (scientific investigation) di mana peneliti dengan hati-hati mengamati data untuk menemukan segala sesuatu yang dapat diketahui tentang subyek studi. 2. Informasi yang didapat atau data yang dikumpulkan dan dianalisis harus mencukupi dan akurat. Oleh karena itu, peneliti harus bersikap obyektif. 3. Obyektivitas yang dipersyaratkan adalah untuk mendukung proses pengambilan keputusan yang dapat menyangkut semua aspek. Riset Dasar dan Riset Terapan Salah satu alasan manusia untuk melakukan riset adalah mengembangkan dan mengevaluasi suatu konsep dan teori. Riset dasar (dalam istilah asing sering disebut basic research atau pure research) dilakukan untuk memperluas batas-batas pengetahuan. Artinya, riset dasar tidak ditujukan secara langsung untuk mendapatkan pemecahan bagi suatu permasalahan yang spesifik. Hasil dari riset dasar pada umumnya tidak dapat diimplementasikan secara langsung. Riset dasar dilakukan untuk verifikasi terhadap diterimanya (acceptability) teori yang sudah ada atau untuk mengetahui lebih jauh tentang sebuah konsep. Sebagai contoh, riset dasar dilakukan untuk menemukan apakah terdapat stereotip suku-suku di Indonesia dalam bekerja, misalnya suku Jawa, Batak, Padang, Ambon dan sebagainya sebagai dasar dalam penempatan pegawai. Berbeda dengan riset dasar, riset terapan dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang permasalahan yang spesifik atau untuk membuat keputusan tentang suatu tindakan atau kebijakan khusus. Sebagai contoh, suatu organisasi melakukan riset terapan untuk mempelajari waktu yang dihabiskan karyawannya pada komputer pribadi (personal computer) dalam seminggu. 17

19 BAB IV. PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF DAN KOMBINASI A. Pengertian Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pada hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu: cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh panca indera manusia, sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan sistematis, artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis. Data yang diperoleh melalui penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid, reliabel dan obyektif. Valid menunjukkan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya, dalam masyarakat tertentu terdapat 5000 orang miskin, sementara peneliti melaporkan jauh di bawah atau di atas 5000 orang miskin, maka derajat validitas hasil penelitian itu rendah. Atau, misalnya dalam suatu unit kerja pemerintahan di mana dalam unit kerja tersebut iklim kerjanya sangat bagus, sementara peneliti melaporkan iklim kerjanya tidak bagus, maka data yang dilaporkan tersebut juga tidak valid. Untuk mendapatkan data yang langsungvalid dalam penelitian sering sulit dilakukan, oleh karena itu data yang telah terkumpul sebelum diketahui validitasnya, dapat diuji melalui pengujian reliabilitas dan obyektivitas. Pada umumnya kalau data itu reliabel dan obyektif, maka terdapat kecenderungan data tersebut akan valid. Data yang valid pasti reliabel dan obyektif. Teliabel berkenaan dengan derajat konsistensi/keajegan data dalam interval waktu tertentu. Misalnya pada hari pertama wawancara, sumber data mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemostrasi sebanyak 1000 orang, maka besok atau lusa pun sumber data tersebut kalau ditanya akan tetap mengatakan bahwa jumlah karyawan yang berdemonstrasi tetap sebanyak 1000 orang. Obyektivitas berkenaan dengan interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak orang). Bila banyak orang yang menyetujui bahwa karyawan yang berdemonstrasi sebanyak 1000 orang, maka data tersebut adalah data yang obyektif (obyektif lawannya subyektif). Data yang reliabel belum tentu valid, misalnya setiap hari seseorang karyawan perusahaan pulang malam dengan alas an ada rapat, padahal kenyataannya tidak ada rapat. Hal ini diucapkan secara konsisten tetapi berbohong, sehingga data tersebut terlihat reliabel (konsisten) tetapi tidak valid. Data yang obyektif juga belum tentu valid, misalnya 99 % dari sekelompok orang yang menyatakan bahwa si A adalah seorang pencuri dan 1 % menyatakan bukan pencuri. Pernyataan kelompok tersebut terlihat obyektif (disepakati 99 %) tetapi tidak valid. Untuk mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif dalam penelitian kuantitatif, maka instrumen penelitiannya harus valid dan reliabel, pengumpulan data dilakukan dengan cara yang benar pada sampel yang representatif (mewakili populasi). Untuk mendapatkan data dalam penelitian kualitatif yang valid dan reliabel, maka 18

20 peneliti harus dapat menjadi human instrument yang baik, mengumpulkan data secara triangulasi dari berbagai sumber data yang tepat dan melakukan pengujian keabsahan data. Untuk mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif dalam penelitian kombinasi, maka dilakukan dengan menggabungkan cara yang dilakukan dalam metode kuantitaitf dan kualitatif. Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara umum tujuan penelitian ada tiga macam, yaitu yang bersifat penemuan, pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data, tindakan dan produk yang diperoleh dari penelitian itu adalah betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah ada. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu. Sedangkan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan, tindakan dan produk yang telah ada. Penelitian yang bersifat penemuan misalnya, menemukan cara yang paling efektif untuk memberantas korupsi, penelitian yang bersifat membuktikan misalnya, membuktikan apakah betul bahwa insentif dapat meningkatkan prestasi kerja di unit tertentu atau tidak. Selanjutnya penelitian yang bersifat mengembangkan misalnya, mengembangkan sistem pemberdayaan masyarakat yang efektif. Mellaui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui dan selanjutnya menjadi tahu, memecahkan berarti meminimalkan ataumenghilangkan masalah dan mengantisipasi berarti mengupayakan agar masalah tidak terjadi. Penelitian yang akan digunakan untuk memahami masalah misalnya, penelitian tentang sebab-sebab jatuhnya pesawat terbang atau sebab-sebab membudayanya korupsi di Indonesia. Penelitian yang bersifat memecahkan masalah misalnya, penelitian untuk mencari cara yang efektif untuk memberantas korupsi di Indonesia dan penelitian yang bersifat antisipasi masalah misalnya penelitian untuk mencari cara agar korupsi tidak terjadi pada pemerintahan baru. B. Macam-Macam Data Penelitian Seperti telah dikemukakan bahwa, penelitian itu dilakukan untuk mendapatkan data. Terdapat bermacam-macam data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti. Macam-macam data dapat dilihat pada gambar di bawah berikut ini. Data Kualitatif Data Kualitatif Empiris Data Kualitatif Bermakna Macam Data Penelitian Data Diskrit Data Kuantitatif Data Ordinal Data Kontinum Data Interval Gambar 4.4 Macam-Macam Data Penelitian Data Rasio 19

21 Berdasarkan gambar 4.4 tersebut terlihat bahwa terdapat dua macam data penelitian, yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang benrentuk kata, kalimat, gerak tubuh, ekspresi wajah, bagan, gambar dan foto. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan/scoring. Data kuaitatif dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data kualitatif empiris dan data kualitatif bermakna. Data kualitatif empiris adalah data sebagaimana adanya (tidak diberi makna). Peneliti melihat seorang pegawai memakai baju merah atau baju hitam dilaporkan sebagaimana adanya. Data kualitatif bermakna adalah data dibalik fakta yang tampak. Seseorang memakai baju hitam dapat diberi makna bermacam-macam, misalnya sedang pulang dari takziah, merupakan seragam anggota kelompok tertentu atau karena kesenangannya memakai baju hitam. Penelitian kualitatif akan lebih banyak berkaitan dengan data kualitatif yang bermakna, oleh karena itu peneliti kualitatif harus memberi makna terhadap fakta-fakta yang diperoleh di lapangan. Selanjutnya data kuantitatif dibedakan menjadi dua, yaitu data diskrit dan data kontinum. Data diskrit sering juga disebut data nominal, adalah merupakan data kuantitatif yang satu sama lain terpisah, tidak dalam satu garis kontinum. Data ini diperoleh dari hasil menghitung atau membilang. Contoh dalam satu ruang kelas ada 30 murid, 16 wanita dan 14 pria. Angka 30, 16 dan 14 adalah data diskrit. Data kontinum adalah data kuantitatif yang satu sama lain berkesinambungan dalam satu garis. Data ini diperoleh dari hasil mengukur, seperti mengukur derajat kesehatan,berat badan, kemampuan, motivasi, IQ dan lain-lain. Data kontinum dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu data ordinal, interval dan ratio. Data ordinal merupakan data kuantitatif yang berbentuk peringkat/ranking. Antar ranking jaraknya tidak sama. Misalnya, antara ranking 1 (nilai 100), ranking 2 (nilai 95) jaraknya sama dengan 5. Ranking 2 (nilai 95) dengan ranking 3 (nilai 75) jaraknya 20 dan seterusnya. Contoh data ordinal misalnya dalam kejuaraan (Juara I, II dan III), urutam prestasi belajar (ranking 1, 2, 3, 7, 15). Eselonisasi jabatan misalnya Eselon I, II, III, IV dan V. Pada data ordinal makin kecil angkanya, semakin tinggi posisinya. Misalnya juara I lebih baik dari juara II. Eselon I lebih tinggi dari eselon II. Tetapi di Indonesia, dalam golongan gaji pegawai negeri sipil, tidak sesuai dengan teori data ordinal, karena golongan I justru lebih rendah dari golongan II dan seterusnya. Mestinya eselon I golongan gajinya golongan I. Data interval adalah data kuantitatif kontinum yang jaraknya sama tetapi tidak mempunyai nilai nol absolut. Contoh data interval adalah skala thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu. Suhu udara bisa minus (-), bisa nol (0) dan bisa di atas nol (+). Pada data interval tidak bisa dibuat penjumlahan seperti pada data ratio. Air 1 gelas suhu 10 0 C ditambah air 1 gelas dengan suhu 20 0 C tidak menjadi 30 0 C tetapi 15 0 C. C. Macam-Macam Metode Penelitian Bermacam-macam metode penelitian bila dilihat dari landasan filsafat dan analisisnya dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu metode penelitian kuantitatif, metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kombinasi (mixed methods) hal ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini. 20

22 Macam Metode Penelitian Survei Kuantitatif Eksperimen Phenomenology Macam Metode Penelitian Kualitatif Grounded Theory Ethnography Case Study Narrative Kombinasi (Mixed Methods) Sequential/ Berurutan Concurrent/ Campuran Sequential/ Explanatory Sequential/ Exploratory Concurrent Triangulation Sequential Embedded Gambar 5.4 Macam-Macam Metode Penelitian Berdasarkan gambar 5.4 tersebut telihat bahwa yang termasuk dalam metode kuantitatif adalah metode survei dan metode eksperimen. Yang termasuk metode kualitatif adalah phenomenology, grounded theory, ethnography, case study dan narrative. Selanjutnya yang termasuk dalam penelitian kombinasi adalah model sequential (berurutan) dan model concurrent (kombinasi campuran). Model urutan (sequential) ada dua model yaitu model sequential explanatory (urutan pembuktian) dan sequential exploratory (urutan penemuan). Model concurrent (campuran) ada dua yaitu, model concurrent triangulation (campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan concurrent embedded (campuran kuantitatif dan kualitatif yang tidak berimbang). Dalam hal metode kuantitatif dan kualitatif, Borg dan Gall (1989) menyatakan sebagai berikut: Many labels have been used to distinguish between tradisional research methods and these new methods: positivistic versus post positivistic research; scientific versus artistic research; confirmatory versus discovery-oriented research; quantitative versus qualitative research. The quantitative-qualitative distinction seem 21

23 most widely used. Both quantitative researchers and qualitative researcher go about inquiry in different ways. 1. Metode Kuantitatif Metode penelitian kuantitatif secara lebih rinci diberikan pada bab selanjutnya. Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional, karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memnuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional dan sistematis. Metode ini juga disebut metode konfirmatif, karena metode ini cocok digunakan untuk pembuktian/konfirmasi. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Dengan demikian metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat positivisme memandang realitas/gejala/fenomena itu dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur dan hubungan gejala bersifat akibat-akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu yang representatif. Proses penelitian bersifat deduktif, di mana untuk menjawab rumusan masalah digunakan konsep atau teori sehingga dapat dirumuskan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya diuji melalui pengumpulan data lapangan. Untuk mengumpulkan data digunakan instrumen penelitian. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau tidak. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada populasi di mana sampel tersebut diambil. Dalam hal ini metode kuantitatif dapat dibagi menjadi dua, yaitu metode eksperimen dan metode survei. Metode penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh treatment tertentu (perlakuan)dalam kondisi yang terkontrol (laboratorium). Dalam hal metode eksperimen Creswell (2009) menyatakan Experimental research seeks determine if a specific treatment influence an outcome in a study. This impact is assessed by providing a specivic treatment to one group and withholding it from another group and then determining how both groups score on an outcome. Selanjutnya dalam hal metode survei dinyatakan bahwa survey design provide a plan for a quantitative or numeric description of trend, attitudes, or opinions of population by studying a sample of that population. Kerlinger (1973) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut sehingga ditemukan kejadiankejadian relatif, distribusi dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survei pada umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Walaupun metode survei ini tidak memerlukan 22

24 kelompok kontrol seperti halnya metode eksperimen, namun generalisasi yang dilakukan bisa lebih akurat bila digunakan sampel yang representatif (David Kline, 1980). 2. Metode Kualitatif Metode penelitian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan sebagai metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode artistik, karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang terpola) dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode ini juga sering disebut metode konstruktif karena, dengan metode kualitatif dapat ditemukan data-data yang berserakan, selanjutnya dikonstruksikan dalam suatu tema yang lebih bermakna dan mudah dipahami. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian di bidang antropologi budaya, disebut sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigm interpretif dan konstruktif, yang memandang realitas social sebagai sesuatu yang holistic/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada obyek yang alamiah. Obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk menjadi instumen, maka peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu bertanya, menganalisis, memotret dan mengkonstruksi situasi social yang diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna. Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi social yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi, yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif berdasarkan faktafakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian dikonstruksikan menjadi hipotesis dan teori. Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada generalisasi, tetapi lebih menekankan pada makna. Generalisasi pada penelitian kualitatif dinamakan transferability. Dengan demikian metode penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang amaliah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Dalam hal penelitian kualitatif, Creswell (2009) menyatakan bahwa Qualitative research is a means for exploring and understanding the meaning individuals or groups ascribe to a social or human problem. The process of research involves emerging questions and procedures; collecting data in the participants setting; analyzing the data 23

25 inductively, building from particular to general themes; and making interpretations of the meaning of data. The final written report has a flexible writing structure. Menurut Creswell (2009), metode kualitatif dibagi menjadi lima macam yaitu phenomenological research, grounded theory, ethnography, case study and narrative research. 1. Phenomenological research is qualitative strategy in which the researcher identifies the essence of human experiences about a phenomenon as describe by participants in a study (Fenomenologis adalah merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, di mana peneliti melakukan pengumpulan data dengan observasi partisipan untuk mengetahu fenomena esensial partisipan dalam pengalaman hidupnya). 2. Grounded theory is a qualitative strategy in the which researcher derives a general, abstract theory of a process, action or interaction grounded in the views of participants in study (teori grounded adalah merupakan salah satu jenis metode kualitatif, di mana peneliti dapat menarik generalisasi (apa yang diamati secara induktif), teori yang abstrak tentang proses, tindakan atau interaksi berdasarkan pandangan dari partisipan atau peneliti. 3. Ethnography is a qualitative strategy in which the researcher studies an intact cultural group in a natural setting over a prolonged period of time by collecting primarily observational and interview data (etnografi adalah merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, di mana peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi yang alamiah melalui observasi dan wawancara). 4. Case studies, are qualitative strategy in which the researcher explores in depth program, event, activity, process, or one or more individuals. The case (s) are bounded by time and activity and researchers collect detailed information using a variety of data collection procedures over sustained period of time (studi kasus adalah merupakan salah satu jenis penelitian kuaitatif, di mana peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktivitas, terhadap stu atau lebih orang. Suatu kasus terikat oleh waktu dan aktivitas dan peneliti melakukan pengumpulan data secara mendetail dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data dan dalam waktu yang berkesinambungan. 5. Narrative research is qualitative strategy in which the researcher studies the kivess of individuals and asks one or more individuals to provide stories about their lives. This information is then often retold or restoried by the researcher into a narrative chronology (penelitian naratif adalah merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, di mana peneliti melakukan studi terhadap satu orang individu atau lebih untuk memperoleh data tentang sejarah perjalanan dalam kehidupannya. Data tersebut selanjutnya oleh peneliti disusun menjadi laporan yang naratif dan kronologis. Karakteristik penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) adalah sebagai berikut: a. Qualitative research has the natural setting as the direct source of data and researcher is the key instrument. b. Qualitative research is descriptive. The data collected is in the form of words of pictures rather than number. 24

26 c. Qualitative research are concerned with process rather than simply with outcomes or product. d. Qualitative research tend to analyze their data inductively. e. Meaning is of essential to the qualitative approach. Berdasarkan karakteristik tersebut dpat dikemukakan bahwa penelitian kualitatif itu: a. Di lakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrument kunci. b. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif. Data yang terkumpul berbentuk katakata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. c. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome. d. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). Erickson dalam Susan Stainback (2003) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: 1. Intensive, long term participation in field setting. 2. Careful recording of what happens in the setting by writing field notes and interview notes by collecting other kinds of documentary evidence. 3. Analytic reflection on the documentary record obtained in the field. 4. Reporting the result by means of detailed descriptions, direct quotes from interview and interpretative commentary. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan bahwa, metode penelitian kualitatif itu dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi lama di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan dan membuat laporan penelitian secara mendetail. 3. Metode Penelitian Kombinasi Metode penelitian kombinasi secara lebih rinci diberikan bab selanjutnya. Metode penelitian kombinasi, merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pragmatism (gabungan positivisme dan postpositivisme). Menurut Creswell (2009), filsafat pragmatisme berpandangan bahwa: a. Pragmatism not see the world as an absolute unity. In a similar way, mixed methods researcher look to many approaches for collecting and analyzing data rather than subscribing to only one way (e.g. quantitative or qualitative). Filsafat pragmatism tidak memandang bahwa dunia itu bukan satu kesatuan yang absolut. Dengan pandangan ini, peneliti kombinasi melihat dunia/realitas dari berbagai pendekatan dalam mengumpulkan dan menganalisis data dan tidak hanya dengan satu macam pendekatan saja. b. Pragmatism is not committed to any one system of philosophy and reality. This applies to mixed methods research in that inquires draw liberally from both quantitative and qualitative assumptions when they engange in their research. Filsafat pragmatisme tidak hanya berpedoman pada satu landasan filsafat dalam memandang realitas, tetapi menggunakan kombinasi landasan filsafat, yaitu filsafat penelitian kuantitatif dan kualitatif. 25

27 c. Pragmatism, as a worldview or philosophy arise out of actions, situations, and consequences rather than antecedent condition (as in postpositivism). There is concern with applications-what works-and solutions to problems. Instead of focusing on methods, researchers emphasize the research problem and use all approaches available to understand the problem. Pragmatisme adalah suatu pandangan dasar atau filsafat yang terkait dengan suatu tindakan, situasi dan akibat daripada sebab (seperti dalam filsafat positivism). Pragmatisme terkait dengan suatu aplikasi bagaimana cara bekerja dan cara pemecahan masalah. Bila dikaitkan dengan metode, maka peneliti dapat menggunakan semua metode yang mungkin dapat digunakan untuk memahami masalah. d. Thus fort the mixed methods researcher, pragmatism open the door to multiple method, different worldviews, and different assumptions, as well as different form of data collection and analysis. Dengan demikian peneliti kombinasi memandang filsafat pragmatisme membuka pintu adanya berbagai metode penelitian, berbagai perbedaan dalam memandang dunia/realitas dan berbagai perbedaan asumsi, sehingga dapat terjadi perbedaan dalam pengumpulan data dan analisis. e. Individual researchers have a freedom of choice, in this way, researchers of research that best meet their needs and purpose. Peneliti secara individual mempunyai kebebasan untuk memilih metode yang akan digunakan untuk penelitian, dengan demikian peneliti bebas memilih metode, teknik dan prosedur yang terbaik untuk penelitian sehingga dapat mencapai maksud dan tujuan yang diharapkan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikemukakan di sini bahwa, filsafat pragmatisme itu memandang dunia/realitas itu tidak merupakan satu kesatuan yang absolut/mutlak, tidak hanya menggunakan satu sistem filsafat dalam memandang realitas. Dengan demikian situasi sosial itu bisa bersifat holistik (postpositivisme) tetapi bisa juga dapat diklasifikasikan (positivisme), suatu kondisi itu tidak natural/alamiah (postpositivisme) tetapi juga ada perlakuan/treatment (positivisme). Dengan situasi seperti itu, maka peneliti kombinasi dapat melakukan penelitian dengan metode kualitatif dan kuantitatif secara bersama-sama. Dengan demikian metode penelitian kombinasi dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat pragmatisme (kombinasi positivism dan postpositivisme) digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah maupun buatan (laboratorium) di mana peneliti bisa sebagai instrumen dan menggunakan instrument untuk pengukuran, teknik pengumpulan data dapat menggunakan tes, kuesioner dan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif (kualitatif) dan deduktif (kuantitatif) serta hasil penelitian kombinasi bisa untuk memahami makna dari dan membuat generalisasi. Secara pragmatis dan praktis metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dapat digunakan sebagai metode penelitian. Selama ini ada pemikiran bahwa, metode kuantitatif dan kualitatif tidak dapat digabungkan. Seperti dinyatakan oleh Thomas D. Cook dan Charles Reichardt (1978) To the conclusion that qualitative and quantitative methods themselves can never be used together. Since the methods are linked to different paradigms and since one must choose between mutually exclucive and antagonistic world views, one must also choose between the methods type. Kesimpulannya, metode kualitatif dan kuantitatif tidak pernah akan dipakai bersamasama, karena kedua metode tersebut memiliki paradigm yang berbeda dan 26

28 perbedaannya bersifat mutualy exclucive, sehingga dalam penelitian hanya dapat memilih salah satu metode. Susan Stainbanck (1988) Each methodology can be used to complement the other within the same area of inquiry, since they have different purposes or aims. Maksudnya bahsa setiap metode dapat digunakan untuk melengkapi metode lain, bila penelitian dilakukan pada lokasi yang sama, tetapi dengan maksud dan tujuan yang berbeda. Metode penelitian ini mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode penelitian kuantitatif dan metode kualitatif untuk digunakan secara bersama-sama dalam suatu kegiatan penelitian sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel dan obyektif. Creswell (2009) menyatakan bahwa Mixed methods research is an approach to inquiry that combines or associated both qualitative quantitative forms of research. Metode kombinasi adalah merupakan pendekatan penelitian yang menggabungkan atau menghubungkan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Tashakkori and Creswell dalam Donna M. Matens (2010) memberikan definisi metode kombinasi (mixed methods) sebagai berikut Research in which investigator collect and analyzes data, integrates the findings, and draws inference using both qualitative and quantitaives approaches or methods in single study or program of inquiry. Hence mixed methods can refer to the use of both qualitative and quantitative methods to answers research question in a single study. Penelitian kombinasi adalah merupakan penelitian, di mana peneiti mengumpulkan dan menganalisis data, mengintegrasikan temuan dan menarik kesimpulan secara inferensial dengan menggunakan dua pendekatan atau metode penelitian kualitatif dan kuantitatif dalam satu studi. Metode kombinasi digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian pada satu proyek/kegiatan penelitian. Selanjutnya Creswell (2009) menyatakan bahwa A mixed methods design is useful when either the quantitative or qualitative approach by itself is inadequate tobest understand a research problem or the strengths of both quantitative and qualitative research can provide the best understanding. Metode penelitian kombinasi akan berguna bila metode kuantitatif atau metode kualitatif secara sendiri-sendiri tidak cukup akurat digunakan untuk memahami permasalahan penelitian atau dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif secara kombinasi akan dapat memperoleh pemahaman yang paling baik (bila dibandingkan dengan satu metode). Metode penelitian kombinasi dapat dibagi menjadi dua yaitu model/desain sequential (kombinasi berurutan) dan model concurrent (kombinasi campuran). Model sequential (urutan) dapat dibagi menjadi dua yaitu model sequential explanatory (urutan pembuktian) dan sequential exploratory (urutan penemuan). Model concurrent (campuran) ada dua yaitu model concurrent triangulation (campuran kuantitatif dan kualitatif secara berimbang) dan concurrent embedded (campuran kuantitatif dan kualitatif tidak berimbang). D. Perbedaan Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi Untuk memahami metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi secara lebih mendalam, maka harus diketahui perbedaannya. Perbedaan antara metode kualitatif dengan kuantitatif meliputi tiga hal, yaitu perdebatan tentang aksioma, proses 27

29 penelitian dan karakteristik penelitian itu sendiri. Hal ii ditunjukkan pada gambar di bawah. Perbedaan Aksioma Dasar Tentang Sifat Realitas Perbedaan Metode Kualitatif dan Kuantitatif Perbedaan Dalam Proses Penelitian Gambar 6.4 Perbedaan Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Kombinasi 1. Perbedaan Aksioma Aksioma adalah pandangan dasar atau filsafat. Aksioma penelitian kuantitatif, kualitatif dan kombinasi meliputi aksioma tentang realitas hubungan peneliti dengan yang diteliti, hubungan variabel, kemungkinan generalisasi dan peranan nilai. Perbedaan aksioma penelitian kualitatif dan kuantitatif ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 4.4 Perbedaan Aksioma Antara Metode Kualitatif, Kuantitatif dan Kombinasi Aksioma Dasar Kuantitatif Kualitatif Kombinasi Sifat realitas Tunggal Ganda, holistik, Ganda, dapat diklasifikasikan, dinamis, hasil diklasifikasikan, konkrit, teramati, konstruksi dan teramati dan hasil terukur pemahaman konstruksi makna Hubungan peneliti Independen supaya Interaktif dengan Independen dan dengan yang diteliti terbangun sumber data supaya interaktif dengan obyektivitas memperoleh makna sumber data Hubungan variabel Sebab-akibat Timbal balik/interaktif Sebab akibat dan interaktif X Y X Y Perbedaan Dalam Karakteristik Penelitian Z Kemungkinan generalisasi Cenderung membuat generalisasi Peranan nilai Cenderung bebas nilai Sumber: Sugiyono, 2012 Transferability (hanya mungkin dalam ikatan konteks dan waktu) Terikat nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data Generalisasi transferability dan Bebas dan terikat nilai a. Perbedaan realitas Dalam memandang realitas, gejala atau obyek yang diteliti terdapat perbedaan antara metode kualitatif, kuantitatif dan kombinasi. Seperti telah dikemukakan, dalam metode kuantitatif yang berlandaskan pada filsafat positivisme, realitas dipandang sebagai sesuatu yang konkrit, dapat diamati dengan panca indera, dapat dikategorikan menurut jenis, bentuk, warna dan 28

30 perilaku tidak berubah dalam waktu yang relatif lama, dapat diukur dan diverifikasi. Dengan demikian dalam penelitian kuantitatif, peneliti dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari obyek yang diteliti dan kemudian dapat membuat instrumen untuk mengukurnya. Dalam penelitian kualitatif yang berlandaskan pada filsafat postpositifisme atau paradigma interpretive, suatu realitas atau obyek tidak dapat dilihat secara parsial dan dipecah ke dalam beberapa variabel. Penelitian kualitatif memandang obyek sebagai sesuatu yang utuh, dinamis, hasil konstruksi hasil pemikiran dan interpretasi terhadap gejala yang diamati, serta utuh (holistic) karena setiap aspek dari obyek itu mempunyai mempunyai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Ibarat meneliti performance suatu mobil, peneliti kuantitatif dapat meneliti mesinnya saja atau bodi-nya saja, tetapi peneliti kualitatif akan meneliti semua komponen dan hubungan satu dengan yang lain, serta kinerja pada saat mobil dijalankan. Pandangan tentang realitas dalam penelitian kombinasi (mixed methods) merupakan gabungan antara filsafat positivisme dan postpositivisme dan tergantung pada model desain atau model penelitian kombinasinya. Bila penelitian kombinasi model sequential explanatory, maka pandangan awal terhadap realitas bersifat positivistik dan setelah itu postpositivistik. Bila penelitian kombinasi bersifat concurrent, maka pandangan terhadap realitas menggunakan gabungan positivisme dan postpositivisme. b. Hubungan peneliti dengan yang diteliti Dalam penelitian kuantitatif, kebenaran itu di luar dirinya sehingga hubungan antara peneliti dengan yang diteliti harus dijaga jaraknya sehingga bersifat independen. Dengan menggunakan kuesioner, sebagai teknik pengumpulan data, maka peneliti kuantitatif hampir tidak mengenal siapa yang diteliti atau responden yang memberikan data. Dalam penelitian kualitatif peneliti sebagai human instrument dan dengan teknik pengumpulan data participant observation (observasi berperan serta) dan indepth interview (wawancara mendalam), maka peneliti harus berinteraksi dengan sumber data. Dengan demikian, peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data. Dalam penelitian kombinasi, hubungan antara peneliti dengan yang diteliti dapat independen dan interaktif. c. Hubungan antar variabel Peneliti kuantitatif dalam melihat hubungan variabel terhadap obyek yang diteliti lebih bersifat sebab dan akibat (kausal), sehingga dalam penelitiannya ada variabel independen dan dependen. Dari variabel tersebut selanjutnya dicari seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Contoh pengaruh iklan terhadap nilai penjualan, artinya semakin banyak iklan yang ditayangkan maka akan semakin banyak nilai penjualan. Iklan sebagai variabel independen (sebab) dan nilai penjualan sebagai variabel dependen (akibat). Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik dan lebih menekankan pada proses, maka penelitian kualitatif dalam melihat hubungan antar variabel pada obyek yang diteliti lebih bersifat interaktif yaitu saling mempengaruhi (reciprocal/interaktif), sehingga tidak diketahui mana variabel independennya dan 29

31 dependennya. Hubungan antara iklan dan nilai penjualan. Dalam hal ini hubungannya bersifat interaktif, artinya makin banyak yang dikeluarkan untuk iklan maka akan semakin banyak penjualan, tetapi juga sebaliknya makin banyak nilai penjualan, maka alokasi dana untuk iklan juga akan semakin tinggi. Dalam penelitian kombinasi, hubungan antar variabel yang diteliti dapat berupa hubungan sebab akibat atau hubungan interaktif, tergantung model kombinasinya. Bila penelitian kombinasi model sequential eksplanatory, maka pada tahap awal hubungan variabel bersifat sebab akibat dan tahap berikutnya bersifat interaktif. Bila penelitian kombinasi model sequential exploratory, maka pada tahap awal hubungan variabel bersifat interaktif dan tahap berikutnya bersifat sebab akibat. Selanjutnya bila model penelitian kombinasi concurrent, maka hubungan variabel dapat dilihat sebagai hubungan sebab akibat dan interaktif. d. Kemungkinan generalisasi Pada umumnya penelitian kuantitatif lebih menekankan pada keluasan informasi (bukan kedalaman) sehingga metode ini cocok untuk digunakan untuk populasi yang luas dengan variabel yang terbatas. Selanjutnya data yang diteliti adalah data sampel yang diambil dari populasi tersebut dengan teknik probability sampling (random). Berdasarkan data dari sampel tersebut, selanjutnya peneliti membuat generalisasi (kesimpulan sampel diberlakukan ke populasi di mana sampel tersebut diambil). Pada penelitian kualitatif, tidak melakukan generalisasi tetapi lebih menekankan kedalaman informasi sehingga sampai pada tingkat makna. seperti dikemukakan makna adalah data dibalik yang tampak. Walaupun penelitian kualitatif tidak membuat generalisasi, tidak berarti hasil penelitian kualitatif tidak dapat diterapkan di tempat lain. Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability dalam bahasa Indonesia disebut dengan keteralihan. Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitian. Dalam penelitian kombinasi generalisasi hasil penelitian, dapat bersifat transferability maupun generalisasi yang bersifat inferensial. Sebagai contoh dalam penelitian kombinasi model sequential exploratory, penelitan tahap pertama dilakukan pada kasus tertentu (sehingga hasil penelitian dapat ditransferkan ke kasus lain) dan hasil tersebut dibuktikan pada sampel dari suatu populasi. Dengan demikian hasil pembuktian dari sampel tersebut dapat digeneralisasikan ke populasi di mana sampel tersebut diambil. e. Peran nilai Peneliti kualitatif dalam melakukan pengumpulan data terjadi interaksi antara peneliti data dengan sumber data. Dalam interaksi ini, baik peneliti maupun sumber data memiliki latar belakang, pandangan, keyakinan, nilai-nilai, kepentingan dan persepsi yang berbeda-beda sehingga dalam pengumpulan data, analisis dan pembuatan laporan akan terikat oleh nilai-nilai masing-masing. Dalam penelitian kuantitatif, karena peneliti tidak berinteraksi dengan sumber data, maka akan terbebas dari nilai-nilai yang dibawa peneliti dan sumber data. Karena ingin bebas nilai, maka peneliti menjaga jarak dengan sumber data, supaya data yang 30

32 diperoleh obyektif. Quantitative research believe that research should value free (Stainback, 2003). Dalam penelitian kombinasi, pada saat menggunakan metode kualitatif akan terikat oleh nilai-nilai dan pada saat menggunakan metode kuantitatif bisa bebas nilai. 2. Perbedaan Karakteristik Perbedaan antara penelitian kualitatif, kuantitatif dan kombinasi dapat dilihat dengan cara membandingkan antara ketiga metode tersebut. Tabel 5.4 Karakteristik Metode Kuantitatif dan Kualitatif No Metode Kuantitatif Metode Kualitatif Metode Kombinasi 1 A. Desain a. Spesifik, jelas dan rinci b. Ditentukan secara mantap sejak awal c. Menjadi pegangan langkah demi langkah 2 B. Tujuan a. Menunjukkan hubungan antar variabel b. Menguji teori c. Mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif A. Desain a. Umum b. Fleksibel c. Berkembang dan muncul dalam proses penelitian B. Tujuan a. Menemukan pola hubungan yang bersifat interaktif b. Menemukan teori c. Menggambarkan realitas yang kompleks d. Memperoleh pemahaman makna A. Desain Untuk model sequential explanatory, proposal sudah lebih jelas B. Tujuan Untuk model sequential explanatory, tujuannya adalah menemukan pola dan menguji hipotesis yang ditemukan dalam penelitian kualitatif 3 C. Teknik Pengumpulan Data a. Kuesioner b. Observasi dan wawancara terstruktur C. Teknik Pengumpulan Data a. Participant observation b. Indepth interview c. Dokumentasi d. Triangulasi C. Teknik Pengumpulan Data Test, kuesioner participant, observation, indepth interview, dokumentasi, triangulasi 4 D. Instrumen Penelitian D. Instrumen Penelitian D. Instrumen Penelitian a. Test, angket, a. Peneliti sebagai Test, angket, instrumen wawancara terstruktur instrumen (human terstandar, peneliti sendiri, b. Instrumen yang telah instrument) buku catatan, tape terstandar b. Buku catatan, tape recorder, camera, recorder, camera, handycam dan lain-lain handycam dan lain-lain 5 E. Data E. Data E. Data a. Kuantitatif a. Deskriptif kualitatif Data kuantitatif hasil b. Hasil pengukuran b. Dokumen pribadi, pengukuran dan kualitatif variabel yang catatan lapangan, hasil pengamatan dioperasionalkan ucapan dan tindakan dengan menggunakan responden, dokumen instrumen dan lain-lain 6 F. Sampel F. Sampel F. Sampel a. Besar a. Kecil Untuk model sequential b. Representatif b. Tidak representatif explanatory, sampel bisa c. Sedapat mungkin c. Purposive, snowball besar dan representatif random d. Berkembang selama d. Ditentukan sejak awal proses penelitian 7 G. Analisis G. Analisis G. Analisis 31

33 a. Setelah selesai pengumpulan data b. Deduktif c. Menggunakan statistik untuk menguji hipotesis 8 H. Hubungan dengan Responden a. Dibuat berjarak, bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif b. Kedudukan peneliti lebih tinggi dari responden c. Jangka pendek sampai hipotesis dapat dibuktikan 9 I. Usulan Desain a. Luas dan rinci b. Literatur yang berhubungan dengan masalah dan variabel yang diteliti c. Prosedur yang spesifik dan rinci langkah-langkahnya d. Masalah dirumuskan dengan spesifik dan jelas e. Hipotesis dirumuskan dengan jelas f. Ditulis secara rinci dan jelas sebelum terjun ke lapangan 10 J. Kapan Penelitian dianggap Selesai? Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan 11 K. Kepercayaan terhadap Hasil Penelitian Pengujian validitas dan realibilitas instrumen Sumber: Sugiyono, 2012 a. Terus menerus sejak awal sampai akhir penelitian b. Induktif c. Mencari pola, model, tema, teori H. Hubungan dengan Responden a. Empati, akrab supaya memperoleh pemahaman yang mendalam b. Kedudukan sama bahkan sebagai guru, konsultan c. Jangka lama, sampai datanya jenuh, dapat ditemukan hipotesis atau teori I. Usulan Desain a. Singkat, umum bersifat sementara b. Literatur yang digunakan bersifat sementara, tidak menjadi pegangan utama c. Prosedur bersifat umum, seperti akan merencanakan tour/piknik d. Masalah bersifat sementara dan akan ditemukan setelah studi pendahuluan e. Tidak dirumuskan hipotesis, karena justru akan menemukan hipotesis f. Fokus penelitian ditetapkan setelah diperoleh data awal dari lapangan J. Kapan Penelitian dianggap Selesai? Setelah tidak ada data yang dianggap baru/jenuh K. Kepercayaan terhadap Hasil Penelitian Pengujian kredibilitas, depenabilitas, proses dan hasil penelitian Analisis data kualitatif dan kuantitatif H. Hubungan dengan Responden Hubungan peneliti dengan yang diteliti bisa berjarak, bisa akrab, kedudukan bisa lebih tinggi dan sama dengan responden, jangka pendek dan jangka panjang, hipotesis terbukti dengan didukung data kualitataif I. Usulan Desain Untuk penelitian kombinasi model sequential exploratory, usulan desain bisa bersifat sementara tetapi untuk model sequential explanatory usulan desain sudah rinci J. Kapan Penelitian dianggap Selesai? Setelah semua kegiatan yang direncanakan dapat diselesaikan dan setelah tidak ada data yang dianggap baru lagi/jenuh K. Kepercayaan terhadap Hasil Penelitian Pengujian validitas dan realibilitas instrumen, pengujian kredibilitas depenabilitas, proses dan hasil penelitian kualitatif 32

34 3. Perbedaan Proses Penggunaan Aspek Logika Untuk Merumuskan Hipotesis Sumber Masalah: 1. Empiris 2. Teoritis Konsep dan Teori yang Relevan Prinsip deduksi Membaca dan berpikir Rumusan Masalah Pengajuan Hipotesis yang Menyatakan Praduga Terhadap Hubungan antar Variabel Membaca hasil penelitian Prinsip induksi Operasionalisasi Memilih Kesimpulan Penemuan yang Relevan Penemuan Mengumpulkan & Menganalisis data Menyusun Instrumen penelitian Metode/strategi Pendekatan penelitian Penggunaan Aspek Metodologi Untuk Menguji Hipótesis Yang Diajukan Gambar 7.4. Proses Penelitian Kuantitatif (Modifikasi dari Tuckman, hal. 90) 33

35 Perlu Statistik Untuk Uji Validitas dan Reliabilitas Perlu Perlu Perlu Perlu Statistik Instrumen Statistik Statistik Menentukan Mengumpulkan Menyajikan Menganalisa Pembahasan Berteori Sampel Data Data Data Gambar 8.4 Proses Penelitian dan Statistik yang Diperlukan 34

36 Perbedaan antara metode penelitian kualitatif, kuantitatif dan kombinasi juga dapat dilihat dari proses penelitian. Proses dalam metode penelitian kuantitatif bersifat linier dan kualitatif bersifat sirkuler sedangkan metode kombinasi bersifat gabungan linier dan sirkuler. a. Proses Penelitian Kuantitatif Proses penelitian kuantitatif ditunjukkan pada gambar 7.4. seperti telah diketahui bahwa penelitian itu pada prinsipnya adalah untuk menjawab masalah. Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi sesungguhnya. Penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan, teori dengan praktek, perencanaan dengan pelaksanaan dan sebagainya. Penelitian kuantitatif bertolak dari studi pendahuluan dari obyek yang diteliti (preliminary study) untuk mendapatkan yang betul-betul masalah. Masalah tidak dapat diperoleh dari belakang meja, oleh karena itu harus digali melalui studi pendahuluan melalui fakta-fakta empiris. Supaya peneliti dapat menggali masalah dengan baik, maka peneliti harus menguasai teori melalui membaca berbagai referensi. Selanjutnya supaya masalah dapat dijawab dengan baik, masalah tersebut harus dirumuskan secara spesifik dan pada umumnya dibuat dalam bentuk kalimat tanya. Untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara (berhipotesis) maka, peneliti dapat membaca referensi teoritis yang relevan dengan masalah dan berfikir. Selain itu penemuan penelitian sebelumnya yang relevan juga dapat digunakan sebagai bahan untuk memberikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (hipotesis). Jadi kalau jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung oleh penelitian yang relevan tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode/strategi/pendekatan/desain penelitian yang sesuai. Pertimbangan ideal untuk memilih metode itu adalah tingkat ketelitian data yang diharapkan dan konsistensi yang dikehendaki. Sedangkan pertimbangan praktis adalah tersedianya dana, waktu dan kemudahan yang lain. Dalam penelitian kuantitatif metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode survey, ex post facto, eksperimen, evaluasi, action research, policy research. Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang berbentuk test, angket/kuesioner, untuk pedoman wawancara atau observasi. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data dilakukan pada obyek tertentu baik yang berbentuk populasi maupun sampel. Bila peneliti ingin membuat generalisasi terhadap temuannya, maka sampel yang diambil harus representatif (mewakili). Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Berdasarkan analisis ini apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima atau apakah penemuan itu sesuai dengan hipotesis yang diajukan atau tidak. Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode penelitian yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Berdasarkan proses penelitian kuantitatif di atas, maka nampak bahwa proses penelitian kuantitatif bersifat linier, di mana langkah- 35

37 langkahnya jelas mulai dari rumusan masalah, bertoeri, berhipotesis, mengumpulkan data, analisis data dan membuat kesimpulan dan saran. Penggunaan konsep dan teori yang relevan serta pengkajian terhadap hasilhasil penelitian yang mendahului guna menyusun hipotesis merupakan aspek l ogika (logico-hyphothetico), sedangkan pemilihan metode penelitian, menyusun instrument, mengumpulkan data dan analisisnya adalah merupakan aspek metodologi untuk memverifikasikan hipotesis yang diajukan. b. Proses Penelitian Kualitatif Rancangan penelitian kualitatif diibaratkan oleh Bogdan seperti orang yang akan piknik, sehingga ia baru tahu tempat yang akan dituju, tetapi belum tahu pasti apa yang ada di tempat itu. Ia akan tahu setelah memasuki obyek, dengan cara membaca berbagai informasi tertulis, gambar-gambar, berfikir dan melihat obyek dan aktivitas orang yang ada di sekelilingnya, melakukan wawancara dan sebagainya. Proses penelitian kualitatif juga dapat diibaratkan seperti orang asing yang mau melihat pertunjukkan wayang kulit atau kesenian, atau peristiwa yang lain. Ia belum tahu apa, bagaimana wayang kulit itu. Ia akan tahu setelah ia melihat, mengamati dan menganalisis dengan serius. Dari ilustrasi di atas, dapat dikemukakan bahwa walaupun peneliti kualitatif belum memiliki masalah atau keinginan yang jelas, tetapi dapat juga langsung memasuki obyek/lapangan. Pada waktu memasuki obyek, peneliti tentu masih merasa asing terhadap obyek tersebut, seperti halnya orang asing yang masih asing terhadap pertunjukkan wayang kulit. Setelah memasuki obyek, peneliti kualitatif akan melihat segala sesuatu yang ada di tempat itu, yang masih bersifat umum. Misalnya dalam pertunjukkan wayang pada tahap awal, ia akan melihat penontonnya, panggungnya, gamelannya, penabuhnya (pemain gamelannya), wayangnya, dalangnya, pesindennya (penyanyi) aktivitas penyelenggaranya. Pada tahap ini disebut tahap orientasi atau deskripsi, dengan grand question. Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, apa yang didengar, dirasakan dan ditanyakan. Mereka baru mengenal serba sepintas terhadap informasi yang diperolehnya. Proses penelitian kualitatif tahap kedua disebut tahap reduksi/fokus. Pada tahap ini peneliti mereduksi segala informasi yang telah diperoleh pada tahap pertama. Pada proses reduksi ini, peneliti mereduksi data yang ditemukan pada tahap I untuk memfokuskan pada masalah tertentu. Pada tahap reduksi ini peneliti menyortir data dengan cara memilih mana data yang menarik, penting, berguna dan baru. Data yang dirasa tidak dipakai disingkirkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka data-data tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi berbagai kategori yang ditetapkan sebagai fokus penelitian. Bila dikaitkan dengan contoh melihat pertunjukkan wayang, maka peneliti telah memfokuskan pada masalah tertentu, misalnya masalah wayang dan dalangnya saja. Proses penelitian kualitatif pada tahap ketiga adalah tahap selection. Pada tahap ini peneliti menguraikan focus yang telah ditetapkan menjadi lebih rinci. Ibaratnya pohon, kalau fokus itu baru pada aspek cabang, maka kalau pada tahap selection peneliti sudah mengurai sampai ranting, daun dan buahnya. Kalau diibaratkan pertunjukkan wayang tadi, kalau fokusnya pada wayangnya, maka peneliti ingin lebih dalam tentang wayang mulai dari nama wayang dan perannya, bentuk dan ukuran wayang, cara membuat wayang, makna setiap pahatan pada wayang, jenis cat yang digunakan, cara mengecatnya dan sebagainya. 36

38 Pada penelitian tahap ketiga ini, setelah peneliti melakukan analisis yang mendalam terhadap data dan informasi yang diperoleh, maka peneliti dapat menemukan tema dengan cara mengkonstruksikan data yang diperoleh menjadi sesuatu bangunan pengetahuan, hipotesis atau ilmu yang baru. Hasil akhir penelitian kualitatif bukan sekedar menghasilkan data atau informasi yang sulit dicari melalui metode kuantitatif, tetapi juga harus mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, bahkan hipotesis atau ilmu baru yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah dan meningkatkan taraf hidup manusia. Pada tahap kelima, peneliti mencandra kembali terhadap kesimpulan yang telah dibuat. Apakah kesimpulan yang telah dibuat itu kredibel atau tidak. Untuk memastikan kesimpulan yang telah dibuat tersebut, maka peneliti masuk lapangan lagi, mengulangi pertanyaan dengan cara dan sumber yang berbeda, tetapi tujuannya sama. Kalau kesimpulan telah diyakini memiliki kredibilitas yang tinggi, maka pengumpulan data dinyatakan telah selesai. Neuman (2003) menggambarkan proses penelitian kuantitatif yang bersifat deduktif dan penelitian kualitatif yang bersifat induktif. Metode penelitian kuantitatif berangkat dari theoretical frame work sesuatu yang bersifat abstrak, difokuskan dengan formal theory, middle range theory, substantive theory, selanjutkan dirumuskan hipotesis untuk diuji sehingga menuju ke empirical social reality atau kejadian-kejadian yang konkrit. Metode penelitian kualitatif berangkat dari pengamatan yang mendetail, konkrit pada empirical social reality, sehingga terbangun grounded theory, selanjutnya berkembang menjadi substantive theory, middle-range theory dan akhirnya menjadi theoretical frame work (also call paradigm or theoretical system). Pengertian teori formal, middle-range theory dan substantive oleh Neuman (2003) sebagai berikut, Formal Theory is developed for broad conceptual area in general theory. Substantive theory is developed for specific area of social concern. Middle-range theories can be formal or substantive. Middlle-range theories are slightly more abstract the empirical generalization or specific hypotheses. E. Kapan Metode Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi Digunakan? 1. Penggunaan Metode Kuantitatif a. Bila masalah yang merupakan titik tolak penelitian sudah jelas. b. Bila peneliti ingin mendapatkan informasi yang luas dari suatu populasi. c. Bila ingin diketahui pengaruh perlakuan/treatmen tertentu terhadap yang lain. d. Bila peneliti bermaksud menguji hipotesis penelitian. e. Bila peneliti ingin mendapatkan data yang akurat berdasarkan fenomena yang empiris dan dapat diukur. f. Bila ingin menguji terhadap keragu-raguan tentang validitas pengetahuan, teori dan produk tertentu. 2. Penggunaan Metode Kualitatif a. Bila masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin masih gelap. b. Untuk memahami makna dibalik data yang tampak c. Untuk memahami interaksi sosial. d. Memahami perasaan orang. e. Untuk mengembangkan teori. 37

39 f. Untuk memastikan kebenaran data. g. Meneliti sejarah perkembangan. 3. Penggunaan Metode Kombinasi a. Peneliti ingin melengkapi hasil penelitian kuantitatif yang diperkaya dengan data-data yang bersifat kualitatif. b. Peneliti ingin hasil penelitian kualitatif dapat diberlakukan pada populasi yang lebih luas (menguji hipotesis hasil penelitian kualitatif). c. Peneliti ingin mendapatkan data yang lebih komprehensif yang dapat dicari dengan metode kuantitatif dan kualitatif dalam waktu yang sama. d. Peneliti ingin melakukan penelitian yang bersifat proses dengan metode kualitatif dan meneliti produk dengan metode kuantitatif. e. Peneliti ingin melakukan penelitian tindakan (action research), untuk menemukan tindakan yang teruji secara efektif. f. Peneliti ingin melakukan penelitian untuk menghasilkan produk yang teruji dengan metode R & D (research and development). Pada tahap analisis kebutuhan dan membuat rancangan bisa menggunakan metode kualitatif dan pada saat menguji rancangan produk dengan metode kuantitatif/eksperimen pada sampel yang semakin luas. 38

40 BAB V. PROSES PENELITIAN, MASALAH, VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN A. Proses Penelitian Kuantitatif Proses penelitian kuantitatif pada gambar berikut ini. Rumusan Masalah Landasan Teori Populasi Sampel Rumusan Hipotesis Pengumpulan Data Analisis Data Simpulan dan Saran Pengemb. Instrumen Pengujian Instrumen Gambar 9.5 Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif Berdasarkan gambar 9.5 di atas penjelasannya adalah sebagai berikut. Setiap penelitian selalu berangkat dari masalah atau dari potensi. Dalam penelitian kuantitatif, masalah yang dibawa oleh peneliti harus sudah jelas dan ditunjukkan dengan data yang valid. Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dalam kalimat pertanyaan. Dengan pertanyaan ini maka akan dapat memandu peneliti untuk kegiatan penelitian. Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti menggunakan berbagai teori untuk memperjelas masalah dan menjawabnya. Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis. Hipotesis tersebut selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris di lapangan. Untuk itu peneliti menetapkan populasi sebagai tempat pengujian dan sekaligus menyiapkan instrumen penelitiannya. Bila populasi terlalu luas dan ada keterbatasan dari peneliti baik dari segi tenaga, biaya dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka sampel yang diambil harus representatif dengan tingkat kesalahan tertentu. Instrumen yang akan digunakan untuk pengumpulan data harus valid dan reliabel. Untuk itu sebelum instrumen digunakan maka harus diuji validitas dan reliabilitasnya. Setelah instrumen teruji validitas dan reliabilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan data dapat berbentuk test dan nontest. Untuk instrumen yang berbentuk nontest, dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Dengan demikian teknik pengumpulan data selain berupa test dalam penelitian ini dapat berupa kuesioner, observasi dan wawancara. 39

41 Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan. Dalam penelitian kuantitatif, analisi data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik non parametris. Peneliti menggunakan statistik bila penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara random. Data hasil analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, pie chart (diagram lingkaran dan pictogram). Pembahasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang rasional dan mendalam serta interpretasi terhadap data-data yang telah disajikan. Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjutnya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Jadi, kalaupun rumusan masalah ada lima, maka kesimpulannya juga ada lima. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi, jangan membuat saran berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan. Apabila hipotesis yang dilakukan tidak terbukti, maka perlu dicek apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data atau rumusan masalah yang diajukan. B. Masalah Seperti yang dinyatakan oleh Emory (1985) bahwa, baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun diakui bahwa memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988). Best dan Khan (2006) menyatakan One of the most difficult phase the research is the choice of a suitable problem. Bila dalam penelitian telah dapat ditemukan masalah yang betul-betul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50 % telah selesai. Oleh karena itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan. Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stonner (1982) mengemukakan bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan dengan kenyataan, adanya pengaduan dan kompetisi. a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dan kenyataan. Di dunia ini yang tetap hanya perubahan, namun sering perubahan itu tidak diharapkan oleh orang-orang tertentu, karena akan menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintahan harus berubah ke bidang bisnis. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pemerintahan dengan sistem sentralisasi lalu 40

42 berubah menjadi desentralisasi, maka akan muncul masalah. Apakah masalahnya sehingga perlu perubahan. Apakah masalahnya dengan sistem sentralisasi sehingga perlu berubah menjadi sistem desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, apakah masalahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan? b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan. Suatu rencana yang telah ditentukan, tetapi hasilnya tidak sesuai dengan yang ditetapkan dengan tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Misalnya ketika orde baru direncanakan pada tahun 2000 bangsa Indonesia akan tinggal landas, tetapi ternyata tidak terjadi sehingga akan muncul masalah. Dengan adanya reformasi diharapkan harga-harga akan turun, ternyata tidak, sehingga timbul masalah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasan melekat, maka akan terjadi penurunan dalam jumlah KKN, tetapi ternyata tidak sehingga timbul masalah. Apakah masalahnya sehingga apa yang telah direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. c. Ada pengaduan. Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam Koran atau majalah yang mengadukan kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga, dapat dipandang sebagai suatu masalah, karena diadukan lewat media banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kualitas pelayanan. Dengan demikian, orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu. d. Ada kompetisi. Adanya saingan atau kompetisi dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerjasama. Perusahaan pos dan giro merasa mempunyai masalah setelah adanya biro jasa lain yang menerima titipan surat, titipan barang, ada handphone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, . Perusahaan kereta api memandang angkutan umum jalan raya dengan bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT. Telkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepon kabel, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (handphone). C. Rumusan Masalah Rumusan masalah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu kesenjangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian, terdapat kaitan yang erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi (level of explanation). Bentuk rumusan masalah dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu: rumusan masalah deskriptif, komparatif, asosiatif dan komparatif asosiatif. a. Rumusan masalah deskriptif Rumusan masalah deskriptif adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu 41

43 variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri). Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Contoh rumusan masalah deskriptif, antara lain: 1) Seberapa tinggi tingkat kinerja kabinet bersatu? 2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum? 3) Seberapa tinggi efektivitas kebijakan mobil berpenumpang tiga di Jakarta? 4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang kesehatan? b. Rumusan masalah komparatif Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara pegawai negeri BUMN dan swasta? (satu variabel pada tiga sampel). 2) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B? 3) Adakah perbedaan, kemampuan dan disiplin kerja antara pegawai swasta nasional dan perusahaan asing (dua variabel, pada dua sampel). 4) Adakah perbedaan kenyamanan naik kereta api dan bus menurut berbagai kelompok masyarakat? 5) Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan took yang berasal dari kota dan desa serta gunung? (satu variabel pada 3 sampel). 6) Adakah perbedaan tingkat kepuasan masyarakat di kabupaten A dan B dalam hal pelayanan kesehatan? 7) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara bank swasta dan bank pemerintah? 8) Adakah perbedaan kualitas lulusan antara sekolah bertaraf nasional dan bertaraf internasional? c. Rumusan masalah asosiatif Rumusan masalah asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variable atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan, yaitu hubungan yang bersifat simetris, hubungan kausal dan interaktif/resiprokal/timbal balik. 1) Hubungan simetris Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama. Jadi bukan hubungan kausal atau interaktif, contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: a) Adakah hubungan antara banyaknya bunyi burung prenjak dengan tamu yang datang? Hal ini bukan berarti yang menyebabkan tamu dating adalah bunyi burung. (di pedesaan Jawa tengah ada kepercayaan kalau di depan rumah ada bunyi burung prenjak, maka diyakini aka nada tamu, di Jawa Barat jika ada kupu-kupumaka akan ada tamu). b) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan manisnya buah? c) Adakah hubungan anara warna rambut dengan kemampuan memimpin? 42

44 d) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan? e) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli? Contoh penelitiannya adalah sebagai berikut: (1) Hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan jumlah sepatu yang terjual. (2) Hubungan antara tinggi badan dengan prestasi kerja di bidang pemasaran. (3) Hubungan antara payung yang terjual dengan tingkat kejahatan. 2) Hubungan kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh: a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja? b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap perilaku masyarakat? c) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan? d) Seberapa besar pengaruh kurikulum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah? Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut: (a) Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan di departemen X. (b) Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja di departemen X. contoh pertama dengan satu variabel independen dan contoh kedua dengan dua variabel independen. 3) Hubungan interaktif/resiprokal/timbal balik Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruh. Di sini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen, contoh: (a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Di sini dapat dinyatakan motivasi mempengaruhi prestasi dan juga prestasi mempengaruhi motivasi. (b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, demikian juga orang yang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizinya terpenuhi. d. Rumusan masalah komparatif-asosiatif Rumusan masalah komparatif-asosiatif adalah rumusan masalah yang menanyakan perbandingan korelasi antara dua variabel atau lebih pada sampel atau populasi yang berbeda. Contoh: 1) Adakah perbedaan korelasi kualitas pelayanan dengan nilai penjualan antara di toko A dengan toko B? 2) Adakah perbedaan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin pegawai antara lembaga pemerintah dan swasta? D. Variabel Penelitian Variable penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. 43

45 Secara teoritis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Variable juga dapat merupakan atribut dari bidang keilmuan atau kegiatan tertentu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, merupakan atribut-atribut dari setiap orang. Berat, ukuran, bentuk dan warna merupakan atribut-atribut dari obyek. Struktur organisasi, model pendelegasian, kepemimpinan, pengawasan, koordinasi, prosedur dan mekanisme kerja, deskripsi pekerjaan, kebijakan adalah merupakan contoh variabel dalam kegiatan administrasi. Di namakan variabel karena ada variasinya. Misalnya berat badan dapat dikatakan variabel, karena berat badan sekelompok orang itu bervariasi antara sekelompok orang dengan orang yang lain. Demikian juga motivasi, persepsi dapat juga dikatakan sebagai variabel karena misalnya persepsi dari sekelompok orang tentu bervariasi. Jadi kalo peneliti ingin memilih variabel penelitian, baik yang dimiliki oleh orang, obyek maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variabel. Untuk dapat dikatakan bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok sumber data atau obyek yang bervariasi. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk (construct) atau sifat yang akan dipelajari. Di berikan contoh, misalnya tingkat partisipasi, penghasilan, pendidikan, status sosial, jenis kelamin, golongan gaji, produktivitas kerja dsb. Di bagian lain Kerlinger menyatakan bahwa variabel-variabel dapat dikatakan sebagai suatu sifat yang diambil dari suatu nilai yang berbeda (different values). Dengan demikian, variabel itu merupakan sesuatu yang bervariasi. Selanjutnya Kidder (1981), menyatakan bahwa variabel adalah suatu kualitas (qualities) di mana peneliti mempelajari dan menarik kesimpulan darinya. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. E. Model Hubungan Antar Variabel Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibagi menjadi: a) Variabel independen: variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, predictor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). b) Variabel dependen: sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. c) Variabel moderator: adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat dan memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini disebut juga sebagai variabel independen kedua. d) Variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan menjadi tidak dapat diamati dan diukur. 44

46 BAB VI. PROSES PENELITIAN SURVEI A. Penelitian Survei Dalam survei, informasi dikumpulkan dari responden melalui kuesioner. Umumnya pengertian survei dibatasi pada penelitian yang dikumpulkan dari sampel untuk mewakili seluruh populasi. Ini berbeda dengan sensus yang informasinya dikumpulkan dari seluruh populasi. Dengan demikian, penelitian survei adalah penelititan yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Pada umumnya unit analisis dalam penelitian survei adalah individu. Untuk penelitian tertentu, unit analisis mungkin adalah pasangan suami-istri, pasangan yang telah bercerai atau rumah tangga secara keseluruhan, tetapi untuk wawancara digunakan satu kuesioner dan tetap ditujukan kepada satu orang. Unit analisis ini perlu sekali diperhatikan, terutama bagi peneliti muda. Misalnya apabila dia tertarik untuk meneliti pola perkawinan dan perceraian pada tiga masyarakat melalui penelitian survei, ia perlu mengingat bahwa unit analisisnya adalah individu, bukan masyarakat. Pada akhirnya memang ketiga masyarakat yang diteliti itu dibandingkan setelah seluruh jawaban individu dianalisis. Selanjutnya apabila ia tertarik meneliti pendapatan seluruh anggota rumah tangga, kemungkinan ia akan menggabungkan pendapatan semua anggota rumah tangga tersebut yang terdiri dari suami-istri dan anak-anak. Dengan demikian, yang menjadi unit analisis adalah rumah tangga, bukan individu. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, jenis penelitian dibedakan menjadi dua, yaitu penelitian murni dan penelitian terapan. Sedangkan jika dilihat dari jenis data yang dikumpulkan, dikenal adanya penelitian kuantitatif dan kualitatif serta gabungan kuantitatif dan kualitatif yang lebih dikenal dengan metode penelitian gabungan. Kemudian dilihat dari tujuan penelitian dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu deskriptif, komparatif dan asosiatif. Apabila dilihat dari metode pendekatan, dapat dibedakan menjadi enam jenis penelitian, yaitu (1) Penelitian survei; (2) Eksperimen; (3) Grounded research; (4) Evaluasi; (5) Penelitian kebijakan dan; (6) Analisis data sekunder. Berikut adalah penjelasan tentang enam jenis penelitian tersebut. Penelitian survei dapat digunakan untuk maksud (1) Penjajakan (eksploratif); (2) Deskriptif; (3) Penjelasan (explanatory) atau confirmatory, yakni untuk menjelaskan hubungan kausal atau pengujian hipotesis; (4) Evaluasi; (5) Prediksi atau meramalkan kejadian tertentu di masa yang akan datang; (6) Penelitian operasional dan; (7) Pengembangan indikator-indikator sosial. Penelitian penjajakan atau eksploratif bersifat terbuka, masih mencari-cari. Pengetahuan peneliti tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu tipis untuk melakukan studi deskriptif. Warwick dan Lininger (1975) misalnya memberikan contoh pertanyaan studi eksploratif sebagai berikut: Apakah yang paling mencemaskan anda akhir-akhir ini? Hal-hal penting apakah yang mencemaskan anda tentang negeri anda? atau Menurut anda, bagaimanakah cara pengasuhan anak yang baik? walaupun tampak sederhana, belumlah jelas diketahui kira-kira bagaimana jawaban responden terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut sebelum terkumpul sejumlah jawaban. 45

47 Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat fenomena sosial tertentu, misalnya perceraian, pengangguran, keadaan gizi atau preferensi terhadap politik tertentu. Peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta, tetapi tidak melakukan pengujian hipotesis. Apabila untuk data yang sama, peneliti menjelaskan hubungan kausal antar variabel melalui pengujian hipotesis, maka penelitian tersebut tidak lagi disebut penelitian deskriptif, tetapi penelitian pengujian hipotesis atau penelitian penjelasan (explanatory research). Perbedaan pokok antara penelitian deskriptif dan penelitian penjelasan bukanlah terletak pada sifat datanya, melainkan pada sifat analisisnya. Kegunaan lan dari penelitian survei adalah untuk mengadakan evaluasi. Hal yang menjadi pertanyaan pokok di sini adalah sampai seberapa jauh tujuan yang digariskan pada awal program tercapai atau mempunyai tanda-tanda akan tercapai. Secara umum, terdapat dua jenis penelitian evaluasi, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi summatif. Evaluasi formatif biasanya melihat dan meneliti pelaksanaan suatu program, mencari umpan balik untuk memperbaiki pelaksanaan program tersebut. Evaluasi summatif biasanya dilaksanakan pada akhir program untuk mengukur ketercapaian tujuan program. Hasil survei dapat pula digunakan untuk mengadakan prediksi mengenai fenomena sosial tertentu. Di Amerika Serikat poll adalah survei sampel yang digunakan untuk mengukur pendapat umum mengenai keadaan sosial dan politik, tingkat popularitas presiden, pelaksanaan hukuman mati dan lain-lain, biasanya dilaksanakan oleh lembaga survei Gallup atau Harris. Ada kalanya hasil sensus atau hasil survei juga digunakan untuk mengadakan proyeksi penduduk. Proyeksi tersebut tidak hanya memuat asumsi-asumsi jumlah penduduk, tetapi juga mencakup perubahan fertilitas, mortalitas, struktur umur, komposisi seks dan lain-lain. Akhir-akhir ini penelitian survei banyak digunakan untu berbagai penelitian operasional (operation research). Pada penelitian operasional, pusat perhatian adalah variabel-variabel yang berkaitan dengan aspek operasional suatu program. Setelah diidentifikasi hambatan-hambatan operasional, penelitian dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Berikut adalah sebuah contoh permasalahan yang dipetik dari buku Fisher, et.al (1983). Hasil survei menunjukkan bahwa terdapat variasi yang besar dalam prevalensi akseptor Keluarga Berencana (KB) antara berbagai desa walaupun semuanya mempunyai pelayanan yang sama. Di beberapa desa, cakupan akseptor mencapai 80 persen, sedangkan di desa yang lain hanya 6 persen. Seharusnya kesenjangan prevalensi di desa-desa tersebut tidak besar, tetapi kenyataan menunjukkan sebaliknya. Pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian operasional adalah faktor-faktor program apakah yang mempengaruhi variasi tersebut? Mungkin tenaga kesehatan dan petugas keluarga berencana tidak mempunyai motivasi yang tinggi dalam melakukan tugasnya. Mungkin pemimpin-pemimpin formal dan informal dimanfaatkan untuk menyukseskan program, dan lain-lain. Indicator-indikator sosial dikembangkan berdasarkan survai-survai yang dilakukan secara berkala. Biro Pusat Statistik (BPS) umpamanya, menerbitkan secara teratur buku Indikator Kesejahteraan Rakyat yang didasarkan pada (1) Survai Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 1976; (2) Sakernas 1977; (3) Sensus Penduduk 1971; (4) Sensus Penduduk 1980; (5) Survai Kesehatan Rumah Tangga 1980 dan; (6) Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Indikator lainnya yang diterbitkan oleh Biro Pusat 46

48 Statistik (BPS) adalah Indikator Pemerataan Pendapatan Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia, C. Penelitian Eksperimen Penelitian eksperimen sangat sesuai untuk pengujian hipotesa tertentu dan dimaksudkan untuk mengetahui hubungan sebab akibat variabel penelitian. Pelaksanaannya memerlukan konsep dan variabel yang jelas sekali dan pengukuran yang cermat. Penelitian eksperimen mungkin dilakukan di laboratorium, di kelas atau di lapangan. Eksperimen dapat dilakukan tanpa atau dengan kelompok pembanding (control group). Misalnya ada sebuah film tentang transmigrasi yang dimaksudkan untuk meningkatkan keinginan masyarakat untuk bertransmigrasi. Untuk itu dipilih sebuah kelompok eksperimen dan mereka diwawancarai (pre-test) dengan menggunakan kuesioner yang khusus dibuat untuk studi itu. Lalu film yang merupakan stimulus eksperimen dipertunjukkan. Sesudah itu kelompok yang sama diwawancarai (post-test) dengan kuesioner yang sama. Hasil pre-test dan post-test dibandingkan untuk mengetahui apakah ada perubahan sikap bertransmigrasi sebagai akibat stimulus eksperimen. Dalam penelitian eksperimen yang tidak menggunakan kelompok kontrol hasil penelitian tersebut diragukan keabsahannya, karena beberapa variabel yang mengancam atau yang melemahkan validitas penelitian tidak dikontrol (lihat Campbell dan Stanley, 1966:5). Misalkan, respons terhadap kuesioner menunjukkan adanya perubahan sikap itu terjadi karena meihat film itu, ataukah karena kesadaran bahwa mereka diuji, kesadaran yang merubah respons mereka terhadp pertanyaan yang diajukan pada tahap kedua. Untuk menghindarkan masalah tersebut, berbagai penelitian eksperimen menggunakan kelompok pembanding (control group). D. Grounded Research Survai merupakan pendekatan kuantitatif, sedangkan titik berat grounded research adalah pada pendekatan kualitatif. Data terutama dikumpulkan melalui wawancara bebas. Seperti yang dikemukakan oleh Glaser dan Strauss (1967), grounded research merupakan reaksi yang tajam dan sekaligus menyajikan jalan keluar dari stagnasi teori dalam ilmu-ilmu sosial, dengan penitikberatan pada sosiologi. Kritik dilontarkan baik kepada pendekatan yang kuantitatif maupun yang kualitatif yang selama ini dilakukan. Kedua pengarang tersebut mengkritik keterkaitan para peneliti yang berlebihan terhadap teori-teori yang sangat umum (grand theories) dari tokoh-tokoh besar seperti Weber, Prasons, Veblen, Cooley dan lain-lain. Ini menjurus kepada studi verifikasi yang bermunculan seperti jamur dimusim hujan, yakni verifikasi dari teori-teori tersebut melalui pendekatan kuantitatif dan tes statistik. Hasil akhir dari penelitian merupakan verifikasi dari teori atau hipotesis, untuk diterima atau ditolak. Dengan demikian, penelitian tidak bertitik tolak dari data atau situasi sosial tersebut, tetapi dari konsep, hipotesis dan teori yang sudah mapan yang mungkin sekali tidak relevan untuk situasi sosial yang khas dari masyarakat yang diteliti. Karena sifatnya verifikasi atau pengecekan terhadap teori yang sudah tersedia, maka teori-teori baru tidak tumbuh dan berkembang. Sebaliknya, terkadang timbul teori baru tetapi tidak pula berlandaskan data, jadi terlepas dari data. 47

49 Grounded research menyajikan suatu pendekatan yang baru. data merupakan sumber teori, teori berdasarkan data dank arena itu dinamakan grounded. Kategorikategori dan konsep dikembangkan oleh peneliti di lapangan. Data yang bertambah dimanfaatkan untuk verifikasi teori yang timbul di lapangan, yang terus menerus disempurnakan selama penelitian. E. Kombinasi Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena social yang diteliti, terdapat usaha untuk menambahkan informasi kualitatif pada data kuantattif. Dalam penelitian survai umpamanya, data kualitatif dikumpulkan dengan menggunakan slip, yakni sepotong kertas yang khusus disediakan untuk itu, di samping penggunaan kuesioner. Apabila responden memberikan keterangan kualitatif tambahan terhadap pertanyaan tertentu, maka asisten lapangan mencatatnya pada slip. Informasi tambahan lainnya, kalau ada yang dianggap bermanfaat ditulis pada slip. Slip diberi identifikasi baik nomor dan nama responden, maupun acuannya pada nomor pertanyaan dalam kuesioner. Slip disusun secara sistematis untuk digunakan waktu menganalisis data. Terdapat pula penelitian yang menggunakan kuesioner tetapi baik peneliti utama maupun para asisten tinggal di lapangan selama penelitian diadakan. Data dihimpun melalui kuesioner yang disiapkan sebelumnya dan kemudian diperbaiki di lapangan, ditambah dengan wawancara bebas dan observasi. Penelitian seperti itu antara lain dilakukan oleh Masri dan Singarimbun di Sriharjo dan terry dan Valerei Hull di Maguwoharjo, keduanya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam kedua penelitian tersebut di atas, berbeda dengan suvai sampel yang dibahas di muka, tidak dilakukan sampel dalam pemilihan responden. Untuk data kuantitatif yang pokok mengenai keluarga berencana dan fertilitas, semua ibu di desa yang diteliti dijadikan responden. Jadi penelitian tersebut merupakan sebuah community study. F. Analisa Data Sekunder Mungkin sekali untuk kepentingan pekerjaan ilmiah tertentu, sudah tersedia data yang dapat digunakan. Data tersebut mungkin hasil survai yang belum diperas dan analisa lanjutan dapat menghasilkan sesuatu yang amat berguna. Juga dapat berupa studi perbandingan dari studi-studi yang telah dilakukan. Khususnya mengenai kependudukan, dewasa ini telah terhimpun data yang kaya pada Biro Pusat Statistik (BPS) berbagai analisa dapat dilakukan dari Sensus Penduduk 1971, SUSENAS, SUPAS, World Fertility Survey, SAKERNAS, Sensus Penduduk 1981 dan lain-lain. Keuntungan dari pemanfaatan data yang tersedia adalah: peneliti tidak terlibat lagi dalam mengusahakan dana untuk penelitian di lapangan, merekrut dan melatih pewawancara menentukan sampel dan mengumpulkan data di lapangan yang banyak memakan energy dan waktu. G. Proses Penelitian Penelitian merupakan suatu proses yang panjang. Ia berawal dari minat untuk mengetahui fenomena tertentu dan selanjutnya berkembang menjadi gagasan, teori, konseptualisasi, pemilihan metode penelitian yang sesuai dan seterusnya. Hasil 48

50 akhirnya, pada gilirannya melahirkan gagasan dan teori baru pula sehingga merupakan suatu proses yang tiada hentinya. Setelah disederhanakan, langkah-langkah yang lazim ditempuh dalam pelaksanaan survai adalah sebagai berikut: 1. Merumuskan masalah penelitian dan menentukan tujuan survai. 2. Menentukan konsep dan hipotesis serta menggali kepustakaan. Adakalanya hipotesis tidak diperlukan, misalnya pada penelitian operasional. 3. Pengambilan sampel. 4. Pembuatan kuesioner. 5. Pekerjaan lapangan, termasuk memilih dan melatih pewawancara. 6. Pengolahan data. 7. Analisa dan pelaporan. 49

51 BAB VII. LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasigeneralisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sumadi Suryabrata, 1990). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perbuatan cobacoba (trial and error). Setiap penelitian selalu menggunakan teori. Seperti dinyatakan oleh Nueman (2003) researchers use theory differently in various types of research, but some type of theory is present in most social interrelated construct (concept), definitions, and proposition that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with purposes of explaining and predicting the phenomena. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Wiliam Wiersma (1986) menyatakan bahwa, a theory is a generalization or series of generalization by which we attempt to explain some phenomena in a systematic manner. Teori adalah generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik. Cooper&Schindler (2003) mengemukakan bahwa, a theory is a set of systematically interrelated concepts, definition and proposition that are advanced to explain and predict phenomena (fact). Teori adalah seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang tersusun secara sistematis sehingga dapat digunakan untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut: 1. Teori menunjuk pada sekelompok hukum yang tersusun secara logis. Hukumhukum ini biasanya memiliki sifat hubungan yang deduktif. Suatu hukum menunjukkan suatu hubungan antar variabel-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramalkan sebelumnya. 2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengenai suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Di sini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu datang suatu konsep yang teoritis (induktif). 3. Suatu teori juga dapat menunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Di sini biasanya terdapat hubungan yang fungsional antara data dan pendapat teoritis. Berdasarkan data tersebut di atas secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa suatu teori adalah suatu konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau sistem pengertian ini diperoleh melalui jalan yang sistematis. Suatu teori harus dapat diuji kebenarannya, bila tidak dia bukan suatu teori. Teori adalah alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction) dan pengendalian (control) suatu gejala. Mengapa suatu besi kena panas memuai, dapat 50

52 dijawab dengan teori yang berfungsi menjelaskan. Kalau besi dipanaskan sampai 75 0 celsius berapa pemuaiannya, dijawab dengan teori yang berfungsi untuk meramalkan. Selanjutnya berapa jarak sambungan rel kereta api yang paling sesuai dengan kondisi iklim Indonesia, sehingga kereta api tidak terganggu jalannya karena sambungannya, dijawab dengan teori yang berfungsi mengendalikan. Dalam bidang administrasi, Hoy dan Miskel (2001) mengemukakan definisi teori sebagai berikut: Theory in administration, however has the same role as theory in physics, chemistry, or biology: that is providing general explanations and guiding research. Bahwa teori adalah seperangkat konsep, asumsi dan generalisasi yang dapat digunakan untuk mengungkapkan dan menjelaskan perilaku dalam berbagai organisasi. Theory is a set of interrelated concepts, assumptions and generalizations that systematically describes and explains regularities in behavior in organizations. Berdasarkan yang dikemukakan Hoy dan Miskel (2001) tersebut dapat dikemukakan di sii bahwa: (1) Teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi dan generalisasi yang logis; (2) Berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan dan; (3) Sebagai stimulan untuk mengembangkan pengetahuan. Mengapa KKN tidak bisa diberantas di era reformasi saat ini, dapat dijelaskan melalui teori yang berfungsi untuk menjelaskan. Setelah KKN tidak bisa diberantas, maka bagaimana akibatnya terhadap perekonomian nasional, dijawab dengan teori yang berfungsi prediksi. Supaya KKN tidak terjadi lagi di Indonesia apa yang perlu dilakukan dijawab dengan teori yang berfungsi pengendalian (fungsi kontrol). B. Tingkatan dan Fokus Teori Numan (2003) mengemukakan tingkatan teori (level of theory) menjadi tiga yaitu: micro, meso dan macro. Micro level theory: small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Meso-level theory: attempts to link macro and micro levels or to operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan social atau komunitas tertentu. Macro levels theory: concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more concepst that are abstract. Selanjutnya focus teori dibedakan menjadi tiga yaitu teori subtantif, teori formal dan middle range theory. Subtantive theory is developed for a specivic area of social concern, such as delinquent gang, strikes, diforce or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance, socialization, or power. Middle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specivic hyphotheses. Middle range theories can be formal or subtantive. Middle range theory is principally used in sociology to guide empirical inquiry. Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih fokus untuk obyek yang akan diteliti. C. Kegunaan Teori dalam Penelitian Cooper&Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah: 51

53 1. Theory narrows the range of fact we need to study. 2. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning. 3. Theory suggest a system for the research to impose on data in order to classify them in the most meaningful way. 4. Theory summarizes what is known about object of study and states the uniformities that lie beyond immediate observation. 5. Theory can be used to predict further fact that should be found. William Wiersma (1986) menyatakan bahwa basically, theory helps provide a frame work by serving as the point of departure for pursuit of a research problems. The theory identifies the crucial factors. It provides a guide for systematizing and interrelating the various facet of research. How ever, besides providing the syatematic view of the factors under study, the theory also may very well identify gaps, weak points and inconsistencies that indicate the need for additional research. Also, the development of theory may light the way for continued research on the phenomena under study. Another function of theory is provide one or more generalization that can be test and used in practical applications and further research. Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal dalam penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup atau konstruk variabel yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga (kontrol) digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upaya pemecahan masalah. Dalam proses penelitian, untuk dapat mengajukan hipotesis penelitian maka peneliti harus membaca-baca buku dan hasil-hasil penelitian yang relevan, lengkap dan mutakhir. Membaca buku adalah prinsip berpikir deduksi dan membaca hasil penelitian adalah prinsip induksi. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berpikir, sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian. D. Deskripsi Teori Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti, melalui pendefinisian dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi terhadap hubungan antar variabel yang akan diteliti lebih jelas dan terarah. Untuk menguasai teori, maupun generalisasi-generalisasi hasil penelitian, maka peneliti harus rajin membaca. Orang harus membaca dan membaca dan menelaah apa 52

54 yang dibaca itu setuntas mungkin agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkah-langkah berikutnya. Membaca merupakan keterampilan yang harus dikembangkan dan dipupuk (Suryasubrata, 1996). Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria yaitu relevansi, kelengkapan dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, karena penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber bacaan lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antar variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, maka akan semakin mutakhir teori. Hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama. Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan diteliti dapat dilihat dari: permasalahan yang diteliti, waktu penelitian, tempat penelitian, sampel penelitian, metode penelitian, analisis dan kesimpulan. Misalnya peneliti yang terdahulu, melakukan penelitian tentang tingkat penjualan jenis kendaraan bermotor di Jawa Timur dan peneliti berikutnya meneliti di Jawa Barat. Jadi hanya berbeda lokasi saja. Peneliti yang kedua ini dapat enggunakan referensi hasil penelitian yang pertama. Langkah-langkah untuk dapat melakukan pendeskripsian teori adalah sebagai berikut: 1. Tetapkan nama variable yang diteliti dan jumlah variabelnya. 2. Cari sumber-sumber bacaan (buku, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian, skripsi, tesis dan disertasi) yang sebanyak-banyaknya dan yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti. 3. Lihat daftar isi setiap buku dan pilih topik yang relevan dengan setiap variabel yang akan diteliti. (Untuk referensi yang berbentuk laporan penelitian, lihat judul penelitian, permasalahan, teori yang digunakan, tempat penelitian, sampel sumber data, teknik pengumpulan data, analisis, kesimpulan dan saran yang diberikan). 4. Cari definisi setiap variabel yang akan diteliti pada setiap sumber bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan. 5. Baca seluruh isi topik buku yang sesuai dengan variabel yang akan diteliti, lakukan analisa, renungkan dan buatlah rumusan dengan bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca. 6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri. Sumber-sumber bacaan yang dikutip atau yang digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan teori harus dicantumkan. E. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan antar variabel yang akan diteliti. Jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antar variabel independen dan dependen bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Pertautan antar variabel tersebut, selanjutnya dirumuskan dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua variabel atau lebih. Apabila penelitian hanya 53

55 membahas sebuah variabel atau lebih secara mandiri, maka yang dilakukan peneliti di samping mengemukakan deskripsi teoritis untuk masing-masing variabel, juga argumentasi terhadap besaran variabel yang diteliti (Haryoko, 1999). Variabel X Variabel Y Membaca Buku & Hasil Penelitian (HP) Membaca Buku & Hasil Penelitian (HP) Membaca Buku & Hasil Penelitian (HP) Membaca Buku & Hasil Penelitian (HP) Deskripsi Teori & Hasil Penelitian (HP) Deskripsi Teori & Hasil Penelitian (HP) Deskripsi Teori & Hasil Penelitian (HP) Deskripsi Teori & Hasil Penelitian (HP) Analisis Kritis & Thdp Teori Hasil Penelitian (HP) Analisis Kritis & Thdp Teori Hasil Penelitian (HP) Analisis Kritis & Thdp Teori Hasil Penelitian (HP) Analisis Kritis & Thdp Teori Hasil Penelitian (HP) Analisis Komparatif Thdp Teori & Hasil Penelitian (HP) yang diambil Analisis Komparatif Thdp Teori & Hasil Penelitian (HP) yang diambil Analisis Komparatif Thdp Teori & Hasil Penelitian (HP) yang diambil Analisis Komparatif Thdp Teori & Hasil Penelitian (HP) yang diambil Sintesa/Kesimpulan teori dan Hasil Penelitian Sintesa/Kesimpulan teori dan Hasil Penelitian Kerangka Berpikir Perumusan Hipotesis Gambar 10.7 Proses Penyusunan Kerangka Berpikir Untuk Merumuskan Hipotesis F. Hipotesis Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak setiap penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan deskriptif sering tidak perlu merumuskan hipotesis. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Di katakana sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan 54

56 pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Dalam hal ini perlu dibedakan pengertian hipotesis penelitian dan hipotesis statistik. Pengertian hipotesis penelitian seperti telah dikemukakan di atas. Selanjutnya hipotesis statistik itu ada, bila penelitian bekerja dengan sampel. Jika penelitian tidak menggunakan sampel, maka tidak ada hipotesis statistik. Dalam suatu penelitian, dapat terjadi ada hipotesis penelitian tetapi tidak ada hipotesis statistik. Penelitian yang dilakukan pada seluruh populasi mungkin akan terdapat hipotesis penelitian tetapi tidak aka nada hipotesis statistik. Hipotesis itu berupa jawaban sementara terhadap rumusan masalah dan hipotesis yang akan diuji dinamakan hipotesis kerja. Sebagai lawannya adalah hipotesis nol (nihil). Hipotesis kerja disusun berdasarkan atas teori yang dipandang handal, sedangkan hipotesis nol dirumuskan karena teori yang digunakan masih diragukan kehandalannya. Contoh hipotesis penelitian yang mengandung hipotesis statistik: 1. Ada perbedaan yang signifikan antara penghasilan rata-rata masyarakat dalam sampel dengan populasi. Penghasilan masyarakat itu paling tinggi hanya Rp /bulan (hipotesis deskriptif). 2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara penghasilan petani dan nelayan (hipotesis komparatif). 3. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara curah hujan dengan jumlah paying yang terjual (hipotesis asosiatif/hubungan). Ada hubungan positif artinya, bila curah hujan tinggi, maka akan semakin banyak paying yang terjual. Dalam hipotesis statistik, yang diuji adalah hipotesis nol, hipotesis yang menyatakan tidak ada perbedaan antara data sampel dan data populasi. Yang diuji hipotesis nol karena peneliti tidak berharap ada perbedaan antara sampel dan populasi atau statistik dan parameter. Parameter adalah ukuran-ukuran yang berkenaan dengan populasi dan statistik di sini diartikan sebagai ukuran-ukuran yang berkenaan dengan sampel. Pada setiap paradigm penelitian minimal terdapat satu rumusan masalah penelitian, yaitu masalah deskriptif. Berikut ini adalah contoh judul penelitian, paradigma, rumusan masalah dan hipotesis penelitian: a. Judul Penelitian Hubungan Antara Gaya Kepemimpinan Manager Perusahaan dengan Prestasi Kerja Karyawan. Gaya Kepemimpinan adalah Variabel Independen (X) dan Prestasi Kerja adalah Variabel Dependen (Y). b. Paradigma Penelitian X Y c. Rumusan Masalah 1) Seberapa baik gaya kepemimpinan manajer yang ditampilkan? (bagaimana X?) 55

57 2) Seberapa baik prestasi kerja karyawan? (bagaimana Y?) 3) Adakah hubungan yang positif dan signifikan antara Gaya Kepemimpinan Manajer dengan Prestasi Kerja Karyawan? (adakah hubungan antara X dan Y?). Butir ini merupakan masalah asosiatif. 4) Bila sampel penelitiannya golongan I, II dan III, maka rumusan masalah komparatifnya adalah: a) Adakah perbedaan persepsi antara karyawan Golongan I, II dan III tentang Gaya Kepemimpinan Manajer? b) Adakah perbedaan persepsi antara pegawai Golongan I, II dan III tentang Prestasi Kerja Karyawan? d. Rumusan Hipotesis Penelitian 1) Gaya kepemimpinan yang ditampilkan manajer (X) ditampilkan kurang baik dan nilainya paling tinggi 60 % dari kriteria yang ditetapkan. 2) Prestasi kerja karyawan (Y) kurang memuaskan dan nilainya paling tinggi 65. 3) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara gaya kepemimpinan manajer dengan prestasi kerja karyawan, artinya makin baik kepemimpinan manajer, maka akan semakin baik prestasi kerja karyawan. 4) Terdapat perbedaan persepsi tentang gaya kepemimpinan antara Golongan I, II dan III. 5) Terdapat perbedaan persepsi tentang prestasi kerja antara Golongan I, II dan III. Untuk bisa diuji dengan statistik, maka data yang akan didapatkan harus diangkakan. Untuk bisa diangkakan, maka diperlukan instrumen yang memiliki skala pengukuran. Untuk judul di atas ada dua instrumen, yaitu instrumen gaya kepemimpinan dan prestasi kerja pegawai. Judul penelitian yang berisi dua independen variabel atau lebih rumusan masalah penelitiannya akan lebih banyak, demikian juga rumusan hipotesisnya (lihat bagian paradigma penelitian) dan di bagian analisis data. Karakteristik hipotesis yang baik adalah: a. Merupakan dugaan terhadap keadaan variabel mandiri, perbandingan keadaan variable pada berbagai sampel dan merupakan dugaan tentang hubungan antara dua variable atau lebih. (Pada umumnya hipotesis deskriptif tidak dirumuskan). b. Dinyatakan dalam kalimat yang jelas, sehingga tidak menimbulkan berbagai penafsiran. c. Dapat diuji dengan data yang dikumpulkan dengan metode-metode ilmiah. 56

58 BAB VIII. PENYUSUNAN KUESIONER Pada penelitian survai, penggunaan kuesioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabeltabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan hasil kuesioner itu. Tujuan pokok pembuatan kuesioner adalah untuk: (a) Memperoleh informasi yang relevan dan; (b) Memperoleh informasi dengan reliabilitas dan validitas setinggi mungkin. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuesioner, maka senantiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesis dan tujuan penelitian tersebut. Kalau variabel-variabel sudah jelas, maka pertanyaan pun akan menjadi jelas. Ini tentunya berkaitan pula dengan kemampuan teknis pembuatan kuesioner, walaupun titik tolaknya adalah variabel-variabel yang jelas dan relevan. Sebaliknya, jika variabel-variabel masih kabur dalam pikiran peneliti, pertanyaan-pertanyaan juga akan kabur dan mungkin sekali akan dimasukkan banyak pertanyaan yang tidak relevan. Kekaburan dan kekacauan tersebut akan menimbulkan masalah yang berlarut-larut pada analisa data dan penulisan hasil penelitian. Tiap pertanyaan dimaksudkan untuk dipakai dalam analisa. Perlu ditanyakan dalam hati: apakah pertanyaan tersebut diperlukan? Apakah pertanyaan tersebut relevan? Bagaimana jawaban atas pertanyaan tersebut dalam bentuk tabulasi? Ini perlu dipertanyakan karena ada kecenderungan pertanyaan yang dimaksudkan terlalu banyak di antaranya tidak terpakai dalam analisa meskipun telah banyak tenaga dan waktu yang digunakan untuk itu. Sebelum atau ketika membuat kuesioner, ada baiknya dipelajari kuesioner yang telah ada dan relevan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Namun demikian, contoh kuesioner tersebut bukanlah untuk ditiru begitu saja, jika keadaan memungkinkan sebaiknya didiskusikan dengan peneliti yang melakukannya, karena yang bersangkutan dapat memberitahukan kelemahan dari pertanyaan tertentu dalam kuesioner. Dia dapat memberikan saran, pertanyaan mana yang seyogyanya diperbaiki atau dihilangkan sama sekali. Data yang terhimpun melalui kuesioner hanyalah merupakan satu dimensi dari penelitian sosial. Kecuali itu perlu disadari bahwa hasil kuesioner senantiasa terbatas, mengingat kompleksnya fenomena sosial dan juga rumitnya motivasi para responden yang diteliti. Untuk memperkaya pengertian peneliti tentang fenomena sosial dan proses sosial, diperlukan pula berbagai informasi lainnya. Di samping data sekunder yang relevan, informasi yang diperoleh dengan cara lain antara lain wawancara bebas, observasi berpartisipasi, studi kasus dan lain-lain akan sangat membantu. Isi Pertanyaan 1. Pertanyaan tentang fakta. Umpamanya umur, pendidikan, agama, status perkawinan. 2. Pertanyaan tentang pendapat dan sikap. Ini menyangkut perasaan dan sikap responden tentang sesuatu. 3. Pertanyaan tentang informasi. Pertanyaan ini menyangkut apa yang diketahui oleh responden dan sejauh mana hal tersebut diketahuinya. 57

59 4. Pertanyaan tentang persepsi diri. Responden menilai perilakunya sendiri dalam hubungannya dengan yang lain. Umpamanya kerapnya kunjungan sosial yang dlakukannya atau pengaruh terhadap orang lain. Beberapa Cara Pemakaian Kuesioner 1. Kuesioner digunakan dalam wawancara tatap muka dengan responden. Cara ini yang lazim kita lakukan. 2. Kuesioner diisi sendiri oleh kelompok. Umpamanya seluruh murid dalam satu kelas dijadikan responden dan mengisi kuesioner secara serentak. 3. Wawancara melalui telepon. Cara ini sering dilalkukan di Amerika Serikat dan negara-negara maju lainnya, tetapi tidak lazim di negara-negara berkembang. Prosedur ini lebih murah daripada wawancara tatap muka dan adakalanya orang tidak bersedia didatangi tapi bersedia diwawancarai melalui telepon. 4. Kuesioner diposkan, dilampiri amplop yang dibubuhi perangko, untuk dikembalikan oleh responden setelah diisi. Cara ini dapat dilakukan untuk kuesioner yang pendek dan mudah dijawab, tetapi mungkin cukup besar proporsi yang tidak dikembalikan oleh responden. Jenis Pertanyaan 1. Pertanyaan tertutup. Kemungkinan jawabannya sudah ditentukan terlebih dahulu dan responden tidak diberi kesempatan untuk memberikan jawaban lain. Contoh: Apakah Ibu pernah mendengar tentang keluarga berencana? 1. Pernah 2. Tidak Pernah 2. Pertanyaan terbuka. Kemungkinan jawabannya tidak ditentukan terlebih dahulu dan responden bebas menentukan jawaban. Contoh: Menurut pendapat Ibu, apakah masalah yang paling penting bagi wanita di kota? 3. Kalimat tertutup dan terbuka. Jawabannya sudah ditentukan tetapi kemudian disusul dengan pertanyaan terbuka. Contoh: Apakah Ibu pernah mendengar tentang cara-cara menjarangkan kehamilan atau membatasi kelahiran? 1. Pernah 2. Tidak Pernah (JIKA PERNAH) Cara-cara apakah yang pernah ibu dengar? Perlu diingat bahwa pertanyaan kombinasi tertutup dan terbuka di atas mengandung kelemahan. Untuk memudahkan pengkodean, pertanyaan tersebut lebih baik dibuat menjadi dua nomor. 4. Pertanyaan semi terbuka. Pada pertanyaan semi terbuka, jawabannya sudah tersusun tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban. Contoh: Jenis kontrasepsi yang dipakai: 1. IUD 2. Pil 3. Kondom 4. Suntikan 5. Sterilisasi 6. Lain-lain. (SEBUTKAN) 58

60 Petunjuk Membuat Pertanyaan 1. Gunakan kata-kata yang sederhana dan dimengerti oleh semua responden. Hindarkan istilah yang hebat tetapi kurang atau tidak dimengerti responden. Bagaimana status perkawinan Bapak? Lebih baik: Apakah Bapak beristri? 2. Usahakan pertanyaan jelas dan khusus. Contoh: Berapa orang berdiam di sini? Apakah yang dimaksud di sini adalah bangunan, somah atau yang lain? Arti kata di sini harus dijelaskan dan konsisten. 3. Hindarkan pertanyaan yang mempunyai lebih dari satu pengertian. Contoh: Apakah saudara mau mencari pekerjaan di kota? Lebih baik: Apakah Saudara mencari pekerjaan? Kalau jawabannya YA, kemudian ditanyakan: Di mana Saudara ingin bekerja? 4. Hindari pertanyaan yang mengandung sugesti. Contoh: Pada waktu senggang, apakah saudara mendengarkan radio atau melakukan yang lain? Lebih baik: Apakah yang Saudara lakukan pada waktu senggang? 5. Pertanyaan harus berlaku bagi semua responden. Apakah pekerjaan saudara sekarang? Ternyata dia menganggur. Seharusnya ditanyakan terlebih dahulu: Apakah Saudara bekerja? Kalau jawabannya YA lalu ditanyakan: pekerjaan Saudara? Susunan Pertanyaan Pertanyaan dikelompokkan sesuai dengan tujuan penelitian dimulai dengan identitas yang berisi: 1. Nama responden; 2. Tempat tinggal; 3. Nama pewawancara; 4. Tanggal wawancara. Ini disusul dengan pertanyaan tentang ciri-ciri demografi: umur, status kawin dan jumlah anak. Sensus keluarga biasanya dibuat di bagian muka. Ini diperlukan untuk memilih responden. Namun demikian, ada juga penelitian yang tidak memakai sistem cara pemilihan demikian dan tidak memerlukan kuesioner rumah tangga. (Misalnya penelitian: Hubungan antara karakteristik pribadi, kepuasan kerja dan efektivitas mengajar seorang guru. PP Kependudukan UGM). Terserah kepada peneliti bagaimana pengelompokkan pertanyaan itu dilakukan. Yang perlu diperhatikan ialah urutan yang cukup runtut dan juga di mana ditempatkan pertanyaan yang sensitif. Pertanyaan yang sensitif tidak ditempatkan di bagian muka karena dapat segera mempengaruhi suasana wawancara. Biasanya pertanyaan semacam ini ditempatkan di belakang, tetapi bukan pada penutup supaya wawancara tidak diakhiri dengan perasaan kurang enak. Bentuk Fisik Kuesioner Kuesioner sebaiknya rapi, jelas dan mudah digunakan. Menyusun kuesioner yang baik memerlukan lebih banyak waktu, tetapi secara keseluruhan akan menghemat waktu. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: 59

61 1. Ukuran kertas dan jenis kertas (biasanya dipakai kertas duplikat folio). 2. Diisi bolak-balik atau tidak. 3. Pembagian ruangan tidak bersempit-sempit. Sisi kiri dan kanan cukup longgar. 4. Nomor urut pertanyaan. Nomor urut dari mula sampai akhir atau tiap kelompok mempunyai nomor sendiri. Berdasarkan pengalaman, kami menyarankan sistem nomor urut dari mula sampai akhir. 5. Penggunaan huruf besar, huruf kecil dan huruf miring (kalau ada). 6. Tanda panah dan kotak pertanyaan. 7. Kotak kolom. (pembuatan kotak kolom akan menghemat waktu dan tenaga pada tahap berikutnya). 8. Untuk menghindarkan salah ambil, kuesioner dibuat berlainan warna untuk responden pria dan wanita. Pretest Pretest diadakan untuk menyempurnakan kuesioner. Melalui pretest akan diketahui berbagai hal: 1. Apakah pertanyaan tertentu perlu dihilangkan. Pertanyaan tertentu mungkin tidak relevan untuk masyarakat yang diteliti, karena itu perlu dihilangkan. Umpamanya, dalam penelitian internasional tentang nilai anak (The Value of Children), untuk Indonesia tidak relevan jika ditanyakan untuk hal-hal yang berhubungan dengan ideal tanpa anak, yakni menginginkan tidak mempunyai anak dalam kehidupan perkawinan. Jadi untuk masyarakat kita, pertanyaan Alasan tidak menginginkan anak, tidak relevan. 2. Apakah pertanyaan tertentu perlu ditambah. Adakalanya terlupa memasukkan pertanyaan yang perlu dimasukkan. Sebagai contoh, dalam pretest penelitian Dinamika Jarak Kelahiran di Ngaglik, ternyata kuesioner tentang sensus rumah tangga tidak lengkap karena lupa menanyakan jenis kelamin. Pertanyaan tersebut lalu ditambahkan. 3. Apakah tiap pertanyaan dapat dimengerti dengan baik oleh responden dan apakah pewawancara dapat menyampaikan pertanyaan tersebut dengan mudah. Sebagai contoh: Selama minum pil, apakah Ibu kadang-kadang merasakan darah mengalir lebih cepat dari biasanya. Di sini timbul persoalan, apakah responden dapat membedakan cepat atau lambatnya aliran darah dalam tubuhnya. Ini berkaitan dengan masalah konsep. 4. Apakah urutan pertanyaan perlu diubah. Contohnya bagian-bagian dari kuesioner yang urutannya sebagai berikut: I. Sosial ekonomi, II. Riwayat kehamilan, III. Keluarga berencana, IV. Sosial ekonomi. Pada bagian pertama sudah ditanyakan masalah ekonomi, tetapi setelah pertanyaan tentang keluarga berencana selesai, kembali ditanyakan tentang social ekonomi. Tentunya pertanyaannya tidak persis sama, tetapi persoalannya sama. Hal tersebut perlu dihindarkan agar konsentrasi responden lebih terarah. Dalam contoh di atas, pertanyaan-pertanyaan pada bagian IV perlu dipindahkan seluruhnya ke bagian I. 5. Apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperlunak dengan mengubah bahasa. Contoh: Mengapa setelah melahirkan anak Ibu tidak berhubungan seks sekian lama? Pertanyaan tersebut dapat diubah menjadi: Mengapa Ibu melakukan puasa selama itu setelah melahirkan? 6. Berapa lama wawancara memakan waktu. Sebagai contoh, dari pretest diketahui bahwa kuesioner penelitian nilai anak memerlukan 3-3 1/2 jam untuk mewanwancarai 60

62 satu responden. Sesudah merasa lelah, responden menjadi bosan atau resah. Akhirnya jumlah pertanyaan dikurangi sehingga memakan waktu lebih dari dua jam.. Penggunaan Bahasa Kuesioner di Indonesia hamper seluruhnya menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini perlu ditinjau karena kebanyakan responden berasal dari pedesaan, tidak dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan pewawancara tidak dapat diharapkan menerjemahkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukannya. Pertanyaan memang terjawab, tetapi sampai di manakah reliabilitas dan validitas dari respons tersebut? Distorsi-distorsi dalam pengertian mudah terjadi, begitu pula dapat timbul perasaan yang kurang enak bagi responden karena pemilihan kata yang kurang tepat. Wawancara juga dapat tersendat-sendat karena pewawancara kurang lancer menerjemahkannya di hadapan responden. Pada masyarakat di mana pemakaian bahasanya berhubungan dengan pelapisan social, perlu diperhatikan penggunaan bahasa yang tepat. Di pedesaan Jawa umpamanya, dalam mewawancarai istri pamong sebaiknya digunakan kromo inggil, walaupun pada umumnya dapat pula dipakai kromo madya. 61

63 BAB IX. POPULASI DAN SAMPEL A. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Misalnya akan melakukan penelitian di sekolah X, maka sekolah X ini merupakan populasi. Sekolah X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi sekolah X juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain dan juga mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata ruang kelas, lulusan yang dihasilkan dan lain-lain, yang terakhir berarti populasi dalam arti karakteristik. Satu orang pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi, cara bergaul, kepemimpinannya dan lain-lain. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki presiden Y. Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut. B. Sampel Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka ibarat empat orang yang ditutup matanya, disuruh menyimpulkan karakteristik gajah. Gambar Sampel yang salah tentang gajah 62

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN

BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN BAB I PENELITIAN, PERKEMBANGAN IPTEK DAN KEBENARAN A. PENDAHULUAN Bagian ini membahas mengenai terminologi-terminologi penelitian dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan, kebenaran mutlak yang terdapat

Lebih terperinci

Mengapa orang perlu mencari Kebenaran?

Mengapa orang perlu mencari Kebenaran? KONSEP DASAR RISET RACHMAT SUDARSONO FE-UNPAD Penelitian dan Pencarian Apa itu Kebenaran? Kebenaran Dimanakah Kebenaran itu? Bagaimanakah mencari Kebenaran itu? Apa parameter Kebenaran itu? Benarkah kebenaran

Lebih terperinci

METODE RISET (Research Method)

METODE RISET (Research Method) METODE RISET (Research Method) PENELITIAN Suatu penyelidikan yang sistematis dan terorganisir untuk meningkatkan sejumlah pengetahuan tertentu dan masalah tertentu yang memerlukan jawaban. Tujuan melakukan

Lebih terperinci

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian

ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian ILMU DAN PENELITIAN Sub Pembahasan : 1) Ilmu dan Penalaran 2) Penelitian ilmiah 3) Proposisi dan Teori Dalam Penelitian 4) Metode Penelitian tedi - last 08/16 Ilmu. Ilmu adalah pengetahuan tentang fakta,

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN

KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN KONSEP-KONSEP DASAR PENELITIAN A. Upaya-upaya Manusia Untuk Memperoleh Kebenaran Kebenaran berkaitan dengan kualitas pengetahuan. Artinya, setiap pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang yang mengetahui

Lebih terperinci

PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF

PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF METODOLOGI PENELITIAN DR. ADI SETIAWAN, M. SC PERSPEKTIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF A. Pengertian Metode Penelitian B. Jenis-jenis Penelitian C. Pengertian Metode Kuantitatif dan Kualitatif

Lebih terperinci

Metodologi penelitian

Metodologi penelitian Metodologi penelitian Metode Ilmiah Pengertian Metode Ilmiah Definisi-definisi penelitian yang diungkapkan di atas menunjukkan penelitian yang menggunakan metode ilmiah (scientific method). Secara umum

Lebih terperinci

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi

BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi Mata Kuliah Semester PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN, UNIVERSITAS ANDALAS BAHAN AJAR : Metode Penelitian Sosial Ekonomi : VI Pertemuan Ke : 1 Pokok Bahasan Dosen : Konsep-konsep Dasar Penelitian

Lebih terperinci

RESUME METODOLOGI PENELITIAN BAB 1 (KONSEP DASAR RISET) BUKU KARANGAN JOGIYANTO

RESUME METODOLOGI PENELITIAN BAB 1 (KONSEP DASAR RISET) BUKU KARANGAN JOGIYANTO Ayu Nurul Sabilla (145020301111005) Kelas CG RESUME METODOLOGI PENELITIAN BAB 1 (KONSEP DASAR RISET) BUKU KARANGAN JOGIYANTO Pengertian Riset Dari berbagai pengertian yang dijelaskan oleh Uma Sekaran,

Lebih terperinci

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1

SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1 SIKAP ILMIAH 3/27/2014 Metil/dn 1 Setiap orang pada saat dan tempat tertentu akan berada dalam suatu situasi. Jika orang tersebut merasa sebagai bagian dari situasi itu, maka orang itu disebut mengalaminya.

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian MODUL PERKULIAHAN I Metodologi Penelitian Pendahuluan: 1. Ilmu Pengetahuan dan penelitian 2. Peranan dan jenis-jenis penelitian 3. Metode ilmiah dan penelitian Fakultas ProgramStudi TatapMuka KodeMK DisusunOleh

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu

METODE PENELITIAN. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu METODE PENELITIAN Wuryansari Muharini Kusumawinahyu Disarikan dari tulisan M. Laksono Tri Rochmawan, SE, MSi, Akt. Di http://www.sonilaksono.blogspot.com http://www.laksonotri.zoomshare.com Outline O Ilmu

Lebih terperinci

Pertemuan 1. Dasar Dasar Penelitian (Research)

Pertemuan 1. Dasar Dasar Penelitian (Research) Pertemuan 1 Dasar Dasar Penelitian (Research) Pengertian Penelitian (risearch) Penelitian adalah terjemahan dari bahasa Inggris yaitu research, re berarti kembali dan to search berarti menemukan. Jadi

Lebih terperinci

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini Pengertian Kalimat Pengertian kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan suatu pikiran yang utuh. Pengertian Kalimat Fakta & Opini Kalimat Fakta adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Tujuan Penelitian Peran Riset bagi Manajemen.

BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Tujuan Penelitian Peran Riset bagi Manajemen. BAB I PENDAHULUAN Definisi Penelitian. Penelitian ilmiah adalah penelitian yang mengandung unsur unsur ilmiah atau keilmuan di dalam aktivitasnya. Ostle pada Nazir (1999), menyatakan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN MATERI KULIAH : METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : MANAJEMEN SEMESTER : GENAP

MATA KULIAH : METODE PENELITIAN MATERI KULIAH : METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : MANAJEMEN SEMESTER : GENAP MATA KULIAH : METODE PENELITIAN MATERI KULIAH : METODE PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : MANAJEMEN SEMESTER : GENAP TAHUN AKADEMIK : 2007/2008 MODUL/TATAP MUKA KE : 1 PENYUSUN

Lebih terperinci

Paradigma dalam Penelitian Kualitatif (Pertemuan Ke-7) Oleh : Dr. Heris Hendriana,M.Pd

Paradigma dalam Penelitian Kualitatif (Pertemuan Ke-7) Oleh : Dr. Heris Hendriana,M.Pd Paradigma dalam Penelitian Kualitatif (Pertemuan Ke-7) Oleh : Dr. Heris Hendriana,M.Pd Kesulitan mahasiswa 1. Tidak menguasai (ia baru merasa adanya) persoalan yang akan diteliti 2. Ia tidak mengetahui

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR

PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR PERTEMUAN 6 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan mengenai landasan teori dan kerangka berpikir. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 6.1. Menjelaskan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Filsafat, Hakekat & Metode Ilmiah. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

METODE PENELITIAN. Filsafat, Hakekat & Metode Ilmiah. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi METODE PENELITIAN Filsafat, Hakekat & Metode Ilmiah MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME PERBANDINGAN TIGA

Lebih terperinci

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan KONSEP PENELITIAN ILMIAH Imam Gunawan FOKUS KAJIAN 1. Makna kebenaran ilmiah. 2. Berbagai pendekatan untuk memperoleh kebenaran ilmiah. 3. Konsep dasar penelitian. 4. Kriteria penelitian yang baik 5. Fungsi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom

METODE PENELITIAN. Oleh Satria Novari, M.Kom METODE PENELITIAN Oleh Satria Novari, M.Kom I. Pendahuluan tentang Penelitian 1. Pengertian metodologi Penelitian 2. Sejarah Penelitian 3. Pendekatan ilmiah dan non ilmiah 4. Fungsi-fungsi Penelitian 5.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian adalah terjemahan dari kata Inggris research. Dari itu juga ahli yang menerjemahkan research sebagai riset. Research itu sendiri berasal dari kata re, yang bearti

Lebih terperinci

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana seorang peneliti dari awal yaitu merasa menghadapi masalah, berupaya untuk memecahkan masalah, memecahkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi

METODE PENELITIAN. Penelitian dan Ilmu Pengetahuan. MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi METODE PENELITIAN Penelitian dan Ilmu Pengetahuan MR Alfarabi Istiqlal, SP MSi 2 Metode Metode adalah setiap prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Cara yang teratur dan terpikir baik untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Setiap penelitian memerlukan metode agar proses penelitian dapat berjalan lancar dan mencapai tujuan yang telah disiapkan. Usaha manusia untuk memenuhi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Pertemuan 3 JENIS DAN METODE PENELITIAN RASIONAL Dilakukan dg dg cara yg yg masuk akal shg Terjangkau terjangkau penalaran manusia CARA ILMIAH KEGIATAN PENELITIAN DIDASARKAN CIRI-CIRI

Lebih terperinci

MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT /2 SKS]

MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT /2 SKS] MATA KULIAH METODE RISET [KODE/SKS : IT-021235/2 SKS] Peranan dan ruang lingkup riset PERBEDAAN METODE ILMIAH DENGAN LOGIKA Logika berhubungan dengan cara atau proses penalaran (reasoning), jika suatu

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKEKAT PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena itu, sebelum

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Kualitatif Setiap penelitian yang dilakukan baik itu menggunakan metode kualitatif ataupun kuantitatif, selalu akan berangkat dari sebuah masalah. Masalah

Lebih terperinci

Pengantar Riset. Re Search. To find the truth. Asal kata Riset (RESEARCH) Mencari: Different from find, Look for and obtain.

Pengantar Riset. Re Search. To find the truth. Asal kata Riset (RESEARCH) Mencari: Different from find, Look for and obtain. Pengantar Riset Metode Riset Terapan Asal kata Riset (RESEARCH) Re Search Kembali Mencari: Different from find, Look for and obtain Search and search again To find the truth Through specific strategy,

Lebih terperinci

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI PERTEMUAN 1 DOSEN VED,SE.,MSI.,AK.,CA MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH 1.1 Pengertian dan Komponen Ilmu 1.2 Metode Ilmiah 1.3 Penelitian

Lebih terperinci

Bab 1 PENELITIAN: DEFINISI, METODE, TUJUAN, DAN PARADIGMA

Bab 1 PENELITIAN: DEFINISI, METODE, TUJUAN, DAN PARADIGMA METODOLOGI PENELITIAN BISNIS Bab 1 PENELITIAN: DEFINISI, METODE, TUJUAN, DAN PARADIGMA 1.1 PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang penelitian secara umum, yang diawali dengan suatu tinjauan mengapa perlu

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1. Semoga Tuhan memberi berkah pada kelas ini.

PERTEMUAN 1. Semoga Tuhan memberi berkah pada kelas ini. PERTEMUAN 1 Semoga Tuhan memberi berkah pada kelas ini. Kontrak Perkuliahan 1 Kode Mata Kuliah : 943 Nama Mata Kuliah : Metode Penelitian Beban Kredit : 3 SKS Semester : 4 (empat) Fakultas/Jurusan : Teknik

Lebih terperinci

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS MEMFORMULASIKAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS Diresume dari presentasi Rahmanita Syahdan, Misnasanti, dan Rospala Hanisah Yukti Sari pada mata kuliah Metode Penelitian Penelitian pada Rabu 26 Oktober

Lebih terperinci

MODUL METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (3 SKS) METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti

MODUL METODE PENELITIAN KOMUNIKASI (3 SKS) METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 1 MODUL (3 SKS) POKOK BAHASAN : METODOLOGI PENELITIAN ; SUATU PENGANTAR Oleh : Nurprapti Wahyu Widyastuti Deskripsi : Semakin maju suatu masyarakat,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN EKONOMI DAN BISNIS Teori dan Praktik

METODOLOGI PENELITIAN EKONOMI DAN BISNIS Teori dan Praktik METODOLOGI PENELITIAN EKONOMI DAN BISNIS Teori dan Praktik Penulis: Tony Wijaya Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

TKS 4209 PENELITIAN DAN STATISTIKA 4/1/2015

TKS 4209 PENELITIAN DAN STATISTIKA 4/1/2015 TKS 4209 Dr. AZ Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Penelitian adalah merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

METODE PENELITIAN FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME METODE PENELITIAN FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME 1 PERBANDINGAN TIGA FILSAFAT PRAPOSITIVISME REALITAS BERKEMBANG SECARA ALAMIAH METODE

Lebih terperinci

PENGANTAR PENELITIAN. Imam Gunawan

PENGANTAR PENELITIAN. Imam Gunawan PENGANTAR PENELITIAN Imam Gunawan Apakah penelitian itu?? Proses yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi guna meningkatkan pemahaman pada suatu topik Usaha mendapatkan kebenaran dalam

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH: PENELITIAN PRAKTIS DAN STRATEGIS DALAM RANGKA PENYIAPAN SEMINAR.

KARYA ILMIAH: PENELITIAN PRAKTIS DAN STRATEGIS DALAM RANGKA PENYIAPAN SEMINAR. KARYA ILMIAH: PENELITIAN PRAKTIS DAN STRATEGIS DALAM RANGKA PENYIAPAN SEMINAR munir@upi.edu KEMAMPUAN MENULIS KARYA ILMIAH Kemampuan mendasar dari karya ilmiah adalah menulis. Menulis adalah salah satu

Lebih terperinci

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN

PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN PERTEMUAN 7 HIPOTESIS PENELITIAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Pada pertemuan ini akan dijelaskan hipotesis penelitian. Melalui ekspositori, Anda harus mampu: 7.1. Menjelaskan pengertian hipotesis 7.2. Menjelaskan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men

Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk men Metodologi Penelitian Psikologi Rahayu Ginintasasi Konsep Dasar Metodologi adalah pengetahuan tentang cara-cara (science of methods). Dalam kontek penelitian, metodologi adalah totalitas cara untuk meneliti

Lebih terperinci

ARAH & STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PENELITIAN DOSEN

ARAH & STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PENELITIAN DOSEN ARAH & STRATEGI PENINGKATAN KUALITAS PENELITIAN DOSEN Danny Meirawan Pengajar pada JPTB FPTK UPI Posisi Penelitian Bagi Dosen Penunjang Tridarma Perguruan Tinggi Pengembangan Pribadi-Profesi Perbaikan

Lebih terperinci

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu :

Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Pertemuan 1 Konsep Dasar Penelitian dan Metode Ilmiah 1 Learning Outcomes Pada akhir pertemuan ini, diharapkan mahasiswa akan mampu : Menjelaskan definisi penelitian dan metode ilmiah. Menjelaskan karakteristik

Lebih terperinci

ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Suradi ABSTRAK

ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Suradi ABSTRAK ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Suradi ABSTRAK Knowledge of research methods increasingly perceived benefits and has become an important tool both for students, researchers, lecturers in the framework

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Yang Digunakan Metodologi penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan dengan tujuan dan kegunaan tertentu, Sugiyono (2013:01).

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. ini berkaitan dengan proses, prinsip dan prosedur penelitian. 68 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi, dalam pengertian luas mengacu kepada pengertian yang menyangkut proses, prinsip dan prosedur yang dipergunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawabannya.

Lebih terperinci

MEMBANGUN TRADISI ILMIAH MELALUI PENELITIAN

MEMBANGUN TRADISI ILMIAH MELALUI PENELITIAN MEMBANGUN TRADISI ILMIAH MELALUI PENELITIAN Makalah disajikan pada Materi Kuliah Metodelogi Penelitian Sekolah Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Prof. Dr. H. Mudjia Rahardjo, M.Si Guru Besar

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN DR. SITI KOMARIAH HILDAYANTI, S.TP. M.M. s.k.hildayanti@gmail.com Referensi: Business Research Method, 2003 by Zikmund Business Risearch Methods, 2005, Donal R. Cooper & Pamela S.

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan atau proses sistematis untuk memecahkan masalah yang dilakukan dengan menerapkan metode ilmiah. Oleh karena itu, sebelum

Lebih terperinci

A. Penelitian Dasar atau Murni

A. Penelitian Dasar atau Murni Drajat Armono A. Penelitian Dasar atau Murni Jenis penelitian ini bertujuan sebagai pengujian atau membentuk teori baru yang bukan ditujukan untuk menerapkan hasil-hasil temuannya. Penelitian ini diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian

Pengertian Metodologi Penelitian. Hubungan Ilmu dan Penelitian Pengertian Metodologi Penelitian Metodologi Metode + Logi (/ logy dari kata logos = ilmu ) Ilmu : Suatu pengetahuan yang sistematis dan terorganisasi Penelitian : Suatu penyelidikan yang hati-hati serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN. Disusun oleh: Saptawati Bardosono

PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN. Disusun oleh: Saptawati Bardosono PENGANTAR METODOLOGI PENELITIAN Disusun oleh: Saptawati Bardosono Research is? Herald De Forest Arnold: Research is of the mind, not of the hands, a concentration of thoughts and not a process of experimentation

Lebih terperinci

1. Secara inherent, pengetahuan yang benar atau kebenaran dapat dicapai manusia, baik melalui pendekatan non ilmiah maupun pendekatan

1. Secara inherent, pengetahuan yang benar atau kebenaran dapat dicapai manusia, baik melalui pendekatan non ilmiah maupun pendekatan PENDEKATAN MENCARI KEBENARAN 1. Secara inherent, pengetahuan yang benar atau kebenaran dapat dicapai manusia, baik melalui pendekatan non ilmiah maupun pendekatan ilmiah. 2. Pendekatan non ilmiah, berupa

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN. Ilmu pengetahuan merupakan produk dari penelitian baik ilmu

BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN. Ilmu pengetahuan merupakan produk dari penelitian baik ilmu BAB I KONSEP DASAR PENELITIAN 1.1. Makna Penelitian Ilmiah Ilmu pengetahuan merupakan produk dari penelitian baik ilmu pengetahuan alam maupun ilmu pengetahuan sosial. Penelitian ilmiah merupakan bagian

Lebih terperinci

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr. Seorang peneliti jauh lebih baik berbuat kesalahan, ketimbang berkata yang tidak benar. Ilmu Pengetahuan (Science) Awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan, matematika diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses penyelidikan secara sistematis yang ditujukan pada penyediaan informasi untuk menyelesaikan masalah-masalah Cooper dan Emory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tingkat metodologi, sejak awal pertumbuhan ilmu-ilmu sosial sudah dikenal ada dua mazhab penelitian sosial. Dalam konteks ini Sanapiah Faisal membaginya menjadi 2

Lebih terperinci

RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR

RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR RESUME PERKULIAHAN MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Dosen Pengampu: Dr. Heri Retnowati, S.Pd., M.Pd.

Lebih terperinci

PERANAN TEORI DALAM PENELITIAN

PERANAN TEORI DALAM PENELITIAN PERANAN TEORI DALAM PENELITIAN HASRAT INGIN TAHU: Mencari Kebenaran PENDEKATAN NON-ILMIAH: Common sense (akal sehat) Prasangka Pendekatan intuitif Kebetulan/Coba-coba Pendapat otoritas ilmiah PENDEKATAN

Lebih terperinci

BAB IV DISAIN PENELITIAN

BAB IV DISAIN PENELITIAN BAB IV DISAIN PENELITIAN A. PENDAHULUAN Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Untuk dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode berasal dari kata Yunani methodos yang merupakan sambungan kata depan meta (secara harfiah berarti menuju, melalui, mengikuti sesudah) dan kata benda

Lebih terperinci

Peneliti tidak memahami fenomena yang diteliti dalam suatu konteks. Pengutipan pada istilah ilmiah tidak mengacu

Peneliti tidak memahami fenomena yang diteliti dalam suatu konteks. Pengutipan pada istilah ilmiah tidak mengacu METODOLOGI PENELITIAN RACHMAT SUDARSONO FE-UNPAD Beberapa Aspek Penting dan Salah Kaprah Dalam Riset Peneliti tidak memahami fenomena yang diteliti dalam suatu konteks. Pengutipan pada istilah ilmiah tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah Suatu penelitian tidak akan berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods Research

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penelitian Kombinasi ( Mixed Methods Research BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Penelitian Kombinasi (Mixed Methods Research) Penelitian kombinasi (mixed methods) merupakan pendekatan penelitian yang mengkombinasikan atau mengasosiasikan penelitian

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN

KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN KONSEP DASAR DAN HAKIKAT PENELITIAN Konsep merupakan suatu gagasan atau ide yang relatif sempurna dan bermakna, suatu pengertian tentang suatu objek, produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

Lebih terperinci

OTAK MANUSIA. BELAHAN OTAK KANAN * Berfikir Holistik * Spatial * Sintesis * Intuitif * Elaboratif * Humanistik

OTAK MANUSIA. BELAHAN OTAK KANAN * Berfikir Holistik * Spatial * Sintesis * Intuitif * Elaboratif * Humanistik OTAK MANUSIA BELAHAN OTAK KIRI * Berfikir Rasional * Analitis * Berurutan * Linier * Scientifik (membaca, bahasa, berhitung) BELAHAN OTAK KANAN * Berfikir Holistik * Spatial * Sintesis * Intuitif * Elaboratif

Lebih terperinci

PENGANTAR METODE PENELITIAN. Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

PENGANTAR METODE PENELITIAN. Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia PENGANTAR METODE PENELITIAN Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia KEINGINTAHUAN MANUSIA Mempelajari Dunia SIFAT DASAR MANUSIA Ingin tahu tentang keadaan dari suatu hal Ingin tahu tentang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITAN

METODOLOGI PENELITAN METODOLOGI PENELITAN 1. Nama mata kuliah : Metodologi Penelitian 2. SKS : 3 3. Referensi : Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Bisnis. oleh Dr. Nur Indriantoro M.Sc.,Ak dan Drs. Bambang Supomo

Lebih terperinci

JENIS JENIS PENELITIAN DAN ALUR PENELITIAN MAKALAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metode Penelitian. Dibimbing oleh Dr.

JENIS JENIS PENELITIAN DAN ALUR PENELITIAN MAKALAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metode Penelitian. Dibimbing oleh Dr. JENIS JENIS PENELITIAN DAN ALUR PENELITIAN MAKALAH Disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Metode Penelitian Dibimbing oleh Dr. Fatchur Rohman Disusun oleh : Offering G/ Kelompok 3: Ely Kristiani ( 160342601

Lebih terperinci

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati

Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk

Lebih terperinci

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik)

Kesalahan Umum Penulisan Disertasi. (Sebuah Pengalaman Empirik) Kesalahan Umum Penulisan Disertasi (Sebuah Pengalaman Empirik) Setelah membimbing dan menguji disertasi di sejumlah perguruan tinggi selama ini, saya memperoleh kesan dan pengalaman menarik berupa kesalahan-kesalahan

Lebih terperinci

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori

BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori BAB 3 LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Pengertian Teori Setelah masalah penelitian dirumuskan, maka langkah kedua dalam proses penelitian (kuantitatif) adalah mencari teori-teori,

Lebih terperinci

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika

Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Penjenjangan Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FMIPA UNNES dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Oleh :, M.Pd Jurusan Matematika FMIPA UNNES Abstrak Tingkat kemampuan berpikir

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

Paradigma penelitian adalah jendela ilmu pengetahuan

Paradigma penelitian adalah jendela ilmu pengetahuan Tim Pengajar MPA Paradigma penelitian adalah jendela ilmu pengetahuan Paradigma penelitian yang dipilih akan berpengaruh terhadap: Perumusan masalah penelitian. Pemilihan teori. Perumusan hipotesis. Metode/strategi

Lebih terperinci

Review pertemuan II. Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Kealaman Dasar (IAD)

Review pertemuan II. Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam. Ilmu Kealaman Dasar (IAD) Ilmu Kealaman Dasar (IAD) Perkembangan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Alam Pertemuan ke-3 Review pertemuan II Hakekat manusia dan sifat keingintahuannya. Perkembangan fisik,sifat dan pikiran manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dicky Fauzi Firdaus, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dicky Fauzi Firdaus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP PENELITIAN

TAHAP-TAHAP PENELITIAN TAHAP-TAHAP PENELITIAN Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap penulisan laporan. A. TAHAP PERENCANAAN 1. Pemilihan masalah, dengan kriteria: Merupakan tajuk penting,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH

METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH METODE PENELITIAN DALAM AKUNTANSI: PENGANTAR KULIAH INFORMASI DOSEN Nama: Dr. Aji Dedi Mulawarman, MSA. Alamat rumah: Perum Persada Bhayangkara Singhasari Blok G-6, Pagentan, Singosari, Malang, 65153.

Lebih terperinci

Teori Komunikasi. Pendekatan-pendekatan Keilmuan. Martina Shalaty Putri, M.Si. Modul ke: 01Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi

Teori Komunikasi. Pendekatan-pendekatan Keilmuan. Martina Shalaty Putri, M.Si. Modul ke: 01Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Modul ke: 01Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Teori Komunikasi Pendekatan-pendekatan Keilmuan Martina Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication Pendekatan dalam keilmuan

Lebih terperinci

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: ETIKA DAN FILSAFAT KOMUNIKASI Kebenaran dalam Etika dan Filsafat Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOFIA AUNUL, MSI Program Studi BROADCASTING www.mercubuana.ac.id Kebenaran dalam Etika dan

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH R. POPPY YANIAWATI UNIVERSITAS PASUNDAN, BANDUNG Disajikan pada Bimtek Penulisan Karya Ilmiah bagi Dosen PTS di Lingkungan Kopertis Wilayah IV, 20-22 Pebruari 2018, Jati Nangor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Desain Penelitian Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang pelaksanaannya direncanakan dalam dua siklus.

Lebih terperinci

Informasi atau pengetahuan dapat diperoleh. melalui: pengalaman, kesepakatan,

Informasi atau pengetahuan dapat diperoleh. melalui: pengalaman, kesepakatan, Pendahuluan Informasi atau pengetahuan dapat diperoleh melalui: pengalaman, kesepakatan, pendapat ahli, berpikir logis, dan metoda ilmiah Cara terbaik untuk memperoleh ilmu pengetahuan adalah melalui penggunaan

Lebih terperinci

[1] [2]

[1]  [2] MEMFORMULASIKAN HIPOTESIS DAN KERANGKA BERPIKIR Resume Perkuliahan Metodologi Penelitian Pendidikan Rabu, 26 Oktober 2016 Diresume oleh Fevi Rahmawati Suwanto, 16709251005 S2 Prodi PMat Kelas A Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN: Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Penelitian (Skripsi) Bagi Mahasiswa

METODOLOGI PENELITIAN: Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Penelitian (Skripsi) Bagi Mahasiswa METODOLOGI PENELITIAN: Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Penelitian (Skripsi) Bagi Mahasiswa 5 Problem Solving 1 Problem 2 Research Oleh Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si Thinking 4 Real

Lebih terperinci

Makalah Penelitian Pendidikan Fisika tentang Jenis-Jenis Penelitian

Makalah Penelitian Pendidikan Fisika tentang Jenis-Jenis Penelitian Makalah Penelitian Pendidikan Fisika tentang Jenis-Jenis Penelitian disusun oleh : Fanesa Prousvaliza R. (06101011012) Dosen Pengasuh : Dr. Sardianto MS, M.Pd., M.Si. Syuhendri, M.Pd. Taufiq, M.Pd. Fakultas

Lebih terperinci

PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah

PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah 1 PENELITIAN KUANTITATIF Langkah demi langkah Oleh : Dr. Husein Umar Pelatihan Metodologi Penelitian Kopertis III, Bogor, 29-31 Mei 2012 Tujuan Pelatihan Memahami langkah-langkah teknikal proses penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian dalam penelitian ini adalah tipe penelitian yang bersifat descriptive research. Descriptive Research bertujuan menguji hipotesis penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Matematika a. Pengertian Matematika Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola struktur, perubahan dan ruang (Hariwijaya,2009:29).

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 30 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Menurut Sugiyono (2012:2), metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditentukan, dibuktikan, dan dikembangkan

Lebih terperinci

Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Bolehkan untuk Menyusun Tesis atau Disertasi?

Penelitian Tindakan Kelas (PTK): Bolehkan untuk Menyusun Tesis atau Disertasi? Suatu kali saya ditanya oleh salah seorang mahasiswa melalui email. Pertanyaannya berbunyi Maaf Pak, saya mau bertanya bolehkah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dipakai untuk menyusun tesis atau disertasi?.

Lebih terperinci

Misi ini kemudian agar terarah, diimplemantasikan dalam tujuan strategik Program Doktor Akuntansi Universitas Gadjah Mada:

Misi ini kemudian agar terarah, diimplemantasikan dalam tujuan strategik Program Doktor Akuntansi Universitas Gadjah Mada: PROGRAM STUDI AKUNTANSI Program Doktor Akuntansi Universitas Gadjah Mada memiliki jatidiri yang menjadi dua pilar utama eksistensinya. Pertama, program ini berorientasi pada pendidikan dan penelitian ilmu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Konsep, Jenis dan Tahapan Penelitian

METODE PENELITIAN Konsep, Jenis dan Tahapan Penelitian METODE PENELITIAN Konsep, Jenis dan Tahapan Penelitian Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI Mengapa perlu penelitian? Pengetahuan manusia

Lebih terperinci