PENGUKURAN TETAPAN VERDET BEBERAPA BAHAN OPTIK CAIR DALAM MEDAN MAGNET DC PADA PANJANG GELOMBANG 632,8 nm BERDASARKAN EFEK ROTASI FARADAY ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGUKURAN TETAPAN VERDET BEBERAPA BAHAN OPTIK CAIR DALAM MEDAN MAGNET DC PADA PANJANG GELOMBANG 632,8 nm BERDASARKAN EFEK ROTASI FARADAY ABSTRAK"

Transkripsi

1 Jurnal Fisika Indonesia, No: 27, Vol. IX. Edisi Agustus 25 ISSN: hal PENGUKURAN TETAPAN VERDET BEBERAPA BAHAN OPTIK CAIR DALAM MEDAN MAGNET DC PADA PANJANG GELOMBANG 632,8 nm BERDASARKAN EFEK ROTASI FARADAY M S Hapsari, A B Setio Utomo, dan I Setiawan a Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Kotak Pos BLS 21, Bulak Sumur, Yogyakarta, Indonesia a ikhsan_s@ugm.ac.id ABSTRAK Telah dilakukan pengukuran tetapan Verdet beberapa bahan optik cair pada panjang gelombang 632,8 nm dalam medan magnet dc berdasarkan efek rotasi Faraday. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunakan metode pengukuran perubahan intensitas cahaya yang melewati bahan di bawah pengaruh perubahan medan magnet. Hasil eksperimen memberikan nilai-nilai tetapan Verdet sebesar (8,6 ±,4) 1 3 menit/gauss cm untuk metanol, (9,8 ±,2) 1 3 menit/gauss cm untuk aseton, (1,1 ±,1) 1 3 menit/gauss cm untuk etanol, (1,6 ±,4) 1 3 menit/gauss cm untuk klorometana, (11,6 ±,4) 1 3 menit/gauss cm untuk air, (26,7 ±,2) 1 3 menit/gauss cm untuk larutan KCl,1 M, dan (34, ± 1,) 1 3 menit/gauss cm untuk larutan NaCl,2 M, yang merupakan karakteristik bahan dan dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya yang dipakai. Kata kunci: Tetapan Verdet, Efek Rotasi Faraday MEASUREMENT OF VERDET CONSTANT OF SOME OPTICAL SUBSTANCES IN A DC MAGNETIC FIELD AND AT THE WAVELENGTH OF 632 nm BASED ON FARADAY ROTATION EFFECT ABSTRACT Based on the Faraday rotation effect, Verdet constant measurement of some optical liquid substances using the wavelength of 632,8 nm and a dc magnetic field has been conducted successfully. The measurement has been done by measuring the change of the intensity of He-Ne laser beam which is passed through the medium under magnetic field influence. Experimental results give the values of Verdet constant (8,6 ±,4) 1 3 min/gauss cm for methanol, (9,8 ±,2) 1 3 min/gauss cm for acetone, (1,1 ±,1) 1 3 min/gauss cm for ethanol, (1,6 ±,4) 1 3 min/gauss cm for chloromethan, (11,6 ±,4) 1 3 min/gauss cm for aquades, (26,7 ±,2) 1 3 min/gauss cm for.1 M KCl solution, and (34, ± 1,) 1 3 min/gauss cm for,2 M NaCl solution, which are characteristics of the materials and are influenced by the wavelength of the applied light. Keywords: Verdet constant, Faraday rotation effect

2 96 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet I. PENDAHULUAN Pada tahun 1845, Michael Faraday telah mengamati adanya rotasi bidang polarisasi cahaya terpolariasi linear setelah cahaya tersebut melewati kaca timbal dalam arah yang sejajar dengan medan magnet yang mempengaruhinya. Besar sudut rotasi Faraday θ, sebanding dengan kuat medan magnet B, dan panjang lintasan total cahaya yang sejajar medan magnet di dalam bahan L, sebagai θ = VBL (rad) (1) dengan V adalah tetapan kesebandingan yang disebut sebagai tetapan Verdet. Tetapan Verdet ini merupakan karakteristik bahan dan bergantung pada panjang gelombang cahaya yang melewatinya. Beberapa penerapan dari efek rotasi Faraday adalah dalam pembuatan modulator optik 1, detektor gelombang gravitasi 2, sensor arus listrik 3, dan sebagai pengindera (probe) dispersi atomik. 4 Beberapa penelitian untuk mengukur tetapan Verdet beragam bahan telah dilakukan diantaranya oleh Villarverde dan Donatti 5 yang menggunakan medan magnet pulsa, Pedrotti dan Bandettini 4 yang menggunakan medan magnet dc, dan Jain dkk 4 yang menggunakan medan magnet ac, serta Turvey 4 yang menggunakan kombinasi medan magnet ac dan dc. Penelitian-penelitian tersebut, kecuali Jain dkk 4, menggunakan sistem peralatan yang cukup kompleks. Pada makalah ini disajikan tentang pengukuran tetapan Verdet beragam bahan optik cair dalam medan magnet dc dengan sistem yang cukup sederhana dan menggunakan metode pengukuran perubahan intensitas cahaya akibat perubahan kuat medan magnet. Laser He-Ne dengan panjang gelombang 632,8 nm digunakan sebagai sumber cahaya monokromatis. II. DASAR TEORI Suatu cahaya terpolarisasi linear dapat diperoleh dengan melewatkan cahaya tak terpolarisasi melalui suatu polarisator. Di sini, cahaya terpolarisasi linear yang memasuki bahan diasumsikan merambat dalam arah sumbu z dan terpolarisasi sepanjang sumbu x. Medan listrik berkas cahaya ini dapat diungkapkan dalam bentuk matrik Jones 4 sebagai

3 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet 97 1 E = A exp{ i( kz ωt) }, (2) dengan A adalah amplitudo medan listrik berkas cahaya. Setelah melewati bahan, bidang polarisasi cahaya ini terotasi dengan sudut θ yang kecil, dan medan listrik cahaya sekarang dapat diungkapkan sebagai 4 cosθ E = A exp{ i( kz ωt) }. (3) sinθ Jika kemudian cahaya dilewatkan melalui sebuah analisator yang dipasang sedemikian sehingga membentuk sudut φ terhadap polarisator, maka medan listrik berkas cahaya ini diungkapkan sebagai 4 ( φ θ ) ( φ θ ) cos cosφ E = A exp{ i( kz ωt) }. (4) cos sinφ dengan intensitas cahaya yang terukur oleh detektor diberikan oleh 4 ( φ θ ) 2 2 I = A cos (5) Untuk memperoleh modulasi intensitas cahaya ( I) yang maksimum, maka analisator perlu dipasang pada sudut optimum. Dengan mengambil derivatif pertama dari I terhadap θ, maka diperoleh I = θ 2 A sin 2 ( φ θ ). (6) Karena sudut θ sangat kecil (θ << 1 ), maka I maksimum dapat diperoleh bila φ = 45. Dengan analisator yang dipasang pada sudut 45, intensitas yang terukur oleh detektor, yang telah diungkapkan pada persamaan (5), dapat disederhanakan menjadi ( 1 2θ ) I = A. (7) Sementara itu, intensitas cahaya yang terukur oleh detektor dapat juga diungkapkan sebagai I = I + I, (8) dengan I adalah intensitas cahaya saat medan magnet B =, dan I adalah perubahan intensitas cahaya akibat adanya medan magnet B. Dari persamaan (7)

4 98 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet dan persamaan (8) dapat diperoleh besar sudut rotasi Faraday yang diungkapkan dalam perubahan intensitas cahaya relatif I I, yaitu 1 I θ =. (9) 2 I Dengan demikian, tetapan Verdet bahan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (1), yaitu θ = VBL, dengan θ, B, dan L diukur dalam eksperimen. III. EKSPERIMEN Sistem peralatan yang digunakan pada eksperimen ini ditunjukkan secara skematik oleh Gambar 1. Sebuah sistem elektromagnet yang terdiri dari dua buah kumparan masing-masing memiliki 25 lilitan dengan teras besi di dalamnya dan dua buah kutub (pole) yang berlubang ditengahnya digunakan sebagai pembangkit medan magnet. Sampel diletakkan di antara kedua kutub sehingga dipengaruhi oleh medan magnet B dengan arah seperti ditunjukkan oleh Gambar 1. Kedua kumparan dihubungkan dengan sebuah catu daya arus searah (dc) dan sebuah amperemeter untuk mengetahui besar arus listrik yang mengaliri kawat kumparan. Sumber cahaya monokromatis yang digunakan adalah laser He-Ne (λ = 632,8 nm). Gambar 1. Skema susunan peralatan eksperimen pengukuran rotasi Faraday menggunakan medan magnet dc. P adalah polarisator, A adalah analisator, B adalah medan magnet, dan DVM adalah digital voltmeter.

5 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet 99 Berkas cahaya laser ini diarahkan melewati sebuah polarisator dan memasuki lubang memanjang pada kutub-kutub elektromagnet serta melewati sampel yang diletakkan di antara kedua kutub. Setelah berkas laser keluar dari kutub yang lainnya, berkas tersebut melewati sebuah analisator yang dipasang membentuk sudut 45 terhadap polarisator. Cahaya laser kemudian diterima oleh sebuah fotodetektor yang terhubung dengan sebuah digital voltmeter (DVM) yang digunakan untuk mengukur intensitas relatif berkas laser yang diterimanya. Jika intensitas cahaya laser yang terukur oleh detektor untuk keadaan sampel tanpa pengaruh medan magnet B adalah I, dan intensitas cahaya laser yang terukur ketika sampel dalam pengaruh medan magnet B adalah I, maka sudut rotasi Faraday, θ, yang muncul akibat pengaruh medan magnet B ini dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan (9), dengan I = I I. Pengukuran sudut θ ini dilakukan untuk nilai kuat medan magnet B yang beragam. Kuat medan magnet B divariasi dengan cara mengubah besar arus listrik yang mengaliri kawat kumparan dan diukur dengan menggunakan gaussmeter (tidak diperlihatkan pada gambar). Dengan panjang lintasan cahaya yang sejajar medan magnet di dalam bahan, L, yang telah diketahui, maka tetapan Verdet sampel dapat ditentukan dari slope grafik linear θ versus B. Prosedur ini dilakukan lagi untuk bahan sampel yang berbeda-beda. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan pengukuran rotasi Faraday, dilakukan uji linearitas hubungan antara medan magnet B yang dihasilkan oleh kumparan dengan arus searah (dc) i yang mengaliri kumparan tersebut. Hubungan antara B dan i ini bersifat linear seperti diperlihatkan oleh Gambar 2, dengan korelasi linear sebesar,998. Hal ini sesuai dengan persamaan umum Biot-Savart tentang hubungan arus listrik dan medan magnet yang dihasilkannya. Karena ketidakseragaman medan magnet di sepanjang tempat kedudukan sampel, maka pengukurannya dilakukan di kedua ujung dan di tengah tempat

6 1 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet Kuat Medan Magnet B (gauss) B = 227,1 i + 23, Arus Listrik i (ampere) Gambar 2. Hubungan antara arus searah (dc) i yang mengaliri kumparan dengan medan magnet B yang dihasilkannya. kedudukan sampel, kemudian dihitung nilai reratanya. Ketakpastian besar medan magnet yang diperoleh adalah sekitar 3 gauss. Pada eksperimen ini bahan-bahan sampel yang digunakan adalah air murni (H 2 O), etanol (C 2 H 5 OH) 95%, methanol (CH 3 OH) 1%, aseton (C 3 H 6 O) 1%, klorometana (CH 3 Cl), larutan natrium klrorida (NaCl),2 M, dan larutan kalium klorida (KCl),1 M. Panjang sampel adalah L = (1,6 ±,5) cm. Gambar 3 memperlihatkan hubungan antara sudut rotasi Faraday dan medan magnet hasil eksperimen ini untuk bahan-bahan sampel tersebut di atas. Dari analisis grafik pada Gambar 3 berdasarkan persamaan (1) dan nilai L yang telah diketahui, diperoleh nilai-nilai tetapan Verdet untuk masing-masing bahan yang diteliti sebagaimana ditampilkan oleh Tabel 1. Dari hasil analisa data, tampak bahwa ketidakpastian hasil penentuan konstanta Verdet dalam eksperimen ini adalah antara 3 % sampai 4.5 %. Ketidakpastian ini adalah hasil perhitungan ketidakpastian dari analisa data menggunakan metode analisa kwadrat terkecil untuk garis lurus. Tampak bahwa nilai ralat tersebut cukup kecil.

7 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet 11 7 Sudut Rotasi Faraday θ (menit) θ =.54 B NaCl θ =.427B KCl θ =.186 B Air θ =.171B Methil Klorida θ =.157B Aseton θ =.161B Etanol θ =.136 B Methanol Kuat Medan Magnet B (gauss) Gambar 3. Hubungan antara sudut rotasi Faraday dan medan magnet untuk berbagai bahan optis cair. Tabel 1. Tetapan Verdet masing-masing bahan cair yang diteliti. Tetapan Verdet (menit gauss -1 cm -1 ) No Sampel Hasil Eksperimen pada T 23 C dan λ = 632,8 nm Referensi 1 CH 3 OH (8,6 ±,4) 1-3 8, * 2 C 3 H 6 O (9,8 ±,2) 1-3 9, * 3 C 2 H 5 OH (1,1 ±,1) 1-3 9, * 4 CH 3 Cl (1,6 ±,4) ,9 1-3 ** 5 H 2 O (11,6 ±,4) ,5 1-3 * 6 KCl (26,7 ±,2) , ** 7 NaCl (34, ± 1,) , ** Keterangan: * Tetapan Verdet pada λ = 632,8 nm. 5 ** Tetapan Verdet pada λ = 589 nm. 6 Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi besaran ketidakpastian ini adalah terdapatnya perubahan suhu pada kumparan saat kuat arus diperbesar

8 12 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet meskipun sudah terpasang kipas angin. Disamping itu adanya pengaruh partikelpartikel udara diluar sampel, dan besarnya medan magnet diujung dan ditengah sampel yang berbeda. Selain itu adanya pengaruh cacah data pengamatan yang tidak dapat banyak, dikarenakan keterbatasan sumber medan magnet yang besar pula dan data yang sedikit akan memperbesar ketidakpastian. 7 Tetapan Verdet aquades (H 2 ) pada panjang gelombang 632,8 nm yang digunakan sebagai acuan hasil eksperimen Villaverde dan Donatti 5 adalah sebesar (11,5) 1-3 menit gauss -1 cm -1, dan dalam eksperimen ini diperoleh konstanta Verdet air sebesar (11,6 ±,4) 1-3 menit gauss -1 cm -1. Sedangkan untuk sampel lain dapat dilihat pada Tabel 1. Terlihat bahwa hasil eksperimen yang didapat pada panjang gelombang yang sama hasilnya masih dalam jangkauan yang diharapkan yaitu sesuai dengan acuan. Sampel lainnya, yaitu KCl, NaCl dan CH 3 Cl memiliki konstanta Verdet masing-masing sebesar (26,7 ±,2) 1-3 menit gauss -1 cm -1, (34, ± 1,) 1-3 menit gauss -1 cm -1 dan (1,6 ±,4) 1-3 menit gauss -1 cm -1 yang diamati menggunakan panjang gelombang λ = 632,8 nm agak berbeda dengan hasil dari referensi. Hal ini dikarenakan tetapan Verdet bahan dari referensi diteliti pada panjang gelombang 589 nm. 6 Dapat dikatakan bahwa untuk panjang gelombang berbeda akan menghasilkan tetapan Verdet yang berbeda pula, dikarenakan tetapan Verdet tergantung pada panjang gelombang yang dipakai. 4 Disamping itu dari hasil yang diperoleh tampak bahwa larutan NaCl memiliki tetapan Verdet terbesar dan CH 3 OH memiliki tetapan Verdet yang terkecil. Dilihat dari salah satu sifat fisis dari sampel ternyata tetapan Verdet mempunyai hubungan dengan perubahan suhu. 8 Ditinjau secara kimia tetapan Verdet dari suatu sampel dipengaruhi oleh ikatan kimia antar molekul. Panjang ikatan molekul CH 3 OH sebesar,956 Å sedangkan pada NaCl adalah sebesar 2,365 Å. Semakin kuat ikatan kimia antar molekul, akan semakin sulit dipengaruhi oleh medan magnet luar dan lebih stabil untuk energi ikat yang lebih besar. Oleh karena molekul-molekul sulit berubah keisotropisannya, adanya pengaruh medan magnet luar, akan menyebabkan terjadinya perubahan sudut polarisasi. 9

9 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet 13 Ditinjau secara fisis, gerakan elektron dalam sampel NaCl lebih bebas dan frekuensi getarannya bertambah besar jika benda dalam medan magnet B dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal ini dikarenakan perubahan frekuensi elektron didalam atom akan mempengaruhi indek bias sesuai dengan persamaan 1 2 ω 2 p n ± = 1 +, 2 2 ( ω ± ω ) dengan ω L adalah frekuensi Larmor, ω p adalah frekuensi plasma, ω adalah frekuensi resonansi dan ω adalah frekuensi medan terpakai. Adanya perubahan indeks bias, akan mempengaruhi perputaran sudut polarisasi sesuai dengan persamaan 1 2 ω ω p L 2 ω ωl ϕ = , c n ( ω + ωl ω ) 4 ω ωl dengan c adalah kecepatan cahaya, n adalah indeks bias biasa. Dalam hal ini indeks bias n NaCl sebesar 1,5 sedangkan untuk CH 3 OH indeks biasnya n sebesar 1,34, meskipun masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kaitan antara indeks bias dengan konstanta Verdet secara jelas. L ω V. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pembahasan data yang diperoleh dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1. Telah berhasil disusun sistem peralatan eksperimen mengenai rotasi Faraday untuk menentukan tetapan Verdet dari berbagai macam bahan cair menggunakan cahaya laser He-Ne. 2. Besarnya tetapan Verdet pada panjang gelombang 632,8 nm (laser He-Ne) dan suhu kamar T 23 C untuk beberapa bahan cair adalah: CH 3 OH : V = (8,6 ±,4)1-3 menit gauss -1 cm -1. C 3 H 6 O : V = (9,8 ±,2)1-3 menit gauss -1 cm -1. C 2 H 5 OH : V = (1,1 ±,1)1-3 menit gauss -1 cm -1. CH 3 Cl : V = (1,6 ±,4)1-3 menit gauss -1 cm -1. H 2 O : V = (11,6 ±,4)1-3 menit gauss -1 cm -1.

10 14 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet KCl : V = (26,7 ±,2)1-3 menit gauss -1 cm -1. NaCl : V = (34, ± 1,)1-3 menit gauss -1 cm -1. Hasil-hasil yang telah diperoleh ini memiliki nilai ketidakpastian sebesar 3% sampai 4.5 % dengan menggunakan analisa kuadrat terkecil untuk garis linear. Mengacu pada Villaverde dan Donatti 5, hasil tersebut masih termasuk dalam jangkauan nilai konstanta Verdet pada panjang gelombang 632,8 nm. 3. Tetapan Verdet merupakan sifat khas dari bahan yang dipengaruhi oleh panjang gelombang cahaya yang dipakai Beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut. 1. Oleh karena susunan alat telah tersedia meskipun masih sederhana, dapat digunakan sebagai sarana untuk penelitian lebih lanjut mengenai efek rotasi Faraday. Disamping itu alat ini dapat menambah kelengkapan sarana praktikum di laboratorium MIPA khususnya Fisika dalam eksperimen magneto-optika. Penelitian mengenai efek rotasi Faraday masih perlu diadakan lebih lanjut agar hasil yang diperoleh mendekati nilai referensi yang sebenarnya. 2. Oleh karena tetapan Verdet selain bergantung pada panjang gelombang cahaya yang dipakai juga bergantung pada suhu, maka penelitian mengenai efek rotasi Faraday ini perlu pula memperhitungkan adanya perubahan suhu terhadap perubahan besarnya tetapan Verdet untuk masing-masing bahan. 3. Dapat pula dilakukan penelitian tetapan Verdet sebagai fungsi indeks bias atau kosentrasi bahan. Hal ini dikarenakan, menurut beberapa referensi, konstanta Verdet bergantung pada indeks bias maupun kosentrasi bahan. DAFTAR PUSTAKA [1] Guenther, R.D., 199, Modern Optics, John Willey and Sons, vol. 1, p [2] Parfenov, V.A. dan Parfenov, V.A., 22, Broadband Faraday Isolator for Gravitational Wave Detectors, Class. Quantum Grav. 19, p

11 M.S. Hapsari, A.B. Setio Utomo, dan I. Setiawan / Pengukuran Tetapan Verdet 15 [3] Yi, B., Chu, B C B. dan Chiang, K S, 22, Magneto-Optical Electric-Current Sensor with Enhanced Sensitivity, Meas. Sci. Technol. 13, p. N61-N63. [4] Jain, A., Kumar, Y., Zhou, F. dan Li, L.,1998, A Simple Experiment for Determining Verdet Constants Using Alternating Current Magnetic Fields, Am. J. Phys. vol. 67 no. 8, p [5] Villaverde, A.B. dan Donatti, D.A., 1979, Verdet Constant of Liquids, J. Chem. Phys. vol. 71 no. 1, p [6] Moller, K.D., 1988, Optics, University Science Books, USA, vol. 1, p [7] Bevington, P.R., 1969, Data Reduction and Error Analysis for The Physical Science, Mc. Graw-Hill. [8] Ahn, J. Y, Tanaka, M. dan Imamura, M., 21, Temperature Dependence of the Faraday Rotation for CdMnCoTe Films, J. Appl. Phys. vol. 89 no.11, p [9] Oxtoby, D.W. dan Gillis, H.P., 1982, Prinsip-prinsip Kimia Modern, Terjemahan, Erlangga, Jakarta, edisi 4, jilid 1, hal 64.

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP NILAI TETAPAN VERDET DENGAN METODE PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA (ROTASI FARADAY)

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP NILAI TETAPAN VERDET DENGAN METODE PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA (ROTASI FARADAY) Jurnal Fisika Indonesia, No: 30, Vol. X. Edisi Agustus 006 ISSN: 1410-994. hal.95 105 PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN TERHADAP NILAI TETAPAN VERDET DENGAN METODE PENGUKURAN INTENSITAS CAHAYA (ROTASI FARADAY)

Lebih terperinci

SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP

SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11, No.3, Juli 2008 hal 97-102 SIFAT OPTIS TAK-LINIER PADA MATERIAL KDP Rahmadi Setyawan, Evi Setiawati, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan Firdausi. Jurusan Fisika Universitas

Lebih terperinci

Efek Magnetooptis Pada Lapisan AgBr Terekspos

Efek Magnetooptis Pada Lapisan AgBr Terekspos Efek Magnetooptis Pada Lapisan AgBr Terekspos Respita Sulistyo, K. Sofjan Firdausi, Indras Marhaendrajaya Laboratorium Elektronika Optik dan Laser, Jurusan Fisika UNDIP ABSTRACT The non linear optic characteristic

Lebih terperinci

STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR

STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol 11., No.1, Januari 2008, hal 9-18 STUDI EFEK KERR UNTUK PENGUJIAN TINGKAT KEMURNIAN AQUADES, AIR PAM DAN AIR SUMUR Kristantyo Sukarsono, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M

PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M PENENTUAN KONSENTRASI GULA DI DALAM LARUTAN DENGAN KONSTANTA VERDET HESTY RIYAN P M0204031 DETERMINATION OF SUGAR CONCENTRATION IN SOLLUTION WITH VERDET CONSTANT ABSTRAK Pada penelitian ini telah dilakukan

Lebih terperinci

Key words : external electrics field, non-linear optics, polarization, polarization angle

Key words : external electrics field, non-linear optics, polarization, polarization angle ANALISIS PENGARUH MEDAN LISTRIK LUAR TERHADAP SUDUT PUTAR POLARISASI SINAR LASER DALAM LARUTAN GULA DAN GLISERIN Oleh: Linda Perwirawati, K.Sofjan Firdausi, Indras M Laboratorium Optoelektronik & Laser

Lebih terperinci

Identifikasi Sifat Optis Media Air dan Larutan Garam Dalam Medan Magnet Luar

Identifikasi Sifat Optis Media Air dan Larutan Garam Dalam Medan Magnet Luar Berkala Fisika ISSN : 0-966 Vol.8, No., Januari 00, hal -6 Identifikasi Sifat Optis Media Air dan Larutan Garam Dalam Medan Magnet Luar K. Sofjan Firdausi,, Widarsono, Priyono, Much Azam, Indras M,, Asep

Lebih terperinci

PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR

PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR Berkala Fisika ISSN : 11-9 Vol.9, No.1, Januari, hal 31-3 PENGARUH POLARITAS MEDAN LISTRIK EKSTERNAL DAN SUDUT POLARISASI LASER DIODA UNTUK PENGAMATAN EFEK KERR Hari Wibowo, Eko Sugiyanto, K. Sofjan Firdausi,

Lebih terperinci

PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI

PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI PENGARUH KOSENTRASI GULA DAN VARIASI MEDAN LISTRIK DALAM MADU LOKAL TERHADAP PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI Khalimatun Ninna; Unggul P.Juswono; Gancang Saroja Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN

PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN PENGAMATAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA AKIBAT PEMBERIAN MEDAN LISTRIK STATIS PADA GLISERIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Niken Larasati

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Koefisien Linear Magneto Optik Bahan Transparan Menggunakan Interferometer Michelson

Penentuan Nilai Koefisien Linear Magneto Optik Bahan Transparan Menggunakan Interferometer Michelson Penentuan Nilai Koefisien Linear Magneto Optik Bahan Transparan Menggunakan Interferometer Michelson Natanael Roni Budi Handoko, Drs. K. Sofjan Firdausi, Evi Setiawati M,Si INTISARI Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR

PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR 10 Jurnal Neutrino Vol. 3, No. 1, Oktober 2010 PENENTUAN KEMURNIAN MINYAK KAYU PUTIH DENGAN TEKNIK ANALISIS PERUBAHAN SUDUT PUTAR POLARISASI CAHAYA AKIBAT MEDAN LISTRIK LUAR Emmilia Agustina Abstrak: Kayu

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal

Xpedia Fisika. Optika Fisis - Soal Xpedia Fisika Optika Fisis - Soal Doc. Name: XPFIS0802 Version: 2016-05 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) muatan listrik yang diam (2) muatan listrik yang bergerak lurus

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4

PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4 PENGEMBANGAN METODE PENYETABIL SUMBER CAHAYA LASER HE-NE dengan MENGGUNAKAN PLAT λ/4 Wiwis Sasmitaninghidayah*, Ari Santoso**, dan Agus Rubiyanto* *Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang

Polarisasi Gelombang. Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Polarisasi Gelombang Gelombang cahaya adalah gelombang transversal, sedangkan gelombang bunyi adalah gelombang longitudinal. Nah, ada satu sifat gelombang yang hanya dapat terjadi

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Berkala Fisika ISSN : 11-966 Vol 1, No., Oktober 7 hal. 18-186 PENENTUAN KOEFISIEN LINIER ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Lilik Eko Jatwiyono, Heri Sugito, K. Sofjan

Lebih terperinci

Berkala Fisika ISSN : Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal 91-96

Berkala Fisika ISSN : Vol. 7, No. 3, Juli 2004, hal 91-96 UJI INTERFEROMETRI BAHAN TRANSPARAN DALAM MEDAN MAGNET LUAR K. Sofjan Firdausi 1,, Sulistya Budiwati, Asep Y. Wardaya 1, Priyono 3, dan Wahyu Setia Budi. 1. Lab. Fisika Atom dan Nuklir,. Lab. Optoelektronik

Lebih terperinci

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika

Kurikulum 2013 Kelas 12 SMA Fisika Kurikulum 2013 Kelas 12 SA Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: K13AR12FIS01UTS Version : 2016-04 halaman 1 01. Suatu sumber bunyi bergerak dengan kecepatan 10 m/s menjauhi seorang pendengar

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMA... Kelas / Semester : XII / I Mata Pelajaran : FISIKA Standar : 1. Menerapkan konsep dan prinsip gejala dalam menyelesaikan masalah 1.1 gejala dan ciriciri secara umum.

Lebih terperinci

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI)

PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) PENGUKURAN DI LABORATORIUM (POLARIMETRI) Abstrak Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk menentukan sudut putar jenis larutan optis aktif, dengan alat yang digunakan yaitu polarimeter. Dimana Sinar

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS Doc. Name: K13AR12FIS01UAS Version: 2015-11 halaman 1 01. Seorang pendengar A berada di antara suatu sumber bunyi S yang menghasilkan bunyi berfrekuensi f dan tembok

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 2 (2013), Hal ISSN : Uji Kualitas Minyak Goreng Berdasarkan Perubahan Sudut Polarisasi Cahaya Menggunakan Alat Semiautomatic Polarymeter Nuraniza 1], Boni Pahlanop Lapanporo 1], Yudha Arman 1] 1]Program Studi Fisika, FMIPA,

Lebih terperinci

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003

Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 Fisika Ujian Akhir Nasional Tahun 2003 UAN-03-01 Perhatikan tabel berikut ini! No. Besaran Satuan Dimensi 1 Momentum kg. ms 1 [M] [L] [T] 1 2 Gaya kg. ms 2 [M] [L] [T] 2 3 Daya kg. ms 3 [M] [L] [T] 3 Dari

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

MICROWAVES (POLARISASI)

MICROWAVES (POLARISASI) 1 MICROWAVES (POLARISASI) I. Tujuan Percobaan a. Mengetahui fenomena polarisasi b. Mengetahui bagaimana sebuah polarisator dapat digunakan untuk mengubah polarisasi dari radiasi gelombang mikro (microwaves).

Lebih terperinci

PERBANDINGAN SIFAT OPTIS AKTIF LARUTAN GULA DAN GARAM DALAM MEDAN LISTRIK LUAR MENGGUNAKAN LASER DIODA ABSTRACT

PERBANDINGAN SIFAT OPTIS AKTIF LARUTAN GULA DAN GARAM DALAM MEDAN LISTRIK LUAR MENGGUNAKAN LASER DIODA ABSTRACT PERBANDINGAN SIFAT OPTIS AKTIF LARUTAN GULA DAN GARAM DALAM MEDAN LISTRIK LUAR MENGGUNAKAN LASER DIODA Oleh: Endri Ernawati, K.Sofjan Firdausi, Indras M Laboratorium Optoelektronik & Laser Jurusan Fisika

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X

Mekanika (interpretasi grafik GLB dan GLBB) 1. Diberikan grafik posisi sebuah mobil terhadap waktu yang melakukan gerak lurus sebagai berikut: X Pengukuran, Besaran dan Satuan: 1. Besi mempunyai massa jenis 7,86 kg/m 3. Tentukan volume sepotong besi yang massanya 3,93 g. A. 0,5 cm 3 B. 0,5 m 3 C. 2,0 cm 3 D. 2,0 m 3 (hubungan besaran pokok dan

Lebih terperinci

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1

SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 SOAL DAN PEMBAHASAN FINAL SESI I LIGA FISIKA PIF XIX TINGKAT SMA/MA SEDERAJAT PAKET 1 1. Terhadap koordinat x horizontal dan y vertikal, sebuah benda yang bergerak mengikuti gerak peluru mempunyai komponen-komponen

Lebih terperinci

5.5. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ

5.5. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-122 : Dr. Budi Mulyanti, MSi Pertemuan ke-11 CAKUPAN MATERI 1. ARAH GGL INDUKSI; HUKUM LENZ 2. GENERATOR LISTRIK 3. GENERATOR AC 4. GGL BALIK PADA MOTOR

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Optika Fisis - Latihan Soal Doc Name: AR12FIS0399 Version : 2012-02 halaman 1 01. Gelombang elektromagnetik dapat dihasilkan oleh. (1) Mauatan listrik yang diam (2) Muatan listrik

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Agus Suroso (agussuroso@fi.itb.ac.id) Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung Agus Suroso (FTETI-ITB) Gelombang EM 1 / 29 Materi 1 Persamaan

Lebih terperinci

Kumpulan Soal Fisika Dasar II.

Kumpulan Soal Fisika Dasar II. Kumpulan Soal Fisika Dasar II http://personal.fmipa.itb.ac.id/agussuroso http://agussuroso102.wordpress.com Topik Gelombang Elektromagnetik Interferensi Difraksi 22-04-2017 Soal-soal FiDas[Agus Suroso]

Lebih terperinci

Fisika UMPTN Tahun 1986

Fisika UMPTN Tahun 1986 Fisika UMPTN Tahun 986 UMPTN-86-0 Sebuah benda dengan massa kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari, m. Jika

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII

KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII KUMPULAN SOAL FISIKA KELAS XII Nada-Nada Pipa Organa dan Dawai Soal No. 1 Sebuah pipa organa yang terbuka kedua ujungnya memiliki nada dasar dengan frekuensi sebesar 300 Hz. Tentukan besar frekuensi dari

Lebih terperinci

PENENTUAN KONSENTRASI GLUKOSA DALAM GULA PASIR MENGGUNAKAN METODE EFEK FARADAY

PENENTUAN KONSENTRASI GLUKOSA DALAM GULA PASIR MENGGUNAKAN METODE EFEK FARADAY PENENTUAN KONSENTRASI GLUKOSA DALAM GULA PASIR MENGGUNAKAN METODE EFEK FARADAY Disusun Oleh : ANIK SUGIYARNI M 0206016 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains

Lebih terperinci

HUKUM OHM. 1. STANDAR KOMPETENSI. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari.

HUKUM OHM. 1. STANDAR KOMPETENSI. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. HUKUM OHM 1. STANDAR KOMPETENSI. Memahami konsep kelistrikan dan penerapannya dalam kehidupan seharihari. 2. KOMPETENSI DASAR. Menganalisis percobaan listrik dinamis dalam suatu rangkaian serta penerapannya

Lebih terperinci

Magnet Rudi Susanto 1

Magnet Rudi Susanto 1 Magnet Rudi Susanto 1 MAGNET Sifat kemagnetan telah dikenal ribuan tahun yang lalu ketika ditemukan sejenis batu yang dapat menarik besi Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, orang telah dapat

Lebih terperinci

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu

Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu Detektor Medan Magnet Tiga-Sumbu Octavianus P. Hulu, Agus Purwanto dan Sumarna Laboratorium Getaran dan Gelombang, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bentuk sensor

Lebih terperinci

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma.

A. DISPERSI CAHAYA Dispersi Penguraian warna cahaya setelah melewati satu medium yang berbeda. Dispersi biasanya tejadi pada prisma. Optika fisis khusus membahasa sifat-sifat fisik cahaya sebagai gelombang. Cahaya bersifat polikromatik artinya terdiri dari berbagai warna yang disebut spektrum warna yang terdiri dai panjang gelombang

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF

PENENTUAN KOEFISIEN ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF PENENTUAN KOEFISIEN ELEKTRO OPTIS PADA AQUADES DAN AIR SULING MENGGUNAKAN GELOMBANG RF Oleh : Lilik Eko Jatwiyono/ J2D 002 207 2007 INTISARI Telah dilakukan studi optis tak linier terutama mengenai pengaruh

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK I. SOAL PILIHAN GANDA Diketahui c = 0 8 m/s; µ 0 = 0-7 Wb A - m - ; ε 0 = 8,85 0 - C N - m -. 0. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut : () Di udara kecepatannya cenderung

Lebih terperinci

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII

iammovic.wordpress.com PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII PEMBAHASAN SOAL ULANGAN AKHIR SEKOLAH SEMESTER 1 KELAS XII - 014 1. Dari besaran fisika di bawah ini, yang merupakan besaran pokok adalah A. Massa, berat, jarak, gaya B. Panjang, daya, momentum, kecepatan

Lebih terperinci

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J

D. 6,25 x 10 5 J E. 4,00 x 10 6 J 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil (massa mobil dan isinya adalah 1000 kg) dari keadaan diam hingga mencapai kecepatan 72 km/jam adalah... (gesekan diabaikan) A. 1,25 x 10 4 J B. 2,50 x 10 4 J

Lebih terperinci

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS

OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS OPTIMALISASI DIAMETER KAWAT UNTUK KOMPONEN SENSOR SUHU RENDAH BERBASIS SUSEPTIBILITAS HALLEYNA WIDYASARI halleynawidyasari@gmail.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA

PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA PENGUKURAN AKTIVITAS OPTIK PADA LARUTAN GULA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika Jurusan Studi Fisika Oleh : RIDWAN SEKTI NUGROHO NIM :

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2

PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 PEMBAHASAN SOAL PRA UAN SOAL PAKET 2 Soal No 1 Pada jangka sorong, satuan yang digunakan umumnya adalah cm. Perhatikan nilai yang ditunjukkan skala utama dan skala nonius. Nilai yang ditunjukkan oleh skala

Lebih terperinci

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Menganalisis rangkaian listrik Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: NiraTebu, Sukrosa, Indeks bias, Interferometer Michelson

Abstrak. Kata kunci: NiraTebu, Sukrosa, Indeks bias, Interferometer Michelson Perancangan Aplikasi Pengukuran Kadar Gula (Sukrosa) Nira Tebu dengan Sistem Polariser Dilanjutkan dengan Menggunakan Sistem Interferometer Michelson Presisi Tinggi Peneliti : Mutmainnah 1, Imam Rofi i

Lebih terperinci

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK =================================================

Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Materi Pendalaman 03 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK ================================================= Bila dalam kawat PQ terjadi perubahan-perubahan tegangan baik besar maupun arahnya, maka dalam kawat PQ

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI BERBAGAI LARUTAN GULA SAKAROSA TERHADAP SUDUT PUTAR JENIS CAHAYA MERAH, HIJAU DAN KUNING

PENGARUH KONSENTRASI BERBAGAI LARUTAN GULA SAKAROSA TERHADAP SUDUT PUTAR JENIS CAHAYA MERAH, HIJAU DAN KUNING PENGARUH KONSENTRASI BERBAGAI LARUTAN GULA SAKAROSA TERHADAP SUDUT PUTAR JENIS CAHAYA MERAH, HIJAU DAN KUNING Mita Kusuma Purwasih Universitas Ahmad Dahlan, jalan Pramuka 42, Sidikan, Umbulharjo, Yogyakarta

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Elektromagnetik Teori gelombang elektromagnetik pertama kali dikemukakan oleh James Clerk Maxwell (83 879). Hipotesis yang dikemukakan oleh Maxwell, mengacu pada tiga aturan dasar listrik-magnet

Lebih terperinci

Pengukuran Kualitas Madu Bunga Berdasarkan Konstanta Efek Kerr yang Diukur Menggunakan Interferometer Michelson

Pengukuran Kualitas Madu Bunga Berdasarkan Konstanta Efek Kerr yang Diukur Menggunakan Interferometer Michelson Pengukuran Kualitas Madu Bunga Berdasarkan Konstanta Efek Kerr yang Diukur Menggunakan Interferometer Michelson Misto, Widayanti, I.R., Arkundato, A. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember Jln. Kalimantan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Kupang, September Tim Penyusun KATA PENGANTAR Puji syukur tim panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-nya tim bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Optika Fisis ini. Makalah ini diajukan guna memenuhi

Lebih terperinci

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula

Laporan Resmi Praktikum Kimia Fisika III Inversi Gula I. JUDUL : Inversi Gula II. TANGGAL PERCOBAAN : Rabu, 14 Desember 2011 III. TUJUAN : Menentukan orde reaksi dari reaksi inversi gula menggunakan polarimeter IV. TINJAUAN PUSTAKA : Istilah laju atau kecepatan

Lebih terperinci

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X.

Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. EKO NURSULISTIYO Gambar dibawah memperlihatkan sebuah image dari mineral Beryl (kiri) dan enzim Rubisco (kanan) yang ditembak dengan menggunakan sinar X. Struktur gambar tersebut disebut alur Laue (Laue

Lebih terperinci

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA

BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA BAB III DASAR DASAR GELOMBANG CAHAYA Tujuan Instruksional Umum Pada bab ini akan dijelaskan mengenai perambatan gelombang, yang merupakan hal yang penting dalam sistem komunikasi serat optik. Pembahasan

Lebih terperinci

ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA

ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA 26 S.L. Handayani, Analisis Pola Interferensi Celah Banyak ANALISIS POLA INTERFERENSI CELAH BANYAK UNTUK MENENTUKAN PANJANG GELOMBANG LASER He-Ne DAN LASER DIODA Sri Lestari Handayani Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI PADA PERCOBAAN GERAK JATUH BEBAS DENGAN MEMANFAATKAN RANGKAIAN RELAI

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI PADA PERCOBAAN GERAK JATUH BEBAS DENGAN MEMANFAATKAN RANGKAIAN RELAI DOI: doi.org/10.1009/spektra.0.03 PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI PADA PERCOBAAN GERAK JATUH BEBAS DENGAN MEMANFAATKAN RANGKAIAN RELAI 1, a) Haris Rosdianto 1 Ganti STKIP Singkawang, Jl. STKIP, Kel. Naram

Lebih terperinci

ALTERNATIF UJI KUALITAS MINYAK GORENG BERDASARKAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA

ALTERNATIF UJI KUALITAS MINYAK GORENG BERDASARKAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA ALTERNATIF UJI KUALITAS MINYAK GORENG BERDASARKAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA Skripsi Disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu S-1 Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 2010 PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA MUSYAWARAH KERJA KEPALA SEKOLAH (MKKS) SMA TRY OUT UJIAN NASIONAL 200 Mata Pelajaran : Fisika Kelas : XII IPA Alokasi Waktu : 20 menit

Lebih terperinci

Pengukuran Panjang Koherensi Menggunakan Interferometer Michelson

Pengukuran Panjang Koherensi Menggunakan Interferometer Michelson Berkala Fisika ISSN : 1410-966 Vol 10, No.4, Oktober 007 hal. 169-173 Pengukuran Panjang Koherensi Menggunakan Interferometer Mihelson Agustina Setyaningsih, Indras Marhaendrajaya, K. Sofjan Firdausi Laboratorium

Lebih terperinci

Pemutaran Bidang Getar Gelombang Elektromagnetik

Pemutaran Bidang Getar Gelombang Elektromagnetik Pemutaran Bidang Getar Gelombang Elektromagnetik Alwi Rofi i Shidiq dan Agus Purwanto Pusat Studi Getaran dan Bunyi, Jurdik Fisika, FMIPA, UNY ABSTRAK Gelombang elektromagnetik terjadi karena bergetarnya

Lebih terperinci

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA)

RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN PROGRAM SP4 Tahun anggaran 004 RANCANG-BANGUN PIRANTI IDENTIFIKASI RADIASI ELEKTROMAGNETIK (KASUS DI SEKITAR BERKAS SINAR KATODA) Oleh: Agus Purwanto Slamet MT Sumarna

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1996 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Kelompok besaran berikut yang merupakan besaran

Lebih terperinci

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu

I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu I. Pendahuluan Listrik Magnet Listrik berkaitan dengan teknologi modern: komputer, motor dsb. Bukan hanya itu 1 Muatan Listrik Contoh klassik: Penggaris digosok-gosok pada kain kering tarik-menarik dengan

Lebih terperinci

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut.

C21 FISIKA SMA/MA IPA. 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. 1 1. Seorang siswa mengukur panjang dan lebar suatu plat logam menggunakan mistar dan jangka sorong sebagai berikut. Panjang Lebar (menggunakan mistar) (menggunakan jangka sorong) Luas plat logam di atas

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika UTS Fisika Latihan 2 Kelas 12 Doc. Name: AR12FIS02UTS Version: 2014-10 halaman 1 01. Gelombang transversal pada tali horizontal dengan panjang gelombang 8 m merambat dengan kelajuan

Lebih terperinci

PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA TERHADAP VARIASI MEDAN LISTRIK PADA MADU. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA TERHADAP VARIASI MEDAN LISTRIK PADA MADU. Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 PERUBAHAN SUDUT POLARISASI CAHAYA TERHADAP VARIASI MEDAN LISTRIK PADA MADU Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: Weirna Yusanti J2D 006 046 JURUSAN FISIKA

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984

SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 SOAL SELEKSI PENERIMAAN MAHASISWA BARU (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1984 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Besarnya usaha untuk menggerakkan mobil

Lebih terperinci

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994

ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 ARSIP SOAL UJIAN NASIONAL FISIKA (BESERA PEMBAHASANNYA) TAHUN 1994 BAGIAN KEARSIPAN SMA DWIJA PRAJA PEKALONGAN JALAN SRIWIJAYA NO. 7 TELP (0285) 426185) 1. Dua buah bola A dan B dengan massa m A = 3 kg;

Lebih terperinci

UM UGM 2017 Fisika. Soal

UM UGM 2017 Fisika. Soal UM UGM 07 Fisika Soal Doc. Name: UMUGM07FIS999 Version: 07- Halaman 0. Pada planet A yang berbentuk bola dibuat terowongan lurus dari permukaan planet A yang menembus pusat planet dan berujung di permukaan

Lebih terperinci

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D.

Jika massa jenis benda yang tercelup tersebut kg/m³, maka massanya adalah... A. 237 gram B. 395 gram C. 632 gram D. 1. Perhatikan gambar. Jika pengukuran dimulai pada saat kedua jarum menunjuk nol, maka hasil pengukuran waktu adalah. A. 38,40 menit B. 40,38 menit C. 38 menit 40 detik D. 40 menit 38 detik 2. Perhatikan

Lebih terperinci

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864

TEORI MAXWELL Maxwell Maxwell Tahun 1864 TEORI MAXWELL TEORI MAXWELL Maxwell adalah salah seorang ilmuwan fisika yang berjasa dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta teknologi yang berhubungan dengan gelombang. Maxwell berhasil mempersatukan penemuanpenumuan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013

Soal-Jawab Fisika Teori OSN 2013 Bandung, 4 September 2013 Soal-Jawab Fisika Teori OSN 0 andung, 4 September 0. (7 poin) Dua manik-manik masing-masing bermassa m dan dianggap benda titik terletak di atas lingkaran kawat licin bermassa M dan berjari-jari. Kawat

Lebih terperinci

Youngster Physics Journal ISSN : Vol.5, No. 4, Oktober 2016, Hal

Youngster Physics Journal ISSN : Vol.5, No. 4, Oktober 2016, Hal Youngster Physics Journal ISSN : 2302-7371 Vol.5, No. 4, Oktober 2016, Hal. 475-480 PENGUKURAN PERUBAHAN SUDUT POLARISASI OLEH FLUORESENSI PADA SAMPEL MINYAK ZAITUN Nyadaniati Simbolon 1) dan K.Sofjan

Lebih terperinci

Sumber-Sumber Medan Magnetik

Sumber-Sumber Medan Magnetik TOPIK 9 Sumber-Sumber Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Hukum Biot-Savart Pada 1819, Oersted menemukan bahwa arah arum kompas menyimpang ketika

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson

Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson Perancangan Sistem Pengukuran Konsentrasi Larutan Dengan Menggunakan Interferometer Michelson MAHASISWA : Friska Ayu Nugraheni NRP 2407 100 014 DOSEN PEMBIMBING : Ir. Heru Setijono. M.Sc NIP. 194901201976121001

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK

BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK BAB II TINJAUAN UMUM HUKUM-HUKUM OPTIK Tujuan Instruksional Umum Bab II menjelaskan konsep-konsep dasar optika yang diterapkan pada komunikasi serat optik. Tujuan Instruksional Khusus Pokok-pokok bahasan

Lebih terperinci

Fisika EBTANAS Tahun 1992

Fisika EBTANAS Tahun 1992 Fisika EBTANAS Tahun 1992 EBTANAS-92-01 Sebuah benda massanya 2 kg jatuh bebas dari puncak gedung bertingkat yang tingginya 100 m. Apabila gesekan dengan udara diabaikan dan g = 10 m s 2 maka usaha yg

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052

GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK Oleh: DHELLA MARDHELA NIM: 15B08052 Apa itu Gelombang? Gelombang adalah getaran yang merambat Apakah dalam perambatannya perlu medium/zat perantara? Tidak harus! Berdasarkan ada/tidak

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

D. (1) dan (3) E. (2)

D. (1) dan (3) E. (2) 1. Perhatikan gambar percobaan vektor gaya resultan dengan menggunakan 3 neraca pegas berikut ini : Yang sesuai dengan rumus vektor gaya resultan secara analisis adalah gambar... A. (1), (2) dan (3) B.

Lebih terperinci

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N

A. 100 N B. 200 N C. 250 N D. 400 N E. 500 N 1. Sebuah lempeng besi tipis, tebalnya diukur dengan menggunakan mikrometer skrup. Skala bacaan hasil pengukurannya ditunjukkan pada gambar berikut. Hasilnya adalah... A. 3,11 mm B. 3,15 mm C. 3,61 mm

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. A. Tujuan Menentukan besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik.

PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK. A. Tujuan Menentukan besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik. PERCOBAAN ELEKTRODINAMIKA CEPAT RAMBAT GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK A. Tujuan Menentukan besarnya cepat rambat gelombang elektromagnetik. B. Dasar Teori Ada dua hukum dasar yang menghubungkan gejala kelistrikan

Lebih terperinci

jawaban : Jadi pada grafik V terhadap t sumbu Vv = o sedangkan pada sumbu t,t = 0 grafik yang benar adalah grafik D. Jawab: D

jawaban : Jadi pada grafik V terhadap t sumbu Vv = o sedangkan pada sumbu t,t = 0 grafik yang benar adalah grafik D. Jawab: D UMPTN 1996 FISIKA 1. Sebuah benda berubag gerak secara beraturan dari kecepatan m/s sampai diam, jarak yang dicapainya adalah 1 meter. Gerak benda itu dapat ditunjukkan oleh grafik kecepatan (v) terhadap

Lebih terperinci

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas

1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : A. jenis gas B. suhu gas C. tekanan gas 1. Persamaan keadaan gas ideal ditulis dalam bentuk = yang tergantung kepada : jenis gas suhu gas tekanan gas D. volume gas E. banyak partikel 2. Seorang anak duduk di atas kursi pada roda yang berputar

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1

LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 LAPORAN RESMI PRAKTEK KERJA LABORATORIUM 1 KODE: L - 4 JUDUL PERCOBAAN : ARUS DAN TEGANGAN PADA LAMPU FILAMEN TUNGSTEN DI SUSUN OLEH: TIFFANY RAHMA NOVESTIANA 24040110110024 LABORATORIUM FISIKA DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK

ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK ANALISIS PENGARUH PEMBENGKOKAN PADA ALAT UKUR TINGKAT KEKERUHAN AIR MENGGUNAKAN SISTEM SENSOR SERAT OPTIK Mardian Peslinof 1, Harmadi 2 dan Wildian 2 1 Program Pascasarjana FMIPA Universitas Andalas 2

Lebih terperinci

P O L A R I M E T E R

P O L A R I M E T E R P O L A R I M E T E R I. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa akan mampu menggunakan polarimeter untuk mengukur polarisasi suatu cahaya II. Tujuan Praktikum 1. Memahami teori

Lebih terperinci

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si.

TOPIK 8. Medan Magnetik. Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. TOPIK 8 Medan Magnetik Fisika Dasar II TIP, TP, UGM 2009 Ikhsan Setiawan, M.Si. ikhsan_s@ugm.ac.id Pencetak sidik jari magnetik. Medan Magnetik Medan dan Gaya Megnetik Gaya Magnetik pada Konduktor Berarus

Lebih terperinci

Doc Name: SIMAKUI2010FIS999 Doc. Version :

Doc Name: SIMAKUI2010FIS999 Doc. Version : SIMAK UI 2010 FISIKA Kode Soal Doc Name: SIMAKUI2010FIS999 Doc. Version : 2012-12 halaman 1 01. Sebuah bola pejal dan sebuah silinder pejal memiliki jari-jari (R) dan massa (m) yang sama. Jika keduanya

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559

SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SNMPTN 2011 Fisika KODE: 559 SOAL PEMBAHASAN 1. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. 1. Jawaban: DDD Percepatan ketika mobil bergerak semakin cepat adalah. (A) 0,5

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TENAGA PUTARAN KIPAS AIR CONDISIONER ( AC ) UNTUK MENDAPATKAN ENERGI LISTRIK.

PEMANFAATAN TENAGA PUTARAN KIPAS AIR CONDISIONER ( AC ) UNTUK MENDAPATKAN ENERGI LISTRIK. PEMANFAATAN TENAGA PUTARAN KIPAS AIR CONDISIONER ( AC ) UNTUK MENDAPATKAN ENERGI LISTRIK. Iwan Iwan@staff.gunadarma.ac.id Mahesi09istiwan@yahoo.com Abstrak Kemajuan teknologi yang semakin pesat sampai

Lebih terperinci

INTERFERENSI GELOMBANG

INTERFERENSI GELOMBANG INERFERENSI GELOMBANG Gelombang merupakan perambatan dari getaran. Perambatan gelombang tidak disertai dengan perpindahan materi-materi medium perantaranya. Gelombang dalam perambatannya memindahkan energi.

Lebih terperinci

Dualisme Partikel Gelombang

Dualisme Partikel Gelombang Dualisme Partikel Gelombang Agus Suroso Fisika Teoretik Energi Tinggi dan Instrumentasi, Institut Teknologi Bandung agussuroso10.wordpress.com, agussuroso@fi.itb.ac.id 19 April 017 Pada pekan ke-10 kuliah

Lebih terperinci