Jl. Pandanaran 79 Semarang Telp fax Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jl. Pandanaran 79 Semarang Telp fax Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012"

Transkripsi

1 1 Jl. Pandanaran 79 Semarang Telp fax

2 i KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, penyusunan Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 ini telah dapat kami selesaikan sebagai rangkaian dari penyajian data / informasi kegiatan yang telah dilaksanakan mulai tahun Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu media yang dapat berperan dalam pemantauan dan evaluasi pencapaian hasil pembangunan kesehatan dan hasil kinerja penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal Kota Semarang. Profil Kesehatan Kota Semarang juga merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumberdaya kesehatan dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan. Dengan demikian kebutuhan terhadap data yang berkualitas menjadi sangat krusial. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Buku Profil Kesehatan ini bersumber dari berbagai unit kerja baik di dalam maupun di luar sektor kesehatan. Agar data yang diperoleh relevan dan akurat, maka terhadap data yang berasal dari unit pelaksana teknis (Puskesmas, Instalasi Farmasi) maupun dari Rumah Sakit yang bersumber dari Sistem Pelaporan Rumah Sakit, telah dilakukan uji silang data dengan para pemegang program melalui mekanisme pemutakhiran data di tingkat Kota dan tingkat Provinsi termasuk melibatkan pula lintas sektoral yaitu Badan Pusat Statistik, Bapermas & KB, Polrestabes Semarang, dan lain-lain. Dengan konsistensi penyusunan profil kesehatan yang dilaksanakan setiap tahun, maka berbagai perkembangan indikator yang digunakan dalam pembangunan kesehatan baik indikator masukan, proses maupun indikator keluaran, manfaat dan indikator dampak dapat diikuti secara cermat. Fakta ini merupakan bahan yang sangat berguna untuk melakukan analisa kecenderungan dalam konteks penentu strategi dan kebijakan kesehatan di masa yang akan datang. Profil Kesehatan Kota Semarang ini disajikan dalam bentuk cetakan, dan softcopy serta juga dapat diunduh di website sehingga memudahkan para pengguna (masyarakat) untuk mendapatkan publikasi ini. Untuk meningkatkan mutu Profil Kesehatan Kota Semarang berikutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan Kota Semarang, kami mengucapkan terima kasih. Semarang, Juni 2013 Kepala Dinas Kesehatan Ttd dr. Widoyono, M.PH NIP

3 ii DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFAR LAMPIRAN TABELDAFTAR TABEL i ii iiiv BAB I PENDAHULUAN 1 A. B. C. Latar Belakang Dasar Visi dan Misi D. Tujuan E. Sistematika Penulisan 6 7 BAB II GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK A. Keadaan Geografis B. Kependudukan C. Sarana dan Prasarana Kesehatan D. Keadaan Kesehatan Lingkungan E. Keadaan Perilaku Masyarakat BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN 20 A. B. C. Mortalitas / Kematian Status Gizi Bayi & Balita Morbiditas BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN 74 A. Pelayanan Kesehatan Dasar 74 B. Pelayanan Kesehatan Rujukan 81 C. Pelayanan Jaminan Kesehatan Masyarakat 84 D. Perbaikan Gizi Masyarakat E. Pelayanan Kesehatan Usia Lanjut F. Pelayanan Kesehatan Pekerja G. Pelayanan Kesehatan Khusus BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 90 A. B. C. D. Sarana Kesehatan Tenaga Kesehatan Perbekalan Kesehatan Pembiayaan Kesehatan BAB VI KESIMPULAN

4 iii DAFTAR LAMPIRAN TABEL Tabel Nama Tabel 1 Luas wilayah, jumlah kelurahan, jumlah & kepadatan penduduk, jumlah rumah tangga 2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, umur, dan rasio beban tanggungan 3 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dan kelompok umur 6 Jumlah kelahiran menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas 7 Jumlah kematian bayi & balita menurut jenis kelamin, kecamatan dan puskesmas 8 Jumlah kematian ibu menurut kelompok umur, kecamatan dan puskesmas 9 Jumlah kasus AFP dan AFP Rate menurut kecamatan dan puskesmas 10 Jumlah kasus baru TB Paru dan kematian akibat TB menurut jenis kelamin, kecamatan 11 Jumlah kasus dan angka penemuan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan 12 Jumlah kasus dan kesembuhan TB Paru BTA + menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 13 Penemuan kasus pneumonia balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 14 Jumlah kasus baru HIV, AIDS dan IMS lain menurut jenis kelamin, kecamatan & Puskemas 15 Persentase donor darah diskrining terhadap HIV/AIDS 16 Kasus diare yang ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 17 Jumlah kasus baru kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 18 Kasus baru kusta 0-14 tahun dan cacat tingkat 2 menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 19 Jumlah kasus dan angka prevalensi kusta menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 20 Persentase penderita kusta selesai berobat menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 21 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : difteri, pertusis, tetanus 22 Jumlah kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) : campak, polio, hepatitis B 23 Jumlah kasus DBD menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas 24 Kesakitan dan kematian malaria menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 25 Penderita filariasis ditangani menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 26 Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskemas 27 Status gizi balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 28 Cakupan kunjungan ibu hamil, persalinan ditolong tenaga kesehatan, pelayanan ibu nifas 29 Persentase cakupan imunisasi TT pada ibu hamil menurut kecamatan & puskesmas 30 Jumlah ibu hamil yang dapat tablet Fe 1 dan Fe 3 menurut kecamatan & puskemas 31 Jumlah & persentase ibu hamil dan neonatal resiko tinggi/komplikasi ditangani 32 Cakupan pemberian vitamin A pada bayi, anak balita dan ibu nifas menurut kecamatan 33 Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi, per kecamatan & puskesmas 34 Proporsi peserta KB baru menurut jenis kontrasepsi per kecamatan & puskesmas 35 Jumlah peserta KB baru dan KB aktif menurut kecamatan & puskesmas 36 Cakupan kunjungan neonatus (KN) menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 37 Cakupan kunjungan bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 38 Cakupan desa/kelurahan UCI menurut kecamatan & puskesmas 39 Cakupan imunisasi DPT, HB, dan campak pada bayi menurut kecamatan & puskesmas 40 Cakupan imunisasi BCG, Polio pada bayi menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 41 Jumlah bayi yang diberi ASI Ekslusif menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 42 Pemberian makanan pendamping (MP) ASI anak usia 6-23 bulan keluarga miskin

5 iv 43 Cakupan pelayanan anak balita menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 44 Jumlah balita ditimbang menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 45 Cakupan balita gizi buruk mendapat perawatan menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 46 Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan 47 Cakupan pelayanan kesehatan siswa SD & setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan 48 Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 49 Persentase sarana kesehatan dengan kemampuan gawat darurat level 1 50 Jumlah penderita & kematian pada KLB menurut jenis KLB 51 Desa/kelurahan terkena KLB yang ditangani <24 jam menurut kecamatan & puskesmas 52 Pelayanan kesehatan gigi mulut menurut jenis kelamin, kecamatan & puskesmas 53 Pelayanan kesehatan gigi mulut pada anak SD/setingkat menurut jenis kelamin, kecamatan 54 Jumlah kegiatan penyuluhan kesehatan Cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan pra bayar menurut jenis kelamin, kecamatan & 55 puskesmas 56 Cakupan pelayanan rawat jalan masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan 57 Cakupan pelayanan rawat inap masyarakat miskin menurut strata sarana kesehatan 57a Jumlah Kunjungan Pelayanan kesehatan masyarakat miskin menurut jenis & rumah sakit 58 Jumlah kunjungan rawat jalan, rawat inap & kunjungan gangguan jiwa di sarana kesehatan 59 Jumlah Tempat Tidur & Angka kematian pasien di rumah sakit 60 Indikator kinerja pelayanan di rumah sakit 61 Persentase rumah tangga ber PHBS menurut kecamatan & puskesmas 62 Persentase rumah sehat menurut kecamatan & puskesmas 63 Persentase rumah/bangunan bebas jentik nyamuk aedes menurut kecamatan & puskesmas 64 Persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih per kecamatan & puskesmas 65 Persentase keluarga menurut sumber air minum yang digunakan per kecamatan & puskesmas 66 Persentase keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar menurut kecamatan & puskesmas 67 Persentase tempat umum & pengelolaan makanan (TUPM) sehat per kecamatan & puskesmas 68 Persentase institusi dibina kesehatan lingkungannya menururt kecamatan & puskesmas 69 Ketersediaan obat menurut jenis obat 70 Jumlah sarana pelayanan kesehatan menurut kepemilikan 71 Sarana pelayanan kesehatan dengan kemampuan labkes & memiliki 4 spesialis dasar 72 Jumlah posyandu menurut strata, kecamatan & puskesmas 73 Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) menurut kecamatan & puskesmas 74 Jumlah tenaga medis di sarana kesehatan : dokter spesialis, dr. umum, dr. gigi 75 Jumlah tenaga keperawatan & kebidanan di sarana kesehatan 76 Jumlah tenaga kefarmasian & gizi disarana kesehatan 77 Jumlah tenaga kesehatan masyarakat & sanitasi di sarana kesehatan 78 Jumlah tenaga teknisi medis & fisioterapi di sarana kesehatan 79 Anggaran kesehatan 80 Jumlah kejadian kecelakaan lalu lintas & rasio korban luka serta meninggal 81 Persentase desa/kelurahan dengan garam beryodium baik menurut kecamatan & puskesmas 82 Kasus penyakit tidak menular (PTM) di Puskesmas & Rumah Sakit

6 1 BAB I PENDAHULUAN Hzzuiyhb nt niuujrf r A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu komponen utama dalam Index Pembangunan Manusia (IPM) yang dapat mendukung terciptanya SDM yang sehat, cerdas, terampil dan ahli menuju keberhasilan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu hak dasar masyarakat yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan telah dilakukan perubahan cara pandang (mindset) dari paradigma sakit menuju paradigma sehat sejalan dengan Visi Indonesia Sehat. Seiring dengan visi tersebut, maka Visi Pembangunan Kesehatan di Kota Semarang adalah Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat B. Dasar Dasar pembangunan kesehatan adalah nilai kebenaran dan aturan pokok yang menjadi landasan untuk berfikir dan bertindak dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Dasar-dasar berikut ini merupakan landasan dalam penyusunan visi, misi dan strategi serta sebagai petunjuk pokok pelaksanaan pembangunan kesehatan: 1. Perikemanusiaan Setiap kegiatan proyek, program kesehatan harus berlandaskan perikemanusiaan yang dijiwai, digerakkan dan dikendalikan oleh keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pemberdayaan dan Kemandirian Individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya bukan saja sebagai obyek namun sekaligus pula subyek kegiatan, proyek, program kesehatan. Segenap komponen bangsa bertangggung jawab untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya. Setiap kegiatan,

7 2 proyek, program kesehatan harus mampu membangkitkan peran serta individu, keluarga dan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap individu, keluarga dan masyarakat dapat menolong dirinya sendiri. Dengan dasar ini, setiap individu, keluarga dan masyarakat melalui kegiatan, proyek, program kesehatan difasilitasi agar mampu mengambil keputusan yang tepat ketika membutuhkan pelayanan kesehatan. Warga masyarakat harus mau bahu membahu menolong siapa saja yang membutuhkan pertolongan agar dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang sesuai kebutuhan dalam waktu yang sesingkat mungkin. Di lain pihak, fasilitas pelayanan kesehatan yang ada perlu terus diberdayakan agar mampu memberikan pertolongan kesehatan yang berkualitas, terjangkau, sesuai dengan norma sosial budaya setempat serta tepat waktu. 3. Adil dan Merata Setiap individu, keluarga dan masyarakat mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang dibutuhkan sehingga dapat mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Kesempatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang berkualitas, terjangkau dan tepat waktu, tidak boleh memandang perbedaan ras, golongan, agama, dan status sosial individu, keluarga dan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang cenderung urban-based harus terus diimbangi dengan upaya-upaya kesehatan yang bersifat rujukan, bersifat luar gedung maupun yang bersifat satelit pelayanan. Dengan demikian pembangunan kesehatan dapat menjangkau kantong-kantong penduduk beresiko tinggi yang merupakan penyumbang terbesar kejadian sakit dan kematian. Kelompok-kelompok penduduk inilah yang sesungguhnya lebih membutuhkan pertolongan karena selain lebih rentan terhadap penyakit, kemampuan membayar mereka jauh lebih sedikit. 4. Pengutamaan dan Manfaat Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran dan atau kesehatan dalam kegiatan, proyek, program kesehatan harus mengutamakan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan deajat kesehatan masyarakat. Kegiatan, proyek dan program kesehatan diselenggarakan dengan penuh tanggung jawab, sesuai dengan standar profesi dan

8 3 peraturan perundang-undangan yang berlaku serta mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh kebutuhan dan kondisi spesifik daerah. C. Visi dan Misi 1. Visi Dalam mewujudkan gambaran masyarakat Kota Semarang di masa depan maka Dinas Kesehatan Kota memiliki Visi Terwujudnya Masyarakat Kota Semarang yang Mandiri untuk Hidup Sehat Visi tersebut mengandung filosofi pokok yang akan dilaksanakan perwujudannya, yaitu kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. Kesehatan adalah tanggungjawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan mereka, hanya sedikit hasil yang akan dapat dicapai. Perilaku masyarakat kota Semarang yang mandiri untuk hidup sehat diharapkan adalah yang bersifat proaktif untuk memlihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Disamping itu semua lapisan masyarakat di Kota Semarang juga mempunyai akses dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu. 2. Misi Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi kesehatan di seluruh wilayah Kota Semarang, yang bertanggung jawab secara teknisterhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan Kota Semarang. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan misi yang diemban oleh seluruh jajaran petugas kesehatan di masing-masing jenjang administarsi pemerintahan, yaitu : 1. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, 2. Memberdayakan masyarakat untuk memiliki kemauan dan kemampuan hidup sehat 3. Tujuan a. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan masyarakat dan perorangan yang efektif dan efisien. (Misi 1) b. Meningkatkan kesiapan dan ketersediaan sumberdaya kesehatan dalam mendukung proses pelayanan kesehatan. (Misi 1)

9 4 c. Mengembangkan kebijakan dan manajemen yang efektif dan efisien dalam pengelolaan pelayanan dan sumber daya kesehatan. (Misi 1) d. Meningkatkan pelayanan kefarmasian serta penyediaan obat perbekalan kesehatan yang memenuhi persyaratan mutu. (Misi 1) e. Meningkatkan perilaku dan peran aktif individu, keluarga dan masyarakat untuk memlihara dan melindungi kesehatan dan lingkungannya sendiri. (Misi 2) 4. Sasaran a. Menurunnya angka kesakitan, kematian dan mencegah kecacatan akibat penyakit.. b. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan penunjangnya. c. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan keluarga. d. Meningkatnya pelayanan gizi masyarakat serta kemandirian keluarga dalam upaya perbaikan gizi. e. Meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan. f. Meningkatnya ketersediaan, kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia kesehatan sehingga mampu menyelenggarakan upaya kesehatan yang optimal. g. Meningkatnya kualitas pengelolaan administrasi keuangan, ketatalaksanaan tugas umum dan rumah tangga. h. Meningkatnya kuantitas dan kualitas sarana prasarana pelayanan kesehatan i. Meningkatnya fungsi perencanaan, pengawasan, pengendalian dan penilaian pelaksanaan kegiatan serta tersedianya berbagai kebijakan kesehatan guna menjamin tercapainya kinerja secara efektif dan efisien. j. Mengembangkan system informasi kesehatan yang komprehensif, berhasilguna dan berdaya guna k. Meningkatkan ketersediaan dan mutu pengelolaan obat pelayanan kesehatan l. Meningkatnya kualitas makanan minuman produksi industri tumah tangga yang memnuhi syarat kesehatan m. Meningkatnya perilaku hidup bersih sehat dan berkembangnya upaya kesehatan bersumberdata masyarakat.

10 5 5. Strategi Kebijakan Program yang telah disusun dan ditetapkan sebagai strategi kebijakan Dinas Kesehatan Kota Semarang terdiri dari 12 (dua belas ) alternative startegi yang ditetapkan, antara lain 1. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan pada masyarakat miskin di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan dasar 2. Memanfaatkan secara optimal jejaring kerja yang ada 3. Menggerakkan sumber daya kesehatan secara efektif dengan melibatkan peran aktif masyarakat 4. Meningkatkan advokasi pembiayaan kesehatan pada pemegang kebijakan 5. Meningkatkan keterpaduan pelaksanaan program 6. Meningkatkan pengelolaan data dan informasi kesehatan berbasis teknologi informasi 7. Mengintensifkan promosi kesehatan melalui pemanfaatan teknologi informasi khususnya pada kelompok beresiko 8. Mengalokasikan sumber daya kesehatan yang ada pada kegiatan bersasarn masyarakat miskin dan renta 9. Meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan 10. Mengembangkan dan memantapkan program jaminan mutu pada semua pelayanan 11. Meningkatkan kualitas manajemen kesehatan menuju pelayanan kesehatan yang akuntable, transparan dan berkinerja tinggi. 12. Meningkatkan jumlah tenaga kesehatan sesuai kompetensinya. Dalam rangka memberikan gambaran situasi kesehatan di Kota Semarang Tahun 2012 perlu diterbitkan Buku. Media Profil Kesehatan Kota Semarang merupakan salah satu sarana untuk menilai pencapaian kinerja pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang Sehat Profil Kesehatan menyajikan berbagai data dan informasi diantaranya meliputi data kependudukan, fasilitas kesehatan, pencapaian program program kesehatan, masalah kesehatan dan lain-lain. Tersusunnya Buku Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012 didukung oleh pengelola data dan informasi Dinas

11 6 Kesehatan Kota Semarang, Puskesmas, Instalasi Farmasi, berbagai sarana pelayanan kesehatan, juga lintas sektor terkait (Badan Pusat Statistik, ASKES, JAMSOSTEK, Bapermas & KB, POLRESTABES Semarang, dll). D. Tujuan 1. Umum Tujuan disusunnya adalah tersedianya data / informasi yang relevan, akurat, tepat waktu dan sesuai kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan secara berhasilguna dan berdayaguna sebagai upaya menuju Kota Semarang yang Sehat. 2. Khusus Secara khusus tujuan penyusunan Profil Kesehatan adalah : a. Diperolehnya Data / informasi umum dan lingkungan yang meliputi lingkungan fisik dan biologi, perilaku masyarakat yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat, data kependudukan dan sosial ekonomi; b. Diperolehnya Data / informasi tentang status kesehatan masyarakat yang meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat; c. Diperolehnya Data / informasi tentang upaya kesehatan, yang meliputi cakupan kegiatan dan sumber daya kesehatan. d. Diperolehnya Data / informasi untuk bahan penyusunan perencanaan kegiatan program kesehatan; e. Tersedianya alat untuk pemantauan dan evaluasi tahunan program program kesehatan; f. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh berbagai sistem pencatatan dan pelaporan yang ada di Puskesmas, Rumah Sakit maupun Unit-Unit Kesehatan lainnya; g. Tersedianya alat untuk memacu penyempurnaan sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan.

12 7 E. Sistematika Penulisan Untuk lebih menggambarkan situasi derajat kesehatan, peningkatan upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan di Kota Semarang pada Tahun 2012, maka diterbitkanlah Buku Profil Kesehatan Kota Semarang yang disusun dengan sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK KOTA SEMARANG BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN BAB VI KESIMPULAN LAMPIRAN

13 8 BAB II GAMBARAN UMUM & PERILAKU PENDUDUK BAB II KOTA SEMARANG A. Keadaan Geografis 1. Letak Kota Semarang terletak antara garis 6º50-7º10 Lintang Selatan dan garis 109º35-110º50 Bujur Timur. Dibatasi sebelah Barat dengan Kabupaten Kendal, sebelah Timur dengan Kabupaten Demak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Semarang, dan sebelah Utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai meliputi 13,6 Km. Ketinggian Kota Semarang terletak antara 0,75 sampai dengan 348,00 di atas garis pantai. 2. Luas Wilayah Kota Semarang Dengan luas wilayah sebesar 373,67 km 2, dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa Tengah. Kota Semarang terbagi dalam 16 kecamatan dan 177 kelurahan. Dari 16 kecamatan yang ada, kecamatan Mijen (57,55 km2) dan Kecamatan Gunungpati (54,11 km2), dimana sebagian besar wilayahnya berupa persawahan dan perkebunan. Sedangkan kecamatan dengan luas terkecil adalah Semarang Selatan (5,93 km2) dan kecamatan Semarang Tengah (6,14 km2), sebagian besar wilayahnya berupa pusat perekonomian dan bisnis Kota Semarang, seperti bangunan toko/mall, pasar, perkantoran dan sebagainya. B. Kependudukan 1. Pertumbuhan Penduduk, Persebaran dan Kepadatan Penduduk, Komposisi Penduduk, Kelahiran, Kematian dan Perpindahan a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Jumlah penduduk Kota Semarang menurut Profil Kependudukan Kota Semarang oleh BPS sampai dengan akhir Desember tahun 2012 sebesar :

14 jiwa, terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Dengan jumlah sebesar itu Kota Semarang masih termasuk dalam 5 besar Kabupaten/Kota yang mempunyai jumlah penduduk terbesar di Jawa Tengah. Tabel 1 : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Tahun Tahun Jumlah Penduduk T ingkat pertumbuhan Setahun ( % ) ,52 1,45 1,02 1,43 1,86 1,53 1,41 1,11 Sumber data : Kantor BPS Kota Semarang Semarang Dalam Angka Perkembangan dan pertumbuhan penduduk selama 7 tahun terakhir menunjukkan hasil yang bervariasi dengan tren semakin meningkat. b. Persebaran dan Kepadatan Penduduk Penyebaran penduduk yang tidak merata perlu mendapat perhatian karena berkaitan dengan daya dukung lingkungan yang tidak seimbang. Secara geografis wilayah Kota Semarang terbagi menjadi dua yaitu daerah dataran rendah ( Kota Bawah ) dan daerah perbukitan (Kota Atas). Kota Bawah merupakan pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan industri, sedangkan Kota Atas lebih banyak dimanfaatkan untuk perkebunan, persawahan, dan hutan. Sedangkan ciri masyarakat Kota Semarang terbagi dua yaitu masyarakat dengan karakteristik perkotaan dan masyarakat dengan karakteristik pedesaan. Sebagai salah satu kota metropolitan, Semarang boleh dikatakan belum terlalu padat. Pada tahun 2012 kepadatan penduduknya sebesar jiwa per km 2. Bila dilihat menurut Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk paling kecil adalah Kecamatan Ngaliyan sebesar 806 jiwa per km 2, diikuti

15 10 dengan Kecamatan Mijen jiwa per km 2 dan Kecamatan Gunungpati jiwa per km 2. Ketiga Kecamatan tersebut merupakan daerah pertanian dan perkebunan, sehingga sebagian wilayahnya masih banyak terdapat areal persawahan dan perkebunan, Namun sebaliknya untuk Kecamatan-Kecamatan yang terletak di pusat kota, dimana luas wilayahnya tidak terlalu besar tetapi jumlah penduduknya sangat banyak, kepadatan penduduknya sangat tinggi. Yang paling tinggi kepadatan penduduknya adalah Kecamatan Gayamsari jiwa/km 2, kemudian Kecamatan Semarang Selatan jiwa/km 2, dan Kecamatan Candisari jiwa/km 2. Bila dikaitkan dengan banyaknya keluarga atau rumah tangga, maka dapat dilihat bahwa rata-rata setiap keluarga di Kota Semarang memiliki 4 (empat) anggota keluarga, dan kondisi ini terjadi pada hampir seluruh Kecamatan yang ada. c. Komposisi Penduduk Untuk dapat menggambarkan tentang keadaan penduduk secara khusus dapat dilihat dari komposisinya, salah satunya adalah penduduk menurut jenis kelamin. Dari penduduk Kota Semarang pada tahun 2012 terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan penduduk perempuan.. Indikator dari variabel jenis kelamin adalah rasio jenis kelamin yang merupakan angka perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan. Komposisi Penduduk Kota Semarang menurut jenis kelamin % 49% Laki-Laki Perempuan Sumber data : BPS Kota Semarang

16 11 PIRAMIDA PENDUDUK KOTA SEMARANG TAHUN 2013 LAKI-LAKI perempuan Sumber data : BPS Kota Semarang d. Kelahiran, Kematian dan Perpindahan Potensi permasalahan jumlah penduduk yang besar dipengaruhi oleh tingkat pertumbuhan penduduk yang dimiliki. Bila jumlah penduduk yang besar sedangkan tingkat pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat berat. Tingkat pertumbuhan penduduk dibedakan atas tingkat pertumbuhan alamiah dan tingkat pertumbuhan karena migrasi. Tingkat pertumbuhan alamiah secara sederhana dihitung dengan membandingkan jumlah penduduk yang lahir dan mati. Pada periode waktu tertentu digambarkan dengan Angka Kelahiran Kasar atau Crude Birth Rate ( CBR ) dan Angka Kematian Kasar atau Crude Death Rate ( CDR ) yang merupakan perbandingan antara jumlah kelahiran dan kematian selama 1 tahun dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama periode 5 tahun terakhir perkembangan kelahiran dan kematian penduduk di Kota Semarang terlihat cukup berfluktuasi. Hal ini dilihat bahwa untuk CBR periode Dapat dilihat pada tabel berikut :

17 12 Tabel 2: Perkembangan Kelahiran dan Kematian Penduduk Kota Semarang Periode Tahun Jml Penduduk CBR (/1000 pddk) , , , , , , Sumber data : BPS Kota Semarang CDR (/1000 pddk) 5,27 6,41 7,56 7,04 6,98 6,79 Umur Harapan Hidup Kota Semarang Tahun 2012 ini sekitar 72,20 tahun sedikit meningkat dari tahun 2011 yaitu 72,18 tahun.

18 13 C. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN Tabel Jumlah Sarana dan Prasarana di Kota Semarang A. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN Rumah Sakit Umum : a. Rumah Sakit Swasta b. Rumah Sakit Umum Daerah c. Rumah Sakit Umum Pusat d. Rumah Sakit TNI / POLRI e. Rumah Sakit Khusus, terdiri dari : RS Jiwa RS Bedah Plastik Rumah Sakit Ibu dan Anak ( RSIA ) Rumah Sakit Bersalin ( RSB ) Rumah Bersalin ( RB ) / BKIA Puskesmas, terdiri dari : a. Puskesmas Perawatan b. Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Posyandu yang ada Posyandu Aktif Apotik Laboratorium Kesehatan Swasta Klinik Spesialis / Klinik Utama Optik Klinik 24 Jam Toko Obat BP Umum BP Gigi PBDS Dokter Umum Praktek Perorangan Dokter Spesialis Praktek Dokter gigi swasta Bidan praktek swasta Sumber: Bidang Pelayanan Kesehatan DKK Semarang

19 14 D. KEADAAN KESEHATAN LINGKUNGAN Lingkungan merupakan salah satu variabel yang perlu mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan, akan disajikan indikator -indikator seperti: akses terhadap air bersih dan air minum berkualitas dan akses terhadap sanitasi layak. 1. Sarana Air Bersih dan Akses Air Mimum Berkualitas a. Ketersediaan Air Bersih Air adalah salah satu sumber kehidupan, dan setiap manusia memerlukan air bersih Oleh karena itu air bersih harus selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan (syarat fisik, kimiawi, dan bakteriologi). Tahun 2012 jumlah KK yang diperiksa sumber air bersihnya adalah KK atau 76,2% dari KK yang ada. Adapun cakupan prosentase air bersih menurut jenis sarananya adalah sebagai berikut: Grafik Penggunaan Air Bersih Menurut Jenis Sarana 2% 0% 11% 19% 5% 63% LEDENG SPT SGL MATA AIR PAH LAINNYA Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL Dari data yang ada, suplai air bersih rumah tangga terbesar di Kota Semarang berasal dari Ledeng 63,2%, diikuti oleh sumur Gali 19%. Upaya peningkatan kualitas air bersih akan meningkat apabila diikuti upaya perbaikan sanitasi (sarana pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah ). Selain itu adanya peran serta dan kesadaran sektor swasta penyedia air bersih yang meningkat berkenaan dengan kualitas air bersih.

20 15 b. Akses Air Minum Tahun 2012 jumlah keluarga dengan akses air minum yang diperiksa adalah KK. Dari jumlah tersebut jumlah KK dengan akses air minum terlindungi sebesar KK atau 98,2%. Mata air; 1,9 PAH; 0,1 Lain; 11,0 Kemasan; 0,0 SGL; 19,0 Ledeng; 63,2 SPT; 4,9 Sumber: Seksi PAL Bidang PKPKL Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa sumber air minum keluarga yang digunakan paling banyak berasal dari ledeng meteran dengan KK (64,5%). Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel Sarana dan Akses Terhadap Sanitasi Dasar a. Rumah Sehat Rumah adalah kebutuhan dasar manusia, dan lingkungan yang sehat dapt berawal dari rumah yang sehat. Rumah tidak hanya sebatas tempat berteduh semata, rumah juga salah satu pembentuk karakter indifidu untuk berperilaku sehat. di Kota Semarang pada tahun 2012, jumlah rumah yang diperiksa adalah unit atau (82,1%). Dari jumlah tersebut diperoleh jumlah rumah yang sehat adalah unit atau 87,8 %. Jika hasil cakupan ini dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 86,8%, maka terdapat sedikit peningkatan hasil/ Rumah juga merupakan salah satu tempat penularan penyakit, salah satunya adalah penyakit demam berdarah (DBD) yang ditularkan oleh vektor nyamuk. Pada tahun 2012, terdapat (82,42%) unit yang diperiksa. Dari hasil pemeriksaan terhadap bangunan bebas jentik diperoleh hasil unit atau 84,35% adalah

21 16 bangunan bebas jentik. Jika dibandingkan dengan cakupan tahun 2011 yang tercatat 85.04% bangunan bebas jentik nyamuk, maka masih sangat perlu peningkatan partisipasi masyarakat damam penggerakan kegiatan pemberantasan nyamuk / PSN di rumah dan lingkungannya mengingat Kota Semarang merupakan kota endemis demam berdarah. b. Keluarga dengan Jamban Sehat Jamban Sehat adalah salah satu syarat rumah sehat. Pengelolaan sebuah jamban yang memenuhi syarat kesehatan diperlukan sebagai upaya untuk mencegah terjadinya penularan penyakit. Berdasarkan laporan puskesmas, pada tahun 2012 dari KK diketahui bahwa KK (90,2%) telah memiliki jamban keluarga dan sebanyak KK (96,2 %) diantaranya telah memenuhi syarat jamban yang sehat. Faktor yang turut mendukung pencapaian target tersebut yaitu meningkatnya pembangunan dan pengembangan perumahan yang memenuhi syarat kesehatan. c. Pengolahan Air Limbah Salah satu upaya mendukung terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat adalah pengelolaan air limbah yang sesuai standar dan memenuhi syarat kesehatan. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) adalah suatu bangunan yang digunakan untuk membuang air buangan kamar mandi, tempat cuci, dapur dan lain-lain bukan dari jamban atau peturasan. SPAL yang sehat hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : Tidak mencemari sumber air bersih (jarak dengan sumber air bersih minimal 10 meter Tidak menimbulkan genangan air yang dapat dipergunakan untuk sarang nyamuk (diberi tutup yang cukup rapat) Tidak menimbulkan bau (diberi tutup yang cukup rapat) Tidak menimbulkan becek atau pandangan yang tidak menyenangkan (tidak bocor sampai meluap) Pada tahun 2012 jumlah pengelolaan air limbah di rumah tangga yang diperiksa adalah (76,2%) KK dan yang memiliki sarana tersebut sejumlah KK (90,2%) sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan sebanyak KK (96,3 %).

22 17 d. Tempat Tempat Umum dan Tempat Pengelolaan Makanan (TTU dan TUPM) Tempat-tempat umum merupakan tempat kegiatan bagi umum yang disediakan oleh badan badan pemerintah, swasta atau perorangan yang langsung digunakan oleh masyarakat yang mempunyai tempat dan kegiatan tetap, memiliki fasilitas sanitasi (jamban, tempat pembuangan sampah dan limbah) untuk kebersihan dan kesehatan di lingkungan. Tempat-tempat umum yang sehat berpengaruh cukup besar di masyarakat karena masyarakat menggunakan fasilitas umum tersebut untuk berbagai kepentingan. Pengawasan sanitasi tempat umum bertujuan untuk mewujudkan kondisi tempat umum yang memenuhi syarat kesehatan agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya penularan penyakit serta tidak menjadi sarang vektor penyakit yang dapat menimbulkan menyebabkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat di sekitarnya. Pengawasan sanitasi tempat umum meliputi sarana wisata, sarana ibadah, sarana transportasi, sarana ekonomi dan sosial. Jumlah TTU dan TPM di Kota Semarang tahun 2012 sejumlah pengelolaan makanan (TUPM) di Kota Semarang, dari jumlah tersebut TUPM yang diperiksa sebanyak unit, dan yang dinyatakan sehat sejumlah unit atau 90,36%. TUPM tersebut meliputi hotel, restoran/rumah makan dan pasar. - Jumlah hotel : 100 unit, jumlah diperiksa 91 unit, jumlah sehat 91 unit (100%) - Jumlah pasar : 59 buah, jumlah diperiksa 52 unit, jumlah sehat 39 unit (75%) - Jumlah restoran/rumah makan: 845 unit, jumlah diperiksa 474 unit, jumlah sehat 448 unit (94,51%) - Jumlah TUPM lainnya : unit, jumlah diperiksa unit, jumlah sehat unit (88,82%) e. Kesehatan Lingkungan Institusi Upaya pembinaan kesehatan lingkungan pada tahun 2012 ini selain dilakukan pada rumah tangga dan tempat-tempat umum, juga dilaksanakan pada beberapa institusi/sarana seperti: - sarana kesehatan sejumlah 784 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 722 tempat atau 82,1 %.

23 18 - Instalasi Pengolahan Air Minum sejumlah 220 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 164 tempat atau 74,5 %. - sarana pendidikan sejumlah tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak tempat atau 95,4 %. - sarana ibadah sejumlah tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak tempat atau 90,9 %. - perkantoran sejumlah 415 tempat, dan yang telah dilakukan pembinaan sebanyak 276 tempat atau 66,5 %. - Dan sarana lain sejumlah 730 tempat, dan yang telah dibina sebanyak 660 tempat atau 90,4%. Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel nomer 68. F. KEADAAN PERILAKU MASYARAKAT 1. Rumah Tangga Ber-Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikan anggota rumah tangga atas dasar kesadaran menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. PHBS dalam rumah tangga di Kota Semarang diterjemahkan dalam 16 indikator PHBS yang mengacu pada 16 indikator PHBS di Provinsi Jawa Tengah. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Kota semarang dilakukan oleh Dinas Kesehatatan bermitra dengan Tim Penggerak PKK dan instansi terkait melalui kegiatan penyuluhan, pengkajian strata, bahkan Lomba Pelaksana PHBS. Dengan mengkaji PHBS melalui 16 indikator diharapkan masyarakat mampu mengetahui jumlah rumah tangga yang ber-phbs dan yang belum, serta prioritas masalah perilaku yang berpotensi mempengarui derajad kesehatannya sehingga sesegera mungkin dilakukan upaya mengatasinya. Dari hasil pengkajian PHBS tahun 2012 yang dilakukan oleh Dinas kesehatan bersama PKK, secara total populasi rumah tangga (total covered ) diperoleh jumlah rumah tangga berphbs (strata Utama dan paripurna) sebesar 90,02 % terdiri dari strata utama 70,66% dan strata paripurna 19,35 % sementara jumlah rumah tangga yang belum BerPHBS sebanyak 9,8 % terdiri dari strata pratama 1,06% dan madya 8,92%

24 19 2. Posyandu Purnama dan Mandiri Sebagai salah satu bentuk upaya kesehatan yang bersumber daya masyarakat, Posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam sistem penyelenggaraan pelayanan kebutuhan dasar dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia secara dini serta merupakan lini terdepan dari deteksi dini di bidang kesehatan yang dilakukan oleh masyarakat. Agar posyandu dapat melakukan fungsi dasarnya, dimana posyandu mempunyai daya ungkit yang sangat besar terhadap penurunan Angka Kematian Bayi, Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu, maka perlu adanya upaya untuk memantau dan mendorong tingkat perkembangan posyandu. Jumlah posyandu di Kota Semarang dari tahun ke tahun selalu meningkat, pada tahun 2012 jumlah posyandu tercatat buah dengan posyandu aktif sejumlah buah, secara keseluruhan meningkat 23 posyandu di banding tahun 2011 sejumlah buah. Tingkat Perkembangan Posyandu Berdasarkan penghitungan strata posyandu di tahun 2012 diperoleh jumlah posyandu berstrata Purnama 559 buah (35,9 %) dan mandiri 591 (37,98 %), sementara jumlah posyandu berstrata pratama dan madya mencapai 406 buah (26 %). Jumlah posyandu berstrata pratama dan madya (26%) inilah yang perlu dilakukan upaya yang lebih intensif lagi agar dapat meningkat stratanya menjadi purnama maupun mandiri di tahun berikutnya. Untuk lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran tabel 72.

25 BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN KOTA SEMARANG SITUASI DERAJAT KESEHATAN DAERAH 20 Untuk menilai derajat kesehatan masyarakat, digunakan beberapa indicator yang mencerminkan kondisi mortalitas (kematian), status gizi dan morbiditas (kesakitan). Pada bagian ini, derajat kesehatan masyarakat di Indonesia digambarkan melalui Angka Mortalitas; terdiri atas Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKABA), dan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Morbiditas; angka kesakitan beberapa penyakit serta Status Gizi pada balita dan dewasa. A. MORTALIT AS / KEMATIAN Mortalitas dapat dijelaskan sebagai kejadian kematian pada suatu masyarakat dari waktu ke waktu dan tempat tertentu yang dapat menggambarkan status kesehatan masyarakat secara kasar, kondisi/ tingkat permasalahan kesehatan, kondisi lingkungan fisik dan biologik secara tidak langsung. Selain itu dapat pula digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program pembangunan kesehatan 1. Kematian Bayi dan Balita Pada tahun 2012, berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 118 dari kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,0 per KH. Berdasarkan pencapaian tersebut maka terdapat penurunan dari tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target. Seperti diketahui bahwa angka kematian bayi adalah jumlah penduduk yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. Usia bayi merupakan kondisi yang rentan baik terhadap kesakitan maupun kematian. Angka Kematian Balita (AKBa) adalah jumlah anak yang meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun yang dinyatakan sebagai angka per kelahiran hidup. AKBa merepresentasikan risiko terjadinya kematian pada fase antara kelahiran dan sebelum umur 5 tahun. Berdasarkan data kasus kematian Anak Balita di Kota Semarang Tahun 2012 sebanyak 44 anak dari kelahiran hidup (laporan Puskesmas), sehingga diperoleh Angka Kematian Balita (AKBa) Kota Semarang sebesar 1,6 per KH. Jika dibandingkan dengan tahun 2011 terjadi

26 21 penurunan.yakni 3,5 per KH. Jika dibandingkan dengan target MDGs yang menetapkan bahwa AKBa tahun 2015 sebesar 32 per KH, maka AKBa Kota Semarang telah dibawah target. Grafik 3.1. Perkembangan AKB & AKBa Kota Semarang 18,6 16,8 12,1 10,7 4,9 3,5 2,7 1, AKB AKBa Sumber: Seksi anak & remaja Bidang Kesga Berbagai faktor dapat menyebabkan adanya penurunan AKB & AKBa, di antaranya pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya. Hal itu disebabkan AKB & AKBa sangat sensitive terhadap perbaikan pelayanan kesehatan. Selain itu, perbaikan kondisi ekonomi yang tercermin dengan pendapatan masyarakat yang meningkat juga dapat berkontribusi melalui perbaikan gizi yang berdampak positif pada daya tahan bayi terhadap infeksi penyakit. 2. Kematian Ibu Maternal (AKI) Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI terhadap perbaikan pelayanan kesehatan menjadikannya indikator keberhasilan pembangunan sektor kesehatan.

27 22 Berdasarkan laporan Puskesmas jumlah kematian ibu maternal di Kota Semarang pada tahun 2012 sebanyak 22 kasus dari jumlah kelahiran hidup atau sekitar 77,5 per KH menurun jika dibandingkan dengan tahun 2011 yaitu 31 kasus dari jumlah kelahiran hidup atau sekitar 119,9 per Grafik 3.2. Tren Angka Kematian Ibu Maternal , ,47 73,8 77, AKI Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga Grafik 3.3 Perkembangan Jumlah Kematian Ibu Maternal Kota Semarang Tahun Sumber: Seksi Ibu & Lansia, Bidang Kesga Sebanyak 11 kasus merupakan kematian ibu maternal pada masa nifas, kemudian pada waktu persalinan sebanyak 5 kasus dan masa kehamilan 6 kasus.

28 23 Grafik 3.4. Waktu Kejadian Kematian Ibu Maternal Sumber: Seksi Ibu & Lansi Bidang Kesga Sebagai upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI), telah dilaksanakan berbagai pelatihan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak diantaranya Pelatihan Asuhan Persalihan Normal (APN) yang merupakan standar pertolongan persalinan dan pendampingan persalinan dukun bayi oleh tenaga kesehatan, Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) serta yang lainnya. Grafik 3.5. Jumlah Kematian Ibu Maternal Berdasarkan Kelompok Umur Kota Semarang Tahun 2012 Sumber: Seksi Ibu & Lansia Bidang Kesga

29 24 B. STATUS GIZI BAYI & BALITA Perkembangan keadaan gizi masyarakat dapat dipantau melalui hasil pencatatan dan pelaporan program perbaikan gizi masyarakat yang tercermin dalam hasil penimbangan bayi dan balita setiap bulan di posyandu. Menurut laporan puskesmas pada tahun 2012 di Kota Semarang menunjukkan jumlah Bayi Lahir Hidup sebanyak bayi dan jumlah Balita yang ada (S) sebesar anak. Untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2012 yaitu sebanyak 165 bayi (0,6%) yang terdiri dari 71 bayi laki-laki dan 94 bayi perempuan. Sedangkan jumlah Balita yang datang dan ditimbang (D) di posyandu dari seluruh balita yang ada yaitu sejumlah balita dengan rincian jumlah balita yang naik berat badannya sebanyak anak (79,6%) dan Bawah Garis Merah (BGM) sebanyak anak (1,5%), data selengkapnya pada tabel 44. Permasalahan gizi yang masih tetap ada dan jumlah cenderung bertambah adalah masalah gizi kurang dan gizi buruk. Kurang gizi sangat dipengaruhi oleh pengetahuan masyarakat yang kurang, keadaan sosial ekonomi dan kejadian penyakit. Status Gizi Jumlah Balita Gizi Lebih Gizi baik Gizi Kurang Gizi Buruk 39 Sedangkan untuk kasus gizi buruk ditemukan sebanyak 39 kasus, mengalami peningkatan dari tahun lalu yang berjumlah 26 kasus. Dari seluruh kasus gizi buruk tersebut juga telah dilakukan intervensi khususnya upaya perbaikan gizi masyarakat dalam bentuk kegiatan pemberian PMT pemulihan selama 180 hari, perawatan serta pengobatan baik di puskesmas maupun di Rumah Sakit dengan bantuan dana program Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin)/JAMKESMAS dan APBD II

30 25 C. MORBIDITAS Morbiditas adalah angka kesakitan, dapat berupa angka insiden maupun angka prevalens dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam uatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian erhadap derajat kesehatan masyarakat. 1. Pola 10 Besar Penyakit Rumah Sakit Varicella (B01.9) Myalgia (M87) Vertigo (R42) Spondylosis (M47) Hipertensi Essensial (I10) Jantung (I21) Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06.9) Demam tifoid & paratifoid (A01) Diabetes Melitus Diare & Gastroenteritis (A09) Rumah Sakit (Kasus Rawat Inap) Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK 2. Pola 10 Besar Penyakit Puskesmas Penyakit Pulpa & Jar. Peripekal (K02) Laringitis & Trachetis (M82) Osteoporosis (J04) Dermatitis kontak alergik (L24) Kencing Manis Lainnya (E13) Penyakit Gusi & Jar. Periodental (K04) Reumatik (M79) Infeksi akut lain pd Saluran napas (J06) Pneumonia (J12) Penyakit Jantung Hipertensi (I11) Jenis Penyakit di Puskesmas Sumber: bidang pelayanan kesehatan DKK

31 26 3. Penyakit Menular a. Tuberkulosis Paru Kasus Penderita Penemuan suspek tahun 2012 sebanyak orang mengalami penurunan bila dibanding tahun Penemuan penderita TB Paru BTA positif sebanyak orang (70 %), mengalami peningkatan 143 kasus (9 %) bila dibandingkan tahun 2011(61%). Penemuan kasus TB anak sejumlah 359 kasus (13%), sama dengan dengan penemuan TB anak di tahun 2011 ( 13%) Grafik penemuan kasus TB Kota Semarang tahun suspec Tar BTA (+) BTA (+) BTA (-) TB EP TB Anak Target suspec Suspek TB Pusk 2012 N W E S Mangkang Bandarharjo Lebdosari Karangdoro Genuk Karanganyar Krobokan Bulu Lor Gayamsari Tambakaji Bangetayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Ngaliyan Pegandan Tlogosari Wetan Kedungmundu Mijen Ngesrep Sekaran Gunung Pati Srondol Rowosari Karangmalang Pudak Payung Suspec Pusk.shp 0-29 / kurang / sedang > 60 / baik Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

32 27 Prosentase Penemuan suspek tertinggi di Puskesmas Karangdoro (102 %) 397 dari target 290 suspek, ini merupakan hasil dari petugas yang aktif untuk melakukan pencarian suspek TB. Penemuan Suspek TB pada 3 tahun terakhir mengalami peningkatan, tahun 2009 ditemukan sebanyak ( 51% ), tahun 2010 ditemukan sebanyak ( 69% ) dan tahun 2011 ditemukan sebanyak ( 93% ), tetapi pada tahun 2012 ini penemuan suspek mengalami penurunan sebesar 20% ( dari 93% menjadi 73%) GRAFIK PENEMUAN SUSPEK RS, PPTI, BKPM TAHUN Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Penemuan suspek tertinggi di fasilitas pelayanan kesehatan RSUP Dr. Kariadi sejumlah 1762 suspek ( 367%) diikuti RS Islam Sultan Agung sejumlah 305 suspek ( 179%) sedangkan RS yang menemukan suspek terendah adalah RS Bhayangkara Akpol dan Klinik Asthma dr Priyadi, hal ini dikarenakan RS dan klinik tersebut kurang aktif dalam kegiatan penjaringan suspek. Grafik prosentase penemuan penderita TB Baru di Kota Semarang tahun Realisasi 14,6 35,6 55, Target

33 28 Prosentase penemuan penderita baru BTA Positif tahun 2012 mencapai 70% mengalami peningkatan 9% bila dibandingkan tahun 2011 sebesar 61%. Hal ini menunjukkan hasil dari kegiatan kontak serumah serta pencatatan dan pelaporan yang lebih baik. P % Grafik kasus TB BTA Positif berdasarkan jenis kelamin Th 2012 L % % % > % % % % % Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Penderita TB BTA (+) tahun 2012 berjumlah 1132 kasus, jenis kelamin laki laki sebanyak 657 kasus (58% ) dan jenis kelamin perempuan sebanyak 475 kasus (42%). Hal ini menunjukkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Sedangkan menurut golongan umur Penderita TB terbanyak pada golongan umur th sebanyak 243 kasus ( 23%), kemudian disusul pada golongan umur th sebanyak 228 kasus (21%), golongan umur th sebanyak 197 kasus (19%), golongan umur tahun sebanyak 165 kasus (16%), golongan umur th sebanyak 154 kasus (14%), golongan umur >65% sebanyak 71 kasus (7%) dan golongan umur 5-14 th sebanyak 4 kasus, hal ini menunjukkan bahwa penularan TB masih berlangsung disegala usia. Peta CDR Pusk 2012 W N E S Mangkang Bandarharjo Genuk Lebdosari Karangdoro Karanganyar Krobokan Bulu Lor Gayamsari Tambakaji Bangetayu Miroto Tl ogosari Kulon Manyaran Ngaliyan Pegandan Tlogosari Wetan Kedungmundu Ngesrep Mijen Gunung Pati Sekaran Srondol Rowosari Karangmalang Pudak Payung CDR Pusk.shp 0-35/ Kurang 36-69/ Sedang >70 / Sesuai target Sumber: Seksi P2ML bidang P2P

34 29 Prosentase angka Penemuan Kasus baru BTA (+) tertinggi di capai oleh Puskesmas Karangdoro (109%) target 22 kasus menemukan 24 kasus TB BTA Positif, prosentase terendah di puskesmas Pudak payung ( 11%) target 19 kasus dan menemukan 2 kasus BTA Positif. Hal ini disebabkan oleh karena kurang aktifnya petugas dalam pemberdayaan masyarakat di wilayahnya. Angka Konversi Angka konversi di tahun 2012 sampai tribulan 4 sebesar 72% (825 dari 1132 bta pos) mengalami penurunan sebesar 3% dibandingkan pada tahun 2011 (75%), hal ini dikarenakan penderita yang diobati teratur minum obat dan pemeriksaan follow up bulan ke dua belum dilaksanakan secara teratur. Untuk peta dan rangking Konversi perpuskesmas disajikan dibawah ini. Peta Konversi 2012 W N E S Mangkang Bandarharjo Genuk Krobokan Karangdoro Karanganyar Lebdosari Bulu Lor Bugangan Poncol Gayamsari Tambakaji Bangetayu Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Kagok Tlogosari Wetan Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati Padangsari Srondol Rowosari Karangmalang Pudak Payung Keterangan.shp 0-79 / Tdk sesuai Target / Sesuai target Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Ada puskesmas sudah mencapai angka konversi 100% hal itu bisa diartikan bahwa pengobatan TB fase intensif sudah teratur dan evaluasi pengobatan sudah dilaksanakan sesuai prosedur namun untuk angka konversi di Rumah sakit hanya 3 RS yang mengalami konversi lebih dari 80%, yaitu RS Banyumanik, RSPW dr. Cipto dan PPTI, hal ini kemungkinan disebabkan penderita tidak datang saat follow up karena pindah,,mangkir atau meninggal. Angka kesembuhan (Cure Rate) Angka kesembuhan tahun 2011 sebesar 63 % (650 kasus dinyatakan sembuh dari total kasus 989 yang diobati). Angka kesembuhan th 2010 masih sama dengan angka kesembuhan ditahun 2009,namun belum mencapai target nasional

35 30 yang 85%, hal ini disebabkan masih ada follow up akhir pengobatan yang tidak dilakukan oleh petugas kesehatan, yang sebagian besar adalah kasus TB yang diobati di Rumah sakit. PETA KESEMBUHAN TAHUN 2011 W N E S Mangkang Bandarharjo Genuk Krobokan Karangdoro Karanganyar Lebdosari Bulu Lor Bugangan Poncol Gayamsari Tambakaji Bangetayu Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso Pegandan Kagok Tlogosari Wetan Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Mijen Sekaran Gunung Pati Padangsari Srondol Rowosari Karangmalang Pudak Payung Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Keterangan 0-29 / Kurang / Sedang / Sesuai Target Angka kesembuhan di beberapa puskesmas sudah mencapai target namun masih ada 3 puskesmas yang angka kesembuhannya masih sangat rendah /dibawah 50% yaitu puskesmas Pudak Payung, Ngemplak Simongan dan Karang Malang, hal ini kemungkinan disebabkan karena penderita mangkir, pindah dan meninggal. Grafik Evaluasi Hasil Pengobatan Penderita TB BTA Positif Tahun 2011 % SEMBUH LENGKAP DO GAGAL PINDAH MENINGGAL Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

36 31 Evaluasi hasil pengobatan penderita TB Paru BTA positif tahun 2010 sebesar 66%, masih sama dengan evaluasi hasil pengobatan tahun Pengobatan lengkap 19% mengalami penurunan 1% dibanding 20% pada tahun 2009, penderita meninggal naik 1% dari 2% ditahun 2009 menjadi 3% pada tahun 2010, angka kegagalan masih sama pada th 2010 yaitu 1% sedangkan angka drop out 8% mengalami peningkatan sejumlah 1% bila dibanding tahun 2009 sebesar 7%, hal ini dikarenakan banyak kasus TB positif di Rumah sakit yang mangkir tidak mengambil obat dan tidak dilacak oleh petugas. b. HIV / AIDS Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Pada tahun 2012 estimasi populasi risti tertinggi dari kelompok pelanggan WPS yaitu 63,8% dari estimasi seluruh populasi risti tertular HIV, sedangkan estimasi populasi risti terendah adalah pasangan tetap waria sebesar 0,05%. Dibandingkan dengan estimasi tahun 2011 terjadi peningkatan 2 kali lipat Kumulatif Kasus HIV Tahun Desember 2012* (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Data Per Tahun 1284 Data Kumulatif Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Kasus HIV mengalami peningkatan yang signifikan pada dua (2) tahun terakhir yaitu tahun 2011 sebesar 427 orang dan tahun 2012 sebesar 520 orang.

37 32 Peningkatan kasus HIV pada tahun 2012 karena adanya peningkatan dalam upaya penemuan kasus HIV, peningkatan pada penjangkauan populasi risti, meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat umum dan populasi risti. Berdasarkan data diatas merupakan data kasus HIV yang ditemukan di Kota Semarang dari laporan klinik VCT, sehingga bukan hanya warga Kota Semarang namun juga luar wilayah Kota Semarang. Sedangkan data untuk kasus HIV tahun 2012 untuk Kota Semarang saja sebanyak 176 orang, dengan kondisi 104 orang sudah pada stadium AIDS. Grafik Kasus HIV Kota Semarang Kumulatif Kasus HIV Tahun Desember 2012* (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin Kasus HIV Tahun 2012 (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Jenis Kelamin 48% 52% 51% 49% Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan grafik pie diatas terlihat bahwa selama tahun kasus HIV lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebesar 52% dibandingkan dengan perempuan. Hal ini kemungkinan disebabkan karena mobilitas laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan sehingga resiko untuk terinfeksi HIV lebih besar sedangkan untuk tahun 2012, antara laki-laki dan perempuan yang terinfeksi HIV hamper sama yaitu dengan perbandingan 51% dan 49%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena sudah banyak perempuan yang terinfeksi HIV dari pasangannya. Sedangkan kasus HIV di Kota Semarang tahun 2012 sendiri lebih banyak laki-laki sebesar 60% dibandingkan dengan perempuan sebesar 40%.

38 Kasus HIV Tahun (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Umur < Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan data diatas dapat diketahui selama tahun kelompok umur tahun paling besar terinfeksi HIV dengan total sebanyak 831 kasus. Kumulatif Kasus HIV Tahun (Laporan Klinik VCT) di Kota Semarang Berdasarkan Kelompok Risiko Lain-Lain 19% Pasangan risti 19% Lelaki WBP Seks Lelaki 1% Waria 1% 2% WPS 13% Penasun 4% Pelanggan PS 41% Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui kumulatif kasus HIV Tahun tertinggi pada pelanggan pekerja seks yaitu sebesar 41% dan terkecil pada LSL (Lelaki Seks dengan Lelaki) dan WBP (Warga Binaan Permasyarakatan) masing-masing sebesar 1%.

39 34 Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV selama tahun di Kota Semarang sudah tersebar di seluruh kecamatan, berdasarkan data Kecamatan tertinggi kasus HIV adalah Kecamatan Semarang Utara yaitu sebanyak 27 kasus, sedangkan kasus terendah di Kecamatan Mijen yaitu sebanyak 2 kasus.

40 35 Berdasarkan gambar peta diatas dapat diketahui sebaran kasus HIV di Kota Semarang tahun 2012, kecamatan tertinggi jumlah kasus HIV adalah kecamatan Semarang Utara sebanyak 21 kasus, sedangkan kecamatan dengan kasus terendah yaitu Kecamatan Mijen sebanyak 2 kasus. 400 Kumulatif Kasus AIDS Tahun Desember 2012* 350 di Kota Semarang Total Kasus AIDS Kematian Kumulatif Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan grafik diatas dapat diketahui pada tahun 2012 jumlah kasus AIDS di Kota Semarang yaitu sebanyak 104 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 59 kasus, dan meninggal sebanyak 12 orang. Dapat diketahui jumlah kematian akibat AIDS pada tahun 2012 mengalami peningkatan yaitu 12 orang, dibanding tahun Sedangkan kumulatif kasus AIDS dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 yaitu sebanyak 339 kasus.

41 36 KASUS PENDERITA AIDS PERKECAMATAN KOTA SEMARANG TAHUN 2012 N Tugu Ngaliyan SEMARANG UTARA SEMARANG BARAT Gayamsari SEMARANG TIMUR GAJAH MUNGKUR CANDISARI GENUK Pedurungan Tembalang Mijen Gunung Pati Banyumanik kss.aids Kec Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Peta diatas menunjukkan penyebaran kasus AIDS DI Kota Semarang tahun 2012 sudah mencapai seluruh kecamatan di Kota Semarang, Kecamatan yang mempunyai kasus rendah yaitu; Kecamatan Tugu, Kecamatan Ngaliyan, Kecamatan Mijen, Kecamatan Gunungpati, Kecamatan Candisari, Kecamatan Semarang Tengah, dan Kecamatan Gayamsari. Kecamatan yang mempunyai kasus sedang yaitu; Kecamatan Banyumanik, Kecamatan Tembalang, Kecamatan Pedurungan, Kecamatan Genuk, Kecamatan Semarang Timur, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Selatan, dan Kecamatan Gajahmungkur, sedangkan kecamatan yang memiliki kasus AIDS yang tinggi yaitu Kecamatan Utara. Berbagai upaya penanganan terhadap kasus HIV / AIDS di kota semarang telah dilakukan. Berkaitan dengan penanganan ODHA, jumlah kumulatif ODHA yang memenuhi syarat ARV Tahun 2012 sebesar orang. Sedangkan kumulatif ODHA yang pernah diberi ARV di Kota Semarang sampai tahun 2012 sebanyak orang. Selanjutnya pada bulan September 2012, Dinas Kesehatan Kota Semarang mengadakan pelatihan Layanan Komprehensif Berkesinambungan yang lebih sering disingkat dengan LKB. Yang dimaksud dengan layanan komprehensif adalah upaya yang meliputi upaya promotif preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang mencakup semua bentuk layanan HIV dan IMS. Berikut ini bagan jenis layanan LKB :

42 37 Dari 37 puskesmas yang ada di Kota Semarang, 5 puskesmas sudah dilatih LKB, yaitu Puskesmas Lebdosari, Poncol, Halmahera, Ngaliyan dan Bandarharjo. Sedangkan RS yang sudah dilatih LKB adalah RSUD Kota Semarang, RS Tugurejo, dam RS Panti Wilasa Citarum.

43 38 c. Pneumonia KASUS PNEUMONIA & PNEUMONIA BERAT DI KOTA SEMARANG TAHUN Pneumonia < 1 Th Pneumonia 1-4 Th Pneumonia berat < 1Th Pneumonia berat 1-4 Th Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Jumlah penderita pneumonia <1 th pada tahun 2012 ini mengalami penurunan 525 kasus dari menjadi tetapi jumlah penderita pneumonia 1-4 th dan Pneumonia Berat < 1 th pada tahun 2012 meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jumlah penderita pneumonia umur 1-4 tahun sebanyak meningkat sebanyak 277 kasus dibanding tahun 2011, penderita pneumonia berat umur < 1 tahun sebanyak 180 balita meningkat sebanyak 165 dari tahun sebelumnya dan jumlah pneumonia berat umur 1-4 tahun sebanyak 157 kasus balita. PNEUMONIA BALITA KOTA SEMARANG TAHUN 2012 MENURUT GOLONGAN UMUR KASUS PNEUMONIA BALITA KOTA SEMARANG TAHUN 2012 MENURUT JENIS KELAMIN % < % P % L % Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

44 39 Pada tahun 2012 kasus pneumonia balita banyak terjadi pada kelompok umur 1 4 tahun sejumlah kasus (73%), pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah kasus ( 27%). Menurut jenis kelamin kasus Pneumonia Balita di Kota Semarang tahun 2012 tampak bahwa kasus pneumonia balita pada perempuan sebanding dengan kasus pneumonia balita pada laki laki. IR pneumonia dan pneumonia berat pada tahun 2012 sebesar 248 per balita menurun dibanding tahun Penurunan IR pneumonia berarti jumlah penderita pneumonia dan pneumonia berat yang ditemukan semakin menurun, hal ini dipengaruhi oleh peran serta aktif masyarakat untuk mau membawa balitanya berobat ke Puskesmas dan juga peran aktif petugas Puskesmas serta kader kesehatan di masyarakat dalam rangka menemukan penderita pneumonia balita di masyarakat. IR pneumonia per Puskesmas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta berikut ini Peta IR Pneumonia per Puskesmas Kota Semarang 2012 Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa Puskesmas yang mempunyai IR Pneumonia melebihi target 300 per balita ada 11 Puskesmas yaitu puskesmas Candi lama (1257), Halmahera (1064), Mijen ( 620), Ngesrep (596), Lamper tengah (531), Poncol (456), Bugangan (452), Karangayu (375), Karangdoro (377), Bangetayu (313), Karanganyar ( 325).

45 40 Angka kematian (CFR) akibat pneumonia dan pneumonia berat di Kota Semarang berdasarkan data dari RS tahun 2012 sebesar 0.40% (19/4649), sedangkan di Puskesmas tidak ada kasus pnemonia maupun pneumonia berat yang meninggal (CFR 0%). Cakupan penemuan penderita pneumonia dan pneumonia berat yang berobat ke Puskesmas di tahun 2012 sebesar 25% mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dengan kualitas tata laksana penderita pneumonia dan pneumonia berat adalah 100% dan tidak ada masalah dalam tata laksananya. d. Kusta Capaian kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai daerah low endemik : Prevalensi : 0,15 ( target nasional : < 1 / penduduk) CDR : 2,34 ( target nasional : < 5 / penduduk) GRAFIK PENEMUAN KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN PB MB Juml Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan grafik di atas penemuan kusta di Kota Semarang tahun 2012 berjumlah 44 - meningkat bila dibandingkan dengan tahun yang terdiri dari kusta tipe PB 3 kasus (6,8 %), dan kusta tipe MB 41 kasus (93,2 %). Hal ini tidak jauh berbeda dari tahun sebelumnya di mana prosentase kasus MB lebih besar dari

46 41 kasus PB. Adapun CDR kasus kusta tahun 2012 meningkat 0,15 dibanding tahun 2011, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah. GRAFIK CDR KASUS KUSTA KOTA SEMARANG TAHUN ,5 2,19 2,34 2 1,5 1 1,35 1,8 0,86 0, Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P GRAFIK KASUS KUSTA BERDASARKAN JENIS KELAMIN TAHUN 2012 LAKI-LAKI 70% PEREMPUAN 30% Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

47 42 KASUS KUSTA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR KOTA SEMARANG TAHUN TH 4% > 50 TH 32% TH 64% Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Berdasarkan jenis kelamin, kusta terdiri atas laki-laki ( 70 % ) dan perempuan ( 30 % ). Dominasi laki-laki, kemungkinan disebabkan karena angka mobilitas lakilaki lebih tinggi, sebagaimana teori yang dijabarkan oleh Dr. Zulkifli, M.Si. pada tulisannya, laki-laki lebih banyak dijangkiti kusta dibandingkan perempuan. Berdasarkan umur kasus kusta di Kota Semarang tahun 2012 sebagai berikut : tertinggi adalah kategori umur tahun ( 64 % ), > 50 tahun ( 32 % ), 1 15 tahun ( 4 % ). Prosentase tertinggi terdapat pada usia produktif, hal ini dikarenakan pada kelompok umur tersebut mobilitas tinggi, sehingga kemungkinan tertular kuman Baccilus leprae juga tinggi. PETA KASUS KUSTA BERDASARKAN PUSKESMAS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012 Karanganyar Bandar har jo Lebdosa ri Po ncol Ngemplak Simg Ga ya msari Genuk Bangetayu Peg andan Kagok Candi Lama Sron dol Ngesrep Puskesmas Dg Kss Kusta Tdk ada Kasus Kasus : 1-2 Kasus : 3-5 Kasus : 6-11 Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

48 43 Berdasarkan laporan Puskesmas pada tahun 2012, kasus kusta di Kota Semarang terdistribusi di 17 Puskesmas, dengan perincian sebagai berikut : Bandarharjo (11 kasus), Gayamsari (6 kasus), Ngemplak Simongan (4 kasus), Ngesrep (5 kasus), Lebdosari (3 kasus), Miroto (2 kasus), Poncol (2 kasus), Srondol (1 kasus), Pegandan (2 kasus), Bululor (1 kasus), Candilama (1 kasus), Halmahera (1 kasus), Kagok (1 kasus), Karang Anyar (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Genuk (1 kasus), Bangetayu (1 kasus). Berdasarkan kelurahan kasus kusta tahun 2012, kasus terbanyak terdapat di Kelurahan Tambakrejo (6 kasus), Bandarharjo (4 kasus), Ngemplak Simongan (4 kasus), Tanjungmas (4 kasus), Gisikdrono (2 kasus), Jangli (2 kasus), Pandean Lamper (2 kasus). Berdasarkan peta di atas cacat tingkat 2 terdapat di Puskesmas Bandarharjo (3 kasus), Bululor (1 kasus), Gayamsari (3 kasus), Lebdosari (2 kasus), Miroto (1 kasus), Pandanaran (1 kasus), Ngesrep (1 kasus), Srondol (1 kasus). Cacat kusta tingkat 2 di Kota Semarang sebanyak : 13 kasus ( 29,5 % ). Indikator nasional untuk kecacatan kusta di bawah dari 5 % dari kasus yang ditemukan. Dengan demikian kecacatan kusta tingkat 2 di Kota Semarang lebih besar dari indikator nasional. PETA KASUS KUSTA CACAT TINGKAT 1 BERDASARKAN PUSKESMAS KOTA SEMARANG TAHUN 2012 Bandarharjo Gayamsari Puskesmas dg Cacat Tk.1 Tdk ada Cacat Tk1 (1-2 kss) Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

49 44 Kasus Cacat tingkat 1 ditemukan di wilayah Puskesmas Bandarharjo (2 kasus) dan Gayamsari (1 kasus). RFT Rate MB Kusta semenjak tahun 2003 hingga tahun 2012, mengalami fluktuatif. Tahun 2012 : 19,51%, karena pengobatan masih belum selesai, berlanjut hingga tahun PROSENTASE RFT RATE MB KUSTA KOTA SEMARANG TH Prosentase ,51 Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik. Sebagaimana tujuan utama terapi medik yaitu pengobatan dengan menggunakan MDT sesuai tipe.terjadinya cacat pada kusta disebabkan kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena peradangan sewaktu keadaan reaksi. RFT Rate Kusta tipe PB tahun 2012 sebesar 100 %.

50 45 e. Diare GRAFIK PENDERITA DIARE MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2012 Axis Title < 1 th th >5 th Total Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Penderita Diare dari tahun terus meningkat namun pada tahun 2012 mengalami penurunan, hal ini disebabkan program cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang sudah di canangkan sudah diterapkan dalam kegiatan sehari hari. Tahun 2012 kasus diare menurut golongan umur banyak ditemukan pada golongan umur >5 tahun sebanyak kasus (62 %) dan terendah pada kelompok umur < 1 tahun sejumlah kasus (11.5 % ). KASUS DIARE KOTA SEMARANG TAHUN 2012 MENURUT JENIS KELAMIN P % L % Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P

51 46 Cakupan pelayanan penderita diare diketahui dengan menghitung jumlah penderita baru dibagi jumlah penduduk dikalikan Pada tahun 2012 IR (Incidence Rate) sebesar 23 per penduduk, hal ini berarti terjadi penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Angka kematian (CFR) dihitung berdasarkan jumlah penderita yang meninggal akibat penyakit diare yang berobat di Rumah Sakit sebesar 0,01 % (5/42.349) dan berdasarkan data yang masuk dapat diketahui dari tahun tidak ada laporan mengenai penderita diare yang meninggal di Puskesmas, berarti penderita diare yang berobat ke Puskesmas dan yang ditolong kader tidak ada yang meninggal. Untuk lebih jelasnya berikut ini peta IR diare per Puskesmas di Kota Semarang tahun IR DIARE 2012 N Mangkang Krobokan Karangdoro Bandarharjo Genuk Karanganyar Tambakaji Ngaliyan Bulu Lor Bugangan Lebdosari Poncol Gayamsari Halmahera Bangetayu Karangayu MirotoHalmahera Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Gayamsari Manyaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Tlogosari Wetan Purwoyoso Kagok Pegandan Candi Lama Ngesrep Kedungmundu Mijen Sekaran Gunung Pati Srondol Padangsari Rowosari Karangmalang Pudak Payung IR DIARE Rendah Sedang Tinggi Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Dari peta diatas dapat kita ketahui bahwa dari 37 Puskesmas di Kota Semarang yang IR nya sesuai dan melebihi target ( target IR 22/1000 penduduk) ada 13 puskesmas yaitu puskesmas Mangkang(35), Ngemplaksimongan ( 33), Gunungpati (30), Genuk (28), Karang anyar (28), Bandarharjo (27), Lamper tengah (27),Karang malang (26), Ngesrep (25), Bugangan (23), Bangetayu (23), Manyaran(22) dan Halmahera(21). Puskesmas yang IR diarenya < 21 per penduduk ( kurang dari target ) ada 24 Puskesmas yaitu puskesmas Padangsari, Mijen, Miroto, Kedungmundu, Karangayu, Pudakpayung, Rowosari, Krobokan, Purwoyoso, Kagok, Sekaran,

52 47 Pegandan, Pandanaran,Tlogosari wetan, Srondol, Gayamsari, Karangdoro, Poncol, Tambak Aji, Candi Lama, Bulu Lor, Tlogosari Kulon, Ngalian dan Lebdosari. Rangking IR Per Puskesmas dapat dilihat dibawah ini IR DIARE PER KECAMATAN DI KOTA SEMARANG TAHUN 2012 N Tugu Ngaliyan Mijen Sm,g. Utara Genuk Smg. Timur Smg. Tengah Smg. Barat Gayamsari Pedurungan Gajamungkur Candisari Tembalang Gunung Pati Banyumanik IR.Kec.shp Sumber: Seksi P2ML Bidang P2P Dari peta diatas dapat diketahui bahwa dari 17 kecamatan ada 6 kecamatan yang IR nya rendah yaitu kecamatan Tugu, Candisari, Gajahmungkur, Semarang Tengah, Gayamsari, Pedurungan. Cakupan pelayanan penderita diare adalah jumlah penderita diare yang berobat ke tempat pelayanan kesehatan dibagi dengan jumlah sasaran. Cakupan pelayanan penderita diare tahun 2012 sebesar 55%. Hal ini bisa diartikan kinerja petugas Puskesmas lebih baik sehingga kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan puskesmas meningkat jumlah penderita diare yang berobat ke Puskesmas menjadi semakin banyak jumlahnya. Kualitas tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi oralit dibagi dengan jumlah penderita. Kualitas tata laksana penderita diare pada tahun 2012 sudah 100%, berarti kinerja petugas diare Puskesmas bisa dikatakan baik karena kualitas tata laksana dalam hal ini adalah pelayanan pengobatan terhadap penderita diare ke Puskesmas terlayani dengan baik dan mendapatkan pengobatan yang sesuai. Masalah tata laksana penderita diare adalah jumlah penderita yang diberi infus dibagi jumlah penderita. Masalah tata laksana penderita diare di Puskesmas tahun 2012 adalah 2 %, sama dengan tahun sebelumnya. Hal ini berarti penanganan penderita diare yang berobat

53 48 ke Puskesmas ada yang sudah terjadi dehidrasi sehingga tetap memerlukan cairan infus. 4. Penyakit PD3I a. Tetanus Semarang Tahun 2012 tidak ditemukan kasus Tetanus Neonatorum (TN) di kota Meskipun Cakupan persalinan nakes dan Cakupan TT Bumil sudah melebihi target, tetapi cakupan TT Bumil tahun 2012 mengalami penurunan yaitu cakupan TT sebanyak 85%, sedangkan tahun 2011 sebanyak 92,3 % Grafik Cakupan Imunisasi Bumil dan Persalinan Nakes Tahun Jumlah Persalinan Nakes 95,27 90,17 92,15 96,7 93,19 96,08 98,2 Target Nas Cak. TT Bumil ,3 77,4 92,3 85 Target Nas. TT Sumber: Seksi PP Bidang P2P b. Difteri Tahun 2012 kasus difteri Kota Semarang sebanyak 5 kasus sama dengan tahun 2011 dan tidak ditemukan penderita meninggal dunia. Berdasarkan jenis kelamin, maka kasus ditemukan lebih banyak pada laki-laki, yaitu sebanyak 4 penderita ( 80 %,) dan perempuan sebanyak 1 penderita ( 20 % ). Berdasarkan golongan umur kasus terbanyak ditemukan pada umur antara 5-14 tahun yaitu sebanyak 60 %, hal ini berbeda dengan tahun 2011 dimana penderita terbanyak adalah umur < 1 tahun yaitu sebanyak 75 %.

54 49 Penderita difteri menurut tempat wilayah kerja Pukesmas yaitu Puskesmas Tambak aji (Kelurahan tambak aji ), Puskesmas Lamper Tengah (kelurahan lamper), Puskesmas Bandarharjo (Kelurahan Tanjung mas), Puskesmas Bulu lor (Kelurahan Panggung lor), dan Puskesmas Karangayu ( kelurahan Bojong Salaman ) PETA KASUS DIFTERI TH 2012 N Mangkang 99 Bandarharjo Genuk Karanganyar Bulu Lor Karangdoro Krobokan Bugangan Lebdosari Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Halmahera Manyaran Ngemplak Simg Pandanaran Tlogosari Kulon Ngaliyan Purwoyoso Lamper Tengah Pegandan Kagok Tlogosari Wetan Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati Srondol Rowosari Padangsari Karangmalang Pudak Payung Sum2.shp Tdk ada kasus Ada kasus Sumber: Seksi PP Bidang P2P GRAFIK KASUS DIFTERI BERDASARKAN RIWAYAT IMUNISASI TAHUN prosentase kali 3 kali > 3 kali Sumber: Seksi PP Bidang P2P

55 50 c. Campak Gambaran secara umum untuk kasus campak dari tahun dari hasil laporan mingguan (W2) puskesmas maupun rumah sakit mengalami fluktuatif. Pada tahun 2012 kasus Campak berjumlah 201 kasus mengalami penurunan dibanding tahun Kasus Campak yang ditemukan merupakan kasus Campak klinis (belum dengan pemeriksaan laboratorium). Sedangkan cakupan imunisasi juga mengalami fluktuatif walaupun dari tahun ke tahun cakupan selalu diatas target nasional (90%). Seperti terlihat pada grafik dibawah ini : KASUS CAMPAK DAN CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK TAHUN Target 85 % Cak Imun ,5 101,1 114 Campak Sumber: Seksi PP Bidang P2P Adapun lokasi kasus Campak terbanyak tahun 2012 di kecamatan Gajahmungkur berbeda dengan tahun 2011 kasus Campak terbanyak di kecamatan Semarang Barat. Sejak tahun 2010 Surveilans Campak di kota Semarang diilaksanakan berbasis laboratorium dengan kegiatan CBMS (Case Base Measles Surveilans). Pada tahun 2012 telah dilakukan pemeriksaan Serum kasus klinis Campak di Balai Laboratorium Kesehatan Yogyakarta. Dari total 26 sampel serum Campak yang dikirim ke BLK Yogyakarta, semuanya negative campak. Cakupan Imunisasi Campak digunakan untuk mengukur tingkat perlindungan / efektivitas program. Tahun 2011 cakupan imunisasi campak menurun 3,6 % jika dibandingkan dengan tahun Hal ini disebabkan karena pada tahun 2011 ada kegiatan Crash rogram Campak dan Polio sehingga masih ada masyarakat yang beranggapan tidak perlu membawa balitanya kembali untuk mendapatkan imunisasi

56 51 campak rutin karena sudah mendapatkan imunisasi campak waktu kegiatan crash program, Cakupan tahun 2012 naik 10,2% jika dibandingkan dengan tahun persen CAKUPAN IMUNISASI CAMPAK DIKOTA SEMARANG TAHUN CAK Campak 107,3 91,59 107, ,2 Target Sumber: Seksi PP Bidang P2P BIAS Campak dilaksanakan pada bulan Agustus tahun 2012 dengan sasaran siswa kelas I divaksinasi campak dengan hasil sebanyak (98,4 %) dengan target minimal 98 %. Mulai tahun 2007, cakupan BIAS Campak sudah mencapai target. BIAS CAMPAK TH 2012 N Mangkang 99 Bandarharjo Krobokan Karangdoro Genuk Karanganyar Lebdosari Bulu Lor Bugangan Tambakaji Poncol Gayamsari Bangetayu Karangayu Miroto Tlogosari Kulon Manyaran Pandanaran Ngemplak Simg Lamper Tengah Ngaliyan Purwoyoso PegandanKagok Tlogosari Wetan Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati Padangsari Srondol Rowosari Karangmalang Pudak Payung Sum2.shp

57 52 d. Polio Hasil surveilans AFP di Kota Semarang dari tahun 2006 sampai tahun 2012 selalu ditemukan kasus AFP. Hal ini disebabkan karena surveilans aktif yang sudah berjalan cukup baik.kasus AFP di tahun 2012 sebanyak 8 kasus KASUS AFP DI KOTA SEMARANG TAHUN Jumlah AFP Sumber: Seksi PP Bidang P2P Kasus AFP di kota Semarang pada tahun 2012 berada di wilayah kerja Puskesmas Tambak Aji, Tlogosari kulon, Ngesrep, Manyaran, Mijen, Pandanaran, Krobokan, dan Lebdosari. PETA DISTRIBUSI KLB BERDASARKAN PETA DISTRIBUSI PUSKESMAS AFP MENURUT TH 2012 PUSKESMAS TH 2012 N Mangkang 99 Bandarharjo Genuk Karanganyar Bulu Lor Karangdoro Krobokan Bugangan Lebdosari Poncol Gayamsari Bangetayu Tambakaji Karangayu Miroto Halmahera Tlogosari Kulon Manyaran Ngemplak Simg Pandanaran Ngaliyan Purwoyoso Lamper Tengah PegandanKagok Tlogosari Wetan Candi Lama Kedungmundu Ngesrep Sekaran Mijen Gunung Pati Srondol Rowosari Padangsari Karangmalang Pudak Payung Sum2.shp Tdk ada kasus Ada kasus

58 53 Kasus AFP yang ditemukan di kota Semarang tahun 2012 sebanyak 8 kasus, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 5 orang (62 %) dan perempuan 3 orang (26 %).Hal ini tidak berbeda jika dibandingkan dengan tahun 2011 dimana laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Dan yang terbanyak pada golongan umur 1-5 tahun sebanyak 4 orang (50 %) 5. Penyakit Bersumber Binatang a. Malaria Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di kota Semarang, angka kesakitan malaria di Semarang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir ( ) menunjukkan trend meningkat, kemungkinan besar penyakit ini bisa menimbulkan KLB bahkan hingga mewabah apabila tidak dilakukan penanganan yang memadai. Situasi angka kesakitan malaria selama tahun relatif cenderung naik, tahun 2010 sebanyak 7 kasus, tahun 2011 sebanyak 14 kasus sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 20 kasus, dan jika tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2012 terdapat peningkatan sebesar 30%. TREN KASUS MALARIA TH Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Penemuan penderita malaria diwilayah kecamatan kota Semarang menggunakan indikator Annual Paracite Incidence (API) atau angka parasite malaria per penduduk. pada tahun 2012 API kota Semarang sebesar 0,011 atau naik 0,0033 bila dibandingkan dengan API tahun 2011 sebagaimana dapat dilihat pada grafik berikut:

59 54 0,012 0,01 0,011 0,008 0,0079 0,006 0,004 0,002 0,0055 0, Selama tiga tahun terakhir ( ) kasus malaria kota Semarang sebanyak 100% adalah kasus import, karena hasil penyelidikan epidemiologi malaria di kota Semarang sebelum sakit kasus pernah tinggal/bekerja di daerah endemis malaria (Kalimantan, Papua) kasus sembuh meninggal Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari grafik diatas Kasus malaria meninggal tiga tahun terakhir ( ) sebanyak 1 kasus, tahun 2010 meninggal 0 kasus, tahun 2011 sebanyak 1 kasus dan tahun 2012 tidak ada kasus meninggal. Sedangkan rata-rata kasus malaria selama tahun sebanyak 14 kasus pertahun.

60 55 Jumlah malaria tahun 2012 kota Semarang sebanyak 20 kasus, sedang angka kematian kasus malaria tahun 2012 sebanyak 0(0%), sedangkan yang sembuh sebanyak 20 kasus (100%). Pada tahun 2012 semua kelurahan di Kota Semarang 100% API 1 sebagaimana dapat dilihat pada peta dibawah ini: N Terboyo Kulon Trimulyo Mangkang Kulon Mangunharjo Karanganyar Tanjungmas Tawangsari Kemijen Banjardowo Randugarut Tambakharjo Kaligawe Genuksari Kudu Tugurejo Tawangmas Kauman Muktiharjo Kidul Karangroto Jerakah Krobokan Wonosari Sambirejo Sembungharjo Krapyak Sekayu Tlogosari Kulon Gondoriyo Tambak Aji Bongsari Mugasari Purwoyoso Kalicari Tlogomulyo Podorejo Beringin Manyaran Tegalsari Palebon Wates Ngaliyan Kalipancur Candi Gemah Bamban Kerep Gajahmungkur Tandang Karangrejo Pesantren Sukorejo Jangli Plamongansari Wonoplumbon Sadeng Ngadirgo Kedungpane Tinjomoyo Ngesrep Sendangmulyo Wonolopo Kandri Sekaran Tembalang Jatibarang Pongangan Srondol Kulon Bulusan Meteseh Mijen Jatirejo Patemon Pedalangan Jatisari Cepoko Ngijo Kramas Banyumanik Purwosari Mjn Rowosari Pakintelan Jabungan Cangkiran Polaman Plalangan Bubakan Gunungpati Pudak Payung Sumurrejo W S Keterangan API 0% API 0,01-0,99 API > 1 E Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari 20 kasus malaria import Kota Semarang tahun 2012 menurut jenis plasmodium setelah dilakukan pemeriksaan sediaan darah sebanyak 15 kasus (75%) berplasmodium falciparum dan sebanyak 5 kasus (25%) berplasmodium Vivak. 5; 25% 15; 75% P.Falciparum P.Vivak

61 56 b. Demam Berdarah Kasus DBD Kota Semarang pada Tahun 2012 sebanyak kasus. Jumlah tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan dari Tahun 2011 yang mencapai kasus atau turun 4,1%. IR DBD tahun 2012 menjadi 70,9 turun 3,9 % dari tahun 2011 yaitu 73,87. PERKEMBANGAN IR-CFR DBD Penderita IR 107,5 165,7 190,8 76,4 180,0 74,0 110,0 74,7 45,0 81,8 116,0 164,5 126,3 196, ,1 368,7 73,87 70,9 Kematian ,0 22 CFR % 0,23 1,54 0,89 0,21 0,52 0,21 0,56 1,01 0,49 0,89 0,43 1,65 2,28 1,09 0,30 1,08 0,85 0,77 1,76 Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Pola perhitungan Dinas Kesehatan Kota Semarang menggunakan data jumlah penduduk riil. Yang dimaksud penduduk riil adalah orang yang tinggal di Kota Semarang dengan tidak memperhatikan apakah dia beridentitas Kota Semarang maupun tidak. Termasuk anak kost, kontrak atau orang yang tinggal di Kota Semarang dalam waktu yang cukup lama. Berdasarkan data yang diolah Incidence Rate (IR) DBD Kota Semarang dari Tahun 2006 sampai dengan Tahun 2012 selalu jauh lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah dan IR DBD Nasional. Tahun 2012 IR DBD Kota Semarang 3 kali lebih tinggi dari IR DBD Jawa Tengah.

62 57 IR DAN CFR DBD KOTA SEMARANG, JAWA TENGAH DAN INDONESIA TH TH TH TH TH TH TH KOTA SEMARANG 129,4 197, ,1 368,7 73,87 70,9 JAWA TENGAH 33, ,4 61,4 13,7 19,29 INDONESIA 52,5 71, ,7 Jumlah Penderita DBD Laki-laki Tahun 2012 adalah 619 kasus atau 49,52%, sisanya atau 631 (50,48%) adalah Perempuan. Proporsi menurut jenis kelamin pada penderita DBD tidak terlalu signifikan. PROPORSI KASUS DBD KOTA SEMARANG TAHUN 2012 Perempuan ,48% Laki-laki ,52% Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Kasus DBD berdasarkan golongan umur terbanyak pada golongan umur 5 9 tahun yaitu sebanyak 320 kasus atau 26% dan terendah pada golongan umur > 60 th, sebanyak 9 kasus atau 0,7%. Jika dilihat dari sudut lebih luas lagi maka golongan usia balita dan usia sekolah paling dominan

63 58 GRAFIK PENDERITA DBD MENURUT KEL. UMUR TH th 55 4,4% th 83 6,6% th 102 8,2% th 42 3,4% th 34 2,7% th 31 2,5% th 14 1,1% th 18 1,4% 55- > 60 th 59th ,7% 2,6% < 1 TH 23 1,8% 1-4th ,3% 5-9 th ,6% 10-14th ,7% Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P 250,0 GRAFIK BULANAN DBD TAHUN ,0 150,0 100,0 50,0 - JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGUST SEPT OKT NOP DES P M P M Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Jika dilihat dari waktu kejadian peningkatan kasus DBD Tahun 2012 ada di tribulan kedua (April, Mei, Juni), kemudian kembali turun di tribulan ketiga dan mulai naik di tribulan keempat. Model curve seperti Tahun 2012 tidak seperti yang terjadi selama ini. Kejadian kasus terendah Tahun 2012 terjadi di bulan Agustus dengan jumlah penderita 51 orang sedangkan pada Tahun 2011 terjadi di bulan November 2011 dengan 33 orang penderita. Kejadian tertinggi kasus DBD Tahun 2012 terjadi di bulan April dengan 155 kasus sedangkan pada Tahun 2011 terjadi di bulan dengan

64 59 kasus Maret 215 kasus. Untuk kasus meninggal terbanyak Tahun 2012 juga terjadi di Bulan April dengan jumlah kematian 6 orang sedangkan Tahun 2011 terjadi di Bulan Maret yaitu 3 orang. Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Tahun 2012 jumlah kelurahan endemis 143 kelurahan turun dari 152 kelurahan di Tahun ABJ DAN KASUS TAHUN ,12 90, , Th Th Th ABJ - Dari gambaran grafik di atas terlihat bahwa ABJ yang meningkat dapat menurunkan kasus DBD. Hal tersebut jelas berhubungan sangat signifikan karena DBD hanya dapat ditularkan melalui nyamuk, sehinga ABJ merupakan salah satu indikator yang paling valid untuk menggambarkan trend DBD.

65 60 Jika dibandingkan dengan grafik curah hujan, tahun 2008 sampai dengan 2011 peningkatan curah hujan ada di tri bulan pertama kemudian turun dan kembali naik pada tribulan keempat, gambaran tersebut hampir sama dengan kejadian kasus DBD dimana puncak kejadian DBD ada di tribulan pertama kemudian turun terus dan mulai naik lagi pada tribulan keempat. Pada Tahun 2012 Peningkatan kasus tidak seperti tahun tahun terdahulu. Pada Tahun 2012 peningkatan curah hujan sama seperti pada umumnya yaitu terjadi di tribulan pertama tetapi peningkatan kasus terjadi di tribulan kedua (April, Mei Juni). Pada tribuan berikutnya kasus DBD dan curah turun dan kembali meningkat di tribulan keempat KASUS DBD DAN CURAH HUJAN TH SAMPAI DENGAN TH Kasus Curah Hujan JanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktNovDesJanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktNovDesJanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktNovDesJanFebMrtAprlMeiJunJulAgst SeptOktNovDesJANFEBMARAPRMEI JUNI JULI AGUST SEPTOKTNOPDES Kasus Curah Hujan Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P KASUS DAN CURAH HUJAN TAHUN 2007 SAMPAI DENGAN TAHUN Kasus Curah Hujan Linear (Kasus) Linear (Curah Hujan)

66 61 Dari grafik di atas terlihat bahwa kecenderungan penurunan jumlah kasus DBD dan curah hujan dari Tahun 2007 sampai dengan Penurunan penurunan kasus DBD lebih ekstrem di banding penurunan curah hujan Angka Kematian Jumlah penderita yang meninggal mengalami kenaikan dari 10 orang di tahun 2011 menjadi 22 orang di tahun Sehingga CFR DBD dari pada Tahun 2011 sebesar 0,77% naik menjadi 1,76% pada Tahun 2012 atau naik 125,7 %. Kasus kematian terbanyak Tahun 2012 pada Bulan April dengan 6 kasus kematian. Tahun 2011 kasus kematian terbanyak pada Bulan Maret. Sejak Tahun 1994 sampai dengan 2012 jumlah kasus dan kematian tertinggi pada Tahun 2010 yaitu kasus dan 47 meninggal. IR tertinggi juga pada Tahun 2010 yaitu 368,7 per dan CFR tertinggi pada Tahun 2006 yaitu 2,28% Dilihat dari jumlah kejadian DBD ditingkat kota, Tahun 2011 tidak terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) tetapi pada Bulan Januari 2012 terjadi KLB. Penentuan KLB menggunakan dasar dua kali atau lebih kasus dari periode sebelumnya (Perda Kota Semarang no. 5 Tahun 2012 tentang Pengendalian DBD). c. Chikungunya Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa Incidence Rate (IR) kasus Chikungunya di Kota Semarang dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 cenderung mengalami penurunan. Rata rata IR kasus Chikungunya dalam 5 tahun

67 62 terakhir (tahun ) adalah 11,3 per penduduk. Kasus tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan IR 22,9 per penduduk (345 kasus). Sedangkan pada tahun 2012 mengalami penurunan IR yang cukup sigifikan dari tahun 2011 yaitu sebesar 47,5% dengan IR 3,52 per penduduk (62 kasus). Jika dihubungkan menurut bulan kejadian dapat dilihat bahwa kasus Chikungunya pada tahun 2012 mengalami penurunan yang yang tajam dari Bulan Maret ke bulan selanjutnya hingga pada Bulan Juli dan seterusnya tidak ditemukan lagi kasus Chikungunya. Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari tahun , kasus Chikungunya lebih banyak menyerang perempuan, hal ini kemungkinan disebabkan karena perempuan lebih banyak tinggal di rumah dibandingkan dengan laki-laki. Disamping itu kasus ini banyak menyerang golongan usia produktif, yaitu usia tahun.

68 63 Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari peta di atas dapat dilihat bahwa kasus Chikungunya ditemukan di kecamatan yang letaknya saling berdekatan. Terdapat 2 kecamatan yang IR Chikungunya di atas rata rata IR Kota Semarang 5 tahun terakhir yaitu Kecamatan Candisari dan Gayamsari. Sedangkan 5 kecamatan lainnya memiliki IR Chikungunya di bawah rata rata IR Kota Semarang. Walaupun hanya terjadi di 7 kecamatan, munculnya Chikungunya di kecamatan yang sebelumnya tidak ada kasus harus tetap diwaspadai. Terutama di kecamatan yang berdekatan atau berbatasan

69 64 langsung dengan kecamatan lain yang sudah ditemukan kasus Chikungunya, seperti pada Kecamatan Semarang Tengah dan Tembalang. Penanganan Kasus Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan pada setiap laporan adanya kasus Chikungunya. Pada tahun 2012, dari 62 kasus Chikungunya yang ditemukan, hanya 61 kasus yang telah dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (98,4%). Hal ini disebabkan karena ada 1 kasus yang terlambat dilaporkan dari Rumah Sakit (dilaporkan > 1 bulan), Indikator Pelaksanaan Penyelidikan Epidemiologi oleh Puskesmas antara lain target Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk PE 24 jam dan target Rencana Strategis (Renstra) Kota Semarang untuk PE 48 jam. Selama tahun 2012 telah dilakukan Fogging Focus di 4 wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Candi Lama, Gayamsari, Tlogosari Kulon dan Padangsari. Ketiga kejadian di Puskesmas tersebut masuk dalam Kejadian Luar Biasa (KLB) Chikungunya KLB Chikungunya pada tahun 2012 terjadi di 4 wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Candi Lama, Gayamsari, Tlogosari Kulon, dan Padangsari. Wilayah Puskesmas Candi Lama yang mengalami KLB adalah Jl. Cinde RT 5, 6, dan 7 RW VIII, Kelurahan Jomblang. Wilayah Puskesmas Gayamsari yang mengalami KLB adalah Jl. Kanguru RT 2, 3, dan 4 RW IV, Kelurahan Gayamsari. Wilayah Puskesmas Tlogosari Kulon yang mengalami KLB adalah Jl. Wahyu Temurun RT 5 RW XXI, Kelurahan Tlogosari Kulon. Sedangkan wilayah Puskesmas Padangsari yang mengalami KLB adalah RT 8 RW II, Kelurahan Padangsari dan RT 2 RW V, Kelurahan Pedalangan. d. Rabies Selama empat tahun terakhir ( ) angka GHPR Gigitan Hewan Penular Rabies Kota Semarang mengalami peningkatan, tahun 2009 kasus GHPR sebanyak 9 kasus, tahun 2010 sebanyak 19 kasus, tahun 2011 sebanyak 38 kasus dan tahun 2012 sebanyak 36 kasus. Jika dibandingkan GHPR tahun 2011 dan tahun 2012 terdapat penurunan kasus sebanyak 2 (5.3%) sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini:

70 65 Grafik GHPR tahun Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Kasus GHPR Kota Semarang tahun 2012 menurut jenis kelamin sebagaimana pada grafik dibawah, laki-laki sebanyak 22(61%), sedang perempuan sebanyak 14 (39%). Dari grafik juga dapat dilihat kasus GHPR kota Semarang tahun 2012 menurut golongan umur, tertinggi kasus berumur tahun sebanyak 15 kasus (42%), sedang terendah kasus GHPR berumur 0-5 tahun sebanyak 3 kasus (8%). P 14 39% 3; 8% 6; 17% L 22 61% 4; 11% 8; 22% 15; 42% Menurut pemetaan distribusi kasus GHPR di Kota Semarang tahun 2011 dan tahun 2012 terdapat pengelompokan kasus yaitu diwilayah tengah Kota Semarang, dimana diwilayah tersebut merupakan tempat hunian padat dan banyak yang memelihara hewan penular rabies (Anjing, kera dan kucing).

71 66 Peta GHPR tahun 2012 W N E S Trimulyo Mangunharjo Karanganyar Tanjungmas Kemijen Genuksari Randugarut Tambakharjo Kudu Tugurejo Tawangmas Muktiharjo Kidul Wonosari Jerakah Krobokan Tlogosari Kulon Tambak Aji Bongsari Gondoriyo Purwoyoso Tlogomulyo Podorejo Tegalsari Kalicari Ngaliyan Wates Kalipancur Candi Tandang Pesantren Sukorejo Jangli Wonoplumbon Sadeng 3 Ngesrep Sendangmulyo Wonolopo Kandri Sekaran Bulusan Mijen Patemon Meteseh Jatisari Cepoko Ngijo Kramas Rowosari Tambangan Plalangan Jabungan Cangkiran Gunungpati Pudak Payung Bubakan Sumurrejo Keterangan Tdk ada kasus Ada Kasus Sumber: Seksi P2B2 Bidang P2P Dari total kasus GHPR Kota Semarang tahun 2012, sebanyak 35 (97%) kasus GHPR diberikan Vaksin Anti Rabies (VAR) sedangkan 1 (3%) kasus GHPR tidak diberikan VAR karena luka garukan atau lecet/luka kecil disekitar tangan dan kaki serta keadaan hewan pada waktu menggigit dalam kondisi sehat (Tdk ada perubahan tabiat, senang bersembunyi ditempat-tempat yang gelap dan dingin, tdk menyerang dan menggigit apa saja yang dijumpai, tdk kejang-kejang dll). Kasus diberikan VAR kurang dari 24 jam sejak diinformasikan. e. Leptospirosis Kasus Leptospirosis di Kota Semarang meningkat dari tahun 2007 sampai dengan 2009, terjadi penurunan pada tahun 2010 dan 2011,kasus meningkat kembali pada tahun 2012, sedangkan untuk angka kematian mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari tahun 2010 ke tahun 2011,dan kembali menurun pada tahun 2012, hal ini kemungkinan disebabkan karena ketidaktahuan penderita atau pengetahuan masyarakat tentang penyakit Leptospirosis sehingga terjadi keterlambatan dalam penanganannya.

72 67 GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS P M CFR Kasus leptospirosis di Kota Semarang menyebar di 21 Puskesmas dari 37 Puskesmas,seperti terlihat pada grafik dibawah. Berdasarkan IR atau angka kesakitan Leptospirosis tahun 2012, ada 14 Puskesmas dengan IR 0,1-10 / penduduk yaitu Puskesmas Bandarharjo, Gayamsari, Pegandan, Tlogosari Kulon, Bulu Lor, Banget Ayu, Kagok, Ngesrep, Poncol, Karangdoro, Lamper Tengah, Tlogosari Wetan, Mijen, Tambak Aji, sedangkan 7 Puskesmas dengan IR > 10/ pendududk, yaitu Puskesmas Kedung Mundu, Halmahera, Pandanaran, Ngemplak Simongan, Candi Lama, Sekaran, dan Bugangan. Berdasarkan Internasional Leptospirosis Society ( ILS ) IR < 10 / penduduk adalah rendah dan > 100 / penduduk adalah tinggi.

73 68 GRAFIK KASUS LEPTOSPIROSIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN 2012 GRAFIK KSS LEPTOSPIROSIS BERDASARKAN GOL.UMUR 2012 PEREM PUAN 47% LAKI- LAKI 53% 49% 17% 4% 5% % % > 50 Kasus leptospirosis berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2012 lebih banyak yang laki-laki yaitu sebanyak 43 kasus ( 53 % ) dibandingkan perempuan 38 kasus ( 47 % ). Sedangkan kjasus bnerdasarkan kelompok umur yang tertertinggi adalah kelompok umur > 50 th, yaitu sebanyak 40 kasus ( 49 % ), sedangkan kasus terendah pada kelompok umur tahun yaitu sebanyak 3 kasus ( 4 % ). Hal ini menunjukkan bahwa penyakit Leptospirosis dapat menyerang segala umur bahkan balita, seperti terlihat pada grafik di atas. f. Flu Burung Kota Semarang tahun 2012 tidak ditemukan adanya konfirm flu burung tetapi ada beberapa wilayah kelurahan yang melaporkan tentang adanya unggas yang mati dan setelah dilakukan pemeriksaan rapid hasilnya negatif H5N1 sedang yang dicurigai suspek flu burung 1 orang. Suspec flu burung di Kota Semarang selama tahun terjadi penurunan, tahun 2009 sebanyak 8 suspec, tahun 2010 sebanyak 3 suspec, tahun 2011 sebanyak 1 suspec dan tahun 2012 sebanyak 1 suspek flu burung dan berjenis kelamin perempuan. Sebagaimana dapat dilihat pada grafik dibawah ini: P L

74 69 Distribusi kasus suspec flu burung Kota Semarang tahun 2011 berasal dari kelurahan Karangroto sedang pada tahun 2012 berasal dari kelurahan Pindrikan kidul. Peta kasus suspec flu burung kota Semarang tahun Tahun 2011 Tahun 2012 N W E S Pindrikan Kidul keterangan.shp tdk ada suspek ada suspek Kecamatan di Kota Semarang yang positif H5N1 pada unggas tahun 2011 sebanyak 14 kecamatan (87,5%) dan yang negatif sebanyak 2 kecamatan (12,5%), sedangkan pada tahun 2012 sebanyak 15 kecamatan (93,7%) dan hanya 1 kecamatan yang masih negatif yaitu Kecamatan Semarang Timur. Jumlah laporan kematian unggas di Kota Semarang tahun 2012, kelurahan Mangkang Wetan sebanyak 157 ekor, kelurahan Karangroto sebanyak 120 ekor, dan kelurahan Mangunharjo Kec Tugu sebanyak 43 ekor. g. Penyakit Tidak Menular Perhatian terhadap penyakit tidak menular semakin meningkat seiring meningkatnya frekuensi kejadian penyakit di masyarakat. Di Indonesia terjadi perubahan pola penyakit yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, yang dikenal sebagai transisi epidemiologi. Penyakit tidak menular yang utama adalah penyakit jantung termasuk kardiovaskuler, paru-paru terutama yang kronis, stroke dan kanker. Dan angka penyakit tidak menular di Indonesia terus meningkat, pada Tahun 2009 kematian akibat penyakit tidak menular sebesar 993 kasus, Tahun 2010 sebesar 907 kasus, Tahun 2011 sebesar kasus dan tahun 2012 meningkat menjadi kasus.

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3

KATA SAMBUTAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 DAFTAR ISI hal. KATA SAMBUTAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN i ii iv v x BAB I PENDAHULUAN 1 BAB II GAMBARAN UMUM 3 A. KEADAAN PENDUDUK 3 B. KEADAAN EKONOMI 8 C. INDEKS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber.

Seluruh isi dalam buku ini dapat dikutip tanpa izin, dengan menyebut sumber. Pelindung/ Penasehat : Dr. dr. H. Rachmat Latief, SpPD., M.Kes., FINASIM drg.hj. Susilih Ekowati, M.Si Pengarah : Hj. Asmah, SKM., M.Kes Penyusun : Mohamad Nur, SKM Syahrir, S.Kom Agusyanti, SKM Nurmiyati

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1118KM2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 367 3 JUMLAH PENDUDUK 1 576,544 561,855 1,138,399 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 469,818 464,301 934,119.0 5 PENDUDUK 10 TAHUN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1.753,27 KM 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 309 3 JUMLAH PENDUDUK 1 2,244,772 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 KABUPATEN CIREBON NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM - 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 381/ 5 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 972 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 192 3 JUMLAH PENDUDUK 1 852,799 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 682,447 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 343 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI SMP+ 6 JUMLAH BAYI

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 8,5 Ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 68 3 JUMLAH PENDUDUK 50,884 493,947,004,83 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 407,97 382,66 790,533 5 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 299,019 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 417 desa/17 kel 3 JUMLAH PENDUDUK 1 5,077,210 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 17,650 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 20,994 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 DESA=309 KEL=8-3 JUMLAH PENDUDUK 1 869,767 819,995 1,689,232 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 673,079 551,261 1,224,340 5 PENDUDUK

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 203 K0TA TASIKMALAYA NO INDIKATOR TABEL A. GAMBARAN UMUM LUAS WILAYAH 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 3 JUMLAH PENDUDUK 4 PENDUDUK 0 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 0

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 305,519 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 442 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1,277,610 1,247,873 2,525,483 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 belum mendapat data dari BPS 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 Kabupaten 3 JUMLAH PENDUDUK 1 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati

KATA PENGANTAR dr. Hj. Rosmawati KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 1762,4 km2 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 desa 270+ kel 10 = 280 3 JUMLAH PENDUDUK 1 341700 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 2388161 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i

KATA PENGANTAR Masyarakat Kolaka yang Sehat, Kuat. Mandiri dan Berkeadilan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2016 Hal. i KATA PENGANTAR Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Taufik dan Hidayah - NYA, sehingga buku Profil Kesehatan Tahun dapat disusun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun merupakan gambaran pencapaian

Lebih terperinci

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM

Tim Penyusun Pengarah : dr. Hj. Rosmawati. Ketua : Sitti Hafsah Yusuf, SKM, M.Kes. Sekretaris : Santosa, SKM KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena kami dapat menyelesaikan Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka 2014 ini dengan baik. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan. kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas ijin dan kehendak-nya sehingga Laporan Tahunan dan Profil Kesehatan Puskesmas Kecamatan Matraman Tahun 2017 selesai disusun. Laporan Tahunan dan Profil

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 167 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 151 3 JUMLAH PENDUDUK 1 1260565 1223412 2483977 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 1083136 1048577 2131713 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE

Lebih terperinci

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013

RESUME HASIL DESK PROFIL KESEHATAN 2013 A. GAMBARAN UMUM 1 LUAS WILAYAH 1 4037,6 ha 2 JUMLAH DESA/KELURAHAN 1 15 3 JUMLAH PENDUDUK 1 558178 4 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS MELEK HURUF 4 327536 5 PENDUDUK 10 TAHUN KE ATAS DENGAN PENDIDIKAN TERTINGGI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA DINAS KESEHATAN TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini:

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun 2013 i KATA PENGANTAR i Kami panjatkan puji syukur alhamdulillah kehadirat Allah Subhanahu wa ta ala, atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, akhirnya penyusunan Buku ini dapat kami selesaikan. Dan kami

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR GRAFIK... I II VII VIII X BAB I PENDAHULUAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTA BANDUNG A. GEOGRAFI... 4 B. KEPENDUDUKAN / DEMOGRAFI...

Lebih terperinci

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Kata Sambutan KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI SULAWESI SELATAN Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rakhmatnya sehingga buku Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

RESUME PROFIL KESEHATAN DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 RESUME PROFIL KESEHATAN NO A. GAMBARAN UMUM L P L + P Satuan 1 Luas Wilayah 37.116,5 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5.918 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 22.666.168 21.882.263 44.548.431 Jiwa

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN KABUPATEN / KOTA Dl JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SITUBONDO, Menimbang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan

KATA PENGANTAR. semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran, tenaga dan KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan atas kemurahan dari Alloh yang Maha Kuasa bahwasannya buku Profil Kesehatan Kabupaten Rembang tahun 2012 telah dapat diterbitkan. Buku Profil Kesehatan Kabupaten

Lebih terperinci

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat.

Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat. Pada misi V yaitu Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesbilitas Kesehatan Masyarakat telah didukung dengan 8 sasaran sebagai

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI KEP. BANGKA BELITUNG TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN NO KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN WILAYAH

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah Dr. Widoyono, MPH Kepala Dinas Kesehatan. Ketua A. Arief Pramudiyanto, SE Kepala Bidang PKPKL. Redaktur Endang S, SKM, M.

TIM PENYUSUN. Pengarah Dr. Widoyono, MPH Kepala Dinas Kesehatan. Ketua A. Arief Pramudiyanto, SE Kepala Bidang PKPKL. Redaktur Endang S, SKM, M. i ii TIM PENYUSUN Pengarah Dr. Widoyono, MPH Kepala Dinas Kesehatan Ketua A. Arief Pramudiyanto, SE Kepala Bidang PKPKL Redaktur Endang S, SKM, M.Kes Editor Hanif Pandu S, SKM, M.Kom Desain Grafis Gatot

Lebih terperinci

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR

REVIEW INDIKATOR RENSTRA DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR REVIEW INDIKATOR DINAS KESEHATAN KOTA BOGOR 2015-2019 MISI 1 : Menyediakan sarana dan masyarakat yang paripurna merata, bermutu, terjangkau, nyaman dan berkeadilan No Tujuan No Sasaran Indikator Sasaran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol.

KATA PENGANTAR. Kolaka, Maret 2012 Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, dr. Hj. Rosmawati NIP Pembina Tk. I Gol. KATA PENGANTAR Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah dan nayah-nya atas tersusunnya Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka Tahun. Profil Kesehatan Kabupaten Kolaka merupakan salah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 738 TAHUN : 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SERANG Menimbang : DENGAN

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Lampiran BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang. B. Sistematika

Lebih terperinci

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas

TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas Indikator Kinerja Utama Pemerintah Kota Tebing Tinggi 011-016 3 NAMA UNIT ORGANISASI : DINAS KESEHATAN TUGAS POKOK : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) Instansi Visi : DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR : Mewujudkan Masyarakat Jawa Timur Mandiri untuk Hidup Sehat Misi : 1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan 2.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas

KATA PENGANTAR. Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung system manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PROFIL DINAS KESEHATAN

PROFIL DINAS KESEHATAN PROFIL DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA PENGANTAR Alhamdulillahirrabbil alamiin. Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan

Lebih terperinci

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP

Malang, 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. dr. Asih Tri Rachmi Nuswantari, MM Pembina Utama Muda NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2013. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP

Malang, 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA MALANG, Dr. SUPRANOTO, M.Kes. Pembina Tingkat I NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Dinas Kesehatan Kota Malang dapat menyelesaikan penyusunan Profil Kesehatan Kota Malang Tahun 2012. Profil Kesehatan ini disusun untuk

Lebih terperinci

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data

Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Formulasi Penghitungan Sumber Data Tabel 4.1 INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017-2019 Lampiran 2 No Sasaran Strategis 1 Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi

Lebih terperinci

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2016 i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2014 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG i KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN

BAB I PENDAHULUAN PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Gorontalo, Agustus 2011 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI GORONTALO KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Provinsi

Lebih terperinci

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN

JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2015 JUMLAH KELAHIRAN TABEL 4 JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN/KOTA SE JUMLAH KELAHIRAN KABUPATEN KOTA LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI HIDUP + MATI HIDUP MATI

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 37,117 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 5891 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan UU No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DINAS KESEHATAN KABUPATEN KEDIRI No SASARAN STRATEGIS No 1 Meningkatnya pelayanan kesehatan 1 Penurunan Angka 17 pada ibu, neonatus, bayi, balita

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1. IV.2. VISI Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur sebagai salah satu dari penyelenggara pembangunan kesehatan mempunyai visi: Masyarakat Jawa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013

KATA PENGANTAR. Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 kk KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan inayah-nya sehingga Buku Profil Kesehatan Kota Pekalongan Tahun 2013 ini dapat terselesaikan dengan baik. Buku

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. Gambar 2.1. Peta Kota Semarang

BAB II GAMBARAN UMUM. Gambar 2.1. Peta Kota Semarang 49 BAB II GAMBARAN UMUM 2.1 Peta Kota Semarang Gambar 2.1 Peta Kota Semarang Sumber: semarangkota.go.id 2.1.1 Kondisi Geografis Kota Semarang Semarang adalah ibu kota provinsi jawa tengah, sekaligus menjadi

Lebih terperinci

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 1 BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja pada Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar secara umum sudah sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang terukur berdasar Rencana Strategis yang mengacu

Lebih terperinci

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47

RPJMD Kab. Temanggung Tahun I X 47 2 KESEHATAN AWAL TARGET SASARAN MISI 212 213 214 215 216 217 218 218 Kunjungan Ibu Hamil K4 % 92,24 95 95 95 95 95 95 95 Dinas Kesehatan Jumlah Ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 1 BAB II PERENCANAAN KINERJA Dalam mencapai suatu tujuan organisasi diperlukan visi dan misi yang jelas serta strategi yang tepat. Agar lebih terarah dan fokus dalam melaksanakan rencana strategi diperlukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN

PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH DINAS KESEHATAN KANTOR PEMERINTAH KOTA PRABUMULIH LANTAI V JL. JEND SUDIRMAN KM 12 CAMBAI KODE POS 31111 TELP. (0828) 81414200 Email: dinkespbm@yahoo.co.id KOTA PRABUMULIH Lampiran

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 440 / 104 / KPTS / KES / 2015 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS DINAS KESEHATAN Jl. Pangeran Moehamad Amin Komplek Perkantoran Pemkab Musi Rawas Telp. 0733-4540076 Fax 0733-4540077 MUARA BELITI KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013

LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 LAMPIRAN PENETAPAN KINERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET PROGRAM /KEGIATAN (1) (2) (3) (4) (5) I Meningkatnya kualitas air 1 Persentase

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

KATA PENGANTAR. PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM

BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 2014 GAMBARAN UMUM BUKU SAKU DINAS KESEHATAN KOTA MAKASSAR TAHUN 214 GAMBARAN UMUM Kota Makassar sebagai ibukota Propinsi Sulawesi Selatan dan merupakan pintu gerbang dan pusat perdagangan Kawasan Timur Indonesia. Secara

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN 2012 -1- BAB I PENDAHULUAN Penyelenggaraan upaya kesehatan yang bermutu dan mengikuti perkembangan IPTEK, harus lebih mengutamakan pendekatan promosi, pemeliharaan, peningkatan kesehatan, dan pencegahan penyakit.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, September 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA. dr. R. KOESMEDI PRIHARTO, Sp.OT,M.Kes NIP KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu memberi rahmat dan hidayah Nya sehingga dapat tersusunnya Profil Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2015. Profil

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar belakang Derajat kesehatan yang tinggi merupakan salah satu perwujudan dari kesejahteraan umum masyarakat Indonesia. Oleh karena itu salah satu agenda pemerintah dalam rangka pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012

PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN 2012 PROFIL PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN PUSKESMAS KARANGASEM I TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman tingkat persaingan di bidang kesehatan semakin meningkat demikian

Lebih terperinci

TIM PENYUSUN. Pengarah Dr. Widoyono, MPH Kepala Dinas Kesehatan. Ketua A. Arief Pramudiyanto, SE Kepala Bidang PKPKL. Redaktur Endang S, SKM, M.

TIM PENYUSUN. Pengarah Dr. Widoyono, MPH Kepala Dinas Kesehatan. Ketua A. Arief Pramudiyanto, SE Kepala Bidang PKPKL. Redaktur Endang S, SKM, M. i ii TIM PENYUSUN Pengarah Dr. Widoyono, MPH Kepala Dinas Kesehatan Ketua A. Arief Pramudiyanto, SE Kepala Bidang PKPKL Redaktur Endang S, SKM, M.Kes Editor Hanif Pandu S, SKM, M.Kom Desain Grafis Gatot

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran...

DAFTAR ISI. Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... DAFTAR ISI Sambutan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Batang Hari... Daftar isi... Daftar tabel... Daftar Grafik... Daftar Bagan... Daftar Lampiran... i ii iii iv v vi Bab I Bab II Bab III Bab IV Bab V

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2012 Penanggung jawab : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah Pelaksana : Kepala UPT Surveilans, Data dan Informasi Tim Penyusun : - Seksi Data

Lebih terperinci

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau

Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau Perencanaan Pembangunan Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau 1 1. Pendahuluan Pembangunan kesehatan bertujuan untuk: meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii -

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN ii - PROFIL KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG - ii - DAFTAR ISI Judul Halaman Halaman Judul... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii Daftar Gambar... iv Daftar Tabel... v BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II GAMBARAN

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 (PERUBAHAN ANGGARAN) PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel

Lebih terperinci

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN. tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. KETENAGAAN Situasi ketenagaan di Puskesmas Banguntapan III berubah dari tahun ke tahun. Berikut data ketenagaan pegawai di Puskesmas Banguntapan III per 31 Desember

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN PROVINSI BENGKULU TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN TABEL 1 LUAS WILAYAH, DESA/KELURAHAN, PENDUDUK, RUMAH TANGGA, DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KABUPATEN/KOTA LUAS RATA-RATA KEPADATAN KABUPATEN/KOTA WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK DESA

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN

SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS KESEHATAN Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2015 KESEHATAN Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Sarana Kesehatan

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016

PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 PROFIL KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2016 DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH Jl. Piere Tendean No. 24 Semarang Telp. 024-3511351 (Pswt.313) Fax. 024-3517463 Website : www.dinkesjatengprov.go.id

Lebih terperinci

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta 2014 Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta KATA PENGANTAR Profil Kesehatan merupakan data dan informasi yang menggambarkan situasi dan kondisi Kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA

HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA HASIL KEGIATAN PUSKESMAS BALARAJA I.Upaya Promosi Kesehatan A. Penyuluhan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Rumah Tangga : Rumah di Periksa : 1050 Target : 75 % x 1050 = 788 2. Institusi Pendidikan sekolah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA

PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PEMERINTAH KABUPATEN BOMBANA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOMBANA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOMBANA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN MADIUN TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, serta atas berkat dan rahmat-nya, buku Profil Kesehatan Kabupaten Madiun Tahun 2012 dapat diterbitkan. Profil Kesehatan

Lebih terperinci

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN

MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Kesehatan Masyarakat SATU AN MISI 5 Mewujudkan Peningkatan Budaya Sehat dan Aksesibilitas Masyarakat No PROGRAM SI AWAL PENGGU NG WAB 1 Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Cakupan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG

KATA PENGANTAR. Tulungagung, Juni 2015 KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN TULUNGAGUNG KATA PENGANTAR Dalam rangka penyediaan data atau informasi kesehatan, kualitas serta pemanfaatan guna mendukung sistem manajemen di Dinas Kesehatan, maka penyajian informasi kesehatan yang akurat, tepat

Lebih terperinci

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERNYATAAN PERJANJIAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN SUKABUMI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH

RENCANA AKSI KINERJA DAERAH (RAD) DINAS KESEHATAN KABUPATEN KERINCI TAHUN Target ,10 per 1000 KH Sasaran No. Strategis 1. Mengembangkan dan meningkatkan kemitraan dengan masyarakat, lintas sektor, institusi swasta, organisasi profesi dan dunia usaha dalam rangka sinergisme, koordinasi diantara pelaku

Lebih terperinci

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk

Target Tahun. Kondisi Awal Kondisi Awal. 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 0,12 Program pengadaan, peningkatan dan penduduk (tiap 1000 penduduk PEMERINTAH KOTA MALANG MATRIK RENCANA STRATEGIS DINAS KESEHATAN KOTA MALANG (PENYEMPURNAAN) TAHUN 2013-2018 Lampiran : KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA M Nomor : 188.47/ 92 / 35.73.306/ 2015 Tanggal

Lebih terperinci

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011

RESUME PROFIL KESEHATAN KABUPATEN/KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2011 RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 181 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 68 Desa/Kel Tabel 1 3 Jumlah Penduduk 80.041 90.463

Lebih terperinci

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013

TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG TAHUN 2013 TABEL PROFIL KESEHATAN KOTA PANGKAL PINANG RESUME PROFIL KESEHATAN NO INDIKATOR ANGKA/NILAI L P L + P Satuan No. Lampiran A. GAMBARAN UMUM 1 Luas Wilayah 118.41 Km 2 Tabel 1 2 Jumlah Desa/Kelurahan 42

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 35 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 862 TAHUN 2011 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP

KATA PENGANTAR. Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BONDOWOSO. dr.h.mohammad IMRON,M.MKes. NIP KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Dinas Kesehatan Kabupaten Bondowoso telah dapat menyusun Profil Kesehatan Kabupaten Bondowoso Tahun 2012, yang berisi apa yang telah dikerjakan oleh Dinas

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN

BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN BAB III TUJUAN, SASARAN DAN KEBIJAKAN 3.1. TUJUAN UMUM Meningkatkan pemerataan, aksesibilitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat terutama kepada masyarakat miskin dengan mendayagunakan seluruh

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2012 DINAS KESEHATAN KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2013 Profil Kesehatan

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 UNIT KERJA : DINAS KESEHATAN A. Tugas Pokok : Melaksanakan urusan pemerintahan daerah bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan serta melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan Kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi

Lebih terperinci

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 2014 PROFIL KESEHATAN KABUPATEN PARIGI MOUTONG TAHUN 214 Mewujudkan Derajat Kesehatan Masyarakat KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya sehingga penyusunan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4

PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 SKPD : Dinas Kesehatan Kota Tebing Tinggi Tahun Anggaran : 2015 PERJANJIAN KINERJA TINGKAT SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH INDIKATOR KINERJA UTAMA NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA UTAMA TARGET 2015

Lebih terperinci