Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta Indonesia Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta Indonesia Abstrak"

Transkripsi

1 (S.4) PERBEDAAN KARAKTERISTIK KETERTINGGALAN DESA PERDESAAN DAN DESA PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2008 DENGAN STRUCTURAL EQUATION MODELING (SEM) Riyan Zulmaniar Vinahari Badan Pusat Statistik Jl. Dr. Sutomo 6-8 Jakarta Indonesia Abstrak Desa merupakan wilayah administrasi terkecil yang sangat strategis dalam menentukan ketertinggalan di suatu daerah. Wilayah dengan potensi daerah yang tertinggal umumnya menyebabkan penduduknya miskin sehingga pengembangan desa tertinggal diharapkan dapat mengurangi jumlah penduduk miskin. Beberapa faktor yang tidak dapat diukur secara langsung diduga menjadi penyebab ketertinggalan yaitu faktor fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kondisi sosial, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas. Oleh karena itu, metode yang digunakan untuk melakukan perbandingan karakteristik ketertinggalan desa perdesaan dan perkotaan adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik ketertinggalan desa wilayah perdesaan dan perkotaan, mengetahui gambaran kondisi sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas serta mengkaji arah hubungan dan pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur pada tahun Fasilitas kesehatan, pendidikan, dan ekonomi diduga mempunyai peranan negatif sedangkan kondisi sosial dan aksesibilitas diduga mempunyai peranan positif terhadap desa tertinggal. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kemiskinan lebih banyak terjadi di daerah perdesaan daripada perkotaan yang ditunjukkan dengan nilai variabel laten perdesaan lebih tinggi dari perkotaan. Variabel yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap desa tertinggal untuk desa perkotaan adalah kondisi fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat, sedangkan untuk desa perdesaan adalah aksesibilitas, kondisi fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Kata kunci : desa tertinggal, desa perdesaan, desa perkotaan Structural Equation Modeling (SEM). 1. PENDAHULUAN Kemiskinan dan ketertinggalan dalam suatu wilayah merupakan masalah pembangunan di berbagai bidang yang ditandai oleh keterbatasan, ketidakmampuan dan kekurangan. Oleh karena itu, kemiskinan dan ketertinggalan dalam suatu wilayah merupakan masalah pokok nasional yang penanggulanggannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan daerah tertinggal, desa memiliki peran yang sangat strategis dalam menentukan ketertinggalan suatu daerah baik dalam lingkup kabupaten, kota maupun provinsi. 462

2 Salah satu provinsi di Pulau Jawa yang memiliki nilai PDRB riil tinggi adalah Provinsi Jawa Timur yang menempati urutan terbesar kedua di Indonesia setelah Provinsi DKI Jakarta. PDRB riil Jawa Timur pada tahun 2008 adalah milyar rupiah dan laju pertumbuhan ekonominya memiliki tren yang positif. Pada tahun 2007, laju pertumbuhan ekonomi Jawa Timur sebesar 6,11 persen dan pada tahun 2008 sebesar 6,16 persen. Dengan nilai PDRB riil per kapita pada tahun 2008 sebesar 8,2 juta rupiah seharusnya tingkat kesejahteraan penduduknya tinggi namun kenyataan di lapangan berbeda. Provinsi Jawa Timur memiliki laju pertumbuhan penduduk yang positif, jumlah penduduk Jawa Timur pada tahun 2000 sebesar ribu jiwa dan menjadi ribu jiwa pada tahun 2010 (angka sementara). Meskipun jumlah penduduknya terus bertambah, jumlah penduduk miskin Jawa Timur menunjukkan tren yang negatif dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 sebesar 7,2 juta dan pada tahun 2008 berkurang menjadi 6,6 juta jiwa. Meskipun demikian, jumlah penduduk miskin di Jawa Timur menempati urutan pertama di Indonesia dan memiliki persentase penduduk miskin terbesar kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Jawa Tengah. Selain itu, jika dilihat dari nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM), hingga tahun 2005 Jawa Timur memiliki IPM terendah di Pulau Jawa sedangkan tahun 2006 hingga 2008 Provinsi Jawa Timur memiliki IPM terendah kedua di Pulau Jawa setelah Provinsi Banten. Perlu diketahui juga bahwa Jawa Timur memiliki IPM di bawah rata-rata IPM Nasional 2008 sebesar 71,17. Informasi tentang kemiskinan dan ketertinggalan suatu daerah terlebih lagi daerah yang potensial seperti Provinsi Jawa Timur sangat penting sehingga akan ada banyak pihak yang membuat program dan kebijakan mengenai kemiskinan. Dalam penelitian ini permasalahan yang dibahas dibatasi untuk mengamati pengaruh variabel kondisi sosial, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas ekonomi serta aksesibilitas terhadap ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur pada tahun Berdasarkan latar belakang dan fakta yang telah dipaparkan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ketertinggalan desa, kondisi sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi dan aksesibilitas di wilayah perdesaan dan perkotaan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2008; mengetahui pengaruh dan arah hubungan antara variabel kondisi sosial, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, serta aksesibilitas terhadap ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur pada tahun Hipotesis penelitian yang akan dijawab pada penelitian ini adalah fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas ekonomi, kondisi sosial, dan aksesibilitas diduga signifikan berpengaruh terhadap ketertinggalan desa di Jawa Timur. 463

3 2. METODOLOGI Data yang digunakan adalah data sekunder yang berhubungan dengan karakteristik ketertinggalan desa di Provinsi Jawa Timur yaitu diantaranya data Potensi Desa (Podes) dan data Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik. Penentuan periode didasarkan pada ketersediaan data Podes dan PPLS yang terbaru atau yang paling update yaitu tahun Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Structural Equation Modeling (SEM). Analisis deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum tentang karakteristik ketertinggalan desa, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kondisi sosial, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas desa perdesaan dan perkotaan di Provinsi Jawa Timur pada tahun Sementara analisis Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk melihat dan mengetahui besarnya pengaruh fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, kondisi sosial, fasilitas ekonomi, dan aksesibilitas terhadap ketertinggalan desa untuk wilayah perdesaan dan perkotaan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Faktor Desa Tertinggal Pada kategori individu, persentase penduduk miskin di Jawa Timur adalah 23,76 persen dari total penduduk pada tahun Kabupaten/ kota yang memiliki persentase penduduk miskin terbesar adalah Kabupaten Sampang sedangkan kabupaten/ kota yang memiliki persentase penduduk miskin terkecil adalah Kota Madiun. Gambar 1 menunjukkan kemiskinan di perdesaan lebih besar daripada kemiskinan di perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari ketiga indikator yang menunjukkan persentase lebih tinggi di daerah perdesaan. Gambar 1. Persentase Penduduk Miskin, Keluarga yang Menerima Askeskin, dan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) Menurut Status Desa Tahun

4 Kondisi Faktor Fasilitas Ekonomi Untuk daerah perkotaan, toko merupakan fasilitas ekonomi terbanyak sedangkan di perdesaan yang terbanyak adalah IKRT. Secara keseluruhan, hampir semua fasilitas ekonomi kecuali IKRT lebih banyak berada di perkotaan daripada perdesaan. Gambar 2. Rata-rata Toko, Industri Kecil dan Rumah Tangga (IKRT), Warung, Koperasi, Kios Pertanian, dan Pasar Tanpa Bangunan Menurut Status Desa tahun 2008 Kondisi Faktor Aksesibilitas Dari semua variabel pengukur tingkat aksesibilitas menunjukkan bahwa aksesibilitas di perkotaan lebih mudah daripada di perdesaan. Hal ini ditunjukkan oleh lebih kecilnya rata-rata jarak di perkotaan daripada di perdesaan untuk semua variabel mulai dari variabel jarak ke pertokoan terdekat hingga jarak ke SMK terdekat. Gambar 3. Aksesibilitas Menurut Status Desa Tahun 2008 Selain diukur dengan jarak ke berbagai fasilitas, aksesibilitas dalam penelitian ini juga diukur dari banyaknya keluarga yang memiliki telepon kabel. Persentase keluarga yang memiliki 465

5 telepon kabel lebih banyak berada di perkotaan yakni sebesar 25,8 persen sedangkan untuk perdesaan hanya sebesar 2 persen. Kondisi Faktor Fasilitas Kesehatan Sebagian besar fasilitas kesehatan lebih banyak berada di perkotaan daripada perdesaan. Fasilitas kesehatan yang lebih banyak berada di perkotaan adalah posyandu, dokter umum, dokter gigi, bidan, dan mantri sedangkan fasilitas kesehatan yang lebih banyak berada di perdesaan adalah Poskesdes, Polindes, dan dukun bayi. Gambar 4. Rata-rata Poskesdes, Polindes, Posyandu, Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Mantri, dan Dukun Bayi Menurut Status Desa Tahun 2008 Kondisi Faktor Fasilitas Pendidikan Rata-rata fasilitas pendidikan di perkotaan lebih banyak di perkotaan daripada di perdesaan meskipun perbedaan tersebut sangat kecil kecuali untuk fasilitas lembaga keterampilan. Lebih besarnya lembaga keterampilan di perkotaan karena masyarakat kota lebih tertarik untuk mempelajari keterampilan yang menunjang mereka untuk mencari usaha atau bahkan menciptakan lapangan kerja sendiri di tengah susahnya mencari lapangan kerja karena sedikitnya kesempatan kerja yang tersedia. 466

6 Gambar 5. Rata-rata SD, SMP, SMU, SMK, Pondok Pesantren (PP), dan Lembaga Keterampilan Menurut Status Desa Tahun 2008 Faktor Kondisi Sosial Terlihat sangat jelas bahwa kepadatan penduduk di perkotaan jauh lebih besar daripada kepadatan penduduk di perdesaan. Akibat padatnya penduduk di perkotaan menyebabkan ratarata keluarga yang tinggal di bantaran sungai, di bawah listrik tegangan tinggi, dan di permukiman kumuh untuk daerah perkotaan juga lebih tinggi daripada perdesaan Sementara itu dilihat dari sisi pekerjaan, rata-rata jumlah TKI di perdesaan lebih tinggi daripada perkotaan yaitu rata-rata ada sekitar 54 TKI per desa di perdesaan dan rata-rata sekitar 28 TKI per desa di perkotaan. Persentase keluarga pertanian di perdesaan mencapai 73 persen sedangkan di perkotaan hanya 29 persen. Gambar 6. Persentase TKI, Keluarga Yang Tinggal di Bantaran Sungai, Keluarga yang Tinggal di Bawah Listrik Tegangan Tinggi, dan Keluarga yang Tinggal di Permukiman Kumuh Menurut Status Desa Tahun

7 Analisis Model Persamaan Struktural (Structural Equation Modeling) Model struktural yang diperoleh dalam penelitian ini yaitu: Model SEM desa perkotaan Desa = 0.012*Eko *Akses *Edu *Sosial 0.042*Health, (0.43) (0.056) (0.039) (0.062) (0.039) Persamaan tersebut menunjukkan bahwa variabel yang signifikan berpengaruh langsung terhadap ketertinggalan desa untuk desa perkotaan adalah fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat dengan hubungan yang positif. Semakin banyak fasilitas pendidikan di suatu desa maka pengukur ketertinggalan desa perkotaan (persentase penduduk miskin dan persentase keluarga yang menerima Askeskin) juga akan meningkat. Sementara itu, semakin baik kondisi sosial masyarakat maka pengukur ketertinggalan desa perkotaan (persentase penduduk miskin dan persentase keluarga yang menerima Askeskin) akan menurun. Model SEM desa perdesaan Desa = *Eko *Akses *Edu *Sosial *Health, (0.080) (0.049) (0.029) (0.13) (0.043) Untuk model desa perdesaan, variabel yang signifikan berpengaruh langsung terhadap ketertinggalan desa adalah kondisi fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan aksesibilitas. Semakin banyak fasilitas kesehatan dan fasilitas pendidikan di suatu desa maka pengukur ketertinggalan desa perdesaan (persentase penduduk miskin dan pesentase surat miskin/ SKTM yang dikeluarkan desa) juga akan meningkat. Sementara untuk aksesibilitas, semakin rendah aksesibilitas (semakin jauh) maka pengukur ketertinggalan desa perdesaan (persentase penduduk miskin dan pesentase surat miskin/ SKTM yang dikeluarkan desa) juga akan meningkat. 4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis deskriptif dan hasil pengujian hipotesis pada analisis Structural Equation Modeling (SEM), disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kemiskinan lebih banyak terjadi di daerah perdesaan daripada perkotaan karena dari semua pengukur variabel laten status ketertinggalan desa (persentase penduduk miskin, askeskin, dan persentase SKTM) lebih tinggi di perdesaan. Tingginya kemiskinan di perdesaan karena kurangnya sarana prasarana, rendahnya aksesibilitas, dan rendahnya kondisi sosial masyarakat. Untuk pengukur variabel laten fasilitas kesehatan, pendiidikan, 468

8 dan ekonomi menunjukkan bahwa sebagian besar fasilitas lebih banyak tersedia di perkotaan. Tingkat aksesibilitas di perdesaan juga lebih rendah yang dapat dilihat dari lebih jauhnya dalam menjangkau semua fasilitas kebutuhan dasar. Sementara dari kondisi sosial masyarakat menunjukkan jika di perdesaan kondisi sosialnya lebih rendah karena banyaknya yang bermata pencaharian sebagai petani dan TKI sedangkan di perkotaan rendahnya kondisi sosial karena disebabkan masalah permukiman dan kepadatan penduduk. 2. Di daerah desa perkotaan, variabel yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketertinggalan desa yaitu kondisi fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat. 3. Di daerah desa perdesaan, variabel yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap ketertinggalan desa yaitu aksesibilitas, kondisi fasilitas pendidikan, dan fasilitas kesehatan. Saran Berdasarkan interpretasi hasil dan kesimpulan yang diperoleh, saran yang diberikan penulis sebagai berikut: 1. Sebaiknya pemerintah mengadakan pembangunan yang merata bagi seluruh masyarakat, tidak hanya berpusat perkotaan. Agar kemiskinan baik di perdesaan maupun perkotaan dapat teratasi. 2. Apabila pemerintah ingin mengentaskan kemiskinan melalui penanggulangan desa tertinggal di daerah desa perkotaan terlebih dahulu dapat dilakukan melalui perbaikan kondisi fasilitas pendidikan dan kondisi sosial masyarakat. Sedangkan untuk daerah desa perdesaan dilakukan dengan mengadakan perbaikan pada aksesibilitas masyarakat, kondisi fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan. 3. Dalam penelitian ini masalah yang dikaji masih terbatas, oleh karena itu saran yang dapat diberikan untuk peneliti selanjutnya agar mengembangkan lagi model yang terbentuk dengan menggali lebih luas variabel-variabel yang dapat berpengaruh terhadap status ketertinggalan desa sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih terhadap perkembangan pembangunan di Jawa Timur. 469

9 5. DAFTAR PUSTAKA Agusta, Ivanonich. (Agustus, 2007). Desa Tertinggal di Indonesia. Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia, 01(02), Februari Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (1995). Penelitian Data Dasar Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Tertinggal (Sulawesi Tengah, Maluku dan Irian Jaya). Jakarta: Bappenas. Ghozali, Imam. (2008). Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hidayat, Syarif. (2008). Pemodelan Desa Tertinggal di Jawa Barat Tahun 2005 dengan Pendekatan MARS [Tesis]. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November. Irawan, Puguh B. (2003). Kemiskinan Perkotaan: Dimensi, Permasalahan dan Alternatif Kebijakan. Jakarta: Warta Demografi tahun ke-33 No.4. Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. (2010). Panduan Perhitungan Desa Tertinggal dan Rekapitulasi Desa Tertinggal. Jakarta: KPDT. Kementerian Pekerjaan Umum. (2010). Panduan Identifikasi Lokasi Desa Terpencil, Desa Tertinggal dan Pulau-Pulau Kecil. Jakarta: Kementerian PU. Mubyarto. (1994). Profil Desa Tertinggal Indonesia Jakarta: Aditya Media. Sumargo, Bagus. (2002). Validitas dan Reliabilitas Pengukuran Kemiskinan [Tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Wijanto, Setyo Hari. (2008). Structural Equation Modeling dengan LISREL 8.8. Yogyakarta: Graha Ilmu. Wijaya, Tony. (2009). Analisis Structural Equation Modelling Menggunakan AMOS. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta. 470

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal

Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, () ISSN: 7-59 (-97 Print) Penilaian Tingkat Keberlanjutan Pembangunan di Kabupaten Bangkalan sebagai Daerah Tertinggal Yennita Hana Ridwan dan Rulli Pratiwi Setiawan Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan

I. PENDAHULUAN. jangka panjang (Sukirno, 2006). Pembangunan ekonomi juga didefinisikan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu wilayah meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii v viii I. PENDAHULUAN 1 7 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rasional 4 1.3. Perumusan Masalah 5 1.4. Tujuan dan Manfaat Studi 5 1.4.1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penduduk merupakan suatu hal yang penting karena merupakan modal dasar dalam pembangunan suatu wilayah. Sukirno (2006) mengatakan penduduk dapat menjadi faktor pendorong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia

Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia Menakar Kinerja Kota Kota DiIndonesia Oleh Doni J Widiantono dan Ishma Soepriadi Kota-kota kita di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat, selama kurun waktu 10 tahun terakhir muncul kurang lebih 31

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bappenas (2005) mendefinisikan kemiskinan sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-laki dan perempuan, tidak mampu memenuhi hak dasarnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan dalam penelitian dibidang ilmu sosial. (structural equation modeling, SEM), karena bisa dikatakan bahwa pemodelan

BAB I PENDAHULUAN. pertanyaan dalam penelitian dibidang ilmu sosial. (structural equation modeling, SEM), karena bisa dikatakan bahwa pemodelan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemodelan persamaan terstruktur (structural equation modeling, SEM) merupakan model yang dikenal dengan berbagai nama atau istilah, terkadang bisa disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI JAWA BARAT 5.1 Analisis Model Regresi Data Panel Persamaan regresi data panel digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin

Kalimantan Selatan. Pasar Terapung Muara Kuin 418 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Selatan Pasar Terapung Muara Kuin Pasar Terapung Muara [Sungai] Kuin atau Pasar Terapung Sungai Barito adalah pasar terapung tradisional yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian KOMPAS.com,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian KOMPAS.com, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Jawa Barat merupakan wilayah berupa daratan seluas 35.377,76 km2. Secara administratif sejak tahun 2008 kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Barat berjumlah

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai ketimpangan ekonomi antar wilayah telah menjadi fenomena global. Permasalahan ketimpangan bukan lagi menjadi persoalan pada negara dunia ketiga saja. Kesenjangan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan

Kalimantan Tengah. Jembatan Kahayan 402 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Kalimantan Tengah Jembatan Kahayan Jembatan Kahayan adalah jembatan yang membelah Sungai Kahayan di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Indonesia. Jembatan ini

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 No. 103/11/Th. XX, 06 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2017 A. KEADAAN KETENAGAKERJAAN Agustus 2017: Tingkat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

Desa Tertinggal dan Subsidi BBM. Oleh Ivanovich Agusta. PADA akhir tahun lalu berulang kali saya diberondong pertanyaan, setinggi apakah

Desa Tertinggal dan Subsidi BBM. Oleh Ivanovich Agusta. PADA akhir tahun lalu berulang kali saya diberondong pertanyaan, setinggi apakah Desa Tertinggal dan Subsidi BBM Oleh Ivanovich Agusta PADA akhir tahun lalu berulang kali saya diberondong pertanyaan, setinggi apakah ketertinggalan pedesaan di Indonesia. Ketika akhirnya daftar desa

Lebih terperinci

2016, No Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks

2016, No Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5495); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaks No.357, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN- DPDTT. Daerah Tertinggal. Penetapan. Juknis. PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT No. 42 / IX / 14 Agustus 2006 PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005 Dari hasil Susenas 2005, sebanyak 7,7 juta dari 58,8 juta rumahtangga

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2014 Disampaikan Oleh : Drs. DEDI LUKMAN INDEPUR, M.Si. Kepala Bappeda Kabupaten Lebak Pada Acara: MUSRENBANG KECAMATAN Lebak,

Lebih terperinci

Sumatera Barat. Jam Gadang

Sumatera Barat. Jam Gadang Laporan Provinsi 123 Sumatera Barat Jam Gadang Jam gadang adalah nama untuk menara jam yang terletak di pusat Bukittinggi, Sumatera Barat, Indonesia. Menara jam ini memiliki jam dengan ukuran besar di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang dinamis dalam mengubah dan meningkatkan kesehjateraan masyarakat. Ada tiga indikator keberhasilan suatu pembangunan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Masih tingginya angka kemiskinan, baik secara absolut maupun relatif merupakan salah satu persoalan serius yang dihadapi bangsa Indonesia hingga saat ini. Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan dan orang-orang miskin sudah dikenal dan selalu ada di setiap peradaban manusia. Oleh karena itu beralasan sekali bila mengatakan bahwa kebudayaan umat manusia

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan.

I. PENDAHULUAN. orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah kondisi dimana ketidakmampuan seseorang atau sekelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka yaitu sandang, pangan, dan papan. Masalah kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

1. Pendahuluan PENGARUH FASILITAS KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP DERAJAT KELANGSUNGAN HIDUP ANAK MELALUI PEMODELAN PERSAMAAN TERSTUKTUR

1. Pendahuluan PENGARUH FASILITAS KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP DERAJAT KELANGSUNGAN HIDUP ANAK MELALUI PEMODELAN PERSAMAAN TERSTUKTUR Ethos (Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat): 233-242 PENGARUH FASILITAS KESEHATAN DAN FAKTOR SOSIO-EKONOMI TERHADAP DERAJAT KELANGSUNGAN HIDUP ANAK MELALUI PEMODELAN PERSAMAAN TERSTUKTUR 1 Nusar

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Perhitungan Komponen CDI CDI dihitung pada level kota dan menggambarkan ukuran rata-rata kesejahteraan dan akses terhadap fasilitas perkotaan oleh individu. CDI menurut

Lebih terperinci

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten

Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten No. 13/02/36/Th.IX, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Hasil Pendataan Potensi Desa (Podes) 2014 Provinsi Banten Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan 3 kali dalam 10 tahun. Berdasarkan hasil Podes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG

DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG IV. DINAMIKA PEREKONOMIAN LAMPUNG 4.1. Provinsi Lampung 4.1.1. Gambaran Umum Provinsi Lampung meliputi wilayah seluas 35.288,35 kilometer persegi, membentang di ujung selatan pulau Sumatera, termasuk pulau-pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... v BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3. Hubungan Antar-Dokumen Perencanaan... I-6 1.4. Maksud

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SAMBUTAN... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI. SAMBUTAN... i. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI SAMBUTAN... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... xiii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Tujuan... 4 1.3 Ruang Lingkup... 4 1.4 Tim Penyusun...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat multidimensional yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah dalam pembangunan.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh

BAB IV GAMBARAN UMUM. 15 Lintang Selatan dan antara Bujur Timur dan dilalui oleh BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis Secara astronomis, Indonesia terletak antara 6 08 Lintang Utara dan 11 15 Lintang Selatan dan antara 94 45 141 05 Bujur Timur dan dilalui oleh garis ekuator atau

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 No. 11/02/31/Th. XV, 5 Februari 2014 INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Provinsi DKI Jakarta TAHUN 2012 A. Penjelasan Umum Indeks Pembangunan Manusia (IPM) adalah indikator komposit yang mengukur kualitas hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH 2014 DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 1 I.I. Latar Belakang... 1 I.2. Dasar Hukum Penyusunan... 3 I.3. Hubungan Antar Dokumen... 4 I.4. Sistematika Dokumen RKPD... 6 I.5. Maksud dan Tujuan... 7 BAB II. EVALUASI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PROPOSAL PENAWARAN INDONESIA DALAM ANGKA DAN DATA

PROPOSAL PENAWARAN INDONESIA DALAM ANGKA DAN DATA PROPOSAL PENAWARAN INDONESIA DALAM ANGKA DAN DATA PENDAHULUAN Bisnis yang baik dan kompetitif adalah bisnis yang perancangan strateginya mengacu pada penggunaan data yang jelas dan tepat Penggunaan data

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014

KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 No. 42/07/71/Th. VIII, 1 Juli 2014 KEMISKINAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2014 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan lewat pengolahan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SILIRAGUNG 2013 Katalog BPS : 1101002.3510011 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + 14 Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik Kecamatan Siliragung Badan

Lebih terperinci

PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI

PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI PRIORITAS NASIONAL 10 BIDANG DAERAH TERTINGGAL, TERDEPAN, TERLUAR, DAN PASCA-KONFLIK WILAYAH JAWA BALI Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS Musrenbangnas RKP Tahun 2011 Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk. meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup dengan cara menggunakan potensi yang dimiliki. Potensi tersebut dapat dikatakan juga

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL

BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL BAB II JAWA BARAT DALAM KONSTELASI NASIONAL 2.1 Indeks Pembangunan Manusia beserta Komponennya Indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM; Human Development Index) merupakan salah satu indikator untuk mengukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah masalah yang penting dalam perekonomian suatu negara yang sudah menjadi agenda setiap tahunnya dan dilakukan oleh suatu negara bertujuan untuk

Lebih terperinci

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera

Sumatera Selatan. Jembatan Ampera Laporan Provinsi 169 Sumatera Selatan Jembatan Ampera Jembatan Ampera adalah sebuah jembatan di Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Indonesia. Jembatan Ampera, yang telah menjadi semacam lambang kota,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Transformasi Desa Indonesia

Transformasi Desa Indonesia Transformasi Desa Indonesia 2003-2025 Dr. Ivanovich Agusta iagusta1970@gmail.com Relevansi Transformasi dari Pemerintah Sumber Penerimaan Total Penerimaan (Rp x 1.000) Persentase PAD 3.210.863 18,13 Bantuan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur ditempatkan sebagai sector vital dalam proses mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Program reformasi infrastruktur yang dilakukan pemerintah dengan menyepakati paket pinjaman ADB sebesar US $ 428 juta pada tahun 2006 merupakan salah satu program

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI

PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI TUGAS AKHIR RP09-1333 1 PENGEMBANGAN KAWASAN ANDALAN PROBOLINGGO- PASURUAN-LUMAJANG MELALUI PENDEKATAN PENINGKATAN EFISIENSI REZA PURBA ADHI NRP 3608 100 050 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Eko Budi Santoso,

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016

PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016 No. 40/07/72/Th. XIX, 18 Juli 2016 PROFIL KEMISKINAN DI SULAWESI TENGAH MARET 2016 RINGKASAN Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin di Sulawesi Tengah selama periode 2012 2016 cenderung mengalami

Lebih terperinci

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto

Gorontalo. Menara Keagungan Limboto Laporan Provinsi 509 Menara Keagungan Limboto Menara ini dibangun tahun 2001 dan berlokasi di Limboto, ibu kota Kabupaten. Menara Kea gungan yang menjadi kebanggaan ma syarakat ini memiliki daya tarik

Lebih terperinci

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014

PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014 No. 31/07/36/Th. VIII, 1 Juli 2014 PROFIL KEMISKINAN DI PROVINSI BANTEN MARET 2014 JUMLAH PENDUDUK MISKIN MARET 2014 MENCAPAI 622,84 RIBU ORANG Pada bulan Maret 2014, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan

Lebih terperinci

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN

TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN TABEL MATRIK REALISASI CAPAIAN KINERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH YANG TERKAIT LANGSUNG DENGAN TARGET RPJMD KABUPATEN PEKALONGAN SKPD: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2014 % capaian

Lebih terperinci

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017

KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 No. 47/07/71/Th. XX, 17 Juli 2017 KEMISKINAN DAN KETIMPANGAN PROVINSI SULAWESI UTARA MARET 2017 Angka-angka kemiskinan yang disajikan dalam Berita Resmi Statistik ini merupakan angka yang dihasilkan melalui

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Analisis kesenjangan pembangunan antara Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Pringsewu bisa dimulai dengan mengenal lebih dekat karakteristik kedua kabupaten. Sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. penanganan yang tepat agar dapat segera teratasi. Indonesia merupakan salah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemiskinan menjadi permasalahan sosial yang sangat komplek, dimana kemiskinan sering menjadi isu Global maupun Nasional yang menimbulkan keprihatinan oleh banyak pihak,

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011

BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 BAB VII PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU TAHUN 2011 7.1. Kondisi Wilayah Maluku Saat Ini Perkembangan terakhir pertumbuhan ekonomi di wilayah Maluku menunjukkan tren meningkat dan berada di atas pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK No. 12/02/Th. XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PERTUMBUHAN PDB TAHUN 2010 MENCAPAI 6,1 PERSEN Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2010 meningkat sebesar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci