Batu Kronik Dan Berulang (BKB) Pada Anak
|
|
- Handoko Budiaman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Batu Kronik Dan Berulang (BKB) Pada Anak Helmi M.Lubis Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteraan Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Batuk merupakan salah satu upaya pertahanan tubuh (dalam hal ini saluran nafas) yang alamiah yaitu suatu refleks perlindungan yang primitif untuk membuang sekresi trakeobronkial yang berlebihan ataupun benda asing yang masuk ke saluran pernafasan. Refleks batuk ini terjadi akibat teransangnya reseotor batuk yang terdapat disaluran nafas ataupun diluar saluran nafas, oleh rangsangan yang bersifat kimiawi maupun mekanis. Reseptor batuk yang merupakan ujung nivagus terdapat diantara sel-sel epitel berambut getar dari faring sampai bronkialus, hidung, sinus, paranasalis, saluran telinga dan selaput gendang, pleura, lambung, pericard dan diafragma. Rangsangan yang dapat mencentuskan batuk antara lain : 1. udara dingin 2. benda asing seperti debu 3. radang/edema mukosa saluran nafas 4. tekanan terhadap saluran nafas misalnya oleh tumor 5. lendir pada saluran nafas 6. kontraksi pada saluran nafas Batuk ini menjadi tidakm fisiologik lagi bila berlanjut berkepanjangan dan sudah dirasakan sebagai suatu gangguan. Dalam hal ini batuk merupakan manifestasi utama dan kelainan saluran nafas disamping lainnya seperti sesak nafas, pilek dan lain-lain. Batuk yang berkepanjangan/berlama-lama pada anak tidak jarang dan selalu menimbulkan kecemasan pada orang tua penderita yang telah berusaha mengobatkan anaknya secara medis maupun secara tradisional. Disamping dapat terjadi komplikasi dari penyakit penyebab batuk kronik dan berulang ini juga dapat mengganggu tidur, pertumbuhan dan perkembangan si anak dengan sering bolos tidak masuk sekolah. Telah disepakati bahwa batuk kronik dan berulang (BKB) pada anak adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh berbagai etiologi dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurang 2 Minggu berturut-turut dan atau paling sedikit 3 episod dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respitorik/non-respitorik lainnya. Etilogi Batuk kronik bukan suatu penyakit yang terdiri sendiri, melainkan merupakan gejala pada berbagai penyakit baik respiratorik maupun non respiratorik. Berbagai etiologi/klasifikasi dikemukakan oleh para penulis yang sekaligus merupakan diagnosa banding dari BKB, antara lain : 1
2 1. Bronkitis *infeksi - virus - bakteri *alergi - asma *kimiawi - aspirasi susu, isi lambung - inhalasi asap rokok *berhubungan dengan infeksi kronik saluran nafas atas 2. Penyakit paru supuratif Fibrosis Bronkikiektasis Kollaps paru dengan infeksi sekunder lain-lain kista dan kelainan bawaan yang terinfeksi, abses, pneumonia inhalasi dan benda asing. 3. Lesi fokal dari laring, trakea atau bronkus * Benda asing * Tomur, kista atau kelenjer di mediasnitium atau paru * Stenosis, kista atau hemangioma dari laring atau trakea 4. Tuberklosis 5. Batuk psikogen 6. Post nasal drip Wahab dan Utomo mengemukakan bahwa untuk Indonesia apabila seorang dokter berhadapan dengan pasien anak yang memperlihatkan gejala batuk yang cukup lama dan menetap, maka sebaiknya dipikirkan kemungkinan tiga hal, yaitu batuk karena Tb primer, batuk karena alergi dan batuk karena kelainan jantung bawaan. Diagnosa kausah/pendekatan klinis Anamnesa memegang peranaan sebesar 80% dalam menegakkan diagnosa penyebaba batuk yang menetap. Dalam anamnesa tentang batuk yang merupakan keluhan utama penderita perlu ditanyakan mengenai lamanya batuk, frekuensi serangan, waktuwaktu serangan, factor pencetus, apakah dimulai dengan bersin atau tidak, dan sebagainya. Umur pertama kali mendapatserangan juga perlu ditanyakan. Batuk kronik yang sudah lama muncul sejak lahir ataupun usia beberapa miggu/bulan setelah lahir kemungkinan disebabkan interstitial pneumonia yang didapat pada saat lahir atau beberapa saat sesudahnya, bisa juga disebabkan inhalasi (aspirasi) susu. Kemungkinan lain adalah Fibrosis kistik. Beberapa saat sesudahnya, bisa juga disebabkan inhalasi (aspirasi) susu. Kemungkinan lain adalah Fibrosis kistik. Batuk kronik pada bayi juga harus dipikirkan kemungkinan penyebabnya adalah viral pneumonia/bronchitis. Bila disertasi mengi, jangan lupa kemungkinan asma pada bayi. 2
3 Pada anak prasekolah batuk berulang biasanya disebabkan bronchitis oleh virus, bila terdapat kemungkinan disebabakan oleh inhalasi/aspirasi benda asingkolaps paru dan fibrosis kistik. Pembesaran kelenjer limpe pada tuberculosis menyebabkan kompresi dan infiltrasi dinding bronkus yang menimbulkan batuk kronik. Pada anak usia sekolah sering disebabkan imfeksi virus, sedang pada anak remaja perlu dipikirkan kemungkinan akibat merokok. Batuk yang menetap biasanya disebabkan proses patologi yang berlanjut terus dan umumnya kelainan supuratif pada paru. Bisa juga terdapat pada penderita asma yang berat muncul umum pada malam hari atau sehabis kerja fisik. Batuk yang serang-serangan umumnya disebabkan oleh brokitis karena virus atau asma. Batuk umumnya timbul pada malam hari terutama saat tidur, penderita sering terbangun dini oleh karena batuk ini. Dahak yang furulent dengan batuk yang menetap umumnya disebabkan penyakit supuratif pada paru. Anak penderita asma selalu dengan dahak yang mukoid, tetapi tidak jarang sputum yang purulent dengan kandungan eosinofil yang menonjol. Sputum yang bercampur darah bisa dijumpai pada kelainan paru supuratif seperti pada bronkiektasis, fibrosis kistik. Hemoptisis yang masih sangat jarang pada anak, kemungkinan oleh karena benda asing harus dipikirkan. Penyebaba lain adalah hemosiderosis paru, tuberculosis. Riwayat alergi/atopi pada penderita atau keluarga perlu ditanyakan seperti asma, eksim, urtikaria, rinitis alergi. Penggunaan obat nyamuk dan alin-lain juga dapat berperan sebagi pencetus batuk. Batuk pada pertusis memberikan gambaran yang khas yaitu batuk melengking dan panjang diselingi menarik nafas seperti anjing menggongong dan biasanya diakhiri muntah. Batuk yang penjagaannya secara klinis agak sulit pada anak adalah apa yang disebut psikogenik. Dasarnya ialah reaksi kecemasan (neurosis) pada anak, terlihat perubahan tingkah laku dengan menampilkan gejala batuk bila berhadapan dengan rangsangan psikik yangm menimbulkan kecemasan. Pada pemeriksaan fisis perhatian khusus ditujukan pada keadaan tenggorok, paru, jantung dengan tidak mengabaikan pemeriksaan pada bagian tubuh yang lain seperti apakah dijumpai jari tabuh, dan lain-lain. Pemeriksaan radiologik Foto torak umumnya dilakukan pada kasus dengan infeksi yang diragukan etiologinya spesifik atau non spesifik, bronkiektasis dan proses paru yang lain yang secara klinis belum jelas. Gambaran radiologik paru dapat berupa adanya massa, konsolidasi, kista, kavista, kelainan kardiovaskuler dan lain-lain. Secara dapat dijumpai perpadatan diffus ataubercak dengan atau tanpa daerah radiolusens. Pemeriksaan radiologik tambahan lainnya seperti dipertimbangkan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang lain Disamping pemeriksaan klinis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis maka juga dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin darah, urin dan tinja serta pemeriksaan laboratorium khusus seperti mikrobiologik, imunologik, pemeriksaan faal paru dan lainlain. Uji tuberkulin mempunyai nilai diagnostik yang tinngi pada tuberculosis anak. 3
4 Dengan pemeriksaan laboratorium rutin yang sederhana kadang-kadang diagnosa etiologic suatu batu kronis sudah dapat ditegakkan. Pada kasus yang disangkakan alergi atau dalam keluarga dijumpai riwayat ilergi maka perlu dilakukan pemeriksaan IgE serum dan mungkin dilanjutkan dengan pemeriksaan uji kulit (Prick test, dsd.). Pemeriksaan uji faal paru terutama untuk menilai ada tidaknya obstruksi saluran nafas, yaitu dengan mengukur nilai FEV-1 dan PEFR (Peak Expiratory Flow Rate). Tetapi anak, terlihat perobahan perilaku dengan menampilkan gejala batuk bila berhadapan dengan rangsangan psikik yang menimbulkan kecemasan. Pada pemeriksaan fisis perhatian khusus ditujukan pada keadaaan tenggorok, paru, jantung dengan tidak mengabaikan pemeriksaan pada bagian tubuh lainnya seperti apakah dijumpai jari tabuh, dan lain-lain. Pemeriksaan radiologik Foto torak pada umumnya dilakukan pada kasus dengan infeksi yang diragukan etiologinya spesifik atau non spesifik, bronkiektasis dan proses paru yang lain yang secara klinis belum jelas. Gambaran radiologik paru dapat berupa adanya massa, konsilidasi, kista, kavista, kelainan kardiovaskuler dan lain-lain. Secara umum dapat dujumpai perpadatan diffus atau bercak dengan atau tanpa daerah radiolusens. Pemeriksaan radiologik tambahan lainnya seperti pemeriksaan sinus paranalis, perobahan tulang dan sebagainya perlu dipertimbangkan untuk membantu menegakkan diagnosis. Pemeriksaan penunjang lain Disamping pemeriksaan klinis dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis maka perlu juga dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin darah, urin dan tinja serta pemeriksaan laboratorium rutin yang seperti mikrobiologik, imunologik, pemeriksaan faal paru dan lain-lain. Uji tuberculin mempunyai nilai diagnostik yang tinggi pada tuberculosis anak. Dengan pemeriksaan laboratorium rutin yang sederhana kadang-kadang diagnosis etiologic suatu batuk kronis sudah dapat ditegakkan. Pada kasus yang disangkakan alergi atau dalam keluarga dijumpaim riwayat alergi maka perlu dilakukan pemeriksaan IgE serum dan mungkin dilanjutkan dengan pemeriksaan uji kulit (Prick test, dsb.). Pemeriksaan uji faal paru terutama untuk menilai ada tidaknya obstruksi saluran nafas, yaitu dengan mengukur nilai FEV-1 dan PEFR (Peak Expiratory Flow Rate). Tetapi uji faal paru ini sulit dilakukan pada anak kecil. Demikian juga halnya dengan uji provokasi bronkus. Penanganan Penanganan BKB umumnya terdiri atas terapi kausal, simtomatik dan rehabilitasi. Bila didapatkan kelainan yang khas sebagai penyebab, misalnya pertusis, tuberculosis, asma, bronkitis maka pengobatan langsung ditujukan pada kelainan yang didapat. Pemberian antibiotika sebagai terapi kausalm hendaklah diberikan pada kasus-kasus yang infeksi yang jelas sebagai factor penyebabnya. Misalnya pada penderita pertusis dapat diberikan eritromisin dengan dosis mg/kgbb/hari atau golongan ampisilan mg/kgbb/hari. Pada tuberculosis diberikan terapi spesifik. 4
5 Terapi simtomatik umumnya terdiri atas obat-obatan : 1. Ekspektoran 2. Antitusif 3. Mukolitik 4. Antihistamin 5. bronkodilator Ekspektoran adalah obat-obat yang bekerjameningkatkan sekresi saluran pernafasan. Ada yang bekerja melalui refleks lambung, menyebabkan iritasi pada lambung. Lalu secara reflektoris melalui syaraf vagus meningkatkan sekresi kelenjar saluran nafas yang kemudian yang dibatukkan. Sebagian besar ekspektoran bekerja melalui cara ini. Ada juga yang bekerja dengan merangsang ujung syaraf kolinergik pada kelenjer acini saluran nafas, dan ada pula yang langsung merangsang sel-sel sekretori kelenjer saluran nafas. Selain itu ekspetoran dapat pula bekerja dengan sebagai demulsen pada mukosa saluran nafas. Yang sering digunakan adalah guafenesis dan gliseril guaiakolat. Guaiakol disamping sebagai ekspektoran juga bekerja mengencerkan secret. Selain itu juga dikenal Ipecac, ammonium karbonat, ammonium klorida, kalium yolida, garam sitrat dan lain-lain. Anti tusif ialah obat yang bekerja menekan refleks batuk baik secara sentral maupun periper pada reseptor batuk, contohnya dekstrometorfan hidrobromid (non narcotic antitussive) dan kodein fosfat (narcotic antitussive). Antitusif digunakan pada batuk non produktif (batukm kering), tidak boleh digunakan pada batuk supuratif dan hipersekresi lendir. Mukolitik adalah obat yabg dapat mengurangi viskositas lendir yang kental sehingga mudah dibatukkan, misalnya bromheksin, asetil sistein. Kadang-kadang dapat menimbulkan dampak samping seperti, mual, munth, diare, rinorhoe, spasme bronkus. Mukolitik dapat juga digolongkan sebagai ekspektoran, bekerja sebagai mucociliary clearance. Antihistamin sebagi obat batuk tergolong antitusif. Pada dosis yang efektif terutama difenhidramin dapat menyebabkan mengantuk. Disamping itu juga dapat mengeringkan secret. Pemakaian sedapat mungkin terbatas pada batuk sehubungan dengan post nasal drip. Dari kelompok bronkodilator dikenal derivat teifilin dan obatsimpatomik (adrenergik). Golongan teofilin menyebabkan peningkatan konsentasi CAMP yaitu suatu relaksan ott polos, dengan menghambat kerja enzim fosfodieterase. Golongan simpatomimetik menimbulkan bronkodilasi melalui rangsangan terhadap reseptor beta-2 syaraf adrenergik. Bronkolidator yang ideal dari golongan simpatomimetk ialah yang betul-betul hanya merangsang beta-2 adrenoreseptor. Obat-obat yabg dapat dikatakan agak selektif merangsang beta-2 reseptor adrenergik dan lazim dipakai pada pemgobatan asma dan/atau brokitis adalah salbutamol, terbulatin, metaproterenol dan lain-lain. Fisioterapi Fisioterapi merupakan suatupengibatan suportif. Pada penderita dimana terdapat banyak sekret dalam saluran pernafasan maka drainage postural dan tepuk-tepuk dinding 5
6 dada, pengaturan nafas dan diatermi sangat membantu. Cara ini merupakan pengobatan terpenting pada penyakit patu supuratif. Kepustakaan 1. Hadianto M, : Masalah batuk menahun, pendekatan diagnostik dan pengobatannya Medika 9(8), 688, Hendarmin H. Kelainan Telinga, Hidung dan tenggorokan yang menyebabkan batuk kronik. Batk kronik, penanggulangan secara rasionil. FK UI Jakarta, Ongkie AS.: Batuk pada anak, MDK 6(7), 1987, Phelan, P.D.: landau. LI,; Olinsky A.: Respiratory IIIness in children. Second Edition, 59, Rahjoe,N.: Batuk kronik dan berulang pada anak. Batuk kronik, pennggulangan secara rasionil, FK UI, Jakarta, Soedjak M.: Farmokologj obat-obat ekspectoran dan antitusif, MDK 6(6), 1987, Susanto I, matondang C,: Test kulit dan kadar IgE pada anak dengan batuk kronik. Seminar /symposium batuk kronik dan berulang pada anak, juni 1979 Jakarta 8. Wahab AS, Utomo: Batuk kronik pada anak MDK 6(11), 1987, Said, M.: Penatalaksanaan Sinobronkitis pada anak. Dalam pendidikan Berkala IKA FK UI ke XVII,
DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus
PENDAHULUAN Survei Kesehatan Rumah Tangga Dep.Kes RI (SKRT 1986,1992 dan 1995) secara konsisten memperlihatkan kelompok penyakit pernapasan yaitu pneumonia, tuberkulosis dan bronkitis, asma dan emfisema
Lebih terperinciMaria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R
BATUK Butet Elita Thresia Dewi Susanti Fadly Azhar Fahma Sari Herbert Regianto Layani Fransisca Maria Ulfa Pjt Maria Lalo Reina Fahwid S Riza Kurnia Sari Sri Reny Hartati Yetti Vinolia R BATUK Batuk adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu. ketika anak terserang penyakit (Widodo, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para orang tua menjadi khawatir ketika anak menderita sakit. Ibu merupakan peran penting dalam menjaga kesehatan anak. Tidak bisa dipungkiri anak anak mudah sakit.
Lebih terperinciBronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan
Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan
Lebih terperinciMengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1
Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. patofisiologi, imunologi, dan genetik asma. Akan tetapi mekanisme yang mendasari
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Asma Dari waktu ke waktu, definisi asma mengalami perubahan beberapa kali karena perkembangan dari ilmu pengetahuan beserta pemahaman mengenai patologi, patofisiologi,
Lebih terperinciBATUK. Ebta Narasukma Anggraeny. etha's doc 1
BATUK Ebta Narasukma Anggraeny etha's doc 1 Pengertian Batuk? Sakit? Sehat? Fungsi Batuk : Mengeluarkan dan membersihkan saluran pernapasan dari dahak, zat perangsang dan unsur infeksi, maka batuk sebagai
Lebih terperinciPENDAHULUAN DEFINISI REFLEKS BATUK
PENDAHULUAN Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada. Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Tentu saja bila batuk itu berlebihan, ia akan menjadi amat
Lebih terperinciPenemuan PasienTB. EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU
Penemuan PasienTB EPPIT 11 Departemen Mikrobiologi FK USU 1 Tatalaksana Pasien Tuberkulosis Penatalaksanaan TB meliputi: 1. Penemuan pasien (langkah pertama) 2. pengobatan yang dikelola menggunakan strategi
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Notoadmodjo (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Pengetahuan akan didapati setelah pengindraan terhadap suatu objek tertentu dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit dan gangguan saluran napas masih merupakan masalah terbesar di Indonesia pada saat ini. Angka kesakitan dan kematian akibat penyakit saluran napas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini zaman semakin berkembang seiring waktu dan semakin memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. Saat ini tingkat ozon naik hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan penyakit umum pada masyarakat yang di tandai dengan adanya peradangan pada saluran bronchial.
Lebih terperinciPatofisiologi Batuk PENDAHULUAN REFLEKS BATUK. Dr. Tjandra Yoga Aditama
Patofisiologi Batuk Dr. Tjandra Yoga Aditama Bagian Pulmonologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Unit Paru RS Persahabatan, Jakarta PENDAHULUAN Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pneumonia dijuluki oleh William Osler pada abad ke-19 sebagai The
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai macam masalah penyakit pernafasan yang sering ditemui adalah ISPA, tuberculosis, kanker paru, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan pnemonia.
Lebih terperinciSt.Aniah Hardiyanti Sitti Hajar Irmawati Sri Rezeki Amalia Suci Febriyani Suparmin Romi Tuti Ernawati Ulmi fajri Vera Febrianti Yanti Sari Syam
MAKALAH FARMAKOLOGI OBAT-OBAT MUKOLITIK KELOMPOK IV St.Aniah Hardiyanti Sitti Hajar Irmawati Sri Rezeki Amalia Suci Febriyani Suparmin Romi Tuti Ernawati Ulmi fajri Vera Febrianti Yanti Sari Syam POLITEKNIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sakit merupakan gangguan psikososial yang dirasakan seseorang, berbeda dengan penyakit yang menyerang langsung pada organ tubuh berdasarkan diagnosis yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umumnya. Seseorang bisa kehilangan nyawanya hanya karena serangan
1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Saat ini asma semakin berkembang menjadi penyakit pembunuh bagi masyarakat di dunia, selain penyakit jantung. Serangan yang terjadi akibat asma menjadi momok
Lebih terperinciPATOGENESIS PENYAKIT ASMA
PATOGENESIS PENYAKIT ASMA Pendekatan terapi yang rasional terhadap penyakit asma adalah tergantung dari pengetahuan mengenai patogenesis penyakit asma Asma adalah penyakit yang diperantarai oleh ikatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan keadaan sakit sesak nafas karena terjadinya aktivitas berlebih terhadap rangsangan tertentu sehingga menyebabkan peradangan dan penyempitan pada saluran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. ISPA dapat diklasifikasikan menjadi infeksi saluran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis dapat bersifat acute maupun chronic ( Manurung, 2008). Bronchitis adalah suatu peradangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena penyakit ini merupakan penyebab kematian dengan nomor urut lima di Indonesia.
Lebih terperinciMateri Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru
1.1 Pengertian Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan
BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan Bab ini membahas tentang gambaran pengelolaan terapi batuk efektif bersihan jalan nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka kejadian penyakit asma akhir-akhir ini mengalami peningkatan dan relatif sangat tinggi dengan banyaknya morbiditas dan mortalitas. WHO memperkirakan 100-150 juta
Lebih terperinciAsma sering diartikan sebagai alergi, idiopatik, nonalergi atau gabungan.
A S M A DEFINISI Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten, reversibel dimana trakea dan bronki berespons dalam secara hiperaktif terhadap stimulun tertentu. Asma dimanifestasikan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Tingkat kesejahteraan dan kesehatan masyarakat merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan, tetapi masih banyak masyarakat di Indonesia yang belum peduli dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011). Asma merupakan penyakit inflamasi
Lebih terperinciOrgan yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru
Exit Hidung Faring Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus Paru-paru Hidung Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Pada hidung
Lebih terperinciPrevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.
L/O/G/O Buku pedoman ASMA DEFINISI : Prevalens Nasional : 5,0% 5 Kabupaten/Kota dengan prevalens tertinggi: 1.Aceh Barat 13,6% 2.Buol 13,5% 3.Pahwanto 13,0% 4.Sumba Barat 11,5% 5.Boalemo 11,0% Riskesdas
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN ASMA BRONKHIAL DI RUANG ANGGREK BOUGENVILLE RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di. dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia dan merupakan penyakit kronis pada sistem respirasi tersering pada anak (GINA, 2009). Dalam 20 tahun terakhir,
Lebih terperinciMAKALAH OBAT BATUK. Disusun oleh: 1. Husna Kamilah NIM J1E Dewita Fitri W. NIM J1E Asisten: Ma ruf Algifarie NIM J1E112069
MAKALAH OBAT BATUK Disusun oleh: 1. Husna Kamilah NIM J1E113049 2. Dewita Fitri W. NIM J1E113066 Asisten: Ma ruf Algifarie NIM J1E112069 PROGRAM STUDI S-1 FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciFamili : Picornaviridae Genus : Rhinovirus Spesies: Human Rhinovirus A Human Rhinovirus B
RHINOVIRUS: Bila Anda sedang pilek, boleh jadi Rhinovirus penyebabnya. Rhinovirus (RV) menjadi penyebab utama dari terjadinya kasus-kasus flu (common cold) dengan presentase 30-40%. Rhinovirus merupakan
Lebih terperinciSISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA
SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA Pernapasan manusia meliputi proses inspirasi dan ekspirasi Inspirasi : pemasukan udara luar ke dalam tubuh melalui alat pernapasan Ekspirasi :pengeluaran udara pernapasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan, kenyataan ini tidak dapat kita pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok, baik secara langsung maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Influenza (flu) adalah penyakit pernapasan menular yang disebabkan oleh virus influenza yang dapat menyebabkan penyakit ringan sampai penyakit berat (Abelson, 2009).
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada saluran napas yang melibatkan banyak komponen sel dan elemennya, yang sangat mengganggu, dapat menurunkan kulitas hidup, dan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma dan rinosinusitis adalah penyakit yang amat lazim kita jumpai di masyarakat dengan angka prevalensi yang cenderung terus meningkat selama 20-30 tahun terakhir.
Lebih terperinciBAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN
BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Bronkitis adalah suatu penyakit yand ditandai oleh adanya inflamasi bronkus (Ngastiyah, 2003). Bronkitis adalah suatu infeksi akut saluran besar paru (yaitu trachea dan
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL
PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL SKRIPSI DISUSUN UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN DALAM MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS TERAPAN Oleh: DARU KUMORO CIPTO JATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh. yang berlangsung selama 14 hari (Depkes RI, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan atas atau yang selanjutnya disingkat dengan ISPA adalah suatu infeksi pada saluran nafas atas yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme
Lebih terperinciPENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan
PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini sangat pendek serta tidak dapat diulang lagi, maka masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah satunya adalah asma. Asma merupakan penyakit yang sering di jumpai di masyarakat, asma
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat
14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan manusia, kesehatan merupakan hal yang sangat penting, kesehatan akan terganggu jika timbul penyakit yang dapat menyerang siapa saja baik laki-laki
Lebih terperinciBronkiektasis kelainan anatomik dilatasi bronkus yang kronik dan menetap. Bronkus yang terkena biasanya berukuran sedang (generasi 4-9).
Bronkiektasis kelainan anatomik dilatasi bronkus yang kronik dan menetap. Bronkus yang terkena biasanya berukuran sedang (generasi 4-9). Karakteristik bronkiektasis yaitu kerusakan dari dinding bronkus,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengobatan sendiri (swamedikasi) merupakan bagian dari upaya masyarakat menjaga kesehatannya sendiri. Swamedikasi adalah penggunaan setiap zat yang dikemas dan dijual
Lebih terperinciKELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih
PERTUSIS KELOMPOK III Amalia Putri Azizah Ayu Nila Sari Asri Nurul Falah Euis Oktaviani P Fitrah Rahmah Mariyatul Qibtiyah Rizqa A. M Selly M.P Susan Eka Putri Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Garis Besar Haluan Negara, dinyatakan bahwa pola dasar Pembangunan Nasional pada hakekatnya adalah Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pneumonia Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia pada anak seringkali bersamaan dengan terjadinya proses infeksi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisioterapi merupakan sebuah profesi yang dinamis dengan dasar teori dan aplikasi klinik yang luas untuk memelihara, mengembangkan, dan memulihkan fungsi fisik secara
Lebih terperinciKanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9
Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global Initiatif for Asthma
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sakit Perut Berulang Sakit perut berulang menurut kriteria Apley adalah sindroma sakit perut berulang pada remaja terjadi paling sedikit tiga kali dengan jarak paling sedikit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI Tuberkulosis A.1 Definisi Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini ditemukan pertama kali oleh Robert
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rongga toraks (Chung, 2003). Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran udara
BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batuk merupakan penyakit yang pernah dialami oleh mayoritas manusia. Batuk biasanya menyertai penyakit saluran pernapasan seperti asma, TBC, bronkitis
Lebih terperinciD. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan
BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Malacia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malacia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asma merupakan masalah kesehatan dunia yang tidak hanya terjangkit di negara maju tetapi juga di negara berkembang. Penyakit asma menjadi masalah yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bersihan jalan nafas merupakan kondisi pernafasan yang tidak normal akibat ketidakmampuan batuk secara efektif, dapat disebabkan oleh sekret yang kental atau berlebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.
1 BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut. A. Latar Belakang Aktivitas kehidupan manusia sangat dipengaruhi
Lebih terperinciSaat. penyakit paling. atau. COPD/ Indonesia 1
Penyakit Paru Obstruktif Kronik Saat ini belum ada obat untuk mengobati Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK/COPD Chronic Obstructive Pulmonary Disease) dann penyakit ini akan memburuk secara berkalaa
Lebih terperinciBatuk adalah pengeluaran sejumlah volume. Batuk Kronik pada Anak: masalah dan tata. laksana. Darmawan B Setyanto
Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 6, No. Vol. 2, 6, September No. 2, September 2004: 64-70 2004 Batuk Kronik pada Anak: masalah dan tata laksana Darmawan B Setyanto Batuk kronik pada anak cukup banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul akibat pajanan terhadap bahan kimia dan biologis, juga bahaya fisik di tempat kerja (Ikhsan dkk, 2009). Kelainan saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk kelompok gangguan saluran pernapasan kronik ini. Dalam beberapa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit asma masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Walaupun penyakit asma mempunyai tingkat fitalitas yang rendah namun
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )
SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP ) Topik : Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Sasaran : 1. Umum : Keluarga pasien ISPA 2. Khusus: Pasien ISPA Hari/Tanggal : Jumat, 24 Januari 2014 Waktu : Pukul 9.30 10.00
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Meskipun penyakit
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 50 Desa Lenek Kec. Aikmel
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DINAS KESEHATAN PUSKESMAS LENEK Jln. Raya Mataram Lb. Lombok KM. 0 Desa Lenek Kec. Aikmel EVALUASI LAYANAN KLINIS PUSKESMAS LENEK 06 GASTROENTERITIS AKUT. Konsistensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kelainan siklus sel yang khas yang menimbulkan kemampuan sel untuk tumbuh tidak terkendali (pembelahan sel melebihi
Lebih terperinciSistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.
Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan. Energi ini dihasilkan oleh dipatahkannya molekul glukosa dalam semua sel hidup tubuh manusia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Penyakit Tuberkulosis paru Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut biasanya masuk ke dalam
Lebih terperinciSMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 TBC. Bronkitis. Asfiksi. Pneumonia
SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.2 1. Berikut ini penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberuolosis adalah... TBC Bronkitis Kunci Jawaban : A TBC
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Asma bronkial merupakan penyakit kronik tidak menular yang paling sering dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri berkorelasi
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas. Infeksi pada saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
kerja. 2) Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan mempunyai dampak yang menyebabkan kehidupan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) 1. Defenisi Istilah ISPA yang merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut diperkenalkan pada tahun 1984. Istilah ini merupakan
Lebih terperinciASPERGILLUS FUMIGATUS
ASPERGILLUS FUMIGATUS Taxonomy Superkingdom : Eukaryota Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Subphylum : Pezizomycotina Class : Eurotiomycetes Order : Eurotiales Family : Trichocomaceae Genus : Aspergillus
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang sering dijumpai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Asma Asma merupakan penyakit kronis saluran pernapasan yang sering dijumpai pada masa kanak-kanak. Merupakan salah satu reaksi hipersentivitas saluran napas, baik saluran
Lebih terperinciUNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS Program Studi : KEDOKTERAN Kode : : RESPIRASI Bobot : Semester : 3 Standar Kompetensi : dasar-dasar sistem respirasi manusia meliputi anatomi, histologi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) didefinisikan sebagai penyakit yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya reversibel,
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Asma 2.1.1. Definisi Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi sehingga menimbulkan gejala yang berhubungan dengan luas inflamasi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berbatas pada bagian superfisial kulit berupa bintul (wheal) yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Urtikaria merupakan salah satu manifestasi keluhan alergi pada kulit yang paling sering dikeluhkan oleh pasien. Urtikaria adalah suatu kelainan yang berbatas pada bagian
Lebih terperinciSMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan
JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA A. Organ-Organ Pernapasan Bernapas merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Asma Asma merupakan penyakit inflamasi kronis yang terjadi di saluran pernafasan yang menyebabkan penyempitan pada saluran pernafasan tersebut (Nelson, 2007). Sedangkan menurut
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Rinitis Alergi adalah peradangan mukosa saluran hidung yang disebabkan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rinitis Alergi Rinitis Alergi adalah peradangan mukosa saluran hidung yang disebabkan alergi terhadap partikel, antara lain: tungau debu rumah, asap, serbuk / tepung sari yang
Lebih terperinci1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan
MAKALAH BATUK EFEKTIF 1. Batuk Efektif 1.1 Pengertian Batuk efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara maksimal.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia terutama negara berkembang. Munculnya epidemik Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency
Lebih terperinciBatuk pada Anak. Divisi Respirologi Dept. Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS.H.Adam Malik, Medan
Batuk pada Anak Divisi Respirologi Dept. Ilmu Kesehatan Anak FK USU/RS.H.Adam Malik, Medan -Kedengaran -Mengganggu tidur -Mengganggu aktifitas -Membuat cemas + iklan obat batuk Perang..! 2 Lawan... 3 Batuk
Lebih terperinciPenyebab: si kecil diserang jasad renik, seperti kuman, mikroba atau virus. Namun penyebab terbesar adalah virus.
Apakah anak anda sering terjangkit penyakit batuk dan pilek? Baru saja sembuh, ga lama kemudian sakit lagi? Kalau jawabannya "ya", simaklah artikel berikut yang kami kutip dari kompas.com, semoga dapat
Lebih terperinciSistem Pernafasan Manusia
Sistem Pernafasan Manusia Udara masuk kedalam sepasang rongga hidung melalui lubang hidung. Rongga hidung dilengkapi oleh rongga-rongga kecil (silia) dan selaput lendir. Dalam rongga hidung, udara dilembabkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok mengganggu kesehatan barangkali merupakan istilah yang tepat, namun tidak populer dan tidak menarik bagi perokok. Banyak orang sakit akibat merokok, tetapi orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parekim paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh kainnya, termasuk meningitis, ginjal,
Lebih terperinciKISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban
KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST No Tujuan Pembelajaran 1 1. Menjelaskan pengertian sistem. 2. Menuliskan organ-organ 3. Menjelaskan fungsi organorgan yang terlibat dalam sistem Ranah Kognitif Deskripsi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, dan motorisasi (Dharmawan, 2004).
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga terjadi perubahan yang sangat cepat, baik dalam bidang ekonomi, pembangunan, industri, dan transportasi. Pesatnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,
Lebih terperinciKaviti hidung membuka di anterior melalui lubang hidung. Posterior, kaviti ini berhubung dengan farinks melalui pembukaan hidung internal.
HIDUNG Hidung adalah indera yang kita gunakan untuk mengenali lingkungan sekitar atau sesuatu dari aroma yang dihasilkan. Kita mampu dengan mudah mengenali makanan yang sudah busuk dengan yang masih segar
Lebih terperinci