EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN Octaviani Nila Permata Sari. D Efektivitas Substitusi Konsentrat dengan Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi Secara In Vitro. Skripsi. Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Komang G. Wiryawan Pembimbing Anggota : Ir. Syahriani Syahrir, M.Si. Perkembangan usaha bidang peternakan tidak dapat lepas dari ketersediaan pakan ternak yang berkualitas dan dalam jumlah yang memadai karena pakan mengambil bagian terbesar (70%) dari total biaya produksi. Limbah pertanian khususnya jerami padi memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia karena ketersediaannya cukup berlimpah terutama di Indonesia, berkesinambungan, dan dapat menggantikan rumput lapang. Namun, ada beberapa faktor pembatas pemanfaatan jerami padi sebagai pakan yaitu rendahnya kandungan nutrien esensial seperti protein, energi, mineral dan vitamin, serta kecernaannya yang rendah. Salah satu cara peningkatan fermentabilitas bahan pakan sumber serat antara lain dapat dilakukan dengan menyediakan readily available carbohydrates (RAC) secara seimbang dan berkesinambungan dalam sistem rumen dengan bantuan senyawa yang dapat bertindak sebagai agen lepas lambat RAC yaitu senyawa 1- deoxynojirimycin (DNJ). Senyawa ini ditemukan terdapat pada tanaman murbei sebanyak 0,24% (Oku et.al., 2004). Disamping itu, tanaman murbei mempunyai potensi sebagai pengganti konsentrat karena daun murbei memiliki kandungan protein kasar yang tinggi sebanyak 20,15% (Samsijah, 1992). Percobaan ini terdiri dari dua tahap. Tahap I bertujuan untuk mengkaji secara in vitro kemampuan tepung daun murbei mensubstitusi konsentrat pakan ternak ruminansia, dan tahap II untuk menguji efektivitas ekstrak daun murbei untuk meningkatkan fermentabilitas pakan sumber serat dalam sistem rumen secara in vitro. Susunan ransum perlakuan pada tahap I sebagai berikut: P0 (50% jerami padi + 50% konsentrat) sebagai kontrol, P1 (50% jerami padi + 37,5 % konsentrat + 12,5 % tepung daun murbei), P2 (50% jerami padi + 25% konsentrat + 25 % tepung daun murbei), P3 (50% jerami padi + 12,5% konsentrat + 37,5% tepung daun murbei), P4 (50 % jerami padi + 50 % tepung daun murbei) dan susunan perlakuan pada tahap II antara lain: Q0 (50 % jerami padi + 50 % konsentrat), Q1 (50% jerami padi + 25% konsentrat + 25 % tepung daun murbei), Q2 (Q0 + ekstrak daun murbei dengan estimasi kandungan DNJ sebanyak 0,12%). Pemberian daun murbei sebagai substitusi konsentrat secara in vitro dapat dilakukan pada berbagai level, namun perlakuan P2 dimana daun murbei mensubstitusi konsentrat sampai level 50% pada pakan berbasis jerami padi memberikan respon terbaik dibandingkan perlakuan lainnya. Begitu pula dengan pemberian ekstrak daun murbei dengan estimasi kandungan DNJ sebanyak 0,12% dapat meningkatkan fermentabilitas pakan sumber serat pada sistem rumen. Kata-kata kunci: Tepung dan ekstrak daun murbei, jerami padi, fermentasi rumen

3 ABSTRACT Effectiveness of Mulberry Leaves as Substitution of Concentrate in Ruminal Systems with Rice Straw-bases Diet O.N.P. Sari, K.G. Wiryawan, and S. Syahrir This experiment was conducted in two steps. The first trial was aimed at investigating the capability of Mulberry leaves to substitute the utilization of concentrate as feed for ruminant and the second trial was studied to examine the effectiveness of Mulberry leaf extract in increasing fermentability of fibrous feed in ruminal systems. The treatments used in the first trial were: P0 (50% rice straw + 50% concentrate) as a control, P1 (50% rice straw % concentrate % Mulberry leaves), P2 (50% rice straw + 25% concentrate + 25% Mulberry leaves), P3 (50% rice straw % concentrate % Mulberry leaves), P4 (50% rice straw + 50% Mulberry leaves) and the treatments used in the second trial were: Q0 (50% rice straw + 50% concentrate) as a control, Q1 (the best treatment from the first step), Q2 (Q % Mulberry leaf extract). This experiment was conducted using randomized block design with four replications. Variable measured were fermentability (NH 3 and VFA concentrations), ph, gas production, IVDMD, and IVOMD. Data were analyzed using Analysis of Variance and Duncan Multiple Range Test further tested the significant differences. The experiment showed that treatments significantly (P<0.05) affected VFA concentration, IVDMD, and IVOMD in the first trial and gas production, IVDMD, and IVOMD in the second trial. However, there were no significant effects on other variables. It is concluded that Mulberry leaves is able to substitute the utilization of concentrate as feed for ruminant and addition of Mulberry leaf extract could increase fermentability of feed as source of fiber in ruminal systems. Keywords: Mulberry leaves and extracts, rice straw, ruminal fermentation

4 EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO OCTAVIANI NILA PERMATA SARI D Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO Oleh OCTAVIANI NILA PERMATA SARI D Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 21 April 2008 Pembimbing Utama Pembimbing Anggota Dr. Ir. Komang G. Wiryawan NIP Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor Ir. Syahriani Syahrir, M.Si. NIP Dr. Ir. Luki Abdullah, MSc. Agr NIP

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 11 Juli 1987 di Bogor, Jawa Barat. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Ngadiono dan Betty Jel Begia. Pendidikan penulis dimulai dari memasuki pendidikan Taman Kanak-kanak Cupu Wirada pada tahun 1991, kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah dasar di SD Negeri Curug II Depok hingga tahun 1998, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 7 Depok dan pendidikan lanjutan menegah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMA Negeri 1 Tilatang Kamang Bukittinggi. Pada tahun yang sama, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak (HIMASITER) periode pada biro kewirausahaan, pada biro khusus magang, dan pada departemen nutrisi dan teknologi pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, pernah mengikuti program magang di Taman Margasatwa Ragunan dan menjadi mahasiswa berprestasi Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan 2006/2007 dan 2007/2008.

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, ridho, dan karunia-nya. Bersama dengan itu juga salawat serta salam selalu terucap kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga serta sahabatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul Efektivitas Substitusi Konsentrat dengan Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi Secara In Vitro. Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis pada bulan Juli sampai Oktober 2007 di Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengkaji secara in vitro kemampuan daun murbei mensubstitusi konsentrat pakan ternak ruminansia, serta menguji efektivitas ekstrak daun murbei untuk meningkatkan fermentabilitas pakan sumber serat dalam sistem rumen. Penyusunan skripsi ini berdasarkan pada hasil penelitian yang dilakukan penulis di Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor dari bulan Juli Oktober Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya Bogor, April 2008 Penulis

8 DAFTAR ISI RINGKASAN... ABSTRACT... RIWAYAT HIDUP... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Murbei (Morus sp.) Deoxynojirimycin... 5 Jerami Padi... 6 Pencernaan Zat Makanan di dalam Rumen... 7 Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik... 8 Produksi Volatile Fatty Acids (VFA)... 9 Konsentrasi Amonia (N-NH 3 ) Produksi Gas METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Uji Fermentabilitas pakan secara in vitro Ekstraksi Daun Murbei Analisa Proksimat Peubah yang Diamati Rancangan Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrisi Daun murbei Percobaan Tahap I Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi.. 22 Pengukuran ph ii iii vi vii viii x xi xii

9 Produksi VFA Total Konsentrasi N-NH Produksi Gas Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik Percobaan Tahap II Penggunaan Tepung dan Ekstrak Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi Pengukuran ph Produksi VFA Total Konsentrasi N-NH Produksi Gas... Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik KESIMPULAN DAN SARAN UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 DAFTAR TABEL Nomor Halam an 1. Komposisi Kimia Lima Jenis Daun Murbei Perbandingan Komposisi Nutrisi Daun Murbei Muda dan Tua Komposisi Nutrien Jerami Padi Susunan Bahan baku Konsentrat Komposisi Nutrien Tepung dan Ekstrak Daun Murbei Perlakuan Pengaruh Perlakuan Terhadap Peubah yang Diamati pada Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi Pengaruh Perlakuan Terhadap Peubah yang Diamati pada Penambahan Tepung dan Ekstrak Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi... 29

11 DAFTAR GAMBAR Nomor Halam an 1. Murbei (Morus sp.) Struktur Bangun 1-Deoxynojirimycin Konsentrasi VFA pada Perlakuan Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi Grafik Data Hasil N-NH 3 pada Perlakuan Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi Laju Produksi Gas pada Perlakuan Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi dengan Masa Inkubasi selama 48 jam Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Perlakuan Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi Grafik Data Hasil VFA pada Perlakuan pada Perlakuan Tepung dan Ekstrak Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi Grafik Data Hasil N-NH 3 pada Perlakuan Tepung dan Ekstrak Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi Laju Produksi Gas pada Perlakuan Tepung dan Ekstrak Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi dengan Masa Inkubasi Selama 48 jam Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik pada Perlakuan Tepung dan Ekstrak Daun Murbei pada Pakan Berbasis Jerami Padi

12 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Komposisi Pembuatan Larutan Buffer Tanaman Murbei untuk Sutera Alam Lima Tahun Terakhir Hasil Anova dan Uji Lanjut Percobaan Tahap I Hasil Anova dan Uji Lanjut Percobaan Tahap II... 46

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan usaha bidang peternakan tidak dapat lepas dari ketersediaan pakan ternak yang berkualitas dan dalam jumlah yang memadai. Pakan merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam manajemen dan pembangunan peternakan karena mengambil bagian terbesar (70%) dari total biaya produksi. Pakan juga merupakan komponen terpenting untuk menunjang budidaya ternak karena berimbas pada peningkatan bobot badan ternak dan performa ternak yang diinginkan. Peningkatan populasi, produksi daging, susu dan telur sebagai hasil ternak pun sangat tergantung dari penyediaan pakan yang baik dan berkualitas. Pakan adalah salah satu sendi penting proses perbaikan populasi dan produktivitas ternak, dan pemanfaatan limbah pertanian secara optimal sebagai bahan pakan adalah pilihan strategis dan bijak. Limbah pertanian khususnya jerami padi memiliki potensi yang cukup besar sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia karena ketersediaannya cukup berlimpah, berkesinambungan, dan dapat menggantikan rumput lapang. Namun, ada beberapa faktor pembatas pemanfaatan limbah pertanian khususnya jerami padi sebagai pakan yaitu rendahnya kandungan nutrien esensial seperti protein, energi, mineral dan vitamin. Karbohidrat struktural yang mendominasi komposisi nutrien jerami padi juga mengakibatkan kecernaannya rendah. Karena itu, pemanfaatan jerami padi dalam ransum harus diimbangi dengan upaya peningkatan fermentabilitasnya dalam sistem rumen. Salah satu cara peningkatan fermentabilitas bahan pakan dilakukan dengan menyediakan karbohidrat non-struktural=readily available carbohydrates (RAC) secara seimbang dan berkesinambungan dalam sistem rumen dengan bantuan senyawa yang dapat bertindak sebagai agen lepas lambat RAC. Salah satu senyawa aktif yang diketahui dapat menjadi agen lepas lambat RAC adalah senyawa 1-deoxynojirimycin (DNJ). Senyawa ini ditemukan terdapat pada tanaman murbei sebanyak 0,24% (Oku et.al., 2004). Oleh karena itu, tanaman murbei berpotensi menjadi agen lepas lambat RAC dalam sistem rumen. Disamping itu, tanaman murbei mempunyai potensi sebagai pengganti konsentrat 1

14 karena daun murbei memiliki kandungan protein kasar yang tinggi sebanyak 20,15% (Samsijah, 1992), potensi produksi yang baik, kandungan nutrien yang lengkap, dan daya adaptasi tumbuh yang baik pada berbagai kondisi. Diperkirakan penggantian konsentrat dengan daun murbei dapat meningkatkan efisiensi produksi dan efisiensi ekonomi, serta menjadi alternatif pakan komplit yang murah, berkualitas, mudah disediakan dan dapat meningkatkan produktivitas ternak. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji secara in vitro kemampuan tepung daun murbei mensubstitusi konsentrat pakan ternak ruminansia, serta menguji efektivitas ekstrak daun murbei untuk meningkatkan fermentabilitas pakan sumber serat dalam sistem rumen. 2

15 TINJAUAN PUSTAKA Murbei (Morus sp.) Murbei termasuk genus Morus dari family Moraceae. Berdasarkan morfologi bunga genus Morus dipilah-pilah menjadi 24 jenis yang kemudian ditambah dengan lima jenis lagi. Murbei pada dasarnya mempunyai bunga kelamin tunggal, meskipun kadang-kadang juga berkelamin rangkap (Atmosoedarjo et al., 2000). Menurut Sunanto (1997) murbei berasal dari Cina yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Divisio : Spermatophyta Sub-divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Urticalis Famili : Moreceae Genus : Morus Species : Morus sp. Gambar 1. Murbei (Morus sp.) Tanaman murbei berbentuk semak (perdu) yang tingginya mencapai 5-6 m, dapat juga berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai m. Curah hujan yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman murbei antara mm per tahun dengan suhu optimal antara C, tetapi umumnya tanaman murbei masih dapat tumbuh dengan suhu minimum 13 0 C dan suhu maksimum 38 0 C dengan kelembaban udara 65-80% (De Almeida dan Fonseca, 2000). Adaptasi tumbuh tanaman murbei relatif baik, karena tanaman ini dapat tumbuh pada lokasi dengan variasi suhu, ph tanah, dan ketinggian dari permukaan laut yang sangat besar. Oleh karena itu, tanaman ini mudah dikembangkan untuk kebutuhan lain, seperti sebagai sumber pakan ternak. Tanaman murbei juga sangat baik digunakan untuk mencegah erosi (Datta et. al., 2000). Atmosoedarjo et al. (2000) dan Katsumata (1972) menjelaskan bahwa di Indonesia dikenal beberapa spesies murbei yang potensial untuk pakan ulat sutera atau sumber bahan baku pakan ayam, antara lain Morus alba, Morus nigra, Morus multicaulis, Morus australis, Morus cathayana, Morus mierovra, Morus alba var. macrophylla, dan Morus bombycis. Komposisi kimia dari 3

16 beberapa jenis daun murbei dapat dilihat pada Tabel 1. Diantara semua jenis tersebut Morus alba merupakan jenis murbei yang banyak digunakan karena kandungan nutrisinya yang baik. Daun murbei memiliki palatabilitas yang cukup tinggi, dapat digunakan sebagai pakan hewan herbivora dan monogastrik serta bahan obat-obatan, selain itu daun murbei tidak teridentifikasi adanya kandungan senyawa antinutrisi. Tabel 1. Komposisi Kimia Lima Jenis Daun Murbei Komposisi Jenis Murbei Kimia Morus alba Morus nigra Morus multicaulis Morus cathayana Morus australis % BK 13,18* 13,01* ,21* Air 84,28** 83,17** 77,11** 79,55 83,89** Protein Kasar 20,15 20,06 15,51 18,53 19,44 Serat Kasar 13,27 16,19 12,55 12,89 12,82 Lemak Kasar 3,62 3,63 3,64 3,69 4,10 Abu 10,58 10,77 10,97 14,84 10,63 Keterangan * = % BK ** = % Berat basah Sumber : Samsijah (1992) Potensi produksi daun murbei dapat mencapai 10,5-13,5 ton BK/ha/tahun (Datta et. al., 2000). Potensi produksi tersebut lebih tinggi dibanding dengan leguminosa lain seperti gamal (Gliricidia sepium) dengan potensi produksi sebesar 7-9 ton BK/ha/tahun (Horne et al., 1994) dan lamtoro mini (Desmanthus virgatus) dengan potensi produksi sebesar 7-8 ton BK/ha/tahun (Suyadi et al., 1989). Luas areal tanaman murbei di Indonesia pada tahun 2004 mencapai 9.492,45 Ha (Dirjen Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial, 2005). Luasan tersebut dapat memproduksi daun murbei sebanyak ,1 ton BK/tahun. Meskipun produksi daun murbei cukup tinggi, fokus pemanfaatan tanaman ini hanya untuk pakan ulat sutra. Data produksi daun murbei seluruh Indonesia dapat dilihat pada Lampiran 2. Kandungan protein kasar daun murbei sebesar 20,4% merupakan salah satu indikator kualitas daun murbei yang baik. Pada daun murbei juga teridentifikasi adanya kandungan asam askorbat, karoten, vitamin B1, asam folat, 4

17 provitamin D, mineral Mg, P, K, Ca, Al, Fe dan Si. Protein daun murbei meliputi globulin, prolamin, dan albumin, sedangkan asam-asam aminonya meliputi methionin, alanin, valin, leusin, isoleusin, lisin, asam aspartat, glisin, arginin, asam glutamat, fenilalanin, prolin, oksiprolin, tirosin, histidin, sistin serta GABA (gamma-aminobutyric acid) (Machii et al. 2000). GABA mempunyai fungsi sebagai agen untuk menurunkan tekanan darah pada manusia dan transmisi impuls saraf (Machii, 2000). Ekastuti (1996) menyatakan bahwa kandungan mineral dan kalsium antara Morus alba, Morus cathayana, dan Morus multicaulis tidak jauh berbeda seperti yang terlihat pada Tabel 2. Umumnya kandungan kalsium daun muda lebih rendah daripada daun tua, sedangkan kandungan pospor daun muda relatif lebih besar daripada daun tua. Kandungan asam amino pada daun tua dan muda mirip dengan jumlah glutamat, aspartat, leusin, dan tronin terbanyak. Tabel 2. Perbandingan Komposisi Nutrisi Daun Murbei Muda dan Tua per Persen Bahan Kering Jenis Daun Morus alba Daun muda Daun tua Morus cathayana Daun muda Daun tua Morus multicaulis Daun muda Daun tua Kadar Air (%) 69,89 69,50 73,69 70,78 74,64 75,13 PK (%) 22,59 22,10 19,09 16,39 21,99 19,66 LK (%) 4,10 6,09 3,71 5,46 3,70 5,09 SK (%) 10,21 10,57 8,45 16,80 12,56 16,86 BETN (%) 53,26 46,81 59,53 47,61 51,85 44,32 Abu (%) 9,83 14,43 9,22 14,08 9,9 14,05 Energi (Kal/g) Ket : PK = Protein Kasar, LK = Lemak Kasar, SK =Serat Kasar, BETN = Bahan Ekstrak Tanpa N Sumber : Ekastuti (1996) 1-Deoxynojirimycins Pertama kali deoxynojirimycins diisolasi dari akar tanaman murbei pada tahun 1976 dan diberi nama moroline. Senyawa ini ditemukan terdapat pada tanaman murbei sebanyak 0,24% (Oku et.al., 2006) dan DNJ diketahui dapat 5

18 menekan kadar glukosa darah, sehingga dapat mencegah diabetes (Kimura et al., 2004). Senyawa deoxynojirimycins (DNJ) merupakan kumpulan stereokimia dari monosakarida yang memiliki potensi menghambat ceramid glukosyltransferase dan (α, β) glukosidase secara spesifik. Sebagai contoh, N- butyl DNJ digunakan untuk mengurangi sintesa substrat glikolipid (Mellor et al., 2002). Penghambatan kerja enzim α-glukosidase dengan N-butyl DNJ, menyebabkan tidak terjadi interaksi glikoprotein dengan retikulum endoplasmik dan pembentukan glikoprotein antara. Menurut Oku et al. (2006) derivat DNJ berupa D-glukosa mampu menghambat α-glukosidase usus dan α-glukosidase pankreas, sehingga DNJ dapat menghambat pembentukan oligosakarida. Komponen penghambat tersebut tersebar juga dalam daun dan akar murbei. Struktur bangun senyawa 1-DNJ dapat dilihat pada Gambar 2. OH CH 2 OH NH OH OH Gambar 2. Struktur Bangun 1-Deoxynojirimycin Daun murbei (Morus alba, L) telah digunakan sebagai obat tradisional, sebagai anti penyakit diabetes dan anti hyperglycemic. Komponen daun murbei seperti DNJ, α-arylbenzofuran alkaloid mampu menghambat aktivitas α- glukosidase dalam usus kecil dan juga mencegah hidrolisis disakarida (Yatsunami et al., 2003). Jerami Padi Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat potensial sebagai sumber energi yang dapat dimanfaatkan oleh ternak ruminansia. Menurut Biro Pusat Statistik (2001), luas areal tanaman padi di Indonesia pada tahun 2000 diperkirakan mencapai hektar dengan produksi padi sebanyak 6

19 ton dan luas areal tanaman terbesar adalah di Pulau Jawa yaitu hektar. Hal ini dapat menghasilkan produk ikutan berupa jerami padi dengan asumsi rasio 1:1 sampai 1:5 sebanyak ton setiap tahunnya. Penggunaan jerami padi sebagai pakan ternak ruminansia telah umum dilakukan di daerah tropik dan subtropik terutama sebagai makanan ternak pada musim kemarau. Menurut Sutardi (1980), jerami padi sebagai makanan ternak masih terbatas pemanfaatannya karena hanya berperan sebagai bulk serta menggantikan tidak lebih dari 25% kebutuhan ternak akan rumput. Jerami padi mempunyai nilai nutrisi yang rendah karena daya cernanya hanya 20,97% untuk nilai kecernaan bahan kering (KCBK) dan 20,1% untuk kecernaan bahan organik (KCBO) (Selly, 1994). Rendahnya kecernaan bahan kering jerami padi disebabkan oleh tingginya kadar serat kasar seperti terlihat pada Tabel 3. Selain itu, jerami padi juga mengandung silika yang tinggi dimana terikat dengan gugus organik. Pertambahan satu persen silika dalam pakan hijauan dapat menurunkan KCBO sebanyak satu persen dan KCBK sebanyak empat persen (Cherney, 2000). Tabel 3. Komposisi Nutrien Jerami Padi Komponen Selly (1994) Doyle et al. (1986) Laconi (1992) Baham kering (%) 89, Bahan organik (%) 78,96-78,27 Abu (%) ,73 Protein kasar (%) 7,72 1,7-8,6 6,63 Serat kasar (%) - 28,79 30,80 Lignin (%) 3, ,53 Hemiselulosa (%) Selulosa (%) Silika (%) 18, ,32 Pencernaan Zat Makanan di dalam Rumen Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, domba, kambing, unta, dan illama dapat memanfaatkan hijauan dalam jumlah banyak secara baik. Hal ini dikarenakan ternak ruminansia memiliki saluran pencernaan yang kompleks yang 7

20 mampu mencerna hijauan (Williamson dan Payne, 1993). Ruminansia mempunyai lambung-lambung yang besar, yaitu abomasum dan lambung muka yang membesar membentuk tiga ruangan antara lain rumen, retikulum, dan omasum (Arora, 1995). Rumen merupakan bagian terbesar pada saluran pencernaan ruminansia. Didalam rumen dan retikulum terdapat mikroba dan merupakan alat pencernaan fermentatif dengan kondisi anaerob, suhu 39 0 C, dan ph 6-7 (Sutardi, 1977). Bakteri merupakan penghuni terbesar dalam rumen yang kepadatannya mencapai /ml cairan rumen, dan diikuti protozoa dengan kepadatan /ml cairan rumen (Ogimoto dan Imai, 1985). Pencernaan yang terjadi adalah pencernaan fermentatif yang merupakan perubahan senyawa-senyawa tertentu menjadi senyawa lain yang sama sekali berbeda dengan molekul zat makanan asalnya. Adanya bakteri dan protozoa yang hidup dalam rumen menyebabkan ruminansia dapat mencerna serat kasar tinggi dan Non-Protein Nitrogen (NPN). Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendukung kelangsungan proses fermentasi pakan dalam rumen antara lain kondisi rumen mendekati anaerob, ph diusahakan 6,6-7,0 dengan saliva sebagai larutan penyangga, kontraksi rumen menambah kontak antara enzim dengan makanan, laju pengosongan rumen yang diatur agar selalu terisi walaupun ternak menderita lapar dalam waktu yang lama, serta suhu rumen yang konstan (Sutardi, 1977). Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik McDonald et al. (2002) menyatakan bahwa kecernaan suatu pakan sangat tepat didefinisikan sebagai bagian dari pakan yang tidak dieksresikan di dalam feses dan oleh karena itu diasumsikan bagian tersebut diserap oleh hewan. Kecernaan dapat diukur dengan teknik fermentasi in vitro dan biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase bahan kering (Perry et al., 2003). Kecernaan pakan pada ternak ruminansia dipengaruhi oleh spesies hewan, bentuk fisik makanan, variasi antar individu, jumlah makanan yang diberikan, komposisi bahan makanan, kemampuan ransum yang dapat digunakan oleh mikroba, dan suhu lingkungan (Ensminger dan Olentine, 1979). Disamping itu, McDonald et 8

21 al. (2002) menambahkan beberapa faktor lain yang mempengaruhi kecernaan pakan khususnya hijauan diantaranya bagian total pakan yang dapat larut, tingkat lignifikasi, kadar protein ransum dan komposisi bahan kimia pakan. Bahan pakan yang mengandung serat kasar tinggi akan menurunkan nilai kecernaan zat-zat makanan lainnya karena untuk mencerna serat kasar diperlukan banyak energi. Derajat keasaman cairan rumen merupakan faktor yang penting dalam pemanfatan bahan organik oleh hewan ruminansia. Faktor struktur makanan, ruminasi, produk saliva, dan ph optimum mempengaruhi degradasi makanan di dalam saluran pencernaan. Konsentrasi amonia di dalam cairan rumen turut menentukan sintesa protein mikroba yang pada gilirannya akan mempengaruhi hasil fermentasi bahan organik pakan. Produksi Volatile Fatty Acids (VFA) Volatile Fatty Acid (VFA) yang biasa disebut asam lemak terbang merupakan salah satu produk fermentasi karbohidrat di dalam rumen yang menjadi sumber energi utama bagi ternak ruminansia. Konsentrasi VFA pada cairan rumen dapat digunakan sebagai salah satu tolok ukur fermentabilitas pakan dan sangat erat kaitannya dengan aktifitas mikroba rumen (Parakkasi, 1999). Lebih kurang 60-75% dari ransum yang diberikan pada ternak terdiri dari karbohidrat. Karbohidrat yang masuk ke dalam rumen akan dihidrolisa menjadi monosakarida, terutama glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen. Kemudian glukosa tersebut akan difermentasi menjadi VFA berupa asetat, propionat, dan butirat serta CH 4 dan CO 2. VFA ini penting untuk pertumbuhan mikroorganisme yang membantu mencerna serat kasar dalam rumen serta sebagai sumber kerangka karbon bagi pembentukan protein mikroba (Sutardi et al., 1983). Produksi VFA total yang dihasilkan dalam rumen sangat bervariasi tergantung pada ransum yang dikonsumsi dan lama waktu setelah makan yaitu antara mm (McDonald et al., 2002). Kadar VFA yang dibutuhkan untuk menunjang pertumbuhan optimal rumen adalah mm (Sutardi, 1979). 9

22 Konsentrasi Amonia (N-NH 3 ) N-NH 3 merupakan hasil perombakan protein menjadi peptida dan asam amino oleh mikroba rumen dan hidrolisis urea (Perry et al., 2003). Menurut Sutardi (1980), NH 3 sangat penting dalam proses pencernaan ternak ruminansia karena NH 3 merupakan sumber nitrogen untuk pembentukan protein sel dari mikroba rumen. Sebagian besar mikroba rumen (82%) menggunakan NH 3 untuk prolifikasi diri, terutama dalam proses sintesis tubuhnya. Untuk menjamin ketersediaan NH 3, mikroba rumen cenderung merombak protein dan menghasilkan NH 3, CO 2, dan asam lemak terbang (VFA). Pengukuran konsentrasi NH 3 secara in-vitro dapat digunakan untuk mengestimasi degradasi protein dan penggunaannya oleh mikroba. Faktor utama yang mempengaruhi konsentrasi NH 3 adalah ketersediaan karbohidrat dalam ransum sebagai sumber energi untuk pembentukan protein mikroba. Agar NH 3 dapat dimanfaatkan oleh mikroba, penggunaanya perlu disertai sumber energi yang mudah difermentasi seperti tetes, pati, glukosa, fruktosa, dan sukrosa (Sutardi, 1977). Adanya karbohidrat yang mudah dicerna memungkinkan mikroba mendapatkan energi yang lebih banyak untuk membentuk protein tubuh. Menurut Ørskov (1982), produksi NH 3 tergantung pada kelarutan protein ransum, jumlah protein ransum, lamanya makanan di dalam rumen, dan ph rumen. Konsentrasi NH 3 yang optimum untuk menunjang sintesis protein mikroba dalam cairan rumen sangat bervariasi, berkisar antara mg/l atau 6-21 mm (McDonald et al., 2002). Produksi Gas Teknik pengukuran produksi gas bertujuan untuk mengukur kecepatan produksi gas hasil fermentasi yang dapat digunakan untuk memprediksi kecepatan degradasi bahan pakan, dimana diasumsikan bahwa jumlah gas yang diproduksi mencerminkan jumlah bahan pakan yang telah terdegradasi (Lopez et al., 2000). Disamping itu Liu et al. (2002) menambahkan pengukuran produksi gas dapat menjadi sebuah indikator yang baik dari produksi VFA, namun tidak selalu memberikan hubungan yang positif terhadap produksi biomassa mikroba. 10

23 Proses pencernaan karbohidrat oleh ruminansia melalui tahap fermentasi oleh mikroba di dalam rumen. Hasil fermentasi di dalam rumen menghasilkan gas yang keadaannya dalam kesetimbangan dengan keberadaan asam asetat, propionat, butirat, CO 2, dan CH 4. Adanya kesetimbangan produksi gas memungkinkan pendugaan produksi gas dari proses fermentasi pakan dalam rumen. Hasil pada metode ini diperoleh berdasarkan produksi CO 2 dan CH 4 yang berasal dari proses fermentasi pakan dalam cairan rumen. Pakan yang berbeda akan menunjukan jumlah produksi gas yang berbeda pada selang waktu fermentasi yang sama (Shofield, 2000). Bahan pakan tercerna akan diubah oleh mikroba rumen menjadi VFA dan protein mikroba dengan meningkatnya pertumbuhan sehingga peningkatan bahan pakan terdegradasi akan meningkatkan produksi gas. Hasil samping fermentasi bahan tercerna adalah CO 2 dan CH 4 yang berupa gas. Pada teknik produksi gas, CO 2 akan dilepaskan dari buffer bikarbonat setiap dihasilkan VFA sehingga peningkatan bahan pakan terdegradasi akan meningkatkan gas yang dilepaskan (Kurniawati, 2007). 11

24 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi Institut Pertanian Bogor dari bulan Juli Oktober Materi Bahan Bahan yang digunakan sebagai perlakuan berupa ransum yang terdiri atas jerami padi, konsentrat, tepung daun murbei, dan ekstrak daun murbei. Konsentrat disusun dengan kandungan protein kasar sebesar 18,43% (sama dengan kandungan protein tepung daun murbei yang akan digunakan dalam perlakuan), TDN sebesar 72% dan kandungan Ca dan P berturut-turut sebesar 1,438% dan 0,822%. Tabel 4. Susunan Bahan baku Konsentrat Bahan Jumlah (%) Jagung Kuning 17,5 Bungkil Kelapa 53 Dedak Padi 26,5 Urea 2 Garam 0,5 Cattle mix 0,5 Total 100% Bahan kimia yang digunakan untuk analisis NH 3, VFA, produksi gas, serta degradasi bahan kering dan organik dalam penelitian ini adalah larutan buffer yang merupakan campuran dari larutan mineral mikro (CaCl 2.2H 2 O, MnCl 2.4H 2 O, CoCl 2.6H 2 O, dan FeCl 2.6H 2 O), larutan penyangga rumen (NH 4 HCO 3 dan NaHCO 3 ), larutan mineral makro (Na 2 HPO 4, KH 2 PO 4, dan MgSO 4.7H 2 O), larutan Rezasurin 0,1% (w/v), larutan pereduksi (NaOH 1 N, Na 2 S.9H 2 O) dan trypticase. Kemudian ethanol 50%, gas CO 2, sodium 12

25 nitroferricianida, phenol, sodium hidroksida, Na 2 HPO 4.7H 2 O, Baycline, amonium sulfat, larutan H 2 SO 4 15%, larutan NaOH 0,5%, larutan HCl 0,5 N dan aquadest. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara lain: tabung fermentor, shaker water bath, pipet, bulp, pompa, ember, saringan, evaporator, freezer, termometer, timbangan digital, hot plate, mikroburet, tabung destilasi, magnetik stirer, tabung gas, ph meter, pompa vakum, oven C, tanur, panci presto, sentrifuse, cawan porselen, eksikator, timbangan, tissue, kain kasa, labu Erlenmeyer, labu ukur, botol gelas gelap, botol polyethylene gelap, sarung tangan dan termos untuk pengambilan cairan rumen. Metode Uji Fermentabilitas Pakan Secara in vitro Uji ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan tepung daun murbei mensubstitusi konsentrat, serta efektivitas ekstrak daun murbei untuk meningkatkan fermentabilitas pakan sumber serat dalam sistem rumen. Aktifitas fermentasi diukur dari kadar NH 3, produksi VFA total, ph, dan produksi gas yang dihasilkan. Pencernaan Fermentatif (Anaerob) Satu gram sampel yang telah digiling dimasukkan ke dalam tabung fermentor polypropilene yang berkapasitas 120 ml. Selanjutnya ditambahkan 50 ml campuran cairan rumen dan larutan buffer yang memiliki kisaran ph 6,5 6,8 (komposisi larutan buffer dapat dilihat pada Lampiran 1.) dengan perbandingan 1:4 ke dalam tabung yang berisi sampel. Sebelum ditutup dengan sumbat karet berventilasi, dialirkan gas CO 2 ke dalam tabung fermentor selama 30 detik kemudian diinkubasi dalam penangas air yang bergoyang (shaker waterbath) pada suhu 39 0 C dan difermentasikan selama 4 jam untuk menganalisis NH 3 dan VFA dan 48 jam untuk analisa kecernaan (fermentasi dihentikan dengan cara meletakkan cairan hasil fermentasi ke dalam freezer). Setelah 4 jam dan 48 jam, sumbat karet tabung fermentor 13

26 dibuka, selanjutnya tabung fermentor tersebut disentrifuse pada kecepatan 3000 rpm selama 10 menit. Setelah disentrifuse supernatannya ditampung dalam botol film untuk dianalisa NH 3 dan VFA, sedangkan untuk analisis kecernaan, supernatan dibuang dan endapannya diambil untuk dianalisis. Setelah endapan diperoleh, campuran tersebut disaring dengan kertas saring Whatman no.41 menggunakan pipa vakum untuk mendapatkan residunya. Hasil residu tersebut dimasukkan ke dalam cawan porselen untuk diuapkan kandungan air menggunakan oven suhu C selama 24 jam sehingga diperoleh bahan kering. Setelah 24 jam, bahan dalam cawan porselen dimasukan ke dalam tanur pada suhu C selama 3 jam untuk diperoleh bahan organiknya. Sebagai blanko, dipakai residu asal fermentasi tanpa bahan makanan, sedangkan bahan asal adalah bahan pakan percobaan yang diberikan perlakuan sama, tetapi tidak difermentasikan. Bahan ditimbang sebanyak satu gram kemudian langsung dimasukkan ke dalam oven dan tanur (Close dan Menke, 1986). Koefisien degradasi bahan kering dan organik dihitung sebagai berikut : Persentase Kecernaan BK = BK asal (BK residu BK blanko) x 100% BK asal Persentase Kecernaan BO = BO asal (BO residu BO blanko) x 100% BO asal Pengukuran Produksi Gas Pengukuran produksi gas dilakukan dengan cara memasukkan 0,2 gram sampel ke dalam spoite 50 ml, kemudian tambahkan 30 ml cairan rumen yang telah dicampur dengan larutan buffer dengan perbandingan 1:2. Pengamatan dilakukan setiap 2 jam, 4 jam, 8 jam, 12 jam, 24 jam dan 48 jam dengan mencatat volume gas yang terbentuk selama proses fermentasi. Bila diperlukan dapat dilakukan pengosongan ruang udara kembali (reflushing) (Close dan Menke, 1986). Pengukuran Konsentrasi NH 3 (Phenol Hypoclorite Assay) Pembuatan Reagen Phenol. Reagen Phenol dibuat dengan cara 5 gram sodium nitroferricianida dilarutkan dalam 0,5 liter aquades. Kemudian ditambahkan 11 14

27 ml (90% w/v) larutan phenol lalu diaduk perlahan dan ditambahkan aquades sampai volume larutan mencapai 1 liter dan diletakkan dalam botol gelas gelap. Pembuatan Reagen Hypochlorite. Reagen Hypochlorite dibuat dengan cara 0,15 gram sodium hidroksida dalam 2 liter aquades kemudian ditambahkan 113,6 gram disodium pospat heptathidrat (Na 2 HPO 4.7H 2 O) ke dalam larutan sambil diaduk dan dipanaskan. Setelah didinginkan, kemudian ditambahkan 150 ml pemutih komersial Baycline (5,25% Sodium hypochlorite) dan diaduk rata. Lalu ditambahkan aquades sampai volume larutan mencapai 3 liter dan larutan diletakkan dalam botol polyethylene yang terlindung dari cahaya. Pembuatan Standar Larutan Amonium. Pembuatan stok larutan Amonium 100 mm dengan cara melarutkan 0,6607 gram amonium sulfat ke dalam 100 ml HCl 1 N. Sebelum digunakan, amonium sulfat dikeringkan terlebih dahulu di dalam oven C selama semalam. Kemudian untuk mendapatkan standar digunakan 1, 2, 4, 6 dan 8 mm yang dibuat dengan pengenceran larutan stok amonium yang telah dibuat sebelumnya. Pengukuran konsentrasi NH 3. Hal ini dilakukan dengan menggunakan Phenol Hypochlorite assay yang dilakukan dengan cara 0,05 ml (50 μl) sampel atau larutan standar dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2,5 ml reagen Phenol dan 2 ml reagen Hypochlorite diaduk merata. Setelah itu, tabung reaksi ditempatkan ke dalam penangas air dengan suhu 95 0 C selama 5 menit lalu didinginkan. Untuk pembacaan dilakukan menggunakan spektrofotometer pada λ = 630 nm. Penghitungan kadar amoniak yang terkandung dengan memasukan hasil pembacaan pada spektrofotometer ke dalam persamaan yang didapat dari pembacaan kurva standar larutan amonium. Pengukuran Konsentrasi VFA Konsentrasi VFA diukur menggunakan teknik destilasi uap (Steam destilation) (General Laboratory Prosedure, 1966). Lima mililiter supernatan (berasal dari tabung yang sama dengan supernatan untuk anlisa NH 3 ) dimasukkan ke dalam tabung destilasi, kemudian ditambahkan satu ml H 2 SO 4 15%. Dinding tabung dibilas dengan aquadest dan secepatnya ditutup dengan sumbat karet yang telah dihubungkan dengan pipa destilasi berdiameter ± 0,5 15

28 cm. Kemudian ujung pipa yang lain dihubungkan dengan alat pendingin Laibig. Tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu didih yang telah berisi air mendidih tanpa menyentuh permukaan air tersebut. Hasil destilasi ditampung dengan labu erlenmeyer 500 ml yang telah diisi 5 ml NaOH 0,5 N. Proses destilasi selesai pada saat jumlah destilat yang ditampung mencapai 300 ml. Destilat yang tertampung ditambah indikator phenophtalein (PP) sebanyak 2-3 tetes, lalu dititrasi dengan HCl 0,5 N sampai terjadi perubahan dari warna merah jambu menjadi tidak berwarna (bening). Konsentrasi VFA total diukur dengan rumus : VFA total = (a-b) x N HCl x 1000/5 ml Keterangan: a : Volume titran blanko b : Volume titran sampel Ekstraksi Daun Murbei Kebutuhan ekstrak Daun Murbei diperoleh dengan melakukan ekstraksi daun murbei yang mengikuti metode Oku et. al. (2006) sebagai berikut: 5 kg tepung daun murbei halus dimasukkan ke dalam ember berkapasitas 60 liter. Kemudian ditambahkan ethanol 50% sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai ethanol yang ditambahkan mencapai 25 liter. Ember lalu ditutup rapat dan didiamkan dalam suhu kamar selama 24 jam. Setiap jam dilakukan penggoyangan lima menit. Pada akhir masrasi dilakukan penyaringan berlapis. Supernatan disisihkan dan ampas dimasrasi ulang (masrasi II) dengan prosedur yang sama seperti masrasi I. Seluruh supernatan yang dihasilkan selanjutnya dimasukkan ke evaporator untuk menghilangkan pelarut ethanolnya. Hasil ekstraksi daun murbei siap digunakan atau disimpan didalam freezer. Analisa Proksimat Kadar Air Terlebih dahulu botol timbang dikeringkan kira-kira 1 jam dalam alat pengering pada suhu C, sesudah itu didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang (x). Sejumlah contoh tertentu ditimbang dengan teliti kira-kira 5 gram sebagai (y) dan kemudian dimasukkan ke dalam botol timbang, lalu botol 16

29 timbang dan sampel yang berada didalamnya dimasukan dalam alat pengering selama 4-6 jam pada suhu C. Selanjutnya didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Pekerjaan ini diulangi sampai 3 kali sampai berat konstan (z). Penentuan kadar air dengan mempergunakan rumus sebagai berikut: Kadar air = ( x + y z ) x 100% y Dengan demikian kadar bahan kering bahan juga dapat diketahui dengan mempergunakan rumus sebagai berikut: Bahan kering (BK) = (100 Kadar air) % Kadar Abu Terlebih dahulu cawan porselen dikeringkan dalam oven dengan suhu C selama beberapa jam. Kemudian didinginkan dengan memasukan cawan tersebut ke dalam eksikator dan ditimbang (x). Sejumlah contoh tertera dengan berat kira-kira 5 gram sebagai (y) dimasukkan ke dalam cawan porselen. Contoh tersebut dipijarkan di atas nyala api pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, kemudian dimasukan ke dalam tanur listrik dengan suhu C. Sesudah abu menjadi buih seluruhnya diangkat dan didinginkan dengan cara memasukannya ke dalam eksikator. Setelah kira-kira 1 jam ditimbang kembali dengan berat (z). Penentuan kadar abu dengan mempergunakan rumus sebagai berikut : Kadar Abu = ( z x ) x 100% y Dengan demikian kadar bahan organik dapat diketahui dengan cara sebagai berikut : Bahan Organik (BO) = {Bahan Kering (BK) Abu} % Kadar Protein Kasar Prinsip yang digunakan adalah mengukur kadar nitrogen yang terdapat dalam contoh bahan dengan menggunakan metode makro Kjedahl yang terdiri dari tahap destruksi, tahap destilasi, dan tahap titrasi. Pada tahap destruksi pertama kali ditimbang contoh bahan dengan teliti kira-kira 0,1 gram (x), kemudian dimasukkan ke dalam labu destruksi dan 17

30 ditambahkan kira-kira 1 sendok kecil katalis campuran selen serta 5 ml H 2 SO 4 pekat teknis secara homogen. Campuran tersebut dipanaskan dengan alat destruksi mula-mula pada posisi low kira-kira 10 menit, kemudian pada posisi medium selama 5 menit dan pada posisi high sampai larutan menjadi jernih dan berwarna hijau kekuningan, proses ini berlangsung di dalam ruang asam. Setelah itu pada tahap destilasi, labu destruksi didinginkan dan larutan tersebut dimasukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml air yang tidak mengandung N. Tambahkan beberapa butir batu didih dan larutan dijadikan basa dengan menambahkan kira-kira 100 ml NaOH 33%, kemudian labu penyuling dipasang dengan cepat diatas alat penyuling. Proses penyulingan ini diteruskan hingga semua R (residu) tertangkap oleh H 2 SO 4 yang ada di dalam labu Erlenmeyer atau bila 2/3 dari cairan dalam labu penyuling telah menyerap. Selanjutnya pada tahap titrasi, labu Erlenmeyer yang berisi sulingan tadi diambil dan kelebihan H 2 SO 4 dititrasi kembali dengan menggunakan larutan NaOH 0,3 N. Proses titrasi berhenti setelah terjadi perubahan warna dari biru kehijauan yang menandakan titik akhir titrasi. Volume NaOH dicatat sebagai z ml. Kemudian dibandingkan dengan titar blanko dalam y ml. Penentuan kadar protein kasar sebagai berikut : Protein Kasar = (y z) x titar NaOH x 14 x 6,25 x 100% Berat sampel (x) Kadar Lemak Kasar Prinsip ekstraksi lemak dengan menggunakan pelarut organik. Metode ini dikenal dengan metode Sochlet. Pertama kali sebuah labu lemak dengan beberapa butir batu didih didalamnya, kemudian keringkan dalam oven pada suhu C selama 1 jam. Kemudian didinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang sebagai x gram. Selanjutnya timbanglah contoh kira-kira 1 gram atau a gram dengan catatan jumlah contoh juga tergantung dengan kadar lemak bahan. Contoh tersebut dimasukan ke dalam selongsong yang terbuat dari kertas saring dan ditutup dengan kapas yang bebas lemak. Selongsong tersebut kemudian dimasukan ke dalam alat FATEX-S dan ditambahkan larutan petroleum ether sebagai larutan pengekstrak. Suhu FATEX-S diatur pada suhu 60 0 C selama 25 18

31 menit, lau dilakukanlah proses ekstraksi sampai alat berbunyi. Setelah itu turunkan larutan petroleum ether bersama lemak yang telah larut dan lakukan proses evaporasi dengan merubah suhu menjadi C sampai alat FATEX-S berbunyi. Proses ini dilakukan sebanyak dua kali proses ekstraksi dan evaporasi. Selanjutnya labu lemak dikeringkan dalam alat pengering oven dengan suhu C selama kira-kira 1 jam. Setelah itu didinginkan di dalam eksikator selama 1 jam dan ditimbang kembali dengan berat b gram. Penentuan kadar lemak kasar sebagai berikut : Kadar lemak kasar = ( b a ) x 100% x Kadar Serat Kasar Prinsip yang digunakan untuk menganalisa kadar serat kasar adalah semua organik yang tidak dapat larut dalam H 2 SO 4 0,3 N dan NaOH 1,5 N yang berturut-turut dimasak selama 30 menit. Pertama contoh ditimbang kira-kira 1 gram (x) dan dimasukan ke dalam gelas piala 500 ml. Setelah itu tambahkan 60 ml H 2 SO 4 0,3 N dan dimasak hingga mendidih selama 30 menit. Kemudian ditambahkan juga 25 ml NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit kedua. Waktu pendidihan harus diperhatikan agar api tidak terlalu besar dan cairan tidak meluap dan tumpah. Selanjutnya timbanglah kertas saring (a) gram dan saringlah cairan tersebut menggunakan kertas saring yang telah ditimbang sebelumnya. Penyaringan menggunakan corong Buncher dan proses penyaringan berturut-turut dicuci dengan 50 ml air panas, 50 ml H 2 SO 4 0,3 N, 50 ml air panas, dan terakhir menggunakan 25 ml aceton. Setelah itu kertas saring dan isinya dimasukan kedalam cawan porselen dan dikeringkan didalam oven pada suhu C. Kemudian dinginkan dalam eksikator selama 1 jam dan timbanglah sebagai (y) gram. Selanjutnya dipijarkan di dalam tanur sampai menjadi putih dan dinginkan kembali serta timbanglah sebagai (z) gram. Penentuan kadar serat kasar menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar Serat Kasar = (y z a) x 100% x 19

32 Peubah yang Diamati Peubah yang diamati terdiri atas ph, N-NH 3, VFA, produksi gas, fermentasi bahan kering, dan fermentasi bahan organik (Close and Menke, 1986). Waktu inkubasi dari tiap perlakuan untuk pengukuran ph, N-NH 3 dan VFA diukur pada 4 jam, untuk pengukuran fermentasi bahan kering dan fermentasi bahan organik diukur pada 48 jam, sedangkan untuk pengukuran produksi gas diukur pada 2 jam, 4 jam, 8 jam, 12 jam, 24 jam, dan 48 jam. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok dengan pengambilan cairan rumen sebagai kelompok. Percobaan akan dilakukan dalam dua tahap. Tahap I dilakukan percobaan untuk mengkaji kemampuan tepung daun murbei mensubstitusi konsentrat pakan ternak ruminansia dengan 5 perlakuan 4 kali ulangan yang dilakukan secara duplo, dan pada tahap II disusun untuk mengkaji efektivitas ekstrak daun murbei untuk meningkatkan fermentabilitas dalam sistem rumen dengan 3 perlakuan 4 kali ulangan yang dilakukan secara duplo. Susunan perlakuan substitusi konsentrat dengan tepung daun murbei pada tahap I adalah sebagai berikut : P0 = 50% jerami padi + 50% konsentrat (kontrol) P1 = 50% jerami padi + 37,5 % konsentrat + 12,5 % tepung daun murbei P2 = 50% jerami padi + 25% konsentrat + 25 % tepung daun murbei P3 = 50% jerami padi + 12,5% konsentrat + 37,5% tepung daun murbei P4 = 50 % jerami padi + 50 % tepung daun murbei Perlakuan pada percobaan tahap II untuk mengkaji efektivitas ekstrak daun murbei dalam peningkatan fermentabilitas dalam sistem rumen, dengan susunan perlakuan sebagai berikut: Q0 = 50 % jerami padi + 50 % konsentrat (kontrol) Q1 = Perlakuan penggunaan tepung daun murbei (P1-P4) yang terbaik pada percobaan tahap I Q2 = Q0 + 0,5 ml ekstrak daun murbei dengan estimasi kandungan DNJ sebanyak 0,12% 20

33 Model matematik yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Y ij = μ + ρ i + α j + ε ij Keterangan : Y ijk = Efek blok ke-i, perlakuan substitusi dengan murbei ke-j μ = Rataan umum ρ i α j ε ij = Efek kelompok (pengambilan cairan rumen) ulangan ke-i = Efek utama perlakuan substitusi dengan murbei ke-j = Error (gallat) kelompok ulangan ke-i dengan perlakuan substitusi murbei ke-j Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap peubah yang diamati maka dilakukan analisis ragam (ANOVA) dan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan akan dilakukan uji Duncan (Steel dan Torrie, 1993) dan untuk mengetahui perbedaan diantara perlakuan dilakukan uji duncan menggunakan paket software SPSS versi 12 (SPSS Inc., 2003). 21

34 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrisi Daun Murbei Daun murbei (Morus alba) mempunyai potensi sebagai substitusi konsentrat karena daun murbei memiliki kandungan protein kasar yang tinggi, potensi produksi yang baik, kandungan nutrien yang lengkap, serta daya adaptasi tumbuh pada berbagai kondisi. Hasil analisa proksimat dari daun murbei dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi Nutrien Tepung dan Ekstrak Daun Murbei Perlakuan Nutrien Tepung (%BK a ) Ekstrak Daun muda Daun tua %BK b (%BK b ) Kadar air 4,44 4,23 84,28* 84,76 Kadar abu 10,92 13,23 10,58 16,6 Serat kasar 10,52 11,14 13,27 - Lemak kasar 2,89 3,86 3,62 4,66 Protein kasar 18,43 25,16 20,15 21,39 BETN 57,24 46,61 52,38 8,74 TDN** 86,93 74,84 86,47 - Sumber: a) Hasil Analisis Proksimat Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, IPB (2007) b) Samsijah (1992) Ket. : * = % Berat Basah ** = Berdasarkan perhitungan menurut rumus regresi McDowell et.al (1974) Berdasarkan data yang ada dalam tabel, dapat dilihat bahwa kandungan protein kasar tepung daun murbei sebesar 18,43% untuk daun muda, 25,16% untuk daun tua, untuk ekstrak daun murbei sebanyak 21,39%. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan literatur dari Samsijah (1992) yang menyatakan bahwa kandungan protein kasar daun murbei sebesar 20,15%. Percobaan Tahap I Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi Teknik kecernaan in vitro memiliki keuntungan antara lain: cepat, murah dan prediksi tepat pada in vivo bila dilakukan langsung pada ternak ruminansia. 22

35 Dasar metode ini adalah menirukan proses yang terjadi di dalam rumen dalam skala yang lebih kecil. Hasil pengukuran ph, produksi gas, fermentabilitas pakan percobaan tahap I untuk mengkaji kemampuan tepung daun murbei mensubstitusi konsentrat pakan ternak ruminansia dapat dilihat pada Tabel 6. Pengukuran ph Hasil pengukuran ph dari semua perlakuan pada percobaan tahap I ini dikategorikan ke dalam ph normal. Hal tersebut menjadi salah satu indikator terjadinya proses degradasi pakan yang baik karena pada ph normal (6,9-7,0) bakteri pencerna serat kasar dapat hidup dan bekerja secara optimum dalam rumen. Hasil sidik ragam menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antar perlakuan yang diberikan. Hal ini disebabkan karena tepung daun murbei mengandung nilai nutrien yang cukup baik untuk menunjang pertumbuhan mikroorganisme rumen, sehingga diduga pemberian tepung daun murbei sebagai substitusi konsentrat tidak akan mengganggu keseimbangan mikroorganisme dalam rumen dimana selanjutnya tidak menimbulkan dampak perubahan yang nyata pada ph rumen di setiap perlakuan. Oleh karena itu, tepung daun murbei dapat diberikan sebagai substitusi konsentrat untuk ternak ruminansia pada pakan berbasis jerami padi. Tabel 6. Pengaruh Perlakuan Terhadap Peubah yang Diamati pada Penggunaan Tepung Daun Murbei sebagai Substitusi Konsentrat pada Pakan Berbasis Jerami Padi Peubah Ransum P0 P1 P2 P3 P4 ph 6,97±0,14 6,94±0,09 6,93±0,06 6,92±0,07 6,91±0,07 VFA (mm) 82,85±17,39 c 105,54±12,02 ab 114,68±6,99 ab 122,46±7,88 a 98,26±20,29 bc NH 3 (mm) 13,52±4,93 12,55±5,56 11,81±4,96 10,81±4,64 13,93±6,02 Produksi Gas (ml) 43,25±11,18 48,75±10,40 49,25±9,85 52,25±8,54 53,50±16,76 KCBK (%) KCBO (%) 47,96±8,06 b 46,91±7,50 b 58,42±14,64 a 46,13±7,26 b 46,59±9,51 b 44,81±7,38 b 47,86±10,79 b 57,66±17,13 a 47,03±9,68 b 47,32±2,95 b Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) 23

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI

EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI EFEKTIVITAS SUBSTITUSI KONSENTRAT DENGAN DAUN MURBEI PADA PAKAN BERBASIS JERAMI PADI SECARA IN VITRO SKRIPSI OCTAVIANI NILA PERMATA SARI PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November

BAB III MATERI DAN METODE. Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai Fermentabilitas Pakan Komplit dengan Berbagai Sumber Protein secara In Vitro dilaksanakan pada bulan September November 2015 di Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati

MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Materi Bahan Alat Peubah yang Diamati MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi untuk tahap pembuatan biomineral,

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992)

METODE PENGUJIAN. 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) LAMPIRAN 1. Kadar Oksalat (SNI, 1992) METODE PENGUJIAN Sebanyak 5 gram sampel ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer. Untuk pengujianan total oksalat ke dalam Erlenmeyer ditambahkan larutan

Lebih terperinci

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Ransum Komplit Bahan Pakan Jenis Ransum Komplit 1 (%) Ransum A (Energi Tinggi) 2 Ransum B (Energi Rendah) 3 Rumput Gaja

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Ransum Komplit Bahan Pakan Jenis Ransum Komplit 1 (%) Ransum A (Energi Tinggi) 2 Ransum B (Energi Rendah) 3 Rumput Gaja MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah serta Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juni 2011 sampai Maret 2012. Pemeliharaan, pengamatan bobot badan, penyembelihan dan pengamatan sifat non karkas landak dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November 2008 sampai dengan Maret 2010 di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Daun murbei

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Daun murbei TINJAUAN PUSTAKA Murbei (Morus sp.) Murbei termasuk genus Morus dari famili Moraceae. Berdasarkan morfologi bunga genus Morus dipilah-pilah menjadi 24 jenis yang kemudian ditambah dengan lima jenis lagi.

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2011. Pelaksanaan penelitian di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Perlakuan Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan yang masing-masing diberi 3 kali ulangan. Perlakuan yang diberikan berupa perendaman dengan dosis relhp berbeda yaitu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai rataan konsumsi protein kasar (PK), kecernaan PK dan retensi nitrogen yang dihasilkan dari penelitian tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Rataan Konsumsi, Kecernaan PK, Retensi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakan menjadi salah satu faktor penentu dalam usaha peternakan, baik terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan tercapai bila mendapat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang efek pemanasan pada molases yang ditambahkan urea terhadap ketersediaan NH3, volatile fatty acids dan protein total secara in vitro dilaksanakan pada tanggal

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Kambing Perah, Laboratorium Industri Pakan, dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah (Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan

BAB III MATERI DAN METODE. Penanaman tumpangsari orok-orok dan jagung dilakukan di kebun percobaan 19 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai kecernanan dan fermentabilitas tanaman orok-orok secara in vitro sebagai bahan pakan yang ditanam secara tumpangsari dengan jagung manis dilaksanakan pada

Lebih terperinci

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat

3 METODOLOGI. 3.3 Metode Penelitian. 3.1 Waktu dan Tempat 10 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan. Bahan penelitian berupa hasil samping produksi karagenan diperoleh dari PT. Araminta Sidhakarya, Tangerang. Fermentasi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI 01-2891-1992) Sebanyak 1-2 g contoh ditimbang pada sebuah wadah timbang yang sudah diketahui bobotnya. Kemudian dikeringkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dan Analisis kandungan nutrient bahan pakan dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penelitian Masalah yang sering dihadapi oleh peternak ruminansia adalah keterbatasan penyediaan pakan baik secara kuantitatif, kualitatif, maupun kesinambungannya sepanjang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Makanan Biomineral Dienkapsulasi Kandungan nutrien biomineral tanpa proteksi dan yang diproteksi serta mineral mix dapat dilihat pada Tabel 7. Kandungan nutrien biomineral

Lebih terperinci

METODE. Materi. Alat. Rancangan

METODE. Materi. Alat. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, dan Laboratorium Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Ransum Berdasarkan hasil analisa proksimat, kandungan zat makanan ransum perlakuan disajikan pada Tabel 10. Terdapat adanya keragaman kandungan nutrien protein, abu

Lebih terperinci

Bab III Bahan dan Metode

Bab III Bahan dan Metode Bab III Bahan dan Metode A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 di daerah budidaya rumput laut pada dua lokasi perairan Teluk Kupang yaitu di perairan Tablolong

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. pisang nangka diperoleh dari Pasar Induk Caringin, Pasar Induk Gedebage, dan 20 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 1) Kulit Pisang Nangka Kulit pisang nangka berfungsi sebagai bahan pakan tambahan dalam ransum domba. Kulit pisang yang digunakan berasal dari pisang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan selama 5 bulan (November 2011-Maret 2012). Lokasi pengamatan dilakukan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen INTP, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai Oktober 2011, dan dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Nutrien Biskuit Rumput Lapang dan Daun Jagung Komposisi nutrien diperlukan untuk mengetahui kandungan zat makanan yang terkandung di dalam biskuit daun jagung dan rumput

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Oktober 2013, bertempat di kandang Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh

menjaga kestabilan kondisi rumen dari pengaruh aktivitas fermentasi. Menurut Ensminger et al. (1990) bahwa waktu pengambilan cairan rumen berpengaruh HASIL DAN PEMBAHASAN Derajat Keasaman (ph) Rumen Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat interaksi (P>0,05) antara jenis ransum dengan taraf suplementasi asam fulvat. Faktor jenis ransum

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Kondisi Lahan, Lingkungan, dan Penanaman Pohon Singkong Utuh Teknik Pemanenan Singkong

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Kondisi Lahan, Lingkungan, dan Penanaman Pohon Singkong Utuh Teknik Pemanenan Singkong MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Singkong Villa Indah Mustika Ratu Ciawi-Bogor untuk penanaman tanaman singkong, sedangkan pembuatan silase dan pengujian kualitas

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan 12 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro Semarang. Kegiatan penelitian ini berlangsung pada

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Produksi Volatil Fatty Acids (VFA), NH 3 dan Protein Total Fodder Jagung Hidroponik pada Umur Panen Berbeda Secara In Vitro telah dilaksanakan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu 1. Analisis Kadar Air (Apriyantono et al., 1989) Cawan Alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 2 g contoh lalu ditimbang

Lebih terperinci

SEMINAR HASIL PENELITIAN KKP3T 2009

SEMINAR HASIL PENELITIAN KKP3T 2009 SEMINAR HASIL PENELITIAN KKP3T 2009 Institut Pertanian Bogor 2009 Performa Sapi Peranakan Ongole Yang Diberi Daun Murbei Sebagai Pengganti Konsentrat Dalam Ransum Berbasis Jerami Padi Peneliti Utama Prof.

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian (1) Kulit Pisang Nangka Matang Kulit pisang Nangka matang diperoleh dari tiga tempat yang berbeda, yaitu Pasar Tanjungsari Sumedang, Pasar Gede Bage

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Daun Kersen sebagai Pakan Peningkatan produksi daging lokal dengan mengandalkan peternakan rakyat menghadapi permasalahan dalam hal pakan. Pakan yang digunakan oleh peternak rakyat

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul produksi VFA, NH 3 dan protein total pada fodder jagung hidroponik dengan media perendaman dan penggunaan dosis pupuk yang berbeda dilakukan pada tanggal

Lebih terperinci

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO

POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO EVALUASI SUPLEMENTASI EKSTRAK LERAK (Sapindus rarak) TERHADAP POPULASI PROTOZOA, BAKTERI DAN KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN SAPI PERANAKAN ONGOLE SECARA IN VITRO SKRIPSI ARISMA KURNIAWATI DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai Maret 2012 di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989)

Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) LAMPIRAN Lampiran 1. Penentuan kadar ADF (Acid Detergent Fiber) (Apriyantono et al., 1989) Pereaksi 1. Larutan ADF Larutkan 20 g setil trimetil amonium bromida dalam 1 liter H 2 SO 4 1 N 2. Aseton Cara

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pengujian kualitas fisik telur dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pengujian kualitas kimia telur dilakukan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang kehilangan BK, ADF dan N-ADF secara in vitro dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2016. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari Januari sampai dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret-Mei 2008. Pembuatan biomineral dilakukan di Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, sedangkan pemeliharaan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum 32 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak atau sekelompok ternak selama periode tertentu dan ternak tersebut punya akses bebas pada pakan dan tempat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Nutrien Berbagai Jenis Rumput Kadar nutrien masing-masing jenis rumput yang digunakan berbeda-beda. Kadar serat dan protein kasar paling tinggi pada Setaria splendida, kadar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku

METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Persiapan Bahan Baku METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2012. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Peternakan, proses produksi biogas di Laboratorium Pengelolaan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember

BAB III MATERI DAN METODE. house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember 13 BAB III MATERI DAN METODE Pelaksanaan penelitian ini meliputi penanaman di rumah kaca (green house) dan penelitian laboratorium yang dilaksanakan mulai bulan Juli-Desember 2014. Penanaman kedelai dilaksanakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis. 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat LAMPIRAN Lampiran 1. Prosedur Analisis Serat Kasar dengan Metode Analisis Proksimat 1. Menyiapkan kertas saring kering oven dengan diameter 4,5 cm, dicatat sebagai A gram. 2. Menyiapkan cawan porselen

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Perah dan Laboratorium Biokimia, Fisiologi dan Mikrobiologi Nutrisi, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan Dalam pembuatan dan analisis kualitas keju cottage digunakan peralatan waterbath, set alat sentrifugase, set alat Kjedalh, AAS, oven dan autoklap, ph meter,

Lebih terperinci

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g) Lampiran 1. Metode analisis proksimat a. Analisis kadar air (SNI 01-2891-1992) Kadar air sampel tapioka dianalisis dengan menggunakan metode gravimetri. Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b)

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba Jonggol R1 (a) dan Domba Jonggol R2 (b) Gambar 4. Domba Garut R1 (a) dan Domba Garut R2 (b) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai Oktober 2011 di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian lapangan dilaksanakan pada enam kawasan yaitu Nagerawe, Ndora, Lambo, Ratedao, Rendu dan Munde, yang terdiri dari sembilan desa yaitu Desa Dhereisa, Bidoa,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya kebutuhan susu merupakan salah satu faktor pendorong bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi peningkatan konsumsi susu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Minyak daun cengkeh merupakan hasil penyulingan daun cengkeh dengan menggunakan metode penyulingan (uap /steam). Minyak daun cengkeh berbentuk cair (oil) dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana.

BAB III METODE PENELITIAN. mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Percobaan Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yaitu dengan cara mengujikan L. plantarum dan L. fermentum terhadap silase rumput Kalanjana. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Produksi Kerupuk Terfortifikasi Tepung Belut Bagan alir produksi kerupuk terfortifikasi tepung belut adalah sebagai berikut : Belut 3 Kg dibersihkan dari pengotornya

Lebih terperinci

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama

MATERI DAN METOD E Lokasi dan Waktu Materi Prosedur Penelitian Tahap Pertama MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Proses Amoniasi Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung. Bahan Penelitian (Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung) Dicoper.

Lampiran 1 : Proses Amoniasi Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung. Bahan Penelitian (Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung) Dicoper. Lampiran 1 : Proses Amoniasi Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung Bahan Penelitian (Daun Sawit, Pucuk Tebu dan Jerami Jagung) Dicoper Ditimbang Dikeringkan dengan sinar matahari/dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Rancangan

METODE. Materi. Rancangan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2008, bertempat di laboratorium Pengolahan Pangan Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

MATERI METODE. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. III. MATERI METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan November 2014-Januari 2015. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Pasca Panen dan Laboratorium Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Pakan dengan kualitas yang baik, memberikan efek terhadap 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pakan Ruminansia Pakan merupakan semua bahan pakan yang dapat dikonsumsi ternak, tidak menimbulkan suatu penyakit, dapat dicerna, dan mengandung zat nutrien yang dibutuhkan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 sampai dengan bulan Januari 2012 di Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang untuk proses pembuatan silase daun singkong,

Lebih terperinci

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu

Kadar air % a b x 100% Keterangan : a = bobot awal contoh (gram) b = bobot akhir contoh (gram) w1 w2 w. Kadar abu 40 Lampiran 1. Prosedur analisis proksimat 1. Kadar air (AOAC 1995, 950.46) Cawan kosong yang bersih dikeringkan dalam oven selama 2 jam dengan suhu 105 o C dan didinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI )

Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI ) 41 Lampiran 1. Prosedur kerja analisa bahan organik total (TOM) (SNI 06-6989.22-2004) 1. Pipet 100 ml contoh uji masukkan ke dalam Erlenmeyer 300 ml dan tambahkan 3 butir batu didih. 2. Tambahkan KMnO

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi

TINJAUAN PUSTAKA. Jerami Padi TINJAUAN PUSTAKA Jerami Padi Jerami padi merupakan bagian dari batang tumbuhan tanpa akar yang tertinggal setelah dipanen butir buahnya (Shiddieqy, 2005). Tahun 2009 produksi padi sebanyak 64.398.890 ton,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Materi Prosedur Pembuatan MOL Tapai dan Tempe Pencampuran, Homogenisasi, dan Pemberian Aktivator MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai pembuatan pupuk cair dan karakteristik pupuk cair ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 200 yang dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pakan Ternak Devendra dan Burns (1994) menyatakan bahwa kambing menyukai pakan beragam dan tidak bisa tumbuh dengan baik bila terus diberi pakan yang sama dalam jangka waktu yang

Lebih terperinci

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA

KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA KELARUTAN MINERAL KALSIUM (Ca) DAN FOSFOR (P) BEBERAPA JENIS LEGUM POHON SECARA IN VITRO SKRIPSI SUHARLINA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Perubahan Konsetrasi N-NH 3 Fermentasi pakan di dalam rumen ternak ruminansia melibatkan aktifitas mikroba rumen. Aktifitas fermentasi tersebut meliputi hidrolisis komponen bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 26 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012 yang bertempat di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel

Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel. Tanaman wortel. Wortel Lampiran 1. Gambar tanaman dan wortel Tanaman wortel Wortel Lampiran 2. Gambar potongan wortel Potongan wortel basah Potongan wortel kering Lampiran 3. Gambar mesin giling tepung 1 2 4 3 5 Mesin Giling

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian Pengaruh Penambahan Urease pada Inkubasi Zeolit dan Urea serta Potensinya sebagai Sumber Nitrogen Lepas Lambat secara In Vitro dilaksanakan pada 14 Desember 2015-9

Lebih terperinci

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK

Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim, Lesha Inggriani, Atun Budiman Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran ABSTRAK Uji Karakteristik Kandungan VFA Dan ph Hasil Fermentasi Aaerob (Ensilase) Batang Pisang (Musa paradisiaca Val.) Dengan Penambahan Molases Sebagai Bahan Aditif Raden Febrianto Christi, Abu Bakar Hakim,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang

I. PENDAHULUAN. masyarakat meningkat pula. Namun, perlu dipikirkan efek samping yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah limbah tidak dapat lepas dari adanya aktifitas industri, termasuk industri ternak ayam pedaging. Semakin meningkat sektor industri maka taraf hidup masyarakat meningkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September

III. METODE PENELITIAN. Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus September 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai Agustus

Lebih terperinci

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc

Tyas Widhiastuti. Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani, M.Si Dr. Ir. Mukh. Arifin, M.Sc Kinerja Pencernaan dan Efisiensi Penggunaan Energi Pada Sapi Peranakan Ongole (PO) yang Diberi Pakan Limbah Kobis dengan Suplemen Mineral Zn dan Alginat Tyas Widhiastuti Pembimbing: Dr. Ir. Anis Muktiani,

Lebih terperinci

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama

Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) Lampiran 2. Hasil analisis kualitas air hari pertama LAMPIRAN 1 Lampiran 1. Hasil analisis proksimat pakan komersil (% bobot kering) perlakuan proksimat (% bobot kering) Protein Lemak Abu Serat kasar Kadar air BETN Pakan komersil 40,1376 1,4009 16,3450 7,4173

Lebih terperinci

KECERNAAN DAN FERMENTABILITAS TANAMAN OROK-OROK SECARA IN VITRO SEBAGAI BAHAN PAKAN YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI DENGAN JAGUNG MANIS SKRIPSI

KECERNAAN DAN FERMENTABILITAS TANAMAN OROK-OROK SECARA IN VITRO SEBAGAI BAHAN PAKAN YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI DENGAN JAGUNG MANIS SKRIPSI KECERNAAN DAN FERMENTABILITAS TANAMAN OROK-OROK SECARA IN VITRO SEBAGAI BAHAN PAKAN YANG DITANAM SECARA TUMPANGSARI DENGAN JAGUNG MANIS SKRIPSI Oleh : ATTRIA THANESYA 23010110110027 FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa 22 III. BAHAN DAN METODE A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari sampai Maret 2015 bertempat di Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat

BAB III METODE PENELITIAN. ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab ini bersifat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Percobaan Penelitian tentang peran pemberian metionin dan linoleat pada tepung kaki ayam broiler terhadap kadar protein, lemak dan bobot telur ayam arab

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 10. Hasil Pengamatan Karakteristik Fisik Silase Ransum komplit HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Silase Ransum Komplit Karakteristik fisik silase diamati setelah silase dibuka. Parameter yang dilihat pada pengamatan ini, antara lain: warna, aroma silase, tekstur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Penelitian 3.1.1 Bagan Alir Pembuatan Keju Cottage Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan bagan alir yang ditunjukkan pada gambar 3.1 900 g Susu skim - Ditambahkan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos

Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos LAMPIRA 30 Lampiran 1. Prosedur analisis karakteristik kompos A. Kadar Air Bahan (AOAC 1984) Cawan alumunium kosong dimasukkan ke dalam oven selama 15 menit pada temperatur 100 o C. Cawan porselen kemudian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi keseluruhan kecernaan ransum. Nilai kecernaan yang paling

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN

METODELOGI PENELITIAN 21 METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Produksi Ternak Ruminansia Besar, Laboratorium Lapang Kandang sapi potong, Fakultas Peternakan IPB, Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan ternak ruminansia yang banyak dipelihara masyarakat dan dimanfaatkan produksinya sebagai ternak penghasil daging dan sebagai tabungan. Domba memiliki

Lebih terperinci

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan

METODE Lokasi dan Waktu Materi Bahan Pakan Zat Penghambat Kerusakan Peralatan Bahan Kimia Tempat Penyimpanan METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan, dimulai pada bulan September hingga bulan Desember 2008 dan berlokasi di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kadar protein kasar dan fermentabilitas secara in vitro

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang kadar protein kasar dan fermentabilitas secara in vitro 13 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang kadar protein kasar dan fermentabilitas secara in vitro jerami tanaman kedelai yang ditanam dengan penyiraman air laut dan mulsa eceng gondok dilaksanakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Prosedur Analisis

Lampiran 1. Prosedur Analisis L A M P I R A N 69 Lampiran 1. Prosedur Analisis A. Pengukuran Nilai COD (APHA,2005). 1. Bahan yang digunakan : a. Pembuatan pereaksi Kalium dikromat (K 2 Cr 2 O 7 ) adalah dengan melarutkan 4.193 g K

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan di Farm dan Laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi, pada tanggal 28 September sampai tanggal 28 November 2016.

Lebih terperinci

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI

PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI PERUBAHAN MASSA PROTEN, LEMAK, SERAT DAN BETN SILASE PAKAN LENGKAP BERBAHAN DASAR JERAMI PADI DAN BIOMASSA MURBEI Syahriani Syahrir, Sjamsuddin Rasjid, Muhammad Zain Mide dan Harfiah Jurusan Nutrisi dan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah

Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah 30 LAMPIRAN 31 Lampiran 1. Kriteria penilaian beberapa sifat kimia tanah No. Sifat Tanah Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi 1. C (%) < 1.00 1.00-2.00 2.01-3.00 3.01-5.00 > 5.0 2. N (%)

Lebih terperinci