BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 38 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Suku Baduy Luar Suku Baduy merupakan kelompok masyarakat yang hidup secara tradisional di Desa Kanekes Kecamatan Rangkas Bitung Kabupaten Lebak, Banten. Suku Baduy sendiri terdiri dari 60 kampung diantaranya 3 kampung Baduy Dalam dan 57 kampung Baduy Luar. Dalam wilayah adat Baduy, terdapat aturan-aturan yang harus diikuti oleh setiap warganya, baik para warga asli Baduy maupun wisatawan yang menginjaki tanah Baduy. Masyarakat Baduy sangat menjunjung tinggi adat istiadat dan aturan dalam desa nya. 38

2 39 Masyarakat di Baduy Luar merupakan masyarakat yang masih mengikuti aturan adat Baduy, hanya saja masyarakat Baduy Luar lebih mempunyai kelonggaran terhadap aturan-aturan yang terdapat di wilayah Baduy. Seiring pesatnya perkembangan yang terjadi, tidak sedikit masyarakat Baduy Luar yang turut mengikuti perkembangan zaman. Baik dalam hal berpakaian dan kemajuan teknologi seperti handphone misalnya. Walaupun didalam kampung-kampung di Baduy sendiri belum terjamah oleh aliran listrik. Berdasarkan uraian diatas yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti apakah terjadi perubahan sosial pada Suku Baduy Luar. Penulis melakukan penelitian di Kampung Kaduketuk Kecamat Rangkasbitung Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Pada wilayah ini para laki-laki bermatapencaharian sebagai petani, namun setiap hasil panen nya hanya untuk dikonsumsi sendiri dan tidak untuk dijual. Sedangkan para perempuan biasa menenun kain dirumah atau membuat kerajinan tangan seperti tas dan gelang dari kulit kayu, biasanya hasil kain dan kerajinan tangan dijual kepada para wisatawan didepan rumah mereka masing-masing. Penulis memilih kampung Kaduketuk karena lokasi tidak terlalu jauh dari pemukiman warga di Luar Suku Baduy. Sehingga penulis dapat melihat apakah masyarakat di Kampung Kaduketuk ini tetap memegang aturan-aturan yang terdapat dalam Desa atau terjadi perubahan-perubahan karena adanya interaksi setiap harinya oleh warga-warga di luar Suku Baduy.

3 Hasil Penelitian Suku Baduy merupakan masyarakat yang sangat memegang teguh adat dan budaya nenek moyang. Namun seiring berkembang nya zaman, apakah terjadi perubahan sosial pada masyarakat Baduy itu sendiri, dimana masyarakat Suku Baduy dikenal sangat menjaga budaya nenek moyang Karakteristik Suku Baduy Luar Pakaian dan Atribut Setiap budaya di Indonesia memiliki pakaian khas dari adat masing-masing. Begitu juga pada Suku Baduy Luar, Ibu Kana menjelaskan pada pakaian perempuan, mereka biasa mengenakan pakaian rok batik berwarna biru corak khas Baduy Luar dan atasan kain seperti model kebaya. Sedangkan untuk laki-laki, memakai baju dan celana pangsi perwarna hitam dan ikat kepala seperti pada rok yang dikenakan oleh perempuan. Namun karena pada Suku Baduy Luar mempunyai kelonggaran terhadap aturan maka sudah banyak yang suka mengenakan kaos oblong dan celana jeans. karena sudah sedikit lebih longgar, jadi kalau pakaian sehari-hari lebih sering pakai kaos saja. Tetapi ikat kepalanya yang tidak pernah tinggal dipakai. Kalau untuk perempuan biasanya tetap pakai atasan seperti kebaya dan pakai kain sebagai rok. 1 1 Wawancara dilakukan pada 17 April 2015, Pukul WIB di Kampung Kaduketuk, Kecamatan Luwidamar Kabupaten Rangkasbitung Banten.

4 41 Tetapi dahulu ada larangan warna untuk pakaian yang digunakan, seperti warna hijau dan merah. Bapak Jali mengatakan warna merah dan hijau terlalu mengikuti pakaian orang di Kota, beliau menjelaskan jika semua mengikuti orang di Kota, siapa yang akan meneruskan budaya di dalam Baduy. Menurut Bapak Jali : Tetapi pakaian kan hanya terlihat diluar saja, semuanya kembali ke dalam hati masing-masing 2 Pakaian khas keseharian Baduy Luar Pakaian keseharian masyarakat Baduy Luar sekarang 2 Wawancara dilakukan pada 17 April Ibid

5 42 Pada keseharian nya para laki-laki Suku Baduy selalu membawa golok ketika beraktivitas. Bahkan anak kecil pun juga membawa golok saat keluar rumah atau saat berladang. Bapak Jali menjelaskan : Kalau mau keluar rumah pasti bawa golok, karena sudah kebiasaan. Nanti kalo misalnya tertinggal langsung balik lagi kerumah. Kalau tidak dibawa seperti ada yang kurang 3 Saat kita sudah memasuki kampung Baduy terlihat laki-laki dan anak-anak yang biasa memanggul kayu dari hutan untuk dijadikan kayu bakar untuk memasak dirumah Bahasa Dalam berkomunikasi setiap harinya, masyarakat Baduy Luar biasa menggunakan bahasa Sunda khas logat Banten. Karena sering dikunjungi wisatawan dari Luar banten, mereka juga bisa berkomunikasi dengan berbahasa Indonesia walaupun terkadang masih sering menggunakan bahasa Sunda. Misalnya ketika transaksi jual beli kerajinan yang mereka jajakan dengan wisatawan, mereka harus mengerti bahasa Indonesia karena pengunjung yang datang kebanyakan berasal dari luar kota dan banyak yang tidak mengerti bahasa Sunda. 3 Ibid.

6 43 Ibu Kana : Sudah pada pintar berbahasa Indonesia, karena sudah sering berbicara dengan orang luar yang pada berkunjung ke kampung Baduy Mata Pencaharian Didalam adat Baduy setiap keluarga harus memiliki ladang sendiri. Masing-masing keluarga harus bertanggung jawab, rendah hati, dan bijaksana untuk mencukupi kebutuhannya. Masyarakat Suku Baduy Luar menghabiskan waktu nya untuk bekerja pada pagi sampai sore hari. Para laki-laki biasanya mulai berangkat pagi hari untuk berladang dan akan pulang pada sore hari. Jika nanti saatnya panen, pada aturan adat Baduy hasil-hasil padi hanya akan mereka konsumsi sendiri tidak akan dijual. Tetapi ada yang berbeda, jika ada uang mereka sekali-kali membeli beras dari pedagang yang masuk ke kampung-kampung Baduy walaupun lumbung mereka penuh dengan simpanan padi. Menurut Bapak Jali: Itu karena kami khawatir kalau tergoda belanja kebutuhan lain, nanti menjual berasnya. Kalau nanti beras sampai kekurangan atau tidak ada, terus bisa jatuh pada situasi yang terjepit. Setiap orang punya jayapati-nya, maksud saya adalah hari sial dan hari keberuntungannya, jadi harus selalu waspada. 5 4 Ibid 5 Wawancara dilakukan pada 17 April Ibid.

7 44 Artinya, sebagai ketidakpastian apa yang bisa terjadi dimasa depan. Setiap hasil padi akan disimpan didalam Leuit (lumbung) yang wajib dimiliki oleh setiap keluarga di baduy. Hasil padi akan disimpan selama bertahun-tahun didalam Leuit. Leuit yang biasa digunakan masyarakat untuk menyimpan padi Para ibu biasanya menenun kain dirumah dan dijual kepada wisatawan yang biasa mengunjungi Baduy. Mereka juga biasa membuat kerajinan tangan seperti gelang, tas dan gantungan kunci Struktur Sosial Pada masyarakat Baduy ini dikenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional dan sistem tradisional (adat). Dalam sistem nasional, seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, setiap desa terdiri atas sejumlah kampung. Desa Kanekes ini

8 45 dipimpin oleh kepala desa yang disebut Jaro Pamerentah. Seperti kepala desa atau lurah di desa lainnya, ia berada di bawah camat, kecuali untuk urusan adat yang tunduk kepada kepala pemerintahan tradisional (adat) yang disebut Puun. Uniknya bahwa bila kepala desa lainnya dipilih oleh warga, tetapi untuk Kanekes ditunjuk oleh Puun, baru kemudian diajukan kepada Bupati (melalui camat) untuk dikukuhkan. Bapak Jali menjelaskan bahwa setiap pemilihan Puun akan dilihat oleh tetua adat di Baduy Dalam Pemilihan Puun sudah pasti secara turun menurun, tetapi nanti akan diadakan rapat tertutup lagi dengan pejabat desa. Jika calon Puun tidak bisa dijadikan Puun di Baduy yaa bisa kita gantikan dengan yang lebih layak lagi. Kan Puun sama seperti Presiden kalau di Baduy, jadi tidak bisa sembarangan dipilih. 6 Secara Nasional penduduk kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai Jaro Pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pemimpin data kanekes yang tertinggi, yaitu Puun. Mereka diikat oleh sistem pemerintahan yang mengatur kehidupan sosiopolitik dan keagamaan. Pengaturan kehidupan keseharian warga masyarakat sepenuhnya di bawah kendali sistem pemerintahan yang bersandar pada pikukuh karuhun yang dikenal sebagai pamarentahan Baduy. Dikarenakan masyarakat kanekes mengenal dua system pemerintahan, yaitu Sistem Nasional, yang mengikuti aturan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Sistem Adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat tersebut. Kedua 6 Ibid.

9 46 system tersebut digabungkan atau diakulturasikan sedemikian rupa sehinga tidak terjadi pembenturan.. Seluruh Desa Kanekes terbagi dalam dua wilayah penting, yaitu wilayah Tangtu (sakral) dan wilayah Panamping (profan). Hal itu, berpengaruh pada pembagian warga masyarakat Baduy dalam dua paroh masyarakat, yaitu Tangtu dan Panamping, menentukan posisi masing-masing dalam rangka suatu kesatuan masyarakat. Peranan untuk saling mengendalikan dan mengawasi ditentukan oleh sistem Pajaroan yang dibentuk serta dipimpin oleh tangtu atau tiga Puun. Puun mengangkat seorang jaro, yaitu tanggungan Jaro Duawelas yang bertugas mengawasi para jaro, terutama para Jaro di panamping dan dangka. Dalam pamarentahan Baduy dikenal suatu sistem pemimpin yang meliputi sejumlah pejabat dengan sebutan sendiri-sendiri. Orientasi setiap pemimpin kepada pemimpin tertinggi, yakni para Puun. Mereka dianggap satu kesatuan pemimpin tertinggi untuk mengatasi semua aspek kehidupan di dunia dan mempunyai hubungan dengan karuhun. Dalam kesatuan Puun tersebut senioritas ditentukan berdasarkan alur kerabat bagi peranan tertentu dalam pelaksanaan adat dan keagamaan Sunda Wiwitan. Puun memiliki kekuasaan dan kewibawaan yang sangat besar, sehingga para pemimpin yang ada di bawahnya dan warga masyarakat Baduy tunduk dan patuh kepadanya.

10 47 Dengan demikian, bagi orang Baduy seorang pemimpin dalam pamarentahan (jaro, girang seurat, tangkesan kokolotan, kokolot, dan baresan), berasal dari keturunan para Puun yang artinya, satu sama lain terikat oleh garis kerabat. Dalam konteks itu, ciri penting dalam pamarentahan Baduy, terletak pada diferensiasi peran dan pembagian jabatan yang terpisahkan melalui struktur sosial, namun semuanya terikat oleh satu hubungan kerabat yang erat. Perbedaan peran yang mendasar antara para pemimpin yang disebut puun dan yang disebut para jaro, adalah pada tanggung jawab yang berurusan dengan aktivitasnya, karena para Puun berurusan dengan dunia gaib sedangkan para jaro bertugas menyelesaikan persoalan duniawi. Atau, dengan perkataan lain, para Puun berhubungan dengan dunia sakral dan para jaro berhubungan dengan dunia profan. Oleh karena itu, para Puun menerima tanggung jawab tertinggi pada hal-hal yang berhubungan dengan pengaturan harmonisasi kehidupan sosial dan religius, sehingga kehidupan warga masyarakatnya dapat berlangsung dengan tertib Komunikasi dan Interaksi Sosial Seperti pada umumnya masyarakat yang masih sangat erat ikatan keluarga nya, dalam kehidupan sehari-hari mereka saling melakukan interaksi. Baik dengan tetangga yang rumahnya berdekatan maupun dengan warga diluar kampung mereka sendiri. Didalam proses interaksi selalu menghasilkan suatu yang mungkin dapat merubah kebiasaan atau pola pikir yang sudah mereka pegang sebelumnya.

11 Komunikasi Baduy Dalam dan Baduy Luar Setiap aturan yang ada di Baduy Luar tidak jauh berbeda dengan aturan di Baduy Dalam, karena masyarakat di Baduy Luar masih sangat bergantung pada setiap aturan yang dibuat oleh pemerintahan di Baduy Dalam. Misalnya saja saat ada pelanggaran yang dilakukan oleh masyarakat Baduy Luar, Kakolot kampung dan ketua RT yang menangani nya, hukuman akan dijatuhkan kepada pelanggar sesuai aturan yang diberlakukan dan dibuat sesuai adat Baduy Dalam. Begitu juga ketika ada perayaan atau ritual adat tertentu, Baduy Dalam dan Baduy Luar sama-sama menjalankan ritual adat secara bersamaan. Petugas-petugas dari Baduy Dalam pun sering berkeliling mendatangi setiap kampung di Baduy Luar, dan apakah masyarakat Baduy Luar menyimpan setiap barang yang dilarang oleh adat atau sekedar bersenda gurau dengan masyarakat Baduy Luar. Pada intinya mereka sama-sama orang Baduy, mereka memiliki kewajiban menjaga tanah kelahiran mereka Komunikasi Antar Suku Baduy Luar Seperti umumnya masyarakat yang hidup berdampingan satu sama lainnya, pada masyarakat di Baduy Luar pun juga. Mereka terbagi atas 57 kampung yang diantara satu kampung ke kampung berikutnya saling berdekatan. Didalam masing

12 49 masing kampung memiliki ketua RT, ketua RT ini lah yang bertugas mengatur setiap warganya. Keseharian masyarakat Baduy Luar pun hampir sama, laki-laki berladang dan perempuan menenun kain dirumah. Mereka biasa menjajakan hasil kerjinan mereka didepan rumah. Barang yang mereka jual tidak selalu hasil tangan mereka sendiri, terkadang para ibu juga menjual gelang ke tetangga mereka sendiri untuk dijajakan lagi kepada para wisatawan. Ada larangan untuk memelihara hewan berkaki empat seperti kerbau atau sapi, salah satu alasan nya adalah agar tidak terjadi keributan yang ditimbulkan karena hewan yang merusak rumah tetangga. Kalau misalnya kita pelihara sapi, nanti sapi nya buang kotoran dirumah tetangga, lalu tetangga kami tidak terima atau tidak suka, nanti antar tetangga bisa saling bertengkar. Alasan itu yang dihindari oleh adat. 7 Mereka hidup sangat rukun dan damai, saling menjaga ketentraman bersama Komunikasi dengan Masyarakat di Luar Baduy Ketika peneliti akan memasuki wilayah kampung baduy, peneliti melewati rumah-rumah warga diluar Baduy. Mereka biasanya membuka warung makanan instant, sayur atau ikan asin, mereka juga menjual kerajinan yang berasal dari dalam kampung Baduy. Tidak sedikit juga para laki-laki yang berprofesi sebagai pemandu wisata bagi pengunjung yang ingin didampingi. Warga diluar masyarakat Baduy ini memang menerima aliran listrik dirumahnya, sehingga banyak para masyarakat Baduy Luar turun untuk sekedar menonton televisi. Bahkan saat penulis berkunjung, 7 Ibid.

13 50 peneliti melihat beberapa warga Baduy Dalam juga sedang duduk di dalam warung bakso dan menonton televisi. Pada setiap hari nya, dapat dikatakan masyarakat Baduy Luar sering ke kampung di luar baduy ini. Dengan keperluan mereka yang berbeda, misalnya seperti membeli kebutuhan sehari-hari, bekerja, atau sekedar berkunjung. Apalagi pada beberapa kampung yangjaraknyatidak terlalu jauh dari perbatasan antara kampung Baduy dan wilayah diluar Baduy. Walau masyarakat di luar Suku Baduy hidup berdampingan dengan kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda, namun mereka tetap saling menjaga. Para masyarakat di luar Baduy paham akan aturan-aturan yang benar-benar dijaga oleh adat, mereka juga sedikit mengerti akan kebudayaan Baduy. Masyarakat di Baduy Luar cukup terbantu dengan seringnya mereka berinteraksi setiap harinya dengan masyarakat di luar Suku Baduy. Mereka sedikit tidak ketinggalan informasi karena hampir setiap hari terjadi interaksi dengan warga luar Implementasi Komunikasi dan Perubahan Sosial Perubahan sosial dapat dikatakan telah terjadi apabila terdapat perubahan struktural, kultural dan interaksional. Pada hasil penelitian penulis melihat tiga aspek tersebut terdapat pada masyarakat di Baduy Luar. Seiring berjalan nya waktu terjadi

14 51 nya perubahan-perubahan atas kesadaran mereka untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya. Mencakup waktu dulu, sekarang, dan masa depan Perubahan dan Agama Agama merupakan hal paling utama dalam kehidupan manusia, karena agama dapat menuntun setiap manusia agar selalu menjadi lebih baik lagi. Seperti yang kita ketahui, Indonesia mengakui 5 Agama diantaranya Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha. Berbeda dengan masyarakat Suku Baduy ini, mereka menganut kepercayaan Sunda Wiwitan. Penulis tidak dapat menyebutnya agama karena pada kepercayaan Sunda Wiwitan ini tidak ada Kitab Suci yang jelas. Sunda Wiwitan ini sebenarnya kepercayaan yang dianut pada orang Sunda asli sejak zaman dahulu. Kepercayaan Sunda Wiwitan meyakini akan adanya Nabi Adam sebagai Nabi mereka, mereka juga mempercayai adanya Surga dan Neraka. Terlihat dari keseharian mereka selalu berbuat baik terhadap sesama. Mereka menekankan nilainilai kebaikan dalam perbuatan sehari-hari. Mereka biasa membakar kemenyan sebagai alat untuk berkomunikasi secara batin dengan-nya. Mereka melakukan sebagai rasa hormat dan rasa syukur kepada Yang Mahakuasa. Para penganut Sunda Wiwitan memiliki hari raya yang disebut Ngawalu, puasa tanpa sahur yang dilakukan selama tiga bulan dibulan Januari hingga Maret tergantung penanggalan Suku Baduy.

15 52 Karena kepercayaan yang mereka anut adalah Sunda Wiwitan dan tidak termasuk ke dalam agama yang di akui di Indonesia, kebanyakan dari Masyarakat Baduy tidak memiliki KTP. Mereka menginginkan agama Sunda Wiwitan dicantumkan ke dalam KTP mereka. Dalam usahanya tersebut tokoh masyarakat di Baduy berupaya mengajukan kepada Mahkamah Konstitusi. Karena agama tersebut tidak dapat diakui negara karena menurut aturan definisi agama menurut pemerintah adalah Agama baru akan diakui apabila memiliki nabi dan kitab suci yang tertulis. Akibat tidak dapat dicantumkan nya agama mereka pada KTP, mereka memiih untuk tidak memiliki KTP dan tidak ikut serta dalam pemilihan umum. Seiring berjalan nya waktu, aturan tersebut mulai melonggar. Agama dalam masyarakat Baduy pun tak lagi begitu dipermasalahkan. Banyak dari masyarakat Baduy Luar yang sudah memiliki KTP dan dapat mengikuti pemilihan umum, hanya saja kolom pada Agama dikosongkan Begitu juga saat melakukan pernikahan, pada masyarakay Baduy Luar melakukan pernikahan seperti warga negara Indonesia pada umumnya. Mereka melakukan ijab kobul di KUA. Dahulu Dewi salah satu anak warga di kampung Kaduketuk melangsungkan pernikahan, namun petugas pencatatan sipil enggan menulis secara resmi bahwa sudah dilangsungkan nya pernikahan Dewi dengan pasangan nya. Mereka beralasan Dewi dan pasangan nya bukanlah pasangan yang beragama. Bapak Jali menjelaskan

16 53 Sekarang warga disini kalau mau menikah ke KUA, terus membaca kalimat syahadat. Agar resmi dan mendapat surat dari pemerintah katanya. 8 Dari kejadian Dewi tersebut, timbul kesadaran dari warga Baduy untuk memiliki surat resmi dari catatan sipil agar pernikahan mereka diakui secara resmi. Perubahan tersebut terjadi karena ada kesadaran dari masyarakat Baduy Luar untuk mengikuti aturan pemerintah agar pernikahan mereka tertulis secara resmi dicatatan sipil Perubahan dan Pendidikan Pendidikan yang baik tentu akan menciptakan manusia yang berkualitas pula. Pada saat ini pendidikan merupakan hal yang wajib dimiliki setiap manusia agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang semakin pesat. Dengan pendidikan yang cukup, tentu manusia dapat memenuhi setiap kebutuhan hidupnya. Berbeda dengan masyarakat suku Baduy Luar ini, di dalam aturan adat mereka memiliki larangan untuk memiliki pendidikan atau untuk bersekolah. Padahal ada gedung sekolah yang letaknya hampir tidak berjarak dengan pemukiman mereka. Sekolah tersebut tepat berada didepan gerbang saat kita akan memasuki wilayah Baduy. Karena masyarakat Baduy itu sendiri sangat patuh terhadap aturan adat di kampungnya, mereka pun memilih untuk tidak bersekolah. 8 Ibid.

17 54 Dalam banyak kesempatan menyinggung soal wacana pendidikan yang sering ditanyakan atau dilontarkan orang luar kepada warga Baduy, kita akan mendapatkan jawaban berikut yang diungkapkan oleh warga biasa maupun tokoh Baduy. Bapak Jali menegaskan Bila bersekolah dan menjadi pintar, nanti malah dipakai untuk minteri orang. 9 Maksudnya adalah kepandaian yang dikuasai dari bersekolah justru dapat menjadi godaan kuat untuk mengakali atau menjahati orang lain. Namun kondisi tak bersekolah tidak identik dengan hidup terbelakang dari segi cara berpikir dan moralitas, justru bisa sebaliknya. Kalo terpencil iya, tetapi kami tidak terasing. 10 Secara pandangan masyarakat awam, apabila kita tidak mengenyam pendidikan secara formal tentu tidak bisa membaca atau menulis. Tetapi tidak pada masyarakat Baduy ini, mereka bisa membaca dan menulis. Berawal dari kebiasaan mereka membeli produk-produk seperti mie instan, karena sering membeli dan membaca nama merk pada mie instan itu, dengan sendirinya mereka mengetahui masing-masing ejaan huruf yang terdapat pada bungkus mie instan. Ibu Kana menjelaskan Karena sering beli-beli sesuatu diwarung jadinya ya kita bisa tau huruf-huruf apa gitu yang ada. Dari huruf-huruf terus jadi tau ini baca nya apa 11 9 Ibid. 10 Ibid.

18 55 Namun semakin pesat nya kemajuan zaman, ada sebagian orangtua yang sadar akan pentingnya pendidikan untuk masa depan anaknya. Anak-anak mereka diizinkan untuk bersekolah secara diam-diam agar tidak diketahui oleh petugas dari Baduy Dalam. Itu artinya terdapat perubahan pemikiran dari mereka untuk menjadi lebih baik lagi. Pada satu kesempatan, ibu Kana menjelaskan kenapa orang Baduy memberanikan dirinya untuk bersekolah yang jelas melanggar aturan adat. Memang kami para orangtua menginginkan anak-anak kami untuk memiliki hidup yang lebih baik lagi. Anak-anak secara diam-diam berangkat kesekolah, karena petugas dari Baduy Dalam juga jarang keluar jadi masih aman-aman saja. Kalaupun sampai ketahuan ya kami harus berani tanggung resiko terberat yaitu dikeluarkan dari Baduy Perubahan dan Teknologi a. Radio Pada masyarakat Baduy Luar radio sudah bukan barang yang ditabukan lagi, kebanyakan dari mereka sudah menggunakan radio sebagai sarana hiburan mengisi waktu kosong. Walaupun di Baduy Luar tidak ada aliran listrik, mereka menggunakan radio berenergi baterai. Walaupun terdapat larangan dari adat, mereka pun menggunakan radio secara diam-diam. Apabila petugas pamarentahan Baduy Dalam mengetahui, makan akan diberikan sanksi. 11 Ibid. 12 Ibid.

19 56 Dari penjelasan ibu Kana beliau memberi kesimpulan bahwa sudah hampir semua warga Baduy memiliki radio dirumahnya sebagai sarana hiburan dan informasi. Ibu Kana sendiri pun mempunyai radio dirumahnya Ibu Kana menjelaskan pergeseran aturan di Baduy Luar Kalau dulu pernah ada yang ketahuan sama petugas dari Baduy Dalam dan langsung diberikan hukuman keras bagi yang melanggar, tapi sekarang hanya sanksi teguran saja, radio nya juga tidak diambil. 13 b. Televisi Pada era globalisasi seperti saat ini, televisi sudah menjadi sarana hiburan yang banyak dimiliki masyarakat. Karena televisi banyak memberikan hiburan dan informasi kepada setiap penontonnya. Tetapi tidak dengan masyarakat di Baduy Luar, mereka tidak bisa menonton televisi secara bebas karena ada aturan adat yang tidak bisa dilanggar dan tidak adanya aliran listrik di kampung mereka. Namun masyarakat Baduy sendiri tetap mempunyai keinginan untuk lebih maju. Tidak jauh dari pemukiman mereka, terdapat masyarakat di Luar Suku Baduy yang menjalani keseharian seperti orang diperkotaan. Pak Jali menjelaskan : Jika kita ingin menonton televisi ya tinggal turun, warga yg dibawah kan pada taro tv di warung nya. Jadi kita boleh-boleh saja ikut menonton Ibid. 14 ibid

20 57 Walaupun tidak begitu mengetahui informasi terbaru, tetapi mereka tidak juga ketinggalan informasi. Padahal, tetap ada larangan adat yang mereka langgar. c. Handphone Jarak tidak lagi menjadi halangan untuk kita berkomunikasi. Dengan menggunakan handphone kapan pun dimana pun, kita dapat dengan mudah melakukan kontak walau dengan berbeda negara. Tidak berbeda dengan masyarakat Baduy Luar, pada saat ini tidak sedikit dari mereka yang juga sudah menggunakan alat komunikasi ini. Walau tidak terdapat listrik, di wilayah Baduy dapat terkoneksi dengan jaringan telepon selular. Bapak Jali merupakan salah satu pengguna handphone di wilayah Baduy Luar. Beliau mengatakan tidak terlalu sering menggunakan alat komunikasi ini. Jarang saya pakai handphone. Jika ada perlu saya baru aktifkan handphone saya, kalo mau menghubungi kerabat saja. Kalau tidak ada keperluan biasanya saya matikan, dan saya simpan didalam rumah saja. Menjaga agar tidak terlihat petugas yang lain. 15 Dahulu handphone ini menjadi barang yang hampir tabu di Baduy, karena sangat mencerminkan layaknya orang perkotaan. Tetapi saat penulis berjalan disekitaran Baduy, ada beberapa anak remaja yang sedang duduk 15 ibid

21 58 berbincang dengan teman nya sambil mendengarkan lagu-lagu band terkenal ibu kota lewat handphone nya Perubahan Adat dan Budaya Banyak nya interaksi dengan orang-orang di Luar adat Baduy juga adanya keinginan untuk menjadi lebih maju menjadi faktor pendorong terjadinya perubahanperubahan adat dan budaya. Walaupun banyak aturan yang terkadang tidak mereka patuhi, tetapi masyarakat Baduy Luar sendiri tetap menjaga batasan-batasan adat mereka. Bapak Jali mengatakan Berhadapan dengan perubahan zaman, sebenarnya peraturan adat tetap keras. Tapi orang-orangnya mulai berubah, terutama yang muda-muda. Tugas Jaro sebagai penjaga aturan adat saat ini menjadi lebih berat. 16 Dengan nada lebih tegas kakolot senior ini mengeluhkan Sekarang ini, praktik hidup sehari-hari orang Baduy sudah bergeser jauh dari tatanan adat yang murni. Mereka sudah terlalu bebas, kemurnian hukum adat mulai kurang dihormati, saya hanya bisa geleng-geleng kepala. Tinggal tunggu peringatan dari Ka-Alus-an (Sang Penguasa Kehidupan) yang tidak pandang bulu. 17 Banyak dari warga masyarakat Baduy yang memilih untuk keluar dari adat dan membangun kehidupan baru di kota. Banyak yang sudah sukses bekerja dikota, 16 Ibid. 17 Ibid.

22 59 ada yang menjadi Bidan, kuliah disekolah kedokteran, ekonomi, sekretaris, dan lainlain. Ada yang menjadi rohaniawan Islam, juga kristen. Perubahan-perubahan yang terjadi membuat para tetua adat khawatir dengan semua fenomena yang terjadi didalam adat Baduy. Dengan lirih mereka mengatakan bagaimana nanti akhir dari semua ini. 1.3 Pembahasan Masyarakat Baduy merupakan masyarakat yang sangat memegang teguh adat istiadat nya. Mereka masih sangat tradisional, jauh dari aktivitas perkotaan. Mereka hidup dengan adat ulayat yang mereka bentuk sendiri berdasarkan ajaran nenek moyang. Baduy luar merupakan masyarakat yang sudah memiliki kelonggaran dalam setiap aturan di banding dengan Baduy Dalam. Pada cara berpakaian masyarakat di Baduy Luar sudah bisa menggunakan pakaian seperti orang diperkotaan. Mereka hidup dengan bebas namun tetap berpatokan kepada aturan-aturan di Baduy Dalam. Cara hidup mereka seperti umumnya masyarakat di pedasaan yang masih sangat kuat ikatan kekeluargaan dan gotongroyong nya. Komunikasi berfungsi sebagai alat untuk mensosialisasikan nilai-nilai budaya kepada masyarakat.

23 60 Melalui komunikasilah, baik secara lisan, tulisan, verbal, maupun nonverbal masyarakat mentransmisikan warisan sosial berupa nilai-nilai budaya, norma-norma sosial, adat istiadat, dan kepercayaan dari generasi ke generasi berikutnya. Didalam perubahan masyarakat Baduy terdapat aspek-aspek perubahan dari dulu hingga sekarang. Masyarakat melakukan perubahan karena adanya keinginan untuk menjadi lebih baik lagi. Didalam perubahan yang terjadi mereka dapat dikatakan melanggar aturan adat yang sudah mereka ketahui. Seperti perubahan cara berpikir, perubahan tingkah laku dan perubahan kebudayaan. Menurut Selo Soemarjan perubahan-perubahan sosial adalah segala perubahan dalam lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk didalamanya nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola-pola komunikasi di dalam kelompok-kelompok masyarakat. Didalam Selo Soemarjan terlihat jelas bahwa pada Suku Baduy mengalami perubahan sosial. Mulai dari nilai-nilai, sikap-sikap, dan pola komunikasi nya. Berdasarkan penjelasan diatas penulis melihat adanya komunikasi dan perubahan sosial pada masyarakat Baduy Luar Aspek perubahan ASPEK DULU SEKARANG Pendidikan Masyarakat Baduy Masyarakat Baduy Luar

24 61 sangat menutup diri sudah membuka diri untuk untuk Mereka apabila bersekolah. menganggap bersekolah belajar membaca dan menulis. Walaupun masih ada larangan adat untuk maka ilmunya akan digunakan untuk bersekolah, secara diamdiam ada sebagian minteri orang lain. masyarakat Baduy Luar yang bersekolah. Karena ada keinginan dari sebagian orangtua menginginkan yang anaknya Cara Berpikir Masih sangat tertutup untuk menjadi lebih baik dimasa depan dengan kemajuan yang semakin pesat. Mulai terbuka dengan dengan segala perubahan zaman, dan ada perubahan, dan sangat keinginan untuk lebih maju mematuhi aturan dan larangan adat yang ada. walaupun dengan adat. bertentangan Masyarakat dan Sikap masyarakat tidak Kesadaran meningkat akan

25 62 Pemerintahan begitu perduli dengan setiap hak dan kewajiban yang mereka hak dan kewajiban orang Baduy sebagai warga negara. Disamping itu, ada miliki pemerintah. terhadap Karena tokoh Baduy yang berkiprah mereka menganggap dan memperjuangkan hakhak orang Baduy. sudah cukup teratur dengan pamarentahan Baduy. Mata Pencaharian Masyarakat hanya Sebagian masyarakat berladang di ladang milik mereka sendiri memiliki ladang diluar kampung Baduy untuk mencukupi kebutuhannya. Cara Berpakaian Hanya menggunakan pakaian dan akesoris khas Baduy. sudah bebas menggunakan pakaian seperti orang perkotaan pada kegiatan sehari-hari. Sikap Masyarakat Sangat menjaga jarak Sudah mau diajak Terhadap Orang Luar Baduy kepada orang yang tidak dikenal. Bahkan sampai menghindari. berinteraksi, tanpa lagi ada sikap yang menunjukan kewaspadaan.

26 63 Kemajuan Teknologi Sama sekali tidak menerima benda yang berbau teknologi atau benda modern. Sebagian dari masyarakat mulai menerima kemajuan teknologi, sebagian dari mereka memiliki radio dan handphone. Dalam aspek perubahan diatas, terlihat jelas adanya perubahan yang terjadi pada adat Suku Baduy mulai dari perubahan kecil hingga perubahan besar. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan, mereka melakukan perubahan karena adanya keinginan untuk menjadi lebih baik lagi. Walaupun tidak semua masyarakat disana menerima perubahan yang terjadi. Interaksi yang dilakukan dengan orang di luar suku Baduy juga sangat mendorong terjadinya perubahan tersebut. Perubahan tidak hanya terjadi karena masyarakat itu sendiri, adat pun turut mengalami perubahan secara perlahan. Hal tersebut dapat penulis simpulkan dari hasil keterangan para narasumber yang menjelaskan beberapa perubahan adat yang terjadi. Misalnya pergeseran pada aturan-aturan desa, sanksi yang diberikan pada setiap pelanggar juga tidak lagi sekeras dulu. tanah Baduy. Didalam perubahan yang sudah terjadi mereka tetap menjaga adat istiadat di Model komunikasi dan perubahan sosial yang terjadi pada suku Baduy Luar :

27 64 Baduy Dalam Baduy Luar Pola Komunikasi Masyaraka t Luar 1. Komunikasi Intra-pribadi 2. Komunikasi antar-pribadi 3. Komunikasi Dalam Kelompok 4. Komunikasi Antar kelompok 5. Komunikasi organisasi 6. Komunikasi dengan masyarakat secara luas Hukum Adat 1.Masyarakat memiliki pola pikir yang lebih maju 2. Masyarakat selalu ingin mengikuti perkembangan zaman 3.Masyarakat menerima pendidikan 4.Masyarakat terbuka akan segala bentuk perubahan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi komunikasi dan media massa, mengakibatkan munculnya New 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi merupakan suatu hal terpenting dalam kehidupan. Banyak cara untuk mendapatkan informasi, melalui media televisi maupun radio. Majalah dan koran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai

BAB I PENDAHULUAN. Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Baduy merupakan salah satu suku adat di Indonesia yang sampai sekarang masih mempertahankan nilai-nilai budaya dasar yang dimiliki dan diyakininya,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul. Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.A TAHUN 2015 TENTANG DESA BERBUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penguatan tugas, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia

BAB I PENDAHULUAN. Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tanah bagi manusia memiliki arti yang sangat penting. Hubungan antara manusia dan tanah tidak dapat dipisahkan. Manusia diciptakan dari tanah, hidup

Lebih terperinci

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA

BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 36 BAB V PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP MITOS DAN NORMA 5.1 Gambaran Sosial-Budaya Masyarakat Lokal Masyarakat Kampung Batusuhunan merupakan masyarakat yang identik dengan agama Islam dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adat Baduy dalam perjalanannya sebagai masyarakat adat telah berhasil menarik perhatian baik masyarakat asing maupun masyarakat lokal. Ketertarikan

Lebih terperinci

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ETIKA BERBUSANA

WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ETIKA BERBUSANA WALIKOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG ETIKA BERBUSANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KENDARI, Menimbang : a. bahwa etika berbusana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu alat penghubung antara yang satu dengan yang lain, baik itu komunikasi Verbal maupun Non verbal. Dimana tanpa adanya komunikasi maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sangat kaya dengan budaya yang berbeda-beda. Salah saru diantaranya adalah masyarakat Kanekes (Baduy) yang tinggal di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar,

Lebih terperinci

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UKBM 3.1/4.1/1/1-1 BAHASA INDONESIA PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 6 MALANG UNIT KEGIATAN BELAJAR BIN 3.1/4.1/1/1-1 PENTINGKAH LAPORAN HASIL OBSERVASI Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelompok etnik tradisional di Indonesia mempunyai ciri-ciri dan jati diri budaya yang sudah jelas terdefinisi, sehingga diduga kemungkinan besar persepsi dan

Lebih terperinci

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemuda merupakan suatu elemen yang sangat penting dalam memajukan suatu bangsa dan juga perubahan bangsa di era globalisasi saat ini. Generasi mudalah

Lebih terperinci

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 70.B TAHUN 2015 TENTANG KETAHANAN BUDAYA MASYARAKAT KELURAHAN DI KECAMATAN PURWAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan kebudayaan yang masih banyak memperlihatkan unsur persamaannya, salah satunya adalah suku Sunda, suku yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang terdiri dari berbagai suku-sukubangsa yang tinggal di berbagai daerah tertentu di Indonesia. Masing- masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug

Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Kosmologi dalam Arsitektur Masyarakat Kasepuhan Banten Kiduldi Lebak Sibedug Ratu Arum Kusumawardhani (1), Ryan Hidayat (2) arum_q@yahoo.com (1) Program Studi Arsitektur/Fakultas

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kampung adat Benda Kerep terletak di Argasunya Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Masyarakat kampung ini masih memelihara tradisi yang hingga kini masih dilakukan

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam mendongkrak pendapatan di sektor usaha atau pendapatan daerah. Dunia pariwisata saat ini sudah mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing, baik itu tarian, lagu, seni rupa, karya sastra, kuliner, dan lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, agama, ras. Hal ini menjadikan tiap daerah di Indonesia memiliki ciri khas masing-masing,

Lebih terperinci

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I

P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I S A L I N A N P E M E R I N T A H K A B U P A T E N K E D I R I PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA LAINNYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Teknologi memberikan manusia berbagai kemudahan dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Teknologi memberikan manusia berbagai kemudahan dalam melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Teknologi memberikan manusia berbagai kemudahan dalam melakukan pekerjaan, bahkan menjadikan kehidupan lebih menyenangkan dan lebih nyaman. Dengan di temukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari daerah Kalimantan Barat adalah tenun ikat Dayak. Tenun ikat Dayak merupakan salah satu kerajinan tradisional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dalam artian bahwa sesungguhnya manusia hidup dalam interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia, sebuah negara yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya yang berbeda-beda. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan hasil sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem kekerabatan yang dianut masyarakat Indonesia umumnya adalah masyarakat patrilineal. Patrilineal adalah kekuasaan berada di tangan ayah atau pihak laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Propinsi Banten memiliki masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat dan tradisi yaitu suku Baduy yang tinggal di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO. 42 BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN 1974 A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.1/1974 Pelaksanaan Pernikahan Suku Anak Dalam merupakan tradisi

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah I.1.1. Indonesia adalah Negara yang Memiliki Kekayaan Budaya Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, dengan memiliki berbagai suku, bahasa, dan agama

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI Dalam bab ini berisi tentang analisa penulis terhadap hasil penelitian pada bab III dengan dibantu oleh teori-teori yang ada pada bab II. Analisa yang dilakukan akan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi

BAB V PENUTUP. perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Pelanggaran kawin sasuku pada masyarakat Minangkabau dianggap sebagai perkawinan yang pantang oleh adat. Di Kenagarian Sungai Talang yang menjadi lokasi penelitian ini terdapat

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN HASIL WAWANCARA Informan I Nama : Manimbul Hutauruk Tanggal Wawancara : 31 Januari 2015 Tempat : Rumah Bapak Manimbul Hutauruk Waktu : Pukul 13.00 WIB 1. Berapa lama anda tinggal di Desa Hutauruk?

Lebih terperinci

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna tema 5 ketertiban gambar 5.1 masuk kelas dengan tertib biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, memiliki berbagai suku, ras, bahasa dan kebudayaan yang diwariskan secara turun-temurun oleh nenek moyang. Adanya

Lebih terperinci

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten

BAB II. KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten BAB II KONDISI WILAYAH DESA ONJE A. Letak Geografi dan Luas Wilayahnya Desa Onje adalah sebuah desa di Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, yang terdapat komunitas Islam Aboge merupakan ajaran Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni. Sebagai kegiatan kreatif penciptaan karya sastra merupakan refleksi pandangan pengarang yang direpresentasikan

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ASRAMA MAHASISWA KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ASRAMA MAHASISWA KOTAWARINGIN BARAT BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ASRAMA MAHASISWA KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KONTRAK FORUM EXPO INTERNAL 2015

KONTRAK FORUM EXPO INTERNAL 2015 KONTRAK FORUM EXPO INTERNAL 2015 I. Hak Peserta : Peserta EXPO INTERNAL 2015 mempunyai hak: 1. Mendapatkan informasi sejelas-jelasnya terkait pelaksanaan EXPO INTERNAL 2015. 2. Mengajukan pertanyaan, pendapat,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK Nomor : 1 Tahun 1991 Seri D PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LEBAK NOMOR : 13 TAHUN 1990 T E N T A N G PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN LEMBAGA ADAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN RANGSANG BARAT DESA BOKOR PERATURAN DESA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KEAMANAN DAN KETERTIBAN TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara geografis, letak Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. Indonesia yang terkenal dengan banyak pulau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan

Lebih terperinci

Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI, KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA

Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,   KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor: 7/TAP/BPM FF UI/IV/15 Tentang PANITIA DISIPLIN PERIODE 2015 Menimbang: a. bahwa demi berfungsinya Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Arat Sabulungan adalah akar budaya dan juga cara pandang hidup masyarakat Mentawai yang tetap menjaga dan mengatur masyarakat Mentawai melalui tabu dan pantrngannya.

Lebih terperinci

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN

2015 KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI KABUPATEN CIAMIS TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masyarakat Sunda Ciamis mempunyai kesenian yang khas dalam segi tarian yaitu tarian Ronggeng Gunung. Ronggeng Gunung merupakan sebuah bentuk kesenian tradisional

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI

2015 POLA PEWARISAN NILAI DAN NORMA MASYARAKAT KAMPUNG KUTA DALAM MEMPERTAHANKAN TRADISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Ciamis adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten ini berada di Tenggara Jawa Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Majalengka,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Lahirnya Kelembagaan Lahirnya kelembagaan diawali dari kesamaan karakteristik dan tujuan masing-masing orang dalam kelompok tersebut. Kesamaan kepentingan menyebabkan adanya

Lebih terperinci

TATA TERTIB SIDANG VERIFIKASI PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA 2015

TATA TERTIB SIDANG VERIFIKASI PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA 2015 PANITIA PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA TATA TERTIB SIDANG VERIFIKASI PEMILIHAN RAYA IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA 2015 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan

Lebih terperinci

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI

2015 PENGAKUAN KEESAAN TUHAN DALAM MANTRA SAHADAT SUNDA DI KECAMATAN CIKARANG TIMUR KABUPATEN BEKASI 1 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pengakuan keesaan Tuhan dalam mantra Sahadat Sunda pengakuan keislaman sebagai mana dari kata Sahadat itu sendiri. Sahadat diucapkan dengan lisan dan di yakini dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki beragam norma, 1 moral, 2 dan etika 3 yang menjadi pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang berbeda-beda

Lebih terperinci

MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA

MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA 1. Penyimpangan Sosial sebagai bentuk Pelanggaran terhadap Nilai dan Norma Sosial Pada dasarnya, segala perilaku yang melanggar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun

LIFE HISTORY. Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun LIFE HISTORY Note : II (12-18 tahun) Nama : Tetni br Tarigan Usia : 16 tahun Tetni seorang anak perempuan berusia 16 tahun, yang tinggal dalam keluarga yang serba kekurangan. Ia, orang tuannya dan empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab.

BAB I PENDAHULUAN. kaum tua, dan lambat laun mulai ditinggalkan karena berbagai faktor penyebab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umumnya pengetahuan pengobatan tradisional hanya dikuasai oleh kaum tua. Generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali pengetahuan dari kaum tua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa telah berkembang sejak masa silam. Tidak heran bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki aliran kepercayaan lokal

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS POLA PENDIDIKAN KEAGAMAAN ANAK DI KELUARGA RIFA IYAH DESA PAESAN KECAMATAN KEDUNGWUNI KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis profil keluarga Rifa iyah Desa Paesan Kecamatan Kedungwuni Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN UMUM Masyarakat Kampung Mosso di perbatasan provinsi papua kota Jayapura memiliki pergaulan hidup yang unik jika dibandingkan dengan masyarakat Papua lainnya.

Lebih terperinci

KEPALA DESA NGUMBUL KECAMATAN TULAKAN KABUPATEN PACITAN KEPUTUSAN KEPALA DESA NGUMBUL NOMOR : 141/ 04 / /2017 TENTANG

KEPALA DESA NGUMBUL KECAMATAN TULAKAN KABUPATEN PACITAN KEPUTUSAN KEPALA DESA NGUMBUL NOMOR : 141/ 04 / /2017 TENTANG KEPALA DESA NGUMBUL KECAMATAN TULAKAN KABUPATEN PACITAN KEPUTUSAN KEPALA DESA NGUMBUL KECAMATAN TULAKAN KABUPATEN PACITAN NOMOR : 141/ 04 /408.70.014/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DESA NOMOR 06

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar belakang permasalahan Bangsa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang besar yang dikenal karena keberagaman budaya dan banyaknya suku yang ada di dalamnya. Untuk mengelola

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PADJAJARAN Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat.

UNIVERSITAS PADJAJARAN Jln. Raya Bandung-Sumedang Km. 21 Jatinangor, Jawa Barat. KAJIAN PUBLIC RELATIONS BUDAYA DALAM KEGIATAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT BADUY (Studi Etnografi Komunikasi tentang aktivitas Internal dan External Relations oleh Jaro Pamarentah pada masyarakat Kanekes Luar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti kita ketahui, Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan kesenian. Keberagaman budaya inilah yang membuat Indonesia dikenal oleh negara-negara

Lebih terperinci

Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI, KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA

Sekretariat: Gedung Fakultas Farmasi UI,   KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA KETETAPAN BADAN PERWAKILAN MAHASISWA Nomor: 11/TAP/BPM FF UI/V/14 Tentang PANITIA DISIPLIN PERIODE 2014 Menimbang: a. bahwa demi berfungsinya Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dari gagasan simbol-simbol dan nilai-nilai yang mendasari hasil karya dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku dan budaya yang ada di Indonesia menjadi salah satu ciri khas masyarakat Indonesia. Masing-masing etnis yang ada di Indonesia tentu memiliki keunikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI KONFLIK KELOMPOK DI MASYARAKAT MALANG NENGAH

BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI KONFLIK KELOMPOK DI MASYARAKAT MALANG NENGAH BAB IV ANALISIS KOMUNIKASI KONFLIK KELOMPOK DI MASYARAKAT MALANG NENGAH A. Bentuk Konflik Antar Kelompok Bentuk konflik antar kelompok yang terjadi di Kampung Malang Nengah diantaranya terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si.

Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Modul ke: Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi Periklanan dan Komunikasi Pemasaran. www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Fungsi Komunikasi Antar Budaya Karakteristik Budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK

BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK BAB III TRADISI NGALOSE DALAM PERSPEKTIF MASYARAKAT DESA KEPUH TELUK KECAMATAN TAMBAK BAWEAN KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Tentang Desa Kepuh Teluk 1. Letak Geografis Desa Kepuh Teluk Desa atau Kelurahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moch Ali M., 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moch Ali M., 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnobotani merupakan salah satu cabang dari etnobiologi yang mempelajari konsep-konsep pengetahuan masyarakat mengenai tumbuhan yang merupakan hasil perkembangan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian, maka skripsi yang penulis beri judul Pewarisan Nilai Adat Pikukuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) JURNAL SKRIPSI MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo) SKRIPSI Oleh: DESI WIDYASTUTI K8409015 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur

BAB I PENDAHULUAN. keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan strukturstruktur BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan sesuatu yang turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang kaya dengan ragam kebudayaan. Kekayaan budaya itu tersimpan dalam kebudayaan daerah dari suku-suku bangsa yang memiliki

Lebih terperinci

INTERAKSI DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BADUY DI ERA MODERN

INTERAKSI DAN PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT BADUY DI ERA MODERN 1 Devi Luckita Sari, Endrastanto, Fajrin Nuril Mawah, Nur Aulia Ramadhaniyah Email : zidmuhammad@yahoo.com, sofyanhardi77@gmail.com Abstrak Suku Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat sub-etnis Sunda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pepatah Jawa dinyatakan bahwa budaya iku dadi kaca benggalaning bangsa (kebudayaan itu menjadi cermin besar yang menggambarkan peradaban suatu bangsa). Hal ini

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 811 TAHUN : 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian 195 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap penduduk Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak

I. PENDAHULUAN. Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan. dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era Globalisasi membuat jati diri bahasa Indonesia perlu dibina dan dimasyarakatkan luas pada khususnya. Agar bangsa Indonesia tidak terbawa arus oleh pengaruh dari budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia pendidikan dewasa ini lebih menekankan pada penanaman nilai dan karakter bangsa. Nilai dan karakter bangsa merupakan akumulasi dari nilai dan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat pada tujuh unsur kebudayaan universal. Salah satu hal yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberagaman suku bangsa di Indonesia telah melahirkan ragamnya adat - istiadat dan kepercayaan pada setiap suku bangsa. Tentunya dengan adanya adatistiadat tersebut,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS PSIKOLOGI BANDUNG. Kata Pengantar

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS PSIKOLOGI BANDUNG. Kata Pengantar LAMPIRAN 1 Alat Ukur Lengkap: Kata Pengantar Kuesioner Kuesioner Data Pribadi Kuesioner Data penunjang Kuesioner Self-esteem Kuesioner Penyesuaian Diri pada Peraturan Sekolah UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Lebih terperinci