PERSEPSI NASABAH PADA ASPEK 5C UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH PT. BPR NUSAMBA AMPEL CABANG SALATIGA. Ruwati dan Pandi Afandi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI NASABAH PADA ASPEK 5C UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH PT. BPR NUSAMBA AMPEL CABANG SALATIGA. Ruwati dan Pandi Afandi"

Transkripsi

1 PERSEPSI NASABAH PADA ASPEK 5C UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH PT. BPR NUSAMBA AMPEL CABANG SALATIGA Ruwati dan Pandi Afandi Dosen Tetap STIE AMA Salatiga Abstrak Faktor 5 C menjadi aspek penting dalam penentuan kelayakan kredit yang akan dicairkan yang meliputi 5 aspek yaitu Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition (5C) sehingga dengan penelitian ingin mengetahui aspek Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition (5C) dan mana diantaranya yang dominan untuk menentukan kelayakan pemberian kredit pada nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga. Dari hasil uji Cochran Q Test diperoleh hasil yang membuktikan bahwa variabel yang dominan pada kelayakan pemberian kredit pada nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga meliputi: variabel Character, yaitu terkait dengan komitmen pembayaran angsuran, Variabel Capacity yaitu sumber penghasilan yang memadai untuk menerima pinjaman dan memiliki kemampuan bayar serta mampu untuk menyelesaikan pinjaman tersebut sampai dengan lunas, Variabel Capital yaitu mempunyai sumber penghasilan tetap merupakan faktor utama yang harus dimiliki seorang nasabah. Variabel Collateral berkaitan dengan jaminan yang bersifat fisik dan keaslian dokumen jaminan tersebut dan terutama milik sendiri. Variabel-variabel tersebut merupakan faktor yang menentukan kelayakan pemberian kredit. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan nilai Cochran Q Test 6,33 lebih kecil dari nilai tabel Chi Square 12,59. Untuk meminimalkan terjadinya kredit bermasalah maka pihak bank harus berpedoman pada aspek 5C dan prinsip kehati-hatian harus selalu diperhatikan. Kata kunci: Character, Capacity, Capital, Collateral, dan Condition PENDAHULUAN. Perbankan khususnya bank umum merupakan inti dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat dalam bentuk kredit serta memberikan jasa jasa dalam lalu lintas pembayaran dan peredaran uang. Menurut UU Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis bank dibedakan menjadi dua, yaitu (a) Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya 59

2 memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. (b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pada umumnya penempatan dana yang paling menguntungkan adalah dalam bentuk kredit, namun demikian resiko yang dihadapi oleh bank dalam penempatan dana tersebut juga besar. Sebelum fasilitas kredit diberikan, maka bank harus merasa yakin bahwa kredit yang diberikan benar benar akan kembali. Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian kredit yang benar dan sungguh-sungguh. PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga adalah bank perkreditan rakyat (BPR) yang didirikan pada tanggal 14 Februari 2006 yang berlokasi di Ruko Taman Harapan Jl. Taman Pahlawan No. 32D, Blauran, Salatiga. Dalam kegiatan operasionalnya, PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga menawarkan tiga produk jasa perbankan bagi masyarakat, yaitu tabungan, deposito, dan kredit. Tabungan merupakan simpanan harian nasabah yang sewaktu-waktu dapat diambil. Ada tiga macam tabungan yang ditawarkan, yaitu tabungan harmoni plus, tabungan nusamba, dan tabunganku. Deposito berjangka merupakan simpanan berjangka dalam jangka waktu 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan yang dapat diperpanjang sesuai jangka waktu tersebut. Kredit merupakan pinjaman yang diberikan oleh bank kepada nasabah atau masyarakat baik secara perorangan maupun kelompok. PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga memiliki keunggulan dalam hal kemudahan pemberian kredit untuk menarik minat masyarakat. Pemberian kredit di PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga prosesnya cepat, mudah, bunga murah, dan prosedurnya sederhana. Setiap bank tidak lepas dari permasalahan kredit, bahkan menjadi hal yang janggal apabila bank tanpa permasalahan kredit kecuali bank tersebut baru berdiri. PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga memiliki pandangan yang demikian, namun dalam kenyataannya ada kredit yang lancar dan ada kredit yang kurang lancar bahkan macet. Kemacetan kredit adalah suatu hal yang merupakan penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri yaitu berupa kesulitan terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank, karena bank wajib menghindar diri dari kredit macet (Djumhana, 1996:263). Dalam rangka menilai debitur layak atau tidak diberikan kredit,menurut Kasmir ( 2002 : 104 ) dapat dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek sebagai berikut: Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral. Aspek Character dalam hal ini berhubungan dengan suatu keyakinan bahwa suatu sifat atau watak dari orang orang 60

3 yang akan diberikan kredit benar benar dapat dipercaya, aspek Capacity berhubungan dengan nasabah dalam kemampuannya dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan pendidikanya, aspek Capital berhubungan dengan faktor penggunaan modal apakah efektif, dilihat dari laporan keuangan ( neraca dan laporan laba rugi ) dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya, aspek Collateral berhubungan dengan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik, aspek Condition dinilai dengan melihat kondisi ekonomi dan politik sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing - masing, serta prospek dari usaha yang dijalankan. Dengan melihat aspek Character, Capacity, Capital, Condition, dan Collateral maka pihak PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga akan memutuskan apakah calon nasabah layak atau tidak untuk diberikan kredit. Relevan dengan pembahasan tersebut menarik untuk diteliti dengan judul Persepsi Nasabah Pada Aspek 5C Untuk Menentukan Kelayakan Pemberian Kredit Pada Nasabah PT. BPR NUSAMBA Ampel Cabang Salatiga. Rumusan Masalah Dari latar belakng tersebut dapat dirumuskan masalahnya dibawah ini: 1. Apakah aspek 5C menentukan kelayakan pemberian kredit nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga? 2. Faktor 5C apa yang paling dominan untuk menentukan kelayakan pemberian kredit nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga? Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi 5C yang menentukan kelayakan pemberian kredit pada nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga dan dari faktor 5C mana yang paling dominan dalam menentukan kelayakan pemberian kredit pada nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kredit Kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu Credere yang berarti kepercayaan. Dalam pengertian ini, apabila seseorang telah memperoleh kredit, berarti ia memperoleh kepercayaan. Jadi dapat diartikan, bahwa apabila suatu pemberian kredit terjadi, didalamnya terkandung adanya kepercayaan orang atau badan yang memberikan kepada 61

4 orang lain atau badan yang diberinya, dengan ikatan perjanjian orang atau badan yang diberi kredit harus memenuhi segala kewajiban yang diperjanjikan untuk dipenuhi pada waktunya. Bila transaksi terjadi, maka dapat dilihat adanya pemindahan materi dari yang memberikan kredit (Kreditur) kepada yang diberi kredit (Debitur). Kredit juga memiliki arti khusus, yaitu meminjamkan uang (penundaan pembayaran). Apabila orang mengatakan membeli secara kredit maka hal itu berarti si pembeli tidak harus membayarnya pada saat itu juga. Menurut UU No.10 Tahun 1998 Pasal 1: Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan, atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 2. Pemberian Kredit Bank Menurut pasal 8 UU No.7 Tahun 1992, yaitu: Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan berdasarkan analisis yang mendalam atas itikad dan kemampuan serta kesanggupan nasabah debitur untuk melunasi utangnya atau mengembalikan pembiayaan dimaksud sesuai dengan yang diperjanjikan. Dari ketentuan tersebut dapat disimpulkan bahwa bank harus berhati-hati dalam memberikan kredit pada calon nasabahnya. Bank harus dapat menjaga likuiditas dan solvabilitasnya. Yang dimaksud dengan likuiditas adalah kemampuan bank tersebut dalam menjamin terbayarnya hutang-hutang jangka pendek, sedangkan solvabilitas adalah kemampuan bank untuk melunasi semua hutang-hutangnya baik yang jangka pendek maupun jangka panjang. Solvabilitas bank tergantung juga dari solvabilitas nasabahnya. Jadi bank harus menyelidiki terlebih dahulu calon debiturnya apakah debitur tersebut dapat dipercaya dan juga dapat diandalkan. pemberian kredit bank terdiri atas prosedur yang dibuat sesuai dengan pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan. Prosedur umum perkreditan menyajikan urutan langkah-langkah yang lazim dilakukan dalam memproses suatu permohonan kredit. Langkah-langkah ini meliputi: permohonan kredit, penyidikan dan analisis, keputusan persetujuan atau penolakan, pencairan, administrasi, serta pelunasan kredit. 3. Resiko Kredit Macet dan Kelayakan Kredit 62

5 Kredit macet yaitu kredit yang telah tidak lancar dan telah sampai pada jatuh temponya belum dapat diselesaikan oleh nasabah yang bersangkutan. Kredit macet adalah masalah yang harus memperoleh perhatian khusus dan penanganan yang serius karena hal tersebut dapat menimbulkan kerugian yang tidak kecil. Beberapa kerugian tersebut adalah: 1) Bila kredit dibiarkan macet berlarut-larut maka dapat mengakibatkan kerugian materi karena mungkin nilai jaminan sudah tidak cukup untuk menutup seluruh kewajiban debitur. Hal ini dapat terjadi karena atas pokok pinjaman tersebut terus dikenakan beban bunga yang makin lama semakin besar. 2) Banyaknya kredit macet yang terjadi juga dapat merusak reputasi bank karena bank dianggap tidak mampu melaksanakan proses pemberian kredit dengan baik. 3) Kerugian lain yang dapat timbul dari kredit macet adalah terganggunya cash flow bank karena dana yang diharapkan masuk dari pelunasan kredit tertunda (atau tidak terjadi) sementara itu kewajiban bank terhadap pihak ketiga (para penabung) tidak dapat ditunda sama sekali. 4) Dana yang terikat di kredit macet mengakibatkan bank tidak dapat mengadakan pilihan investasi yang lebih menarik dan memberi hasil yang lebih besar. akibatnya pertumbuhan bank akan terhambat. 5) Kredit macet membutuhkan perhatian yang lebih besar yang sama artinya dengan peningkatan biaya administrasi. Perhatian khusus tersebut juga dapat mengakibatkan pejabat yang menangani kredit macet tidak dapat mencurahkan perhatiannya untuk pekerjaan yang lebih produktif. Risiko kredit adalah suatu risiko akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank beserta bunganya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan atau dijadwalkan. Untuk memperkecil risiko juga digunakan seleksi untuk para calon debiturnya. Untuk itu perlu dianalisis kelayakan kreditnya dengan menggunakan prinsip 5C, yaitu: 1) Character (watak) Mencari tahu sifat-sifat calon debitur, mengguanakan analisis yang lebih cenderung merupakan analisis kualitatif yang tidak terbaca di angka-angka yang disajikan untuk mengetahui itikad baik dari debitur. Menurut Kasmir (2012: 95) karakter merupakan suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. 2) Capacity (kapasitas) 63

6 Menurut Kasmir (2012: 95) capacity digunakan untuk melihat kemampuan nasabah yang mengajukan kredit dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan kemampuannya untuk menjalankan usaha. Penilaian ini digunakan untuk melihat Kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit yang diberikan. 3) Capital (modal) Analisis aspek capital ini meliputi struktur modal yang disetor, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan dalam struktur keuangan perusahaan. Menurut Kasmir (2012: 95) penilaian Capital ini digunakan untuk melihat penggunaan modal yang dipunyai nasabah apakah efektif atau tidak. Keefektifan penggunaannya dapat dilihat melalui laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi) dengan menghitung likuiditas, solvabilitas, rentabilitas dan ukuran lainnya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja yang ada sekarang ini. 4) Collateral (jaminan) Collateral adalah jaminan berupa harta benda milik debitur yang diikat sebagai agunan. Barang yang dijaminkan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin. 5) Condition (kondisi) Variabel yang diperhatikan terutama adalah variabel ekonomi (walaupun tidak terlepas juga bank perlu memperhatikan variabel lainnya seperti kondisi politik, perundang-undangan, dan lainnya). Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memilki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil (Kasmir,2012:96). Dengan demikan character, capacity, capital, colleteral dan condition yang disingkat dengan 5 C sebagai alat penentu untuk menentuakan kelayakan kredit yang diberikan kepada nasabah. KERANGKA PEMIKIRAN Penelitian ini akan berfokus pada analisis 5 C sebagai penentu kelayakan pemberian kredit kepada nasabah yang benar benar layak diberikan. Faktor- Faktor 5C character Uji statistik cochran Q test 64

7 capacity Nasabah capital collateral condition Faktor-faktor 5C yang digunakan dalam penentuan pemberian kredit nasabah PT.BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga HIPOTESIS Dalam penulisan ini hipotesis yang diajukan adalah 5C sebagai penentu kelayakan pemberian kredit pada nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga. METODE PENELITIAN Dalam pelakasanaanya penelitian ini menggunakan metode survei. Adapun yang dimaksud dengan metode survei dalam penelitian ini adalah suatu metode penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan Kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok. 1. Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono (2006:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi ini adalah seluruh nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga yang berjumlah 950 orang nasabah yang mengambil kredit atau pinjaman selama tahun Adapun yang dimaksud sampel, sampel adalah sebagian dari populasi dan dilakukan secara acak yang akan diteliti yang ciri-ciri dan keberadaanya diharapkan mampu mewakili dan menggambarkan ciri-ciri dan keberadaan populasi yang sebenarnya (Sugiarto, 2003: 13). 65

8 Menurut Umar (2003: 108) pengambilan sampel dilakukan dengan perhitungan rumus Slovin sbb : n= N 1+Ne Keterangan : n = Ukuran Sampel N = Ukuran jumlah Populasi E = Prosentase Kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel sebesar 10 %. Dalam pengambilan sampel dilakukan dengan Purposive Sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria-kriteria sampel yaitu Character,Capacity,Capital,Condition, dan Collateral serta keputusan pemberian kredit dari jumlah nasabah kredit sebanyak 950 orang nasabah, peneliti hanya mengambil sampel sebanyak 90 orang nasabah atau responden dilakukan dengan perhitungan rumus Slovin sbb : n= n= N 1+Ne X 0.01 n = 90,48 n = 90 ( dibulatkan ) 2. Definisi Konsep dan Definisi Operasional 1. Definisi Konsep Konsep utama yang dipilih dalam penelitian ini yang berhubungan dengan masalah penelitian sebagai berikut: a. Character (watak) Menurut Kasmir (2012: 95) menyatakan bahwa karakter merupakan suatu keyakinan bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. b. Capacity (kapasitas) Menurut Kasmir (2012: 95) capacity digunakan untuk melihat kemampuan nasabah yang mengajukan kredit dalam bidang bisnis yang dihubungkan dengan 66

9 kemampuannya untuk menjalankan usaha. Penilaian ini digunakan untuk melihat Kemampuan nasabah dalam mengembalikan kredit yang diberikan. c. Capital (modal) Menurut Kasmir (2012: 95) penilaian Capital ini digunakan untuk melihat penggunaan modal yang dipunyai nasabah apakah efektif atau tidak. Keefektifan penggunaannya dapat dilihat melalui laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi). d. Collateral (jaminan) Menurut Kasmir (2012:96) barang yang dijaminkan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin. e. Condition (kondisi) Analisis terhadap aspek ini meliputi analisa terhadap variabel makro yang melingkupi perusahaan baik variabel regional, nasional, maupun internasional. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memilki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil (Kasmir, 2012:96). 2. Definisi Operasional Menurut Kasmir (2012: 95) indikator-indikator 5C diuraikan sebagai berikut: a. Character (sifat nasabah) Indikatornya meliputi; 1) Itikad dan tanggung jawab, 2) Sifat atau watak/gaya hidup dan, 3) Komitmen pembayaran. b. Capacity (kemampuan nasabah) Indikatornya meliputi; 1) Pendapatan nasabah, 2) Kemampuan dalam membayar angsuran, 3) Kemampuan dalam menyelesaikan kredit tepat waktu. c. Capital (modal) Indikatornya meliputi; 1) Sumber penghasilan tetap, 67

10 2) Memiliki bidang usaha lain sebagai sumber penghasilan, 3) Memilki tabungan atau simpanan di bank. d. Collateral (nilai barang jaminan) Indikatornya meliputi; 1) Nilai jual barang jaminan yang diagunkan sebanding/melebihi plafond kredit. (Bila terjadi one prestasi, agunan mudah dijual), 2) Jaminan bersifat fisik (sertifikat/bpkb/deposito), atau non fisik (kartu jamsostek, SK pegawai, referensi juru bayar, dan lain-lain). 3) Kepemilikan barang jaminan dan keaslian dokumen. e. Condition (kondisi nasabah) Indikatornya meliputi; 1) Pengembangan bisnis/usaha/investasi, 2) Fluktuasi perekonomian, 3) Kondisi sosial ekonomi/problematika keluarga. Dari definisi operasional tersebut, untuk mengukur nilai jawaban dari dari masing-masing pertanyaan pada penelitian ini datanya berskala nominal yaitu : Jawaban setuju (YA) atas pertanyaan dengan nilai = 1 Jawaban tidak setuju (TIDAK) atas pertanyaan dengan nilai = 0 Selanjutnya digunakan analisis nonparametrik Uji Cochran Q Test 3. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data data yang digunakan dalam penelitian ini dengan : a. Kuesioner Adapun yang dimaksud dengan kuesioner adalah instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara menyusun format pertanyaan yang telah di desain sedemikian rupa untuk memudahkan analisis sesuai dengan tujuan penelitian (Rangkuti 2002 : 83). b. Metode Literatur Metode literatur adalah metode pencarian data dengan jalan membaca buku dan petunjuk yang ada hubungannya dengan perbankan. 4. Metode Analisa Data Uji Cochran Q Test 68

11 Teknik analisis yang digunakan untuk menjawab persolaan penelitian ini adalah menggunakan analisis Cochran Q test. menurut Rangkuti (2002 : 47) rumus Cochran q test di lakukan dalam pengujian variabel variabel dan di lakukan secara bertahap yaitu: a) Mulai dari seluruh variabel 5C kemudian pengujian 14 variabel, pengujian 13 variabel pengujian 12 variabel dan jumlah terkecil tidak ikut perhitungkan sampai di peroleh variabel yang menunjukan hasil tidak ada hubungan yang cukup signifikan antara variabel yang di pilih responden. b) Berdasarkan semua jawaban kuesioner yang masuk, kemudian dilakukan tabulasi dan membuat tabel pengujian variabel-variabel 5C. 1. Pengujian pertama dengan menggunakan seluruh variabel 5C, sejumlah 15 variabel, dengan rumus Cochran Q test dan pengujian statistik dilakukan dengan cara menggunakan tabel X 2 (df = K-1 dan a = 0,005) apabila nilai q lebih besar dari pada X 2 tabel maka hipotesis ditolak. 2. Pengujian tahap kedua dengan menggunakan 14 variabel. Untuk memperoleh variabel yang paling menonjol dilakukan pengujian tahap ke -3 yaitu dengan menggunaka 13 variabel yang nilai totalnya paling kecil tidak ikut perhitungan, kemudian dilanjutkan dengan tahap ke empat dan seterusnya sampai di peroleh nilai Q lebih kecil dari X 2 tabel maka hipotesis di terima. Menurut rangkuti (2002 : 47) tahap tahap yang dilakukan dalam menganalisis data dengan uji statistik di gunakan umus sebagai berikut: = ( 1) K: Jumlah Variabel Q: jumlah responden Ci : total respon pada j Variabel Ri : total respon pada I pengamatan Pengujian statistik dapat dilakukan dengan cara menggunakan tabel X 2 (df = k -1 dan a = 0,05) a) Jika perolehan nilai q lebih besar, besar dari pada X 2 tabel maka hipotesis ditolak artinya terdapat hubungan yang cukup signifikan antar variabel. b) Untuk menguji apakah setiap variabel saling berhubungan atau tidak memiliki hubungan atau tidak memiliki hubungan yang signifikan 69

12 diperlukan proses interasi dengan cara mengurangi satu persatu variabel yang memiliki nilai terkecil. Dalam penelitian / analisis data di gunakan program SPSS ANALISIS DAN PENYAJIAN DATA 1. Deskriptif Data Penelitian Hasil jawaban responden dari 90 sampel dengan masing variabel terdiri dari 3 indikator (90x3=270) tentang persepsi jawaban dalam keputusan pemberian kredit pada Nasabah terkait aspek 5 C sebagai berikut: Tabel Jawaban Responden Tentang 5C Keputusan Pemberian Kredit Jawaban No Variabel Jumlah Ya Tidak Jml % Jml % 1 Character ,3% 72 26,7% 2 Capacity ,3% 29 10,7% 3 Capital ,9% 84 31,1% 4 Collateral ,3% 10 2,7% 5 Condition ,6% ,4% Total ,4% ,6% Dari ringkasan jawaban responden tersebut di atas selanjutnya dianalisis dengan Uji Cochran Q Test seperti dijelaskan dalam tahapan analisis Cochran Q Test pada bagian 2 di bawah ini 2. Analisis Cochran Q Test Untuk menganalisis 5C yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Uji Cochran Q Test dan pengolahan data melalui program SPSS 16. Berdasarkan hasil jawaban responden kemudian diolah dengan membuat tabulasi dan tabel pengujian 5C. Pengujian variabel-variabel dilakukan secara bertahap yaitu dimulai dari seluruh variabel 5C dengan 15 indikator, variabel 5C dengan 14 indikator, variabel 5C dengan 13 indikator, variabel 5C dengan 12 indikator, variabel 5C dengan 11 indikator, variabel 4C dengan 10 indikator, variabel 4C dengan 9 indikator, variabel 4C dengan 8 indikator, dan yang 70

13 terakhir pengujian variabel 4C dengan 7 indikator, Apabila dari hasil pengujian diperoleh nilai Cochran Q Test lebih besar dari pada tabel Chi Square maka terdapat hubungan yang signifikan artinya semua faktor 5C menentukan kelayakan pemberian kredit. Sedangkan dari probabilitasnya pada kolom asymp.sig/ Asympotic Significance apabila probabilitasnya lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya signifikan. Selanjutnya untuk menguji apakah setiap variabel yang berhubugan atau tidak memiliki hubungan yang signifikan, diperlukan proses interaksi dengan cara mengurangi satu persatu variabel. Dari Hasil analisis data dengan menggunakan Uji Cochran Q test pada program SPSS.16 diperoleh hasil analisis dengan tahapan-tahapan pengujian sebagai berikut ini. Pengujian tahap 1 Pengujian variabel C dengan 15 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics Cochran's Q 2.469E2a df 14 Asymp. Sig..000 Pengujian tahap 2 Pengujian variabel 5C dengan 14 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics Cochran's Q 1.863E2a df 13 Asymp. Sig..000 Pengujian tahap 3 Pengujian variabel 5C dengan 13 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics Cochran's Q 1.370E2a df 12 Asymp. Sig..000 Pengujian tahap 4 Pengujian variabel 5C dengan 12 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics Cochran's Q a df 11 Asymp. Sig..000 Pengujian tahap 5 Pengujian variabel 5C dengan 11 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics 71

14 Cochran's Q a df 10 Asymp. Sig..000 Pengujian tahap 6 Pengujian variabel 4C dengan 10 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics Cochran's Q a df 9 Asymp. Sig..000 Pengujian tahap 7 Pengujian variabel 4C dengan 9 indikator output nya sebagai berikut : Tes Cochran's Q a df 8 Asymp. Sig..001 Pengujian tahap 8 Pengujian variabel 4C dengan 8 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics Cochran's Q a df 7 Asymp. Sig..018 Pengujian tahap 9 Pengujian variabel 4C dengan 7 indikator output nya sebagai berikut : Test Statistics Cochran's Q 6.333a df 6 Asymp. Sig..387 Dari hasil out put di atas dapat dijelaskan hasil pengolahan data yang diuji dengan Uji Cochran Q Test sebagai berikut: Pengujian tahap satu sampai dengan tahap delapan diperoleh asymp sig di bawah 0,05 artinya sampai dengan 8 indikator yang dimasukkan memperoleh hasil signifikan dimana Ho ditolak dan HA diterima, baru pada pengujian tahap kesembilan diperoleh Cochran Q Test sebesar 6,33 dan nilai tabel Chi Square pada taraf significance 0,05 dan df adalah 12,59 berarti nilai Cochran Q Test lebih kecil dari tabel Chi Square maka Ho diterima artinya tidak terdapat hubungan yang cukup signifikan antar variabel. Atau dengan kata lain kemungkinan jawaban ya adalah sama untuk setiap variabel. Pada pengujian tahap kesembilan telah diperoleh Cochran Q Test lebih kecil nilai tabel Chi Square, maka pengujian dihentikan. Berdasarkan pengujian terhadap 15 indikator 5C pada uji tahap kesembilan dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel 5C yang dominan dan memberikan 72

15 kontribusi yang sama sebagai faktor-faktor yang menentukan kelayakan pemberian kredit di BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga adalah Character 1.3 (mendahulukan pembayaran angsuran), Capacity 2.1, 2.2, 2.3 (penghasilan/pendapatan yang memadai,kemampuan membayar angsuran tepat waktu, kemampuan menyelesaikan kredit tepat waktu), Capital 3.2 (sumber penghasilan tetap), dan Collateral 4.2, 4.3 (jaminan bersifat fisik, jaminan milik sendiri dan dilengkapi dokumen asli). Maka Ho ini diterima. PENUTUP 1. KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pada tahap pengujian terakhir (ke-9) diperoleh nilai Cochran Q Test 6,33 lebih kecil dari nilai tabel Chi Square 12,59 dan hasil 4 variabel yang tertinggal yaitu variabel Character 1.3 (komitmen terhadap pembayaran/mendahulukan pembayaran), Capacity 2.1, 2.2, 2.3 (penghasilan/pendapatan yang memadai, kemampuan membayar angsuran tepat waktu, kemampuan menyelesaikan kredit tepat waktu), Capital 3.2 (sumber penghasilan tetap), dan Collateral 4.2, 4.3 (jaminan bersifat fisik, jaminan milik sendiri dan dilengkapi dokumen asli). Variabel-variabel diatas merupakan faktor yang dominan dalam menentukan kelayakan pemberian kredit pada nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga. Untuk variabel Condition tetap menjadi indikator penilaian tetapi bukan faktor yang utama dalam menetapkan kelayakan pemberian kredit. Maka pernyataan hipotesis: semua variabel 5C memberikan kontribusi yang sama sebagai penentu kelayakan pemberian kredit dapat diterima. b. Dari uji Cochran Q Test diperoleh hasil yang dominan dalam menentukan keputusan kelayakan pemberian kredit pada nasabah PT. BPR Nusamba Ampel Cabang Salatiga adalah pertama Character pada butir ketiga yaitu komitmen terhadap pembayaran, kedua Capacity yaitu sumber penghasilan yang memadai untuk menerima pinjaman dan memiliki kemampuan bayar serta mampu untuk menyelesaikan pinjaman tersebut sampai dengan lunas, ketiga Capital yaitu mempunyai sumber penghasilan tetap merupakan faktor utama yang harus dimiliki seorang nasabah, dan keempat Collateral yaitu memiliki jaminan yang bersifat fisik dan keaslian dokumen jaminan tersebut dan terutama milik sendiri. 2. SARAN 73

16 Agar pelaksanaan kredit dapat berjalan dengan lancar, diperlukan adanya pembinaan dan pengawasan, maka sebelum kredit diberikan kepada debitur harus dinilai layak atau tidak layak untuk diberikan kredit dengan mempertimbangkan seluruh aspek 5C ( Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition ) terutama faktor Character. 5. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai oleh bank hendaknya memiliki prospek yang baik sehingga kemungkinan kredit macet tersebut relatif kecil. DAFTAR PUSTAKA Djumhana, Muhamad Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung : PT.Citra Aditya Bakti Indriantoro, Nur dan Supomo Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE Kasmir Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Kurniasih, Christine Hanani. Analisis 5C Sebagai Penentu Kelayakan Pemberian Kredit pada Nasabah PT. BPR Ambarawa Harta Sarana. STIE AMA Salatiga Manalu, rumandong. Hubungan Aspek Kelayakan Kredit Dengan Keputusan Pemberian Kredit di Bank Rakyat Indonesia Unit Nanggulan Salatiga. STIE AMA Salatiga Nawawi, H Hadori Metodologi Penelitian Bidang sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Rangkuti, Freddy The Power Of Brands. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Santoso, Singgih Menguasai Statistik di Era Informasi dengan SPSS 16.Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Sinungan, Muchdarsyah Dasar-Dasar dan Teknik Management Kredit. Jakarta: Bumi Aksara Sugiarto dkk Tehnik Sampling. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Sugiyono Statistika untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta Suyatno, Thomas dkk Dasar-Dasar Perkreditan. Yogyakarta: Andi Offset 20 Suyatno, Thomas Pengantar Manajemen Perbankan. Yogyakarta: Andi Offset Umar, Husein Metodologi Penelitian Aplikasi Dalam Pemasaran. Jakarta : Gramedia Pustaka Umum Untung, Budi Kredit Perbankan di Indonesia. Yogyakarta : Andi Offset UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan UU No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan Zulfikar, Achmad On Regresi Linear Sederhana. Jakarta : PT. Elex Komputindo 74

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Menurut Undang-undang No 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank. rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian, Fungsi,Jenis dan Sumber Dana Bank a) Pengertian Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap beberapa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

Lebih terperinci

PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG. Ismiyati

PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG. Ismiyati PENGARUH PRINSIP 5C KREDIT TERHADAP KUALITAS KREDIT PADA BPR DI KABUPATEN MAGELANG Ismiyati miec4n@gmail.com Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Purworejo Intan Puspitasari,

Lebih terperinci

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Materi 3 Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan) Subpokok bahasan : Pengertian Kredit & Pembiayaan (Produk Lending) Jenis-jenis kredit Prinsip-prinsip pemberian kredit Jenis-jenis pembebanan suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara bisa dilihat dari minimalnya dua sisi, yaitu ciri perekonomian negara tersebut, seperti pertanian atau industri dengan sektor perbankan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank sebagai tambahan dana untuk modal usaha dengan pinjaman dana tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN. bank sebagai tambahan dana untuk modal usaha dengan pinjaman dana tersebut, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya perekonomian dari kegiatan suatu usaha maka diperlukan sumber sumber dana yang dapat mendukung suatu kegiatan usaha yang lebih besar salah

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian Andrian Fauline Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang bertindak sebagai sumber permodalan dan perantara keuangan dengan menyediakan mekanisme transaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kuncoro (2002:68), Bank adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah menghimpun dana dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini banyak perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk memulai investasi atau memperbesar usahanya. Untuk memperoleh dana tersebut perusahaan

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) i TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam suatu penelitian kaitan antara landasan teori dan fakta empirik sangat penting. Menghindari kesalahan pengertian dalam pemahaman dan untuk memperoleh kesatuan pandangan terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan. kemasyarakat serta memberikan jasa bank lainnya. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bank 2.1.1 Pengertian Bank Menurut Kasmir (2010:11) Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dan menyalurkannya kembali dana tersebut kemasyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Tentang Kredit 2.1.1. Pengertian Kredit Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai tempat meminjam uang (kredit) bagi masyarakat yang membutuhkannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sistem Perusahaan memerlukan sistem untuk menunjang kegiatan perusahaan dengan kata lain sistem merupakan rangkaian dari prosedur yang saling berkaitan dan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa, Jaminan Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan giro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bank merupakan salah satu bagian penting dalam suatu perekonomian. Bank menghimpun dana dan menyalurkannya ke masyarakat. Pada usaha perbankan, potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank adalah lembaga financial intermediary yang berfungsi sebagai perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana serta sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. bank. Kebijaksanaan tersebut tertuang dalam Undang-Undang No.7 Tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembangunan yang sedang berkembang di negara Indonesia merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Akuntansi OLEH :

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Jurusan Akuntansi OLEH : EVALUASI PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN DAN ANALISIS KELAYAKAN UNTUK PENILAIAN RISIKO PENYALURAN KREDIT PADA KOPERINDO JATIM CABANG MOJO PERIODE 2011-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Bank Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito. Kemudian bank

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan kegitan atau aktivitas, sehingga dapat tercapainya tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring berkembangnya kebutuhan masyarakat dalam mencapai suatu kebutuhan, maka terjadi peningkatan kebutuhan dari segi finansial. Untuk mendapatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH A. Strategi Pencegahan Pembiayaan Mura>bah}ah Multiguna Bermasalah Bank BNI Syariah Cabang Surabaya Resiko

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal (clerical), BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (Mulyadi, 2010:5). Prosedur adalah suatu urutan pekerjaan klerikal BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur pengertian prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA BANK PENGKREDITAN RAKYAT ARTHA PAMENANG WARUJAYENG SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA BANK PENGKREDITAN RAKYAT ARTHA PAMENANG WARUJAYENG SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET PADA BANK PENGKREDITAN RAKYAT ARTHA PAMENANG WARUJAYENG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi ( S.E

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. beberapa orang dalam suatu departemen. Prosedur ini dibuat untuk BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur merupakan rangkaian kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, prosedur biasanya melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian prosedur Prosedur tidak hanya melibatkan aspek financial saja, tetapi aspek manajemen juga memiliki peranan penting. Maka setiap perusahaan memerlukan

Lebih terperinci

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK

Oleh. A. Solikhin. (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENGUKUR KEMAMPUAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH DI PT. BPR GROGOL JOYO SUKOHARJO Oleh A. Solikhin (Dosen pada Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid Surakarta) ABSTRAK Dengan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kredit 2.1.1.1 Pengertian Kredit Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut : Permberian prestasi oleh

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Prosedur adalah suatu urutan kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO

KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO KEBIJAKAN PEMBERIAN KREDIT DAN PENGARUH LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP NON PERFORMING LOAN (NPL) PADA KOPERASI PEMBATIKAN NASIONAL (KPN) SOLO NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan nasional dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan suatu pembangunan yang berhasil maka diperlukan

Lebih terperinci

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Perkembangan dunia usaha di Indonesia, tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk dapat mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit Usaha Mikro Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah menyebutkan: Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini kredit merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh setiap orang atau badan usaha untuk memperoleh pendanaan guna mendukung peningkatan usahanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang dengan cepat, sumber-sumber dana diperlukan untuk membiayai usaha tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Koperasi Definisi Koperasi menurut UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang perkoperasian dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan: "Bahwa Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI NASABAH TENTANG ANALISIS PEMBERIAN KREDIT DAN PENDAPATAN NASABAH TERHADAP PENYALURAN KREDIT DI PT

PENGARUH PERSEPSI NASABAH TENTANG ANALISIS PEMBERIAN KREDIT DAN PENDAPATAN NASABAH TERHADAP PENYALURAN KREDIT DI PT PENGARUH PERSEPSI NASABAH TENTANG ANALISIS PEMBERIAN KREDIT DAN PENDAPATAN NASABAH TERHADAP PENYALURAN KREDIT DI PT. BANK PERKREDITAN RAKYAR (BPR) PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA E-JURNAL Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT A. Pengertian dan Tujuan Kredit Kredit merupakan salah satu bidang usaha utama dalam kegiatan perbankan. Karena itu kelancaran kredit selalu berpengaruh terhadap kesehatan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN KREDIT USAHA PADA PT BANK MEGA Tbk CABANG MAKASSAR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN KREDIT USAHA PADA PT BANK MEGA Tbk CABANG MAKASSAR FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN KREDIT USAHA PADA PT BANK MEGA Tbk CABANG MAKASSAR MULYAHATI RENRENG STIE-YPUP Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti kepercayaan, atau credo yang berarti saya percaya (Firdaus dan Ariyanti, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia berusaha untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang guna terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan merupakan sarana yang strategis dalam rangka pembangunan ekonomi, peran yang strategis tersebut disebabkan oleh fungsi utama bank sebagai penghimpun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bank 1.2.1. Pengertian Bank Bank berasal dari kata Italia Banco yang artinya bangku.bangku inilah yang dipergunakan oleh bangkir untuk melayani kegiatan operasionalnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kredit Macet 1. Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani Credere yang berarti kepercayaan, oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan Kredit 2.1.1 Teori Pengambilan keputusan kredit adalah semacam studi kelayakan atas perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi telah banyak mempengaruhi perkembangan ekonomi dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian dalam masyarakat. Salah

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kredit, Teori Permintaan dan Penawaran Kredit Berdasarkan asal mulanya, Kasmir (2003) menyatakan kredit berasal dari kata credere yang artinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya menghimpun dana dan menyalurkan dana dari dan kepda masyarakat yang memiliki fungsi memperlancar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital.

BAB II LANDASAN TEORI. perekonomian suatu negara.anggapan ini ternyata tidak sepenuhnya salah karena. bank sebagai lembaga keuangan yang sangat vital. 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Dalam dunia modern ini, peranan perbankan dalam kemajuan perekonomian suatu Negara sangatlah besar.begitu pentingnya dunia perbankan, sehingga ada anggapan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini tingkat persaingan bisnis di Indonesia semakin meningkat ditandai dengan adanya globalisasi bisnis yang menyebabkan perusahaan banyak membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank,

BAB I PENDAHULUAN. macet). Kredit macet adalah suatu risiko yang melekat pada suatu kredit di Bank, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bagi suatu Bank, kredit merupakan sumber utama penghasilan bank sekaligus sumber risiko bisnis terbesar dimana ada kemungkinan kredit tak tertagih (kredit macet).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk kepentingan seluruh rakyat Indonesia. Untuk mewujudkan hal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sedang membangun. Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pembangunan yang

Lebih terperinci

Oleh Pandi Afandi Dosen Tetap STIE AMA Salatiga. Keyword : 5C, Character, Capacity, Capital, Colleteral And Condition of economy.

Oleh Pandi Afandi Dosen Tetap STIE AMA Salatiga. Keyword : 5C, Character, Capacity, Capital, Colleteral And Condition of economy. ANALISIS IMPLEMENTASI 5C BANK BPR DALAM MENENTUKAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT PADA NASABAH ( Studi Kasus Pada PD BPR Bank Salatiga Dan PT BPR Kridaharta Salatiga) Oleh Pandi Afandi Dosen Tetap STIE AMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian sekarang ini, dimana setiap perusahaan baik itu yang bergerak dibidang industri perdagangan maupun jasa dituntut tidak hanya bertahan tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan yang sangat penting dan mendesak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam. terutama guna membiayai investasi perusahaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Bank Menurut UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No 10 Tahun 1998, pengertian bank adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan yang telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah.

BAB IV PEMBAHASAN. A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank. a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah. BAB IV PEMBAHASAN A. Prosedural deposito sebagai jaminan pembiayaan pada PT. Bank Syariah Mandiri KC Pariaman Manfaat deposito yaitu: a. Dana aman dan terjamin dikelola secara syariah. b. Bagi hasil yang

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank dan Produk Bank 2.1.1 Pengertian Bank Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan disalurkan dalam bentuk kredit atau bentuk lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan. BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Peranan Bank dalam mendukung kegiatan dunia usaha kecil sangat besar untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank adalah jasa lalu lintas peredaran

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN III.

KERANGKA PEMIKIRAN III. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BAGI UMKM DI KOTA BATAM (Studi kasus pada Bank BRI)

ANALISIS PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BAGI UMKM DI KOTA BATAM (Studi kasus pada Bank BRI) ANALISIS PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYALURAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) BAGI UMKM DI KOTA BATAM (Studi kasus pada Bank BRI) Raymond Dosen Fakultas Bisnis Universitas Putera Batam Nuzul Ikhwal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 9 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai teori-teori yang berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pengaruh faktor suku bunga kredit, dana pihak ketiga, nilai tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Semakin tingginya tingkat persaingan antar bank dan resiko perkreditan, menyebabkan pihak manajemen Bank perlu menerapkan suatu pengendalian yang memadai. Pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan

BAB I PENDAHULUAN. sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai 9 (sembilan) sektor perekonomian. Kesembilan sektor tersebut mempunyai andil dalam menambah devisa negara dan kesembilan sektor tersebut antara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kredit 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit secara umum, kredit adalah sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis pada saat sekarang ini atas dasar kepercayaan sebagai pengganti

Lebih terperinci

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA A. Pengertian Pengalokasian Dana Kegiatan bank yang kedua setelah menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk tabungan, simpanan giro dan deposito adalah menyalurkan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu penalaran dari seorang penulis yang didasarkan atas pengetahuan, teori, dan dalil dalam upaya menjawab

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini : BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Kredit Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, di mulai dari kata kredit yang berasal dari bahasa Yunani Credere yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hampir semua sektor usaha sangat membutuhkan bank sebagai mitra dalam melakukan transaksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

I. PENDAHULUAN. Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan awal langkah untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan di bidang ekonomi merupakan salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada pertengahan bulan Juli 1997 Indonesia mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian baik untuk negara ataupun daerah. Peran penting UKM tersebut telah mendorong banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran. Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015 BAB V PEMBAHASAN A. Pengaruh Character terhadap Tingkat Pengembalian Angsuran Pembiayaan Murabahah pada BMT As-Salam Kras-Kediri Tahun 2015 Hasil pengujian data di atas dapat diketahui tabel Coefficient

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2012:5), prosedur adalah urutan kegiatan klerikal yang melibatkan beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini berada dalam masa transisi menuju perdagangan bebas yang ditandai dengan adanya Asean Free Trade Area (AFTA) di kawasan ASEAN dan Asia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. atau account dimana artinya sama. Dengan memiliki simpanan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetian Deposito Berjangka Dalam bahasa sehari-hari kata simpanan sering disebut dengan nama rekening atau account dimana artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia lain. Hanya saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekomplekkan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Kekomplekkan ini telah menciptakan suatu sistem dan pesaing baru dalam dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia perbankan telah terlihat kompleks, dengan berbagai macam jenis produk dan sistem usaha dalam berbagai keunggulan kompetitif. Kekomplekkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit 1. Pengertian Bank Membicarakan bank, maka yang terbayang dalam benak kita adalah suatu tempat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik

BAB I PENDAHULUAN. yang baik tetapi juga pada bentuk produk yang ditawarkan. Upaya bank untuk menarik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia perbankan masa sekarang ini mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal tersebut dapat dilihat dengan banyaknya bank baru di Indonesia, sehingga persaingan

Lebih terperinci

WAKA<LAH PADA KJKS MBS

WAKA<LAH PADA KJKS MBS BAB IV ANALISIS TERHADAP MANAJEMEN RISIKO PEMBIAYAAN MURAlah di KJKS Muamalah Berkah Sejahtera Pembiayaan Mura>bah}ah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini, peran perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM merupakan salah satu sektor ekonomi rakyat yang cukup penting dan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perekonomian di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK

ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK ANALISIS EFEKTIVITAS PEMBERIAN KREDIT PADA PD. BPR. ROKAN HULU PASIR PENGARAIAN MUHAMMAD ISRAK PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN ROKAN HULU 2017 ABSTRAK Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman kebutuhan masyarakat terus meningkat dan diperhadapkan dengan sumber pendapatan yang tidak mencukupi sehingga kredit menjadi salah satu alternatif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Sistem dan Prosedur Sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen yang saling berkaitan atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal agar suatu kegiatan usaha atau bisnis tersebut dapat terwujud terlaksana. Dalam suatu kegiatan

Lebih terperinci