BAB IV LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
|
|
- Sucianty Kartawijaya
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV LAPORAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. INFORMASI UMUM LOKASI SURVEI 1. Pelabuhan Tanjung Priok, DKI, Jakarta Jalan Raya Pelabuhan Nomor 9, Jakarta Utara, DKI Jakarta 14310, Telepon , , Faximile : a. Koordinat : 06º - 06' - 00'' LS dan 106º - 53' - 00 BT b. Status Pelabuhan : Diusahakan c. Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum d. Kelas Pelabuhan : Pelabuhan Utama e. Fasilitas Dan Peralatan Pelabuhan Gambar IV.1. Peta Fasilitas Dan Peralatan Pelabuhan IV-1
2 1). Dermaga I Nama : 001, 002, 003 Operator : PT. Hamparan Jala Segara Panjang : 420 M' Lapangan Penumpukan : 6146,65M Gudang : M' 2). Dermaga II Nama : 004 Operator : PT. Kharisma Bintang Samudera Panjang : 448,20 M' Lapangan Penumpukan : M' Gudang : M' 3). Dermaga III Nama : 004 U Operator : PT. Prima Nur Panurjwan Panjang : 514 M' Lapangan Penumpukan : M 4). Dermaga IV Nama : 005, 006 dan 007 Operator : PT. Sarana Bandar Nasional Panjang : 544,50 M' Lapangan Penumpukan : M' Gudang : M 5). Dermaga V Nama : 005 S Operator : PT. Multi Terminal Indonesia Panjang : 14,6 M 6). Dermaga VI Nama : 007 U Operator : PT. Multi Terminal Indonesia Panjang : 75 M' IV-2
3 7). Dermaga VII Nama : 009 Operator : PT. Multi Terminal Indonesia Panjang : 404 M' Lapangan Penumpukan : M 8). Dermaga VIII Nama : Walie Jaya Operator : PT. Walie Citra Teladan Panjang : 400 M' Lapangan Penumpukan : M 9). Dermaga IX Nama : 100 Operator : PT. Trimulia Baruna Perkasa Panjang : 64M 10) Dermaga X Nama : 101 U dan 102 Operator : PT. Trimulia Baruna Perkasa Panjang : 522,50 M' Lapangan Penumpukan : M' Gudang : 2.817,50 M 11) Dermaga XI Nama : 103, 104 dan 105 Operator : PT. Adipurusa Panjang : 445 M' Lapangan Penumpukan : M' Gudang : ,99M' 12) Dermaga XII Nama : 106 dan 107 Operator : Cabang Tg. Priok Panjang : 380 M 13) Dermaga XIII Nama : 108, 109, dan 110 IV-3
4 Operator : PT. Mahardi Sarana Tama Panjang : 464 Lapangan Penumpukan : M' Gudang : M 14) Dermaga XIV Nama : 111, 112, dan 113 Operator : PT. Dwipahasta Utama Duta Panjang : 450 M' Lapangan Penumpukan : ,10M' Gudang : ,50M 15) Dermaga XV Nama : 114 Operator : PT. Multi Terminal Indonesia Panjang : 170 M' Lapangan Penumpukan : 900 M' Gudang : M 16) Dermaga XVI Nama : 115/200 Operator : Cabang Tg. Priok Panjang : 287 M' Lapangan Penumpukan : M 17) Dermaga XVII Nama : 201, 202, dan 203 Operator : PT. Kaluku Maritim Utama Panjang : 506 M' Lapangan Penumpukan : ,88M' Gudang : 8.219,96 M' 18) Dermaga XVIII Nama : 207 Operator : PT. Multi Terminal Indonesia Panjang : 144 M' Gudang : ,88M' 19) Dermaga XIX Nama : 208 dan 209 IV-4
5 Operator : PT. Prima Nur Panuriwan Panjang : 420 M' Lapangan Penumpukan : ,20 M' Gudang : 7.002,98 M 20) Dermaga XX Nama : 210 dan 211 Operator : Cabang Tg. Priok Panjang : 276 M' Lapangan Penumpukan : M' Gudang : 3.513,57 M 21) Gudang Luas : M2 Kapasitas : T/M2 22) Lapangan Penumpukan Luas : M2 23) Terminal Penumpang Luas : M2 Kapasitas : Prs 24) DLKR/ DLKP Surat Keputusan Bersama Menteri Perhubungan dan Menteri Dalam Negeri Nomor : 16 Tahun 1972 dan SK.146/0/1972 tanggal 1 Juni ) Peralatan Bongkar Muat IV-5
6 Tabel IV-1. Peralatan Bongkar Muat, Pelabuhan Tanjung Priok Sumber: Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 2. Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Jawa Timur Jl. Tanjung Perak Timur No. 620, Perak Timur, Pabean Cantian, Surabaya 60165, Jawa Timur, Telepon : , Faximile : a. Posisi : 112º 44' º32'40 BT b. 7º11'50-70º13'20 LS c. Status Pelabuhan : Pelabuhan komersial d. Jenis Pelabuhan : Umum e. Nama Stasiun : Stasiun Pandu Surabaya f. Frequensi (KHZ/MHZ) : KHz / Ch. 12 g. Distrik Navigasi Kelas I Surabaya h. Kelas Pelabuhan : Utama i. Kepanduan : Wajib Pandu j. Pelabuhan Wlayah Kerja (Wilker) : Tidak Ada k. Anak Perusahaan Pelabuhan : Tidak Ada l. DUKS : PT. Bogasari, PT. Pertamina PT. Aneka Kimia Raya IV-6
7 m. Peta Fasilitas Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya Gambar IV-2. Peta Fasilitas Dan Peralatan Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya IV-7
8 Tabel IV-.3. Fasilitas PelabuhanTanjung Perak, Surabaya IV-8
9 Sumber: Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya 3. Pelabuhan Balikpapan, Kalimantan Timur Jl. Yos Sudarso No. 30, Prapatan, Balikpapan, Kalimantan Timur 76111, Telepon : (0542) , Faximile : (0542) a. Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan b. Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum c. Telex / Vhf : d. Kelas Pelabuhan : I (Satu) e. Kepanduan - Status Pemanduan : Pelabuhan Wajib Pandu - Koordinat Perairan Pandu : Tunggu Pandu Di Bouy Pada Posisi 01º 21' 31' Ls/ 116º 56' 41' Bt, Sedangkan Posisi Rede 01º 16' 12' Ls, 116º 48' 00'. Peta No Sarana Pemanduan : 5 (Lima) Unit Kapal Tunda Dan 3 (Tiga) Unit Kapal Pandu h. Peta Lokasi Pelabuhan IV-9
10 Gambar IV-3 Peta Lokasi Pelabuhan Balikpapan i. Posisi Dan Wilayah Kerja Pelabuhan 1). Kantor Pelabuhan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Balikpapan, Jl. Yos Sudarso No. 30 Balikpapan Kalimantan Timur 2). Wilayah/ Satuan Kerja, PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero), Kawasan Kampung Baru, Jl. Wolter Monginsidi Balikpapan Kalimantan Timur 3). DUKS - Duks PT. Inne Dong Hwa Plywood - Duks PT. Pertamina (Petrosea) Minyak - Duks PT. Pertamina Minyak - Duks PT. Unocal / Chevron Minyak - Duks PT. Bakal Makmur Sejahtera Batubara - Duks PT. Dermaga Perkasapratama Batubara IV-10
11 j. Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Gambar IV-4. Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Balikpapan 1). Pangkalan Semayang Dermaga I Nama :Dermaga Semayang I Fungsi / Kegunaan: Dermaga Umum Panjang :84 M' Lebar :21 M Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.764 T/M2 Tahun Pembuatan :1958 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :60% Dermaga II Nama :Dermaga Semayang II Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :60 M' Lebar :21 M IV-11
12 Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.260 T/M2 Tahun Pembuatan :1973 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :65% Dermaga III Nama :Dermaga Semayang III Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :50 M' Lebar :21 M Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.050 T/M2 Tahun Pembuatan :1975 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :65% Dermaga IV Nama :Dermaga Semayang IV Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :75 M' Lebar :21 M Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.575 T/M2 Tahun Pembuatan :1980 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :70% Dermaga V Nama :Dermaga Semayang V Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :60 M' Lebar :21 M Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.260 T/M2 IV-12
13 Tahun Pembuatan :1990 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :85% Dermaga VI Nama :Dermaga Semayang VI Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :50 M', Lebar :21 M Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.050 T/M2 Tahun Pembuatan :1992 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :90% Dermaga VII Nama :Dermaga Semayang VII Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :50 M', Lebar :21 M Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.050 T/M2 Tahun Pembuatan :1995 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :90% Dermaga VIII Nama :Dermaga Semayang VIII Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :60 M', Lebar :21 M Kedalaman :13 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :1.260 T/M2 Tahun Pembuatan :1997 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :90% IV-13
14 2). Pangkalan Kampung Baru Dermaga I Nama :Pangkalan Kampung Baru I Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :50 M' Lebar :8 M Kedalaman :5 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :400 T/M2 Tahun Pembuatan :1995 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :85% Dermaga II Nama :Pangkalan Kampung Baru Ii Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :26,30 M' Lebar :8 M Kedalaman :5 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton, Balok & Lantai Beton Kapasitas :210,40 /M2 Tahun Pembuatan :1993 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :80% Dermaga III Nama :Pangkalan Kampung Baru Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :26,30 M' Lebar :8 M Kedalaman : 5 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :210,40 T/M2 Tahun Pembuatan :1993 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :80% IV-14
15 Dermaga IV Nama :Pangkalan Kampung Baru Fungsi / Kegunaan :Dermaga Umum Panjang :34 M' Lebar :8 M Kedalaman :5 Mlws Konstruksi :Tiang Pancang, Beton,Balok & Lantai Beton Kapasitas :272 T/M2 Tahun Pembuatan :1999 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi :95% Lapangan Penumpukan Semayang I (Ex Yuka) Luas :1.000 M2 Kapasitas : 600 T/M2 Tahun Pembuatan : 1994 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi : 80% Konstruksi :Lapisan Dasar Sirtu Paving Block 3) Lapangan Penumpukan Semayang II (Ex Shipping Centre) Luas : M2 Kapasitas : 720 T/M2 Tahun Pembuatan : 1996 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi : 85 % Konstruksi : Lapisan Dasar Sirtu Paving Block 4) Lapangan Penumpukan Semayang III (Ex Kontrak 8 ) Luas :8.613 M2 Kapasitas :5.168 T/M2 Tahun Pembuatan :1992 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi : 80% Konstruksi :Lapisan Dasar Sirtu, Lap Permukaan Beton, Aspal & Pav Block IV-15
16 5) Lapangan Penumpukan Semayang IV(Ex Kontrak 7) Gedung Kantor, Rumah Dinas Luas :1.850 M2, Kapasitas :1.110 T/M2 Tahun Pembuatan :1990 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV Kondisi : 80% Konstruksi :Lapisan Dasar Sirtu, Lantai Hotmix 6) Terminal Penumpang Luas :2500 M2 (Kekuatan Alat Produksi) Kapasitas :1150 Orang Tahun Pembuatan :1990 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia Iv Kontruksi : Lantai Beton,Dinding Batubata & Kayu Atap Sirap Kondisi : 70% 4. Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara Belawan Bahagia, Sumatera Utara 20411, Telepon: / , Faximile , webmaster@belawan port.coid a.status Pelabuhan : Umum b. Kelas Pelabuhan : Utama c. Posisi Dan Wilayah Kerja Pelabuhan 1) Kantor Pelabuhan : Cabang Pelabuhan Belawan Posisi : 03' 47' 00 LU / 98' 42' 00 BT 2) Wilayah / Satuan Kerja : - Perwakilan Pangkalan Susu/Brandan - Perwakilan Kuala Tanjung 3) Anak Perusahaan / Afiliasi Bisnis : - Unit Usaha Terminal Petikemas - Unit Usaha Galangan Kapal - RS.Umum Pelabuhan Medan - Balai Pendidikan dan Latihan 4) DUKS : - PT Semen Andalas - PT Pertamina (Persero) - PT Indonesia Asahan Alumunium IV-16
17 d. Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Belawan. Gambar IV-5. Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Belawan FASILITAS DAN PERALATAN PELABUHAN 1) DERMAGA Nama :Serbaguna / Multipurpose berth Panjang :1.669,74 M Kedalaman :8,5 MLWS Kapasitas :7.000 Ton Nama :Curah cair / Liquid Bulk Panjang :775 M Kedalaman :8,5 MLWS Kapasitas :4.000 Ton Nama : Pelayanan BBM / Fuel Jelly Panjang : 94,37 M Kedalaman : 8,5 MLWS Kapasitas : Ton Nama : Terminal Ferry Panjang : 115 M Kedalaman : 8,5 MLWS Kapasitas : Ton IV-17
18 2) GUDANG, Luas : ,95 M2 3) LAPANGAN PENUMPUKAN, Luas : M2 4) TERMINAL PENUMPANG, Luas : M2, Kapasitas : orang 5) LISTRIK PLN : 3.465, 1.040, Kva Instalasi sendiri : 750, 150, 126 Kva 6) AIR PAM : 5 Unit = 60 Ton/jam, 4 Unit=40 Ton/Jam, 1 Unit=35 Ton/Jam, 1 Unit = 30 Ton/Jam Instalasi sendiri : 1 Unit=1.000 M3/Menit, 1 Unit=500 M3/Menit 2 Unit=270 M3/Menit, 2 Unit=120 M3/Menit 1 Unit=100 M3/Menit. 7) PERALATAN BONGKAR MUAT Ganco Jala-jala Lori Mobile Crane = 3 Unit=40 Ton Forklift = 9 Unit=15 Ton e. Lain-Lain Tabel IV-4. Instansi Terkait Pelabuhan Belawan Sumber: Pelabuhan Belawan, Sumatera Utara IV-18
19 5. Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar, Sulawesi Selatan Ujung Tanah Kecamatan Wajo, Sulawesi Selatan 90173, Telepon : ,316966,320941, Faximile : a) Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan b) Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum c) Alamat : Jl. Soekarno No I Makassar d) Kelas Pelabuhan : Utama e) Kepanduan: Status Pemanduan : Pelabuhan Wajib Pandu Koordinat Perairan Pandu : Tunggu Pandu di Bouy pada posisi 05 07' 25 LS/119 22' 20 BT Sarana Pemanduan : Kapal Tunda 3 Unit, Kapal Pandu 3 Unit, 8 (delapan) orang Pandu f) Peta Lokasi Pelabuhan. Gambar IV-6. Peta Lokasi Pelabuhan Makassar Posisi Dan Wilayah Kerja Pelabuhan 1) Kantor Pelabuhan: PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar, Jl. Soekarno No 1, Makassar- Sulawesi Selatan IV-19
20 2) Wilayah / Satuan Kerja: PT. Pelabuhan Indonesia Iv (Persero) Kawasan Paotere. Jl. Sabutung, Makassar- Sulawesi Selatan 3) Duks : Tidak Ada Duks g) Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Gambar IV-7. Tata Letak Fasilitas Pelabuhan Soekano-Hatta, Makassar 1. PANGKALAN SOEKARNO DERMAGA I Nama : Dermaga 100 Pangkalan Soekarno Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 100 M' Lebar : 11 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Caison & lantai beton Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1917 Pemilik :PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) IV-20
21 DERMAGA II Nama : Dermaga 101 Pangkalan Soekarno Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 330 M' Lebar : 11 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Caison & lantai beton Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1917 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) DERMAGA III Nama : Dermaga 102 Pangkalan Soekarno Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 230 M' Lebar : 11 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Caison & lantai beton Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1917 Pemilik : PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) DERMAGA IV Nama : Dermaga 103 Pangkalan Soekarno Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 290 M' Lebar : 11 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Caison & lantai beton Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1917 IV DERMAGA V Nama : Dermaga 104 Pangakalan Soekarno Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 180 M' Lebar : 11 M' Kedalaman : 12 M IV-21
22 Konstruksi : Caison & lantai beton Kapasitas : M² Tahun Pembuatan : 1917 IV DERMAGA VI Nama : Dermaga 105 Pangakalan Soekarno Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 180 M' Lebar : 11 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Caison & lantai beton Kapasitas : M² Tahun Pembuatan : 1917 IV 2. PANGKALAN HATTA DERMAGA V Nama : Dermaga Container Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 850 M' Lebar : 30 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Caison & lantai beton Kapasitas : M² Tahun Pembuatan : 1997 IV DERMAGA VI Nama : Pangkalan Hasanuddin Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum Panjang : 210 M' Lebar : 15 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : PC Block Kapasitas : M² Tahun Pembuatan : 1997 IV IV-22
23 3. KAWASAN PAOTERE DERMAGA I Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 100 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : M² Tahun Pembuatan : 1980 IV DERMAGA II Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 52,36 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 523,60 M² Tahun Pembuatan : 1981 IV DERMAGA III Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum(Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 52 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 520 M² Tahun Pembuatan : 1986 IV DERMAGA IV Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum(KapalRakyat/kayu) Panjang : 52 M' Lebar : 10 M' IV-23
24 Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 520 M² Tahun Pembuatan : 1989 IV DERMAGA V Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 33,5 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 335 M² Tahun Pembuatan : 1989 IV DERMAGA VI Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 33,5 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 335 M² Tahun Pembuatan : 1989 IV DERMAGA VII Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 33,33 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 333,33 M² Tahun Pembuatan : 1989 IV IV-24
25 DERMAGA VIII Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 33,33 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 333,33 M² Tahun Pembuatan : 1989 IV DERMAGA IX Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 52,36 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 523,60 M² Tahun Pembuatan : 1991 IV DERMAGA X Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 33,5 M', Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton Kapasitas : 335 M² Tahun Pembuatan : 1991 IV DERMAGA XI Nama : Dermaga Paotere Fungsi / Kegunaan : Dermaga Umum (Kapal Rakyat/kayu) Panjang : 50 M' Lebar : 10 M' Kedalaman : 12 M Konstruksi : Tiang Pancang, beton & lantai beton IV-25
26 Kapasitas : 500 M² Tahun Pembuatan : 1995 IV PINGGIRAN/TALUD Panjang : M' Pembuatan tahun : 1921 ALUR PELAYARAN Panjang : 2,5 mil Lebar : 150 Meter Kedalaman : 10 M Pasang tertinggi : 1,8 M LWS Pasang terendah : 0,9 M LWS KOLAM PELABUHAN Luas : 315,20 Ha Kedalaman : 9,7 M Pasang tertinggi : 1,8 M LWS Pasang terendah : 0,9 M LW GUDANG 101 Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1990 Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja & Atap Aluminium Kondisi : 75% GUDANG 102 Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1989 Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja & Atap Aluminium Kondisi : 75% IV-26
27 GUDANG 103 Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1985 Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja & Atap Aluminium Kondisi : 70% GUDANG 104 Luas : M2, Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1991 Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja & Atap Aluminium Kondisi : 75% GUDANG 105 Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1992 Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja & Atap Aluminium Kondisi : 75% GUDANG CFS Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1994 Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja & Atap Aluminium Kondisi : 90% GUDANG API Luas : 600 M2 Kapasitas : 360 T/M2 Tahun Pembuatan : 1980 IV-27
28 Konstruksi : Lantai Beton, ddg Tembok, rangka baja & Atap Aluminium Kondisi : 60% 4. LAPANGAN PENUMPUKAN LOKASI SOEKARNO LAPANGAN PENUMPUKAN (Ex Gudang 100) Luas : M2 Kapasitas : 752 T/M2 Konstruksi : Aspal Hotmix Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN 101 Luas : M2 Kapasitas : 728 T/M2 Tahun Pembuatan : 1990 Konstruksi : Aspal Hotmix Kondisi : 50 % LAPANGAN PENUMPUKAN 102 Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1991 Konstruksi : Aspal Hotmix Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN 103 Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1984 Konstruksi : Aspal Hotmix Kondisi : 60 % IV-28
29 LAPANGAN PENUMPUKAN 104 Luas : M2 Kapasitas : 610 T/M2 Tahun Pembuatan : 1992 Konstruksi : Aspal Hotmix Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN 105 Luas : M2 Kapasitas : 730 T/M2 Tahun Pembuatan : 1992 Konstruksi : Aspal Hotmix Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN 106 Luas : 925 M2 Kapasitas : 555 T/M2 Tahun Pembuatan : 1992 Konstruksi : Aspal Hotmix Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN (Ex Containe Yard) Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1985 & 1992 Konstruksi : Aspal Hotmix & Paving Block Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN (Ex EmPTy container) Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1991 Konstruksi : Paving Block Kondisi : 80 % IV-29
30 LAPANGAN PENUMPUKAN (Ex Kaporlap) Luas : M² Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1995 Konstruksi : Paving Block Kondisi : 80 % LAPANGAN PENUMPUKAN (Ex PUSRI ) Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Konstruksi : Tanah LAPANGAN PENUMPUKAN (Ex GUDANG IMCO) Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Konstruksi : Tanah 5. LAPANGAN PENUMPUKAN LOKASI HATTA LAPANGAN PENUMPUKAN PETIKEMAS Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1997 Konstruksi : Paving Block Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN MULTI PURPOSE I Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1997 Konstruksi : Paving Block Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN MULTI PURPOSE II Luas : M² Kapasitas : T/M2 IV-30
31 Tahun Pembuatan : 1997 Konstruksi : Paving Block Kondisi : 60 % 6. LAPANGAN PENUMPUKAN LOKASI PAOTERE LAPANGAN PENUMPUKAN I Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1986 Konstruksi : Aspal Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN II Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1991 Konstruksi : Aspal Kondisi : 60 % LAPANGAN PENUMPUKAN III Luas : M2 Kapasitas : T/M2 Tahun Pembuatan : 1990 Konstruksi : Aspal Kondisi : 60 % TERMINAL PENUMPANG Luas : M2 Kapasitas : orang Tahun Pembuatan : 1981 Kontruksi : Lantai Keramik, Dinding tembok/triplek, Atap Aluminium Kondisi : 60% IV-31
32 7. DAERAH LINGKUNGAN KERJA PELABUHAN Perairan :2.978 Ha Daratan : M2 (dikuasai) 8. DAERAH LINGKUNGAN KEPENTINGAN PELABUHAN Perairan : Ha 9. DITETAPKAN DENGAN SK KM 85 Tahun 1999, Tanggal 13/10/ JALAN MASUK PELABUHAN Jalan dari/ke sentra-sentra industri/perdagangan Kelas Jalan : Tol Reformasi Lapisan Permukaan : Aspal Jalan yang berada di lokasi pelabuhan Kelas Jalan : Utama Akses ke jalan Tol Reformasi Lapisan Permukaan : Aspal 11. PERALATAN BONGKAR MUAT Crane 40 ton, 25 ton, 5 ton & 3 ton masing-masing 1 Unit Container Crane 2 Unit; Transtainer; Reach stacker; Top Laoder; Forklift; Head truck;chasis; Reefer. j. LAIN-LAIN 1) Instansi Terkait Tabel IV-6. Instansi Terkait Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar IV-32
33 2). Perusahaan Bongkar Muat Tabel IV-7. Perusahaan Bongkar Muat Pelabuhan Soekarno-Hatta, Makassar 3). Perusahaan Pelayaran Tabel IV-8. Perusahaan Pelayaran Pelabuhan Soekarno- Hatta, Makassar 4). Data Potensi Hinterland Tabel IV-9. Data Potensi Hinterland Pelabuhan Soekarno- Hatta, Makassar IV-33
34 6. Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah. Pelabuhan Tanjung Emas (terkadang ada yang menulis Tanjung Mas), dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) sejak tahun Pelabuhan ini merupakan satu-satunya pelabuhan di Kota Semarang. Pelabuhan Tanjung Emas ke arah Tugu Muda Semarang berjarak sekitar 5 km atau kira-kira 30 menit dengan kendaraan sepeda motor/mobil. Pelabuhan Indonesia III, ukuran pelabuhan 400 Ha, Luas lahan 500 Ha. Fasilitas-fasilitas yang berada di pelabuhan Tanjung Emas antara lain: 1. Pemecah Gelombang 2. Alur Pelayaran 3. Kolam Pelabuhan 4. Dermaga 5. Fender 6. Gudang 7. Terminal seluas 3000 m². Fasilitas Dermaga pada pelabuhan ini: Nusantara, Pelabuhan Dalam II, Dermaga Gd. VII, DUKS PLTU, DUKS Pertamina, DUKS BEST, serta DUKS Sriboga. Pelabuhan Tanjung Emas juga didukung dengan peralatan: Kapal Tunda, Kapal Pandu, Kapal Kepil, Gudang, Lapangan Penumpukan dan alat Bongkat, serta dengan pelayanan meliputi: Pelayanan Kapal, Pelayanan Barang, Pelayanan Terminal, Pelayanan Tanah, Bangunan, Air, dan Listrik. Gambar IV-8 Pelabuhan Tanjung Mas, Semarang IV-34
35 B. PERATURAN DAN PERUNDANGAN TERKAIT DENGAN PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, yang mengatur kembali pengangkutan barang beracun dan berbahaya (B3) untuk terus ditingkatkan. Hal itu ditunjukkan pada Pasal 44 sampai dengan Pasal 49, di mana istilah yang digunakan adalah barang khusus seperti kayu gelondongan (logs), barang curah, rel dan ternak sedangkan barang berbahaya seperti bahan cair, bahan padat dan bahan gas. Pemerintah meratifikasi penanganan barang beracun dan berbahaya (B3) dari Konvensi International Tahun 1973 tentang Pencegahan Pencemaran dari Kapal. Ratifikasi yang ditandatangani pada 20 Maret 2012 itu, tertuang dalam Peraturan Presiden No 29 Tahun 2012 tentang Ratifikasi Lampiran III, Lampiran IV, Lampiran V, dan Lampiran VI, sebagaimana diubah dengan Protokol Tahun Dengan meratifikasi konvensi internasional Pemerintah mempunyai kewenangan untuk mengawasi dan mengatur muatan berbahaya dan beracun dari kapal. Konvensi ini mengatur bagaimana setiap negara melakukan pengawasan atas muatan beracun dan berbahaya yang diangkut kapal. Penjelasan peraturan perundangan di atas secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. International Maritime Dangerous Goods-Code (IMDG-Code) Kode IMDG adalah barang berbahaya maritim internasional (IMDG) Code yang diadopsi oleh Komite Keselamatan Maritim Organisasi berdasarkan keputusan MSC.122 (75), sebagaimana telah diubah oleh organisasi berdasarkan amandemen tersebut mulai berlaku. Dan berlaku sesuai dengan ketentuan pasal VIII dari Konvensi tentang prosedur amandemen yang berlaku untuk annex kecuali bab I. Barang berbahaya diklasifikasikan berdasarkan IMDG Code., menjadi sembilan golongan (klasifikasi). Penggolongan yang benar dan labelnya harus sesuai dengan IMDG Code. Bahwa barang yang termasuk dalam daftar ini tidak berarti tidak berbahaya, namun merupakan sifat khusus dari barang itu yang harus diperhatikan. IV-35
36 Tabel IV.10, Contoh Barang Berbahaya No Klas Contoh 1. Explosive (Mudah Meledak) Dynamite, TNT, Mesiu, Granat, dan Bahan Peledak Lainnya 2. Gasses (Gas-gas Mudah Helium, Nitrogen, LPG Terbakar) 3. Flammable Liquid (Cairan Mudah Cat, Thinner, Air Raksa, Air Accu ( air aki), Bensin Terbakar) 4. Flammable Solids (Benda Padat Mudah Kalsium Karbid, Parafin, Belerang, Sulfur Terbakar) 5. Oxidizing & Organic Peroxide (Bahan Kaya Oksigen) 6. Toxic & Infectious Subtance (Bahan Beracun) 7. Radioactive (Bahan Radiasi) 8. Corrosive (Bahan Merusak) 9. Miscellaneous (Bahan Berbahaya Lainnya) Sumber: Olahan Penulis Tabung Oksigen, Asseton (Pembersih cat kuku) Pesticida, Racun Tikus, Racun Serangga, Virus (Hepatitis, Rabies, HIV, H1N1 / flu burung), Microbiology Sinar Inframerah, Sinar X (X-Ray), Uranium Zat Asam (asam sulfat, asam nitrat, asam klorida), Terpentin, Mercury Dry Ice (biang es), Karbon Dioksida 2. Peraturan Pemerintah No.20 Tahun 2010, Tentang Angkutan di Perairan Khusus pada Bab X yang mengatur pengangkutan atas barang khusus dan berbahaya IV-36
37 Gambar IV-9. Pengangkutan Barang khusus dan Barang Berbahaya 3. Safety of life at Sea 1974 diperbaiki dengan Amandemen 1978 berlaku bagi semua kapal yang melakukan pelayaran antara pelabuhan-pelabuhan di dunia. Ordonansi dan peraturan tersebut mengatur antara lain: a. Instansi yang melakukan pengawasan terhadap laik laut suatu kapal. b. Mengatur persyaratan konstruksi bangunan kapal c. Mengatur persyaratan kelengkapan kapal d. Mengatur persyaratan alat-alat radio komunikasi kapal e. Mengatur persyaratan daerah pelayaran suatu kapal f. Mengatur persyaratan navigasi kapal g. Mengatur tatacara pemuatan di kapal IV-37
38 h. Mengatur persyaratan stabilitas kapal i. Mengatur persyaratan permesinan dan kelistrikan j. Mengatur tentang muatan berbahaya k. Mengatur persyaratan kapal nuklir l. Mengatur persyaratan untuk Nahkoda, perwira deck, dan mesin kapal serta awak kapal m. Mengatur bentuk sertifikat keselamatan pelayaran 4. Pengawasan Syahbandar meningkatkan keamanan dan keselamatan dalam pelayaran melalui pengawasan kelaiklautan kapal, di atur dalan beberapa kebijakan seperti : a. Peraturan Bandar 1925, Pasal 2 Ayat 1 dan Pasal 13 Ayat 1 Reden Reglement b. UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, Pasal 1 butir 34 berbunyi : Keselamatan Kapal adalah keadaan kapal yang memenuhi persyaratan material, konstruksi bangunan, permesinan dan pelistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, elektronik kapal, yang dibuktikan dengan sertifikat setelah dilakukan pemeriksaan dan pengujian). c. Konvensi Marine Pollution 1973/1978 yang diratifikasi dengan Keputusan Presiden No. 46 tahun 1986 adalah untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran. d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan. Pasal 2 Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan kegiatan kepelabuhanan, keselamatan dan keamanan pelayaran pada pelabuhan, serta penyediaan dan/atau pelayanan jasa kepelabuhanan yang belum diusahakan secara komersial. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 62 tahun 2010, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan. Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan adalah Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut, mempunyai tugas melakukan kegiatan pemberian pelayanan lalu lintas dan angkutan laut, keamanan dan keselamatan pelayaran di perairan pelabuhan untuk memperlancar angkutan laut. IV-38
39 Pelaksanaan peran sebagai wakil pemerintah dalam pemberian konsesi atau bentuk lainnya kepada Badan Usaha Pelabuhan untuk melakukan kegiatan pengusahaan di pelabuhan. e. Peraturan Menteri Perhubungan KM No. 64 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar. Pasal 1. (1)Kantor Syahbandar adalah unit Pelaksana Teknis di lingkungan kementerian Perhubungan yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri Perhubungan melalui Direktur Jenderal Perhubungan Laut di pelabuhan yang melaksanakan fungsi keselamatan dan ketertiban pelayaran serta pengawasan dan penegakan hukum bidang pelayaran, (2)Syahbandar memiliki kewenangan tertinggi dalam melaksanakan koordinasi kegiatan kepabeanan, keimigrasian, kekarantinaan dan kegiatan institusi pemerintah lainnya di pelabuhan. Kantor Syahbandar dipimpin oleh seorang Kepala. Pasal 2. Kantor Syahbandar mempunyai tugas mengkordinasikan dan melaksanakan keselamatan dan keamanan pelayaran. Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, Kantor Syahbandar menyelenggarakan fungsi, antara lain: (1) Pengawasan bongkar muat barang berbahaya, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), dan pengisian bahan bakar. (2) Kordinasi dan pelaksanaan penanggulangan pencemaran dan pemadam kebakaran di pelabuhan serta pengawasan perlindungan lingkungan maritim. Pasal 10 Bidang kelaiklautan kapal mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan, pengujian dan sertifikasi kelaiklautan kapal serta pengawasan bongkar muat barang berbahaya, limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dan pengisian bahan bakar. Pasal 11 IV-39
40 Dalam melaksanakan tugas di bidang kelaiklautan kapal menyelenggarakan fungsi antara lain : a) Pemeriksaan peralatan pencegahan pencemaran dan pembersihan tangki. b) Pemeriksaan nautis, teknis, radio dan perlengkapan kapal. c) Penyiapan bahan penerbitan sertifikasi keselamatan dan pencegahan pencemaran. 5. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah: upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum, (UU PPLH No. 32 Tahun 2009). Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energy, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan. Dalam Undang-undang nomor 32 tahun 2009 dalam pasal 13 tercantum bahwa pengedalian pencemaran dan /atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup. Pengedalian pecemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup ini terdiri dari 3 hal yaitu pencegahan, penanggulangan dan pemulihan lingkungan hidup dengan menerapkan berbagai instrument-instrument yaitu: Kajian lingkungan hidup straegis (KLHS); Tata ruang; Baku mutu lingkungan hidup; Kreteria baku mutu kerusakan lingkungan hidup; Amdal; UKL-UPL; perizinan; instrument ekonomi lingkungan hidup; peraturan perundang-undangan berbasis lingkungan hidup; anggaran berbasis lingkungan hidup; Analisis resiko lingkungan hidup; audit lingkungan hidup, dan instrument lain sesuai dnagan kebutuhan dan/atau perkembangan ilmu pengetahuan. Setiap orang yang melakukan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup wajib melakukan pemulihan fungsi lingkungan dengan melalui antara lain: penghentian sumber pencemaran dan pembersihan unsur pencemar; remediasi; rehabilitasi; restorasi dan/atau cara lain yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengtahuan dan teknologi. IV-40
41 Pemeliharan lingkungan hidup dilakukan melalui upaya: konservasi sumber daya alam; pencadangan sumber daya alam; dan/atau pelestarian fungsi atmosfer. Sedangkan konservasi sumber daya adalah perlindungan sumber daya alam; pengawetan sumber daya alam; dan pemanfaatan secara lestari sumber daya alam. Bila terjadi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup maka pasti akan menibulkan sengketa lingkungan hidup, penyelesaian sengketa lingkungan hidup ini bias dilakukan melalui jalur pengadilan maupun diluar pengadilan pada dasarnya isi dari sengketa lingkungan hidup adalah bentuk dan besaran ganti kerugian; tindakan pemulihan akibat dan/atau perusakan, pencemaran; tindakan tertentu untuk menjamin tindak akan terulangnya pencemaran dan/atau perusakan; tindakan dampak untuk negative mencegah terhadap timbulnya lingkungan hidup. Penegakan hukum pidana adalah semua tidakan pencemaran atau perusakan lingkungan hidup yang telah di kriminalisasi dalam ketentuan pasal 97 sampai dengan ketentuan pasal 120 undangundang nomor 32 tahun 2009 C PROSES PENANGANAN BARANG BERBAHAYA DAN BARANG BERBAHAYA BERACUN (B3) Proses penanganan barang berbahaya dan beracun, mutlak menurut aturan ketentuan IMDG Code terkini. Proses dimaksud yaitu sejak kedatangan barang berbahaya dari area parkir, penumpukan sementara sampai pengangkutan ke kapal dilakukan pengecekan (check lis)t secara urut dari pengecekan Multimoda Shiper s Declaration, kemasan, label & marking, dokumen kiriman barang berbahaya di bidang pelayaran. Secara lengkap penjelasan Proses penanganan barang berbahaya dan beracun, meliputi : 1. Jenis Barang Berbahaya Yang Ditangani di Pelabuhan a. Pelabuhan Belawan Medan 1) Bahan Bakar Minyak (solar, bensin) 2) Crude Oil 3) Batu bara 4) Adhesive Cement IV-41
42 b. Pelabuhan Makassar: 1) Bahan Bakar Minyak (solar, bensin). 2) Barang Berbahaya Beracun (Limbah). 3) Batu bara c. Pelabuhan Tanjung Emas. Semarang 1) Bahan Bakar Minyak (solar, bensin) 2) Gas mudah terbakar 3) Barang Berbahaya beracun (limbah) d. Pelabuhan Balikpapan 1) Bahan Bakar Minyak (solar, bensin) 2) Gas mudah terbakar 3) Batu bara e. Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta 1) Besi Bekas Industri Logam, mengandung Radio active dan beracun 2) Oli Bekas 3) Asphalt 4) Batu bara 5) Ammonium Nitrate Porous Prilled (bahan untuk peledak milik PT Dahana) 6) Bahan Bakar Minyak (Solar, Bensin) 7) Arsenic 8) Chrome 9) Steel Scraps 10) Kembang Api (firework) 11) Thinner (pengencer cat) 12) Kendaraan Bermotor 13) Barang Cair Corrosive f. Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya 1) Besi Bekas Industri Logam, mengandung Radio active dan beracun IV-42
43 2) Oli Bekas 3) Asphalt 4) Batu bara 5) Potasium (bahan untuk peledak milik PT Dahana) 6) Bahan Bakar Minyak (Solar, Bensin) 7) Steel Scraps 8) Kembang Api (firework) 9) Thinner (pengencer cat) 2. Proses penanganan serta pengelolaan bahan berbahaya dan beracun (B3) Ulasan untuk proses penanganan B3 dengan mengambil sampel 2 (dua) pelabuhan sebagai berikut : a. Pelabuhan Tanjung Priok Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, dalam penanganan dan pengelolaan B-3, memiliki 6 lokasi penempatan dengan luas 10,260 M2, dinilai penanganannya tidak mengindahkan Undang- Undang (UU) Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup serta Peraturan Menteri Lingkungan Hidup terkait. Pengelolaan dan pemanfaatan limbah B-3 di pelabuhan Tanjung Priok, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan UU Nomor 32 Tahun 2009, dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) II. Untuk itu, Pelindo II didukung dengan berbagai alat/perangkat operasional, antara lain berupa reception facilities (RF) untuk menghindari pencemaran di laut. Namun sayangnya, kini RF dan perangkat lainnya lebih banyak menganggur atau tidak digunakan. "Sebagian besar limbah B3, entah dari kapal domestik maupun luar negeri, dikelola dan dimanfatkan oleh perusahaan yang sesungguhnya tidak mempunyai izin. Selama ini penanganan limbah B-3 dari sekitar 50 sampai 60 kapal yang ada di pelabuhan, tidak atas seizin instansi yang berwenang. Pelindo II dibuat tidak berdaya dan hanya menjadi penonton atas penyerobotan lahan usahanya itu, selaku pengelola limbah B-3 dari kapal di pelabuhan yang ditunjuk pemerintah, Pelindo II berupaya keras untuk melaksanakan tanggung jawab dan kewajibannya dengan baik. Di samping menyediakan fasilitas penampung, proses bongkar juga didukung tiga unit tongkang dan dua tugboat serta infrastruktur izin dan administrasi. Limbah B-3 yang dikelola Pelindo II sudah sesuai dengan rekomendasi Kementerian Lingkungan Hidup. IV-43
44 Beberapa contoh penanganan tersebut di atas dapat dilihat pada Gambar IV.2 sd IV.4 Gambar IV.10. Proses penanganan bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan Kode di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Gambar IV.11. Proses penanganan bahan berbahaya Corrosive di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta IV-44
45 Gambar IV.12 Proses bongkar bahan berbahaya Ammonium Nitrate Prous Prilled, milik PT. Dahana Indonesia, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta b. Pelabuhan Tanjung Perak Tempat penumpukan, luas dan kesesuaian dengan jenis zat curah padat dan cair sudah sesuai dan memadai, demikian juga dengan sarana, alat angkut, kemasan, tangki. Namun petugas belum mematuhi memakai perlengkapan alat keselamatan di dalam area penempatan barang berbahaya dan barang berbahaya beracun (B3). Sedangkan dalam nomenklatur aturan dan perundangan masih menggunakan B3 padahal Barang Beracun sudah termasuk kelas 6.1 barang berbahaya, hal ini menimbulkan kerancuan karena berbeda dgn nomenklatur IMDG Code secara internasional. Untuk proses penanganan limbah selama ini dimasukan ke dalam kategori Barang Beracun seharusnya masuk ke Enviromental Hazardous Substance n.o.s class 9, hanya saja bila dikaitkan dengan nomenklatur dan perundangan yang berlaku, perlu merumuskan kebijakan lintas kementrian. Dimaksud dalam contoh untuk Kementrian Perhubungan sudah menggunakan aturan internasional IMDG Code sementara di Kementrian Lingkungan Hidup masih menggunakan UU Nomor 32 Tahun IV-45
Pelabuhan Makassar. Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum
Pelabuhan Makassar Alamat : Jalan Sukarno Nomor 1, Makassar, 90173 Sulawesi Selatan, Indonesia Phone : 062 0411 316549, 319046 Fax : 062 0411 313513 Kelurahan : Ujung Tanah Kecamatan : Wajo Kabupaten :
Lebih terperinci: Kapal Pandu 2 Unit Kapal Tunda, Kepil, kapal Cepat 1 unit Tenaga Pandu 8 (delapan) orang.
Pelabuhan Samarinda Alamat : Jl. Niaga Timur No 130 Kode Pos : 75112 Kelurahan : Pelabuhan Kecamatan : Samarinda Ilir Kota : Samarinda Propinsi : Kalimantan Timur Telepon : 0541-741615,744935 Faximile
Lebih terperinci: Jl. Blinyu No.1 Boom-Baru, Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir Timur II, Palembang, Sumatera Selatan.
Pelabuhan Boom Baru Palembang Alamat Kode Pos : 30115 Telepon : (0711) 710611 Faximile : (0711) 711758 Telex / VHF : 27145 PC.Plg. IA : Jl. Blinyu No.1 Boom-Baru, Kelurahan Lawang Kidul, Kecamatan Ilir
Lebih terperinciPelabuhan Ciwandan Banten
Pelabuhan Ciwandan Banten Alamat Pelabuhan : Jalan Raya Pelabuhan No. I Kelurahan Kepuh, Kecamatan Ciwandan, Cilegon-Banten Kode Pos : 42166 Telepon : 0254 601417, 601418 Faxcimile : 0254 601419 Telex/VHF
Lebih terperinciPelabuhan Bitung DUKS. PT. Indo Hang Hai : - Sumber: maps.google.com
Pelabuhan Bitung Alamat : Jalan DS Sumolang Pateten, Kecamatan Bitung Timur, Kodya Bitung, Sulwesi Utara. Status Pelabuhan : Pelabuhan Diusahakan Jenis Pelabuhan : Pelabuhan Umum Kode Pos : 95522 Telepon
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
BAB IV HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI A. DATA SEKUNDER Pengumpulan data sekunder didapat dari hasil survei pada 4 lokasi pelabuhan, yaitu Pelabuhan Makassar, Tanjung Emas, Tanjung Perak dan Tanjung
Lebih terperinci2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L
No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.627, 2012 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kantor Kesyahbandaran. Utama. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,
Lebih terperinciPesawat Polonia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,
Lebih terperinciPERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP DIREKTORAT PELABUHAN PERIKANAN PERATURAN KESYAHBANDARAN DI PELABUHAN PERIKANAN SYAHBANDAR DI PELABUHAN PERIKANAN Memiliki kompetensi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON
LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR : 45 TAHUN : 2001 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA CILEGON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,
Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan
Lebih terperinci2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1867, 2016 KEMENHUB. Pelabuhan Laut. Penyelenggaraan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI ALOR, : a. bahwa pelabuhan mempunyai peran
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Membaca : 1. surat
Lebih terperinciDUKS. Fasilitas dan Peralatan Pelabuhan Dermaga I Nama : Dermaga 01 Fungsi / Kegunaan : Tambatan. Kedalaman : -4 MLWS Konstruksi : Beton
Pelabuhan Pontianak Alamat : Jl. Pakasih No. 11 Pontianak Kelurahan Mariana Kecamatan Pontianak Barat Kabupaten Kalimantan Barat. Kode Pos : 10712 Status Pelabuhan : Diusahakan Jenis Pelabuhan : Pelabuhan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial dan Non Komersial a. Kriteria Pelabuhan yang Dapat Diusahakan Secara Komersial 1) Memiliki fasilitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PM 51 TAHUN 2015 TENT ANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1 A. LATAR BELAKANG.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada pengangkutan barang melalui laut, pengangkut mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk melindungi dan menjamin keamanan serta keselamatan muatan selama dalam
Lebih terperinci2013, No Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar
No.386, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kesyahbandaran. Pelabuhan Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3/PERMEN-KP/2013
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI
BAB 4 HASIL PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI A. POTRET PELABUHAN SURVEI Potret pelabuhan survei yang terdiri dari pelabuhan kelas utama, pelabuhan kelas I, maupun pelabuhan kelas IV adalah sebagai berikut.
Lebih terperinciPelabuhan Tanjung Priok
Pelabuhan Tanjung Priok Alamat : Jalan Raya Pelabuhan Nomor 9, Jakarta Utara, DKI Jakarta. Kode Pos : 14310 Telepon : 62-21-4367305 62-21-4301080 Faximile : 62-21-4372933 Peta Lokasi: Sumber: maps.google.com
Lebih terperinciTATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,
TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, dalam
Lebih terperinci2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.216, 2015 KEMENHUB. Penyelenggara Pelabuhan. Pelabuhan. Komersial. Peningkatan Fungsi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 23 TAHUN 2015 TENTANG
Lebih terperinciBAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) selanjutnya disingkat Pelindo IV merupakan bagian dari transformasi sebuah perusahaan yang dimiliki pemerintah,
Lebih terperinciKEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM
KEPUTUSAN BERSAMA MENTERI PERHUBUNGAN DAN KEPALA BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM NOMOR: KP 99 TAHUN 2017 NOMOR: 156/SPJ/KA/l 1/2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN
Lebih terperinciLaporan Akhir Studi Penyusunan Kebutuhan Norma, Standar, Pedoman, dan Kriteria (NSPK)di Bidang Pelayaran KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Undang Undang 17 tahun 2008 tentang Pelayaran, dalam ketentuan umum dinyatakan bahwa keselamatan dan keamanan pelayaran adalah suatu keadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan
Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG
PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 09 TAHUN 2005 TENTANG KEPELABUHANAN DI KOTA PANGKALPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang : a.
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting
Lebih terperinciP E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA
P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG I. UMUM ANGKUTAN MULTIMODA Angkutan multimoda (Multimodal Transport) adalah angkutan barang dengan menggunakan
Lebih terperinciPelabuhan Cirebon. Main facilities : Cirebon, West Java Coordinates : 6 42` 55.6" S, ` 13.9" E
Pelabuhan Cirebon Alamat : Jl.Perniagaan No.4 Cirebon 45112 Phone : +62231.204241 Fax : (0231) 203201 Provinces : West Java Website : http://www.cirebonport.com E-mail : cirebon@inaport2.co.id Sumber:
Lebih terperinciRANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN
RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN LAMPIRAN 1 i DAFTAR ISI 1. Ruang Lingkup 2. Acuan 3. Istilah dan Definisi 4. Persyaratan 4.1. Kriteria dan Variabel Penilaian Pelabuhan 4.2. Pengelompokan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH K E P E L A B U H A N A N KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 26 TAHUN 2003 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG K E P E L A B U H A N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 KEPELABUHANAN DAN IZIN KEPELABUHANAN
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN DAN IZIN KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciPENDAHULUAN LATAR BELAKANG
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai negara yang terdiri dari ribuan pulau dan memiliki wilayah laut yang sangat luas maka salah satu moda transportasi yang sangat diperlukan adalah angkutan
Lebih terperinci1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Bab
Bab 1 1 Pendahuluan Penanganan Kerusakan Dermaga Studi Kasus Dermaga A I Pelabuhan Palembang 1.1 Latar Belakang Pekerjaan terkait dengan bidang kepelabuhanan merupakan salah satu bidang kajian dalam Teknik
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan
Lebih terperinciFUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL;
FUNGSI PELABUHAN P P NOMOR 69 TAHUN 2001 SIMPUL DALAM JARINGAN TRANSPORTASI; PINTU GERBANG KEGIATAN PEREKONOMIAN DAERAH, NASIONAL DAN INTERNASIONAL; TEMPAT KEGIATAN ALIH MODA TRANSPORTASI; PENUNJANG KEGIATAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493]
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 1992 TENTANG PELAYARAN [LN 1992/98, TLN 3493] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 100 (1) Barangsiapa dengan sengaja merusak atau melakukan tindakan apapun yang mengakibatkan tidak
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 10 TAHUN 2007 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1298, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Tegal. Jawa Tengah. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 89 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 70-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 127, 2001 Perhubungan.Pelabuhan.Otonomi Daerah.Pemerintah Daerah.Tarif Pelayanan. (Penjelasan
Lebih terperinciTUGAS FUNGSI DAN ALAMAT UNIT KERJA DI LINGKUNGAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM
DAN UNIT KERJA DI LINGKUNGAN BADAN PENGUSAHAAN BATAM 1. ANGGOTA 1 / DEPUTI BIDANG ADMINISTRASI DAN UMUM 1. UNIT KERJA BIRO UMUM DAN SEKRETARIAT Melaksanakan urusan aset dan perlengkapan, kerumahtanggaan
Lebih terperinciSTATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI. Penerima Receiver.
STATUS REKOMENDASI KESELAMATAN SUB KOMITE INVESTIGASI KECELAKAAN PELAYARAN KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI Investigasi Investigation Tanggal Kejadian Date of Occurrence Sumber Source Tanggal Dikeluarkan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) memiliki lebih kurang 17.500 pulau, dengan total panjang garis pantai mencapai 95.181 km
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2033, 2014 KEMENHUB. Pemanduan Kapal. Prasarana. Sarana Bantu. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : NOMOR PM 93 TAHUN 2014 TENTANG SARANA BANTU
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG
PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN PELABUHAN DI KOTA TANJUNGPINANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANJUNGPINANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pelabuhan merupakan tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu
Lebih terperinciStudi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung MP3EI Koridor Sulawesi KATA PENGANTAR. Final Report
KATA PENGANTAR Dengan mengucap rasa syukur Alhamdulillah Laporan Akhir () kegiatan Pekerjaan Studi Pengembangan Kapasitas dan Fasilitas Pelabuhan Dalam Mendukung Percepatan dan Perluasan Pembangunan Koridor
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1879, 2014 KEMENHUB. Pelabuhan. Terminal. Khusus. Kepentingan Sendiri. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 73 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5742 KEUANGAN. PPN. Jasa Kepelabuhanan. Perusahaan Angkutan Laut. Luar Negeri. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 220). PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciKeputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal
Keputusan Menteri Perhubungan No. 86 Tahun 1990 Tentang : Pencegahan Pencemaran Oleh Minyak Dari Kapal-Kapal MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi kelestarian lingkungan laut
Lebih terperinciMANAJEMEN PELABUHAN DAN REALISASI EKSPOR IMPOR
MANAJEMEN PELABUHAN DAN REALISASI EKSPOR IMPOR ADMINISTRATOR PELABUHAN Oleh : Mochammad Agus Afrianto (115020200111056) JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA Administrator
Lebih terperinciTENTANG ORGANISASI DAN TAT A KERJA KANTOR PELABUHAN BATAM
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG ORGANISASI DAN TAT A KERJA KANTOR PELABUHAN BATAM a. bahwa berdasarkan Pasal 88 Undang-Undar.~ Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran diatur dalam mendukung
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,
PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 14 TAHUN 2004 TENTANG KEPELABUHANAN KOTA BALIKPAPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang pelaksanaan
Lebih terperinciPT.( Persero ) Pelabuhan Indonesia II Cabang PONTIANAK PT. (Persero)
PT.( Persero ) Pelabuhan Indonesia II Cabang PONTIANAK SUCOFINDO INTERNATIONAL CERTIFICATION SERVICES ISO-9002 / SNI 19-9002 Organization No. QSC 00138 PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang Pontianak
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7
KOTA DUMAI LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR : 9 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN
UNDANG-UNDANG NO 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN EMBANAN MISI Keselamatan dan Keamanan Pelayaran KEPELABUHANAN ANGKUTAN DI PERAIRAN PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM 1. MENGHAPUS MONOPOLI 2. RIPN & TKN 3.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA REPUBLIK INDONESIA KE DALAM MODAL SAHAM PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT PELABUHAN INDONESIA
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LINGKUNGAN MARITIM I. UMUM Angkutan laut sebagai salah satu moda transportasi, selain memiliki peran sebagai
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1509, 2015 KEMENHUB. Syahbandar. Online. Surat Persetujuan. Pelayanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 154 TAHUN 2015 TENTANG PELAYANAN SURAT
Lebih terperinciStudi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Buku Laporan ini disusun oleh Konsultan PT. Kreasi Pola Utama untuk pekerjaan Studi Penyusunan Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan ini adalah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menunjang perekonomian nasional, Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN KEGIATAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846]
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG PELAYARAN [LN 2008/64, TLN 4846] BAB XIX KETENTUAN PIDANA Pasal 284 Setiap orang yang mengoperasikan kapal asing untuk mengangkut penumpang dan/atau barang antarpulau
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG PERLAKUAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN JASA KEPELABUHANAN TERTENTU KEPADA PERUSAHAAN ANGKUTAN LAUT YANG MELAKUKAN
Lebih terperinci2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 1998 tentang Pemeriksaan Kecelakaan Kapal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 1, Tambahan Lem
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 272, 2015 KEMENHUB. Keselamatan Pelayaran. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR KESELAMATAN PELAYARAN DENGAN
Lebih terperinciBadan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.
Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 44/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG PENGADAAN, DISTRIBUSI, DAN PENGAWASAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
No.440, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Kepelabuhan. Perikanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Menimbang PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/2012 TENTANG KEPELABUHANAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara kesatuan Republik Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut mutlak diperlukan sarana dan
Lebih terperinciPelabuhan Teluk Bayur
Pelabuhan Teluk Bayur Alamat : Jl. Semarang No. 3 Teluk Bayur, Kelurahan Tl. Bayur, Kecamatan Padang Selatan, Kotamadya Padang, Sumatera Barat, 2527. Jenis Pelabuhan : Umum Telepon : 075-6646 Faximile
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 1999 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1999 TENTANG PENAMBAHAN PENYERTAAN MODAL NEGARA
Lebih terperinciTOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT
DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MENGOPTIMALKAN KAPASITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING INDUSTRI PELAYARAN NIAGA DAN PELAYARAN RAKYAT SERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA DALAM MEWUJUDKAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN NORMALISASI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2012 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG LALU LINTAS ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG LALU LINTAS ANGKUTAN SUNGAI, DANAU DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARITO SELATAN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1522,2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Pelabuhan Makassar. Sulawesi Selatan. Rencana Induk. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 92 TAHUN 2013 TENTANG
Lebih terperinciPROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO
PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Terminal Kapal Pesiar Tanah Ampo Kabupaten Karangasem dengan sebutan "Pearl from East Bali" merupakan tujuan wisata ketiga setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lalu lintas kendaraan bermotor di suatu kawasan perkotaan dan kawasan lalu lintas padat lainnya seperti di kawasan pelabuhan barang akan memberikan pengaruh dan dampak
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.865, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Sanitasi Kapal. Sertifikat. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG SERTIFIKAT SANITASI KAPAL DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinci2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 71 TAHUN 2013 TENTANG SALVAGE DAN/ATAU PEKERJAAN BAWAH AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN
BAB II PROFIL PT.(PERSERO) PELABUHAN INDONESIA I BELAWAN A. SEJARAH SINGKAT PT.(Persero) Pelabuhan Indonesia I didirikan berdasarkan Perturan Pemerintah No. 56 tahun 1991 dengan akte Notaris Imas Fatimah
Lebih terperinci2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 2000 TENTANG KENAVIGASIAN UMUM Kegiatan kenavigasian mempunyai peranan penting dalam mengupayakan keselamatan berlayar guna mendukung
Lebih terperinci4.1. DEFINISI DASAR 4.2. FASILITAS UTAMA DAN FASILITAS DASAR PERAIRAN
BAB 4. FASILITAS PELABUHAN 4.1. DEFINISI DASAR Secara umum yang dimaksud sebagai fasilitas dasar atau infrastruktur pelabuhan adalah struktur konstruksi bangunan yang menunjang kegiatan pelabuhan yang
Lebih terperinciMENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDOl\IESIA
MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDOl\IESIA PERATURAN MENTER! PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 146 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 51 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciDengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KETAPANG dan BUPATI KETAPANG MEMUTUSKAN :
1 BUPATI KETAPANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPELABUHANAN, ANGKUTAN SUNGAI, DAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : c. d. bahwa dengan meningkatnya kegiatan pembangunan
Lebih terperinci2017, No diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 64 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepela
No.140, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHUB. Angkutan Barang di Laut. Komponen Penghasilan. Biaya Yang Diperhitungkan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 3 TAHUN 2017 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinci