APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING. Oleh ERNIATI UMAR H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING. Oleh ERNIATI UMAR H"

Transkripsi

1 Skripsi Fisika APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING Oleh ERNIATI UMAR H PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

2 APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING OLEH ERNIATI UMAR H Diajukan Untuk melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HASANUDDIN 2012

3 LEMBAR PENGESAHAN APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING OLEH ERNIATI UMAR H Makassar, Oktober 2012 Disetujui Oleh : Pembimbing Utama Prof. Dr. rer. nat. H. Wira Bahari Nurdin Nip Pembimbing Pertama Eko Juarlin, S.Si,M.Si Nip

4 SARI BACAAN Suatu desain mesin cuci piring yang memanfaatkan dinamika fluida telah dibuat dan diuji dalam penelitian ini. Mesin cuci piring ini memiliki ukuran dimensi panjang 136,5 cm, lebar 66,5 cm dan tinggi 153,8 cm. Mesin ini diuji kinerjanya dengan menghitung jumlah piring yang dicuci dan lama proses pencucian. Ada 2 jenis noda yang diuji yaitu noda minyak bercampur tepung terigu dan noda kecap bercampur saus cabai. Selain itu diuji pula 2 macam proses pencucian tanpa menggunakan sabun dan proses pencucian menggunakan sabun. Tekanan input pipa untuk posisi kran seperempat terbuka adalah 20 psi, untuk posisi kran setengah terbuka adalah 20,4 psi dan posisi kran terbuka penuh adalah 20,9 psi. Tekanan air rata-rata untuk mencuci piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu tanpa sabun adalah 19,628 kg ms 2 dengan waktu rata-rata 15,255 detik per piring. Tekanan air rata-rata untuk mencuci piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu menggunakan sabun adalah 20,084 kg ms 2 dengan waktu rata-rata 11,586 detik per piring. Tekanan air rata-rata untuk mencuci piring dengan noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun adalah 21,278 kg ms 2 dengan waktu rata-rata 12,56 detik per piring. Tekanan air rata-rata untuk mencuci piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu menggunakan sabun adalah 21,73 kg ms 2 dengan waktu rata-rata 6,035 detik per piring. Efektifitas kerja mesin optimum ada pada pencucian 6 piring tanpa menggunakan sabun dan pencucian 10 piring menggunakan sabun, baik dengan noda minyak yang bercampur tepung terigu maupun noda kecap bercampur saus cabai. Kata kunci : Mesin Cuci Piring, Tekanan, waktu, efektifitas i

5 ABSTRACT A design of dishwasher applying the dynamics of fluid had been carried out. The dishwasher has a dimension length of 136,5 cm, width of 66,5 cm and height of 153,8 cm. The machine performance is tested by counting amount of plates washed and how long it takes. There are 2 types of stains were tested, i.e flour mixed with oil stains and soy sauce mixed with chili. In addition it also tests 2 different washing process using soap and without soap. The was used input pressure in the pipeline for a quarter by open position is 20 psi, half-open position is 20,4 psi and fully open position is 20,9 psi. The average water pressure for washing the dishes with flour mixed with oil stains without soap was kg / ms 2 and the averaged time 15,255 seconds per plate. Average water pressure for washing the dishes with flour mixed with oil stains using soap is kg / ms 2 and the averaged time 11,586 seconds per plate. Average water pressure for washing the dishes with soy sauce mixed with chilli sauce stains without soap is 21,278 kg / ms 2 and the averaged time 12,56 seconds per plate. Average water pressure for washing the dishes with flour mixed with oil stains using soap is 21,73 kg / ms 2 and the averaged time 6,035 seconds per plate. The most effective proses of the washing prosses was for 6 dishes without the use of soap and 10 dishes with soap, both with oil stains and stains mixed with soy flour mixed with chilli sauce. Keywords: Dishware, pressure, time, effectiveness ii

6 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah Subhanallahuwataala yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta karunia ilmu kepada hambanya, sehingga atas izin dan perkenaannya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING yang merupakan syarat dalam menyelesaikan studi pada jurusan Fisika Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat berarti dan berharga bagi penulis. Untuk itu pada kesempatan ini penulis sampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua tercinta bapak H. M. Umar dan Ibu Hj. Itanggi serta kakak dan kakak iparku Rijaluddin Umar, ST, Darmawati Umar, S.Pd, Ibrahim, S.Pd, Rahmawaty syahrim, keponakanku tersayang Zakiah, Aisyah, Atikah dan Abdillah dan si pencuri hati Fuad Ramlan, S.Si yang telah memberikan semangat, dukungan baik moril maupun material dan doa restunya. Penulis dengan segala kerendahan hati juga menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada : iii

7 1. Bapak Prof. Dr. rer nat. H. Wira Bahari Nurdin selaku Penasehat Akademik dan Dosen Pembimbing Utama yang telah memberi ide dasar pembuatan tugas akhir ini, yang telah banyak membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Bapak Eko Juarlin, S.Si, M.Si selaku Pembimbing Pertama yang telah memberi masukan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Dra. Bidayatul Armynah, MT, Bapak Dr. Tasrief Surungan dan Bapak Dr. Paulus Lobo Gareso selaku Tim Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan ilmu, saran dan diskusi dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Bapak Prof. Dr. H. Halmar Halide, M.Sc selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNHAS yang telah memberi nasehat kepada penulis 5. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin. Terimakasih atas ilmu dan bimbingannya selama ini semoga ilmunya akan selalu memberikan manfaat untuk semua orang. 6. Bapak staf pegawai Jurusan Fisika : Pak Latief, Pak Ambo Pak Aji Pak Syukur, pak Syahrir, pak Mus dan Pak Ali terima kasih banyak atas bantuan-bantuannya dan penyemangat-penyemangatnya. 7. Bapak staf Pegawai FMIPA UNHAS, terima kasih banyak atas bantuanbantuannya. iv

8 8. Bapak Arman Manajer PT. PLN (Persero) Cabang Makassar Ranting Malino yang telah memberi ijin penulis untuk melaksanakan KKTS di PLN ranting Malino Gowa. 9. Para staf PT. PLN (Persero) Cabang Makassar Ranting Malino yang sudah saya repotkan. 10. Saudara - saudariku Physics 08 terimah kasih untuk semua bantuan, cerita dan Callaanya selama ini, kalian akan selau dihati. FISIKA 2008 Melangkah Bersama Dalam Satu Janji 11. Kakak-kakak senior dan adik-adik di Fisika FMIPA UNHAS terima kasih atas semua bantuannya. 12. Teman-teman SMPN 3 T. Rilau dan SMAN 1 T. Riaja, terimah kasih untuk semua bantuan dan doa-doanya. 13. SAUDARIKU di PONDOK ANANDA 2 Lantai 2 Marni, Anti, Ria, Ihfa makasih untuk semua makanannya, canda tawanya maupun gossip-gosipnya 14. Yang selalu penulis repotkan Fakhry, Culli, dan Emil. Akhir kata, besar harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak dan khususnya bagi perkembangan dunia ilmu pengetahuan di bidang Fisika. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Wassalamualaikum, Wr. Wb Makassar, Oktober 2012 Penulis v

9 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SARI BACAAN.. i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL xi DAFTAR LAMPIRAN xii DAFTAR SIMBOL...xiii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Ruang Lingkup Tujuan. 3 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Mesin Cuci Piring... 4 II.2. Sabun.. 4 II.3. Fluida.. 5 II.4. Tekanan Fluida II.5. Persamaan Kontinuitas II.6. Momentum.. 10 BAB III. METODE PENELITIAN. 12 III.1. Alat dan Bahan vi

10 III.2. Pembuatan dan Pengujian Mesin Cuci Piring Sederhana...13 III.2.1. Pembuatan Mesin Cuci Piring Sederhana. 13 III.2.2. Pengujian Mesin Cuci Piring Sederhana...15 III.3. Bagan Alir Penelitian BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 18 IV.1. Hasil Pengamatan IV.2. Analisis Gerak Fluida pada Mesin Cuci Piring IV.3. Analisis Data IV.3.1. Analisis Kinerja Mesin Cuci Piring 23 IV Uji Cuci Menggunakan Mesin dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu.. 23 IV Uji Cuci Menggunakan Mesin dengan Kecap bercampur Saus Cabai IV.3.2. Analisis Data Uji Cuci Piring secara Manual IV Uji Cuci secara Manual dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu IV Uji Cuci secara Manual dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai IV.3.3 Analisis Data Uji Cuci Piring Menggunakan Mesin Cuci Piring dengan Variasi Posisi Kran IV.4. Pembahasan Hasil Analisis IV.4.1. Analisis Grafik Variabel Proses Pencucian dengan Noda Minyak bercampur Terigu tanpa Menggunakan Sabun 33 IV.4.2. Analisis Grafik Variabel Proses Pencucian dengan Noda Minyak bercampur Terigu dengan Menggunakan Sabun. 35 IV.4.3. Analisis Grafik Variabel Proses Pencucian dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai tanpa Menggunakan Sabun 37 vii

11 IV.4.4. Analisis Grafik Variabel Proses Pencucian dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai dengan Menggunakan Sabun.. 39 IV.4.5. Analisis Grafik Lama Proses Pencucian Piring dengan Noda Minyak bercampur Terigu tanpa Sabun dengan Menvariasikan Posisi Kran IV.4.6. Analisis Grafik Lama Proses Pencucian Piring dengan Noda Minyak bercampur Terigu Menggunakan Sabun dengan Menvariasikan Posisi Kran BAB V. PENUTUP. 45 V.1. Kesimpulan. 45 V.2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN KARTU KONTROL SEMINAR viii

12 DAFTAR GAMBAR Gambar II.1. Dstribusi Kecepatan Untuk Aliran Turbulen dan Laminar. 7 Gambar II.2. Fluida yang inkompresibel yang mengalir dalam pipa dengan penampang yang berubah-ubah. Volume bagian yang berbayang-bayang adalah sama... 9 Gambar III.1. Alat pencuci piring berbentuk baling-baling Gambar III.2. Dudukan Piring Gambar IV.1. Kurva hubungan waktu dengan jumlah piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu tanpa sabun Gambar IV.2. Kurva hubungan volume air terhadap jumlah piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu tanpa sabun Gambar IV.3. Kurva hubungan waktu terhadap jumlah piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu mengunakan sabun Gambar IV.4. Kurva hubungan volume air terhadap jumlah piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu mengunakan sabun. 36 Gambar IV.5. Kurva hubungan waktu terhadap jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun Gambar IV.6. Kurva hubungan volume air terhadap jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun 38 Gambar IV.7. Kurva hubungan waktu dengan jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai menggunakan sabun Gambar IV.8. Kurva hubungan volume air dengan jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai menggunakan sabun Gambar IV.9. Kurva hubungan volume air terhadap posisi kran tanpa ix

13 sabun Gambar IV.10. Kurva hubungan volume air terhadap posisi kran menggunakan sabun x

14 DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Tabel hasil eksperimen noda minyak bercampur terigu tanpa sabun dan menggunakan sabun Tabel IV.2 Tabel hasil eksperimen noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun dan menggunakan sabun Tabel IV.3 Uji cuci menggunakan alat cuci piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu Tabel IV.4 Uji cuci menggunakan alat cuci piring dengan noda kecap bercampur saus cabai. 25 Tabel IV.5 Uji cuci dengan noda minyak bercampur tepung terigu secara manual 27 Tabel IV.6 Uji cuci dengan noda kecap bercampur saus cabai secara manual Tabel IV.7 Hasil eksperimen uji cuci piring dengan menvariasikan posisi kran pada alat cuci piring menggunakan noda minyak bercampur tepung terigu. 31 xi

15 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Data Lampiran 2. Foto-foto penelitian xii

16 DAFTAR SIMBOL P : Tekanan F : Gaya A : Luas ρ : Massa Jenis V : Volume t : Waktu t : Rentang Waktu S : Sabun TS : Tanpa Sabun Tot : Waktu Total v : Kecepatan m : Laju Aliran Massa Q : Debit m : Aliran Massa JP : Jumlah Piring E : Energi π : phi xiii

17 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan produk-produk di Indonesia bukan menjadi suatu hal yang asing lagi di mata masyarakat Indonesia. Selain sudah tidak asing lagi, perkembangan produk-produk di Indonesia juga dapat dikatakan sangat pesat, hal ini terbukti dengan bermunculnya berbagai produk baru yang dikeluarkan oleh perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur [1]. Peralatan rumah tangga akhir-akhir ini sering menjadi fokus bagi perusahaan yang bergerak di bidangnya untuk lebih mengembangkan, membuat terobosan dan membuat inovasi baru dalam menciptakan peralatan rumah tangga. Peralatan yang dibuat, diantaranya adalah peralatan memasak, peralatan kebersihan rumah tangga sampai pada peralatan untuk mencuci, yang tujuannya adalah membantu konsumen, supaya dalam menyelesaikan pekerjaannya dapat lebih efektif, mudah dan efisien [1]. Dalam melakukan pekerjaannya para ibu rumah tangga maupun masyarakat lainnya terutama yang tidak mempunyai pembantu rumah tangga, sering kali mengalami kerepotan dan menggunakan waktu yang lama. Dari sekian banyak pekerjaan yang harus dilakukan, tiap bidang pekerjaan sudah memiliki alat pendukung yang dapat digunakan untuk membantu melakukan pekerjaan, seperti halnya mencuci pakaian, membersihkan karpet/debu dan untuk menanak nasi. 1

18 Tetapi lain halnya untuk mencuci piring, pekerjaan ini biasanya hanya dilakukan secara manual, yaitu hanya menggunakan kedua tangan tanpa adanya alat pendukung yang dapat digunakan [1]. Mencuci piring secara manual biasanya membutuhkan tenaga dan waktu yang lama. Untuk menghemat tenaga dan waktu yang digunakan dalam membersihkan piring secara manual, dibutuhkan suatu tekanan yang besar dari air (fluida). Karena pada dasarnya fluida merupakan bagian dari perubahan bentuk benda, termasuk benda cair. Fluida memiliki kemampuan untuk mengalir atau umumnya kemampuan untuk mengambil bentuk yang sesuai dengan wadah mereka. Sifat ini biasanya dikarenakan ketidakmampuan mereka mempertahankan atau mengembalikan bentuknya. Konsekuensi dari sifat ini adalah hukum Pascal yang menekankan pentingnya tekanan dalam mengkarakterisasi bentuk fluida [1,2]. Karena kebutuhan akan peralatan mesin cuci piring semakin meningkat, dalam penelitian ini dibuat suatu mesin cuci piring sederhana dengan memanfaatkan aplikasi dinamika fluida sebagai mekanisme utama. I.2 Ruang Lingkup Penelitian ini dibatasi pada proses pembuatan mesin cuci piring dengan memanfaatkan aplikasi dinamika fluida, dimana tekanan fluida ini sangat mempengaruhi kecepatan air untuk membersihkan piring. 2

19 I.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Membuat rancangan dan peralatan mesin cuci piring yang sederhana. 2. Membandingkan tekanan air yang diperlukan agar kotoran pada piring dapat terlepas tanpa menggunakan sabun dan menggunakan sabun sebagai komponen pembersih. 3. Menganalisis efektifitas kerja mesin yang dalam bentuk sederhana dinyatakan dalam bentuk jumlah alat makan yang dapat dicuci per satuan waktu. 3

20 BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Mesin Cuci Piring Sebuah mesin cuci piring adalah perangkat mekanis untuk membersihkan piring dan peralatan makan. Pencuci piring dapat ditemukan di restoran dan rumahrumah pribadi. Tidak seperti pencuci piring manual, yang sebagian besar bergantung pada menggosok fisik untuk menghilangkan kotoran, mesin cuci piring ini membersihkan dengan penyemprotan air. Sebuah campuran air dan sabun yang digunakan untuk tujuan pembersihan, diikuti dengan air bersih untuk menghilangkan residu sabun. Beberapa mesin pencuci piring memiliki pencuci dan pembilas periode dalam siklus lengkap. Dalam beberapa pencuci piring, alat bantu pembilasan (juga disebut bilas bantuan) dapat ditambahkan dengan siklus bilas untuk meningkatkan pengeringan dan menghindari noda air yang tersisa pada piring kering [3]. II.2 Sabun Sabun adalah senyawa garam dari asam-asam lemak tinggi, seperti natrium stearat. Aksi pencucian dari sabun dihasilkan dari kekuatan pengemulsian dan kemampuan menurunkan tegangan permukaan dari air. Konsep ini dapat dipahami dengan mengingat kedua sifat ion dari sabun. Sabun mengandung stearat yang terdiri atas ion karboksil dan hidrokarbon. Ion karboksil berada dalam larutan air sedangkan hidrokarbon larut dalam bahan organik (minyak, lemak dan bahan 4

21 organik tidak larut dalam air). Oleh karena itu sabun mengemulsi atau mengsuspensi bahan organik dalam air. Keuntungan utama sabun sebagai bahan pencuci, terjadi dari reaksi dengan kation-kation divalen membentuk garam-garam asam lemak yang tidak larut. Padatan-padatan tidak larut ini, biasanya garamgaram dari Magnesium atau Kalsium. Keduanya tidak seluruhnya efektif seperti bahan-bahan pencuci. Bila sabun digunakan dengan cukup, semua kation divalen dapat dihilangkan oleh reaksinya dengan sabun, dan air yang mengandung sabun berlebih dapat mempunyai kemampuan pencucian dengan kualitas yang baik [4]. II.3 Fluida Fluida adalah suatu zat yang dapat mengalir. Fluida dapat digolongkan ke dalam zat cair dan gas. Molekul-molekul di dalam fluida mempunyai kebebasan lebih besar untuk bergerak sendiri. Dalam zat cair, gaya interaksi antara molekulmolekul yang disebut gaya adhesi masih cukup besar, karena jarak antara molekul-molekul tidak terlalu besar. Akibatnya zat cair masih tampak sebagai suatu kesatuan. Lain halnya dengan gas, molekul gas dapat dianggap sebagai sistem partikel bebas dimana gaya adhesi antar molekul sangat kecil [5]. Fluida dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Kekuatan ikatan molekul dalam fluida jauh lebih kecil dari ikatan molekul dalam zat padat, akibatnya fluida mempunyai hambatan yang relatif kecil pada perubahan bentuk karena geseran [6]. Hambatan kecil yang dapat diberikan fluida melawan geseran disebut kekentalan fluida. Meskipun semua fluida memiliki sifat ini, beberapa bahan lebih kental dari 5

22 pada bahan-bahan lain, dan disebut fluida kental, biasanya digunakan untuk fluida yang kekentalannya relatif besar. Karena kekentalan menghambat perubahan bentuk karena geseran, maka kekentalan cenderung menghalangi aliran fluida, dan karena itu mempunyai peran yang sama seperti gesekan. Hambatan kekentalan terhadap aliran ternyata sebanding dengan kecepatan luncuran relatif dalam fluida kental, maka timbul tegangan geser yang menghambat dan mengendalikan aliran. Hasilnya adalah aliran lancar dan teratur [6]. Tiap partikel fluida bergerak sepanjang suatu jalur tertentu yang disebut sebagai garis alur. Jenis aliran ini disebut sebagai aliran streamline atau aliran laminar. Jika kecepatan aliran bertambah, gaya inersia setahap demi setahap melampaui gaya kekentalan. Suatu kecepatan kritis dicapai jika gaya inersia menjadi sangat besar dibanding gaya kekentalan, sedemikian hingga gaya kekentalan menjadi tidak efektif dalam mengendalikan pola aliran. Pola teratur yang khas pada aliran laminar dalam hal ini akan menghilang, dan partikel-partikel fluida menyimpang dari garis arusnya semula, serta mulai bergerak dengan cara yang sepenuhnya acak. Aliran ini disebut sebagai turbulen [6]. Osborne Reynolds mengamati gejala ini dengan melakukan sejumlah percobaan dengan mengalirkan air melalui tabung gelas. Dengan memasukkan zat warna lewat kawat halus ke dalam tabung, ia dapat menentukan apakah alirannya laminar atau turbulen. Untuk aliran laminar, zat warna tetap berbentuk kawat halus sepanjang tabung, sedang bila alirannya turbulen maka zat warna segera tersebar. Percobaan ini menunjukkan bahwa kecepatan kritis yang berhubungan 6

23 dengan transisi aliran laminar menjadi aliran turbulen, adalah sebanding dengan kekentalan dinamik dan berbanding terbalik dengan massa jenis fluida serta diameter tabung atau pipa. Jadi, zat cair seperti air, yang mempunyai kekentalan dinamik yang rendah (0,01 Ns/m 2 pada 20 0 C) dan massa jenis yang besar (1000 kg/m 3 ), akan mempunyai kecepatan kritis yang sangat rendah, kecuali bila diameter pipa sangat kecil [6]. Untuk aliran laminar lewat pipa-pipa bulat, distribusi kecepatannya pada pipa adalah parabolik, seperti terlihat pada gambar II.1(a). Jika aliran menjadi turbulen, maka distribusi kecepatan berubah menjadi seperti pada gambar II.1(b), dimana kecepatan resultan dalam arah aliran hampir konstan, kecuali pada lapisan-lapisan batas pada dinding-dinding pipa [6]. v maks Distribusi kecepatan untuk aliran Laminar dalam pipa bulat (a) Distribusi kecepatan untuk aliran turbulen dalam pipa bulat (b) Gambar II.1 Distribusi Kecepatan Untuk Aliran Turbulen dan Laminar Sumber : Buku Mekanika Terapan edisi kedua, 1984, hlm. 153 II.4 Tekanan Fluida Fluida berbeda dengan zat padat, yaitu tidak dapat menopang tegangan geser. Jadi fluida berubah bentuk untuk mengisi tabung dengan bentuk apapun. Bila sebuah 7

24 benda tercelup dalam fluida seperti air, fluida mengadakan sebuah gaya yang tegak lurus permukaan benda di setiap titik pada permukaan. Jika benda cukup kecil sehingga kita dapat mengabaikan tiap perbedaan ke dalam fluida, gaya persatuan luas yang diadakan oleh fluida sama di setiap titik pada permukaan benda. Gaya persatuan luas itu dinamakan tekanan fluida (P) [7]. P = F/A (II.1) dimana F adalah gaya yang dialami oleh elemen luas A dari permukaan fluida. Satuan tekanan adalah N/m 2 atau Pascal (Pa). Tekanan merupakan besaran vektor, begitupun dengan gaya. Karena secara mikroskopik, gaya merupakan pertambahan momentum per satuan waktu yang disebabkan oleh tumbukan molekul-molekul fluida di permukaan tersebut. Permukaan ini dapat berupa permukaan batas antara fluida dengan wadahnya [8]. II.5 Persamaan Kontinuitas Gambar II.2 menunjukkan fluida mengalir dalam pipa dengan luas penampang yang berubah-ubah. Bayangan dibagian kiri menunjukkan volume fluida yang mengair ke dalam pipa di titik 1 dalam suatu waktu t. Jika kelajuan fluida di titik ini adalah v 1 dan luas penumpang pipa adalah A 1, maka volume yang mengalir ke dalam pipa dalam waktu t adalah [7] V = A 1 v 1 t (II.2) 8

25 Dengan asumsi bahwa fluida adalah inkompresibel, maka volume fluida yang sama harus mengalir keluar pipa di titik 2 seperti ditunjukkan oleh baying-bayang di bagian kanan. Jika kelajuan di titik ini adalah v 2 dan luas penampang adalah A 2, maka volumenya V = A 2 v 2 t. Karena volume-volume ini sama, maka kita dapatkan [7] A 1 v 1 t = A 2 v 2 t (II.3) A 1 v 1 = A 2 v 2 (II.4) Besaran Av dinamakan laju aliran massa/volume I V. Dimensin I V adalah volume per waktu. dalam aliran fluida inkompresibel yang tunak, laju aliran volume adalah sama di setiap titik dalam fluida: [7] I v = va = konstan (II.5) Persamaan II.5 dinamakan persamaan kontinuitas. V V 1 A 1 V 2 t V 1 t A 2 Gambar II.2 Fluida yang inkompresibel yang mengalir dalam pipa dengan penampang yang berubah-ubah. Volume bagian yang berbayang-bayang adalah sama. Sumber : Buku Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid 1, 1998, hal

26 II. 6 Momentum Momentum didefinisikan sebagai perkalian massa dengan kecepatan. Apabila membahas benda tegar, massa muncul sebagai kesatuan yang diskrit, namun dalam proses aliran zat cair, massa tidak saja kontinu tetapi juga diganti terus menerus. Karena itu massa lebih mudah didefinisikan sebagai jumlah zat cair yang melalui penampang tertentu tiap satuan waktu atau aliran massa. Arus zat cair yang mempunyai luas penampang A dan kecepatan v [6] : Q = Av (II.6) m = ρav (II.7) dengan ρ adalah rapat massa zat cair. Momentum massa zat cair yang melewati suatu penampang dalam satu satuan waktu adalah perkalian ρav dengan v. Jadi, untuk arus zat cair [6] : momentum per satuan waktu = ρav 2 (II.8) Berdasarkan hukum kedua Newton yang menyatakan perubahan momentum suatu benda itu sebanding dengan gaya yang bekerja pada benda tersebut. Dengan kata lain gaya aliran fluida terjadi karena adanya perubahan kecepatan aliran [9]. F = ρ. Q. (v 2 v 1 ) (II.9) Karena laju aliran massa m = ρ. A. v = ρ. Q, persamaan di atas menjadi F = m (v 2 v 1 ) (II.10) 10

27 Dimana : F = gaya yang bekerja pada benda (N) Q = debit aliran (m 3 /s) m = aliran massa (kg/s) v 2 = kecepatan pada penampang 2 (m/s) v 1 = kecepatan pada penampang 1 (m/s) 11

28 BAB III METODOLOGI III.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pembuatan mesin cuci piring ini adalah sebagai berikut: - Pressure Gauge; nilai pengukuran max 60 psi dan skala terkecil 1 psi - Bor - Stop watch nilai pengukuran max 99 jam dan skala terkecil 0,1 detik - Jangka sorong; nilai pengukuran max 120 mm dan skala nonius 0,1 mm - Gelas ukur; ada 2 jenis yaitu : 1. Nilai pengukuran max 1000ml dan nilai pengukuran min 100ml. 2. Nilai pengukuran max 25ml dan nilai pengukuran min 5ml - Penggaris/meteran - Gergaji - Mesin pompa; Daya listrik 125 Watt, tegangan 220 V dan frekuensi 50 Hz - Mesin las Bahan yang digunakan dalam pembuatan mesin cuci piring ini adalah sebagai berikut: - Rotary sprinkler - Sabun 12

29 - Pipa PVC - Pipa Aluminium - Fitting - Lem pipa - Lem besi - Piring - Air - Ember - Solatipe seel (plester air) - Kran air - Besi beton 10 mm - Karet - Noda Makanan (Minyak,Tepung Terigu, Kecap dan Saus Cabai) III.2 Pembuatan dan Pengujian Mesin Cuci Piring Sederhana III.2.1 Pembuatan Mesin Cuci Piring Sederhana Pada pembuatan mesin cuci piring ini, terlebih dahulu dibuat sketsa gambar untuk menentukan bahan yang akan di gunakan dalam perancangan ini. 1. Bodi mesin Terbuat dari plastik dengan tinggi 80,8 cm dan lebar 66,5 cm. 2. Baling-baling Terbuat dari alat penyiram tanaman (Rotary Sprinkler) yang kemudian dimodifikasi dengan Pipa Aluminium. Panjang baling-baling ini yaitu 23 cm dan berdiameter 1,07 cm. Di setiap baling-baling terdapat 3 lubang 13

30 dengan diameter 0,15 cm bersudut 90 0 dan 1 lubang dengan diameter 0,43 cm dengan sudur 20 0 terhadap bidang horizontal. setiap jarak antar lubang diberi pemberat yang terbuat dari pipa aluminium. Gambar III.1 Alat pencuci piring berbentuk baling-baling 3. Dudukan piring Dudukan piring ini digunakan sebagai tempat meletakkan piring kotor yang akan dicuci. Terbuat dari besi beton yang berukuran 10 mm dengan tinggi 30 cm dan diameter 48,4 cm. Diameter untuk tempat piring adalah 21,5 cm. 30 cm Gambar III.2 Dudukan piring 14

31 III.2.2 Pengujian Mesin Cuci Piring Sederhana Pengujian mesin cuci piring dilakukan dengan menghitung tekanan air yang diperlukan agar kotoran pada piring dapat terlepas dengan memanfaatkan sabun sebagai komponen pembersih dan menganalisis efisiensi kerja mesin. Langkah kerja pengambilan data pengujian dilakukan sebagai berikut : 1. Peralatan dirangkai seperti pada gambar berikut : 83 cm B 73cm A E C 90,8 cm 43,5 cm D 80,8cm 59cm F G Keterangan gambar : A. Tempat mengalirnya air ( pipa alir ) B. Alat pengukur tekanan air (Pressure Gauge) C. Tempat putaran air ( Baling-baling ) D. Dudukan piring E. Bodi mesin F. Mesin pompa G. Sumber air 15

32 2. Memberikan noda pada piring kemudian menyusunnya di rak piring 3. Memompa dan membuka kran air agar air dapat mengalir di pipa. 4. Menghitung tekanan air yang masuk menggunakan alat pressure gauge. 5. Menghitung efektifitas (lama) kerja mesin. 6. Menghitung volume air yang digunakan untuk membersihkan piring dengan gelas ukur 7. Menghitung efisiensi kerja mesin dengan memperhatikan kebersihan piring, apakah piring tersebut masih licin atau tidak. 8. Mengulang prosedur no 2 sampai no 7 menggunakan sabun pencuci piring. 16

33 III.3 Bagan Alir Penelitian Mulai Persiapan alat dan bahan Perancangan alat dan bahan Proses perakitan Pengujian dengan sabun dan tanpa sabun Analisis data desain dan hasil pengujian BAB Selesai IV 17

34 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengamatan Telah dibuat mesin cuci piring sederhana dengan panjang 136,5 cm, lebar 66,5 cm dan tinggi 153,8 cm. Pipa yang digunakan berupa pipa PVC dengan ukuran ¾. Langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian (test run), yang dilakukan untuk pengujian mesin cuci piring ini dengan cara menghitung analisis perancangan mesin cuci piring dan pengujian secara langsung pada alat dengan menggunakan alat ukur. Dari hasil pengujian dengan menggunakan alat ukur didapatkan besaran waktu, volume dan tekanan seperti yang ditunjukkan pada tabel IV.1 dan IV.2. Ketika eksperimen berlangsung, waktu membersihkan piring dicatat. Setelah waktu diketahui, volume air yang digunakan untuk membersihkan piring kotor dapat diketahui dengan menggunakan gelas ukur. Setelah waktu dan volume diketahui, dilakukan pengujian tekanan air menggunakan alat ukur tekanan pressure gauge, tekanan air yang diukur merupakan tekanan air yang masuk (tekanan air yang mengalir melalui pipa pvc). Tekanan air yang diukur menggunakan alat ukur pressure gauge pada posisi kran 0.25 (seperempat terbuka), 0.5 (seperdua terbuka) dan 1 (terbuka penuh) berturut-turut adalah 20 psi (13,679 x10 4 kg/ms 2 ), 20,4 psi (13,952 x10 4 kg/ms 2 ) dan 20,9 psi (14,294x10 4 kg/ms 2 ). Selain menggunakan alat ukur tekanan (pressure gauge), 18

35 tekanan dapat diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan persamaan (II.1), tekanan air yang dihitung merupakan tekanan air yang keluar untuk membersihkan piring kotor. Setelah waktu, volume dan tekanan diketahui dilakukan perbandingan besaran-besaran dengan teknik mencuci piring secara manual. Tabel IV.1 Tabel Hasil Eksperimen Noda Minyak bercampur Terigu tanpa Sabun dan Menggunakan Sabun No Jumlah Piring Noda Minyak bercampur Tepung Terigu Tanpa Sabun Menggunakan Sabun waktu (s) Volume (m 3 ) waktu (s) Volume (m 3 ) x x x x x x x x x x10-3 Tabel IV.2 Tabel Hasil Eksperimen Noda Kecap bercampur Saus Cabai tanpa Sabun dan Menggunakan Sabun No Jumlah Piring Noda Kecap bercampur Saus Cabai Tanpa Sabun Menggunakan Sabun waktu (s) Volume (m 3 ) waktu (s) Volume (m 3 ) x x x x x x x x x x

36 Sabun merupakan komponen pembersih dalam mencuci piring. Cara memasukkan sabun dalam pencucian ini dilakukan oleh mesin pompa. Air sabun dialiri melalui pipa dengan bantuan baling-baling air sabun keluar membasahi kotoran yang melekat pada piring. Noda yang digunakan yaitu noda yang bersal dari campuran kecap dengan saus cabai dan minyak dengan tepung terigu. Noda ini dipilih karena melihat situasi sekarang ini, kebanyakan warung makan menyediakan jenis makanan yang berminyak dan kebanyakan mahasiswa senang memberikan kecap ataupun saus cabai kedalam makanannya sebagai pelengkap. Cara mengotori piring yaitu dengan mengambil jenis noda yang sengaja dibuat kemudian menuangkan keatas piring, Noda tersebut kemudian diratakan seperti jika piring tersebut selesai digunakan. Berikut ini diberikan data hasil pengamatan yang secara skematis diberikan sebagai berikut : 1. Analisis gerak fluida pada mesin cuci piring 2. Analisis data 3. Pembahasan hasil analisis IV.2 Analisis Gerak Fluida pada Mesin Cuci Piring Analisis dilakukan untuk menentukan ukuran alat yang dapat menghasilkan energi untuk memutar baling-baling dan membersihkan kotoran yang melekat pada piring. Dalam hal ini berlaku persamaan : 20

37 E = P V IV.1 dimana E, P, V masing-masing adalah energi, tekanan dan volume fluida. Energi ini digunakan untuk membersihkan kotoran yang melekat pada piring dan memutar baling-baling. Dengan asumsi bahwa energi keluar air dengan θ = 90 0 sebagai energi untuk membersihkan kotoran yang melekat pada piring dan energi keluar air dengan θ = 20 0 adalah energi untuk memutar baling-baling. Luas baling-baling dapat dihitung dengan menggunakan persamaan: A = 1 4 πd2 IV.2 Sedangkan energi air tergantung pada tekanan, kecepatan dan waktu. Tekanan air yang terdapat pada pipa disetiap baling-baling dapat dihitung dengan menggunakan persamaan yang telah diturunkan dari persamaan II.1: P = ρqv A IV.3 IV.3 Analisis Data Pengujian alat dilakukan setelah melalui proses pembuatan dan perakitan alat mesin cuci piring. Pengambilan data dilakukan melalui 2 tahap. Tahap pertama pencucian piring dengan menggunakan air tanpa sabun dan tahap kedua dengan menggunakan air dan sabun. Begitupun pengambilan data untuk mencuci piring secara manual dilakukan melalui 2 tahap. 21

38 Masing-masing tahap ini dilakukan sebanyak 5 kali dengan menggunakan piring, dengan jumlah yang berbeda yaitu : 2 piring, 4 piring, 6 piring, 8 piring dan 10 piring, namun posisi krannya sama yaitu posisi 1 (terbuka penuh). Noda yang digunakan sebagai kotoran terdiri atas 2 macam yaitu noda minyak bercampur tepung terigu dan noda kecap bercampur saus cabai. Data yang diperoleh berasal dari pengujian dengan mesin cuci piring dan mencuci piring secara manual. Besaran yang diperoleh adalah waktu (s) dan volume (m 3 ) dari besaran ini dapat diketahui tekanan dan energi fluida untuk membersihkan kotoran yang melekat pada piring Dalam sub bab ini, tekanan diperoleh dengan cara menghitung menggunakan persamaan (II.1) yang telah diturunkan. 22

39 Tanpa Sabun Dengan Sabun IV.3.1. Analisis Kinerja Mesin Cuci Piring IV Uji Cuci Menggunakan Mesin dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu Tabel IV.3 Uji Cuci Menggunakan Alat Cuci Piring dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu MT No JP Keterangan: t (s) S TS TOT V (10 3 ) m 3 Q 10 4 m 3 /s v m/s F (10-4 ) kgm/s 2 P kg/ms 2 E (10 2 ) kgm 2 /s JP : jumlah piring ; t : waktu ; V : volume ; Q : debit ; F : gaya ; p : tekanan ; E : energi; S : sabun ; TS : Tanpa Sabun ; TOT : waktu total Berdasarkan tabel IV.3 diperoleh hasil uji coba eksperimen pencucian piring yang diberi noda minyak bercampur tepung terigu tanpa sabun sebagai komponen pembersih, diperoleh hasil pengukuran bahwa pencucian 2 piring memerlukan 23

40 waktu pencucian 39 detik atau dibutuhkan waktu rata-rata 19,5 detik per satu piring dan volume air 10,79 x 10-3 m 3 dengan tekanan 21,55 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai sebesar 23,25 x 10-2 kgm 2 /s 2. Nilai efektif akan didapatkan pada percobaan 6 piring dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan per piring adalah 13,5 detik dan volume air 20,36 x 10-3 m 3 per 6 piring dengan tekanan 17,83 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai sebesar 36,3x10-2 kgm 2 /s 2. Sedangkan hasil uji coba eksperimen pencucian piring yang diberi kotaran berupa noda minyak dan tepung terigu dengan sabun sebagai komponen pembersih, diperoleh hasil pengukuran pencucian 2 piring membutuhkan waktu 31 detik atau 15,5 detik per satu piring dan volume air 8,1 x 10-3 m 3 dengan tekanan 19,28 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai 15,67x 10-2 kgm 2 /s 2 dan akan lebih efektif jika jumlah piring ditambah. Nilai efektif terjadi pada pencucian 10 piring yang membutuhkan waktu 91 detik atau dibutuhkan waktu rata-rata 9,1 detik per satu piring dengan volume 24,76 x 10-3 m 3 dan tekanan 20,97kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai 51,92 x 10-2 kgm 2 /s 2. Volume air yang digunakan pada proses pencucian piring diketahui dari pengukuran dengan menggunakan gelas ukur. Sehingga debit (Q) dapat dihitung dari volume (V) dibagi dengan waktu total yang digunakan pada proses pencucian. Luas lubang tempat keluarnya air adalah 59,37 x 10 4 m 2 sehingga kecepatan air dapat dihitung dari debit (Q) dibagi luas lubang penampang (A). Gaya yang bekerja pada air dihitung dari perkalian rho (ρ), debit (Q) dan kecepatan (v). Tekanan dapat diketahui dari pembagian Gaya (F) dan luas (A). Jadi Energi (E) dapat diketahui dari perkalian tekanan (P) dan volume (V). 24

41 Tanpa Sabun Dengan Sabun IV Uji Cuci Menggunakan Alat dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai Tabel IV.4 Uji Cuci Menggunakan Alat Cuci Piring dengan Noda Kecap bercampur saus cabai MT No JP Keterangan: t (s) S TS TOT V (10 3 ) m 3 Q 10 4 m 3 /s v m/s F (10-4 ) kgm/s 2 P kg/ms 2 E (10 2 ) kgm 2 /s JP : jumlah piring ; t : waktu ; V : volume ; Q : debit; F : gaya ; p : tekanan ; E : energi; S : sabun ; TS : Tanpa Sabun ; Tot : waktu total Berdasarkan tabel IV.4 diperoleh hasil uji coba eksperimen pencucian piring yang diberi noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun sebagai komponen pembersih bahwa pencucian 2 piring memerlukan waktu pencucian 31 sekon atau dibutuhkan waktu rata-rata 15,5 sekon per satu piring dan volume air 8,49 x

42 m 3 dengan tekanan 21,10 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai sebesar 17,91 x 10-2 kg/m 2 s 2. Nilai efektif akan didapatkan pada pencucian 6 piring dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan per satu piring adalah 10,5 sekon dan volume air 17,42 x 10-3 m 3 dengan tekanan 21,55 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai sebesar 37,54 x 10-2 kg/m 2 s 2. Sedangkan hasil uji coba eksperimen pencucian piring dengan sabun sebagai komponen pembersih, diperoleh hasil pengukuran pecucian 2 piring akan membutuhkan waktu 28 detik dengan volume air 7,61 x 10-3 m 3 tekanan 20,8 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai sebesar 15,82x10-2 kg/m 2 s 2 dan akan lebih efektif jika jumlah piring ditambah. Nilai efektif akan didapat pada pencucian 10 piring kotor dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan per satu piring adalah 8,3 detik dan volume air 23,41 x 10-3 m 3 dengan tekanan 22,5 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai sebesar 50,8 x 10-2 kg/m 2 s 2. Volume air yang digunakan pada proses pencucian piring diketahui dari pengukuran dengan menggunakan gelas ukur. Sehingga debit (Q) dapat dihitung dari volume (V) dibagi dengan waktu total yang digunakan pada proses pencucian. Luas lubang tempat keluarnya air adalah 59,37 x 10 4 m 2 sehingga kecepatan air dapat dihitung dari debit (Q) dibagi luas lubang penampang (A). Gaya yang bekerja pada air dihitung dari perkalian rho (ρ), debit (Q) dan kecepatan (v). Tekanan dapat diketahui dari pembagian Gaya (F) dan luas (A). Jadi Energi (E) dapat diketahui dari perkalian tekanan (P) dan volume (V). 26

43 Tanpa Sabun Dengan Sabun IV.3.2 Analisi Data Uji Cuci Piring secara Manual Pengambilan data untuk menguji kinerja mesin dilakukan dengan pencucian piring secara manual dengan menggunakan sabun dan tanpa menggunakan sabun. IV Uji Cuci secara Manual dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu Tabel IV.5 Uji Cuci dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu secara Manual MT No JP t (s) B S BB TOT V (10 3 ) m 3 Q 10 4 m 3 /s v m/s F (10-4 ) kgm/s 2 P kg/ms 2 E (10 3 ) kgm 2 /s Keterangan: JP : jumlah piring ; t : waktu ; V : volume ; Q : debit ; F : gaya ; p : tekanan ; E : energi; B: bilas 1 ; S : sabun ; BB : Bilas Bersih ; TOT : waktu total 27

44 Dari hasil eksperimen pencucian piring secara manual yang diberi noda minyak bercampur tepung terigu ditunjukkan pada tabel IV.5 diperoleh hasil pengukuran bahwa pencucian 2 piring tanpa sabun memerlukan waktu pencucian 27 detik atau dibutuhkan waktu rata-rata 13,5 detik per satu piring dan volume air 3,75 x 10-3 m 3 dengan tekanan 1,01 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai 3,82 x 10-3 kg/m 2 s 2. Sedangkan Pencucian 2 piring dengan menggunakan sabun waktu yang diperlukan 42 detik, lebih lama dibanding tidak menggunakan sabun dan volume air yang digunakan juga lebih banyak yaitu 4.03 x 10-3 m 3 dengan tekanan 1,11 kgm/s 2 sehingga energi yang terpakai 4.43x 10-3 kg/m 2 s 2. Nilai efektif didapat pada proses pencucian 2 piring baik menggunakan sabun maupun tanpa sabun. Volume air yang digunakan pada proses pencucian piring diketahui dari pengukuran dengan menggunakan gelas ukur. Air yang digunakan berasal dari waktu proses bilas pertama (B) ditambah dengan proses bilas bersih (BB). sehingga debit dapat dihitung dari volume (V) dibagi dengan waktu bilas pertama (B) ditambah waktu bilas bersih (BB). Luas lubang tempat keluarnya air adalah 1,36 x 10 4 m 2 sehingga kecepatan air dapat dihitung dari debit (Q) dibagi luas lubang penampang (A). Gaya yang bekerja pada air dihitung dari perkalian rho (ρ), debit (Q) dan kecepatan (v). Tekanan dapat diketahui dari pembagian Gaya (F) dan luas (A). Jadi Energi (E) dapat diketahui dari perkalian tekanan (P) dan volume (V). 28

45 Tanpa Sabun Dengan Sabun IV Uji Cuci secara Manual dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai Tabel IV.6 Uji Cuci dengan Noda Kecap bercampur Saus cabai secara Manual MT No JP t (s) B S BB TOT V (10 3 ) m 3 Q 10 4 m 3 /s v m/s F (10-4 ) kgm/s 2 P kg/ms 2 E (10 3 ) kgm 2 /s Keterangan: JP : jumlah piring ; t : waktu ; V : volume ; Q : debit ; F : gaya ; p : tekanan ; E : energi; B: bilas 1 ; S : sabun ; BB : Bilas Bersih ; TOT : waktu total Dari hasil eksperimen pencucian piring secara manual yang diberi noda kecap bercampur saus cabai ditunjukkan pada tabel IV.6 diperoleh hasil pengukuran bahwa pencucian 2 piring tanpa sabun memerlukan waktu pencucian 15 detik atau dibutuhkan waktu rata-rata 7,5 detik per satu piring dan volume air 1,71 x10-3 m 3 dengan tekanan 0,69 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai sebesar 1,17 x

46 kg/m 2 s 2. Pada proses pencucian 2 piring didapatkan nilai efektif. Sedangkan Pencucian 2 piring dengan menggunakan sabun waktu yang diperlukan 36 detik, lebih lama dibanding tidak menggunakan sabun dan volume air yang digunakan juga lebih banyak yaitu 3,8 x 10-3 m 3 dengan tekanan 0,74 kg/ms 2 sehingga energi yang terpakai 2,81x10-3 kg/m 2 s 2. Nilai efektif didapatkan pada percobaan 4 piring dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan 13,5 per satu piring dengan volume 4.38 x 10-3 m 3 dan tekanan 0,77 kg/ms 2, sehingga energi yang terpakai 3,37 x 10-7 kg/m 2 s 2. Volume air yang digunakan pada proses pencucian piring diketahui dari pengukuran dengan menggunakan gelas ukur. Air yang digunakan berasal dari waktu proses bilas pertama (B) ditambah dengan proses bilas bersih (BB). sehingga debit dapat dihitung dari volume (V) dibagi dengan waktu bilas pertama (B) ditambah waktu bilas bersih (BB). Luas lubang tempat keluarnya air adalah 1,36 x 10 4 m 2 sehingga kecepatan air dapat dihitung dari debit (Q) dibagi luas lubang penampang (A). Gaya yang bekerja pada air dihitung dari perkalian rho (ρ), debit (Q) dan kecepatan (v). Tekanan dapat diketahui dari pembagian Gaya (F) dan luas (A). Jadi Energi (E) dapat diketahui dari perkalian tekanan (P) dan volume (V). IV.3 Analisis Data Uji Cuci Piring menggunakan Mesin Cuci Piring dengan Variasi Posisi Kran Berdasarkan data pada tabel IV.1-IV.6, diambillah jenis kotoran yang paling lama dibersihkan dengan jumlah piring yang paling banyak, kemudian melakukan pengujian pada kinerja mesin menggunakan sabun maupun tanpa sabun dengan 30

47 T Sabun dgn Sabun menvariasikan posisi kran di mesin cuci piring tersebut. Selanjutnya diperoleh data dan disajikan seperti tabel IV.7. Tabel IV.7 Hasil Eksperimen Uji Cuci Piring dengan Menvariasikan Posisi Kran pada Alat Cuci Piring Menggunakan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu N o d a N o PK t (s) S TS TOT V (10 3 ) m 3 Q 10 4 m 3 /s v m/s F (10-4 ) kgm/s 2 P kg/ms 2 E (10 2 ) kgm 2 /s Keterangan: t : waktu ; V : volume ; PK : Posisi kran ; Q : debit ; F : gaya ; p : tekanan ; E : energi; S : sabun ; TS : Tanpa Sabun ; TOT : waktu total Berdasarkan tabel di IV.7 nilai efektif pada pengujian mencuci 10 piring tanpa menggunakan sabun dengan variasi posisi kran terjadi pada percobaan 3 yaitu dengan posisis kran 1 (terbuka penuh), waktu yang dibutuhkan yaitu 139 detik atau 13,9 detik per satu piring dengan jumlah volume air yang digunakan yaitu 36,71x10-3 m 3, dan tekanan 19,74 kg/ms 2, sehingga energi yang terpakai sebesar 72,46x10 2 kg/m 2 s 2. Sedangkan waktu paling lama terjadi pada posisi kran

48 (seperempat terbuka) dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 18,6 detik per satu piring dan membutuhkan volume air yang banyak yaitu 52,7x10-3 m 3 dan dan tekanan 22,68 kg/m s 2, sehingga energi yang terpakai sebesar 119,52 x 10-2 kgm 2 /s 2. Mencuci piring dengan menggunakan sabun, waktu yang dibutuhkan untuk 10 piring hanya 91 detik untuk posisi kran 1 (terbuka penuh) dengan asumsi 9,1 detik untuk pencucian per satu piring dengan volume air yang digunakan sekitar 24,76 x 10-3 m 3, dan tekanan 20,97 kg/m s 2, sehingga energi yang terpakai sebesar 51,92 x 10-2 kgm 2 /s 2. Sedangkan waktu paling lama terjadi pada posisi kran 0.25 (seperempat terbuka) dengan waktu yang dibutuhkan yaitu 160 detik per satu piring dan membutuhkan volume air yang banyak yaitu 43,72 x 10-3 m 3 dan tekanan 20,8 kg/ms 2, sehingga energi yang terpakai sebesar 90,93 x 10-2 kgm 2 /s 2. Jadi mencuci piring dengan sabun jauh lebih efektif dibanding tanpa sabun sebagai komponen pembersih, selain itu tekanan dan energi yang digunakan lebih sedikit. Volume air yang digunakan pada proses pencucian piring diketahui dari pengukuran dengan menggunakan gelas ukur. Sehingga debit (Q) dapat dihitung dari volume (V) dibagi dengan waktu total yang digunakan pada proses pencucian (TOT). Luas lubang tempat keluarnya air adalah 59,37 x 10 4 m 2 sehingga kecepatan air dapat dihitung dari debit (Q) dibagi luas lubang penampang (A). Gaya yang bekerja pada air dihitung dari perkalian rho (ρ), debit (Q) dan kecepatan (v). Tekanan dapat diketahui dari pembagian Gaya (F) 32

49 Waktu (s) dan luas (A). Jadi Energi (E) dapat diketahui dari perkalian tekanan (P) dan volume (V). IV.4 Pembahasan Hasil Analisis IV.4.1 Analisis Grafik Variabel Proses Pencucian dengan Noda Minyak bercampur Terigu tanpa Menggunakan Sabun Jumlah Piring Alat Manual Gambar IV.1 Kurva Hubungan Waktu terhadap Jumlah Piring dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu tanpa Sabun Dari Gambar IV.1 menunjukkan kurva hubungan waktu terhadap jumlah piring dengan noda minyak bercampur terigu tanpa sabun bahwa ada hubungan waktu dan jumlah piring pada proses pencucian. Semakin banyak piring yang akan dicuci maka waktu yang diperlukan semakin lama. Mencuci piring dengan alat tanpa menggunakan sabun lebih lama dibanding mencuci piring secara manual. hal ini disebabkan karena mencuci piring dengan alat hanya membutuhkan 33

50 tekanan dari penyemprotan baling-baling sedangkan mencuci piring secara manual selain menggunakan tekanan dari air juga dibantu tenaga (tangan) manusia sehingga kotoran pada piring lebih cepat hilang dan waktu yang digunakan juga sedikit Volume air x 10-3 m Alat Manual Jumlah Piring Gambar IV.2 Kurva Hubungan Volume Air terhadap Jumlah Piring dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu tanpa Sabun Dari Gambar IV.2 menunjukkan kurva hubungan volume air terhadap jumlah piring dengan noda minyak bercampur terigu tanpa sabun bahwa jumlah piring mempengaruhi volume air yang digunakan dalam proses pencucian piring kotor. Semakin banyak piring yang akan dicuci maka jumlah air yang dibutuhkan untuk mencuci piring semakin meningkat. Mencuci piring tanpa menggunakan sabun dengan alat membutuhkan volume air yang lebih banyak dibanding mencuci piring secara manual. Hal ini disebabkan karena menggunakan alat proses pencucian piring dibantu tekanan air yang keluar dari 9 lubang dengan 3 lubang 34

51 Waktu (s) yang berbeda pada baling-baling. Sedangkan pada proses pencucian piring secara manual dilakukan secara umum yang hanya menggunakan 1 lubang tempat keluarnya air, sehingga volume air yang digunakan lebih sedikit. IV.4.2 Analisis Grafik Lama Proses Pencucian dengan Noda Minyak bercampur Terigu dengan Sabun Alat Manual Jumlah Piring Gambar IV.3 Kurva Hubungan waktu terhadap Jumlah Piring dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu Menggunakan Sabun Dari Gambar IV.3 menunjukkan kurva hubungan waktu terhadap jumlah piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu menggunakan sabun, bahwa ada hubungan antara waktu dan jumlah piring pada proses pencucian piring. Semakin banyak piring yang dicuci maka waktu yang dibutuhkan juga semakin lama. Mencuci piring menggunakan sabun dengan alat lebih cepat bersih dibanding mencuci piring secara manual. Hal ini disebabkan karena mencuci piring dengan 35

52 alat, proses pencuciannya tidak rumit, dimana proses pembersihan dengan sabun dilakukan dengan teknik penyemprotan seperti pada proses pembilasan. Sedangkan secara manual proses pencucian dengan sabun harus menggunakan tangan sehingga waktu yang digunakan lama. Hal ini disebabkan karena pada proses pembersihan dengan menggunakan sabun dilakukan secara satu persatu pada piring Volume air x 10-3 m Alat Manual Jumlah Piring Gambar IV.4 Kurva Hubungan Volume Air terhadap Jumlah Piring dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu Menggunakan Sabun Dari Gambar IV.4 menunjukkan kurva hubungan volume air terhadap jumlah piring dengan noda minyak bercampur terigu menggunakan sabun bahwa jumlah piring mempengaruhi volume air yang digunakan dalam proses pencucian piring kotor. Semakin banyak piring yang akan dicuci maka jumlah air yang dibutuhkan untuk mencuci piring semakin meningkat. Mencuci piring menggunakan sabun dengan alat membutuhkan volume air yang lebih banyak dibanding mencuci 36

53 Waktu (s) piring secara manual. Hali ini disebabkan karena menggunakan alat proses pencucian piring dibantu tekanan air yang keluar dari 9 lubang dengan 3 lubang yang berbeda pada baling-baling. Sedangkan pada proses pencucian piring secara manual dilakukan secara umum yang hanya menggunakan 1 lubang tempat keluarnya air, sehingga volume air yang digunakan lebih sedikit. IV.4.3 Analisis Grafik Lama Proses Pencucian dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai tanpa Menggunakan Sabun Alat Manual Jumlah Piring Gambar IV.5 Kurva Hubungan Waktu terhadap Jumlah Piring dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai tanpa Sabun Dari Gambar IV.5 menunjukkan kurva hubungan waktu terhadap jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai tanpa menggunakan sabun bahwa ada hubungan waktu dan jumlah piring pada proses pencucian. Semakin banyak piring yang akan dicuci maka waktu yang diperlukan semakin lama. Mencuci piring 37

54 dengan alat tanpa menggunakan sabun lebih lama dibanding mencuci piring secara manual. hal ini disebabkan karena mencuci piring dengan alat hanya membutuhkan tekanan dari penyemprotan baling-baling sedangkan mencuci piring secara manual selain menggunakan tekanan dari air juga dibantu tenaga (tangan) manusia sehingga kotoran pada piring lebih cepat hilang dan waktu yang digunakan juga sedikit Volume x 10-3 m Alat Manual Jumlah Piring Gambar IV.6 Kurva Hubungan Volume Air terhadap Jumlah Piring dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai tanpa Sabun Dari Gambar IV.6 menunjukkan kurva hubungan volume terhadap jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun bahwa jumlah piring mempengaruhi volume air yang digunakan dalam proses pencucian piring kotor. Semakin banyak piring yang akan dicuci maka jumlah air yang dibutuhkan untuk mencuci piring semakin meningkat. Mencuci piring tanpa menggunakan sabun dengan alat membutuhkan volume air yang lebih banyak dibanding mencuci 38

55 Waktu (s) piring secara manual. Hal ini disebabkan karena menggunakan alat proses pencucian piring dibantu tekanan air yang keluar dari 9 lubang dengan 3 lubang yang berbeda pada baling-baling. Sedangkan pada proses pencucian piring secara manual dilakukan secara umum yang hanya menggunakan 1 lubang tempat keluarnya air, sehingga volume air yang digunakan lebih sedikit. IV.4.4 Analisis Grafik Lama Proses Pencucian dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai Menggunakan Sabun Alat Manual Jumlah Piring Gambar IV.7 Kurva Hubungan Waktu terhadap Jumlah Piring dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai Menggunaka Sabun Dari Gambar IV.7 menunjukkan kurva hubungan waktu terhadap jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai menggunakan sabun, bahwa ada hubungan antara waktu dan jumlah piring pada proses pencucian piring. Semakin banyak piring yang dicuci maka waktu yang dibutuhkan juga semakin lama. 39

56 Mencuci piring menggunakan sabun dengan alat lebih cepat bersih dibanding mencuci piring secara manual. Hal ini disebabkan karena mencuci piring dengan alat, proses pencuciannya tidak rumit, dimana proses pembersihan dengan sabun dilakukan dengan teknik penyemprotan seperti pada proses pembilasan. Sedangkan secara manual proses pencucian dengan sabun harus menggunakan tangan sehingga waktu yang digunakan lama. Hal ini disebabkan karena pada proses pembersihan secara manual dengan menggunakan sabun dilakukan secara satu persatu pada piring sehingga menyebabkan kelelahan pada manusia sehingga grafik untuk pencucian piring secara manual yang terdapat pada gambar IV.7 sedikit melengkung. 25 Volume air x 10-3 m Alat Manual Jumlah Piring Gambar IV.8 Kurva Hubungan Volume Air terhadap Jumlah Piring dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai Menggunakan Sabun Dari Gambar IV.8 menunjukkan kurva hubungan volume air terhadap jumlah piring dengan noda kecap bercampur saus cabai menggunakan sabun bahwa 40

57 jumlah piring mempengaruhi volume air yang digunakan dalam proses pencucian piring kotor. Semakin banyak piring yang akan dicuci maka jumlah air yang dibutuhkan untuk mencuci piring semakin meningkat. Mencuci piring menggunakan sabun dengan alat membutuhkan volume air yang lebih banyak dibanding mencuci piring secara manual. Hal ini disebabkan karena menggunakan alat proses pencucian piring dibantu tekanan air yang keluar dari 9 lubang dengan 3 lubang yang berbeda pada baling-baling. Sedangkan pada proses pencucian piring secara manual dilakukan secara umum yang hanya menggunakan 1 lubang tempat keluarnya air, sehingga volume air yang digunakan lebih sedikit. IV.4.5 Analisis Grafik Lama Proses Pencucian Piring dengan Noda Minyak bercampur Terigu tanpa Sabun dengan Menvariasikan Posisi Kran Volume air x 10-3 m y = x Posisi Kran Gambar IV.9 Kurva Hubungan Volume Air terhadap Posisi Kran Tanpa Sabun 41

58 Pada Gambar IV.9 ditunjukkan bahwa ada hubungan tekanan air pada posisi kran terbuka (seperempat terbuka pada 0.25, seperdua terbuka pada 0.5 dan terbuka penuh pada 1) terhadap volume air, semakin kecil tekanan air pada posisi kran terbuka yang diberikan maka jumlah volume air yang dibutuhkan untuk mencuci piring akan semakin besar. Dari grafik dapat dilihat garis lurus dengan nilai minimum 36,71 x 10 3 m 3 dan nilai maksimum 52,7 x 10 3 m 3, sehingga dapat diketahui persamaan garis y = -20,67x+56,89, atau persamaan umum dari garis lurus adalah y = f (x) = ax + b yang artinya jika y adalah peubah tidak bebas karena bergantung pada y, dan x adalah peubah tidak bebas karena bergantung pada y, maka y f x. Jadi persaamaan garis y = -20,67x+56,89, dimana x adalah posisi kran dan y adalah volume, dengan nilai x (posisis kran) negatif atau berlawanan tanda dengan y (volume air) artinya jika nilai x (posisi kran) semakin besar maka nilai y (volume air) akan semakin kecil, dan jika nilai x (posisi kran) positif dan y (volume air) positif maka berbanding lurus, artinya jika nilai x (posisi kran) semakin besar maka nilai y (volume air) juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena adanya variabel waktu, dimana pada saat posisi kran 0.25 atau seper empat terbuka air yang keluar itu sedikit namun karena waktu yang digunakan lama untuk pencucian 10 piring maka volume air yang digunakan akan banyak. Sedangkan pada saat posisi kran 1 atau terbuka penuh air yang keluar banyak, namun karena adanya variabel waktu maka volume air yang digunakan pada pencucian 10 piring sedikit karena waktu yang digunakan untuk membersihkan 10 piring juga sedikit. 42

59 IV.4.6 Analisis Grafik Lama Proses Pencucian Piring dengan Noda Minyak bercampur Terigu Menggunakan Sabun dengan Menvariasikan Posisi Kran Volume air x 10-3 m y = x Posisi Kran Gambar IV.10 Kurva Hubungan Volume Air terhadap Posisi Kran Menggunakan Sabun Pada Gambar IV.10 Menunjukkan kurva hubungan volume air terhadap posisi kran bahwa ada hubungan tekanan air pada posisi kran terbuka (seperempat terbuka pada 0.25, seperdua terbuka pada 0.5 dan terbuka penuh pada 1) terhadap volume, semakin kecil tekanan air pada posisi kran terbuka yang diberikan maka jumlah volume air yang dibutuhkan untuk mencuci piring akan semakin besar. Dari grafik dapat dilihat garis lurus dengan nilai minimum 24,76 x 10 3 m 3 dan nilai maksimum 43,72 x 10 3 m 3, sehingga dapat diketahui persamaan garis y = -26,48x+47,79 atau persamaan umum dari garis lurus adalah y = f (x) = ax + b yang artinya jika y adalah peubah tidak bebas karena bergantung pada y, dan x adalah peubah tidak bebas karena bergantung pada y, maka y f x. Jadi 43

60 persaamaan garis y = -26,48x+47,79, dimana x adalah posisi kran dan y adalah volume, dengan nilai x (posisis kran) negatif atau berlawanan tanda dengan y (volume air) artinya jika nilai x (posisi kran) semakin besar maka nilai y (volume air) akan semakin kecil, dan jika nilai x (posisi kran) positif dan y (volume air) positif maka berbanding lurus, artinya jika nilai x (posisi kran) semakin besar maka nilai y (volume air) juga semakin besar. Hal ini disebabkan karena adanya variabel waktu, dimana pada saat posisi kran 0.25 atau seper empat terbuka air yang keluar itu sedikit namun karena waktu yang digunakan lama untuk pencucian 10 piring maka volume air yang digunakan akan banyak. Sedangkan pada saat posisi kran 1 atau terbuka penuh air yang keluar banyak, namun karena adanya variabel waktu maka volume air yang digunakan pada pencucian 10 piring sedikit karena waktu yang digunakan untuk membersihkan 10 piring juga sedikit. 44

61 BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada perancangan mesin cuci piring, diperoleh beberapa hasil yang merupakan tujuan dari pada penelitian ini. Hasil hasil penelitian dapat disimpukan antara lain: 1. Telah dibuat mesin cuci piring sederhana untuk pembersihan maksimal 10 piring. 1. Dari hasil perhitungan tekanan diperoleh bahwa tekanan terkecil sampai tekanan tertinggi pada alat yang digunakan untuk pencucian piring yang dikotori dengan noda minyak bercampur tepung terigu tanpa sabun adalah 17,83 kg ms 2-21,55 kg ms 2, dengan efektifitas mesin berada pada tekanan 17,83 kg ms 2 Sedangkan tekanan terkecil sampai tekanan tertinggi pada alat yang digunakan untuk pencucian piring yang dikotori dengan noda minyak bercampur tepung terigu menggunakan sabun adalah 19,28 kg ms 2-20,97kg ms 2, efektifitas mesin berada pada tekanan 20,97kg ms 2. Dari hasil perhitungan tekanan diperoleh bahwa tekanan terkecil sampai tekanan tertinggi pada alat yang digunakan untuk pencucian piring yang dikotori dengan noda kecap bercampur saus cabai tanpa sabun adalah 19,28 kg ms 2-22,38 kg ms 2, efektifitas mesin berada pada tekanan 21,55 kg ms 2. Sedangkan tekanan terkecil sampai tekanan tertinggi pada alat yang digunakan untuk pencucian piring yang dikotori dengan noda kecap 45

62 bercampur saus cabai menggunakan sabun adalah 20,80 kg ms 2-22,5 kg ms 2, efektifitas mesin berada pada tekanan 22,5 kg ms Efektifitas kerja mesin dengan noda minyak bercampur tepung terigu tanpa menggunakan sabun berada pada pencucian 6 piring dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan per piring adalah 13,5 detik dan menggunakan sabun berada pada pencucian 10 piring dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan 9,1 detik per piring. Sedangkan dengan noda kecap bercampur saus cabai dengan pencucian tanpa sabun efektifitas kerja mesin berada pada pencucian 6 piring dengan waktu rata-rata per satu piring adalah 10,5 detik dan menggunakan sabun berada pada pencucian 10 piring dengan waktu ratarata yang dibutuhkan 8,3 detik per piring. Sedangkan secara manual efektifitas pencucian piring dengan noda minyak bercampur tepung terigu tanpa menggunakan sabun berada pada pencucian 2 piring dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan per piring adalah 13,5 detik dan menggunakan sabun berada pada pencucian 2 piring dengan waktu rata-rata yang dibutuhkan 21 detik per piring. Sedangkan dengan noda kecap bercampur saus cabai dengan pencucian tanpa sabun efektifitas kerja mesin berada pada pencucian 4 piring dengan waktu rata-rata per satu piring adalah 7,5 detik dan menggunakan sabun berada pada pencucian 4 piring dengan waktu ratarata yang dibutuhkan 13,5 detik per piring. 46

63 V.2 Saran Agar hasil yang diperoleh pada mesin ini dapat lebih baik lagi kualitasnya perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Menggunakan alat ukur tekanan digital 2. Jarak baling-baling dari dudukan piring seharusnya tidak terlalu tinggi 47

64 DAFTAR PUSTAKA [1] Rulikramda Bab 1-Fluida. (online), ( diakses 11 November 2011). [2]. Bab II-Fluida. ( diakses 11 November 2011). [3].Mesin Cuci Piring. ( diakses 11 November 2011). [4] Lutfi, A Sabun dan Deterjen. (Online), ( diakses 11 November 2011). [5] Tim Pengajar Fisika Dasar Fisika Dasar : Materi dan Penuntun Perkuliahan. Makassar : Universitas Hasanuddin. [6] Titherington, D. Rimmer, J.G. Prasetyo, L Mekanika Terapan, edisi kedua. Jakarta : Erlangga. [7] Tipler, Paul. A High Fisika Untuk Sains dan Teknik, edisi ketiga Jilid I. Jakarta : Erlangga. [8] Nurohman, S Fisika Dasar : Mekanika Fluida. (online), ( diakses 11 November 2011). [9] Rahmat, S dan Irawan, A Analisa Kerugian Head Akibat Perluasan dan Penyempitan Penampang pada Sambungan (Online), ( diakses 29 N0vember 2011). 1

65 LAMPIRAN 1 PENGOLAHAN DATA A. Pengolahan data untuk pencucian piring tanpa menggunakan sabun dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu oleh alat/mesin 1. Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V ml = 10,79 x 10 3 m 3 t 39 s Q = V t = 10,79 x 10 3 m 3 39 s = 2,76x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V ml = 16,22 x 10 3 m 3 t 61 s Q = V t = 16,22x10 3 m 3 61 s = 2,65x10 4 m3 s Pencucian 6 piring kotor V ml = 20,36 x 10 3 m 3 t 81 s Q = V t = 20,36x10 3 m 3 81 s = 2,51x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V ml = 29,41 x 10 3 m 3 t 113 s Q = V t = 29,41x10 3 m s = 2,60x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 36,71 x 10 3 m 3 t 139 s Q = V t = 36,71x10 3 m s = 2,64x10 4 m3 s 2

66 2. Menentukan kecepatan air pada putaran baling-baling Pencucian 2 piring kotor Q = 2,76x10 4 m3 s d 1 = 0,43 cm dan = 0,15 cm A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,43)2 cm = 0,1451 cm 2 0,1451 x 3 = 0,4353 cm 2 A 2 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,15)2 cm = 0,0176 cm 2 0,0176 x 9 = 0,1584 cm 2 A = A 1 + A 2 = 0,4353 cm 2 + 0,1584 cm 2 = 0,5937 cm 2 atau 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,76x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,64 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 2,65x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,65x 10 4 m 3 s 59,37x 10 6 m 2 = 4,46 m s Pencucian 6 piring kotor Q = 2,51x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,51x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,22 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 2,60x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A 3

67 = 2,60x 10 4 m 3 s 59,37x 10 6 m 2 = 4,37 m s Pencucian 10 piring kotor Q = 2,64x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,64x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,44 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada alat Pencucian 2 piring kotor Q = 2,76x10 4 m3 s v = 4,64 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,76x10 4 m3 s. 4,64 m s Pencucian 4 piring kotor = 12,8x 10 4 kg m s 2 Q = 2,65x10 4 m3 s v = 4,46 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,65x10 4 m3 s. 4,46 m s Pencucian 6 piring kotor = 11,81x 10 3 kg m s 2 Q = 2,51x10 4 m3 s v = 4,85 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,51x10 3 m3 s. 4,22 m s Pencucian 8 piring kotor = 10,59x 10 4 kg m s 2 Q = 2,60x10 4 m3 s v = 4,37 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,60x10 3 m3 s. 4,37 m s = 11,36x 10 4 kg m s 2 4

68 Pencucian 10 piring kotor Q = 2,64x10 4 m3 s v = 4,44 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,64x10 4 m3 s. 4,44 m s = 11,72x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 12,8 x 10 4 kg m s 2 A = 59,73 x 10 6 m 2 P = F A = 12,8 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 21,55 kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor F = 11,81 x 10 4 kg m s 2 A = 59,73 x 10 6 m 2 P = F A = 11,81 x 10 4 kg m s 2 59,73 x 10 6 m 2 = 19,89 kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 10,59 x 10 4 kg m s 2 A = 59,73x 10 6 m 2 P = F A = 10,59x 10 4 kg m s 2 59,73 x 10 6 m 2 = 17,83 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 11,36 x 10 4 kg m s 2 A = 59,73 x 10 6 m 2 P = F A = 11,36x 10 4 kg m s 2 59,73 x 10 6 m 2 5

69 = 19,13 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 11,72 x 10 4 kg m s 2 A = 59,73x 10 6 m 2 P = F A = 11,72x 10 4 kg m s 2 59,73 x 10 6 m 2 = 19,74 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 10,79x10 3 m 3 P = 21,55 kg m 1 s 2 E = PV = 21,55 kg m 1 s 2. 10,79x10 3 m 3 = 23,25x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor V = 16,22x10 3 m 3 P = 19,89 kg m 1 s 2 E = PV = 19,89 kg m 1 s 2. 16,22x10 3 m 3 = 32,26x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 20,36x10 3 m 3 P = 17,83 kg m 1 s 2 E = PV = 17,83 kg m 1 s 2. 20,36x10 3 m 3 = 36,30x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor V = 29,41x10 3 m 3 P = 19,13 kg m 1 s 2 E = PV = 19,13 kg m 1 s 2. 29,41x10 3 m 3 = 56,26x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 36,71x10 3 m 3 P = 19,74 kg m 1 s 2 6

70 E = PV = 19,74 kg m 1 s 2. 36,71x10 3 m 3 = 72,46x 10 2 kg m 2 s 2 B. Pengolahan data untuk pencucian piring menggunakan sabun dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu oleh alat/mesin 1. Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V 8100 ml = 8,1 x 10 3 m 3 t 31 s Q = V t = 8,1 x 10 3 m 3 31 s = 2,61x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V ml = 13,99 x 10 3 m 3 t 53 s Q = V t = 13,99 x 10 3 m 3 53 s = 2,63x10 4 m3 s Pencucian 6 piring kotor V ml = 16,58 x 10 3 m 3 t 62 s Q = V t = 16,58 x 10 3 m 3 62 s = 2,67x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V ml = 21,06 x 10 3 m 3 t 78 s Q = V t = 21,06 x 10 3 m 3 78 s = 2,70x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 24,76 x 10 3 m 3 t 91 s Q = V t = 24,76x 10 3 m 3 91 s = 2,72x10 4 m3 s 7

71 2. Menentukan kecepatan air pada putaran baling-baling Pencucian 2 piring kotor Q = 2,76x10 4 m3 s d 1 = 0,43 cm dan = 0,15 cm A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,43)2 cm = 0,1451 cm 2 0,1451 x 3 = 0,4353 cm 2 A 2 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,15)2 cm = 0,0176 cm 2 0,0176 x 9 = 0,1584 cm 2 A = A 1 + A 2 = 0,4353 cm 2 + 0,1584 cm 2 = 0,5937 cm 2 atau 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,61x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,39 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 2,63x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,63x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,42 m s Pencucian 6 piring kotor Q = 2,67x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,67x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,49 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 2,70x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,70x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,54 m s Pencucian 10 piring kotor 8

72 Q = 2,72x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,72x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,58 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada alat Pencucian 2 piring kotor Q = 2,61x10 4 m3 s v = 4,39 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,61x10 4 m3 s. 4,39 m s Pencucian 4 piring kotor = 11,45x 10 4 kg m s 2 Q = 2,63x10 4 m3 s v = 4,42 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,63x10 4 m3 s. 4,42 m s Pencucian 6 piring kotor = 11,62x 10 3 kg m s 2 Q = 2,67x10 4 m3 s v = 4,49 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,67x10 3 m3 s. 4,49 m s Pencucian 8 piring kotor = 11,98x 10 4 kg m s 2 Q = 2,70x10 4 m3 s v = 4,54 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,70x10 3 m3 s. 4,54 m s Pencucian 10 piring kotor = 12,25x 10 4 kg m s 2 Q = 2,72x10 4 m3 s v = 4,58 m s 9

73 F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,72x10 4 m3 s. 4,58 m s = 12,45x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 11,45 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 11,45 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 19,28 kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor F = 11,62 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 11,62x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 19,37 kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 11,98 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 11,98x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 20,17 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 12,25 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37x 10 6 m 2 P = F A = 12,25x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 20,63 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 12,45 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 10

74 P = F A = 12,45x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 20,97 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 8,1x10 3 m 3 P = 19,28 kg m 1 s 2 E = PV = 19,28 kg m 1 s 2. 8,1x10 3 m 3 = 15,67 x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor V = 13,99x10 3 m 3 P = 19,37kg m 1 s 2 E = PV = 19,37 kg m 1 s 2. 13,99x10 3 m 3 = 27,37 x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 16,58x10 3 m 3 P = 20,17 kg m 1 s 2 E = PV = 20,17 kg m 1 s 2. 16,58x10 3 m 3 = 33,44 x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor V = 21,06x10 3 m 3 P = 20,63 kg m 1 s 2 E = PV = 20,63 kg m 1 s 2. 21,06x10 3 m 3 = 43,44x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 24,76x10 3 m 3 P = 20,97kg m 1 s 2 E = PV = 20,97 kg m 1 s 2. 24,76x10 3 m 3 = 51,92x 10 2 kg m 2 s 2 11

75 C. Pengolahan data untuk pencucian piring tanpa menggunakan sabun dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai oleh alat/mesin 1. Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V 8100 ml = 8,1 x 10 3 m 3 t 31 s Q = V t = 8,1x10 3 m 3 31 s = 2,61x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V ml = 14,82 x 10 3 m 3 t 54 s Q = V t = 14,82x10 3 m 3 54 s = 2,74x10 4 m3 s Pencucian 6 piring kotor V ml = 17,42 x 10 3 m 3 t 63 s Q = V t = 17,42 x10 3 m 3 63 s = 2,76x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V ml = 25,62 x 10 3 m 3 t 92 s Q = V t = 25,62x10 3 m 3 92 s = 2,78x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 33,21 x 10 3 m 3 t 118 s Q = V t = 33,21x10 3 m s = 2,81x10 4 m3 s 2. Menentukan kecepatan air pada putaran baling-baling Pencucian 2 piring kotor 12

76 Q = 2,61x10 4 m3 s d 1 = 0,43 cm dan = 0,15 cm A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,43)2 cm = 0,1451 cm 2 0,1451 x 3 = 0,4353 cm 2 A 2 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,15)2 cm = 0,0176 cm 2 0,0176 x 9 = 0,1584 cm 2 A = A 1 + A 2 = 0,4353 cm 2 + 0,1584 cm 2 = 0,5937 cm 2 atau 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,61x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,39 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 2,74x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,74x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,61 m s Pencucian 6 piring kotor Q = 2,76x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,76x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,64 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 2,78x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,78x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,68 m s Pencucian 10 piring kotor Q = 2,81x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 13

77 v = Q A = 2,81x 10 4 m 3 s 59,37x 10 6 m 2 = 4,73 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada alat Pencucian 2 piring kotor Q = 2,61x10 4 m3 s v = 4,39 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,61x10 4 m3 s. 4,39 m s Pencucian 4 piring kotor = 11,45x 10 4 kg m s 2 Q = 2,74x10 4 m3 s v = 4,61 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,74x10 4 m3 s. 4,61 m s Pencucian 6 piring kotor = 12,63 x 10 4 kg m s 2 Q = 2,76x10 4 m3 s v = 4,64 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,76x10 3 m3 s. 4,64 m s = 12,80x 10 4 kg m s 2 Pencucian 8 piring kotor Q = 2,78x10 4 m3 s v = 4,68 m s F = ρ Q v Pencucian 10 piring kotor = 1 kg m 3. 2,78x10 3 m3 s. 4,68 m s = 13,01x 10 4 kg m s 2 Q = 2,81x10 4 m3 s v = 4,73 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,81x10 4 m3 s. 4,73 m s 14

78 = 13,29 x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 11,45 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37x 10 6 m 2 P = F A = 11,45 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 19,28 kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor F = 12,63 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37x 10 6 m 2 P = F A = 12,63 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 21,27 kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 12,8 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37x 10 6 m 2 P = F A = 12,8 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 21,55 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 13,01 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 13,01x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 21,91 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 13,29 x 10 4 kg m s 2 15

79 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 13,29x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 22,38 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 8,1x10 3 m 3 P = 19,28 kg m 1 s 2 E = PV = 19,28 kg m 1 s 2. 8,1x10 3 m 3 = 15,67x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor V = 14,82x10 3 m 3 P = 21,27 kg m 1 s 2 E = PV = 21,27 kg m 1 s 2. 14,82x10 3 m 3 = 31,52x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 17,42x10 3 m 3 P = 21,55 kg m 1 s 2 E = PV = 21,55 kg m 1 s 2. 17,42x10 3 m 3 = 37,54x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor V = 25,62x10 3 m 3 P = 21,91 kg m 1 s 2 E = PV = 21,91 kg m 1 s 2. 25,62x10 3 m 3 = 56,13 x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 33,21x10 3 m 3 P = 22,38 kg m 1 s 2 E = PV = 22,38 kg m 1 s 2. 33,21x10 3 m 3 = 74,32x 10 2 kg m 2 s 2 D. Pengolahan data untuk pencucian piring menggunakan sabun dengan Noda Kecap dan Saus oleh alat/mesin 16

80 1. Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V 7610 ml = 7,61 x 10 3 m 3 t 28 s Q = V t = 7,61x10 3 m 3 28 s = 2,71x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V ml = 10,73 x 10 3 m 3 t 39 s Q = V t = 10,73x10 3 m 3 39 s = 2,75x10 4 m3 s Pencucian 6 piring kotor V ml = 14,82 x 10 3 m 3 t 54 s Q = V t = 14,82x10 3 m 3 54 s = 2,77x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V ml = 20,44 x 10 3 m 3 t: 73 s Q = V t = 20,44x10 3 m 3 73s = 2,80x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 23,41 x 10 3 m 3 t 83 s Q = V t = 23,41 x10 3 m 3 83 s = 2,82x10 4 m3 s 2. Menentukan kecepatan air pada putaran baling-baling Pencucian 2 piring kotor Q = 2,71x10 4 m3 s 17

81 d 1 = 0,43 cm dan = 0,15 cm A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,43)2 cm = 0,1451 cm 2 0,1451 x 3 = 0,4353 cm 2 A 2 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,15)2 cm = 0,0176 cm 2 0,0176 x 9 = 0,1584 cm 2 A = A 1 + A 2 = 0,4353 cm 2 + 0,1584 cm 2 = 0,5937 cm 2 atau 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,71x10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,56 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 2,75x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,75x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,63 m s Pencucian 6 piring kotor Q = 2,77x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,77x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,66 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 2,80x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,80x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,71 m s Pencucian 10 piring kotor Q = 2,82x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A 18

82 = 2,82x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,74 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada alat Pencucian 2 piring kotor Q = 2,71x10 4 m3 s v = 4,56 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,71x10 4 m3 s. 4,56 m s Pencucian 4 piring kotor = 12,35x 10 4 kg m s 2 Q = 2,75x10 4 m3 s v = 4,63 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,75x10 4 m3 s. 4,63 m s Pencucian 6 piring kotor = 12,73x 10 4 kg m s 2 Q = 2,77x10 4 m3 s v = 4,66 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,77x10 3 m3 s. 4,66 m s Pencucian 8 piring kotor = 12,90 x 10 4 kg m s 2 Q = 2,80x10 4 m3 s v = 4,71 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,80x10 3 m3 s. 4,71 m s Pencucian 10 piring kotor = 13,18x 10 4 kg m s 2 Q = 2,82x10 4 m3 s v = 4,74 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,82x10 4 m3 s. 4,74 m s = 13,36x 10 4 kg m s 2 19

83 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 12,35 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 12,35 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 23,01 kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor F = 12,73 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 12,73 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 21,44 kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 12,90 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 12,90 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 21,72 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 13,18x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 13,18x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 22,19 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 13,36 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 13,36x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 22,5 kg m 1 s 2 20

84 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 7,61x10 3 m 3 P = 20,80 kg m 1 s 2 E = PV = 20,8kg m 1 s 2. 7,61x10 3 m 3 = 15,82x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor V = 10,73x10 3 m 3 P = 21,44 kg m 1 s 2 E = PV = 21,44 kg m 1 s 2. 10,73x10 3 m 3 = 23,01x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 14,82x10 3 m 3 P = 21,72 kg m 1 s 2 E = PV = 21,72kg m 1 s 2. 14,82x10 3 m 3 = 31,52x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor V = 20,44x10 3 m 3 P = 22,19 kg m 1 s 2 E = PV = 22,19 kg m 1 s 2. 20,44x10 3 m 3 = 45,35 x 10 2 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 23,41x10 3 m 3 P = 22,5 kg m 1 s 2 E = PV = 22,5kg m 1 s 2. 23,41x10 3 m 3 = 50,8x 10 3 kg m 2 s 2 E. Pengolahan data untuk pencucian piring secara manual tanpa menggunakan sabun dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu 1. Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V 3750 ml = 3,75 x 10 3 m 3 t 27 s Q = V t 21

85 = 3,75x10 3 m 3 27s = 1,38x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V 7700 ml = 7,7 x 10 3 m 3 t 55 s Q = V t = 7,7x10 3 m 3 55 s = 1,40x10 4 m3 s Pencucian 6 piring kotor V 9720 ml = 9,72 x 10 3 m 3 t 72 s Q = V t = 9,72x10 3 m 3 72 s = 1,35x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V ml = 13,72 x 10 3 m 3 t 98 s Q = V t = 13,72 x10 3 m 3 98 s = 1,40x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 16,56 x 10 3 m 3 t 120 s Q = V t 2. Menentukan kecepatan air Pencucian 2 piring kotor = 16,56x10 3 m s = 1,38x10 4 m3 s Q = 1,19x10 4 m3 s d 1 = 1,32 cm A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (1,32 cm)2 = 1,36 cm 2 atau 1,36 x 10-4 m 2 v = Q A 22

86 = 1,38x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,01 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 1,40x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,4x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,02 m s Pencucian 6 piring kotor Q = 1,35x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,35x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 0,99 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 1,4x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,40x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,02 m s Pencucian 10 piring kotor Q = 1,38x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,38x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,01 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada air Pencucian 2 piring kotor Q = 1,38x10 4 m3 s v = 1,01 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,38x10 4 m3 s. 1,01 m s 23

87 Pencucian 4 piring kotor = 1,39x 10 4 kg m s 2 Q = 1,40x10 4 m3 s v = 1,02 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,40x10 4 m3 s. 1,02 m s Pencucian 6 piring kotor = 1,42x 10 3 kg m s 2 Q = 1,35x10 4 m3 s v = 0,99 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,35x10 4 m3 s. 0,99 m s Pencucian 8 piring kotor = 1,33x 10 3 kg m s 2 Q = 1,4x10 4 m3 s v = 1,02 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,4x10 4 m3 s. 1,02 m s Pencucian 10 piring kotor = 1,42x 10 4 kg m s 2 Q = 1,38x10 4 m3 s v = 1,01 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,38x10 4 m3 s. 1,01 m s = 1,39x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh air dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 1,39 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,39 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,02 kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor 24

88 F = 1,42 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,42 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,04 kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 1,35 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,33 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,97 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 1,42 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,42 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,04 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 1,39 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,39 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,02 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh air dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 3,75x10 3 m 3 P = 1,02 kg m 1 s 2 E = PV = 1,02 kg m 1 s 2. 3,75x10 3 m 3 = 3,82 x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor 25

89 V = 7,7x10 3 m 3 P = 1,04 kg m 1 s 2 E = PV = 1,04 kg m 1 s 2. 7,7x10 3 m 3 = 8,08 x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 9,72x10 3 m 3 P = 0,97 kg m 1 s 2 E = PV = 0,97 kg m 1 s 2. 9,72x10 3 m 3 = 9,42x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor V = 13,72x10 3 m 3 P = 1,04 kg m 1 s 2 E = PV = 1,04 kg m 1 s 2. 13,72x10 3 m 3 = 14,26 x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 16,56x10 3 m 3 P = 1,02 kg m 1 s 2 E = PV = 1,02 kg m 1 s 2. 16,56x10 3 m 3 = 16,89 x 10 3 kg m 2 s 2 F. Pengolahan data untuk pencucian piring secara manual menggunakan sabun dengan Noda Minyak bercampur Tepung Terigu IV Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V 4030 ml = 4,03 x 10 3 m 3 t 28 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 4,03 x 10 3 m 3 28 s = 1,44x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V 7120 ml = 7,12 x 10 3 m 3 t 48 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 7,12 x 10 3 m 3 48 s = 1,48x10 4 m3 s 26

90 Pencucian 6 piring kotor V ml = 11,06 x 10 3 m 3 t 79 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 9,68 x 10 3 m 3 69 s = 1,4x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V ml = 16,8 x 10 3 m 3 t 119 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 16,8 x 10 3 m s = 1,41x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 20,6 x 10 3 m 3 t 151 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 20,6 x 10 3 m s = 1,36x10 4 m3 s 2. Menentukan kecepatan air Pencucian 2 piring kotor Q = 1,44x10 4 m3 s d 1 = 1,32 cm A 1 = 1 4 πd2 v = Q A = 1 4 3,14 (1,32)2 cm = 1,36 cm 2 atau 1,36 x 10-4 m 2 = 1,44x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,05 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 1,48x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,48x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,08 m s Pencucian 6 piring kotor 27

91 Q = 1,40x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,40x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,02 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 1,41x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,41x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1,03 m s Pencucian 10 piring kotor Q = 1,36x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 2 v = Q A = 1,36x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 2 = 1 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada air Pencucian 2 piring kotor Q = 1,44x10 4 m3 s v = 1,05 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,44x10 4 m3 s. 1,05 m s Pencucian 4 piring kotor = 1,51x 10 4 kg m s 2 Q = 1,48x10 4 m3 s v = 1,08 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,48x10 4 m3 s. 1,08 m s Pencucian 6 piring kotor = 1,59x 10 3 kg m s 2 Q = 1,4x10 4 m3 s v = 1,02 m s 28

92 F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,4x10 3 m3 s. 1,02 m s Pencucian 8 piring kotor = 1,42 x 10 4 kg m s 2 Q = 1,41x10 4 m3 s v = 1,03 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,41x10 3 m3 s. 1,03 m s Pencucian 10 piring kotor = 1,45x 10 4 kg m s 2 Q = 1,36x10 4 m3 s v = 1 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,36x10 4 m3 s. 1 m s = 1,36x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh air dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 1,51 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,51 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,11 kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor F = 1,59x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,59 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,16 kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 1,42 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A 29

93 = 1,42 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,04 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 1,45 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,45x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1,06 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 1,36 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,36x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 1 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh air dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 4,03x10 3 m 3 P = 1,11 kg m 1 s 2 E = PV = 1,11 kg m 1 s 2. 4,03x10 3 m 3 = 4,43x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor V = 7,12x10 3 m 3 P = 1,16 kg m 1 s 2 E = PV = 1,16 kg m 1 s 2. 7,12x10 3 m 3 = 8,25x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 11,06x10 3 m 3 P = 1,04 kg m 1 s 2 E = PV = 1,04 kg m 1 s 2. 11,06x10 3 m 3 = 11,5x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor 30

94 V = 16,8x10 3 m 3 P = 1,06 kg m 1 s 2 E = PV = 1,06 kg m 1 s 2. 16,8x10 3 m 3 = 15,84x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 20,60x10 3 m 3 P = 1 kg m 1 s 2 E = PV = 1 kg m 1 s 2. 20,60x10 3 m 3 = 20,60x 10 3 kg m 2 s 2 G. Pengolahan data untuk pencucian piring secara manual menggunakan sabun dengan noda kecap bercampur saus cabai 1. Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V 1710 ml = 1,710 x 10 3 m 3 t 15 s Q = V t = 1,71x10 3 m 3 15 s = 1,14x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V 4120 ml = 4,12 x 10 3 m 3 t 34 s Q = V t = 4,12x10 3 m 3 34 s = 1,2x10 4 m3 s Pencucian 6 piring kotor V 5970ml = 5,97 x 10 3 m 3 t 49 s Q = V t = 5,97 x10 3 m 3 49 s = 1,21x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V 9240 ml = 9,24 x 10 3 m 3 t 75 s Q = V t 31

95 = 9,24x10 3 m 3 75 s = 1,23x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 14,27 x 10 3 m 3 t 109 s Q = V t = 14,27 x10 3 m s = 1,30x10 4 m3 s 2. Menentukan kecepatan air pada putaran baling-baling Pencucian 2 piring kotor Q = 1,14x10 4 m3 s d 1 = 1,32 cm A 1 = 1 4 πd2 v = Q A = 1 4 3,14 (0,35)2 cm = 1,36 cm 2 atau 1,36 x 10 4 m 3 = 1,14xx 10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,83 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 1,20x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A = 1,22x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,88 m s Pencucian 6 piring kotor Q = 1,21x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A = 1,21x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,88 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 1,23x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A 32

96 = 1,23x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,90 m s Pencucian 10 piring kotor Q = 1,3x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A = 1,3x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,95 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada air Pencucian 2 piring kotor Q = 1,14x10 4 m3 s v = 0,83 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,14x10 4 m3 s. 0,83 m s Pencucian 4 piring kotor = 0,94x 10 4 kg m s 2 Q = 1,20x10 4 m3 s v = 0,88 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,20x10 4 m3 s. 0,88 m s Pencucian 6 piring kotor = 1,05x 10 4 kg m s 2 Q = 1,21x10 4 m3 s v = 0,88 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,21x10 3 m3 s. 0,88 m s Pencucian 8 piring kotor = 1,05x 10 4 kg m s 2 Q = 1,23x10 4 m3 s v = 0,9 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,23x10 3 m3 s. 0,9 m s Pencucian 10 piring kotor = 1,10x 10 4 kg m s 2 33

97 Q = 1,3x10 4 m3 s v = 0,95 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,3x10 4 m3 s. 0,95 m s = 1,23 x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh air dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 0,94 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 0,94 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,69 kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor F = 1,05x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,05 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,77 kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 1,05 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,05 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,77 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 1,1 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,1x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,8 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 1,23 x 10 4 kg m s 2 34

98 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,23x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,9 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 1,716x10 3 m 3 P = 0,69 kg m 1 s 2 E = PV = 0,69 kg m 1 s 2. 1,716x10 3 m 3 = 1,17x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor V = 4,12x10 3 m 3 P = 0,77 kg m 1 s 2 E = PV = 0,77kg m 1 s 2. 4,12x10 3 m 3 = 3,17x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 5,97x10 3 m 3 P = 0,77 kg m 1 s 2 E = PV = 0,77 kg m 1 s 2. 5,97x10 3 m 3 = 4,59x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor V = 9,24x10 3 m 3 P = 0,8 kg m 1 s 2 E = PV = 0,8 kg m 1 s 2. 9,24x10 3 m 3 = 7,39x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 14,27x10 3 m 3 P = 0,9 kg m 1 s 2 E = PV = 0,9 kg m 1 s 2. 14,27x10 3 m 3 = 12,84x 10 3 kg m 2 s 2 H. Pengolahan data untuk pencucian piring secara manual menggunakan sabun dengan Noda Kecap bercampur Saus Cabai 35

99 1. Menentukan debit air Pencucian 2 piring kotor V 4280 ml = 4,28 x 10 3 m 3 t 24s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 4,28 x10 3 m 3 24s = 1,18x10 4 m3 s Pencucian 4 piring kotor V 6540 ml = 6,54 x 10 3 m 3 t 36 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 6,54x10 3 m 3 36 s = 1,21x10 4 m3 s Pencucian 6 piring kotor V ml = 10,76 x 10 3 m 3 t 57 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 10,76x10 3 m 3 57 s = 1,23x10 4 m3 s Pencucian 8 piring kotor V ml = 16,25 x 10 3 m 3 t: 88 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 11,2x10 3 m 3 89 s = 1,25x10 4 m3 s Pencucian 10 piring kotor V ml = 20,28 x 10 3 m 3 t 156 s {waktu bilas pertama (B) + waktu bilas bersih(bb)} Q = V t = 20,28 x10 3 m s = 1,3x10 4 m3 s 2. Menentukan kecepatan air Pencucian 2 piring kotor Q = 1,18x10 4 m3 s d 1 = 1,32 cm 36

100 A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,35cm)2 = 1,36 cm 2 atau 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A = 1,18x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,86 m s Pencucian 4 piring kotor Q = 1,21x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A = 1,21x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,88 m s Pencucian 6 piring kotor Q = 1,23x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 6 m 2 v = Q A = 1,23x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,9 m s Pencucian 8 piring kotor Q = 1,25x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A = 1,25x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,91 m s Pencucian 10 piring kotor Q = 1,30x10 4 m3 s A = 1,36 x 10 4 m 3 v = Q A = 1,30x10 4 m 3 s 1,36 x 10 4 m 3 = 0,95 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada air Pencucian 2 piring kotor Q = 1,18x10 4 m3 s v = 0,87 m s 37

101 F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,18x10 4 m3 s. 0,86 m s Pencucian 4 piring kotor = 1,01x 10 4 kg m s 2 Q = 1,21x10 4 m3 s v = 0,88 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,21x10 4 m3 s. 0,88 m s = 0,88 x 10 4 kg m s 2 Pencucian 6 piring kotor Q = 1,23x10 4 m3 s v = 0,9 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,23x10 3 m3 s. 0,9 m s Pencucian 8 piring kotor = 1,10x 10 4 kg m s 2 Q = 1,25x10 4 m3 s v = 0,91 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,25x10 3 m3 s. 0,91 m s Pencucian 10 piring kotor = 1,13x 10 4 kg m s 2 Q = 1,30x10 4 m3 s v = 0,95 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 1,30x10 4 m3 s. 0,95 m s = 1,23 x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh air dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor F = 1,01 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 38

102 P = F A = 1,01 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,74kg m 1 s 2 Pencucian 4 piring kotor F = 1,06 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,06 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,77kg m 1 s 2 Pencucian 6 piring kotor F = 1,1 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,1 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,8 kg m 1 s 2 Pencucian 8 piring kotor F = 1,13 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,13 x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,83 kg m 1 s 2 Pencucian 10 piring kotor F = 1,23 x 10 4 kg m s 2 A = 1,36 x 10 4 m 2 P = F A = 1,23x 10 4 kg m s 2 1,36 x 10 4 m 2 = 0,90 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh air dalam membersihkan piring kotor Pencucian 2 piring kotor V = 4,28x10 3 m 3 P = 0,74 kg m 1 s 2 39

103 E = PV = 0,74 kg m 1 s 2. 4,28x10 3 m 3 = 2,81x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 4 piring kotor V = 6,54x10 3 m 3 P = 0,77 kg m 1 s 2 E = PV = 0,77 kg m 1 s 2. 6,54x10 3 m 3 = 3,37x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 6 piring kotor V = 10,76x10 3 m 3 P = 0,8 kg m 1 s 2 E = PV = 0,8 kg m 1 s 2. 10, m 3 = 5,62x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 8 piring kotor V = 16,25x10 3 m 3 P = 0,83 kg m 1 s 2 E = PV = 0,83 kg m 1 s 2. 16,25x10 3 m 3 = 9,13 x 10 3 kg m 2 s 2 Pencucian 10 piring kotor V = 20,28x10 3 m 3 P = 0,9 kg m 1 s 2 E = PV = 0,9kg m 1 s 2. 20,28 x10 3 m 3 = 18,25x 10 3 kg m 2 s 2 I. Pengolahan data untuk pencucian piring menggunakan sabun dengan Noda Minyak dan Tepung Terigu oleh alat/mesin untuk variasi posisi kran pada pencucian 10 piring 1. Menentukan debit air Posisi kran 0.25 ( 1 4 terbuka) V ml = 52,7 x 10 3 m 3 t 186 s Q = V t Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) = 52,7 x 10 3 m s = 2,83x10 4 m3 s V ml = 45,1 x 10 3 m 3 t 170 s 40

104 Q = V t = 45,1 x 10 3 m s = 2,65x10 4 m3 s Posisi kran 1 (terbuka penuh) V ml = 36,71x 10 3 m 3 t 139 s Q = V t = 36,71x10 3 m s = 2,64x10 4 m3 s 2. Menentukan kecepatan air pada putaran baling-baling Posisi kran A ( 1 4 terbuka) Q = 2,83x10 4 m3 s d 1 = 0,43 cm dan = 0,15 cm A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,43)2 cm = 0,1451 cm 2 0,1451 x 3 = 0,4353 cm 2 A 2 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,15)2 cm = 0,0176 cm 2 0,0176 x 9 = 0,1584 cm 2 A = A 1 + A 2 = 0,4353 cm 2 + 0,1584 cm 2 = 0,5937 cm 2 atau 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) = 2,83x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,76 m s Q = 2,65x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A = 2,65x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,46 m s Posisi kran 1 (terbuka penuh) Q = 2,64x10 4 m3 s A = 59,37x 10 6 m 2 v = Q A 41

105 = 2,64x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,44 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada alat Posisi kran 0.25 ( 1 terbuka) 4 Q = 2,83x10 4 m3 s v = 4,76 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,83x10 4 m3 s. 4,76 m s = 13,47x 10 4 kg m s 2 Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) Q = 2,65x10 4 m3 s v = 4,46 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,65x10 4 m3 s. 4,46 m s Posisi kran 1(terbuka penuh) = 11,82 x 10 3 kg m s 2 Q = 2,64x10 4 m3 s v = 4,44 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,64x10 3 m3 s. 4,44 m s = 11,72 x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Posisi kran 0.25 ( 1 4 terbuka) F = 13,47 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 13,47 x 10 4 kg m s 2 59,37x 10 6 m 2 = 22,68 kg m 1 s 2 Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) F = 11,81 x 10 4 kg m s 2 42

106 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 11,81 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 19,89 kg m 1 s 2 Posisi kran 1 (terbuka penuh) F = 11,72 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37x 10 6 m 2 P = F A = 11,72 x 10 4 kg m s 2 59,37x 10 6 m 2 = 19,74 kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Posisi kran 0.25 ( 1 4 terbuka) Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) V = 52,7x10 3 m 3 P = 22,68 kg m 1 s 2 E = PV = 22,68 kg m 1 s 2. 52,7x10 3 m 3 = 119,52x 10 2 kg m 2 s 2 V = 45,1x10 3 m 3 P = 19,89 kg m 1 s 2 E = PV = 19,89 kg m 1 s 2. 45,1x10 3 m 3 = 89,70 x 10 3 kg m 2 s 2 Posisi kran 1 (terbuka penuh) V = 36,71x10 3 m 3 P = 19,74 kg m 1 s 2 E = PV = 19,74 kg m 1 s 2. 36,71x10 3 m 3 = 72,46x 10 2 kg m 2 s 2 J. Pengolahan data untuk pencucian piring menggunakan sabun dengan Noda Minyak dan Tepung Terigu oleh alat/mesin untuk variasi posisi tekanan on kran pada pencucian 10 piring 1. Menentukan debit air Posisi kran 0.25 ( 1 4 terbuka) 43

107 V ml = 43,72 x 10 3 m 3 t 160,91s Q = V t Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) = 43,72 x 10 3 m 3 160,91 s = 2,71x10 4 m3 s V ml = 30,73 x 10 3 m 3 t 138,82 s Q = V t = 30,73 x 10 3 m 3 138,82 s = 2,21x10 4 m3 s Posisi kran 1 (terbuka penuh) V ml = 22,58x 10 3 m 3 t 83 s Q = V t = 22,58x10 3 m 3 83 s = 2,72x10 4 m3 s 2. Menentukan kecepatan air pada putaran baling-baling Posisi kran 0.25 ( 1 4 terbuka) Q = 2,71x10 4 m3 s d 1 = 0,43 cm dan = 0,15 cm A 1 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,43)2 cm = 0,1451 cm 2 0,1451 x 3 = 0,4353 cm 2 A 2 = 1 4 πd2 = 1 4 3,14 (0,15)2 cm = 0,0176 cm 2 0,0176 x 9 = 0,1584 cm 2 A = A 1 + A 2 = 0,4353 cm 2 + 0,1584 cm 2 = 0,5937 cm 2 atau 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) = 2,71x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,56 m s Q = 2,21x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 44

108 v = Q A = 2,21x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 3,72 m s Posisi kran 1 (terbuka penuh) Q = 2,72x10 4 m3 s A = 59,37 x 10 6 m 2 v = Q A = 2,72x 10 4 m 3 s 59,37 x 10 6 m 2 = 4,58 m s 3. Menentukan gaya yang bekerja pada alat Posisi kran 0.25( 1 terbuka) 4 Q = 2,71x10 4 m3 s v = 4,56 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,71x10 4 m3 s. 4,56 m s = 12,35x 10 4 kg m s 2 Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) Q = 2,21x10 4 m3 s v = 3,72 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,21x10 4 m3 s. 3,72 m s Posisi kran 1 (terbuka penuh) = 8,22 x 10 3 kg m s 2 Q = 2,72x10 4 m3 s v = 4,58 m s F = ρ Q v = 1 kg m 3. 2,72x10 3 m3 s. 4,58 m s = 12,45x 10 4 kg m s 2 4. Menentukan tekanan yang diperlukan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Posisi kran 0.25 ( 1 4 terbuka) 45

109 F = 12,35 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A Posisi kran 0.5 ( 1 2 terbuka) = 12,35 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 20,80 kg m 1 s 2 F = 8,22 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37 x 10 6 m 2 P = F A = 8,22x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 13,84 kg m 1 s 2 Posisi kran 1 (terbuka penuh) F = 12,45 x 10 4 kg m s 2 A = 59,37x 10 6 m 2 P = F A = 12,45 x 10 4 kg m s 2 59,37 x 10 6 m 2 = 20,97kg m 1 s 2 5. Menentukan Energi yang keluarkan oleh alat dalam membersihkan piring kotor Posisi kran 0,25 ( 1 4 terbuka ) Posisi kran 0,5( 1 2 terbuka ) V = 43,72x10 3 m 3 P = 20,80 kg m 1 s 2 E = PV = 20,80 kg m 1 s 2. 43,72x10 3 m 3 = 90,93x 10 2 kg m 2 s 2 V = 30,73x10 3 m 3 P = 13,84 kg m 1 s 2 E = PV = 13,84 kg m 1 s 2. 30,73x10 3 m 3 = 42,53x 10 3 kg m 2 s 2 Posisi kran 1 ( terbuka penuh) V = 22,58x10 3 m 3 P = 20,97 kg m 1 s 2 46

110 E = PV = 20,97 kg m 1 s 2. 22,58x10 3 m 3 = 47,35x 10 2 kg m 2 s 2 47

111 LAMPIRAN 2 FOTO-FOTO PENELITIAN Gambar 1. Bahan-bahan untuk perakitan mesin Gambar 2. Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran yaitu: Pressure Gauge, Jangka Sorong, Meteran dan Gelas Ukur 48

112 Gambar 3. Gentong/bodi mesin Gambar 4. Baling-baling Gambar 5. Tempat baling-baling Gambar 6. Dudukan Piring 49

113 Gambar 7. Sambungan ke mesin pompa Gambar 8. Rangkaian Mesin Cuci Piring 50

APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING ERNIATI UMAR H

APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING ERNIATI UMAR H APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING ERNIATI UMAR H21108254 SARI BACAAN Suatu desain mesin cuci piring yang memanfaatkan dinamika fluida telah dibuat dan diuji dalam penelitian ini. Mesin cuci

Lebih terperinci

APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING

APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING APLIKASI DINAMIKA FLUIDA PADA MESIN CUCI PIRING Erniati Umar/H21108254 1,Prof. Dr. rer nat. H. Wirabahari Nurdin dan Eko Juarlin, S.Si, M.Si 2 SARI BACAAN Suatu desain mesin cuci piring yang memanfaatkan

Lebih terperinci

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut:

Rumus bilangan Reynolds umumnya diberikan sebagai berikut: Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/l) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI

FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI FISIKA STATIKA FLUIDA SMK PERGURUAN CIKINI MASSA JENIS Massa jenis atau kerapatan suatu zat didefinisikan sebagai perbandingan massa dengan olum zat tersebut m V ρ = massa jenis zat (kg/m 3 ) m = massa

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antar molekul

Lebih terperinci

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia

FLUIDA. Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Staf Pengajar Fisika Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia FLUIDA Fluida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering disebut sebagai zat alir. Fasa zat cair dan gas termasuk ke

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Fluida Fluida dapat didefinisikan sebagai zat yang berubah bentuk secara kontinu bila terkena tegangan geser. Fluida mempunyai molekul yang terpisah jauh, gaya antarmolekul

Lebih terperinci

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro atau biasa disebut PLTMH adalah pembangkit listrik tenaga air sama halnya dengan PLTA, hanya

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida MEKANIKA FLUIDA Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida, jelas bahwa bukan benda tegar, sebab jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-molekul

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida

MEKANIKA FLUIDA. Ferianto Raharjo - Fisika Dasar - Mekanika Fluida MEKANIKA FLUIDA Zat dibedakan dalam 3 keadaan dasar (fase), yaitu:. Fase padat, zat mempertahankan suatu bentuk dan ukuran yang tetap, sekalipun suatu gaya yang besar dikerjakan pada benda padat. 2. Fase

Lebih terperinci

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A

YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax. 022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id MODUL

Lebih terperinci

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA

PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA PERTEMUAN III HIDROSTATISTIKA Pengenalan Statika Fluida (Hidrostatik) Hidrostatika adalah ilmu yang mempelajari perilaku zat cair dalam keadaan diam. Konsep Tekanan Tekanan : jumlah gaya tiap satuan luas

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI FLUID STTIS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fluida statis.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah.

FLUIDA. Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Nama :... Kelas :... FLUIDA Standar Kompetensi : 8. Menerapkan konsep dan prinsip pada mekanika klasik sistem kontinu (benda tegar dan fluida) dalam penyelesaian masalah. Kompetensi dasar : 8.. Menganalisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Fluida Aliran fluida atau zat cair (termasuk uap air dan gas) dibedakan dari benda padat karena kemampuannya untuk mengalir. Fluida lebih mudah mengalir karena ikatan molekul

Lebih terperinci

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis 1 BAB FLUIDA 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis Massa Jenis Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Yang termasuk

Lebih terperinci

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Konsep Aliran Fluida Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel Hal-hal yang diperhatikan : Sifat Fisis Fluida : Tekanan, Temperatur, Masa

Lebih terperinci

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA

MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN HIROLIKA MODUL KULIAH : MEKANIKA FLUIDA DAN SKS : 3 HIROLIKA Oleh : Acep Hidayat,ST,MT. Jurusan Teknik Perencanaan Fakultas Teknik Perencanaan dan Desain Universitas Mercu Buana Jakarta 2011 MODUL 12 HUKUM KONTINUITAS

Lebih terperinci

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av

Rumus Minimal. Debit Q = V/t Q = Av Contoh Soal dan tentang Fluida Dinamis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Mencakup debit, persamaan kontinuitas, Hukum Bernoulli dan Toricelli dan gaya angkat pada sayap pesawat. Rumus Minimal Debit Q = V/t Q

Lebih terperinci

SOAL TRY OUT FISIKA 2

SOAL TRY OUT FISIKA 2 SOAL TRY OUT FISIKA 2 1. Dua benda bermassa m 1 dan m 2 berjarak r satu sama lain. Bila jarak r diubah-ubah maka grafik yang menyatakan hubungan gaya interaksi kedua benda adalah A. B. C. D. E. 2. Sebuah

Lebih terperinci

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4

REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 REYNOLDS NUMBER K E L O M P O K 4 P A R A M I T A V E G A A. T R I S N A W A T I Y U L I N D R A E K A D E F I A N A M U F T I R I Z K A F A D I L L A H S I T I R U K A Y A H FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut! Fluida Statis Fisikastudycenter.com- Contoh Soal dan tentang Fluida Statis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Cakupan : tekanan hidrostatis, tekanan total, penggunaan hukum Pascal, bejana berhubungan, viskositas,

Lebih terperinci

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap.

Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Fluida Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida. Karena jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-moleku1di dalam fluida mempunyai kebebasan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS PERUBAHAN KELENGKUNGAN PARABOLOID PADA FLUIDA YANG DIPUTAR http://www.gunadarma.ac.id/ Disusun Oleh: Yatiman (21401472) Jurusan Teknik Mesin Pembimbing:

Lebih terperinci

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure)

Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Minggu 1 Tekanan Hidrolika (Hydraulic Pressure) Disiapkan oleh: Bimastyaji Surya Ramadan ST MT Team Teaching: Ir. Chandra Hassan Dip.HE, M.Sc Pengantar Fluida Hidrolika Hidraulika merupakan satu topik

Lebih terperinci

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM PENGARUH DIAMETER PIPA INLET TERHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Tugas Akhir Diajukan Untuk Melengkapi dan Memenuhi Syarat Kelulusan Guna Mencapai Gelar Sarjana Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

8. FLUIDA. Materi Kuliah. Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 8. FLUIDA Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Tegangan Permukaan Viskositas Fluida Mengalir Kontinuitas Persamaan Bernouli Materi Kuliah 1 Tegangan Permukaan Gaya tarik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGARUH BILANGAN REYNOLD TERHADAP KECEPATAN SUDUT TURBIN GORLOV HYDROFOIL NACA 0012-34 SUDUT KEMIRINGAN 45 TUGAS AKHIR ZEVO PRIORY SIBERO L2E 006 096 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2

FLUIDA DINAMIS. GARIS ALIR ( Fluida yang mengalir) ada 2 DINAMIKA FLUIDA FLUIDA DINAMIS SIFAT UMUM GAS IDEAL Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (STEADY ) dan tak tunak (non STEADY) Aliran fluida dapat termanpatkan (compressibel) dan tak termanfatkan

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hukum Kekekalan Massa Hukum kekekalan massa atau dikenal juga sebagai hukum Lomonosov- Lavoiser adalah suatu hukum yang menyatakan massa dari suatu sistem tertutup akan konstan

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P

PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P PERSAMAAN BERNOULLI I PUTU GUSTAVE SURYANTARA P ANGGAPAN YANG DIGUNAKAN ZAT CAIR ADALAH IDEAL ZAT CAIR ADALAH HOMOGEN DAN TIDAK TERMAMPATKAN ALIRAN KONTINYU DAN SEPANJANG GARIS ARUS GAYA YANG BEKERJA HANYA

Lebih terperinci

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan

Tegangan Permukaan. Fenomena Permukaan FLUIDA 2 TEP-FTP UB. Beberapa topik tegangan permukaan Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Beberapa topik tegangan permukaan Fenomena permukaan sangat mempengaruhi : Penetrasi melalui membran

Lebih terperinci

FIsika FLUIDA DINAMIK

FIsika FLUIDA DINAMIK KTSP & K-3 FIsika K e l a s XI FLUIDA DINAMIK Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi fluida dinamik.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

BAB FLUIDA A. 150 N.

BAB FLUIDA A. 150 N. 1 BAB FLUIDA I. SOAL PILIHAN GANDA Jika tidak diketahui dalam soal, gunakan g = 10 m/s 2, tekanan atmosfer p 0 = 1,0 x 105 Pa, dan massa jenis air = 1.000 kg/m 3. dinyatakan dalam meter). Jika tekanan

Lebih terperinci

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR

PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PERTEMUAN VII KINEMATIKA ZAT CAIR PENGERTIAN Kinematika aliran mempelajari gerak partikel zat cair tanpa meninjau gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Macam Aliran 1. Invisid dan viskos 2. Kompresibel

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok

Tabel 1.1. Jenis-jenis Besaran Pokok 1. BESARAN DAN SATUAN 1.1.Pendahuluan Ilmu Fisika adalah ilmu yang mempelajari gejala alam secara keseluruhan. Fisika dikaji lebih dalam dengan cara mempelajari bagaimana mengukur besaran-besaran yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hidrodinamika 2.1.1 Definisi Hidrodinamika Hidrodinamika merupakan salah satu cabang ilmu yang berhubungan dengan gerak liquid atau lebih dikhususkan pada gerak air. Skala

Lebih terperinci

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari

2 a) Viskositas dinamik Viskositas dinamik adalah perbandingan tegangan geser dengan laju perubahannya, besar nilai viskositas dinamik tergantung dari VARIASI JARAK NOZEL TERHADAP PERUAHAN PUTARAN TURIN PELTON Rizki Hario Wicaksono, ST Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma ASTRAK Efek jarak nozel terhadap sudu turbin dapat menghasilkan energi terbaik.

Lebih terperinci

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline.

FLUIDA BERGERAK. Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline. FLUIDA BERGERAK ALIRAN FLUIDA Di dalam geraknya pada dasarnya dibedakan dalam 2 macam, yaitu : Aliran laminar / stasioner / streamline. Aliran turbulen Suatu aliran dikatakan laminar / stasioner / streamline

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI

PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI ANALISIS LOSSES PADA INSTALASI ALAT PENGUJI ALIRAN FLUIDA CAIR SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Jenjang Strata Satu (S1) Pada Program Studi Teknik Mesin Fakultas

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

ρ =, (1) MEKANIKA FLUIDA

ρ =, (1) MEKANIKA FLUIDA MEKANIKA FLUIDA PENDAHULUAN Zat yang tersebar di alam dibedakan dalam tiga keadaan (fase), yaitu fase padat, cair dan gas. Beberapa perbedaan di antara ketiganya adalah: 1) Fase padat, zat mempertahankan

Lebih terperinci

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id

DINAMIKA FLUIDA. nurhidayah.staff.unja.ac.id DINAMIKA FLUIDA nurhidayah@unja.ac.id nurhidayah.staff.unja.ac.id Fluida adalah zat alir, sehingga memiliki kemampuan untuk mengalir. Ada dua jenis aliran fluida : laminar dan turbulensi Aliran laminar

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

JUDUL TUGAS AKHIR  ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI JUDUL TUGAS AKHIR http://www.gunadarma.ac.id/ ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI ABSTRAKSI Alat uji kehilangan tekanan didalam sistem perpipaan dibuat dengan menggunakan

Lebih terperinci

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013

Edy Sriyono. Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Edy Sriyono Jurusan Teknik Sipil Universitas Janabadra 2013 Aliran Pipa vs Aliran Saluran Terbuka Aliran Pipa: Aliran Saluran Terbuka: Pipa terisi penuh dengan zat cair Perbedaan tekanan mengakibatkan

Lebih terperinci

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida

Fisika Umum (MA101) Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Fisika Umum (MA101) Topik hari ini: Zat Padat dan Fluida Kerapatan dan Tekanan Gaya Apung Prinsip Archimedes Gerak Fluida Zat Padat dan Fluida Pertanyaan Apa itu fluida? 1. Cairan 2. Gas 3. Sesuatu yang

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

Aliran Fluida. Konsep Dasar

Aliran Fluida. Konsep Dasar Aliran Fluida Aliran fluida dapat diaktegorikan:. Aliran laminar Aliran dengan fluida yang bergerak dalam lapisan lapisan, atau lamina lamina dengan satu lapisan meluncur secara lancar. Dalam aliran laminar

Lebih terperinci

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA

I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.Eng. MEKANIKA FLUIDA DEFINISI Mekanika fluida gabungan antara hidraulika eksperimen dan hidrodinamika klasik Hidraulika dibagi 2 : Hidrostatika Hidrodinamika PERKEMBANGAN HIDRAULIKA

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas

Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Materi Kuliah: - Tegangan Permukaan - Fluida Mengalir - Kontinuitas - Persamaan Bernouli - Viskositas Staf Pengajar Fisika Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Beberapa topik tegangan permukaan

Lebih terperinci

FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI

FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI 2016 FLUIDA STATIS 15B08001 ALFIAH INDRIASTUTI 1 FLUIDA STATIS Fluida meliputi zat cair dan gas. Fluida Statis adalah fluida yang berada dalam fase tidak bergerak (diam) atau fluida dalam keadaan bergerak

Lebih terperinci

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT PENGUJIAN Desain yang digunakan pada penelitian ini berupa alat sederhana. Alat yang di desain untuk mensirkulasikan fluida dari tanki penampungan

Lebih terperinci

LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida)

LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida) LAJU ALIRAN MASSA DAN DEBIT ALIRAN (Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mesin Fluida) Oleh: Tan Ali Al Ayubi NRP. 4216106028 Dosen Pengampu: Ede Mehta Wardhana, ST., MT. TEKNIK SISTEM PERKAPALAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH

PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH TUGAS AKHIR PERUBAHAN BENTUK THROTTLE VALVE KARBURATOR TERHADAP KINERJA ENGINE UNTUK 4 LANGKAH Tugas Akhir Ini Disusun Untuk Memenuhi Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana S1 Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut!

Soal No. 2 Seorang anak hendak menaikkan batu bermassa 1 ton dengan alat seperti gambar berikut! Fluida Statis Fisikastudycenter.com- Contoh Soal dan tentang Fluida Statis, Materi Fisika kelas 2 SMA. Cakupan : tekanan hidrostatis, tekanan total, penggunaan hukum Pascal, bejana berhubungan, viskositas,

Lebih terperinci

TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA

TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA TUGAS SKRIPSI SISTEM PEMBANGKIT TENAGA ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN SEBAGAI PEMBANGKIT TENAGA UAP PADA PKS KAPASITAS 30 TON TBS/JAM OLEH ISKANDAR PERANGIN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Kerja Pompa Hidram Prinsip kerja hidram adalah pemanfaatan gravitasi dimana akan menciptakan energi dari hantaman air yang menabrak faksi air lainnya untuk mendorong ke

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena

BAB II LANDASAN TEORI. bisa mengalami perubahan bentuk secara kontinyu atau terus-menerus bila terkena BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Mekanika Fluida Mekanika fluida adalah subdisiplin dari mekanika kontinyu yang mempelajari tentang fluida (dapat berupa cairan dan gas). Fluida sendiri merupakan zat yang bisa

Lebih terperinci

contoh soal dan pembahasan fluida dinamis

contoh soal dan pembahasan fluida dinamis contoh soal dan pembahasan fluida dinamis Rumus Minimal Debit Q = V/t Q = Av Keterangan : Q = debit (m 3 /s) V = volume (m 3 ) t = waktu (s) A = luas penampang (m 2 ) v = kecepatan aliran (m/s) 1 liter

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 11 Fisika

Antiremed Kelas 11 Fisika Antiremed Kelas Fisika Fluida Dinamis - Latihan Soal Halaman 0. Perhatikan gambar penampang pipa berikut! Air mengalir dari pipa A ke B terus ke C. Perbandingan luas penampang A dengan penampang C adalah

Lebih terperinci

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi

Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi Latihan Soal Uas Fisika SMK Teknologi Oleh Tenes Widoyo M.Pd. Paket 01 1. Besaran yang dimensinya ML 2 L -2 adalah. A. Tekanan B. Usaha C. Impuls D. Momentum E. Kecepatan 2. Dua buah vektor A dan B besarnya

Lebih terperinci

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume

PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/ Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume PREDIKSI UAS 1 FISIKA KELAS X TAHUN 2013/2014 A. PILIHAN GANDA 1. Besaran-besaran berikut yang merupakan besaran pokok adalah a. Panjang, lebar,luas,volume d. Panjang, lebar, tinggi, tebal b. Kecepatan,waktu,jarak,energi

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Mekanika Zat Padat dan Fluida

Fisika Dasar I (FI-321) Mekanika Zat Padat dan Fluida Fisika Dasar I (FI-321) Topik hari ini (minggu 11) Mekanika Zat Padat dan Fluida Keadaan Zat/Bahan Padat Cair Gas Plasma Kita akan membahas: Sifat mekanis zat padat dan fluida (diam dan bergerak) Kerapatan

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA

MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA MEKANIKA FLUIDA DI SUSUN OLEH : ADE IRMA 13321070 4 Konsep Dasar Mekanika Fluida Fluida adalah zat yang berdeformasi terus menerus selama dipengaruhi oleh suatutegangan geser.mekanika fluida disiplin ilmu

Lebih terperinci

Hidraulika dan Mekanika Fuida

Hidraulika dan Mekanika Fuida Drs. Rakhmat Yusuf, MT Hidraulika dan Mekanika Fuida Hidraulika dan Mekanika Fuida Hidraulika dan Mekanika Fuida Jurusan Pendidikan Teknik Sipil Diploma III Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Prinsip Dasar Alat uji Bending 2.1.1. Definisi Alat Uji Bending Alat uji bending adalah alat yang digunakan untuk melakukan pengujian kekuatan lengkung (bending)

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 10 A. Fluida Statis Fluida statis membahas tentang gaya dan tekanan pada zat alir yang tidak bergerak. Zat yang termasuk zat alir adalah zat cair dan gas. Setiap zat baik padat, cair maupun gas

Lebih terperinci

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN

HIDRODINAMIKA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinematika adalah tinjauan gerak partikel zat cair tanpa memperhatikan gaya yang menyebabkan gerak tersebut. Kinematika mempelajari kecepatan disetiap titik dalam medan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu alat atau mesin yang digunakan untuk memindahkan cairan dari suatu tempat ke tempat yang lain melalui suatu media perpipaan

Lebih terperinci

Aliran Turbulen (Turbulent Flow)

Aliran Turbulen (Turbulent Flow) Aliran Turbulen (Turbulent Flow) A. Laminer dan Turbulen Laminer adalah aliran fluida yang ditunjukkan dengan gerak partikelpartikel fluidanya sejajar dan garis-garis arusnya halus. Dalam aliran laminer,

Lebih terperinci

1. Pada gambar dibawah ini, tekanan hidrostatis yang paling besar berada pada titik. a. A b. B

1. Pada gambar dibawah ini, tekanan hidrostatis yang paling besar berada pada titik. a. A b. B Paket 1 1. Pada gambar dibawah ini, tekanan hidrostatis yang paling besar berada pada titik. a. A b. B A C c. C E d. D B e. E D 2. A 1 F 1 F 2 A 2 A 2 Perhatikan gambar, jika A1: A2 = 1: 10, dan gaya F1=

Lebih terperinci

PENGARUH TINGGI TEKANAN RESERVOIR TERHADAP DEBIT PADA PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH TINGGI TEKANAN RESERVOIR TERHADAP DEBIT PADA PEMOMPAAN POMPA HIDRAM PENGARUH TINGGI TEKANAN RESERVOIR TERHADAP DEBIT PADA PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil diajukan oleh : PATNA WIBOWO NIM :

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA

MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA MODUL PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA LABORATORIUM TEKNIK SUMBERDAYA ALAM dan LINGKUNGAN JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2013 MATERI I KALIBRASI SEKAT UKUR

Lebih terperinci

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM

PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM PENGUJIAN PENGARUH VARIASI HEAD SUPPLY DAN PANJANG LANGKAH KATUP LIMBAH TERHADAP UNJUK KERJA POMPA HIDRAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik FRANCISCUS

Lebih terperinci

Klasisifikasi Aliran:

Klasisifikasi Aliran: Klasisifikasi Aliran: 1) Aliran Invisid dan Viskos 2) Aliran kompresibel dan tak kompresible 3) Aliran laminer dan turbulen 4) Aliran steady dan unsteady 5) Aliran seragam dan tak seragam 6) Aliran satu,

Lebih terperinci

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM

PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM PERTEMUAN X PERSAMAAN MOMENTUM Zat cair yang bergerak dapat menimbulkan gaya. Gaya yang ditimbulkan oleh zat cair dapat dimanfaatkan untuk : - analisis perencanaan turbin - mesin-mesin hidraulis - saluran

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN

BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN BAB III PERANCANGAN, INSTALASI PERALATAN DAN PENGUJIAN 3.1 PERANCANGAN ALAT 3.1.1. DESIGN REAKTOR Karena tekanan yang bekerja tekanan vakum pada tabung yang cendrung menggencet, maka arah tegangan yang

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika Persiapan UTS Semester Ganjil Doc. Name: RK13AR11FIS01UTS Version: 2016-09 halaman 1 01. Empat gaya masing-masing F 1 = 10 N, F 2 = 20 N, F 3 = 10 N dan F 4 = 40 N

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran K-13 Kelas X FISIKA PENGUKURAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami definisi besaran dan jenisnya. 2. Memahami sistem satuan dan dimensi besaran.

Lebih terperinci

SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit

SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit Mata Pelajaran Hari / tanggal Waktu SOAL MID SEMESTER GENAP TP. 2011/2012 : Fisika : Rabu/7 Maret 2012 : 90 menit Petunjuk : a. Pilihan jawaban yang paling benar diantaraa huruf A, B, C, D dan E A. Soal

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA

RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA TUGAS AKHIR RANCANG BANGUN DAN PENGUJIAN MESIN PENGERING KAYU PORTABEL DENGAN BAHAN BAKAR BRIKET GERGAJI UNTUK PENGRAJIN HANDICRAFT di SURAKARTA Disusun Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata

Lebih terperinci

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK

TEGANGAN PERMUKAAN MATERI POKOK MATERI POKOK 1. Pengertian tegangan permukaan 2. Penyebab tegangan permukaan 3. Metode pengukuran tegangan permukaan 4. Menghitung tegangan permukaan 5. Tegangan di dalam sebuah gelembung 6. Tekanan di

Lebih terperinci

Materi Fluida Statik Siklus 1.

Materi Fluida Statik Siklus 1. Materi Fluida Statik Siklus 1. Untuk pembelajaran besok, kita akan belajar tentang dua hal berikut ini : Hukum Utama Hidrostatis Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan berubah bentuk (dapat dimampatkan)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum Turbin Tesla Turbin Tesla merupakan salah satu turbin yang memanfaatkan energi fluida dan viskositas fluida untuk menggerakkan turbin. Konsep turbin Tesla ditemukan

Lebih terperinci

F L U I D A TIM FISIKA

F L U I D A TIM FISIKA L U I D A TIM ISIKA 1 Materi Kuliah luida dan enomena luida Massa Jenis Tekanan Prinsip Pascal Prinsip Archimedes LUIDA luida merupakan sesuatu yang dapat mengalir sehingga sering disebut sebagai zat alir.

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ULANGAN UMUM SEMESTER 1

ULANGAN UMUM SEMESTER 1 ULANGAN UMUM SEMESTER A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, d atau e di depan jawaban yang benar!. Kesalahan instrumen yang disebabkan oleh gerak brown digolongkan sebagai... a. kesalahan relatif

Lebih terperinci

LATIHAN UJIAN NASIONAL

LATIHAN UJIAN NASIONAL LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika

Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika Pertemuan 1 PENDAHULUAN Konsep Mekanika Fluida dan Hidrolika OLEH : ENUNG, ST.,M.Eng JURUSAN TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG 2011 1 SILABUS PERTEMUAN MATERI METODE I -PENDAHULUAN -DEFINISI FLUIDA

Lebih terperinci

SOAL - JAWAB FISIKA Soal 1. Kation terjadi jika sebuah atom. a. melepaskan satu atau lebih protonnya b. melepas kan satu atau lebih elektronnya c.

SOAL - JAWAB FISIKA Soal 1. Kation terjadi jika sebuah atom. a. melepaskan satu atau lebih protonnya b. melepas kan satu atau lebih elektronnya c. SOAL - JAWAB FISIKA Soal 1. Kation terjadi jika sebuah atom. a. melepaskan satu atau lebih protonnya b. melepas kan satu atau lebih elektronnya c. menangkap satu atau lebih proton bebas d. menangkap satu

Lebih terperinci