BAB I PENGANTAR. menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam
|
|
- Herman Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Minyak dan Gas Bumi (Migas) merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan yang dikuasai oleh negara, serta merupakan komoditas vital yang menguasai hajat hidup orang banyak dan mempunyai peranan penting dalam perekonomian nasional. Kegiatan usaha minyak dan gas bumi mempunyai peranan penting dalam memberikan nilai tambah secara nyata kepada pertumbuhan ekonomi nasional yang meningkat dan berkelanjutan. Minyak dan gas bumi sebagai salah satu sektor yang memberikan kontribusi hampir 40 persen kepada APBN. Hal tersebut merupakan perwujudan atas pemanfaatan dan pengoperasian aset-aset yang diperoleh melalui Kontrak Kerja Sama (KKS) minyak dan gas bumi. Aset tersebut merupakan Barang Milik Negara (BMN) walaupun pada awalnya diperoleh melalui pembiayaan Kontaktor KKS, biaya tersebut telah dikembalikan Pemerintah RI melalui mekanisme bagi hasil migas cost recovery. Kegiatan usaha migas telah berjalan sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sementara penatausahaan aset-aset yang digunakan dalam industri hulu migas di Indonesia baru dilakukan sejak PERTAMINA didirikan. Walaupun dalam bentuk yang belum terlalu detil dan seiring dengan bergulirnya waktu, maka penatausahaan dan administrasi aset-aset tersebut semakin baik. Terbentuknya Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu di Bidang Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) yang telah dibubarkan pada tahun 2012 dan kemudian 1
2 dibentuk Satuan Kerja Khusus Migas (SKK Migas) memberikan kontribusi yang signifikan dalam hal peningkatan kualitas pengelolaan dan administrasi aset yang digunakan dalam industri hulu migas, di mana pengelolaan dan administrasi aset tersebut mengacu kepada skema Kerja Sama Bagi Hasil. Sejak terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2006 beserta peraturan dan ketentuan turunannya sebagai konsekuensi terbitnya Undang Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, merupakan momen penting dalam sejarah perminyakan yang memberikan warna tersendiri dalam hal pengelolaan dan administrasi aset di industri hulu migas. Hal tersebut memberikan perubahan drastis dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat, dengan masuknya aset Kontrak Kerja Sama dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) memberikan kontribusi positif dalam menaikkan jumlah aktiva Negara Republik Indonesia yang sangat signifikan. Dalam Neraca LKPP, terdapat pos pencatatan yang memberikan informasi aset-aset yang diperoleh melalui KKS tersebut. Sejak tahun 2010 hingga 2012 Pemerintah menugaskan BPMIGAS (yang saat ini telah dibentuk SKK Migas untuk melanjutkan tugas pokok dan fungsi BPMIGAS), BPKP, KEMENKEU, dan KEMEN ESDM untuk bersama-sama melakukan inventarisasi dan penilaian atas seluruh BMN yang diperoleh melalui Kontrak Kerja Sama. Hal ini untuk mendukung terciptanya penyajian LKPP yang dapat diyakini kewajarannya dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Aset BMN KKS tersebar dari Sabang hingga Merauke, di antara provinsiprovinsi penghasil minyak dan gas bumi, baik di daratan ataupun di lautan lepas 2
3 pantai, inventarisasi dilakukan sebagai dasar untuk melakukan penilaian aset (penilaian nilai pasar/wajar). Nilai wajar merupakan nilai yang harus digunakan untuk aset Kontraktor KKS. Aturan ini mengacu pada standar yang telah ditetapkan dalam Pedoman Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Artinya historical cost yang telah tercantum perlu dilakukan review (revaluasi) kembali dengan cut off date tertentu. Demikian pula dengan aset KKS yang aktif dan tidak aktif juga perlu dipisahkan. Perlakuan akuntansi digunakan sebagai dasar pencatatan aset, penggolongan/kategorisasi aset pada Kontraktor KKS mengacu kepada Production Sharing Contract (PSC) Accounting yang sangat unik/tidak umum. PSC tidak mengatur nilai wajar aset, maka diperlukan beberapa penyesuaian dan penyelarasan antara prinsip-prinsip yang digunakan Pemerintah RI dalam pengelolaan aset BMN Lembaga dan Kementerian dengan prinsip-prinsip yang digunakan dalam skema PSC. Masing-masing memiliki kesamaan dalam sedikit hal, dengan perbedan dalam banyak hal. Sebelum melakukan penilaian aset KKS, pemerintah harus melakukan inventarisasi aset KKS. Tujuan dari inventarisasi aset tersebut diharapkan hasilnya dapat digunakan untuk pengelolaan aset-aset yang dimiliki dengan baik dan benar. Jika pemerintah tidak memiliki sistem pengelolaan aset, pemerintah belum dapat menjalankan suatu pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab. Sesuai dengan PP Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, seluruh barang dan peralatan yang secara langsung digunakan dalam kegiatan usaha hulu yang dibeli kontraktor menjadi 3
4 milik/kekayaan negara yang pembinaannya dilakukan oleh Pemerintah dan dikelola oleh Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu di Bidang Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS). Pemerintah juga mengeluarkan PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagai pedoman dalam pengelolaan aset, dimana dijelaskan bahwa aset BMN yang diperoleh melalui Kontrak Kerja Sama merupakan aset Negara yang diperoleh melalui kontrak yang sah. Untuk itu pula Menteri Keuangan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) nomor 135/PMK.6/2009 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara yang Berasal dari KKKS yang telah dirubah dengan PMK nomor 165/PMK.6/2010 sebagai revisi atas PMK 135/PMK.6/2009. Untuk mengembangkan potensi minyak dan gas bumi yang ada, Pemerintah dituntut untuk mendayagunakan potensi aset yang dimiliki dengan memfokuskan pada pengelolaan aset-aset yang dimiliki, baik yang bersifat operasional maupun yang bersifat non-operasional. Untuk mengetahui potensi tersebut perlu dilakukan kegiatan inventarisasi, identifikasi, legal audit, penilaian aset, dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengoptimalkan aset KKS tersebut. Penilitian ini bertujuan untuk meneliti apakah dari sudut pandang responden proses inventarisasi dan penilaian aset yang diperlukan untuk mengoptimalkan aset KKS telah dilakukan sesuai dengan peraturan yang berlaku. 1.2 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait manajemen aset telah banyak dilakukan antara lain disajikan pada Tabel
5 Tabel 1.1 Penelitian Terkait Manajemen Aset No. Penelitian / Tahun 1 Mazen A, Bayu, Atalla F., Lotong, 2008 Metode Library research Library research Library research Penelitian normatif 5 Lu, 2011 Library research 6 Antoh, 2012 Library research Kesimpulan Untuk lebih mengintegrasikan manajemen portofolio ke dalam proses bisnis, organisasi membentuk tim inti internal untuk memfasilitasi proses dan bekerja dengan tim aset secara berkelanjutan. Hal ini telah membantu penghematan waktu untuk mengembangkan strategi portofolio regional dan unit bisnis yang ada. Permasalahan yang harus diperbaiki adalah belum adanya sistem aplikasi khusus terutama berbasis keruangan untuk membuat data base BMN yang tepat, akurat, handal serta efisien dan efektif untuk penyajian data yang cepat dan dapat dipercaya. Practical intelligent multi agent system untuk manajemen aset untuk industri minyak bumi, yang sangat menguntungkan dalam operasional fasilitas produksi minyak dan gas, khususnya terkait dengan manajemen pemeliharaan aset perminyakan. Tanggung jawab perusahaan minyak terhadap barang bergerak yang telah diserahkan kepada pemerintah adalah perusahaan minyak masih harus bertanggung jawab terhadap barang bergerak selama masih dalam penguasaan. Pemerintah negara bagian memenuhi standar dalam sistem manajemen aset tetap. Hasil survei mengungkapkan bahwa enam pilar sistem manajemen aset tetap saling berhubungan dengan satu sama lain. Sebuah kontribusi utama dari penelitian ini adalah pengembangan sistem manajemen aset tetap. Pemerintah negara bagian dan federal dapat membandingkan manajemen aset tetapnya. Secara bersama-sama/serentak menunjukkan bahwa ke-empat variabel yaitu inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset serta pengawasan dan pengendalian aset terbukti berpengaruh signifikan/positif terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan). Sepanjang pengetahuan penulis, penelitian yang sudah dilakukan umumnya membahas tentang sesuai tidaknya proses inventarisasi dengan peraturan dan prosedur yang berlaku. Di samping itu, objek penelitiannya pada umumnya adalah aset pemerintah daerah. Penelitian tidak hanya membahas pelaksanaan proses inventarisasi, tetapi juga proses penilaian yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan peraturan dan prosedur yang berlaku. Penelitian 5
6 tentang proses inventarisasi dan proses penilaian aset KKS ini penting dilakukan sebab kepemilikannya adalah pada Pemerintah, sedangkan pengelolaannya dilakukan oleh Kementerian Keuangan sehingga sangat dibutuhkan kejelasan nilai dan inventarisasi dari aset BMN KKKS dimaksud. Mazen A (1999), melakukan penelitian untuk mengembangkan dan menerapkan proses-portofolio manajemen dan sistem untuk organisasi klien di industri hulu minyak dan gas. Sistem yang digunakan diharapkan dapat memberikan dukungan analisis sehingga memungkinkan manajemen organisasi untuk membandingkan keputusan dan optmlisasi aset di seluruh portofolio, serta selanjutnya menentukan alokasi sumberdaya. Untuk lebih mengintegrasikan manajemen portofolio ke dalam proses bisnis, organisasi membentuk tim inti internal untuk memfasilitasi proses dan bekerja dengan tim aset secara berkelanjutan. Hal ini telah membantu penghematan waktu untuk mengembangkan strategi portofolio regional dan unit bisnis yang ada. Firdaus (2007), penelitian ini fokus pada proses inventarisasi dan penilaian tanah dan bangunan milik Departemen Keuangan untuk koreksi pada Neraca Laporan Keuangan Pemerintah Per 31 Desember 2008 yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Yogyakarta. Data yang digunakan adalah data sekunder yang berupa data realisasi Laporan Hasil Penilaian BMN milik Departemen Keuangan, data rekapitulasi Hasil Inventarisasi BMN milik Departemen Keuangan, data rekapitulasi Hasil Penilaian BMN milik Departemen Keuangan pada KPKNL Yogyakarta, serta data primer dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan sampel sebanyak 30 responden 6
7 pada KPKNL Yogyakarta. Variabel yang digunakan adalah pendataan, pengkodean, pengelompokan, pencatatan, dan penilaian yang diukur dengan menggunakan lima skor skala likert. Dari penelitian tersebut, permasalahan yang harus diperbaiki adalah belum adanya sistem aplikasi khusus terutama berbasis keruangan untuk membuat data base BMN yang tepat, akurat, handal serta efisien dan efektif untuk penyajian data yang cepat dan dapat dipercaya. Sayda (2008), dalam penelitiannya membahas practical intelligent multi agent system untuk manajemen aset untuk industri minyak bumi, yang sangat menguntungkan dalam operasional fasilitas produksi minyak dan gas, khususnya terkait dengan manajemen pemeliharaan aset perminyakan. Sebuah proyek penelitian yang mempelajari kelayakan dari suatu sistem manajemen aset terpadu. Marthen (2008), melakukan suatu kajian terhadap pembuktian kepemilikan negara atas aset benda bergerak dalam bisnis perusahaan perminyakan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembuktian atas aset benda bergerak sebagai milik negara dan membedakannya dengan milik pribadi (private asset investment) dalam hukum perdata secara umum. Selain itu, juga untuk mengetahui dan memahami tanggung jawab perusahaan minyak terhadap barang bergerak yang telah diserahkan menurut hukum perdata secara umum. Penelitian ini merupakan penelitian normatif yang menggunakan bahan hukum berupa peraturan perundang-undangan, literatur, dan pendapat para ahli.. Tanggung jawab perusahaan minyak terhadap barang bergerak yang telah diserahkan kepada pemerintah adalah perusahaan minyak masih harus bertanggung jawab terhadap barang bergerak selama masih dalam penguasaan. 7
8 Lu (2011), meneliti pengelolaan aktiva tetap publik, yang dikendalikan dan digunakan oleh pemerintah negara bagian di Amerika. Penelitian ini mencoba untuk menjawab dua pertanyaan utama. 1. Apakah karakteristik dari sistem aset manajemen modern sudah berdasarkan literatur yang tersedia? 2. Bagaimana praktek manajemen publik aset pada pemerintah negara bagian AS dibandingkan dengan standar sistem aset manajemen modern? Berdasarkan teori sistem dan penelitian terkini tentang manajemen aset publik dan sistem pengadaan publik, penelitian ini mengembangkan sebuah kerangka kerja intelektual dari sistem manajemen aset publik. Sistem ini terdiri dari enam pilar saling tergantung, termasuk persyaratan hukum dan peraturan, struktur organisasi, proses manajemen di seluruh siklus hidup aset, strategi modal manusia, teknologi informasi dan sumber daya, dan monitoring, integritas, dan transparansi. Hasil survei menunjukkan bahwa pemerintah negara bagian memenuhi standar dalam sistem manajemen aset tetap. Hasil survei mengungkapkan bahwa enam pilar sistem manajemen aset tetap saling berhubungan dengan satu sama lain. Sebuah kontribusi utama dari penelitian ini adalah pengembangan sistem manajemen aset tetap. Pemerintah negara bagian dan federal dapat membandingkan manajemen aset tetapnya. Antoh (2012). dalam penelitiannya yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh manajemen aset terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) pada Pemerintah Daerah di Kabupaten Paniai. Dengan menggunakan metode purposive sampling jumlah sampel penelitian yang diambil adalah sebanyak 50 responden.variabel-variabel yang digunakan adalah inventarisasi aset, legal audit 8
9 aset, penilaian aset, serta pengawasan dan pengendalian aset. Pengujian hiporesis dilakukan dengan uji regresi linier berganda, hasil analisis secara bersamasama/serentak menunjukkan bahwa ke-empat variabel yaitu inventarisasi aset, legal audit aset, penilaian aset serta pengawasan dan pengendalian aset terbukti berpengaruh signifikan/positif terhadap optimalisasi aset tetap (tanah dan bangunan) Dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu terdapat kesamaan dengan penelitian ini, khususnya tentang konsep manajemen aset, baik pemerintah ataupun publik. Di samping itu terdapat kemiripan dalam komparasi pengelolaan dan administrasi aset di industri hulu migas dengan aset pemerintah yang umum. Dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah perbedaan dalam waktu pelaksanaan penelitian dan objek penelitian. Penelitian ini akan menganalisa pelaksanaan inventarisasi dan penilaian terhadap aset Kontrak Kerja Sama Migas pada tahun 2010 sampai dengan 2012 berdasarkan pedoman yang berlaku terkait manajemen aset di lingkungan industri hulu migas 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas proses inventarisasi dan penilaian aset BMN KKS dari sudut pandang responden, meliputi: 1. sistem pendataan aset KKS dari aspek fisik dan aspek legal; 2. kodefikasi (labeling) aset KKS; 3. pengelompokan aset KKS; 9
10 4. pengembangan pencatatan daftar aset KKS pada SKK Migas dan DJKN Kementerian Keuangan. 5. sistem penilaian aset KKS pada SKK Migas dan DJKN Kementerian Keuangan. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi kalangan akademis maupun untuk praktisi sebagai berikut. 1. Memberikan tambahan pemahaman industri migas dan peranan industri hulu migas terhadap multiplier effect perekonomian pada umumnya dan KKS/PSC khususnya kepada khalayak luas (khususnya akademik) 2. Diharapkan dapat menambah acuan dan gambaran pengetahuan tentang inventarisasi aset dalam rangka pengelolaan aset yang diselenggarakan Pemerintah melalui SKK Migas dan DJKN Kementerian Keuangan 3. Diharapkan dapat memberikan bukti nyata mengenai besarnya peranan manajemen aset dalam upaya meningkatkan kegunaan aset dalam mendukung pelaksanaan industri hulu migas yang memberikan kontribusi tinggi pada perekonomian bangsa 4. Diharapkan dapat memberikan referensi dalam bidang ilmu khususnya manajemen aset BMN KKS 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I Pengantar, menjelaskan tentang informasi umum, yaitu latar belakang penelitian, keaslian 10
11 penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka yang berisikan: landasan teori, pertanyaan riset, alat analisis serta berisikan teori yang diambil dari beberapa kutipan buku, yang berupa pengertian dan definisi yang digunakan dalam penulisan. Bab III Analisis Data serta menguraikan tentang cara penelitian dan hubungan fenomena-fenomena yang diamati, serta menunjukkan hasil dan pembahasan analisis data. Bab IV Kesimpulan dan Saran yang berisikan hasil penelitian, serta rekomendasi untuk Pemerintah melalui SKK Migas dan DJKN Kementerian Keuangan sehubungan dengan hasil penelitian. 11
BAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era industri migas dikelompokkan menjadi tiga era yaitu era kolonial belanda, era awal kemerdekaan, dan era industri migas modern. Era kolonial Belanda ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi. Ekplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring berjalannya reformasi birokrasi pemerintahan maka seluruh hal-hal yang terkait dengan penyelenggaraan pemerintah dituntut untuk dapat menjalankan
Lebih terperinci2017, No Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa k
No.1122, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Tata Kelola BMN. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN TATA KELOLA BARANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Perumusan key..., Dino Andrian, FE UI, 2009
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang No. 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi menyatakan bahwa minyak dan gas bumi sebagai sumber daya alam strategis takterbarukan yang terkandung di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak dari dikeluarkannya paket regulasi pengelolaan keuangan negara yang dimulai pada tahun 2003 dengan Undang-undang nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. dalam mengelola daerah serta mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki. Hal ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sistem pemerintahan daerah di Indonesia dewasa ini memasuki paradigma baru di mana salah satu tujuan dari penyelenggaraan pemerintah adalah terciptanya good governance
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar bagi pemerintah Indonesia, setelah itu disusul oleh sektor yang lainnya seperti dari Tenaga Kerja Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara/Daerah sebagai kelanjutan dari 3 (tiga) paket Undang-undang yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tahun 2006 merupakan babak baru dalam sejarah pengelolaan kekayaan Negara Republik Indonesia pada umumnya dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) pada khususnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang, Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Lebih terperinci2017, No Tahun 2013 Nomor 1617) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 215/PMK.05/2016 tentang Perubahan atas Peratu
No.1185, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Penilaian Kembali BMN. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 118/PMK.06/2017 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENILAIAN KEMBALI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Manajemen perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang memuat informasi keuangan masa lalu perusahaan yang dinyatakan dalam satuan mata uang serta
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun1999 tentang Perimbangan Keuangan
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 Tahun1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karakteristik organisasi nirlaba atau organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi bisnis pada umumnya. Perbedaan utama yang mendasar terletak pada cara organisasi
Lebih terperinciANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007
ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007 Abstrak Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) kembali memberikan opini disclaimer atas Laporan Keuangan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah mengalami pergeseran
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak diberlakukannya undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah mengalami pergeseran fundamental, baik
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2015 pemerintah pusat dan pemerintah daerah diwajibkan untuk menerapkan standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan dan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. nilainya paling besar dan merupakan kekayaan yang vital bagi berjalannya sebuah
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah organisasi, aset umumnya merupakan komponen yang nilainya paling besar dan merupakan kekayaan yang vital bagi berjalannya sebuah organisasi. Aset tetap adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebelum berlakunya paket Undang-undang di bidang keuangan Negara,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebelum berlakunya paket Undang-undang di bidang keuangan Negara, ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku mengharuskan pertanggungjawaban pengelolaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi akan berjalan lancar apabila disertai dengan administrasi yang baik
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia sejarah pengelola keuangan pemerintahan sudah ada sejak masa lampau. Sebagai bagian dari suatu pemerintahan, Kementerian Keuangan merupakan instansi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan bahwa keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang serta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi dalam bidang keuangan yang ditandai dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1372, 2012 KEMENTERIAN KEUANGAN. Akuntansi. Pelaporan Aset. BMN. Kontrak Kerja Sama. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 245/PMK.05/2012 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. maupun non komersial, karena aset memegang peranan penting dalam
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Keberadaan aset tidak bisa diabaikan dalam sebuah organisasi komersial maupun non komersial, karena aset memegang peranan penting dalam keberlangsungan sebuah organisasi.
Lebih terperinciOPTIMALISASSI PENERIMAAN PPh MIGAS
OPTIMALISASSI PENERIMAAN PPh MIGAS 1. Perkembangan Penerimaan PPh Migas Dasar penerimaan migas adalah Kontrak Kerja Sama (KKS). Dalam KKS diatur bahwa Kontraktor wajib melakukan pembayaran pajak-pajak
Lebih terperinciDomain Menteri Keuangan Dalam Konteks Pengelolaan Barang Milik Negara/ Kekayaan Negara dan Beberapa Permasalahannya
Domain Menteri Keuangan Dalam Konteks Pengelolaan Barang Milik Negara/ Kekayaan Negara dan Beberapa Permasalahannya Oleh Drs. Herri Waloejo Widyaiswara Utama Pusdiklat KNPK Abstrak Berdasarkan Undang-Undang
Lebih terperinciPENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH. Abstract
PENYUSUTAN ATAS ASET TETAP PEMERINTAH Oleh Margono WIDYAISWARA PADA PUSDIKLAT KEKAYAAN NEGARA DAN PERIMBANGAN KEUANGAN BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN Abstract Salah satu point
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengendalian Internal..., Eka, Fakultas Ekonomi 2017
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aparatur Sipil Negara (ASN) mempunyai kewajiban dalam pelayanan kepada masyarakat sebagaimana tercantum dalam undang- undang dasar 1945 dan dituangkan kedalam UU Nomer
Lebih terperinci50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN
50 BAB VII PENUTUP BAB VII PENUTUP A. RANGKUMAN Setelah diuraikan mengenai Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara dalam kerangka Sistem Akuntansi Pemerintah Pusat beserta kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik dalam pengelolaan keuangan negara. yang bersifat umum meliputi penetapan arah, kebijakan umum, strategi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kementerian Keuangan merupakan instansi pemerintah yang mempunyai peranan vital di dalam negara Indonesia untuk membantu melakukan pembangunan perekonomian. Peranan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.05/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN ASET BERUPA BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI KONTRAKTOR KONTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada sebuah pemerintahan akan saling terkait fungsinya guna memperjuangkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki beragam instansi pemerintah dengan tugas dan wewenang masing-masing. Meski begitu, seluruh instansi pemerintah yang berada pada sebuah pemerintahan
Lebih terperinciPeran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Peran KESDM Dalam Transparansi Lifting Migas Disampaikan Dalam FGD Tranparansi Dana Bagi Hasil (DBH) Industri Ekstraktif Batam, 09 April 2018 1 II DAFTAR ISI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN ASET BERUPA BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI KONTRAKTOR KONTRAK KERJA SAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip
264 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan : 5.1.1 Syarat-syarat dan ketentuan dalam kontrak EPCI di bidang usaha hulu Minyak Bumi dan Gas Alam mengandung asas-asas dari prinsip-prinsip unidroit. Peraturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pelaksanakan pemerintahan di Indonesia menggunakan sistem pemerintahan Pridensial, yaitu pelaksanaan sistem pemerintahan dipimpin oleh Presiden. Presiden
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.05/2011 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 02/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN ASET BERUPA BARANG MILIK NEGARA YANG BERASAL DARI KONTRAKTOR KONTRAK
Lebih terperinciReforMiner Quarterly Energy Notes April 2017
ReforMiner Quarterly Energy Notes April 2017 Catatan atas Implementasi dan Regulasi Kontrak Bagi Hasil Gross Split Pemerintah sejak 13 Januari 2017 lalu telah menerapkan kebijakan kontrak bagi hasil gross
Lebih terperinci2011, No.2 2 pedoman akuntansi dan pelaporan aset Kontraktor Kontrak Kerja Sama; d. bahwa Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara memiliki kewen
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Barang Milik Negara. Barang Rampasan Negara.Pengelolaan PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/PMK.05/2011 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang direvisi menjadi UU No. 32 Tahun 2004 dan diubah dengan Peraturan Perundang-undangan (Perpu)
Lebih terperinci2 kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi dalam rangka pengelolaan Minyak dan Gas Bumi di darat dan laut di Wilayah Aceh dapat dilakukan jika keseluruhan
No.99, 2015 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI SUMBER DAYA ALAM. Minyak. Gas Bumi. Aceh. Pengelolaan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 99). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Dengan adanya Undang-undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua telah memberikan kewenangan yang besar kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam hal
Lebih terperinci2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 ayat (2)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2017 KEUANGAN. Barang Milik Negara. Barang Milik Daerah. Penilaian Kembali. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan tidak langsung yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sumber penerimaan negara yang sifatnya langsung yaitu pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak lain dan tidak langsung yang pembebanannya dapat dilimpahkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan komoditas strategis yang mutlak dimiliki oleh suatu negara. Saat ini, energi yang dominan di dunia berasal dari fosil. Bentuk energi yang tidak
Lebih terperinci% Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Alokasi Biaya tidak langsung Kantor Pusat. Total Pengeluaran. Tahun
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.011/2011 TENTANG BATASAN PENGELUARAN ALOKASI BIAYA TIDAK LANGSUNG KANTOR PUSAT YANG DAPAT DIKEMBALIKAN DALAM PENGHITUNGAN BAGI HASIL
Lebih terperincibahwa dalam rangka menjaga tingkat produksi minyak dan gas bumi serta memberikan kepastian dalam pelaksanaan kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi
MENTERI ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satu indikator baik buruknya tata kelola keuangan serta pelaporan keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah memberikan agenda baru dalam pemerintahan Indonesia terhitung mulai tahun 2001. Manfaat ekonomi diterapkannya otonomi daerah adalah pemerintah
Lebih terperinciDomain Menteri Keuangan Dalam Kont eks Pengelolaan Barang Milik Negara/ Kekayaan Negara d an Beberapa Permasalahannya
Domain Menteri Keuangan Dalam Kont eks Pengelolaan Barang Milik Negara/ Kekayaan Negara d an Beberapa Permasalahannya Oleh Drs. Herri Waloejo Widyaiswara Utama Pusdiklat KNPK Sebagaimana diketahui bahwa
Lebih terperinciBAB 1 INTRODUKSI. ditetapkan dalam APBN. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk
BAB 1 INTRODUKSI Bab ini menguraikan latar belakang, masalah riset, pertanyaan riset dan tujuan dilakukannya riset. Bab ini juga memaparkan tentang kontribusi riset dan sistematika penulisan. 1.1. Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan wujud pengelolaan
Lebih terperinciDesain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015
Desain Tata Kelola Kelembagaan Hulu Migas Menuju Perubahan UU Migas Oleh: Wiwin Sri Rahyani * Naskah diterima: 13 April 2015; disetujui: 22 April 2015 Sudah lebih dari 2 (dua) tahun tepatnya 13 November
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan secara umum tentang pengelolaan Barang Milik
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara umum tentang pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang berkaitan dengan pelayanan publik pada Satuan Kerja Pemerintah Pusat, khususnya dalam bentuk pemanfaatan
Lebih terperincisebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan lebih rinci lagi dituangkan
ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN PADA KANTOR PELAYANAN KEKAYAAN NEGARA DAN LELANG (KPKNL) MALANG GUNA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN BARANG MILIK NEGARA Pemerintah mempunyai kewajiban dalam menyelenggarakan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. APBN. Pengelolaan Barang. Kontraktor / Kerjasama.
No.270, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. APBN. Pengelolaan Barang. Kontraktor / Kerjasama. PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 135/PMK.06/2009 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA
Lebih terperinciPIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG
PIDATO MENTERI KEUANGAN PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI POKOK-POKOK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2016 REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
Juta US$ 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia saat ini masuk sebagai negara net importir migas, meskipun sebelumnya sempat menjadi salah satu negara eksportir migas dan menjadi anggota dari Organization
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa
Lebih terperinciSCM DEPARTMENT 29 Maret 2017
SCM DEPARTMENT 29 Maret 2017 29 Maret 2017 PHE WMO Supply Chain Management AGENDA PHE WMO Supply Chain Management AGENDA PROSES PRA PENGADAAN LATAR BELAKANG - Sesuai dengan syarat Lampiran Tender di Buku
Lebih terperinciKebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN
Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kebijakan Penyusunan dan Pelaporan BMN Disampaikan oleh: Direktur Barang Milik Negara Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Penatausahaan BMN Jakarta,
Lebih terperinciCATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA TAHUN 2015
BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI JAWA TENGAH TINGKAT SATUAN KERJA CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA TAHUN 2015 Nomor : LAP-33/PW11/1/2016 Tanggal : 1 Februari 2016 Jalan
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2013 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI ENERGI
Lebih terperinciPENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL
PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL Eka Putri Agustini, Sri Kusumaningrum, Siti Nur Hadiyati DIII Akuntansi Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No.09 Tegal
Lebih terperinci2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal
No.480, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ESDM. Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Mekanisme Pengembalian Biaya Investasi. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBPKP. Rencana strategis. Perubahan
No. 1059, 2014 BPKP. Rencana strategis. Perubahan PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWASAN
Lebih terperinciPenomoran dan Inventarisasi Aset
Standard Operating Procedure (SOP) Penomoran dan Inventarisasi Nomor : 004/I1.B03.1/SOP/2014 Kantor Wakil Rektor Bidang Sumberdaya dan Organisasi InstitutTeknologi Bandung 2014 Halaman : 1 dari 6 RIWAYAT
Lebih terperinciFORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 2015
RENCANA KERJA DAN ANGGARAN KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA FORMULIR 2 : RENCANA PENCAPAIAN HASIL (OUTCOME) UNIT ORGANISASI TAHUN ANGGARAN : 215 A. KEMENTRIAN NEGARA/LEMBAGA : B. UNIT ORGANISASI : (15) KEMENTERIAN
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL KEKAYAAN NEGARA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2017 TENTANG PENILAIAN KEMBALI BARANG MILIK NEGARA/DAERAH 1 Dasar Hukum PP 27/2014 Pasal 52: Dalam kondisi tertentu,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.945, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Alokasi Biaya Tidak Langsung. Batasan Pengeluaran. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 256/PMK.011/2011 TENTANG BATASAN
Lebih terperinciDEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA DAN BUKAN PAJAK
Dasar Hukum: 1 Undang-undang APBN dan Peraturan Pelaksanaannya 2 Undang-undang No. 44 Prp tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi 3 Undang-undang No. 8 tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian itu, meliputi emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi ( Migas ), batubara,
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM AKUNTANSI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara yang seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayan negara
Lebih terperinciPENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH
PENGELOLAAN BARANG MILIK NEGARA/DAERAH Perubahan paradigma baru pengelolaan barang milik negara / aset negara yang ditandai dengan keluarkannya PP No. 6 /2006 yang merupakan peraturan turunan UU No. 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini tuntutan masyarakat semakin meningkat atas pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance diartikan sebagai kepemerintahan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. prinsip- prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) melalui
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak reformasi keuangan negara bergulir, yang ditandai dengan terbitnya Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Revisi dari Divisi Hukum pada Biro Hukum PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA NOMOR /UN40/HK//2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 256/PMK.011/2011 TENTANG: BATASAN PENGELUARAN ALOKASI BIAYA TIDAK LANGSUNG KANTOR PUSAT YANG DAPAT DIKEMBALIKAN DALAM PENGHITUNGAN BAGI HASIL DAN PAJAK PENGHASILAN
Lebih terperinci1. Contoh penghitungan besaran alokasi biaya tidak langsung Kantor Pusat dalam masa Eksplorasi:
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 256/PMK.011/2011 TENTANG : BATASAN PENGELUARAN ALOKASI BIAYA TIDAK LANGSUNG KANTOR PUSAT YANG DAPAT DIKEMBALIKAN DALAM PENGHITUNGAN BAGI HASIL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi terhadap pemberian opini WDP Laporan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam lima tahun terakhir, jumlah opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga (LKKL) berkontribusi
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA PATEN Nomor: SOP /PL 02 01/UM
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PENATAUSAHAAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA PATEN : SOP 035.002/PL 02 01/UM BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2014 No. Revisi/ Terbitan : SOP 035.002/ PL 02 01/UM : 0 / 1 SOP PENATAUSAHAAN
Lebih terperinciPetunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan
1 Petunjuk Teknis Reviu Laporan Keuangan Disampaikan oleh: Mohamad Hardi, Ak. MProf Acc., CA Inspektur I Kementerian Ristek Dikti Pada Rapat Koordinasi Pengawasan 2 Februari 2017 1. PELAPORAN KEUANGAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Aset sebagai elemen penting suatu entitas baik sektor publik maupun swasta,
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Aset sebagai elemen penting suatu entitas baik sektor publik maupun swasta, yang berperan dalam mewujudkan keberlangsungan entitas tersebut. Ketersediaan aset merupakan
Lebih terperinci2017, No nilai kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1062, 2017 KEMENKEU. Nilai Kekayaan Awal PTN. Penetapan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 108/PMK.06/2017 TENTANG TATA CARA PENETAPAN NILAI KEKAYAAN
Lebih terperinciI. UMUM. Saldo...
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2010 I. UMUM Dalam rangka mendukung
Lebih terperinciOptimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN
Optimalisasi Peran Strategis Aset Tetap dan Pengendalian atas Proses Normalisasi Data Barang Milik Negara bagi APBN ABSTRAK Berdasarkan hasil pemeriksaan LKPP Tahun 2011, 2012 dan 2013 telah mengungkapkan
Lebih terperinciBAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. inspeksi-inspeksi di pusat yang tugasnya melakukan pembinaan dan
BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah dan Profil Sejak tahun 1948, pengawasan pendidikan mulai dirintis dalam bentuk inspeksi-inspeksi di pusat yang tugasnya melakukan pembinaan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN 111/PMK.06/2017
PERATURAN MENTERI KEUANGAN 111/PMK.06/2017 D I R E K T O R A T P E N I L A I A N Latar Belakang Perkembangan kondisi, kebutuhan, dan praktik pelaksanaan penilaian, Mendukung pelaksanaan Revaluasi BMN Mendukung
Lebih terperinciBAB I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya perhitungan keekonomian eksplorasi serta produksi sumber daya minyak dan gas (migas) tergantung pada profil produksi migas yang akan dihasilkan, biaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari total penerimaan Negara Bukan Pajak Rp 385 trilyun 1, atau dapat. hukum agar tidak merugikan kepentingan negara.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor industri Minyak & Gas Bumi (Migas) masih menjadi titik berat pendapatan Negara. Hal ini terbukti dengan data statistik Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN PNBP DAN TANTANGAN KEDEPAN
KEMENTERIAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN DIREKTORAT PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PENGELOLAAN DAN TANTANGAN KEDEPAN JAKARTA, 30 NOVEMBER 2017 Landasan Filosofis Pengelolaan Tujuan negara dalam
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.909, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Barang Milik Negara. Pengelolaan. Pelaksanaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 102/PMK.05/2009 TENTANG TATA CARA REKONSILIASI BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
Lebih terperinci