PENGARUH PELAYANAN PRIMA TERHADAP PELAYANAN SANTUNAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PELAYANAN PRIMA TERHADAP PELAYANAN SANTUNAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN"

Transkripsi

1 PENGARUH PELAYANAN PRIMA TERHADAP PELAYANAN SANTUNAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Harsini Universitas Lancang Kuning Jl. Yos Sudarso KM.8 Rumbai Pekanbaru Abstract : The analysis of excellent service. The purpose of this study is to investigate and analyze the influence excellent service to the ministry of road traffic compensation kecelakanan PT. Prog (Persero) Riau branch. This research was conducted at PT. Prog (Persero) Riau branch. Where the informant is becoming an accident victim, the victim's parents (the heirs), the general public. Data collection is done by interviews and questionnaires, once collected and then analyzed using descriptive analysis kualitatif.dan simple linear regression test quantitatively. From the results obtained that there are significant benefits to service of excellent service kecelakanan road traffic in PT. Prog (Persero) Riau branch. Abstrak : Analisa pelayanan prima. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis yang mempengaruhi pelayanan prima terhadap pelayanan santunan kecelakanan lalu lintas jalan di PT. Jasa Raharja (persero) cabang Riau. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Jasa Raharja (persero) cabang Riau. Dimana yang menjadi informan adalah korban kecelakaan, orang tua korban (ahli waris), masyarakat umum. pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan kuisioner, setelah terkumpul kemudian di analisis dengan menggunakan analisis diskriftif kualitatif.dan dilakukan uji regresi linear sederhana kuantitatif. Dari hasil yang diperoleh bahwa terdapat pengaruh pelayanan prima terhadap pelayanan santunan kecelakanan lalu lintas jalan di PT. Jasa Raharja (persero) cabang Riau. Kata Kunci : pelayanan prima, pelayanan santunan kecelakaan lalu lintas jalan A. PENDAHULUAN Pengelenggaraan pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam berbagai sector pelayanan terutama yang menyangkut pemenuhan hak-jak warga sipil belum maksimal. buruknya kinerja pelayanan publik di beberapa intansi pemerintah dikarenakan belum dilaksanakannya tranfaransi dan akuntabilitas dalam penyelanggaraan pelayanan publik. Oleh karena itu pelayanan harus dilaksanakan dengan tranparan dan akuntabel oleh setiap init pelayanan di semua intansi Pemerintah karena kualitas kinerja birokkrasi pelayanan publik memiliki implementasi yang sangat luas untuk ikut menciptakan kesejahteraan masyarakat. Menurut kasus bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga makna yaitu, 1. Perihal atau cara melayani, 2. Usaham melayani kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang) 3. Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Namun ada istilah lain yang sejenis dengan pelayanan yaitu pengabdian dan pengayoman. Dari seorang administrator diharapklan akan tercermin sifat-sifat memberikan pelayanan publik, pengabdian 42

2 kepada kepentingan umum dan memberikan pengayoman kepada masyarakat lemah dn kecil. Administrator lebih menekankan pada mendahulukan kepentingan masyarakat / umum dan memebrikan service kepada masyarakat ketimbang kepentingan pribadi (Hardiansyah,2011: 10-11) Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefenisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh intansi pemerintah di pusat, di daerah, di lingkungan Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentua peraturan perundang undangan (Hardiyansyah, 2011:11) Kualitas pelayanan Publik menurut Sadu Wasitiono (2001 : 51-52) Pada era global dewasa ini, pelayanan publik di harapkan mampu dilaksanakan disemua lini kehidupan masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa dewasa ini sarana transportasi merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia dalam melakukan kegiatankegiatannya, sehingga pemerintah perlu membuat beberapa aturan agar pelayanan publik di bidang tranprotasi juga bisa dijalankan dengan maksimal. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dibidang lalu lintas dan transportasi, ternyata tidak hanya memberikan manfaat dan pengaruh positif terhadap perilaku kehidupan masyarakat, namun juga membawa dampak negatif antara lain timbulnya masalah-masalah di bidang lalu lintas seperti kecelakaan lalu lintas. Korban kecelakaan lalu lintas baik luka ringan maupun luka berat dan ahli waris korban meninggal dunia sangat membutuhkan biaya untuk keperluan pengobatan maupun biaya pemakaman. Inilah yang merupakan keadaan tidak kekal yang merupakan sifat alamiah yang mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan terlebih dahulu secara tepat dan pasti. Keadaan seperti kejadian peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalan raya mempunyai kiat, yang mengakibatkan suatu ketidak pastian, akhirnya kerugian dan ketidak pastian pula. Keadaan ketidak pastian tersebut dalam bentukperistiwa kejadian kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Keadaan seperti ini diakibatkan dari faktor manusia ( karena salahnya, faktor mekanik) dan alam (cuaca, jalan yang rusak) yang dapat terjadi kapan saja, dimana saja, sehinggamenimbulkan rasa tidak aman yang sering disebut sebagai risiko. Timbulnya resiko sosial berkaitan dengan makin meningkatnya permasyalahan yang terjadi dalam masyarakat.. Mayarakat semakin maju di bidang ilmu pengetahuan, ekonomi dan teknologi maka resiko-risiko yang timbul juga semakin besar demikian juga di jalan raya. Pada dasarnya, setiap warga negara harus mendapat perlindungan terhadap kerugian yang diderita karena risiko-risiko tersebut oleh Negara. Khususnya risiko yang diakibatkan dari kecelakaan lalu lintas, yang dewasa ini semakin meningkat. Peningkatan kecelakaan di jalan raya tersebut disebabkan karena kemajuan ekonomi dan teknologi khususnya dibidang tranportasi. Karena semakin sengitnya persaingan dibidang ekonomi masyarakat lupa memperhatikan risiko yang bakal timbul kemudian. Inilah ambisi dan emosi manusia dalam memperjuangkan kehidupannya dalam dunia modern. Karena persaingan tersebut sehingga risiko bukan menjadi halangan, malah terkesan menjadi sebuah tantangan bagi masyarakat pengguna sarana jalan raya untuk dihadapinya, oleh sebab itu masyarakat pengguna sarana jalan raya, harus memperoleh jaminan perlindungan dari pemerintah. Pemerintah telah memberikan jaminan sosial melalui usaha secara gotong royong. Undang-undang No. 33 Tahun 1964 tentang Dana Pertanggungan 43

3 Wajib Kecelakaan Penumpang menurut, Pasal 3 ayat (1) huruf a Tiap penumpang yang sah dari kendaraan bermotor umum, kereta api, pesawat terbang, perusahaan penerbangan nasional dan kapal perusahaan perkapalan/pelayaran nasional, wajib membayar iuran melalui pengusaha/pemilik yang bersangkutan untuk turut menanggung kerugian yang disebabkan karena kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Demikian juga Undangundang No. 34 Tahun 1964 tentang Dana Kecelakaan Lalu-Lintas Jalan, pada Pasal 2 (1) menentukan bahwa Pengusaha/pemilik angkutan lalu lintas jalan memberi sumbangan wajib tiap tahun, melalui pembayaran pajak kendaraan bermotor ( sumbangan wajib jasa raharja). Dana yang dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) jumlah sumbangan wajib tersebut ditentukan berdasarkan Peraturan Pemerintah, namun demikian jaminan tersebut belumlah cukup memberikan jaminan perlindungan yang memadai dengan berbagai variannya. Manifestasi dari iuran wajib dalam bentuk gotongroyong ini adalah dengan pembentukan dana-dana yang cara pemupukannya dilakukan denganmengadakan iuran-iuran wajib berdasarkan pada Undang-undang No. 33 Tahun Prinsif sebagaimana Undang-undang No. 34 Tahun 1964 adalah masyarakat pemilik kendaraan bermotor saja. Oleh sebab itu dalam perkembangannya Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) PT. Jasa Raharja ( Persero) sebagai alat untuk melakukan tugas dan tanggung jawab sosial untuk memupuk, menghimpun dan menyalurkan dana santunanjasa raharja sebagai jaminan pertanggungan kepada korban/ahliwaris korban jasa raharja sebagai jaminan pertanggungan kepada korban/ahliwaris korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya, yang dewasa ini jumlahnya semakin meningkat pesat. PT. Jasa Raharja (Persero) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara(BUMN) dibawah pembinaan Departemen Keuangan Republik Indonesia. PT Jasa Raharja (Persero) di dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, senantiasa harus selalu menyesuaikan dengan perkembangan serta, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena teknologi selain berdampak positif khususnya, di bidang lalu lintas juga memberikan dampak negatif berupapeningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas dan korban yang ditimbulkannya. PT. Jasa Raharja (Persero) adalah yang paling bertanggung jawab atas asuransi santunan kecelakaan di jalan raya. Santunan tersebut berasal dari iuran dan sumbangan wajib pemilik/pengusaha angkutan jalan dan penumpang angkutan umum, oleh karenanya dilakukan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar iuran dan sumbangan wajib, guna memenuhi tuntutan santunan jasa raharja terhadap korban/ahli waris korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya. PT. Jasa Raharja (Persero) sangatlah penting kedudukan dan eksistensinya dalam upaya memberikan jaminan dan perlindungan terhadap korban/ahli waris korban kecelakaan lalu lintas di jalan raya, baik yang meninggal dunia, luka berat ataupun ringan akan tetap mendapatkan santunan jasa raharja. PT. Jasa Raharja (Persero) adalah lembaga yang bergerak dibidang asuransi berdasarkan undangundang dan peraturan pemerintah dalam kegiatannya adalah menerima iuran dan sumbangan wajib dari pemilik/pengusaha angkutan lalu lintas jalan dan penumpang angkutan umum serta menyalurkannya kembali melalui santunan asuransi jasa raharja kepada msyarakat yang mendapatkan musibah kecelakaan baik d ruang lingkup UU. No. 33 dan UU No.34 Tahun Dan dalam pelaksaannya diharapkan pelayan prima dapat diberikat oleh PT. Jasa Raharja (Perserso) khususny Cabang Riau dalam menyelasaikan santunan kecelakaan baik di ruang lingkup UU No. 33 tahun 1964 Jo PP No

4 Tahun 1965 dan UU No. 34 Tahun 1964 Jo. PP No. 18 tahun 1965 Kerjasama antara PT. Jasa Raharja (Persero) dengan pihak Kepolisian dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota adalah dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi masyarakat pemilik kendaraan bermotor dan pengguna fasilitas jalan raya lainnya. Selain dari pada itu untuk menumbuh kembangkan kesadaran pemilik kendaraan bermotor dan pungusaha angkutan umum untuk membayar iuran dan sumbangan wajib jasa raharja. Bila masyarakat pengguna sarana jalan raya tertib hukum dan tertib berlalu lintas niscaya kecelakaan lalu lintas akan dapat ditekan sekecil mungkin, sehingga perusahaan akan semakin baik dan penyaluran santunan jasa raharja juga akan berjalan lancar. Dengan tingkat kesadaran masyarakat yang baik untuk memenuhi kewajiban akan pembayaran iuran dan sumbangan wajib maka, masyarakat akan tertib berlalu lintas, tertib hukum, sehingga dalam rangka ikut serta mendukung program pembangunan perekonomian nasional dapat terwujud. Di dalam melaksanakan kegiatan perekonomian sehari - hari, kita selalu menghadapi risiko. Risiko yang dihadapi bisa bersifat risiko murni maupun spekulatif. Sedangkan di dalam dunia usaha atau bisnis, risiko yang dihadapi lebih bervariasi lagi, yaitu risiko biasa yang rutin sampai dengan risiko yang dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar. Banyaknya kendaraan bermotor, sempitnya ruas jalan dan rusaknya sarana jalan raya sangat mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas, terbukti dalam dewasa ini angka kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan rusaknya jalan raya dari tahun ke tahun, senantiasa menunjukkan angka peningkatan yang signifikan. Negara Indonesia sebagai Negara hukum modern (BUMN), PT Jasa Raharja (Persero ) bertugas untuk memberikan jaminan tujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur, merata material dan spiritual. Negara tidak hanya bertugas memelihara ketertiban masyarakat, akan tetapi lebih luas dari pada itu, yaitu berkewajiban turut serta dalam sektor kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu Negara melalui, Badan Usaha Milik Negara pertanggungan dan perlindungan terhadap masyarakat agar rasa aman dalam aktifitas berlalu lintas di jalan raya dapat terjamin. PT Jasa Raharja (Persero) tidak hanya menerima iuran dan sumbangan wajib, untuk selanjutnya menyalurkan kepada pihak korban atau ahli waris korban saja, namun diharapkan mampu memberikan jaminan keselamatan di jalan raya kepada setiap pemakai sarana jalan raya. Untuk menjamin tersebut diperlukan kerjasama dengan pihak kepolisian lalu lintas Contohnya, sosialisasi, penyuluhan, pemberian rambu-rambu dan peringatanperingatan pada tempat yang strategis dan mudah dilihat oleh setiap pemakai sarana jalan raya, serta promosi keselamatan di jalan raya, dengan harapan keselamatan di jalan raya lebih terjamin dan angka kecelakaan lalu lintas dapat di tekan sekecil mungkin. Dipilihnya PT. Jasa Raharja (Persero) sebagai bahasan dalam penafsiran yang sangat tajam berkaitan dengan santunan asuransi jasa raharja. Hambatan-hambatan yang timbul ketika korban atau ahli waris korban menuntut hak atas ansuransi jasa raharja dari kepolisian sampai kepada pihak PT Jasa Raharja (Persero). Hambatan-hambatan yang ditemukannya ditengah masyarakat cukup bervasiasi, sehingga terkesan sangat sulit mendapatkan haknya atas santunan jasa raharja. Dan Kepolisian Satuan Lalu Lintas sebagai pelayan dan penyaji persyaratan administrasi santunan jasa raharja berupa Laporan Polisi, terkesan mempersulit korban atau ahli waris korban. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelayanan prima terhadap penyelesaian santunan kecelakaan lalu lintas jalan di PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau. 45

5 B. TINJAUAN PUSTAKA Secara etimologis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan, dkk., 1995:646) menyatakan pelayanan ialah usaha melayani kebutuhan orang lain. Pelayanan pada dasarnya adalah kegiatan yang ditawarkan kepada konsumen atau pelanggan yang dilayani, yang bersifat tidak berwujud dan tidak dapat dimiliki. Sejalan dengan hal tersebut, Normann (1991:14) menyatakan karakteristik pelayanan sebagai berikut: a. Pelayanan bersifat tidak dapat diraba, pelayanan sangat berlawanan sifatnya dengan barang jadi. b. Pelayanan pada kenyataannya terdiri dari tindakan nyata dan merupakan pengaruh yang bersifat tindakan sosial. c. Kegiatan produksi dan konsumsi dalam pelayanan tidak dapat dipisahkan secara nyata, karena pada umumnya terjadi dalam waktu dan tempat bersamaan. Karakteristik tersebut dapat menjadi dasar pemberian pelayanan terbaik. Pengertian lebih luas disampaikan Daviddow dan Uttal (Sutopo dan Suryanto, 2003:9) bahwa pelayanan merupakan usaha apa saja yang mempertinggi kepuasan pelanggan. Pelayanan publik yang dimaksud dalam Keputusan Menpan Nomor 63 Tahun 2003 (Menpan, 2003:2) adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sejalan dengan Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia, 2007:2) memaknai bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan hak-hak sipil setiap warga negara dan penduduk atas suatu barang, jasa, dan atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Ada tiga fungsi pelayanan umum (publik) yang dilakukan pemerintah yaituenvironmental service, development servicedan protective service. Pelayanan oleh pemerintah juga dibedakan berdasarkan siapa yang menikmati atau menerima dampak layanan baik individu maupun kelompok. Konsep barang layanan pada dasarnya terdiri dari barang layanan privat (private goods) dan barang layanan kolektif (public goods). Pelayanan Prima Pelayanan prima merupakan terjemahan istilah excellent service yang secara harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik. Disebut sangat baik atau terbaik karena sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Agenda perilaku pelayanan sektor publik (SESPANAS LAN dalam Nurhasyim, 2004:16) menyatakan bahwa pelayanan prima adalah: a. Pelayanan yang terbaik dari pemerintah kepada pelanggan atau pengguna jasa. b. Pelayanan prima ada bila ada standar pelayanan. c. Pelayanan prima bila melebihi standar atau sama dengan standar. Sedangkan yang belum ada standar pelayanan yang terbaik dapat diberikan pelayanan yang mendekati apa yang dianggap pelayanan standar dan pelayanan yang dilakukan secara maksimal. d. Pelanggan adalah masyarakat dalam arti luas; masyarakat eksternal dan internal. Pelayanan Prima sebagaimana tuntutan pelayanan yang memuaskan pelanggan/masyarakat memerlukan persyaratan bahwa setiap pemberi layanan yang memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas kompetensi profesionalisme menjadi 46

6 sesuatu aspek penting dan wajar dalam setiap transaksi Standar Pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik. Standar pelayanan mengandung baku mutu pelayanan. Pengertian mutu menurut Goetsch dan Davis (Sutopo dan Suryanto, 2003:10) merupakan kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pihak yang menginginkannya. Dalam teori pelayanan publik, pelayanan prima dapat diwujudkan jika ada standar pelayanan minimal (SPM). SPM) adalah tolok ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai komitmen atau janji dari penyelenggara negara kepada masyarakat untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Dalam Rancangan Undang Undang Pelayanan Publik (Republik Indonesia, 2007:7) standar pelayanan ini setidaknyatidaknya berisi tentang: dasar hukum, persyaratan, prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana, kompetensi petugas pemberi pelayanan, pengawasan intern, penanganan pengaduan, saran dan masukan dan jaminan pelayanan. C. METODE Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian gabungan aantara kualitatif dan kuantitatif yang dianalisis secara deskriptif. Narasumber atau informan dalam penelitian ini adalah para klaimen dan juga masyarakat yang mengajukan santunan Kecelakaan Lalu Lintas Jalan Raya sebagai berikut : korban kecelakaan, orang tua korban(ahli waris), masyarakat umum. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data skunder. Untuk mendapatkan data dan informasi serta bahan-bahan lainnya yang diperlukan dan berhubungan dengan penelitian ini, maka teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancar, observasi dan kuisioner. Wawancara Yaitu Pengumpulan data dan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan dan untuk dijawab secara lisan melalui tanya jawab langsung yang terarah. Validitas penelitian dipengaruhi oleh kedalaman menggali informasi yang mencakup beberapa hal, yaitu : pertanyaan deskriptif, pertanyaan komparatif dan pertanyaan analisis D. HASIL Hasil wawancara dengan Kepala Cabang PT. Jasa Raharja (persero) Riau Suhadi, SE, AAAIK, menjelaskan bahwa peran serta PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau dalam hal Pelayanan Santunan korban kecelakaan dari waktu ke waktu harus terus ditingkatkan. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh PT.Jasa Raharja (persero) Cabang Riau dalam Rangka untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat. Suhadi juga menambahkan masih banyak masyarakat yang belum memahami serta mengetahui apa peran serta PT. Jasa Raharja (persero) ditengah-tengah masyarakat. Masih Banyak masyarakat yang tidak tahu bagaimana cara pengurusan asurasi PT. Jasa Raharja (persero). Menanggapi hal tersebut, Suhadi, SE, AAAIK menjelaskan bahwasanya tidak begitu sulit dalam pengajuan santunan korban kecelakaan. Pada saai ini perkembangan ekonomi khususnya di Riau sangat tinggi, hal itu mengakibatkan banyaknya masyarakat yang ingin memiliki alat tranportasi, seperti sepeda motor, mobil, dll. dengan adanya hal tersebut secara tidak langsung dapat meningkatkan PAD Provinsi Riau dikarenakan setiap kendaraan bermotor wajib membayar pajak. pembayaran pajak kendaraan bermotor, dilakukan dikantorkantor Samsat. dan disetiap kantor Samsat yang ada di Provinsi Riau sebagian besar 47

7 ada petugas atau karyawan PT. Jasa Raharja (persero).hal ini akan lebih memudahkan masyarakat dalam mengajukan santunan kecelakaan Lalu Lintas Jalan kepada PT. Jasa Raharja (persero). Masyarakt di daerah tidak perlu lagi harus ke ibu kota Provinsi Riau untuk mengajukan berkas santunan kecelakaan lalu lintas jalan. Selain itu, Pihak PT. Jasa Raharja (persero) juga dengan rutin melakukan sosialisasi kepada masyarakat Provinsi Riau. Hal itu terbukti dengan adanya talk show PT. Jasa Raharja (persero) yang selalu mengudara di Radio Cendana FM dan Radio Brabas FM. Sosialisasi ini dilakukan oleh pihak Humas PT. Jasa Raharja (persero) H. Azwin Aziz, SH dengan dibantu oelh bagian Pelayanan PT Jasa Raharja (persero) cabang Riau. Suhadi, SE, AAAIK, menambahkan lagi masih banyak kegiatan lain yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (persero) cabang Riau dalam rangka lebih mendekatkan diri kepada masyarakat. Diantaranya pengobatan gratis setiap hari minggu yang dilaksanakan di area car free day di Jalan Gajah Mada Pekanbaru. Kegiatan ini dilakukan bekerja sama dengan pihak RS Bhayangkara Pekanbaru dan Dirlantas Polda Riau. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengobatan gratis kepada masyarakat setiap akhir pekannya yang melalukan olah raga di area car free day. Masyarakat yang melalukan aktifitas olah raga di area car free day mendapatkan pengobatan gratis dari PT Jasa Raharja dan juga pemeriksaaan oleh dokter konsultan PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau.Kegiatan lain di tambahkan lagi oleh Humas PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau adalah melakukan sosialisasi ke daerah-daerah di Riau. kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan PT. Jasa Raharja (persero) kepada masyarakat. dikarenakan masih bayak masyarakat yang belum mengetahui keberadaan PT. Jasa Raharja (persero). Kegiatan ini juga Rutin dilakukan oleh Karyawan PT. Jasa Raharja (persero) yang bertugas di daerah-daerah. Wawancara kami juga dilakukan dengan Pihak Kepolisian Polda Riau Khusunya dengan Bagian unit Laka Polda Riau. AKP Jusli J selaku Kani Laka Polresta Pekanbaru menjelaskan bahwa, tingkat kecelakaan dari bulan kebulan dan dari tahun ke tahun terus mengalai peningkatan. hal itu tidak terlepas dengan banyaknya Kendaraan motor yang setiap bulannya mengalami peningkatan. Dengan adanya promo DP murah oleh sejumlah dealer kendraan mengakibatkan animo masyarakat untuk memiliki kendarann bermotor cukup tinggi. AKP Jusli menambahkan lagi, hampir setiap Sekolah Menengah di kota Pekanbaru, para siswanya menggunakan kendaraan bermotor khusunya Roda 2. sehingga setiap harinya menimbulkan kemacetan hampir di seluruh jalan protokol di kota Pekanbaru. untuk wilayah Pekanbaru setiap harinya terjadi kecelakan lalu lintas jalan, baik tabrakan 2 kendaraan, tabrakan lari maupun kecelakaan tunggal. Sebagian besar korban kecelakaan adalah usia produktif yang setiap hari hampir memenuhi penjuru jalanan ibu kota Provinsi Riau. Untuk mengurangi angka kecelakaan Pihak Polantas Polda Riau telah melakukan beberapa kegiatan rutin yang dilakukan di seluruh wilayah Hukum Polda Riau yaitu Operasi Simpatik. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa pentingnya menjaga keselamatan diri di Jalan Raya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk lebih menanamkan rasa tanggung jawab sebagai pengguna jalan. Pihak PT. Jasa Raharja juga bekerja sama dengan pihak kepolisian dalam rangka untuk mewujudkan Zero Accident. Kegiatan Ruitn yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (persero) dan Dirlantas Polda Riau adalah Sosialisai kepada masyarakat baik melalui media elektronik maupuan media cetak.selain kerja sama dengan pihak kepolisian, PT. Jasa Raharja 48

8 (persero) Cabang Riau juga melakukan kerjasama dengan Syahbandar Provinsi Riau. Hal ini bertujuan agar setiap penumpang Kapal Laut, dan Sungai sudah menjadi Jaminan PT. Jasa Raharja (persero). Kegiatan ini dijelaskan oleh Humas PT. Jasa Raharja (persero) Riau bertujuan untuk memberikan rasa nyaman kepada para penumpang. Dan dalam setiap pembelian tiket Kapal Laut didalamnya sudah terdapat premi Asuransi PT. Jasa Raharja (persero). Kegiatan ini dilakukan di Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru, Pelabuhan Dumai, pelabuhan Bagansiapiapi, pelabuhan Selat Panjang, Pelabuhan Siak, pelabuhan pelalawan, dan Pelabuhan di Wilayah Indragiri Hilir. Dengan masih tingginya animo masyarakat menggunakan angkutan Kapal Motor Laut ini, maka sering dilakukan sosialisasi tentang keselamatan dalam pelayaran laut dan sungai. kegiatan ini sering dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (persero) bekerja sama dengan dinas perhubungan dan syahbandar. Azwin Aziz, SH juga menambahkan PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau juga memiliki Loket Pelayanan di terminal Pekanbaru. hal ini bertujuan untuk mempermudah para penumpang yang hendak melakukan perjalanan ke luar kota untuk mendapatkan informasi tentang Jasa Raharja. kegiatan ini bekerja sama dengan dinas Pehubungan Kota Pekanbaru dan Provinsi Riau.Azwin Aziz, SH juga mengatakan bahwasanya setiap penumpang Angkutan Umum Baik darat, Laut, dan Udara apabila terjadi kecelakaan sudah dalam tanggungan Asuransi PT. Jasa Raharja (persero).dalam Upaya peningkatan percepatan penyelesaian santunan Kecelakaan lalu lintas Jalan, PT Jasa Raharja (persero) Cabang Riau bekerja dengan PRIME service. Seperti yang telah dijelaskan di atas, PRIME service bertujuan agar pelayanan PT. Jasa Raharja (persero) yang telah dilaksanakan dapat lebih ditingkatkan. Dengan masih banyaknya masyarakat yang belum mengetahui dengan jelas apa tugas pokok Jasa Raharja, diharapkan dengan dengan semangat baru PRIME service masyarakat lebih mengenal Jasa raharja. Sistem jemput Bola dilaksanakan oleh setiap insan Jasa Raharja.Penulis juga melakukan wawancara dengan masyarakat. Pada saat penulis masih bertugas di wilayah Rokan Hilir, penulis juga melakukan dialog dengan masyarakat sekitar. Wawancara penulis dengan salah satu anggota DPRD Kab. Rokan Hilir dari Fraksi PKB Syarifuddin, SE, MM menjelaskan bahwa, keberadaan Jasa Raharja di tengah-tengah masyarakat sangat dibutuhkan. Dengan tingkat Kecelakaan cukup tinggi untuk wilayah Provinsi Riau, banyak masyarakat yang mendapatkan musibah kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Syarifuddin AD, SE, MM menambahkan pernah kehilangan anggota keluarganya akibat kecelakaan lalu lintas jalan. 2 orang Keponakan beliau meninggal akibat kecelakaan Lalu Lintas Jalan. dan pada saat itu informasi tentang PT. Jasa Raharja (persero) masih sangat minim.syarifuddin AD menambahkan dengan sulitnya mendapatkan informasi tersebut, pada saat itu banyak masyarakat yang belum tersantuni oleh PT. Jasa Raharja (persero) akibat kecelakaan lalu lintas jalan. Perlu diketahui, Wilayah Rokan Hilir merupakan salah satu daerah rawan kecelakaan di Wilayah Polda Riau. Hal itu disebabkan oleh karena wilayah Rokan Hilir merupakan jalan lintas sumatera yang setiap hari dilalui oleh mobil lintas antar kota, baik dalam Provinsi maupun Luar Provinsi.Dan tidak dapat dipungkiri juga, kesadaran masyarakat yang masih rendah diwilayah tersebut, sehingga angka kecelakaan Lalu Lintas Jalan cukup tinggi. Dengan semakin dekatnya PT. Jasa raharja (persero) Cabang Riau yang hadir ditengah-tengah masyarakat, Klinik Azura dapat memberikan pelayanan yang baik 49

9 kepada korban kecelakaan lalu lintas jalan. Pihak Klinik Azura juga berterima kasih kepada PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau atas kerjasama yang telah dilaksanakan dengan baik.dan pada tahun 2014 ini Pihak Klinik Azura berencana untuk meningkatkan status Kliniknya menjadi Rumah Sakit dan akan melakukan MoU dengan PT. Jasa Raharja (persero) cabang Riau. Sehingga sinergritas bisa tetap terjalin dengan baik dan pelayanan yang diberikan juga dapat terus ditingkatkan. Penulis juga melakukan dialog dengan salah satu pegawai RSUD Arifin Ahmad Pekanbaru bagian keuangan, Ibu Irnawati. Dengan adanya MoU PT. Jasa Raharja (persero) dengan hampir diseluruh Rumah Sakit di Pekanbaru, sangat membantu korban kecelakaan lalu lintas jalan. Setiap hari ada korban kecelakaan yang masuk ke Rumah Sakit-Rumah Sakit dipekanbaru. Mulai dari korban luka-luka, sampai dengan korban meninggal dunia. Mou yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja Persero dengan beberapa Rumah Sakit sangat membantu kedua belah pihak. Pihak PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau, dapat memberikan santunan dengan cepat dan Pihak Rumah Sakit juga dapat membantu korban dengan cepat sehingga kemungkinan terburuk yang akan terjadi.untuk korban meninggal dunia, PT Jasa Raharja (persero) cabang Riau telah bekerja dengan baik dan maksimal, sehingga dengan target penyelesaian yang telah ditetapkan oleh Kantor Pusat PT. Jasa Raharja (persero) maksimal 7 hari, PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau bisa melaksanakannya 4 hari. hal ini tidak terlepas dari pelayanan PRIME service yang diterapkan oleh setiap Karyawan PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau. Namun ada beberapa kendala yang dihadapi dilapangan, seperti Ahli Waris di daerah terpencil dan jauh, pengaruh adat dan budaya korban kecelakaan lalu lintas jalan, dan juga Laporan Polisi yang merupakan syarat terpenting yang harus dilengkapi untuk persyaratan yang harus dipenuhi.pt. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau juga telah melakukan MoU dengan kepolisian khususnya Ditlantas Polda Riau, hal ini bertujuan untuk penerbitan Laporan Polisi telah siap 2x24 jam setelah kecelakaan tersebut terjadi. Wilayah yang jauh bukan penghalang bagi setiap insan PT. Jasa Raharja (persero) untuk memberikan pelayanan prima kepada korban dan keluarga korban kecelakaan Lalu lintas Jalan. Penulis sendiri pernah melakukan pembayaran santunan korban meninggal dunia di Gunung Tua- Sumatera Utara. Hal ini tidak terlepas dari rasa tanggung jawab dan nilai PRIME service yang ada di PT. Jasa Raharja (persero). Analisa Kuantitatif A. Uji Regresi Linier Sederhana X 1 -Y Dari hasil olah data yang dilakukan peningkatan pelayanan sebesar 0,783 maka akan terjadi peningkatan pula terhadap kualitas pelayanan pegawai sebesar 1 tingkatan. Selanjutnya, akan dilakukan pengujian hipotesis yang telah ditentukan dalam penelitian ini yaitu hipotesis pengaruh variabel independen terhadap variabel depenpen. Pengujian Hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pelayanan prima terhadap santuan kecelakaan lalu lintas jalan di PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau Hasil pengolahan data analisis linear berganda diketahui bahwa nilai koeisien regresi dari variabel komitmen (x) adalah sebesar 0,783. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pelayanan prima, maka semakin tinggi kualitas pengajuan santuna kecelakaan lalu lintas jalan di PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau. Artinya, jika ingin meningkatkan kualitas pengajuan santunan maka perlu dilakukan evaluasi terhadap pelayanan prima yang telah dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau Uji T (t test) 50

10 Uji t digunakan untuk mengetahui apakah pelayanan prima berpengaruh secara signifikan atau tidak terhadap pengajuan santunan. Pengujian menggunkan tingkat signifikan karena nilai t hitung > t tabel (4,753> 1.661) dan signifikansi <0.05 (0,000 < 0,05), jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan prima berpengaruh terhadap pengajuan santunan. Uji F (f test) Uji F digunakan untuk membuktikan model yang dihasilkan dari hasil analisis regresi model apakah dapat memprediksi nilai variabel dependen. Dari tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai F hitung sebesar 22,595 sedangkan F tabel dengan α 5% = 3,068 (df 1 = k-1), (df 2 = N-1) dengan signifikansi sebesar 0,000. Jika nilai signifikansi dibandingkan dengan tingkat signifikan yang digunakan dalam penelitian ini (α = 5%), maka terbukti bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari pada tingkat signifikan yang digunakan (0,000 < 0,05). Hal ini terdapat pengaruh positif pelayanan prima terhadap santuan kecelakaan lalu lintas jalan di PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau. Koefisien Determinasi (R 2 ) Untuk mengetahui besarnya konstribusi variabel bebas terhadap variabel tergantung dapat dilihat dari nilai R squared pada output Model Summary (b) Berdasarkan koefisien diterminasi ditemukan nilai R squared sebesar 0,557, nilai ini menunjukkan besaran sumbangan konstribusi variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) dalam penelitian ini. Nilai ini menunjukkan bahwa sumbangan efektif variabel pelayanan prima terhadap santunan adalah sebesar 55,7%. Sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak termasuk bahasan dalam penelitian ini. E. KESIMPULAN Dari hasil penelitian terdapat pengaruh pelayanan prima terhadap pelayanan santunan kecelakaan lalu lintas semakin tinggi pelayanan prima semakin tinggi pula pelayanan santunan kecelakaan lalu lintas, sebaliknyanya semakin rendah pelayanan prima semakin rendah pula santunan kecelakaan lalu lintah SARAN Dari analisis yang digunakan diatas dapat ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pelayanan Prima yang dilakukan oleh PT. Jasa Raharja (persero) yang dilaksanakan oleh seluruh karyawan PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau sudah baik, namun masih terdapat beberapa kendala, seperti belum adanya petugas PT. Jasa Raharja (persero) Cabang Riau di beberapa daerah. Hal ini mengakibatkan pelayanan pengajuan santunan belum maksimal, namun diharapkan dengan sistem jemput bola kekurangan pelayanan tersebut dapat dikurangi sehingga pelayanan prima tersebut dapat terwujud. Masih banyak masyarakat yang belum mengetahui secara pasti bagaimana prosedur pengurusan santunan PT. Jasa Raharja (persero). Masih ada korban kecelakaan yang belum mendapatkan santunan PT. Jasa raharja (persero) khususnya, yang tidak melaporkan kasus kecelakaan kepada pihak kepolisian. Nilai santunan PT. Jasa Raharja (persero) dianggap oleh masyarakat sangat kecil sehingga belum bisa membantu masyarakat dengan maksimal, hal ini dikarenakan Nilai santunan PT. Jasa Raharja (persero) sudah ditetapkan berdasarkan keputusan menteri keuangan republik Indonesia. Dengan adanya BPJS, diharapkan masyarakat dapat menerima pelayanan yang lebih baik dari pemerintah. Dengan tingginya biaya kesehatan untuk perobatan di Rumah Sakit, diharapkan Nilai Santunan PT. Jasa Raharja (persero) dapat ditingkatkan lagi.perlu adanya korelasi antara PT. Jasa raharja (persero) dengan BPJS sehingga masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan dari kedua Asuransdi tersebut.diperlukan penambahan karyawan PT. Jasa Raharja 51

11 (persero) untuk wilayah yang jauh dari SAMSAT, sehingga pelayanan PT. Jasa Raharja lebih Maksimal. DAFTAR Hardiyansyah, Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media Tjiptono, Fandy Manajemen Jasa, Andi Offset, Jogjakarta. Tjiptono, Fandy. 1997, Prinsip-prinsip Total Quality Service, Yogyakarta : Penerbit Andi, Cetakan Pertama, Edisi Pertama. Zeithaml, Valarie A., A, Parasuraman & Leonard L. Berry. 1990, Delivering Quality Services : Balancing Customer Perceptions and Expectations, The Free Press, A Division of Macmillan Inc., New York. 52

12 53

PELAYANAN PRIMA SANTUNAN KECELAKAAN

PELAYANAN PRIMA SANTUNAN KECELAKAAN 277 PELAYANAN PRIMA SANTUNAN KECELAKAAN Khairil dan Endang Sutrisna FISIP Universitas Riau, Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 Abstract: Service Excellent Compensation Accident.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK

UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK M A K A L A H ASURANSI JASA RAHARJA TERHADAP KORBAN LALU LINTAS DI SUSUN OLEH : HARDIANTO H. SAMINA SEMESTER 1 UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN TAHUN AKADEMIK 2011 / 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu masalah yang menarik untuk dikaji berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintah yang baik (good governance) adalah mengenai peningkatan kualitas pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar pembangunan nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan perkembangan nasional juga pembangunan seluruh rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia di sektor produktif seperti akses dan infrastruktur jalan, berbanding lurus dengan tingkat pertumbuhan kendaraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor,

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya merupakan beberapa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, ditegaskan bahwa salah satu tujuan yang harus diwujudkan oleh negara adalah meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan manusia, alat transportasi terdiri dari berbagai macam yaitu alat transportasi darat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat akan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini sudah mengalami perkembangan yang begitu pesat akan transportasi, terlihat dengan banyaknya jumlah pengguna transportasi yang semakin bertambah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan individu untuk melakukan proses interaksi antar sesama merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS SKRIPSI

KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS SKRIPSI KUALITAS PELAYANAN PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG JAWA TIMUR DALAM MEMBERIKAN SANTUNAN ASURANSI BAGI KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran

BAB I PENDAHULUAN. dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sudah mengalami perkembangan yang begitu signifikan dibidang asuransi. Mulai sejak zaman sebelum masehi yaitu pada masa kekaisaran Yunani kuno yang dipimpin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menjalani kehidupan di dunia ini, manusia selalu berusaha untuk memperoleh kesejahteraan, baik kesejahteraan jasmani maupun kesejahteraan rohani. Namun di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Jumlah kendaraan yang semakin meningkat khususnya kendaraan bermotor, fasilitas jalan yang tidak bertambah dan ketidak disiplinan para penggunanya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Data Kepolisian RI 2011, kecelakaan lalu lintas jalan sepanjang tahun 2011 telah menyebabkan 31.185 orang meninggal dunia, 36.767 orang luka berat dan 108.811

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini, telah menyebabkan tingkat persaingan antar perusahaan di segala bidang, baik yang perusahaan sejenis maupun yang tidak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa berhubung dengan perkembangan masyarakat dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak bersifat dinamik dan mengikuti perkembangan kehidupan sosial dan ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang dominan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota, terutama di kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak penduduk. Selain itu sistem

Lebih terperinci

Nora Tristiana Abstrak

Nora Tristiana Abstrak PENGARUH KUALITAS PELAYANAN JASA TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN BERDASARKAN FREKUENSI PENGGUNA PADA KERETA API BOGOWONTO EKONOMI AC JURUSAN PURWOREJO-JAKARTA Nora Tristiana raraalenna@yahoo.com Abstrak Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan dan kesatuan serta mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam kehidupan masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari transportasi.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur

BAB IV ANALISIS DATA. Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur 73 BAB IV ANALISIS DATA Dalam penelitian kualitatif analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang

Lebih terperinci

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI PESISIR SELATAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI PESISIR SELATAN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN PERLINDUNGAN KESELAMATAN PENUMPANG UMUM KAPAL WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN 2.1. Pengangkut 2.1.1. Pengertian pengangkut. Orang yang melakukan pengangkutan disebut pengangkut. Menurut Pasal 466 KUHD, pengangkut

Lebih terperinci

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi Perkeretaapian UU No.23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian Pasal 157 (1) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian bertanggung jawab terhadap pengguna jasa yang mengalami kerugian, lukaluka, atau meninggal dunia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan masyarakat dewasa ini sebagai langkah pertama menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini mempermudah masyarakat untuk mengalihkan risiko yang kemungkinan. kemudian hari kepada lembaga pengasuransian.

BAB I PENDAHULUAN. saat ini mempermudah masyarakat untuk mengalihkan risiko yang kemungkinan. kemudian hari kepada lembaga pengasuransian. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan sifatnya yang hakiki dari manusia dan kehidupan dunia ini, maka kehidupan manusia itu selalu mengalami masa pasang dan surut. Hal ini disebabkan oleh sifatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, otonomi daerah, serta akuntabilitas penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penerbangan, dan banyak yang lainnya. Timbulnya persaingan yang sangat ketat. persaingan dan mendapatkan keunggulan kompetitif.

BAB 1 PENDAHULUAN. penerbangan, dan banyak yang lainnya. Timbulnya persaingan yang sangat ketat. persaingan dan mendapatkan keunggulan kompetitif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bisnis jasa merupakan bisnis yang berpengaruh di dunia modern, diantaranya adalah : asuransi, telekomunikasi, hiburan televisi, jasa finansial. Dimana setiap

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG BESAR SANTUNAN DAN IURAN WAJIB DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN PENUMPANG ALAT ANGKUTAN PENUMPANG

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGIS DAN KEBIJAKAN 1. VISI DAN MISI Sebagai unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten Lamandau dalam bidang Perhubungan komunikasi dan Informatika dituntut adanya peningkatan

Lebih terperinci

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN

Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran BAB I PENDAHULUAN 4.2.2. Upaya Pengguna Jasa Angkutan Umum dalam Mendapatkan Perlindungan Hukum dan Ganti Rugi... 49 4.2.3. Perlindungan Hukum Sesuai Dengan Undang-undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup penuh dengan resiko yang terduga maupun tidak terduga, oleh karena itu kita perlu memahami tentang asuransi. Kebutuhan akan jasa perasuransian makin dirasakan,

Lebih terperinci

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008

APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 APLIKASI PENGOLAHAN DATA DIVISI PELAYANAN KLAIM PT. JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PALEMBANG MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 2007 DAN SQL SERVER 2008 Yan Handel Jurusan Manajemen Informatika POLITEKNIK PalComTech

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS. A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS A. Perlindungan Hukum Terhadap Penumpang Ojek Online (GO-JEK) Pada perkembangannya GOJEK telah resmi beroperasi di 10 kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan suatu bentuk layanan yang diberikan birokrasi/pemerintah kepada masyarakat. Pelaksanaan pelayanan publik dimaksudkan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Republik Indonesia adalah Negara hukum yang berdaulat dimana wilayahnya terbagi dalam Provinsi, Kabupaten dan Kota. Dewasa ini perbincangan tentang otonomi yang diterapkan

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 33 TAHUN 1964 (33/1964) Tanggal: 31 DESEMBER 1964 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 33 TAHUN 1964 (33/1964) Tanggal: 31 DESEMBER 1964 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 33 TAHUN 1964 (33/1964) Tanggal: 31 DESEMBER 1964 (JAKARTA) Sumber: LN 1964/137; TLN NO. 2720 Tentang: DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan transportasi pada era globalisasi seakan menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Semakin banyak permintaan masyarakat terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Daerah Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta) adalah ibu kota negara Republik Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki status

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan dan kegiatan manusia, pada hakikatnya mengandung berbagai hal yang menunjukkan sifat hakiki dari kehidupan itu sendiri. Sifat hakiki yang di maksud disini

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata-kata kunci: audit internal dan good corprate governance

ABSTRAK. Kata-kata kunci: audit internal dan good corprate governance ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis apakah terdapat pengaruh peranan audit internal terhadap penerapan good corporate governance pada perusahaan BUMN di Bandung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Kendaraan bermotor dalam perkembangannya setiap hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam menunjang, memperlancar dan meningkatkan pembangunan perekonomian baik regional maupun nasional. Kendaraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan

TINJAUAN PUSTAKA. langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pelayanan Publik Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan

Lebih terperinci

BAB I PENDUHULUAN. keterjangkauan, dan aspek kenyamanan. faktor manusia sendiri yang kurang memperhatikan keamanan dan juga

BAB I PENDUHULUAN. keterjangkauan, dan aspek kenyamanan. faktor manusia sendiri yang kurang memperhatikan keamanan dan juga BAB I PENDUHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sarana dan prasarana transportasi publik di Indonesia masih belum optimal. Hal tersebut terbukti seperti apa yang sudah ada dan berjalan di kehidupan ini. Pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Studi beberapa..., Annisa Putri Handayani, FKM UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan di jalan raya merupakan issue yang sedang berkembang saat ini. Menurut data dari WHO dalam Sutawi (2006) sejak penemuan kendaraan bermotor lebih dari seabad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya

BAB I PENDAHULUAN. suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia dalam suatu masyarakat, sering menderita kerugian akibat suatu peristiwa yang tidak terduga semula, misalnya rumahnya terbakar, barangbarangnya dicuri,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT PADA PT. BANK PANIN TBK SURABAYA

FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT PADA PT. BANK PANIN TBK SURABAYA FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH KREDIT PADA PT. BANK PANIN TBK SURABAYA Andi Setya Pratama, Nurul Qomari, Indah Noviandari Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non

BAB I PENDAHULUAN. yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad 21, dunia mengalami perubahan pola penyakit. Penyakit yang semula didominasi oleh penyakit infeksi atau menular bergeser ke penyakit non infeksi atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap identifikasi masalah yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D

TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D TANGGUNG JAWAB PT.JASA RAHARJA DAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN PO.SUMBER SEJAHTERA TERHADAP PENUMPANG KORBAN KECELAKAAN ARI PURNOMO ADJI / D 101 10 218 ABSTRAK PO. Sumber Sejahtera merupakan salah satu perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian dengan berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan kesembilan sebagai kontributor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri dalam lima tahun terakhir yaitu periode , terdapat kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. industri dalam lima tahun terakhir yaitu periode , terdapat kenaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) menunjukkan jumlah pemegang polis asuransi di Indonesia tahun 2013 mencapai lebih dari 63 juta polis. Melihat

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U )

INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) INDIKATOR KINERJA UTAMA ( I K U ) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN INDRAGIRI HULU TAHUN 2016-2021 DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN INDRAGIRI HULU Jalan Raya Belilas Km. 06 Pematang Reba

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa berhubung. dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, sebagai langkah pertama

Lebih terperinci

RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG

RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG RENSTRA VISI dan MISI DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN BANDUNG Visi : Terwujudnya Pelayanan Perhubungan yang Handal, Berdaya Saing dan Berwawasan Lingkungan Perumusan Penjelasan Visi Perubahan Renstra DISHUB

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011

FAKULTAS HUKUM REGULER MANDIRI UNIVERSITAS ANDALAS PADANG 2011 PELAKSANAAN ASURANSI KECELAKAAN PENUMPANG BUS KOTA DI KOTA PADANG SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat ketempat lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang

BAB I PENDAHULUAN. tempat ketempat lainnya dengan cepat. Hampir tidak ada lagi tempat-tempat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya perkembangan zaman, maka meningkat pula segala kegiatan manusia untuk memenuhi keperluannya. Salah satu diantaranya adalah kebutuhan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

Jurnal FASILKOM Vol.3 No.2, 1 Oktober 2005 ANALISA SISTEM INFORMASI PERMOHONAN DANA SANTUNAN. Riya Widayanti

Jurnal FASILKOM Vol.3 No.2, 1 Oktober 2005 ANALISA SISTEM INFORMASI PERMOHONAN DANA SANTUNAN. Riya Widayanti ANALISA SISTEM INFORMASI PERMOHONAN DANA SANTUNAN Riya Widayanti riyawidayanti@yahoo.com ABSTRAK Perkembangan jaman yang semakin meningkat akan berdampak pada naiknya segala kegiatan manusia, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan

BAB I PENDAHULUAN. karena fungsi utama jalan raya adalah sebagai prasarana untuk melayani pergerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Jalan raya merupakan prasarana transportasi yang berpengaruh terhadap perkembangan sosial dan ekonomi masyarakat, sebaliknya peningkatan taraf hidup masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian manusia semakin banyak. Selain itu tingkat kesadaran yang rendah serta mudahnya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas yang sangat tinggi. Sektor transportasi merupakan hal mutlak untuk mempermudah mobilisasi penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang berkembang saat ini. Di era perkembangan dan pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang berkembang saat ini. Di era perkembangan dan pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sektor jasa yang memiliki peranan yang cukup vital dalam menunjang kegiatan sehari-hari adalah sektor jasa transportasi.transportasi merupakan sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago satate) dan negara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago satate) dan negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelago satate) dan negara yang dikelilingi oleh samudra (Ocean Locked Country) sehingga transportasi laut memegang peranan

Lebih terperinci

Mengingat: pasal-pasal 5 ayat 1, 20 ayat 1 dan 23 ayat 2 Undang-undang Dasar;

Mengingat: pasal-pasal 5 ayat 1, 20 ayat 1 dan 23 ayat 2 Undang-undang Dasar; UU 34/1964, DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN Oleh:PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor:34 TAHUN 1964 (34/1964) Tanggal:31 DESEMBER 1964 (JAKARTA) Tentang:DANA PERTANGGUNGAN WAJIB KECELAKAAN

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB. I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keinginan membangun jaringan Trans Sumatera dengan maksud memberdayakan sumber daya alam yang melimpah dimiliki oleh Sumatera utara dan Riau telah lama direncanakan.

Lebih terperinci

VICKRY REZA SALLAMANDA NIM

VICKRY REZA SALLAMANDA NIM PENYELESAIAN GANTI RUGI AKIBAT KECELAKAAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN DI PT. JASA RAHARJA (PERSERO) PERWAKILAN JEMBER VICKRY

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini menuntut masyarakat untuk siap menerima perubahan dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan Indonesia Insurance Summit 2005 dan Munas / kongres Asosiasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan Indonesia Insurance Summit 2005 dan Munas / kongres Asosiasi BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Pelaksanaan Indonesia Insurance Summit 25 dan Munas / kongres Asosiasi Perasuransian Indonesia Jakarta, 4 April 25 Industri asuransi merupakan salah satu pilar industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Memasuki era persaingan bebas seperti saat ini, mendorong setiap perusahaan untuk mampu mempertahankan dan meningkatkan pertumbuhan penjualan serta tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan publik kepada masyarakat merupakan salah satu tugas atau fungsi penting Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahannya. Pelayanan publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan yang dilakukan di Indonesia pada saat ini semakin meningkat, disertai dengan pesatnya tingkat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dan sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Transportasi berperan penting dalam menunjang

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan transportasi merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu negara kepada rakyatnya. Transportasi adalah kegiatan pemindahan manusia/barang dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan 30 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Dengan dikenalnya sistem baru dalam pengangkutan sebagai bagian dari perekonomian saat ini yaitu pengangkutan multimoda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini sarana transportasi merupakan suatu bagian yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang ini sarana transportasi merupakan suatu bagian yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini sarana transportasi merupakan suatu bagian yang tidak dapat di pisahkan dan sangat dibutuhkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DI SAMSAT KOTA MALANG Yosta Yoserizal, Sony Haryanto 8

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DI SAMSAT KOTA MALANG Yosta Yoserizal, Sony Haryanto 8 ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PEMBAYARAN PAJAK DI SAMSAT KOTA MALANG Yosta Yoserizal, Sony Haryanto 8 Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas layanan yang ada di kantor bersama Samsat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Bersamaan dengan berlangsungnya periode pertumbuhan dan perkembangan Indonesia pada berbagai bidang, transportasi menjadi salah satu kebutuhan penting dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkot Angkutan adalah mode transportasi yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat di Indonesia khususnya di Purwokerto. Angkot merupakan mode transportasi yang murah dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 1964 TENTANG DANA KECELAKAAN LALU-LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa berhubung dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas

BAB I PENDAHULUAN. daerah, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintah maupun tugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak daerah sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) memegang peranan penting dalam rangka membiayai urusan rumah tangga daerah, baik dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. akan membawa dampak positif bagi perusahaan begitu juga sebaliknya apabila

BAB 1 PENDAHULUAN. akan membawa dampak positif bagi perusahaan begitu juga sebaliknya apabila BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan merupakan faktor penting bagi setiap perusahaan. Pelayanan yang baik akan membawa dampak positif bagi perusahaan begitu juga sebaliknya apabila perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelayanan Prima 2.1.1 Pengertian Pelayanan Secara etimologis, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Dahlan, dkk., 1995:646) menyatakan pelayanan ialah usaha melayani kebutuhan orang lain.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA . PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 13 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LOMBA TERTIB LALU LINTAS DAN ANGKUTAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nento, SH. untuk mendirikan Perseroan Terbatas (PT) yang dinamkan PT.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Nento, SH. untuk mendirikan Perseroan Terbatas (PT) yang dinamkan PT. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pada tanggal 9 Maret 1982 Bapak Young Liando, pengusaha yang bertempat tinggal di Jl. S. Parman Kota Gorotalo menghadap notaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin meningkat. Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian dalam suatu rumah tangga membutuhkan sumbersumber penerimaan untuk membiayai segala keperluan rumah tangga. Sama hal nya dengan pajak yang merupakan salah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda

I. PENDAHULUAN. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Perkembangan jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua (sepeda motor) maupun roda empat (mobil) di Indonesia kian pesat dari tahun ke tahun. Pertumbuhan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan 10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan tak dapat dipungkiri, hal ini ditandai dengan berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan tersebut sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. efektif dan banyak masalah yang dihadapi. Salah satunya, kurangnya kesadaran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya suatu negara membutuhkan pendapatan yang besar untuk mensejahterakan kehidupan rakyatnya. Maka pemerintah perlu mendapatkan dana tersebut dengan

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS ANGGOTA PRIMKOP DHARMA PUTRA JEMBER PADA TAHUN 2012

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS ANGGOTA PRIMKOP DHARMA PUTRA JEMBER PADA TAHUN 2012 1 PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS ANGGOTA PRIMKOP DHARMA PUTRA JEMBER PADA TAHUN 2012 THE INFLUENCE OF THE QUALITY OF SERVICE TO THE LOYALTY MEMBER PRIMKOP DHARMA PUTRA JEMBER Dwi Widia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Angkutan Angkutan dapat di defenisikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. Undang Undang No.22 Tahun 2009

Lebih terperinci