IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di hutan primer Gunung Pesawaran Taman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di hutan primer Gunung Pesawaran Taman"

Transkripsi

1 IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Penelitian ini dilaksanakan di hutan primer Gunung Pesawaran Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Bandar Lampung yang memiliki ketinggian 1200 sampai 1660 mdpl. Penelitian yang dilaksanakan pada bulan agustus 2008 mendapatkan hasil sebagai berikut 1. Hasil Pengukuran Faktor Abiotik Dalam penelitian dilakukan pengukuran terhadap kondisi lingkungan, yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan intensitas cahaya. Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan dilakukan dilapangan didapat hasil sebagai berikut: a. Suhu rata-rata pada malam hari berkisar antara o C sedangkan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara o C. b. Kelembaban udara berkisar antara 60%-86%. c. Intensitas cahaya berkisar antara 600 Lux ditempat yang ternaung sampai 1070 Lux pada tempat yang terdedah.

2 27 2. Jumlah Dari hasil penjelajahan dan pengoleksian sampel di lokasi penelitian pada bulan Agustus 2008 ditemukan beberapa spesies anggrek. Setelah dilakukan identifikasi diperoleh 20 spesies anggrek liar yang terbagi dalam 15 genus. Daftar inventarisasi spesies-spesies anggrek tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 1. Anggota orchidales yang ditemukan di daerah jelajah No Genus 1 Acriopsis Acriopsis javanica 2 Agrostophyllum Agrostophyllum sp1 3 Agrostophyllum sp2 4 Apendiculata Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr 5 Angraecum Angraecum mahavahens 6 Bulbophyllum Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f 7 Bulbophyllum sp 8 Calanthe Calanthe sp 9 Coelegine Coelegyne incrassata Bl Lindl 10 Dendrobium Dendrobium paniferum J.J.Sm 11 Eria Eria oblitterata 12 Eria sp1 13 Eria sp2 14 Gastrochilus Gastrochilus sororius 15 Nephelaphyllum Nephelaphyllum tenuiflorum Bl.,Bijdr 16 Oncidium Oncidium cebolleta 17 Phalaenopsis Phalaenopsis sumatrana-alba Korth. & Rchb.f 18 Pholidola Pholidota carnea (Bl.) Lindl. 19 Pholidola chinensis Lindl 20 Spatoglotis Spatoglotis sp

3 28 3. Deskripsi Anggrek 1 Nama daerah : Acriopsis javanica : tidak diketahui Gambar 8. Acriopsis javanica foto pengamatan Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, tidak mempunyai pseudobulp, rimpang pendek, berumpun. Daun tunggal, bangun garis, ujung runcing, tepi rata, panjang cm, lebar 2-5 cm, upih daun memeluk rimpang, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.

4 29 SPESIES 2 : Agrostophyllum sp1 Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 9. Agrostophyllum sp1 foto pengamatan (a) dan foto (b) Habitus herba, tahunan, epifit. Batang pipih, hijau. Daun tunggal, lancet, ujung tumpul, tepi rata, panjang 5-20 cm, lebar 1-2 cm, pelepah daun memeluk batang, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.

5 30 SPESIES 3 : Agrostophylum sp2 Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 10. Agrostophyllum sp2 foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b) Habitus herba, menahun, epifit. Batang bulat, hijau berumpun dengan pertumbuhan simpodial, umbi semu beruas banyak bentuk pipih, tertutup oleh upih daun yang terlihat rapuh tetapi tidak mudah layu atau rontok. Daun Tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, mempunyai upih daun yang memeluk umbi semu, tidak bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor

6 31 SPESIES 4 : Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 11. Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b) Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, mencapai 50 cm, hijau, berumpun. Daun tunggal, lancet, pangkal memeluk batang, ujung tumpul, tepi rata, panjang 1,5-2 cm, lebar 0,5-1 cm, duduk berselang seling,

7 32 pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga tunggal terminalis, berwarna putih. Buah berupa buah kotak, bulat, hijau. Akar serabut, putih kotor. SPESIES 5 Nama daerah : Angraecum mahavahens : tidak diketahui Gambar 12. Angraecum mahavahens foto pengamatan Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau, berumpun. Daun tunggal, pangkal daun memiliki upih daun yang memeluk batang, ujung runcing, tepi rata, panjang 2-5 cm, lebar 0,3-0,5 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.

8 33 SPESIES 6 : Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 13. Bulbophyllum vaginatum (Lindl.) Rchb.f foto pengamatan (a) dan foto (b) Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, rimpang panjang merayap. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung tumpul, tepi rata, bentuk bulat telur meruncing, tekstur kaku, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai pendek menancap pada pseudobulb,

9 34 pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga tunggal terminalis, menggantung. Buah tidak ditemukan. Akar serabut, putih kotor. SPESIES 7 : Bulbophyllum sp Nama daerah : tidak diketahui Gambar 14. Bulbophyllum sp foto pengamatan Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau, rimpang pendek. Daun tunggal, lancet, menancap pada pseudobulp, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.

10 35 SPESIES 8 : Calanthe sp Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 15. Calanthe sp foto tandan bunga (a) dan foto saat pengambilan sampel (b) Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, hijau dengan rimpang yang pendek. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang cm, lebar cm, bertangkai cukup panjang, duduk berselang seling, pertulangan melengkung, berwarna hijau. Bunga majemuk terminalis, menggantung, panjang tandan cm, bunga berwarna kuning cerah. Akar serabut, putih kotor.

11 36 SPESIES 9 : Coelegyne incrassata (Bl).Lindl Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 16. Coelegyne incrassata (Bl).Lindl foto habitus dengan buah (a) dan bunga (b) Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau, berumpun. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai pendek, duduk berhadapan, menancap pada pseudobulb, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk terminalis, bentuk bulir, menggantung, panjang tandan cm, berwarna kuning pucat. Buah berupa buah kotak, bulat gada dengan 6 sirip, hijau. Akar serabut, putih kotor.

12 37 SPESIES 10 : Dendrobium paniferum J.J.Sm Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 17. Dendrobium paniferum J.J.Sm foto pengamatan (a) dan foto (b) Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau Daun tunggal, lancet, pangkal memeluk batang, ujung runcing, tepi rata, panjang 0,5-1 cm, lebar 1 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga tunggal, menggantung. Akar serabut, putih kotor.

13 38 SPESIES 11 : Eria oblitterata Nama daerah : tidak diketahui Gambar 18. Eria oblitterata foto habitus di laboratorium Habitus herba, tahunan, epifit menggantung. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk lateralis, bentuk bulir, menggantung, panjang tandan cm, berwarna merah muda. Buah berupa buah kotak, bulat, hijau. Biji tidak ditemukan dalam pengamatan. Akar serabut, putih kotor.

14 39 SPESIES 12 : Eria sp1 Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 19. Eria sp1 foto batang (a), dan foto dari Handayani (1997) (b) Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, berwarna coklat, berumpun, pertumbuhan simpodial, batang beruas banyak, panjang cm, diameter 2-2,5 cm, bulat berwarna cokelat bata. Daun tunggal, lancet, pangkal meruncing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, upih daun memeluk

15 40 batang dan terdapat banyak trikoma yang berwarna merah bata, berwarna hijau tua, panjang cm, ]ebar 4,5-5 cm. Akar serabut, putih kotor. SPESIES 13 : Eria sp2 Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 20. Eria sp2 foto pengamatan pada habitat (a) dan foto di laboratorium (b) Habitus herba, tahunan, epifit, berumpun. Batang bulat, hijau, mempunyai rimpang yang semu, tumbuh simpodial. Daun tunggal terdapat diujung batang berjumlah 4-6 helai, bentuk pedang, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang cm, lebar 0,5-1,5 cm, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.

16 41 SPESIES 14 : Gastrochilus sororius Schltr Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 21. Gastrochilus sororius Schltr foto pengamatan (a) dan foto (b) Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, tidak mempunyai pseudobulp, berwarna hijau. Daun tunggal, bangun garis, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang cm, lebar 0,5-1 cm, tidak bertangkai, upih daun memeluk batang, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga berupa bunga tandan lateralis, bentuk bulir, menggantung, panjang tandan cm, tenda bunga berwarna kuning

17 42 dengan bercak-bercak coklat, diameter bunga1,5 cm. Akar serabut, abu-abu kehijauan. SPESIES 15 : Nephelaphyllum tenuiflorum Bl. Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 22. Nephelaphyllum tenuiflorum Bl. foto pengamatan (a) dan foto bunga dari bunga (b) Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, berwarna ungu. Daun tunggal, bentuk tombak, pangkal rata, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar pangkal 4-6 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Akar serabut, putih kotor.

18 43 SPESIES 16 : Oncidium cebolleta Nama daerah : tidak diketahui Gambar 23. Oncidium cebolleta foto pengamatan Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat pendek. Daun tunggal, tebal berdaging, bangun paku, pangkal daun dengan upih yang memeluk batang, ujung daun tumpul, tepi rata, panjang 5-12 cm, lebar 0,3-0,5 cm, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau keputih-putihan. Akar serabut, putih kotor.

19 44 SPESIES 17 : Phalaenopsis sumatrana Korth. & Rchb.f Nama daerah : tidak diketahui Gambar 24. Phalaenopsis sumatrana-alba Korth. & Rchb.f. foto pengamatan Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, sangat pendek, hijau. Daun tunggal, berjumlah 4-6, bulat telur terbalik, tepi rata, panjang cm, lebar 5-9 cm, bertangkai, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk tandan terminalis, panjang tandan 20 cm, berbunga 3-9 buah, besar sedang, daun kelopak punggung oval memanjang, warna putih, dengan labelum berwarna kuning, daun kelopak dengan bentuk dan warna kurang lebih sama.

20 45 SPESIES 18 : Pholidota carnea (Bl)Lindl Nama daerah : tidak diketahui a b Gambar 25. Pholidota carnea (Bl)Lindl foto habitus dengan buah (a) dan bunga (b) Habitus herba, tahunan, epifit. Batang bulat, mempunyai pseudobulp, hijau. Daun tunggal terdapat di ujung pseudobulb berjumlah 2, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 8-20 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai pendek, duduk berselang seling, pertulangan sejajar, berwarna hijau. Bunga majemuk (tandan) terminalis, menggantung, panjang tandan cm, berwarna merah muda. Buah berupa buah kotak, bulat, hijau. Akar serabut, putih kotor, abu-abu.

21 46 SPESIES 19 : Pholidola chinensis Lindl Nama daerah : anggrek bongko, Anggrek bongkol a c Gambar 26. Pholidola chinensis Lindl. foto di laboratorium(a), dan foto dari (b) Habitus terna, epifit, tinggi, tahunan, tinggi cm. Batang bulat, alau bulat telur, diameter 2-5 cm, panjang 5-8 cm, berair atau sukulen, licin, hijau. Daun tunggal, tangkai pendek, berseling, helaian daun bentuk lanset atau lonjong, panjang cm, lebar 4-8 cm, ujung meruncing, pangkal rimcing, tepi rata, pertulangan sejajar melengkung, permukaan licin, hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, di ketiak daun, kelopak bentuk oval, ujung runcing, panjang 1-2 cm, coklat, kelopak lepas, 5 helai, bentuk tidak sama, putih. Buah kotak, bentuk kapsul, permukaan berusuk, panjang 2-3 cm,

22 47 hijau. Biji bulat, kecil, jumlah sangat banyak, halus, coklat. Akar serabut, berwarna coklat kehijauan. SPESIES 20 : Spatoglotis sp Nama daerah : tidak diketahui Gambar 27. Spatoglotis sp. foto pengamatan Habitus herba, tahunan, terestrial. Batang bulat, rizoma pendek. Daun tunggal, lancet, pangkal runcing, ujung runcing, tepi rata, panjang 5-8 cm, lebar 2-5 cm, bertangkai panjang, duduk berselang seling, pertulangan sejajar melengkung, berwarna hijau tua. Akar serabut, putih kotor. B. Pembahasan Sebagaian besar kaki Gunung Pesawaran bahkan sampai lereng gunung telah menjadi kebun kopi atau ladang yang dikelola oleh penduduk, meskipun

23 48 kawasan ini telah ditetapkan sebagai kawasan taman hutan raya. Kondisi ini menyebabkan hanya sebagian kecil dari kawasan gunung pesawaran yang masih termasuk dalam hutan primer. Selain perkebunan kopi penduduk, sebagian lagi berupa ladang dan semak semak belukar bekas kebun yang telah ditinggalkan oleh penduduk. Hutan primer gunung pesawaran hanya pada ketinggian 1200 mdpl sampai 1600 mdpl. Dengan kondisi habitat yang gelap dengan naungan dan pohonpohon yang ditumbuhi lumut. Dari ketinggian 1200 sampai 1600 mdpl hanya dalam jarak 2 km. Ini menunjukkan bahwa pada hutan ini merupakam daerah yang memiliki rata-rata kemiringan yang cukup tajam. Meskipun memiliki kemiringan yang cukup tajam, namun terdapat banyak pohon-pohon yang besar yang mendominasi dan membentuk naungan yang rapat. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus sampai September. Pada masa ini musim hujan belum tiba, namun musim kemarau hampir berakhir. Sedangkan waktu anggrek berbunga pada umumnya pada awal musim penghujan, hal ini menyebabkan banyak anggrek yang diketemukan belum berbunga atau bunganya belum mekar. Inventarisasi dilakukan dengan menggunakan metode jelajah dengan menyusuri jalan setapak di hutan primer gunung pesawaran. Keuntungan metode ini peneliti dapat menghindari daerah yang tidak mudah di jangkau seperti jurang dan tebing. Inventarisasi dilakukan dengan mencatat setiap spesies yang ditemukan kemudian melakukan pengambilan gambar, dan sampel apabila memungkinkan untuk di identifikasi. Identifikasi berdasarkan

24 49 gambar dan sampel tumbuhan dilakukan dilaboratorium pembelajaran biologi Universitas Lampung. Berdasarkan dari hasil pengoleksian dan identifikasi sampel anggrek yang tumbuh di hutan primer Gunung Pesawaran, diperoleh 20 spesies yang terbagi dalam 15 genus yaitu genus Acriopsis, Agrostophyllum, Apendiculata, Agraecum, Bulbophyllum, Calanthe, Coelegine, Dendrobium, Eria, Gastrochilus, Nephelaphyllum, Oncidium, Phalaenopsis, Pholidota, dan Spatoglotis. Genus Acriopsis ditemukan hanya satu spesies epifit yaitu Acriopsis javanica. Genus Agrostophyllum ditemukan dua spesies, dua epifit yaitu Agrostophyllum sp1, Agrostophyllum sp2. Genus Apendiculata ditemukan satu spesies yaitu Apendiculata ramosa Bl.,Bijdr. Genus Agraecum ditemukan satu spesies epifit yaitu Angraecum mahavahens. Genus Bulbophyllum ditemukan dua spesies epifit yaitu Bulbophyllum vaginatum (Lindl.)Rchb.f dan Bulbophyllum sp. Genus Calanthe ditemukan hanya satu spesies terestrial yaitu Calanthe sp. Genus Coelegine ditemukan satu spesies epifit yaitu Coelegyne incrassata Bl Lindl. Genus Dendrobium ditemukan satu spesies yaitu Dendrobium paniferum J.J.Sm. Genus Eria ditemukan tiga spesies yang semuanya epifit yaitu Eria oblitterata, Eria sp1dan Eria sp2. Genus Pholidota ditemukan dua spesies yaitu Pholidola chinensis Lindl, dan Pholidola charnea (Bl.) Lindl. Sedangkan genus Gastrochilus, Nephelaphyllum, Oncidium, Phalaenopsis, dan Spatoglotis hanya ditemukan masing-masing satu spesies yang sebagian besar epifit hanya genus Spatoglotis dan Nephelaphyllum yang merupakan tumbuhan terestrial.

25 50 yang dimaksud adalah Gastrochilus sororius, Nephelaphyllum tenuiflorum Bl.,Bijdr, Oncidium cebolleta, Phalaenopsis sumatrana-alba Korth. & Rchb.f., dan Spatoglotis sp. anggrek yang ditemukan di hutan primer Gunung Pesawaran sebagian besar merupakan anggrek epifit yaitu 16 spesies dan 4 spesies merupakan anggrek terestrial. Anggrek epifit hidup menumpang pada dahan-dahan atau batang pohon. Anggrek epifit mendapatkan unsur-unsur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan dari air yang menetes/pencucian daun-daun tanaman yang lebih besar atau dari penguraian bahan-bahan mati dengan bantuan organisme lain (Gunawan Hal: 29). Sedangkan anggrek terestrial mendapatkan nutrisi dari tanah. Selain itu kondisi lingkungan didaerah ini juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan angrek. Dari hasil pengukuran dilapangan didapat suhu rata-rata pada malam hari berkisar antara o C sedangkan suhu rata-rata pada siang hari berkisar antara o C. Menurut Iswanto (2007) kisaran suhu tersebut sesuai dengan kisaran suhu yang dibutuhkan beberapa anggrek seperti Cymbidium, Miltonia, Dendrobium, Cattleya, Oncidium, Vanda, dan Renanthera. Anggrek terestrial umumnya lebih tahan panas dari pada anggrek epifit. Namun tidak semua anggrek terestrial toleran terhadap suhu yang tinggi, karena suhu yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi sehingga menghambat pertumbuhan. Kelembaban udara turut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anggrek. Pada umumnya kelembaban udara yang dibutuhkan

26 51 anggrek relatif tinggi untuk menunjang pertumbuhan anggrek. Menurut Iswanto (20007) kelembaban yang dibutuhkan anggrek berkisar antara 60% sampai 80%. Kelembaban tinggi dibutuhkan antara lain untuk menghindari proses penguapan yang berlebihan. Dari hasil pengukuran di hutan primer Gunung Pesawaran didapat bahwa kelembaban udara rata-rata 60%-86%. Pada kisaran kelembaban tersebut tanaman anggrek dapat mempertahankan kandungan air yang ada untuk pertumbuhan dan berbagai reaksi metabolisme didalamnya. Pengukuran intensitas cahaya pada hutan primer gunung Pesawaran berkisar antara 600 lux ditempat yang ternaung sampai 1070 lux pada tempat yang terdedah. Dengan banyaknya pohon yang membuat lantai hutan ternaungi maka intensitas cahaya yang sampai pada lantai hutan hanya sedikit. Keadaan ini sesuai untuk pertumbuhan anggrek yang cenderung membutuhkan intensitas cahaya rendah untuk pertumbuhannya. Tumbuhan anggrek epifit menempel pada pohon yang memiliki struktur kulit lunak, tebal dan tidak mengelupas, seperti meranti, waru, rengas, dan lain-lain. Struktur kulit pohon yang seperti ini memudahkan biji anggrek untuk menempel dan memperoleh unsur-unsur yang dia perlukan untuk pertumbuhannya, karena anggrek epifit mendapatkan unsur-unsur untuk pertumbuhan dan perkembangannya dari pencucian daun-daun tumbuhan yang lebih tinggi. Struktur kulit pohon yang keras, tipis dan dapat mengelupas seperti pada kulit pohon jambu biji dan bambu tidak dapat ditumbuhi anggrek, karena biji anggrek tidak dapat menempel dan tumbuh pada kulit pohon seperti

27 52 ini. Pada kulit pohon seperti ini biji anggrek yang menempel akan ikut jatuh bersama kulit pohon yang terkelupas sebelum sempat tumbuh. Dari hasil pengamatan dilapangan, ditemukan anggrek epifit menempel pada pohon-pohon tinggi yang membentuk naungan untuk lantai hutan atau pada pohon yang lebih rendah. Kebanyakan spesies anggrek yang ditemukan tumbuh bersama dengan rumpun lumut yang juga banyak tumbuh pada pohonpohon di hutan primer Gunung Pesawaran. Pohon-pohon yang ditumpangi oleh anggrek antara lain pohon meranti (Shorea leprosura), mahoni (Swietenia mahagoni), bungur (Lagerstroma speciosa), dan berangan (Castanopsis argentea). Pohon-pohon ini pada umumnya selain memiliki kulit pohon yang lunak juga ditumbuhi oleh lumut, sehingga lebih mudah bagi biji anggrek untuk tumbuh pada pohon yang sudah ditumbuhi lumut karena lumut menjaga kandungan air untuk pertumbuhn awal biji selain itu juga menyediakan unsur hara lain untuk pertumbuhan awal kecambah anggrek.

28 A. Aplikasi Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar 53

29 54 Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber belajar untuk meningkatkan pemahaman materi pokok fungi pada siswa SMA kelas X semester 1. Kompetensi dasar yang harus dicapai siswa pada materi pokok fungi (jamur) menurut kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah siswa mampu mendeskripsikan ciri-ciri dan jenis-jenis jamur berdasarkan hasil pengamatan, percobaan, dan kajian literatur, serta peranannya dalam kehidupan. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, seorang guru dalam kegiatan belajar-mengajar harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode mengajar. Jadi, metode adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan (Djamarah dan Zain, 2006). Selian itu guru juga harus pandai dalam memilih sumber belajar. Karena dalam proses belajar mengajar ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik. nilai-nilai itu terambil dari berbagai sumber yang dipakai dalam proses belajar mengajar. Sumber belajar adalah sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat di mana bahan pengajaran terdapat atau asal untuk belajar seseorang (Winataputra dan Ardiwinata, 1991: 165 dalam Djamarah dan Zain, 2006). Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan adalah alam lingkungan (Roestiyah, N.K., 1989: 53 dalam Djamarah dan Zain, 2006). Salah satu sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran materi Fungi adalah Gunung Betung.

30 55 Materi dari hasil penelitian dapat disampaikan dengan metode karya wisata salah satu metode yang melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung, yang meliputi manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain. Dengan mengamati secara langsung maka anak akan memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya. Setelah dilakukan perencanaan yang matang, karya wisata dapat dilaksanakan dengan alokasi waktu 4 x 45 menit. Sebelum karya wisata dilakukan siswa terlebih dahulu dibagi dalam kelompok kerja dan diberi penjelasan singkat tentang konsep yang akan dipelajari. Pada saat pelaksanaan siswa secara langsung melakukan penjelajahan dan pangamatan langsung pada objek di Gunung Betung di ketinggian 600 m dpl. Dilokasi siswa langsung melaksanakan pengamatan dengan menggunakan LKS dan hasil penelitian sebagai penuntun kerja dan penunjang. Menurut Sudjana (1991) penyampaian materi dengan menggunakan LKS menyebabkan siswa menjadi lebih aktif. Dengan demikian hasil belajar siswa diharapkan menjadi lebih baik dibandingkan tanpa menggunakan media tersebut. Siswa menginventarisasi jamur, kemudian mangamati bagaimana ciri-ciri jamur yang ditemukan selanjutnya didiskusikan untuk mencari klasifikasi dan peranan jamur tersebut di alam khususnya di Gunung Betung. Setelah mendapatkan hasil, siswa dituntut dapat mengkomunikasikan laporan hasil pengamatannya. Pada akhir kegiatan belajar mengajar dilakukan evaluasi yang bertujuan untuk mengetaui tingkat keberhasilan siswa dalam menyerap materi yang telah

31 56 diberikan. Evaluasi diberikan dalam bentuk soal yang berisi pertanyaan mengenai ciri-ciri Basidiomycotina dan peranannya bagi kehidupan. Aplikasi hasil penelitian Inventarisasi Basidiomycotina pada ketinggian 600 m dpl di Gunung Betung Tahura Wan Abdul Rachman Bandar Lampung dapat digambarkan dalam strukturisasi hasil penelitian sebagai sumber belajar biologi SMA kelas X semester 1 pada materi pokok Fungi yang disajikan pada gambar 5. Basidiomycotina Inventarisasi Faktor biotik: 1.Jumlah individu 2.Jumlah tubuh buah Faktor lingkungan: Suhu, kelembaban, ph, intensitas cahaya. Sumber belajar Kurikulum SMA 2006 (KTSP)

32 57 Gambar 5. Strukturisasi Konsep Inventarisasi Basidiomycotina Pada Ketinggian 600 m dpl Di Gunung Betung Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Bandar Lampung. 5. Pembahasan Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar

33 58 Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber belajar di SMA kelas X semester 2. Kurikulum tingkat satuan pendidikan di SMA kelas X semester 2 memuat materi Arthropoda sub materi Orthoptera. Salah satu indikator yang dituntut oleh kurikulum adalah siswa mampu mengidentifikasi anggota filum Arthropoda dan mendeskripsikan peranannya dalam kehidupan di alam. Untuk mencapai indikator tersebut, seorang guru harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang menyenangkan dan juga harus terampil dalam memilih dan menggunakan metode mengajar. Dengan pemilihan metode yang tepat, siswa diharapkan dapat memahami konsep pelajaran dengan mantap yang akhirnya berdampak optimal terhadap hasil belajar siswa. Metode mengajar merupakan suatu cara dalam mengajar agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1979, 23) yang mengatakan bahwa metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan suatu alat untuk mencapai suatu tujuan, makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuannya. Kurikulum yang menuntut siswa agar dapat mengidentifikasi anggota filum Arthropoda dan mendeskripsikan peranannya dalam kehidupan dapat dipenuhi dengan langsung mempelajarinya di alam. Metode yang dianggap cocok untuk mempelajarinya adalah metode karyawisata. Metode karya wisata adalah suatu cara mengajar yang dilakukan dengan jalan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari hal-hal tertentu dibawah bimbingan guru. Dengan membawa

34 59 siswa langsung ke alam, diharapkan timbul sifat ingin menyelidiki dan siswa dapat pengalaman yang sesungguhnya. Proses belajar mengajar dengan menggunakan metode ini memerlukan keahlian dan ketrampilan guru. Banyak hal yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, mulai dari perancanaan, pelaksanaan sampai tahap tindak lanjut. Hal ini dimaksudkan agar karya wisata dapat berjalan secara efektif dan efesien. Tahap perencanaan meliputi penetapan tujuan, lamanya waktu pelaksanaan, memperhitungkan jumlah peserta, memeperhitungkan iklim dan suasana objek, biaya dan menyusun kelompok-kelompok. Tahap pelaksanaan meliputi kegiatatn observasi dan tertib pelaksanaan di lokasi. Sedangkan tahap tindak lanjut meliputi tahap mendiskusikan hasil observasi dan membuat laporan hasil pengamatan. Karya wisata juga memiliki kelemahan-kelemahan yang harus di perhitungkan. Diantaranya adalah biaya yang tidak sedikit, dan pada karya wisata juga sering kali lebih menonjolkan unsur rekreasi dari pada belajar, oleh karena itu perlu persiapan dan perencanaan yang matang. Setelah dilakukan perencanaan yang matang, karya wisata dapat dilaksanakan dengan alokasi waktu selama 4x 45 menit. Sebelum karya wisata dilakukan siswa terlebih dahulu dibagi kedalam beberapa kelompok kerja dan diberikan penjelasan singkat tentang konsep yang akan dipelajari. Pada saat pelaksanaan

35 60 siswa secara langsung melakukan pengamatan pada objek di gunung Betung yang telah terpetakan pada hasil penelitian ini. Di lokasi siswa langsung melaksanakan pengamatan dengan menggunakan LKS dan hasil penelitian Pemetaan Orthoptera di Gunung Betung sebagai penuntun kerja. Siswa menginventarisasi, kemudian mengamati bagaimana ciri-ciri Orthoptera yang kemudian didiskusikan untuk mencari klasifikasi dan peranan Orthoptera tersebut di alam, khususnya di gunung Betung. Setelah mendapatkan hasil, siswa dituntut dapat mengomunikasikan laporan hasil pengamatan didepan kelas. Strukturisasi penerapan hasil penelitian ini sebagai sumber belajar Biologi pada SMA kelas X semester 2 pada materi Arthropoda sub materi Orthoptera disajikan pada gambar 8. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Materi Arthropoda Sub Materi Orthoptera Pemilihan metode yang tepat: Metode Karya Wisata Perencanaan: 1. Penetapan tujuan. 2. Waktu 3. LKS 4. Memperhitungkan kumlah peserta 5. Memperhitungkan iklim dan suasana objek 6. Biaya Hasil Penelitian dan LKS sebagai penuntun kerja siswa

36 Gambar 8. Strukturisasi Penerapan Hasil Penelitian Pemetaan Orthoptera di Gunung Betung 61

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU

LAMPIRAN. 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU LAMPIRAN 1. Deskripsi jenis Anggrek yang ditemukan di Hutan Pendidikan USU 1. Agrostophyllum longifolium Habitat : herba, panjang keseluruhan ± 60 cm, pola pertumbuhan monopdodial Batang : bentuk pipih,

Lebih terperinci

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw.

DESKRIPSI TANAMAN. Acriopsis javanica Reinw. DESKRIPSI TANAMAN Acriopsis javanica Reinw. Marga : Acriopsis Jenis : Acriopsis javanica Reinw Batang : Bulat mirip bawang Daun : Daun 2-3 helai, tipis berbentuk pita, menyempit ke arah pangkal Bunga :

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di Kabupaten Gorontalo. Cagar Alam ini terbagi menjadi dua kawasan yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN

Seminar Nasional HUT Kebun Raya Cibodas Ke-159 ISBN EKSPLORASI DAN INVENTARISASI ANGGREK DI LERENG SELATAN GUNUNG MERAPI : DATA TERAKHIR SEBELUM ERUPSI 2010 Orchid Exploration and Inventory in Southern Slope of Mount Merapi: Last Data Before Eruption 2010

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anggrek Dendrobium Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae, suatu famili yang sangat besar dan sangat bervariasi. Famili ini terdiri dari 800 genus dan tidak kurang dari 25.000

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun

6. Panjang helaian daun. Daun diukur mulai dari pangkal hingga ujung daun. Notasi : 3. Pendek 5.Sedang 7. Panjang 7. Bentuk daun LAMPIRAN Lampiran 1. Skoring sifat dan karakter tanaman cabai 1. Tinggi tanaman : Tinggi tanaman diukur mulai dari atas permukaan tanah hingga ujung tanaman yang paling tinggi dan dinyatakan dengan cm.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Caisim (Brassica juncea L.) Caisim merupakan jenis sayuran yang digemari setelah bayam dan kangkung (Haryanto dkk, 2003). Tanaman caisim termasuk dalam famili Cruciferae

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Umum Anggrek Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae yang merupakan suatu keluarga tanaman bunga-bungaan yang paling besar. Indonesia memiliki kurang lebih 5.000 spesies

Lebih terperinci

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka(

Lili paris ( Chlorophytum comosum Landep (Barleria prionitis L.) Soka( Lili paris (Chlorophytum comosum) Kingdom : plantae divisi : magnoliophyta kelas : liliopsida ordo :liliaceae family : anthericaceae genus :chlorophytum spesies : chlorophytum comusum var. vittatum Batang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Lokasi penelitian pada sisi sebelah timur kawasan hutan Kelurahan. Kanarakan dekat pemukiman masyarakat

BAB IV HASIL PENELITIAN. 1. Lokasi penelitian pada sisi sebelah timur kawasan hutan Kelurahan. Kanarakan dekat pemukiman masyarakat BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan sampel tumbuhan makroepifit di kawasan hutan Kelurahan Kanarakan dilakukan pada empat lokasi yang berbeda. Adapun lokasinya yaitu : 1.

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna

TINJAUAN PUSTAKA. Tanah Gambut. memungkinkan terjadinya proses pelapukan bahan organik secara sempurna TINJAUAN PUSTAKA Tanah Gambut Tanah gambut terbentuk dari bahan organik sisa tanaman yang mati diatasnya, dan karena keadaan lingkungan yang selalu jenuh air atau rawa, tidak memungkinkan terjadinya proses

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu 44 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani

TINJAUAN PUSTAKA Botani TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman apel berasal dari Asia Barat Daya. Dewasa ini tanaman apel telah menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Eropa Barat, negaranegara bekas Uni Soviet, Cina,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500- BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Kondisi hutan di Cagar Alam Gunung Ambang pada ketinggian 1500-1750 m dpl sudah mengalami degradasi akibat

Lebih terperinci

Impatiens platypetala

Impatiens platypetala Assalamualaikum Wr. Wb. Hai aku Endri, disini aku mau sharing tentang jalan-jalan bersama temen-temen yaitu Detty Safitri, Masruroh, Lexi Jalu Aji, dan mas Afrizal Haris, ditemani pula oleh pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar hutan Indonesia termasuk dalam kategori hutan hujan tropis karena memiliki curah hujan tinggi dan suhu hangat sepanjang tahun. Hutan hujan tropis merupakan

Lebih terperinci

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb.

Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. AGATHIS DAMMARA WARB. Botani Agathis alba Foxw. Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Araucariales Araucariaceae Agathis Agathis dammara Warb. Damar Pohon, tahunan, tinggi 30-40 m. Tegak, berkayu,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. adalah salah satu genus Anggrek terbesar yang terdapat pada dunia ini.

TINJAUAN PUSTAKA. adalah salah satu genus Anggrek terbesar yang terdapat pada dunia ini. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Anggrek Dendrobium merupakan jenis Anggrek asli Indonesia yang mempunyai banyak warna, bentuk dan aroma yang khas, serta bunga Anggrek Dendrobium dapat bertahan kurang lebih

Lebih terperinci

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015

PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 PENGENALAN VARIETAS LADA, PALA, dan CENGKEH Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat November 2015 DESKRIPSI VARIETAS LADA LADA VAR. NATAR 1 SK Menteri Pertanian nomor : 274/Kpts/KB.230/4/1988 Bentuk Tangkai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae,

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman: Tanaman ubi kayu diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo : Euphorbiales, Famili

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Gonda Tanaman gonda dalam bahasa jawa disebut gondo atau orang barat menyebutnya chikenspike termasuk dalam keluarga Sphenocleaceae. Klasifikasi taksonomi dijelaskan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saninten (Castanopsis argentea Blume A.DC) Sifat Botani Pohon saninten memiliki tinggi hingga 35 40 m, kulit batang pohon berwarna hitam, kasar dan pecah-pecah dengan permukaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV

Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV Materi Pembelajaran Ringkasan Materi: Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya IPA SD Kelas IV Berikut ini adalah pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Dasar kelas IV yaitu tentang bagian-bagian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kacang Tanah Kacang tanah tumbuh secara perdu setinggi 30 hingga 50 cm dan mengeluarkan daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

Lebih terperinci

Amomum cardamomum Willd

Amomum cardamomum Willd Amomum cardamomum Willd Kapulaga Sinonim Amomum kapulaga Sprague Amomum compactum Solad ex Maton Alpinia striata Horst. Cardamomum minum Rumph Elettaria cardamomum Maton Elettaria major Smith Familia Zingiberaceae

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

Anggrek memiliki nama latin Orchidaceae, yaitu merupakan satu suku tumbuhan berbunga

Anggrek memiliki nama latin Orchidaceae, yaitu merupakan satu suku tumbuhan berbunga Bunga Anggrek, Ciri-ciri, Jenis dan Klasifikasi Anggrek Anggrek memiliki nama latin Orchidaceae, yaitu merupakan satu suku tumbuhan berbunga yang memiki anggota atau jenis terbanyak. Jenis-jenisnya tersebar

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN di Hutan Pendidikan bagian Timur Taman Hutan Raya Bukit Barisan

METODE PENELITIAN di Hutan Pendidikan bagian Timur Taman Hutan Raya Bukit Barisan METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan mulai bulan Oktober sampai dengan November 0 di Hutan Pendidikan bagian Timur Taman Hutan Raya Bukit Barisan Tongkoh Kabupaten Karo Sumatera

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5

MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 MIKORIZA pada Swietenia macrophylla KELOMPOK 5 Nama Kelompok Rizky Ratna Sari Rika Dhietya Putri Ahmad Marzuki Fiki Rahmah Fadlilah Eka Novi Octavianti Bidayatul Afifah Yasir Arafat . Swietenia macrophylla

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Anggrek Anggrek termasuk dalam famili Orchidaceae. Orchidaceae merupakan famili tanaman terbesar yang terdiri dari 900 Genus dan 25.000 spesies (La Croix, 2008).

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi dan Morfologi Kacang Tunggak Kacang tunggak (Vigna unguiculata (L.)) merupakan salah satu anggota dari genus Vignadan termasuk ke dalam kelompok yang disebut catjangdan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Hijau Kacang-kacangan (leguminosa), sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan

TINJAUAN PUSTAKA. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan TINJAUAN PUSTAKA Hutan Produksi Terbatas Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Hutan tetap adalah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Kecicang PENCIPTA : Ni Ketut Rini Astuti, S.Sn., M.Sn PAMERAN International Exhibition International Studio for Arts & Culture FSRD ALVA Indonesia of

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di

I. PENDAHULUAN. Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Dari sebelas Taman Hutan Raya yang ada di Indonesia, salah satu terdapat di Lampung yaitu Taman Hutan Raya Wan Abdurrahman (Tahura WAR). Tahura WAR ini sangat berpotensi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.))

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), bengkuang (Pachyrhizus erosus (L.)) termasuk ke dalam Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Fabales, Famili : Fabaceae, Genus : Pachyrhizus, Spesies

Lebih terperinci

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH

SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH SUBDIVISI KEANEKARAGAMAN TANAMAN AFFINSYAH ARRAFIQAH RAHMAH Gladiolus hybridus BOTANICAL DECONSTRUCTION Pemanfaatan Media Digital dalam Analisis Morfologi Tumbuhan LATAR BELAKANG Salah satu yang harus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan

TINJAUAN PUSTAKA. yang berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan TINJAUAN PUSTAKA Inventarisasi Inventarisasi hutan dilaksanakan guna mengetahui modal kekayaan alam yang berupa hutan di seluruh wilayah Republik Indonesia untuk keperluan perencanaan pembangunan proyek-proyek

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada; Universitas Gadjah Mada ABSTRAK

Universitas Gadjah Mada;   Universitas Gadjah Mada ABSTRAK SB/O/KR/05 EKSPLORASI DAN INVENTARISASI ANGGREK DI BUKIT COKRO, KRENGSENG, NGASINAN DAN WATUBLENCONG PEGUNUNGAN MENOREH, KABUPATEN KULONPROGO, YOGYAKARTA Imam Bagus N. 1), Hendra Wardhana 2), Aninda Retno

Lebih terperinci

Kekayaan Jenis Anggrek Di Hutan Alam

Kekayaan Jenis Anggrek Di Hutan Alam Kekayaan Jenis Anggrek Di Hutan Alam Desa Beginjan Kecamatan Tayan Hilir Kabupaten Sanggau Rizka Amalia 1, Irwan Lovadi 1, Riza Linda 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl.,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Mahkota Dewa 1. Klasifikasi dan Ciri Morfologi Tanaman mahkota dewa memiliki nama ilmiah Phaleria macrocarpa Boerl., dengan nama sinonim Phaleria papuana. Nama umum dalam

Lebih terperinci

Hama Aggrek. Hama Anggrek

Hama Aggrek. Hama Anggrek Hama Anggrek Dr. Akhmad Rizali Hama Aggrek Tungau merah (Tennuipalvus orchidarum) Kumbang gajah (Orchidophilus aterrimus) Kumbang penggerek (Omobaris calanthes) Kutu perisai (Parlatoria proteus) Pengorok

Lebih terperinci

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih

umbinya tipis berwarna kuning pucat dengan bagian dalamnya berwarna putih TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Van Steenis (2005), klasifikasi tanaman bengkuang adalah sebagai berikut: Kingdom Divisio Sub Divisio Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae : Spermatophyta :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. beberapa Kecamatan yaitu Kecamatan Kota Tengah, Kecamatan Kota Utara dan 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Pengamatan stomata dalam penelitian ini dilakukan pada 9 varietas tumbuhan puring yang terdapat di Kota Gorontalo. Varietas puring ini

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG

TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG TEKNIK BUDIDAYA ROTAN PENGHASIL JERNANG ASPEK : SILVIKULTUR Program : Pengelolaan Hutan Tanaman Judul RPI : Pengelolaan Hutan Tanaman Penghasil Kayu Pertukangan Koordinator RPI : Dr. Tati Rostiwati Judul

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang berasal dari Afrika. Kelapa sawit pertama kali diintroduksi ke Indonesia

Lebih terperinci

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum

Daun pertama gandum, berongga dan berbentuk silinder, diselaputi plumula yang terdiri dari dua sampai tiga helai daun. Daun tanaman gandum BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teoritis 2.1.1. Botani Tanaman gandum Menurut Laraswati (2012) Tanaman gandum memiliki klasifikasi sebagai berikut: Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT

PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT PEMANFAATAN DAUN LAMTORO TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK TANAH (Vanda sp.) PADA CAMPURAN MEDIA PASIR DAN TANAH LIAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga

No. Nama Bahan Spesifikasi Kegunaan 1. Alkohol 70% Mencegah kerusakan akibat jamur dan serangga Lampiran 1. Spesifikasi bahan dan peralatan yang digunakan dalam penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bambu tali (G. apus (Schult.f.) Kurz) yang terdapat di pinggiran

Lebih terperinci

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Pembentukan Taman Kupu-Kupu Gita Persada Taman Kupu-Kupu Gita Persada berlokasi di kaki Gunung Betung yang secara administratif berada di wilayah Kelurahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3.1.Lokasi Penelitian III. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2014 di Kecamatan Kepenuhan, Kepenuhan Hulu Dan Kecamatan Rambah Hilir di Kabupaten Rokan Hulu.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantiatif. Menurut Setyosari (2010) penelitian deskriptif

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi , II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi Degradasi lahan adalah proses menurunnya kapasitas dan kualitas lahan untuk mendukung suatu kehidupan (FAO 1993). Degradasi lahan mengakibatkan hilang atau

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Jenis Anggrek Anggrek merupakan salah satu tumbuhan berbiji dari famili Orchidaceae yang banyak diminati karena bentuk dan warna bunganya menarik sehingga dapat digunakan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE

LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE LAPORAN PRAKTIKUM I KUNCI DETERMINASI KELAS DICOTYLEDONAE Mata Kuliah : Botani Tumbuhan Tinggi Dosen Pengampu : Rabiatul Adawiyah, M.Pd KELOMPOK 6 Aulia Mahfuzah : 306.14.24.018 Megawati : 306.14.24.003

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Susunan akar kedelai pada umumnya sangat baik, pertumbuhan akar tunggang lurus masuk kedalam tanah dan mempunyai banyak akar cabang. Pada akar-akar cabang banyak terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar

TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar TINJAUAN PUSTAKA Botani Ubijalar Menurut Sarwono (2005) ubijalar tergolong tanaman palawija. Tanaman ini membentuk umbi di dalam tanah. Umbi itulah yang menjadi produk utamanya. Ubijalar digolongkan ke

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Gedung Meneng Kecamatan Raja Basa Bandar Lampung pada bulan Agustus tahun 2015. 3.2 Bahan dan Alat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar dari famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar dari famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Dendrobium Dendrobium merupakan salah satu genus anggrek terbesar dari famili Orchidaceae, dan meliputi lebih dari 2.000 spesies (Uesato, 1996). Dendrobium

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam untuk 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Taman Hutan Raya (Tahura) adalah hutan yang ditetapkan pemerintah dengan fungsi pokok sebagai hutan konservasi yaitu kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasisitusi atau

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jumlah dan Diameter Pembuluh Lateks Klon BPM 1 dan PB 260 KLON Jumlah Pembuluh Lateks Diameter Pembuluh Lateks 22.00 22.19 24.00 24.09 20.00 20.29 7.00 27.76 9.00 24.13 5.00 25.94 8.00 28.00

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kawasan secara umum merupakan permukaan tanah atau air yang sederhana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kawasan secara umum merupakan permukaan tanah atau air yang sederhana 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Utara Danau Limboto Kawasan secara umum merupakan permukaan tanah atau air yang sederhana luasnya tetapi lebih besar dari situs. Kawasan adalah istilah yang digunakan

Lebih terperinci

REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG

REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG REAKSI PUTRI MALU TERHADAP RANGSANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tumbuhan putri malu sering dijumpai di sekitar sawah, kebun, rerumputan. Tumbuhan putri malu merupakan herba memanjat atau

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data 16 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2015 s/d Januari 2016. Lokasi penelitian berada di Desa Giriharjo, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 124/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE PUTIH KECIL VARIETAS HALINA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 124/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE PUTIH KECIL VARIETAS HALINA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 124/Kpts/SR.120/2/2007 TENTANG PELEPASAN JAHE PUTIH KECIL VARIETAS HALINA 1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana 1 Program Studi Pendidikan B iologi. Disusun Oleh: RAHAYU KURNIA DEWI PENGAMATAN INTI SEL UJUNG AKAR Allium cepa MENGGUNAKAN PEWARNA ALTERNATIF BUAH GENDULA GENDULU (Breynia sp) DAN PERASAN RIMPANG KUNYIT (Curcuma domestica) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci