BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengumpulan Data Produk Berikut ini merupakan data yang diperoleh melalui wawancara dengan pihak manajemen tentang jenis produk yang dihasilkan oleh PT. Palmanusa Adhi Kencana pada tahun 2003: Tabel 5.1 Data Produksi tahun PT. Palmanusa Adhi Kencana Jenis Produk Jumlah Produksi Round Table unit Side Table unit Deck Chair unit Dining Table unit Bench unit Lounge Chair unit Arm Chair unit Total unit Sumber: wawancara eksekutif PT P A K

2 12% 7% 5% Arm Chair Lounge Chair Side Table Deck Chair 5% 5% 6% 60% Bench Round Table Dining Table Gambar 5.1 Persentase Hasil Produksi PT. PAK Tahun Dengan menghasilkan tujuh produk tersebut, total volume produksi per tahun berkisar pada angka 1250 m 3 dengan sisa produksi sebesar 25 m 3. Sisa produksi tersebut digunakan sebagai buffer inventory yakni persediaan untuk persiapan apabila jumlah produk yang dihasilkan tidak mencukupi. Alasan adanya buffer inventory ini adalah karena biaya persiapan produksi terlalu besar untuk menghasilkan produk dengan jumlah sedikit. Oleh karena itu diharapkan dengan adanya inventory ini dapat menutupi kebutuhan ad hoc. Untuk melakukan analisa dengan menggunakan data tersebut maka ada baiknya kita menilik pada produk sampel yang digunakan untuk mewakili produkproduk yang dihasilkan perusahaan. Dalam memilih produk sebagai sampel perusahaan, ada baiknya dilihat sistem pembebanan biaya perusahaan. Perusahaan membebankan biaya berdasarkan jumlah produksi sebagai penentu biaya, sehingga produk yang memiliki volume produksi tertinggi menanggung biaya paling tinggi. 85

3 Sehubungan dengan pembebanan berdasar jumlah, produk yang diambil sebagai contoh adalah Arm chair, Dining Table, dan Bench. Arm Chair mewakili produk yang memiliki jumlah permintaan paling tinggi, Dining Table mewakili produk yang memiliki permintaan paling sedikit dan Bench mewakili produk yang berada diantara keduanya. Diharapkan dengan ketiga produk ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai perbedaan sistem ABC dan sistem tradisional Produk Arm Chair Bahan baku utama yang digunakan untuk proses produksi Arm Chair ini adalah kayu Nyatoh, namun dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen. Penjelasan mengenai pembuatan Arm Chair akan dibagi ke dalam part-partnya. Part yang ada yakni: 1. Kaki Depan dan Kaki Belakang 2. Batas Ram Samping 3. Tanganan 4. Bagian Samping Sandaran 5. Bagian Atas Sandaran 6. Slat Sandaran 7. Bagian Belakang Ram Dudukan 8. Bagian Samping Dudukan 9. Badan/ Bagian Lepasan 86

4 Untuk semua part, ada proses yang dilewati dahulu, sebelum sampai ke gudang bestek, yakni proses Rough Mill guna memperoleh ukuran yang diminta pada saat bahan sampai ke gudang bestek. Dari Gudang Bestek part-part diproses di bagian produksi. Setelah part-part selesai diproses dimasukkan ke gudang part yang akan dilanjutkan ke proses assembly dan dilakukan repair. Setelah itu masuk ke gudang komponen. Dari gudang komponen dilakukan finishing berupa pewarnaan dan packing untuk kemudian dimasukkan ke gudang barang jadi. Tabel 5.2, dan tabel 5.3 berikut ini merupakan bahan tidak langsung dan bahan packing yang digunakan untuk Arm Chair: Tabel 5.2 Bahan Tidak Langsung Arm Chair Bahan Jumlah Lem Poyoshica 0,15613 m 2 Dowel Pasak (40 x ø6) Pasak kayu Pin (30 x ø6) Cross Dowel (30 x ø6) Logo "X" Paku Brass 1,2 10 bh. 2 bh. 8 bh. 2 bh. 1 bh. 2 bh. Sumber: R & D PT. P A K 87

5 Tabel 5.3 Bahan Packing Arm Chair Bahan Jumlah Karton DW 3,2475 m 2 Strapping band Band tape Sticker Brosur + Assembly instruction 6,5 m 5,82 m 1 bh. 2 set Sumber: R & D PT. P A K Produk Bench Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi Bench adalah kayu Jati, namun dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen. Penjelasan mengenai pembuatan bench akan dibagi ke dalam part-partnya. Part yang ada yakni: 1. Ram samping a. Kaki depan b. Kaki belakang c. Bingkai bawah d. Bingkai atas e. Tanganan 2. Bingkai lepasan 3. Ram dudukan a. Ruji-ruji dudukan 88

6 b. Slat depan c. Slat belakang 4. Ram sandaran a. Bingkai atas sandaran b. Bingkai bawah sandaran c. Ruji-ruji sandaran Untuk semua part, ada proses yang dilewati dahulu, sebelum sampai ke gudang bestek, yakni proses Rough Mill guna memperoleh ukuran yang diminta pada saat bahan sampai ke gudang bestek. Dari Gudang Bestek part-part diproses di bagian produksi. Setelah part-part selesai diproses dimasukkan ke gudang part yang akan dilanjutkan ke proses assembly dan dilakukan repair. Setelah itu masuk ke gudang komponen. Dari gudang komponen dilakukan packing untuk kemudian dimasukkan ke gudang barang jadi. Berbeda dengan Arm chair, biasanya Bench diberi pewarnaan berupa teak oil ataupun cat warna. Setelah part-part diberi warna maka dikeringkan dengan menggunakan conveyor gantung. Tabel 5.4 dan tabel 5.5 berikut ini merupakan bahan tidak langsung dan bahan packing yang digunakan untuk Bench: 89

7 Tabel 5.4 Bahan Tidak Langsung Bench Bahan Jumlah Lem Poyoshica 0, m 2 Dowel Pasak (40 x ø6) Cross Dowel (30 x ø6) Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm Pin (20 x ø5) Pin (20 x ø6) Pin Galv. 37 x ø6 38 bh. 2 bh. 37 bh. 4 bh. 2 bh. 2 bh. Lem Polyartica 0, m 2 Pasak kayu Logo "X" Paku 7 bh. 1 bh. 2 bh. Sumber: R & D PT. P A K Tabel 5.5 Bahan Packing Bench Bahan Jumlah Karton DW 3,8019 m 2 Strapping band Band tape Sticker 7,17 m 6,12 m 1 bh. 90

8 Bahan Brosur + Assembly instruction Jumlah 2 set Sumber: R & D PT. P A K Produk Dining Table Bahan baku yang digunakan untuk proses produksi Dining Table adalah kayu Jati, namun dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen. Penjelasan mengenai pembuatan bench akan dibagi ke dalam part-partnya. Part yang ada yakni: 1. Top Table a. Assembly Frame b. Bingkai Depan c. Bingkai Belakang d. Bagian Samping Top Table e. Bingkai Tengah 2. Apron a. Apron Panjang b. Apron Pendek c. Bingkai Tengah Apron 3. Slat - Slat Top Table 4. Klos Top Table 5. Wooden Plug A 91

9 6. Klos 7. Kaki Untuk semua part, ada proses yang dilewati dahulu, sebelum sampai ke gudang bestek, yakni proses Rough Mill guna memperoleh ukuran yang diminta pada saat bahan sampai ke gudang bestek. Dari Gudang Bestek part-part diproses di bagian produksi. Setelah part-part selesai diproses dimasukkan ke gudang part yang akan dilanjutkan ke proses assembly dan dilakukan repair. Setelah itu masuk ke gudang komponen. Dari gudang komponen dilakukan packing untuk kemudian dimasukkan ke gudang barang jadi. Biasanya Dining Table diberi pewarnaan berupa cat warna (pure white). Setelah part-part diberi warna maka dikeringkan dengan menggunakan conveyor gantung. Tabel 5.6 dan tabel 5.7 berikut ini merupakan bahan tidak langsung dan bahan packing yang digunakan untuk Dining Table: Tabel 5.6 Bahan Tidak Langsung Dining Table Bahan Jumlah Lem Poyoshica 0,42780 m 2 Dowel Pasak (40 x ø6) Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm Sekrup (+) 5/8", ø 8 mm Sekrup (+) 1", ø 8 mm 8 bh. 74 bh. 24 bh. 16 bh. 92

10 Bahan Dowel beralur Leg corner Bracket Bolt Rubber Feet Logo "X" Paku Jumlah 8 bh. 4 bh. 8 bh. 4 bh. 1 bh. 2 bh. Tabel 5.7 Bahan Packing Dining Table Sumber: R & D PT. P A K Bahan Jumlah Karton DW 4,08093 m 2 Strapping band Band tape Sticker Brosur + Assembly instruction 10,15 m 8,9 m 1 bh. 2 set Sumber: R & D PT. P A K Penentuan Pusat Biaya Setelah mengetahui mengenai gambaran produk-produk yang dijadikan sampel untuk penelitian maka langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi Pusatpusat biaya. PT. Palmanusa Adhi Kencana menggunakan sistem tradisional dalam 93

11 perhitungan perencanaan biaya produksi. Biaya dibagi ke dalam dua bagian besar, yakni biaya pabrikasi dan biaya komersil. Biaya pabrikasi terdiri dari biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead. Biaya komersial yakni biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum. Namun mengenai biaya komersial tidak akan dibahas lebih jauh karena berada diluar topik. Perusahaan membagi biaya pabrikasi yang terjadi sebagai berikut: 1. Biaya bahan langsung Biaya ini merupakan biaya bahan baku yang digunakan untuk proses produksi per produk. Setiap jenis produk berbeda memiliki bahan yang berbeda sesuai permintaan konsumen. Pembebanan yang dilakukan dari awal proses produksi hanya sekali yakni pada awal proses produksi. 2. Biaya Tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung meliputi biaya operator proses produksi di seluruh lini produksi. Tenaga kerja yang ada terbagi-bagi sesuai dengan area kegiatan mereka, yakni: a. Rough Mill b. Produksi c. Assembling d. Repair e. Setting f. Finishing g. Packing 94

12 h. Inventory Dari kedelapan bagian tersebut, data jumlah tenaga kerja, jam kerja serta keluaran yang dihasilkan akan digunakan untuk melakukan perhitungan biaya tenaga kerja langsung. 3. Biaya Tidak Langsung Biaya tidak langsung ini merupakan biaya overhead pabrik diluar biayabiaya langsung. Biaya ini meliputi: a. Bahan tidak langsung Produksi Terdiri atas penggunaan bahan-bahan pembantu selama proses produksi suatu produk, seperti: lem, sekrup, paku dan bahan pembantu lainnya yang tidak signifikan. b. Bahan tidak langsung Packing Packing diberikan kepada produk sebagai pelengkap dan pelindung agar produk terlindungi dari benturan dan kerusakan dan untuk mempermudah penyimpanan dalam gudang. Packing yang diberikan berbeda untuk masing-masing jenis produk. Namun bahan yang digunakan umumnya sama. c. Biaya tidak langsung lainnya Yang termasuk dalam biaya ini yakni biaya overhead lainnya seperti: o Biaya tenaga kerja tidak langsung o Biaya utilitas seperti telepon dan listrik dan 95

13 o Biaya-biaya kendaraan operasional seperti asuransi, penyusutan, operasional, dan maintenance o Biaya maintenance dan biaya penyusutan peralatan dan mesin o Biaya-biaya gedung seperti asuransi, penyusutan, maintenance, PBB o Biaya alat-alat kantor pabrik o Biaya penanganan bahan baku Pengumpulan Data dan Penentuan Standar Biaya Pertama-tama dilakukan perincian biaya overhead pabrik. Biaya listrik yang dibutuhkan diperkirakan menggunakan perhitungan di bawah ini. dilihat pada Tabel 5.8 di bawah ini yang mendata mesin-mesin dan peralatan listrik yang digunakan pabrik dibagi berdasarkan tiga bagian besar lantai produksi. Tabel 5.8 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Rough Mill No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 1 Planner 2 2,730 5,46 2 Jump Saw 2 3,170 6,34 3 Double Planner 2 3,270 6,54 4 Double Entenoner 1 3,700 3,7 5 Single Rip Saw 1 1,430 1,43 96

14 No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 6 Multi Rip Saw 2 2,730 5,46 7 Band Saw 6 5,625 33,75 8 Pemotong Dowel 3 1,730 5,19 9 Moulder 3 5,120 15,36 10 Compressor 2 7,460 14,92 11 Radial Arm Saw 2 2,200 4, ,55 Tabel 5.9 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Produksi No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 1 Tenon 2 2,230 4,46 2 Mortizer 7 2,170 15,19 3 Sander 9 2,275 20,475 4 Hor/Ver Bor 10 2,460 24,6 5 Router 4 2,670 10,68 6 R/L Bor 2 2,460 4,92 7 Shaper 10 3,230 32,3 8 Cross Cut 3 3,150 9,45 97

15 No Jenis Jumlah (buah) Daya/ unit (kw) Usage (kw) 9 Compressor 1 7,460 7,46 10 Wide Sander 1 3,500 3,5 11 Radial Arm Saw 2 2,270 4,54 12 Double Cutting 2 2,270 4,54 13 Hydraulic Press 5 2,580 12,9 14 Mesin Bubut 1 1,500 1, ,515 Tabel 5.10 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Finishing No Jenis Jumlah (buah) Daya/unit (kw) Usage (kw) 1 Strapping machine 4 0,460 1,84 2 Conveyor 1 1,580 1,58 3 Compressor 1 6,525 6,525 4 spray boath 4 1,150 4,6 5 control electrostatic 1 5, ,545 Sumber: PPIC PT. P A K 98

16 Tabel 5.11 Detail Pemakaian Listrik untuk Area Pabrik Lain-Lain Jumlah (buah) Daya/unit (kwatt) Usage (kwh) Jam (/bulan) Total (kwh) Penerangan 200 0, Komputer 5 0,5 2, Motor Gerbang 1 0,5 0, AC 4 0, Lain-lain - - 1, , Total daya mesin pabrik adalah: = 102,55 kw + 156,515 kw + 19,545 kw = 278,61 kw Dengan jam pemakaian per bulan (21 jam/ hari x 25 hari/ bulan ) = 525 jam/ bulan Total Pemakaian listrik per bulan = (278,61 kw x 525 jam/ bulan) kwh = ,3 kwh kwh = ,3 kwh 99

17 *Berdasarkan Tarif Dasar Listrik yang ditetapkan oleh PLN tahun 2003, PT Palmanusa Adhi Kencana menggunakan tarif golongan I-2/ TR yakni batas daya antara 14 kva sampai dengan 200 kva. Biaya Beban = Rp ,00 / kva.bulan x 200 kva = Rp ,00 /bulan Biaya Pemakaian = Rp. 440 /kwh x ,3 kwh = Rp ,00 /bulan Total Biaya Listrik = Rp ,00 + Rp ,00 = Rp ,00 /bulan x 12 bulan = Rp ,00 /tahun Tabel 5.12 Pemakaian biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung Jenis Jml (org.) Gaji Pokok Transport Hari Kerja Total 1. Karyawan ADM 10 Rp Rp Rp Sopir 3 Rp Rp Rp Penanganan Bhn Baku 5 Rp Rp Rp Office Boy 2 Rp Rp Rp Satpam 9 Rp Rp Rp Karyawan maintenance 7 Rp Rp Rp Manager (FAD, R&D, Produksi, PPIC, Logistik) 4 Rp Rp

18 Jenis Jml Gaji Pokok Transport Hari Total 8. Direktur 1 Rp Rp Kepala Bagian 9 Rp Rp Rp Sumber: FA D PT. P A K Tabel 5.13 Detail Kendaraan No Jenis Jumlah 1 Truk 2 2 Mobil Box 1 Sumber:FAD PT. P A K Tabel 5.14 Detail Tanah dan Bangunan Ukuran Luas Harga Total Nilai Tanah (NT) 107* m2 Rp /m2 Rp Nilai Bangunan (NB) 89* m2 Rp /m2 Rp Sumber: FAD PT. P A K Perhitungan Pajak Tanah (0.5% x 20% x NT) = Rp ,00 Bangunan (0.5%x20%x(NB-3,5jt)) = Rp ,00 Total PBB = Rp ,00 101

19 Tabel berikut ini merupakan daftar biaya overhead pabrik di PT. Palmanusa Adhi Kencana pada tahun Tabel 5.15 Biaya Overhead Pabrik tahun Jenis Biaya Detail Jumlah B. Tenaga Kerja tidak Langsung - Rp ,00 B. Utilitas (Air, telp & Listrik) Telepon Rp ,81 Listrik Rp ,00 Biaya-biaya gedung Asuransi Rp ,33 Penyusutan Rp ,67 PBB Rp ,00 Perawatan Rp ,00 Biaya-biaya kendaraan Asuransi Rp ,00 Penyusutan Rp ,00 Perawatan Rp ,00 Operasional Rp ,00 B. Peralatan & Mesin Penyusutan Rp ,00 Perawatan Rp ,00 Biaya Peralatan Kantor Pabrik - Rp ,00 B. Penanganan Bahan Baku - Rp ,00 Total: Rp ,81 102

20 Penetapan standar-standar untuk perhitungan prediksi biaya dilakukan oleh perusahaan dalam memperkirakan harga jual kepada konsumen. Penetapan standar dibagi menjadi tiga bagian utama yakni standar bahan, standar tenaga kerja, dan standar biaya overhead. Standar Biaya Bahan Bahan baku utama yang digunakan produk yang dihasilkan PT Palmanusa Adhi Kencana ada dua jenis yaitu kayu Jati dan kayu Nyatoh seperti terlihat pada tabel Tabel 5.16 Standar Bahan Baku Utama Jenis Satuan Harga/ Satuan Kayu Jati m 3 Rp ,00 Kayu Nyatoh m 3 Rp ,00 Kemudian selain bahan-bahan utama, diterapkan pula standar harga untuk bahan tidak langsung seperti bahan pembantu, bahan finishing dan bahan packing. Tabel 5.17 berikut ini memuat bahan yang digunakan dalam pembahasan skripsi. Tabel 5.17 Standar Bahan Pembantu No Bahan Pembantu Satuan Harga/ Satuan 1 Lem Poyoshica m 2 Rp Dowel Pasak (40 x ø6) unit Rp Pasak kayu unit Rp

21 4 Bahan Pembantu Satuan Harga/ Satuan 5 Pin (30 x ø6) unit Rp Cross Dowel (30 x ø6) unit Rp Logo "X" unit Rp Paku Brass 1,2 unit Rp Sekrup (+) 5/8", ø 8 mm unit Rp Sekrup (+) 1", ø 8 mm unit Rp Dowel beralur unit Rp Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm unit Rp Pin (20 x ø5) unit Rp Pin (20 x ø6) unit Rp Pin Galv. 37 x ø6 unit Rp Lem Polyartica m 2 Rp Leg corner Bracket unit Rp Bolt unit Rp Paku unit Rp Rubber Feet unit Rp. 85 Tabel 5.18 Standar Bahan Finishing No Bahan Satuan Harga/ Satuan 1 Teak Oil m 2 Rp

22 No Bahan Satuan Harga/ Satuan 2 Cat m 2 Rp 4950 Tabel 5.19 Standar Bahan Packing No Bahan Satuan Harga/ Satuan 1 Karton DW m 2 Rp Strapping band m Rp 50 3 Band tape m Rp Sticker unit Rp Brosur + Assembly instruction unit Rp 200 Standar Tenaga Kerja Langsung Penetapan standar yang dilakukan PT Palmanusa Adhi Kencana menggunakan ratarata jam tenaga kerja (man hour) per bagian produksi. Bagian produksi terdiri dari delapan bagian seperti terlihat pada tabel 5.17 dan masing-masing bagian memiliki rata-rata tersendiri. Misalnya, bagian Rough Mill menggunakan rata-rata 64,164 MH/ m 3. Ini berarti setiap 1 m 3 pengerjaan pada bagian Rough Mill menggunakan jam tenaga kerja sebesar 64,

23 Tabel 5.20 Standar Tenaga Kerja Langsung Tahun Bagian MH/m 3 RM 64,164 Produksi 264,936 Assembly 76,337 Repair 89,301 Setting 66,258 Packing 67,678 Finishing 81,560 Inventory 26,030 Total : 710,24 Sumber: PPIC PT. P A K Sebagai tambahan, data tersebut diperoleh dengan cara mencatat jumlah keluaran setiap produksi per-shiftnya. Setiap shift, dari setiap bagian dicatat jumlah penggunaan tenaga kerja, jam kerja dan volume output (m 3 ) untuk perhitungan. Tabel 5.21 Standar Tenaga Kerja tidak Langsung No Jenis Gaji Pokok Transport 1 Karyawan ADM Rp Rp Sopir Rp Rp Penanganan Bhn Baku Rp Rp

24 No Jenis Gaji Pokok Transport 4 Office Boy Rp Rp Satpam Rp Rp Karyawan maintenance Rp Rp Manager (FAD, R&D, Produksi, PPIC, Logistik) Rp Standar Biaya Overhead Untuk standar biaya overhead biasanya ditetapkan perusahaan dengan memperhatikan besar biaya overhead pada periode sebelumnya. Dengan menggunakan perkiraan jumlah produksi untuk periode selanjutnya, pihak manajemen akan menetapkan suatu nilai perkiraan biaya overhead nantinya. Untuk periode pihak manajemen menentukan biaya overhead terapan sebesar Rp ,

25 5.1.6 Prosedur Perhitungan Biaya Produksi Perusahaan Prosedur Prediksi Biaya Produksi Perhitungan Bahan Bahan Baku yang digunakan secara langsung dibebankan ke produk. Bahan baku yang digunakan untuk produksi Arm Chair dan Dining Table adalah kayu Jati, sedangkan untuk produksi Bench digunakan kayu Nyatoh. Perhitungan biaya bahan baku adalah sebagai berikut: Arm Chair (bahan: 0,04040 m 3 ; produk: 0,02593 m 3 ; Kayu Jati) = 3 0,04040 m x Rp ,00 /m 3 = Rp ,00 Bench (bahan: 0,07240 m 3 ; produk: 0,04436 m 3 Kayu Nyatoh) = 3 0,07240 m x Rp ,00 /m 3 = Rp ,00 Dining Table (bahan: 0, m 3 ; produk: 0,06168 m 3 Kayu Jati) = 3 0, m x Rp ,00 /m3 = Rp ,80 Setelah bahan baku utama, berikutnya adalah bahan pembantu atau bahan tidak langsung produk. 108

26 Arm Chair Tabel 5.22 Detail Bahan Pembantu Arm Chair Bahan Pembantu Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Lem Poyoshica 0,15613 m 2 Rp Rp 3.203,79 Dowel Pasak (40 x ø6) 10 Rp. 135 Rp 1.350,00 Pasak kayu 2 Rp. 120 Rp 240,00 Pin (30 x ø6) 8 Rp. 105 Rp 840,00 Cross Dowel (30 x ø6) 2 Rp. 125 Rp 250,00 Logo "X" 1 Rp. 600 Rp 600,00 Paku Brass 1,2 2 Rp. 15 Rp 30,00 Total Rp 6.513,79 Tabel 5.23 Detail Bahan Packing Arm Chair Bahan Packing Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Karton DW 3,2475 m 2 Rp Rp ,25 strapping band 6,5 Rp 50 Rp 325 Band tape 5,82 Rp 160 Rp 931,2 Sticker 1 Rp 500 Rp 500 brosur + Assembly instruction 2 Rp 200 Rp 400 Total Rp ,45 109

27 Bench Tabel 5.24 Detail Bahan Pembantu Bench Bahan Pembantu Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Lem Poyoshica 0, m 2 Rp Rp 6.549,47 Dowel Pasak (40 x ø6) 38 Rp. 135 Rp 5.130,00 Cross Dowel (30 x ø6) 2 Rp. 125 Rp 250,00 Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm 37 Rp. 255 Rp 9.435,00 Pin (20 x ø5) 4 Rp. 89 Rp 356,00 Pin (20 x ø6) 2 Rp. 92 Rp 184,00 Pin Galv. 37 x ø6 2 Rp. 150 Rp 300,00 Lem Polyartica 0, m 2 Rp Rp 1.965,18 Pasak kayu 7 Rp. 120 Rp 840,00 Logo "X" 1 Rp. 600 Rp 600,00 Paku 2 Rp. 15 Rp 30,00 Total Rp ,65 Tabel 5.25 Detail Bahan Packing Bench Bahan Packing Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Karton DW 3,8019 m 2 Rp Rp ,93 strapping band 7,17 Rp 50 Rp 358,5 band tape 6,12 Rp 160 Rp 979,2 110

28 Sticker 1 Rp 500 Rp 500 brosur + Assembly instruction 2 Rp 200 Rp 400 Total Rp ,63 Dining Table Tabel 5.26 Detail Bahan Pembantu Dining Table Bahan Pembantu Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Lem Poyoshica 0,42780 m 2 Rp Rp 8.778,46 Dowel Pasak (40 x ø6) 8 Rp. 135 Rp 1.080,00 Sekrup (+) 1¼", ø 8 mm 74 Rp. 255 Rp ,00 Sekrup (+) 5/8", ø 8 mm 24 Rp. 200 Rp 4.800,00 Sekrup (+) 1", ø 8 mm 16 Rp. 235 Rp 3.760,00 Dowel beralur 8 Rp. 150 Rp 1.200,00 Leg corner Bracket 4 Rp. 550 Rp 2.200,00 Bolt 8 Rp. 435 Rp 3.480,00 Rubber Feet 4 Rp. 85 Rp 340,00 Logo "X" 1 Rp. 600 Rp 600,00 Paku 2 Rp. 15 Rp 30,00 Total Rp ,46 111

29 Tabel 5.27 Detail Bahan Packing Dining Table Bahan Packing Jumlah Harga/ Unit Harga Pakai Karton DW 4,08093 m 2 Rp 4700 Rp ,37 strapping band 10,15 Rp 50 Rp 507,5 Band tape 8,9 Rp 160 Rp Sticker 1 Rp 500 Rp 500 brosur + Assembly instruction 2 Rp 200 Rp 400 Total Rp , Perhitungan Tenaga Kerja Langsung Tenaga kerja langsung merupakan karyawan pabrik yang pekerjaannya langsung berhubungan dengan produk. Karyawan lantai produksi pada PT Palmanusa Adhi Kencana dibagi menjadi 8 bagian dengan detail seperti yang tampak pada tabel 5.20 sebelumnya. Perusahaan melakukan pencatatan rata-rata jam tenaga kerja terhadap output yang dihasilkan per bagian. Untuk menghitung pemakaian tenaga kerja maka volume produk yang dihasilkan dikali dengan rata-rata jam tenaga kerja tersebut dan upah per jam tenaga kerja. Upah yang digunakan dalam perhitungan sebesar Rp 4.300,00. Dengan menggunakan data tahun prediksi biaya tenaga kerja yang digunakan adalah: Arm Chair (Volume produk: 0,02593 m 3 ) = 0,02593 m 3 x 710,24 MH/m 3 x Rp 4.300,00 112

30 = Rp ,05 Bench (Volume produk: 0,04436 m 3 ) = 0,04436 m 3 x 710,24 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp ,86 Dining Table (Volume produk: 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 x 710,24 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp , Prediksi Biaya Overhead Biaya Tidak Langsung (Overhead) dihitungkan dengan memperhitungkan volume produksi per unit suatu produk. Biaya Overhead selama satu tahun diturunkan menjadi biaya overhead per m 3 dengan cara dibagi kedalam 12 bulan, jumlah kontainer per bulan, dan jumlah volume produk per kontainer. Berdasarkan data historis pihak PPIC, setiap bulan dilakukan pendekatan perkiraan jumlah volume produksi yang dilakukan yakni 7 kontainer dan per kontainer rata-rata memuat 15 m 3 produk. Sehingga biaya overhead yang dihitung untuk produk: Arm Chair (1 unit Arm Chair memiliki volume 0,02593 m3) = 0,02593 m3 Rp bl 7cont 15m = Rp ,83 / unit Bench (1 unit Bench memiliki volume 0,04436 m 3 ) 113

31 3 Rp = 0,04436 m 3 12bl 7cont 15m = Rp ,75 / unit Dining Table (1 unit Dining Table memiliki volume 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 Rp bl 7cont 15m = Rp ,90 / unit Hasil prediksi biaya per produk adalah sebagai berikut: Arm Chair Biaya bahan langsung = Rp ,00 Biaya tenaga kerja langsung = Rp ,05 Biaya overhead = Rp ,83 Biaya bahan tidak langsung = Rp 6.513,79 Biaya packing = Rp ,45 Total biaya produksi = Rp ,12 / unit Bench Biaya bahan langsung = Rp ,00 Biaya tenaga kerja langsung = Rp ,86 Biaya overhead = Rp ,75 Biaya bahan tidak langsung = Rp ,65 Biaya packing = Rp ,63 Total biaya produksi = Rp ,89 / unit 114

32 Dining Table Biaya bahan langsung = Rp ,80 Biaya tenaga kerja langsung = Rp ,69 Biaya overhead = Rp ,90 Biaya bahan tidak langsung = Rp ,46 Biaya packing = Rp ,87 Total biaya produksi = Rp ,72 / unit Setelah melakukan prediksi harga produk, perusahaan akan menggunakan harga prediksi produk tersebut untuk memberikan harga jual produk kepada pelanggan. Setelah pelanggan setuju terhadap penawaran harga, produksi akan dilakukan sesuai pesanan dan proses pencatatan biaya akan berjalan Perhitungan Biaya Produksi Sesungguhnya Metode Tradisional Setelah satu periode produksi selesai, biaya yang telah dikeluarkan selama produksi dilaksanakan dihitung kembali. Perhitungan biaya yang dilakukan meliputi biaya bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead dengan menggunakan metode tradisional, biaya-biaya tersebut dijumlahkan untuk mendapatkan biaya produksi sesungguhnya. 115

33 Biaya Bahan sesungguhnya Berikut ini data penggunaan bahandari ketiga jenis produk: Arm Chair Biaya bahan langsung = Rp ,27 Biaya bahan pembantu = Rp ,38 Biaya bahan packing = Rp ,35 Total = Rp ,00 Biaya bahan per unit produk Arm Chair adalah : Rp , unit = Rp ,60 /unit Bench Biaya bahan langsung = Rp ,78 Biaya bahan pembantu = Rp ,24 Biaya bahan packing = Rp ,40 Total = Rp ,42 Biaya bahan per unit produk Bench adalah : Rp , unit = Rp ,60 /unit Dining Table Biaya bahan langsung = Rp ,68 Biaya bahan pembantu = Rp ,86 116

34 Biaya bahan packing = Rp ,26 Total = Rp ,81 Biaya bahan per unit produk Dining Table adalah : Rp , unit = Rp /unit Biaya Tenaga Kerja sesungguhnya Setelah melihat pemakaian bahan sesungguhnya, maka selanjutnya adalah pemakaian jam tenaga kerja. Dapat dilihat perhitungan rata-rata manhour per m 3 pada tabel 5.20 Dari data penggunaan jam tenaga kerja per m 3 akan dihitung penggunaan tenaga kerja sesungguhnya untuk satu produk yakni: Arm Chair (Volume produk: 0,02593 m 3 ) = 0,02593 m 3 x 694,475 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp ,27 Bench (Volume produk: 0,04436 m 3 ) = 0,04436 m 3 x 694,475 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp ,72 Dining Table (Volume produk: 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 x 694,475 MH/m 3 x Rp 4.300,00 = Rp ,44 117

35 Biaya Overhead Sesungguhnya Pada tabel 5.15 sebelumnya telah dirinci mengenai biaya Overhead yang terjadi pada periode dengan nilai sebesar Rp ,81. Pengalokasian biaya overhead untuk ketiga produk adalah sebagai berikut: Arm Chair (1 unit Arm Chair memiliki volume 0,02593 m3) = 0,02593 m3 Rp , bl 7cont 15m = Rp ,89 / unit Bench (1 unit bench memiliki volume 0,04436 m 3 ) 3 Rp ,81 = 0,04436 m 3 12bl 7cont 15m = Rp ,85 / unit Dining Table (1 unit DT memiliki volume 0,06168 m 3 ) = 0,06168 m 3 Rp , bl 7cont 15m = Rp ,41 / unit Setelah dilakukan perhitungan di atas, tabel 5.15 memberikan kesimpulan mengenai biaya overhead beserta persentasenya terhadap biaya produksi per unit produk. 118

36 Tabel 5.28 Perhitungan Biaya Produksi dengan Sistem Tradisional Jenis Arm Chair Bench Dining Table 1. Biaya Bahan Rp ,60 Rp ,60 Rp ,00 2. Biaya Tenaga Kerja Rp ,27 Rp ,72 Rp ,44 3. Biaya Overhead Rp ,89 Rp ,85 Rp ,41 4. Biaya produksi/ unit Rp ,80 Rp ,16 Rp ,02 % B. Overhead (3 / 4) 15,95% 30,69% 15,75% 119

37 5.2 Perhitungan Biaya Overhead Berdasarkan Sistem Activity-Based Costing Identifikasi Aktivitas Pabrik Dalam melakukan perhitungan biaya overhead berdasarkan sistem Activity- Based Costing pertama-tama dilakukan identifikasi tingkat biaya dan aktivitas pemicunya. Biaya yang termasuk biaya tingkat unit adalah biaya listrik. (Carter dan Usry, 2004, p.497) Biaya tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya jumlah unit yang diproduksi. Biaya ini bertambah sesuai dengan pertambahan jumlah unit yang diproduksi. Semakin besar jam mesin maka semakin besar biaya yang dikonsumsi. Biaya administrasi juga merupakan biaya yang tergantung pada unit produksi, semakin banyak unit yang diproduksi, maka semakin banyak dilakukan pencatatan data-data dan proses administrasi. Biaya yang termasuk biaya tingkat batch merupakan biaya yang terjadi untuk memproses pesanan. Yang termasuk biaya ini adalah: biaya penanganan bahan baku, biaya operasional kendaraan, biaya perawatan kendaraan, serta biaya telepon. Untuk biaya penanganan bahan baku aktivitas pemicu biaya adalah jumlah penerimaan bahan baku dalam satu tahun. Sedangkan untuk biaya yang berhubungan dengan kendaraan dipicu oleh penggunaan kendaraan operasional tersebut untuk mengirim produk pesanan. Biaya telepon semakin besar apabila jumlah aktivitas pengiriman produk tertentu semakin besar. Kemudian biaya tingkat pabrik seperti biaya rumah tangga pabrik, biaya penyusutan gedung, biaya asuransi gedung, pajak bangunan, biaya penyusutan mesin, 120

38 biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya asuransi kendaraan dan biaya penyusutan kendaraan. Biaya-biaya ini tetap ada selama pabrik melakukan proses produksi dan tidak dipicu oleh aktivitas khusus sehingga untuk membagi (alokasi) biaya ini digunakan kapasitas normal pabrik sebagai pemicu sumber dayanya. Untuk biaya perawatan gedung dan biaya perawatan mesin, tergantung pada jumlah perawatan yang dilakukan selama produksi. Setiap produk memiliki beberapa komponen. Dari proses produksi detail tiap komponen dapat diperkirakan waktu penggunaan mesin untuk masing-masing komponen tersebut. Aktivitas yang dilakukan diberikan pembobotan berdasarkan tingkat kesulitannya, kemudian dikalikan dengan frekuensi aktivitas tersebut untuk mendapatkan subtotal waktu. Subtotal waktu dikali dengan jumlah unit komponen untuk mendapat total waktu pengerjaan komponen. Tabel 5.29, tabel 5.30, dan tabel 5.31 di bawah ini menyajikan data produksi dari produk Arm Chair, Bench, dan Dining Table. Data di bawah merupakan ekstraksi dari proses produksi detail ketiga produk yang digunakan untuk menentukan jam mesin dari satu unit produk apakah itu Arm Chair, Bench atau Dining Table. 121

39 Tabel 5.29 Tabel Perhitungan Jam Mesin Arm Chair No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total 1 Kaki Dpn Bor versink 0,30 2 0,60 1,2 Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 Amplas ,50 8 4, Coak 0,50 5 2,50 5 Bor lubang 0,25 1 0,25 0,5 Tenon 0,33 4 1,33 2, Kaki Belakang Bor versink 0,30 2 0,60 1,2 Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 2 Amplas ,50 4 2,00 4 Coak 0,50 5 2,50 5 Tenon 0,33 4 1,33 2, Batas Ram Samping Amplas ,50 4 2,00 4 Amplas profil 0,75 4 3, Pen sisi 0,25 4 1,00 2 Bor versink 0,30 2 0,60 1,2 4 Tanganan Coak 0,33 2 0,67 1, Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 122

40 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Profil R3 0,75 4 3,00 6 Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 5 Bagian Samping Sandaran Profil R3 0,75 3 2,25 4,5 Bor lubang 0,25 3 0,75 1,5 2 Potong serong 0,30 1 0,30 0,6 Lubang pen 0,20 7 1,40 2,8 6 Batas Atas Sandaran Amplas ,50 6 3,00 6 Freiss profil 0,75 2 1, Pen sisi 0,25 4 1,00 2 Profil R3 0,75 2 1, Slat Sandaran Amplas ,50 6 3,00 30 Freiss profil 0,75 2 1, Pen sisi 0,25 4 1, Bagian Belakang Ram Pen sisi 0,25 2 0,50 1 Bor lubang 0,25 8 2, Amplas ,50 4 2,00 4 Dudukan Amplas sisi 0,50 4 2, Bagian Samping Lubang pen 0,20 6 1,20 2,4 Bor versink 0,30 2 0,60 2 1,2 Dudukan Bor lubang 0,25 7 1,75 3,5 123

41 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Amplas ,50 4 2,00 4 Potong serong 0,30 1 0,30 0,6 Profil R3 0,75 1 0,75 1,5 10 Badan Lepasan Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 Amplas sisi 0,50 4 2, Bor lubang 0,25 4 1,00 2 Amplas ,50 1 0, ,067 Dari tabel 5.29 diperoleh total waktu pengerjaan mesin untuk satu unit produk Arm Chair adalah 170,067 menit atau 2,834 jam. Tabel 5.30 Tabel Perhitungan Jam Mesin Bench No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total 1 Ram kiri 2 Ram Kanan 3 Kaki Depan Bor lubang 0,25 7 1,75 1,75 1 Pewarnaan 1,80 1 1,80 1,8 Bor lubang 0,25 7 1,75 1,75 1 Pewarnaan 1,80 1 1,80 1,8 Bor lubang 0, ,00 8 Amplas ,50 1 0, Potong tepat 0,2 1 0,2 0,4 Freiss profil 0,75 3 2,25 4,5 124

42 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Lubang pen 0,2 1 0,2 0,4 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 Chamber 0,5 3 1,5 3 4 Kaki belakang Coak 0,33 1 0,33 0,66667 Amplas ,50 1 0,50 1 Potong tepat 0,2 1 0,2 0,4 Freiss profil 0,75 3 2,25 4,5 2 Lubang pen 0,2 1 0,2 0,4 Pen sisi 0,25 1 0,25 0,5 Chamber 0,5 3 1,5 3 Bor versink 0,3 2 0,6 1,2 5 Bagian Atas Ram Samping Amplas ,50 3 1,50 3 Freiss profil 0,75 1 0,75 1,5 2 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 Bor lubang 0, Bagian Bawah Ram Samping Amplas ,50 4 2,00 4 Pen sisi 0, Bor lubang 0,25 1 0,25 0,5 Bor versink 0,3 1 0,3 0,6 7 Tanganan Freiss profil 0,75 3 2,25 2 4,5 125

43 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Potong tepat 0,2 1 0,20 0,4 Profil R15 0,75 2 1,50 3 Lubang pen 0,2 2 0,40 0,8 Bor versink 0,3 2 0,60 1,2 Bor lubang 0,25 1 0,25 0,5 Amplas ,5 1 0,50 1 Amplas profil 0,6 1 0,60 1,2 8 Ram Bor lubang 0, ,5 1 7 Sandaran Pewarnaan 1,8 1 1,8 3,6 9 Bagian Atas Sandaran Lubang pen 0, ,60 4,6 Bor lubang 0,25 9 2,25 2,25 Potong serong 0,3 2 0,6 0,6 Freiss profil 0,75 1 0,75 1 0,75 Profil R 0,6 1 0,6 0,6 Bor versink 0,3 4 1,2 1,2 Amplas ,5 1 0,5 0,5 10 Bagian Bawah Lubang pen 0, ,60 4,6 Bor lubang 0, ,5 1 3,5 Sandaran Amplas , Ruji-ruji Freiss profil 0,75 2 1, ,5 126

44 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Sandaran Potong tepat 0,2 1 0,2 2,6 Pen sisi 0,25 2 0,5 6,5 Shaper sisi 0,65 1 0,65 8,45 Amplas , Ram Bor lubang 0, ,5 2,5 1 Dudukan Pewarnaan 1,8 1 1,8 1,8 13 Bagian Depan Dudukan Bor lubang 0,25 9 2,25 4,5 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 Bor versink 0,3 8 2,4 2 4,8 Amplas , Pewarnaan 1,8 1 1,8 3,6 14 Bagian Belakang Dudukan Bor lubang 0,25 9 2,25 4,5 Pen sisi 0,25 2 0,5 1 2 Amplas , Pewarnaan 1,8 1 1,8 3,6 15 Slat Dudukan Depan Profil R3 0,75 9 6,75 6,75 Amplas profil 0,75 2 1,5 1 1,5 Amplas ,5 3 1,5 1,5 16 Ruji Potong serong 0,25 9 2,25 11,25 5 Dudukan Profil R3 0,75 2 1,5 7,5 127

45 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Amplas , Klos Dudukan Pen sisi 0,25 2 0,5 0,5 Freiss profil 0,75 1 0,75 0,75 1 Amplas , Bor versink 0,3 5 1,5 1,5 18 Bingkai Lepasan Belakang Pen sisi 0,25 2 0,5 0,5 Bor lubang 0, Amplas , Pewarnaan 1,8 1 1,8 1,8 19 Round Stick Bor versink 0,3 2 0,6 0,6 Amplas profil 0,75 1 0,75 1 0,75 Pewarnaan 0,5 1 0,5 0,5 246,217 Dari tabel 5.30 diperoleh total waktu pengerjaan mesin untuk satu unit produk Bench adalah 246,217 menit atau 4,104 jam. Tabel 5.31 Tabel Perhitungan Jam Mesin Dining Table No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total 1 Assembly Bor lubang 0,25 8 2, Frame Profil R3 0,75 1 0,75 0,75 2 Bingkai Amplas ,50 4 2,

46 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Depan Amplas profil 0,75 4 3,00 6 Lubang pen 0,20 3 0,60 1,2 3 B.Spg Top Tbl Amplas ,50 4 2,00 4 Amplas profil 0,75 4 3, Lubang pen 0,20 2 0,40 0,8 Champer 0,40 2 0,80 1,6 4 Bingkai Tengah Bor lubang 0,25 2 0,50 1 Amplas ,50 4 2,00 4 Amplas profil 0,75 4 3, Pen sisi 0,25 2 0,50 1 Champer 0,40 2 0,80 1,6 5 Assembly Slat 6 Slat Top Table 7 Klos Top Table Amplas ,50 4 2, Amplas profil 0,75 4 3,00 6 Amplas ,50 4 2, Amplas profil 0,75 4 3,00 60 Coak 0,50 2 1,00 4 Bor versink 0, ,20 28,8 4 Amplas ,50 4 2,00 8 Amplas profil 0,75 4 3, Apron Coak alur 0,60 2 1,20 2 2,4 129

47 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Panjang Bor versink 0,30 4 1,20 2,4 Bor lubang 0,25 2 0,50 1 Amplas ,50 5 2,50 5 Amplas 180 0,50 4 2,00 4 Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 9 Apron Pendek Coak alur 0,60 2 1,20 2,4 Bor versink 0,30 4 1,20 2,4 Bor lubang 0,25 2 0, Amplas ,50 5 2,50 5 Amplas 180 0,50 4 2,00 4 Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 10 Bgk. Tgh Apron Coak 0,40 4 1,60 3,2 Bor lubang 0,25 8 2, Amplas ,50 3 1,50 3 Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 11 Wooden Plug A Profil jari2 0,50 2 1,00 2 Amplas ,50 4 2, Pewarnaan 1,80 1 1,80 3,6 12 Klos Bor lubang 0,25 4 1, Amplas ,50 4 2,

48 No Part Aktivitas Bobot Frekuensi Subtotal Unit Total Potong tepat 0,20 1 0,20 0,8 13 Kaki Freiss bracket 0,60 1 0,60 2,4 Champer 0,50 2 1,00 4 Bor lubang 0,33 4 1,33 5,333 4 Amplas 180 0,50 1 0,50 2 Amplas ,00 4 4,00 16 Pewarnaan 1,80 1 1,80 7,2 312,683 Dari tabel 5.31 diperoleh total waktu pengerjaan mesin untuk satu unit produk Dining Table adalah 312,683 menit atau 5,211 jam. Tabel 5.32 di bawah ini merupakan hasil wawancara dengan pihak manajemen. Data ini merupakan aktivitas produk yang terjadi selama periode Tabel 5.32 Data Produksi Arm Chair, Bench dan Dining Table Data Produksi Arm Chair Bench Dining Table 1. Jumlah Produksi (unit) Jam Mesin (jam) 2,834 /unit 4,104 /unit 5,211 /unit Jam mesin produk (jam) , , , Jml. penerimaan b.baku (kali) Kapasitas Normal (unit)

49 Data Produksi Arm Chair Bench Dining Table 5. Frek Pengiriman Brg (kali) Jml perawatan gedung (kali) Jml perawatan mesin (kali) Pengelompokan Biaya ke dalam Cost Pool Tabel 5.33 berikut ini akan menyajikan data pengelompokan biaya ke dalam cost pool berdasarkan aktivitas pemicunya. Tabel 5.33 Pengelompokan Biaya kedalam Cost Pool Cost Pool Jenis Biaya Pemicu Biaya 1 Biaya utilitas Listrik Jam mesin Biaya administrasi Biaya penyusutan mesin 2 Biaya Penanganan Bahan Baku Jumlah Batch 3 Biaya utilitas Telepon Jumlah Pengiriman 4 Biaya operasional kendaraan Biaya perawatan kendaraan Biaya penyusutan kendaraan B. tenaga kerja tdk langsung Biaya penyusutan gedung Kapasitas Normal 132

50 Cost Pool Jenis Biaya Pemicu Biaya Biaya asuransi gedung PBB Biaya asuransi kendaraan 5 Biaya perawatan gedung Jml perawatan gedung 6 Biaya perawatan mesin Jml perawatan mesin Pembebanan Biaya Overhead untuk Setiap Cost Pool. Cost Pool 1: Biaya Utilitas (Listrik) : Rp ,00 B. Penyusutan Peralatan dan Mesin : Rp ,00 B.administrasi : Rp ,00 Total : Rp ,00 Untuk mencari cost driver total dari jam mesin maka dilakukan pengambilan rata-rata jam mesin ketiga produk tersebut kemudian dikalikan dengan jumlah unit produksi periode Konstanta pembobotan untuk produk lainnya: (2, ) + (4, ) + (5, ) = 3,1799 jam/ unit Jam mesin produk lainnya: 3,1799 jam/ unit x ( ( )) unit = ,63 jam Total jam mesin: 133

51 (2,834 x 20775) + (4,104 x 4148) + (5,211 x 1647) ,63 = ,15 jam Jumlah jam mesin : ,15 jam Tarif biaya overhead untuk Pool 1 adalah: Total biaya pool 1 jumlah jam mesin = Rp , ,15 = Rp ,08 Cost Pool 2: Biaya Penanganan Bahan Baku : Rp ,00 Total : Rp ,00 Jumlah penerimaan bahan baku : 73 kali (sumber: PPIC PT. P A K) Tarif biaya overhead untuk Pool 2 adalah: Total biaya pool2 jumlahbatch = Rp ,00 73 = Rp ,23 Cost Pool 3: Biaya Utilitas (Telepon) : Rp ,81 Biaya Penyusutan Kendaraan : Rp ,00 Biaya Perawatan Kendaraan : Rp ,00 Biaya Operasional Kendaraan : Rp ,00 134

52 Total : : Rp ,81 Jumlah pengiriman produk : 94 kali (sumber: PPIC PT. P A K) Tarif biaya overhead untuk Pool 3 adalah: Total biaya pool 3 jumlah pengiriman produk = Rp ,81 94 = Rp ,15 Cost Pool 4: B. Tenaga Kerja tdk Langsung : Rp ,00 Biaya Asuransi Kendaraan : Rp ,00 Biaya Penyusutan Gedung : Rp ,67 Biaya Asuransi Gedung : Rp ,33 PBB : Rp ,00 Total : Rp ,00 Kapasitas normal : Tarif biaya overhead untuk Pool 4 adalah: Total biaya pool 4 kapasitas normal = Rp , = Rp ,69 Cost Pool 5: Biaya Perawatan Gedung : Rp ,00 Total : Rp ,00 Jumlah perawatan gedung : 8 kali (sumber: PPIC PT. P A K) 135

53 Tarif biaya overhead untuk Pool 5 adalah: Total biaya pool 5 Jumlah perawatan gedung = Rp ,00 8 = Rp ,00 Cost Pool 6: Biaya perawatan mesin & peralatan : Rp ,00 Total : Rp ,00 Jumlah perawatan mesin & peralatan : 101 kali (sumber: PPIC PT. P A K) Tarif biaya overhead untuk Pool 6 adalah: Total biaya pool 6 jumlah perawatan mesin & peralatan = Rp , = Rp , Pembebanan Cost Pool kedalam Objek Biaya Dengan menggunakan tabel data produksi 5.18, maka perhitungan biaya overhead sistem ABC untuk ketiga produk adalah sebagai berikut: Arm Chair: Pool 1 : Rp ,08 x ,583 = Rp ,83 Pool 2 : Rp ,23 x 42 = Rp ,78 Pool 3 : Rp ,15 x 57 = Rp ,38 Pool 4 : Rp ,69 x = Rp ,82 Pool 5 : Rp ,00 x 2 = Rp ,00 136

54 Pool 6 : Rp ,15 x 49 = Rp ,35 Total = Rp ,16 Jumlah produk yang diproduksi = unit Biaya overhead per unit = Rp , unit = Rp ,38 / unit Bench: Pool 1 : Rp ,08 x ,779 = Rp ,55 Pool 2 : Rp ,23 x 10 = Rp ,33 Pool 3 : Rp ,15 x 19 = Rp ,79 Pool 4 : Rp ,69 x = Rp ,82 Pool 5 : Rp ,00 x 1 = Rp ,00 Pool 6 : Rp ,15 x 17 = Rp ,55 Total = Rp ,04 Jumlah produk yang diproduksi = unit Biaya overhead per unit = Rp , unit = Rp ,93 / unit Dining Table: Pool 1 : Rp ,08 x 8.583,158 = Rp ,70 Pool 2 : Rp ,23 x 6 = Rp ,40 Pool 3 : Rp ,15 x 12 = Rp ,76 137

55 Pool 4 : Rp ,69 x = Rp ,53 Pool 5 : Rp ,00 x 1 = Rp ,00 Pool 6 : Rp ,15 x 8 = Rp ,20 Total = Rp ,59 Jumlah produk yang diproduksi = unit Biaya overhead per unit = Rp , unit = Rp ,05 / unit Tabel 5.34 Perhitungan Biaya Produksi dengan Metode ABC Arm Chair Bench Dining Table 1. Biaya Bahan Rp ,60 Rp ,60 Rp ,00 2. Biaya TKL Rp ,27 Rp ,72 Rp ,44 3. B. overhead (ABC) Rp ,38 Rp ,93 Rp ,05 4. Biaya produksi Rp ,25 Rp ,25 Rp ,49 5. % B. Overhead (3/4) 19,99 % 30,3 % 14,60 % 138

56 5.3 Perbandingan Metode ABC dan Metode Tradisional Setelah melakukan perhitungan biaya overhead menggunakan metode ABC, akan dilakukan perbandingan hasil yang diperoleh dengan metode tradisional. Pertama-tama akan diberikan gambaran mengenai biaya overhead untuk ketiga produk menggunakan kedua metode pada tabel 5.30 dan tabel Tabel 5.35 Tabel Pengalokasian Biaya Overhead Arm Chair Bench Dining Table 1. Unit Produksi Biaya Overhead total Rp ,75 Rp ,80 Rp ,27 3. Biaya Overhead total (ABC) Rp ,19 Rp ,12 Rp ,33 4. Biaya Overhead /unit Rp ,89 Rp ,85 Rp ,41 5. Biaya Overhead /unit (ABC) Rp ,38 Rp ,93 Rp ,05 6. Deviasi biaya/ unit (4-5) (Rp ,49) Rp 3.002,92 Rp ,36 7. Persentase (6/4) - 31,65 % 1,82 % 8,5 % 8. Unit produksi Total selisih (6x8) (Rp ,75) Rp ,16 Rp ,92 Dari tabel tersebut tampak adanya perbedaan biaya overhead per unit pada ketiga produk dimana terdapat biaya produk yang dialokasikan menggunakan metode tradisional lebih kecil maupun lebih besar dari biaya alokasi berdasarkan ABC. Pada produk Arm Chair alokasi biaya menggunakan metode konvensional menghasilkan biaya sebesar Rp ,89 sedangkan dengan menggunakan ABC 139

57 yang mengalokasikan biaya overhead sebesar Rp ,38. Perbedaan biaya yang ada adalah sebesar (Rp ,49) dengan unit yang diproduksi sejumlah unit maka total selisih biaya overhead yang dibebankan ke produk Arm Chair sebesar (Rp ,75). Total Selisih disini berarti dari keseluruhan pemasukan yang diperoleh produk Arm Chair, maka terdapat kelebihan pencatatan sebesar Rp ,75. Lebih jelas tentang hal ini akan dijelaskan pada hubungannya dengan laba kotor produk. Kemudian untuk produk Bench dan Dining table, biaya overhead yang dibebankan menggunakan metode tradisional adalah sebesar Rp ,85 dan Rp ,41. Sedangkan dengan menggunakan metode ABC biaya overhead yang dihitung adalah sebesar Rp ,93 untuk Bench dan Rp ,05 untuk Dining Table. Selisih harga yang terjadi adalah Rp 3.002,92 dan Rp ,36 bila dikali dengan jumlah unit produksi sebesar dan akan menghasilkan selisih Rp ,16 dan Rp ,92. Ini berarti perusahaan menetapkan biaya yang terlalu tinggi sehingga menjadi tambahan keuntungan bagi perusahaan. Penetapan harga jual produk tentu akan lebih tinggi dan hal ini akan membuat perusahaan sulit dalam bersaing dengan produk sejenis lainnya. Bila dilihat kembali pada perhitungan biaya produksi dapat dilihat adanya distorsi yang disebabkan oleh perbedaan perhitungan biaya overhead. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan cara pembebanan biaya metode tradisional dengan metode ABC. Pada metode tradisional biaya overhead dibebankan menggunakan 140

58 satu pemicu biaya, yakni volume produk per unitnya (m 3 ). Pada produk dengan volume besar maka pembebanan yang diberikan akan semakin besar. Hal ini dapat terlihat pada produk Dining Table yang memiliki volume sebesar 0,06168 m 3, biaya overhead yang dibebankan dengan metode tradisional sebesar Rp ,41. Sedangkan dengan memperhatikan aktivitas yang dikonsumsi selama produksi Dining Table, menggunakan metode ABC, pembebanan biaya pada produk hanya sebesar Rp ,05. Selama waktu produksi aktivitas yang dikonsumsi relatif kecil. Sedangkan untuk produk Arm Chair yang notabene memiliki volume per unit kecil, biaya overheadnya hanya sebesar Rp ,89. Setelah dihitung menggunakan metode ABC, ternyata produk ini under cost, biaya overheadnya adalah sebesar Rp ,38. Dengan memperhatikan berbagai aktivitas pemicu biaya, Arm Chair ternyata cukup banyak mengkonsumsi aktivitas-aktivitas tersebut sehingga biaya overheadnya lebih tinggi dari perhitungan perusahaan. 141

59 DT-ABC DT BENCH-ABC BENCH AC-ABC AC Bhn langsung Thousands TK langsung Overhead Bhn tdk langsung Bhn packing Gambar 5.2 Grafik Proporsi Harga Biaya Produksi Pada Gambar 5.2 mengenai proporsi biaya produksi terlihat adanya perubahan biaya overhead produk yang berpengaruh terhadap biaya keseluruhan produk. Lebih lanjut, pada Gambar 5.3 diperlihatkan perbandingan persentase biaya-biaya penyusun (bahan langsung, tenaga kerja langsung, dll.) terhadap keseluruhan biaya produksi yang juga mengalami perubahan akibat adanya perubahan biaya produk. DT-ABC DT BENCH-ABC BENCH AC-ABC AC Bhn langsung TK langsung Overhead Bhn tdk langsung Bhn packing 0% 20% 40% 60% 80% 100% Gambar 5.3 Grafik Proporsi Biaya Produksi dalam Persentase 142

60 5.4 Perbandingan Perhitungan Laba Perusahaan Dari analisa di atas, apabila perusahaan masih tetap menggunakan sistem yang lama maka akan menimbulkan informasi yang kurang akurat mengenai biaya sesungguhnya produk-produk yang dihasilkan. Akibat yang diperoleh perusahaan adalah kurang tepatnya keputusan yang diambil oleh pihak manajemen apabila berhubungan dengan biaya produksi seperti penentuan harga jual dan perolehan laba untuk masing-masing produk. Tabel 5.36 Perhitungan Laba Kotor Produksi dengan Sistem Tradisional Arm Chair Bench Dining Table 1. Harga jual/ unit Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 2. Biaya produksi/ unit Rp ,42 Rp ,64 Rp ,02 3. Laba Kotor/ Unit (1-2) Rp ,58 Rp ,36 Rp ,98 4. Unit produksi Total laba kotor (3x4) Rp ,97 Rp ,43 Rp ,84 Tabel 5.37 Perhitungan Laba Kotor Produksi dengan Sistem ABC Arm Chair Bench Dining Table 1. Harga jual/ unit Rp ,00 Rp ,00 Rp ,00 2. Biaya produksi/ unit Rp ,25 Rp ,25 Rp ,49 3. Laba Kotor/ Unit (1-2) Rp ,75 Rp ,75 Rp ,51 4. Unit produksi Total laba kotor (3x4) Rp ,25 Rp ,0 Rp ,97 143

61 Dari perhitungan di atas, perhitungan laba menggunakan sistem tradisional untuk produk Arm Chair lebih tinggi daripada laba kotor hasil perhitungan sistem ABC. Penyebabnya adalah biaya produksi Arm Chair ditetapkan terlalu rendah, sehingga adanya biaya yang hilang (under cost) sehingga laba yang diperoleh tidak akurat. Sedangkan untuk produk Bench dan Dining Table laba kotor yang dihitung dengan sistem tradisional lebih rendah disebabkan biaya produksi yang terlalu tinggi. Akibatnya perusahaan akan mengalami kerugian akibat kesalahan dalam penentuan laba. Pada hubungannya dengan Total Selisih pembebanan biaya overhead, kekurangan pembebanan biaya mengakibatkan perhitungan laba yang diperoleh lebih tinggi dari yang sebenarnya. Sehingga terdapat perolehan laba semu yang seharusnya merupakan milik produk lain perusahaan. Begitupula dengan terjadinya kelebihan pembebanan biaya akan mengakibatkan perhitungan perolehan laba menjadi lebih kecil karena laba yang seharusnya dihasilkan produk tersebut, karena kesalahan alokasi, menjadi laba pada produk lain. 144

62 5.5 Sistem Informasi yang Diusulkan Pada subbab ini dilakukan analisis dan perancangan terhadap sistem informasi yang diusulkan. Sistem informasi yang akan dibuat merupakan Sistem perhitungan dan pelaporan biaya produksi yang bertujuan untuk membantu proses otomatisasi agar proses-proses yang ada menjadi lebih cepat, tepat, dan akurat. Perancangan sistem perhitungan biaya produksi ini akan menggunakan alat bantu berupa diagram aliran data, kamus data, spesifikasi file, bagan terstruktur, spesifikasi proses, serta rancangan masukan dan keluaran. Penjelasan Sistem Perhitungan Biaya Produksi yang diusulkan: 1. Sistem dapat melakukan perhitungan prediksi biaya (biaya bahan langsung dan tidak langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead) dari rincian order yang diberikan oleh bagian pemasaran. 2. Sistem melakukan pengendalian terhadap penggunaan bahan melalui penyediaan rencana pemakaian bahan yang diisi oleh bagian produksi dan dikirimkan ke gudang. Berkas permintaan bahan akan diterima bagian gudang untuk diproses, setelah itu mencatat transaksi bahan yang terjadi. 3. Sistem melakukan akumulasi terhadap biaya bahan. Setiap penggunaan bahan langsung dan bahan tidak langsung akan dicatat nilai transaksinya yang disimpan dalam database penggunaan bahan, yang akan dibebankan ke dalam Biaya Produksi Order. 4. Sistem melakukan akumulasi biaya penggunaan jam tenaga kerja langsung, yang akan dibebankan ke Biaya Produksi Order. 145

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Palmanusa Adhi Kencana didirikan pada tanggal 5 Agustus 1983,

BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT. Palmanusa Adhi Kencana didirikan pada tanggal 5 Agustus 1983, BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat PT. Palmanusa Adhi Kencana didirikan pada tanggal 5 Agustus 1983, berdasar atas akta nomor 14 dari notaris Soedarno, SH. dengan mengambil dua lokasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Program Ganda 2004-2005 Skripsi Sarjana Program Ganda Semester Genap 2004/2005 ANALISIS DAN PERANCANGAN PERENCANAAN SISTEM PERHITUNGAN BIAYA PRODUKSI BERDASARKAN AKTIVITAS BERBASIS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Biaya Produksi PT. Sorin Maharasa adalah perusahaan manufaktur yang bergerak dalam industri berbahan baku daging. Perusahaan tersebut menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Kerangka Pemikiran Sistem perhitungan biaya produksi menggunakan metode ABC ini masih termasuk baru sehingga masih banyak perusahaan yang belum mengenal sistem ini

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan.

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi. biaya bahan baku langsung oleh perusahaan. BAB IV PEMBAHASAN IV. 1. Evaluasi Terhadap Klasifikasi Biaya Produksi Pada PT Grahacitra Adhitama ditemukan pengklasifikasian dan perhitungan biaya produksi yang kurang tepat, yaitu : 1. Ada beberapa unsur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... i iii v vii viii I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 5 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL

LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL LAMPIRAN 1 PT TUNGGUL NAGA ALOKASI BIAYA OVERHEAD PABRIK DALAM TIAP PRODUK DALAM SISTEM TRADISIONAL PRODUK VOLUME PRODUK TARIF BOP / UNIT BOP Classic 605,503 Rp 182.40 Rp 110,443,747 Premium 4,718,519

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi Biaya Perhitungan harga pokok produksi pada suatu perusahaan tidak hanya untuk menentukan harga jual serta besarnya pendapatan saja tetapi juga untuk

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management. Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing dan Activity Based Management Fakultas FEB Wahyu Anggraini, SE., M.Si. Program Studi Manajemen S1 www.mercubuana.ac.id Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sejarah dan perkembangan perusahaan. produksi furniture baik indoor furniture maupun garden furniture. 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah dan perkembangan perusahaan Jepara merupakan salah satu daerah yang mempunyai potensi besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PT. ELESKA PRIMA TIGA DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING Nama : Nadya Loetfara NPM : 25212215 Pembimbing : Budiasih, SE, MMSI Pendahuluan Latar

Lebih terperinci

Bab 1. PENDAHULUAN

Bab 1.  PENDAHULUAN Bab 1 http://www.gunadarma.ac.id/ PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi biaya yang tepat dan akurat dapat membantu perusahaan untuk menentukan harga jual yang sesuai dengan mutu produk tersebut.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Pintu Sukses Lestari merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai jenis pintu, kusen, dan jendela. Berdiri sejak tahun 2009. Perusahaan ini melakukan

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK.

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK. PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT MUSTIKA RATU, TBK. Nama : Adventia Diah Rosari NPM : 22209204 Pembimbing : B. Sundari, SE., MM. Latar Belakang: Pada

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN. produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri

BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN. produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting tissue). Perusahaan ini berdiri BAB 3 ANALISIS SISTEM/PROGRAM YANG BERJALAN 3.1. Latar belakang perusahaan PT. Duta Indah Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi/semi produksi/ jasa cutting tissue (converting

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Di negara Indonesia banyak berkembang usaha-usaha dalam industri mebel, dengan memanfaatkan bahan baku kayu hingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V. Kesimpulan dan Saran 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan mengenai penetapan harga jual produk pada perusahaan percetakan M, maka penulis menarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011

BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS. Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 BAB 7. ALOKASI BIAYA BERBASIS AKTIVITAS Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi-Universitas Kristen Petra 2011 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan pengertian metode alokasi berbasis aktivitas (ABC) Mengalokasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi dalam Menentukan Harga Jual pada SETIA BARU Furniture Pada bab ini Penulis akan membahas tentang perhitungan Harga Pokok Produksi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS Pert 4 PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2017 Biaya per Unit Perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan berdasarkan aktivitas membebankan biaya kepada objek

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA PRODUKSI

ANALISA BIAYA PRODUKSI ANALISA BIAYA PRODUKSI Pengertian Biaya Biaya adalah pengeluaran ekonomis yang diperlukan untuk perhitungan proses produksi. Biaya ini didasarkan pada harga pasar yang berlaku dan pada saat proses ini

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB

OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB OPENING ABC FOR E LEARNING SELASA 08 DES 2015 AZFA MUTIARA AHMAD PABULO, SE, MEK FOR APKB Sumber daya adl : unsur yang dibebankan atau yang digunakan dalam pelaksanaan suatu aktivitas. Misalnya : gaji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii. HALAMAN PENGESAHAN... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN... iv. MOTTO... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TA...ii HALAMAN PENGESAHAN... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv MOTTO... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAKSI... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI

PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI PENERAPAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SEBAGAI DASAR DALAM PENERAPAN BIAYA PRODUKSI PADA UD. MULYADI Di Susun oleh : FITRI AFRIYANTI 3 EB 21 22210824 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang kegiatan utamanya mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Keseluruhan biaya yang dikeluarkan

Lebih terperinci

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan

BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Latar Belakang Instansi/Perusahaan BAB IV PAPARAN DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Latar Belakang Instansi/Perusahaan merupakan salah satu home industry yang bergerak dalam bidang furniture. Tempat yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap

Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap LAMPIRAN 71 72 Lampiran 1 Pengelompokan Biaya Rawat Inap dan Cost Driver Kamar Rawat Inap No Aktivitas Driver Cost Driver Jumlah(Rp) 1 Unit-level activity cost a. Biaya gaji perawat Jumlah hari rawat inap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA Nurul Aini Fanny Dwi Septiana Fakultas Ekonomi Universitas Narotama Surabaya

Lebih terperinci

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH

ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH ANALISIS AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MENJUAL ATAU MEMPROSES LEBIH LANJUT PRODUK PADA CV. CAHAYA AMANAH Nama : Rina Wahyuni NPM : 25210973 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Sri Sapto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepatu dan sandal, serta bahan baku alas kaki seperti sole dan heels. UD Eka berdiri

BAB I PENDAHULUAN. sepatu dan sandal, serta bahan baku alas kaki seperti sole dan heels. UD Eka berdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UD Eka merupakan sebuah perusahaan manufaktur yang memproduksi sepatu dan sandal, serta bahan baku alas kaki seperti sole dan heels. UD Eka berdiri pada tahun 1990

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan merupakan suatu organisasi yang mempunyai kegiatan tertentu yang sangat kompleks. Pertumbuhan suatu badan usaha biasanya tidak lepas dari berbagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu :

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Mulyadi ada empat unsur pokok dalam definisi biaya tersebut yaitu : BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Pengertian biaya yang dikemukakan oleh Mulyadi, dalam bukunya akuntansi Biaya ialah sebagai berikut : - Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum A. Sejarah Singkat Giat Printing Malang Giat Printing Malang merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang percetakan kertas. Usaha yang didirikan

Lebih terperinci

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri ABSTRAK

Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri, Kediri   ABSTRAK PERBANDINGAN PENERAPAN ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DENGAN SISTEM TRADISIONAL SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI (Studi Kasus Pada PT. Wonojati Wijoyo Kediri) Oleh : Beby Hilda Agustin Dosen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas

Akuntansi Biaya. Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas Akuntansi Biaya Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Akuntansi Aktivitas: Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas Yulis Diana Alfia,

Lebih terperinci

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) VENY, SE.MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: AKUNTANSI BIAYA PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN PESANAN JOB ORDER COSTING (BAB 5) Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul Modul berisi materi

Lebih terperinci

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp )

Unit yang diproduksi Biaya bahan baku total ( Rp) Per unit ( Rp ) KONSEP DAN KLASIFIKASI BIAYA KLASIFIKASI BERDASARKAN TINGKAH LAKU BIAYA BIAYA VARIABEL adalah biaya yang bervariasi langsung (proporsional) dengan kuantitas (volume) produksi (penjualan) apabila kuantitas

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) A. Pengertian Activity Based Costing ( ABC ) Sebelum mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Activity Based Costing (ABC), telebih dahulu

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Modul ke: Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Manajemen dan Proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman i iii v x xi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Perumusan Masalah... 4 1.3. Tujuan Penelitian...

Lebih terperinci

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Journal of Applied Business And Economics Vol. 3 No. 2 (Des 2016) 61-68 ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI SEBAGAI DASAR PENENTUAN HARGA JUAL PADA PT VENEER PRODUCTS INDONESIA Oleh: Litdia Dosen Fakultas

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL Kelvin Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu Abstrak Hal utama untuk menentukan harga

Lebih terperinci

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI

BAB I HARGA POKOK PRODUKSI BAB I HARGA POKOK PRODUKSI A. Definisi Harga Pokok Produksi Harga Pokok Produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber ekonomi yang digunakan dalam pengolahan bahan baku menjadi produk. Suatu perusahaan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Micro Garment sebagai objek penelitian penulis merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang industri pakaian jadi (garmen), yang memusatkan seluruh kegiatannya untuk memproduksi pakaian rajut.

Lebih terperinci

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN)

JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN) JOB-ORDER COSTING (BIAYA BERDASARKAN PESANAN) 1. Konsep Dasar Job-Order Costing & Process Costing 2. Perbedaan Job-Order Costing & Process Costing 3. Arus Biaya dalam Perhitungan Job-Order Costing Muniya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. operasionalnya berdasarkan tingkat biaya pelanggan dan aktivitas masing- masing

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. operasionalnya berdasarkan tingkat biaya pelanggan dan aktivitas masing- masing BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah penulis melakukan wawancara, observasi, pengumpulan catatan dan dokumen perusahaan, diketahui bahwa PT.X belum mengelompokkan biaya operasionalnya berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan

BAB III METODE PENELITIAN. masyarakat Mojokerto dan sekitarnya. Rumah Sakit ini berlokasi di jalan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Rumah Sakit Islam Sakinah Mojokerto yang merupakan rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Mojokerto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan berbagai macam teknologi dewasa ini semakin canggih. Hal ini membuat persaingan di pasar global semakin ketat dan ditunjang perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2014:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Universitas Sumatera Utara Proses pembagian tugas pada lantai produksi dibagi menjadi 17 bagian, yaitu: 1. Direktur a. Merencanakan arah, strategi, dan kebijakan perusahaan dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kualitas bahan kayu jadi yang sudah tidak diragukan lagi. Produk C.V Surya

BAB IV PEMBAHASAN. kualitas bahan kayu jadi yang sudah tidak diragukan lagi. Produk C.V Surya BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Sejarah C.V Surya Gemilang Jaya C.V Surya Gemilang Jaya merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan penjualan mebel khususnya berbahan

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha ABSTRAK Dewasa ini ekonomi dunia berkembang semakin pesat. Tuntutan konsumen terhadap produk/jasa pun semakin meningkat dan bervariasi yang berakibat persaingan yang ketat di antara sesama produsen untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi.

Akuntansi Biaya. Rista Bintara, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi Biaya Akuntansi Aktivitas : Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas dan Manajemen Berdasarkan Aktivitas (Activity Accounting : Activity Based Costing & Activity

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

Biaya Aktivitas. Penentuan harga pokok produksi konvensional :

Biaya Aktivitas. Penentuan harga pokok produksi konvensional : Penentuan harga pokok produksi konvensional : 1. Full costing 2. Variable costing Activity Based Costing (ABC) adalah metode penentuan harga pokok produksi yang lebih maju Komponen Biaya : 3. Biaya langsung

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka penulis menyimpulkan sebagai berikut : 1. Pada produksi sablon perusahaan CV. Yabes Printing belum menggunakan metode harga

Lebih terperinci

ABTSRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABTSRAK. Universitas Kristen Maranatha ABTSRAK Kesadaran konsumen untuk dapat memenuhi kebutuhannya membuat perusahaan perusahaan berusaha untuk memberikan produk barang atau jasa yang dapat memberikan kepuasan bagi konsumennya. Perusahaan

Lebih terperinci

cm, 6 cm, 5 cm, 4 cm, 3 cm. lebar 8 cm, 7 cm, 6 cm, 5 cm, 4 cm, 3 cm. Mesin ini mengeluarkan hawa panas, digunakan untuk mengeringkan kayu yang

cm, 6 cm, 5 cm, 4 cm, 3 cm. lebar 8 cm, 7 cm, 6 cm, 5 cm, 4 cm, 3 cm. Mesin ini mengeluarkan hawa panas, digunakan untuk mengeringkan kayu yang Lampiran 1 Foto & Fungsi Mesin 1. Mesin Saw Mill/gesek kayu log menjadi papan [gambar hal. 5]. Kegunaan : Membelah kayu log menjadi papan sesuai ukuran yang diinginkan. Contoh : tebal 7 cm, 6 cm, 5 cm,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2007:4) biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

Lebih terperinci

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu:

2.1.2 Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Mulyadi (2007:7) akuntansi biaya mempunyai tiga tujuan pokok yaitu: 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus produksi merupakan sebuah gambaran dari aktivitas proses bisnis dan pengoperasian proses data yang berhubungan dengan pembuatan produk. Di dalam sebuah siklus

Lebih terperinci

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Desen Pembimbing: Prof. Gugus Irianto, SE., MSA., Ph.D., Ak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan cepat menuju perekonomian global didukung perkembangan IT yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Gerakan cepat menuju perekonomian global didukung perkembangan IT yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gerakan cepat menuju perekonomian global didukung perkembangan IT yang semakin canggih telah mempertajam kompetisi antar perusahaan di dunia ini. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pada dasarnya didirikan sebagai institusi pencipta kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material wealth) yaitu

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 3.1 Biaya 3.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki dua pengertian baik pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam arti luas, biaya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan manufaktur dalam melakukan produksi memerlukan pengorbanan sumber daya untuk memproses bahan mentah atau bahan setengah jadi menjadi barang jadi.

Lebih terperinci

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

: MIRD FAHMI NPM : PEMBIMBING : Prof. Dr. DHARMA TINTRI EDIRARAS, SE., AK., CA., MBA FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI ANALISIS PERBANDINGAN PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI BIAYA TRADISIONAL DENGAN ACTIVITY BASED COSTING PADA PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA SHERINA CAKE & BAKERY NAMA : MIRD FAHMI NPM : 24212597 PEMBIMBING

Lebih terperinci