BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan di Indonesia sehingga perilaku siswa menyimpang dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan di Indonesia sehingga perilaku siswa menyimpang dari"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tawuran antar siswa sekolah akhir-akhir ini mengundang perhatian khusus masyarakat. Sebagian menganggap ada kesalahan dalam penerapan sistem pendidikan di Indonesia sehingga perilaku siswa menyimpang dari norma kesusilaan.tawuran, pencurian, bahkan penodongan makin mencoreng muka dunia pendidikan. Tampaknya hampir tidak ada perbedaan antara anak yang terdidik dan tak terdidik. Keadaan semacam itu memicu kegelisahan masyarakat, khususnya orang tua. Sehingga muncul keyakinan fenomena itu akan melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap wibawa dunia pendidikan. 1 Semua emosi, pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosi adalah movere, kata kerja bahasa Latin yang berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan e untuk memberi arti bergerak menjauh, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. 2 Istilah kecerdasan emosional pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari 1 Ma as Shobirin. Sekolah Menumbuhkan Kecerdasan Emosional. (19 Juni 2009) Diakses, 30 Oktober Daniel Goleman, Emotional Intelligence, terjemahan T. Hermaya. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm. 4. 1

2 2 University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas-kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. 3 Kecerdasan emosional atau emotional intelligence merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain. 4 Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor terpenting dalam proses pendidikan. Dengan kecerdasaan emosional, diharapkan siswa dapat membangun sikap terpuji yang muncul dari hati dan akal. Itulah sikap kasih sayang, empati, kemampuan bekerja sama, berkomunikasi, dan kepedulian terhadap sesama. Kecerdasan emosional adalah potensi psikologis yang bersifat positif dan perlu dikembangkan. Dalam ranah pendidikan, berbagai ciri yang menandakan kecerdasan emosional terdapat dalam kepribadian siswa. Kepribadian dapat menjadi tolok ukur karena merupakan wujud kecerdasan emosional. 5 Salah satu ciri orang yang cerdas emosinya adalah banyaknya kosakata emosi yang dimilikinya. Kemudian ia bisa menggunakan kosakata itu untuk menyebut emosi tertentu dengan benar. Selain itu, ia juga mampu 3 Lawrence E. Shapiro, Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak, terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo. (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1998), hlm.5. 4 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi,terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), hlm Ma as Shobirin. Sekolah Menumbuhkan Kecerdasan Emosional. (19 Juni 2009) Diakses, 30 Oktober 2013.

3 3 menggunakan kosakata itu dalam berhubungan dengan emosi dirinya sendiri dan orang lain. Kita harus bisa membedakan antara kecerdasan emosional dan pengetahuan emosional. Kecerdasan menggambarkan adanya potensi, meski ia sendiri belum bicara atau belajar. Sementara pengetahuan emosional bisa dipelajari. Tentu saja, jika manusia mempunyai kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual yang tinggi, maka proses belajarnya akan bertambah cepat dan hasil yang dicapai akan lebih baik. 6 Sikap seseorang berhubungan erat dengan nilai-nilai yang dimiliki orang itu. Seseorang dalam pergaulannya dengan orang lain atau dalam kontaknya dengan benda-benda tertentu pula. Setiap kali ia mengadakan hubungan dengan objek atau situasi itu, ia akan memperoleh nilai tertentu. Nilai-nilai itu semakin lama semakin berakumulasi, yang menghasilkan sikap tertentu terhadap objek atau situasi tersebut. 7 Akhlak mulia sangat dibutuhkan guru untuk memberikan teladan kepada peserta didik dan masyarakat. Hal ini penting mengingat guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan saja tetapi juga menanamkan nilai-nilai. Penanaman nilai terhadap peserta didik tidak akan efektif apabila hanya diajarkan saja tanpa dicontohkan dengan kebiasaan diri. 8 6 Makmun Mubayidh, Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak,terjemahan Muhamad Muchson Anasy. (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), hlm Pupuh Fathurrohman dan Aa Suryana, Guru Profesional, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hlm Barnawi dan Mohammad Arifin, Etika dan Profesi Kependidikan, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2012), hlm

4 4 Guru hendaknya memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa untuk menghadapi tantangan hidup. Kepribadian yang mantap dan stabil ditunjukkan dengan cara bertindak sesuai dengan norma hukum, norma sosial, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma. Menghargai peserta didik tanpa membedakan suku, agama, adat istiadat, daerah asal, dan gender. Kepribadian yang dewasa ditunjukkan dengan menampilkan sikap kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Dengan demikian, akan memunculkan apresiasi dari anak didik, bukannya apriori sehingga peserta didik menjadi yakin akan figur guru yang menjadi panutannya itu. 9 SMA N 1 Kajen merupakan salah satu sekolah yang ada di kabupaten Pekalongan. Di sekolah tersebut terdapat 27 kelas yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar yang masing-masing kelasnya terdapat kurang lebih 38 siswa. Dari sejumlah siswa yang ada tersebut tentunya memiliki latar belakang yang berbeda-beda yang sangat dimungkinkan akan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berbeda-beda pula. Dalam membentuk kecerdasan emosional siswa, tentunya pihak sekolah, khususnya para guru mempunyai upaya tersendiri untuk mewujudkan hal tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bermaksud mengangkat judul UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN sebagai judul skripsi. 9 Ibid., hlm. 161.

5 5 Berdasarkan permasalahan di atas, ada beberapa alasan penulis mengambil judul tersebut, antara lain: 1. Kecerdasan emosional merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan seseorang di masa mendatang. 2. Kecerdasan emosional sangat penting dalam membentuk kepribadian seseorang sehingga fenomena seperti tawuran antar pelajar dapat berkurang. 3. SMA N 1 Kajen merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di kabupaten Pekalongan. 4. SMA N 1 Kajen terletak di dekat pusat pemerintahan kabupaten Pekalongan sehingga mudah dijangkau. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen? 2. Faktor-faktor apa saja yang menghambat upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen? Selanjutnya untuk menghindari adanya salah pengertian dalam memahami judul, perlu kiranya untuk membatasi istilah yang tercakup dalam judul di atas. Adapun istilah-istilah tersebut antara lain:

6 6 1. Upaya Upaya adalah usaha; ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dsb); daya upaya Guru Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi juga bisa di masjid, di musholla, di rumah, dan sebagainya Pembentukan Pembentukan adalah proses, cara, perbuatan membentuk: Hambat Hambat; Menghambat adalah membuat sesuatu (perjalanan, pekerjaan, dan sebagainya) menjadi lambat atau tidak lancar Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungannya dengan orang lain Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ke IV, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2012), hlm Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, ((Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm Daniel Goleman, Op. Cit.,hlm. 512.

7 7 6. Siswa Siswa adalah murid (terutama pada tingkat sekolah dasar dan menengah); pelajar SMA 1 Kajen SMA 1 Kajen adalah salah satu sekolah favorit di kabupaten Pekalongan yang mempunyai prestasi yang unggul di bidang akademik dan non akademik. Jadi yang penulis maksud dalam judul penelitian ini adalah usaha yang dilakukan guru dalam proses pembentukan sikap atau perilaku yang baik pada anak didik di SMA N 1 Kajen. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen. D. KEGUNAAN PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian bagi peneliti-peneliti lainnya, khususnya penelitian yang mengkaji tentang upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa. 15 Departemen Pendidikan Nasional, Op.Cit., hlm

8 8 2. Secara Praktis a. Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengetahuan, serta informasi tentang pentingnya kecerdasan emosional siswa. b. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi sekolah yang bersangkutan tentang pentingnya upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswanya. E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Analisis Teoritis Penelitian ini menggunakan banyak referensi untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah. Adapun referensi yang digunakan yaitu buku-buku yang membahas tentang kecerdasan emosional antara lain: Daniel Goleman, dalam bukunya yang berjudul Emotional Intelligence terjemahan T. Hermaya dinyatakan bahwa keberhasilan kita dalam kehidupan tidak hanya ditentukan oleh IQ, tetapi kecerdasan emosional-lah yang memegang peranan. Sungguh, intelektualitas tidak dapat bekerja dengan sebaik-baiknya tanpa kecerdasan emosional. Biasanya saling melengkapi antara sistem limbik dengan neokorteks, amigdala dengan lobus-lobus prefrontal, berarti masing-masing adalah pasangan penuh dalam kehidupan mental. Apabila pasangan-pasangan ini berfungsi dengan baik, maka kecerdasan emosional akan bertambah, demikian pula kemampuan intelektual Daniel Goleman, Op.Cit., hlm. 38.

9 9 Lawrence E. Shapiro, Ph.D dalam bukunya yang berjudul Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo dinyatakan bahwa kecerdasan emosional, atau EQ, bukan didasarkan pada kepintaran anak, melainkan pada sesuatu yang disebut karakteristik pribadi. Penelitian-penelitian sekarang menemukan bahwa keterampilan sosial dan emosional ini mungkin bahkan lebih penting bagi keberhasilan hidup daripada kemampuan intelektual. 17 Taufik Pasiak dalam bukunya yang berjudul Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur an dinyatakan bahwa kecerdasan emosi (EQ) Goleman atau kecerdasan antarpribadi Gardner adalah kebutuhan vital manusia karena ia berakar kuat dalam otak. Dengan kata lain, membangun hubungan dengan orang lain adalah tuntutan dasar manusia. Otak manusia menyediakan piranti khusus yang bertanggung jawab dalam membangun kecerdasan emosi dan hubungan dengan orang lain. 18 Skripsi Ria Erawati ( ) yang berjudul Kecerdasan Emosional Anak di SMP N 2 Bandar Tahun Pelajaran 2009/2010 dijelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional anak kelas VIII di SMP N 2 Bandar tahun pelajaran 2009/2010 adalah: 1. Faktor Intern: siswa memiliki kesadaran diri yang tinggi, mampu mengatur diri sendiri dengan baik, memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar, memiliki empati yang tinggi terhadap orang lain dan memiliki keterampilan sosial yang tinggi. 17 Lawrence E. Shapiro, Op.Cit., hlm Taufik Paisak, Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al-Qur an, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2003), hlm. 19.

10 10 2. Faktor Ekstern: a) Lingkungan keluarga yang harmonis, hubungan antar keluarga yang baik, sikap demokratik orang tua dan kuatnya hubungan antara orang tua dan anak. b) Lingkungan sekolah yang memotivasi, membimbing, membina, dan melatih anak untuk berorganisasi dan bermusyawarah dalam berbagai ekstrakurikuler di sekolah dalam wadah PMR, OSIS, dan Pramuka. c) Lingkungan masyarakat yang mengikutsertakan anak dalam berbagai kegiatan di masyarakat seperti kerja bakti dan takziyah. 19 Skripsi Ali Mashadi ( ) yang berjudul Urgensi Cinta dalam Membentuk Kecerdasan Emosional (EQ) Anak dijelaskan bahwa anak yang hidup dalam lingkungan normal yang di dalam lingkungan keluarganya penuh dengan cinta akan merasakan cinta kepada semua manusia. Ia akan menyatu dan menyayangi mereka, berbuat baik kepada mereka, berempati terhadap orang yang membutuhkan kasih sayang dan membantu orang yang membutuhkan bantuan. Pengaruh terbesar diberikan oleh kemampuan sederhana yang mereka dapatkan di waktu kecil, seperti kemampuan menyikapi kegagalan, tidak tercapainya harapan, mengendalikan perasaan emosi, dan kemampuan berdampingan dengan orang lain Ria Erawati, Kecerdasan Emosional Anak di SMP N 2 Bandar Tahun Pelajaran 2009/2010, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm Ali Mashadi, Urgensi Cinta dalam Membentuk Kecerdasan Emosional (EQ) Anak, Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 63.

11 11 Skripsi Khasanah ( ) yang berjudul Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV-VI dinyatakan bahwa berdasarkan penelitian yang penulis lakukan, membuktikan bahwa adanya pengaruh yang cukup signifikan antara bimbingan orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa kelas IV-VI di MI Izzul Islam Jetak Kidul. Hal ini dapat dilihat dari r xy = 0,444, r t pada taraf signifikan 5%=0,312, pada taraf signifikan 1%=0,403 ini berarti r xy >r t. Maka ada korelasi yang cukup signifikan antara bimbingan orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa di MI Izzul Islam Jetak Kidul kecamatan Wonopringgo kabupaten Pekalongan. 21 Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ria Erawati ( ) yang berjudul Kecerdasan Emosional Anak di SMP N 2 Bandar Tahun Pelajaran 2009/2010 karena penelitian tersebut fokus pada faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ali Mashadi ( ) yang berjudul Urgensi Cinta dalam Membentuk Kecerdasan Emosional (EQ) Anak memfokuskan pada pentingnya cinta dari lingkungan keluarga dalam membentuk kecerdasan emosional, dan penelitian yang dilakukan oleh Khasanah ( ) yang berjudul Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV-VI memfokuskan pada adanya pengaruh bimbingan orang tua terhadap kecerdasan emosional siswa. Sedangkan penelitian yang akan penulis lakukan ini membahas 21 Khasanah, Pengaruh Bimbingan Orang Tua Terhadap Kecerdasan Emosional Siswa Kelas IV-VI Skripsi Sarjana Pendidikan Islam, (Pekalongan: Perpustakaan STAIN Pekalongan, 2010), hlm. 63.

12 12 tentang upaya yang dilakukan guru dalam membentuk kecerdasan emosional siswanya. 2. Kerangka Berpikir Kecerdasan emosi merupakan potensi yang sudah ada pada tiap siswa, namun perkembangannya dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Jika seorang siswa berada dalam lingkungan yang kurang baik, maka ia kemungkinan besar akan terpengaruh oleh lingkungannya dan menjadi tidak baik. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka selaku guru haruslah berupaya untuk mengembangkan potensi yang sudah ada tersebut agar berkembang ke arah yang baik. Guru mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa karena guru merupakan orang tua kedua bagi siswa ketika berada di sekolah. Pembentukan kecerdasan emosional ini penting karena di dalamnya tercakup masalah pengenalan emosi, pengelolaan emosi, motivasi, pengenalan emosi orang lain serta cara membina hubungan dengan orang lain. Jika hal tersebut mampu tertanam dalam perilaku siswanya, maka generasi penerus bangsa, terutama para remaja dapat menjadi manusia yang utuh, baik budi pekertinya sehingga diharapkan dapat mengurangi masalah yang sering timbul dikalangan para remaja, yaitu tawuran antar pelajar, pencurian, membolos sekolah dan lain sebagainya. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat digambarkan skema pemikiran sebagai berikut:

13 13 Keluarga Sekolah Masyarakat Guru Penanaman kesadaran diri Membina hubungan sosial Kecerdasan Emosional Siswa F. METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Desain penelitian adalah proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang terdiri dari: a. Pendekatan Penelitian Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah pendekatan yang analisisnya tidak menekankan pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Penelitian ini menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis

14 14 terhadap dinamika antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah. 22 b. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) karena merupakan penyelidikan mendalam mengenai unit sosial sedemikian rupa, yang mana penelitian ini dilakukan dalam kancah kehidupan yang sebenarnya, sehingga menghasilkan gambaran yang terorganisir dengan baik dan lengkap mengenai unit sosial tersebut Sumber Data Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Adapun sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, antara lain: a. Data primer: data langsung yang dikumpulkan dari sumber pertamanya. Adapun data primer dari penelitian ini adalah semua komponen yang terlibat atau data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Yang termasuk sumber data primer dalam penelitian ini adalah guru, kepala sekolah, catatan lapangan, serta dokumentasi SMA N 1 Kajen. b. Data sekunder: data yang dikumpulkan sebagai penunjang dari sumber pertama. Yang termasuk sumber data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, antara lain: 22 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001), hlm Ibid., hlm. 8.

15 15 1) Buku yang berjudul Emotional Intelligence karangan Daniel Goleman terjemahan T. Hermaya. 2) Buku yang berjudul Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi karangan Daniel Goleman terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo. 3) Buku yang berjudul Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak karangan Lawrence E. Shapiro, Ph.D. terjemahan Alex Tri Kantjono Widodo. 4) Buku yang berjudul Kecerdasan dan Kesehatan Emosional Anak karangan Dr. Makmun Mubayidh terjemahan Muhamad Muchson Anasy. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk mencapai skripsi yang valid, maka harus sesuai dan bisa dipercaya kebenarannya serta menggunakan metode yang sesuai pula. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: a. Wawancara Wawancara adalah metode pengumpulan data melalui pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu ), hlm Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

16 16 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang upaya yang dilakukan guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa. b. Dokumentasi Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data dari catatan peristiwa yang sudah berlalu. 25 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan dengan administrasi sekolah. c. Observasi Observasi adalah suatu kegiatan mencari data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis. 26 Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang upaya yang dilakukan guru dalam membentuk kecerdasan emosional melalui kegiatan pembelajaran. 4. Metode Analisis Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa data model interaktif yang terdiri atas empat tahapan yang dilakukan. Tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data yang berisi tentang serangkaian proses pengumpulan data baik melalui observasi atau wawancara. Tahap kedua adalah reduksi data yang berisi tentang proses penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh menjadi satu bentuk tulisan yang akan dianalisis. Tahap ketiga adalah display data yang berisi tentang pengolahan data setengah jadi yang sudah 25 Sugiyono, Op.Cit., hlm Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanika, 2010), hlm. 131.

17 17 seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas. Tahap keempat adalah tahap penarikan kesimpulan. 27 G. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten maka perlu dibuat sistematika yang sedemikian rupa diantaranya: BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II GURU DAN KECERDASAN EMOSIONAL. Pada bab ini akan diuraikan mengenai makna guru, persyaratan guru, tugas dan tanggung jawab guru, peranan dan kode etik guru, pengertian kecerdasan emosional, ciriciri kecerdasan emosional, pentingnya kecerdasan emosional, peran guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa, dan sekolah yang mengajarkan EQ. BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang dilaksanakan yaitu meliputi gambaran umum SMA N 1 Kajen, upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen, serta faktor-faktor yang menghambat upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen. 27 Ibid., hlm. 180.

18 18 BAB IV ANALISIS. Pada bab ini akan diuraikan analisis upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa SMA N 1 Kajen serta analisis faktor-faktor penghambat upaya guru dalam pembentukan kecerdasan emosional siswa di SMA N 1 Kajen. BAB V PENUTUP. Pada bab ini berisi simpulan dan saran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita, ini berarti bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cet. 1,hlm 6. (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hlm ), hlm. 48.

BAB I PENDAHULUAN. Cet. 1,hlm 6. (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2012), hlm ), hlm. 48. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menjadikan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka dalam pelaksanaannya berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa anak menuju masa dewasa dimana usianya berkisar antara 12-21 tahun. Pada masa ini individu mengalami berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil bagi suatu kelompok

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN A. Upaya Guru dalam Membentuk Kecerdasan Emosional Siswa di SMA N 1 Kajen Dalam pembentukan kecerdasan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih prestasi yang tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang tinggi, karena

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu tertentu dengan menggunakan metode ilmiah serta aturanaturan yang berlaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar atau proses pengajaran merupakan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Ada hubungan positif dan signifikan antara kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat meningkatkan taraf hidup manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional Bab

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termotivasi dalam belajar dan mendapat prestasi yang baik. 1. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan di sekolah, sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. termotivasi dalam belajar dan mendapat prestasi yang baik. 1. Pendidikan yang kedua yaitu pendidikan di sekolah, sekolah sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang paling penting bagi setiap anak. Dimana dalam pendidikan, anak memperoleh ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi masa depannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul Emotional

BAB I PENDAHULUAN. Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul Emotional 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecerdasan emosional merupakan konsep baru yang dikembangkan oleh Daniel Goleman dalam karyanya pada tahun 1995 berjudul Emotional Intelligence. Ia mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan penting bagi semua manusia. Pendidikan selalu menjadi tumpuan harapan untuk mengembangkan individu dan masyarakat. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai. diatur oleh Undang-Undang Republik Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang diharapkan dapat mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri peserta didik. Pendidikan dianggap sebagai aspek yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2

BAB I PENDAHULUAN. tinggi terhadap segala sesuatu yang menarik perhatiannya. 1 Tidak diragukan. pendidikan yang mempengaruhinya. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk unik, ia menjadi subjek dan objek kajian sekaligus. Ia bertindak selaku subjek karena memiliki keingintahuan yang tinggi terhadap segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi pengetahuan menuju ke arah perbaikan, penguatan, dan penyempurnaan semua potensi manusia. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013)

DAFTAR PUSTAKA. Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013) DAFTAR PUSTAKA Agoes Dariyo, Dasar-dasar Pedagogig Modern, (Jakarta: Indeks, 2013) Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual (ESQ) Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 1 Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang jenis penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua yang memiliki fungsi cukup besar dalam menghantarkan putra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Orang tua yang memiliki fungsi cukup besar dalam menghantarkan putra BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua yang memiliki fungsi cukup besar dalam menghantarkan putra putrinya dalam pendidikan tentu mampu melakukan pengawasan dan memotivasi anak untuk mau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al-Gasindo, 1995), hlm Nana Sujana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan kemampuan dan motivasi manusia sehingga dapat hidup layak, baik sebagai hidup pribadi maupun sebagai anggota masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penulisan Dalam kehidupan yang modern seperti sekarang ini tanggung jawab semua pihak terhadap pendidikan anak-anak, karena anak adalah amanah yang dititipkan oleh Allah SWT.

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya masyarakat Indonesia memandang IQ paling utama, dan menganggap EQ sebagai pelengkap, sekedar modal dasar tanpa perlu dikembangkan lebih baik lagi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja selalu menjadi perbincangan yang sangat menarik, orang tua sibuk memikirkan anaknya menginjak masa remaja. Berbicara tentang remaja sangat menarik karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan yang terjadi pada bangsanya. Pola pikir mahasiswa saat ini hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa adalah kunci peradaban dalam suatu negara terutama bagi negara Indonesia, karena mahasiswa adalah tiang penerus bangsa yang akan datang. Namun di zaman sekarang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode Penelitian kualitatif sering disebut juga metode penelitian naturalistik

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap

BAB V PENUTUP. 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada pengaruh positif yang signifikan kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan berperan penting bagi perkembangan dan perwujudan diri individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara. Undang-Undang Nomor 20

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu istilah yang sering dilontarkan oleh berbagai pihak sebagai alat ampuh untuk melakukan perubahan terhadap kehidupan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian lapangan (field reseach) yaitu penelitian untuk menemukan realitas apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan profesionalisasi dan sistem menajemen tenaga kependidikan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Pendidikan yang bermutu dalam penyelengaraannya tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting karena salah satu upaya yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi objek, sasaran suatu ilmu yang sedang diselidiki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, seseorang tidak hanya dituntut untuk mempunyai kepandaian atau kecerdasan otak saja agar dapat memperoleh pekerjaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengasuhan merupakan pengalaman manusia yang penting, yang dapat mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice Balson, 1993: 102) apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam rangka memelihara eksistensi setiap bangsa di dunia sepanjang zaman. Pendidikan sangat menentukan bagi terciptanya peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda, antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran, minat mempunyai peran yang penting dalam kehidupan seseorang dan mempunyai dampak yang besar atas perilaku dan sikap. Minat yang besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi informasi yang semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu disiapkan Sumber Daya

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagaiab Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat penting di dalam perkembangan seorang manusia. Remaja, sebagai anak yang mulai tumbuh untuk menjadi dewasa, merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap perkembangan yang merupakan suatu pross alamiah yang menjadikan manusia sebagai mahluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi bukan hanya semata-mata pada globalisasi ekonomi, melainkan juga globalisasi pengetahuan, teknologi, dan budaya. 1 Hal tersebut mengandung maksud

Lebih terperinci

PERLUNYA KECERDASAN EMOSIONAL YANG MEMADAI GURU MIPA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK

PERLUNYA KECERDASAN EMOSIONAL YANG MEMADAI GURU MIPA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK PERLUNYA KECERDASAN EMOSIONAL YANG MEMADAI GURU MIPA DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER PESERTA DIDIK Oleh : Das Salirawati Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA - UNY PENDAHULUAN Majunya suatu bangsa tergantung majunya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) berupa penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. berbudi pekerti luhur yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepramukaan yaitu gerakan kepanduan yang merupakan wadah pembinaan bagi kaum muda Indonesia yang sekaligus mendidik guna mengembangkan mental, moral, spiritual, emosional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak adalah harapan dan merupakan aset keluarga dan bangsa, anak diharapkan menjadi cerdas, terampil, dan memiliki sikap ketakwaan untuk dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Tim Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pola Pembelajaran di Pesantren, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia modern yang ditandai dengan era globalisasi dan teknologi informatika, telah menghadapkan pesantren pada sejumlah tantangan dan persoalan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia senantiasa berproses, salah satunya dengan pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Sesuai dengan tujuan pendidikan yang dijelaskan dalam Undang-undang RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 No.1, yang berbunyi: Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah dan kelas merupakan tempat menghimpun siswa dan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah dan kelas merupakan tempat menghimpun siswa dan secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah dan kelas merupakan tempat menghimpun siswa dan secara bersama-sama mengembangkan lingkungan dan belajar bagaimana menunjukkan keproduktifannya. 4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas V MIN Bawan Kecamatan Barabai, maka dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah sistem, sehingga keberhasilan dari proses pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pendidik atau guru. Guru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dan metode yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan manusia sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai bangsa. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KANDAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KANDAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KANDAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan masalah yang kompleks karena setiap individu yang belajar melibatkan aspek kepribadiannya, baik fisik maupun mental sehingga akan terjadi perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pada poin ini akan membahas mengenai jenis penelitian serta tempat dan waktu penelitian, berikut adalah penjelasannya: 1. Jenis Penelitian Penulisan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari sesuatu atau beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut Kneller memiliki arti luas dan arti sempit. Dalam arti luas, pendidikan diartikan sebagai tindakan atau pengalaman yang mempengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tidak terlepas dari segi-segi kehidupan manusia. Kesenian juga merupakan cerminan dari jiwa masyarakat. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60

BAB I PENDAHULUAN. Soetjipto. Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009, hlm. 59 Ibid, hlm. 60 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah sebuah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kenakalan remaja bukan merupakan permasalahan baru yang muncul kepermukaan, akan tetapi masalah ini sudah ada sejak lama. Banyak cara, mulai dari tindakan prefentif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sukardi, metode penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis mengikuti aturan-aturan metodologi misalnya observasi secara sistematis, terkontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional, Bab I Pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas pendidikannya. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas adalah modal dasar sekaligus kunci keberhasilan pembangunan nasional. Terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung pada lingkungan tertentu. 1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37

BAB I PENDAHULUAN. Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 36. Edukatif, hlm.37 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah figur seorang pemimpin. Guru adalah sosok yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membicarakan karakter merupakan hal yang sangat penting dan mendasar. Karakter adalah mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian 1. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian lapangan (field reseach) yaitu penelitian untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah penerus generasi bangsa yang diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah penerus generasi bangsa yang diharapkan mampu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah penerus generasi bangsa yang diharapkan mampu membawa perubahan bagi bangsanya. Akan sangat membanggakan sekali apabila remaja-remaja sebuah bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Baik buruknya hasil suatu penelitian (research) sebagian tergantung

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas.

BAB V PEMBAHASAN. A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas. BAB V PEMBAHASAN A. Korelasi Kinerja Pengawas PAI Dengan Kinerja Guru PAI di Sekolah Dasar Negeri Se -Kecamatan Basarang Kabupaten Kuala Kapuas. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45.

BAB I PENDAHULUAN. Barnawi M Arifin, Strategi dan Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter, Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013, hlm. 45. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi sebuah pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan dan watak anak bangsa yang bermartabat sesuai dengan ajaran agama, sebagaimana yang tertuang dalam

Lebih terperinci

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM KeterkaitanKecerdasanEmosionaldenganKinerjaSDM Oleh: Dra. Maria F.Lies Ambarwati, M.M. Peran sumber daya manusia dalam sebuah organisasi sejak dulu hingga saat ini tidak pernah surut sedikitpun. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan

BAB I P E N D A H U L U A N. produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya merupakan makhluk berbudi, cerdas, kreatif dan produktif yang memiliki potensi untuk berkembang. Dalam kehidupan bermasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru untuk mengembangkan segenap potensi peserta didiknya secara optimal. Potensi ini mencakup

Lebih terperinci

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP

MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU. Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU Dr. Ali Mustadi, M. Pd NIP 19780710 200801 1 012 CAKUPAN KAJIAN Pengertian dan cakupan kompetensi guru Kebijakan pemerintah tentang kompetensi guru Analisis berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. di masyarakat adalah berkisar pada permasalahan Juvenile (remaja), pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu dan teknologi terus berkembang sejalan dengan kehidupan manusia. Pola kehidupan pun semakin universal. Suatu permasalahan yang sering muncul di masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan suatu hal yang sangat penting, karena metode merupakan salah satu upaya ilmiah yang menyangkut cara kerja untuk dapat memahami dan mengkritisi obyek atau sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan seseorang secara terus-menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam hidupnya, berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri dari berbagai suku, ras, adat istiadat, bahasa, budaya, agama, dan kepercayaan. Fenomena tersebut sebenarnya

Lebih terperinci