ANALISIS PENERAPAN PROGRAM PEMERINTAH BERUPA PUGAR TERHADAP TINGKAT PRODUKSI GARAM DI KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN PROGRAM PEMERINTAH BERUPA PUGAR TERHADAP TINGKAT PRODUKSI GARAM DI KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2014"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERAPAN PROGRAM PEMERINTAH BERUPA PUGAR TERHADAP TINGKAT PRODUKSI GARAM DI KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2014 NAMA : FIRMA RANI NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : NIDA NUSAIBATUL ADAWIAYAH, SE., MMSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK 2016

2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. Bahasan Umum Indonesia sebagai negara kepulauan memeliki garis pantai sepanjang Km sangat potensial untuk mengembangkan usaha garam. Pengusahaan garam di Indonesia telah berlangsung ratusan tahun, pada masa pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, garam telah dikembangkan menjadi salah satu komoditi andalan hingga di pasarkan ke beberapa negara Asia dan Eropa. Keadaan tersebut berbeda dengan masa sekarang, kebutuhan garam cukup besar antara 3,0 3,8 juta ton per tahun, sementara produksi garam dalam negeri cukup terbatas. Hal ini mengakibatkan terjadinya impor garam yang cukup besar yang meningkat dari tahun ke tahun.

3 2. Masalah Besarnya kebutuhan garam di Indonesia sehingga menyebabkan impor garam disebabkan karena kurangnya tingkat produksi garam para petambak. Penyebab kurangnya tingkat produksi garam dikarenakan para petambak garam masih menggunakan cara tradisional dalam pengolahan garam mereka. Salah satu contohnya adalah pengolahan garam di Kabupaten Indramayu yang masih tradisional sehingga menyebabkan kurangnya tingkat produksi garam di Kabupaten tersebut. 3. Solusi Sementara Untuk mengatasi kurangnya tingkat produksi garam di kabupaten Indramayu, pemerintah memberikan bantuan berupa program PUGAR di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014.

4 Rumusan Masalah 1. Bagaimana tingkat produksi garam sebelum adanya program PUGAR di Kabupaten Indramayu? 2. Apa saja yang dilakukan pemerintah dalam program PUGAR untuk meningkatkan produksi garam di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014? 3. Bagaimana mekanisme penyaluran dana bantuan PUGAR di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014? 4. Apa manfaat program dana bantuan PUGAR bagi para petambak garam di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014? 5. Bagaimana tingkat produksi garam sesudah adanya Program PUGAR di Kabupaten Indramayu?

5 Tujuan : Tujuan 1. Untuk mengetahui tingkat produksi garam sebelum adanya program PUGAR di Kabupaten Indramayu 2. Untuk mengetahui Apa saja yang dilakukan pemerintah dalam program PUGAR untuk meningkatkan produksi garam di Kabupaten Indramayu pada tahun Untuk mengetahui mekanisme penyaluran dana bantuan PUGAR di Kabupaten Indramayu pada tahun Untuk mengetahui manfaat program dana bantuan PUGAR bagi para petambak garam di Kabupaten Indramayu pada tahun Untuk mengetahui tingkat produksi garam sesudah adanya Program PUGAR di Kabupaten Indramayu

6 BAB III METODE PENELITIAN Objek Penelitian - Laporan Akhir PUGAR Tahun 2014 yang berasal dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Indramayu. Objek dalam laporan ini yaitu kelompok usaha garam rakyat yang tersebar di 5 Kecamatan yang merupakan penghasil garam di Kabupaten Indramayu. Jenis dan Sumber Data - Data sekunder Teknik Pengumpulan Data - Studi pustaka - Dokumentasi Teknik Analisis - Kualitatif dengan analisis deskriptif

7 BAB IV PEMBAHASAN Apa itu PUGAR? Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Indramayu 2. Luas lahan garam Data hasil Penelitian 1. Jenis-jenis Garam - Garam Konsumsi - Garam Industri Perminyakan - Garam Industri Chlor Alkali Plant (CAP) dan Industri Farmasi 2. Alur distribusi garam yang berasal dari Kabupaten Indramayu - Industri - Konsumsi

8 Tingkat Produksi Garam Sebelum adanya Program Pugar di Kabupaten Indramayu Sebelum adanya program pemerintah berupa PUGAR di Kabupaten Indramayu tingkat produksi dan kualitas garam para petambak jauh lebih rendah dari pada saat ini. Program Pemerintah dalam Penerapan PUGAR di Kabupaten Indramayu pada Tahun Bimbingan teknis (BIMTEK) kelompok perempuan 2. Peran pemerintah dalam pelaksanaan program PUGAR

9 Penyaluran Dana Bantuan PUGAR di Kabupaten Indramayu Pada Tahun Belanja peralatan dan mesin untuk diserahkan kepada masyarakat 2. Belanja gedung dan bangunan untuk diserahkan kepada masyarakat 3. Bantuan sosial untuk pemberdayaan kepada kepada masyarakat dalam bentuk uang 4. Penguatan kelembagaan 5. Fasilitasi kemitraan PUGAR 6. Fasilitasi peningkatan produksi (TUF)

10 Manfaat Program Dana bantuan PUGAR Bagi Para Petambak di Kabupaten Indramayu pada tahun Meningkatkan tingkat produksi garam 2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan para petambak 3. Tercapainya peningkatan volume produksi dan kualitas garam rakyat 4. Mengurangi pengangguran di Kabupaten Indramayu 5. Terwujudnya kemitraan KUGAR ( Koperasi Usaha Garam Rakyat) 6. Terwujudnya sumber pendanaan bagi para petambak dalam usaha garam. 7. Terjalinnya kemitraan lainnya yang saling menguntungkan.

11 Tingkat Produksi Garam Sesudah Adanya Program PUGAR di Kabupaten Indramayu NO KECAMATAN PRODUKSI (Ton) Kandanghaur , , , ,60 2. Losarang , , , ,93 3. Krangkeng , , , ,02 4. Cantigi ,10 178, ,20 5. Sukra 0 0 0,70 291,65 JUMLAH , , , ,40

12

13 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dan Saran Kesimpulan 1. Tingkat produksi garam sebelum adanya program PUGAR masih tergolong sangat rendah dikarenakan para petambak masih menggunakan cara tradisional dalam pangolahan garam. 2. Bantuan dan pelatihan dari pemerintah digunakan untuk meningkat produksi dan kualitas garam. 3. Mekanisme program peyaluran bantuan telah dilaksanakan sesuai petunjuk pelaksanaan dalam Permen No 6 tahun 2012 tentang pedoman pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat mandiri kelautan dan perikanan. 4. Manfaat yang dirasakan langsung oleh para penerima bantuan yaitu petambak garam menjadi terbantu akan masalah keuangan atau permodalan yang dihadapi petambak garam untuk melanjutkan usahanya. 5. Setelah ada bantuan pemerintah ini kualitas dan tingkat produksi garam para petambak menjadi lebih meningkat dan mempunyai harga jual yang lebih tinggi di pasaran. Produksi garam setelah ada program ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan dibandingkan sebelum adanya program ini.

14 Saran 1. Perlunya memperluas fasilitasi penggunaan teknologi pengolahan garam 2. Perlunya peningkatan promosi/publikasi garam hasil para petambak 3. Perlunya Peningkatann Bimtek dan Pelatihan bagi para petambak 4. Perlunya adanya lembaga kemitraan antara pemerintah dengan para petambak garam.

15 TERIMAKASIH...!!! ^_^

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang 3.977 mil diantara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik terdiri dari luas daratan 1.91

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasokan ikan nasional saat ini sebagian besar berasal dari hasil penangkapan ikan di laut, namun pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap disejumlah negara dan perairan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara maritim terbesar dunia dengan luas laut 70 % dari total luas

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara maritim terbesar dunia dengan luas laut 70 % dari total luas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alam sebagai penghasil garam. Secara geografis, Indonesia kaya akan sumber daya mineral. Indonesia juga merupakan salah satu negara maritim

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN R.I. PADA ACARA ACARA PENYERAPAN GARAM LOKAL DI JAWA TIMUR OLEH ASOSIASI INDUSTRI PENGGUNA GARAM INDONESIA SAMPANG, 17 APRIL 2015 Yang Terhormat : 1. BupatiKabupatenSampang;

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom

I. PENDAHULUAN. China Germany India Canada Australia Mexico France Brazil United Kingdom 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia salah satu negara dari sebelas negara produsen garam. Pencapaian jumlah produksi pada tahun 2009 sebanyak 1.4 juta ton, jauh dibandingkan dengan Cina yang

Lebih terperinci

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu berada pada ketinggian

Lebih terperinci

PRODUKSI GARAM INDONESIA

PRODUKSI GARAM INDONESIA PRODUKSI GARAM IDOESIA o A 1.1 eraca Garam asional eraca garam nasional merupakan perbandingan antara kebutuhan, produksi, ekspor, dan impor komoditas garam secara nasional dalam suatu periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah memiliki peran vital untuk memajukan sumberdaya petani agar kesejahteraan petani semakin meningkat. Petani dapat meningkatan produksi pertanian dengan menyediakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE KAJIAN Kerangka Pemikiran III. METODE KAJIAN A. Kerangka Pemikiran Program PUGAR merupakan salah satu strategi pencapaian swasembada garam nasional oleh pemerintah dengan visi pencapaian target produksi garam 304.000 ton dan misi

Lebih terperinci

Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K)

Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K) 1 Draft rekomendasi: Pengembangan sistem informasi manajemen pasar dan pemasaran garam di Indonesia. (P2HP dan KP3K) Sasaran Rekomendasi : Kebijakan Pasar dan Perdagangan Latar Belakang Garam merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al.,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan juga termasuk produk yang tidak memiliki subtitusi (Suhelmi et al., BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Garam merupakan komoditas yang keberadaannya sangat penting dan belum ada produk tertentu yang dapat menggantikannya berdasarkan aspek fungsi dan kegunaannya. Garam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditas ini memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditas ini memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wijen (Sesamum indicum L.) merupakan komoditas perkebunan rakyat yang potensial. Berdasarkan hasil analisis ekonomi, komoditas ini memiliki nilai ekonomi tinggi dan multi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dan termasuk negara ke 2 dengan garis pantai terpanjang di dunia. Indonesia selama ini juga dikenal sebagai negara penghasil garam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia berada di posisi 94o 40' BT 141o BT dan 6o LU 11o LS, terletak di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia; dan antara Benua Asia dan Benua Australia,

Lebih terperinci

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan,

Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik lndonesia adalah benua kepulauan, yang terbentang di katulistiwa di antara dua benua : Asia dan Australia, dan dua samudera : Hindia dan Pasifik,

Lebih terperinci

BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER. Sentra Pembuatan Garam Rakyat di Kecamatan Kaliori,

BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER. Sentra Pembuatan Garam Rakyat di Kecamatan Kaliori, BAB IV TAHAPAN PEMBUATAN FILM DOKUMENTER A. TREATMENT TEMA Sentra Pembuatan Garam Rakyat di Kecamatan Kaliori, Kabupaten Rembang yang Terus Bertahan di Tengah Gempuran Garam Impor IDE Penjelasan tentang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang memiliki peran penting bagi suatu negara. Perdagangan internasional memberikan manfaat berkaitan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user digilib.uns.ac.id I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan akan konsumsi buah-buahan di Indonesia semakin meningkat. Suhendra (2011) mengatakan bahwa setiap tahun konsumsi buah di Indonesia terus tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap orang selalu berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, untuk memenuhi kebutuhan hidup orang harus melakukan suatu kegiatan yang dapat menghasilkan. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan dengan panjang garis pantai 81.000 km merupakan kawasan pesisir dan lautan yang memiliki berbagai sumber daya hayati dan non-hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan dan maritim terbesar di dunia. Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki wilayah laut sangat luas 5,8 juta km 2 yang merupakan tiga per empat dari keseluruhan wilayah Indonesia. Di dalam wilayah laut tersebut terdapat

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA) PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN SARI ROTI (STUDY KASUS MAHASISWA DAN MAHASISWI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA) Nama : Bianda Tristantiana NPM : 11212450 Jurusan : Manajemen (S1) Pembimbing

Lebih terperinci

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK

Zainul Hidayah. Dosen Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo Madura ABSTRAK PEMODELAN DINAMIKA SISTEM EFEKTIVITAS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT DI PESISIR SELAT MADURA (STUDI KASUS KONVERSI LAHAN GARAM TRADISIONAL MENJADI LAHAN GARAM GEOMEMBRAN) Zainul Hidayah Dosen

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM 1. Potensi Tambak Garam Desa Losarang Desa Losarang, Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra produksi Garam rakyat di Jawa Barat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya disatukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya disatukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara kepulauan yang wilayahnya disatukan oleh lautan dengan luas seluruh wilayah teritorial adalah 8 juta km 2. Menurut Puslitbang Geologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Purwadany Samuel Pouw, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 13.487 pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Garam merupakan komoditas vital yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari untuk dikonsumsi maupun untuk kegiatan industri. Permintaan garam terus meningkat seiring

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan

Gambar 9 Peta Penutupan Lahan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penutupan Lahan Penutupan lahan didapatkan dari interpretasi citra Landsat wilayah Kabupaten Indramayu tahun 2009. Citra Landsat yang digunakan adalah citra saat musim hujan

Lebih terperinci

ANALISIS ATAS PENGAWASAN INTERN TERHADAP KEGIATAN PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT (PUGAR) PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

ANALISIS ATAS PENGAWASAN INTERN TERHADAP KEGIATAN PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT (PUGAR) PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN ANALISIS ATAS PENGAWASAN INTERN TERHADAP KEGIATAN PEMBERDAYAAN USAHA GARAM RAKYAT (PUGAR) PADA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Dhiya Lulu Santoso Sonya Oktaviana Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah dan panjang garis pantai mencapai 104.000 km (Bakosurtanal,

Lebih terperinci

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: TATANIAGA RUMPUT LAUT DI KELURAHAN TAKKALALA, KECAMATAN WARA SELATAN KOTA PALOPO PROVINSI SULAWESI SELATAN MUHAMMAD ARHAN RAJAB Email : arhanuncp@gmail.com Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi

1 PENDAHULUAN. Kenaikan Rata-rata *) Produksi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan dan industri yang bergerak dibidang perikanan memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan devisa bagi negara. Hal tersebut didukung dengan luas laut Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2015 No. 02/07/Th. VI, 1 Juli 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MEI 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Mei 2015 tercatat US$ 27,19 juta atau mengalami peningkatan sebesar 94,63

Lebih terperinci

Nama : Sherli Diah Ayu Lana Npm : Pembimbing : Nida Nusaibatul Adawiyah, SE., MMSI

Nama : Sherli Diah Ayu Lana Npm : Pembimbing : Nida Nusaibatul Adawiyah, SE., MMSI ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL KERJA PADA PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk PERIODE 2011-2013 Nama : Sherli Diah Ayu Lana Npm : 26212979 Pembimbing : Nida Nusaibatul Adawiyah, SE., MMSI PENDAHULUAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 14/03/72/Th.XIX, 01 Maret 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Januari 2016, Nilai Ekspor US$ 78,90 Juta dan Impor US$ 3,51 Juta Selama Januari 2016, total ekspor senilai US$ 78,90

Lebih terperinci

ANALISIS ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD PEMERINTAH PROVINSI JAMBI TAHUN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA 2016

ANALISIS ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD PEMERINTAH PROVINSI JAMBI TAHUN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 ANALISIS ANGGARAN DAN REALISASI PADA APBD PEMERINTAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2011-2015 Nama : Bella Rizki Npm : 21213697 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Edi Pranoto, SE., MMSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kelautan dan perikanan adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan, kelestarian ekosistem, serta persatuan dan kesatuan. Sedangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 41/07/72/Th.XIX, 15 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2016, Nilai Ekspor US$ 145,17 Juta dan Impor US$ 124,22 Juta Selama Juni 2016, total ekspor senilai US$ 145,17

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XIX, 15 Agustus 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juli 2016, Nilai Ekspor US$ 94,59 Juta dan Impor US$ 33,35 Juta Selama Juli 2016, total ekspor senilai US$ 94,59

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 55 V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Keadaan Geografis dan Cuaca Kabupaten Indramayu sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.Ibukotanya adalah Indramayu, Indramayu sebagai pusat pemerintahan,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 13/02/72/Th.XX, 16 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Januari 2017, Nilai Ekspor US$ 145,95 Juta dan Impor US$ 20,21 Juta Selama Januari 2017, total ekspor senilai US$

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS BAB IV HASIL DAN ANALISIS IV.1 Uji Sensitifitas Model Uji sensitifitas dilakukan dengan menggunakan 3 parameter masukan, yaitu angin (wind), kekasaran dasar laut (bottom roughness), serta langkah waktu

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2014 No. 02/01/Th. VI, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2014 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan November 2014 tercatat US$ 8,99 juta atau mengalami penurunan sebesar

Lebih terperinci

Pada dasarnya baik negara yang sedang berkembang atau negara. maju sedang mencoba menerapkan tehnik - tehnik baru, untuk

Pada dasarnya baik negara yang sedang berkembang atau negara. maju sedang mencoba menerapkan tehnik - tehnik baru, untuk A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada dasarnya baik negara yang sedang berkembang atau negara maju sedang mencoba menerapkan tehnik - tehnik baru, untuk mencapai tujuan pembangunan nasionalnya.

Lebih terperinci

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR ISI...... i 1. GEOGRAFI Tabel : 1.01 Luas Wilayah Provinsi Jawa Barat Dan Kabupaten/Kota... 1 Tabel : 1.02 Jumlah Kecamatan Dan Desa Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2011... 2 2. KETENAGAKERJAAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 23/05/72/Th.XIX, 02 Mei 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2016, Nilai Ekspor US$ 118,87 Juta dan Impor US$ 38,41 Juta Selama Maret 2016, total ekspor senilai US$ 118,87

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014 No. 02/02/Th. VI, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Desember 2014 tercatat US$ 19,84 juta atau mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 05/01/72/Th.XX, 16 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Desember 2016, Nilai Ekspor US$ 200,01 Juta dan Impor US$ 190,26 Juta Selama Desember 2016, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan

BAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan BAB 6 PENUTUP Bab ini, secara singkat akan menyimpulkan dan juga saran mengenai temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di NTT dan apa faktor penghambat pembangunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 21/04/72/Th.XX, 17 April 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Maret 2017, Nilai Ekspor US$ 208,38 Juta dan Impor US$ 200,92 Juta Selama Maret 2017, total ekspor senilai US$ 208,38

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 07/02/72/Th.XIX, 01 Februari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Desember 2015, Nilai Ekspor US$ 100,79 Juta dan Impor US$ 146,24 Juta Selama Desember 2015, total ekspor senilai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 49/08/72/Th.XX, 15 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Juni 2017, Nilai Ekspor US$ 225,91 Juta dan Impor US$ 60,15 Juta Selama Juni 2017, total ekspor senilai US$ 225,91

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 35/06/72/Th.XX, 15 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama Mei 2017, Nilai Ekspor US$ 311,29 Juta dan Impor US$ 95,63 Juta Selama Mei 2017, total ekspor senilai US$ 311,29 juta,

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

PUBLIKASI MEDIA KERJASAMA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK

PUBLIKASI MEDIA KERJASAMA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK PUBLIKASI MEDIA KERJASAMA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN BADAN PUSAT STATISTIK MEDIA ON-LINE http://www.surabaya.tribunnews.com KKP-BPS Garap Pendataan Garam Nasional SURYA Online, SURABAYA-Kementerian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang PENDAHULUAN Latar Belakang Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan cukup besar dalam mengadakan penilaian terhadap kegiatan usaha/proyek yang akan dilaksanakan. Demikian

Lebih terperinci

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR)

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR) NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 4 OPTIMALISASI KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA GARAM RAKYAT RAKYAT (PUGAR) RINGKASAN Program Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan bagian PNPM Mandiri Kelautan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim

I. PENDAHULUAN. 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Aceh Singkil beriklim tropis dengan curah hujan rata rata 143,5 mm/tahun dengan kelembaban 74% - 85%. Kecepatan angin pada musim timur maksimum 15 knot, sedangkan

Lebih terperinci

D I N A S BIDANG SUMBER DAYA AIR SEKSI PENATAAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN SEKSI TEKNIK BANGUNAN GEDUNG DAN ARSITEKTUR KOTA

D I N A S BIDANG SUMBER DAYA AIR SEKSI PENATAAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN SEKSI TEKNIK BANGUNAN GEDUNG DAN ARSITEKTUR KOTA Lampiran IIIPeraturan Daerah Kota Serang DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA SERANG Nomor : 5 Tahun 2014 PROGRAM, EVALUASI DAN CIPTA KARYA SUMBER DAYA AIR BINA MARGA PENATAAN BANGUNAN GEDUNG DAN LINGKUNGAN PEMANFAATAN

Lebih terperinci

1 Pengukuran dan analisa..., Ivan Adhiwena, FT UI, 2008 Universitas Indonesia

1 Pengukuran dan analisa..., Ivan Adhiwena, FT UI, 2008 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala kathulistiwa dari 95 o sampai 141 o bujur timur dan 6 o lintang Utara sampai 11 o lintang selatan,

Lebih terperinci

Kata Pengantar KATA PENGANTAR

Kata Pengantar KATA PENGANTAR Kata Pengantar i KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penyusunan buku Menuju Industrialisasi Garam Rakyat dapat diselesaikan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH NOMOR: 3 SERI: D TAHUN: 2005 NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH NOMOR: 3 SERI: D TAHUN: 2005 NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH LEMBARAN DAERAH NOMOR: 3 SERI: D TAHUN: 2005 PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERINDUSTRIAN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara kepulauan yang memiliki 17.504 pulau dengan panjang garis pantai mencapai 81.000 km, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan laut yang cukup

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA PD. KARYA MANDIRI

PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA PD. KARYA MANDIRI PENERAPAN METODE FULL COSTING DALAM MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA PD. KARYA MANDIRI Nama : Vini Sabila Rahma NPM : 2C214074 Jurusan : Akuntansi Dosen Pembimbing : Abednego Priyatama, SE., MMSI Latar

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi perekonomian nasional, termasuk di dalamnya agribisnis. Kesepakatan-kesepakatan pada organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN Di dalam bab ini kita akan membahas mengenai karakteristik penelitian yang meliputi objek dari penelitian, sejarah singkat, tujuan dari penelitian, metode penelitian,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH No. 31/05/72/Th.XX, 15 Mei 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH Selama April 2017, Nilai Ekspor US$ 161,64 Juta dan Impor US$ 90,89 Juta Selama April 2017, total ekspor senilai US$ 161,64

Lebih terperinci

PENGUATAN KEMITRAAN INDUSTRI PENGGUNA DAN PETANI GARAM. Disampaikan : Ir. M. Zainal Alim, MM

PENGUATAN KEMITRAAN INDUSTRI PENGGUNA DAN PETANI GARAM. Disampaikan : Ir. M. Zainal Alim, MM PENGUATAN KEMITRAAN INDUSTRI PENGGUNA DAN PETANI GARAM Disampaikan : Ir. M. Zainal Alim, MM PENDAHULUAN 1. Garam merupakan komoditas penting yaitu kebutuhan pokok masyarakat yang termasuk dalam kategori

Lebih terperinci

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga

Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak rumah tangga Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak 166.527 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Indramayu Tahun 2013 sebanyak 56 Perusahaan Jumlah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pengangguran dengan menyediakan

Lebih terperinci

MENUJU SATU DATA GARAM NASIONAL. Oleh : Dra. Marlina Kamil, MM Direktur Sta5s5k Industri, Badan Pusat Sta5s5k

MENUJU SATU DATA GARAM NASIONAL. Oleh : Dra. Marlina Kamil, MM Direktur Sta5s5k Industri, Badan Pusat Sta5s5k MENUJU SATU DATA GARAM NASIONAL Oleh : Dra. Marlina Kamil, MM Direktur Sta5s5k Industri, Badan Pusat Sta5s5k PENDAHULUAN 1 Garam merupakan komoditas yang sangat pen3ng baik untuk konsumsi maupun industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki luas perairan wilayah yang sangat besar. Luas perairan laut indonesia diperkirakan sebesar 5,4 juta km 2 dengan garis pantai

Lebih terperinci

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2008

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2008 BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS BINA MARGA DAN PENGAIRAN KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan perumusan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan perumusan 106 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada bab ini penulis memaparkan kesimpulan berdasarkan perumusan dan pembatasan masalah, serta temuan-temuan dalam penelitian penulis. Perkembangan petani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/PERMEN-KP/2016 TENTANG JAMINAN PERLINDUNGAN ATAS RISIKO KEPADA NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk yang padat, setidaknya mampu mendorong perekonomian Indonesia secara cepat, ditambah lagi dengan sumber daya

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun

DAFTAR TABEL. Jumlah Desa/Kelurahan Swasembada Menurut Kabupaten/Kota Tahun Tabel 2.1 DAFTAR TABEL Banyaknya Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Luas Wilayah Menurut Kabupaten Kota Tahun 14... Halaman 6 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 2.10 2.11 2.12 2.13 2.14 2.15 2.16 2. Banyaknya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna menunjang pembangunan sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kerja merupakan tujuan akhir yang hendak diraih oleh setiap peserta

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kerja merupakan tujuan akhir yang hendak diraih oleh setiap peserta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia kerja merupakan tujuan akhir yang hendak diraih oleh setiap peserta didik dari jenjang manapun, baik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode

BAB I PENDAHULUAN. maupun yang sudah modern. Perkembangan jumlah UMKM periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia digerakkan oleh semua komponen usaha, mulai dari usaha besar, usaha kecil dan menengah, maupun koperasi. Salah satu faktor yang mempercepat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Dr. Ir. Sri Yanti JS. MPM KATA PENGANTAR Sebagai Negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki laut yang dapat dikelola sebesar 5,8 juta km 2 dan mempunyai potensi serta keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

Proses Persiapan Pelaporan Keuangan pada Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok. : Tri Agung Laksono NPM :

Proses Persiapan Pelaporan Keuangan pada Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok. : Tri Agung Laksono NPM : Proses Persiapan Pelaporan Keuangan pada Dinas Koperasi, UMKM, dan Pasar Kota Depok Nama : Tri Agung Laksono NPM : 46209500 Pembimbing : Masodah Wibisono BAB I PENDAHULUAN Laporan Keuangan pemerintah daerah

Lebih terperinci