BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
|
|
- Yuliana Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar merupakan topik yang tidak akan pernah habis dibahas dalam pendidikan di sekolah. Ini disebabkan oleh pentingnya peran prestasi belajar itu sendiri sebagai salah satu tolok ukur keberhasilan pembelajaran. Terlepas dari hal tersebut, setiap orang tua mengharapkan prestasi belajar yang baik dari anaknya. Begitupun pihak sekolah guru dan siswa sendiri, turut mengharapkan ketercapaian prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah mendapat pengajaran dalam kurun waktu tertentu. Prestasi belajar dapat diartikan pula sebagai sebuah cerminan dari usaha belajar. Semakin baik usaha belajar siswa, idealnya semakin baik pula prestasi belajar yang akan mereka raih. Karenanya, hasil prestasi belajar dapat menjadi salah satu acuan dalam menilai keberhasilan pembelajaran yang dialami siswa. Di lain sisi, Peraturan Pemerintah No.22 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menyatakan bahwa salah satu tujuan dari pembelajaran IPA adalah melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak serta berkomunikasi. Dan dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 pasal 21 ayat (2) diketahui bahwa pemerintah mengharapkan proses pembelajaran dilakukan dengan mengembangkan budaya menulis dan membaca. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan di salah satu SMP Negeri di Kota Bandung, ketercapaian prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih belum memuaskan dan proses pembelajaran belum berjalan maksimal sebagimana yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata ulangan siswa sebesar 62 dan sebanyak 83% siswa kelas memiliki nilai di bawah KKM (KKM= 70); dalam mengukur prestasi belajar 1
2 2 tersebut guru menggunakan soal pilihan ganda dengan kategori aspek pengetahuan (C 1) hingga aspek penerapan (C 3) ; dan pada proses pembelajaran, guru masih dominan menggunakan metode ceramah dan penugasan sehingga kurang memfasilitasi siswa untuk aktif berinkuiri maupun mengembangkan budaya menulis dan membaca. Hasil angket pada studi pendahuluan terhadap kelompok sampel penelitian menunjukkan fakta bahwa 6% siswa menyatakan sangat suka membaca, 57% siswa menyatakan suka, 34 % cukup suka dan 3% menyatakan tidak suka. Aktivitas yang paling sering mereka lakukan seharihari adalah 31 % siswa menonton televisi, 34 % mendengarkan musik, 9 % masing-masing menyatakan sering bermain komputer dan bermain bola, hanya 3 % menyatakan membaca dan sisanya menjawab aktivitas yang lain. Jenis bacaan yang paling disukai berupa novel (16%), komik (7%) buku bertema olahraga (9%), cerita misteri (9%), cerita perang (9%), drama percintaan (7%), dan cerita rakyat (7%). Dan dari total siswa yang menjadi responden, hanya 2% siswa menyukai buku berjenis ensiklopedia. Sementara itu, dari hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa para siswa tidak menyukai buku pelajaran fisika karena bahasanya yang memusingkan dan membuat kepala terasa berat saat membacanya; para siswa jarang sekali membaca buku pelajaran secara mandiri meski guru terkadang mengintruksikan siswa untuk membaca materi selanjutnya terkait hal yang akan diajarkan. Sebagian siswa malas membaca karena tidak mau repot meminjam buku dari perpustakaan, sementara sebagian siswa lainnya menganggap toh materi tersebut juga nantinya akan diajarkan, sehingga mereka lebih memilih untuk menggerjakan berbagai tugas dari mata pelajaran lain yang waktunya lebih mendesak. Berdasarkan wawancara dengan guru, diketahui memang benar guru telah memberikan instruksi kepada siswa untuk membaca materi yang akan diajarkan selanjutnya, namun instruksi tersebut hanya berupa lisan dan tidak ada pemantauan atas keterlaksanaan kegiatan membaca.
3 3 Berdasarkan permasalahan dan temuan tambahan terkait aktivitas membaca siswa yang telah diuraikan di atas, maka perlu diterapkan suatu model pembelajaran yang dapat memotivasi, meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus meningkatkan aktivitas membaca, salah satunya yaitu model cooperative learning yang diintergrasi dengan reading task. bagi siswa Model cooperative learning menyediakan kesempatan lebih banyak untuk berkomunikasi dan membangun solidaritas. Selain itu, dalam cooperative learning siswa belajar bersama sebagai tim untuk menyelesaikan tugas ataupun permasalahan dengan menekankan pada keberhasilan kelompok. Keberhasilan ini tercapai jika semua anggota kelompok dapat mencapai tujuan dan memahami bahasan yang dipelajari. Alhasil cooperative learning diharapkan mampu memotivasi siswa untuk memaksimalkan belajarnya masing-masing, dan sejalan dengan proses pemaksimalan belajar tersebut diharapkan dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. Melalui kajian empirik, penerapan model cooperative learning juga telah terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa (Bokunola, 2012; Ozsoy, 2004; Varank, 2007). Fungsi pengintegrasian tugas membaca (reading task) secara umum untuk membiasakan siswa dengan aktivitas membaca, namun secara khusus tidak lain juga untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian Fang & Wei (2010) yang mengaitkan aktivitas membaca dengan prestasi belajar menunjukkan fakta bahwa prestasi belajar pada kelompok siswa dengan pembelajaran yang mengikutsertakan aktivitas membaca tambahan memperoleh ketercapaian yang lebih tinggi daripada kelompok siswa yang tidak menerapkan aktivitas ini. Namun, bertolak belakang dengan penemuan tersebut, hasil penelitian Hicok (2000) menunjukkan bahwa pengikutsertaan strategi membaca tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan hasil skor tes antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Karenanya peneliti ingin meneliti lebih jauh mengenai peningkatkan prestasi belajar siswa dengan menggunakan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task.
4 4 Meski sama-sama berupa tugas membaca, namun reading task dalam penelitian ini berbeda dengan penugasan membaca yang biasa diberikan oleh guru secara lisan. Pada reading task para siswa diminta untuk membaca lembar bacaan (reading sheet) yang telah disiapkan secara khusus oleh guru, selain itu mereka juga diharuskan mengerjakan soal-soal yang tercantum di dalamnya. Jenis soal yang tertera pada reading sheet mengharuskan mereka untuk mencari jawaban dengan menggunakan lembar bacaan maupun dengan menggunakan sumber bacaan lainnya. Jawaban soal kemudian dikumpulkan sebelum pembelajaran berikutnya dimulai. Untuk pengerjaannya, lembar ini dapat dibawa pulang oleh siswa. Melalui pemberian reading task yang didesain khusus ini, siswa jadi lebih memiliki modal pemahaman awal pada saat pembelajaran dimulai, dan sekaligus keterlaksanaan membaca siswa dapat dipantau. Selain itu, alasan dipilihnya pengintegrasian reading task pada cooperative leraning ini juga karena diketahui bahwa kelompok sampel penelitian memiliki minat yang besar dalam membaca, namun jenis bacaan yang mereka baca tidak mendukung dalam meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPA. Sangat disayangkan bila minat yang besar ini tidak dimanfaatkan. Secara umum, reading task memang sangat sederhana. Namun ciri utama dari reading task yang termasuk dalam keunggulannya adalah reading task mengedapankan penggunaan genre bacaan yang menjadi minat siswa. Melalui penyusunan genre bacaan yang disesuaikan dengan minat siswa dapat memperbesar peluang siswa memperoleh pemahaman sebagaimana yang guru harapkan. Dipilihnya jenis strategi yang sederhana ini ketimbang strategi membaca lainnya dikarenakan peneliti hanya hendak mengkhususkan pada peningkatan prestasi belajar siswa dengan memanfaatkan kegiatan membaca, bukan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca. Berdasarkan semua uraian di atas penelitian ini diberi judul Penerapan reading task pada cooperative learning untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMP pada mata pelajaran fisika.
5 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading task? Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegarasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning tanpa diintegrasi dengan reading task? 2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task? C. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Prestasi belajar yang diteliti yaitu komponen ranah kognitif dari Benyamin Bloom. Dari enam aspek yang dikemukakan Bloom, dalam penelitian ini hanya diteliti empat aspek yaitu; aspek pengetahuan (C 1 ), pemahaman (C 2 ), penerapan (C 3 ), dan analisis (C 4 ). Pemilihan aspek C 1 -C 4 ini berdasarkan hasil telaah kompetensi dasar pada materi yang digunakan. Kata operasional pada kompetensi dasar materi yang diajarkan adalah menyelidiki, sehinggga batas minimal aspek sebenarnya cukup hanya sampai aspek penerapan (C 3 ). Namun di sini peneliti memilih hingga sampai C 4, karena diketahui selama ini guru kelas pada sampel penelitian hanya menggunakan hingga sampai C 3 saja; peningkatan prestasi belajar siswa ditunjukkan dengan adanya peningkatan
6 6 positif antara tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) yang kualifikasinya ditentukan berdasarkan rata-rata skor gain yang dinormalisasi <g> (Hake, 1998); D. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah keberadaan penerapan reading task, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah prestasi belajar siswa. E. Definis Operasional Agar tidak terjadi perbedaan persepsi, berikut definisi operasional variabel dalam penelitian ini : 1. Model Cooperative learning Model cooperative learning dalam penelitian ini yaitu model pembelajaran kooperatif jenis learning together yang dikembangkan oleh David dan Roger Johnson beserta rekan-rekannya di Universitas Minnesota, dimana kelompok-kelompok kecil heterogen yang terdiri dari 5-6 siswa secara bersama-sama sebagai tim menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan. Pengontrolan variabel ini dilakukan dengan cara mengukur keterlaksanaan rancangan aktivitas guru dan siswa untuk setiap pertemuan. Keterlaksanaan rancangan aktivitas guru dan siswa tersebut diobservasi dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan model cooperative learning. Observasi dilakukan oleh dua orang observer pada setiap pertemuan pembelajaran, dengan cara membutuhkan tanda cheklist pada aktivitas guru dan siswa yang teramati. 2. Reading task Reading task merupakan tugas membaca tambahan yang didesain secara khusus oleh guru dimana siswa mendapatkan lembar bacaan (reading sheet) yang dapat dibawa pulang, membaca dan mengerjakan soal
7 7 di dalamnya, dan mengumpulkan hasil jawaban pertanyaan tersebut pada pertemuan mendatang saat tema materi yang sama dengan reading task akan diajarkan. Pengukuran persentase keterlaksanaan reading task dilakukan dengan menggunakan instrumen reading sheet yang mengikuti acuan penghitungan 1 bagi yang mengumpulkan dan 0 bagi bagi yang tidak mengumpulkan. Sementara penskoran jawaban reading sheet mengacu pada rubrik yang disusun oleh peneliti pada Lampiran. 3. Prestasi Belajar Prestasi belajar adalah hasil pencapaian siswa yang dilihat dari perolehan nilai pada ranah kognitif meliputi aspek pengetahuan (C 1 ), pemahaman (C 2 ), penerapan (C 3 ), dan analisis (C 4 ), menurut Bloom. Prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan instrumen tes prestasi belajar berupa 28 soal pilihan ganda dengan masing-masing memiliki empat alternatif jawaban. Instrumen ini digunakan sebagai pretest dan post-test baik pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Pre-test diberikan sebelum treatment dilakukan, sementara post-test diberikan setelah treatment. Ada-tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok kontrol dan eksperimen diketahui melalui hasil uji hipotesis (uji Wilcoxon) dengan menggunakan data gain yang dinormalisasi (g) pada tiap kelompok. F. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan
8 8 penerapan model cooperative learning tanpa diintegrasi dengan reading task. 2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar pada kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task. G. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya : 1. Manfaat teoritis Memberikan masukan bagi peneliti lain mengenai peningkatan prestasi belajar yang dapat dilakukan melalui penerapan cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, memberikan pembelajaran alternatif yang dapat dijadikan cara untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. b. Bagi siswa, diharapkan semakin menumbuhkan minat membaca. c. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan sebagai sarana menerapkan ilmu-ilmu yang telah didapat selama kuliah. H. Hipotesis Penelitian Melalui pengkajian teori-teori terkait reading maupun cooperative learning, diketahui bahwa reading erat kaitannya dengan domain kognitif sedangkan cooperative learning. selain berkaitan dengan domain kognitif juga dapat mempengaruhi domain afektif siswa. Carpenter dan Just (1980) mengemukakan bahwa reading berkaitan dengan banyak proses diantaranya encoding, lexical access, assigning sematic roles, menghubungakan informasi dari suatu kalimat dengan informasi pada kalimat sebelumnya, sehingga berujung pada perolehan pemahaman. Sementara Clarke (2010) membagi
9 9 reading pada dua kemampuan utama saja yaitu decoding dan language comprehension. Semua proses maupun kemampuan tersebut erat dengan aspek kognitif. Binham (2012) di lain sisi mengemukakan bahwa membaca dapat memberikan manfaat terkait aspek kognitif seperti dapat melatih kemampuan berpikir, meningkatkan pemahaman, menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Adapun cooperative learning seperti yang dikemukakan oleh Jhonson & Johnson (1994) memang bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik berupa pemahaman individu maupun kelompok. Lebih jauh, cooperative learning dapat memberikan manfaat terkait domain afektif yaitu mengembangkan rasa percaya diri, sensitivitas interpersonal dan menciptakan iklim memahami perspektif orang lain (Slavin, 2009). Hasil pengkajian secara empirik mendapati bahwa penelitian Hicok (2000) yang mengikutsertakan aktivitas membaca menunjukkan bahwa aktivitas membaca tidak berpengaruh signifikan pada perbedaan hasil skor tes prestasi belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Meski demikian, berbeda dengan Hicok, banyak hasil penelitian lain (Ireland, 1987; Radcliffe, 2008; Fang & Wei, 2010; Larson, 2012; Desi, 2013; Komalasari, 2013) justru menunjukkan temuan yang menyatakan bahwa penambahan aktivitas membaca dapat signifikan meningkatkan prestasi belajar pada kelompok eksperimen. Penelitian lainnya yang menerapkan model cooperative learning juga menunjukkan keberhasilan dalam meningkatkan prestasi belajar (Bokunola, 2012; Ozsoy, 2004; Varank, 2007). Atas dasar terdapat banyaknya kesuksesan penelitian yang menerapakan tugas membaca dan model cooperative learning tersebut dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, maka hipotesis penelitian yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu terdapat perbedaan peningkatan prestasi belajar yang signifikan antara kelompok siswa dengan penerapan model cooperative learning yang diintegrasi dengan reading task dan kelompok siswa dengan penerapan cooperative learning yang tidak diintegrasi dengan reading task.
BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi kurikulum, tetapi banyak juga yang mengemukakan bahwa pembelajaran itu sendiri merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada Bab III mendeskripsikan metode, model, subjek penelitian, prosedur, alat instrumen, dan analisis data pada penerapan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu target yang paling penting dari pendidikan modern adalah mendidik siswa agar menjadi individu yang dapat mengatasi masalah yang mereka hadapi dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu dilakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran mata pelajaran fisika di SMA dimaksudkan sebagai sarana untuk melatih para siswa agar dapat menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika, memiliki
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Persentase Skor (%) 36 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dikemukakan hasil penelitian dan pembahasannya sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Untuk mengetahui ketercapaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melya Dwi Gardiantari, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Abad ke-21 dikenal dengan abad pengetahuan karena pengetahuan akan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Di abad 21 ini kemampuan belajar, kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan untuk menemukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen yaitu produk, proses dan sikap. Produk IPA berupa fakta-fakta, konsep, prinsip, hukum dan teori
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum at, tanggal 25 November
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi informasi dan siswa sebagai penerima informasi menurut Munif Chatid (Indah,2008). Proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan lingkungan alam sekitar beserta permasalahan di dalamnya. Mempelajari IPA tidak hanya sekedar
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery-
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Penelitian mengenai penerapan model pembelajaran Discovery- Inquiry untuk meningkatkan prestasi belajar pada ranah kognitif dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian merupakan cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2010: 203). Dalam penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kalangan pelajar menganggap belajar fisika adalah aktivitas yang tidak menyenangkan, duduk berjam-jam dengan mencurahkan perhatian dengan pikiran pada suatu
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment)
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pada kegiatan pelaksanaan penelitian, sampel diberi perlakuan (treatment) yaitu berupa implementasi model pembelajaran TANDUR sebanyak tiga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan pembelajaran pada beberapa pokok bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten Bandung Barat diperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap dan nilai ilmiah, mempersiapkan
Lebih terperinciISSN Indikhiro Awalani Pendidikan Ilmu Komputer FPMIPA UPI
ISSN 1979-946 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) BERBASIS KOMPUTER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN TIK Heri Sutarno heriupi@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metoda Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Menurut Hopkins (Komalasari, 2010: 270) penelitian tindakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pengalaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Munaf,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
Lebih terperincidengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Oleh karena itu, pendidikan sangat perlu untuk dikembangkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment) yang mempunyai ciri khas mengenai keadaan praktis suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan letak geografisnya, kepulauan Indonesia berada di antara Benua Asia dan Benua Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Menurut Panggabean (1996:27) penelitian ini bertujuan untuk memperoleh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Kemmis (dalam Rochiati, 2008) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Class Action Research. PTK merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjelaskan permasalahan yang akan dihadapinya (Syah, 2006: 1). Pentingnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorng dan memfasilitasi kegiatan belajar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design (penelitian eksperimen tidak sebenarnya). Pre experimental design sering disebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa dapat menjelajahi dan memahami alam sekitar secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Swasta di Kota Bandung. Pemilihan sekolah tersebut dikarenakan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan beberapa
34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Berbagai penafsiran terhadap definisi yang digunakan dalam penelitian ini dapat terjadi, untuk menghindari hal tersebut maka diberikan penjelasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan kognitif dan keterampilan proses sains siswa pada pembelajaran
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan berupa fakta-fakta,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang penting bagi siswa. Hal ini tercantum dalam fungsi dan tujuan mata pelajaran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian yang dipilih adalah salah satu Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota Bandung.. Populasi Adapun yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D).
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Research and Development (R&D). Menurut Thiagarajan (1974: 5-9), Research and Development adalah desain penelitian yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
21 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi
42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Penelitian kuasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis dan terus menerus terhadap suatu gejala alam sehingga menghasilkan produk tertentu.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CRH Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan proses mendidik, yaitu suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang
7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika berhubungan dengan cara
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) khususnya Fisika berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukanlah hanya penugasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang dipilih dan digunakan yaitu pendekatan kuntitatif. Pendekatan kuantitatif menekankan kepada fenomenafenomena objektif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. diuji kelayakannya dahulu sebelum diberikan kepada peserta didik.
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development) yang berorientasi pada produk. Produk yang dikembangan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada pembelajaran IPA. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri. Hal ini tercantum dalam Permendiknas No.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Data Penguasaan Konsep Fluida statis Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes pilihan ganda sebanyak 15 soal.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Dan Desain Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam setiap kegiatan pelaksanaan penelitian metode penelitian yang digunakan sesuai dengan permasalahan, tujuan penelitian, dan kerangka pemikiran
Lebih terperinciproblem-problem praktis masyarakat dalam situasi problematik dan pada Defenisi menurut Stephen Kemmis (1983) :
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Kegiatan ini dilakukan tehadap sejumlah siswa dalam satu kelas. Penelitian tindakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Sekolah Dasar Negeri 08 Salatiga. Subyek yang menjadi fokus penelitian adalah siswa kelas 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia modern seperti saat ini, diperlukan sikap dan kemampuan yang adaptif terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan mengenai metode penelitian yang meliputi pemilihan lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika sebagai salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono
BAB III METODE PENELITIAN A. Model Pengembangan Penelitian pengembangan Subject Spesific Pedagogy (SSP) ini menggunakan metode Research and Development (R&D). Sugiyono (2016:30) mengartikan metode penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
B A B I. P e n d a h u l u a n 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi berputar pada porosnya dengan kecepatan yang konstan dan kemiringan sebesar 23,5 derajat. Perputaran Bumi yang konstan dan tenang menyebabkan benda dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan pemahaman mendasar hukum-hukum yang menggerakkan materi, energi, ruang dan waktu. Dalam belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik.untuk mencapai tujuan yang berlangsung dalam lingkungan. Pendidikan bukan sekedar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun IPA yang diberikan pada siswa sekolah menengah, baik sekolah menengah pertama maupun sekolah menengah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. direncanakan terdiri dari dua siklus. Dalam Arikunto, Suharsimi
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Classroom Action Research (CAR) atau lebih dikenal dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
15 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian campuran (mixed methods). Metode kombinasi adalah pendekatan penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam standar isi dinyatakan pendidikan IPA khususnya fisika diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara
27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Menurut Nana (2009: 52) metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode
BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian, desain penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen penelitian, teknik pengumpulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah instansi pendidikan yang berupaya untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas, terampil, profesional, dan berdisiplin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik. Seperti halnya ilmu yang lain fisika memiliki aspek kreatif dan juga aspek
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menerapkan metode pembelajaran inkuiri dalam pendekatan saintifik di kelas VII
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang telah dilakukan ini merupakan penelitian eksperimen semu yang dilaksanakan di SMP Negeri 4 Yogyakarta. Penelitian yang dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. dalam memecahkan masalah bersama. Pembelajaran kooperatif adalah
12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Salah satu model pembelajaran yang mengembangkan prinsip kerjasama adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kepada siswa untuk
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN
PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN Oleh : Yeyen Suryani & Dewi Natalia S Abstrak Masalah dalam penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses
BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, yaitu perubahan yang menjadi semakin baik setelah melaksanakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan hal itu, maka sekolah sebagai komponen utama
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum sekolah menengah atas/madrasah aliyah disebutkan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
163 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data terhadap data hasil penelitian yang telah dilakukan di salah satu SMP Negeri di kota Bandung kelas VIII-B semester
Lebih terperinciO 1 X O 2 Pre-test Treatment Post-test
24 A. Metode dan Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan suatu cara, alat, atau teknik tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan data untuk suatu kepentingan penelitian.
Lebih terperinciPENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN FLUIDA STATIS
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 PENGARUH PROSEDUR SIKLUS BELAJAR 5E TERHADAP HASIL BELAJAR PADA POKOK BAHASAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam
28 BAB III METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk menghindari perbedaan penafsiran dan memudahkan dalam memahami serta mendapatkan pengertian yang jelas tentang judul Kajian Penggunaan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah, kepala sekolah dan dewan guru berhak menentukan model pembelajaran yang cocok. Salah satu model
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Eksperimen adalah suatu
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pengetahuan tentang alam tidak terlepas dari kehidupan masyarakat sebagai makhluk hidup, sehingga pengetahuan alam menjadi suatu ilmu yang wajib dipelajari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
B A B I I I. M e t o d o l o g i P e n e l i t i a n 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen.
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan sebagai penelitian lebih lanjut dari penelitian kemitraan yang dilakukan Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA UPI. Metode penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu bidang studi yang diajarkan pada sekolah dasar yaitu Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pengajaran IPA di sekolah dasar ditujukan untuk memajukan teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Fraenkel & Wallen (2008: 261) mengatakan bahwa penelitian eksperimen adalah cara terbaik untuk mengetahui sebab-akibat dan hubungan antara berbagai
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN
BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian yang akan dilakukan bertujuan untuk melihat akibat dari penerapan pendekatan inkuiri abduktif terhadap hasil belajar ranah kognitif siswa. Metode yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
26 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Berdasarkan tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memperoleh informasi tentang peningkatan kemampuan analisis siswa SMA setelah diterapkan
Lebih terperinci