I. PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup rendah, tingkat produktivitas rendah, tingkat pertumbuhan penduduk tinggi dan ketergantungan yang tinggi, ekspor dominan tergantung pada sektor pertanian dan sektor primer lainnya, kepekaan dan ketergantungan terhadap hubungan luar negeri yang tinggi, serta ketergantungan mayoritas penduduk untuk bekerja di sektor pertanian. Berangkat dari kondisi tersebut, Indonesia mengembangkan sektor pertanian yang merupakan keunggulan komparatifnya (Todaro, 2006). Peranan sektor pertanian semakin strategis karena sektor pertanian mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap devisa negara dan satu-satunya sektor ekonomi yang mampu bertahan ditengah krisis ekonomi, dengan adanya otonomi daerah saat ini daerah harus mandiri dalam memanfaatkan potensi daerah maka sektor pertanian dapat memberikan kontribusi yang sangat bermakna terhadap kemampuan daerah dalam memperbesar kemampuan pembiayaan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sektor pertanian sebagai salah satu sektor pendukung perekonomian Indonesia merupakan sektor yang relatif lebih tahan dan fleksibel terhadap krisis ekonomi dibandingkan sektor-sektor lainnya karena lebih mengandalkan pemanfaatan sumber daya domestik daripada komponen impor. Pada situasi krisis sekitar 2000-an,

2 2 pertanian berperan sangat penting dalam pembangunan nasional antara lain melalui penyediaan kebutuhan pangan pokok, perolehan devisa melalui ekspor, penampung tenaga kerja khususnya di daerah perdesaan bahkan kurang lebih 60% penduduk Indonesia tinggal di daerah perdesaan, dimana sebagian besar masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Disatu sisi, negara-negara berkembang harus mempercepat laju pembangunan di sektor pertanian juga untuk mendukung kemajuan sektor industri. Namun seiring berjalannya waktu, peranan sektor pertanian sebagai sektor basis perekonomian Indonesia mulai berkurang dan digantikan oleh sektor non-pertanian. Menurut teori analisis pola pembangunan yang dicetuskan oleh Chenery, peranan sektor pertanian secara persentase terhadap pembentukan produk nasional memang akan cenderung menurun (Nuhung, 2007). Fenomena tersebut muncul karena adanya serangkaian perubahan yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian, sehingga menyebabkan terjadinya transformasi struktural dari ekonomi tradisional ke sistem ekonomi modern. Beberapa masalah seperti konversi lahan pertanian, rendahnya nilai tambah pada sektor pertanian dan pergeseran struktur ekonomi dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian menjadi penyebabnya. Kecenderungan perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian dialami oleh semua negara berkembang, termasuk Indonesia. Hayami dan M. Kikuchi (1987) menyatakan bahwa pada awalnya dimana ketersediaan lahan masih mencukupi, penduduk desa yang berprofesi sebagai petani mampu untuk dapat hidup layak. Akan tetapi, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk desa akibat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, ketersediaan lahan tidak lagi mencukupi.

3 3 Terjadi fragmentasi kepemilikan lahan hingga individu hanya memiliki proporsi lahan yang sangat kecil. Seringkali, hasil output dari lahan yang kecil ini tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup. Akibatnya, para pemilik lahan kecil harus menggadaikan lahannya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Akhirnya, pemilik lahan kecil banyak yang menjadi tenaga penggarap atau buruh tani. Jumlah tenaga penggarap melebihi kapasitas sektor pertanian. Hal ini memberikan daya tawar yang besar bagi para pemilik lahan untuk menurunkan tingkat upah hingga titik marjinal. Dampaknya, para tenaga kerja harus hidup dalam tingkat kesejahteraan yang sangat rendah. Sebagian desa dengan banyaknya partisipasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non-pertanian akan memperburuk perkembangan sektor pertanian karena sektor ini akan kekurangan tenaga kerja sehingga biaya produksi pertanian menjadi semakin mahal. Karena dengan keterbatasan tenaga kerja akan meningkat biaya produksi karena kenaikan upah para pekerja di bidang pertanian. Dengan meningkatnya upah para pekerja hal tersebut menyebabkan kenaikan pada ongkos produksi dan hal tersebut akan sangat membebani para petani. Kita ketahui bahwa sektor pertanian di Indonesia masih sangat tradisional, sistem kerjanya kurang modern hal tersebut menyebabkan masih sangat bergantungnya proses produksi terhadap tenaga manusia. Seperti terlihat pada tabel 1. Kontribusi sektor ekonomi terhadap perekonomian kabupaten pesawaran di tahun 2009 hinggan Pada tahun 2009 sektor ekonomi di sektor pertanian sebesar di tahun 2010 sektor ekonomi di sektor pertanian mengalami kenaikan yaitu sebesar pada tahun 2011 kontribusi perekonomian di sektor pertanian mengalami penurunan yaitu sebesar 50.82, di tahun 2012 kontribusi perekonomian di sektor pertanian mengalami penurunan yaitu sebesar 50.67, di tahun

4 kontribusi perekonomian di sektor pertanian mengalami penurunan yaitu sebesar Hal ini menunjukan semakin menurunnya kontribusi perekonomian di sektor pertanian di Kabupaten Pesawaran. Tabel 1. Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Perekonomian Kabupaten Pesawaran Tahun No Lapangan Usaha Pertanian 50,09 50,87 50,82 50,67 50,44 2. Pertambangan & Penggalian 0,24 0,22 0,22 0,21 0,21 3. Industri Pengolahan 13,55 12,73 12,36 12,17 12,22 4. Listrik, Gas & Air 0,16 0,16 0,15 0,15 0,15 5. Bangunan 8,03 7,48 7,16 6,93 6,78 6. Perdangan, Hotel & Restoran 14,90 15,67 16,31 16,72 17,01 7. Pengangkutan & Telekomunikasi 1,90 2,08 2,15 2,19 2,19 8. Keuangan, Persewaan & Js. Prsh 0,92 0,98 1,05 1,09 1,11 9. Jasa Jasa 10,20 9,81 9,78 9,87 9,89 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran 2013 Berdasarkan angka sementara hasil pencacahan lengkap Sensus Pertanian 2013, jumlah usaha pertanian di Kabupaten Pesawaran sebanyak dikelola oleh rumah tangga, sebanyak 17 dikelola oleh perusahaan pertanian berbadan hukum dan sebanyak 9 dikelola oleh selain rumah tangga dan perusahaan berbadan hukum. Padang Cermin, Negeri Katon, dan Gedung Tataan merupakan tiga kecamatan dengan urutan teratas yang mempunyai jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak, yaitu masing-masing rumah tangga, rumah tangga, dan rumah tangga. Sedangkan Kecamatan Marga Punduh merupakan wilayah yang paling sedikit jumlah rumah tangga usaha pertaniannya, yaitu sebanyak rumah tangga. Sementara itu jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum dan usaha pertanian selain perusahaan dan rumah

5 5 tangga di Kabupaten Pesawaran untuk perusahaan sebanyak 17 unit dan lainnya 9 unit. Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum tersebar di 4 kecamatan, yaitu 7 perusahaan di Kecamatan Tegineneng, 6 perusahaan di Kecamatan Gedung Tataan, 2 perusahaan di Kecamatan Padang Cermin, dan 2 perusahaan di Kecamatan Negeri Katon. Sedangkan jumlah perusahaan tidak berbadan hukum atau bukan usaha rumah tangga usaha pertanian tersebar di 5 kecamatan yaitu: 4 unit di Kecamatan Tegineneng, 2 unit di Kecamatan Way Lima, 1 unit di Kecamatan Padang Cermin, 1 unit di Kecamatan Kedondong, dan 1 unit di Kecamatan Negeri Katon. Kegiatan ekonomi non-pertanian atau rural non-farm economy activities (RNFE) memiliki pengertian yaitu segala aktivitas yang memberikan pendapatan (termasuk pendapatan barang) yang bukan merupakan kegiatan pertanian (semua kegiatan produksi makanan primer, bunga, dan serat meliputi proses tanam, ternak, hortikultura, kehutanan, dan perikanan) dan berlokasi di wilayah pedesaan (Lanjouw dan Lanjouw, 1997 dalam Davis dan Dirk Bezemer, 2003). Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, mengklasifikasikan sektor non-pertanian sebagai sektor yang terdiri atas (1) sektor pertambangan dan penggalian, (2) industri pengolahan, (3) sektor listrik, air, dan gas, (4) bangunan, (5) perdagangan, hotel, dan restoran, (6) pengangkutan dan telekomunikasi, (7) keuangan, dan (8) jasa-jasa. Dasawarsa belakangan ini, diskusi mengenai RNFE menjadi topik utama dalam diskusi tentang perekonomian desa. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan RNFE yang sangat cepat. Titik tolak utama dalam perkembangan RNFE adalah adanya perpindahan dari sektor pertanian menuju sektor non-pertanian. Pergeseran ini banyak terlihat di negara berkembang di dunia, khususnya di wilayah Asia. Alokasi waktu tenaga kerja desa di kegiatan non-pertanian menjadi labih tinggi

6 6 daripada kegiatan pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor non-pertanian mampu menyerap pertumbuhan jumlah angkatan tenaga kerja dan memberikan pendapatan kepada rumah tangga desa. Perkembangan yang sangat cepat ini dapat dihubungkan dengan beberapa sebab. Pertama, kinerja sektor pertanian tidak sebaik dulu dan terdapat kebutuhan mendesak untuk meningkatkan pendapatan penduduk di area desa. Alasan lainnya adalah mungkin dapat dihubungkan iktikad pemerintah negara berkembang untuk mengembangkan usaha manufaktur kecil (Sarka, 2004). Hal utama yang mempengaruhi menurunnya kontribusi sektor pertanian ialah karena menurunnya partisipasi masyarakat rumah tangga desa dari yang sebelumnya bekerja di sektor pertanian beralih bekerja ke sektor non-pertanian. Hal-hal yang menyebabkan peralihan penduduk dari yang bekerja di sektor pertanian menjadi bekerja di sektor nonpertanian, antara lain adalah tingkat pendidikan penduduk, tingkat pendapatan penduduk dan Usia. Semakin tinggi pendidikan masyarakat maka kecenderungan masyarakat untuk beralih bekerja di sektor non-pertanian maka akan semakin besar, karena masyarakat yang bekerja di bidang pertanian yang seluruhnya berada di desa akan ke kota untuk bekerja di sektor non-pertanian dengan harapan mereka akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik lagi di sektor non-pertanian. Tetapi tidak semua penduduk yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi dia beralih kesektor non-pertanian, tetapi ada juga dari mereka yang kembali ke sektor pertanian untuk memajukan sektor pertanian tersebut, khususnya bagi mereka yang memiliki basik pendidikan di sektor pertanian.

7 7 Tingkat pendapatan masyarakat juga menjadi indikator pindahnya partisipasi masyarakat desa dari yang bekerja di sektor pertanian ke sektor non-pertanian dalam kegiatan perekonomian. Jika tingkat pendapatan yang ditawarkan di kegiatan ekonomi nonpertanian lebih tinggi daripada kegiatan pertanian, maka tenaga kerja desa akan lebih memilih untuk bekerja di kegiatan non-pertanian dari pada pertanian. Pengaruh usia juga dapat mempengaruhi pindahnya partisipasi masyarakat desa dari yang bekerja di sektor pertanian ke sektor non-pertanian dalam kegiatan perekonomian. Semakin tua usia suatu penduduk, semakin membuat mereka untuk tetap bekerja di sektor pertanian, karena mereka tidak mau mengambil resiko yang ada. Sebaliknya semakin muda usia suatu penduduk, semakin tinggi hasrat mereka untuk berpindah dari sektor pertanian ke sektor non-pertanaian. Penduduk yang usianya lebih muda kecenderungannya lebih berani untuk mengambil resiko karena mereka berfikir bisa mendapatkan kehidupan atau penghasilan yang lebih baik lagi dibanding bekerja di sektor pertanian. Seperti terlihat tabel 2. Menunjukan bahwa jumlah rumah tangga yang paling tinggi berada di Desa Way Harong. Desa Way Harong merupakan desa yang paling tinggi rumah tangganya yaitu sebesar rumah tangga, sedangkan rumah tangga yang paling rendah berada di desa Gedung Dalam yaitu sebesar 327 rumah tangga, sedangkan jumlah dari keseluruhan desa yang sudah berumah tangga di Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran berjumlah rumah tangga, sedangkan dari jumlah menurut jenis kelamin yang ada di kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran yaitu terdiri dari lakilaki dan perempuan, laki-laki berjumlah sedangkan perempuan berjumlah

8 8 Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Dan Penduduk Menurut Desa/Kelurahan, Jenis Kelamin Di Kecamatan Way Lima, 2013 No Desa/ Kelurahan Jumlah Laki Laki Perempuan Jumlah Rumah Tangga (Jiwa) (Jiwa) (Jiwa) 1. Gunungrejo Cimanuk Sukamandi Way Harong Margodadi Tanjung Agung Kata Dalam Baturaja Sindang Garut Sidodadi Gedung Dalam Pekondoh Pekondoh Gedung Banjar Nageri Padang Manis Paguyuban Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran 2013 Seperti terlihat pada tabel 3. Menunjukan luas wilayah yang berada di Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran, luas wilayah yang paling tinggi berada di Desa Kota Dalam yaitu sebesar km 2, sedangkan luas wilayah yang paling rendah berada di desa Sindang Garut yaitu sebesar 2.16 km 2. Dari jumlah keseluruhan luas wilayah yang berada di Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran yaitu berjumlah km 2.

9 9 Tabel 3. Luas Menurut Desa atau Kelurahan di Kecamatan Way Lima, 2013 Desa/Kelurahan Luas (Km 2 ) Gunung Rejo 6.50 Cimanuk 3.00 Sukamandi Way Harong Margodadi Tanjung Agung 6.18 Kota Dalam Batu Raja Sindang Garut 2.16 Sidodadi 6.17 Gedung Dalam 5.24 Pekondoh 3.03 Pekondoh Gedung 4.43 Banjar Negri Padang Manis 5.40 Peguyuban 6.58 Jumlah Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran 2013 Seperti terlihat pada tabel 4. Menunjukan kepadatan penduduk di Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran, Kepadatan Penduduk yang paling tinggi berada di Desa Sindang Garut yaitu sebesar 915,28 jiwa, sedangkan kepadatan penduduk yang paling rendah berada di Desa Kota Dalam yaitu sebesar 61,47 jiwa, dari jumlah keseluruhan kepadatan penduduk di Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran yaitu sebesar 177,43 jiwa.

10 10 Tabel 4. Kepadatan Penduduk Menurut Desa atau Kelurahan di Kecamatan Way Lima, 2013 Desa/Kelurahan Kepadatan Penduduk Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesawaran 2013 (Jiwa/Km 2 ) Gunung Rejo Cimanuk Sukamandi Way Harong Margodadi Tanjung Agung Kotadalam Batu Raja Sindang Garut Sidodadi Gedung Dalam Pekondoh Pekondoh Gedung Banjar Negri Padang Manis Peguyuban Jumlah Salah satu desa di Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran yang mempunyai jumlah rumah tangga dan penduduk menurut desa yang paling tinggi yaitu Desa Way Harong dengan demikian penulis mengambil studi kasus di Desa Way Harong. Menurut jumlah tenaga kerja usia tahun berjumlah 837 orang dan pada usia tahun berjumlah 526 orang. Menurut mata pencarian di Desa Way Harong jumlah pekerja sebagai karyawan yaitu sebesar 297 orang, pekerja wiraswasta berjumlah 483 orang, pekerja tani

11 11 berjumlah 817 orang, pekerja bangunan berjumlah 263 orang, pekerja buruh tani berjumlah orang, dan pekerja di bidang jasa berjumlah 18 orang. Luas wilayah Desa Way Harong sebesar km 2. Desa Way Harong mempunyai batas wilayah dimana wilayah sebelah barat berbatasan dengan Desa Cimanuk, wilayah sebelah utara berbatasan Desa Gunung Rejo, wilayah sebelah selatan berbatasan dengan Desa Margodadi dan wilayah sebelah timur berbatasan dengan Desa Kota Dalam. Dengan penjelasan diatas, tentang hal-hal yang mempengaruhi turunnya kontribusi sektor pertanian terhadap perekonomian akibat berkurang partisipasi masyarakat desa terhadap sektor pertanian yang beralih ke sektor non-pertanian menjadi hal yang menarik bagi penulis. Untuk itu dalam penelitian ini penulis mengambil judul Analisis Faktor Yang Mempengaruhi keputusan Penduduk Rumah Tangga Desa Untuk Berpartisipasi di kegiatan Ekonomi Non Pertanian Kecamatan Way Lima Kabupaten Pesawaran (Studi Kasus Desa Way Harong). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan maka, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan penduduk rumah tangga untuk berpartisipasi dalam sektor non-pertanian di Desa Way Harong Kecamatan Way Lima, Kabapaten Pesawaran 2. Bagaimana pengaruh tingkat pendapatan penduduk rumah tangga untuk berpartisipasi dalam sektor non-pertanian di Desa Way Harong Kecamatan Way

12 12 Lima, Kabapaten Pesawaran? 3. Bagaimana pengaruh usia penduduk rumah tangga untuk berpartisipasi dalam sektor non-pertanian di Desa Way Harong Kecamatan Way Lima, Kabapaten Pesawaran. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pendidikan penduduk rumah tangga untuk berpartisipasi dalam sektor non-pertanian di Desa Way Harong Kecamatan Way Lima, Kabapaten Pesawaran? 2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tingkat pendapatan penduduk rumah tangga untuk berpartisipasi dalam sektor non-pertanian di Desa Way Harong Kecamatan Way Lima, Kabapaten Pesawaran? 3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh usia penduduk rumah tangga untuk berpartisipasi dalam sektor non-pertanian di Desa Way Harong Kecamatan Way Lima, Kabapaten Pesawaran? D. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini yang akan dianalisis adalah bagaimana pengaruh antara aspek terhadap tingkat partisipasi kegiatan sektor non pertanian, dimana ketiga aspek tersebut yaitu aspek pendapatan, aspek pendidikan dan aspek usia. Apakah aspek tersebut

13 13 berpengaruh psotif atau berpengaruh negatif terhadap tingkat partisipasi kegiatan sektor non pertanian. - Pendapatan - Pendidikan - Usia Tingkat Partisipasi Kegiatan Sektor Non-Pertanian Gambar 1. Kerangka Pemikiran E. Hipotesis Berdasarkan latar belakang, dan pembatasan masalah, serta uraian dalam penelitian ini dapat diajukan beberapa hipotesis sebagai berikut : 1. Diduga faktor pendapatan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap keputusan kerja di sektor non pertanian. 2. Diduga faktor pendidikan memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap keputusan kerja di sektor non pertanian. 3. Diduga faktor Usia Penduduk Rumah Tangga Desa memiliki hubungan negatif dan tidak signifikan terhadap keputusan kerja di sektor non pertanian

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. struktur ekonomi manusia yang di dalamnya bidang pertanian, industri-perdagangankomunikasi-transportasi 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Ekonomi Geografi ekonomi adalah cabang geografi manusia yang bidang studinya struktur aktivitas keruangan ekonomi sehingga titik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian menjadi salah satu indikator kemajuan suatu daerah. Pembangunan ekonomi daerah tidak hanya bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, melainkan

Lebih terperinci

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi

Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi Bab - 5 Indikasi Permasalahan dan Posisi Pengelolaan Sanitasi 5.1. Area Beresiko Sanitasi Risiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kabupaten Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ponorogo merupakan daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki luas 1.371,78 Km2, penggunaan wilayah Ponorogo sebagaian besar untuk area ke hutanan yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN Adi Setiyanto PENDAHULUAN Tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan ekonomi. Tenaga kerja sebagai sumber daya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Dengan adanya sumber daya alam yang

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Tengah memiliki luas wilayah sebesar 4.789,82 Km 2 yang terdiri dari 28 Kecamatan, 294 Pekon dan 10 kelurahan. Kabupaten Lampung Tengah merupakan Kabupaten

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan nasional suatu negara yakni melalui jumlah dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat tercermin melalui jumlah penduduk dan pendapatan perkapita di suatu negara. Penduduk merupakan salah satu faktor keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI

PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI PRODUKTIVITAS DAN KONTRIBUSI TENAGA KERJA SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN BOYOLALI Yetti Anita Sari Fakultas Geografi UGM; Yogyakarta E-mail: yettianitasari@gmail.com ABSTRAK Sektor pertanian merupakan salah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA 31 KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA Administrasi Secara administratif pemerintahan Kabupaten Katingan dibagi ke dalam 11 kecamatan dengan ibukota kabupaten terletak di Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa, serta pertanian juga berfungsi dalam mengurangi kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. devisa, serta pertanian juga berfungsi dalam mengurangi kemiskinan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi cukup besar dalam pembangunan sosial ekonomi sebuah negara. Kontribusi sektor pertanian dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih

I. PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian merupakan wilayah Kabupaten Lampung Tengah Propinsi Lampung yang ditetapkan berdasarkan Undang-undang No 12 Tahun 1999 sebagai hasil pemekaran Kabupaten

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: TRANSFORMASI STRULTURAL Matsani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id TRANSFORMASI STRUKTURAL. Transformasi struktural berarti

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang, mengikuti pertumbuhan pendapatan nasional, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013

Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Judul Buku : Nilai Tukar Petani Kabupaten Magelang Tahun 2013 Nomor Publikasi : Ukuran Buku : Kwarto (21 x 28 cm) Jumlah Halaman : v + 44 hal Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Magelang Gambar Kulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha untuk mengembangkan perekonomian sehingga menimbulkan perubahan pada struktur perekonomian. Sebagai implikasi dari perkembangan

Lebih terperinci

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres

Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batam adalah kotamadya kedua di Propinsi Riau setelah Kotamadya Pekanbaru yang bersifat otonom. Tetapi, dengan Keppres No.2811992 wilayah Otorita Batam diperluas meliputi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 77 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Way Harong 1. Sejarah Desa Way Harong Nama Way Harong berasal dari Bahasa Lampung pesisir yaitu way yang berarti sungai atau air dan harong yang berarti hitam.

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang

I. PENDAHULUAN. ekonomi menggambarkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi riil yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi sehingga dapat menunjang kegiatan pembangunan. Laju pertumbuhan ekonomi menggambarkan adanya

Lebih terperinci

Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Skala Kecil Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang. B.

Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi Sawah Skala Kecil Di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang. B. A. PENDAHULUAN Beberapa tahun belakangan ini Indonesia menghadapi masalah pangan yang serius. Kondisi ini diperkirakan masih akan kita hadapi beberapa tahun ke depan. Stok pangan masih terbatas dan sangat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi suatu negara akan mengalami kemajuan jika diiringi dengan pertumbuhan ekonomi di daerah-daerahnya. Hal tersebut dapat dilihat dari sistem distribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga

BAB III KONDISI UMUM. 3.1. Geografis. Kondisi Umum 14. Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau Bintan dan Kabupaten Lingga Orientasi Pra Rekonstruksi Kawasan Hutan di Pulau dan Kabupaten Lingga BAB III KONDISI UMUM 3.1. Geografis Wilayah Kepulauan Riau telah dikenal beberapa abad silam tidak hanya di nusantara tetapi juga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI. Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pemerintahan dan Otonomi IV. GAMBARAN UMUM KOTA CIMAHI Cimahi berasal dari status Kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Bandung sesuai dengan perkembangan dan kemajuannya berdasarkan Undangundang Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Menurut Pasal 47 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

I.PENDAHULUAN. Menurut Pasal 47 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, 1 I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia yang sangat penting. Manusia melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan hidup yang sehat. Menurut Pasal 47 Undang-Undang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu

I. PENDAHULUAN. semakin banyaknya jumlah angkatan kerja yang siap kerja tidak mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lapangan pekerjaan merupakan wahana yang sangat penting bagi para tenaga kerja untuk mengeksplorasi kemampuan diri dalam bidang tertentu. Fenomena semakin banyaknya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk besar dan laju pertumbuhan tinggi. Pada SENSUS Penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237,6

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim

BAB IV KONDISI UMUM. A. Letak Geografis, Iklim 27 BAB IV KONDISI UMUM A. Letak Geografis, Iklim Kabupaten Bungo terletak di bagian Barat Provinsi Jambidengan luas wilayah sekitar 7.160 km 2. Wilayah ini secara geografis terletak pada posisi 101º 27

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. KONDISI UMUM WILAYAH 29 IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administrasi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 50-7 50 LS dan 104 48-104 48 BT dengan batas-batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya

I. PENDAHULUAN. setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berkembangnya perekonomian dunia pada era globalisasi seperti saat ini memacu setiap negara yang ada di dunia untuk berlomba lomba meningkatkan daya saing. Salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Pesawaran merupakan sebuah kabupaten Daerah Otonomi Baru

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Pesawaran merupakan sebuah kabupaten Daerah Otonomi Baru 44 IV. GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Pesawaran 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan sebuah kabupaten Daerah Otonomi Baru yang merupakan daerah pemekaran kabupaten

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan, pendapatan menunjukan

TINJAUAN PUSTAKA. Yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan, pendapatan menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pendapatan Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok Yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatan,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam menunjang perekonomian Indonesia. Mengacu pada keadaan itu, maka mutlak diperlukannya

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pertumbuhan perekonomian. Banyaknya tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN No.015/05/63/Th XII, 15 Mei 2009 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2009 JUMLAH PENDUDUK YANG DIKATEGORIKAN SEBAGAI ANGKATAN KERJA PADA FEBRUARI 2009 SEBESAR 1,75 juta jiwa. Jumlah tersebut

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN TULUNGAGUNG 4.1. Indikator Kependudukan Kependudukan merupakan suatu permasalahan yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan yang mencakup antara lain mengenai distribusi,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Bireuen adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Menjadi kabupaten otonom sejak tahun 2000 sebagai hasil pemekaran dari kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. pertanian meliputi sub-sektor perkebunan, perikanan, dan perikanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan berkelanjutan mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat. Salah satu bentuk pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus

I. PENDAHULUAN. mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus-menerus 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Indonesia adalah negara agraris dimana mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai petani. Berbagai hasil pertanian diunggulkan sebagai penguat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan

I. PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan. mengelola BUMD Sebagaimana yang diamanatkan dalam GBHN 1999 dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD Sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor

I. PENDAHULUAN. lebih dari dua pertiga penduduk Propinsi Lampung diserap oleh sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sektor andalan perekonomian di Propinsi Lampung adalah pertanian. Kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Lampung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Perolehan pangan yang cukup baik dalam jumlah maupun mutu merupakan sesuatu yang penting bagi setiap manusia agar dapat hidup secara berkualitas. Oleh karena itu hak atas kecukupan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.44/05/64/Th.XX, 5 Mei 2017 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN UTARA FEBRUARI 2017 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Utara pada Februari 2017 mencapai 324.586 orang, bertambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah terjadi sejak dahulu kala. Kemiskinan sangat terkait dengan kepemilikan modal, kepemilikan lahan,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Analisis struktur perekonomian kota Depok sebelum dan sesudah otonomi daerah UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: HARRY KISWANTO NIM F0104064 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI

BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI BADAN PUSAT SATISTIK PROPINSI KEPRI No. 96/02/21/Th. IV / 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU PDRB KEPRI TAHUN 2008 TUMBUH 6,65 PERSEN PDRB Kepri pada tahun 2008 tumbuh sebesar 6,65 persen,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia dalam perannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas fungsi-fungsi pelayanannya kepada seluruh lapisan masyarakat diwujudkan dalam bentuk kebijakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TIMUR No.22/05/64/Th.XVII, 5 Mei 2014 KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN TIMUR *) FEBRUARI 2014 Jumlah angkatan kerja di Kalimantan Timur pada 2014 mencapai 1.923.968 orang, bertambah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci