BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar produser. Persaingan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar produser. Persaingan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha perfilman saat ini berkembang sangat pesat, yang ditandai dengan semakin ketatnya persaingan antar produser. Persaingan yang ketat mendorong perusahaan melakukan langkah-langkah strategis agar produksi filmnya bermutu baik dan laku di pasar. Hal ini merupakan tindakan yang harus dilakukan oleh perusahaan perfilman, mengingat perusahaan perfilman tersebut butuh untuk tetap hidup dan mampu bersaing di pasaran. Untuk itu perusahaan perfilman harus melakukan strategi pemasaran yang tepat sehingga kebutuhan dan keinginan dari konsumen dapat terpenuhi. Kemajuan perkembangan teknologi informasi saat ini ternyata juga sangat berpengaruh terhadap kemajuan usaha di segala bidang, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dampak yang secara langsung dapat dirasakan adalah semakin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi film tanpa ada lagi kendala jarak, ruang dan waktu. Hal ini tentu saja menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para pengusaha perfilman untuk dapat meningkatkan penjualan produksi fimnya baik dengan cara yang efektif dan efisien. Saat ini konsumen dihadapkan pada banyak pilihan film untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya. Tindakan dalam pemilihan film apa yg akan ditonton dan pembelian suatu film yang digemari tersebut tidak hanya didasarkan

2 untuk memenuhi kebutuhannya, akan tetapi juga dipengaruhi oleh banyak fakor lain yang mendorong konsumen untuk mengambil keputusan pembelian. Setiap konsumen mempunyai pertimbangan yang berbeda-beda dan tidak jarang konsumen memutuskan membeli suatu produksi film tertentu karena terpengaruh oleh kehidupan nyata yang dialami setiap hari. Tidak dapat dipungkiri, segala kecanggihan media saat ini juga turut andil dalam menyebarkan banyak kesaksian tentang cinta, seperti cerita MY NAME IS KHAN, yang penulis peroleh dari artikel di internet. Buku-buku yang beredar di pasaran, artikel-artikel di media cetak dan internet, program-program acara televisi, dan bahkan film-film layar lebar sangat banyak yang mengangkat tema cinta kasih; lewat bahasa dan tanda yang berbeda-beda, yang secara spesifik dimiliki masing-masing media. Film sendiri merupakan terminologi gambar yang bergerak. Berbeda dengan foto, film bisa menghadirkan unsur dinamis dari obyek yang ditampilkanya. Sebagai media audio visual, film mempunyai karakteristik yang berbeda dengan format tanda yang lain yang hanya bersifat tekstual atau visual saja, misalnya bahasa dan lukisan. 1 Salah satu film yang mengusung tema tentang cinta kasih adalah My Name Is Khan. Film yang diproduksi oleh Dharma Productions dengan skenario oleh Shibani Bathija, dan diproduksi oleh Yash Hiroo Johar dan Gauri Khan. Hal ini diawasi oleh Dharma Productions dan akan didistribusikan oleh FOX Bintang Entertainment merupakan sebuah film dengan mengangkat tema tentang isu warga 1 (10 Maret 2006)

3 Muslim di Amerika seringkali dikaitkan dengan terorisme. Berkisah mengenai perjalanan hidup seorang Muslim Amerika yang menderita gejala autis, Asperger Sindrome. Kehidupan warga muslim di Amerika menjadi tidak nyaman pasca peristiwa 11 September serangan WTC. Khan berjuang untuk mengatakan bahwa orang Islam bukanlah teroris. Menyinggung My Name Is Khan yang pada minggu pertamanya sanggup menembus Box Office Inggris tak lama setelah film ini dirilis, memang film ini banyak yang merekomendasikan dan saya sendiri tidak puas hanya menonton di bioskop saja, tetapi dengan membeli dvd walaupun masih bajakan dan belum ada yang original. Dengan demikian film ini memang patut menjadi salah satu pilihan untuk anda tonton. Pengaruh Film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa, inilah yang menjadi obyek dari penelitian ini. Pengetahuan dan sikap serta nilai cinta kasih menjadi penting karena selain alasan yang dikemukakan di awal tadi, juga merupakan modal dasar untuk dapat memahami dan menjalani kehidupan kita sebagai makhluk sosial yang akan selalu berhubungan satu dengan yang lain. 2 Bagi orang dewasa, kisah dalam film ini akan terasa begitu menarik. Karena latar belakang yang amat religius, maka ia pun menyelipkan alur cerita dan beberapa unsur yang mewakili apa yang ada di dalam kitab Injil, tentunya dengan cara tersendiri agar mudah dipahami oleh orang dewasa apalagi anakanak. Karakter Rizwan khan yang benar-benar bertanggungjawab walaupun dia 2 David O. Sears, Jonathan L. Freedman, Laetitia A. Peplau, Psikologi Sosial, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1999, hal. 264

4 mengidap penyakit Sindrom Asperger, kebijaksanaannya terlihat pada saat Rizwan memutuskan untuk menikahi Mandira yang diperankan oleh Kajol, digambarkan menyerupai Kristus, dan masih banyak lagi. 3 Situasi-situasi memikat mengenai bentuk-bentuk cinta kasih, seperti makna persaudaraan dan persahabatan, arti penting memenuhi janji, dan keyakinan bahwa kebenaran tidak akan pernah bisa dikalahkan oleh kejahatan tersaji lewat karakter tokoh, diaolg, situasi, dan setting adegan dalam keseluruhan film. 4 Hal ini tentu saja sesuai dengan tujuan Karan Johar yang tidak sekedar ingin menghibur, tapi juga ingin mengajarkan pesan moral bagi setiap umat beragama melalui filmnya. Karan Johar pun mampu menampilkan Amerika dari sisi pandang imigran asal India dan sepertinya itulah kunci sukses Karan saat membuat film ini. Isu yang disampaikan memang bukan isu baru. Diskriminasi, ketakutan, cinta, kebaikan semuanya diramu dengan baik oleh Karan dalam sebuah film berdurasi 161 menit ini. Campur tangan Shahrukh Khan dan Kajol pun tak boleh disepelekan karena dua orang ini mampu bermain cemerlang tanpa harus terlihat berlebihan. Layak mendapat acungan jempol. Karena pesan tentang nilai cinta kasih tidak hanya tersaji secara eksplisit, tetapi juga implisit, melalui karakter tokoh, dialog, dan setting situasi, kepekaan untuk dapat menangkap makna yang sebenarnya ingin disampaikan mutlak diperlukan. Perlu diingat pula bahwa pesan yang terkandung dalam film tidak akan diterima dengan persepsi yang seragam oleh semua komunikan. Perbedaan pengalaman, pengetahuan, budaya, dan keyakinan akan menyebabkan perbedaan 3 Majalah Cinemags, 76 th Edition, November 2005, hal

5 persepsi dan pemahaman akan makna film. Demikian pula belum tentu makna dalam setiap simbol tokoh, dialog, dan situasinya akan sama dengan yang dimaksudkan oleh sang kreator film. Mengingat semakin banyak tayangan film yang disajikan lewat layar lebar dan televisi akhir-akhir ini, bahkan yang dibuat untuk konsumsi anak, disadari atau tidak, menyajikan adegan-adegan kekerasan dan fenomena-fenomena lain secara berlebihan (vulgar), film ini memang layak menjadi media pembelajaran nilai moral bagi seluruh umat beragama. Fakta yang turut mendukung pernyataan ini adalah bahwa walaupun menampilkan adegan dimana saat itu terjadi pengebooman WTC dan bencana alam, film ini tidak memperlihatkannya secara berlebihan. Karena berbagai alasan itulah maka penulis tertarik untuk mengangkat tema penelitian ini. Penulis akan mencari, baik tanda verbal maupun nonverbal seperti apa yang digunakan untuk mengetahui pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa. Dari situ, dapat pula dimengerti pesan apa yang sesungguhnya ingin disampaikan melalui film tersebut. Selain jalan cerita menarik, cerita ini mengajarkan toleransi antar umat beragama, cinta kasih antar keluarga dan pengorbanan untuk bertemu dengan orang yang dicintai. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut : Sejauhmana pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU?.

6 1.3 Pembatasan Masalah Permasalahan yang dikaitkan pada judul diatas sangat luas, sehingga tidak mungkin terjangkau dan terselesaikan semua. Oleh karena itu perlu adanya pembatasan masalah. Pembatasan masalah ini juga diperlukan untuk menghindari kesalahfahaman dan penyimpangan penafsiran pada judul diatas, sekaligus pemfokusan masalah, agar permasalahan yang dikaji menjadi jelas. Untuk itu penulis membatasi ruang lingkup dan fokus masalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini bersifat korelasional, yaitu bersifat mencari atau menjelaskan hubungan dan menguji hipotesis. 2. Penelitian ini menganalisis pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU. 3. Objek penelitian terbatas pada mahasiswa Ekstensi FISIP USU Medan angkatan , yang sudah menonton film My Name Is Khan. 4. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2010 sampai dengan selesai. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian Tujuan penelitian merupakan titik pijak untuk merealisasikan aktivitas yang akan dilaksanakan, sehingga perlu dirumuskansecara jelas. Dengan tujuan penelitian maka akan diperoleh gambaran gambaran serta manfaat dari penelitian tersebut. Sehingga dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

7 a. Untuk mengetahui pengaruh mahasiswa setelah menonton film My Name Is Khan b. Seberapa jauh pengaruh film My Name Is Khan terhadap pengetahuan dan sikap mahasiswa Ekstensi Fisip USU. c. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh positif yang berarti (signifikan) setelah menonton Film My Name Is Khanbagi diri mahasiswa Ekstensi Fisip USU. d. Untuk megetahui kemampuan penulis dalam melaksanakan penelitian kearah yang lebih baik Manfaat Penelitian a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan menambah pengetahuan mahasiswa ekstensi FISIP USU tentang pengetahuan serta sikap yang harus diambil setelah menonton film My Name Is Khan yang menggunakan media film layar lebar. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama ini dan menjadi wadah dalam memperkaya cakrawala berpikir penulis tentang pengetahuan dan sikap yang harus diambil setelah menonton film My Name Is Khan. c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi mahasiswa atau pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan berkenaan dengan penelitian ini.

8 1.5 Kerangka Teori Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti perlu menyusun suatu kerangka teori. Kerangka teori ini merupakan landasan berfikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang akan diteliti. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisiyang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6) Komunikasi Komunikasi memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Sejak bangun tidur hingga berangkat tidur lagi, manusia melakukan kegiatan komunikasi. Kita menyadari, sebagai makhluk sosial, tak ada kegiatan yang kita lakukan tanpa berkomunikasi dengan sesama kita. Dengan berkomunikasi, kita bisa saling bertukar informasi, ide, dan pengalaman sehingga dengan demikian akan membentuk suatu jaringan interaksi bagi manusia. Istilah komunikasi berasal dari bahasa Inggris communicate, yang bersumber dari bahasa Latin communicatio, yang berarti pergaulan, peran serta, atau kerja sama, dari istilah communis, yang berarti sama makna. 5 5 Onong Uchjana Effendy, MA, Kamus Komunikasi, Mandar Maju, Bandung, hal. 60

9 sebagai : Theodorson & Theodorson (1969) mengungkapkan definisi komunikasi The transmission of information, ideas, attitudes, or emotional frm one person or group to another (or others) primarily through symbols. (Transmisi informasi, ide-ide, sikap atau pernyataan emosional dari satu orang atau kelompok yang disampaikan kepada pihak lain, terutama melalui simbol-simbol tertentu). 6 Definisi tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Barelson dan Steiner; komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan, dan seterusnya, melalui penggunaan simbol berupa kata, gambar, angka, grafik, dan lain-lain. 7 Unsur penyampaian merupakan unsur komunikasi yang paling tersebar luas dalam definisi-definisi tentang komunikasi, begitu pula dengan penggunaan simbol dalam proses penyampaian tersebut. Apalagi di masa ini komunikasi telah mencapai suatu titik dimana setiap orang dapat melakukan kontak dengan jutaan orang lainnya secara serentak dan serempak. Hal ini berarti hampir tidak ada lagi batasan-batasan yang menghambat berlangsungnya komunikasi antarpersona. Inilah yang disebut dengan komunikasi massa. Bitner merumuskan definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa sebagai berikut : Mass communication is message communicated through a mass medium to a large number of people (Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang). Media-media yang digunakan dalam komunikasi massa telah berhasil menembus ruang dan waktu. Dalam cakupan pengertian komunikasi massa, media massa meliputi surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film. 6 Rosady Ruslan, SH, MM, Metode Penelitian PR dan Komunikasi, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hal B. Aubrey Fisher (Drs. Jalaluddin Rakhmat), Teori-teori Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1990, hal. 10

10 1.5.2 Film Munculnya film sebagai media komunikasi massa yang kedua, setelah surat kabar, di dunia pada awal era 1990-an telah menarik perhatian publik. Kelebihan film memang terletak pada gambar yang hidup dan bergerak seperti nyata, serta tidak terikat pada ruang dan waktu, atau dengan kata lain film dapat diputar dan dinikmati di mana dan kapan saja sesuai keinginan. Hal itulah yang membuat film menjadi media yang populer. 8 Dengan bantuan teknologi yang semakin lama semakin canggih, hingga kini perkembangan gambar yang bergerak tersebut terus disempurnakan melalui penambahan efek gambar dan suara. Tidak heran hingga saat ini banyak film yang bahkan telah dinantikan pemutarannya sejak pertama kali ia dipromosikan. Sejak pertama kali film dihasilkan sebagai karya teknik manusia, film digunakan sebagai alat komunikasi massa yang fungsinya bercerita. Tidak masalah cerita itu ada di dunia nyata atau sekedar khalayan, sebagai media baru hasil karya elektro-teknik dan karya optik dalam pita seluloid, film berkemampuan untuk menghidupkan imajinasi khalayak akan sesuatu yang mungkin terjadi pada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, bahkan yang sangat mustahil terjadi sekalipun. Graeme Turner menyebutkan bahwa makna film merupakan representasi dari realitas masyarakat. Sebagai representasi dari realitas, film membentuk dan menghadirkan kembali realitas berdasarkan kode-kode, konvensi-konvensi, dan ideologi dari kebudayaan. 9 Dalam keterkaitannya dengan disiplin ilmu komunikasi, film sendiri merupakan sebuah sistem tanda. Artinya, setiap scene 8 Drs. Alex Sobur, MSi, Semiotika Komunikasi, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal Ibid, hal. 127

11 terdiri atas tanda-tanda yang mengandung pesan. Atau dengan kata lain, seperti yang diungkapkan Fiske, pesan (dalam film) merupakan konstruksi tanda-tanda, yang pada saat bersinggungan dengan penerima akan memproduksi makna. 10 Ketika film ditonton, saat itulah terjadi transformasi pesan, saat itulah komunikasi terjadi. Yang berperan dalam proses transformasi ini utamanya adalah bahasa. Secara sederhana, bahasa didefinisikan sebagai pesan dalam bentuk katakata atau kalimat. Ia merupakan sistem tanda yang tak tebatas, yang mampu mengungkapkan segala macam pemikiran. Sebuah film mengandung bahasa dalam bentuk visual dan suara. Film sesungguhnya merupakan visualisasi dari sebuah narasi (urutan kejadian). Dengan bahasa dalam dialog para tokoh dan setting situasinya, pesan film dapat lebih mudah tersampaikan. Agar pesan tersebut tersampaikan, penerima perlu memaknai setiap elemen tanda/simbol yang terdapat di dalam film tersebut. Sejauhmana pemaknaan tersebut dihasilkan tergantung pada latar belakang pengetahuan, pengalaman, budaya, dan keyakinan, serta kepekaan artistik penerima terhadap film. Kepekaan artistik dalam memaknai pesan dalam film dibutuhkan karena film memiliki bahasa tersendiri yang terdapat pada teknik-teknik penyajian gambar, misalnya pemotongan gambar (cut), pemotretan jarak dekat (close up), pemotretan dua sisi (two shot), pemotretan jarak jauh (long shot), pembesaran atau pengecilan gambar (zoom out/zoom in), pelarutan dua gambar secara halus (disolve), sampai kepada yang melibatkan efek khusus (special effect) seperti gerakan lambat (slow motion), gerakan dipercepat (speeded up), dan special effect digital yang lebih canggih lainnya, yang melibatkan animasi atau permainan 10 Drs. Alex Sobur, M.Si, Op. Cit., Analisis Teks Media, hal. 122

12 program komputer. 11 Karena memiliki kekayaan dalam bentuk-bentuk tanda untuk mengkodekan pesan, maka film juga menjadi lebih menarik bagi masyarakat dibandingkan dengan media komunikasi massa lainnya Pengetahuan Maksud dari pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang hadir dan terwujud dalam jiwa dan pikiran seseorang dikarenakan adanya reaksi, persentuhan, dan hubungan dengan lingkungan dan alam sekitarnya. Pengetahuan ini meliputi emosi, tradisi, keterampilan, informasi, akidah, dan pikiran-pikiran. Dalam komunikasi keseharian, kita sering menggunakan kalimat seperti, Saya terampil mengoperasikan mesin ini, Saya sudah terbiasa menyelesaikan masalah itu, Saya menginformasikan kejadian itu, Saya meyakini bahwa masyarakat pasti mempercayai Tuhan, Saya tidak emosi menghadapi orang itu, dan Saya mempunyai pikiran-pikiran baru dalam solusi persoalan itu. Ketika mengamati atau menilai suatu perkara, kita biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti, saya mengetahuinya, saya memahaminya, saya mengenal, meyakini dan mempercayainya. Berdasarkan realitas ini, bisa dikatakan bahwa pengetahuan itu memiliki derajat dan tingkatan. Disamping itu, bisa jadi hal tersebut bagi seseorang adalah pengetahuan, sementara bagi yang lainnya merupakan bukan pengetahuan. Terkadang seseorang mengakui bahwa sesuatu itu diketahuinya dan mengenal keadaannya dengan baik, namun, pada hakikatnya, ia salah memahaminya dan ketika ia berhadapan dengan seseorang yang sungguh- 11 Drs. Alex Sobur, M.Si, Op. Cit., Semiotika Komunikasi, hal. 131

13 sungguh mengetahui realitas tersebut, barulah ia menyadari bahwa ia benar-benar tidak memahami permasalahan tersebut sebagaimana adanya. Pengetahuan adalah suatu keadaan yang hadir dikarenakan persentuhan kita dengan suatu perkara. Keluasan dan kedalaman kehadiran kondisi-kondisi ini dalam pikiran dan jiwa kita sangat bergantung pada sejauhmana reaksi, pertemuan, persentuhan, dan hubungan kita dengan objek-objek eksternal. Walhasil, makrifat dan pengetahuan ialah suatu keyakinan yang kita miliki yang hadir dalam syarat-syarat tertentu dan terwujud karena terbentuknya hubunganhubungan khusus antara subjek (yang mengetahui) dan objek (yang diketahui) dimana hubungan ini sama sekali kita tidak ragukan. John Dewey menyamakan antara hakikat itu sendiri dan pengetahuan dan beranggapan bahwa pengetahuan itu merupakan hasil dan capaian dari suatu penelitian dan observasi. Menurutnya, pengetahuan seseorang terbentuk dari hubungan dan jalinan ia dengan realitasrealitas yang tetap dan yang senantiasa berubah. Secara normatif, definisi Pengetahuan paling tidak meliputi: a. Fakta, informasi dan kemampuan yang diperoleh melalui pengalaman atau pendidikan b. Pemahaman secara teoretis dan/atau praktis suatu bidang (studi), apa yang diketahui mengenai suatu bidang tertentu atau berkait dengan bidang-bidang lain secara keseluruhan c. Fakta, informasi dan kesadaran atau pengenalan yang diperoleh dari pengalaman menghadapi suatu fakta atau situasi

14 Para ahli filsafat masih terus memperdebatkan definisi Pengetahuan, terutama karena rumusan Pengetahuan oleh Plato yang menyatakan Pengetahuan sebagai kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)" ( justified true belief ) Sikap Sumber di www. wikipedia.org menjelaskan sikap adalah perasaan seseorang tentang obyek, aktivitas, peristiwa dan orang lain. Perasaan ini menjadi konsep yang merepresentasikan suka atau tidak sukanya (positif, negatif, atau netral) seseorang pada sesuatu. Seseorang pun dapat menjadi ambivalen terhadap suatu target, yang berarti ia terus mengalami bias positif dan negatif terhadap sikap tertentu. Sikap muncul dari berbagai bentuk penilaian. Sikap dikembangkan dalam tiga model, yaitu afeksi, kecenderungan perilaku, dan kognisi. Respon afektif adalah respon fisiologis yang mengekspresikan kesukaan individu pada sesuatu. Kecenderungan perilaku adalah indikasi verbal dari maksud seorang individu. Respon kognitif adalah pengevaluasian secara kognitif terhadap suatu objek sikap. Kebanyakan sikap individu adalah hasil belajar sosial dari lingkungannya. Bisa terdapat kaitan antara sikap dan perilaku seseorang walaupun tergantung pada faktor lain, yang kadang bersifat irasional. Sebagai contoh, seseorang yang menganggap penting transfusi darah belum tentu mendonorkan darahnya. Hal ini masuk akal bila orang tersebut takut melihat darah, yang akan menjelaskan irasionalitas tadi.

15 Sikap dapat mengalami perubahan sebagai akibat dari pengalaman. Tesser (1993) berargumen bahwa faktor bawaan dapat mempengaruhi sikap tapi secara tidak langsung. Sebagai contoh, bila seseorang terlahir dengan kecenderungan menjadi ekstrovert, maka sikapnya terhadap suatu jenis musik akan terpengaruhi. Sikap seseorang juga dapat berubah akibat bujukan. Hal ini bisa terlihat saat iklan atau film mempengaruhi seseorang Teori Uses and Gratifications Model ini digambarkan sebagai a dramaticb break with effects tradition of the past, yaitu suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media terhadap khalayaknya tetapi lebih tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Katz mengatakan bahwa penelitiannya diarahkan kepada jawaban terhadap pertanyaan : Apa yang dilakukan media (dlm hal ini film) untuk khalayak? (What do the media do to people?). (Rakhmat, 2004:65). Model Uses and Gratifications menunjukkan bahwa yang menjadi permasalahan utama bukanlah bagaimana media mengubah sikap dan perilaku khalayak, tetapi bagaimana media memenuhi kebutuhan pribadi dan sosial khalayak. Khalayak dianggap secara aktif dengan sengaja menggunakan media untuk memenuhi keutuhannya dan mempunyai tujuan. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada pengguna (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas pemenuhan kebutuhan seseorang. Dari sinilah timbul istilah uses and gratifications (penggunaan dan pemenuhan kebutuhan). Sebagian besar

16 perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto dan Erdinaya, 2004:71). Dengan demikian, kebutuhan individu merupakan titik awal kemunculan teori ini. Dari gambaran Katz tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya terdapat motivasi tertentu ketika seseorang memilih media A atau media B untuk memenuhi kebutuhannya. Terdapat harapan-harapan dari media yang dipilihnya yang ingin dipuaskannya setelah mengkonsumsi media yang dipilihnya tersebut. Ketika pemenuhan kebutuhan tersebut sesuai dengan apa yang diharapkannya, maka individu tersebut kemudian akan mencari lagi media tersebut untuk memuaskan kembali kebutuhan yang terpenuhi dari media tersebut. Teori uses and gratifications dimulai di lingkungan sosial, dimana yang dilihat adalah kebutuhan khalayak. Lingkungan sosial meliputi ciri-ciri afiliasi kelompok dan ciri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual dikategorisasikan sebagai berikut (Effendy, 2003:294) : 1. Cognitive needs (Kebutuhan Kognitif) yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan, juga memuaskan rasa penasaran dan dorongan untuk penyelidikan. 2. Affective needs (Kebutuhan Afektif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

17 3. Personal Intergrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri. 4. Social integrative needs (kebutuhan sosial secara integratif) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman, dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafiliasi. 5. Escapist needs (kebutuhan Pelepasan) Yaitu kebutuhan yang berkaitan dengan hasrat ingin melarikan diri dari kenyataan, kelepasan emosi, ketegangan da kebutuhan akan hiburan. Dalam keaktifan khalayak dalam kehidupannya sehari-hari, terlihat mereka membutuhkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan mereka yakni melalui penggunaan media seperti membaca surat kabar yang mereka sukai, menonton acara televisi, bahkan menonton film di bioskop seperti dalam penelitian ini atau mendengarkan musik favoritnya, dan lain-lain. Pendekatan uses and gratifications sebenarnya juga tidak baru. Di awal dekade 1940-an dan 1950-an para pakar melakukan penelitian mengapa khalayak terlibat dalam berbagai jenis perilaku komunikasi. Penelitian yang sistematik dalam rangka membina teori uses and gratifications telah dilakukan pada dekade 1960-an dan 1970-an, bukan saja di Amerika, tetapi juga di Inggris, Finanldia, Swedia, Jepang, dan negara-negara lain. Operasionalisasi. Ketika sampai pada operasionalisasi, model ini telah menimbulkan berbagai macam penjabaran. Di bawah uses and gratifications,

18 grand theory, bermacam-macam teori berlindung dan berdebat satu sama lain. Empat model telah dibuat: model Linne dan Van Feilitzen, model Windahl, model Rosengren, serta model McLeod dan Becker (Rakhmat, 2004:66). 1.6 Kerangka Konsep Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalisasikan dengan mengubahnya menjadi variabel (Singarimbun, 1995:49). Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Dengan kerangka konsep akan menuntun penelitian dalam memutuskan hipotesis (Nawawi, 1991:40). Adapun variabel tersebut dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Bebas (X) Adalah sejumlah gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya gejala, faktor, atau unsur yang lain (Nawawi,1991:56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh film My Name Is Khan terhadap mahasiswa. 2. Variabel Terikat (Y) Adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 1991:57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU.

19 3. Variabel Antara (Z) Adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, akan tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 1991:58). Variabel antara berada diantara variabel bebas dan variabel terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan diantara variabel bebas dan variabel terikat. Variabel antara dalam penelitian ini adalah karakteristik/ identitas responden. 1.7 Model Teoritis Berdasarkan kerangka konsep yang ada, maka akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut: Variabel Bebas (X) Pengaruh Film My Name Is Khan terhadap mahasiswa Variabel Terikat (Y) Pengetahuan Dan Sikap Mahasiswa Ekstensi Fisip USU Variabel Antara (Z) Karakteristik identitas Gambar 1.1. Model Teoritis 1.8 Operasional Variabel Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, yakni sebagai berikut:

20 Tabel 1.1. Operasional Variabel No Variabel Teoritis Variabel Operasional 1 Variabel Bebas (X) 1. Pengaruh Menonton film dibioskop pengaruh film My Kebutuhan Kognitif Name Is Khan terhadap mahasiswa. a. Peneguhan b. pengetahuan Kebutuhan Afektif a. senang b. kepuasan Kebutuhan Pribadi Secara Integratif a. Kredibilitas b. Stabilitas Kebutuhan Sosial Secara Integratif a. Peneguhan Kontak Keluarga b. Peneguhan Kontak Rekan c. Peneguhan Kontak Dunia Kebutuhan Pelepasan a. Tekanan b. Ketegangan 2. Intensitas menonton di bioskop 3. Frekuensi menonton di bioskop 4. Waktu menonton 2 Variabel Terikat (Y) 1. Mengetahui perkembangan film : pengetahuan dan sikap - Film - film baru mahasiswa ekstensi - Artis - artis baru Fisip USU. 2. Kejelasan informasi dari display film 3. Pemilihan bioskop untuk nonton 3 Variabel Antara (Z) Karakteristik/identitas Responden 1. Jenis Kelamin 2. Angkatan 3. Penyuka Film

21 1.9 Definisi Operasional Defenisi operasional merupakan suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional merupakan sutu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama. Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel Bebas (pengaruh film My Name Is Khan terhadap mahasiswa) a. Motif mendengar siaran radio, yaitu dorongan atau alasan yang menggerakkan mahasiswa untuk mengkonsumsi musik di radio. Dalam hal ini motif terbagi menjadi: 1) Kebutuhan Kognitif, yaitu kebutuhan informasi yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop. - Peneguhan, yaitu peneguhan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop. - Pengetahuan, yaitu pengetahuan yang diperoleh mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop. 2) Kebutuhan Afektif, yaitu kebutuhan mahasiswa yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman yang estetis, yang menyenangkan terhadap film yang tayang di bioskop. - Senang, yaitu sikap senang yang dimiliki oleh mahasiswa terhadap film yang tayang di bioskop. - Kepuasan, yaitu rasa puas dari dalam diri mahasiswa karena terpenuhi kebutuhan informasi dari film yang tayang di bioskop.

22 3) Kebutuhan Pribadi Secara Integratif, yaitu kebutuhan mahasiswa akan harga diri terhadap film yang tayang di bioskop. 4) Kredibilitas, yaitu kepercayaan mahasiswa terhadap perkembangan film yang tayang di bioskop. 5) Stabilitas, yaitu sikap stabil mahasiswa dalam menonton film yang tayang di bioskop. 6) Kebutuhan Sosial Secara Integratif, yaitu kebutuhan mahasiswa terhadap jiwa sosial terhadap film yang tayang di bioskop. - Peneguhan kontak keluarga, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap lingkungan keluarga setelah menonton film yang tayang di bioskop. - Peneguhan kontak rekan, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap lingkungan rekan-rekan setelah menonton film yang tayang di bioskop. - Penguhan kontak dunia, yaitu peneguhan mahasiswa terhadap dunia setelah menonton film yang tayang di bioskop. 7) Kebutuhan Pelepasan, yaitu kebutuhan pelepasan dalam diri mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop. - Takanan, yaitu pelepasan tekanan dari dalam diri mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop. - Ketegangan, yaitu pelepasan ketegangan dari dalam diri mahasiswa setelah menonton film yang tayang di bioskop.

23 b. Intensitas menonton film yang tayang di bioskop, yaitu rata-rata waktu yang habis digunakan oleh mahasiswa saat menonton film yang tayang di bioskop. c. Frekuensi menonton film yang tayang di bioskop, yaitu seberapa sering mahasiswa menonton film yang tayang di bioskop. d. Waktu menonton, yaitu saat responden menonton film yang tayang di bioskop apakah pagi, siang, sore atau malam hari. 2. Variabel Terikat (Pengetahuan dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU) a. Mendapatkan informasi perkembangan film, yaitu kepuasan dalam mendapatkan informasi tentang film terbaru. Dalam hal ini perkembangan film meliputi film-film baru, artis-artis baru, judul-judul film baru dan aliran-aliran film baru. b. Kejelasan informasi dari 21 cinema, yaitu informasi yang disampaikan oleh counter dan display film dapat dimengerti dengan jelas. c. Pemilihan bioskop, yaitu bioskop yang yang dipilih sesuai selera responden. 3. Variabel Antara (Karakteristik/Identitas Responden) a. Jenis kelamin, yaitu jenis kelamin pria atau wanita yang dijadikan sampel. b. Fakultas, yakni unsur pelaksana akademik untuk mengkoordinasikan/ melaksanakan pendidikan profesional dalam satu perangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian tertentu. c. Angkatan, yaitu tahun masuk mahasiswa USU yang menjadi responden. d. Penyuka film, yaitu apakah film yang ditonton adalah film yang memang disukai atau orang lain yang memilihkan film yang akan ditonton tersebut.

24 1.10 Hipotesa Penelitian Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 1995:43). Hipotesa adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 1991:44). Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ho : Tidak terdapat hubungan antara pengaruh film My Name Is Khan yang ditonton di bioskop terhadap perilaku dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU. Ha : Terdapat hubungan antara pengaruh film My Name Is Khan yang ditonton di bioskop terhadap perilaku dan sikap mahasiswa ekstensi Fisip USU.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Teori Uses and Gratification Salah satu dari teori komunikasi massa yang populer dan sering digunakan sebagai kerangka teori dalam mengkaji realitas komunikasi massa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat media cetak dan media elektronik. semakin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat media cetak dan media elektronik. semakin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan berbagai macam informasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perkembangannya, media massa di era globalisasi merupakan wadah bagi setiap orang untuk berinteraksi dengan orang lain dalam jumlah banyak, yang didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah SWT, yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat. sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. oleh Allah SWT, yakni dengan menyampaikan nilai-nilai yang dapat. sesuai dengan segi atau bidangnya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dakwah merupakan suatu bentuk proses penyampaian ajaran Islam. Dakwah Islam adalah dakwah ke arah kualitas puncak dari nilai-nilai kemanusiaan, dan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, media mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang dipergunakannya. Semua digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkaitan erat dengan berbagai aspek kehidupan. Menurut Undang-Undang No. 33 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah homo pluralis yang memiliki cipta, rasa, karsa, dan karya sehingga dengan jelas membedakan eksistensinya terhadap makhluk lain. Karena memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan

BAB I PENDAHULUAN. media visual yang bekerja dengan gambar-gambar, simbol-simbol, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Film pertama kali dipertontonkan di Paris, Perancis pada tahun1895. Dari waktu ke waktu film mengalami perkembangan, baik dari teknologi yang digunakan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era informasi sekarang ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peran media. Dari zaman ke zaman media massa mengalami perkembangan yang pesat.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

BAB 1 PENDAHULUAN. media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan industri media massa di era globalisasi semakin pesat khususnya media elektronik televisi; hal ini dapat diamati dari munculnya berbagai macam stasiun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Konteks Masalah 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Konteks Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa, dikatakan begitu karena sebagai media komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan

BAB I PENDAHULUAN. Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemirsa televisi boleh saja membenci iklan, karena menganggap iklan sebagai pengganggu ketika sedang serius menonton acara televisi. Namun iklan juga ibarat darah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan

BAB I PENDAHULUAN. proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak lahir dan selama proses kehidupannya, manusia akan selalu terlihat dalam tindakan tindakan komunikasi. Tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi adalah penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komunikasi merupakan bagian yang penting yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai produk maju berkembang pesat sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Televisi sebagai produk maju berkembang pesat sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Televisi sebagai produk maju berkembang pesat sejalan dengan perkembangan zaman. Televisi itu sendiri telah banyak menyentuh kepentingan masyarakat dunia. Siaran

Lebih terperinci

FUNGSI MEDIA RADIO DALAM PENYAMPAIAN PESAN

FUNGSI MEDIA RADIO DALAM PENYAMPAIAN PESAN FUNGSI MEDIA RADIO DALAM PENYAMPAIAN PESAN (Studi Deskriptif Kuantitatif Fungsi Media Radio Star Fm Medan dalam Penyampaian Pesan Segmen What s New Pada Program BukakDasar Bagi Mahasiswa) Putri Nazria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang memuat banyak sekali tanda dan makna yang menggambarkan suatu paham tertentu. Selain itu, film juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini penyimpangan sosial di Indonesia marak terjadi dengan munculnya berbagai konflik yang berujung kekerasan karena berbagai aspek seperti politik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Media massa cetak dan elektronik merupakan salah satu unsur penting dalam proses komunikasi. Setiap media mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan surat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut

BAB III METODE PENELITIAN. The Great queen Seondeok dan kemudian melihat relasi antara teks tersebut BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Tipe Penelitian ini adalah kualitatif eksploratif, yakni penelitian yang menggali makna-makna yang diartikulasikan dalam teks visual berupa film serial drama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena modern yang terjadi di awal millennium ketiga ini yang lebih popular dengan sebutan globalisasi memberikan perubahan yang cukup signifikan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari setiap orang pada umumnya, sehingga mereka sulit membayangkan hidup tanpa media, tanpa koran pagi, tanpa majalah

Lebih terperinci

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU

IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN ICHE. A. C. NAPITUPULU IKLAN CENTRIN TV DAN MINAT BERLANGGANAN (Studi Korelasional Tentang Iklan Tv Berlangganan Centrin Tv Terhadap Minat Masyarakat Berlangganan di Kelurahan Babura Kecamatan Medan Baru) ICHE. A. C. NAPITUPULU

Lebih terperinci

AKTIVITAS PENGGUNAAN PORTAL TELKOM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. TELKOM DCS REGIONAL SEMARANG

AKTIVITAS PENGGUNAAN PORTAL TELKOM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP PEMENUHAN KEBUTUHAN INFORMASI KARYAWAN PT. TELKOM DCS REGIONAL SEMARANG Riwayat Artikel: Diterima 20 Juni 2017; Direvisi 17 Juli 2017; Disetujui 18 Juli 2017; dan Dipublikasikan 26 Juli 2017 AKTIVITAS PENGGUNAAN PORTAL TELKOM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI INTERNAL TERHADAP PEMENUHAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode,

BAB III METODE PENELITIAN. makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, 58 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau bisa disebut juga metode riset ini memiliki makna asal dari bahasa inggris. Metode sendiri berasal dari kata methode, yang berarti ilmu yang menerangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan sumber informasi yang disajikan oleh media. Masyarakat menjadikan media sebagai subjek pembicaraan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti

BAB I PENDAHULUAN. membuat setiap orang melakukan berbagai bentuk komunikasi, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap individu berusaha untuk mengenal dan mencari jati dirinya, mengetahui tentang orang lain, dan mengenal dunia luar atau selalu mencari tahu mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dapat dipahami sebagai proses penyampaian pesan, ide, atau informasi kepada orang lain dengan menggunakan sarana-sarana tertentu guna untuk mempengaruhi

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain walaupun kita berbeda dibelahan bumi. Walaupun dibelahan. banyak dipilih untuk menyampaikan berbagai pesan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi selama satu dekade ini sangatlah pesat khususnya komunikasi. Karena beberapa saat saja kita dapat berhubungan secara langsung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film merupakan salah satu media yang berfungsi menghibur penonton atau pemirsanya. Namun fungsi film tidak hanya itu. Film juga merupakan salah satu media untuk berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 3 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Komunikasi Massa Menurut McQuail (1987) pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan media massa untuk membuat produksi massal

Lebih terperinci

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS

2015 KAJIAN VISUAL POSTER FILM DRAMA PENDIDIKAN SUTRADARA RIRI RIZA PRODUKSI MILES FILMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu fungsi seni adalah sebagai media komunikasi, dimana dalam setiap unsur seni memiliki pesan yang ingin dikomunikasikan kepada penikmatnya, baik tersirat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Di era global ini persaingan antar dunia perfilman yang semakin ketat membuat setiap bisnis film di bioskop tetap eksis dan mulai mampu bersaing untuk memberikan

Lebih terperinci

JESSICA LARA

JESSICA LARA IKLAN DAN KESADARAN REMAJA (STUDI KORELASIONAL TENTANG PENGARUH TAYANGAN IKLAN BKKBN VERSI PERNIKAHAN DINI-HINDARI 4T TERHADAP KESADARAN REMAJA KELURAHAN TEGAL SARI MANDALA II MEDAN) JESSICA LARA 100904056

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan hidupnya, tak terkecuali manusia. Akan tetapi berbeda dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas

BAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya media penyampaian suatu cerita sejak Tahun 70-an, film mulai banyak mengambil inspirasi atau karya- karya sastra yang telah ada sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Film merupakan salah satu produk media massa yang selalu berkembang setiap jamannya. Film adalah sebuah produk seni yang memiliki kebebasan dalam berekspresi, juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. massa terutama televisi, telah menjadi media penyebaran nilai-nilai dan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Televisi telah menjadi begitu lazim sehingga hampir tidak pernah memperhatikan apa itu televisi dan apa pengaruhnya. Televisi telah menciptakan sebentuk kemelekan huruf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini 73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, kodrat manusia menjadi tua seolah bisa dihindari dengan teknologi yang diciptakan oleh manusia. Kemunculan produkproduk kecantikan masa kini menjanjikan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh

BAB II URAIAN TEORITIS. Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner, yakni komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan hal terpenting dalam menunjukkan keberadaan seseorang. Komunikasi tidak saja dilakukan antar personal, tetapi dapat pula melibatkan sekian banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan informasi pada era globalisasi pada zaman ini sangat begitu pesat khususnya dalam media yakni, media cetak, media online ataupun media elektronik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi maupun hiburan. Saat ini begitu banyak media massa yang kita kenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, seni, lukisan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film, 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe penelitian Penelitian ini beranjak untuk memahami kontruksi nasionalisme dalam film, menanggapi fenomena sosial tentang nasionalisme yang disinyalir mulai memudar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang berkembang dalam bidang teknologi dan informasi, hampir semua masyarakat baik yang berada di daerah pekotaan maupun yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Khalayak pada zaman modern ini mendapat informasi dan hiburan di dalam kehidupan sehari harinya melalui media massa ( surat kabar, majalah, film, radio, dan TV ), untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia sehari-hari tidak dapat terpisahkan dengan komunikasi baik komunikasi verbal maupun komunikasi non verbal. Komunikasi bukan hanya sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa atau etnis, agama, bahasa, adat istiadat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ini adalah tentang pendeskripsian sebuah persepsi khalayak terhadap program sinetron Emak Ijah Pengen Ke Mekah. Sudut Pandang dalam penelitian ini yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya di takdirkan untuk menjadi seorang pemimpin atau leader, terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemimpin atau seorang Leader tentu sudah tidak asing di telinga masyarakat pada umumnya, hal ini disebabkan karena setiap manusia yang diciptakan didunia ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya selalu menarik untuk diulas. Selain terkait tindakan, budaya adalah hasil karya manusia yang berkaitan erat dengan nilai. Semakin banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur

BAB I PENDAHULUAN. diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses bantuan yang diberikan oleh orang dewasa untuk mencapai kedewasaan. Henderson dalam Djumhur mengertikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bila kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program

BAB I PENDAHULUAN. bila kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Hidup ini dikendalikan media massa. Kalimat itu tidak dapat dipungkiri bila kita amati animo individu atau masyarakat terhadap berbagai program komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi sejak dilahirkan didunia, komunikasi tidak hanya berupa

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan media lain di dalam penyampaian pesannya. Salah satu kelebihan televisi yaitu paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, dunia entertainment selalu dijadikan fenomena oleh para masyarakat. Hal ini dikarenakan dunia entertainment dekat sekali dengan kehidupan sehari-hari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. iklan, karena iklan ada dimana-mana. Secara sederhana iklan merupakan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Iklan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Mulai dari bangun tidur sampai saat akan kembali tidur kita pasti akan menjumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi lain, yaitu Gerbner. Menurut Gerbner (1967) Mass communication is BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner (rakhmat,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar bergerak (film) adalah bentuk dominan dari komunikasi massa visual di belahan dunia ini. Lebih dari ratusan juta orang menonton film di bioskop, film televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utama adalah menyampaikan suatu pesan. Dengan semakin majunya zaman

BAB I PENDAHULUAN. yang utama adalah menyampaikan suatu pesan. Dengan semakin majunya zaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi, zaman pun semakin maju, modern dan berkembang khususnya dalam bidang komunikasi. Adapun fungsi komunikasi yang utama adalah menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita.

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini perkembangan teknologi tanpa disadari telah mempengaruhi hidup kita. Perkembangan jaman dan teknologi ini juga berimbas kepada proses berkembangnya

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Tingkat kesukaan atau afektif merupakan salah satu komponen proses komunikasi massa yaitu efek. Efek adalah hasil yang dicapai dari usaha penyampaian pernyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi bisa terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima. Harold

Lebih terperinci

Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal. dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal. dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama.

Lebih terperinci

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting Modul ke: Penulisan Skenario Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom 15Fakultas 15Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting Penguatan Ide Cerita 082112790223// patriciarobin23@gmail.com 082112790223// patriciarobin23@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya, media mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaannya, media mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan berkembangnya masyarakat beserta peradaban dan kebudayaannya, media mengalami kemajuan pula melalui alat komunikasi yang dipergunakannya. Semua digunakan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini, terdapat suatu fenomena yang terjadi yaitu para pemilik modal berlomba-lomba menginvestasikan modal mereka guna mengincar keuntungan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya 4 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Perkembangan Balita Untuk mempelajari perkembangan anak dari usia 2 tahun, ada baiknya mengetahui sekelumit pertumbuhan fisik dan sisi psikologinya. Ada beberapa aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memahami kedudukannya serta peranannya dalam masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di sekitarnya, memperluas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya

BAB I PENDAHULUAN. perkembanganmasyarakat perkotaan dan industri, sebagai bagian dari budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Film merupakan salah satu media komunikasi massa (mass communication) yaitu komunikasi melalui media massa modern. Film hadir sebagian kebudayaan massa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu banyak kebutuhan manusia yang secara tidak langsung media turut serta untuk memenuhinya. Secara umum, kebutuhan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Begitu banyak kebutuhan manusia yang secara tidak langsung media turut serta untuk memenuhinya. Secara umum, kebutuhan manusia BAB I PENDAHULUAN I.1. LatarBelakang Penelitian ini berfokus pada motif pendengar di Surabaya dalam mendengarkan program dari colors radio 87,7 FM Casual and Fun. Motif merupakan penggerak untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pembuatan film, pasti mengharapkan filmnya ditonton orang sebanyakbanyaknya. Ironisnya banyak produser yang sering mengabaikan bidang promosi. Promosi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Keterdedahan Berita Kriminal di Televisi Keterdedahan berita kriminal di televisi merupakan beragam penerimaan khalayak remaja terhadap siaran berita kriminal di televisi, meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena masyarakat dapat mengakses berbagai hal baru yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, informasi berkembang dengan pesat dan semakin aktual sehingga membuat masyarakat ingin selalu mengakses perkembangan informasi. Dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telekomunikasi saat ini sangat dirasakan semakin cepat dan menjadi bagian terpenting dari suatu masyarakat, Komunikasi pun dapat menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan komunikasi sebagai wadah untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide, emosi, keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial manusia atau masyarakat. Aktifitas komunikasi dapat terlihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktifitas komunikasi karena komunikasi merupakan bagian integral dari sistem dan tatanan kehidupan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang bergerak aktif dengan segudang aktivitasnya sejak kecil hingga dewasa, mulai dari pagi hari hingga larut malam. Dalam hidupnya,

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Youtube telah menjadi fenomena yang mendunia yang merupakan situs video sharing yang berfungsi sebagai sarana untuk berbagi video secara online. Situs ini memfasilitasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Setiap usaha dan tindakan manusia selalu berlandaskan motif. Motif menjadi alasan untuk mengerjakan atau melakukan sesuatu, seperti kegiatan belajar, bekerja,

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN

BAB II SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IKLAN 1 ABSTRAK Perkembangan dunia komunikasi dan media massa adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Melalui media massa saat ini, masyarakat dapat memperoleh informasi yang tidak terbatas. Tidaklah heran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa, akhir-akhir ini perkembangan media massa sangat pesat, bahkan sekarang sudah menjadi sebuah industri. Media massa terdiri dari media masa cetak,

Lebih terperinci