PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM KAITANNYA DENGAN LIKUIDASI BPR (Study Pada Pengawas Bank Madya di Bank Indonesia Cabang Denpasar)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM KAITANNYA DENGAN LIKUIDASI BPR (Study Pada Pengawas Bank Madya di Bank Indonesia Cabang Denpasar)"

Transkripsi

1 PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM KAITANNYA DENGAN LIKUIDASI BPR (Study Pada Pengawas Bank Madya di Bank Indonesia Cabang Denpasar) Oleh : Ketut Gde Swara Siddhi Yatna Nyoman Mudana Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT In 1998 occurred against the liquidation of 16 banks in Indonesia due to the economic crisis. To avoid the moral hazard of Government then formed the government. LPS is an independent agency which serves to guarantee the customer and participate maintaining the stability of the banking system. The institutions established under the Law Number 24 of 2004 about the Lps. Based on this background then the problems discussed in this study, namely the role of LPS in the liquidation of banks and the responsibility of the government in the fulfillment of customer funds on the BPR liquidated in Bali. This type of research in the writing of this journal is empirical juridical research, i.e., approaching the problem of regulations regulations and the fact that occurred in the community, in this case about the liquidation of the Bank Of the people in Bali. In the results of research, LPS to support the national banking system is healthy and stable. LPS has a function to guarantee the deposits of banking clients and actively maintains the stability of the banking system. LPS participated maintaining banking stability by conducting the rescue of banks failed and the liquidation of failed banks. LPS in the process of liquidation of BPR alone in LPS have done the process of liquidation against the BPR in Bali that permit has been revoked his efforts by Bank Indonesia and make the payment deposit guarantee decent pay claims to the customer of the bank. LPS guarantee with a maximum amount of guarantee amounting to Rp 2 Billion per customer. Keywords: LPS, Liquidation ABSTRAK Pada tahun 1998 terjadi likuidasi terhadap 16 bank di Indonesia karena krisis ekonomi. Untuk menghindari moral hazard maka pemerintah membentuk LPS. LPS merupakan lembaga independen yang berfungsi menjamin nasabah dan turut serta memelihara stabilitas sistem perbankan. Lembaga yang didirikan berdasarkan Undang Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan. Berdasarkan latar belakang ini maka permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini yaitu peranan LPS dalam likuidasi bank dan tanggung jawab LPS dalam pemenuhan dana nasabah pada BPR yang dilikuidasi di Bali. 1

2 Jenis penelitian dalam penulisan jurnal ini merupakan penelitian yuridis empiris, yaitu mendekati masalah dari peraturan peraturan yang berlaku dan kenyataan yang terjadi di masyarakat, dalam hal ini tentang likuidasi Bank Perkreditan Rakyat di Bali. Dalam hasil penelitian, LPS untuk mendukung sistem perbankan nasional yang sehat dan stabil. LPS mempunyai fungsi untuk menjamin simpanan nasabah perbankan dan ikut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan. LPS ikut memelihara stabilitas perbankan dengan melakukan penyelamatan bank gagal dan melakukan proses likuidasi bank gagal. LPS melakukan proses likuidasi BPR sepanjang tahun LPS telah melakukan proses likuidasi terhadap BPR yang telah dicabut izin usahanya oleh Bank Indonesia dan melakukan pembayaran klaim penjaminan simpanan layak bayar kepada nasabah bank tersebut. LPS memberikan jaminan dengan jumlah maksimum penjaminan sebesar Rp. 2 Milyar per nasabah. Kata kunci : Lembaga penjamin Simpanan (LPS), likuidasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mensukseskan program pembangunan nasional dalam rangka mencapai pemerataan pendapatan, menciptakan pertumbuhan ekonomi, dan memelihara stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak, tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. Selain bertindak sebagai agen pembangunan, bank sebagai entitas juga harus dapat mempertahankan kesinambungan usahanya dengan senantiasa menjaga kemampuan untuk menciptakan hasil usaha yang dapat menambah struktur pendanaan dan permodalannya. Selain itu, bank sebagai lembaga utama di bidang keuangan juga diharapkan dapat menjaga kepercayaan masyarakat atas simpanan yang yang ditanamkan kepadanya. Mengingat tugas tersebut memiliki sifat yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, pengaturan atas industri perbankan nasional mutlak diperlukan untuk menjaga kesinambungan diantara tugas tugas diatas. 1 Lembaga perbankan di Indonesia diatur dalam Undang Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang Undang No.7 Tahun 1992 tentang h.1 1 Jonker Sihombing, 2010, Penjamin Simpanan Nasabah Perbankan, Alumni, Bandung, 2

3 Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790, selanjutnya disebut Undang-Undang Perbankan) Tugas perbankan di Indonesia sebagaimana terdapat dalam ketentuan Pasal 4 Undang-Undang Perbankan yakni bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan kearah peningkatan kesejahteraan rakyat. Berdasarkan ketentuan dalam Undang Undang tentang perbankan di Indonesia hanya ada dua jenis bank, yaitu bank umum dan bank perkreditan rakyat, dengan variasi adanya bank umum dan bank perkreditan rakyat berdasarkan prinsip syariah. 2 Bank sebagai salah satu lembaga keuangan adalah badan usaha yang mengimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk lainnya. Dari produk dan jasa perbankan yang ditawarkan ini, pendapatan atau keuntungan suatu bank lebih banyak dari pemberian kredit kepada nasabahnya. Oleh karenanya pemberian kredit secara terus menerus dilakukan oleh bank dalam kesinambungan operasionalnya. Operasi bank dibidang pemberian fasilitas kredit adalah fungsi utama dari bisnis perbankan, yaitu fungsi menyalurkan dana kepada mereka yang memerlukan setelah menerima pengumpulan dana dari para deposan penyimpan dana. Fungsi ini juga memberikan penghasilan yang paling besar sebanding dengan resiko yang dihadapi perbankan. Mulai dari resiko operasional, resiko pasar, resiko likuiditas, resiko suku bunga, resiko kredit, dan berbagai jenis resiko lainnya. Perubahan yang terjadi pada faktor internal maupun faktor eksternal sangat memengaruhi tingkat kesehatan dari sebuah bank. 3 Terjadinya krisis multidimensi yang diakibatkan oleh krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 telah memberikan pengaruh yang besar terhadap terhadap pengambilan kebijakan pemerintah pusat dalam mengatur sektor ekonomi. Bank Indonesia sebagai otoritas tertinggi perbankan di Indonesia terpaksa mengambil keputusan memberikan sanksi keras berupa melakukan pencabutan izin usaha yang dilanjutkan dengan melikuidasi terhadap 16 buah bank swasta skala 2 Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta, h.26 3 Jongker Sihombing, 2009, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasaba, Alumni, Bandung, h.2 3

4 menengah pada 1 November 1997, yang diakibatkan tingginya kasus kredit macet pada bank bank tersebut dan tingginya pelanggaran atas ketentuan dan rambu rambu perkreditan terutama prinsip kehati hatian yang di tetapkan oleh BI. Untuk meningkatkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional sekaligus guna menghambat melemahnya nilai tukar rupiah, pada saat itu, Bank Indonesia sebagai bank sentral akhirnya mengucurkan BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia) untuk menutupi pendanaan bank yang mengalami rush. Demi mencegah terjadinya rush berkepanjangan, pada akhir Januari 1998 pemerintah menerbitkan blanket guarantee system untuk memulihkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Sebagai pengganti program blanked guarantee pemerintah lalu mengajukan Rancangan Undang Undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Melalui Undang-Undang ini akan dibentuk suatu lembaga independen yang disebut LPS yang berfungsi sebagai penjamin simpanan masyarakat yang ada pada industri perbankan. Kemudian, pada tanggal 13 Oktober 2008 terbit PERPU Nomor 3 Tahun 2008 dan yang telah ditetapkan menjadi Undang Undang Nomor 7 Tahun 2009 untuk mengubah Undang Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS dengan menambah kriteria ancaman krisis yang membahayakan stabilitas keuangan untuk merubah nilai yang dijamin. Dalam pasal satu 1 PERPU Nomor 3 Tahun 2008 menyatakan bahwa nilai yang dijaminkan oleh LPS adalah sebesar Rp ,-(seratus juta rupiah) pada tahun 2009 Perpu ini dikuatkan menjadi Undang Undang Nomor 7 Tahun 2009 untuk mengubah Undang Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang LPS. Kemudian pada tanggal 17 Oktober 2008 terbitlah Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2008 tentang Besaran nilai Simpanan Yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan yang dalam Pasal 1 menyatakan bahwa nilai simpanan yang dijaminkan oleh Lembaga Penjamin Simpanan diubah menjadi paling banyak Rp ,- (dua milyar rupiah) dan diberlakukan hungga saat ini di bidang perbankan. Adanya perbedaan besaran nilai simpanan yang dijaminkan oleh LPS membuat terjadinya kesenjangan antara peraturan perundang undangan yang ada dengan berlaku di masyarakat. Dalam 4

5 Undang-Undang LPS ditentukan bahwa besaran jaminan adalah maksimal Rp ,- (seratus juta rupiah) namun yang berlaku di masyarakat adalah senilai Rp ,- (dua milyar rupiah) seperti yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun Lalu timbul pertanyaan mengenai jumlah dana nasabah diatas 2 Milyar tersebut, bagaimanakah penyelesaiannya oleh pihak bank dan LPS. Makin berkembangnya BPR di Provinsi Bali tentunya timbul persaingan yang ketat antara BPR, Bank Umum maupun lembaga keuangan mikro lainnya. Hal ini menimbulkan ada BPR yang tidak mampu untuk menjalankan fungsinya dengan baik sehingga menyebabkan kesehatan BPR terganggu yang berujung pada proses likuidasi. Seperti contoh kasus likuidasi BPR yang terjadi di Bali sejak Tahun 2009 sudah ada dua BPR yang mengalami proses likuidasi yaitu PT. BPR Sri Utama yang terletak di kediri Tabanan dan PT. BPR Satya Adhi Perdana yang berlokasi di jimbaran kedua BPR ini sudah di cabut izin usahanya oleh BI namun PT. BPR Satya Adhi Perdana sampai saat ini masih dalam proses likuidasi. 4 Pada tahun 2010 ada dua buah BPR yang di likuidasi di Bali yaitu PT. BPR Argawa Utama yang terletak di mengwi Badung dan PT. BPR Swasad Artha yang terletak di blahbatuh Gianyar dan kedua BPR ini telah selesai dilikuidasi serta telah dicabut izin usahanya oleh BI. 5 Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat tulisan jurnal ini dengan judul PERANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM KAITANNYA DENGAN LIKUIDASI BPR. Adapun permasalahan yang diangkat dalam tulisan ini adalah 1. Bagaimanakah peranan LPS dalam kaitannya dengan likuidasi bank?. 2. Bagaimanakah tanggung jawab LPS dalam memberikan perlindungan hukum terhadap nasabah pada BPR yang dilikuidasi. 1.2 Tujuan Penulisan Oktober ibid 4 Anonim, 2009, Bank Yang Dilikuidasi, diakses pada tanggal 18 5

6 Adapun tujuan penulisan adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisa secara mendalam tentang peranan LPS dalam hal terjadinya likuidasi bank serta menganalisa secara mendalam tentang tanggung jawab LPS dalam memberikan perlindungan hukum bagi nasabah terkait likuidasi BPR. II. ISI MAKALAH 2.1 Metode Penulisan Jenis penelitian yang digunakan dalam tulisan jurnal ini adalah jenis penulisan hukum empiris yaitu penelitian hukum yang objek penelitiannya meliputi ketentuan dan mengenai pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi, Undang Undang dan kontrak) secara in action/in abstracto pada setiap peristiwa hukum yang terjadi pada masyarakat (in concreto) 6. Penelitian ini dilakukan untuk memastikan apakah hasil penerapan pada peristiwa hukum in concreto itu telah sesuai atau tidak dengan Undang Undang ataupun kontrak telah dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak, sehingga para pihak yang berkepentingan mencapai tujuannya. Penelitian yuridis empiris dilakukan di lapangan dengan metode dan teknik penelitian lapangan yaitu mengadakan kunjuangan dan berkomunikasi dengan para pihak yang berkaitan langsung. 2.2 Hasil Pembahasan Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Kaitannya Dengan Likuidasi BPR Bank yang melakukan usaha di wilayah negara Kesatuan Republik Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan, yang meliputi Bank Umum yang menjalankan kegiatan secara konvensional maupin syariah, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) serta BPR Syariah. Kewajiban bank menjadi peserta penjaminan tidak termasuk bagi Badan Kredit Desa (BKD) LPS mempunyai pengaruh yang sangat penting didalam menunjang terwujudnya perekonomian nasional yang stabil dan tangguh khususnya dalam mendukung sistem perbankan yang sehat dan stabil. Dengan adanya LPS, Bandung h Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, 6

7 kepercayaan nasabah terhadap lembaga perbankan lebih menguat, hal ini disebabkan nasabah penyimpan menghendaki agar dana yang disimpannya aman di bank yang mereka manfaatkan jasanya sehingga terdapat kepastian akan nasib simpanannya sepanjang simpanan tersebut memenuhi kualifikasi penjaminan. Bagi industri perbankan, program penjaminan akan menciptakan stabilitas pendanaan, sehingga terhindar dari kesulitan likuiditas yang di akibatkan oleh penarikan dana besar besaran. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, Bapak Ida Bagus Ketut Purnama, Direktur Utama PT. BPR Kintamani Perdana menyatakan bahwa setiap BPR diwajibkan membayar premi kepada LPS sebesar 0,1% x jumlah total simpanan yang ada, yaitu simpanan yang berupa tabungan dan deposito. Pembayaran premi dilakuan setiap 6 bulan sekali yaitu untuk periode Januari Juni, pembayaran paling lambat pada tanggal 31 Januari. Sedangkan periode Juli Desember dilakukan paling lambat pada tanggal 31 Juli. Perhitungan mengenai besaran premi yang dibayarkan pada LPS dihitung sendiri oleh BPR yang bersangkutan (wawancara tanggal 25 Oktober 2016). Untuk mengakomodasi pentingnya LPS, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, menyebutkan secara eksplisit urgensi keberadaan LPS yaitu dalam pasal 1 angka 24 yang berbunyi Lembaga Penjamin Simpanan adalah badan hukum yang menyelenggarakan kegiatan penjaminan simpanan nasabah penyimpan melalui skim asuransi, dana penyangga, atau skim lainnya. Pasal 37B Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan merupakan pasal yang secara tegas menyebutkan keberadaan LPS. Dalam pasal itu dirumuskan : Ayat (1) setiap bank wajib menjamin dana masyarakat yang disimpan pada bank yang bersangkutan. Ayat (2) untuk menjamin simpanan masyarakat pada bank sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibentuk Lembaga Penjamin Simpanan. Lebih lanjut dalam penjelasan disebutkan : Pembentukan lembaga penjamin simpanan diperlukan dalam rangka melindungi kepentingan nasabah dan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada bank. Dalam menyelenggarakan penjaminan simpanan dana masyarakat pada bank. Lembaga Penjamin Simpanan dapat menggunakan : 7

8 a. Skim dana bersama. b. Skim asuransi. c. Skim lainnya yang disetujui oleh BI. Ayat (3) Lembaga PenjaminSimpanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) berbentuk badan hukum Indonesia. Ayat (4) ketentuan mengenai penjaminan dana masyarakat dan Lembaga Penjamin Simpanan diatur lebih dalam Peraturan Pemerintah. LPS bekerja menjalankan dua fungsi, yaitu menjamin simpanan nasabah perbankan dan turun aktif memelihara stabilitas sistem perbankan. Berdasarkan keterangan dari Bapak Ida Bagus Dharma Putra Pengawas Bank Madya pada Bank Indonesia cabang Denpasar, bahwa dalam pelaksanaan program penjaminan, LPS bukanlah bertugas untuk mengembalikan sepenuhnya dana nasabah yang tersimpan dalam bank tersebut, namun berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2008 tentang Besaran Nilai Simpanan Yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan maka besaran jaminan simpanan yang diberikan oleh LPS yaitu paling banyak Rp ,- (dua milyar rupiah), jadi apabila nasabah mempunyai dana dibawah atau hingga Rp. 2 Milyar, tentu sepenuhnya akan menjadi tanggung jawab LPS untuk pengembalian dana tersebut, namun bila jumlah simpanan nasabah melebihi Rp. 2 Milyar, maka yang dibayarkan oleh LPS hanya sejumlah Rp. 2 Milyar, sisanya akan dibayarkan dengan menunggu penjualan aset kekayaan bank yang bersangkutan (wawancara pada tanggal 27 Oktober 2016). Lebih lanjut Bapak Ida Bagus Dharma Putra menyatakan bahwa, nasabah penyimpan dana pada BPR yang mengalami likuidasi seperti tersebut diatas, begitu LPS sudah mengumumkan di 2 surat kabar harian, maka para nasabah penyimpan dari BPR tersebut dapat mengajukan pengembalian dana nasabahnya pada bank yang telah ditunjuk oleh LPS. Prosedur pengembalian dananya yaitu Bank dalam kasus ini yang ditunjuk adalah PT. BRI akan membuka loket khusus untuk pengembalian dana nasabah atas BPR yang dilikuidasi. Pihak nasabah datang ke loket tersebut dengan membawa bukti kepemilikan simpanan, identitas yang masih berlaku sesuai dengan data simpanannya pada BPR yang bersangkutan, dokumen pendukung lainnya, dan juga surat keterangan dari Tim 8

9 Likuidasi sebagai dokumen tambahan untuk disampaian ke bank pembayar dalam rangka pengajuan dan pembayaran klaim simpanan layak bayar. Begitu pihak PT. BRI melakukan pencocokan data, maka dana nasabah dapat dicairkan hari itu juga. Bagi nasabah yang mempunyai dana dibawah Rp. 2 Milyar sanpai maksimal Rp. 2 Milyar, akan segera hari itu juga bisa mendapatkan dananya kembali. Namun bagi yang mempunyai dana lebih dari Rp. 2 Milyar, maka sisa atas pengembalian dananya dengan menunggu penjualan aset dan pemberesan yang dilakukan oleh Tim Likuidasi LPS. Jangka waktu pengajuan klaim Penjaminan oleh Nasabah Penyimpan kepada LPS adalah 5 tahun sejak izin usaha bank dicabut (wawancara pada tanggal 27 Oktober 2016). Adanya perjanjian penyimpanan antara bank dan nasabah penyimpan dana maka ada perlindungan hukum yang timbul bagi nasabah penyimpan dana apabila bank tidak mampu lagi menjalankan usahanya (bank gagal) dan berujung pada likuidasi, untuk menyelesaikan seluruh kewajiban dan pembubaran badan hukum bank yang dilikuidasi maka penyelesaiannya dilakukan oleh Lembaga Penjamin Simpanan. Dalam kaitannya dengan perlindungan kepentingan nasabah bank, pembentukan lembaga penjamin simpanan merupakan salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah, walaupun LPS belum dapat sepenuhnya memberikan perlindungan terhadap dana nasabah tersebut, karena peraturan mengenai besaran nilai simpanan yang dijamin oleh LPS yaitu sebesar Rp. 2 Milyar per nasabah bank. Jadi bila nasabah mempunyai simpanan diatas Rp. 2 Milyar, kelebihannya tersebut tidaklah dijaminkan oleh LPS, namun menunggu penjualan aset dan pertanggungjawaban dari pengurus dan pemegang saham bank yang bersangkutan. Bapak Ida Bagus Dharma Putra, menyatakan bahwa pada BPR yang dilikuidasi di Bali LPS mengambil tindakan yaitu : - Membubarkan badan hukum BPR tersebut - Membentuk Tim Likuidasi yang ditunjuk langsung oleh LPS, dengan meminta pertimbangan kepada BI. - Menetapkan status BPR tersebut sebagai Bank Dalam Likuidasi. - Menonaktifkan seluruh direksi dan dewan komisaris BPR tersebut. 9

10 Setelah pembentukan tim likuidasi, LPS kemudian melakukan pemberesan terhadap hal hal yang berkaitan dengan pembubaran badan hukum BPR serta melakukan pemberesan aset dan kewajiban BPR (wawancara pada tanggal 27 Oktober 2016). Pembayaran klaim penjaminan nasabah penyimpan dana pada BPR yang dilikuidasi di Bali, LPS melakukan rekonsiliasi dan verifikasi terlebih dahulu atas data simpanan dan informasi lainnya untuk menetapkan simpanan yang layak bayar dan tidak layak bayar. Rekonsiliasi dan verifikasi tersebut diselesaikan LPS paling lama 90 hari sejak tanggal pencabutan izin usaha. Setelah dilikuidasi, LPS akan mengambil alih dan menjalankan segala hak dan wewenang pemegang saham, termasuk hak dan wewenang RUPS. Rekonsiliasi dan verifikasi dilakukan secara bertahap dimulai dari rekening yang lebih mudah diverifikasi. Dalam rangka memberikan kepastian hukum mengenai posisi kewajiban bank dan kejelasan tanggung jawab Tim Likuidasi, ditetapkan bahwa pelaksanaan likuidasi bank tersebut wajib diselesaikan dalam jangka waktu paling lambat 2 tahun terhitung sejak tanggal pembentukan Tim Likuidasi. Dalam hal likuidasi bank tidak dapat diselesaikan dalam jangka waktu tersebut maka penjualan harta bank dalam likuidasi dilakukan secara lelang. Tim Likuidasi menyampaikan Neraca Akhir Likuidasi dan laporan pertanggungjawaban tugas tim likuidasi kepada LPS paling lama 10 (sepuluh) hari kalender setelah pelaksanaan likuidasi selesai. LPS menunjuk kantor akuntan publik atau instansi pemerintah di bidang audit untuk dan atas nama LPS melakukan audit Neraca Akhir Likuidasi dan laporan pertanggungjawaban tugas Tim Likuidasi. LPS memutuskan menerima atau tidak menerima pertanggungjawaban tim likuidasi paling lama 10 (sepuluh) hari kalender sejak LPS menerima laporan hasil audit. LPS memutuskan menerima atau tidak menerima pertanggungjawaban tim likuidasi paling lama 10 (sepuluh) hari kalender sejak LPS menerima laporan hasil audit. Bila LPS tidak menerima pertanggungjawaban tim likuidasi maka LPS menetapkan langkah langkah penyelesaiannya hal ini sesuai dengan bunyi Pasal 10

11 45 Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 001/PLPS/2010 tentang Likuidasi Bank. III. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan dalam pembahasan jurnal ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Lembaga Penjamin Simpanan berperan dalam memberikan perlindungan hukum secara respresif dalam sistem perbankan dengan menjamin simpanan nasabah dan ikut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan. Setelah BI mencabut izin usaha suatu bank, maka LPS akan mengambil alih untuk pengurusan dan pemberesan likuidasi bank tersebut dan membayarkan simpanan dana nasabah hingga maksimal Rp. 2 Milyar per nasabah per bank. 2. Tanggung jawab LPS dimulai sejak sebuah bank dinyatakan bermasalah oleh BI, apabila penyehatan tidak bisa dilakukan maka LPS akan membentuk tim likuidasi dan membubarkan badan hukum bank tersebut, kemudian LPS melakukan pengurusan terhadap aset bank dan melakukan pembayaran atas dana nasabah pada bank yang dilikuidasi tersebut. DAFTAR PUSTAKA BUKU Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung Gunarto Suhardi, 2003, Usaha Perbankan Dalam Perspektif Hukum, Kanisius, Yogyakarta Jongker Sihombing, 2009, Tanggung Jawab Yuridis Bankir atas Kredit Macet Nasabah, Alumni, Bandung Bandung, 2010, Penjamin Simpanan Nasabah Perbankan, Alumni, PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN 11

12 Undang Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3790 Undang Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 96, Tambahan Lembara Negara Republik Indonesia Nomor 4420 INTERNET Anonim, 2009, Bank Yang Dilikuidasi, diakses pada tanggal 18 Oktober

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi

Peran Lembaga Penjamin Simpanan Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi Peran Terhadap Klaim Dana Nasabah Bank Likuidasi Yennie Agustin M.R. Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampun Email : yennie.agustin@fh.unila.ac.id Abstrak merupakan penyempurnaan dari

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN ATAS SIMPANANNYA YANG TIDAK DIJAMIN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN ATAS SIMPANANNYA YANG TIDAK DIJAMIN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN ATAS SIMPANANNYA YANG TIDAK DIJAMIN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam agenda pembangunan nasional Tahun , secara politis dikatakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam agenda pembangunan nasional Tahun 2004 2009, secara politis dikatakan bahwa kondisi perbankan dan lembaga keuangan lainya belum mantap. Lemahnya pengaturan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas

I. PENDAHULUAN. nasional dan stabilitas industri perbankan yang mempengaruhi stabilitas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri perbankan merupakan salah satu komponen penting dalam perekonomian nasional. Fungsi utama bank dalam suatu perekonomian adalah untuk menghimpun dana dari masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan. 1 Hal ini berarti bahwa nasabah

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan. 1 Hal ini berarti bahwa nasabah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan. 1 Hal ini berarti bahwa nasabah yang akan menyimpan uang mereka di bank memiliki rasa kepercayaan bahwa uang yang

Lebih terperinci

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN news.okezone.com A. LATAR BELAKANG Pada tahun 1998, krisis finansial di wilayah Asia Tenggara telah diikuti dengan krisis ekonomi dan politik di Indonesia. Saat itu kondisi perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan

I. PENDAHULUAN. yang menjadi sarana dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah yaitu kebijakan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penunjang perekonomian di Indonesia adalah lembaga perbankan (bank) yang memiliki peran besar dalam menjalankan kebijaksanaan perekonomian. Untuk mencapai

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM LIKUIDASI BANK

TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM LIKUIDASI BANK TANGGUNG JAWAB DAN KEWENANGAN BANK INDONESIA DALAM LIKUIDASI BANK Oleh : Ni Wayan Sari Wiradiani I Gusti Ketut Ariawan Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Tugas Bank Indonesia selaku

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009

BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009 38 BAB III PELAKSANAAN PENJAMINAN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN SESUAI DENGAN UU RI NOMOR 7 TAHUN 2009 A. Latar Belakang berdirinya Lembaga Penjamin Simpanan Industri perbankan merupakan salah satu komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LIKUIDASI BANK DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN 2.1 Likuidasi Bank 2.1.1 Pengertian likuidasi bank Pengertian Likuidasi Bank menurut Pasal 1 angka 13 Peraturan Lembaga Penjamin

Lebih terperinci

KEWENANGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM LIKUIDASI BANK

KEWENANGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM LIKUIDASI BANK 1 KEWENANGAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM LIKUIDASI BANK oleh Ni Made Dasri Librayanti Made Mahartayasa Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Industri perbankan mempunyai peranan

Lebih terperinci

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) Dosen: Dr Jamal Wiwoho, dkk 4/9/2012 www.jamalwiwoho.com 1 Sejarah LPS Pada tahun 1998, krisis moneter dan perbankan yang menghantam Indonesia, yang ditandai dengan dilikuidasinya

Lebih terperinci

PERANAN PEMEGANG SAHAM PADA SAAT TERJADI LIKUIDASI BANK DILIHAT DARI UNDANG UNDANG PERBANKAN

PERANAN PEMEGANG SAHAM PADA SAAT TERJADI LIKUIDASI BANK DILIHAT DARI UNDANG UNDANG PERBANKAN PERANAN PEMEGANG SAHAM PADA SAAT TERJADI LIKUIDASI BANK DILIHAT DARI UNDANG UNDANG PERBANKAN Oleh Ida Bagus Suambara Manuaba I Ketut Suardita Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

Lebih terperinci

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Nama Kelompok: 1. Suryanto 1110 2. Ananda Catur W. 111023539 3. Nurul Anggraheni 111023535 4. Puji Lestari 1110 5. Yovika Winda H. 111023603 STIE YKPN YOGYAKARTA 2013 1 DAFTAR

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN, R AN SALINAN PERATURAN NOMOR 2/PLPS/2005 TENTANG LIKUIDASI BANK DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya UndangUndang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu diatur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 7 Tahun 2009 (UU LPS) dan mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nomor 7 Tahun 2009 (UU LPS) dan mulai beroperasi secara penuh sejak tanggal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan LPS dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

7. ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

7. ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ANDRI HELMI M, SE., MM. 7. ASPEK HUKUM LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ANDRI HELMI M, SE., MM. Pengertian LPS Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) adalah suatu lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah perbankan di Indonesia.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T No.578, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPS. Penyelesaian Bank selain Bank Sistemik. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 17) PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/ 12 /PBI/2001 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA PELAKSANAAN JAMINAN PEMERINTAH TERHADAP KEWAJIBAN PEMBAYARAN BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN,

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN, c SALINAN PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan perlu

Lebih terperinci

Perlindungan hukum atas dana nasabah pada bank melalui lembaga penjamin simpanan

Perlindungan hukum atas dana nasabah pada bank melalui lembaga penjamin simpanan Fiat Justitia Jurnal Ilmu Hukum Volume 7 No. 3, Sept.- Des. 2013, ISSN 1978-5186 Perlindungan hukum atas dana nasabah pada bank melalui lembaga penjamin simpanan Rilda Murniati Bagian Hukum Keperdataan

Lebih terperinci

Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas.

Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI, DAN PERUSAHAAN

Lebih terperinci

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website :

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016 Website : TANGGUNG JAWAB LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN TERHADAP NASABAH PENYIMPAN BILYET DEPOSITO AKIBAT LIKUIDASI BANK Sarasdewi Febryanti*, Hendro Saptono, Siti Mahmudah Program Studi S1 Ilmu Hukum, Fakultas Hukum,

Lebih terperinci

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS)

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) 2015 LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN (LPS) Proses Terbentuknya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Krisis moneter tahun 1998 menurunnya Angkat kepercayaan masyarakat terhadap LK Penutupan 16 bank nasional dan pembekuan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN UMUM Industri perbankan merupakan salah satu komponen sangat penting dalam perekonomian nasional demi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Teks tidak dalam format asli. LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 96, 2004 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4420)

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN MAKALAH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Disusun oleh: Nurul Sukma Putri (25211411) Ona Sendri Imelda Kaseh (25211469) Putri Sari Sigiro (25211670) Restu Nurul Andria (26211004) Rezza

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK Oleh: Made Ciria Angga Mahendra Yuwono Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT Banks as financial institutions which can directly withdraw

Lebih terperinci

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T

2017, No tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 T No.577, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LPS. Penanganan Bank Sistemik. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia Nomor 16) PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai penggerak pembangunan dan menjaga stabilitas perekonomian suatu negara, peranan bank sangatlah penting. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 / POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

PENJAMIN SIMPANAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM BISNIS. DR. H. M. Kamal Hijdaz, SH, MH Dosen pada Fakultas Hukum UMI Dan STIE YPUP

PENJAMIN SIMPANAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM BISNIS. DR. H. M. Kamal Hijdaz, SH, MH Dosen pada Fakultas Hukum UMI Dan STIE YPUP PENJAMIN SIMPANAN DITINJAU DARI ASPEK HUKUM BISNIS DR. H. M. Kamal Hijdaz, SH, MH Dosen pada Fakultas Hukum UMI Dan STIE YPUP ABSTRAK Tulisan ini membahas permasalahan seputar dampak penjaminan simpanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini industri perbankan memiliki peranan yang sangat penting dalam mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam kondisi yang stabil

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 4/Mei/2015 PERAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DALAM MELINDUNGI SIMPANAN NASABAH AKIBAT LIKUIDASI BANK 1 Oleh: Ruddy P. Haryono 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana tugasdan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420]

UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420] UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN [LN 2004/96, TLN 4420] BAB XIII SANKSI ADMINISTRATIF DAN PIDANA Pasal 92 (1) LPS menjatuhkan sanksi administratif pada bank yang melanggar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara,

I. PENDAHULUAN. Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Bank adalah bagian dari sistem keuangan dan sistem pembayaran suatu Negara, bahkan pada era globalisasi sekarang ini, bank telah menjadi bagian dari sistem keuangan dan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, 114 BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut: a. UU Perbankan, UU Bank Indonesia, PP No.25/1999 dan SK DIR Bank Indonesia No.32/53/KEP/DIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank semata-mata dilandasi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank semata-mata dilandasi BAB I PENDAHULUAN Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan, dimana keinginan masyarakat untuk menyimpan dananya pada bank semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali

Lebih terperinci

BAB I. KETENTUAN UMUM

BAB I. KETENTUAN UMUM BAB I. KETENTUAN UMUM 1 1 Otoritas Jasa Keuangan, yang selanjutnya disingkat OJK, adalah lembaga yang independen yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK

SALINAN PERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK SALINAN PERATURAN NOMOR 3/PLPS/2005 TENTANG PENYELESAIAN BANK GAGAL YANG TIDAK BERDAMPAK SISTEMIK DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa salah satu tugas dan fungsi Lembaga Penjaminan Simpanan adalah turut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penulis melakukan penelitian di Bank Indonesia yang berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No.2 Jakarta Pusat.Waktu penelitian mulai dari Oktober

Lebih terperinci

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I

2 dan Luas Cakupan Wilayah Usaha Lembaga Keuangan Mikro) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 321, Tambahan Lembaran Negara Republik I LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.342, 2014 KEUANGAN. OJK. Perizinan. Usaha. Kelembagaan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5621) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERNYATAAN PEMEGANG SAHAM PERORANGAN

PERNYATAAN PEMEGANG SAHAM PERORANGAN Lampiran 1 PERNYATAAN PEMEGANG SAHAM PERORANGAN Penjamin Simpanan (selanjutnya disebut Program Penjaminan), saya yang bertanda tangan di bawah ini : Jabatan : No. Identitas : (KTP/PASPOR/...) selaku pribadi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/16/PBI/2001 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 3/1/PBI/2001 TENTANG PROYEK KREDIT MIKRO GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa batas waktu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 31 Tahun 1992 TLN Nomor 3472, Pasal 4. Aditya Bakti, 2003), hal 86. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sistem perekonomian suatu negara industri perbankan memegang peranan penting sebagai penunjang perekonomian negara tersebut. Di Indonesia industri perbankan mempunyai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK

PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK PENANGANAN BANK GAGAL BERDAMPAK SISTEMIK ekonomi.akurat.co I. PENDAHULUAN Perbankan memegang peran penting dalam kehidupan saat ini. Berbagai transaksi mulai dari menyimpan uang, mengambil uang, pembayaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis bank adalah bisnis yang rentan mengalami masalah secara tiba-tiba

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis bank adalah bisnis yang rentan mengalami masalah secara tiba-tiba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis bank adalah bisnis yang rentan mengalami masalah secara tiba-tiba dan menyeret bank menemui kegagalannya dalam menjalankan peranannya. Salah satu karakteristik

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.24, 2016 KEUANGAN OJK. BPR. Badan Kredit Desa. Transformasi. Status. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5847) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN RANCANGAN PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN BATANG TUBUH PENJELASAN RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAH REASURANSI,

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perbankan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.272, 2015 KEUANGAN OJK. Bank Perkreditan Rakyat. Manajemen Risiko. Penerapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5761). PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI SIMPANAN DEPOSITO A. Pengertian Deposito Deposito merupakan salah satu tempat bagi nasabah untuk melakukan investasi dalam bentuk surat-surat berharga. Pemilik deposito disebut

Lebih terperinci

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS

Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Penetapan Status dan Tindak Lanjut Pengawasan BPR dan BPRS BAB I KETENTUAN UMUM 1 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4

OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN. Pertemuan 4 OTORITAS JASA KEUANGAN DAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Pertemuan 4 OJK dan Financial Stability Outline Presentasi I. Introduksi: 1. Latar Belakang Pendirian OJK 2. Pengawasan terpisah vs pengawasan di bawah

Lebih terperinci

Kita dan Kasus Tripanca

Kita dan Kasus Tripanca Kita dan Kasus Tripanca Yoke Muelgini** Senin, 30 Maret 2009 SETELAH melalui proses law enforcement yang berlangsung alot dan secara sosial-politik menarik perhatian dunia usaha dan masyarakat Lampung,

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG JARING PENGAMAN SISTEM KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk kepentingan negara

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN ISSN : NO. 0854-2031 TERAKREDITASI BERDASARKAN SK.DIRJEN DIKTI NO.55a/DIKTI/KEP/2006 PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN

Lebih terperinci

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA

No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA No. 3/16/DPBPR Jakarta, 18 Juli 2001 SURAT EDARAN Kepada SEMUA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI INDONESIA Perihal : Persyaratan dan Tata Cara Pelaksanaan Jaminan Pemerintah Terhadap Kewajiban Pembayaran Bank

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 28 /POJK.05/2015 TENTANG PEMBUBARAN, LIKUIDASI, DAN KEPAILITAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH,

Lebih terperinci

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan

Usulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan BAB I KETENTUAN UMUM 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang Undang Nomor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari pembayaran uang. Industri perbankan memegang peranan yang sangat penting dalam sistem perekonomian. Menurut Undang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, - 1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang cepat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG

RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/ TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN PIALANG ASURANSI, PERUSAHAAN PIALANG REASURANSI, DAN PERUSAHAAN PENILAI KERUGIAN ASURANSI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K

2016, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.295, 2016 KEUANGAN OJK. Bank. Syariah. Konvensional. Kegiatan Usaha. Perubahan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5985)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TUGAS TIM LIKUIDASI DALAM HAL MASA KERJA TIM LIKUIDASI LAMPAU WAKTU

PELAKSANAAN TUGAS TIM LIKUIDASI DALAM HAL MASA KERJA TIM LIKUIDASI LAMPAU WAKTU PELAKSANAAN TUGAS TIM LIKUIDASI DALAM HAL MASA KERJA TIM LIKUIDASI LAMPAU WAKTU Oleh : Rizka Rahmawati Putu Gede Arya Sumerthayasa Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK Tulisan

Lebih terperinci

SALINAPERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1A/PLPS/2005 TENTANG

SALINAPERATURAN LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN NOMOR 1A/PLPS/2005 TENTANG SALINAPERATURAN NOMOR 1A/PLPS/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN NOMOR 1/PLPS/2005 TENTANG PROGRAM PENJAMINAN SIMPANAN DEWAN KOMISIONER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyempurnaan ketentuan mengenai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak BAB I PENDAHULUAN Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak lagi dapat terselamatkan, ditempuh langkah terakhir dengan pencabutan izin usaha BPR yang dilanjutkan dengan proses

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK Menimbang: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1996 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

NI MADE SEKAR PUTRI KINASIH N P M

NI MADE SEKAR PUTRI KINASIH N P M JURNAL BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH YANG MEMPUNYAI SIMPANAN DI BANK DIATAS 2 MILYAR RUPIAH YANG TIDAK DIJAMIN OLEH LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN Diajukan Oleh : NI MADE SEKAR PUTRI KINASIH N

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 2/11/PBI/2000 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pada saat ini Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator dalam menilai perkembangan ataupun kenaikan tingkat kesejahteraan suatu bangsa atau negara. Dengan kata lain pertumbuhan

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN

PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PUNGUTAN OLEH OTORITAS JASA KEUANGAN I. UMUM Otoritas Jasa Keuangan yang merupakan otoritas tunggal (unified supervisory model)

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 67 /POJK.05/2016 TENTANG PERIZINAN USAHA DAN KELEMBAGAAN PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN

Lebih terperinci

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN POJK TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR XX/POJK.03/2018 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK PEMBIAYAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.12, 2013 EKONOMI. Lembaga. Keuangan. Mikro. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5394) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/3/PBI/2017 TENTANG PINJAMAN LIKUIDITAS JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kondisi

Lebih terperinci

Lex et Societatis, Vol. III/No. 10/Nov/2015

Lex et Societatis, Vol. III/No. 10/Nov/2015 PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH DALAM LIKUIDASI BANK MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN 1 Oleh: Jeanette Karundeng 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah

Lebih terperinci

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga

No Restrukturisasi Perbankan, Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan tentang Penanganan Permasalahan Solvabilitas Bank Sistemik, Peraturan Lembaga TAMBAHAN BERITA NEGARA R.I No.18 LPS. Program Restrukturisasi Perbankan. Pengelolaan, Penatausahaan, serta Pencatatan Aset dan Kewajiban. (Penjelasan Atas Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 25 /PBI/2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 5/8/PBI/2003 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN LIKUIDASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.34, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Modal. BPR. Jaringan Kantor. Kegiatan Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5849) PERATURAN OTORITAS JASA

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENYERAHAN DATA DOKUMEN NASABAH TERHADAP PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK (STUDI KASUS: P.T. RASYA JAYA SEJAHTERA)

IMPLEMENTASI PENYERAHAN DATA DOKUMEN NASABAH TERHADAP PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK (STUDI KASUS: P.T. RASYA JAYA SEJAHTERA) IMPLEMENTASI PENYERAHAN DATA DOKUMEN NASABAH TERHADAP PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK (STUDI KASUS: P.T. RASYA JAYA SEJAHTERA) Oleh Ivana Bunga Wahyuni I Wayan Wiryawan Anak Agung Sri Indrawati Hukum

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 10 /POJK.03/2016 TENTANG PEMENUHAN KETENTUAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN TRANSFORMASI BADAN KREDIT DESA YANG

Lebih terperinci