BAB II LANDASAN TEORETIK. Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORETIK. Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORETIK A. Teknik Show Not Tell 1. Pengertian Teknik Pembelajaran Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa istilah pengajaran dan pembelajaran sering dianggap sama maknanya, padahal kedua istilah tersebut sangat berbeda. Istilah pengajaran cenderung berorientasi kepada guru sebagai pengajar, sedangkan istilah pembelajaran cenderung kepada siswa sebagai pembelajar. Pembelajaran secara umum menurut Gagne, Briggs dan Wager dalam Mahfuddin (2008: 14) diartikan sebagai suatu rangkai (kejadian, peristiwa, kondisi dan lain sebagainya) yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa belajar, sehingga proses belajar dapat berlangsung dengan baik dan mudah. Mahfuddin (2008: 15) mengungkapkan bahwa pembelajaran meliputi kegiatan mengajar dan belajar. Kegiatan mengajar dilakukan oleh guru dan kegiatan belajar dilakukan oleh siswa, yang keduanya saling berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Kegiatan mengajar dan belajar merupakan dua kegiatan yang berproses dari mulai perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi. Pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa belajar sesuai dengan kemampuan dan perkembangannya secara optimal. Berkenaan dengan tujuan pembelajaran, Kemp dalam Uno (2010: 35) memandang bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan 7

2 yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan. Sebuah pembelajaran dikatakan berhasil jika siswa memperoleh hasil belajar yang diharapkan untuk dicapai sebelumnya. Agar tercapai tujuan pembelajaran bahasa secara maksimal, hendaknya tiap siswa menerapkan teknik belajar sesuai dengan kebutuhannya. Dengan menggunakan teknik belajar yang tepat, diharapkan siswa dapat dengan mudah melakukan pembelajaran bahasa. Secara umum, dalam proses pembelajaran terdapat beberapa istilah yang sering digunakan serta memiliki kemiripan makna. Sudrajat (2008) mengemukakan beberapa istilah yang terdapat dalam proses pembelajaran, di antaranya adalah pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran adalah sudut pandang terhadap proses pembelajaran yang masih umum dan terbagi kedalam dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada siswa (student centered approach) dan pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada guru (teacher centered approach). Sementara strategi pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi yang mencakup sifat, lingkup dan kegiatan agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran bersifat konseptual dan terdiri dari metode dan teknik pembelajaran. Metode pembelajaran adalah alat untuk mencapai tujuan pembelajaran dan bersifat prosedural. Artinya penerapan pembelajaran bahasa harus dikerjakan 8

3 menurut langkah-langkah yang teratur dan bertahap. Mulai dari perencanaan pembelajaran, penyajian, sampai dengan penilaian dan hasil pembelajaran. Metode merupakan cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sedangkan teknik pembelajaran adalah cara yang dilakukan dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik dan bersifat implementatif, yang berarti pelaksanaan dari apa yang sesungguhnya terjadi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Bimmel dan Rampillon (2000: 54) mengungkapkan bahwa Lerntechniken bezeichnen dann eher Fertigkeiten, die Lernende einsetzen können, um etwas zu lernen, z. B. die Fertigkeit, etwas im Wörterbuch oder in einer Grammatikübersicht nachschlagen zu können. Dijelaskan bahwa teknik belajar lebih cenderung menunjukan keterampilan yang dapat diterapkan oleh siswa untuk mempelajari sesuatu, contohnya adalah keterampilan untuk dapat menemukan sesuatu di dalam kamus atau buku panduan gramatik. Sementara itu Mahfuddin (2008: 84) mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran bahasa diperlukan teknik-teknik yang sesuai dengan kondisi bahasa yang digunakan dan situasi yang ada. Teknik ini dimaksudkan sebagai cara-cara menyajikan atau mempresentasikan bahasa kepada siswa. Hal tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Rampillon (1996: 156) bahwa Technik ist die Methode, mit den Zweckmäβigesten Mitetln ein bestimmtes Ziel zu erreichen, ein Werk oder Einleistung zu vollbringen. 9

4 Dari pemaparan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa teknik merupakan sebuah cara khusus yang dilakukan untuk menyampaikan sesuatu agar lebih menarik dan mudah dipahami, hingga tujuan pembelajaran bisa dicapai dengan maksimal. Dalam sebuah proses pembelajaran tentunya dapat digunakan teknikteknik yang bisa menarik minat siswa hingga materi pelajaran bisa diserap dengan lebih efektif serta memberi kesan pada siswa dan materi tersebut tidak mudah dilupakan. 2. Pengertian Teknik Show Not Tell Teknik Show Not Tell yang berarti menunjukkan bukan memberitahukan merupakan bagian dari model pembelajaran Quantum Learning. Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya Suggestology atau Suggestopedia. Prinsipnya adalah bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, serta setiap detil apapun dapat memberikan sugesti positif atau negatif. Teknik yang dikembangkan oleh Rebeka Caplan ini efektif untuk menulis puisi dan cerita. Teknik ini dalam bentuk karangan mengambil bentuk-bentuk kalimat yang memberitahukan kemudian mengubahnya menjadi kalimat-kalimat yang menunjukkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 179) memberitahukan dimaknai sebagai menyampaikan kabar supaya diketahui sedangkan kata menunjukkan (KBBI, 2008: 1506) dimaknai sebagai memperlihatkan, menyatakan, menerangkan dengan bukti. Jadi dapat diartikan 10

5 kalimat memberitahukan sebagai kalimat yang menyampaikan kabar tanpa adanya fakta, sedangkan kalimat menunjukkan dapat diartikan sebagai kalimat yang memperlihatkan dan menerangkan suatu kejadian dengan bukti agar pembaca lebih percaya. Secara teknis, teknik Show Not Tell dilakukan dengan beberapa fase. Diawali dengan tahap persiapan yaitu siswa menuangkan ide, pikiran dan perasaannya dengan menulis ide-ide yang ada dengan cepat. Gagasan hasil menulis cepat kemudian dikembangkan dalam draft kasar. Dalam draft kasar ini siswa diharuskan menggunakan kalimat-kalimat menunjukkan (bukan memberitahukan). Fase berikutnya adalah berbagi. Setiap siswa membaca silang dengan siswa lain. Hal ini berguna untuk memberikan masukan akan draft kasar. Adanya masukan dan pendapat dari siswa lain akan diperbaiki dalam fase berikutnya. Setelah itu melakukan penyuntingan terhadap ejaan dan kalimat yang terasa janggal. Penulisan kembali merupakan fase selanjutnya sebelum melakukan evaluasi untuk memastikan telah selesainya apa yang ingin ditulis. 3. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis Menggunakan Teknik Show Not Tell Tahap-tahap proses penulisan ini diambil dari Proyek Penulisan California (1999: 194) dan diuraikan dalam tahap-tahap sebagai berikut: a. Persiapan Tahap pertama yang dilakukan adalah mengelompokan dan menulis cepat. Pada tahap ini, siswa hanya akan membangun suatu fondasi untuk topik yang 11

6 berdasarkan pada pengetahuan, gagasan dan pengalamannya. Pengelompokan adalah suatu cara memilah gagasan dan menuangkannya ke atas kertas secepatnya, tanpa pertimbangan. Contohnya bisa dilihat pada gambar di bawah ini: Gambar 2.1 Contoh Pengelompokan Berdasarkan Tema Freizeit b. Draft-kasar Tahapan selanjutnya adalah mengeksplorasi dan mengembangkan gagasan. Di sini siswa mulai menelusuri dan mengembangkan gagasan-gagasan yang ada. Siswa harus memusatkan pada isi, daripada tanda baca, tata bahasa, atau ejaan. Siswa juga harus menggunakan kalimat menunjukkan bukan memberitahukan saat menulis. Contohnya adalah sebagai berikut: Setelah siswa 12

7 mengelompokan berdasarkan tema Freizeit, siswa memilih satu aktivitas yang sering dilakukan saat waktu luang, misalnya lesen. Setelah itu siswa diminta untuk bereksplorasi dan menuliskan kalimat-kalimat yang berkaitan dengan lesen. Siswa dapat menulis tentang jenis buku apa yang sering dibaca, seberapa sering siswa membaca, mengapa siswa senang membaca, dan lain sebagainya. Kemudian siswa mengembangkan gagasan tadi menjadi paragrafparagraf yang menunjukkan. c. Berbagi Seorang teman siswa membaca draft tersebut dan memberikan umpan balik. Bagian dari proses ini sangat penting. Menurut instruktur menulis, Michael Carr, ini juga merupakan bagian yang paling sering diabaikan. Sebagai penulis, siswa merasa dekat dengan tulisannya sehingga sulit untuk menilai secara objektif. Untuk mengambil jarak dengan tulisannya sendiri, siswa perlu meminta seorang teman untuk membacanya dan memberikan umpan balik. Teman sekelas siswa tersebut akan membaca dan mengatakan kepadanya bagian mana yang benar-benar kuat. Hendaknya mereka juga menunjukan ketidakkonsistenan, kalimat yang tidak jelas, atau transisi yang lemah. Berikut beberapa petunjuk untuk berbagi, yang pertama adalah untuk penulis. Siswa mengatakan kepada temannya sebagai pembaca apa yang ingin dicapai dengan menulis karangan itu. Siswa hendaknya menyambut semua umpan balik tanpa emosi, siswa juga dituntut untuk mendengarkan tanpa 13

8 menjelaskan kepada pembaca. Kemudian siswa diperbolehkan bertanya untuk mendapatkan kejelasan. Petunjuk untuk pembaca diantaranya adalah hanya membaca isinya saja dan mengabaikan tata bahasa dan ejaan. Pembaca harus menunjukan kepada penulis kata-kata, frasa dan bagian utama yang paling baik dari sudut pandang pembaca. Pembaca diperbolehkan untuk bertanya kepada penulis apapun yang terlintas di dalam pikiran saat membaca tulisan tersebut. Pembaca juga hendaknya mengatakan kepada penulis jika menurut pembaca tulisan ini berhasil mencapai tujuan yang direncanakan. Pembaca dapat memberi saran kepada penulis bagaimana tulisan tersebut dapat dijadikan lebih kuat dan lebih jelas. d. Memperbaiki Dari umpan balik tersebut siswa memperbaiki tulisannya. Kini, setelah siswa mendapatkan umpan balik tentang mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki lagi, siswa mengulangi dan memperbaiki karangannya. Siswa adalah tuan dari tulisannya sendiri, dan siswa membuat keputusan terakhir untuk mengambil atau mengabaikan umpan balik tersebut. Siswa hendaknya memanfaatkan umpan balik yang dianggap membantu. e. Penyuntingan Siswa memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan tata baca. Pada tahap ini, siswa diharuskan memeriksa semua kesalahan ejaan, tata bahasa, dan tanda baca. Siswa harus memastikan penggunaan kata kerjanya tepat dan kalimat-kalimatnya lengkap. 14

9 f. Penulisan kembali Siswa menulis kembali karangan tadi, dengan memasukkan isi yang baru dan perubahan-perubahan penyuntingan. g. Evaluasi Siswa memeriksa apakah tugas ini sudah selesai. Tiap siswa harus memastikan telah menyelesaikan apa yang direncanakan dan apa yang ingin disampaikan. Walaupun ini merupakan proses yang terus berlangsung, tahap ini menandai akhir pemeriksaan. Penjelasannya dapat dilihat dalam gambar di bawah ini: 1. Persiapan 7. Evaluasi 2. Draft-kasar 3. Berbagi 6. Penulisan kembali 4. Memperbaiki 5. Penyuntingan 3. Berbagi 4. Memperbaiki 4. Memperbaiki 3. Berbagi Gambar 2.2 Pola Putaran Penulisan 15

10 Ketika dijelaskan dengan cara di atas, proses penulisan ini tampak logis dan linear. Dalam praktiknya, proses ini lebih merupakan pola putaran-balik. Misalnya, siswa dapat melalui tahap satu hingga empat, lalu berputar-balik melalui tahap tiga dan empat sebelum melanjutkan ke tahap lima, enam dan tujuh. Semakin kompleks tulisan, dan semakin banyak yang harus diperbaiki, makin banyak putaran yang dilakukan. Selain itu pola putaran kedua dapat diabaikan bila tujuan penulisan sudah tercapai pada pola putaran pertama. 4. Kelebihan dan Kekurangan Teknik Show Not Tell Kelebihan dari teknik Show Not Tell adalah pola putaran penulisan yang dapat memberikan informasi dari pembaca dalam fase berbagi. Selain itu bisa meminimalkan kesalahan yang muncul dalam penulisan. Kesalahan di sini berupa ejaan, kepaduan paragraf dan struktur ide yang akan diungkapkan. Maka dengan menerapkan teknik ini siswa diharapkan mampu menulis sebuah karangan dengan baik. Ketika siswa menggunakan menunjukkan bukan memberitahukan, paragraf terbentuk secara alamiah dan berkesan hidup. Hal terbaik tentang menunjukkan bukan memberitahukan adalah bahwa setiap siswa akan menulis dengan deskripsi uniknya sendiri untuk masing-masing kalimat. Teknik ini juga mempunyai banyak aplikasi, di antaranya dapat digunakan untuk karakterisasi, efektif untuk puisi dan cerita, dan terutama sangat baik untuk menulis karangan. Kekurangan dari teknik Show Not Tell adalah teknik ini sedikit akan membingungkan karena banyaknya tahapan yang harus dilalui. Akan tetapi 16

11 setelah mendapatkan perlakuan, tentu siswa akan terbiasa menggunakan teknik Show Not Tell. B. Hakikat Menulis 1. Pengertian Menulis Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Schreiben bezeichnet das Aufzeichnen von Schriftzeichen, Buchstaben, Ziffern oder musikalischen Noten. Dari pengertian menulis yang ada dalam Wikipedia di atas, dijelaskan bahwa menulis menunjukan pelukisan dari lambang, grafik, huruf atau angka. Mengacu pada penjelasan tentang lambang, Tarigan (2008: 22) mengungkapkan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut. yakni: Wegner dalam Schreiber (2002: 70) mengungkapkan definisi dari menulis, Schreiben ist keine Sprachfertigkeit, die als,,nebenprodukt einer anderen einfach mit gelernt werden kann, sondern wird in erster Linie durch das Schreiben selbst angeeignet. Daraus folgt, daß sich der Unterricht auf den Schreibprozess zu konzentrieren hat. Natürlich darf dabei nicht vergessen werden, dass das Schreiben und die anderen Fertigkeiten in einer Wechselbeziehung stehen, sich teilweise bedingen (z.b bei einer Vorlesungmitschrift) oder stützen (z.b bei schriftlichen Notizen für einen Vortrag). Dari pendapat Wegner tentang pengertian menulis di atas, diungkapkan bahwa menulis bukanlah keterampilan berbahasa yang dianggap mudah, tetapi 17

12 menulis membutuhkan latihan agar siswa terbiasa untuk menulis. Menulis juga berhubungan dengan keterampilan lainnya, contohnya ketika menulis catatan saat kuliah, dibutuhkan keterampilan mendengar dan menulis. Menulis pun menunjang kegiatan lainnya, contohnya pada saat memberi ceramah dibutuhkan catatan kecil untuk melihat apa saja yang akan dibicarakan ketika ceramah. Selain itu Ulrich dalam Bausch (1989: 206) mengungkapkan pengertian menulis yakni: Schreiben, d.h das Erstellen von Texten (schriftlich fixierte Sprachäuβerungen), ist ein überaus komplexer Vorgang, für den sowohl inthaltliche kriterien (Stringenz, Sclüssigkeit der gedanklichen und/oder poetischen Entwicklung) als auch die Beachtung von formal grammatischen Regeln und Regeln des Sprachgebrauch (situations-, adressaten-, textformbedingt) und Anforderungen an die äuβere Form (grapische Gliederung) bestimmend sind. Lado (1987: 287) mengungkapkan bahwa menulis adalah die Fähigkeit, Strukturen, Leksikalische Einheiten und ihre konventionale Wiedergabe in normalen, auf Tatsachen beruhenden Schreibsituationen zu verwenden. Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah aktivitas yang kompleks dan memerlukan penguasaan aturan tata bahasa, kemampuan sruktur, kesatuan bahasa serta kemampuan untuk mereproduksi semua hal tersebut menjadi tulisan yang berdasarkan kenyataan dengan tidak mengabaikan bentuk luar. Hal tersebut ditegaskan kembali oleh Jung (1992: 12) yang mengungkapkan definisi menulis sebagai berikut: Schreiben ist eine hӧchst komplexe Fertigkeit ist, die eine sprachliche und gedankliche Tätigkeit bei gleichzeiten Kenntnis im Bereich des Wortschatzes, der Grammatik, der Textkonstruktion und dem jeweiligen thematischen Bereich verlangt. 18

13 Disebutkan bahwa kegiatan menulis harus ditunjang oleh penguasaan kosakata dan pengetahuan tata bahasa yang baik. Jika siswa telah menguasai kosakata, maka siswa akan lebih mudah menulis karangan. Jika siswa mempunyai pengetahuan bahasa yang baik, tentu saja hasil tulisannya akan lebih mudah dimengerti oleh pembaca. Dari konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah sebuah proses menuangkan ide atau gagasan seseorang kedalam bentuk tulisan hingga hasil pemikiran orang tersebut bisa diapresiasi oleh pihak lain. Adapun tujuan dari menulis adalah untuk mengubah keyakinan pembaca, menanamkan pemahaman sesuatu terhadap pembaca, merangsang proses berpikir pembaca, menyenangkan atau menghibur pembaca, serta memberitahu pembaca dan memotivasi pembaca. 2. Komponen-komponen Menulis Komponen yang dibutuhkan dalam menulis menurut Wegner dalam Schreiber (2002: 70): dessen Vermittlung und Anwendung einem Schreibkurs zugrunde gelegt werden kann. Das Modell besteht aus drei Komponenten. Ein grundlegendes Element ist der Wissensspeicher des Schreibenden, in dem sich sein Weltwissen, das Wissen über unterschiedliche Adressaten von Texten, sprachliche Fertigkeiten sowie Kenntnisse über Textsorten und Textbaupläne befinden. Zweite Komponente ist die task environment, d.h. die Schreibanweisung und der bereits produzierte Text. Die dritte, zentrale Komponente bildet der eigentliche Schreibprozess, der seinerseits in die Teilschritte Planung, Formulierung und Überarbeitung untergliedert ist. Dari pendapat Wegner tentang komponen-komponen menulis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat tiga komponen menulis, yaitu pengetahuan 19

14 umum tentang menulis seperti pengetahuan tentang perbedaan sasaran (pembaca) berdasarkan teks-teks, keterampilan berbahasa seperti pengetahuan tentang jenisjenis teks dan rancang bangun teks. Petunjuk menulis dan teks yang akan dihasilkan setelah mengetahui dan memahami pengetahuan umum tentang menulis. Komponen ketiga merupakan komponen paling penting yang membentuk proses menulis, merumuskan hasil tulisan dan pengecekan dari hasil tulisan yang telah dihasilkan. 3. Tahapan Menulis Pada saat akan menulis, siswa biasanya melewati tahapan-tahapan terlebih dahulu. Biasanya diawali dengan mencatat ide-ide dalam bahasa Jerman atau bahasa ibu, kemudian menyusun ide tersebut menjadi sebuah kerangka karangan selanjutnya mulai menulis dengan menggunakan kata-kata baru yang muncul. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Wegner dalam Schreiber (2002:70) yang mengurutkan tahapan dalam menulis dalam beberapa fase. Pertama adalah tahap berpikir dan mulai menulis. Kemudian membuat catatan tentang apa saja yang akan ditulis dalam bahasa Jerman atau dalam bahasa ibu. Tahap selanjutnya adalah penyusunan ide-ide disusul dengan menulis yang relatif cepat berdasarkan rancangan tulisan kemudian mulai mengolahnya serta melengkapi dan mengoreksinya. Terakhir adalah sebisa mungkin menggunakan banyak kata-kata yang baru. Berdasarkan pemaparan diatas, tahap-tahap menulis yang dikemukakan oleh Wegner banyak memberikan manfaat ketika akan mulai menulis. Hal 20

15 tersebut akan memudahkan siswa untuk menjaring banyak ide hingga tidak mengalami kebuntuan pada saat menulis. Selain itu siswa juga akan terbiasa untuk menulis dengan cepat kemudian mengoreksinya kembali dengan menggunakan banyak kata-kata baru. Untuk memperlancar proses menulis, terdapat kiat-kiat untuk memperlancar penulisan seperti yang diungkapkan oleh Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (1999: 199). Kiat pertama adalah persiapan. Waktu ekstra dibutuhkan dalam persiapan, maka siswa harus memulai untuk menulis dengan secepatnya. Sebagai alternatif musik klasik akan membantu membuat pikiran siswa tenang. Siswa juga hendaknya mencari waktu yang tepat untuk menulis, beberapa orang menulis sangat baik pada pagi hari, sementara yang lain lebih memilih untuk menulis di malam hari. Siswa harus menemukan waktu yang tepat untuk dirinya sendiri. Kiat lainnya adalah dengan melakukan olahraga, ini akan membuat siswa segar dan memberikan oksigen yang cukup baik bagi otak, dimana keduanya dapat membantu pikiran siswa ketika menulis. Kemudian siswa dianjurkan untuk banyak membaca, apapun jenisnya karena membaca membuat siswa bersentuhan dengan kehidupan serta penggunaan bahasa dan gaya-gaya tulisan. Pengelompokan pekerjaan akan membantu siswa menulis dengan lebih baik. Kiat terakhir adalah hendaknya siswa menggunakan warna-warna berbeda untuk tiaptiap bagian atau gagasan yang akan membantu siswa melihat semua bagian kertas secara lebih baik. Dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam menulis terbagi menjadi tiga. Tahap pertama adalah tahap persiapan, tahap kedua adalah tahap penulisan dan 21

16 tahap ketiga adalah tahap perbaikan. Jika tahapan-tahapan menulis tersebut dilakukan dengan maksimal, maka siswa akan dapat menulis karangan dengan baik. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan landasan teori di atas diperoleh pemikiran mengenai efektivitas teknik Show Not Tell pada pembelajaran menulis karangan siswa. Di dalam keterampilan menulis pada mata pelajaran bahasa Jerman, siswa diharapkan mampu menulis kalimat-kalimat berbahasa Jerman dengan baik. Beberapa kesulitan yang dihadapi siswa pada saat menulis adalah sulit menuangkan ide, keterbatasan struktur dan kosakata yang dimiliki serta ketakutan akan melakukan kesalahan dalam menulis. Untuk meminimalkan kesulitan tersebut siswa dapat menggunakan pemilihan teknik pembelajaran yang tepat. Salah satu teknik pembelajaran untuk menulis karangan dengan susunan yang baik adalah dengan menggunakan teknik Show Not Tell. Pada praktiknya siswa dirangsang mengungkapkan perasaan mereka dengan cara membuat kalimat-kalimat terlebih dahulu yang merupakan draft kasar. Setelah itu siswa mengubah kalimat-kalimat yang memberitahukan menjadi paragraf yang menunjukkan. Penggunaan teknik Show Not Tell di dalam pembelajaran menulis diharapkan dapat mengatasi permasalahan siswa dalam menulis, seperti: sulitnya menulis karangan berbahasa Jerman dengan baik, karena kurangnya persiapan dan terbatasnya ide, serta terjadinya kebuntuan pada saat menulis. 22

17 Dari pemaparan di atas dapat diduga bahwa penggunaan teknik Show Not Tell dapat efektif dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa. Dengan kata lain penggunaan teknik Show Not Tell dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa. D. Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: H 0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan teknik Show Not Tell. H 1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis karangan siswa sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan teknik Show Not Tell. 23

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa

Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam. Meningkatkan Keterampilan Menulis Siswa Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table Dalam Sekar Chandra Ratnasari, Amir, Azis Mahfuddin. Abstaksi Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di - 1 - BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa Jerman adalah salah satu bahasa asing yang dipelajari di Indonesia, yang pembelajarannya dimulai pada tingkat SMA. Seperti halnya pada setiap pembelajaran

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA

PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA PENGEMBANGAN MEDIA PUZZLE KOSAKATA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA Lailatul Rohmah Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 26 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan pada bab I, dapat dirumuskan hasil penelitian sebagai berikut: 1. Deskripsi

Lebih terperinci

Oleh : Maria Krisnauli Manik Dr. Rosmawaty, M.Pd. Abstrak

Oleh : Maria Krisnauli Manik Dr. Rosmawaty, M.Pd. Abstrak 1 PENGARUH TEKNIK MENUNJUKKAN BUKAN MEMBERITAHU (SHOW NOT TELL) TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI OLEH SISWAKELAS X SMA SWASTA BUDISATRYA MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh : Maria Krisnauli Manik

Lebih terperinci

Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK

Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK PENERAPAN TEKNIK TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MAHASISWA SEMESTER V TAHUN 2016 PRODI PENDIDIKAN BAHASA JERMAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN Surya Masniari Hutagalung Fakultas Bahasa dan

Lebih terperinci

BAB II MEDIA KARTU BERGAMBAR, KERANGKA BERFIKIR DAN PENELITIAN YANG RELAVAN

BAB II MEDIA KARTU BERGAMBAR, KERANGKA BERFIKIR DAN PENELITIAN YANG RELAVAN 8 BAB II MEDIA KARTU BERGAMBAR, KERANGKA BERFIKIR DAN PENELITIAN YANG RELAVAN 2.1 Hakikat Media Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk dari

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN MEDIA KARTU BERGAMBAR DALAM PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAKEM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang harus dilatih. Keempat keterampilan itu meliputi. keterampilan menyimak Hören, keterampilan membaca Lesen, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa ada beberapa keterampilan yang harus dipelajari. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Jerman, ada empat keterampilan yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yulia, 2014 EFEKTIVITAS TEKNIK CLUSTERING (PENGELOMPOKAN) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. Yulia, 2014 EFEKTIVITAS TEKNIK CLUSTERING (PENGELOMPOKAN) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS LAPORAN HASIL OBSERVASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang termasuk ke dalam kegiatan pembelajaran yang produktif. Secara umum menulis adalah sebuah proses untuk mengemukakan

Lebih terperinci

Efektivitas Penggunaan Teknik Uji Rumpang Dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa di SMK. Isma Rhahesmy Utami Putri, Setiawan, Irma Permatawati.

Efektivitas Penggunaan Teknik Uji Rumpang Dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa di SMK. Isma Rhahesmy Utami Putri, Setiawan, Irma Permatawati. Efektivitas Penggunaan Teknik Uji Rumpang Dalam Meningkatkan Pemahaman Membaca Siswa di SMK Isma Rhahesmy Utami Putri, Setiawan, Irma Permatawati. Abstraksi Dalam proses pembelajaran bahasa Jerman siswa

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014

PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 PENGARUH TEKNIK PENGELOMPOKAN KATA TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 KABANJAHE TAHUN PEMBELAJARAN 2013/2014 Oleh Widia Susanti Sihombing Dr. Wisman Hadi, M.Hum. Abstrak

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL. Novita Putri Pratiwi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM QUIZ (TQ) PADA KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS X SMA N 1 KAMAL Novita Putri Pratiwi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jerman, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas

Lebih terperinci

Drs. Ari Pujosusanto, M.Pd.

Drs. Ari Pujosusanto, M.Pd. HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN BUCHSTABENSALAT SISWA KELAS SMA NEGERI 8 SURABAYA Nurusshoba Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam pembelajaran bahasa, salah satu bahan ajar dasar penting yang harus dikuasai adalah tata bahasa. Dalam bahasa Jerman, tata bahasa atau yang biasa dikenal

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE SCRAMBLE, KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Pembelajaran Kooperatif Dalam sebuah pembelajaran, pemilihan model pembelajaran

Lebih terperinci

Kata kunci: Media Pembelajaran, Twitter, Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana

Kata kunci: Media Pembelajaran, Twitter, Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana Penggunaan Twitter sebagai Media Pembelajaran untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Kalimat Sederhana dalam Pembelajaran Bahasa Jerman Dika Putri Utama, Amir, Pepen Permana Departemen Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis adalah kegiatan pembelajaran yang mengedepankan proses dan hasil. Menulis merupakan suatu keterampilan yang kompleks dan unik yang menuntut sejumlah

Lebih terperinci

Oleh : YANTI FITRIYANTI

Oleh : YANTI FITRIYANTI MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK QUANTUM WRITING PADA SISWA KELAS X SMKN 1 KARANGPAWITAN GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh : YANTI FITRIYANTI 1021.0514 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting untuk dipelajari, karena dengan bahasa seseorang dapat menyerap berbagai informasi dan pengetahuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas Penggunaan Teknik Clustering Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Bahasa Jerman

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas Penggunaan Teknik Clustering Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Bahasa Jerman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa Jerman meliputi empat aspek, yaitu keterampilan menyimak (Hören), keterampilan berbicara (Sprechen), keterampilan membaca (Lesen), dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kompetensi bahasa Indonesia dibagi menjadi 4 aspek yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Keempat aspek ini saling berkaitan satu dengan yang lain

Lebih terperinci

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*)

PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING. Lersianna Saragih*) PERANAN STRATEGI BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ASING Lersianna Saragih*) Abstrak Jeder Fremdsprachelernende bewusst oder unbewusst verwendet in seinem Lernprozess eine Strategie. Ermust mit der von

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia sangat berperan penting perannya bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu, bahasa Indonesia juga memiliki peranan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu cara untuk membenahi dan meningkatkan kemampuan berpikir seseorang. Namun pendidikan tidak hanya dimaksudkan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan bahasa yakni menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Berdasarkan empat aspek keterampilan tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengajaran bahasa Indonesia di SD memiliki nilai strategis. Pada jenjang inilah pertama kalinya pengajaran bahasa Indonesia dilaksanakan secara berencana dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dan harus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dan harus dikuasai oleh siswa. Keterampilan menulis tidak diperoleh secara instant tetapi

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA ISTIQLAL SUMBER CENTENG KOTAANYAR

PENERAPAN MODEL WORD SQUARE DALAM MENULIS KALIMAT SEDERHANA BAHASA JERMAN SISWA KELAS X SMA ISTIQLAL SUMBER CENTENG KOTAANYAR Dwi Hadi Rachmawati S1 PENDIDIKAN BAHASA JERMAN, FBS, UNESA dhadi11@yahoo.com Abstrak Menulis adalah kegiatan atau keterampilan yang produktif dan kompleks. Siswa perlu ide-ide untuk menulis sesuatu. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan berkembang dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di masyarakat, pengaruh informasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Kemampuan Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan seseorang dalam melakukan kegiatan. Setiap melakukan kegiatan pasti diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan suatu gabungan huruf, kata, dan kalimat yang menghasilkan suatu tuturan atau ungkapan secara terpadu sehingga dapat dimengerti dan digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kenyataan hal tersebut seringkali tidak terjadi. Pembelajaran menulis cerpen masih dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. kenyataan hal tersebut seringkali tidak terjadi. Pembelajaran menulis cerpen masih dianggap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi pembelajaran yang dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa untuk belajar bahasa Indonesia khususnya dalam keterampilan menulis sangat diperlukan. Namun,

Lebih terperinci

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK

HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN. Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana ABSTRAK HUBUNGAN MINAT MEMBACA DENGAN KETERAMPILAN MEMAHAMI ISI TEKS BAHASA JERMAN Widya Astuti, Lucky Herliawan Y.A., Pepen Permana Departemen Pendidikan Bahasa Jerman Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya. Kegiatan ini membutuhkan alat, sarana atau media yaitu bahasa. Salah satu media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Alpiah, 2014 Penerapan Pendekatan Kontekstual Dalam Pembelajaran Menulis Berita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan dalam komunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H.

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA. Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA Tia Hadianti*, Amir, Lersianna H. Saragih Abstrak Penelitian ini dilatarbelakangi oleh banyaknya siswa yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (Hören), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen) dan menulis (Schreiben).

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA BILDERGESCHICHTE 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Jerman meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu Hörfertigkeit (menyimak), Sprechfertigkeit (berbicara), Lesefertigkeit (membaca) dan

Lebih terperinci

RUBRIK PENILAIAN KARANGAN MAHASISWA PS SASTRA JERMAN FIB UI DAN PESERTA KURSUS KELAS BAHASA JERMAN LBI UI 1

RUBRIK PENILAIAN KARANGAN MAHASISWA PS SASTRA JERMAN FIB UI DAN PESERTA KURSUS KELAS BAHASA JERMAN LBI UI 1 RUBRIK PENILAIAN KARANGAN MAHASISWA PS SASTRA JERMAN FIB UI DAN PESERTA KURSUS KELAS BAHASA JERMAN LBI UI 1 Julia Wulandari Petra D. Ajeng K.R Program Studi Sastra Jerman FIB UI Lembaga Bahasa Internasional

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN

PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK QUANTUM WRITING TAUFIK HIDAYAT einslovetaufik@yahoo.co.id STKIP SILIWANGI BANDUNG 2012 ABSTRAK Penelitian ini menuju kepada aspek pemebelajaran menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Yanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Arni Yanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran utama di sekolah. Bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting untuk meningkatkan intelektual dan kematangan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN Menulis merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dalam seluruh proses kegiatan belajar selama menuntut ilmu baik di bangku sekolah dasar, sekolah menengah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran pada dasarnya dibutuhkan oleh setiap manusia untuk keberlangsungan hidupnya. Seiring berkembangnya zaman pembelajaran di dunia pendidikanpun semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses belajar seseorang untuk menemukan pengetahuan yang bermanfaat dalam kehidupannya. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 65 LAMPIRAN 5 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) I. IDENTITAS MATA PELAJARAN II. 1. Nama Sekolah : SMA N 16 Bandung 2. Kelas : X 3. Semester : 2 / Genap 4. Mata Pelajaran : Bahasa Jerman 5. Alokasi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN Sri Winarti 08 21 0161 S.Wina39@yahoo.com STKIP Siliwangi Bandung ABSTRAK Penggunaan metode dalam proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah sudah menjadi sempit. Interaksi antar manusia dalam wujud tertentu sudah tidak dapat dibatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. Membaca merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membaca merupakan bentuk komunikasi yang dilakukan seseorang yang menggunakan media berupa teks dengan tujuan memeroleh keterangan atau informasi tertentu. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat untuk dapat berinteraksi dengan manusia yang lain. Bahasa adalah salah satu alat komunikasi.

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI) Icah 08210351 Icah1964@gmail.com Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kegiatan belajar menyimak dan berbicara merupakan upaya penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik terdiri empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam pelaksanaannya keempat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME

KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME KEMAMPUAN MEMPRODUKSI TEKS ANEKDOT SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 BONGOMEME Agung Gede Suputra Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo Anggota

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK SHOW NOT TELL PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MAKALAH

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK SHOW NOT TELL PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MAKALAH MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI DENGAN TEKNIK SHOW NOT TELL PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN PELAJARAN 2011/2012 MAKALAH Oleh ENDANG SONI 10.21.0431 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Menulis Deskripsi Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri (Moeliono, 2005: 707). Menulis merupakan keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN Sekolah pada hakikatnya merupakan suatu lembaga formal yang di dalamnya terdapat proses pembelajaran yang bertujuan untuk membentuk seseorang hingga

Lebih terperinci

GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak

GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak GAMBAR DALAM PENGAJARAN BAHASA ASING Oleh Nining Warningsih Abstrak Tak dapat disangkal lagi bahwa penampilan gambar dalam suatu buku ajar atau buku bacaan memberikan nilai lebih tersendiri bagi buku tersebut,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH

PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN MAKALAH PEMBELAJARAN MENULIS ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS X SMAN 14 GARUT TAHUN AJARAN 2011-2012 MAKALAH Oleh YETI HERYATI 10.21.0432 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Picture and Picture Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan selalu dikaitkan dengan persoalan kurikulum karena kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pendidikan selalu dikaitkan dengan persoalan kurikulum karena kurikulum 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Pembelajaran Pendidikan selalu dikaitkan dengan persoalan kurikulum karena kurikulum memiliki peranan yang penting yaitu sebagai penilai dan pengatur dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka Kajian pustaka yang diuraikan dalam penelitian ini pada dasarnya dijadikan sebagai acuan untuk mendukung dan memperjelas penelitian ini.

Lebih terperinci

Oleh: NYIMAS LUKIAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Oleh: NYIMAS LUKIAWATI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK QUANTUM LEARNING DI KELAS V SD NEGERI RANCAKOLE II KECAMATAN ARJASARI KABUPATEN BANDUNG Oleh: NYIMAS LUKIAWATI 09210366 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bahasa Jerman terdapat beberapa aspek penting yang harus dikuasai. Aspek-aspek tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara, membaca,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Berikut ini terdapat beberapa penelitian relevan yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu. keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keterampilan menyimak dalam bahasa asing merupakan salah satu keterampilan bahasa yang reseptif di samping keterampilan membaca. Keterampilan menulis dan keterampilan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY KEEFEKTIFAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS- TS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS BAHASA JERMAN PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 SEYEGAN SLEMAN SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yang menyangkut usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan pasar bebas. Masalah-masalah yang menyangkut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pengajaran bahasa Indonesia secara umum adalah agar siswa memiliki disiplin dalam berpikir dan berbahasa. Kebiasaan seseorang berpikir logis akan

Lebih terperinci

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE

2015 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN PERMAINAN JIGSAW PUZZLE BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa asing dalam dunia kependidikan di Indonesia bukanlah hal yang baru di kalangan seluruh peserta didik, karena mulai dari jenjang pendidikan formal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, semua keterampilan kemampuan berbahasa sangat penting untuk melakukan interaksi antara manusia sebagai mahluk sosial. Manusia juga dapat saling berkerja

Lebih terperinci

Kata Kunci : Penguasaan Kosakata, Media Permainan Tic Tac Toe.

Kata Kunci : Penguasaan Kosakata, Media Permainan Tic Tac Toe. EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA PERMAINAN TIC TAC TOE DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA JERMAN SISWA KELAS XI SMA ANGKASA BANDUNG Winne Juliyanti, Ending Khoerudin, Pepen Permana Kosakata merupakan

Lebih terperinci

Analisis Latihan pada Buku Planet sebagai Pelengkap Buku Ajar Bahasa jerman Deutsch ist Einfach di SMAN 4 Bojonegoro Kelas X Semester 2

Analisis Latihan pada Buku Planet sebagai Pelengkap Buku Ajar Bahasa jerman Deutsch ist Einfach di SMAN 4 Bojonegoro Kelas X Semester 2 Analisis Latihan pada Buku Planet sebagai Pelengkap Buku Ajar Bahasa jerman Deutsch ist Einfach di SMAN 4 Analisis Latihan pada Buku Planet sebagai Pelengkap Buku Ajar Bahasa Jerman Deutsch ist Einfach

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi peserta didik dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis bukan sesuatu yang diperoleh secara spontan, tetapi memerlukan usaha sadar menuliskan kalimat dan mempertimbangkan cara mengkomunikasikan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SDS WINDU PUTRA. Wiwin Widianti

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PARAGRAF INDUKTIF MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS V SDS WINDU PUTRA. Wiwin Widianti MODEL PEMBELAJARA MEULIS PARAGRAF IDUKTIF MELALUI PEDEKATA KOTEKSTUAL DI KELAS V SDS WIDU PUTRA Wiwin Widianti wwidianti70@yahoo.com Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia SEKOLAH TIGGI KEGURUA DA ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN

HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN HUBUNGAN PENGUASAAN BAHASA INGGRIS SISWA SMA DENGAN PENGUASAAN POSSESSIVARTIKEL BAHASA JERMAN Ayu Riani Sondari Abstraksi Dalam pembelajaran bahasa Jerman di SMA, banyak siswa mengalami kendala dalam mempelajari

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER BAB I PENDAHULUAN A. Latar Bekalang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial yang akan senantiasa memerlukan interaksi dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, manusia membutuhkan media untuk berinteraksi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Kedudukan Pembelajaran Memproduksi Teks Eksposisi Berdasarkan Kurikulum 2013 2.1.1 Kompetensi Inti Implementasi kurikulum 2013 berbasis kompetensi dan karakter harus melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan berbahasa berhubungan erat dan saling melengkapi dengan pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di sekolah berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan siswa setelah melaksanakan pengalaman belajar. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Tujuan dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Hakikat IPA IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman

Lebih terperinci

2014 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TANYA-JAWAB BERBASIS MEDIA VIDEO TAYANGAN ORBIT DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI

2014 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TANYA-JAWAB BERBASIS MEDIA VIDEO TAYANGAN ORBIT DIGITAL DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harapan dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar para siswa mampu mengembangkan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan bersikap positif terhadap bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan struktur kebahasaannya dengan baik (penggunaan kosa kata, tatabahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 merupakan suatu bentuk pembelajaran yang berbasis teks. Pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis teks ini menjadikan

Lebih terperinci

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Modul ke: 06 MATA KULIAH BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id MENULIS AKADEMIK SUPRIYADI, S.Pd., M.Pd. HP. 0815 1300 7353/ 0812 9479 4583 E-Mail: supriyadibahasa@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis dapat kita klasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen.

BAB IV KESIMPULAN. Jenis Kata. N o. Kata kerja (verba) Kata benda (nomina) Kata sifat (adjektiva) Adverbia. werben (um jmd.) gewinnen. BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis makna kontekstual dan tanda pada 5 puisi Ingeborg Bachmann, yaitu Werbung, Trauerjahre, auf der obersten, Nacht der Liebe, dan ein neues Leben, dapat disimpulkan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KABUPATEN GARUT MAKALAH OLEH: DIDA LINDA NPM

PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK KABUPATEN GARUT MAKALAH OLEH: DIDA LINDA NPM PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK MIND MAPPING PADA SISWA KELAS VII SMP PLUS AL-ILYAS MALANGBONG KABUPATEN GARUT MAKALAH OLEH: DIDA LINDA NPM.10.21.0227 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2014/05/31 06:19 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan AYO MENULIS DENGAN HATI

2014/05/31 06:19 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan AYO MENULIS DENGAN HATI 2014/05/31 06:19 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan, Artikel Penyuluhan AYO MENULIS DENGAN HATI KEBUMEN (30/5/2014) www.pusluh.kkp.go.id Menulis dengan Hati???? Mengapa??? Semua jika dilakukan dengan hati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan hal yang urgen peranannya dalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antarmanusia. Selain

Lebih terperinci

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang mempunyai peran penting didalam komunikasi baik secara lisan maupun tulisan dan digunakan sebagai bahasa nasional sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengajar menjadi terarah dan mencapai sasaran pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang menjadi tempat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kecerdasan berbangsa guna mencapai sumber daya

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Pedagogy Volume 2 Nomor 1 ISSN 252-382 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN QUANTUM LEARNING Irfawandi Samad 1 Progam Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci