II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Kakao

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Kakao"

Transkripsi

1 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Kakao Kakao seperti sejumlah minuman dan rempah-rempah eksotik, pada awalnya merupakan minuman mewah di pengadilan Aztec. Raja Aztec Montezuma yang dilaporkan pertama kali memperkenalkan minuman ini baru pada orang Spanyol ketika mereka mengunjungi pengadilannya pada tahun Untuk orang Aztec, chocolatl merupakan makanan untuk para dewa. Cairan itu sangat berharga di kekaisaran Aztec sehingga digunakan sebagai salah satu jenis mata uang. Peranannya yang sangat penting dalam pembangunan perdagangan merupakan awal pentingnya nilai kakao, dan selanjutnya kompleksitas dalam penentuan harganya. Sejarah kakao menunjukkan kekuatan harga di pasar kakao dan pentingnya sebuah pasar untuk melakukan negosiasi, mitigasi dan menyebarkan harga kakao pada masa depan perdagangan (New York Board of Trade, 2004). Cokelat atau kakao merupakan tanaman perkebunan industri berupa pohon yang dikenal di Indonesia sejak tahun 1560, namun baru menjadi komoditi yang penting sejak tahun Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada tahun 1975, setelah PTP VI berhasil menaikkan produksi kakao per hektar melalui penggunaan bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid, yang merupakan hasil persilangan antara klon dan sabah. Penduduk Maya dan Aztec di Amerika Selatan dipercaya sebagai perintis pengguna kakao dalam makanan dan minuman. Sampai pertengahan abad ke XVI, selain bangsa Amerika Selatan, hanya bangsa Spanyol yang mengenal tanaman kakao. Dari Amerika Selatan tanaman ini menyebar ke Amerika Utara, Afrika, dan Asia. Klasifikasi botani tanaman kakao dapat digambarkan sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledonae Famili : Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L.

2 9 Pohon kakao yang merupakan tanaman tropis hanya berkembang di tempat yang panas, beriklim hujan dengan budidaya umumnya dilakukan di daerahdaerah yang tidak lebih dari 20 derajat khatulistiwa bagian Utara atau Selatan. Pohon kakao memerlukan waktu empat atau lima tahun setelah tanam untuk menghasilkan biji kakao dan dari delapan sampai sepuluh tahun untuk mencapai produksi maksimal. Penanaman kakao membutuhkan kondisi ideal yang konsisten dengan keseimbangan musim hujan dan banyak sinar matahari seperti di Kosta Rika, panen dapat terus berlanjut pada dasarnya hampir setiap bulan. Negaranegara dengan musim kering dan basah yang terpisah bisaanya melakukan panen sebanyak dua kali setahun. Jenis kakao yang terbanyak dibudidayakan adalah jenis Criollo yang berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan serta Forastero, dan Trinitario. Jenis Criollo menghasilkan biji kakao bermutu sangat baik dan dikenal sebagai kakao mulia, fine flavor cocoa, choiced cocoa atau edel cocoa. Jenis Forastero menghasilkan biji kakao bermutu menengah dan dikenal sebagai ordinary cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang merupakan hibrida alami dari Criollo dan Forastero sehingga menghasilkan biji kakao yang dapat termasuk fine flavor cocoa atau bulk cocoa. Jenis Trinitario yang banyak ditanam di Indonesia adalah Hibrid Djati Runggo (DR) dan Uppertimazone Hybrida atau yang bisaa disebut dengan kakao lindak (Departemen Perindustrian, 2007). 2.2 Perkembangan Perdagangan Kakao Delapan Negara utama produsen kakao adalah pantai Gading (lebih dari 40 persen); Ghana (15 persen); Indonesia (14 persen); Nigeria (5 persen); Brazil (4 persen); Kamerun (4 persen); Ekuador (3 persen); Malaysia (2 persen), sedangkan Negara lainnya menghasilkan 9 persen. Kakao yang diproduksi di Indonesia telah lama dikenal sebagai standar dasar untuk kualitas kakao. Pesaing Indonesia di pasar Uni Eropa cukup banyak dan datang dari Negara-negara yang memperoleh fasilitas bea masuk, seperti Pantai Gading yang menguasai hampir setengah (41,54 persen) dari pasokan yang dibutuhkan Uni Eropa, Ghana, Nigeria, Kamerun, Brazil, Ekuador, dan Swiss. Swiss merupakan Negara beneficiaries dari general sistem of preferences (GSP) Uni Eropa.

3 10 Fasilitas yang diperoleh melalui skema GSP tersebut tidak sama antara satu Negara dengan Negara lainnya. Negara produsen kakao yang merupakan Negara miskin akan memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk. Sementara Negara lain seperti Indonesia yang masuk dalam kelompok Negara berkembang hanya memperoleh pengurangan tariff sebesar 3,5 persen dari tariff yang berlaku umum (most favoured nations). Disamping itu perlakuan khusus juga diberikan bagi Negara Swiss dan Norwegia yang memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa. (New York Board of Trade, 2004). Jenis kakao yang terbanyak diimpor oleh Uni Eropa adalah biji kakao yang telah difermentasi. Besarnya permintaan ini berkaitan langsung dengan tingginya permintaan biji kakao fermentasi dari industri coklat di Negara anggota. Untuk memasok biji kakao, industri cokelat juga telah menetapkan berbagai persyaratan yang harus dipenuhi oleh Negara importir antara lain standar mutu biji, persyaratan kesehatan, lingkungan dan yang paling penting dari semuanya itu, biji kakao tersebut harus difermentasikan terlebih dahulu sebelum diekspor. Indonesia hanya mengimpor kakao dalam jumlah sedikit ke Eropa yaitu 2,46 persen dari jumlah produksi, karena selain mutu kakao yang rendah, 85 persen kakao Indonesia juga masih dalam bentuk mentah dan belum difermentasi. Sebagian besar hasil perkebunan kakao Indonesia diekspor dalam bentuk bahan mentah, namun di dalam negeri juga terdapat industri pengolahan kakao yang sebagian besar berada di pulau Jawa. Karakteristik pertumbuhan kakao jauh lebih sedikit daripada kapas atau gula dan merupakan kontributor utama untuk fluktuasi harga. Selain itu konsentrasi produksi di dua Negara seperti Pantai Gading dan Ghana dengan jumlah sekitar 55 persen dari produksi dunia, juga berarti situasi sosial atau politik maupun situasi tenaga kerja dapat menciptakan masalah besar dalam ketidakpastian pasokan kakao yang secara langsung akan mempengaruhi harga. Negara tujuan impor terbesar Indonesia adalah Amerika Serikat, Malaysia, Singapura, Brazil, dan Perancis. Jumlah total impor kakao Amerika Serikat pada tahun 2007 adalah sebesar ton, dari total ekspor tersebut sebesar 28 persen diekspor ke Amerika Serikat. Komoditi yang diekspor dari Indonesia lebih banyak berupa biji kakao yang belum difermentasi (cocoa beans) untuk diolah di

4 11 Negara tujuan menjadi produk cokelat olahan. Sedangkan ekspor Indonesia ke Malaysia adalah sebesar 25 persen untuk dijadikan kakao fermentasi. 2.3 Konsumsi Kakao Kebutuhan kakao dalam negeri masih dianggap sedikit, yaitu sekitar ton per tahun, sementara produksi kakao Indonesia mencapai ton per tahun. Sebagai produsen kakao terbesar ketiga di dunia, ekspor Indonesia ke pasar Uni Eropa hanya menduduki posisi ke-6 yaitu dengan pangsa hanya 2,46 persen atau jauh di bawah kemampuan produksinya sekitar 1/6 dari total produksi dunia. Kakao dan produk kakao dari Negara-negara tersebut menjadi sangat berdaya saing karena memiliki fasilitas bebas bea masuk jika dibandingkan kakao Indonesia. Kakao yang diimpor Uni Eropa dari Negara berkembang kemudian diolah menjadi berbagai komoditi berbeda. Produk hasil olahan kakao tersebut kemudian diekspor kembali ke berbagai Negara asal bahan mentahnya termasuk Indonesia. Pada umumnya produk olahan kakao yang diekspor kembali oleh Uni Eropa adalah cokelat dan produk makanan yang mengandung cokelat. Namun disamping produk olahan kakao, diantara Negara Uni Eropa juga terjadi perdagangan ekspor biji kakao untuk keperluan industri pengolahan yang membutuhkan kakao sebagai bahan bakunya. Pada sisi permintaan, Negara maju dengan tingkat pendapatan tinggi merupakan pengolah dan konsumen produk-produk berbasis kakao. Jumlah kakao untuk dikonsumsi biasanya digunakan untuk mengukur tren konsumsi. Belanda telah memiliki sejarah pengolahan terkenal dalam produksi kakao, sekitar 15 persen dari produksi kakao tahunan dunia. Amerika Serikat hampir sama dalam beberapa tahun terakhir. Substitusi mentega kakao dalam proses manufaktur di Eropa, adalah pada produk non makanan seperti kosmetik dan rasa yang populer, juga merupakan faktor yang mempengaruhi pasokan maupun siklus permintaan. Berdasarkan laporan statistik Eurostat (2006), segmentasi konsumen utama di Uni Eropa (UE-25) untuk produk kakao dapat digambarkan sebagai berikut: Belanda dengan share impor 15 persen dan diikuti oleh Jerman dengan share impor 14,5 persen, Belgia dengan share impor 11,9 persen, Perancis dengan share impor 9,9 persen, Italia dengan share impor 3,9 persen, Inggris dengan

5 12 share 3,6 persen, dan lain-lain. Namun demikian perlu juga dicatat bahwa Negaranegara utama yang merupakan segmen pasar terbesar di UE-25 tidak mengkonsumsi seluruh produk tersebut di dalam negeri tetapi sebagian diekspor kembali ke Negara anggota UE-25 lainnya baik dalam bentuk bahan baku maupun dalam bentuk produk jadi seperti cokelat dan makanan mengandung cokelat. Konsolidasi di beberapa tingkatan industri kakao mengubah praktik inventarisasi, dan kemauan dalam privatisasi pada Negara-negara produsen kunci di Afrika Barat telah menggabungkan antara ketidakpastian tradisional yang terkait dengan penentuan harga kakao. Pasar komoditi kakao berjangka New York Board of Trade (NYBOT) memberikan perkembangan industri dengan kemampuan pengelolaan risiko yang kuat, diantaranya dengan kegiatan lindung nilai (hedging) (New York Board of Trade, 2004). 2.4 Bursa Komoditi Indonesia Pemerintah membentuk bursa komoditi Indonesia yang secara teknis bursa ini berada di bawah pengawasan Departemen Perdagangan, sedangkan untuk masalah keuangan berada di bawah naungan Departemen Keuangan. Bursa Komoditi Indonesia melakukan perdagangan berjangka. Ada beberapa alasan yang mendasari pemerintah Indonesia membentuk Bursa Komoditi Indonesia, yaitu: Perubahan lingkungan strategis seperti globalisasi, Kesepakatan dalam jangka WTO, AFTA, APEC, Berkurangnya peran perjanjian komoditi internasional, Berubahnya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi oleh pemerintah, Merangsang produktivitas komoditi dan meningkatkan kegiatan ekspor non migas agar bisa bersaing di pasar global, Pemerintah menganggap perlu adanya berbagai fasilitas penunjang yang dapat menjembatani kepentingan produksi dan kepentingan ekspor. Manfaat bursa komoditi Indonesia yang dibentuk pemerintah sejak tahun 1986 adalah sebagai sarana pengelolaan risiko. Salah satu ciri barang komoditi yang diperdagangkan di bursa adalah harga komoditi yang bersangkutan sering mengalami gejolak. Fluktuasi harga barang komoditi karena perubahan kondisi

6 13 perekonomian membuat para pelaku bursa ini melakukan mekanisme hedging dengan tujuan melindungi aktiva dan/atau kewajiban agar posisi mereka tetap berada di kondisi Break Even Point (BEP). Fungsi dari Bursa Komoditi Indonesia antara lain adalah sebagai berikut: Sarana Pembentukan Harga Selama belum terbentuk Bursa Komoditi Indonesia adalah kecilnya perbedaan antara harga bid dan offer dari suatu komoditi yang diperdagangkan di bursa. Selain hal tersebut, cepat dan mudahnya pelaksanaan transaksi di bursa juga menjadi ukuran efisiensi pasar. Informasi Pasar Informasi pasar yang dibutuhkan para pelaku pasar berjangka komoditi antara lain informasi tentang harga, produksi, konsumsi, volume perdagangan dan juga perkiraan (ekspektasi) pasar dari komoditi yang diperdagangkan di bursa semakin transparan dan bersaing. Semakin banyak informasi diketahui orang, maka akan membuat mereka mampu mengantisipasi pembentukan harga komoditi di pasar. Lindung Nilai Pada dasarnya, harga komoditi primer sering berfluktuasi karena ketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit dikuasai seperti kelainan musim, bencana alam, dan lain-lain. Dengan kegiatan lindung nilai menggunakan kontrak berjangka, mereka dapat mengurangi sekecil mungkin dampak (risiko) yang diakibatkan gejolak harga tersebut. Pembentukan Harga Sebagai sarana pembentukan harga yang transparan dan wajar, yang mencerminkan kondisi pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang diperdagangkan. Hal ini dimungkinkan karena transaksi hanya dilakukan oleh atau melalui anggota bursa, mewakili nasabah atau dirinya sendiri. Artinya, antara pembeli dan penjual kontrak berjangka tidak saling kenal/mengetahui secara langsung. Harga yang terjadi di bursa umumnya dijadikan sebagai harga acuan (reference price) oleh dunia usaha, termasuk petani dan produsen/pengusaha kecil, untuk melakukan transaksi di pasar fisik.

7 14 Marjin yang telah ditetapkan berlaku untuk periode waktu tertentu, dan dapat diubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada. Selain itu ada biaya komisi yang dikenakan oleh pialang berjangka, yang besaran minimumnya ditetapkan bursa atas persetujuan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI, 2007). 2.5 The New York Board of Trade (NYBOT) The New York Board of Trade (NYBOT) merupakan salah satu bursa komoditi terdepan di dunia dan dilengkapi dengan transaksi penentuan harga baik domestik dan internasional bagi produk-produk pertanian. NYBOT mendapatkan keuntungan dengan menyediakan informasi harga kepada para anggotanya. Ketersediaan data dan penyebarannya merupakan inti dari bisnis NYBOT. Ketika transaksi terjadi di lantai perdagangan NYBOT, maka harga akan segera dikirim kepada para pedagang yang ditunjuk, yang kemudian akan menunjukkan data ke seluruh dunia. NYBOT juga memiliki sistem grading untuk produk-produknya, sehingga memerlukan tempat penampungan pada gudang-gudang yang ditunjuk dan menyediakan data mengenai aktivitas tersebut kepada para anggotanya. Apalagi NYBOT bahkan merekam segala aktivitas tersebut dalam rangka memenuhi regulasi dari komisi perdagangan berjangka komoditi (commodity futures trading commission). NYBOT merupakan anak perusahaan dari ICE (intercontinental exchange) yang merupakan pasar perdagangan komoditi secara fisik yang terletak di kota New York. Setelah penggabungan usaha tersebut, maka New York Board of Trade adalah merupakan perusahaan privat. Perdagangan di lantai bursa NYBOT diatur oleh commodity futures trading commission, suatu badan independen dari pemerintah Amerika Serikat. Komoditi yang diperdagangkan di NYBOT antara lain adalah kakao, kopi, katun, etanol, bubur kayu (wood pulp), gula (domestik), gula (dunia), dan jus jeruk (konsentrat beku). Sebelum ditemukannya mekanisme perdagangan berjangka di NYBOT, harga pasar kopi atau kakao, sebagai contohnya merupakan subjek bagi goncangan harga ekstrim. Ketimpangan dan bagian-bagian pada keseimbangan penawaran dan permintaan dapat menyebabkan perubahan harga yang sangat

8 15 nyata yang dapat suatu ketika menyebabkan ancaman bagi stabilitas ekonomi dari seluruh segmen industri. Untuk memberikan beberapa pemecahan pada masalah pembentukan harga dari beberapa komoditi yang diperdagangkan di pasar, para pedagang mengorganisasi suatu pusat pemasaran dimana mereka dapat bertemu dan bertransaksi, suatu tempat dimana mereka dapat bernegosiasi secara terbuka dan adil dan beberapa risiko dari fluktuasi harga dapat dikelola secara lebih efektif. Para pedagang di lantai bursa tidak hanya membeli dan menjual persediaan kopi atau kakao dalam pertukaran, namun mereka memperdagangkan kontrak berjangka pada komoditi. Dengan menyusun standar perjanjian kontrak legal dan perdagangan (ukuran dan standar komoditi serta perjanjian pengangkutan), para pembeli dan penjual dapat bernegosiasi melalui satu-satunya variabel yaitu harga. Kontrak berjangka menjadi fokus dari negosiasi bagi harga pasar yang disepakati secara umum dari standar pengukuran komoditi yang digaris-bawahi untuk diberikan pada tanggal berjangka tertentu. Pembelian dan penjualan kontrak berjangka menyediakan informasi kepada industri suatu proses pembentukan harga yang dapat dipercaya. Hal tersebut memungkinkan para partisipan industri yang rentan terhadap volatilitas harga tinggi dalam rangka menegosiasikan harga pasar berjangka terbaik dan untuk mengunci harga sebagai antisipasi perubahan harga ke depan (New York Board of Trade, 2004).

9 Perdagangan Berjangka dan Opsi Kakao Karakteristik produksi kakao berkontribusi bagi siklus harga jangka panjang. Dengan kata lain, sulit untuk menyesuaikan kondisi pasokan terhadap permintaan secara cepat. Surplus atau kekurangan dapat mengakibatkan fluktuasi harga yang tajam panjang jauh sebelum pasar uang dapat menyesuaikan persediaan kakao. Oleh karena itu, pasar berjangka NYBOT menyusun daftar kontrak perdagangan untuk lebih dari 18 bulan kemudian. Perubahan yang besar pada harga kakao bisaanya lebih besar dari ukuran marjin keuntungan rata-rata sepanjang rantai pemasaran. Misalnya, dari bulan Desember 2001 sampai April 2002, harga kontrak berjangka kakao melonjak lebih dari 50 persen. Kerugian di sepanjang rantai pemasaran kakao bisaanya merupakan transaksi yang tidak dilindungi dengan hedging. Menilai besarnya risiko dan kemudian mengembangkan dan melaksanakan strategi manajemen risiko yang sangat penting bagi kelangsungan hidup bisnis. Dengan mengetahui sejarah dan besarnya frekuensi perubahan harga merupakan komponen utama dari perencanaan manajemen risiko. Gambar 3 menunjukkan grafik selama sepuluh tahun dari harga berjangka kakao yang memberikan gambaran yang jelas dari kecenderungan harga pasar bagi perdagangan jangka panjang. Gambar 3. Grafik Fluktuasi Harga Bulanan pada Perdagangan Berjangka di Bursa Berjangka NYBOT Selama 10 Tahun. Sumber: New York Board of Trade (2004)

10 Mekanisme Penetapan Harga Berjangka Kontrak berjangka kakao adalah kesepakatan untuk membeli atau menjual sejumlah biji kakao pada waktu yang akan datang, dengan harga yang disetujui ketika akan memasuki tahap kontrak. Kontrak berjangka kakao hanya diperdagangkan dalam dua bursa berjangka yaitu LIFFE di Inggris dan NYBOT di New York, Amerika Serikat. Ketika menentukan harga kakao di lantai bursa, para partisipan pasar membandingkan harga berjangka sekarang terhadap harga spot yang dapat diharapkan jatuh pada kematangan kontrak berjangka. Sebagai hasilnya, harga berjangka mencerminkan konsensus yang dicapai oleh sejumlah besar partisipan pasar, dengan memberikan seluruh informasi yang ada baik itu mengenai hasil panen, tingkat persediaan dan distribusi geografis mereka serta prospek permintaan. Kontrak berjangka kakao mempersyaratkan penyerahan satu lot kakao dengan kapasitas 10 ton biji kakao pada bulan Maret, Mei, Juli, September, dan Desember. Dua perbedaan besar yang dijumpai ketika membandingkan kontrak berjangka LIFFE dan NYBOT antara lain: (1) kontrak New York diperdagangkan dalam Dollar Amerika Serikat, sedangkan kontrak bursa London dalam Poundsterling; dan (2) kontrak New York meminta kakao dengan grade yang lebih rendah daripada kontrak bursa London. Pada umumnya kontrak berjangka kakao tidak diganti guna mengamankan pengadaan penjualan biji kakao pada batas kadaluarsa, menjadi pembeli atau para trader di NYBOT dan LIFFE pada tahap akhir. Kontrak berjangka kakao diperdagangkan untuk memberikan mekanisme penentuan harga yang terpusat dan fungsi penjaminan harga kepada para partisipan pasar. Mekanisme penentuan harga merupakan proses dimana pembeli dan penjual mengadakan negosiasi kontrak yang termasuk penentuan harga, kualitas, waktu, dan tempat delivery, serta syarat dan kondisi pembayaran. Pada pasar berjangka proses ini distandarisasi secara khusus dan transparan dibandingkan terhadap pasar spot atau tempat komoditi berasal. Pada kenyataannya, untuk mengadakan transaksi, para partisipan pasar berjangka menempatkan pesanan mereka melalui para trader di lantai bursa yang berwenang yang pada gilirannya akan menyampaikan semua

11 18 informasi ini guna pertukaran tempat transaksi. Penukaran tempat transaksi jauh dari meyakinkan kondisi pasar, hubungan antara sejumlah kontrak berjangka yang terjual dan yang dibeli, diungkapkan dalam bentuk informasi aslinya pada kontrak berjangka, jumlah kontrak berjangka (volume) dan jumlah peminat kontrak (open interest). Hal ini berbeda dengan yang terjadi di pasar spot, dimana ketentuanketentuan kontrak tidak diketahui oleh sebagian besar partisipan pasar. Fungsi lain dari pasar berjangka adalah fungsi penjamin harga. Pasar berjangka memberikan suatu mekanisme yang bisaanya mengindikasikan kegiatan lindung nilai (hedging), dimana risiko-risiko yang terjadi di pasar spot dapat dikurangi (Nardella, 2007). 2.8 Kontrak Berjangka di Bursa NYBOT Kontrak berjangka atau juga dikenal dengan sebutan futures contract dalam dunia keuangan merupakan suatu kontrak standar yang diperdagangkan pada bursa berjangka, untuk membeli ataupun menjual aset acuan dari instrumen keuangan pada suatu tanggal di masa yang akan datang, dengan harga tertentu. Tanggal di masa yang akan datang tersebut dikenal dengan istilah tanggal penyerahan atau dikenal juga dengan istilah delivery date atau tanggal penyelesaian akhir (final settlement date). Harga tertentu disebut dengan istilah kontrak berjangka (futures price). Harga dari aset acuan pada tanggal penyerahan disebut dengan istilah harga penyelesaian (settlement price). Suatu kontrak berjangka menimbulkan kewajiban kepada pemegang kontrak guna melaksanakan pembelian atau penjualan dimana berbeda dengan kontrak opsi yang memberikan hak dan bukan kewajiban. Pada kontrak berjangka ini, kedua belah pihak wajib untuk melaksanakan kewajiban masing-masing pada tanggal penyelesaian, dimana trader akan menyerahkan komoditi yang dijadikan asset acuan kepada pembeli dan pembeli wajib membeli dengan harga penyelesaian yang telah disepakati. Apabila kontrak berjangka dilakukan dengan cara penyelesaian tunai dan tanpa penyerahan barang, maka pelaku perdagangan berjangka yang mengalami kerugian wajib untuk melakukan transfer sejumlah uang tunai kepada pelaku perdagangan yang memperoleh keuntungan. Kontrak berjangka dengan penyerahan tunai hanya diperbolehkan kalau harga

12 19 penyelesaian aset acuan sudah dapat diterima umum seperti misalnya harga komoditi yang diperdagangkan di bursa saham. Untuk bebas dari kewajiban pada tanggal penyelesaian akhir maka pemegang posisi pada kontrak berjangka harus melakukan perhitungan atas posisinya baik dengan melakukan penjualan posisi long ataupun melakukan pembelian kembali posisi short yang secara efektif akan menutup posisi kontrak berjangka serta kewajibannya berdasarkan kontrak tersebut. Kontrak berjangka kakao untuk perdagangan yang terdaftar di NYBOT setiap pengiriman dilakukan adalah 10 metrik ton biji kakao ( LBS). Kontrak dinyatakan dengan harga dalam Dollar per metrik ton dan fluktuasi harga minimum adalah satu Dollar per metrik ton dimana masing-masing nilainya setara dengan $10/kontrak. Setiap lot kakao diminta sampel dan kemudian dinilai oleh grader perdagangan yang memiliki lisensi dan penyesuaian harga dapat dilakukan untuk ketidaksempurnaan berdasarkan standar yang ditetapkan. Kontrak mengizinkan pendistribusian biji kakao dari setiap Negara atau daerah termasuk dengan pertumbuhan baru ataupun yang belum diketahui sepanjang ia memenuhi standar terkait cacat, jumlah biji, ukuran biji, dan faktor lainnya. Lebih dari 40 pertumbuhan dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu Grup A, didistribusikan pada premi sebesar $160/ton, termasuk tanaman panen utama dari Ghana, Nigeria, Pantai Gading, diantara Negara lainnya; Grup B, didistribusikan pada premi sebesar $80/ton, termasuk Bahia, Arriba, Venezuela; Grup C, didistribusikan pada harga tertulis, termasuk Sanchez, Haiti, Malaysia dan semua Negara lainnya. Perdagangan merancang titik pengiriman, gudang khusus berlisensi dan grade kakao untuk pengiriman berdasarkan kontrak. Pasar global kakao NYBOT menyediakan layanan utama dan kapabilitas untuk seluruh industri kakao. Meskipun hanya sebagian kecil persentase kontrak berjangka kakao yang pernah menghasilkan pengiriman, The New York Board of Trade sangat terlibat dalam pergudangan, sampling dan grading kakao. Partisipasi NYBOT pada pasar fisik melibatkan pengiriman kakao terhadap kontrak. Dimulai pada tahun 1990, ia menggunakan sebuah sistem elektronik internal yang disebut the commodity operation and processing system (COPS ) guna melacak

13 20 pengiriman kopi dan kakao bersertifikat untuk pengiriman perdagangan dan dokumentasi penyertanya. Pada tahun 2003, NYBOT merubah COPS terdahulu menjadi ecops, sebuah sistem elektronik yang memungkinkan transfer semua dokumen penting dan kepemilikan melalui internet. Ketika ecops diperluas, industri kakao akan dapat memindahkan semua proses intensif tenaga kerja dan proses dokumentasi manual rawan kesalahan ke platform elektronik, yang menghasilkan penghematan biaya dan efisiensi untuk industri. Sistem ini akan menangani pasar pengiriman uang serta pengiriman perdagangan berdasarkan kontrak. NYBOT juga menyediakan teknologi fasilitas grading bagi industri kakao dan kopi. Fasilitas layanan yang memiliki fitur kopi berlisensi dan grader kakao. Kakao yang diberikan grade melalui tes biji dan mengevaluasi kekurangan atau kekuatan dan mengelompokkan kakao sesuai dengan standar perdagangan tertentu. NYBOT yang juga menyediakan dukungan administratif untuk Asosiasi Pedagang Kakao Amerika (CMAA), merupakan contoh lain komitmen NYBOT untuk melayani industri yang diwakili dalam pasar. Selain kontrak berjangka tradisional, pasar kakao NYBOT memperdagangkan opsi perdagangan pada perdagangan berjangka kakao. Opsi kakao berjangka berjangka (CO) mulai diperdagangkan pada tahun 1986 untuk kopi, gula, dan kakao (CSCE), salah satu pendahulu bursa NYBOT. Opsi menambahkan banyak fleksibilitas kepada strategi manajemen risiko. Sementara perdagangan berjangka memungkinkan pengguna pasar untuk mengunci harga tertentu, opsi dapat memberikan pembeli dengan harga di lantai dasar atau plafon, membatasi risiko harga premi opsi, menghindari komitmen marjin dan menjaga kemampuan untuk mengambil keuntungan dari pergerakan harga di pasar uang. Strategi opsi menjadi berguna dalam jangka waktu kejatuhan atau kenaikan harga secara tajam. 2.9 Hasil Penelitian Terdahulu Dari beberapa hasil penelitian terdahulu diantaranya oleh Lolowang (1999), menemukan bahwa respon harga biji kakao dunia, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang bersifat elastis terhadap penawaran ekspor dunia,

14 21 namun terhadap permintaan impor dunia hanya akan bersifat elastis pada jangka panjang. Di lain pihak, respon harga biji kakao domestik tidak elastis terhadap harga dunia, penawaran domestik dan nilai tukar Rupiah, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Selanjutnya analisis sensitivitas menunjukkan bahwa harga biji kakao dunia tidak responsif terhadap total ekspor dunia dan total impor dunia dalam jangka panjang, serta hanya terhadap total ekspor dunia dalam jangka pendek. Sama halnya dengan penelitian di atas, Junaidi (1999) menyimpulkan bahwa penawaran kakao dunia dipengaruhi secara nyata oleh jumlah ekspor dari Negara-negara pengekspor utama yaitu Brazil, Pantai Gading, dan Ghana. Selain itu, penawaran ekspor kakao dunia juga dipengaruhi secara nyata oleh jumlah persediaan kakao dunia. Akan tetapi penawaran ekspor kakao dunia tidak dipengaruhi secara nyata oleh ekspor Indonesia, harga kakao dunia dan kebijakan pembatasan ekspor kakao. Salah satu penyebab dari keadaan ini adalah karena tujuan ekspor kakao dari Negara-negara produsen lebih disebabkan oleh adanya insentif harga kakao di masing-masing Negara dan bukan karena adanya insentif harga kakao di pasar dunia. Di sisi lain temuan Spillane (1995), mengindikasikan bahwa produksi kakao dalam jangka pendek relatif bersifat inelastis terhadap harga. Menurutnya, walaupun para petani dapat sedikit meningkatkan produksi pada jangka pendek adalah sangat terbatas. Sebaliknya para petani umumnya tidak akan menurunkan produksinya pada jangka pendek jikalau harga kakao turun. Yunita (2006), yang menganalisis model aliran perdagangan dengan menggunakan gravity model untuk komoditi kakao menemukan bahwa secara keseluruhan analisis regresi mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi aliran perdagangan biji kakao Indonesia ke Negara tujuan. Dapat dilihat dari koefisien determinasi yang disesuaikan sebesar 69,1 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh faktor-faktor lain. Selanjutnya variabel-variabel yang berpengaruh positif adalah populasi Negara tujuan dan kualitas biji kakao Indonesia. Variabel yang berpengaruh negatif adalah GDP per kapita Negara tujuan, jarak ke Negara tujuan dan nilai tukar mata uang Negara tujuan terhadap Dollar Amerika Serikat.

15 22 Di sisi lain manik (2006), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor biji kakao Indonesia ke Singapura, Malaysia, dan Jepang menyimpulkan bahwa perkembangan nilai ekspor kakao Indonesia tidak selalu menunjukkan peningkatan yang sama, hal ini disebabkan oleh harga kakao Indonesia tidak stabil dari tahun ke tahun. Dengan analisis regresi berganda ia menemukan bahwa di Negara Singapura harga domestik dan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor biji kakao Indonesia. Sedangkan di Negara Malaysia, harga domestik dan harga ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekspor biji kakao, sedangkan nilai tukar dan lag ekspor berpengaruh nyata terhadap volume biji ekspor kakao. Sedangkan untuk Negara Jepang, harga domestik, nilai tukar dan lag ekspor tidak berpengaruh nyata terhadap volume ekpor dan berpengaruh nyata pada harga ekspor.

INTEGRASI PASAR DAN DAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA A R I Y O S O A

INTEGRASI PASAR DAN DAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA A R I Y O S O A INTEGRASI PASAR DAN DAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA A R I Y O S O A 14104520 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON

V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON V. GAMBARAN UMUM PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON 5.1. Pasar Fisik Indonesia Wilayah sentra utama produksi kakao terdapat di kawasan Indonesia bagian Timur, meliputi Provinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian masih menjadi salah satu primadona Indonesia untuk jenis ekspor non-migas. Indonesia tidak bisa menggantungkan ekspornya kepada sektor migas saja sebab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN 119 VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Hubungan Harga Crude Palm Oil Indonesia dan Rotterdam Berdasarkan hasil analisis dari impulse response maka dapat didapatkan hasil bahwa respon Indonesia pada bulan pertama

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

Pe n g e m b a n g a n

Pe n g e m b a n g a n Potensi Ekonomi Kakao sebagai Sumber Pendapatan Petani Lya Aklimawati 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 9 Jember 68118 Petani kakao akan tersenyum ketika harga biji kakao

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki sumber daya alam yang melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam yang dapat diandalkan salah

Lebih terperinci

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor 8 II. Tinjauan Pustaka 1.1. Kakao Dalam Usaha Pertanian Dalam percakapan sehari-hari yang dimaksud dengan pertanian adalah bercocok tanam, namun pengertian tersebut sangat sempit. Dalam ilmu pertanian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk 114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kegiatan yang terpenting dalam meningkatkan perekonomian suatu negara adalah perdagangan internasional. Perdagangan internasional adalah kegiatan untuk memperdagangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Pada abad modern hampir semua orang mengenal cokelat, merupakan bahan makanan yang banyak digemari masyarakat, terutama bagi anak-anak dan remaja. Salah satu keunikan dan keunggulan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan potensial untuk dikembangkan menjadi andalan ekspor. Menurut ICCO (2012) pada tahun 2011, Indonesia merupakan produsen biji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan semakin menyatunya perekonomian nasional ke dalam tatanan ekonomi dunia, ketidakpastian usaha akan menjadi ciri dalam dinamika perekonomian global yang harus

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah seyogyanya bertumpuh pada sumberdaya lokal yang dimiliki dan aktivitas ekonomi yang mampu melibatkan dan menghidupi sebagian besar penduduk. Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kakao Menurut Badan Perijinan dan Penanaman Modal Provinsi Kalimantan Barat (2009), tanaman

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN

IX. KESIMPULAN DAN SARAN 203 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Analisis terhadap faktor-faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di kawasan Asia Tenggara dan berada di sekitar garis khatulistiwa, sehingga memberikan cuaca tropis. Posisi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Fitur Pemeringkatan ICRA Indonesia April 2015 Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit Pendahuluan Sektor perkebunan terutama kelapa sawit memiliki peran penting bagi perekonomian Indonesia karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO

KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO KAJIAN PENGEMBANGAN KONTRAK BERJANGKA CPO Widiastuti *) Kepala Bagian Pengembangan Pasar, BAPPEBTI Pengantar redaksi: Tahun 2010, lalu, Biro Analisa Pasar, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) yang cukup besar, yaitu sekitar 14,43% pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Fluktuasi dan Volatilitas Harga Fluktuasi merupakan istilah yang mengacu pada ketidakstabilan, ketidaktetapan, guncangan, kelabilan, dan perubahan. Menurut Kamus Besar Bahasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Kakao Tanaman perkebunan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu: tanaman tahunan dan tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Studi Empiris Tentang Jeruk Studi mengenai jeruk telah dilakukan oleh banyak pihak, salah satunya oleh Sinuhaji (2001) yang melakukan penelitian mengenai Pengembangan Usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang selalu ingin menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui usahausahanya dalam membangun perekonomian.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional

Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional Analisis Daya Saing Biji Kakao (Cocoa beans) Indonesia di Pasar Internasional COMPETITIVENESS ANALYSIS OF COCOA BEANS (Cocoa beans) INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Nurul Fitriana, Suardi Tarumun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun,

I. PENDAHULUAN. pertanian. Indonesia memiliki beragam jenis tanah yang mampu. menyuburkan tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris didukung oleh sumber daya alamnya yang melimpah memiliki kemampuan untuk mengembangkan sektor pertanian. Indonesia memiliki

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Pemenuhan kebutuhan pokok dalam hidup adalah salah satu alasan agar setiap individu maupun kelompok melakukan aktivitas bekerja dan mendapatkan hasil sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI KAKAO DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKONOMI KAKAO DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI KAKAO DUNIA DAN IMPLIKASINYA BAGI INDONESIA Oleh: Tahlim Sudaryanto dan Sri Hery Susilowatio Abstrak Produksi kakao ciunia telah menunjukkan perkembangan yang pesat. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

KETERPADUAN PASAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA. Muhammad Firdaus 1 dan Ariyoso 2. Institut Pertanian Bogor

KETERPADUAN PASAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA. Muhammad Firdaus 1 dan Ariyoso 2. Institut Pertanian Bogor KETERPADUAN PASAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA KAKAO INDONESIA Muhammad Firdaus 1 dan Ariyoso 2 1 Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor 2 Program

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 83 V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA 5.1. Luas Areal Perkebunan Tebu dan Produktivitas Gula Hablur Indonesia Tebu merupakan tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula. Tujuan penanaman tebu adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang makin berkembang telah membuka peluang dalam dunia bisnis semakin lebar dan luas. Aset dan modal yang dimiliki perusahaan di Indonesia juga mengalami

Lebih terperinci

TRANSMISI HARGA BIJI KAKAO DI PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON

TRANSMISI HARGA BIJI KAKAO DI PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON TRANSMISI HARGA BIJI KAKAO DI PASAR FISIK INDONESIA, PASAR BERJANGKA NEW YORK, DAN LONDON SKRIPSI RESTIKA RADITIA AULIA H34080049 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di dunia yang produksinya digunakan baik untuk konsumsi domestik ataupun

I. PENDAHULUAN. di dunia yang produksinya digunakan baik untuk konsumsi domestik ataupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia nierupakan salah sat^^ negara produsen m~rlti komoditi pertanian di dunia yang produksinya digunakan baik untuk konsumsi domestik ataupun konsumsi ekspor. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut akan dapat memberikan manfaat bagi para investor, pelaku usaha, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar komoditi dan pasar keuangan merupakan jenis pasar yang memiliki pengaruh besar dalam menjaga stabilitas perekonomian suatu negara. Kedua pasar tersebut

Lebih terperinci

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum

Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum Mengekspor di Tengah Perubahan Lansekap Hukum LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Indonesia 2,3 & 5 Agustus, 2010 LOKAKARYA PELATIHAN LEGALITAS Kebijakan dan Konvensi Internasional yang berdampak pada Perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara agraris sudah tidak diragukan lagi hasil buminya, baik dari sisi buah-buahan maupun sayur-sayurannya. Salah satu yang menjadi andalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan hal yang tidak asing lagi di Indonesia khususnya bagi para pelaku ekonomi. Dewasa ini pasar modal merupakan indikator kemajuan perekonomian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia menjadi produsen kakao terbesar ke-2 di dunia dengan produksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang berperan penting dalam perekonomian Indonesia. Pada tahun 2010 Indonesia menjadi produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam pengembangan sektor pertanian sehingga sektor pertanian memiliki fungsi strategis dalam penyediaan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Lada atau pepper (Piper nigrum L) disebut juga dengan merica, merupakan jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Dalam bursa berjangka, sejumlah komoditas diperjualbelikan dengan harga tertentu yang penyerahannya dilakukan pada saat yang akan datang. Komoditas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan memegang peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Kegiatan perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Permintaan dan penawaran pada dasarnya merupakan penyebab terjadinya perdagangan antar negara. Sobri (2001) menyatakan bahwa perdagangan internasional adalah

Lebih terperinci

BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO. Jakarta, 18 September 2013

BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO. Jakarta, 18 September 2013 BAHAN MASUKAN PAPARAN DIRJEN PDN PADA LOKAKARYA KAKAO 2013 SESI MATERI: RANTAI TATA NIAGA KAKAO Jakarta, 18 September 2013 Kebijakan Tata Niaga Komoditi MEKANISME PASAR Harga dan ketersediaan barang tergantungpadasupply-demand

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan antar negara akan menciptakan pasar yang lebih kompetitif dan mendorong pertumbuhan ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi. Kondisi sumber daya alam Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM

VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM VII. DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DAN PERUBAHAN LINGKUNGAN EKONOMI TERHADAP DINAMIKA EKSPOR KARET ALAM 7.1. Dampak Kenaikan Pendapatan Dampak kenaikan pendapatan dapat dilihat dengan melakukan simulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

COKELAT : Sejarah, manfaat dan pengolahannya ACADEMY

COKELAT : Sejarah, manfaat dan pengolahannya ACADEMY COKELAT : Sejarah, manfaat dan pengolahannya CHOCOLATE ACADEMY Asal Nama Cokelat (Chocolate) Berasal dari kata Xocola-tl yang artinya minuman pahit. Pertama kali dikonsumsi oleh bangsawan suku Olmec (1500

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga komoditi Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh kekuatan supply dan

BAB I PENDAHULUAN. Harga komoditi Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh kekuatan supply dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Harga komoditi Crude Palm Oil (CPO) ditentukan oleh kekuatan supply dan demand pasar dunia, harga ini memiliki resiko berubah seiring dengan tekanan kekuatan pasar.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab V. GAMBARAN UMUM 5.1. Prospek Kakao Indonesia Indonesia telah mampu berkontribusi dan menempati posisi ketiga dalam perolehan devisa senilai 668 juta dolar AS dari ekspor kakao sebesar ± 480 272 ton pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-Jenis Kakao Tanaman kakao (Theobroma cacao, L) atau lebih dikenal dengan nama cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai macam tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian suatu negara merupakan salah satu hal yang penting bagi keberlangsungan negara tersebut. Sebuah negara yang berkembang pasti menghadapi berbagai masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik

I. PENDAHULUAN. Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gula merupakan salah satu komoditas perkebunan strategis Indonesia baik dari dimensi ekonomi, sosial, maupun politik. Indonesia memiliki keunggulan komparatif sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa

I. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia.

BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR. tersebut juga menjadi tujuan ekspor utama bagi Indonesia. BAB V GAMBARAN UMUM NEGARA-NEGARA TUJUAN EKSPOR Negara tujuan ekspor yang dibahas dalam bab ini hanya dibatasi pada 10 negara dengan tingkat konsumsi karet alam terbesar di dunia. Negara-negara tersebut

Lebih terperinci

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

:1 ,_,.!.\.,~,. ~J ;)' BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari Bab 1. Pendahuluan \ ":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI ". '" ~ '. i --_/ I-I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari daerah antara perairan sungai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi

PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi RINGKASAN BUKU: PASAR KOMODITI: Perdagangan Berjangka & Pasar Lelang Komoditi Oleh: IR. R. SERFIANTO D. PURNOMO CITA YUSTISIA SERFIYANI, SH ISWI HARIYANI, SH, MH Penerbit: JOGJA BANGKIT PUBLISHER (GALANGPRESS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai peranan strategis dalam pembangunan pertanian dan perekonomian

Lebih terperinci

Market Brief. Cengkeh di Jerman

Market Brief. Cengkeh di Jerman Market Brief Cengkeh di Jerman ITPC Hamburg 2015 ITPC HAMBURG - CENGKEH DI JERMAN 2015 Daftar Isi Kata Pengantar... III 1 Pendahuluan... 1 1.1 Pemilihan Produk... 1 1.2 Profil Geografi Jerman... 1 2 Potensi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi harga komoditas kakao dunia tidak ditentukan. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari

Lebih terperinci