Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas Jember, tanggal 22 Oktober 2014

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Disampaikan pada Seminar Nasional PERIPI 2014 di Fakultas Pertanian Universitas Jember, tanggal 22 Oktober 2014"

Transkripsi

1 PERAKITAN VARIETAS TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) BERDAYA HASIL TINGGI DENGAN SIFAT WARNA POLONG UNGU DAN KUNING Andy Soegianto 1*) dan Sri Lestari Purnamaningsih 1) 1) Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang *) Corresponding author. ABSTRAK Sifat penting selain daya hasil pada tanaman buncis adalah kandungan β-karoten dan anthosianin yang dicirikan berturut-turut oleh warna kuning dan ungu. Warna polong kuning dan ungu belum dijumpai pada varietas buncis yang ditanam di Indonesia, dan hanya dijumpai pada varietas introduksi, diantaranya adalah Cherokee Sun untuk sifat polong berwarna kuning dan Purple Queen untuk sifat warna polong ungu. β-karoten dan anthosianin secara medis berfungsi sebagai antioksidan untuk mencegah kanker dan penyakit lainnya. Persilangan antara varietas buncis lokal Surakarta yang dikenal memiliki rata-rata daya hasil lebih tinggi dari varietas lokal lainnya dengan varietas introduksi diharapkan menghasilkan varietas baru yang merupakan gabungan keunggulan sifat lokal dan introduksi tersebut. Penelitian dilakukan dalam tiga tahap, yaitu melakukan persilangan antara tiga varietas lokal asal Surakarta (Gilig Ijo, Mantili, dan Gogo Kuning) dengan dua varietas introduksi asal Selandia Baru (Cherokee Sun dan Purple Queen) yang dilakukan secara resiprok; dilanjutkan dengan pengamatan populasi F 1 dan F 2 untuk mempelajari pewarisan sifat warna polong kuning dan ungu. Data pengamatan populasi F 1 dilakukan analisis heterosis, sedangkan data populasi F 2 dianalisis dengan uji kecocokan menggunakan metode Khi-Kuadrat atau Chi-Square (χ 2 ) untuk melihat besarnya nilai perbandingan data penelitian yang diperoleh dari persilangan yang telah dilakukan dengan hasil yang diharapkan berdasarkan hipotesis secara teoritis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa warna polong pada F 1 dan F 1 resiprok hasil persilangan antara varietas introduksi Cherokee Sun (berpolong kuning) dengan varietas lokal berpolong hijau Gilig Ijo, Mantili, dan Gogo Kuning, adalah berpolong kuning. Warna polong F 1 dan F 1 resiprok keturunan persilangan Purple Queen (berpolong ungu) dengan semua varietas lokal berpolong hijau, menampilkan polong warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa persilangan untuk menggabungkan sifat warna polong kuning antara varietas introduksi Cherokee Sun dengan varietas lokal yang digunakan tidak menunjukkan pengaruh induk betina atau maternal effect. Demikian pula halnya persilangan antara varietas introduksi Purple Queen dengan varietas lokal Gilig Ijo, Mantili, dan Gogo Kuning tidak dipengaruhi oleh maternal effect. Nisbah warna polong kuning : hijau ataupun ungu : hijau pada populasi F 2 setelah dilakukan uji χ 2 menghasilkan nisbah 3 : 1. Dengan demikian, warna polong kuning maupun ungu dikendalikan oleh gen tunggal dominan. Kombinasi persilangan antara Cherokee Sun dengan Gilik Ijo memiliki nilai duga heterosis yang lebih baik dibandingkan kombinasi persilangan yang lain untuk sifat umur genjah. Nilai duga heterosis yang lebih besar untuk sifat daya hasil dijumpai pada kombinasi persilangan antara Cherokee Sun dengan Gogo Kuning dibandingkan dengan kombinasi persilangan yang lain. Kata kunci : Buncis, Pewarisan sifat warna polong, -karoten, Anthosianin, Persilangan 1

2 I. PENDAHULUAN Kebutuhan masyarakat akan buncis terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Data statistik produksi tanaman sayuran buncis di Indonesia periode 2009 sampai 2013 adalah 290,99; 336,49; 334,66; 322,15; dan 327,38 ton berturut-turut (BPS, 2014). Namun demikian, Indonesia masih harus mengimpor 30,91 ton buncis pada tahun 2012 guna mencukupi kebutuhan dalam negeri (Deptan, 2012). Rata-rata hasil sayuran buncis pada tahun 2009 adalah 8,52 t.ha -1, dan rata-rata hasil beberapa varietas sayuran buncis yang ditanam di Indonesia saat ini berkisar dari 16,3 sampai 27,5 t.ha -1. (Direktorat Jenderal Hortikultura, 2009). Data konsumsi buncis dari tahun 2008 sampai dengan 2011 relatif stabil yaitu 0,87; 0,75 ; 0,77; dan 0,71 kg/kapita/tahun (Badan Pusat Statistik, 2012). Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha untuk memperbaiki bentuk dan sifat tanaman sehingga diperoleh varietas baru yang mempunyai sifat lebih baik dari tetuanya dalam segi kuantitas seperti daya hasil maupun kualitas seperti kandungan gizi pada polong, ketahanan terhadap hama penyakit, dan sebagainya. Brom (2000) menyatakan bahwa tingkat konsumsi sayuran dimasa depan sangat dipengaruhi oleh faktor ketersediaan (availability), keterjangkauan harga (affordability), kenyamanan atau kepraktisan (convenience) dan keamanan produk (health). Penelitian Roininen et al. (2006), membuktikan bahwa kesegaran, rasa, kebersihan, nilai kesehatan dan absennya penggunaan pestisida juga merupakan faktor penting lainnya. Perbaikan varietas dapat dilakukan melalui penggabungan sifat-sifat genetik yang diinginkan yaitu melalui persilangan, sekaligus untuk meningkatkan dan memanfaatkan keragaman genetik, yang dilanjutkan dengan seleksi dan evaluasi terhadap daya hasil dan kualitas. Adanya keragaman (variabilitas) genetik dari karakter yang dapat diwariskan dan kemampuan memilah genotipe-genotipe unggul dalam proses seleksi sangat menentukan keberhasilan program pemuliaan tanaman. Dengan demikian, tujuan pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan varietas baru dengan sifat-sifat kuantitatif maupun kualitatif keturunan yang lebih baik dari tetuanya, akan dapat tercapai apabila cukup tersedia keragaman genetik. Pewarisan sifat adalah suatu proses pemindahan sifat atau gen dari tetua kepada keturunannya. Sering dijumpai bahwa suatu individu berpenampilan relatif sama dengan tetuanya, walau tidak semua sifat diwariskan dari tetuanya tersebut. Dengan demikian, pewarisan warna polong pada buncis untuk mewariskan kandungan anthosianin tinggi dari buncis varietas introduksi asal Selandia Baru yaitu varietas Purple Queen, serta kandungan β-karoten tinggi dari varietas Cherokee Sun kepada beberapa buncis varietas lokal asal Surakarta (Mantili, Gilik Ijo, dan Gogo Kuning) yang mempunyai karakter daya hasil tinggi dan adaptif, diamati pada keturunan F 1 dan F 2 nya. Dalam setiap program pemuliaan tanaman, evaluasi dan seleksi merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan setelah diperoleh keragaman genetik tinggi. Keragaman genetik yang tinggi adalah dijumpai pada populasi bersegregasi, yaitu pada populasi F 2 ketika tetua persilangannya adalah galur homosigot. II. TINJAUAN PUSTAKA Buncis (P. vulgaris L.) sebagai tanaman yang sifat reproduksinya adalah menyerbuk sendiri, mempunyai ciri populasi yang homosigot-homogen. Tanaman ini bersifat diploid 2n = 2x = 22 (Cheng dan Basset, 1981). Penyebaran tanaman buncis diduga berasal dari benua Amerika dengan dua pusat asal-usul yaitu Andean dan Mesoamerika (Hornakova et al., 2003). Buncis yang ditanam di Indonesia merupakan hasil introduksi dari kurang lebih 100 kultivar yang berasal dari Hawai, Belanda dan 2

3 Australia. Sentra awal penanaman buncis di Indonesia ada di Kotabatu (Bogor), Pengalengan, Lembang (Bandung), dan Cipanas (Cianjur) (Fachruddin, 2000). Berbagai metode pemuliaan tanaman dapat dilakukan pada tanaman menyerbuk sendiri. Penyerbukan sendiri pada tanaman akan memunculkan galur-galur. Galur yang terbentuk pada dasarnya adalah kelompok populasi yang secara genetik berbeda, dengan keragaman dalam galur adalah sempit atau seragam sedangkan ragam antar galur adalah besar. Penerapan atau pemilihan suatu metode pemuliaan untuk suatu komoditas tanaman tertentu memerlukan pengetahuan dasar yang cukup karena banyak faktor atau hal yang perlu diketahui. Salah satu faktor penentu keberhasilan pemuliaan tanaman adalah tersedianya keragaman genetik. Keragaman genetik tanaman dapat diupayakan diantaranya adalah melalui cara introduksi, hibridisasi, dan mutasi. Teknik persilangan buatan (hibridisasi) dapat menyebabkan terjadinya kombinasi alel-alel yang dapat meningkatkan keragaman genetik. Penentuan tetua merupakan tahap yang sangat penting karena akan menentukan keberhasilan dari tujuan perolehan karakter yang diinginkan. Pembentukan populasi dasar buncis berpolong ungu maupun kuning dilakukan melalui persilangan antara varietas buncis lokal Surakarta yang memiliki rata-rata produksi tinggi (Gilik Ijo, Gogo Kuning dan Mantili) dengan buncis introduksi yang memiliki kandungan antosianin tinggi (Purple Queen) dan kandungan -karoten tinggi (Cherokee Sun). Seperti disebutkan di atas bahwa hibridisasi dapat meningkatkan keragaman genetik, dan dengan keragaman genetik tinggi, maka peluang untuk mendapatkan sifat-sifat unggul yang diharapkan juga semakin besar. Dari persilangan tersebut diharapkan akan diperoleh keturunan baru yang memiliki sifat unggul kombinasi tetuanya yaitu buncis berpolong ungu dan kuning dengan daya hasil tinggi melalui serangkaian prosedur pemuliaan dan seleksi yang tepat. Salah satu metode seleksi pada keturunan hasil persilangan tanaman menyerbuk sendiri adalah seleksi pedigree atau seleksi silsilah. Metode ini paling sering digunakan khususnya untuk generasi F 2. Seleksi pedigree ini membutuhkan nilai heritabilitas tinggi untuk sifat yang digunakan sebagai kriteria seleksi. Prosedur seleksi pedigree dimulai dengan melakukan persilangan sepasang tetua homosigot yang berbeda sehingga diperoleh keturunan generasi F 1 yang seragam. Penyerbukan sendiri populasi F 1 ini akan menghasilkan populasi generasi F 2 yang bersegregasi. Seleksi pedigree diterapkan mulai generasi F 2 dan dilanjutkan pada generasi-generasi berikutnya (Gambar 1). III. BAHAN DAN METODE Bahan penelitian yang digunakan adalah 5 (lima) varietas buncis (Tabel 1) yang terdiri dari 2 (dua) varietas introduksi asal Selandia Baru (Cherokee Sun, berpolong kuning, dan Purple Queen, berpolong ungu) serta 3 (tiga) varietas lokal asal Surakarta yang semuanya berpolong hijau (Gogo Kuning, Gilig Ijo, dan Mantili). Penelitian dilaksana dalam 3 (tiga) generasi tanam yaitu, generasi tetua untuk persilangan, Generasi F 1, dan generasi F 2, yaitu penanaman pada bulan Februari sampai dengan September 2012 untuk generasi tetua dan F 1, kemudian dilanjutkan penanaman generasi F 2 pada bulan Mei sampai Agustus Persilangan buatan dilakukan antara varietas introduksi dan varietas lokal serta resiproknya. Populasi tetua masing-masing terdiri dari 20 tanaman yang ditanam dengan jarak tanam 50 x 30 cm. Benih F 1 dan resiproknya diperoleh dari persilangan yang direncanakan pada populasi tetua dan ditanam sebanyak 50 individu untuk setiap populasi F 1. Sedangkan pada populasi F 2 hasil selfing generasi F 1 ditanam sebanyak 400 individu tanaman per galur dengan jarak tanam 50 x 30 cm. 3

4 Pengamatan dilakukan pada populasi F 1 dan F 2 untuk warna polong dan daya hasil. Uji kesesuaian warna polong untuk analisis pewarisan sifat warna polong pada populasi F 2 menggunakan metode Chi-Square (χ 2 ) dengan rumus (Stansfield, 1983) : Dimana : χ 2 = nilai Chi-Square O = Frekuensi hasil pengamatan E = Frekuensi harapan Adapun pendugaan efek heterosis dianalisis menggunakan metode high-parent dan midparents heterosis atau heterobeltiosis dan heterosis standar untuk sifat berat polong dengan rumus (Chaudary, 1984) : x 100% x 100% IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan warna polong pada populasi F 1 dan F 1 resiprok pada persilangan antara Cherokee Sun dan semua varietas lokal menunjukkan dominansi warna polong kuning dari tetua introduksi. Demikian pula pada persilangan antara Purple Queen dan semua variteas lokal serta resiproknya menampilkan warna polong ungu berasal dari tetua introduksi. Dengan demikian warna polong kuning dan ungu adalah dominan terhadap warna polong hijau dan tidak dipengaruhi oleh efek induk betina. Dengan kata lain bahwa pewarisan warna polong kuning dan ungu dikendalikan oleh gen-gen di dalam inti sel. Perhitungan Chi-Square untuk analisis pewarisan sifat warna polong pada populasi F 2 memperkuat hasil yang diperoleh pada pengamatan F 1 (Tabel 2). Tiga kombinasi persilangan untuk tetua berpolong kuning dan hijau, semua populasi F 2 -nya menampilkan segregasi ratio 3 kuning : 1 hijau. Tiga kombinasi persilangan lainnya untuk tetua berpolong ungu dan hijau, maka segregasi ratio warna polong pada populasi F 2 -nya juga menunjukkan 3 ungu : 1 hijau. Crowder (1997) menyebutkan bahwa pewarisan sifat kualitatif pada umumnya dikendalikan oleh gen sederhana. Efek heterosis yang cukup tinggi (Tabel 3) teramati pada peubah umur berbunga dan berat polong, yaitu pada F 1 keturunan persilangan (Cherokee Sun x Gogo Kuning), (Purple Queen x Mantili) dan (Purple Queen x Gogo Kuning) yang menunjukkan umur berbunga yang lebih awal dibandingkan tetuanya. Sedangkan untuk peubah berat polong teramati gejala heterosis pada F 1 keturunan persilangan (Cherokee Sun x Gogo Kuning). Keragaman warna polong yang tinggi pada populasi F 2 menunjukkan terjadinya segregasi genetik pada susunan genotipe heterosigot akibat penyerbukan sendiri. Keragaman warna polong ini dapat dilihat pada gambar 2. Keragaman genetik yang luas menjamin efektivitas program seleksi, apabila nilai duga heritabilitas untuk karakter seleksi adalah tinggi pula. Sebagai contoh, populasi F 2 (Purple Queen x Gogo Kuning) memiliki nilai heritabilitas tinggi untuk umur genjah. 4

5 V. KESIMPULAN Pewarisan warna polong kuning dan ungu berasal dari varietas introduksi adalah bersifat dominan terhadap warna polong hijau varietas lokal dengan pola pewarisan 3 kuning atau ungu : 1 hijau, dengan gen pengendali bersifat intra nuclear chromosomal. Seleksi pedigree untuk memperoleh galur berdaya hasil tinggi dengan polong berwarna kuning atau ungu akan efektif dilakukan pada populasi F 2 karena ragam genetik dan heritbilitas untuk kedua sifat tersebut tinggi. Peluang untuk mengembangkan secara langsung keunggulan umur genjah selain daya hasil dan warna polong adalah cukup besar terutama dari persilangan antara Purple Queen dan Gogo Kuning berdasarkan nilai duga heterosisnya. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang telah memberikan bantuan dana penelitian Hibah Perguruan Tinggi Melalui DIPA Universitas Brawijaya Nomor : DIPA /2013, Tanggal 5 Desember 2012, dan berdasarkan SK Rektor Universitas Brawijaya Nomor : 153/SK/2013 tanggal 28 Maret 2013, sehingga makalah ini dapat disampaikan pada Seminar Nasional Pemuliaan yang dilaksanakan di Fakultas Pertanian, Universitas Jember pada tanggal Oktober DAFTAR PUSTAKA Brom, F.W.A Food, Consumer Concerns, and Trust : Food Ethnics for A Globalizing Market. J. Agric. And Environ. Ethnics 12(2): Chaudary, R.C Introduction to Plant Breeding. Oxford and IBH Publishing Co., New Delhi. 267p. Cheng, S.S. and M.J. Bassett, Chromosome Morphology in Common Bean (Phaseolus vulgaris) at the Diplotene Stage of Meiosis. Cytologia 46 : Crowder, L.V Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 449p. Fachruddin, L Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta. Hornakova, O., M. Zavodna, J. Kraic, and F. Debre, Diversity of Common Bean Landraces Collected in the Western and Eastern Carpatien. Czech J. genet. Plant Breed.,39(3): Roininen K., A. Arvola, and L. Lahteenmaki Exploring Consumer s Perceptions of Local Food with Two Different Qualitative Techniques: Laddering and Word Association. Food Quality and Preference (17): 1-2: Stansfield, W.D Theory and Problem of Genetics. Ed ke-2. New York: McGraw Hill. 5

6 GAMBAR DAN TABEL Gambar 1. 6

7 Gambar 2. Keragaman fenotipe warna polong pada populasi F 2. Tabel 1. Deskripsi buncis varietas tetua Introduksi dan Lokal Deskripsi Cherokee Sun Purple Queen Gogo Kuning Gilik Ijo Mantili Asal-usul Introduksi Introduksi Lokal Lokal Lokal Tipe Tumbuh Tegak Merambat Tegak Merambat Merambat Warna Bunga Pink Ungu Putih Putih Putih Warna Daun Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Warna Batang Hijau Ungu Hijau Hijau Hijau Warna Polong Kuning Ungu Hijau Hijau Hijau Warna Biji Hitam Putih Kuning Putih Kuning Umur Berbunga 27,6 hst 42,2 hst 24,67 hst 34 hst 29,33 hst Awal Panen polong muda Awal Panen polong kering 35,33 hst 51,44 hst 33,67 hst 38,37 hst 40,48 hst 70,33 hst 88,35 hst 73,33 hst 78,2 hst 79,4 hst Panjang Polong 15,25 cm 19,5 cm 15,00 cm 17,33 cm 19,33 cm Jumlah Biji per Polong 5,4 8,55 5,33 10,38 10,77 Bobot per Polong 6,17 g 10,28 g 8,33 g 8,48 g 8,33 g Bobot Polong per Tanaman Jumlah Polong per Tanaman 221,00 g 608,94 g 543,33 g 810,00 g 723,33 g 28,33 68,83 51,67 131,67 73,33 Bobot 100 biji 31,27 g 35,96 g 33,47 g 31,67 g 35,63 g Panjang Biji 1,13 cm 1,22 cm 0,86cm 0,74 cm 0,87 cm Lebar biji 0,38 cm 0,43 cm 0,43 cm 0,33 cm 0,46 cm 7

8 Tabel 2. Perhitungan Chi-Square pada populasi F 2 untuk pewarisan sifat warna polong kuning dan ungu Per silangan O Ratio warna polong Kuning : Hijau pada populasi F 2 3 : 1 9 : 7 13 : 3 15 : 1 E E E E CS x GI 280: : * 225: * 325: * 375: * CS x M 320:80 300: * 225: tn 325: * 375: tn CS x GK 320:80 300: * 225: tn 325: * 375: tn Per silangan O Ratio warna polong Ungu : Hijau pada populasi F 2 3 : 1 9 : 7 13 : 3 15 : 1 E E E E PQ x GI 320:80 300: * 225: tn 325: * 375: tn PQ x M 320:80 300: * 225: tn 325: * 375: tn PQ x GK 340:60 300: * 225: * 325: * 375: tn Keterangan : O = Frekuensi teramati; E = Frekuensi harapan; = Chi-Square; tn = tidak nyata pada taraf 5%; *) = berbeda nyata pada taraf 5% Tabel 3. Nilai duga pengaruh Heterobeltiosis (HP) dan Heterosis standar (HS) pada persilangan buncis varietas introduksi dan lokal. Persilangan Umur berbunga Bobot polong HP (%) HS (%) HP (%) HS (%) CS x GI CS x M CS x GK PQ x GI PQ x M PQ x GK

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto KERAGAMAN GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER KOMPONEN HASIL PADA POPULASI F2 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) HASIL PERSILANGAN VARIETAS INTRODUKSI DENGAN VARIETAS LOKAL GENETIC VARIABILITY AND HERITABILITY

Lebih terperinci

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI Metode Pemuliaan Introduksi Seleksi Hibridisasi penanganan generasi bersegregasi dengan Metode silsilah (pedigree) Metode curah (bulk) Metode silang balik (back

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai (Glycine max L) merupakan salah satu komoditas pangan penting setelah padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri. Sebagai sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar dan banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanaman ini dapat dikonsumsi segar sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil protein dan lemak nabati yang cukup penting untuk memenuhi nutrisi tubuh manusia. Bagi industri

Lebih terperinci

SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI

SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI SELEKSI FAMILI F3 BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) POLONG KUNING DAN BERDAYA HASIL TINGGI SELECTING FAMILY OF F3 COMMON BEANS (Phaseolus vulgaris L.) ON YELLOW POD AND HIGH YIELDS Muhamat Arif *), Damanhuri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu bahan pangan penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat dominan dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan bergizi tinggi sebagai sumber protein nabati dengan harga terjangkau. Di Indonesia, kedelai banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian dimulai bulan November 2009 sampai dengan bulan Mei 2010. Kondisi curah hujan selama penelitian berlangsung berada pada interval 42.9 mm sampai dengan 460.7

Lebih terperinci

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN:

JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 2 MEI-2013 ISSN: 2338-3976 POLA PEWARISAN SIFAT WARNA POLONG PADA HASIL PERSILANGAN TANAMAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) VARIETAS INTRODUKSI DENGAN VARIETAS LOKAL THE

Lebih terperinci

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2 J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 20 Jurnal Agrotek Tropika 1(1):20-24, 2013 Vol. 1, No. 1: 20 24, Januari 2013 DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai sayuran maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman pangan dari famili Leguminosae yang berumur pendek. Secara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan sebagai berikut. Kingdom Divisi Sub-divisi Class Ordo Famili Genus Spesies

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan PEMBAHASAN UMUM Penggabungan karakter resisten terhadap penyakit bulai dan karakter yang mengendalikan peningkatan lisin dan triptofan pada jagung merupakan hal yang sulit dilakukan. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi yang baik semakin meningkat, baik kecukupan protein hewani

Lebih terperinci

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521 Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521 Maimun Barmawi, Nyimas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Kualitatif Karakter kualitatif yang diamati pada penelitian ini adalah warna petiol dan penampilan daun. Kedua karakter ini merupakan karakter yang secara kualitatif berbeda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan.

I. PENDAHULUAN. berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan makanan yang berasal dari kacang tanah menyebabkan meningkatnya jumlah permintaan. Kebutuhan kacang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai biasanya digunakan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kedelai merupakan salah satu contoh dari komoditas tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kebutuhan kedelai di Indonesia

Lebih terperinci

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi PENDAHULUAN Seleksi merupakan salah satu kegiatan utama dalam pemuliaan tanaman.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki nilai gizi yang sangat tinggi terutama proteinnya (35-38%) hampir mendekati protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman.

I. PENDAHULUAN. Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi tanaman tidak dapat dipisahkan dari program pemuliaan tanaman. Pemuliaan tanaman berkaitan erat dengan proses seleksi. Seleksi hanya dapat dilakukan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein nabati yang penting mengingat kualitas asam aminonya yang tinggi, seimbang dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun, 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 974.512 ton. Namun, pada tahun 2010 produksi kedelai nasional mengalami penurunan menjadi 907.031

Lebih terperinci

PENAMPILAN 12 FAMILI BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) F4 BERPOLONG UNGU

PENAMPILAN 12 FAMILI BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) F4 BERPOLONG UNGU PENAMPILAN 12 FAMILI BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) F4 BERPOLONG UNGU THE PERFORMANCE OF 12 FAMILIES OF F4 COMMON BEAN (Phaseolus vulgaris L.) HAVE PURPLE PODS Intan Permatasari *), Izmi Yulianah dan Kuswanto

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan dengan kandungan protein nabati yang tinggi dan harga yang relatif murah. Kedelai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit keragaman genetik menjadi suatu bentuk yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (Makmur,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang secara lengkap adalah sebagai berikut Divisi Kelas Sub kelas

Lebih terperinci

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN No. 002, Agustus 2013 (Tanggal diunggah 22 Agustus 2013) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya dan Fauzi Haidar

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 13 GALUR BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) F4 BERDAYA HASIL TINGGI DAN BERPOLONG UNGU

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 13 GALUR BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) F4 BERDAYA HASIL TINGGI DAN BERPOLONG UNGU UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN 13 GALUR BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) F4 BERDAYA HASIL TINGGI DAN BERPOLONG UNGU PRELIMINARY YIELD TEST OF 13 LINES OF F4 COMMON BEANS (Phaseolus vulgaris L.) HIGH YIELD AND

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama setelah padi dan jagung yang merupakan sumber protein utama bagi masyarakat. Pemanfaatan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada penelitian F 5 hasil persilangan Wilis x B 3570 ini ditanam 15 genotipe terpilih dari generasi sebelumnya, tetua Wilis, dan tetua B 3570. Pada umumnya

Lebih terperinci

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen 71 PEMBAHASAN UMUM Nisbah populasi F2 untuk karakter warna batang muda, bentuk daun dan tekstur permukaan buah adalah 3 : 1. Nisbah populasi F2 untuk karakter posisi bunga dan warna buah muda adalah 1

Lebih terperinci

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 5 Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi 1. Tanaman menyerbuk sendiri 2. Dasar genetik Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang memiliki potensi bagus untuk dikembangkan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam hal penyediaan pangan, pakan dan bahan-bahan industri, sehingga telah menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan hidup yang indah dan nyaman. Cabai (Capsicum sp.) disamping

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data 17 BAHAN DAN METODE Studi pewarisan ini terdiri dari dua penelitian yang menggunakan galur persilangan berbeda yaitu (1) studi pewarisan persilangan antara cabai besar dengan cabai rawit, (2) studi pewarisan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L] Merril) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan tempe, tahu, kecap, dan susu kedelai. Tanaman yang

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Produksi Beberapa Galur Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.) Hasil Introduksi Dengan Varietas Balitsa 1 dan 2

Perbandingan Hasil Produksi Beberapa Galur Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.) Hasil Introduksi Dengan Varietas Balitsa 1 dan 2 Prosiding Seminar Nasional Swasembada Pangan Politeknik Negeri Lampung 29 April 2015 ISBN 978-602-70530-2-1 halaman 239-245 Perbandingan Hasil Produksi Beberapa Galur Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500

1. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina dan telah dibudidayakan sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Efisiensi Keberhasilan Hibridisasi Buatan Keberhasilan suatu hibridisasi buatan dapat dilihat satu minggu setelah dilakukan penyerbukan. Pada hibridisasi buatan kacang tanah,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam 4 TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam Definisi lahan kering adalah lahan yang pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun (Mulyani et al., 2004). Menurut Mulyani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan diolah menjadi berbagai bahan pangan seperti tahu, tempe dan sari kedelai, dan lainnya, yang dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas terpenting di dunia. Sebagai tanaman kacang-kacangan sumber protein dan lemak nabati,

Lebih terperinci

PEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN

PEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN ISSN: 1410-009 Agrin Vol. 1, No., Oktober 008 PEWARISAN SIFAT PANJANG POLONG PADA PERSILANGAN BUNCIS TEGAK (Phaseolus vulgaris L.) KULTIVAR FLO DAN KULTIVAR RICH GREEN Inheritance Pod Length Character

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian tersebar ke daerah Mancuria, Korea, Jepang, Rusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemuliaan tanaman telah menghasilkan bibit unggul yang meningkatkan hasil pertanian secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan dihasilkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen dalam bentuk polong muda. Kacang panjang banyak ditanam di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Jagung Hibrida Kegiatan pemuliaan diawali dengan ketersediaan sumberdaya genetik yang beragam. Keanekaragaman plasma nutfah tanaman jagung merupakan aset penting sebagai sumber

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, kelas Dicotyledoneae, ordo Solanes, famili Solanaceae, dan genus Capsicum. Tanaman ini berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Capsicum annuum L. merupakan tanaman annual berbentuk semak dengan tinggi mencapai 0.5-1.5 cm, memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis adalah tanaman herba monokotil dan tanaman semusim iklim panas. Tanaman ini berumah satu dengan bunga jantan tumbuh sebagai perbungaan ujung (tassel)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Jagung merupakan tanaman semusim yang menyelesaikan satu siklus hidupnya selama 80-150 hari. Bagian pertama dari siklus tersebut merupakan tahap pertumbuhan vegetatif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengembangan Padi Inbrida di Indonesia Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara definitif merupakan turunan pertama (F1) dari persilangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain

I. PENDAHULUAN. protein yang mencapai 35-38% (hampir setara protein susu sapi). Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan alternatif yang sangat penting. Kacang kedelai menjadi pilihan karena memiliki kandungan gizi yang tinggi,

Lebih terperinci

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT J. Agrotek Tropika. ISSN 2337-4993 Yunita et al.: Pendugaan Komponen Genetik, Daya Gabung, dan Segregesi Biji 25 Vol. 1, No. 1: 25 31, Januari 2013 PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara). Di Indonesia kedelai

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI BIDANG ILMU PERTANIAN LAPORAN HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETENSI PENGUJIAN GALUR-GALUR HARAPAN KACANG PANJANG UB MENJADI VARIETAS UNGGUL DAN UPAYA MENDAPATKAN HAK PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN Oleh Prof.

Lebih terperinci

Seleksi Individu Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merr.) pada Generasi F 3

Seleksi Individu Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merr.) pada Generasi F 3 Seleksi Individu Berdasarkan Karakter Umur Genjah dan Produksi Tinggi Persilangan Kedelai (Glycine Max L. Merr.) pada Generasi F 3 Individual Selection Based on the Character of Time Early Ripening and

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif Tabel 4 menunjukkan kuadrat nilai tengah pada analisis ragam untuk tinggi tanaman, tinggi tongkol

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang

I. PENDAHULUAN. Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai termasuk salah satu komoditas yang dibutuhkan, karena protein yang dikandung cukup tinggi dan harganya tidak terlalu mahal, sehingga kedelai disukai

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai 13 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di Indonesia. Daerah utama penanaman kedelai

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) : Keragaan Fenotipe Berdasarkan Karakter Agronomi Pada Generasi F 2 Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. Merril.) The Phenotypic Diversity Based on Agronomic Character of Soybean Varieties in the F

Lebih terperinci

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1

SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL. Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 SIMULASI PERCOBAAN MONOHIBRID MENDEL Tujuan : - Mempelajari segregasi pada saat pembentukan gamet F1 - Mempelajari penggabungan acak gamet jantan dan betina dari F1 pada saat pembuahan Pendahuluan Teori

Lebih terperinci

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI Yudiwanti 1), Sri Gajatri Budiarti 2) Wakhyono 3), 1) Dosen pada Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB, Jl. Meranti Kampus IPB Darmaga

Lebih terperinci

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN MODUL I KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN 1.1 Latar Belakang Tujuan akhir program pemuliaan tanaman ialah untuk mendapatkan varietas unggul baru yang sesuai dengan preferensi petani dan konsumen. Varietas unggul

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1

Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1 Lampiran 1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Vima 1 Dilepas tahun : 2008 Nama galur : MMC 157d-Kp-1 Asal : Persilangan buatan tahun 1996 Tetua jantan : VC 1973 A Tetua betina : VC 2750A Potensi

Lebih terperinci

Kata kunci: heritabilitas arti luas, heritabilitas arti sempit, kacang tunggak, kacang panjang ABSTRACT

Kata kunci: heritabilitas arti luas, heritabilitas arti sempit, kacang tunggak, kacang panjang ABSTRACT 56 KAJIAN HERITABILITAS PADA HASIL PERSILANGAN ANTARA KACANG TUNGGAK (Vigna unguiculata (L.) Walp.) VARIETAS LOKAL NTB DENGAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis (L.) Fruwirth) STUDY OF HERITABILITY ON

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Ilmiah Tanaman Kedelai Klasifikasi ilmiah tanaman kedelai sebagai berikut: Divisi Subdivisi Kelas Suku Ordo Famili Subfamili Genus Spesies : Magnoliophyta : Angiospermae

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan strategis ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Sejalan dengan bertambahnya

Lebih terperinci

P0V3 P2V4 P1V5. Blok II A B P1V2 P2V1 P0V5 P1V1 P0V1 P2V3

P0V3 P2V4 P1V5. Blok II A B P1V2 P2V1 P0V5 P1V1 P0V1 P2V3 Lampiran 1. Bagan Lahan Penelitian C Blok I P0V5 P2V2 P0V3 P0V4 P1V4 P1V3 P1V1 P2V4 P2V5 P0V2 P0V1 P2V3 P1V5 P1V2 P2V1 Blok II A B P0V3 P2V4 P1V2 P1V1 P2V5 P2V3 P0V1 P2V1 P1V3 P1V5 P2V2 P0V4 P0V5 P0V2

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Cabai ditemukan pertama kali oleh Columbus pada saat menjelajahi Dunia Baru. Tanaman cabai hidup pada daerah tropis dan wilayah yang bersuhu hangat. Selang beberapa

Lebih terperinci

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai Pendahuluan Penyakit bulai merupakan salah satu penyakit utama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan masyarakat. Kedelai mengandung sekitar 40% protein, 20% lemak, 35% karbohidrat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi (Oryza sativa L.) merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Permintaan akan komoditas ini dari tahun ke tahun mengalami lonjakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang terbentuk akibat jagung biasa yang mengalami mutasi secara alami. Terdapat gen utama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan terhadap pangan khususnya beras, semakin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, sedangkan usaha diversifikasi pangan berjalan lambat. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GALUR HARAPAN TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) BERPOLONG UNGU

UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GALUR HARAPAN TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) BERPOLONG UNGU 314 JURNAL PRODUKSI TANAMAN Vol. 1 No. 4 SEPTEMBER-2013 ISSN: 2338-3976 UJI DAYA HASIL PENDAHULUAN GALUR HARAPAN TANAMAN KACANG PANJANG (Vigna sesquipedalis L. Fruwirth) BERPOLONG UNGU PRELIMINARY YIELD

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang

I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang I. PENDAHULUAN UMUM Latar Belakang Pepaya merupakan salah satu komoditi buah penting dalam perekonomian Indonesia. Produksi buah pepaya nasional pada tahun 2006 mencapai 9.76% dari total produksi buah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae. Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk diantaranya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 351/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG PARADE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 351/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG PARADE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 351/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG PARADE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Klasifikasi Jagung Manis Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dengan letak bunga jantan terpisah dari bunga betina pada

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL Estimation of genetic parameters chilli (Capsicum annuum L.) seeds vigor with half diallel cross

Lebih terperinci

Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan

Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan Kendala biotis yang paling sering terjadi dalam budidaya jagung di Indonesia adalah penyakit

Lebih terperinci

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif). PEMBAHASAN UMUM Sorgum merupakan salah satu tanaman serealia yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap kekeringan sehingga berpotensi untuk dikembangkan di lahan kering masam di Indonesia. Tantangan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 510/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG AURA HIJAU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 510/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG AURA HIJAU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 510/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN KACANG PANJANG AURA HIJAU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis

Gambar 1. 7 sifat kontras yang terdapat pada tanaman ercis 2. PEWARISAN SIFAT A. SEJARAH PEWARISAN SIFAT Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia adalah orang yang pertama kali melakukan mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas.

Lebih terperinci

FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU

FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU FORMULIR DESKRIPSI VARIETAS BARU Kepada Yth.: Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian Kantor Pusat Kementerian Pertanian, Gd. E, Lt. 3 Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan, Jakarta

Lebih terperinci